• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pemasaran Pinang (Areca catechu L.) (Studi Kasus Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pemasaran Pinang (Areca catechu L.) (Studi Kasus Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Pemasaran Pinang (

Areca catechu L

.)

Studi Kasus Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang,

Provinsi Sumatera Utara

SKRIPSI

Oleh

Pebriaman Kanista M 071203022 Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Strategi Pemasaran Pinang (Areca catechu L.) (Studi Kasus Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang) Nama : Pebriaman Kanista Maru’ao

NIM : 071203022

Departemen : Kehutanan

Program Studi : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui oleh, Komisi Dosen Pembimbing

Ketua Anggota

(Yunus Afifuddin, S. Hut, M.,Si) (Ridwanti Batubara, S. Hut., M. P)

Diketahui Ketua Program Studi

(Siti Latifah, S.Hut,M.Si, Ph.D)

(3)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Medan tanggal 23 Februari 1989 dari Bapak Herois

Maruao dan Ibu Isabella br. Bangun. Penulis merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara.

Tahun 2001 penulis lulus dari SD Negeri 068004 Medan, tahun 2004 lulus dari

SMP Negeri 31 Medan, tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 15 Medan. Pada

tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Sumatera Utara. Penulis

memilih Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Departemen Kehutanan, Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Tahun 2009 penulis melakukan kegiatan Praktik Pengenalan dan Pengenalan

Hutan (P3H) di Hutan Alam Tangkahan dan Hutan Mangrove Pulau Sembilan

Kabupaten Langkat. Tahun 2011 penulis melakukan praktek Kerja Lapangan di HTI

PT. Musi Hutan Persada. Tahun 2012 penulis melakukan penelitian di Kecamatan

Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

(4)

ABSTRAK

PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Strategi Pemasaran Pinang (Areca Catechu L.) (Studi Kasus di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang) di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.

Pinang sebagai salah satu komoditas ekspor potensial Sumatera Utara dalam pengelolaannya masih dilakukan secara parsial. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pemasaran komoditi pinang, mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan pemasaran pinang, menentukan Strategi pengembangan dan pemasaran terhadap permasalahan yang timbul berkaitan dengan rantai pemasaran pinang di kecamatan Sibolangit kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja. Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana, sedangkan lembaga pengolah dan tataniaga yang terlibat dilakukan secara snowball sampling method dengan jumlah sampel sebanyak 50 (lima puluh) orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan analisi permasalahan dengan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani dan pengusaha pinang. Keseluruhan data baik primer maupun skunder selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya pinang umumnya dilakukan secara polikultur dengan tingkat penerapan teknologi yang rendah produktivitasnya. Pada subsistem pemasaran hasil, rantai perdagangan masih cukup panjang yang menyebabkan tidak efisiennya biaya produksi telah menimbulkan margin ganda, sehingga nilai tambah komoditas pinang yang diterima petani sangat rendah, sehingga strategi prioritas pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit adalah membentuk kelompok tani, koperasi tingkat desa, pengawasan terhadap system pemasaran pinang, peningkatan sumber daya manusia dan penggunaan bibit unggul.

(5)

ABSTRACT

PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Marketing Strategy of Pinang (Areca Catechu L.)

(Case Study in District Sibolangit, District Deli Serdang) The study was conducted under the supervision of YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA.

Areca nut is one of North Sumatra’s potential export commodity which it’s management still did as partial. The purpose of this research is Analyzing the income level of areca nut farmers, Analyzing the commodity marketing system of areca nut, Identifying factors marketing development of areca nut in Sibolangit sub Deli Serdang regency North Sumatra province. The election of research’s location did expressly. The decision of respondent did as purposive sampling, but processing factory and business administration which involved did as snowball sampling method with total sample of 50 (fifty) respondents. Data collected through observation and analysis of the problem with interview using questionnaires to farmers and entrepreneurs nut. Overall both primary and secondary data is tabulated next as needed.

Result of this research is cultivation of areca nut did as polycultur with low technology application level will low productivity. In product marketing subsystem, trade chain is too long, that’s why product’s cost is not too efficient and than make double margin, than areca nut’s farmer price is too low, so areca marketing strategy priorities in District Sibolangit is forming farmer groups, Cooperative village level,

supervision of areca marketing system, human resource development and use of quality seeds.

(6)

DAFTAR ISI

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Pinang ... 5

Manfaat Pinang ... 6

Penyebaran dan Produksi Pinang ... 9

Panen dan Pasca Panen Pinang... 10

Teori Pemasaran ... 11

Analisis Pemasaran ... 12

Analisis SWOT ... 14

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

Alat dan Bahan ... 17

Metode Penelitian ... 17

Metode Pengumpulan Data ... 17

Pengambilan Sampel ... 18

(7)

Teknik dan Tahapan Pengambilan Data ... 18 Karakteristik Responden ... 22

Usia Petani Pinang ... 22

Tingkat Pendidikan Petani ... 23

Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi………. 23 Sarana Transportasi... 24

Sistem Pemanenan Pinang ………. 25

Subsistem Pemasaran Pinang ... 26

Alur Pemasaran Pinang ... 27

Alur Pemasaran Pinang (Pola A) ... 29

Alur Pemasaran Pinang (Pola B) ... 31

Alur Pemasaran Pinang (Pola C) ... 33

Alur Pemasaran Pinang (Pola D) ... 34

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Matriks SWOT Kearns... ... 15

2. Tabel Analisis SWOT... ... 21

3. Jumlah Responden dalam Penelitian…... 22

4. Usia Petani Pinang di Kecamatan Sibolangit………. ... 22

5. Tingkat Pendidikan Petani………. 23

6. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola A... ... 29

7. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola A………. ... 30

8. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola B ... 31

9. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola B. ... 32

10. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola C ... 33

11. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola C ... 34

12. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola D ... 34

13. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola D ... 35

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. a. Pinang menjadi tanaman pagar dan pisang tanaman utama... ... 24

b. Denah tanaman di desa Sanyum Sabah... 24

c. Pinang menjadi tanaman pagar dan tanaman campuran... 24

2 . a. Bus mini PT. Sinabung Jaya Raya... ... 25

b. Bus mini PT. Sutra... ... 25

3 . a. Pinang yang dijemur menggunakan sinar matahari... 26 b. Pengupasan secara manual... ... 26

4. a. Pinang yang telah di belah………. . 27

b. Pinang yang siap untuk di jual ke konsumen... 27

(10)

 

 

 

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Responden Petani Pinang 2. Kuesioner Responden Pengumpul Pinang 3. Nama-nama Responden Petani Pinang 4. Foto-foto Penelitian

 

   

 

 

 

 

 

 

(11)

ABSTRAK

PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Strategi Pemasaran Pinang (Areca Catechu L.) (Studi Kasus di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang) di bawah bimbingan YUNUS AFIFUDDIN dan RIDWANTI BATUBARA.

Pinang sebagai salah satu komoditas ekspor potensial Sumatera Utara dalam pengelolaannya masih dilakukan secara parsial. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pemasaran komoditi pinang, mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan pemasaran pinang, menentukan Strategi pengembangan dan pemasaran terhadap permasalahan yang timbul berkaitan dengan rantai pemasaran pinang di kecamatan Sibolangit kabupaten Deli Serdang provinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja. Penentuan responden dilakukan secara acak sederhana, sedangkan lembaga pengolah dan tataniaga yang terlibat dilakukan secara snowball sampling method dengan jumlah sampel sebanyak 50 (lima puluh) orang responden. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan observasi dan analisi permasalahan dengan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani dan pengusaha pinang. Keseluruhan data baik primer maupun skunder selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa budidaya pinang umumnya dilakukan secara polikultur dengan tingkat penerapan teknologi yang rendah produktivitasnya. Pada subsistem pemasaran hasil, rantai perdagangan masih cukup panjang yang menyebabkan tidak efisiennya biaya produksi telah menimbulkan margin ganda, sehingga nilai tambah komoditas pinang yang diterima petani sangat rendah, sehingga strategi prioritas pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit adalah membentuk kelompok tani, koperasi tingkat desa, pengawasan terhadap system pemasaran pinang, peningkatan sumber daya manusia dan penggunaan bibit unggul.

(12)

ABSTRACT

PEBRIAMAN KANISTA MARUAO. Marketing Strategy of Pinang (Areca Catechu L.)

(Case Study in District Sibolangit, District Deli Serdang) The study was conducted under the supervision of YUNUS AFIFUDDIN and RIDWANTI BATUBARA.

Areca nut is one of North Sumatra’s potential export commodity which it’s management still did as partial. The purpose of this research is Analyzing the income level of areca nut farmers, Analyzing the commodity marketing system of areca nut, Identifying factors marketing development of areca nut in Sibolangit sub Deli Serdang regency North Sumatra province. The election of research’s location did expressly. The decision of respondent did as purposive sampling, but processing factory and business administration which involved did as snowball sampling method with total sample of 50 (fifty) respondents. Data collected through observation and analysis of the problem with interview using questionnaires to farmers and entrepreneurs nut. Overall both primary and secondary data is tabulated next as needed.

Result of this research is cultivation of areca nut did as polycultur with low technology application level will low productivity. In product marketing subsystem, trade chain is too long, that’s why product’s cost is not too efficient and than make double margin, than areca nut’s farmer price is too low, so areca marketing strategy priorities in District Sibolangit is forming farmer groups, Cooperative village level,

supervision of areca marketing system, human resource development and use of quality seeds.

(13)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan di Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat tinggi.

Selain kayu, hasil hutan bukan kayu dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku

industri. Masyarakat sekitar hutan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu sebagai

sumber mata pencaharian. Beberapa hasil hutan bukan kayu yang biasanya dikenal

masyarakat antara lain seperti rotan, bambu, nipah, getah damar, minyak atsiri,

tanaman obat, madu, pinang dan lain-lain sebagainya merupakan sumber penghidupan

bagi jutaan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan.

Tanaman pinang (Areca catechu L.) adalah salah satu jenis palma yang

memiliki banyak kegunaan antara lain untuk konsumsi, bahan industri kosmetika,

kesehatan, dan bahan pewarna pada industri tekstil. Tanaman ini tersebar luas di

wilayah Indonesia, baik secara individu maupun populasi, dan umumnya ditanam

sebagai tanaman pagar atau pembatas kebun (Novarianto Dan Rompas, 1990)

Pinang termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat karena

secara alami penyebarannya cukup luas di berbagai daerah. Ada beberapa jenis pinang

diantaranya pinang biru, pinang hutan, pinang irian, pinang kelapa, pinang sirih dan pinang merah.

Pinang merupakan salah satu komoditas hasil hutan non-kayu dari Sumatera

Utara yang memiliki potensi yang cukup besar. Luas areal dan produksi pinang

mengalami mengalami peningkatan dalam kurun 4 tahun terakhir

(14)

5.380,89 ha dengan laju pertumbuhan sebesar 19,59%, sedangkan produksi

dari 2.783,76 ton menjadi 3.238,72 ton atau mengalami laju pertumbuhan

sebesar 16,34% (BPS, 2012).

Seiring dengan meningkatnya pemanfaatan pinang, permintaan untuk ekspor

juga terus meningkat. Negara tujuan ekspor saat ini meliputi Pakistan, Nepal,

Bangladesh, India, Singapura, dan Thailand. Indonesia menjadi produsen utama pinang

dunia dengan produksi yang terus meningkat setiap tahun, dan mencapai 100.000 ton

pada tahun 2006 (Miftahorrachman, 2006).

Semakin tingginya permintaaan pinang, maka perlu sangat

diperlukan untuk mengetahui tata niaga atau pemasaran pinang. Hal ini

karena pemasaran adalah ujung tombak dari kegiatan produksi, karena penilaian

terakhir dari usaha produksi diberikan oleh pembeli atau pemakaian, karena itu setiap

orang yang terlibat dalam organisasi, terlepas dari bobot keterlibatannya, juga terlibat

dalam masalah pemasaran (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Kecamatan Sibolangit merupakan salah satu kecamatan yang banyak menanam

pinang. Bagi masyarakat Sibolangit, tanaman pinang banyak digunakan untuk

pembatas lahan masyarakat, obat-obatan dan digunakan sebagai bahan campuran untuk

“nyirih”. Pinang merupakan salah satu komoditas hasil hutan non-kayu dari Sumatera

Utara yang memiliki potensi yang cukup besar, namun tanaman pinang masih belum

dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, hal ini dikarenakan pemasaran yang

sulit dan kurang pengetahuan tentang budidaya pinang. Bedasarkan hal tersebut, maka

perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui besarnya produksi dan pemasaran pinang

(15)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pemasaran komoditi pinang di Kecamatan Sibolangit.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor pengembangan pemasaran pinang di Kecamatan

Sibolangit.

3. Menentukan Strategi pengembangan dan pemasaran terhadap permasalahan

yang timbul berkaitan dengan rantai pemasaran pinang.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pemasaran pinang di

Kecamatan Sibolangit, sebagai bahan pertimbangan dalam usaha tani yang harus

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Pinang merupakan tumbuhan tropika yang ditanam untuk mendapatkan

buahnya dan keindahannya sebagai hiasan taman. Tingginya antara

10 hingga 30 m dan meruncing di bagian pucuk, ukuran melintang batang

pokok 15 cm hingga 20 cm. Di bagian jemala (crown) pokok ini berbentuk

bulat dan berwarna hijau semasa muda dan apabila masak ia menjadi

kuning dan merah. Pinang (Areca catechu) adalah sejenis palma yang

tumbuh di daerah Pasifik, Asia dan Afrika bagian timur (Syamsuhidayat dan Hutapea,

1991).

Pinang termasuk jenis tanaman yang sudah dikenal luas di masyarakat

karena secara alami penyebarannya cukup luas di berbagai daerah.

Ada beberapa jenis pinang diantaranya pinang biru, pinang hutan,

pinang irian, pinang kelapa, dan pinang merah. Salah satu jenis pinang

yang sudah dikenal masyarakat adalah pinang sirih yang memiliki sifat-sifat sebagai

berikut:

1. Pohon tumbuh satu – satu, tidak berumpun seperti jenis palem umumnya.

2. Batang lurus agak licin tinggi dapat mencapai 25 cm.

3. Diameter batang atau jarak antar-ruas batang sekitar 15 cm

4. Garis lingkaran batang tampak jelas.

5. Bentuk buah bulat telur, mirip telur ayam, dengan ukuran sekitar 3,5-7,7 cm

serta berwarna hijau waktu muda dan merah jingga atau merah kekuningan saat

(17)

Klasifikasi Pinang (Areca catechu)

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Liliopsida (monokotil)

Ordo : Arecales

Family : Arecaceae

Genus : Areca

Spesies : Areca catechu L

Nama Daerah

Jawa : Pinang, jambe (Banyuwangi); jambe (Sunda); wohan

Kalimantan : Gahat, gehat, kahat, taan, pinang

Maluku : Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm

Sumatera : Pineng, pineung (Aceh), pinang (Gayo), batang mayang (Karo),

pining (Toba), batang pinang (Minangkabau)

Sulawesi : Mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, amongon

Ciri-ciri Pinang

Akar : Berakar serabut, putih kotor

Batang : Batang tegak lurus tinggi 10-30 m, bergaris tengah 15 cm, tidak

bercabang dengan bekas daun yang lepas. Pembentukan batang

baru terjadi setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun

tergantung keadaan tanah

Daun : Daun majemuk menyirip tumbuh berkumpul di ujung batang

membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang

(18)

daun mempunyai panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung sobek

dan bergigi

Bunga : Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok,

keluar dari bawah roset daun, panjang sekitar 75 cm, dengan

tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada

pangkal, di atasnya banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris

yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih

kuning, benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau,

bakal buah beruang satu.

Buah : Buahnya buah buni, bulat telur sungsang memanjang, panjang

3,5-7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah oranye.

Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan da 4 bulan kmudian

mempunyai jambul daun-daun kecil yang belum terbuka

Biji : Biji satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung

membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal,

panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan sampai

coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan

warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm

berwarna coklat tua dengan lipatan tidak beraturan menembus

endosperm yang berwarna agak keputihan (Syukur, 2009).

Manfaat pinang

Tanaman pinang dapat dijadikan tanaman pagar, penghijauan, bahan bangunan,

dan hiasan, bagian-bagian tanamannya sangat berkhasiat

(19)

dimanfaatkan bijinya, yang di dunia Barat dikenal sebagai betel nut. Biji ini dikenal

sebagai salah satu campuran orang makan sirih, selain gambir, dan

kapur (Syukur, 2009).

Daun

Daun pinang mengandung minyak atsiri yang dapat mengobati

gangguan radang tenggorokan, pangkal tenggorokan, dan pembuluh broncial. Pucuk

daun muda yang rasanya pahit pun dapat dijadikan obat nyeri otot.

Selain obat, daun pinang dijadikan sebagai pupuk hijau

(Kristina dan Syahid, 2007).

Pelepah

Pelepah pinang dapat dipakai sebagai bahan baku pembungkus makanan,

seperti pembungkus gula merah, gula aren, atau gula tebu.

(Kristina dan Syahid, 2007).

Batang

Batang berguna sebagai bahan bangunan, jembatan, dan saluran air.

Bahkan, setiap tahun pada perayaan hari kemerdakaan, batang pinang

dipakai sebagai tiang untuk lomba panjat pinang. Tanamannya

sendiri dapat dipakai untuk mencegah terjadinya erosi atau longsor pada tanah miring

(Kristina dan Syahid, 2007).

Sabut buah

Buah pinang mengandung sabut dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan

kuas gambar atau kuas alis mata. Sabut pinang rasanya hangat dan pahit, digunakan

untuk gangguan pencernaan, sembelit dan edema  

(20)

Biji

Biji berguna untuk bahan makanan, bahan baku industri seperti perwarna kain,

dan obat. Seperti juga pelepah pinang, biji pun perlu pengolahan untuk mendapatkan

produk-produk tersebut. Biji pinang sebagai penyusun ramuan obat sudah masuk ke

dalam daftar prioritas WHO (Word Health Organization) yang bernaung dibawah

PBB. Biji pinang ini dimanfaatkan sebagai obat sejak ribuan tahun sebelum masehi,

terutama di Mesir. Hingga kini, ada sekitar 23 negara yang menggunakan biji pinang

sebagai obat cacing, eksim, sakit gigi, flu, luka, kudis, difteri, nyeri haid, mimisan,

sariawan, mencret, koreng, borok (Kristina dan Syahid, 2007).

Air rebusan dari biji pinang digunakan untuk mengatasi penyakit seperti haid

dengan darah berlebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng, borok, bisul, eksim,

kudis, difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang), mencret dan disentri oleh

masyarakat desa Semayang Kutai Kalimatan Timur. Selain itu digunakan juga untuk

mengatasi bengkak karena retensi cairan (edema), rasa penuh di dada, luka, batuk

berdahak, diare, terlambat haid, keputihan, beri-beri, malaria, memperkecil pupil mata.

Biji dan kulit biji bagian dalam dapat juga digunakan untuk menguatkan gigi goyah,

bersama-sama dengan sirih. Air rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat sakit

mata oleh suku Dayak Kendayan, di Kecamatan Air Besar Kalimantan Barat.

Sementara bagi masyarakat Papua umumnya, pinang muda digunakan bersama dengan

buah sirih untuk menguatkan gigi. Selain sebagai obat penguat gigi, masyarakat pesisir

pantai desa Assai dan Yononi, yang didiami oleh suku Menyah, Arfak, Biak dan Serui

(Papua), biji pinang muda digunakan sebagai obat untuk mengecilkan rahim setelah

melahirkan oleh kaum wanita dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan

(21)

Penyebaran dan Produksi Pinang

Ekspor biji pinang dari Sumatra Utara terus mengalami penurunan hingga

September 2009 sebesar 30,77 % bila dibanding periode yang sama tahun lalu. Data

dari Subdinas Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Sumatera Utara (Disperindagsu), menunjukkan penurunan tersebut terjadi sejak

pelabuhan di Mumbai India sebagai negara terbesar pengimpor biji pinang harus

pindah. Sejak pelabuhannya dipindahkan pada akhir 2008 yang lalu, ekspor biji pinang

tidak pernah mengalami kenaikan. Itu mereka lakukan dengan alasan untuk melindungi

pemasaran dalam negeri, India juga membuat kampanye negatif tentang kualitas biji

pinang dari Indonesia, termasuk Sumut, yang disebutkan tidak higienis hingga dapat

menyebabkan kanker gusi. Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Sumatra Utara (Disperindagsu), volume ekspor biji

pinang periode Januari - September 2009 mencapai 8,364 ton dengan nilai US$4,098

juta (Disperindagsu, 2009).

Sampai saat ini sentra tanaman pinang di Indonesia adalah di Pulau Sumatera

dan Kalimantan. Penyebarannya meliputi Aceh, Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan

Barat. Dengan terus meningkatnya permintaan pasar untuk ekspor, membuka peluang

pengembangan di wilayah Indonesia lainnya. Untuk mendukung pengembangan

komoditi pinang maka salah satu yang dibutuhkan adalah ketersediaan benih unggul.

Hal ini bisa diperoleh melalui serangkaian kegiatan pemuliaan tanaman. Salah satu di

antaranya adalah kegiatan eksplorasi, untuk mempelajari keragaman genetik, sekaligus

mengumpulkan bahan tanaman sebagai materi pemuliaan tanaman (Pandin dan

(22)

Sampai dengan tahun 2006 Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain

Manado telah melakukan eksplorasi di Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat,

Sumatera Utara, Daerah Istimewa Aceh, dan Kalimantan Selatan. Akses pinang asal

pulau Sumatera memiliki keragaman yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan

pengelompokan dan jarak genetik antar aksesi pinang berdasarkan karakter vegetatif

dan generatif (Miftahorrachman, 2006).

Panen dan Pasca Panen Pinang

A. Panen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Panen buah masak penuh

Panen dapat dilakukan pada buah yang menjelang masak atau sudah masak.

Tanda buah siap panen adalah warna kulit berwarna kuning atau kemerahan. Panen

dapat dilakukan setiap hari dengan menggilir beberapa kelompok tanaman. Pada skala

usaha luas 1 ha, panen dapat diatur sekali sebelum produksi rata-rata 400 kg biji pinang

kering buah yang di panen harus dalam kondisi kuning.

2. Panen buah muda

Pinang kacung dipanen saat buah masih berwarna hijau tua atau berumur antara

7 - 8 bulan. Biasanya buah yang dipanen cara seperti ini, dalam proses pasca panen

melalui perebusan sehingga buah akan mengeras dan tidak mudah terserang

hama/penyakit.

B. Penanganan pasca panen

Sesudah di panen buah dibelah menjadi dua tujuannya adalah agar buah cepat

kering, setelah buah terbelah semua segera dikeringkan dengan panas sinar matahari,

setelah kering buah yang masih mempunyai kulit tadi di cungkil setelah itu buah

(23)

berturut-turut. Setelah kering biji pinang dapat dikemas dalam karung plastik untuk

dijual atau disimpan dalam gudang.

Teori Pemasaran

Produksi dan pemasaran mempunyai ketergantungan yang erat. Produksi yang

meningkat tanpa didukung oleh sistem pemasaran yang dapat menampung hasil

dengan tingkat harga yang layak tidak akan berlangsung lama, malah pada waktunya ia

akan menurun karena pertimbangan untung rugi usahatani

(Haerah, 1979).

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seorang atau

sekelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan

dan pertukaran produk dan nilai. Defenisi ini didasarkan pada konsep inti berikut yaitu

kebutuhan, keinginan dan permintaan (Kotler dan Philip, 2000)

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi

dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang-barang mengalir dari produsen sampai

kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna dan bentuk melalui proses

pengelolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui

proses penyimpanan.

Dalam pemasaran terdapat empat prinsip dasar yang terdiri 4P, yaitu:

1. Product (produk)

2. Price (harga)

3. Place (tempat)

4. Promotion (promosi) (Sudiyono, 2004)

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses

(24)

komoditas. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan karena daerah produsen

terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang atau hanya ada satu

pembeli. Kondisi ini merugikan pihak produsen. Hal ini berarti efesiensi dibidang

pemasaran masih rendah. Sistem pemasaran dikatakan efesien bila:

1. Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen

dengan biaya serendah-rendahnya.

2. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar

konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi

dan pemasaran barang (Daniel, 2002).

Analisis Pemasaran

Sistem distribusi barang (termasuk hasil hutan) dari produsen ke konsumen bisa

dilakukan dengan melalui cara langsung maupun cara tidak langsung. Keputusan untuk

mendistribusikan barang dalam sistem tataniaga yang sedang berjalan disebut dengan

One time strategic decision”. Sistem distribusi dikatakan optimal adalah jika pada

sistem dimaksud (yaitu : sistem tataniaga yang sedang berjalan), harga sama dengan

biaya marjinal (necessary condition). Pada kondisi tersebut, tercapai tingkat efisiensi

dari biaya distribusi barang dari produsen ke konsumen (Awang, 2002).

Saluran pemasaran merupakan serangkaian kegiatan yang menyelenggarakan

kegiatan tata niaga, menyalurkan barang dari produsen kepada konsumen. Saluran ini

mempunyai hubungan organisasi satu sama lain. Timbulnya saluran tata niaga ini

karena keinginan konsumen untuk mendapatkan barang yang dikehendaki dan

penyesuaian produksi terhadap keinginan konsumen (Sihombing, 2005).

Strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar atau segmen pasar

(25)

merupakan kombinasi bauran pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan untuk

melayani pasarnya. Dari definisi ini jelas terlihat

bahwa penerapan strategi pemasaran sangat penting dalam menarik

konsumen untuk meningkatkan penjualan suatu produk. Penerapan ini

sangat berdampak bagi perusahaan dalam jangka panjang untuk

menguasai pangsa pasar terbesar dari pangsa pasar yang ada. Apabila suatu perusahaan

menerapkan strategi pemasarannya dengan mantap dan tepat dalam menarik minat

konsumen, maka ia akan lebih mudah menguasai pangsa pasar yang ada (Soni, 2008).

Tahapan proses penyampaian komoditas atau barang dalam tata niaga hasil

pertanian dimulai dari produsen sampai kepada konsumen. Tahap-tahap proses tersebut

adalah : (1) proses konsentrasi, (2) proses Equalisasi, dan (3) proses diversi. Pada tahap

proses konsentrasi dimana pedagang perantara mengumpulkan barang-barang dari

produsen/ petani, dan pedagang besar mengumpulkan barang-barang dari pedagang

pengumpul. Proses equalisasi dimana pedagang besar menahan barangnya untuk

sementara sebelum dijual ke pasar. Sedangkan proses diversi adalah proses penjualan

barang dari pedagang besar kepada pedagang eceran, dan penjualan dari pedagang

eceran kepada konsumen (Ginting, 2006).

Analisis SWOT

Salah satu model perencanaan strategis adalah analisis SWOT (Strength,

Weaknesses, Opportunities dan Threats).

S dan W mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dalam hal

ini berkaitan dengan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,

(26)

kelemahan pada fungsi bisnis yaitu : merancang pemasaran dan produk; produksi dan

penawaran; sumber daya manusia; dan keuangan.

O dan T merupakan analisis eksternal – berupa peluang dan ancaman yang meliputi

aspek : sosial, teknologi, ekonomi, politik, hukum, lingkungan, demografi dan pesaing.

Dalam analisis matrix SWOT diterapkan sistem “skoring” untuk unsur-unsur yang

dianggap penting (Hisyam, 1998).

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal

suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk

merancang strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi

peniaian terhadap faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness).

Sementara, analisis eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity)

dan tantangan (ThreathS) (Hisyam, 1998).

Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh

Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak

faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah

kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak

lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil

titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal (Hisyam,

1998).

Tabel 1. Matriks SWOT Kearns

EKSTERNAL INTERNAL

(27)

STRENGTH Comparative Advantage

Mobilization WEAKNESS Divestment/Investment Damage Control

Keterangan:

Sel A: Comparative Advantages

Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga

memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.

Sel B: Mobilization

Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus

dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk

memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu

menjadi sebuah peluang.

Sel C: Divestment/Investment

Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.

Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang

tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada

tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah (melepas

peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap

peluang itu (investasi).

Sel D: Damage Control

Sel ini merupaka kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan

pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya

(28)

yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak

menjadi lebih parah dari yang diperkirakan

(Hisyam, 1998).

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli

Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pelaksanaannya dimulai pada bulan April sampai

juli 2012.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk dokumentasi

penelitian, alat-alat tulis untuk menulis data, kalkulator untuk menghitung data, dan

kuisioner.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

masyarakat petani dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan lokasi penelitian yang

berada di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara.

Prosedur Penelitian

Metode pengumpulan data

Pelaksanaan penelitian ini memiliki dua data yang digunakan yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer antara lain data sosial ekonomi,

alur pemasaran pinang, perbandingan harga nilai jual pinang mulai dari

pedagang terkecil hingga terbesar. Data sekunder yang dikumpulkan

(29)

pemerintah di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera

Utara.

Pengambilan sampel Sampel desa

Sampel desa yang diteliti adalah semua desa yang berada pada Kecamatan

Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Pendekatan yang

digunakan dalam melakukan penelitian adalah metode purposive sampling (penarikan

contoh secara bertujuan), teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih

secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.

Sampel responden

Responden kasus dalam kajian ini adalah kepala keluarga (KK) petani dan

pengusaha pinang pada Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi

Sumatera Utara. Sampel yang dilakukan adalah purposive sampling yaitu teknik

penarikan sampel secara sengaja untuk tujuan tertentu. Jumlah petani pinang sebanyak

50 orang dan 20 orang dari pedagang besar atau pengumpul di Kecamatan Sibolangit

Kabupaten Deli Serdang.

Teknik dan Tahapan Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan secara langsung di lapangan (daerah terpilih

sebagai lokasi kajian), tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah

(30)

1. Melakukan observasi dan analisis permasalahan yang ada di lapangan untuk

memperoleh informasi mengenai petani dan pengusaha pinang.

2. Melakukan wawancara dan diskusi dengan menggunakan kuesioner terhadap

petani dan pengusaha pinang.

3. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder, selanjutnya ditabulasikan

sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data.

Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif sesuai dengan

tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk mengidentifikasi

pihak-pihak yang terkait.

Analisis data

Alur pemasaran pinang

Mengetahui alur pemasaran pinang dilakukan dengan wawancara kepada petani

maupun pengusaha yang dihubungkan dengan harga jual tiap produknya, sehingga

diketahui juga besarnya nilai tambah yang diperoleh setelah adanya pengolahan pinang

dan alur pemasarannya. Kemudian dihitung dengan rumus margin pemasaran dan

margin keuntungan menurut Rahayu dkk (2004). Secara matematis margin pemasaran

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Mji = Pr – Pf

Keterangan :

Mji = Marjin Pemasaran Pinang

Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen

(31)

Secara matematis parameter pengukur distribusi keuntungan dan bagian biaya yang

diterima petani dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan :

Ski = Analisis distribusi keuntungan

Ki = Margin keuntungan

Pr = Harga penjualan pemasaran ditingkat konsumen

Keterangan :

Sp = Harga yang diterima petani

Pf = Harga pembelian pemasaran ditingkat produsen

Pr = Harga penjualan pemasaran di tingkat konsumen

Manfaat Ekonomi dari Pinang

Metode deskriptif juga digunakan dalam menganalisis manfaat ekonomi pinang

di masyarakat. Dalam hal ini dimaksudkan untuk mengetahui berbagai jenis manfaat

yang dapat dimanfaatkan masyarakat melalui budidaya pinang serta nilai manfaat

ekonominya. Metode pengumpulan data untuk tujuan penelitian ini akan menggunakan

metode wawancara dengan kuisioner serta interaksi langsung dengan masyarakat sesuai

dengan kebiasaan masyarakat dalam pemanfaatan pinang. pengumpulan data untuk tujuan

penelitian ini akan menggunakan metode wawancara dengan kuisioner serta interaksi

(32)

Analisis SWOT

Data yang diperoleh dari lapangan berupa hasil kuisioner dan wawancara, dan data

sekunder lainnya misalnya data kadaan di lapangan dianalisis secara deskriptif kemudian

kedua data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik analisis SWOT. Teknik analisis

SWOT yaitu dengan menganalisa tentang masalah dan rantai pemasaran pinang dari segi

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki, kemudian dibuat strategi

pemecahan permasalahan menurut kekuatan dan peluang untuk menekan ataupun

mengurangi kelemahan. Hal tersebut dimasukkan kedalam tabel analisis Swot seperti

berikut:

Tabel 2. Tabel Analisis SWOT

STRENGTH STRATEGI SO STRATEGI ST

Tentukan factor-faktor

WEAKNESS STRATEGI WO STRATEGI WT

(33)

 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dilapangan melalui observasi, kuisioner, dan wawancara

diperoleh hasil-hasil yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

Karakteristik Responden

Jumlah responden pada penelitian ini adalah 70 orang (Tabel 3). Responden

terdiri dari petani pinang sebanyak 50 orang, pedagang pengumpul

kecamatan/kabupaten sebanyak 20 orang. Petani yang menjadi responden adalah yang

melakukan usahatani pinang, baik sebagai usaha sampingan maupun sebagai usaha

pokok. Karakteristik petani responden satu tidak banyak berbeda dengan responden

lainnya. Para petani pinang di Kecamatan Sibolangit hampir seluruhnya menjual

tanaman pinang dalam bentuk biji basah dan kering.

Tabel 3. Jumlah Responden dalam Penelitian

No. Responden Jumlah

1 Petani Pinang 50

2 Pengumpul Pinang 20

Total 70

(34)

Umur petani pinang yang dipilih sebagai responden dalam penelitian ini

berkisar antara 26 tahun sampai 68 tahun pada tahun. Klasifikasi usia petani pinang di

kecamatan Sibolangit selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Usia Petani Pinang di Kecamatan Sibolangit

No. Kelompok umur (tahun) Jumlah petani (orang)

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan akan

pemeliharaan dan perawatan pinang yang masih seadanya dan bedasarkan

pengalaman selama bertani sesuai dengan keterangan yang disampaikan

seluruh responden. Dapat dilihat dari Tabel 5.

Tabel 5. Tingkat Pendidikan Petani

Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD 8 16,00

SLTP 16 32,00

SLTA 26 52,00

Total 50 100,00

Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi

Sumber benih pinang yang di tanam petani umumnya berasal dari pertanaman

pinang lokal yang telah ada. Seleksi pohon induk sebagai sumber benih pinang belum

dilakukan oleh petani. Tanaman pinang di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli

Serdang terdapat 3 jenis tanaman pinang yaitu pinang batu, pinang lonjong, dan

(35)

Petani pinang yang diwawancarai pada penelitian ini sebagian besar tidak

melakukan pemupukan dan penggunaan peptisida pada tanaman pinang yang di

kelolanya. Keadaan ini memberikan keuntungan bagi para petani pinang dikarenakan

biaya produksi yang minim tetapi tidak untuk kualitas produksi pinang.

Budidaya pinang pada umumnya diusahakan secara tumpangsari/polikultur

dengan tanaman tahunan maupun dengan tanaman semusim. Sistem tanam yang

banyak dijumpai adalah dengan sistem tanam pagar, namun ada juga yang

mengusahakannya dalam satu hamparan dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi.

Sebagian besar petani yang memiliki tanaman pinang tidak melakukan usaha

pemeliharaan atau perawatan yang intensif. Keadaan ini menyebabkan produktivitas

tanaman pinang rendah.

Penelitian yang dilakukan, terdapat tiga macam pola tanam tumpang sari yang

diusahakan oleh petani, yaitu pola tanam pinang dan kakao, pinang dan pisang, pinang

dan tanaman campuran. Jarak tanam pinang yang dilakukan sangat beragam sehingga

produksi yang dihasilkan pun rendah dan beragam.

(36)

(b) (c)

Gambar 1. (a) Pinang menjadi tanaman pagar dan pisang tanaman utama, (b) Denah tanaman di desa Sanyum Sabah, (c) Pinang menjadi tanaman pagar dan tanaman

campuran Sarana Transportasi

Transportasi yang ada pada Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

sangat beragam mulai dari anggkutan kota sampai anggkutan kota dalam provinsi.

Transportasi yang ada pada Kecamatan Sibolangit hanya melewati jalan lintas

sumatera dan tidak memasuki desa-desa yang ada didalam kecamatan Sibolangit.

Macam-macam jenis transportasi yang ada di Kecamatan Sibolangit:

PT. Sutra (sumatera transport), PT. Aronta, PT. Sinabung Jaya Raya, CV. Murni

express, Serasi Borneo (Sumatera Borneo), Karo Indah, Sebayang, Selamat Jalan, Dll

(a) (b)

(37)

Sistem Pemanenan Pinang

Penanganan pasca panen pinang dilakukan oleh petani secara

sederhana, yakni: (a) Panen dilakukan pada saat buah matang penuh

dengan cara dipetik/dipotong menggunakan galah berkait pisau dan

mengumpulkan pinang matang yang telah jatuh; (b) Pengeringan biji

pinang dengan menjemur selama 5-10 hari dalam bentuk buah utuh dengan

cara menggantung atau menghamparkan buah pinang pada tempat

pengeringan. Ada juga biji pinang yang baru dipanen dibelah, kemudian

dikeringkan. Cara lain adalah buah matang utuh direndam dalam air

mendidih untuk beberapa menit, didinginkan, dan dikeringkan dengan

cara menjemur, cara ini dilakukan untuk mempercepat proses

pengeringan. Setelah buah pinang kering dilakukan pengupasan secara

manual dan pengeringan lanjutan biji pinang. Pengolahan biji pinang

oleh pedagang pengumpul tingkat kecamatan dan kabupaten/agen komisi

biasanya ditangani seadanya yaitu bila dianggap perlu akan dilakukan

penjemuran selama 1-2 hari dengan tujuan untuk menjaga kualitas mutu

biji pinang yang dikumpulkan sebelum sampai ke tangan konsumen.

Pengeringan biji pinang mulai dari tingkat petani hingga pengumpul

secara keseluruhan dilakukan dengan menggunakan sinar matahari yang

(38)

(a) (b)

Gambar 3 . (a) Pinang yang dijemur menggunakan sinar matahari, (b) Pengupasan secara manual

Produktivitas tanaman pinang di Sibolangit relatif rendah dengan mutu yang

beragam dari grade A sampai dengan grade C, tergantung pada kondisi fisik biji

pinang. Grading dilakukan oleh eksportir sesuai permintaan.

Subsistem Pemasaran Pinang

Pemasaran biji pinang menjadi begitu penting karena terjadi proses distribusi

produk dari petani hingga ke tangan konsumen. Pemasaran hasil pinang oleh petani

berupa biji pinang kering dan biji pinang segar. Pemasaran hasil pinang selama ini

belum menjadi masalah serius bagi petani. Jalur pemasaran dilakukan petani dengan

beberapa cara yaitu: (1) petani menjual biji pinang kering ke pedagang pengumpul

yang ada di desa atau dari desa/kecamatan lain (penggalas), merupakan jalur terpendek

bagi pemasaran hasil pinang dan jumlahnya terbanyak untuk pemasaran pinang karena

penggalas langsung mendatangi lokasi petani, (2) petani menjual ke pedagang

pengumpul kecamatan, (3) petani menjual langsung ke konsumen. Pada umumnya

(39)

Masalah yang dihadapi petani adalah harga murah yang tidak sesuai menurut

perhitungan petani.

(a) (b)

Gambar 4. (a) Pinang yang telah di belah (b) Pinang yang siap untuk di jual ke konsumen

Tantangan yang sering dihadapi petani dalam mengembangkan produk

pinang adalah fluktuasi harga. Fluktuasi harga terjadi secara musiman,

bulanan, mingguan, dan bahkan harga dapat berubah dalam hitungan hari.

Harga tertinggi hanya dapat dicapai pada saat bulan Juli-September,

dan harga terendah terjadi saat panen besar yaitu pada bulan

Februari-April. Hal ini menyebabkan ketidakpastian dalam pendapatan yang dapat

diterima oleh petani pinang.

Alur Pemasaran Pinang

D

C

A A A

(40)

B

Gambar 5. Alur pemasaran pinang di kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Alur pemasaran ini menunjukkan bahwa petani pinang di kecamatan Sibolangit

dapat menjual hasil pinang ke pengumpul kecamatan, pengumpul kabupaten dan

kepada konsumen, pengumpul kecamatan menjualnya ke konsumen dan pengumpul

kabupaten, dan pengumpul kabupaten menjualnya ke eksportir. Dapat juga di lihat dari

(Gambar 5) alur pemasaran pinang bahwa petani pinang dapat langsung menjualnya ke

konsumen sama halnya menurut Awang (2002) yang menyatakan sistem distribusi

barang (termasuk hasil hutan) dari produsen ke konsumen bisa dilakukan dengan

melalui cara langsung maupun cara tidak langsung. Keputusan untuk mendistribusikan

barang dalam sistem tataniaga yang sedang berjalan disebut dengan “One time

strategic decision”. Sistem distribusi dikatakan optimal adalah jika pada sistem

dimaksud (yaitu : sistem tataniaga yang sedang berjalan), harga sama dengan biaya

marjinal (necessary condition). Pada kondisi tersebut, tercapai tingkat efisiensi dari

biaya distribusi barang dari produsen ke konsumen.

Panjangnya rantai perdagangan pinang menyebabkan tidak

efisiennya biaya produksi dan telah menimbulkan margin ganda. Dengan

panjangnya mata rantai ini juga menyebabkan informasi pasar yang tidak

sempurna sehingga tidak dapat dihindari struktur pasar yang dispersal.

Konsekuensi dari kondisi ini adalah nilai tambah dari komoditas pinang

tidak dapat dinikmati oleh petani.

(41)

tahapan proses penyampaian komoditas atau barang dalam tata niaga hasil pertanian

dimulai dari produsen sampai kepada konsumen. Tahap-tahap proses tersebut adalah :

(1) proses konsentrasi, (2) proses Equalisasi, dan (3) proses diversi. Pada tahap proses

konsentrasi dimana pedagang perantara mengumpulkan barang-barang dari

produsen/petani, dan pedagang besar mengumpulkan barang-barang dari pedagang

pengumpul. Proses equalisasi dimana pedagang besar menahan barangnya untuk

sementara sebelum dijual ke pasar. Sedangkan proses diversi adalah proses penjualan

barang dari pedagang besar kepada pedagang eceran, dan penjualan dari pedagang

eceran kepada konsumen.

Pinang akan di jual di pasar-pasar yang ada di Kecamatan Sibolangit, ada juga

yang menjualnya ke pasar Pancur batu, daerah Medan dan keluar provinsi Sumatera

Utara setelah di lakukan pengelolahan terlebih dahulu oleh petani dan pengumpul.

Harga masing-masing pinang setelah dilakukan pengelolahan adalah Rp. 5.000/kg.

1. Alur Pemasaran Pinang (pola A)

Gambar 6. Alur pemasaran pinang pola A

Pola A ini menunjukkan bahwa petani menjual pinang melalui pengumpul

kecamatan yang kemudian dilanjutkan ke pengumpul kabupaten, dan pengumpul

kabupaten menjual ke eksportir. Kebanyakan petani yang menjual langsung kepada

pengumpul disebakan oleh dana yang dikeluarkan petani dalam pemasaran pinang

sangat tinggi sehingga petani lebih memilih untuk memborongkan pinang mereka

kepada pengumpul.

Petani Pinang Pengumpul kecamatan

Pengumpul kabupaten

(42)

Biaya tataniaga adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pergerakan barang

dari tangan produsen sampai konsumen akhir atau setiap biaya yang dikeluarkan untuk

keperluan pemasaran. Besar kecilnya biaya pemasaran berbeda-beda untuk

masing-masing lembaga pemasaran yang bersangkutan.

Tabel 6. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola A

Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg (Rp) Persen (%)

Petani pinang Harga Jual 3000

Biaya Produksi 1000

Margin Keuntungan 2000

Persen Margin keuntungan 66,67

Pengumpul Kecamatan

Harga Beli 3000

Harga Jual 4000

Biaya Tataniaga 250

Margin keuntungan 750

Persen Margin keuntungan 18,75

Pengumpul Kabupaten

Harga Beli 4000

Harga Jual 9000

Biaya Tataniaga 2500

Margin Keuntungan 2500

Persen Margin keuntungan 27,78

Eksportir Harga Beli 9000

Total Margin Keuntungan 5250

Persentase keuntungan petani pinang pada pola A dapat dilihat dari Tabel 6.

sebesar 66,67% atau sebesar Rp.2000 setiap kg. Dari hasil perhitungan ini diketahui

bahwa distribusi persentase keuntungan petani pinang lebih besar dibandingkan dengan

pengumpul kecamatan. Besarnya persentase distribusi keuntungan pengumpul

diperoleh dengan membagikan nilai dari margin keuntungan dengan nilai harga

penjualan ditingkat konsumen. Hal ini dipengaruhi adanya biaya tataniaga atau biaya

pengolahan yang dilakukan oleh pengumpul pinang sebelum menjual pinang tersebut

yang meliputi biaya transportasi, upah karyawan, retribusi dan biaya tak terduga

(43)

pengambilan pinang yang meliputi biaya untuk keperluan makan dan biaya untuk

peralatan yang digunakan.

Tabel 7. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola A

Persentase margin pemasaran di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 7.

sebesar 11,11 % untuk pinang. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel 7.

sebesar Rp. 8.000/kg. Margin pemasaran diperoleh dari harga penjualan ditingkat

konsumen dikurangi dengan harga penjualan ditingkat produsen atau petani dan

persentase margin pemasaran untuk tingkat petani diperoleh dengan membagikan

harga produksi (biaya yang keluar selama proses pemanenan pinang) dengan harga

penjualan ditingkat eksportir, sementara persentase margin pemasaran untuk tingkat

pengumpul diperoleh dengan membagikan harga beli ditingkat petani dengan harga

beli ditingkat eksportir. Harga atau biaya produksi untuk semua pelaku pasar diperoleh

dari hasil wawancara langsung dengan responden.

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani selama pengambilan pinang

merupakan biaya kebutuhan para petani dalam pemanenan pinang, diantaranya biaya

pangan, biaya transportasi, biaya pembelian alat dan biaya kebutuhan lainnya.

2. Alur Pemasaran Pinang (pola B)

Pola B ini menunjukkan petani menjual pinang melalui pengumpul kabupaten

yang kemudian dilanjutkan ke eksportir, kebanyakan petani yang menjual langsung Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg

(Rp)

Persen (%)

Petani pinang Harga Produksi 1000 11,11

Pengumpul

Eksportir Harga Jual 9000 100,00

(44)

kepada pengumpul disebakan oleh dana yang dikeluarkan petani dalam pemanenan

sangat tinggi sehingga petani lebih memilih untuk memborongkan pinang mereka

kepada pengumpul, dari pengumpul selanjutnya memasarkan pinang tersebut kepada

eksportir.

Gambar 7. Alur pemasan pinang pola B

Tabel 8. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola B Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg

(Rp)

Persen (%)

Petani pinang

Harga Jual 4000

Biaya Produksi 1250

Margin Keuntungan 2750

Persen Margin keuntungan 68,75

Pengumpul kabupaten

Harga Beli 4000

Harga Jual 9000

Biaya Tataniaga 2500

Margin Keuntungan 2500

Persen Margin keuntungan 27,78

Eksportir Harga Beli 9000

Total margin keuntungan 5250

Distribusi persentase keuntungan pengumpul pinang Dari Tabel 8. tersebut

dapat diketahui adalah 27,78% dengan margin keuntungan yang diperoleh Rp. 9.000

-(Rp. 4.000 + Rp. 2500) = Rp. 2500/kg untuk pinang. Persentase distribusi keuntungan

ditingkat petani pinang sebesar 68.75%. Hasil perhitungan pada Tabel 8. diketahui

bahwa distribusi persentase keuntungan petani pinang lebih besar dibandingkan dengan

pengumpul. Besarnya persentase distribusi keuntungan pengumpul diperoleh dengan

membagikan nilai dari margin keuntungan dengan nilai harga penjualan ditingkat Petani Pinang Pengumpul

kabupaten

(45)

eksportir sebesar 27,78%. Hal ini dipengaruhi adanya biaya tataniaga atau biaya

pengolahan yang dilakukan oleh pengumpul pinang sebelum menjual pinang tersebut

yang meliputi biaya transportasi, upah karyawan, retribusi dan biaya tak terduga

lainnya, sedangkan petani pinang hanya mengeluarkan biaya produksi selama

pengambilan pinang yang meliputi biaya untuk keperluan makan dan biaya untuk

peralatan yang digunakan.

Tabel 9. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola B

Persentase marjin pemasaran ditingkat petani pinang Berdasarkan Tabel 9.

diketahui bahwa sebesar 16,67%. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel

9. sebesar Rp. 9.000 – Rp. 1.250 = Rp. 7.750/kg. Margin pemasaran diperoleh

dari harga penjualan ditingkat konsumen dikurangi dengan harga penjualan ditingkat

produsen atau petani dan persentase margin pemasaran untuk tingkat petani diperoleh

dengan membagikan harga produksi (biaya yang keluar selama proses pemanenan

pinang) dengan harga penjualan ditingkat konsumen, sementara persentase margin

pemasaran untuk tingkat pengumpul diperoleh dengan membagikan harga beli

ditingkat petani dengan harga beli ditingkat konsumen. Harga atau biaya produksi

untuk semua pelaku pasar diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden.

3. Alur Pemasaran Pinang (pola C)

Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp)

Persen (%)

Petani pinang Harga Produksi 1250 16,67

Pengumpul Harga Beli 4000 44,44

Eksportir Harga Beli 9000 100,00

(46)

Pola C menunjukkan petani pinang menjual pinang kepada pengumpul

kecamatan dan pengumpul kecamatan langsung kepada konsumen tanpa ada

perantaraan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

Gambar 8. Alur pemasaran pinang pola C

Tabel 10. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola C Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg

(Rp)

Persen (%)

Petani pinang

Harga Jual 3000

Biaya Produksi 1000 Margin Keuntungan 2000

Persen Margin keuntungan 66,67

Pengumpul kecamatan

Harga Beli 3000

Harga Jual 5000

Biaya Tataniaga 750 Margin Keuntungan 1250

Persen Margin keuntungan 25,00

Konsumen Harga Beli 5000

Total Margin Keuntungan 3500

Pengamatan dan wawancara yang dilakukan terhadap responden ditingkat

petani pinang dalam pengusahaan tanaman pinang disebutkan adanya

biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang. Adapun biaya

produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang di kecamatan Sibolangit dapat

diklasifikasikan menjadi biaya pengadaan alat, biaya pemanenan dan

biaya transportasi, yaitu sebesar Rp. 1.000/kg pada Tabel 10.

Tabel 11. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola C

Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp) Persen (%)

Petani pinang Harga Produksi 1000 20,00

Pengumpul Kecamatan

Harga Beli 3000 60,00

Konsumen Harga Beli 5000 100,00

Margin Pemasaran 4000

Petani Pinang Pengumpul Konsumen

(47)

Persentase marjin pemasaran ditingkat petani pinang berdasarkan Tabel 11.

diketahui bahwa sebesar 20%. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel 11.

ini sebesar Rp. 4000/kg. Persentase marjin pemasaran ditingkat pengumpul dapat

diketahui sebesar 60% dengan harga beli pinang sebesar Rp. 3000/kg.

4. Alur Pemasaran Pinang (pola D)

Pola D menunjukkan petani pinang menjual pinang langsung kepada konsumen tanpa ada perantaraan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Kegiatan ini dilakukan petani di pasar-pasar tradisional yang ada di kecamatan Sibolangit.

Gambar 9. Alur pemasaran pinang pola D Tabel 12. Analisis Margin Keuntungan (profit margin) pada Pola D

Pelaku Pasar Distribusi Harga Harga per Kg (Rp)

Persen (%)

Petani pinang

Harga Jual 5000

Biaya Produksi 1500 Margin Keuntungan 3500

Persen Margin keuntungan 70,00

Konsumen Harga Beli 5000

Total Margin Keuntungan 3500

Peneliti melakukan pengamatan dan wawancara terhadap responden ditingkat

petani pinang dalam pengusahaan tanaman pinang disebutkan adanya

biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang. Adapun biaya

produksi yang dikeluarkan oleh petani pinang di kecamatan Sibolangit dapat

diklasifikasikan menjadi biaya pengadaan alat, biaya pemanenan dan

biaya transportasi, yaitu sebesar Rp. 1.500/kg pada Tabel 12.

Tabel 13. Analisis Margin Pemasaran (marketing margin) Pola D

Pelaku Pasar Jenis Harga Harga per Kg (Rp) Persen (%)

Petani pinang Harga Produksi 1500 15,00

Konsumen Harga Beli 5000 100,00

Margin Pemasaran 3500

(48)

Persentase marjin pemasaran ditingkat petani pinang berdasarkan Tabel 13.

diketahui bahwa sebesar 15%. Marjin Pemasaran untuk pinang mentah pada Tabel 13.

ini sebesar Rp. 5.000 – Rp. 1.500 = Rp. 3500/kg tapi tidak semua petani dapat

menikmati harga pinang sebesar itu karena jarak yang jauh petani harus mengeluarkan

biaya produksi yang tinggi.

Analisis SWOT

Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh

Kearns menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak

faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah

kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak

lainnya merupakan kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil

titik pertemua antara faktor-faktor internal dan eksternal. Secara lebih

jelas analisis pengembangan dan pemasaran pinang

di Kecamatan Sibolangit dilakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang

dan ancaman (SWOT). Bedasarkan hasil wawancara dan pengisian oleh masyarakat

dapat dirumuskan beberapa pokok aspek baik internal maupun eksternal sebagai

berikut:

Aspek internal

Aspek internal berupa kekuatan (strength) yang dimiliki pengaruh terhadapat

pengembangan dan pemasaran pinang adalah:

1. Tanaman pinang dapat di usahakan secara tumpangsari/polikultur

(49)

4. Tanaman pinang merupakan tanaman yang semua bagiannya bisa digunakan

Sementara aspek internal berupa kelemahan (weakness) yang memiliki

pengaruh terhadap pengembangan dan pemasaran pinang adalah:

1. Kurangnya informasi pasar yang diterima oleh petani pinang

2. Harga pinang yang tidak stabil

3. Pengelolahan pinang belum disertai dengan upaya budidaya

Aspek Eksternal

Aspek esternal berupa peluang (opportunity) yang memiliki pengaruh terhadap

pengembangan dan pemasaran pinang adalah:

1. Permintaan pasar yang terus meningkat baik dari konsumen lokal maupun luar

negeri

2. Perkembangan IPTEKS memungkinkan untuk meningkatkan produksi pinang

Sementara aspek eksternal berupa ancaman (threath) yang memiliki pengaruh

terhadap pengembangan dan pemasaran pinang adalah:

1. Petani pinang tidak intensif pada pemeliharaan dan perawatan

2. Manajemen pascapanen pinang yang kurang baik

3. Panjangnya rantai perdagangan pinang

Hasil scoring yang diperoleh, dilakukan analisis menentukan strategi

pemasaran pinang yang disajikan pada tabel 14:

Tabel 14. Analisis SWOT Pemasaran dan Pengembangan Pinang di Kecamatan Sibolangit

EKSTERNAL

INTERNAL

Opportunity/peluang Treaths/ancaman

1. Permintaan pasar yang terus

meningkat baik dari konsumen lokal

2. Perkembangan IPTEKS

memungkinkan untuk meningkatkan produksi pinang

3. Memiliki pelanggan pengumpul

1. Petani pinang tidak intensif pada pemeliharaan dan perawatan

2. Banyaknya petani yang

menanam pinang

3. Panjangnya rantai

(50)

Bedasarkan unsur kekuatan dan kelemahan yang dimiliki serta menggabungkan

dengan unsur peluang dan ancaman, maka ada beberapa strategi yang dapat dilakukan

dalam pengembangan dan pemasaran pinang kedepan. Strategi ini tentunya berupaya

untuk mereduksi kelemahan-kelemahan internal untuk merebut, memanfaatkan dan

mengoptimalkan peluang yang ada. Strategi-strategi pengembangan prioritas (WO)

yang dapat dilakukan, antara lain:

a. Membentuk kelompok tani dan koperasi di tingkat desa untuk menghindari spekulasi

harga yang dilakukan oleh para pengumpul. Kelompok tani dan koperasi ini

difasilitasi oleh pemerintah daerah.

b. Pengawasan terhadap sistem pemasaran pinang. Pengawasan ini dilakukan oleh

pemerintah daerah agar tidak terjadinya monopoli dan spekulasi para pengumpul

yang dapat merugikan para petani.

Strength/kekuatan Strategi SO Strategi ST

1. Tanaman pinang dapat di

usahakan secara tumpangsari/polikultur

2. Pinang termasuk jenis komoditi unggulan

3. Belum terindikasi serangan hama dan penyakit pada tanaman pinang

4. Tanaman pinang merupakan

tanaman yang semua bagiannya bisa di kelola

1. Meningkatkan kuantitas dan

kualitas pinang

2. Melakukan kajian-kajian dan

penelitian-penelitian terhadap aspek-aspek sosial dan ekonomi

3. Meningkatkan nilai jual pinang

4. Budidaya pinang agar dapat menggunakan bibit unggul

1. Memperbaiki manajemen pascapanen agar kualitas pinang terjaga

2. Pemberian penyuluhan kepada petani-petani tentang

pemeliharaan dan perawatan pinang

Weakness/kelemahan Strategi WO Strategi WT

1. Kurangnya informasi pasar yang diterima oleh petani pinang 2. Harga pinang yang tidak stabil

3. Pengelolahan pinang belum

disertai dengan upaya budidaya

1. Membentuk kelompok tani dan koperasi desa

2. Pengawasan terhadap sistem pemasaran pinang

3. Peningkatan SDM

1. Membina hubungan baik antar petani dan pengumpul

(51)

c. Peningkatan SDM, pemberian penyuluhan dan bimbingan kepada petani yang

dicampurtangani oleh pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas petani.

Selain strategi prioritas (WO) sesuai diagram SWOT, strategi-strategi alternatif

lain (SO,ST dan WT) juga harus dilakukan. Strategi-strategi alternatif ini dilakukan

bersama-sama dengan strategi. Strategi yang dilakukan, antara lain:

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pinang, jumlah dan mutu pinang harus saling

bereratan.

b. Melakukan kajian-kajian dan penelitian-penelitian terhadap aspek-aspek sosial,

ekonomi yang bermanfaat dalam pengembangan tanaman pinang. Strategi ini dapat

dilakukan dengan menyediakan dana dan mengandeng peneliti-peneliti.

c. Meningkatkan nilai jual pinang dengan cara melakukan kerjasama antara petani dan

pemerintah daerah.

d. Melakukan budidaya pinang agar dapat menggunakan bibit unggul, dimana selama

ini petani hanya menggunakan bibit yang sudah ada dengan menggunakan bibit

unggul maka kualitas dari pinang tersebut akan mempunyai mutu yang bagus.

e. Memperbaiki manajemen pascapanen agar kualitas pinang terjaga. Peranan

pemerintah daerah pada hal ini dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada

petani tentang pascapanen yang dapat membuat kualitas pinang tetap terjaga.

f. Pemberian penyuluhan terhadap petani tentang pemeliharaan dan perawatan pinang,

dimana diantaranya penyuluhan tentang pemberian pupuk dan pemberian peptisida

apabila ada penyakit atau hama yang dapat merusak pinang tersebut.

g. Pembinaan hubungan baik antara petani dan pengumpul. Kegiatan ini dilakukan

(52)

pembinaan hubungan baik antara petani dan pengumpul sehingga petani dapat

(53)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Terdapat 4 jenis pola pemasaran pinang di Kecamatan Sibolangit

Pola A petani menjual pinang melalui pengumpul kecamatan yang kemudian

dilanjutkan ke pengumpul kabupaten, dan pengumpul kabupaten menjual ke

eksportir. Pola B petani menjual pinang melalui pengumpul kabupaten yang

kemudian dilanjutkan ke eksportir. Pola C petani pinang menjual pinang

kepada pengumpul kecamatan dan pengumpul kecamatan langsung kepada

konsumen. Pola D yaitu petani pinang menjual pinang langsung kepada

konsumen tanpa ada perantaraan untuk mendapatkan keuntungan

sebesar-besarnya.

2. Faktor-faktor pengembangan dalam pemasaran pinang dengan

membentuk kelompok tani, koperasi tinggkat desa,melakukan

pengawasan terhadap system pemasaran pinang, peningkatan sumber

daya manusia dan penggunaan bibit unggul.

3. Strategi-strategi pengembangan prioritas (WO) yang dapat dilakukan,

membentuk kelompok tani dan koperasi di tingkat desa untuk menghindari

spekulasi harga yang dilakukan oleh para pengumpul, pengawasan terhadap

(54)

petani, dan peningkatan SDM dengan cara memberian penyuluhan dan

bimbingan kepada petani yang dicampurtangani oleh pemerintah daerah untuk

meningkatkan kualitas petani.

Saran

Peningkatan kemampuan petani dalam pemeliharaan, perawatan dan pemasaran

pinang. Selain itu, perlu diperbanyak kelompok tani dan koperasi desa agar tidak

(55)

DAFTAR PUSTAKA

Awang, S dkk. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. BPFE. Yogyakarta.

BPS, 2012. Statistik Lahan Perkebunan Indonesia Tahun 2008-2011. Komoditi Pinang. Biro Pusat Statistik. Indonesia.

Ginting, P. 2006. Pemasaran Produk Pertanian: Studi Empiris Tentang marjin Pemasaran dan Efisiensi Pemasaran Sayuran di Kotamadya Bandung. USU Press. Medan. Hal. 6-15

Kotler, dan Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Terjemahan. Jilid I Edisi Milenium. PrenhAlindo. Jakarta

Kristina, N.N. dan S.F.Syahid, 2007. Penggunaan Tanaman Kelapa, Pinang, dan Aren Sebagai Tanaman Obat. Warta Puslitbangbun. Vol. 13

Mangoensoekarjo, S. dan H. Semangun, 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. UGM-Press. Yogyakarta.

Novarianto. H dan T. Rompas. 1990. Prospek dan Budidaya Tanaman Pinang. Buletin Balitka.

Pandin. S. D, dan T. Rompas. 1994. Karakterisasi Tanaman Pinang di Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Jurnal Penelitian Kelapa.

Sihombing, L. 2005. Analisis Tataniaga Hasil Pertanian di Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Manajemen, Pemasaran Hasil Pertanian. Rajawali Press. Medan

Soni, T. 2008. Konsep dan Proses Pemasaran Produk Agroforestri. IPB Press. Bogor.

(56)

Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah, Malang.

Syamsuhidayat, S.S. dan J.R. Hutapea, 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Balitbang Departemen Kesehatan. Vol I: 64-65

Syukur, M., 2009. Teknik Budidaya Pinang. [http://www. CCRC-FARMASI – UGM]. Yogyakarta. [27 Mei 2009].

(57)

Lampiran 01. 

KUESIONER

 

RESPONDEN/PETANI PINANG 

STRATEGI PEMASARAN PINANG (Areca catechu L.) 

KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG 

 

PENGENALAN TEMPAT  

Desa   

Kecamatan  Sibolangit 

Kabupaten  Deli Serdang 

Propinsi  Sumatera Utara 

Tanggal   

 

 

PROGRAM STUDI KEHUTANAN 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 

Gambar

Tabel 2. Tabel Analisis SWOT
Tabel 3. Jumlah Responden dalam Penelitian
Tabel 4. Usia Petani Pinang di Kecamatan Sibolangit
Gambar 2. (a) Bus mini PT. Sinabung Jaya Raya (b) Bus mini PT. Sutra
+7

Referensi

Dokumen terkait