Strategi Pemasaran Pinang (
Areca catechu L
.)
Studi Kasus Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang,
Provinsi Sumatera Utara
SKRIPSI
Oleh
Pebriaman Kanista M 071203022 Teknologi Hasil Hutan
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul : Strategi Pemasaran Pinang (Areca catechu L.) (Studi Kasus Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang) Nama : Pebriaman Kanista Maru’ao
NIM : 071203022
Departemen : Kehutanan
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan
Disetujui oleh, Komisi Dosen Pembimbing
Ketua Anggota
(Yunus Afifuddin, S. Hut, M.,Si) (Ridwanti Batubara, S. Hut., M. P)
Diketahui Ketua Program Studi
(Siti Latifah, S.Hut,M.Si, Ph.D)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Medan tanggal 23 Februari 1989 dari Bapak Herois
Maruao dan Ibu Isabella br. Bangun. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara.
Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri 068004 Medan, tahun 2004 lulus dari
SMP Negeri 31 Medan, tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 15 Medan. Pada
tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara. Penulis
memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Tahun 2009 penulis melakukan kegiatan Praktik Pengenalan dan Pengenalan
Hutan (P3H) di Hutan Alam Tangkahan dan Hutan Mangrove Pulau Sembilan
Kabupaten Langkat. Tahun 2011 penulis melakukan praktek Kerja Lapangan di HTI
PT. Musi Hutan Persada. Tahun 2012 penulis melakukan penelitian di Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.
ABSTRAK
PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Strategi Pemasaran Pinang (Areca Catechu L.) (Studi Kasus di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang) di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.
Pinang sebagai salah satu komoditas ekspor potensial Sumatera Utara dalam pengelolaannya masih dilakukan secara parsial. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pemasaran komoditi pinang, mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan pemasaran pinang, menentukan Strategi pengembangan dan pemasaran terhadap permasalahan yang timbul berkaitan dengan rantai pemasaran pinang di kecamatan Sibolangit kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja. Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana, sedangkan lembaga pengolah dan tataniaga yang terlibat dilakukan secara snowball sampling method dengan jumlah sampel sebanyak 50 (lima puluh) orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan analisi permasalahan dengan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani dan pengusaha pinang. Keseluruhan data baik primer maupun skunder selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya pinang umumnya dilakukan secara polikultur dengan tingkat penerapan teknologi yang rendah produktivitasnya. Pada subsistem pemasaran hasil, rantai perdagangan masih cukup panjang yang menyebabkan tidak efisiennya biaya produksi telah menimbulkan margin ganda, sehingga nilai tambah komoditas pinang yang diterima petani sangat rendah, sehingga strategi prioritas pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit adalah membentuk kelompok tani, koperasi tingkat desa, pengawasan terhadap system pemasaran pinang, peningkatan sumber daya manusia dan penggunaan bibit unggul.
ABSTRACT
PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Marketing Strategy of Pinang (Areca Catechu L.)
(Case Study in District Sibolangit, District Deli Serdang) The study was conducted under the supervision of YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA.
Areca nut is one of North Sumatra’s potential export commodity which it’s management still did as partial. The purpose of this research is Analyzing the income level of areca nut farmers, Analyzing the commodity marketing system of areca nut, Identifying factors marketing development of areca nut in Sibolangit sub Deli Serdang regency North Sumatra province. The election of research’s location did expressly. The decision of respondent did as purposive sampling, but processing factory and business administration which involved did as snowball sampling method with total sample of 50 (fifty) respondents. Data collected through observation and analysis of the problem with interview using questionnaires to farmers and entrepreneurs nut. Overall both primary and secondary data is tabulated next as needed.
Result of this research is cultivation of areca nut did as polycultur with low technology application level will low productivity. In product marketing subsystem, trade chain is too long, that’s why product’s cost is not too efficient and than make double margin, than areca nut’s farmer price is too low, so areca marketing strategy priorities in District Sibolangit is forming farmer groups, Cooperative village level,
supervision of areca marketing system, human resource development and use of quality seeds.
DAFTAR ISI
Manfaat Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Pinang ... 5
Manfaat Pinang ... 6
Penyebaran dan Produksi Pinang ... 9
Panen dan Pasca Panen Pinang... 10
Teori Pemasaran ... 11
Analisis Pemasaran ... 12
Analisis SWOT ... 14
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
Alat dan Bahan ... 17
Metode Penelitian ... 17
Metode Pengumpulan Data ... 17
Pengambilan Sampel ... 18
Teknik dan Tahapan Pengambilan Data ... 18 Karakteristik Responden ... 22
Usia Petani Pinang ... 22
Tingkat Pendidikan Petani ... 23
Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi………. 23 Sarana Transportasi... 24
Sistem Pemanenan Pinang ………. 25
Subsistem Pemasaran Pinang ... 26
Alur Pemasaran Pinang ... 27
Alur Pemasaran Pinang (Pola A) ... 29
Alur Pemasaran Pinang (Pola B) ... 31
Alur Pemasaran Pinang (Pola C) ... 33
Alur Pemasaran Pinang (Pola D) ... 34
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Matriks SWOT Kearns... ... 15
2. Tabel Analisis SWOT... ... 21
3. Jumlah Responden dalam Penelitian…... 22
4. Usia Petani Pinang di Kecamatan Sibolangit………. ... 22
5. Tingkat Pendidikan Petani………. 23
6. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola A... ... 29
7. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola A………. ... 30
8. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola B ... 31
9. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola B. ... 32
10. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola C ... 33
11. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola C ... 34
12. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola D ... 34
13. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola D ... 35
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. a. Pinang menjadi tanaman pagar dan pisang tanaman utama... ... 24
b. Denah tanaman di desa Sanyum Sabah... 24
c. Pinang menjadi tanaman pagar dan tanaman campuran... 24
2 . a. Bus mini PT. Sinabung Jaya Raya... ... 25
b. Bus mini PT. Sutra... ... 25
3 . a. Pinang yang dijemur menggunakan sinar matahari... 26 b. Pengupasan secara manual... ... 26
4. a. Pinang yang telah di belah………. . 27
b. Pinang yang siap untuk di jual ke konsumen... 27
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Responden Petani Pinang 2. Kuesioner Responden Pengumpul Pinang 3. Nama-nama Responden Petani Pinang 4. Foto-foto Penelitian
ABSTRAK
PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Strategi Pemasaran Pinang (Areca Catechu L.) (Studi Kasus di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang) di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.
Pinang sebagai salah satu komoditas ekspor potensial Sumatera Utara dalam pengelolaannya masih dilakukan secara parsial. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pemasaran komoditi pinang, mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan pemasaran pinang, menentukan Strategi pengembangan dan pemasaran terhadap permasalahan yang timbul berkaitan dengan rantai pemasaran pinang di kecamatan Sibolangit kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja. Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana, sedangkan lembaga pengolah dan tataniaga yang terlibat dilakukan secara snowball sampling method dengan jumlah sampel sebanyak 50 (lima puluh) orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan analisi permasalahan dengan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani dan pengusaha pinang. Keseluruhan data baik primer maupun skunder selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya pinang umumnya dilakukan secara polikultur dengan tingkat penerapan teknologi yang rendah produktivitasnya. Pada subsistem pemasaran hasil, rantai perdagangan masih cukup panjang yang menyebabkan tidak efisiennya biaya produksi telah menimbulkan margin ganda, sehingga nilai tambah komoditas pinang yang diterima petani sangat rendah, sehingga strategi prioritas pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit adalah membentuk kelompok tani, koperasi tingkat desa, pengawasan terhadap system pemasaran pinang, peningkatan sumber daya manusia dan penggunaan bibit unggul.
ABSTRACT
PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Marketing Strategy of Pinang (Areca Catechu L.)
(Case Study in District Sibolangit, District Deli Serdang) The study was conducted under the supervision of YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA.
Areca nut is one of North Sumatra’s potential export commodity which it’s management still did as partial. The purpose of this research is Analyzing the income level of areca nut farmers, Analyzing the commodity marketing system of areca nut, Identifying factors marketing development of areca nut in Sibolangit sub Deli Serdang regency North Sumatra province. The election of research’s location did expressly. The decision of respondent did as purposive sampling, but processing factory and business administration which involved did as snowball sampling method with total sample of 50 (fifty) respondents. Data collected through observation and analysis of the problem with interview using questionnaires to farmers and entrepreneurs nut. Overall both primary and secondary data is tabulated next as needed.
Result of this research is cultivation of areca nut did as polycultur with low technology application level will low productivity. In product marketing subsystem, trade chain is too long, that’s why product’s cost is not too efficient and than make double margin, than areca nut’s farmer price is too low, so areca marketing strategy priorities in District Sibolangit is forming farmer groups, Cooperative village level,
supervision of areca marketing system, human resource development and use of quality seeds.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan di Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat tinggi.
Selain kayu, hasil hutan bukan kayu dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku
industri. Masyarakat sekitar hutan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu sebagai
sumber mata pencaharian. Beberapa hasil hutan bukan kayu yang biasanya dikenal
masyarakat antara lain seperti rotan, bambu, nipah, getah damar, minyak atsiri,
tanaman obat, madu, pinang dan lain-lain sebagainya merupakan sumber penghidupan
bagi jutaan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan.
Tanaman pinang (Areca catechu L.) adalah salah satu jenis palma yang
memiliki banyak kegunaan antara lain untuk konsumsi, bahan industri kosmetika,
kesehatan, dan bahan pewarna pada industri tekstil. Tanaman ini tersebar luas di
wilayah Indonesia, baik secara individu maupun populasi, dan umumnya ditanam
sebagai tanaman pagar atau pembatas kebun (Novarianto Dan Rompas, 1990)
Pinang termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat karena
secara alami penyebarannya cukup luas di berbagai daerah. Ada beberapa jenis pinang
diantaranya pinang biru, pinang hutan, pinang irian, pinang kelapa, pinang sirih dan pinang merah.
Pinang merupakan salah satu komoditas hasil hutan non-kayu dari Sumatera
Utara yang memiliki potensi yang cukup besar. Luas areal dan produksi pinang
mengalami mengalami peningkatan dalam kurun 4 tahun terakhir
5.380,89 ha dengan laju pertumbuhan sebesar 19,59%, sedangkan produksi
dari 2.783,76 ton menjadi 3.238,72 ton atau mengalami laju pertumbuhan
sebesar 16,34% (BPS, 2012).
Seiring dengan meningkatnya pemanfaatan pinang, permintaan untuk ekspor
juga terus meningkat. Negara tujuan ekspor saat ini meliputi Pakistan, Nepal,
Bangladesh, India, Singapura, dan Thailand. Indonesia menjadi produsen utama pinang
dunia dengan produksi yang terus meningkat setiap tahun, dan mencapai 100.000 ton
pada tahun 2006 (Miftahorrachman, 2006).
Semakin tingginya permintaaan pinang, maka perlu sangat
diperlukan untuk mengetahui tata niaga atau pemasaran pinang. Hal ini
karena pemasaran adalah ujung tombak dari kegiatan produksi, karena penilaian
terakhir dari usaha produksi diberikan oleh pembeli atau pemakaian, karena itu setiap
orang yang terlibat dalam organisasi, terlepas dari bobot keterlibatannya, juga terlibat
dalam masalah pemasaran (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Kecamatan Sibolangit merupakan salah satu kecamatan yang banyak menanam
pinang. Bagi masyarakat Sibolangit, tanaman pinang banyak digunakan untuk
pembatas lahan masyarakat, obat-obatan dan digunakan sebagai bahan campuran untuk
“nyirih”. Pinang merupakan salah satu komoditas hasil hutan non-kayu dari Sumatera
Utara yang memiliki potensi yang cukup besar, namun tanaman pinang masih belum
dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, hal ini dikarenakan pemasaran yang
sulit dan kurang pengetahuan tentang budidaya pinang. Bedasarkan hal tersebut, maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya produksi dan pemasaran pinang
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pemasaran komoditi pinang di Kecamatan Sibolangit.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan pemasaran pinang di Kecamatan
Sibolangit.
3. Menentukan Strategi pengembangan dan pemasaran terhadap permasalahan
yang timbul berkaitan dengan rantai pemasaran pinang.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pemasaran pinang di
Kecamatan Sibolangit, sebagai bahan pertimbangan dalam usaha tani yang harus
TINJAUAN PUSTAKA
Pinang merupakan tumbuhan tropika yang ditanam untuk mendapatkan
buahnya dan keindahannya sebagai hiasan taman. Tingginya antara
10 hingga 30 m dan meruncing di bagian pucuk, ukuran melintang batang
pokok 15 cm hingga 20 cm. Di bagian jemala (crown) pokok ini berbentuk
bulat dan berwarna hijau semasa muda dan apabila masak ia menjadi
kuning dan merah. Pinang (Areca catechu) adalah sejenis palma yang
tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur (Syamsuhidayat dan Hutapea,
1991).
Pinang termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat
karena secara alami penyebarannya cukup luas di berbagai daerah.
Ada beberapa jenis pinang diantaranya pinang biru, pinang hutan,
pinang irian, pinang kelapa, dan pinang merah. Salah satu jenis pinang
yang sudah dikenal masyarakat adalah pinang sirih yang memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:
1. Pohon tumbuh satu – satu, tidak berumpun seperti jenis palem umumnya.
2. Batang lurus agak licin tinggi dapat mencapai 25 cm.
3. Diameter batang atau jarak antar-ruas batang sekitar 15 cm
4. Garis lingkaran batang tampak jelas.
5. Bentuk buah bulat telur, mirip telur ayam, dengan ukuran sekitar 3,5-7,7 cm
serta berwarna hijau waktu muda dan merah jingga atau merah kekuningan saat
Klasifikasi Pinang (Areca catechu)
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (monokotil)
Ordo : Arecales
Family : Arecaceae
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu L
Nama Daerah
Jawa : Pinang, jambe (Banyuwangi); jambe (Sunda); wohan
Kalimantan : Gahat, gehat, kahat, taan, pinang
Maluku : Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm
Sumatera : Pineng, pineung (Aceh), pinang (Gayo), batang mayang (Karo),
pining (Toba), batang pinang (Minangkabau)
Sulawesi : Mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, amongon
Ciri-ciri Pinang
Akar : Berakar serabut, putih kotor
Batang : Batang tegak lurus tinggi 10-30 m, bergaris tengah 15 cm, tidak
bercabang dengan bekas daun yang lepas. Pembentukan batang
baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun
tergantung keadaan tanah
Daun : Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang
membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang
daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek
dan bergigi
Bunga : Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok,
keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan
tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada
pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris
yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih
kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau,
bakal buah beruang satu.
Buah : Buahnya buah buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang
3,5-7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah oranye.
Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan da 4 bulan kmudian
mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka
Biji : Biji satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung
membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal,
panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai
coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan
warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm
berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus
endosperm yang berwarna agak keputihan (Syukur, 2009).
Manfaat pinang
Tanaman pinang dapat dijadikan tanaman pagar, penghijauan, bahan bangunan,
dan hiasan, bagian-bagian tanamannya sangat berkhasiat
dimanfaatkan bijinya, yang di dunia Barat dikenal sebagai betel nut. Biji ini dikenal
sebagai salah satu campuran orang makan sirih, selain gambir, dan
kapur (Syukur, 2009).
Daun
Daun pinang mengandung minyak atsiri yang dapat mengobati
gangguan radang tenggorokan, pangkal tenggorokan, dan pembuluh broncial. Pucuk
daun muda yang rasanya pahit pun dapat dijadikan obat nyeri otot.
Selain obat, daun pinang dijadikan sebagai pupuk hijau
(Kristina dan Syahid, 2007).
Pelepah
Pelepah pinang dapat dipakai sebagai bahan baku pembungkus makanan,
seperti pembungkus gula merah, gula aren, atau gula tebu.
(Kristina dan Syahid, 2007).
Batang
Batang berguna sebagai bahan bangunan, jembatan, dan saluran air.
Bahkan, setiap tahun pada perayaan hari kemerdakaan, batang pinang
dipakai sebagai tiang untuk lomba panjat pinang. Tanamannya
sendiri dapat dipakai untuk mencegah terjadinya erosi atau longsor pada tanah miring
(Kristina dan Syahid, 2007).
Sabut buah
Buah pinang mengandung sabut dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan
kuas gambar atau kuas alis mata. Sabut pinang rasanya hangat dan pahit, digunakan
untuk gangguan pencernaan, sembelit dan edema
Biji
Biji berguna untuk bahan makanan, bahan baku industri seperti perwarna kain,
dan obat. Seperti juga pelepah pinang, biji pun perlu pengolahan untuk mendapatkan
produk-produk tersebut. Biji pinang sebagai penyusun ramuan obat sudah masuk ke
dalam daftar prioritas WHO (Word Health Organization) yang bernaung dibawah
PBB. Biji pinang ini dimanfaatkan sebagai obat sejak ribuan tahun sebelum masehi,
terutama di Mesir. Hingga kini, ada sekitar 23 negara yang menggunakan biji pinang
sebagai obat cacing, eksim, sakit gigi, flu, luka, kudis, difteri, nyeri haid, mimisan,
sariawan, mencret, koreng, borok (Kristina dan Syahid, 2007).
Air rebusan dari biji pinang digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid
dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, borok, bisul, eksim,
kudis, difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang), mencret dan disentri oleh
masyarakat desa Semayang Kutai Kalimatan Timur. Selain itu digunakan juga untuk
mengatasi bengkak karena retensi cairan (edema), rasa penuh di dada, luka, batuk
berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, memperkecil pupil mata.
Biji dan kulit biji bagian dalam dapat juga digunakan untuk menguatkan gigi goyah,
bersama-sama dengan sirih. Air rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat sakit
mata oleh suku Dayak Kendayan, di Kecamatan Air Besar Kalimantan Barat.
Sementara bagi masyarakat Papua umumnya, pinang muda digunakan bersama dengan
buah sirih untuk menguatkan gigi. Selain sebagai obat penguat gigi, masyarakat pesisir
pantai desa Assai dan Yononi, yang didiami oleh suku Menyah, Arfak, Biak dan Serui
(Papua), biji pinang muda digunakan sebagai obat untuk mengecilkan rahim setelah
melahirkan oleh kaum wanita dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan
Penyebaran dan Produksi Pinang
Ekspor biji pinang dari Sumatra Utara terus mengalami penurunan hingga
September 2009 sebesar 30,77 % bila dibanding periode yang sama tahun lalu. Data
dari Subdinas Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Sumatera Utara (Disperindagsu), menunjukkan penurunan tersebut terjadi sejak
pelabuhan di Mumbai India sebagai negara terbesar pengimpor biji pinang harus
pindah. Sejak pelabuhannya dipindahkan pada akhir 2008 yang lalu, ekspor biji pinang
tidak pernah mengalami kenaikan. Itu mereka lakukan dengan alasan untuk melindungi
pemasaran dalam negeri, India juga membuat kampanye negatif tentang kualitas biji
pinang dari Indonesia, termasuk Sumut, yang disebutkan tidak higienis hingga dapat
menyebabkan kanker gusi. Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Sumatra Utara (Disperindagsu), volume ekspor biji
pinang periode Januari - September 2009 mencapai 8,364 ton dengan nilai US$4,098
juta (Disperindagsu, 2009).
Sampai saat ini sentra tanaman pinang di Indonesia adalah di Pulau Sumatera
dan Kalimantan. Penyebarannya meliputi Aceh, Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan
Barat. Dengan terus meningkatnya permintaan pasar untuk ekspor, membuka peluang
pengembangan di wilayah Indonesia lainnya. Untuk mendukung pengembangan
komoditi pinang maka salah satu yang dibutuhkan adalah ketersediaan benih unggul.
Hal ini bisa diperoleh melalui serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman. Salah satu di
antaranya adalah kegiatan eksplorasi, untuk mempelajari keragaman genetik, sekaligus
mengumpulkan bahan tanaman sebagai materi pemuliaan tanaman (Pandin dan
Sampai dengan tahun 2006 Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain
Manado telah melakukan eksplorasi di Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Daerah Istimewa Aceh, dan Kalimantan Selatan. Akses pinang asal
pulau Sumatera memiliki keragaman yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan
pengelompokan dan jarak genetik antar aksesi pinang berdasarkan karakter vegetatif
dan generatif (Miftahorrachman, 2006).
Panen dan Pasca Panen Pinang
A. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Panen buah masak penuh
Panen dapat dilakukan pada buah yang menjelang masak atau sudah masak.
Tanda buah siap panen adalah warna kulit berwarna kuning atau kemerahan. Panen
dapat dilakukan setiap hari dengan menggilir beberapa kelompok tanaman. Pada skala
usaha luas 1 ha, panen dapat diatur sekali sebelum produksi rata-rata 400 kg biji pinang
kering buah yang di panen harus dalam kondisi kuning.
2. Panen buah muda
Pinang kacung dipanen saat buah masih berwarna hijau tua atau berumur antara
7 - 8 bulan. Biasanya buah yang dipanen cara seperti ini, dalam proses pasca panen
melalui perebusan sehingga buah akan mengeras dan tidak mudah terserang
hama/penyakit.
B. Penanganan pasca panen
Sesudah di panen buah dibelah menjadi dua tujuannya adalah agar buah cepat
kering, setelah buah terbelah semua segera dikeringkan dengan panas sinar matahari,
setelah kering buah yang masih mempunyai kulit tadi di cungkil setelah itu buah
berturut-turut. Setelah kering biji pinang dapat dikemas dalam karung plastik untuk
dijual atau disimpan dalam gudang.
Teori Pemasaran
Produksi dan pemasaran mempunyai ketergantungan yang erat. Produksi yang
meningkat tanpa didukung oleh sistem pemasaran yang dapat menampung hasil
dengan tingkat harga yang layak tidak akan berlangsung lama, malah pada waktunya ia
akan menurun karena pertimbangan untung rugi usahatani
(Haerah, 1979).
Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seorang atau
sekelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan
dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep inti berikut yaitu
kebutuhan, keinginan dan permintaan (Kotler dan Philip, 2000)
Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi
dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang-barang mengalir dari produsen sampai
kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna dan bentuk melalui proses
pengelolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui
proses penyimpanan.
Dalam pemasaran terdapat empat prinsip dasar yang terdiri 4P, yaitu:
1. Product (produk)
2. Price (harga)
3. Place (tempat)
4. Promotion (promosi) (Sudiyono, 2004)
Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses
komoditas. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan karena daerah produsen
terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang atau hanya ada satu
pembeli. Kondisi ini merugikan pihak produsen. Hal ini berarti efesiensi dibidang
pemasaran masih rendah. Sistem pemasaran dikatakan efesien bila:
1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen
dengan biaya serendah-rendahnya.
2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar
konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi
dan pemasaran barang (Daniel, 2002).
Analisis Pemasaran
Sistem distribusi barang (termasuk hasil hutan) dari produsen ke konsumen bisa
dilakukan dengan melalui cara langsung maupun cara tidak langsung. Keputusan untuk
mendistribusikan barang dalam sistem tataniaga yang sedang berjalan disebut dengan
“One time strategic decision”. Sistem distribusi dikatakan optimal adalah jika pada
sistem dimaksud (yaitu : sistem tataniaga yang sedang berjalan), harga sama dengan
biaya marjinal (necessary condition). Pada kondisi tersebut, tercapai tingkat efisiensi
dari biaya distribusi barang dari produsen ke konsumen (Awang, 2002).
Saluran pemasaran merupakan serangkaian kegiatan yang menyelenggarakan
kegiatan tata niaga, menyalurkan barang dari produsen kepada konsumen. Saluran ini
mempunyai hubungan organisasi satu sama lain. Timbulnya saluran tata niaga ini
karena keinginan konsumen untuk mendapatkan barang yang dikehendaki dan
penyesuaian produksi terhadap keinginan konsumen (Sihombing, 2005).
Strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar atau segmen pasar
merupakan kombinasi bauran pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan untuk
melayani pasarnya. Dari definisi ini jelas terlihat
bahwa penerapan strategi pemasaran sangat penting dalam menarik
konsumen untuk meningkatkan penjualan suatu produk. Penerapan ini
sangat berdampak bagi perusahaan dalam jangka panjang untuk
menguasai pangsa pasar terbesar dari pangsa pasar yang ada. Apabila suatu perusahaan
menerapkan strategi pemasarannya dengan mantap dan tepat dalam menarik minat
konsumen, maka ia akan lebih mudah menguasai pangsa pasar yang ada (Soni, 2008).
Tahapan proses penyampaian komoditas atau barang dalam tata niaga hasil
pertanian dimulai dari produsen sampai kepada konsumen. Tahap-tahap proses tersebut
adalah : (1) proses konsentrasi, (2) proses Equalisasi, dan (3) proses diversi. Pada tahap
proses konsentrasi dimana pedagang perantara mengumpulkan barang-barang dari
produsen/ petani, dan pedagang besar mengumpulkan barang-barang dari pedagang
pengumpul. Proses equalisasi dimana pedagang besar menahan barangnya untuk
sementara sebelum dijual ke pasar. Sedangkan proses diversi adalah proses penjualan
barang dari pedagang besar kepada pedagang eceran, dan penjualan dari pedagang
eceran kepada konsumen (Ginting, 2006).
Analisis SWOT
Salah satu model perencanaan strategis adalah analisis SWOT (Strength,
Weaknesses, Opportunities dan Threats).
S dan W mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dalam hal
ini berkaitan dengan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
kelemahan pada fungsi bisnis yaitu : merancang pemasaran dan produk; produksi dan
penawaran; sumber daya manusia; dan keuangan.
O dan T merupakan analisis eksternal – berupa peluang dan ancaman yang meliputi
aspek : sosial, teknologi, ekonomi, politik, hukum, lingkungan, demografi dan pesaing.
Dalam analisis matrix SWOT diterapkan sistem “skoring” untuk unsur-unsur yang
dianggap penting (Hisyam, 1998).
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal
suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk
merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi
peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness).
Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity)
dan tantangan (ThreathS) (Hisyam, 1998).
Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh
Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak
faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah
kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak
lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil
titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal (Hisyam,
1998).
Tabel 1. Matriks SWOT Kearns
EKSTERNAL INTERNAL
STRENGTH Comparative Advantage
Mobilization WEAKNESS Divestment/Investment Damage Control
Keterangan:
Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga
memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.
Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus
dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu
menjadi sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.
Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang
tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada
tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas
peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap
peluang itu (investasi).
Sel D: Damage Control
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan
pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya
yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak
menjadi lebih parah dari yang diperkirakan
(Hisyam, 1998).
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli
Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pelaksanaannya dimulai pada bulan April sampai
juli 2012.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk dokumentasi
penelitian, alat-alat tulis untuk menulis data, kalkulator untuk menghitung data, dan
kuisioner.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
masyarakat petani dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan lokasi penelitian yang
berada di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.
Prosedur Penelitian
Metode pengumpulan data
Pelaksanaan penelitian ini memiliki dua data yang digunakan yaitu data primer
dan data sekunder. Data primer antara lain data sosial ekonomi,
alur pemasaran pinang, perbandingan harga nilai jual pinang mulai dari
pedagang terkecil hingga terbesar. Data sekunder yang dikumpulkan
pemerintah di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera
Utara.
Pengambilan sampel Sampel desa
Sampel desa yang diteliti adalah semua desa yang berada pada Kecamatan
Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pendekatan yang
digunakan dalam melakukan penelitian adalah metode purposive sampling (penarikan
contoh secara bertujuan), teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih
secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.
Sampel responden
Responden kasus dalam kajian ini adalah kepala keluarga (KK) petani dan
pengusaha pinang pada Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi
Sumatera Utara. Sampel yang dilakukan adalah purposive sampling yaitu teknik
penarikan sampel secara sengaja untuk tujuan tertentu. Jumlah petani pinang sebanyak
50 orang dan 20 orang dari pedagang besar atau pengumpul di Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang.
Teknik dan Tahapan Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan (daerah terpilih
sebagai lokasi kajian), tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah
1. Melakukan observasi dan analisis permasalahan yang ada di lapangan untuk
memperoleh informasi mengenai petani dan pengusaha pinang.
2. Melakukan wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap
petani dan pengusaha pinang.
3. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder, selanjutnya ditabulasikan
sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data.
Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif sesuai dengan
tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk mengidentifikasi
pihak-pihak yang terkait.
Analisis data
Alur pemasaran pinang
Mengetahui alur pemasaran pinang dilakukan dengan wawancara kepada petani
maupun pengusaha yang dihubungkan dengan harga jual tiap produknya, sehingga
diketahui juga besarnya nilai tambah yang diperoleh setelah adanya pengolahan pinang
dan alur pemasarannya. Kemudian dihitung dengan rumus margin pemasaran dan
margin keuntungan menurut Rahayu dkk (2004). Secara matematis margin pemasaran
dapat dirumuskan sebagai berikut :
Mji = Pr – Pf
Keterangan :
Mji = Marjin Pemasaran Pinang
Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen
Secara matematis parameter pengukur distribusi keuntungan dan bagian biaya yang
diterima petani dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
Ski = Analisis distribusi keuntungan
Ki = Margin keuntungan
Pr = Harga penjualan pemasaran ditingkat konsumen
Keterangan :
Sp = Harga yang diterima petani
Pf = Harga pembelian pemasaran ditingkat produsen
Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen
Manfaat Ekonomi dari Pinang
Metode deskriptif juga digunakan dalam menganalisis manfaat ekonomi pinang
di masyarakat. Dalam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berbagai jenis manfaat
yang dapat dimanfaatkan masyarakat melalui budidaya pinang serta nilai manfaat
ekonominya. Metode pengumpulan data untuk tujuan penelitian ini akan menggunakan
metode wawancara dengan kuisioner serta interaksi langsung dengan masyarakat sesuai
dengan kebiasaan masyarakat dalam pemanfaatan pinang. pengumpulan data untuk tujuan
penelitian ini akan menggunakan metode wawancara dengan kuisioner serta interaksi
Analisis SWOT
Data yang diperoleh dari lapangan berupa hasil kuisioner dan wawancara, dan data
sekunder lainnya misalnya data kadaan di lapangan dianalisis secara deskriptif kemudian
kedua data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Teknik analisis
SWOT yaitu dengan menganalisa tentang masalah dan rantai pemasaran pinang dari segi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki, kemudian dibuat strategi
pemecahan permasalahan menurut kekuatan dan peluang untuk menekan ataupun
mengurangi kelemahan. Hal tersebut dimasukkan kedalam tabel analisis Swot seperti
berikut:
Tabel 2. Tabel Analisis SWOT
STRENGTH STRATEGI SO STRATEGI ST
Tentukan factor-faktor
WEAKNESS STRATEGI WO STRATEGI WT
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dilapangan melalui observasi, kuisioner, dan wawancara
diperoleh hasil-hasil yang dapat dikategorikan sebagai berikut:
Karakteristik Responden
Jumlah responden pada penelitian ini adalah 70 orang (Tabel 3). Responden
terdiri dari petani pinang sebanyak 50 orang, pedagang pengumpul
kecamatan/kabupaten sebanyak 20 orang. Petani yang menjadi responden adalah yang
melakukan usahatani pinang, baik sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha
pokok. Karakteristik petani responden satu tidak banyak berbeda dengan responden
lainnya. Para petani pinang di Kecamatan Sibolangit hampir seluruhnya menjual
tanaman pinang dalam bentuk biji basah dan kering.
Tabel 3. Jumlah Responden dalam Penelitian
No. Responden Jumlah
1 Petani Pinang 50
2 Pengumpul Pinang 20
Total 70
Umur petani pinang yang dipilih sebagai responden dalam penelitian ini
berkisar antara 26 tahun sampai 68 tahun pada tahun. Klasifikasi usia petani pinang di
kecamatan Sibolangit selengkapnya disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Usia Petani Pinang di Kecamatan Sibolangit
No. Kelompok umur (tahun) Jumlah petani (orang)
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan akan
pemeliharaan dan perawatan pinang yang masih seadanya dan bedasarkan
pengalaman selama bertani sesuai dengan keterangan yang disampaikan
seluruh responden. Dapat dilihat dari Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani
Pendidikan Jumlah Persentase (%)
SD 8 16,00
SLTP 16 32,00
SLTA 26 52,00
Total 50 100,00
Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi
Sumber benih pinang yang di tanam petani umumnya berasal dari pertanaman
pinang lokal yang telah ada. Seleksi pohon induk sebagai sumber benih pinang belum
dilakukan oleh petani. Tanaman pinang di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli
Serdang terdapat 3 jenis tanaman pinang yaitu pinang batu, pinang lonjong, dan
Petani pinang yang diwawancarai pada penelitian ini sebagian besar tidak
melakukan pemupukan dan penggunaan peptisida pada tanaman pinang yang di
kelolanya. Keadaan ini memberikan keuntungan bagi para petani pinang dikarenakan
biaya produksi yang minim tetapi tidak untuk kualitas produksi pinang.
Budidaya pinang pada umumnya diusahakan secara tumpangsari/polikultur
dengan tanaman tahunan maupun dengan tanaman semusim. Sistem tanam yang
banyak dijumpai adalah dengan sistem tanam pagar, namun ada juga yang
mengusahakannya dalam satu hamparan dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi.
Sebagian besar petani yang memiliki tanaman pinang tidak melakukan usaha
pemeliharaan atau perawatan yang intensif. Keadaan ini menyebabkan produktivitas
tanaman pinang rendah.
Penelitian yang dilakukan, terdapat tiga macam pola tanam tumpang sari yang
diusahakan oleh petani, yaitu pola tanam pinang dan kakao, pinang dan pisang, pinang
dan tanaman campuran. Jarak tanam pinang yang dilakukan sangat beragam sehingga
produksi yang dihasilkan pun rendah dan beragam.
(b) (c)
Gambar 1. (a) Pinang menjadi tanaman pagar dan pisang tanaman utama, (b) Denah tanaman di desa Sanyum Sabah, (c) Pinang menjadi tanaman pagar dan tanaman
campuran Sarana Transportasi
Transportasi yang ada pada Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang
sangat beragam mulai dari anggkutan kota sampai anggkutan kota dalam provinsi.
Transportasi yang ada pada Kecamatan Sibolangit hanya melewati jalan lintas
sumatera dan tidak memasuki desa-desa yang ada didalam kecamatan Sibolangit.
Macam-macam jenis transportasi yang ada di Kecamatan Sibolangit:
PT. Sutra (sumatera transport), PT. Aronta, PT. Sinabung Jaya Raya, CV. Murni
express, Serasi Borneo (Sumatera Borneo), Karo Indah, Sebayang, Selamat Jalan, Dll
(a) (b)
Sistem Pemanenan Pinang
Penanganan pasca panen pinang dilakukan oleh petani secara
sederhana, yakni: (a) Panen dilakukan pada saat buah matang penuh
dengan cara dipetik/dipotong menggunakan galah berkait pisau dan
mengumpulkan pinang matang yang telah jatuh; (b) Pengeringan biji
pinang dengan menjemur selama 5-10 hari dalam bentuk buah utuh dengan
cara menggantung atau menghamparkan buah pinang pada tempat
pengeringan. Ada juga biji pinang yang baru dipanen dibelah, kemudian
dikeringkan. Cara lain adalah buah matang utuh direndam dalam air
mendidih untuk beberapa menit, didinginkan, dan dikeringkan dengan
cara menjemur, cara ini dilakukan untuk mempercepat proses
pengeringan. Setelah buah pinang kering dilakukan pengupasan secara
manual dan pengeringan lanjutan biji pinang. Pengolahan biji pinang
oleh pedagang pengumpul tingkat kecamatan dan kabupaten/agen komisi
biasanya ditangani seadanya yaitu bila dianggap perlu akan dilakukan
penjemuran selama 1-2 hari dengan tujuan untuk menjaga kualitas mutu
biji pinang yang dikumpulkan sebelum sampai ke tangan konsumen.
Pengeringan biji pinang mulai dari tingkat petani hingga pengumpul
secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan sinar matahari yang
(a) (b)
Gambar 3 . (a) Pinang yang dijemur menggunakan sinar matahari, (b) Pengupasan secara manual
Produktivitas tanaman pinang di Sibolangit relatif rendah dengan mutu yang
beragam dari grade A sampai dengan grade C, tergantung pada kondisi fisik biji
pinang. Grading dilakukan oleh eksportir sesuai permintaan.
Subsistem Pemasaran Pinang
Pemasaran biji pinang menjadi begitu penting karena terjadi proses distribusi
produk dari petani hingga ke tangan konsumen. Pemasaran hasil pinang oleh petani
berupa biji pinang kering dan biji pinang segar. Pemasaran hasil pinang selama ini
belum menjadi masalah serius bagi petani. Jalur pemasaran dilakukan petani dengan
beberapa cara yaitu: (1) petani menjual biji pinang kering ke pedagang pengumpul
yang ada di desa atau dari desa/kecamatan lain (penggalas), merupakan jalur terpendek
bagi pemasaran hasil pinang dan jumlahnya terbanyak untuk pemasaran pinang karena
penggalas langsung mendatangi lokasi petani, (2) petani menjual ke pedagang
pengumpul kecamatan, (3) petani menjual langsung ke konsumen. Pada umumnya
Masalah yang dihadapi petani adalah harga murah yang tidak sesuai menurut
perhitungan petani.
(a) (b)
Gambar 4. (a) Pinang yang telah di belah (b) Pinang yang siap untuk di jual ke konsumen
Tantangan yang sering dihadapi petani dalam mengembangkan produk
pinang adalah fluktuasi harga. Fluktuasi harga terjadi secara musiman,
bulanan, mingguan, dan bahkan harga dapat berubah dalam hitungan hari.
Harga tertinggi hanya dapat dicapai pada saat bulan Juli-September,
dan harga terendah terjadi saat panen besar yaitu pada bulan
Februari-April. Hal ini menyebabkan ketidakpastian dalam pendapatan yang dapat
diterima oleh petani pinang.
Alur Pemasaran Pinang
D
C
A A A
B
Gambar 5. Alur pemasaran pinang di kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang
Alur pemasaran ini menunjukkan bahwa petani pinang di kecamatan Sibolangit
dapat menjual hasil pinang ke pengumpul kecamatan, pengumpul kabupaten dan
kepada konsumen, pengumpul kecamatan menjualnya ke konsumen dan pengumpul
kabupaten, dan pengumpul kabupaten menjualnya ke eksportir. Dapat juga di lihat dari
(Gambar 5) alur pemasaran pinang bahwa petani pinang dapat langsung menjualnya ke
konsumen sama halnya menurut Awang (2002) yang menyatakan sistem distribusi
barang (termasuk hasil hutan) dari produsen ke konsumen bisa dilakukan dengan
melalui cara langsung maupun cara tidak langsung. Keputusan untuk mendistribusikan
barang dalam sistem tataniaga yang sedang berjalan disebut dengan “One time
strategic decision”. Sistem distribusi dikatakan optimal adalah jika pada sistem
dimaksud (yaitu : sistem tataniaga yang sedang berjalan), harga sama dengan biaya
marjinal (necessary condition). Pada kondisi tersebut, tercapai tingkat efisiensi dari
biaya distribusi barang dari produsen ke konsumen.
Panjangnya rantai perdagangan pinang menyebabkan tidak
efisiennya biaya produksi dan telah menimbulkan margin ganda. Dengan
panjangnya mata rantai ini juga menyebabkan informasi pasar yang tidak
sempurna sehingga tidak dapat dihindari struktur pasar yang dispersal.
Konsekuensi dari kondisi ini adalah nilai tambah dari komoditas pinang
tidak dapat dinikmati oleh petani.
tahapan proses penyampaian komoditas atau barang dalam tata niaga hasil pertanian
dimulai dari produsen sampai kepada konsumen. Tahap-tahap proses tersebut adalah :
(1) proses konsentrasi, (2) proses Equalisasi, dan (3) proses diversi. Pada tahap proses
konsentrasi dimana pedagang perantara mengumpulkan barang-barang dari
produsen/petani, dan pedagang besar mengumpulkan barang-barang dari pedagang
pengumpul. Proses equalisasi dimana pedagang besar menahan barangnya untuk
sementara sebelum dijual ke pasar. Sedangkan proses diversi adalah proses penjualan
barang dari pedagang besar kepada pedagang eceran, dan penjualan dari pedagang
eceran kepada konsumen.
Pinang akan di jual di pasar-pasar yang ada di Kecamatan Sibolangit, ada juga
yang menjualnya ke pasar Pancur batu, daerah Medan dan keluar provinsi Sumatera
Utara setelah di lakukan pengelolahan terlebih dahulu oleh petani dan pengumpul.
Harga masing-masing pinang setelah dilakukan pengelolahan adalah Rp. 5.000/kg.
1. Alur Pemasaran Pinang (pola A)
Gambar 6. Alur pemasaran pinang pola A
Pola A ini menunjukkan bahwa petani menjual pinang melalui pengumpul
kecamatan yang kemudian dilanjutkan ke pengumpul kabupaten, dan pengumpul
kabupaten menjual ke eksportir. Kebanyakan petani yang menjual langsung kepada
pengumpul disebakan oleh dana yang dikeluarkan petani dalam pemasaran pinang
sangat tinggi sehingga petani lebih memilih untuk memborongkan pinang mereka
kepada pengumpul.
Petani Pinang Pengumpul kecamatan
Pengumpul kabupaten
Biaya tataniaga adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pergerakan barang
dari tangan produsen sampai konsumen akhir atau setiap biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan pemasaran. Besar kecilnya biaya pemasaran berbeda-beda untuk
masing-masing lembaga pemasaran yang bersangkutan.
Tabel 6. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola A
Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg (Rp) Persen (%)
Petani pinang Harga Jual 3000
Biaya Produksi 1000
Margin Keuntungan 2000
Persen Margin keuntungan 66,67
Pengumpul Kecamatan
Harga Beli 3000
Harga Jual 4000
Biaya Tataniaga 250
Margin keuntungan 750
Persen Margin keuntungan 18,75
Pengumpul Kabupaten
Harga Beli 4000
Harga Jual 9000
Biaya Tataniaga 2500
Margin Keuntungan 2500
Persen Margin keuntungan 27,78
Eksportir Harga Beli 9000
Total Margin Keuntungan 5250
Persentase keuntungan petani pinang pada pola A dapat dilihat dari Tabel 6.
sebesar 66,67% atau sebesar Rp.2000 setiap kg. Dari hasil perhitungan ini diketahui
bahwa distribusi persentase keuntungan petani pinang lebih besar dibandingkan dengan
pengumpul kecamatan. Besarnya persentase distribusi keuntungan pengumpul
diperoleh dengan membagikan nilai dari margin keuntungan dengan nilai harga
penjualan ditingkat konsumen. Hal ini dipengaruhi adanya biaya tataniaga atau biaya
pengolahan yang dilakukan oleh pengumpul pinang sebelum menjual pinang tersebut
yang meliputi biaya transportasi, upah karyawan, retribusi dan biaya tak terduga
pengambilan pinang yang meliputi biaya untuk keperluan makan dan biaya untuk
peralatan yang digunakan.
Tabel 7. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola A
Persentase margin pemasaran di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 7.
sebesar 11,11 % untuk pinang. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel 7.
sebesar Rp. 8.000/kg. Margin pemasaran diperoleh dari harga penjualan ditingkat
konsumen dikurangi dengan harga penjualan ditingkat produsen atau petani dan
persentase margin pemasaran untuk tingkat petani diperoleh dengan membagikan
harga produksi (biaya yang keluar selama proses pemanenan pinang) dengan harga
penjualan ditingkat eksportir, sementara persentase margin pemasaran untuk tingkat
pengumpul diperoleh dengan membagikan harga beli ditingkat petani dengan harga
beli ditingkat eksportir. Harga atau biaya produksi untuk semua pelaku pasar diperoleh
dari hasil wawancara langsung dengan responden.
Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani selama pengambilan pinang
merupakan biaya kebutuhan para petani dalam pemanenan pinang, diantaranya biaya
pangan, biaya transportasi, biaya pembelian alat dan biaya kebutuhan lainnya.
2. Alur Pemasaran Pinang (pola B)
Pola B ini menunjukkan petani menjual pinang melalui pengumpul kabupaten
yang kemudian dilanjutkan ke eksportir, kebanyakan petani yang menjual langsung Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg
(Rp)
Persen (%)
Petani pinang Harga Produksi 1000 11,11
Pengumpul
Eksportir Harga Jual 9000 100,00
kepada pengumpul disebakan oleh dana yang dikeluarkan petani dalam pemanenan
sangat tinggi sehingga petani lebih memilih untuk memborongkan pinang mereka
kepada pengumpul, dari pengumpul selanjutnya memasarkan pinang tersebut kepada
eksportir.
Gambar 7. Alur pemasan pinang pola B
Tabel 8. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola B Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg
(Rp)
Persen (%)
Petani pinang
Harga Jual 4000
Biaya Produksi 1250
Margin Keuntungan 2750
Persen Margin keuntungan 68,75
Pengumpul kabupaten
Harga Beli 4000
Harga Jual 9000
Biaya Tataniaga 2500
Margin Keuntungan 2500
Persen Margin keuntungan 27,78
Eksportir Harga Beli 9000
Total margin keuntungan 5250
Distribusi persentase keuntungan pengumpul pinang Dari Tabel 8. tersebut
dapat diketahui adalah 27,78% dengan margin keuntungan yang diperoleh Rp. 9.000
-(Rp. 4.000 + Rp. 2500) = Rp. 2500/kg untuk pinang. Persentase distribusi keuntungan
ditingkat petani pinang sebesar 68.75%. Hasil perhitungan pada Tabel 8. diketahui
bahwa distribusi persentase keuntungan petani pinang lebih besar dibandingkan dengan
pengumpul. Besarnya persentase distribusi keuntungan pengumpul diperoleh dengan
membagikan nilai dari margin keuntungan dengan nilai harga penjualan ditingkat Petani Pinang Pengumpul
kabupaten
eksportir sebesar 27,78%. Hal ini dipengaruhi adanya biaya tataniaga atau biaya
pengolahan yang dilakukan oleh pengumpul pinang sebelum menjual pinang tersebut
yang meliputi biaya transportasi, upah karyawan, retribusi dan biaya tak terduga
lainnya, sedangkan petani pinang hanya mengeluarkan biaya produksi selama
pengambilan pinang yang meliputi biaya untuk keperluan makan dan biaya untuk
peralatan yang digunakan.
Tabel 9. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola B
Persentase marjin pemasaran ditingkat petani pinang Berdasarkan Tabel 9.
diketahui bahwa sebesar 16,67%. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel
9. sebesar Rp. 9.000 – Rp. 1.250 = Rp. 7.750/kg. Margin pemasaran diperoleh
dari harga penjualan ditingkat konsumen dikurangi dengan harga penjualan ditingkat
produsen atau petani dan persentase margin pemasaran untuk tingkat petani diperoleh
dengan membagikan harga produksi (biaya yang keluar selama proses pemanenan
pinang) dengan harga penjualan ditingkat konsumen, sementara persentase margin
pemasaran untuk tingkat pengumpul diperoleh dengan membagikan harga beli
ditingkat petani dengan harga beli ditingkat konsumen. Harga atau biaya produksi
untuk semua pelaku pasar diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden.
3. Alur Pemasaran Pinang (pola C)
Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp)
Persen (%)
Petani pinang Harga Produksi 1250 16,67
Pengumpul Harga Beli 4000 44,44
Eksportir Harga Beli 9000 100,00
Pola C menunjukkan petani pinang menjual pinang kepada pengumpul
kecamatan dan pengumpul kecamatan langsung kepada konsumen tanpa ada
perantaraan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
Gambar 8. Alur pemasaran pinang pola C
Tabel 10. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola C Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg
(Rp)
Persen (%)
Petani pinang
Harga Jual 3000
Biaya Produksi 1000 Margin Keuntungan 2000
Persen Margin keuntungan 66,67
Pengumpul kecamatan
Harga Beli 3000
Harga Jual 5000
Biaya Tataniaga 750 Margin Keuntungan 1250
Persen Margin keuntungan 25,00
Konsumen Harga Beli 5000
Total Margin Keuntungan 3500
Pengamatan dan wawancara yang dilakukan terhadap responden ditingkat
petani pinang dalam pengusahaan tanaman pinang disebutkan adanya
biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang. Adapun biaya
produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang di kecamatan Sibolangit dapat
diklasifikasikan menjadi biaya pengadaan alat, biaya pemanenan dan
biaya transportasi, yaitu sebesar Rp. 1.000/kg pada Tabel 10.
Tabel 11. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola C
Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp) Persen (%)
Petani pinang Harga Produksi 1000 20,00
Pengumpul Kecamatan
Harga Beli 3000 60,00
Konsumen Harga Beli 5000 100,00
Margin Pemasaran 4000
Petani Pinang Pengumpul Konsumen
Persentase marjin pemasaran ditingkat petani pinang berdasarkan Tabel 11.
diketahui bahwa sebesar 20%. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel 11.
ini sebesar Rp. 4000/kg. Persentase marjin pemasaran ditingkat pengumpul dapat
diketahui sebesar 60% dengan harga beli pinang sebesar Rp. 3000/kg.
4. Alur Pemasaran Pinang (pola D)
Pola D menunjukkan petani pinang menjual pinang langsung kepada konsumen tanpa ada perantaraan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Kegiatan ini dilakukan petani di pasar-pasar tradisional yang ada di kecamatan Sibolangit.
Gambar 9. Alur pemasaran pinang pola D Tabel 12. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola D
Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg (Rp)
Persen (%)
Petani pinang
Harga Jual 5000
Biaya Produksi 1500 Margin Keuntungan 3500
Persen Margin keuntungan 70,00
Konsumen Harga Beli 5000
Total Margin Keuntungan 3500
Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terhadap responden ditingkat
petani pinang dalam pengusahaan tanaman pinang disebutkan adanya
biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang. Adapun biaya
produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang di kecamatan Sibolangit dapat
diklasifikasikan menjadi biaya pengadaan alat, biaya pemanenan dan
biaya transportasi, yaitu sebesar Rp. 1.500/kg pada Tabel 12.
Tabel 13. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola D
Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp) Persen (%)
Petani pinang Harga Produksi 1500 15,00
Konsumen Harga Beli 5000 100,00
Margin Pemasaran 3500
Persentase marjin pemasaran ditingkat petani pinang berdasarkan Tabel 13.
diketahui bahwa sebesar 15%. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel 13.
ini sebesar Rp. 5.000 – Rp. 1.500 = Rp. 3500/kg tapi tidak semua petani dapat
menikmati harga pinang sebesar itu karena jarak yang jauh petani harus mengeluarkan
biaya produksi yang tinggi.
Analisis SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh
Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak
faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah
kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak
lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil
titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal. Secara lebih
jelas analisis pengembangan dan pemasaran pinang
di Kecamatan Sibolangit dilakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman (SWOT). Bedasarkan hasil wawancara dan pengisian oleh masyarakat
dapat dirumuskan beberapa pokok aspek baik internal maupun eksternal sebagai
berikut:
Aspek internal
Aspek internal berupa kekuatan (strength) yang dimiliki pengaruh terhadapat
pengembangan dan pemasaran pinang adalah:
1. Tanaman pinang dapat di usahakan secara tumpangsari/polikultur
4. Tanaman pinang merupakan tanaman yang semua bagiannya bisa digunakan
Sementara aspek internal berupa kelemahan (weakness) yang memiliki
pengaruh terhadap pengembangan dan pemasaran pinang adalah:
1. Kurangnya informasi pasar yang diterima oleh petani pinang
2. Harga pinang yang tidak stabil
3. Pengelolahan pinang belum disertai dengan upaya budidaya
Aspek Eksternal
Aspek esternal berupa peluang (opportunity) yang memiliki pengaruh terhadap
pengembangan dan pemasaran pinang adalah:
1. Permintaan pasar yang terus meningkat baik dari konsumen lokal maupun luar
negeri
2. Perkembangan IPTEKS memungkinkan untuk meningkatkan produksi pinang
Sementara aspek eksternal berupa ancaman (threath) yang memiliki pengaruh
terhadap pengembangan dan pemasaran pinang adalah:
1. Petani pinang tidak intensif pada pemeliharaan dan perawatan
2. Manajemen pascapanen pinang yang kurang baik
3. Panjangnya rantai perdagangan pinang
Hasil scoring yang diperoleh, dilakukan analisis menentukan strategi
pemasaran pinang yang disajikan pada tabel 14:
Tabel 14. Analisis SWOT Pemasaran dan Pengembangan Pinang di Kecamatan Sibolangit
EKSTERNAL
INTERNAL
Opportunity/peluang Treaths/ancaman
1. Permintaan pasar yang terus
meningkat baik dari konsumen lokal
2. Perkembangan IPTEKS
memungkinkan untuk meningkatkan produksi pinang
3. Memiliki pelanggan pengumpul
1. Petani pinang tidak intensif pada pemeliharaan dan perawatan
2. Banyaknya petani yang
menanam pinang
3. Panjangnya rantai
Bedasarkan unsur kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta menggabungkan
dengan unsur peluang dan ancaman, maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan
dalam pengembangan dan pemasaran pinang kedepan. Strategi ini tentunya berupaya
untuk mereduksi kelemahan-kelemahan internal untuk merebut, memanfaatkan dan
mengoptimalkan peluang yang ada. Strategi-strategi pengembangan prioritas (WO)
yang dapat dilakukan, antara lain:
a. Membentuk kelompok tani dan koperasi di tingkat desa untuk menghindari spekulasi
harga yang dilakukan oleh para pengumpul. Kelompok tani dan koperasi ini
difasilitasi oleh pemerintah daerah.
b. Pengawasan terhadap sistem pemasaran pinang. Pengawasan ini dilakukan oleh
pemerintah daerah agar tidak terjadinya monopoli dan spekulasi para pengumpul
yang dapat merugikan para petani.
Strength/kekuatan Strategi SO Strategi ST
1. Tanaman pinang dapat di
usahakan secara tumpangsari/polikultur
2. Pinang termasuk jenis komoditi unggulan
3. Belum terindikasi serangan hama dan penyakit pada tanaman pinang
4. Tanaman pinang merupakan
tanaman yang semua bagiannya bisa di kelola
1. Meningkatkan kuantitas dan
kualitas pinang
2. Melakukan kajian-kajian dan
penelitian-penelitian terhadap aspek-aspek sosial dan ekonomi
3. Meningkatkan nilai jual pinang
4. Budidaya pinang agar dapat menggunakan bibit unggul
1. Memperbaiki manajemen pascapanen agar kualitas pinang terjaga
2. Pemberian penyuluhan kepada petani-petani tentang
pemeliharaan dan perawatan pinang
Weakness/kelemahan Strategi WO Strategi WT
1. Kurangnya informasi pasar yang diterima oleh petani pinang 2. Harga pinang yang tidak stabil
3. Pengelolahan pinang belum
disertai dengan upaya budidaya
1. Membentuk kelompok tani dan koperasi desa
2. Pengawasan terhadap sistem pemasaran pinang
3. Peningkatan SDM
1. Membina hubungan baik antar petani dan pengumpul
c. Peningkatan SDM, pemberian penyuluhan dan bimbingan kepada petani yang
dicampurtangani oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas petani.
Selain strategi prioritas (WO) sesuai diagram SWOT, strategi-strategi alternatif
lain (SO,ST dan WT) juga harus dilakukan. Strategi-strategi alternatif ini dilakukan
bersama-sama dengan strategi. Strategi yang dilakukan, antara lain:
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pinang, jumlah dan mutu pinang harus saling
bereratan.
b. Melakukan kajian-kajian dan penelitian-penelitian terhadap aspek-aspek sosial,
ekonomi yang bermanfaat dalam pengembangan tanaman pinang. Strategi ini dapat
dilakukan dengan menyediakan dana dan mengandeng peneliti-peneliti.
c. Meningkatkan nilai jual pinang dengan cara melakukan kerjasama antara petani dan
pemerintah daerah.
d. Melakukan budidaya pinang agar dapat menggunakan bibit unggul, dimana selama
ini petani hanya menggunakan bibit yang sudah ada dengan menggunakan bibit
unggul maka kualitas dari pinang tersebut akan mempunyai mutu yang bagus.
e. Memperbaiki manajemen pascapanen agar kualitas pinang terjaga. Peranan
pemerintah daerah pada hal ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada
petani tentang pascapanen yang dapat membuat kualitas pinang tetap terjaga.
f. Pemberian penyuluhan terhadap petani tentang pemeliharaan dan perawatan pinang,
dimana diantaranya penyuluhan tentang pemberian pupuk dan pemberian peptisida
apabila ada penyakit atau hama yang dapat merusak pinang tersebut.
g. Pembinaan hubungan baik antara petani dan pengumpul. Kegiatan ini dilakukan
pembinaan hubungan baik antara petani dan pengumpul sehingga petani dapat
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Terdapat 4 jenis pola pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit
Pola A petani menjual pinang melalui pengumpul kecamatan yang kemudian
dilanjutkan ke pengumpul kabupaten, dan pengumpul kabupaten menjual ke
eksportir. Pola B petani menjual pinang melalui pengumpul kabupaten yang
kemudian dilanjutkan ke eksportir. Pola C petani pinang menjual pinang
kepada pengumpul kecamatan dan pengumpul kecamatan langsung kepada
konsumen. Pola D yaitu petani pinang menjual pinang langsung kepada
konsumen tanpa ada perantaraan untuk mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya.
2. Faktor-faktor pengembangan dalam pemasaran pinang dengan
membentuk kelompok tani, koperasi tinggkat desa,melakukan
pengawasan terhadap system pemasaran pinang, peningkatan sumber
daya manusia dan penggunaan bibit unggul.
3. Strategi-strategi pengembangan prioritas (WO) yang dapat dilakukan,
membentuk kelompok tani dan koperasi di tingkat desa untuk menghindari
spekulasi harga yang dilakukan oleh para pengumpul, pengawasan terhadap
petani, dan peningkatan SDM dengan cara memberian penyuluhan dan
bimbingan kepada petani yang dicampurtangani oleh pemerintah daerah untuk
meningkatkan kualitas petani.
Saran
Peningkatan kemampuan petani dalam pemeliharaan, perawatan dan pemasaran
pinang. Selain itu, perlu diperbanyak kelompok tani dan koperasi desa agar tidak
DAFTAR PUSTAKA
Awang, S dkk. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE. Yogyakarta.
BPS, 2012. Statistik Lahan Perkebunan Indonesia Tahun 2008-2011. Komoditi Pinang. Biro Pusat Statistik. Indonesia.
Ginting, P. 2006. Pemasaran Produk Pertanian: Studi Empiris Tentang marjin Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Sayuran di Kotamadya Bandung. USU Press. Medan. Hal. 6-15
Kotler, dan Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Jilid I Edisi Milenium. PrenhAlindo. Jakarta
Kristina, N.N. dan S.F.Syahid, 2007. Penggunaan Tanaman Kelapa, Pinang, dan Aren Sebagai Tanaman Obat. Warta Puslitbangbun. Vol. 13
Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. UGM-Press. Yogyakarta.
Novarianto. H dan T. Rompas. 1990. Prospek dan Budidaya Tanaman Pinang. Buletin Balitka.
Pandin. S. D, dan T. Rompas. 1994. Karakterisasi Tanaman Pinang di Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Kelapa.
Sihombing, L. 2005. Analisis Tataniaga Hasil Pertanian di Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Manajemen, Pemasaran Hasil Pertanian. Rajawali Press. Medan
Soni, T. 2008. Konsep dan Proses Pemasaran Produk Agroforestri. IPB Press. Bogor.
Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah, Malang.
Syamsuhidayat, S.S. dan J.R. Hutapea, 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Balitbang Departemen Kesehatan. Vol I: 64-65
Syukur, M., 2009. Teknik Budidaya Pinang. [http://www. CCRC-FARMASI – UGM]. Yogyakarta. [27 Mei 2009].
Lampiran 01.
KUESIONER
RESPONDEN/PETANI PINANG
STRATEGI PEMASARAN PINANG (Areca catechu L.)
KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG
PENGENALAN TEMPAT
Desa
Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang
Propinsi Sumatera Utara
Tanggal
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA