• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS TEKNOLOGI, BERORIENTASI STRATEGI STAD BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PROGRAM LINIER KELAS XII IPA MAN BABAKAN TEGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS TEKNOLOGI, BERORIENTASI STRATEGI STAD BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA MATERI PROGRAM LINIER KELAS XII IPA MAN BABAKAN TEGAL"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS TEKNOLOGI, BERORIENTASI STRATEGI STAD BERBANTUAN CD INTERAKTIF PADA

MATERI PROGRAM LINIER KELAS XII IPA MAN BABAKAN TEGAL

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

pada Universitas Negeri Semarang

O L E H :

A.M. ALWI NIM : 4101506035

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.

Semarang, 2008

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sarwadi, M.Sc.,Ph.D Drs. Rochmad, M.Si

(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 2008

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah s.w.t, karena dengan taufik, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tanpa ada halangan yang berarti. Tesis ini disusun sebagai kelengkapan persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana pada Universitas Negeri Semarang.

Dalam penulisan tesis ini, banyak hambatan dan ganjalan, yang kesemuanya dapat berjalan lancar berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh sebab itu lewat kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Maman Rachman, M.Sc, Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. St. Budi Waluyo, M.Si, Ph.D, selaku ketua Program Studi pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Sarwadi, M.Sc., Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan tesis ini.

4. Drs. Rochmad,M.Si, selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan tesis ini. 5. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

khususnya Program Studi pendidikan Matematika.

6. H. Bukhori, S.Ag selaku Kepala MAN Babakan Lebaksiu Tegal, rekan guru dan tata usaha, serta semua siswa kelas XII IPA2, XII IPA3, dan XII IPA4 MAN Babakan Lebaksiu Tegal tahun pelajaran 2007/2008.

(5)

v

Semoga Allah S.W.T membalas atas kebaikan semua pihak yang diberikan kepada penulis dengan balasan yang berlipat, amin.

Kritik dan saran pembaca sangat penulis harapkan, agar kelak dikemudian hari penulisan tesis ini dapat lebih disempurnakan, sehingga dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

• Barang siapa menghendaki kebahagiaan dunia maka dengan ilmu, barang siapa menghendaki kebahagiaan akhirat maka dengan ilmu, dan barang siapa menghendaki keduanya maka dengan ilmu (HR.Bukhori Muslim)

• Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina (HR Bukhori).

Untuk Ayah Bundaku, Istriku Ismy Anak-anakku Almy Azkiyah El-Zahra, Rifdah Salma Nisrina,

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERNYATAAN ... ...iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR...vi

HALAMAN DAFTAR ISI ...viii

HALAMAN DAFTAR TABEL... x

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ………xi

HALAMAN ABSTRAK ………..xiii

HALAMAN ABSTRACT ………..xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ………... 7

C. Tujuan Penelitian ……… 8

D. Manfaat Penelitian ……… 8

E. Penjelasan Istilah ………... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Hakekat Pembelajaran Matematika……….. 12

B. Pembelajaran Berbasis Teknologi ………... 14

C Strategi Pembelajaran Kooperatif ……… 15

D. Teori Belajar Yang Mendasari Strategi Belajar Kooperatif 17

1). Teori Konstruktivisme ……… 18

(8)

viii

3). Teori Vigotsky ……… 21

E. Student Team Achievement Divisions (STAD) berbantuan CD Interaktif………. 22

F. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika …... 26

G. Keterampilan Berproses Siswa dalam Pembelajaran Matematika ………. 27

H. Pembelajaran Program Linear ……….. 29

I.. Pemecahan Masalah dalam Matematika………. 37

J. Kerangka Berfikir……… 39

K. Hipotesis ………. .. 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian………. 42

B. Populasi dan Sampel……… 42

C. Variabel Penelitian……….. 45

D. Metode Pengumpulan Data………. 46

E. Instrumen Penelitian……… 46

F. Teknik Analisis Data………... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Penelitian ... 63

B. Hasil Penelitian ... 66

C. Pembahasan... 72

BAB V PENUTUP A. Simpulan………. 75

B.Saran... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Uji Varians dan Validitas Instrumen Tes ... 82

Lampiran 2 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 83

Lampiran 3 Analisis Hipotesis1 ... 84

Lampiran 4 Analisis Hipotesis 2 ... 85

Lampiran 5 Analisis Hipotesis 3 ... 86

Lampiran 6 Analisis Hipotesis 4 ... 88

Lampiran 7 Desain CD Interaktif ... 89

Lampiran 8 Lembar Pengamatan Keaktifan... ...97

Lampiran 9 Rubrik Pensekoran Instrumen Keaktifan Siswa... 99

Lampiran 10 Lembar Validasi Instrumen Keaktifan Siswa ... 105

Lampiran 11 Hasil Pengamatan Keaktifan... 106

Lampiran 12 LembarPpengamatan Keterampilan Berproses Siswa... 108

Lampiran 13 Rubrik Pensekoran Instrumen Keterampilan Berproses Siswa... 110

Lampiran 14 Lembar Validasi Instrumen Keterampilan Berproses Siswa... 116

Lampiran 15 Hasil Pengamatan Keterampilan Berproses Siswa... 117

Lampiran 16 Rekap Nilai Pengamatan Keaktifan Siswa, Keterampilan Berproses Siswa, dan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen... 119

Lampiran 17 Kisi-kisi Instrumen Tes... 120

Lampiran 18 Pedoman Penskoran Langkah-langkah Penyelesaian... 121

(10)

x

Lampiran 20 Lembar Validasi Instrumen Tes... 125

Lampiran 21 Perolehan Skor Uji Coba Instrumen Tes... 126

Lampiran 22 Rekapitulasi Perolehan Skor Uji Coba Instrumen Tes... 128

Lampiran 23 Perolehan Skor Instrumen Tes Kelas Eksperimen... 129

Lampiran 24 Perolehan Skor Instrumen Tes Kelas Kontrol... 130

Lampiran 25 Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 131 Lampiran 26 Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol...132

Lampiran 27 Rencana Pembelajaran... 133

Lampiran 28 Lembar Kerja Kelompok ... 139

Lampiran 29 Lembar Kerja Individu... 142

Lampiran 30 Daftar Nilai Raport Matematika Siswa Kelas XI PA... 145

Lampiran 31 Daftar Peringkat Nilai Raport Matematika Kelas XII IPA3.149 Lampiran 32 Daftar Nama Anggota Kelompok ... 150

Lampiran 33 Dokumentasi Penelitian... 152

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pedoman Pensekoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 38

Tabel 2 Hasil Perhitungan Nilai Varians... ... 43

Tabel 3 Hasil Perhitungan Nilai Korelasi rxy, thitung, dan Validitas... 48

Tabel 4 Hasil Perhitungan Nilai rb, r11, dan Reliabilitas... 49

Tabel 5 Uji Normalitas Data Ketuntasan Keaktifan Siswa... ... 67

Tabel 6 Uji Regresi Keaktifan Siswa terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika... 84

Tabel 7 Koefesien Persamaan Regresi Keaktifan Siswa... 84

Tabel 8 Pengaruh Keaktifan Siswa terhadap Kemampuan Pemecahan.Masalah.Matematika... 84

Tabel 9 Uji Regresi Keterampilan berproses Siswa terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika... ... 85

Tabel 10 Koefesien Persamaan Regresi Keterampilan.berproses Siswa Keterampilan Berproses Siswa... ... 85

Tabel 11 Pengaruh Keterampilan berproses Siswa terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika... 85

Tabel 12 Output Ketuntasan Keaktifan Siswa... 86

Tabel 13 Output Ketuntasan Keaktifan Siswa ... 86

Tabel 14 Ketuntasan Kemampuan Pemecahan Masalah... 87

Tabel 15 Hasil Perhitungan uji t... 88

(12)

xii

ABSTRAK

A.M. Alwi, 2008, Efektifitas Pembelajaran Matematika Berbasis Teknologi, Berorientasi Strategi STAD Berbantuan CD Interaktif Pada Materi Program Linier. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing:

I. Drs. Sarwadi, M.Sc., Ph.D, II. Drs. Rochmad, M.Si.

Kata kunci: Strategi STAD Berbantuan CD Interaktif

.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh prestasi belajar yang kurang maksimal karena penggunaan metode pembelajaran konvensional, yakni metode ceramah/ekspositori. Dengan Pembelajaran Matematika Berbasis Teknologi, Berorientasi Strategi STAD Berbantuan CD Interaktif khususnya pada materi program linier, apakah keaktifan siswa berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah, keterampilan berproses siswa berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah, apakah keaktifan siswa, keterampilan berproses siswa, dan kemampuan pemecahan masalah siswa mencapai ketuntasan, serta adakah perbedaan antara kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif dengan pembelajaran konvensional?.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran matematika berbasis teknologi berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif yang ditandai dengan tuntasnya variabel independen keaktifan dan keterampilan berproses, variabel dependen kemampuan pemecahan masalah; berpengaruhnya variabel independen terhadap variabel dependen; dan diperolehnya kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik dari kelas kontrol.

Populasi penelitian: siswa kelas XII IPA MAN terdiri dari 4 kelas, dengan cluster random sampling dipilih satu kelas eksperimen (diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD Interaktif) dan satu kelas kontrol (diberi perlakuan dengan pembelajaran biasa/ konvensional). Terhadap variabel yang ada data diambil dengan pengamatan dan tes, data diolah dengan statistik uji t dan analisis regresi.

(13)

xiii

ABSTRACT

A.M.Alwi, 2008. The effectivity of learning mathematics based on technology which oriented to the cooperative strategy of STAD type assisted by interactive CD to improve the capability of solving the problem. Thesis. Program of Math Education, Post Graduate Program, State University of Semarang. Consultant: I. Drs. Sarwadi, M.Sc., Ph.D., II. Drs. Rochmad, M.Si.

Key Words: Cooperative STAD Type assistance with interactive CD.

Now days, in the competition of globalization era demands parents, teachers and especially our government to prepare our nation generation in order to be able to take his responsibility. The strategy of cooperative learning is one of the alternative to respond and full fill demand of the era. With assistance to interactive CD, what is these strategy able to improve the capability of solving the mathematics problem?

By the learning mathematics based on technology which oriented to the cooperative strategy of STAD type assisted by interactive CD, the research is aimed to see: (1) whether or not the influence of student activity to the capability of solving the mathematics problem; (2) whether or not, the influence of skill process on the student capability of solving the problem; (3) whether or not the capability of solving the math problem to reach the finish; (4) whether or not, the meaningful distinguish between the capability of solving the mathematics problem to the students who are treated with the strategy of STAD type assisted by the interactive CD with the capability of solving the mathematics problem by the learning strategy conventionally?

The research is conducted at MAN Babakan Tegal on the first semester of grade XII IPA in 2007/2008 academic year between class sampling of grade XII IPA3

students(as an experiment) and grade XII IPA4 students (as a control). The research of

variability: is student’s activity and the student’s skill process (independent variable) and the capability of mathematics problem solving (dependent variable). The collection of data is conducted by observation and test method. The data process and analyze used the statistic formula through SPSS program version 12 and the excel program .

The result of the research showed the: (1) the student’s activity which was supported by the learning based on technology oriented to the cooperative strategy of STAD type assisted by interactive CD to reach passing activity with value 70,67375 and influence with the capability of solving the problem of student’s mathematics amount 4,20 %; (2) The student skill in processing which in supported through learning base on technology, which focus on the cooperative strategy of STAD type assisted by interactive CD to reach finish of processing skill with value 71,1877 and it influence to the capability of solving the problem to the student’s mathematics amount 4,00 %; (3) the capability of solving the problem to the student’s mathematics which is conducted by the learning based on technology which oriented to the cooperative strategy of the STAD type assisted by interactive CD to reach the finish with value 66,30; (4) there is a significant distinguish between the capability of solving the problem to the student’s mathematics supported by the learning base on technology, which oriented on the cooperative strategy of STAD type assisted by interactive CD and the students who are treated with conventional strategy.

(14)

xiv

effectively was able to: (1) the finish of student’s activity from the norm was formulated was 70; (2) the finish of students’ skill process from the norm formulated was 70; (3) the finish of capability of solving the problem to the students mathematics from the norm which formulated was 65; and (4) the improvement of the capability of solving the problem to mathematics from conventional strategy was 3,72 %.

(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam upaya memajukan pendidikan, pemerintah terus mengembangkan segala fasilitas, baik dari segi fisik maupun nonfisik. Dari segi nonfisik, pemerintah senantiasa berupaya meningkatkan sumber daya manusia pendidik melalui berbagai macam kegiatan seperti: penataran/ pelatihan guru bidang studi, seminar pendidikan, musyawarah guru mata pelajaran (MGMP), portofolio profesionalisme guru, serta evaluasi terhadap kurikulum.

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, kurikulum disusun dan dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) (Kuntarti dkk, 2007).

Keberhasilan pendidikan sangat bergantung pada pelaku pendidikan itu sendiri, yakni pendidik (guru) dan peserta didik (siswa). Oleh karenanya kedua elemen itu harus senantiasa saling mendukung agar hasil pendidikan dapat mencapai optimal. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode/ strategi yang tepat serta sarana penunjang yang memadahi adalah salah satu upaya dalam mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri, yaitu prestasi belajar siswa yang maksimal. Hal ini disebabkan karena dapat menumbuhkan keaktifan dan motivasi siswa yang baik.

(16)

sehingga siswa hanya menghafalkan saja semua rumus atau konsep tanpa memahami maknanya dan tidak mampu menerapkannya dalam berbagai situasi aplikatif (Sutrisno dalam Lasati, 2006:1). Lebih lanjut Soejadi (dalam Lasati, 2006) mengatakan bahwa pembelajaran matematika di sekolah masih mengikuti kebiasaan dengan urutan diterangkan, diberikan contoh, dan diberikan latihan soal. Pada proses pembelajarannya, kebanyakan guru masih kurang memperhatikan metode/strategi yang digunakan, sehingga banyak diantara siswa yang merasa jenuh, malas, kurang tertarik, kurang termotivasi, bahkan tidak sedikit dari siswa yang pada akhirnya tidak menyukai dan takut terhadap matematika. Pada materi program linier misalnya, sebenarnya dapat disampaikan dengan metode/strategi yang dapat menumbuhkan keaktifan dan motivasi siswa, akan tetapi banyak diantara guru dalam menyajikannya menggunakan metode/strategi yang tanpa disadari tidak dapat memberikan kesempatan siswa untuk aktif dan termotivasi sehingga dapat mengakibatkan kejenuhan bagi siswa.

(17)

fihak lain. Oleh karenanya, prestasi yang diperoleh siswa dibidang akademik pada mata pelajaran matematika secara keseluruhan menunjukkan hasil yang kurang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa baik melalui tes semester maupun ujian nasional (UN).

Perlu disadari bagi seorang guru bahwa pada era globalisasi dan kompetisi seperti sekarang ini seakan menuntut para orang tua, guru, maupun pemerintah untuk mempersiapkan generasi bangsa agar mampu bertindak secara mandiri, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, serta mampu berkomunikasi dengan pihak lain secara baik. Dalam dunia pendidikan, hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih siswa melalui belajar mandiri yang diberikan secara bertahap dan berkelanjutan.

Kemampuan siswa untuk belajar mandiri serta mampu menyampaikan temuannya kepada pihak lain perlu dilatih dan dikembangkan, sehingga diharapkan dapat memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi. Harapan ini dapat terwujud salah satunya adalah jika dalam penerapan metode/strategi yang digunakan senantiasa bervariasi dan berinovasi yang disertai dengan penggunaan media pembelajaran yang memadahi, sehingga siswa dapat berperan aktif dan termotivasi untuk belajar dengan baik.

(18)

Dari berbagai macam strategi pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah tipe Student Team Achievement Devision (STAD). Sebagaimana yang disampaikan oleh Suherman (2003), bahwa pada tipe ini guru menyampaikan suatu meteri pembelajaran kemudian para siswa bergabung membentuk kelompok (terdiri dari 4 atau 6 orang) yang heterogen, dalam rangka menyelesaikan soal-soal atau tugas yang diberikan oleh guru. Adapun salah satu cara pembentukan kelompok yang heterogen ini adalah didasarkan atas latar belakang kemampuan akademik (Sanjaya, 2006:240). Pada proses pembelajarannya, tipe STAD ini melalui lima tahapan, yakni: (1) penyajian materi; (2) kegiatan kelompok; (3) tes individual; (4) penghitungan skor perkembangan individu; dan (5) pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 1995:71). Sebelum kegiatan belajar mengajar pada tipe STAD ini dimulai, terlebih dahulu guru memperkenalkan adanya keterampilan kooperatif, yaitu: (1) siswa tetap berada di dalam kelas; (2) siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok terlebih dahulu sebelum kepada guru; dan (3) memberikan umpan balik terhadap ide-ide dengan menghindari saling mengkritik sesama anggota kelompok. Dengan demikian pada pembelajaran STAD ini memungkinkan siswa untuk dapat lebih aktif dan lebih termotivasi dalam belajarnya.

(19)

salah satu bagian dari matematika terapan yang dapat memecahkan berbagai persoalan sehari-hari (Mauludin, 2006:59).

Sebagai contoh, dalam menentukan suatu fungsi kendala beserta penyelesaiannya pada materi program linear siswa dapat menggunakan materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linier. Materi program linear juga dapat diterapkan pada mata pelajaran ekonomi, yakni dalam perhitungan keuntungan maksimum atau minimum suatu perusahaan. Selanjutnya, E.J. Purcell (dalam Mauludin, 2006:64) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari materi program linier dapat diterapkan dalam masalah industri, transportasi, atau masalah diet bagi penderita penyakit tertentu untuk memperoleh kombinasi makanan sehingga diperoleh gizi terbaik. Dengan demikian, materi program linier ini memiliki keterkaitan yang cukup luas, baik dengan materi pelajaran yang lain maupun terhadap kehidupan sehari-hari. Jika seorang guru dalam penyampaian materi ini dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun mata pelajaran lain maka hal ini tentunya akan lebih menumbuhkan motivasi, keaktifan serta dapat meningkatkan keterampilan berproses dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

Dalam dunia pendidikan, komputer ternyata dapat mengefektifkan pemahaman kognitif siswa. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh Bitter & Hatfield (1993), Hambree & Deasart (1986), Kulik & Kulik (1987), Liao (1992), Niemic & Walberg (1992) dan Ryan (1991) menemukan bukti yang kuat bahwa pemberdayaan komputer dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Tim MKPBM, 2001:240).

(20)

sebagai daya tarik siswa dalam memancing tumbuhnya motivasi, keaktifan serta keterampilan berproses dalam belajar di dalam kelas.

Perlu disadari bagi seorang guru bahwa dalam penggunaan strategi pembelajaran kooperatif dengan diikuti penerapan materi pelajaran terhadap kehidupan sehari-hari maupun mata pelajaran lain bermanfaat pada proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa memiliki tambahan wawasan dan dilatih untuk dapat mengembangkan materi pelajaran lebih luas lagi. Gabungan dari ketiga unsur tersebut apabila diterapkan dalam proses pembelajaran dimungkinkan dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal, khususnya dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

Dari uraian tersebut di atas penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian, khususnya tentang “Efektifitas Pembelajaran Matematika Berbasis Teknologi, Berorientasi Strategi STAD Berbantuan CD Interaktif pada Materi Program Linier MAN Kelas XII IPA”.

Mengingat keterbatasan kemampuan baik dari segi waktu, biaya dan fikiran maka penelitian ini dibatasi populasinya pada siswa-siswi kelas XII Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) MAN Babakan Lebaksiu Tegal tahun pelajaran 2007/2008, dengan materi pelajaran program linear.

B. Rumusan Masalah

Pada penelitian ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

(21)

2. Apakah keterampilan berproses siswa yang ditumbuhkan oleh pembelajaran matematika berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika , khususnya pada materi program linear?

3. Apakah keaktifan siswa, keterampilan berproses siswa, dan kemampuan pemecahan masalah matematika yang ditumbuhkan oleh pembelajaran matematika berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif dapat mencapai ketuntasan?

4. Adakah perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diberi perlakuan pembelajaran matematika berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diberi perlakuan pembelajaran biasa/konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Dengan berdasar pada rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran matematika yang ditandai oleh:

1. Adanya pengaruh keaktifan siswa yang ditumbuhkan oleh pembelajaran matematika berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif terhadap kemampuan pemecahan masalah, khususnya pada materi program linear.

(22)

3. Tuntasnya keaktifan siswa, keterampilan berproses siswa, dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dihasilkan oleh pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif, khususnya pada materi program linear.

4. Adanya perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif dengan siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran biasa/konvensional, khususnya pada materi program linear.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Memberikan informasi tentang ada tidaknya pengaruh keaktifan siswa yang ditumbuhkan oleh pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, khususnya pada materi program linear.

2. Memberikan informasi tentang ada tidaknya pengaruh keterampilan berproses siswa yang ditumbuhkan oleh pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, khususnya pada materi program linear.

3. Memberikan informas tentang tuntas tidaknya keaktifan siswa, keterampilan berproses siswa, dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diberi perlakuan pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif, khususnya pada materi program linear.

(23)

teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif dengan siswa yang diberi perlakuan pembelajaran biasa /konvensional, khususnya pada materi program linear.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahan persepsi dalam penelitian ini, penulis jelaskan adanya istilah-istilah penting sebagai berikut.

1. Efektif artinya dapat membawa hasil, berhasil guna. Keefektifan berarti keberhasilan usaha, tindakan (Jamarah, 2006:130). Adapun yang dimaksud efektifitas pada penelitian ini adalah efektif pada keaktifan siswa, keterampilan berproses siswa, dan kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi program linear

2. Teknologi adalah aplikasi dari prinsip-prinsip keilmuan sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupan manusia (Supriadi, 1996). Adapun yang dimaksud teknologi pada penelitian ini adalah implementasi/penerapan materi pelajaran terhadap permasalahan sehari-hari maupun terhadap materi pelajaran yang lain.

3. STAD adalah merupakan salah satu tipe dari strategi pembelajaran kooperatif. 4. Compac Disk (CD) interaktif, adalah salah satu produk dari bentuk multimedia

yang berisikan tentang materi pembelajaran. Selanjutnya menurut Henricus (2007), CD interaktif dapat juga dikatakan sebagai kepingan CD yang berisi program yang dapat berinteraksi atau merespon sipengguna dengan bantuan media lain berupa komputer.

(24)

yang tidak dengan segera diperoleh (Polya dalam Wiwik, 2000:17). Pada penelitian ini kemampuan pemecahan masalah matematika ditunjukkan dengan hasil tes pemecahan masalah pada akhir pembelajaran.

6. Keaktifan siswa adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar siswa-siswanya aktif, baik jasmani maupun rokhani yang meliputi: keaktifan indra, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan keaktifan emosi (Sriyono, 1992:75). Pada penelitian ini keaktifan siswa dapat ditunjukkan dengan perolehan skor siswa melalui pengamatan terhadap instrumen keaktifan siswa oleh pengamat.

7. Keterampilan berproses siswa dalam pembelajaran adalah: suatu kecakapan yang diperoleh akibat langkah-langkah strategi pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku (Syah, 2003:109). Pada penelitian ini keterampilan berproses siswa dapat ditunjukkan dengan perolehan skor siswa melalui pengamatan terhadap instrumen keterampilan berproses siswa oleh pengamat. 8. Pembelajaran dengan cara biasa/konvensional, yaitu pembelajaran yang dilakukan

oleh guru matematika MAN Babakan pada umumnya, yakni dengan menggunakan metode ceramah atau ekspositori. Nugraheni (2007) mengatakan bahwa pembelajaran konvensional menempatkan guru atau dosen sebagai sumber belajar yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa atau mahasiswa

9. Ketuntasan/tuntas dalam penelitian ini yang dimaksud adalah: apabila skor/nilai siswa mencapai batas minimal, yaitu:

(25)

b. Batas tuntas keterampilan berproses siswa sebesar 70, artinya jika perolehan skor/nilai rata-rata keterampilan berproses siswa (berdasarkan pengamatan oleh observer) melebihi 70 maka keterampilan berproses siswa dinyatakan tuntas.

(26)

12

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Hakekat Pembelajaran Matematika

Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2007:4). Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang setandar kompetensi kelulusan (SKL) menyebutkan bahwa SKL kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan: mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik. Pada satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/Paket C, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan. Teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan (Depdiknas, 2007:80).

Matematika secara umum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi persamaan kuadrat dan fungsi kuadrat, sistem persamaan linear dan kuadrat, pertidaksamaan, logika matematika, dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel (Tim Kodifikasi, 2005:ix).

(27)

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi.

2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan (Tim Kodifikasi, 2005:ix).

Fungsi dan tujuan tersebut di atas mengisyaratkan bahwa kegiatan pembelajaran matematika di Madrasah Aliyah diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang dapat memotivasi siswa untuk belajar secara aktif, menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu hendaknya dalam proses pembelajaran dapat diciptakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan siswa, yaitu adanya keterlibatan siswa secara mental, fisik maupun sosial dengan mengutamakan pada keterlibatan seluruh indera, rasa, karsa dan nalar siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan.

(28)

Dengan demikian, agar siswa mampu menemukan informasi tentang matematika secara utuh dan mandiri maka harus dibelajarkan secara utuh pula, yakni selain mencakup ranah kognitif, juga harus mencakup ranah afektif dan psikomotorik, yaitu salah satunya dengan menitik beratkan pada berkembangnya kemampuan penalaran siswa.

B. Pembelajaran Berbasis Teknologi

Teknologi adalah aplikasi dari prinsip-prinsip keilmuan sehingga menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupan manusia (Supriadi, 1996:122). Sedangkan Rachman (2003:150) mengatakan bahwa teknologi adalah ilmu tentang cara/aplikasi dan implikasi sains untuk pemanfaatan alam bagi kesejahteraan manusia sebagai animal syimbolicum. Selanjutnya Rachman (2003:153) mengatakan bahwa teknologi adalah penerapan ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu.

Hasil-hasil yang dicapai pada kegiatan ilmu terapan itu sendiri dapat ditransformasikan ke dalam bentuk pengembangan berupa pengolahan bahan, penciptaan peralatan, penentuan langkah kegiatan, dan juga cara-cara pelaksanaan yang ditempuh untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan tuntutannya.

(29)

C. Strategi Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya, 2006:239). Selanjutnya dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik yang berbeda (Sanjaya, 2006). Penekanan strategi pembelajaran kooperatif ini adalah pada aspek sosial, yaitu adanya aktivitas tiap anggota kelompok untuk berinteraksi dengan anggota yang lain, sedangkan guru mengkondisikan dengan cara memfasilitasi serta selalu memberikan motivasi terhadap tumbuhnya rasa kebersamaan dan saling membutuhkan di antara siswa.

Arends (dalam Azizah, 1998:17) mengemukakan tentang karakteristik strategi pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis. b. Angota-anggota dalam kelompok diatur, yaitu terdiri atas siswa yang

berkemampuan rendah, sedang dan tinggi.

c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok berbeda suku, budaya dan jenis kelamin.

(30)

kooperatif, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok. Selain dari itu, dalam pembelajaran kooperatif juga memungkinkan timbulnya komunikasi dan interaksi yang lebih berkualitas antara siswa dengan siswa dalam intern kelompok maupun antar siswa dengan siswa anggota kelompok lain, guru berperan sebagai motivator, fasilitator dan moderator.

Agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif, Lungdren (dalam Azizah, 1998:18) menyampaikan beberapa saran, yakni bahwa dalam pembelajaran agar ditanamkan unsur-unsur dasar belajar kooperatif sebagai berikut:

1. Siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka tenggelam atau berenang bersama. 2. Siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompoknya, di

samping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama. 4. Siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya di antara

sesama anggota kelompok.

5. Siswa akan diberi suatu evaluasi atau penghargaan, yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

6. Siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual tentang materi yang dipelajari dalam kelompok kooperatif.

(31)

kelompok dan hubungan inter personal (antar perorangan) yang berorientasi pada hasil belajar kelompok. Unsur-unsur penting itu adalah: (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai (Sanjaya, 2006:239).

Adanya interaksi dan komunikasi banyak arah yang terjadi pada pembelajaran kooperatif memungkinkan terjadinya pertukaran informasi sehingga dapat meningkatkan pemikiran siswa. Perubahan wawasan pemikiran siswa akan terjadi pada saat siswa lain memberikan pemikiran yang berbeda serta adanya kerja sama antar perorangan akan memudahkan dalam menemukan dan merumuskan alternatif pemecahan terhadap materi yang sedang dipelajari.

D. Teori Belajar yang Mendasari Strategi Belajar Kooperatif

Teori belajar adalah teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) siswa, yang meliputi dua hal, yaitu: (a) uraian tentang apa yang terjadi dan diharapkan terjadi pada intelektual anak; dan (b) uraian tentang kegiatan intelektual anak mengenai hal-hal yang bisa dipikirkan pada usia tertentu (Nurdin, 2007).

(32)

1. Teori Konstruktivisme

Steffe dan Kieren (dalam MKPBM, 2001:71) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme diantaranya adalah bahwa observasi dan mendengar, aktivitas dan pembicaraan matematika siswa adalah sumber yang kuat dan petunjuk untuk mengajar, untuk kurikulum, untuk cara-cara dimana pertumbuhan pengetahuan siswa dapat dievaluasi. Lebih jauh dikatakan bahwa dalam konstruktivisme aktivitas matematika mungkin diwujudkan melalui tantangan masalah, kerja dalam kelompok kecil, dan diskusi kelas menggunakan apa yang ‘biasa’ muncul dalam materi kurikulum kelas ‘biasa’. Soedjadi (dalam Widodo, 1999:24) mengemukakan bahwa faham konstruktivis memiliki ciri penting dalam pembelajaran, yakni menekankan pada “ siswa menemukan sendiri ” konsep yang perlu diketahui.

(33)

2. Teori Peaget

Sasaran pembelajaran matematika adalah peningkatan kualitas berfikir dan ketajaman penalaran siswa, oleh karena itu belajar matematika pada dasarnya adalah pengubahan struktur kognitif dengan melalui asimilasi dan akomodasi (Piaget dalam Hudoyo, 1998:47). Asimilasi itu sendiri adalah merupakan penyerapan informasi baru kedalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi itu punya tempat (Ruseffendi, 1991:133).

Dengan demikian asimilasi dan akomodasi pada dasarnya adalah merupakan dua aktivitas mental yang melibatkan interaksi antara pikiran dan kenyataan yang akan berlangsung terus menerus dalam rangka individu memperoleh pengetahuan. Suparno (1997) menyampaikan diskripsi singkat mengenai beberapa istilah yang digunakan untuk menjelaskan proses seseorang dalam pembentukan pengetahuan sebagai berikut:

(1) Skema (struktur kognitif), merupakan struktur mental seseorang yang menggambarkan adanya keterhubungan konsep-konsep tertentu, yang terbentuk pada waktu seseorang berinteraksi dengan lingkungannya. Skema berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang dipengaruhi oleh tiga proses dasar yaitu asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi.

(34)

(3) Akomodasi adalah merupakan penyesuaian struktur kognitif terhadap situasi baru. Akomodasi merupakan proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru, atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan tersebut.

(4) Ekuilibrasi adalah proses keseimbangan yang dikarenakan asimilasi dan akomodasi sehingga terjadi adaptasi. Apabila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi maka akan terjadi ketidak- seimbangan (disekuilibrium). Setelah terjadi ekuilibrasi maka seseorang akan berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari sebelumnya serta akan mampu beradaptasi dengan lingkungannya.

Adapun bagaimana individu memperoleh pengetahuan, Peaget (dalam Suparno, 1997:30) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan adaptasi pikiran terhadap realitas, seperti organisme beradaptasi dengan lingkungannya. Dikemukakan pula bahwa pengetahuan datang dari tindakan, dan sebagian besar perkembangan kognitif bergantung pada seberapa jauh seseorang aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

Dengan demikian, dalam rangka memperoleh pengetahuan hendaknya siswa selalu diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga wawasan pemikiran siswa tersebut dapat berkembang. Siswa bebas membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru lebih memerankan diri sebagai fasilitator, narasumber dan berkenan memecahkan masalah bersama siswa dengan terlebih dahulu menjelaskan proses pemecahan masalah yang dilakukan serta menjelaskan keterkaitan antara proses dan hasil yang diperoleh.

3. Teori Vygotsky

(35)

merupakan aspek sosial yang sejak awal akan digunakan sebagai alat dalam berfikir. Dalam pembelajaran itu sendiri Vygotsky lebih menekankan pada sosiokultural, yakni interaksi sosial melalui dialog dan komunikasi verbal dengan orang dewasa dalam perkembangan pengertian anak. Vygotsky percaya bahwa pembelajaran terjadi pada saat siswa bekerja dalam “zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)”. Tugas dalam zona perkembangan proksimal itu adalah merupakan tugas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh anak, tetapi dapat dilakukan dengan bantuan guru atau temannya.

Selanjutnya Nur (dalam Widodo, 1999:22) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan “Zona perkembangan proksimal” adalah jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dengan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama dengan teman sejawat yang lebih mampu.

E. Student Teams Achievement Divisions(STAD) berbantuan CD Interaktif

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada aktifitas dan interaksi untuk memotivasi siswa agar saling membantu dalam menguasai materi pelajaran sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal adalah tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pada proses pembelajarannya, tipe ini melalui lima tahapan yang meliputi: (1) penyajian materi; (2) kegiatan kelompok; (3) tes individual; (4) penghitungan skor perkembangan individu; dan (5) pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 1995:71).

(36)

Persiapan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajarannya adalah membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4–6 orang dengan tingkat kemampuan yang beragam (Slavin, 1995:71). Adapun teknik pembentukan kelompok dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan ranking berdasarkan kemampuan akademiknya di dalam kelas (Slavin 1995:75).

Pembelajaran strategi STAD berbantuan CD interaktif pada penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tahap persiapan (sebelum memulai masuk pada materi pelajaran program linear): a. Membentuk kelompok siswa (masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang

siswa) dengan rincian 1 orang dari kelompok siswa dengan kemampuan tinggi, 3 orang dari kelompok siswa dengan kemampuan sedang, dan 1 orang dari kelompok siswa dengan kemampuan rendah. Pengelompokan kemampuan siswa ini berdasarkan nilai rata-rata kemampuan harian (ulangan harian), sehingga diharapkan dapat memperoleh kelompok yang dalam tingkat kemampuannya betul-betul heterogen.

(37)

c. Membuat lembar tugas kelompok dan lembar tugas individu beserta soalnya. 2) Tahap pelaksanaan (tatap muka 1, 2, dan 3)

a. Siswa disuruh untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing- masing. b. Peneliti memberikan motivasi kepada siswa tentang manfaat dari materi yang

akan dibahas.

c. Dengan bantuan CD interaktif peneliti memberikan apersepsi tentang materi prasyarat (yang telah tertuang dalam CD) yang kemudian direspon oleh siswa. d. Dengan bantuan CD interaktif peneliti memberikan penjelasan materi tentang:

sistem pertidaksamaan linear (pada tatap muka 1), program linear dan model matematika (pada tatap muka 2), dan menggambarkan kendala dari sebuah sistem pertidaksamaan linear dan nilai optimum suatu fungsi objektif (pada tatap muka 3).

e. Pada setiap selesai memberikan penjelasan materi, peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pertanyaan atau temuan hasil diskusinya dari rumah.

f. Peneliti membagikan lembar tugas kelompok untuk didiskusikan kepada masing-masing kelompok.

g. Peneliti mengamati dan memberikan arahan jika ada pertanyaan dari siswa. h. Peneliti memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk

menyampaikan temuan/jawaban hasil diskusinya dengan cara menulis dipapan tulis maupun dengan lisan.

(38)

j. Peneliti memberikan penyelesaian jika terdapat masalah yang belum terselesaikan oleh siswa dengan penjelasannya.

k. Peneliti membagikan lembar tugas individu untuk dikerjakan oleh masing-masing siswa.

l. Peneliti membagikan lembar tugas kelompok untuk dikerjakan atau didiskusikan di rumah kepada masing-masing kelompok.

m. Peneliti menyuruh siswa untuk mempelajari dan mendiskusikan materi di rumah atau di luar jam pelajaran (dengan CD interaktif).

n. Pada akhir tatap muka 3, peneliti menginformasikan tentang pelaksanaan tes kemampuan pemecahan masalah pada pertemuan yang akan datang.

3) Tahap akhir pembelajaran: memberikan soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika tentang program linear kepada setiap siswa untuk dikerjakan. Hasil tes ini kemudian dijadikan sebagai data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Secara keseluruhan pembelajaran strategi STAD berbantuan CD interaktif ini dapat dilihat pada skema/bagan di bawah ini.

Bagan 1. Strategi STAD Berbantuan CD Interaktif

Persiapan 1. membuat lembar tugas kelompok 2. membuat lembar tugas Individu 3. membentuk kelompok

4. menjelaskan aturan

5. membagikan CD interaktif

Pelaksanaan 1. penyajian materi

2. diskusi kelompok 3..kerja kelompok

Test 4. kerja individu

F. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Matematika

(39)

Kegiatan yang berbentuk fisik biasanya mudah untuk diamati oleh seorang guru, hal ini karena dapat ditunjukkan dengan gerak secara fisik yang menunjukkan keaktifannya dalam proses pembelajaran di kelas. Kegiatan fisik ini dapat berupa membaca, menulis, mendengar, merangkum, bertanya, menjawab dan sebagainya. Adapun kegiatan yang berbentuk psikis biasanya susah untuk diamati oleh seorang guru, hal ini dikarenakan pada kegiatan psikis ini lebih cenderung tidak ditampakkan oleh siswa pada umumnya. Menurut Sriyono (1991:75) yang dimaksud keaktifan di sini adalah pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar siswa-siswanya aktif, baik jasmani maupun rokhani yang meliputi: keaktifan indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan keaktifan emosi..

a. Keaktifan indera: para siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

b. Keaktifan akal: akal para siswa harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, mempertimbangkan, menyusun pendapat, dan mengambil keputusan. c. Keaktifan ingatan: pada waktu pembelajaran siswa harus aktif menerima bahan

pelajaran yang disampaikan oleh guru kemudian menyimpannya dalam otak, dan pada suatu saat siswa siap serta mampu mengutarakan kembali.

d. Keaktifan emosi: untuk dapat menumbuhkan keaktifan emosi ini hendaklah siswa senantiasa berusaha mencintai pelajarannya, karena sesungguhnya mencintai pelajaran akan menambah hasil belajar siswa.

G. Keterampilan Berproses Siswa dalam Pembelajaran Matematika

(40)

hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. Jadi, keterampilan berproses dalam pembelajaran adalah suatu kecakapan yang diperoleh akibat langkah-langkah strategi pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

Winkel (1999:34) berpendapat bahwa hasil belajar marupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang dan pada setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Sedangkan prestasi belajar adalah merupakan tingkat kemampuan seorang siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan kepadanya (Depdiknas, 1999). Oleh karena itu dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah merupakan tingkat kemampuan seorang siswa baik dari segi pengetahuan maupun keterampilannya.

MAN Babakan adalah sebuah sekolah (di bawah naungan Departemen Agama) setingkat SMA memiliki sejumlah 1142 siswa dengan latar belakang kemampuan yang berbeda. Keaktifan siswa (yang meliputi empat aspek tersebut) dalam mengikuti proses pembelajaran matematika pada khususnya belum menunjukkan keaktifan yang maksimal, yakni aktif 100%. Hal ini dapat diketahui melalui pengamatan dan pengalaman penulis (selaku guru matematika) serta pengamatan dan pengalaman guru-guru matematika lain (hasil wawancara) di MAN Babakan Tegal. Keterampilan berproses siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika pada khususnya juga belum menunjukkan keterampilan berproses yang maksimal, yakni memiliki keterampilan berproses 100%. Hal ini dapat diketahui melalui pengamatan dan pengalaman penulis (selaku guru matematika) serta pengamatan dan pengalaman guru-guru matematika lain (hasil wawancara) di MAN Babakan Tegal.

(41)

pembelajaran matematika dianggap maksimal/baik jika mencapai angka 70%. Untuk selanjutnya pada penelitian ini disebutkan bahwa jika keaktifan siswa mencapai skor/nilai lebih dari 70 berarti keaktifan siswa mencapai ketuntasan dan jika keterampilan berproses siswa mencapai skor/nilai lebih dari 70 berarti keterampilan berproses siswa mencapai ketuntasan.

H. Pembelajaran Program Linear

A. Sistem Pertidaksamaan Linier Dua Variabel

Pertidaksamaan linier dua variabel (peubah) adalah pertidaksamaan yang di dalamnya memuat dua variabel yang masing-masing berderajat satu. Bentuk-bentuk pertidaksamaan linier dua variabel dengan a,b,c є R dan x serta y peubah adalah sebagai berikut: ax + by ≥ c, ax + by > c , ax + by ≤ c , dan ax + by < c

Adapun himpunan penyelesaian adalah himpunan semua titik (x,y) pada sistem koordinat cartesius yang memenuhi pertidaksamaan linier dua variabel. Sistem pertidasamaan linier adalah sistem yang komponen-komponennya terdiri dari sejumlah berhingga pertidaksamaan linier. Penyelesaian yang kita dapatkan adalah merupakan penyelesaian untuk satu sistem tersebut, bukan untuk masing-masing pertidaksamaan. Secara grafis penyelesaian tersebut adalah berupa sebuah daerah yang merupakan irisan dari pertidaksamaan-pertidaksamaan yang ada pada sistem tersebut.

Contoh:

1. Tentukan Himpunan Penyelesaian dari: a. x + 3y < 6

b. x + 3y 6

(42)

a. x 2 , 4x + 3y 24, dan y 0

b. 2x + y 6 , 2x + 2y 8 , x 0 dan y 0

3. Tentukan sistem pertidaksamaan linier untuk daerah himpunan penyelesaian dari gambar yang diarsir berikut ini:

Y

(0,6) (0,4)

(4,0) (8,0) X

Jawab:

1. Terlebih dahulu kita buat garis dengan persamaan x + 3y = 6 (masih ingat ?) ingat, bahwa garis tersebut adalah memotong sumbu X di titik (6,0) dan memotong sumbu Y di titik (0,2). Coba buat caranya!

a. x + 3y < 6 , untuk mencari Himpunan Penyelesaian (HP) dari pertidaksamaan ini dapat kita lakukan dengan cara:

(43)

Y

(0,2)

(6,0) X

b. Diskusikan secara kelompok!

2. a. Langkah pertama adalah menentukan daerah HP untuk masing-masing pertidaksamaan : x 2 , 4x + 3y 24, dan y 0 (masih ingat caranya ?). Kemudian tentukan daerah irisannya, yaitu seperti pada gambar di bawah ini, sehingga daerah irisan inilah yang merupakan HP dari sistem pertidaksamaan yang ditanyakan.

Y (0,8)

(6,0) X x = 2

b. Diskusikan !

(44)

* Persamaan garis I melalui titik (0,4) dan (8,0) yaitu 4x + 8y =32 ↔ x + 2y = 8. Karena daerah yang diarsir berada di bawah garis maka diperoleh pertidaksamaannya : x + 2y 8 (coba anda diskusikan bersama kelompoknya) * Persamaan garis II melalui titik (0,6) dan (4,0) yaitu 6x + 4y =24 ↔ 3x + 2y =

12. Karena daerah yang diarsir berada di bawah garis maka diperoleh pertidaksamaannya : 3x + 2y 12 (coba anda diskusikan bersama kelompoknya).

Jadi, sistem pertidaksamaan linear untuk daerah himpunan penyelesaian yang diarsir adalah: x 0 dan y 0 , x + 2y 8 dan 3x + 2y 12

B. Program linier dan Model Matematika 1. Model Matematika

Model matematika adalah suatu penulisan problem sehari-hari dalam bentuk matematika, yaitu dengan menggunakan variabel-variabel dalam persamaan- persamaan atau pertidaksamaan-pertidaksamaan.

Contoh:

Seorang pengusaha kue akan membuat donat dan kue tart. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat tiga buah donat dan sebuah kue tart adalah Rp 18.000,00. Cabang dari pengusaha tersebut juga membuat kue dengan jenis yang sama. Adapun biaya yang dibutuhkan cabang penguasaha itu dalam membuat dua buah donat dan dua buah kue tart adalah Rp 24.000,00. Buatlah model matematika untuk persoalan tersebut!

Jawab:

(45)

Biaya produksi pengusaha tersebut adalah 3x + y = 18.000 dan Biaya produksi dari cabang pengusaha itu adalah 2x + 2y = 24.000.

Karena x dan y bilangan bulat yang tidak negatif (kenapa?) maka x 0 dan y 0. Jadi, model matematika untuk persoalan tersebut di atas adalah:

3x + y = 18.000 ; x 0 2x + 2y = 24.000 ; y 0

2. Model Matematika dari Permasalahan Program Linear

Model matematika pada permasalahan program linear di dalamnya terdiri dari bentuk-bentuk pertidaksamaan sebagai kendala atau keterbatasan dan sebuah bentuk fungsi objektif yang harus dipenuhi pada permasalahan tersebut. Adapun hal yang membedakan model matematika pada program linear adalah selalu bertanda “ “ atau “ “ dengan peubah x dan y yang selalu positif (coba diskusikan kenapa x dan y selalu positif ?)

Contoh:

Seorang pengusaha topi akan membuat dua jenis topi yang terdiri dari dua warna kain, yaitu warna kuning dan biru. Kain kuning tersedia 50 meter dan kain biru tersedia 70 meter. Topi jenis I membutuhkan kain warna kuning 15 cm dan warna biru 10 cm. Topi jenis II membutujkan kain warna kuning 10 cm dan kain warna biru 25 cm. Keuntungan dari topi jenis I adalah Rp 750,00 dan topi jenis II adalah Rp 1.200,00. Buatlah model dari permasalahan program linear itu untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

(46)

Untuk memudahkan membuat model permasalahan tersebut, dapat digunakan tabel sebagai berikut:

Topi I Topi II

Kain kuning 15 cm 10 cm 5000 cm

Kain biru 10 cm 25 cm 7000 cm

Keuntungan Rp 750,00 Rp 1.200,00 Misalkan banyaknya topi I adalah x dan topi II adalah y, maka:

Karena banyaknya kain terbatas dan tidak dapat melampaui jumlah yang tersedia, maka dapat dibuatkan kendalanya sebagai berikut.

15x + 10y 5000 ↔ 3x + 2y 1000 10x + 25y 7000 ↔ 2x + 5y 1400

fungsi objektif dapat ditunjukkan dengan keuntungan yang bisa diperoleh yaitu: f : 750x + 1200y

x dan y menunjukkan jumlah, maka x 0 dan y 0

Jadi, model matematika dari permasalahan tersebut di atas adalah :

x 0 , y ≥ 0 , 3x + 2y 1000 , 2x + 5y 1400 , dan f : 750x + 1200y C. Menggambarkan Kendala dari sebuah Sistem Pertidaksamaan Linear

(47)

menggambarkan kendala dari sebuah program linear ? (coba diskusikan dengan teman kelompoknya).

Contoh:

Seorang pengusaha kue memiliki 10 kg terigu dan 6 kg gula. Ia akan membuat dua jenis kue, dimana kue jenis I membutuhkan 800 gram terigu dan 300 gram gula dan kue jenis II membutuhkan 600 gram terigu dan 400 gram gula. Gambarkan kendala pada permasalahan pengusaha tersebut. (diskusikan!)

Jawab:

Kendala untuk terigu : 800x + 600y 10.000 ↔ 4x + 3y 50 Kendala untuk gula : 300x + 400y 6.000 ↔ 3x + 4y 60 Coba gambarkan sistem pertidaksamaan pada kendala tersebut!

D. Nilai Optimum satu Fungsi Objektif

Nilai optimum yang diperoleh dari suatu permasalahan program linear dapat berupa nilai terbesar (nilai maksimum) atau nilai terkecil (nilai minimum). Hal yang akan menentukan nilai maksimum atau nilai minimum adalah permasalahannya , yang dapat dicirikan dengan model kendalanya. Untuk menentukan nilai optimum suatu fungsi objektif dari sebuah system yang diketahui dapat dilakukan dengan cara menggunakan uji titik pojok.

Contoh : Tentukanlah :

a. Nilai minimum f : x + 3y dari sistem pertidaksamaan : 2x + y ≥ 4, x + 3y ≥ 6, x ≥ 0 dan y ≥0

(48)

Jawab:

(diskusikan) berapa sajakah titik pojok-titik pojoknya?

selanjutnya kita lakukan uji titik pojok sebagai berikut:

Titik Pojok f (x,y) = x + 3y

Jadi, nilai minimumnya adalah 6, yaitu pada titk (6,0) dan ⎟ ⎠

b. Diskusikan dengan teman kelompoknya.

I. Pemecahan Masalah dalam Matematika

(49)

dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, menggeneralisasikan, komunikasi matematik, dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik (Tim MKPBM, 2001:83).

Pada bidang studi matematika, pemecahan masalah dapat berupa soal cerita maupun soal yang tidak rutin, yaitu soal yang untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang mendalam, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis, logis, kreatif, dan sistematis. Dalam pemecahan masalah ini dapat ditempuh dengan melalui beberapa tahapan, yaitu: (1) memahami masalah; (2) membuat rencana pemecahan; dan (3) melaksanakan perhitungan.

(50)

pemahaman terhadap masalah (menuliskan apa yang diketahui), membuat rencana pemecahan (menuliskan langkah-langkah penyelesaian), dan melakukan perhitungan/ menyelesaikan masalah sesuai rencana, sehingga dalam setiap item mengandung langkah-langkah yang akan diukur.

Selanjutnya pada penelitian ini untuk memberikan skor tes pemecahan masalah, peneliti mengadopsi pada pensekoran yang dikemukakan oleh Schoen dan Ochmke (dalam Utari, 1998:16), yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Pedoman Pensekoran Kemampuan Pemecahan Masalah

Skor Memahami masalah Membuat rencana pemecahan dur yang benar dan mungkin menghasilkan jawaban benar tetapi salah dalam prthitung- an

2 Memahami sebagian masa lah dari tiap soal

3 Memahami secara

mayoritas dari

4 Memahami secara

(51)

Suryadi (1999:128) mengemukakan bahwa untuk mengupayakan meningkatnya kemampuan keterampilan berfikir atau kemampuan penalaran siswa yang dapat diukur dengan tes kemampuan pemecahan masalah maka dalam proses pembelajarannya dengan menerapkan strategi belajar kooperatif.

J. Kerangka Berfikir

Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya yang masih kurang maksimal menjadi keprihatinan tersendiri bagi seorang guru untuk berfikir tentang metode/strategi apa yang sebaiknya diterapkan pada proses pembelajaran. Padahal, Lorshabach dan Tobin dalam (Suparno, 1997) berpendapat bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) kepada orang lain (siswa) akan tetapi pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi siswa sewaktu berinteraksi dengan lingkungan melalui sentuhan inderanya.

Sehubungan dengan hal tersebut Lungdren (dalam Azizah, 1998:18) menyampaikan beberapa saran agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif maka pada proses pembelajarannya agar ditanamkan unsur-unsur dasar belajar kooperatif yang diantaranya adalah bahwa: a) siswa memiliki tanggung jawab terhadap setiap siswa lain dalam kelompoknya, di samping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi; b) siswa harus berbagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besarnya di antara sesama anggota kelompok; c) siswa berbagi kepemimpinan, sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar; d) siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual tentang materi yang dipelajari dalam kelompok kooperatif.

(52)

memotivasi siswa agar saling membantu dalam menguasai materi pelajaran sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal (Slavin, 1995). Dilain fihak, dikemukakan bahwa hasil dari penelitian-penelitian telah menemukan bukti bahwa pemberdayaan komputer dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Tim MKPBM, 2001:240). CD interaktif merupakan salah satu bentuk dari multimedia dalam pembelajaran diharapkan ikut berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Skema Kerangka Berfikir

Masalah:

Tanpa upaya Prestasi belajar Alternatif upaya perbaikan kurang maksimal perbaikan:

Pembelajaran

Pembelajaran Teori-teori pembelajaran berbasis teknologi, strategi konvensional yang mendukung STAD berbantuan CD interaktif

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Hasil belajar:

kemampuan pemecahan

masalah matematika

Hipotesis

Keterangan :

Kelas Eksperimen: Pembelajaran berbasis teknologi,berorientasi pada strategi kooperatif tipe STAD berbantuan CD interaktif

(53)

K. Hipotesis

Dengan berdasar pada kerangka berfikir tersebut, hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Keaktifan siswa yang ditumbuhkan oleh pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

2. Keterampilan berproses siswa yang ditumbuhkan oleh pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif berpengaruh

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. 3. Keaktifan siswa, keterampilan berproses siswa, dan kemampuan pemecahan

masalah matematika yang ditumbuhkan oleh pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif dapat mencapai ketuntasan. 4. Terdapat perbedaan yang signifikan/berarti antara kemampuan pemecahan masalah

(54)

40

METODE PENELITIAN

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimen, dengan jenis data kuantitatif yang diperoleh dari data hasil pengamatan keaktifan siswa, keterampilan berproses siswa, dan tes kemampuan pemecahan masalah matematika.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Babakan, jalan Ponpes Babakan, Jatimulya, Lebaksiu Tegal tahun Pelajaran 2007/2008.

3. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal kelas XII IPA tahun pelajaran 2007/2008.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:57). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) semester gasal tahun pelajaran 2007/2008 di MAN Babakan Lebaksiu Tegal.

Kelas XII IPA ini terdiri dari 4 kelas yaitu kelas XII IPA1 sampai dengan XII

IPA4 dengan jumlah siswa pada tiap kelasnya masing-masing adalah XII IPA1 = 44

siswa, XII IPA2 = 40 siswa, XII IPA3 = 40 siswa, dan XII IPA4 = 38 siswa sehingga

(55)

mengambil lingkup populasi pada pembelajaran matematika khusus materi program linier.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131) Dalam penelitian ini tidak semua populasi yang ada dijadikan obyek penelitian, hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang peneliti miliki. Untuk itu peneliti hanya mengambil sebagian dari populasi untuk diteliti (sampel). Adapun pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik cluster random sampling.

Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan sampel dan menentukan rumus t (untuk varians kedua kelompok homogen) dan t’ (untuk varians kedua kelompok tidak homogen) maka terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas atau uji varians guna mengetahui apakah ada perbedaan rataan pada kemampuan/hasil belajar dari populasi. Hipotesis yang diajukan dalam uji homogenitas atau uji varians ini adalah:

H0 : Varians kelas XII IPA1 = kelas XII IPA2 = XII IPA3 = XII IPA4

H1 : Salah satu varians dari ke empat kelas berbeda

Hipotesis statistiknya adalah:

H0 : 42

2 3 2 2 2

1 σ σ σ

σ = = =

H1 : Salah satu dari σi2 berbeda, i = 1, 2, 3, 4.

Rumus yang digunakan dalam uji homogenitas ini adalah dengan cara varians terbesar dibanding dengan varians terkecil yaitu: F =

il iansterkec

ar iansterbes var

var

, dengan

ketentuan: jika Fhitung ≥ Ftabel berarti tidak homogen dan jika Fhitung ≤ Ftabel

(56)

Pada uji homogenitas ini peneliti mengambil data nilai matematika siswa kelas sebelumnya, yaitu kelas XI IPA. Adapun analisis perhitungan pada nilai varians ini ini peneliti menggunakan program SPSS versi 12, diperoleh output (pada lampiran 1) sebagai berikut: diperoleh nilai varians terbesar adalah pada kelas XII IPA1 = 0,152

(dengan n1 = 44) dan varians terkecil pada kelas XII IPA2 = 0,091 (dengan n2 = 40).

Sehingga diperoleh nilai Fhitung:

F =

il iansterkec

ar iansterbes var

var

=

091 , 0

152 , 0

= 1,67

Selanjutnya dari tabel F dengan dk pembilang = 44–1 = 43 (untuk varians terbesar/n1) dan dk penyebut = 40-1 =39 (untuk varians terkecil/n2) diperoleh Ftabel =

1,71, sehingga Fhitung <Ftabel (1,67 < 1,71) berarti data nilai raport keempat kelas

tersebut bersifat homogen.

Berdasarkan hasil uji homogenitas tersebut didapat data nilai matematika keempat kelas adalah homogen, artinya peneliti dapat mengambil 2 (dua) kelas sebagai sampel penelitian, yaitu 1 (satu) kelas eksperimen dan 1 (satu) kelas kontrol secara acak. Dalam hal ini peneliti mengambil kelas XII IPA3 sebagai kelas

eksperimen dan kelas XII IPA4 sebagai kelas kontrol.

C. Variabel Penelitian

(57)

1. Variabel Bebas (independent variable)

Yaitu variabel yang menjadi sebab berubahnya variabel terikat (dependen variable). Jadi variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

a. Keaktifan siswa yang ditumbuhkan oleh pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif sebagai variabel bebas 1 (X1).

b. Keterampilan berproses siswa yang ditumbuhkan oleh pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif sebagai variabel bebas 2 (X2).

2. Variabel Terikat (dependen variable)

Yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Adapun variabel terikat pada penelitian ini adalah:

a. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi program linear yang ditumbuhkan oleh pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif (kelas eksperimen) sebagai variabel terikat 1 (Y1).

b. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi program linear dengan pembelajaran biasa/konvensional (kelas kontrol) sebagai variabel terikat 2 (Y2).

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah: a. Metode pengamatan (observasi), digunakan untuk memperoleh data keaktifan

(58)

b. Metode tes, digunakan untuk memperoleh data kemampuan pemecahan masalah siwa pada materi program linear dengan pembelajaran berbasis teknologi, berorientasi strategi STAD berbantuan CD interaktif (dilakukan setelah proses pembelajaran pada materi program linear selesai).

E. Instrumen Penelitian

1. Tes Pemecahan Masalah

Tes pemecahan masalah pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Sebelum diberikan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol terlebih dahulu instrumen tes ini (sebanyak 20 butir soal) diuji cobakan pada kelas uji coba (dipilih kelas XII IPA2) yang telah selesai pada pembelajaran materi program linear.

Selanjutnya untuk menentukan butir soal yang dapat dipakai dan butir soal yang tidak dapat dipakai, hasil uji coba instrumen tersebut dianalisis validitas dan reliabilitasnya sebagai berikut:

a. Validitas

Validitas didefinisikan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid memiliki validitas rendah (Arikunto, 2006:168). Selanjutnya validitas ini dapat ditentukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) menghitung harga korelasi setiap butir soal dengan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut:

(59)

Dengan:

rxy = koefesien korelasi antara X dan Y

X = skor butir soal Y = skor total

N = jumlah responden

2) menghitung harga t dengan rumus:

t =

2

1 2

r n r

− −

Dengan:

t = nilai t hitung

r = koefesien korelasi hasil rxy

n = banyaknya responden

Selanjutnya untuk mengetahui soal yang valid dan tidak valid dilihat nilai

thitung dibandingkan dengan ttabel dengan ketentuan: jika thitung > ttabel maka soal

termasuk valid, sebaliknya soal tidak valid (Riduwan, 2004:110). Pada penelitian ini diperoleh hasil perhitungan nilai rxy dan thitung seperti yang ditunjukkan pada

tabel (lampiran 1).

Untuk α = 5% dan dk = n-2 = 38 diperoleh ttabel = 2,68. Tampak pada hasil

perhitungan tersebut, soal-soal yang valid adalah soal dengan nomor: 2, 3, 4, 5, 6, 7, 11, 13, 15 ,17. Sedangkan nomor-nomor lain tidak valid, untuk selanjutnya soal-soal yang tidak valid dibuang/tidak digunakan.

b. Reliabilitas

Gambar

gambar yang diarsir berikut ini:
tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Pedoman Pensekoran Kemampuan Pemecahan Masalah
tabel  (lampiran 1).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dilakukan sebagaimana di awal proposal telah dinyatakan bahwa penelitian ini berangkat dari ide bahwa suatu citra memiliki sebuah nilai warna yang dominan, maka jika

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak ikan toman yang diberikan secara oral dapat mempercepat proses penutupan luka sayat dan berapa dosis ekstrak

Klasifikasi hewan berdasarkan kelompok filum merupakan salah satu materi pembelajaran di Sekolah Menengah Atas kelas X. Tingkat kesulitan materi yang relatif tinggi

Dalam perkembangannya fisika selanjutnya ialah perkembang ilmu panas, ilmu panas atau sering disebut termodinamika dalam bidang fisika adalah sesuatu yang tak dapat dipungkiri lagi

Seksi Pelayanan Teknis dan Sarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis, jasa, informasi, komunikasi,

Layanan informasi karier oleh guru pembimbing pada kelas VIII Sekolah Menengah Pertama negeri 21 Pontianak dapat hasil persentase dengan kategori “Sedang”, hal ini

3 Kramat – Kantor Pos , dimana perusahaan saudara termasuk telah dinyatakan lulus evaluasi administrasi, teknis dan harga, maka dengan ini kami mengundang saudara

Berdasarkan hasil analisis data pretes dan postes kedua kelas penelitian ini, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dinyatakan bahwa kuis memberikan