658.154
Ind
I
i@ p セ@
Panduan Pengelolaan
BADAN
LAYANAN
UMUM
Di Lingkungan
Direktorat lenderal Bina Upaya Kesehatan
,
,
KAlA PENGANlAR
UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah
memberikan koridor baru bagi ,instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya
memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk dapat menerapkan pola keuangan
yang fleksible dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas dengan
sebutan umum sebagai satuan kerja Badan Layanan Umum (Satker BLU). Peluang ini
diberikan kepada instansi pemerintah yang melaksanakan tugas me layani masyarakat
publik untuk mengelola kegiatannya dengan ala bisnis
(business like)
sehinggapemberian layanan kepada masyarakat dapat lebih efisien dan efektif.
Sebagai pembina Satker BLU, Kementerian Kesehatan dalam hal ini Di rektorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan kebijakan pembinaan
teknis pada satker BLU, maka disusun Panduan Pengelolaan 8LU di Lingkungan Ditjen
Bina Upaya Kesehatan.
Buku panduan ini terdir i dari atas enam bagian yaitu (I) Pendahuluan , (II)
Pembentukan BLU , (III) Kelembagaan BLU , (IV) Pengelolaan Keuangan BLU, (V)
Akuntabilitas BLU, dan (VI) Penutup . Dengan buku panduan ini, semua pihak
diharapkan dapat lebih memahami mengenai bagaimana BLU dibentuk dan dikelola.
Semoga buku panduan ini dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya, karena
akan berguna sebagai acuan kerangka berfikir sehingga pengelolaan BLU dapat
berjalan dengan baik untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat .
Sekretaris,
Dr. drg. Nurshanty S. Andi Sapada, M .Sc
NIP 195510151982122001
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum merupakan landasan hukum untuk menerapkan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum. Peraturan Pemerintah ini mengatur mengenai
persyaratan, penetapan, dan pencabutan status BLU , standar dan tarif layanan,
perencanaan dan penganggaran , pengelolaan keuangan, serta pelaporan dan
pertanggungjawaban dengan tetap memperhatikan akuntabilitas kinerja dan keuangan
sebagai penyeimbang dari fleksibilitas yang telah diberi,kan.
Buku panduan ini disusun dengan mengadopsi kegiatankegiatan operasional
yang ada di rumah sakit dengan tujuan untuk mendukung strategi usaha rumah sakit
dalam menjalankan visi dan misinya . Buku panduan ini memiliki makna yang sangat
penting sebagai informasi bag; satker BLU dengan penerapan pengelolaan satker BLU
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Akhirnya, dengan adanya buku panduan in i diharapkan dapat bermanfaat bag i
satker BLU dalam mendukung sasaran usaha dan pengembangan
BLU Rumah Sakit dan
Balai.
Pit. Di rektur Jenderal,
Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U (K)
NIP 195507271980101001
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
SAMBUTAN DIRJEN ii
DAFTAR lSI
SINGKATAN DAN AKRONIM ivvi
iii
TIM PENYUSUN vii
KONTRIBUTOR viii
PEN DAHULUAN
1
1.1. Gambaran Umum
1
1.2 . Dasar Hukum 1
II PEMBENTUKAN BLU
1
11.1. Persyaratan Substantif 1
11.2. Persyaratan Teknis
2
11.3 . Persyaratan Administratif
2
III KELEMBAGAAN BLU
2
111.1. Organ isasi BLU
2
111.2. Unsur Pengelola BLU 3
111.3. Pejabat Perbendaharaan BLU 3
IV PENGELOLAAN KEUANGAN BLU 3
IV.l. Rencana Strategis Bisnis (RSB) 3
IV.2 . Rencana Bisnis Anggaran (RBA) 5
IV.3. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKAK/L) 6
IV.4. Penyusunan DIPA BLU 7
IV.5. Penyusunan Target PNBP BLU 7
IV .6. Pengelolaan Kas S
IV .7. Tarif Layanan BLU 9
IV.S. Remunera si BLU 10
V AKUNTABILITAS BLU 13
V.l. Laporan Keuangan 13
V.2. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK)
16
V.3. Audit Keuangan
17
VI PENUTUP
19
Panduan Pengelolaan
K/L ADK APBN BAP BAS BPK BlU BUN BUMN BSC CalK Dewas DIPA Dit. PKN DJA DJPBN DPR FGD IAI IKI IKU JAQ KAK KAP KEM KMK KPA KPKNL KPPN KPS LAKIP LK
SINGKATAN DAN AKRONIM
Arsip Data Komputer
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Berita Acara Penilaian
Bagan Akun Standar
Badan Pemeriksa Keuangan
Badan layanan Umum
Bendahara Umum Negara
Badan Usaha Milik Negara
Balanced Score Card
Catatan atas laporan Keuangan
Dewan Pengawas
Oaftar Isian Pelaksanaan Anggaran
Direktorat Pengelolaan Kas Negara
Direktorat Jenderal Anggaran
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Dewan Perwakilan Rakyat
Focus Group Discussion
Ikatan Akuntan Indonesia
Indikator Kinerja Individu
Indikator Kinerja Utama
Job Analysis Questionnaire
Kementerian Negara/lembaga
Kerangka Acuan Kegiatan
Kantor Akuntan Publik
Kerangka Ekonomi Makro
Keputusan Menteri Keuangan
Kuasa Pengguna Anggaran
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Kerjasama Pemerintah Swasta
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Laporan Keuangan
LKKL
LKP
LRA
Menpan dan RB
PA PHLN PK BLU PNBP PNS PPK PPSPM PSAK RAB RAPBN RBA Renja K/L Renstra Bisnis RKA KL RKP RM APBN RP JMN RUU APBN SAl SAK SAKETAP SAKIP SAKPA SAP Satker SBK SBM SOM SIMAKBMN
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga
Laporan Keuangan Pokok
Laporan Realisasi Anggaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokra si
Pengguna Anggaran
Pinjaman Hibah Luar Negeri
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pegawai Negeri Sipil
Pejabat Pembuat Komitmen
Pejabat Penguji dan Penandatangan Surat Perintah Membayar
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
R'encana Anggaran Biaya
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Rencana Bisnis Anggaran
Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga
Rencana Strategis Bisnis
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
Rencana Kerja Pemerintah
Rupiah Murni APBN
Ren cana Pembangunan Jangka Menengah Na sional
Rancangan UndangUndang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Sistem Akuntans i Instans i
Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan Entita s Tanpa Akuntabilitas Publik
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran
Standar Akuntansi Pemerintahan
Satuan Kerja
Standar Biaya Keluaran
Standar Biaya Ma sukan
Sumber Oaya Manusia
Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara
SOP
SPDIPA BLU
SP2B
SP2D
SP3B
SPI
SPM
SPTJM
SWOT
TGR
TOR
TOWS
Tupoksi
UAPA
UAPPAEl
SAU
Standard Operating Procedure
Surat Pengesahan DIPA BLU
Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja
Surat Perintah Pencairan Dana
Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja
Satuan Pemeriksaan Intern
Standar Pelayanan Minimal
Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak
Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats
Tuntutan Ganti Rugi
Term of Reference
Threats, Opportunities, Weaknesses, Strengths
Tugas Pokok dan Fungsi
Un it Akuntansi Pengguna Anggaran
Unit Akuntans i Pembantu Pengguna Anggaran Ese lon I
Si stem Akuntans i Umum
TIM PENYUSUN
Prof.Dr.dr. Akmal Taher, Sp .1 (K)
(Dirjen Bina Upaya Kesehatan)
Dr.drg . Nurshanty S. Andi Sapada, M .Sc (Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan)
Hartono, SKM, M.Kes
(Kepala Bagian Keuangan Ditjen BUK)
Jajang Subagja,SKM, MKKK
(Kepala Subbagian Anggaran Ditjen BUK)
Agus Ahmad
(Bagian Keuangan Ditjen BUK)
Muhamad Yusuf
(Bagian Keuangan Ditjen BUK)
KONTRIBUTOR
Dr. H. Chairul Radjab Nasution, Sp .PD, KGEH, FINASIM, M .Kes.
(Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan)
Djoko Hendratto
(PPK BLU Ditjen Perbendaharaan)
Muhammad Yusuf
(Kasubdit PK BLU I)
dr. H.R. Soeko Werdi Nindito 0, MARS
(Kabag Program dan Informasi)
Eko Happy Purwanto, SKM, MM, MARS
(Kabag Kepegawaian)
Khadirin, SIP, MARS
(Kabag Hukum, Organisiasi , dan Humas)
dr. Diar Indriarti, MARS
(Kasubdit Bina Upaya Kesehatan Rujukan di RSU Publik)
Jajang Subagja,SKM, MKKK
(Kasubag Anggaran)
Rani, SE
(Kasubag Perbendaharaan)
Endang Ruhiyat, SE
(Kasubag Verifikasi dan Akuntansi)
Dr. Ockti Palupi R, MPH
(Kasubag Program)
I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum
Satuan Kerja Badan Layanan Umum yang selanjutnya disebut dengan Satker BLU adalah instansi di lingkungan Pemerintah Pusat yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas.
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.
Karakteristik satker BLU :
1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang dipisahkan)
2. Menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi barang/jasa publik (quasi public goods)
3. Tidak mengutamakan mencari keuntungan/laba
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala bisnis
5. Rencana kerja/anggaran dan pertanggungjawaban dikon solidasikan pada instansi publik
6. Pendapatan BLU dapat digunakan langsung
7. Pegawai dapat terdiri atas PNS dan profesional non PNS
1.2. Dasar Hukum
1. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara 2. UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum sebaga imana telah dirubah dengan PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Ata s PP Nomor 23 Tahun 2005 4. Peraturan lainnya terkait BLU terlampir
II. PEMBENTUKAN BLU 11.1 . Persyaratan Substantif
1. Merupakan satker pemerintah yang dibentuk berdasarkan peraturan menteri/pimpinan lembaga atau peraturan lainnya yang lebih tinggi, dan disetujui oleh Menteri Pendayagun'aan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi baik bersifat struktural (memiliki eselonering tertentu) maupun non struktural (tidak memiliki eselonering tertentu)
2. Mempunyai pengelolaan keuangan yang mandiri dan dicirikan dengan :
a. Memiliki kode satker dari Kementerian Keuangan
b. Memiliki alokasi anggaran tersendiri dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang terpisah dari instansi vertikalnya
c. Membuat laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban anggaran .
3. Mempunyai pendapatan fungsional yang signifikan dari hasil layanan yang diberikan kepada masyarakat berupa PNBP
11.2. Persyaratan Teknis
1. Mempunyai kinerja layanan di bidang tugas pokok dan fungsinya yang layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga.
2. Mempunyai kinerja keuangan satker yang sehat dan memenuhi batasan threshold tertentu, yaitu :
a. Mempunyai pendapatan PNBP yang signifikan paling sedikit Rp 15
milyar
b. Memenuhi threshold BLU dihitung dari penilaian jumlah nominal pendapatan PNBP, rasio pendapatan PNBP terhadap total biaya operasional, rasio jumlah gaji terhadap total biaya operasional, dan jumlah nominal aset.
11.3. Persyaratan Administratif
1. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;
2. Pola tata kelola;
3. Rencana strategis bisnis;
4. Laporan keuangan pokok; S. Standar pelayanan minimal; dan
6. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
III. KELEMBAGAAN BLU 111.1. Organisasi BLU
Satker BLU harus mempunyai struktur organisasi dengan kriteria sebagai berikut:
1. Menggambarkan pengendalian internal yang memadai.
a. pemisahan tugas yang memadai; harus ada pemisahan fungsi antara fungsi pemlmpin, fungsi keuangan , fungsi operasional/pelaksanaan, dan fungsi pengawasan
b. adanya badan/unit yang berfungsi sebagai internal audit, seperti SPI
2. Menunjukkan kejelasan garis komando atau koordinasinya sehingga jelas pertanggungjawabannya.
3. Menggambarkan pengelompokan fungsi yang logis.
Prinsip penyusunan organisasi satker BLU adarah :
1. Mempunyai visi, misi, dan tujuan yang spesifik di bidang peningkatan mutu pelayanan masyarakat.
2. Pembagian jumlah unit organisasi harus memperhatikan sifat pekerjaan dalam organisasi.
3. Adanya kepastian bahwa tugastugas dalam organisasi akan terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama .
4. Semua tugas organisasi harus dibagi habis ke dalam unitun it organisasi di bawahnya.
S. Setiap unit organisasi harus mempunyai hubungan yang jelas anta ra
satu dengan yang lain.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
6. Setiap unit organisasi harus mempunyai kewenangan yang jelas.
7 . Desain organisasi harus memperhatikaan keserasian antara besaran organisasi dengan beban tugas, kemampuan dan sumber daya yang dimiliki .
8. Harus menggambarkan secara jelas pembaganan mengenai kedudukan, susunan jabatan, dan hubungan kerja antar unit organisasi.
111.2. Unsur Pengelola BLU
Pegawai pada Satker yang menerapkan PPKBLU terdiri dari : 1. Pegawai Negeri Sipil
2. Pegawai Non PNS
Pegawai Non PNS terdiri dari : a. Pegawa i Tetap
Pegawai tetap merupakan pegawai yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh pimpinan BLU dan memiliki nomor induk pegawai.
b. Pegawai Kontrak
Pegawai kontrak merupakan pegawai dengan perjanjian kerja yang memenuhi syarat tertentu, dan diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pada Satker yang menerapkan PPKBLU .
Dengan adanya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara maka kepegawaian pad a satker BLU akan mengikuti sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Adapun unsur pengelola BLU terdiri dari :
1. Pemimpin BLU
2. Pejabat Keuangan BLU 3. Pejabat Teknis BLU
4. Satuan Pemeriksaan Intern
S. Dewan Pengawas
111.3. Pejabat Perbendaharaan BLU 1. Kuasa Pengguna Anggaran
2. Pejabat Pembuat Komitmen
3. Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM
4. Pejabat Penerbit SP3B BLU
S. Bendahara Pengeluaran
6. Pejabat Pengelola Dana BLU
IV. PENGElOLAAN IV.l. Rencana Strategis Bisnis (RSB)
KEUANGAN BLU BLU menyusun Rencana Strategi s Bisnis (RSB) lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra KL) . RSB mencakup :
1. Visi , yaitu suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan;
2. Misi, yaitu sesuatu yang harus diem ban atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik;
3. Sasaran strategis, yaitu program yang bersifat strategis yang ingin dicapai, dijalankan dan dimiliki organisasi selama kurun waktu 1 sampai dengan 5 tahun dengan memperhitungkan potensi, kelemahan, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul; 4. Rencana pencapaian kinerja yang terukur berupa indikator kinerja
dengan menetapkan target yang akan dicapai. Indikator meliputi aspek keuangan dan aspek pelayanan.
RSB merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang memandu dan mengendalikan arah gerak serangkaian prioritas pengembangan organisasi, sesuai dengan harapan pemangku kepentingan , untuk bergerak searah dan bersinergis menuju tujuan-tujuan keseluruhan organisasi.
RSB hendaknya disusun dengan alur dan mekanisme sebagai berikut :
1. Pelaksanaan rembug manajemen puncak (melalui FGD atau metode lain yang efektif), dan jika perlu dengan melibatkan pimpinan satu level di bawahnya. Dalam FGD tersebut, dilakukan pembahasan dengan mengacu kepada Rencana Aksi Ditjen Bina Upaya Kesehatan, anal isis kinerja masa lalu, tugas pokok dan fungsi, harapan
stakehalder inti, dan hasil benchmark untuk menetapkan: a. Misi & Visi yang baru
b. Isuisu dan tantangan strategis
c. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppartunity, Threat)
d . Analisis TOWS (Threat, Oppartunity, Weakness, Strength)
e. Sasaransasaran strategis UPT Vertikal dalam mencapai Visi
2. Penyusunan peta strategi (misalnya dengan menggunakan paradigma
balanced-scare card atau metode perencanaan strategis lainnya), mengacu kepada empat perspektif yang saling terkait: yakni
stakeholder, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan (dapat disesuaikan menjadi Pengembangan Sumber Daya dan Organisasi) dan finansial.
3. Penetapan key performance indicator untuk setiap sasaran strategis, yang disebut sebagai Indikator Kinerja uセ。ュ。@ (IKU), beserta target tiap tahun pada periode lima tahunan RSB.
4. Perumusan program strategis, sebagai upaya strategis yang akan dilakukan untuk mencapai target IKU yang sudah ditetapkan
S. Perumusan aspek Manajemen Risiko, yang terdiri dari Identifikasi Risiko, Pemetaan Risiko, serta Program Mitigasi Risiko
6. Proyeksi Finansial, dalam bentuk proyeksi pendapatan dan rencana kebutuhan anggaran (rutin operasional dan pengembangan).
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
7. Pengesahan Pimpinan Puncak atas dokumen RSB
Selanjutnya, penyusunan RSB di lingkungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan mengacu pada Surat Edaran Dirjen BUK Nomor HK.03 .03/1/1032/2014 tentang Rencana Strategis Bisnis UPT Vertikal Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
IV.2. Rencana Bisnis Anggaran (RBA)
Dalam rangka melaksanakan RSB, setiap tahun Plmpinan BLU wajib menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran BLU, yang selanjutnya disebut RBA, adalah dokumen perencanaan blsnls dan penganggaran yang berisl program, kegiatan , target kinerja , dan anggaran termasuk estimasl saldo kas suatu BLU .
RBA memuat paling kurang seluruh program, kegiatan, target kinerja, keluaran/output, anggaran penerimaan/pendapatan, anggaran pengeluaran/belanja, anggaran pembiayaan , pengelolaan dana khu sus, saldo awal kas, dan estimasi saldo akhir kas BLU. Nomenklatur program, kegiatan, target kinerja , keluaran/output dan jenis pendapatan dan belanja dalam RBA mengikuti nomenklatur program , kegiatan , target kinerja , keluaran/output dan jenis pendapatan dan belanja dalam RKA -K/L. RBA disusun mengikuti mekanisme pengajuan dan penetapan APBN.
RBA definitif adalah RBA yang telah disesuaikan dengan Keputusan Presiden mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pu sat dan telah disahkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga .
RBA disusun mengikuti mekanisme pengajuan dan penetapan APBN. RBA disusun berdasarkan :
1. Basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya menurut jenis/paket layanannya,
2. Kebutuhan dan target pendapatan yang diperkirakan akan diterima, dan
3. Basis akrual.
RBA menganut pola anggaran flek sibel (flexible budget) dengan suatu persentase ambang batas tertentu . Anggaran fleks ibel adalah belanja dapat bertambah atau berkurang dari yang dianggarkan sepanjang proporsional dengan bertambahnya atau berkurangnya pendapatan . Pola anggaran fleksibel hanya digunakan untuk belanja yang bersumber dari pendapatan PNBP BLU.
Dalam menghitung ambang batas belanja, BLU harus mempertimbangkan target kinerja yang direncanakan dan fluktuasi keg iatan operas iona l, antara lain tren naik/turun realisas i anggaran tahun sebelumnya, real isasi/prognosa tahun anggaran berjalan, target pendapatan. Rencana umum penggunaan ambang batas belanja dituangkan dalam RBA.
RBA paling sedikit memuat : 1. seluruh program dan kegiatan ; 2. target kine rja (output);
3. anggaran penerimaan/pendapatan 4. anggaran pengeluaran/belanja 5. anggaran pembiayaan 6. saldo awal kas
7. estimasi sa ldo akhir kas BLU 8. kondi si kinerja BLU tahun berjalan; 9. asumsi makro dan mikro;
10. prakiraan biaya;
11. target dan realisasi pendapatan 2 tahun sebe lumnya;
12. prakiraan maju pendapatan (forward estimate) 2 tahun ke depan.
Mekanisme pengajuan dan pengkajian RBA adalah :
1. Pimpinan BLU mengajukan RBA kepada Menteri.
2. Pengajuan RBA dilakukan dengan memenuhi syarat sebagai berikut: a. RBA ditandatangani oleh Pimpinan BLU dan diketahui oleh Dewan
Pengawas atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri apabila Satker BLU tidak mempunyai Dewan Pengawas.
b. RBA disertai dengan standar pelayanan minimal, tarif, dan/atau standar biaya layanan .
c.
Dalam hal Satker BLU menyusun RBA menggunakan standar biaya berdasarkan perhitungan akuntansi biaya, RBA dilampiri dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM).3. RBA yang telah disetujui oleh Menteri menjadi dasar penyusunan RKAK/L untuk Satker BLU .
4. Satker BLU menyusun RKAK/L berdasarkan RBA dan Ikhtisar RBA. 5. RKA K/Ldiaju kan kepada Menteri.
6. Menteri menyetujui pengaJuan RKAK/L, Menteri menyampaikan RKA K/L dan RBA kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jendera l Anggaran.
7. Direktur Jendera l Anggaran atas nama M enteri Keuangan melakukan telaahan terhadap RKAK/L dan RBA yang diajukan untuk digunakan sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN . 8. Pimpinan BLU menyusun RBA Definitif sebagai dasar melakukan
kegia tan BLU.
IV.3. Rencana Kerja dan Anggaran Keme,nterian Negara/Lembaga (RKA-K/L)
RKAK/L disusun dengan mengacu pad a pedoman umum RKAK/L yang meliputi:
1. Pendekatan sistem penganggaran, terdiri atas: a. Penganggaran terpadu;
b. Penganggaran berbasis kinerja; dan
c.
Kerangka pengeluaran jangka menengah 2. Klasifikasi anggaran, terdiri atas :a. Klasifikasi organisasi; b. Klasifikasi fungsi; dan
c.
Klasifikasi jenis belanja.Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
3. Instrumen RKAK/L terdiri atas:
a. Indikator kinerja; b. Standar biaya; dan c. Evaluasi kinerja .
RKAK/L disusun berdasaTkan :
1. Pagu anggaran K/L dan/atau alokasi anggaran K/L; 2. Renja K/L;
3. RKP hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam ー・ュ「 ゥ」。 G Sセ@
pendahuluan rancangan APBN; 4. Standar biaya; dan
S. Kebijakan pemerintah lainnya.
IV.4. Penyusunan DIPA BLU
DIPA BLU disusun dengan mengacu pada RBA Definitif dan Ikhtisar RBA Definitif. DIPA BLU merupakan dokumen pelaksanaan anggaran BLU, dan menjadi dasar pencairan/penarikan dana dari APBN.
DIPA BLU memuat antara lain: 1. Saldo awal kas
2. Pendapatan, belanja, pembiayaan
3. Saldo akhir kas
4. Besaran persentase ambang batas
S. Proyeksi arus kas (termasuk rencana penarikan dana yang bersumber dari APBN), dan
6. Jumlah serta kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan, 7. Sebagaimana ditetapkan dalam RBA definitif.
DIPA BLU tidak mencantumkan :
1. Pengeluaran pembiayaan (dana bergulir/investasi) dari APBN (Rupiah Murni) tahun sebelumnya; dan/atau
2. Pengeluaran pembiayaan (dana bergulir/investasi) dari APBN (Rupiah Murni) tahun berjalan yang telah tercantum dalam DIPA lain.
Pengesahan DIPA BLU :
DIPA BLU disampaikan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran pengesahan DIPA BLU paling lambat tanggal 31 Desember dengan menerbitkan Surat Pengesahan DIPA BLU (SPDIPA BLU).
IV.S. Penyusunan Target PNBP BLU Anggaran pendapatan BLU terdiri dari :
l. Penerimaan anggaran yang bersumber dari Rupiah Murni (RM), dan 2. PNBP BLU .
PNBP BLU terdiri dari :
1. Pendapatan yang akan diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat;
2. Hibah tidak terikat dan/atau hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain;
3. Hasil kerja sama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha la innya;dan/atau
4. Pen erimaan lainnya yang sah .
Pemimpin BLU wajib menyusun target pendapatan BLU. Target pendapatan disusun per unit kerja BLU. Dalam menyusun target pendapatan BLU, mempertimbangkan :
l. Target dan realisasi pendapatan BLU 2 (dua) tahun anggaran sebelumnya;
2. Proyeksi pendapatan BLU 2 (dua) tahun ke depan; dan
3. Kondisi yang mempengaruhi pencapaian target pendapatan BLU tahun berkenaan.
Target pendapatan BLU merupakan salah satu dasar bagi penyusunan pagu indikatif Kementerian Negara/Lembaga.
IV.6. Pengelolaan Kas
BLU perlu melakukan pengelolaan kas terhadap pendapatan yang bersumber dari pendapatan PNBP. Pengelolaan kas BLU dilaksanakan berdasarkan praktik bisnis yang sehat. Artinya pengelolaan kas BLU harus ditujukan dan mampu untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat secara berkesinambungan .
Secara sederhana pengelolaan kas BLU adalah se luruh aktivitas yang bertujuan untuk menjamin ketersed iaan ka s dalam jumlah dan waktu tertentu dalam rangka pemberian layanan.
Dalam hal pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal hal sebaga i berikut :
1. Merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas berdasarkan rencana kegiatan yang tercantum dalam RBA.
2. Menerima pendapatan yang bersumber dari PN BP satker BLU. 3. Menyimpan kas, melakukan pembayaran dan mengelola rekening
bank .
4. Menatausahakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan kas.
Saldo awal kas BLU bersumber dari surplus anggaran BLU tahun sebelumnya, yaitu saldo kas yang berasal dari selisih lebih antara PNBP BLU dengan belanja BLU, diluar APBN (rupiah murni) .
Saldo awal kas tidak termasuk :
l. Saldo kas yang berasal dari pengeluaran 'pembiayaan APBN (rupiah murni) tahun sebelumnya, dan/atau
2. Saldo kas yang berasal dari pembiayaan yang didanai dari APBN (rupiah murni) tahun berjalan yang telah tercantum dalam dokumen pelaksanaan anggaran selain DIPA Petikan BLU .
Saldo kas BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berjalan dan/atau tahun berikutnya . Rencana penggunaan saldo kas dituangkan dalam RBA .
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
IV.7.
Tarif layanan BlU
Semua kegiatan pelayanan dan kegiatan non pelayanan di rumah sakit dikenakan tarif layanan. Tarif layanan merupakan seluruh biaya yang dibebankan kepada masyarakat atas penyelenggaraan kegiatan di BlU rumah sakit.
Tarif layanan harus mempertimbangkan : 1. kontinuitas dan pengembangan layanan; 2. daya beli masyarakat;
3. asas keadilan dan kepatutan; dan 4. kompetisi yang sehat.
Tarif layanan ditetapkan berdasarkan asas gotong royong, adil dengan mengutamakan kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah, dan
セゥ、。ォ@ mengutamakan untuk meneari keuntungan.
Dalam penyusunan tarif layanan di BLU ru mah sa kit, perhitungan jasa sarana untuk :
1. Kelas III (tiga) lebih keeil dari titik impas (break even paint); 2. Kelas II (dua) sesuai titik impas (break even paint); dan
3. Kelas selain angka 1 dan angka 2, lebih besar dari titik impas (break
even paint) dengan besaran yang ditetapkan berdasarkan asas kepatutan oleh Direktur Rumah Sakit.
Tarif untuk golongan masyarakat yang pembayarannya dijamin oleh pihak penjamin, ditetapkan berdasarkan prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan dengan suatu ikatan perjanjian kerjasama seeara tertulis.
Tarif kegiatan pelayanan meliputi komponen jasa sarana dan jasa pelayanan
1. Komponen jasa sarana merupakan imbalan yang diterima oleh BlU rumah sakit atas pemakaian akomodasi, bahan non medis, obat-obatan, bahan/a!at kesehatan habis pakai yang digunakan langsung dalam rangka pelayanan medis dan pelayanan penunjang medis dengan memperhitungkan biaya investasi.
2. Komponen jasa pelayanan merupakan imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan medis, pelayanan penunjang medis dan/atau pelayanan lainnya.
Pola perhitungan Tarif
1. Pola tarif merupakan dasar perhitungan untuk menetapkan besaran tarif layanan BlU rumah sakit.
2. Besaran tarif layanan dihitung berdasarkan biaya satuan dengan mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas keadilan dan kepatutan dan kompetisi yang sehat.
Tarif layanan diusulkan oleh pimpinan BLU kepada menteri/pimpinan lembaga. Menteri/pimpinan lembaga menyampaikan usulan tarif layanan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan dalam Peraturan Menteri keuangan .
Selain ditetapkan Menteri Keuangan, penetapan tarif BLU dapat didelegasikan oleh Menteri Keuangan kepada menteri/pimpinan lembaga dan/atau pemimpin BLU.
Penyusunan usulan tarif layanan BLU dilakukan melalui : 1. Persia pan usulan tarif layanan
2. Menyusun analisis mengenai kondisi umum, potensi, dan permasalahan
3. Menyusun perhitungan biaya per unit 4. Menyusun usulan tarif layanan
IV.S. Remunerasi Btu
Remunerasi merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap, honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan/atau pensiun. (PP 23/2005, PMK No. 10/PMK.02/2006 jo. PMK No. 73/PM K.OS/2007)
Remunerasi adalah pengeluaran biaya oleh BLU Rumah Sakit, sebagai imbal jasa kepada pegawai, yang manfaatnya diterima pegawai dalam bentuk dan jenis komponenkomponen perhargaan dan perlindungan . (Permenkes 625/2010)
Penyusunan dan penetapan sistem remunerasi 'ini bertujuan untuk mendukung strategi usaha rumah sakit dalam menjalankan visi dan misinya, dengan menyesuaikan kondisi dan kemampuan keuangan masing masing rumah sakit serta mengikuti ketentuan peraturan yang berlaku.
Prinsip remunerasi : 1. Proporsionalitas
Perhitungan pembagian remunerasi berdasarkan jumlah aset yang dikelola serta tingkat pelayanan .
2. Kesetaraan
Penilaian antar jabatan sesuai dengan beban dan tanggung jawab masing masing dengan memperhatikan pelayanan yang sejenis. 3. Kepatutan
Menyesuaikan dengan kemampuan pendapatan dengan proporsi pendapatan yang digunakan untuk remunerasi
4. Kinerja operasional BLU
Dengan memperhatikan indikator kinerja pelayanan, manfaat dan mutu bagi masyarakat dan keuangan dengan nilai kategori tingkat kesehatan Rumah Sakit "An
Komponen remunerasi dibagi dalam 3 (tiga) komponen utama, yaitu: 1. Pembiayaan untuk Pekerjaan / Jabatan
(Pay for Position)
a. Dialokasikan dari dana BLU sesuai dengan grading atau hasil nilai analisa jabatan masingmasing pegawai baik medis /non medis
Panduan Penge lolaan Badan Layanan Umum
(PNS/Non PNS) . Komponen ini bersifat pembayaran tunai kepada pegawai berupa pendapatan langsung dan besarannya disesua !kan dengan kemampuan keuangan BLU.
b. Untuk gaji yang sumber dananya dar! APBN/RM mengikuti ketentuan penggajian sesuai peraturan yang berlaku (untuk pegawai PNS/CPNS) .
2. Pembiayaan untuk Kinerja (Pay for Performance)
Komponen ini terkait langsung dengan pencapaian target kinerja yang telah dikontrakkinerjakan, dibayarkan secara periodik sesuai kebijakan rumah sa kit. Pay for performance merupakan penghargaan kepada pegawai atas pencapaian kinerja baik indivldu, unit kerj a maupun rumah sak it. Jenisnya befupa insentif dan/atau bonus . Besarannya tergantung pada tingkat capaian target kinerja.
3. Pembiayaan untuk Perorangan/lnd ividu (Pay for People)
Diberikan kepada pegawal sebagai penghargaan (reward) yang sifatnya individu dan merupakan kewenangan dari pimpinan BLU sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.
Penyusunan remunerasi terdiri dari ; 1. Menyusun Corporate Grade
Dalam penyusunan skala / struktur jabatan (struktural dan fungsional) perlu dilakukan ;
A. Analisa Pekerjaan (Job Description)
Job Description adalah sebuah kumpulan informas i jabatan dan disusun secara sistematis yang diperoleh melalui Job Analysis, yang dapat mengidentifika si dan menguraikan suatu jabatan atau po sisi tertentu.
Untuk mengetahui Job Description dari masingmasing pegawai diambillangkahIangkah sebagai berikut ;
a) Masingmasing unit kerja membuat struktur Organisasi dan tata hubungan kerja sebagai gambaran dari pembagian kerja, rentang garis perintah dan tanggung jawab, garis perintah dan pelaporan baik lini maupun matriks .
b) Membagik an Job Analysis Questioner (JAO) keseluruh pegawai sebagai pengumpulan Informasi Jabatan .
B. Evaluasi Jabatan (Job Evaluation)
Dalam menentukan evaluasi jabataQ untuk mendapatkan nilai jabatan dengan menggunakan alat penimbang jabatan dengan faktor penimbang. Adapun faktor penimbang terbagi dalam 3 (tiga) komponen terdiri dari 10 (sepuluh) faktor, sebagai berikut ;
a) Know How
1. Kompetensi Tekni s 2. Manajerial 3. Komunikas i
b) Problem Solving
4. Faktor Analisis lingkungan pekerjaan S. Faktor Pedoman Keputusan 6. Faktor Kondisi Kerja
c) Accountability
7. Wewenang (kebebasan bertindak)
8. Tanggung jawab harta
9.
Peran jabatan lO.Probabilitas Resiko2. Pemetaan Pegawai
Pegaw ai di'kelompokkan berdasarkan kelompok jabatan remunerasi, yang t erdiri dari :
a. General Rank (GR)
b. OperationalStaj (OS)
c. Operational Leader (Ol)
d. Strategic Leader (Sl) e. Penunjang Medik (PM) f. Ners (N)
g. Medik (M)
h. Medik Spesialis (MS) i. Direktur
j . Direktur Utama
3. Menghitung Poin Indeks Rupiah (PIR)
PIR merupakan nilai satuan rupiah yang ditetapkan rumah sakit berdasarkan anal isis hasil kinerja rumah sakit dan penetapan anggaran remunerasi.
Berupa satuan rupiah sebagai perhitungan nilai uang yang akan dipakai dalam formula penghargaan kinerja setiap pegawai. Penjumlahan hasil perhitungan formula penghargaan pada total pegawai merupakan total anggaran pembiayaan rumah sakit atas penghargaan kinerja dan seka ligus mencerminkan kinerja keuangan rumah sakit.
4. Menyusun Penil aian Ki nerja Pegawai Penilaian kinerja terdiri dari : a. Penilaian Kinerja Individu
Penilaian Kinerja Individu dilakukan dengan mengukur pencapaian target dengan menggunakan Indikator Kinerja Individ u (IKI). IKI ditetapkan melalui suatu penilaian kinerja yaitu dengan membandingkan antara pencapaian target kinerja dengan faktor-faktor yang ditentukan dan ditargetkan.
b. Penilaian Kinerja Unit
Penilaian kinerja unit dilakukan dengan mengukur pencapaian target dengan menggunakan Indikator Kinerja Unit (IKU) . Ditetapkan berdasarkan pencapaian total target kinerja unit kerja sesuai struktur organisasi rumah sakit, yaitu unit kerja sesuai peran dan fungsi unit kerja tersebut secara struktural dalam organisasi.
S. Penetapan Remunerasi
Remunerasi BlU ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan usulan dari satker BlU melalui pengkajian dari Kementerian
-an Pengel an Layanan Umum
Kesehatan . Adapun teknis pelaksanaan dari Keputusan Menteri Keuangan (KMK) tentang Penetapan Remunerasi Satker BLU ditetapkan oleh Direktur Utama satker BLU.
6. Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Remunerasi
Pelaksanaan remunerasi pada satker BLU harus dilakukan monitoring dan evaluasi untuk menjaga kepatutan dan keadilan dalam pemberian remunerasi.
V. AKUNTABILITAS BLU V.l. laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah eatatan informasi dari transaks i keuangan suatu entitas pada suatu periode akuntansi tertentu yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja BLU.
Pimplnan BLU bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan BLU .
Laporan keuangan dilengkapi dengan surat pernyataan tanggung jawab pemimpin BLU yang berisikan pernyataan bahwa pengelolaan anggaran telah dilaksanakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi keuangan, dan kebenaran isi laporan keuangan merupakan tanggung jawab pemimpin BLU.
Untuk menyajikan laporan keuangan, BLU perlu melakukan langkah-langkah sesuai prosedur akuntansi yang dimulai dengan peneatatan, penggolongan, pengikhtisaran hingga pelaporan.
BLU menerapkan dua standar akuntansi SAK dan SAP
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) adalah prinsip akuntansi dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu entitas.
Apabila SAK yang sudah ada dianggap tidak coeok untuk diterapkan pada suatu BLU, maka BLU tersebut dapat mengembangkan sendiri standar akuntansi yang spesifik sesuai dengan jenis industrinya, dengan mengacu pada pedoman akuntansi BLU yang berlaku. Standar akuntansi yang telah dikembangkan tersebut harus ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan.
Laporan keuangan berdasarkan SAK terdiri dari Laporan Operasional, Neraea, Laporan Arus Kas, dan Catatan attls Laporan Keuangan.
2. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
Sebagai satker yang masih merupakan satker pemerintah, satker BLU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari K/L induknya . Oleh karena itu, laporan keuangan untuk tujuan konsolidasi tersebut disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Laporan keuangan berdasarkan SAP yaitu Laporan Realisasi Anggaran, Neraea, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Pada umumnya, pengertian akunakun menurut SAK tidak jauh berbeda dengan SAP. Apabila ada pengertian yang berbeda, maka untuk tujuan konsolidasi pengertian akun menurut SAP, yaitu berdasarkan Peraturan Pemerintah mengenai SAP.
Reviu Laporan Keuangan
Reviu dilakukan oleh SPI. Tujuan reviu adalah untuk memberikan keyakinan terbatas atas akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sebelum disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga dan Menteri Keuangan .
Reviu hanya mengumpulkan keterangan yang dapat menjadi bahan untuk penyusunan Statement of Responsibility (Pernyataan Tanggung Jawab) oleh Pemimpin BLU.
Dalam melakukan reviu atas laporan keuangan, SPI harus memahami secara garis besar sifat transaksi entitas, sistem dan prosedur akuntansi, bentuk catatan akuntansi dan basis aklmtansi yang digunakan untuk menyajikan laporan keuangan.
1. Ruang lingkup Reviu hanya terbatas pada penelaahan laporan keuangan dan catatan akuntansi.
2. Sasaran reviu adalah untuk memperoleh keyakinan terbatas bahwa laporan keuangan entitas pelaporan telah disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang digunakan .
3. Jadwal pelaksanaan reviu dilakukan secara paralel dengan pelaksanaan anggaran dan penyusunan laporan keuangan BLU. SPI membuat penyataan telah direviu atas laporan keuangan BLU dan dilampirkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan yang disampaikan ke menteri/pimpinan lembaga dan menteri keuangan . Dalam hal satker BLU belum memiliki SPI, reviu dilakukan oleh Itjen K/L yang bersangkutan. Pernyataan telah direviu diterbitkan setidaktidaknya sekali dalam setahun terhadap laporan keuangan tahunan BLU.
4. Persiapan reviu , sebelum pelaksanaan reviu, aparat pengawasan intern perlu melakukan persiapanpersiapan agar reviu dapat dilaksanakan secara efektif dan terpadu.
Prosedur lain yang dilaksanakan sebelum atau selama reviu tidak boleh diungkapkan dalam laporan hasil reviu. j\pabila SPI tidak dapat melaksanakan penelusuran angkaangka pos dalam laporan keuangan, pengajuan pertanyaan dan prosedur analitik yang dipandang perlu untuk memperoleh keyakinan terbatas yang seharusnya ada dalam suatu reviu, maka reviu dianggap tidak lengkap.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
セiANBMセセ\[BセGセ\[B@ uN||セGエセセ セiANセセセGエセセ@
Sebelum laporan keuangan disampaikan kepada pi hakp:hak ya ng berwenang maka haru s dilaksanakan proses rekonsiliasi interna l dan rekonsil iasi eksternal.
1. Rekon siliasi Internal
a. Rekon siliasi antara Buku Bank dengan Rekening Koran;
b. Rekonsiliasi antara Laporan Barang (SIMAK BMN) dengan Laporan Keuangan berdasarkan SAP (SAKPA) ;
c. Rekonsilia si antara Laporan Keuangan SAP dengan Laporan Keuangan SAK.
2. Rekon sil iasi Eksterna l
Rekonsiliasi dengan KPPN dila kukan setiap bulan yaitu :
a. Rekonsiliasi rekening koran BLU dengan saldo kas BLU pada SAU KPPN .
b . Rekonsiliasi data SAl dengan SAU yaitu Rekonsiliasi Laporan Reali sasi Anggaran dan Rekonsilias i Neraca.
c. Rekonsiliasi Laporan Barang dengan KPKNL berdasarkan Perdirjen Kekayaan Negara tentang Rekonsilia si Barang milik Negara .
Penyampaian Laporan Keuangan BLU
1. Laporan keuangan BLU be rda sarkan SAK d isampaikan secara berjenjang kepada eselon I kementerian tekni s serta kepada Menteri Keuangan c.q . Direktur PPK BLU setiap triwulan , semester dan tahunan.
Penyampa ian laporan keuangan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Laporan triwulan paling lambat tanggal 15 setelah triwulan berakhir.
b. Laporan semesteran paling lambat tanggal 10 setelah seme ster berakhir.
c. Laporan tahunan (unaudited) paling lambat tanggal 20 setelah tahun berakhir.
d. Laporan keuangan tahunan (audited) disampaikan kepada Oit PPK BLU pa li ng lambat tanggal 30 April setelah tahun berakhir haru s diaudit oleh oleh auditor ekstern , yaitu oleh BPK atau Kantor Akuntan Publik (KAP) .
2. Laporan Keuangan BLU berda sarkan SAP yaitu penyusunan, penyampaian dan kelengkapan l。ーッセ。ョ@ Keuangan BLU untuk konsolidasian dilaksanakan secara berjenjang berdasarkan peraturan yang berlaku .
V.2. Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK)
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja pegawai kepada pimpinan, dan seluruh pemangku kepentingan yang memerlukan baik yang terkait langsung maupun tidak langsung, dan sebagai sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan,
Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi , dan nepotisme maka dalam pelaksanaannya harus berpedoman pada asasasas umum penyelenggaraan negara yang meliputi asas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, dan akuntabilitas ,
Asas akuntabilitCls adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan clan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan perundangundangan,
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, pengelolaan sumber daya, dan kebijakan yang dipercayakan berdasarkan perencanaan strategi yang telah dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya,
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dibangun dalam rangka upaya mewujudkan good governance dan sekaligus result
oriented gaverment, SAKIP merupakan seb uah sistem dengan pendekatan manajemen berbasis kinerja (Performance-base Manajemen) untuk penyediaan informasi kinerja ,
Dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang lebih berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab, serta sebagai wujud pertanggungjawaban instansi pemerintahan yang baik, maka laporan akuntabilitas kinerja setiap tahun harus disusun.
Sistematika Laporan Akuntabilitas Kinerja
1. Pendahuluan, menjelaskan secara ringkas latar belakang, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas p.okok dan fungsi, struktur organisasi serta sistematika perjanjian laporan.
2, Perencanaan dan perjanjian kinerja, menjelaskan tentang sasaran tentang sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang ingin dicapai,
3. Akuntabilitas Kinerja, menjelaskan tentang pengukuran kinerja, capaian kinerja, analisis akuntabilitas kinerja dan realisasi anggaran serta sumber daya manusia sebagai pelaksanan kegiatan dan sarana prasarana ,
4 , Simpulan, berisi kesimpulan atas Laporan Akuntabilitas Kinerja,
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum
V.3. Audit Keuangan
Laporan pertanggungjawaban BLU diaudit oleh pemeriksa eksternal (BPK atau KAP). Audit atas laporan pertanggungjawaban BLU meliputi: 1. Audit keuangan merupakan audit atas laporan keuangan. Audit
keuangan menghasilkan laporan hasil audit yang memuat opini atas laporan keuangan . Opini merupakan pernyataan profesional auditor mengenai kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria :
a. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
b. Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures)
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan d. Efektivitas sistem pengendalian internal
Opini yang dapat diberikan oleh auditor yaitu :
a. Opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),
b. Opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion),
c. Pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion),
atau
d. Opini tidak wajar (adversed opinion).
Audit keuangan dirancang untuk memberikan keyakinan memadai atas pendeteksian salah saji yang material dalam laporan keuangan. Konsep keyakinan memadai menunjukkan bahwa auditor bukan seorang penjamin kebenaran laporan keuangan .
Salah saji dibedakan menjadi dua yaitu kekeliruan (errors) dan ketidakberesan (irregularities). Kekeliruan adalah salah saji yang todak disengaja sedangkan ketidakberesan adalah salah saji yang disengaja .
2. Audit kinerja merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas audit aspek efektivitas. Dalam audit kinerja, tinjauan yang dilakukan tidak terbatas pad a masalahmasalah akuntansi saja namun juga meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi, pemanfaatan komputer, metode produksi, pemasaran, dan bidang -bidang lain sesuai dengan keahlian auditor.
3. Audit dengan tujuan tertentu merupakan audit yang tidak termasuk dalam audit keuangan dan audit kinerja . Audit ini meliputi antara lain audit atas halhal investigatif dan pengawasan atas pengendalian intern.
4. Pengawasan oleh Dewan Pengawas
Berdasarkan Permenkes No. 10 Tahun 2014 tentang Dewan Pengawas Rumah Sakit, Dewan Pengawas berfungsi sebagai
governing body Rumah Sakit dalam melakukan pembinaan dan pengawasan nonteknis perumahsakitan secara internal di Rumah Sakit. Sedangkan tugas Dewan Pengawas adalah :
a. menentukan arah kebijakan Rumah Sakit;
b. menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategis; c. menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran;
VI. PENUTUP
d. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya ; e. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien ;
f. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah Sa kit; dan g. mengawasi kepatuhan penerapan etika Rumah Sa kit, etika
profesi, dan peraturan perundangundangan;
Pengelolaan BLU secara tepat sangatlah penting agar memberikan dampak pada pelayanan kesehatan yang berkualitas. Buku saku ini diharapkan dapat memberikan acuan dan referensi dalam pengelolaan BLU .
Buku ini masih memerlukan penyempurnaan sehingga masukan dan kritik sangat diharapkan agar pengelolaan BLU sesuai dengan yang diharapkan.
Panduan Pengelolaan Badan Layanan Umum