• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Menentukan Keputusan Pemilihan Transportasi Pesawat Udara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aplikasi Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Menentukan Keputusan Pemilihan Transportasi Pesawat Udara"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI METODE

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

(AHP)

DALAM MENENTUKAN KEPUTUSAN PEMILIHAN

TRANSPORTASI PESAWAT UDARA

SKRIPSI

TITIN HARTINI

090803030

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

APLIKASI METODE

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

(AHP)

DALAM MENENTUKAN KEPUTUSAN PEMILIHAN

TRANSPORTASI PESAWAT UDARA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

TITIN HARTINI

090803030

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : APLIKASI METODE ANALYTIC HIERARCHY

PROCESS (AHP) DALAM MENENTUKAN KEPTUSAN PEMILIHAN TRANSPORTASI PESAWAT UDARA

Kategori : SKRIPSI

Nama : TITIN HARTINI

Nomor Induk Mahasiswa : 090803030

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA

Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Agustus 2014

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Ujian Sinulingga, M.Si Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si NIP. 19560303 198403 100 4 NIP. 19530303 198303 100 2

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

APLIKASI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM

MENENTUKAN KEPUTUSAN PEMILIHAN

TRANSPORTASI PESAWAT UDARA

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Agustus 2014

(5)

PENGHARGAAN

Alhamdulillaah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat

dan cinta-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul : “Aplikasi Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Menentukan Keputusan Pemilihan Transportasi Pesawat Udara”. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana sains.

Penulis menyampaikan terima kasih yang teramat tulus kepada orangtua

tercinta. Ayahanda Tugimin dan Ibunda Poniah atas cinta, kasih sayang, semangat

dan dukungan kepada penulis selama ini. Terima kasih juga kepada semua keluarga

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. Henry Rani Sitepu, M.Si dan

Bapak Drs. Ujian Sinulingga, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini. Ucapan terima

kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika, Bapak

Prof. Dr. Tulus, Vor.Dipl.Math., M.Si dan Ibu Dra. Mardiningsih, M.Si. Ucapan

terima kasih juga ditujukan kepada Ibu Dr. Dra. Esther S. M. Nababan, M.Sc dan Ibu

Dra. Elly Rosmaini, M.Si selaku dosen penguji pada skripsi ini. Juga kepada Dekan

dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam Universitas

Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Matematika FMIPA USU, serta

semua pegawai di FMIPA USU. Terimakasi kepada Abangnda Adi Suyono dan

Bambang Sugiri, Kakanda Juliana dan Ika Rahmayani, Adinda Rini Sugiarti, Dan

saudara Ipar penulis Kakanda Nur Asiah dan Lia Rosfita serta abangnda Sulisno dan

Siswadi. Terimakasih untuk semangat yang selalu terukir.

Terimakasih juga kepada teman-teman seperjuangan Matematika 2009, UKMI

Al-Falak, UKMI Ad-Dakwah, IM-Kubik, KAM Rabbani, PEMA FMIPA USU, INC

Medan, MITI Klaster Mahasiswa dan teman-teman seperjuangan yang lain yang tidak

bias disebut satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini. Untuk itu

(6)

mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kata semua.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang lebih dari Allah

SWT.

Medan, Agustus 2014

Penulis,

(7)

APLIKASI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

DALAM MENENTUKAN KEPUTUSAN PEMILIHAN

TRANSPORTASI PESAWAT UDARA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang aplikasi metode Analitic Hierarchy Process ( AHP) dalam menentukan keputusan pemilihan transportasi pesawat udara. Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode pengambilan keputusan terhadap masalah penentuan prioritas pilihan dari berbagai alternatif. Penggunaan AHP dimulai

dengan membuat struktur hirarki dari permasalahan yang ingin diteliti. Matriks

perbandingan berpasangan digunakan untuk membentuk hubungan di dalam struktur.

Pada matriks perbandingan berpasangan tersebut akan dicari bobot dari tiap-tiap

kriteria dengan cara menormalkan rata-rata geometrik (geometric mean) dari pendapat responden. Nilai eigen maksimum dan vektor eigen yang dinormalkan akan diperoleh

dari matriks ini. Pada proses menentukan faktor pembobotan hirarki maupun faktor

evaluasi, uji konsistensi harus dilakukan (CR < 0,100). Hasil dari analisis AHP diperoleh kesimpulan bahwa pesawat Air Asia menjadi prioritas pertama pilihan

responden dengan persentase sebesar 34,88%, prioritas kedua yaitu pesawat Lion Air

dengan persentase sebesar 17,65%, prioritas ketiga adalah pesawat Garuda

Indonesia yaitu dengan persentase sebesar 17,61%, prioritas keempat adalah pesawat

Citilink dengan persentase sebesar 16,43%, prioritas kelima yaitu Sriwijaya Air

dengan persentase sebesar 7,88% dan prioritas terakhir adalah Mandala Air dengan

persentase sebesar 5,55%.

(8)

THE APPLICATIONS ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP)

METHODS IN DETERMINING THE SELECTION DECISION

TRANSPORT AIRCRAFT

ABSTRACT

A study concerning the application of methods of Analytic Hierarchy Process (AHP)

to determine the selection decision of transport aircraft. Analytical Hierarchy Process

(AHP) is a decision-making method to the problem of prioritization of choice

alternatives. The use of AHP begins by creating a hierarchical structure of the problem

to be observed. Pairwise comparison matrix is used to establish relationships within

the structure. In the pairwise comparison matrix will look for the weight of each

criterion by way of normalizing the geometric mean of the respondents opinion. The

maximum eigen values and normalized eigen vectors will be obtained from this

matrix. In the process of determining the weighting factor of the hierarchy and the

evaluation factors, the consistency test should be performed (CR <0.100). The results

of the AHP analysis we concluded that Air Asia to be first choice with the percentage

of respondents 34.88%, the second priority is Lion Air with a percentage of 17.65%,

the third priority is that Garuda Indonesia with a percentage of 17.61% , the fourth

priority is Citilink with a percentage of 16.43%, the fifth priority is Sriwijaya Air with

a percentage of 7.88% and the last priority is Mandala air with a percentage of 5.55%.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Tinjauan Pustaka 3

1.5 Tujuan Penelitian 6

1.6 Kontribusi Penelitiaan 6

1.7 Metodologi Penelitian 6

Bab 2 Landasan Teori 8

2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) 8

2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP) 10

2.2.1 Tahapan-Tahapan AHP 12

2.2.2 Eigen value dan Eigen vector 13

2.2.3 Penyusunan Prioritas 18

(10)

2.3 Penerapan AHP dalam Menentukan Urutan Prioritas

Pesawat Udara 24

Bab 3 Metodologi Penelitian 26

3.1 Rancangan Penelitian 26

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian 26

3.3 Populasi dan Sampel 26

3.3.1 Populasi 26

3.3.2 Sampel 27

3.4 Jenis dan Teknik Penumpulan Data 27

3.5 Kriteria dan Alternatif 28

3.6 Analisis Data 28

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 30

4.1 Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki Untuk Semua Kriteria 30 4.1.1 Vektor Prioritas 33

4.2 Perhitungan Faktor Evaluasi Untuk Kriteria Harga 35

4.3 Perhitungan Faktor Evaluasi Untuk Kriteria Promo 38

4.4 Perhitungan Faktor Evaluasi Untuk Kriteria Pelayanan 42

4.5 Perhitungan Faktor Evaluasi Untuk Kriteria Fasilitas 45

4.6 Perhitungan Total Ranking/Prioritas Global 49

4.6.1 Faktor Evaluasi Total 49

4.6.2 Total Ranking 50

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 51

5.1 Kesimpulan 51

5.2 Saran 51

Daftar Pustaka 52

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skala Saaty untuk Perbandingan Berpasangan 19

Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan 20

Tabel 2.3 Matriks Perbandingan Intensitas Kepentingan Elemen Operasi 21

Tabel 2.4 Tabel Nilai Random Indeks (RI) 23

Tabel 4.1 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria 31

Tabel 4.2 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang Disederhanakan 31

Tabel 4.3 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang Dinormalkan 31

Tabel 4.4 Matriks Vektor Prioritas 34

Tabel 4.5 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga 35

Tabel 4.6 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga yang Disederhanakan 36 Tabel 4.7 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Harga yang Dinormalka 37

Tabel 4.8 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Promo 39

Tabel 4.9 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Promo yang Disederhanakan 40 Tabel 4.10 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Promo yang Dinormalkan 41

Tabel 4.11 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Pelayanan 42

Tabel 4.12 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Pelayanan yang Disederhanakan 43

(12)

Dinormalkan 44

Tabel 4.14 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Fasilitas 46

Tabel 4.15 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Pelayanan yang

Disederhanakan 47

Tabel 4.16 Matriks Faktor Evaluasi untuk Kriteria Fasilitas yang Dinormalka 48

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(14)

APLIKASI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

DALAM MENENTUKAN KEPUTUSAN PEMILIHAN

TRANSPORTASI PESAWAT UDARA

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang aplikasi metode Analitic Hierarchy Process ( AHP) dalam menentukan keputusan pemilihan transportasi pesawat udara. Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode pengambilan keputusan terhadap masalah penentuan prioritas pilihan dari berbagai alternatif. Penggunaan AHP dimulai

dengan membuat struktur hirarki dari permasalahan yang ingin diteliti. Matriks

perbandingan berpasangan digunakan untuk membentuk hubungan di dalam struktur.

Pada matriks perbandingan berpasangan tersebut akan dicari bobot dari tiap-tiap

kriteria dengan cara menormalkan rata-rata geometrik (geometric mean) dari pendapat responden. Nilai eigen maksimum dan vektor eigen yang dinormalkan akan diperoleh

dari matriks ini. Pada proses menentukan faktor pembobotan hirarki maupun faktor

evaluasi, uji konsistensi harus dilakukan (CR < 0,100). Hasil dari analisis AHP diperoleh kesimpulan bahwa pesawat Air Asia menjadi prioritas pertama pilihan

responden dengan persentase sebesar 34,88%, prioritas kedua yaitu pesawat Lion Air

dengan persentase sebesar 17,65%, prioritas ketiga adalah pesawat Garuda

Indonesia yaitu dengan persentase sebesar 17,61%, prioritas keempat adalah pesawat

Citilink dengan persentase sebesar 16,43%, prioritas kelima yaitu Sriwijaya Air

dengan persentase sebesar 7,88% dan prioritas terakhir adalah Mandala Air dengan

persentase sebesar 5,55%.

(15)

THE APPLICATIONS ANALITYC HIERARCHY PROCESS (AHP)

METHODS IN DETERMINING THE SELECTION DECISION

TRANSPORT AIRCRAFT

ABSTRACT

A study concerning the application of methods of Analytic Hierarchy Process (AHP)

to determine the selection decision of transport aircraft. Analytical Hierarchy Process

(AHP) is a decision-making method to the problem of prioritization of choice

alternatives. The use of AHP begins by creating a hierarchical structure of the problem

to be observed. Pairwise comparison matrix is used to establish relationships within

the structure. In the pairwise comparison matrix will look for the weight of each

criterion by way of normalizing the geometric mean of the respondents opinion. The

maximum eigen values and normalized eigen vectors will be obtained from this

matrix. In the process of determining the weighting factor of the hierarchy and the

evaluation factors, the consistency test should be performed (CR <0.100). The results

of the AHP analysis we concluded that Air Asia to be first choice with the percentage

of respondents 34.88%, the second priority is Lion Air with a percentage of 17.65%,

the third priority is that Garuda Indonesia with a percentage of 17.61% , the fourth

priority is Citilink with a percentage of 16.43%, the fifth priority is Sriwijaya Air with

a percentage of 7.88% and the last priority is Mandala air with a percentage of 5.55%.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan

untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit

maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual

atau dari suatu skala yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif.

AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran

dan pada ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya. ( Sri

Mulyono, 1996)

Di era globalisasi sekarang, sarana transportasi dituntut untuk bisa

menyediakan fasilitas yang aman, nyaman, cepat dan harga yang kompetitif.

Persaingan sarana transportasi yang ada memberikan bermacam strategi pemasaran

yang tepat untuk menarik pelanggan agar membeli produk yang ditawarkan pada

perusahaan tersebut. Oleh karena itu setiap konsumen harus jeli dalam membaca

lingkungan yaitu memilih alat transportasi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan.

Setiap konsumen mempunyai pandangan yang berbeda terhadap suatu

perusahaan. Dari persepsi itu maka akan mendorong konsumen untuk memotivasi diri

mereka dalam mengambil keputusan. Dengan adanya sikap dan pembelajaran dari

konsumen maka akan memacu konsumen untuk melakukan pengulangan kembali

(17)

lebih dalam hanyalah merupakan salah satu tahap dari keseluruhan proses keputusan

pemakaian konsumen. Pada dasarnya, konsumen akan lebih mudah mengambil

keputusan pada pemakaian yang sifatnya pengulangan atau terus menerus terhadap

produk yang sama.

Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu model pengambilan keputusan yang sering digunakan untuk mengatasi permasalahan

multikriteria. Sebagai contoh, Pemilihan berbagai alat transportasi dengan

menggunakan AHP dilakukan oleh Teknomo (1999). AHP umumnya digunakan

dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif/pilihan yang ada dan

pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau multikriteria. Secara umum, dengan

menggunakan AHP, prioritas yang dihasilkan akan bersifat konsisten dengan teori,

logis, transparan, dan partisipatif.

Setiap orang mempunyai kecenderungan untuk mendapatkan pelayanan yang

terbaik. Begitu pula dalam hal mendapatkan pelayanan yang terbaik saat memilih

tranpotasi pesawat udara. Untuk mempermudah konsumen dalam menentukan

keputusan memilih pesawat udara yang layak dan baik, maka penulis menggunakan

metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam penentuan keputusan tersebut. Di dalam penelitian Thomas Lorie Saaty (2008) disebutkan bahwa metode

AHP telah banyak diterapkan oleh banyak pihak seperti perusahaan-perusahaan besar

dunia, pemerintah, lembaga pendidikan, dan lainnya dalam mencari keputusan yang

tepat dalam setiap permasalahan. Sebagai contoh salah satu perusahaan komputer

terbesar di dunia IBM menggunakan AHP dalam merancang kesuksesan bisnis

komputer kelas menengah pada tahun 1991. British Airway:1998 juga menggunakan AHP untuk memilih perusahaan sistem hiburan untuk seluruh pesawat miliknya.

Bourgeois (2005) juga menggunakan AHP untuk menyusun prioritas topik-topik

penelitian yang akan diusulkan oleh UNCAPSA, sebuah lembaga riset yang dikelola

oleh UN-ESCAP.

Berdasarkan hal-hal ini, maka metode AHP digunakan dalam penelitian ini

yaitu untuk pengambilan keputusan dalam menentukan transportasi pesawat udara

yang layak dan baik untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria

(18)

pengambilan keputusan dalam memilih alat transportasi pesawat udara tersebutadalah

harga, promo, pelayanan, fasilitas.

Berdasarkan kondisi-kondisi di atas maka penulis memilih judul Tugas Akhir

ini sebagai: “Aplikasi Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam Menentukan Keputusan Pemilihan Transportasi Pesawat Udara”.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas adalah menentukan keputusan terbaik dalam

pemilihan transportasi pesawat udara dengan aplikasi metode Analytic Hierarchy Process (AHP).

1.3 Batasan Masalah

Permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan baik dan pembahasan menjadi lebih

terarah, maka akan dilakukan beberapa pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di Bandara Internasional Kualanamu Deli Serdang.

2. Objek penelitian ini adalah penumpang yang akan melakukan perjalanan dari

Medan menuju Jakarta (KNO-CGK). Responden diasumsikan memiliki latar

belakang pendidikan dan status sosial yang sama.

3. Pesawat udara yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Garuda Indonesia

b. Lion Air

c. Air Asia

d. Citilink

(19)

f. Sriwijaya Air

4. Kriteria yang digunakan sebagai dasar penelitian adalah harga, promo, pelayanan,

dan fasilitas.

5. Metode yang digunakan adalah Analytic Hierarchy Process (AHP).

1.4 Tinjauan Pustaka

Thomas Lorie Saaty (1987) menyatakan bahwa AHP merupakan suatu teori

pengukuran yang digunakan untuk menderivasikan skala rasio baik dari

perbandingan-perbandingan berpasangan diskrit maupun kontinu. Diperlukan suatu

hirarki dalam menggunakan AHP untuk mendefenisikan masalah dan perbandingan

berpasangan untuk menentukan hubungan dalam struktur tersebut. Struktur hirarki

digambarkan dalam suatu diagram pohon yang berisi goal (tujuan masalah yang akan

dicari solusinya), kriteria, subkriteria dan alternatif.

Thomas Lorie Saaty (1993) menguraikan metode AHP yang dilakukan

dengan cara memodelkan permasalahan secara bertingkat yang terdiri dari kriteria dan

alternatif.

Kardi Teknomo, Hendro Siswanto dan Sebastianus Ari Yudhanto (2005)

menguraikan tentang penggunaan AHP yang dimulai dengan membuat struktur hirarki

atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan

utama, kriteria-kriteria, sub kriteria-sub kriteria dan alternatif-alternatif yang akan

dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan di

dalam struktur. Hasil dari perbandingan berpasangan ini akan membentuk matrik

dimana skala rasio diturunkan dalam bentuk eigenvektor utama atau fungsi-eigen.

Matrik tersebut berciri positif dan berbalikan, yakni

ji ij

a a  1 .

Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dapat memecahkan

masalah kompleks, dimana kriteria yang diambil cukup banyak, struktur masalah yang

belum jelas, ketidakpastian persepsi pembuat keputusan serta ketidakpastian

tersedianya data statistik yang akurat. Adakalanya timbul masalah keputusan yang

(20)

disertai dengan variasi yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin

dapat dicatat secara numerik karena data kualitatif saja yang dapat diukur yaitu

berdasarkan pada persepsi, preferensi, pengalaman, dan intuisi.

Adapun yang menjadi kelebihan dengan menggunakan metode AHP adalah

yaitu:

1. Struktur yang berbentuk hierarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipillih

sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhatikan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai

kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan keluaran analisis sensitivitas pembuat

keputusan.

Selain itu metode AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah

yang multiobjektif dan multikriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari

setiap elemen dalam hirarki. Jadi metode AHP merupakan suatu bentuk pemodelan

pembuatan keputusan yang sangat komprehensif.

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dengan Metode AHP adalah sebagai

berikut:

a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan

kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin di ranking. c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria

yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau

judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

d. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks

(21)

e. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten pengambil data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan menggunakan matlab

maupun manual.

f. Mengulangi langkah c, d, dan e untuk seluruh tingkat hirarki.

g. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini mensintesis pilihan dan penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai

pencapaian tujuan.

h. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR<0,100 maka penilaian harus diulang kembali.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keputusan terbaik dalam pemilihan

transportasi pesawat udara dengan pemanfaatan metode Analytic Hierarchy Process

(AHP).

1.6 Kontribusi Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak perusahaan penerbangan diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi

salah satu alternative rujukan untuk dapat memahami keinginan dan kebutuhan

masyarakat guna perbaikan kinerja perusahaan khususnya dan untuk

pembangunan kesejahteraan masyarakat umumnya.

2. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi bacaan untuk

mahasiswa, terlebih bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian serupa.

3. Membantu penulis dalam menerapkan ilmu dan pengetahuan yang didapat selama

(22)

1.7 Metodologi Penelitian

Adapun metode penelitian yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Studi Literatur

Penulisan ini dimulai dengan studi kepustakaan yaitu proses pengumpulan

bahan-bahan referensi baik dari buku, artikel, paper, jurnal, makalah, maupun situs internet

mengenai metode Analytic Hierarchy Process serta beberapa referensi lainnya untuk menunjang pencapaian tujuan penelitian.

2. Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pada tahap ini, akan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data

secara langsung.

a. Menentukan kriteria dan alternatif perangkingan transportasi pesawat udara.

b. Menyusun kuisoner

c. Pendistribusian kuisoner kepada para responden.

d. Menganalisis data dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process

(AHP)

e. Kesimpulan dari hasil penelitian dalam penentuan alat transportasi pesawat

udara.

3. Pembuatan Laporan

Pembuatan laporan Skripsi lengkap dengan analisis yang didapatkan, bertujuan untuk

(23)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode khusus dari Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang diperkenalkan oleh Thomas Lorie Saaty. AHP dapat digunakan untuk memecahkan masalah pada situasi yang kompleks.

Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu masalah yang

banyak (multikriteria), struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastiaan pendapat

dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, serta tidak

akuratnya data yang tersedia. Selain itu, AHP sangat berguna sebagai alat dalam

analisis pengambilan keputusan dan telah banyak digunakan dengan baik dalam

berbagai bidang seperti peramalan, pemilihan karyawan, pemilihan konsep produk,

pemilihan alat transportasi dan lain-lain.

Metode Analytical Hierrchy Process (AHP) dekembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton Business School di awal tahun 1970, yang digunakan untuk

mencari rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu

permasalahan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan untuk

melakukan pilihan dari berbagai alternatif. Disini diperlukan penentuan prioritas dan

uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam situasi yang

kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan

multifaktor dan mencakup berbagai jenjang maupun kepentingan.

Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang

digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang

(24)

aktual atau skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif.

Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas

persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan

dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian

atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada

pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai

pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas

paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Analytic Hierarchy Process (AHP) juga dapat digunakan dalam suatu kelompok. Sumbang saran dan saling berbagi ide dan wawasan sering menghasilkan

pengertian dan pemahaman yang lebih baik tentang masalah, daripada seorang

pengambil keputusan tunggal. Tetapi idealnya kelompok itu kecil dan para pesertanya

memiliki informasi yang baik, bermotivasi tinggi, dan sepakat mengenai pertanyaan

dasar yang sedang digarap. Dengan menggunakan model ini dalam suatu pertemuan

kelompok, anggota kelompok menstruktur persoalannya, memberi penilaian

(pertimbangan), memperdebatkan penilaian itu dan memberi argumentasi untuk

nilai-nilai tertentu sampai tercapai konsesus atau kompromi.

Landasan aksiomatik dari Analytical Hierarchy Process (AHP) terdiri dari :

a. Reciprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah k

kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/k kali lebih penting dari A.

b. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal

rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.

c. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy).

d. Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan.Penilaian dapat merupakan data kuantitatif

(25)

2.2 Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)

Dalam menyelesaikan permasalahan dengan metode AHP ada beberapa prinsip dasar

yang harus dipahami, yaitu :

a. Decomposition

Decomposition merupakan prinsip utama dalam metode AHP yang menggunakan konsep yakni menguraikan atau memecahkan persoalan yang utuh menjadi

unsur-unsurnya yang diwujudkan ke dalam bentuk hirarki setelah mendefinisikan

permasalahn atau persoalan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan

dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih

lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak

dipecahkan. Ada dua jenis hirarki, yaitu lengkap (complete) dan tidak lengkap (incomplete). Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Sementara

hirarki tidak lengkap kebalikan dari hirarki lengkap. Bentuk struktur decomposition

yakni :

Tingkat pertama : Tujuan keputusan (Goal) Tingkat kedua : Kriteria-kriteria

Tingkat ketiga : Alternatif pilihan

Gambar 2.1 Struktur Hirarki yang Lengkap Tujuan

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria N

(26)

Gambar 2.2 Struktur Hirarki yang Tidak Lengkap

b. Comparative Judgement

Comparative Judgement bertujuan untuk membuat penilain tentang kepentingan relatif antara dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan

diatasnya. Penilain ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh terhadap

prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini lebih mudah disajikan dalam bentuk

matriks pairwise comparison. Matriks pairwise comparison adalah matriks perbandingan berpasangan yang memuat tingkat preferensi beberapa alternatif untuk

tiap kriteria dan skala preferensi tersebut bernilai 1-9. Skala preferensi yang

digunakan yaitu skala 1 yang menunjukkan tingkat yang paling rendah (equal importance) sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang paling tinggi (extreme importance). Agar diperoleh skala yang tepat dalam membandingkan dua elemen, maka hal yang perlu dilakukan adalah memberikan pengertian menyeluruh

tentang elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria. Dalam

melakukan penilaian kepentingan relatif terhadap dua elemen berlaku aksioma

recripocal.

c. Synthesis of Priority

Synthesis of Priority dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan keputusan. Pada setiap matriks “pairwise comparison” terdapat local priority. Oleh karena “pairwise

Tujuan

Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria N

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif M

(27)

comparison” terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara local priority tersebut. pengurutan elemen-elemen

tersebut menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa yang dinamakan priority setting.

d. Logical Consistency

Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa

dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansinya. Kedua adalah

tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu, misalnya

sama penting, sedikit lebih penting, jelas lebih penting, mutlak lebih penting.

2.2.1 Tahapan –Tahapan AHP

Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dengan Metode AHP adalah sebagai

berikut:

a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan

kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin

dirangking.

c. Pennyusunan dan pendistribusian kuisioner.

d. Pemindahan tingkat kepentingan verbal ke dalam tingkat kepentingan numerik

untuk dimasukan kedalam matriks perbandingan berpasangan dengan

menggunakan skala 1 sampai dengan 9 .

e. Merata-ratakan hasil perbandingan berpasangan dengan rata-rata geometric

karena penilaian melibatkan banyak orang (group decision). Untuk menghitung rata-rata geometrik, nilai harus dikalikan, dan dari hasil ini ditarik akar pangkat

bilangan yang sama dengan jumlah orang yang memberi penilaian itu. Formula

rata-rata geometric adalah

n

n

x x

x x

G123 ...

(1)

(28)

n = banyaknya penilaian

f. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria

yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau

judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

g. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam

matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

h. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten pengambil data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan menggunakan matlab

maupun manual.

i. Mengulangi langkah c, d, dan e untuk seluruh tingkat hirarki.

j. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini mensintesis pilihan dan penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai

pencapaian tujuan.

k. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR<0,100 maka penilaian harus diulang kembali.

2.2.2 Eigen value dan Eigen vector

Untuk melengkapi pembahasan tentang eigen value dan eigen vector maka akan diberikan definisi – definisi mengenai matriks dan vektor.

1. Matriks

Matriks adalah sekumpulan himpunan objek (bilangan riil atau kompleks,

variabel–variabel) yang disusun secara persegi panjang (yang terdiri dari baris dan kolom) yang biasanya dibatasi dengan kurung siku atau biasa. Jika sebuah matriks

(29)

dikatakan bujur sangkar (square matrix) jika m = n. Dan skalar–skalarnya berada di baris ke-i dan kolom ke-j yang disebut (ij) matriks entri.

 

ij

mn mj m m in ij i i n j n j a a a a a a a a a a a a a a a a a A                                           2 1 2 1 2 2 22 21 1 1 12 11

2. Vektor dari n dimensi

Suatu vektor dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemen – elemen yang teratur berupa angka–angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris, dari kiri ke kanan (disebut vektor baris atau Row Vector dengan ordo 1 x n ) maupun menurut kolom, dari atas ke bawah (disebut vektor kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua vektor dengan n komponen dengan entri riil dinotasikan dengan Rn. Untuk vector u dirumuskan sebagai berikut:

n R u R U    n n R a a a u                 2 1

3. Eigen value dan Eigen vector

(30)

x

Ax (2)

Skalar λ dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vector yang bersesuaian dengan λ. Untuk mencapai eigen value dari matriks A yang berukuran n x n, maka dapat ditulis pada persamaan berikut:

x Ax

Atau secara ekivalen

IA

x0 (3)

Agar λ menjadi eigen value, maka harus ada pemecahan tak nol dari persamaan ini. Akan tetapi, persamaan (3) akan mempunyai pemecahan nol jika dan

hanya jika:

0

det IAx(4)

Ini dinamakan persamaan karakteristik A, skalar yang memenuhi persamaan ini adalah eigen value dari A.

Bila diketahui bahwa nilai perbandingan elemen Ai terhadap elemen Aj adalah aij, maka secara teoritis matriks tersebut berciri positif berkebalikan, yakni

ji ij

a a  1 .

Bobot yang dicari dinyatakan dalam vector w

w1,w2,w3,,wn

. Nilai wn

menyatakan bobot kriteria An terhadap keseluruhan set kriteria pada sub sistem tersebut.

Jika aij mewakili derajat kepentingan i terhadap faktor j dan ajk menyatakan kepentingan dari faktor j terhadap k, maka agar keputusan menjadi konsisten, kepentingan i terhadap faktor k harus sama dengan aijajk atau jika aijajkaik untuk semua i, j, k maka matriks tersebut konsisten.

Untuk suatu matriks konsisten dengan vektor w, maka elemen aij dapat ditulis: n

j i w w a

j i

ij  ;, 1,2,3,,

(5)

Jadi, matriks konsistennya adalah:

ik k i

k j

j i jk

ij a

w w w w w

w a

a     

(31)

Maka untuk matriks perbandingan berpasangan diuraikan menjadi: ji i j j i ij a w w w w a 1 / 1   (7)

Dari persamaan (7) dapat dilihat bahwa:

n j i w w a i j

ij 1; , 1,2,3,,

(8)

Dengan demikian untuk matriks perbandingan berpasangan yang konsisten menjadi:

      n j i ij ij

ij n i j n

w w a 1 , , , 3 , 2 , 1 , ; 1

 (9)

     n j i ij ij

ij w nw i j n

a 1 , , , 3 , 2 , 1 ,

;  (10)

Persamaan (9) dan (10) ekuivalen dengan bentuk persamaan (11)

w n w

A   (11)

Dalam teori matriks, formulasi ini diekspresikan bahwa w adalah eigen vector dari matriks A dengan nilai eigen n. Perlu diketahui bahwa n merupakan dimensi matriks itu sendiri. Dalam bentuk persamaan matriks dapat ditulis sebagai berikut:

                                              n n n n n n n n w w w n w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w w          2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 (12)

Tetapi pada kenyataannya tidak dapat dijamin bahwa:

jk ik ij a a a  (13)

(32)

yang dibandingkan. Dengan kata lain, bahwa penilaian yang diberikan untuk setiap

elemen persoalan pada suatu level hirarki dapat saja tidak konsisten (inconsistent). Jika 1,2,n adalah bilangan-bilangan yang memenuhi persamaan:

X X

A  (14)

Dengan eigen value dari matriks A dan jika aij 1 ;i,j1,2,,n ; maka dapat ditulis:

in

(15)

Misalkan jika suatu matriks perbandingan berpasangan bersifat ataupun

memenuhi kaidah konsistensi seperti pada persamaan (6), maka perkalian

elemen matriks sama dengan 1.

12 21 22 21 12 11 1 A A A A A A

A  

      (16)

Eigen value dari matriks A,

0 0 0       I A X I A X AX    (17)

Jika diuraiakan persamaan (17),

0 0 0 1 0 0 1 22 21 12 11 22 21 12 11 22 21 12 11            A A A A A A A A A A A A hasilnya adalah: 0 22 21 12 11     A A A A (18)

Dari persamaan (18) jika diuraikan untuk mencari harga eigen value maximum

(λ-max). Untuk elemen matriks aij=1 bila i = j, maka a11a22 ...amn 1. Sehingga diketahui bahwa A11A22 1. Selanjutnya diperoleh :

(33)

1 ;

1 2

1   

Dengan demikian matriks pada persamaan (16) merupakan matriks yang konsisten, dimana nilai λ-max sama dengan harga dimensi matriksnya. Jadi untuk n2, maka semua harga eigen value-nya sama dengan nol dan hanya ada satu eigen value yang sama dengan n (konstanta dalam kondisi matriks konsisten).

2.2.3 Penyusunan Prioritas

Langkah pertama dalam menetapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu persoalan

keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan (pairwise comparison), yaitu elemen-elemen dibandingkan secara berpasangan terhadap suatu kriteria yang

ditentukan. Perbandingan berpasangan ini dipresentasikan dalam bentuk matriks.

Skala yang digunakan untuk mengisi matriks ini adalah 1 sampai dengan 9 (skala

(34)

Tabel 2.1 Skala Saaty untuk Perbandingan Berpasangan

Tingkat

Kepentingan Defenisi Keterangan

1 Equal importance (sama penting)

Kedua elemen mempunyai pengaruh

yang sama

3

Weak importance of one over another (sedikit lebih penting)

Pengalaman dan penilaian sangat

memihak satu elemen dibandingkan

dengan pasangannya

5 Essential or strong importance (lebih penting)

Satu elemen sangat disukai dan

secara praktis dominasinya sangat

nyata, dibandingkan dengan elemen

pasangannya

7

Demonstrated importance

(sangat penting)

Satu elemen terbukti sangat disukai

dan secara praktis dominasinya

sangat, dibandingkan dengan

elemen pasangannya

9

Extreme importance (mutlak lebih penting)

Satu elemen mutlak lebih disukai

dibandingkan dengan pasangannya,

pada tingkat keyakinan tertinggi

2, 4, 6, 8 Intermediate values (nilai yang berdekatan)

Nilai diantara dua pilihan yang

berdekatan

Resiprokal Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika dibandingkan

Setelah keseluruhan proses perbandingan berpasangan dilakukan, maka bentuk

matriks perbandingan berpasangannya adalah seperti pada Tabel 2.2. Misalkan,

(35)
[image:35.595.102.350.107.259.2]

Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan

A1 A2 … An

A1 a11 a12 … a1n

A2 a21 a22 … a2n

⋮ ⋮ ⋮ ⋱ ⋮

An an1 an2 … ann

Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang

menyatakan hubungan :

a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1(kolom) atau

b. Seberapa jauh dominasi Ai(baris) terhadap Ai(kolom) atau

c. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A1 (baris) dibandingkan dengan A1 (kolom).

Matriks An×n merupakan matriks reciprocal yang diasumsikan terdapat n elemen yaitu w1, w2,…,wn yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai perbandingan secara berpasangan antara wi dan wj yang dipresentasikan dalam sebuah matriks ij

j i

a w

w

 ,

dengan i, j = 1, 2,…, n, sedangkan aij merupakan nilai matriks hasil perbandingan yang mencerminkan nilai kepentingan Ai terhadap Ajbersangkutan sehingga diperoleh matriks yang dinormalisasi. Untuk i = j, maka nilai aij = 1 (diagonal matriks), atau apabila antara elemen operasi Ai dengan Aj memiliki tingkat kepentingan yang sama maka aij = aji = 1. Data dari matriks perbandingan berpasangan ini merupakan dasar untuk menyusun vektor prioritas dalam AHP. Bila vektor pembobotan elemen-elemen

operasi dinyatakan dengan W, dengan W = (w1, w2,…,wn), maka intensitas kepentingan elemen operasi A1 terhadap A2 adalah 12

2 1

a w w

 , sehingga matriks

(36)
[image:36.595.100.329.108.322.2]

Tabel 2.3 Matriks Perbandingan Intensitas

Kepentingan Elemen Operasi

A1 A2  An

A1 1 1 w w 1 1 w w  1 1 w w A2 1 1 w w 1 1 w w  1 1 w w      An 1 1 w w 1 1 w w  1 1 w w

Model AHP didasarkan padamatriks perbandingan berpasangan, di mana

elemen-elemen pada matriks tersebut merupakan penilaian (judgement) dari responden (decision maker). Seorang decision maker akan memberikan penilaian, mempersepsikan, ataupun memperkirakan kemungkinan dari suatu hal/peristiwa yang

dihadapi. Matriks tersebut terdapat pada setiap tingkat hirarki (level of hierarchy)dari suatu struktur model AHP yang membagi habis suatu persoalan.

Berikut ini contoh suatu Pair-Wise Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy, yaitu:

J K L M

             1 6 / 1 4 8 / 1 6 1 5 7 / 1 4 / 1 5 / 1 1 5 / 1 8 7 5 1 M L K J A

Baris 1 kolom 2: jika J dibandingkan dengan K, maka J lebih penting/disukai/

dimungkinkan daripada K yaitu sebesar 5, artinya: J strong importance (lebih penting/kuat) daripada K, dan seterusnya. Angka 5 bukan berarti bahwa J lima kali

lebih besar dari K, tetapi J strong importance dibandingkan dengan K.

(37)

J K L

   

 

    

 

1 3 1 7 1

3 1 5

7 5 1 1

L K J A

Membacanya/membandingkannya, dari kiri ke kanan.

Jika J dibandingkan dengan K, maka K strong importance (lebih penting/kuat) dari pada J dengan nilai sebesar 5. Dengan demikan pada baris 1 kolom 2 diisi dengan

kebalikan dari 5 yakni

5 1

. Artinya, K lebih kuat dari J.

Jika J dibandingkan dengan L, maka J very strong importance (sangat penting) dari pada L dengan nilai sebesar 7. Jadi baris 1 kolom 3 diisi dengan nilai 7, dan

seterusnya.

2.2.4 Uji Konsistensi Indeks dan Rasio

Dalam penilaian perbandingan berpasangan sering terjadi ketidakkonsistenan dari

pendapat/ preferensi yang diberikan oleh pengambil keputusan. Konsistensi dari

penilaian berpasangan tersebut dievaluasi dengan menghitung Consistency Ratio

(CR). Thomas Lorie Saaty menetapkan apabila CR ≤ 0,1, maka hasil penilaian

tersebut dikatakan konsisten.

Saaty telah membuktikan bahwa Indeks Konsistensi dari matriks berordo n

dapat diperoleh dengan rumus:

1

max

n

n

CI

(16)

CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index)

max

(38)

Apabila CI bernilai nol, maka pairwise comparison matrix (matriks perbandingan berpasangan) tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh Thomas Lorie Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio

Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai random indeks (RI) yang didapatkan dari suatu eksperimen oleh Oak Ridge National Laboratory

kemudian dikembangkan oleh Wharton School dan diperlihatkan seperti Table 2.4 . Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut :

RI CI CR

(19)

CR = rasio konsistensi

RI = indeks random

Nilai CI tidak akan berarti bila tidak terdapat acuan untuk menyatakan apakah CI

menunjukkan suatu matriks yang konsisten atau tidak konsisten. Saaty mendapatkan

[image:38.595.102.513.468.643.2]

nilai rata-rata Random Index (RI) seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Tabel Nilai Random Indeks (RI)

Ordo

Matriks (n) 1 2 3 4 5 6 7 8

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41

Ordo

Matriks (n) 9 10 11 12 13 14 15

RI 1,45 1,49 1,51 1,54 1,56 1,57 1,59

(39)

2.3 Penerapan AHP dalam Menentukan Urutan Prioritas Pesawat Terbang

Penerapan AHP dalam menentukan urutan prioritas pesawat terbang dilakukan

melalui langkah-langkah berikut:

a. Penetapan sasaran studi

b. Penyusunan kriteria meliputi: harga, promo, pelayanan, dan fasilitas.

c. Penetapan bobot kriteria melalui kuisoner dimana penumpang pesawat yang berada

di Bandara Internasional Kuala Namu sebagai responden

d. Penyusunan nilai masing-masing yakni harga, promo, pelayanan, dan fasilitas

menurut variabel operasional yang diturunkan dari kriteria

e. Perhitungan nilai hirarki prioritas pilihan jenis Pesawat udara berdasarkan perkalian

bobot kriteria dan masing-masing dari harga, promo, pelayanan, dan fasilitas.

Penyusunan kuisoner merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan

penilaian kriteria yaitu dengan cara memasukkan elemen-elemen ke dalam

perbandingan secara berpasangan untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan

masing-masing elemen. Dalam menentukan tingkat kepentingan dari elemen-elemen

keputusan pada setiap tingkat hirarki keputusan, penilaian pendapat dilakukan dengan

menggunakan fungsi berfikir, dikombinasikan dengan preferensi perasaan dan

penginderaan. Penilaian dapat dilakukan dengan komparasi berpasangan yaitu dengan

membandingkan setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap kriteria sehingga

didapat nilai kepentingan elemen dalam bentuk pendapat yang bersifat kualitatif

tersebut digunakan skala penilaian Saaty sehingga akan diperoleh nilai pendapat

dalam bentuk angka (kuantitatif). Kuisoner yang sudah disusun disebarkan ke

responden yang akan melakukan perjalanan menggunakan pesawat udara di Bandara

(40)
[image:40.595.113.521.82.432.2]

Gambar 2.3 Skema Hirarki Penentuan Urutan Prioritas Pesawat Udara

Keterangan :

G = Garuda Indonesia C = Citilink

L = Lion Air S = Sriwijaya Air

A = Air Asia M = Mandala Air

Menentukan Urutan Transportasi Pesawat Udara

Harga Promo Pelayanan Fasilitas

G L A C S M

Kriteria

(41)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu rancangan penelitian yang

tidak membutuhkan kelompok kontrol atau hipotesis yang spesifik. Karena yang

dicari adalah gambaran tentang hal – hal yang berkaitan dengan penentuan keputusan pemilihan alat transportasi pesawat udara dengan kriteria harga, promo, pelayanan

dan fasilitas. Serta dengan alternatif pesawat udara Garuda Indonesia, Lion air,

Citilink, Air asia, Sriwijaya air dan Mandala air.

Pengumpulan data dilakukan dengan pendekatan studi berupa sampling survey

(teknik pengambilan sampel secara langsung), yang dilakukan pada satu saat atau satu

periode tertentu dengan pengamatan subjek studi hanya dilakukan satu kali selama

satu penelitian.(Budiarto, 2003)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ialah Bandara Internasional Kuala

(42)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007), populasi merupakan suatu objek yang berada

pada wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah dalam

penelitian tersebut.

Populasi dalam penelitian ini bersifat homogen yaitu populasi yang unsurnya

memiliki sifat atau keadaan yang sama, sehingga dalam pengambilan sampel tidak

perlu mempersoalkan jumlahnya dengan jenis Populasi tak terbatas yaitu populasi

yang tidak diketahui dengan pasti jumlahnya, misalnya jumlah penduduk disuatu

negara dikatakan tidak pasti jumlahnya karena setiap waktu terus berubah jumlahnya

Sehingga yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penumpang

pesawat udara yang berangkat dari Bandara Internasional Kuala Namu, Deli Serdang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (Supranto,

2010). Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling yaitu sampel diambil dari semua sampel yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan

sampai jumlah sampel terpenuhi dengan jangka waktu pengambilan sampel tidak

pendek untuk mewakili karakteristik populasi. (Suryano,2008). Penentuan jumlah

sampel harus memenuhi paling sedikit empat atau lima kali banyaknya variabel yang

dianalisis. (Supranto,2010) Dalam penelitian ini terdapat 4 kriteria dan 6 alternatif

yang akan dianalisis sehingga jumlah sampel yaitu 45 orang dianggap mencukupi.

Penulis mengambil sampel sebanyak 50 orang.

3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer yaitu data

yang diperoleh langsung dari sampel penelitian sebagai sumber informasi yang

(43)

survey dengan teknik wawancara pada sampel yang diambil dari populasi studi (penumpang pesawat udara bandara Kuala Namu). Pada metode ini, pengumpulan

data dilakukan dengan tanya jawab (dialog) langsung antara peneliti dengan

responden (sampel). Untuk pengumpulan data dengan teknik wawancara dibutuhkan

daftar lampiran pertanyaan yang merupakan instrumen (merupakan sebuah alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk

menjawab permasalahan penelitian) penting dalam sampling survey yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai checklist. Daftar pertanyaan berisi pertanyaan – pertanyaan yang akan diajukan pada responden dan digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan wawancara.

3.5 Kriteria dan Alternatif

Kriteria dan alternatif penelitian ialah sesuatu yang berbentuk apa saja ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulannya.

1. Kriteria

Yang menjadi kriteria dalam penelitian ini adalah

a. Harga

b. Promo

c. Pelayanan

d. Fasilitas

2. Alternatif

Yang menjadi alternatif dalam penelitian ini adalah

a. Garuda Indonesia

b. Lion Air

c. Air Asia

d. Citilink

e. Mandala Air

(44)

3.6 Analisis Data

Metode yang digunakan adalah Analytic Hierarchy Process (AHP). Tahapan-tahapan pengambilan keputusan dengan Metode AHP adalah sebagai berikut:

a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan

kriteria-kriteria, sub kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin di

rangking.

c. Penyusunan dan pendistribusian kuisioner.

d. Pemindahan tingkat kepentingan verbal ke dalam tingkat kepentingan numerik

untuk dimasukan kedalam matriks perbandingan berpasangan dengan

menggunakan skala 1 sampai dengan 9 .

e. Merata-ratakan hasil perbandingan berpasangan dengan rata-rata geometric

karena penilaian melibatkan banyak orang (group decision). Untuk menghitung rata-rata geometrik, nilai harus dikalikan, dan dari hasil ini ditarik akar pangkat

bilangan yang sama dengan jumlah orang yang memberi penilaian itu. Formula

rata-rata geometric adalah

n

n x x x x

G123 ...

dimana : G = rata-rata geometric; x1,x2,x3,...,xn= penilaian ke 1,2,3,…,n; n = banyaknya penilaian

f. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi

relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria

yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau

judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

g. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam

matriks yang berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.

h. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten pengambil data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen vector maximum yang diperoleh dengan menggunakan matlab

(45)

i. Mengulangi langkah c, d, dan e untuk seluruh tingkat hirarki.

j. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai

eigen vector merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini mensintesis pilihan dan penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai

pencapaian tujuan.

(46)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan dibahas penetapan urutan prioritas jenis pesawat udara yang

menjadi pilihan masyarakat menggunakan metode Analytic Hierarchy Proces (AHP).

4.1 Perhitungan Faktor Pembobotan Hirarki Untuk Semua Kriteria

Untuk menghitung nilai matriks kriteria sebagai berikut :

1. Menyusun kriteria-kriteria pesawat udara pada matriks berpasangan. Dan

memasukkan data perbandingan sesuai dengan perhitungan hasil analisis

prefensi gabungan dari 50 responden. Perhitungan menggunakan rataan

geometri dari data yang diperoleh dari masing-masing responden. Cara

pengisian elemen-elemen matriks pada Tabel 4.1 sebagai berikut :

a. Elemen aijuntuk i = j, maka aij= 1. Jadi untuk a11a22a33 a44 1.

b. Jumlah populasi objek penelitian tidak terbatas, sehingga banyaknya sampel

adalah 50 orang. Maka nilai n = 50. Elemen 50

50 5 4 3 2

1 x x x x x

x

aij        , sedangkan

ij ji

a

a  1 . Misalkan untuk

elemen a12 diperoleh dari perhitungan masing-masing data responden.

5 1 , 5 ) 5 ( ... 4 2 5 6 7

50

50

12      x  

a , untuk

5 1 1

12 21 

a

a . Begitu

seterusnya untuk elemen matriks yang lain menggunakan perhitungan yang

(47)
[image:47.595.115.518.104.238.2]

Tabel 4.1 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria

Kriteria Harga Promo Pelayanan Fasilitas

Harga 1 5 4 7

Promo 1/5 1 1/3 2

Pelayanan 1/4 3 1 6

Fasilitas 1/7 ½ 1/6 1

2. Menyederhanakan matriks dengan menjumlahkan nilai pada masing-masing

kolom matriks. Dengan perhitungan sebagai berikut :

 

 

 

 

        4 1 4 1 4 1 Pr 4 1 4 , , 3 , , 2 , , 1 , i F i Pe i i

H ai Jk ai Jk ai Jk ai

Jk

Keterangan : JkH= Jumlah kolom kriteria harga

JkPr= Jumlah kolom kriteria promo

Pe

Jk = Jumlah kolom kriteria pelayanan

F

Jk = Jumlah kolom kriteria fasilitas

Contoh : 5928 , 1 1428 , 0 2500 , 0 2000 , 0 0000 ,

1    

H Jk

Hasil dari penjumlahan kolom perkriteria dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang

Disederhanakan

Kriteria Harga Promo Pelayanan Fasilitas

Harga 1,000 5,000 4,000 7,000

Promo 0,200 1,000 0,3333 2,000

Pelayanan 0,2500 3,000 1,000 6,000

Fasilitas 0,1428 0,500 0,1667 1,000

[image:47.595.114.522.599.756.2]
(48)

3. Menormalkan matriks dengan membagi nilai masing-masing sel pada Tabel 4.2

dengan jumlah masing-masing kolomnya. Maka, akan diperoleh bobot relatif

yang dinormalkan. Nilai vektor eigen dihasilkan dari rata-rata bobot relatif

untuk setiap baris.

Dengan perhitungan sebagai berikut :

Jk

kolom tiap

elemen Nilai

Nek

Vektor Eigen =

4

baris tiap Jumlah

Keterangan :

ek

N = Nilai elemen setiap kolom kriteria

Jk = Jumlah kolom setiap kriteria

Contoh :

Untuk elemen 0,6278 5928

, 1

1

11  

a , dan seterusnya.

Vektor eigen (baris pertama) = 0,5797

4

4375 , 0 7273 , 0 5263 , 0 6278 , 0

 

 

, dan

seterusnya.

[image:48.595.114.517.586.768.2]

Maka, hasil yang diperoleh dari perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Matriks Faktor Pembobotan Hirarki untuk Semua Kriteria yang

Dinormalkan

Kriteria Harga Promo Pelayanan Fasilitas Vektor Eigen (yang dinormalkan)

Harga 0,6278 0,5263 0,7273 0,4375 0,5797

Promo 0,1256 0,1053 0,0606 0,1250 0,1041

Pelayanan 0,1569 0,3158 0,1818 0,3750 0,2574

(49)

4. Menghitung nilai eigen maksimum (λ maksimum) yang didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan vektor eigen.

maksimum

 =

1,59280,5797

 

 9,50000,1041

 

 5,50000,2574

16,00000,0588

= 4,266

5. Menghitung nilai indeks konsistensi. Karena matriks berordo 4 (yakni terdiri

dari 4 kriteria), nilai indeks konsistensi yang diperoleh:

0886 , 0 3 2660 , 0 1 4

4 2660 , 4 1

max  

  

  

n n CI

Untuk n = 4, RI = 0,9000 (Tabel 2.4), maka :

1000 , 0 0984 , 0 9000 , 0

0886 ,

0

 

RI CI CR

Karena CR < 0,1000 berarti preferensi responden adalah konsisten.

Dari hasil perhitungan pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa : kriteria harga

merupakan kriteria yang paling penting dalam pemilihan pesawat udara dengan bobot

0,5797 atau 57,97%, berikutnya adalah kriteria pelayanan dengan nilai bobot 0,2574

atau 25,74%, kemudian kriteria promo dengan nilai bobot 0,1041 atau 10,41%, dan

kriteria fasilitas dengan nilai bobot 0,0588 atau 5,88%.

4.1.1 Vektor Prioritas

Untuk memperoleh vektor prioritas, setiap unsur pada Tabel 4.3, di setiap baris

(50)
[image:50.595.102.505.105.257.2]

Tabel 4.4 Matriks Vektor Prioritas

Kriteria Harga Promo Pelayanan Fasilitas

Harga 1,000 5,000 4,000 7,000

Promo 0,200 1,000 0,3333 2,000

Pelayanan 0,2500 3,000 1,000 6,000

Fasilitas 0,1428 0,500 0,1667 1,000

Dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :

4 4 4 3 4 2 4 1 1 1667 , 0 5 , 0 1428 , 0 6 1 3 25 , 0 7 3333 , 0 1 2 , 0 7 4 5 1                 c c c c 3302 , 0 4564 , 1 8264 , 0 4397 , 3     0527 , 6 3302 , 0 4564 , 1 8264 , 0 4397 , 3 4 1     

i i c

Untuk mencari vektor prioritas setiap baris digunakan perhitungan berikut :

  4 1 i i i i c c

VP , dengan VPi= Vektor baris ke- i (untuk i=1,2,3,4)

Dengan demikian dapat diperoleh vektor prioritasnya, yaitu:

Vektor Prioritas : VP1 = 3,4397 : 6,0527

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Hirarki yang Lengkap
Gambar 2.2 Struktur Hirarki yang Tidak Lengkap
Tabel 2.2 Matriks Perbandingan Berpasangan
Tabel 2.3 Matriks Perbandingan Intensitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas bagaimana implementasi metode AHP ( analytic hierarchy process ) dalam proses pengambilan keputusan untuk perekrutan calon teknisi lab dengan

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi

Aplikasi ini akan menggunakan Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang akan mengambil keputusan dari beberapa kriteria dengan menghitung perbandingan

Dari hasil penelitian dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) diketahui bahwa kriteria yang paling diprioritaskan dalam pemilihan kontraktor adalah kriteria

Tujuan penelitian ini adalah membangun suatu model pengambilan keputusan dengan menggunakan metode AHP (Analytical Hierarchy Process) untuk menentukan siapa yang akan

Antono Adhi Pengambilan Keputusan Pemilihan Handphone Terbaik Dengan Analytical Hierarchy Process (AHP) Bagaimana cara menentukan handphone terbaik dari tiga

Salah satu metode sistem pengambilan keputusan dalam menentukan persoalan yang melibatkan multi kriteria adalah dengan metode Analytical Hierarchy Process

Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan lokasi cabang baru yaitu Analytical Hierarchy Process AHP dengan software SuperDecisions..