• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Aktivitas Antitrombotik Beberapa Varietas Bawang Putih (Allium sativum L.) yang Tumbuh di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengujian Aktivitas Antitrombotik Beberapa Varietas Bawang Putih (Allium sativum L.) yang Tumbuh di Indonesia"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN AKTlVlTAS ANTITROMBOTIK BEBERAPA VARIETAS

BAWANG PUTlH

(Allium sativum,

1 . 1

YANG

TUMBUH

Dl

INDONESIA

Ole h

ARIF

HARTOYO

F 26. 0623

1 9 9 4

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Arif Hartoyo. F26.0623. Pengujian Aktivitas Antitrombotik Beberapa Varietas Bawang Putih (Allilrin sativum, L) yang T u m b u h di Indonesia. Di bawah bimbingan Deddy Muclitadi dan C. Hanny Wijaya.

Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antitrombotik beberapa varietas bawang putih yang tumbuh di Indonesia. Penelitian ini merupakan tahap awal dari suatu rangkaian penelitian untuk menghasilkan "antithrombotic-agent" yang dapar digunakan sebagai "Health Food Suplement" pencegah timbulnya penyakit jantung koroner.

Lima varietas bawang putih yaitu varietas Jawi berasal dari Tawangmangu (Solo), Lengkong dari Kretek (Wonosobo), Lumbu ijo dari Ciwidey (Bandung), varietas lokal dari Padang (Sumatera Barat) dan Belu

(NTT),

disiapkan dalam bentuk ekstrak-metanol. Ekstrak ini

dianaiisis antitrombotiknyadengan metode Born (1963) menggunakan alat agrecoder: kandungan senyawa volatil pereduksi dengan alat VRS; dan profil senyawa volatil akrifnya dengan alar

kromatografi gas. Untuk bawang putih utuh dianalisis kadar airnya.

Hasil analisis dari data yang diperoleh didapat bahwa konsentrasi minimum ekstrak bawang putih untuk menghambat agregasi trombosit sebesar 50 %

(D,,)

dari varietas Jawi sebesar 0.035 mglml PPP, varietas lokal Padang sebesar 0.048 mglml PPP. varietas Lumbu ijo sebesar 0.115 mglml PPP serta varietas Lengkong dan lokal Belu masing-masing sebesar 0.1 16 dan 0.160 mglml PPP.

Jumlah bawang putih yang diperlukan setiap varietas untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak bawang putih minimum yang dapat menghambat agregasi trombosit sebesar 5 0 %

(D,,)

dari varietas Jawi, lokal Padang, Lumbu Ijo, Lengkong dan lokal Belu secara berurutan adalah

(3)

Kadar air bawang putih yang diuji berkisar antara 51.50-62.20 %. Sedangkarl

rendemen ekstrak bawang putih berkisar antara 0.06 - 0.18 g1100 g. Dari data kadar air dan

rendemen didapat bahwa kadar air yang iendah tidak selalu rnenghasilkan rendernen ekstrak yang

tinggi. Selain itu bawang putih dengan rendernen ekstrak yang tinggi tidak selalu diikuti dengan

aktivitas antitrornbotik yang tinggi pula.

Hasil pengukuran kandungan senyawa volatil pereduksi (VRS) menghasilkan nilai

berkisar 3225.17

-

10353.32 meqlg. Dari data VRS didapat bahwa tidak ada korelasi antara

nilai VRS dengan kemarnpuan antitrombotik. Dari hasii penelitian yang telah dilaporkal~

dikecahui bahwa tidak sernua komponen volatil bawang bersifat antitrobotik dan sebaliknya

ko~nponen dalarn bawang putih yang bersifat antitrornbotik tidak semuanya bersifat volatil.

Hasil analisis profil kornponen volatil aktif rnenggunakan krornatografi gas

~nenunjukltan bahwa bawang putih varietas Jawi yang mempunyai aktivitas antitrombotik

rertinggi ~nempunyai persentase lkornpone~l bersifat antitrombotik lebih besar dibandingkan

densan varietas lokal Belu yang mernpunyai aktivitas antitrombotik rerendah. Persenrase

kornponen volatil bersifat antitrombotik dalam varietas Jawi dan lokal Belu secara berururan

adalah sebagai berikut : Metil allil trisulfid (1.64 dan 0.34), 3-vinil-(4H)-I.7-ditiin (19.15 darl

17.49). Diallil trisulfid (42.90 dan 32.91) dan 2-vinil-(4H)-I,3-ditiin (15.57 dan 8.47). Dari

liasil ini diduga bahwa perbedaan aktivitas antitrombotik dalam bawang putih disebabkan

persentase komponen bersifat antitrombotiknya yang berbeda.

Berdasarkan kernarnpuan aktivitas antitrombotik (nilai D,,,) dan jumlah bawang putih

yang diperlukan untuk rnendapatkan D,,, bawang putih variecas Jawi dan Lengkong rnempunyai

(4)

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTITROMBOTIK BEBERAPA VARIETAS

BALVANG PUTIK

(Allimn

sntivrtm, L.)

YANG

TUMBUH

DI INDONESIA

SKRIPSI

sebzgai saizh sari syarat ulituk memperolzh gelai

SARJAhT.4 TEKNOLOGI PERTANIAN

pad? j ~ r u s a n Tek:iologi Pangan dac? Gizi

Fakulras Teknoiogi Pertania~? Insriiut Perranian Bogor

Oleh

ARIF HARTOErO

F 26.0623

1994

FAXULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

(5)

NSTITUT PERTANLAN BOGOR FAKULTAS TEXCNOLOGI PERTANLAN

BAWANG PUTIH (Allium sativum, L) YANG TUMBIM DX INDONESIA

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Jurusan Telcnologi Pangan dan Gizi Fakultas Telmologi Pertanian

h t i t u t Pertanian Bogor

Oleh

ARLF EfARTOYO

F 26.0623

Dilahirltan pada tanggal 30 April 1970 Di Purbaiingga

Tanggal lulus : 14 Juli 1994

Dr. Ir.

C.

Hamy Wijaya, M.Sc.

.

Deddy Muchtadi,

M.S.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Illahi Robbi. Hanya dengan karuiiia dan

rahmmat-Nya, laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun bkrdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di laboratorium Kimia dan Biokimia, PAU Pangan dan Gizi IPB; laboratorium jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB; laboratorium Patologi

Klinik RSCM Jakarta.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

I . Bapak (Alm.) dan lbu penulis, yang dengan tulus ikhlas memberikan dorongan serta doa restu untuk keberhasilan penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Deddy Muchtadi, EV1.S. dan lbu Dr. Ir. Hanny Wijaya, MSc. yang ~nembimbing penulis selama kuliah di jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fateta. IPB. 3. lbu dr. Rahayuningsih yang banyak ~nemberikan saran dan inasukan kepada penulis.

4. Bapak Ir. Herianus dan Agung Prihambodo, atas kerjasama yang terjalin rapi selarna penelitian.

5 . Kakak-kakakku tercinta yang banyak memberikan dorongan. 6. Rekan-rekanku seperjuangan.

7 . Semua pihak yang dengan senang hati membantu selama penelitian sampai tersusunnya laporan ini.

Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin.

(7)

DAFTAR LSI

Halaman

KATA PENGANTAR

...

i

DAFTAR IS1

...

ii

DAFIAR GAMBAR

...

iv

DAFTAR TABEL

...

v

DAFTAR LAMPIRAN

...

vi

I

.

PENDAHULUAN

...

1

A

.

LATAR BELAKANG

...

I B

.

TUJUAN PENELITIAN

...

2

II

.

TINJAUAN PUSTAKA

...

3

A

.

BAWANG PUTM

...

3

1

.

Botani dan Kandungan Zat Gizi Bawang Putih

...

3

2

.

Komponen Bioaktif Bawang Putih

...

6

B

.

AGREGASI TROMBOSIT

...

9

1

.

Proses Pembentukan Trombosit

...

9

2

.

Proses Pembekuan Darah

...

14

m

.

BAHAN DAN METODE PENELITW

...

20

A

.

BAHAN DAN ALAT

...

20

1

.

Bahan

...

20

2

.

Alat

...

20

B

.

METODE

...

21

1

.

Persiapan Sampel

...

21

2

.

Analisis

...

21
(8)

b

.

Senyawa VolatiI Pereduksi

...

c

.

Analisis Profil Komponen Volatil Aktif

...

.

...

d

Kadar

Air

e

.

Rendemen Hasil Ekstraksi

...

IV

.

HASDL DAN PEMBAHASAN

...

A

.

AKTNITAS ANTITROMBOTM:

...

B

.

KADAR AIR DAN RENDEMEN

...

C

.

SENYAWA VOLATIL PEREDUKSI

(VRS)

...

D

.

PROFIL SENYAWA VOLATIL AKTIF

...

V

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

(9)

D r n A R GAMBAR

Halaman

Gambar 1

.

Konsep perangsangan trombosit serta akibatnya

...

13

Gambar 2

.

Proses pembekuan darah

...

16

Gambar 3

.

Diagram prosedur penyiapan ekstrak bawang put ih

...

19

Gambar 4

.

Skema cara mendapatkan PRP-PPP

...

21

Gambar 5

.

Tipe kurva agregasi dengan beberapa konsentrasi ADP

...

27

Gambar 6

.

Kurva agregasi darah

...

28

Gambar 7

.

Grafik hubungan a g r e g a s i m a k s i dengan konsentrasi ekstrak bawang putih

...

29

Gambar 8

.

Kadar air bawang putih

...

32

Gambar 9

.

Rendemen ekstrak bawang putih

...

33

Gambar 10

.

Kandungansenyawa volatilpereduksiekstrak bawang pu- tih

...

34

Gambar 11

.

Kromatogram kromatografi gas senyawa standar

...

39

Gambar 12

.

Pola kromatogram dari referensi

...

40

Gambar 13

.

Kromatogram kromatografi gas ekstrak bawang putih va- rietas Jawi

...

41
(10)

Tabel 1

.

Perkembangan produksi bawang put& di Indonesia

...

5 Tabel 2

.

Kandungan zat gizi umbi bawang

...

6

Tabel 3

.

Faktor-faktor pembekuan darah

...

15 Tabel 4

.

Konsentrasi minimum ekstrak bawang putihuntuk mengham-

bat agregasi 50% @,, )

...

30

Tabel 5

.

Jumlah bawang putih yang diperlukan untukmendapatkan

ni-

lai

D5.

...

32
(11)

Halaman Lampiran 1. Data agregasi maksimum darah k e b c i dengan penam-

bahan ekstrak bawang putih vartietas Lumbu Ijo

...

49

Lampiran 2. Data agregasi maksimum darah kelinci dengan penam-

bahan ekstrak bawang putih vartietas Jawi

...

50

Lampiran 3. Data agregasi maksimum darab kelinci dengan penam-

bahan ekstrak bawang putih vartietas Lengkong

...

51

Lampiran 4. Data agregasi maksimum darah kelinci dengan penam-

bahan ekstrak bawang putih vartietas lokal Padang

.. .... .

52

Lampiran 5. Data agregasi maksimum darah kelinci dengan penam-

(12)

A. LATAR BELAKANG

Memasuki era Pembangunan Jangka Panjang ke dua (PJP 11) selain masalah gizi yang berkaitan dengan masalah kemiskinan dan penyakit infeksi, Indonesia dihadapkan pula pada masalah peningkatan penderita penyakit kronik non-infeksi, diantaranya penyakit jantung koroner. Data hasil Survey Rumah Tangga yang diperoleh Dep.Kes. R1 pada tahun 1980

menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia telah meningkat dan menempati urutan ke 6, serta menempati urutan ke 3 penyebab kematian. Bahkan menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992, penyakit ini menjadi pembunuh nomer satu (Baraas, 1992).

Dengan meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup sebagian pendudub akibat keberhasilan pembangunan ekonomi dan pengaruh budaya global, maka masalah gizi lebih (over nutrition) akan mengancam kehidupan penduduk golongan menegah ke aras serta kelompok usia lanjut. Dikala angka kematian turun 15 per 1000 penduduk, dikala usia harapan hidup meningkat antara 55-60 tahun, maka penyakit jantung dan pernbuluh darah muncul sebagai persoalan utania kesehatan di negara-negara dunia ke tiga, termasuk Indonesia I ) . Oleh karena itu pencegahan dan penanggulangan masalah tersebut harus segera diupayakan.

Bawang, terutama bawang merah dan bawang putih meskipun dalam jumlah sedikit tak pernah terpisahkan dalam setiap masakan Indonesia. Bahan tersebut menjadi penyedap

(13)

. 2 yang memberikan rasa dan aroma yang disukai banyak orang. Selain sebagai bumbu, bawang (terutama bawang putih) telah lama dikenal mampu menanggulangi berbagai penyakit seperti stroke, atherosklerosis, "platelet agregation", kanker dan berbagai penyakit lainnya (Nakata, 1973; Ariga et al., 1981; Bordia, 1978)

Mengingat bawang putih mempunyai potensi baik dari rasa, gizi serta khasiatnya, ~nalca perlu dilakukan usaha untuk menghasilkan suatu produk yang tidak hanya diterima dari segi rasa, tetapi juga bermanfaat bagi tubuh.

B. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antitrombotik beberapa varietas bawang putill yang tumbuh di Indonesia.

(14)

11.

TINJAUAN

PUSTAKA

A. BAWANG PUTIFl

1.

Botani dan Kandungan Zat Gii Bawang Putih

Bawang (Allium) merupakan salah satu jenis tanaman dalam famili Liliaceae yang memiliki lebih dari 500 spesies. Diduga tanaman ini berasal dari Asia Tengah, Asia Barat dan Mediterania yang kemudian diusahakan secara meluas di daerah Asia yang beriklim tropis (Tindall, 1986). Di Indonesia tumbuh dan dikembangkan beberapa jenis bawang diantaranya bawang merah (Allium ascolonicum), bawang putih (Allium satvum, L.), bawang bombay (Allium cepa

Val-. cepa) dan bawang kucai (Allium schoenoprasum) (Soetomo, 1987).

Bawang putih umumnya diusahakan di daerah dataran tinggi dengan iklim kering. Tanaman ini memiliki daun yang pipih, lurus dan padat, sedangkan umbinya terbagi menjadi bagian kecil-kecil atau dalam bentuk tunggal yang dililidungi lapisan kulit (Tindall, 1986). Bawang putih dapat dipanen apabila tanda-tanda umur panen tanaman sudah terlihat yaitu bila 35-65 % daunnya sudah mengu~iing, ulnbi berhenti tumbuh dan menonjol di atas permukaan tanah serta ujung umbi mulai berwarlia kecoklatan. Umumnya bawang putih dipanen pada umur 105-120 hari (Purnomowati et al., 1992).

(15)

4

Sedangkan pemanenan yang terlambat akan memungkinkan timbulnya akar-akar sekunder selama penyimpanan (Wibowo, 1990).

Setelah dipanen bawang putih kemudian dikeringkan, dibersihkan dari kotoran, dikelompokkan menurut mut dan ukurannya kemudian disimpan atau langsung dipasarkan (Purnomowati et al., 1992).

Bawang putih diusahakan di berbagai daerah di Indonesia. Jenis bawang putih yang banyak dijumpai di Indonesia adalah Lumbu Ijo dan Lumbu Kuning yang merupakan varietas unggul, Lengkong, Cirebon, Tawangmangu, jenis llocos dari Philipina dan jenis Tl~ailand. Beberapa jenis bawang putih yang lain dapat ditemukan di berbagai daerah Indonesia. Tempi jenis-jenis lain itu berasal dari sumber yang sama. Diduga merupakan modifikasi dari yang sudah ada. Karena bawang putih diperbanyak dengan umbi secara terus menerus kernungkinan terjadi murasi sangat besar yang akan mengubah sifat-sifat bawang putih. Jenis Santong di Lombok misalnya, serupa dengan varietas Lumbu Ijo. Jenis Tawangmangu dan Cirebon serupa dengan varietas Lumbu Kuning (Wibowo,

1990).

Senira produksi bawang putih di Indonesia antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa timur, Bali dan Nusa Tenggara. Pada tahun 1989 , dari total produksi diseluruh wilayali Iiidonesia sebesar 107.407 ton, 42.344 ton (39.4 %)

dihasilkan didaerah Jawa Tengah, 23.669 ton (22 %) dari Jawa Tirnur, Jawa Barat sebesar 8.94 ton (8.3 %), Bali dan Nusa Tenggara sebesar 22.459 toll (20,9

(16)

tahun, tetapi masih jauh dari mencukupi kebutuhan di daam negeri. Untuk mencukupi kebutuhan bawang putih di dalam negeri sarnpai saat ini Indonesia memerlukan impor yang cukup besar. Kecenderungan peningkatan produksi dan konsumsi tampak pada Tabel 1. Diperkirakan jumlah konsumsi bawang putih di lndonesia akan terus meningkat dari tahun ke tahun (Purnomowati, et al., 1992).

Tabel 1. Perkernbangan produksi bawang putih di Indonesia, 1979-1985 (dalam ton).

Tahun Produksi lmpor Kaanrsl

Sumber : BPS (Purnomowati er al., 1992)

Nilai gizi bawang bervariasi untuk setiap jenis bawang serta bagian yang dirnakan. Menurut Fenwick dan Hanley (1985) faktor lain yang dapar

mem-

[image:16.547.99.506.284.435.2]
(17)

T a b e l 2 . X a n d u n g a n z a t g i z i umbi b a w a n g / 1 0 0 g bagian yang dapat d i m a k a n

.

b .putihl' b . m e r a h l ' b

.

b o m b a y " A i r ( m l ) 6 6 8 1 8 7 . 5 E n e r g i ( k a l ) 1 2 2 6 7 4 5 P r o t e i n ( g ) 7 1 . 9 1 . 4 L e m a k ( g ) 0 . 3 0 . 3 0 . 2 K a r b o h i d r a t ( g ) 2 5 1 5 1 0 . 3

S e r a t ( g ) 1.1 0 . 7

-

K a l s i u m ( m g ) 2 6 3 6 3 2 P h o s p o r ( m g ) 1 0 9 4 5 4 4 B e s i ( m g ) 1 . 2 0 . 8 0 . 5 V i t . A ( u g ) k e l u m i t k e l u m i t 5 0 V i t . E l ( m g ) 0 . 2 3 0 . 0 4 0 . 0 3 " ~ i n d a l l ( 1 9 8 6 )

."

S o e t o m o ( 1 9 8 7 )

2. Komponen Bioaktif Bawang Putih

Bawang-bawangan banyab mengandung senyawa belerang sebagai komponen cita rasa (Shagir et al., 1964; Wahlroos dan Vitanen, 1965). Hasil identifikasi menunjukkan bahwa seperiima kandungan minyak netralnya merupaltan senyawa belerang.

Wertheim (1844,1845) lelah mengisolasi beberapa senyawa volatil dari minyak bawang putih dengan destilasi uap, Senyawa tersebut terutama terdiri atas diallil disulfida dan sedikit dialil trisulfida serta diallil polisulfida. Bau khas bawang baru timbul bila jaringan tanaman tersebut terluka. Stoll dan Seebeck (1949) dalam penelitiannya pada bawang putih mendapatkan bahwa alliin yang terkandung dalam jaringan tanaman akan berubah menjadi allisin berdasarkan reaksi enzimatis. Pada reaksi ini enzim allinase akan bekerja terhadap alliin sehingga terbentuk allisin, piruvat dan amonia.

(18)

7

bawang kucai dan beberapa jenis bawang lainnya adalah S-(1 propeni1)-sistein sulfoksida yang akan terhidrolisis dengan cepat oleh enzim allinase secara hipotetis membentuk asam sulfonat, asam piruvat dan amonia. Selanjutnya asam sulfonat akan berubah lebih lanjut menghasilkann senyawa "lacrimatory" dan thiopropanal.5-oksida. Sedangkan pada bawang putih prekursor utamanya adalah S-(2-propeni1)- sistein sulfoksida yang oleh allinase terhidrolisis membentuk

2-

propenil propenethiosulfonat (allil thiosulfonat, allisin) (Freeman, 1979).

Jumlah senyawa belerang yang merupakan komponen cita rasa dalam bawang tergantung pada varietas, kematangan, kultur, kondisi lingkungan, dan metode dalam persiapan sampel (Shagir et al., 1965). Diallil dlsulfida adalah komponen utama dalam hancuran bawang putih yang terdapat pada "head spacr" (Brondnist et al., 1971). Bawang putih yang diekstrak dengan destilas~ u i menghasilkan diallil sulfida sebagai komponen utama. Bila diekstrak dengan etil alkohol dan air pada suhu ruang akan dihasilkan allisin dan bila diekstrak dengan etil alkohol murni pada suhu di bawah P C dihasilkan alliin (Block, 1985).

Komponen belerang yang dikandung bawang tidak hanya memberiltan flavor khas tetapi juga memiliki beberapa sifat sebagai senyawa biologis akt~f. Paavo Airola yang dikutip oleh Soetomo (1987) berhasil mengisolasi dan menemukan sejumlah komponen bio-aktif pada bawang putih. Senyawa bio-aktif tersebut antara lain (1) Allisin, yang bersifat antibakteri dan daya anti radang, (2) Alliin, bersifat antibiotik, (3) Gurwithrays, merangsang pertumbuhan sel tubuh dan mempunyai daya peremajaan pada sernua fungsi tubuh, (4) Antihemofillk

(19)

8

faktor, faktor anti lesu darah, (5)Scordinin, mempercepat pertumbuhan tubuh, menyembuhkan penyakit kardiovaskuler dan sebagai antioksidan, (6)Merilallil trisulfida, mencegah pengentalan darah (trombosis) yang dapat menyumbat pembuluh darah ke jantung dan otak.

Secara tradisional, bawang-bawangan dimanfaatkan sebagai pengawet. Sifat pengawet bawang terutama disebabkan oleh sifat antimikroba dari senyawa belerang yang terkandung seperti halnya alliin, allisin dan diallil disulfida dan sebagainya (Cavallito et aL.,1984; Stoll dan Seebeck, 1951). Selain itu juga sebagai antioksidan dan obat berbagai penyakit.

Khasiat bawang dalam pengobatan telah lama dikenal. Bangsa Mesir, Cina, dan India menggunakan bawang putih untuk mengobati berbagai penyaltit seperti keracunan, cacingan, tumor dan sebagainya. Aristoteles dan Hipocrates merekomendasikan bawang putih mengingat daya pengobatannya yang luar biasa (Block, 1985).

(20)

B. AGREGASI TROMBOSIT

1. Proses Pembentukan Trombosit

Secara alami, bila terjadadi perdarahan tubuh akan bereaksi mencegah kehilangan darah lebih lanjut. Proses penghentian perdarahan yang terjadi akibat trauma terputusnya integritas pembuluh darah disebut hemostasis (Mayes et al.,

1987). Ada beberapa sistem yang berperan dalam hemostasis yaitu sistem vaskuler, sistem trombosit dan sistem pembekuan darah (Oesman dan Setiabudy, 1992).

Apabila pembuluh darah mengalami luka, maka akan terjadi vasokonstrilcsi yang mula-mula secara reflektoris dan kemudian akan dipertahankan ole11 faktor lokal seperti 5-hidroksitriptamin (5-HT, serotonin) dan epinefrin. Vasokonstriksi ini akan mengurangi aliran darah pada daerah yang luka.

Aktivasi trombosit terjadi ketika lapisan endotel pembuluh darah rusak yang menyebabkan jaringan ikat di bawah endotel seperti serat kolagen, serat elastin dan membraii basalis terbuka. Aktivasi trombosit ini menyebabkan adesi trombosit daii pernbentukan sumbat trombosit. Di samping itu terjadi aktifasi faktor peinbekuan darah baik jalur intrinsik maupun jalur ekstrinsik yang menyebabkan peinbentukan fibrin.

(21)

10 beruball menjadi bulat dengan tepi yang tidak rata karena tonjolan yang disebut pseudopod (Wintrobe, 1981).

Di dalam trombosit metabolisme yang penting adalah metabolisme nukleotida dan metabolisme prostaglandin untuk menghasilkan energi dan menjalankan fungsinya. Nukleotida dalam trombosit terdapat dalam dua pool yaitu pool metabolik dan pool penyimpanan. Pool metabolik menyediakan kebutuhan energi untuk melaksanakan fungsi trombosit, sedangkan pool penyimpanan berisi ADP dan ATP yang tidak aktif dalam metabolisme dan dikeluarkan dalam proses "release" (Wintrobe, 1981).

Dalam metabolisme prostaglandin, fosfolipid dari membran trombosit diubah menjadi asam arakhidonat oleh fosfolipase, yang selanjutnya ole11 siklooksigenase diubah menjadi prosraglandin endoperoksida (PGG2 dan PGH2). Zat ini merupakan pelopor terjadinya tromboksan A2 (TXA2) dengan bantuan tromboksan sintetase. TXA2 ini penting dalam proses agregasi trombosit yang dalaln waktu singkat akan diubah menjadi tromboksan B2 (TXB2) yang lama berada dalam darah (Smith, 1980). Di dalam dinding pembuluh darah PGG2 dan PGH2 oleh pei~garuh mikrosom diubah menjadi prostasiklin (PG12). Zat ini menghainbat agregasi dan melebarkan pembuluh darah (Mielke dan Rodvien, 1978).

(22)

11 disusul dengan proses koagulasi, stabilisasi dan konsolidasi (Wintrobe, 1981). Pembentukan sumbat trombosit ini terjadi karena adanya kerusakan endotel sehingga terjadi kontak langsung antara trombosit denga jaringan sub endotel (Born dan Foulks, 1977).

Agregasi trombosit adalah peristiwa melekatnya trombosit dengan trombosit lainnya. Peristiwa ini terjadi bila trombosit mengalami perangsangan oleh satu atau lebih induktor. Banyak zat yang merangsang trombosit untuk beragregasi , baik yang berasal dari dalam (faktor endogen) maupun yang berasal dari luar (faktor eksogen). ADP yang berasal dari plasma darah, adanya virus, bakteri

,

endotoksin d a ~ i sel kanker termasuk faktor eksogen. Sedangkan yang termasuk faktor endogen adalah ADP yang dikeluarkan pada proses "release", juga serotonin, fibrinogen dan asam arakhidonat. Pada proses agregasi ini

diperlukan dikation misalnya ion Ca atau Mg dan fibrinogen (Day, 1978: Packham, 1983).

Menurut beberapa peneliti agregasi trombosit dapat terjadi rnelalui beberapa mekanisme yaitu efek langsung terhadap trombosit, pelepasan ADP dan serotonin dari granula trombosit, pembentukan prostaglandin peroksida (PGG2 da~i PGH2) dan TXA2 serta melalui aktivasi oleh "platelet activating factor "

(PAF) (Day, 1978; Packham, 1983).

(23)

12

kadar ion Ca rendah, kadar ADP yang rendah menimbulkan agregasi yang reversibel, sedangkan kadar ADP yang tinggi menimbulkan agregasi yang ireversibel karena pengeluaran isi granula dan aktivasi jalur arakhidonat. Kolagen, komplek anti gen-antibodi, virus, dan bakteri menimbulkan agregasi melalui pelepasan isi granula trombosit dan aktivasi jalur arakhidonat (Packham,

1983).

Bila trombosit mengalami aktivasi maka fosfolipase A2 akan diaktifl~an sehingga aka11 dilepaskan asam arakhidonat dari fosfolipid membran trombosit. Selanjutnya asam arakhidonat akan diubah menjadi PGG2 dan PGH2 oleh enzim siklooksigenase. Kemudian PGH2 akan diubah oleh tromboksan sintetase ineiljadi TXA2. TXA2 ini dapat merangsang agregasi trombosit (Marcus, 1983). TXA:! akan merangsang mobilisasi ion Ca dari tempat penyimpanannya. yang

\ ase. mengakibatkan pelepasan ADP dan penghambatan aktivitas adenilat sil-l Penghambatan adenilat siklase melibatkan penurunan kadar c AMP (Marcus, 1983). Konsep perangsangan trombosit serta akibatnya dapat diliihat pada Gambar 1.

(24)

Gambar 1. Konsep perangsangan trombosit serta akibatnya

[image:24.547.63.464.88.407.2]
(25)

14 kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan agregasi trombosit

,

tetapi mekanisme yang jelas belum diketahui.

2. Proses Pembekuan Darah

Proses pembekuan darah terdiri dari rangkaian reaksi enzimatik yang melibatkan protein plasma, fosfolipid, dan ion Ca. Lebih dari 30 substansi yang mempengaruhi proses pernbekuan darah. Mereka ditemukan di dalam darah dan jaringan lainnya, sebagai "procoagualan" dan "anticoagulan". Membeku tidaknya darah tergantung keseimbangan dari kedua substansi tersebut (Guyton, 1964).

Menurut Guyton (1964) proses pembekuan darah melalui tiga taliapan dasar yaitu: (1) Suatu substansi yang disebut tromboplastin akan dibebaskan ltetika suatu jaringan teriuka. (2) Tromboplastin tersebut akan menginisiasi suatu rangkaian reaksi kimia daiam plasma yang mengubah protrombin menjadi trombin. (3) Trombin melakukan aktivitas sebagai enzim mengubah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin yang akan mengikat sel darah merah, platelet dan plasma membentuk suatu bekuan yang disebut trombus. Berbagai faktor pembekuan (Tabel 3) turut mengambil bagian.

(26)

menjadi enzim. Jadi mula-mula faktor pembekuan darah bertindak sebagai

substrat dan kemudian sebagai enzim (Oesman dan Setiabudy, 1992).

Tabel 3. Faktor-faktor pembekuan darah '

Faktor Nama

I Fibrinogen

I1 Protrombin

I11 Faktor jaringan

IV Ion Ca

V Proakselerin

VI -

VII Prokonvertin

VIII Faktor Anti Hemofili (AHF)

IX Komponen tromboplastin plasma

X Faktor Stuart

XI Anteceden Tromboplasti~i Plasma (PTA)

XI1 Faktor Hageman

XI11 Faktor penstabil fibrin (PSF)

. High Moleculer Weight Kininogen (HMWK)

Pre Kallikrein (PK) Tortura dan Anagnosrakos (1990)

[image:26.550.111.489.177.437.2]
(27)

INTRINSIT

Kerusakan

EKSTRINSIT

Jaringan rusak

:.

1

yaktor jaringan (TF)

1

VII ter- <-

VII

-

> VII ter- aktivasi

X > X terak-

X ter- <-

x

aktivasi

V

AKTIVATOR PROTROMBIN

Y

G a m b a r 2. Proses p e m b e k u a n d a r a h (Tortora dan Anaq- n o s t a k o s , 1990)

TABAP 2

I

XI11 PROTRONBIN '> TROMBIN

TAh'AP 3 FIBRINOGEN ->

+

BENANG-BENANG BENANG FI- [image:27.540.83.498.66.635.2]
(28)

17

Menurut Guyton (1964) pada dasarnya pembekuan darah terjadi karena dua ha1 yaitu: (1) Permukaan pembuluh darah yang kasar (kemungkinan dikarenakan arterosklerosis, infeksi atau luka) yang menyebabkan melekatnya platelet dan selanjutnya menginisisasi pembekuan darah (2) Darah kadang-kadang membeku ketika mengalir sangat lambat melalui pembuluh darali yang mengakibatkan konsentrasi faktor-faktor pembekuan meningkat cukup tinggi untuk lnenginisiasi koagulasi.

Pembekuan darah merupakan proses autokatalitik dimana sejumlah enzini yang terbentuk pada tiap reaksi akan menimbulkan enzim dalam julnlah besar pada reaksi selanjutnya. Oleli karena icu perlu ada lnekanislne kontrol untuk mencegah aktivasi dan pemakaianfaktor pembekuan darah secara berlebiliaii yaitu melalui aliran darah, mekanisme pelnbersihan (clereance) seluler dan inhibitor alamiah (Oesman dan Setiabudy, 1992).

Aliran darah akan menghilangkan dan mengencerkan faktor pembekuan darah yang aktif dari tempat luka. Di samping itu faktor pembekuan darah yang aktif akan dibersihlcan dari sirkulasi darah oleh hati. Sel retikuloendotial pada hati berperan dalam menghilangkan F IXa,

F

Xa dan F VIIa (Oesman dan Setiabudy, 1992).
(29)

18 3 (AT 3), alfa-2 makroglobulin, C1 esterase inhibitor, alfa-1 antitripsin dan protein C (Oesman dan Setiabudy, 1992).

AT 3 memegang peranan penting dalam mekanisme kontrol karena disamping menghambat aktivitas trombin, juga menghambat F XIIa, F XIa, F Xa,

F IXa, F VIIa, plasmin dan kallikrein. AT 3 disebut juga kofaktor heparin karena heparin tidak dapat bekerja tanpa AT 3, sebaliknya aktivitas AT 3 akan diperbesar dengan adanya heparin.

C1 inhibitor mempunyai fungsi utama menghambat F Xla, F Xla dan kallikrein. Alfa-1 antitripsin adalah inhibitor protease yang paling tinggi kadarnya di dalam plasma serta berperan menginaktifkan trombin, F Xla, kallikrein dan

HMWK.

Protein C berperan dalam menginaktifkan F Va dan F VIIa. Protein C

beredar dalam bentuk tidak aktif dan akan diaktifkan oleh trombin dengan adanya kofalctor trombomodulin yang dikeluarkan oleh sel endotel. Protein C yang aktif akan memecah faktor Va dan F VIIIa menjadi bentuk yang tidak aktif.

Tortora dan Anagnostakos (1990) menjelaskan bahwa walaupun dalam tubuh manusia terdapat mekanisme antikoagulan tertentu untuk mengontrol pembekuan darah, namun pembekuan darah masih dapat terjadi dalam sistern peredaran darah (kardiovaskuler). Bila terjadi penyumbatan aliran darah ke organ-organ fital akibat adanya bekuan darah dapat rnenyebabkan stroke.

Beberapa jenis antikoagulan buatan telah diproduksi. Antikoagulan ini

(30)

19 kerjanya menghambat proses pembekuan darah. Berdasarkan mekanisme kerjanya antikoagulan buatan ini dapat dibagi 3 kelompok yaitu yang bekerja pada jalur prostaglandin, yang bekerja dalam meningkatkan c AMP dan yang bekerja langsung pada membran trombosit (Setiabudy, 1996).

Obat yang bekerja pada jalur prostaglandin dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu penghambat fosfolipase contohnya trifluoperazin, flurazepam dan mepakrin (Smith, 1980), penghambat siklooksigenase contohnya aspirin (Hoak, 1983), penghambat tromboksan sintetase contohnya simetidin dan dazoksiben (Barradas,

1985).

Obat yang bekerja dengan meningkatkan c AMP adalah perangsang adenilat siklase, contohnya prostaglandin El (PGEI) (Moncada dan Vane 1978). dan penghambat fosfodiesterase contohnya dipiridamol dan papaverin (Packham. 1983). Sedangkan obat yang bekerja langsung terhadap membran tro~nbosir contohnya tiklopidin dan ekstrak bawang putih (Bruno, 1983; Apitz- Castro er ai.,

(31)

A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang putih dari beberapa varietas yaitu varietas Jawi yang berasal dari Tawangmangu (Solo), varietas Lengkong dari Kretek (Wonosobo), Lumbo Ijo dari Ciwidey (Bandung), varietas lokal dari Padang (Sumatera Barat) dan Belu (Nusa Tenggara Timur). Bahan baku bawang putih dipilih dari daerah sentra produksi bawang putih di

Indonesia.

Bahan kimia yang digunakan untuk persiapan sampel dan analisis antara lain metanol, dietil eter, KMnO,, Na,SO,, KI, dan Na,S,O,.

Untuk pemeriksaan agregasi trombosit digunakan Platelet Rich Plasma (PRP) dan Platelet Poor Plasma (PPP) darah kelinci ras white New-Zealand, dengan jenis penginduksi ADP.

2. Alat

(32)

1. Persiapan Sampel

Pada penelitian ini sampel bawang putih disiapkan dalam bentuk ekstrak dengan cara mengekstrak 200 gram bawang putih segar dengan metanol. Kemudian dievaporasi pada suhu 50°C dalam keadaan vakum. Hasil evaporasi diekstralc kembali dengan dietil eter. Fase eter dicuci dengan air destilata dan ditambahkan an-hidrous sulfat untuk menghilangkan airnya. Setelah dievaporasi kembali kemudian liasilnya dilarutkan dalam metanol dan disimpan pada suhu -20°C (Apitz- Castro et al., 1986). Prosedur penyiapan ekstrak bawang putih selengkapnya dapat dililiat pada Gambar 3.

Elcstrak bawang putih ini kemudian dianalisis aktivitas anti-trombotik, jumlali komponen pembentuk senyawa volatil dengan alat VRS dan analisis profil kompoiien aktif bawang dengan kromatografi gas. Untuk bawang putih utuh dianalisis kadar airnya.

a. Alctivitas Antitrombotik

Pengujian aktivitas antitrombotik dilakukan dengan cara in-vitro

(33)

penambahan agregator maka trombosit akan beragregasi dan mengendap sehingga transmisi cahaya meningkat.

BAWANG PUTIH

7

DIKUPAS

e

SARINGAN VAKUM

'i-

LABU PISAH

'r'

FILTRAT

IT&-,

LABU PISAH

7

FILTRAT

i-'

EVAPORATORVAKUM SUHU RUANG

EKSTRAK BAWANG PUTIH

+

[image:33.540.86.490.151.577.2]

I

D1Sl3LPXS PXD.4 SUHU -70°C

I

(34)

23

Pemeriksaan agregasi trombosit menggunakan aiat Aggrecoder Daiichi PA 3210. Cara pemeriksaan agregasi trombosit adalah sebagai berikut : Darah kelinci sebanyak

9

mi dicampur dengan 1 ml Sodium sitrat 0.109 M. Campuran ini kemudian disentrifuse dengan kecepatan 1000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan PRP (Platelet Rich Plasma). Supernatan diambil dan sisa darah disentrifuse lagi dengan kecepatan 2500 rpm selama 10 menit untuk

mendapatkan Platelet Poor Plasma (PPP).

sup=rna:zn

< 5 0 u l PRP

1 6 0 r 9 / 1 0 '

c a r a n s l c r a t

L.

xuo.mrt,n

2 0 0 0 r

*/

10 ' [image:34.544.92.443.296.661.2]

500 ul PPP

(35)

24 Kemudian diambil PPP sebanyak 500 ul, dimasukkan ke dalam kuvet dan ditempatkan dalam "optical chamber" dari aggrecoder. Tomb01 PPP ditekan untuk menentukan transmisi 100% dan kuvet diangkat kembali. Selanjutnya diambil PRP sebanyak 440 ul dan ditambahkan 10 ul ekstrak-metanol bawang putih. Sebagai blanko PRP sebanyak 440 ul ditambahkan 10 ul PPP ditempatkan di kuvet lain dan ditempatkan di dalam "optical chamber". Dilihat apakah tampak tanda panah ke atas pada layar. Bila tak tampak, kuvet diangkat dan diinkubasi selama 90 detik. Ke dalam kuvet ini dimasukkan sebutir magnet yang berfungsi sebagai pengaduk. Bila tampak tanda panah ke atas berarti jumlah trombosit lebih banyak dari 500.000 per ul sehingga PPP perlu diencerkan dengan PPP sampai tanda panah tak tampak.

Setelah diinkubasi, maka kuvet diletakkan kembali pada "optical chamber" dan segera ditambahkan larutan kerja ADP 10 uM. Setelah 10 menil akan diperoleh hasil berupa kurva. Pada kertas rekaman ini pula tertera absorbansi PRP, persen aggregasi maksimum dan waktu yang dibutuhkaii untuk inencapai agregasi maksimum.

b. Seuyawa Volatil Pereduksi (Volatil Reducing Substance, VRS)

(36)

25 40 menit. Setelah aerasi, semua KMNO, dipindahkan ke dalam erlenmeyer dan dibilas dengan air destilata kemudian ditambahkan

5

ml H,SO,

6

N dan 3 ml KI 20 %. Selanjutnya dititrasi sampai warna menjadi kuning, lalu ditambah indikator amylum, titrasi kembali dengan Na,SO, 0.02 N sampai warna biru hilang.

Selain contoh juga dilakukan titrasi terhadap blanko. Kadar VRS diliitung dengaii rumus :

VRS = (bl-c) x

N

x 100 ---

b

Dimana VRS = Volatil Reducing Substance (meq/1000 g)

bl = jumlah larutan Na,S,O, titrasi blank0 (ml)

c = jumlah larutan Na,S,O, titrasi contoh (mi)

b = berat contoh (g)

N = normalitas larutan Na,SzOj

c. Analisis Profd Kon~ponen Aktif Bawaiig

(37)

26

senyawa bioaktifnya. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat Kromatografi Gas "Shimadzu" GC-9AM dengan recorder "Shimadzu" CR-6A.

Ekstrak bawang putih yang dipilih disuntikkan pada alat kromatografi gas dengan FID (Flame Ionization Detector), menggunakan fase stasioner kolom DEGS (Diethylene Glycol Succinate), fase cair 5 % Carbowax 20 M dengan fase pendukung Chromosorb 5-HP. Suhu oven diprogram 40-180°C (peningkatan 5°C per menit) dengan suhu injektor 225OC. Gas pembawa yang digunakan adalah Helium.

d . ICadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengall metode destilasi (Fardiaz

er

al., 1986). Air dikeluarkan dari contoh dengan cara destilasi azeotropik konrinyu menggunakan pelarut Xilena. Air dikumpulkan dalam tabung penerima dan volume air yang terkumpul dapat diketahui.

Kadar Air = V/W

x

100%

Dimana V = Volume air yang terdestilasi (ml)

W

= Jumlah contoli yang diambil (g)

Rendemen hasil ekstraksi diperoleh 'dengan cara menimbang hasil

(38)

IV. H A S U DAN PEMBAFIASAN

Pengujian aktivitas anti trombotik dalam penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan agregasi trombosit menurut cara Born (1963) yairu berdasarkan perubahan transmisi caliaya. Sedang agregator yang digunakan adalah ADP. Menurut Priyana (1986) pemeriksaan agregasi trombosit dengan cara inilah yang paling sering dipakai.

(39)
[image:39.550.78.496.80.416.2]

Gambar 5. Tipe kurva agregasi dengan beberapa konsentrasi ADP a. konsentrasi rendah

b. konsentrasi sedang

c. konsentrasi tinggi

(40)

28 monofasik, sedangkan yang ditambahkan ekstrak-metanol bawang putih akan dihasilkan

[image:40.544.39.495.159.388.2]

kurva yang reversibel dimana agregasi akan diikuti deagregasi (Gambar

6).

Gambar 6. Kurva agregasi darah

a). Ditambah ekstrak-metanol bawang putih b). Blanko

Y *

Z

o w m

0 - 0 7 m -

,xi

.

I-.

-

.'K

-

r 9

0 0

-

-

w lX a >t ;v m - +i

0

. r m -

. . .

m.

J

Xr.9

-

GCc4 a

-

r

9 .

I 8 1 )

7

9 LO In

Q rL 9

a 7 7 ,m-

u . .

W l r W 9

C 19

r xr77 13-

13 0

-

.v

Selain dengan melihat bentuk kurva agregasi, efek penghambatan ekstrak-metanol bawang putih terhadap agregasi trombosit dapat dilihat dari persentase agregasi maksimum. Persentase agregasi maksimum ini berkorelasi negatif terhadap konsentrasi ekstrak-metanol bawang putih yang ditambahkan. Semakin besar konsentrasi ekstrak- metanol bawang putih yang ditambahkan persentase agregasi illaksimum akan menjadi semakin kecil (Gambar 7). Hal ini disebabkan jumlah komponen yang bersifat anti- agregasi semakin besar dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak-inetanol bawang putih pada tiap-tiap varietas.

19 N 3 ul 0) QI

-

C

...

9

..

..

-

.: .

-

/--:-J

'.

.

.

--

(41)

29

Persentase agregasi

/ Y S - S I . ~ ~ - ~ O S . O X . r-0.87 1

0.05 0.1 0.15 0.20 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45

Konsentrasi

(mg/ml

PPP)

[image:41.544.38.494.83.399.2]

-6- Y 2 (lokal Padang) + Y 5 (lokal Beiu)

Gambar 7 . Grafik hubungan agregasi maksimum dengan konsentrasi ekstrak-metanol bawang putih

(42)

Tabel 3. Konsentrasi ekstrak-metanol bawang putih minimum untuk menghambat agregasi trombosit 50 %

(D,,).

Varietas D,, (mg/ml PPP)

Jawi 0.035

Lokal Padang 0.048

Lumbu Ijo 0.115

Lengkong 0.117

Lokal Belu 0.160

Dengan melihat hasil tersebut diatas ternyata bawang putih dapat mengurangi kecenderungan trombosit untuk beragregasi. Hal ini dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung koroner.

Ekstrak bawang putih secara selektif menghambat pembentukan platelet tromboksan tanpa menghambat sintesis prostasiklin. Tromboksan diproduksi terutama dalam platelet. Tromboksan ini mempunyai kemampuan sebagai inducer penggumpalan darah dan zat yang mengerutkan pernbuluh darah. Sedangkan prostasiklin diproduksi di dalam sel pembuluh darah (sel endotial) dan mempunyai kemampuan sebagai zat anti agregasi platelet. Keseimbangan diantara keduanya membantu lancarnya aliran darah dan mencegah pembentukan trombus. Menurut Setiabudy (1986) ekstrak bawang putih termasuk antikoagulan yang bekerja langsung terhadap membran trombosit. Ekstrak bawang putih ini mungkin mempengaruhi sifat fisiko kimia membran trombosit sehingga mengganggu interaksi antara induktor dengall reseptor.

[image:42.547.70.499.123.245.2]
(43)

31

Perbedaan aktivitas antitrombotik pada kelima varietas bawang putih yang diuji kemungkinan disebabkan jumlah komponen dengan sifat antitrombosit yang juga merupakan komponen rasa berbeda. Menurut Kohman (1952), Drawert et al., (1982) dan Mazza et al., (1980) kecepatan pembentukan senyawa volatil aroma tergantung pada tingkat kerusakan jaringan. Selain itu menurut Drawert et al., (1982) yang meneliti dinamika dari biogenesis flavor bawang putih menggunakan teknik ekstrak cair didapatkan variasi dalam konsentrasi masing-masing komponen yang berhubungan langsung dengan waktu inkubasi.

B. KADAR AIR DAN RENDEMEN

Dari Gambar 8 dan 9 tampak bahwa kadar air dan rendemen dari keliina varietas yang diuji sangat bervariasi. Nilai kadar air berkisar antara 51.5%

-

62.2%, sedangkan rendemen berkisar antara 0.06 - 0.18 g/100 g bawang putih mentah.

Dengan melihat data tersebut nampak tidak ada korelasi (baik positif maupun negatif) antara kadar air dengan rendemen. Kadar air yang lebih rendah tidak selalu diikuti dengan jumlah rendemen yang besar. Demikian pula tampak tidak ada korelasi antara rendemen dengan yang dihasilkan dengan kemampuan aktivitas antitroinbotik. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan aktivitas antitrombotik dari suatu varietas bawang putih sama sekali tidak tergantung jumlah rendemen hasil ekstraksi.

(44)
[image:44.544.84.455.79.335.2]

Gambar 8. Kadar air beberapa varietas bawang putih

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa bawang putih varietas Jawi yang mempunyai aktivitas antitrombotik tertinggi, memerlukan bawang putih dalam jumlah terkecil untuk mendapatkan D,,. Sedangkan varietas Lengkong memerlukan bawang putih yang relatif lebih sedikit dibandingkan varietas lokal Padang dan varietas Lumbu Ijo yang mempunyai aktivitas antitrombotik lebih tinggi (D,, lebih kecil).

Tabel 5. Jumlah bawang putih yang diperlukan untuk mendapatkan D,,.

Varietas Jumlah bawang putih (gram)

Jaw i 3.21

Lokal Padang 5.40

Lumbu Ijo 5.22

Lengkong 4.69

[image:44.544.61.495.584.700.2]
(45)

33 Denganasumsi trombosit dapat beragregasi dengan sempurna (100 %), bawang putih sebanyak 5.4 gram pada varietas lokal Padang, mampu menghambat terjadinya agregasi trombosit sebesar 50 %. Dalam jumlah yang sama (5.4 gram), varietas Lumbu Ijo akan menghambat agregasi trombosit sebesar 50.4 % sedangkan varietas Lengkong akan menghambat agregasi trombosit sebesar 52 %. Dengan demikian dari kelima varietas bawang putih yang diuji, varietas Jawi mempunyai potensi terbaik untuk dimanfaatkan dalam pengolahan lebih lanjut, diikuti varietas Lengkong, Lumbu Ijo, lokal Padang serta varietas lokal Belu. Namun demikian beberapa fakror lain seperci harga dan ketersediaan bawang putih perlu dipertimbangkan.

Garnbar 9 . Rendemen ekstrak beberapa varietas

(46)

34 Menurut Saghir et al., (1965) jumlah senyawa sulfur yang merupakan komponen cita rasa dalam bawang tergantung pada varietas, kematangan, kondisi lingkungan dan metode dalam persiapan sarnpel. Selain itu perbedaan konsentrasi masing-masing komponen bawang erat hubungannya dengan tingkat kerusakan jaringan (Kohman, 1952; Mazza et al., 1980) dan waktu inkubasi (Drawert et al., 1982).

C. SENYAWA VOLATIL PEREDUKSI (VOLATLL REDUCING SUBSTANCE, VRS)

[image:46.544.81.448.358.607.2]

Hasil pengukuran senyawa volatil pereduksi dari ke lima varietas bawang putih yang diuji menghasilkan nilai berkisar 3225.17 - 10353.32 meqlgram (Gambar 10).

Gambar 10. Kandungan senyawa volatil pereduksi

(47)

35

Dari data tersebutnampak tidak ada korelasi antara kandungan senyawa volatil pereduksi dengan kemampuan antitrombotik bawang putih. Dari beberapa penelitian yang telah dilaporkan diketahui bahwa komponen dalam bawang putih yang mempunyai sifat antitrombotik, tidak semuanya bersifat volatil, dan sebaliknya komponen volatil yang terdapat dalam bawang putih tidak semuanya mempunyai sifat antitrombotik.

Pada pengukuran senyawa volatil pereduksi (VRS) digunakan sampel yang mengandung metanol. Metanol diketahui dapat dioksidasi membentuk metanal dan oksidasi selanjutnya membentuk asam metanoat. Selain itu metanol dapat bereaksi dengan logam Natrium atau Kalium membentuk senyawa metanolat (Anshory, 1987). Dalam analisis senyawa volatil pereduksi ini digunakan pereaksi KMnO, yang bersifat sebagai oksidator kuat, sehingga selain mengoksidasi senyawa volatil pereduksi dalam bawang putih, senyawa ini juga bereaksi dengan metanol, sehingga mempengaruhi nilai

VRS yang terukur.

(48)

36

D. PROFIL S E W A W A

VOLATIL

BAWANG

PUTM

Komponen volatil yang terdapat pada bawang putih sebagian besar adalah senyawa- senyawa belerang. Jumlal~ senyawa belerang ini tergantung pada varietas, kematangan, teknik budidaya, kondisi lingkungan dan metode persiapan sampel (Brodnitz et al.,

1971). Untuk mengetahui secara kualitatif komponen volatil yang terdapat dalam ekstrak-metanol bawang putih digunakan standar, berupa campuran senyawa-senyawa murni yang disuntikkan pada gas kromatografi. Kromatogram dari senyawa standar dapat dilihat pada Gambar 11, dimana senyawa dengan waktu retensi 11.592, 21.792 dan 28.525 menit diketahui berturut-turut sebagai diallil monosulfida, diallil disuifida dan diallil trisulfida. Puncak-puncak yang muncul pada kromatogram akan keluar berdasarkan titik didih dan berat molekul. Semakin rendah titik didih dan berat molekul suatu senyawa, puncaknya akan keluar terlebih dahulu.

Berdasarkan kromatogram standar dan beberapa referensi, ditentukan komponen volatil yang terdapat dalam ekstrak bawang putih untuk varietas Jawi dan varietas lokal Belu yang merupakan varietas dengan aktivitas antitrombotik tertinggi dan terendah. Berdasarkan luas area pada kromatogram (Gambar 13 dan 14) diperoleh konsentrasi senyawa penyusun ekstrak bawang putih tersebut (Tabel 6).

(49)

37 putih varietas Jawi dan varietas Belu, dalam bawang Jawi persentasenya lebih besar

(Tabel 6 ) . Hal inilah yang mungkin menyebabkan ekstrak-metanol bawang putih Jawi mempunyai aktivitas antitrombotik yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak- metanol bawang putih varietas Belu. Namun ha1 ini perlu dikaji lebih lanjut sebab pada analisis senyawa volatil pereduksi

(VRS)

didapatkan bahwa tidak ada korelasi antara nilai VRS dengan sifat antitrombotik. Oleh karena itu perlu dikaji adanya senyawa non volatil yang bersifat antitroinbotik, seperti ajoene. Ajoene menurut (Block 1985) juga merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas antitrombotik, namun senyawa ini tidak terdeteksi dalam analisis dengan menggunakan kromatografi gas.

Tabel 6. Persentase kompone~i senyawa volatil bawang putih

No. puncak N a m a var. jawi (%) var. Belu ( % )

1. Diallil monosulfida 1.24 1.26

2. Metil allil disulfida 4.44 2.50

3. Diallil disulfida 6.98 2.03

4. Metil allil trisulfida 1.64 0.34

5. 3-vinil-(4H)-1.2-ditiin 19.15 17.49

6. Diallil trisulfida 42.90 32.91

7. 2-vinil-(4H)-1,3-ditiin 15.57 8.47

[image:49.544.65.493.382.529.2]
(50)

38 dipastikan kedua senyawa tersebut ada dalam ekstrak-metanol bawang putih yang diuji aktivitas anti trombotiknya.

Menurut Block (1985) allisin akan terdekomposisi dengan sendirinya membentuk asam 2-propene-sulfonat dan thioacrolein. Kodensasi dari dua molekul asam 2-propene- sulfonat akan membentuk kembali allisin. Kondensasi dari dua molekul thioacrolein menghasilkan dua macam komponen siklik, yaitu 2-vinil-(4H)-1,3-dithiin dan 3-vinil- (4H)-1,2-dithiin. Dekomposisi allisin juga dapat terjadi apabila 3 molekul allisin bergabung dan menghasilkan dua molekul

4,5,9-tritl1iadodeka-1,6,11-triene-9-oksida

(51)

-

(52)

STD

A

. .

Keternngau: 1. DiaW mauosulfid 2. hfefil allil dinulfid 3. DiaW disulfid 4. Metil allil trisulfid

5. 3-viuil-(4H)-1,2-dit&

6. DiaW triwlfid

7. 2-viuil-(Jhl-1.3-dit&

[image:52.540.68.471.144.587.2]

\valitu retensi (menit)

Gambar 12. Pola kromatogram dari referensi a. Yu et a1.,1989

(53)
[image:53.540.76.524.67.734.2]

Gambar 13. Kromatogram kromatografi gas ekstrak bawang putih varieras jawi

Kctcraugati:

1. Diallil menosullid

2. Xlctil ifllil disidfid 3. Diallii disldfid

*

-

S

-

.,

-

S

-

;1

-

-

-

-

-

-

-

-

'li P

-

.:*JK "3 4. hletil ;Illit trisalfid

A*.?.

.T.hF. 5. 3-vbd-(4H)-l,2-6ilhru1

. . .

6 . l)iallil trisllltid

.;,,...> 7

7. 2-~i11iI-(Jh)-1,34I!liiu

x

I 3

10 20 30

(54)

10 20 30

[image:54.540.92.522.72.700.2]

walitu retensi (menit)

Gambar 14

.

Kromatogram kromatografi gas ekstrak bawang
(55)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pengujian aktivitas antitrombotik terhadap lima varietas bawang putih dilakukan dengan cara

in-vitro

menggunakan platelet darah kelinci.

Agregator

yang digunakan adalah ADP dengan kadar 10 uM. Hasil analisis dari data yang diperoleh didapat bahwa konsentrasi minimum ekstrak bawang putih untuk menghambat agregasi trombosit sebesar 50 % (D,,) dari varietas Jawi sebesar 0.035 mglml PPP, varietas lokal Padang sebesar 0.048 mglml PPP, varietas Lumbu Ijo sebesar 0.115 mglml PPP serta varietas Lengkong dan lokal Belu masing-masing sebesar 0.116 dan 0.160 mglml PPP.

Jumlah bawang putih yang diperlukan setiap varietas untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak bawang putih minimum yang dapat menghambat agregasi trombosit sebesar 50 %

(D,,) dari varietas Jawi, lokal Padang, Lumbu Ijo, Lengkong dan lokal Belu secara berurutan adalah 3.21 gram, 5.40 gram, 5.22 gram, 4.69 gram dan 15.46 gram.

Kadar air dari kelima varietas bawang putih yang diuji berkisar antara 51.5 - 62.2 '

%. Sedangkan rendemen ekstrak-metanol yang dihasilkan berkisar antara 0.06 - 0.18 mg1100 gram. Dari data kadar air, rendemen ekstrak-metanol dan aktivitas antitrombotik nampak tidak ada korelasi (baik positif maupun negatif) antara kadar air dan rendemen ekstrak-metanol maupun rendemen ekstrak-metanol dengan kemalnpuan aktivitas antitrombotik.

(56)

44

antara nilai VRS dengan kemampuan aktivitas antitrombotik. Nilai VRS yang tinggi pada bawang putih tidak selalu mempunyai kemampuan aktivitas antitrombotik yang tinggi.

Dari analisis profil senyawa volatil aktif bawang diduga bahwa penyebab perbedaan kemampuan aktivitas antitrombotik dari ke lima varietas bawang putih yang diuji adalah perbedaan persentase komponen dalam bawang putih yang mempunyai sifat antitrombotik. Dua varietas bawang putih yang disuntikkan pada alat kromatografi gas, yaitu varietas Jawi (aktivitas trombotikliya tertinggi) dan varietas lokal Belu (aktivitas antitrombotik terendah) ~neliunjukkan persentase senyawa aktif bersifat antitrombotik (metil allil trisulfida, vinil ditiin, diallil trisulfida) pada varietas Jawi lebih besar dari varietas lokal Belu.

Berdasarkan kemampuan aktivitas antitrombotik (nilai D,,) dan jumlali bawang putih yang diperlukan untuk mendapatkan D,,, bawang putih varietas Jawi dan Lengkong mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dalam pengolahan lebih lanjut.

B. SARAN

(57)

DAFTAR

PUSTAKA

Ariga, T., Oshiba, S. and Tamada, T. 1981. Platelet aggregation inhibitor in garlic. Lancet. 1: 150.

Apitz-Castro, R., J. Escalante, R., R. Vargas and M.K. Jain. 1986. Thromb. Res., 42:303.

Baraas,

F.

1993. Tentang Kolesterol, Upaya Menuju Jantung Sehat. Data Jan- tung Indonesia. Jakarta.

Bernhard, R.A. 1968. Comparative distribution of volalile aliphatic dishulpides derived from fresh and dehidrated onions. J. Food Sci. 33: 298.

Belman, S. 1983. Carcinogenesis, 4(8): 1063.

Block, E. 1985. The chemistry of garlic and onions. Scientific American. March. : 94-95.

Boelens, M., devalois, P.J., dan van der Gern, A. 1971. Volatile flavor corn- pounds from anion. J. Agr. Food Chem. 19 : 984.

Bordia, A. 1978. Effect of garlic on human platelet aggregation in-vitro. Atherosclerosis. 30:355.

Born, G.V.R. and M.J. Cross. 1963. The aggregation of blood platelet. J. Phys- iol., 168: 95-175.

Born G.V.R. and Foulk J.G. 1977. Inhibition by a stable analogue of adenosine triphosphat of platelet aggregation by adenosine diphosphat. Br.J. of Pharmac. 61: 9.

Brodnist, M.H., J.V. Pascale, dan L.V. Derslice. 1971. Flavour components of garlic extract. J. Agr. Food Chem. 19(2): 273-275.

Bruno J.J. 1983. The mecanism of action ticlopidine. Throm Res. Suppl. IV : 59-67.

Byrne J.J. 1977. Platelet and diabetes mellitus. The New England J. Med. 297 :

7 .

Cadwell, D.R. and Danzer

,

C.J. 1988. Effect of allil sulfides on the growrli of predominan gut anaerobes. Curr Microb. 16: 273.
(58)

Day. 1978. Platelet and endothelial cell participation in hemostasis and throm- bosis.Di dalam : Mielke and Rodvien R. (eds.). Mechanism of Hemosta- sis and Thrombosis. Is' ed. Stratton Intercont Med Book Corp. New York.

Fardiaz, D., Anton A., Sedarnawati

Y.,

Slamet B., Ni Luh P. 1986. Penuntun Praktikum Analisa Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakul- tas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Freeman, G.G. 1979. Factor Affecting Flavour during, Growth, Storage, and Processing of Vegetables. Di dalam: D.G. Land dan H.E. Nursten (eds.). Progress in Flavour Research. Applied Science Publ. Ltd, Lon- don.

Fenwick, G.R. and A.B. Hanley. 1985. The genus Allium part

2.

C.R.C. Crit. Rev. Food Sci. Nutr., 22: 273.

Galetto, W.G., dan Bednarzyk, A.A. 1975. Relative flavor contribution of in-

dividual volatile of onion (Alliun cepa). J.Food Sci. 40 : 1165.

Guyton, A.C. 1964. Medical Physiology. W.B. Saunders Company, Philadel- phia.

Harker L.A. Zimmerman. 1983. Measurement of Platelet Function. Churchill Livingstone, New York. 1-24.

Hoak J. 1983. Mechanism of action aspirin

.

Throm Res. Suppl IV: 47-51. Irfan Anshory. 1988. Penuntun Pelajaran Kimia untuk kelas 3 SMA. Ganexa

Exact. Bandung.

Kohman , E.F. 1952. Onion pungency and onion flavor.. Their chemical deter- mination. Food Thechnol. 6: 288.

Kyriakides, L.M., Z. Sinakos and D.A. Kyriakides. 1985. Phytochemistry, 24(3) :600.

Lawson, L.D., J. Wang, and G. Hughers. 1991. Identification and HPLC quantitation of the sulfides and dialk(en)yl thiosulfinat in comercial gar- lic product. Planta Med. 57:363.

Mazza, G., Lemaguer and Hadzier

,

D. 1980. Headspace sampling procedures for onion (Allium cepa L.) aroma assesment

.

Cem. Inst. Food Schi. Tech. J. 13-87.

Marcus A.J. 1983. Platelet Arachidonic Acid Metabolism. D i dalam : Harker L.A. and Zimmerman (eds.) Measurement of Platelet Function. 1" ed. Churchill Livingstone.

(59)

Nakata, T. 1973. Effect of fresh garlic extract on tumor growth

.

Nihon Eisei- gaka Zasshi. 27 :438.

Moncada S., Vane J.R. 1978. Unstable metabolites of arachidonic acid and role in haemostasis & thrombosis. Brit Med Bull. 34: 129.

Oesman dan R. Setyabudi. 1992. Fisiologi Hemostasis dan Fibrinolisis. Di dalam Setyabudi,

R.

Hemostasis dan Fibrinolisis. Kumpulan Makalah Seminar. Bagian Patologi Klinik FKUII RSCM. Jakarta.

Pacham, MA. 1983. Platelet function inhibitor. Thromb Hemostasis. 50: 610. Priyana, A. 1986. Agregasi Thrombosis Terhadap ADP Pada Orang Indonesia

Dewasa Normal. Laporan Penelitian. Bagian Patologi Klinik FKUI- RSCM, Jakarta.

Purnomowati, S, Sri Hartinah dan Retno Sumekar. 1992. Bawang Putih: Ke- gunaan dan Prospek Pemasaran. Pusat Dokumentasi dan Inforlnasi I I -

miah, LIPI. Jakarta.

Secyabudi, R. 1986. Obat Penghambat Agregasi Trombosit. Makalah Serni- nar. Bagian Patologi Klinik FKUI/RSCM. Jakarta.

Stoll, A. and E. Seebeck. 1949. Helv. Chem. Acta, 32 : 197

Stoll, A. and E. Seebeck. 1951. Chemical investigation on alliin, the specific princi[ple of garlic. Adv. Enzymol., 11: 377.

Shaghir, A.R., L.K. Mann, R.A. Bernhard and J.V. Jacobson. 1964. Procc. Am. Soc. Hort. Sci., 84:386.

Soetomo, S. 1987. Bertanam Bawang. BP Karya Bani, Jakarta.

Smith, J.B. 1980. The prostanoid in hemostasis and thrombosis. Am J. of Path. 99:61.

Tortora, G.J. and Anagnostakos , N.P. 1990. Principles of Anatomy and Physi- ology. Harper and Row Publisher, New York.

Wertheim, T. 1844. Investigation of garlic oil. Annalen, 55:297.

Wertheiln ,T. 1845. On the relation ship mustard and garlic oil. Annalen, 55:297.

Wahlroos, 0 . dan Virtanen, A.I. 1965. Volatiles from chives (Allium sclzoe-

noprasum).

Acta Cherh. Scand. 19 : 1327.
(60)

Wintrobe, M.M. 1981. Platelet, Hemostasis and Coagulation : Thrombosis and Antithrombotic Therapy. Di dalam: Lea and Febiger (eds.). Clinical Hematology,. Philadelpia.

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)

PENGUJIAN AKTlVlTAS ANTITROMBOTIK BEBERAPA VARIETAS

BAWANG PUTlH

(Allium sativum,

1 . 1

YANG

TUMBUH

Dl

INDONESIA

Ole h

ARIF

HARTOYO

F 26. 0623

1 9 9 4

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(68)

Arif Hartoyo. F26.0623. Pengujian Aktivitas Antitrombotik Beberapa Varietas Bawang Putih (Allilrin sativum, L) yang T u m b u h di Indonesia. Di bawah bimbingan Deddy Muclitadi dan C. Hanny Wijaya.

Ringkasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antitrombotik beberapa varietas bawang putih yang tumbuh di Indonesia. Penelitian ini merupakan tahap awal dari suatu rangkaian penelitian untuk menghasilkan "antithrombotic-agent" yang dapar digunakan sebagai "Health Food Suplement" pencegah timbulnya penyakit jantung koroner.

Lima varietas bawang putih yaitu varietas Jawi berasal dari Tawangmangu (Solo), Lengkong dari Kretek (Wonosobo), Lumbu ijo dari Ciwidey (Bandung), varietas lokal dari Padang (Sumatera Barat) dan Belu

(NTT),

disiapkan dalam bentuk ekstrak-metanol. Ekstrak ini

dianaiisis antitrombotiknyadengan metode Born (1963) menggunakan alat agrecoder: kandungan senyawa volatil pereduksi dengan alat VRS; dan profil senyawa volatil akrifnya dengan alar

kromatografi gas. Untuk bawang putih utuh dianalisis kadar airnya.

Hasil analisis dari data yang diperoleh didapat bahwa konsentrasi minimum ekstrak bawang putih untuk menghambat agregasi trombosit sebesar 50 %

(D,,)

dari varietas Jawi sebesar 0.035 mglml PPP, varietas lokal Padang sebesar 0.048 mglml PPP. varietas Lumbu ijo sebesar 0.115 mglml PPP serta varietas Lengkong dan lokal Belu masing-masing sebesar 0.1 16 dan 0.160 mglml PPP.

Jumlah bawang putih yang diperlukan setiap varietas untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak bawang putih minimum yang dapat menghambat agregasi trombosit sebesar 5 0 %

(D,,)

dari varietas Jawi, lokal Padang, Lumbu Ijo, Lengkong dan lokal Belu secara berurutan adalah

(69)

Kadar air bawang putih yang diuji berkisar antara 51.50-62.20 %. Sedangkarl

rendemen ekstrak bawang putih berkisar antara 0.06 - 0.18 g1100 g. Dari data kadar air dan

rendemen didapat bahwa kadar air yang iendah tidak selalu rnenghasilkan rendernen ekstrak yang

tinggi. Selain itu bawang putih dengan rendernen ekstrak yang tinggi tidak selalu diikuti dengan

aktivitas antitrornbotik yang tinggi pula.

Hasil pengukuran kandungan senyawa volatil pereduksi (VRS) menghasilkan nilai

berkisar 3225.17

-

10353.32 meqlg. Dari data VRS didapat bahwa tidak ada korelasi antara

nilai VRS dengan kemarnpuan antitrombotik. Dari hasii penelitian yang telah dilaporkal~

dikecahui bahwa tidak sernua komponen volatil bawang bersifat antitrobotik dan sebaliknya

ko~nponen dalarn bawang putih yang bersifat antitrornbotik tidak semuanya bersifat volatil.

Hasil analisis profil kornponen volatil aktif rnenggunakan krornatografi gas

~nenunjukltan bahwa bawang putih varietas Jawi yang mempunyai aktivitas antitrombotik

rertinggi ~nempunyai persentase lkornpone~l bersifat antitrombotik lebih besar dibandingkan

densan varietas lokal Belu yang mernpunyai aktivitas antitrombotik rerendah. Persenrase

kornponen volatil bersifat antitrombotik dalam varietas Jawi dan lokal Belu secara berururan

adalah sebagai berikut : Metil allil trisulfid (1.64 dan 0.34), 3-vinil-(4H)-I.7-ditiin (19.15 darl

17.49). Diallil trisulfid (42.90 dan 32.91) dan 2-vinil-(4H)-I,3-ditiin (15.57 dan 8.47). Dari

liasil ini diduga bahwa perbedaan aktivitas antitrombotik dalam bawang putih disebabkan

persentase komponen bersifat antitrombotiknya yang berbeda.

Berdasarkan kernarnpuan aktivitas antitrombotik (nilai D,,,) dan jumlah bawang putih

yang diperlukan untuk rnendapatkan D,,, bawang putih variecas Jawi dan Lengkong rnempunyai

(70)

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTITROMBOTIK BEBERAPA VARIETAS

BALVANG PUTIK

(Allimn

sntivrtm, L.)

YANG

TUMBUH

DI INDONESIA

SKRIPSI

sebzgai saizh sari syarat ulituk memperolzh gelai

SARJAhT.4 TEKNOLOGI PERTANIAN

pad? j ~ r u s a n Tek:iologi Pangan dac? Gizi

Fakulras Teknoiogi Pertania~? Insriiut Perranian Bogor

Oleh

ARIF HARTOErO

F 26.0623

1994

FAXULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR.

(71)

NSTITUT PERTANLAN BOGOR FAKULTAS TEXCNOLOGI PERTANLAN

BAWANG PUTIH (Allium sativum, L) YANG TUMBIM DX INDONESIA

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Jurusan Telcnologi Pangan dan Gizi Fakultas Telmologi Pertanian

h t i t u t Pertanian Bogor

Oleh

ARLF EfARTOYO

F 26.0623

Dilahirltan pada tanggal 30 April 1970 Di Purbaiingga

Tanggal lulus : 14 Juli 1994

Dr. Ir.

C.

Hamy Wijaya, M.Sc.

.

Deddy Muchtadi,

M.S.

(72)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Illahi Robbi. Hanya dengan karuiiia dan

rahmmat-Nya, laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini disusun bkrdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di laboratorium Kimia dan Biokimia, PAU Pangan dan Gizi IPB; laboratorium jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB; laboratorium Patologi

Klinik RSCM Jakarta.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

I . Bapak (Alm.) dan lbu penulis, yang dengan tulus ikhlas memberikan dorongan serta doa restu untuk keberhasilan penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Deddy Muchtadi, EV1.S. dan lbu Dr. Ir. Hanny Wijaya, MSc. yang ~nembimbing penulis selama kuliah di jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fateta. IPB. 3. lbu dr. Rahayuningsih yang banyak ~nemberikan saran dan inasukan kepada penulis.

4. Bapak Ir. Herianus dan Agung Prihambodo, atas kerjasama yang terjalin rapi selarna penelitian.

5 . Kakak-kakakku tercinta yang banyak memberikan dorongan. 6. Rekan-rekanku seperjuangan.

7 . Semua pihak yang dengan senang hati membantu selama penelitian sampai tersusunnya laporan ini.

Semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin.

(73)

DAFTAR LSI

Halaman KATA PENGANTAR

...

i DAFTAR IS1

...

ii

DAFIAR GAMBAR

...

iv DAFTAR TABEL

...

v DAFTAR LAMPIRAN

...

vi

I

.

PENDAHULUAN

...

1 A

.

LATAR BELAKANG

...

I

B

.

Gambar

Tabel 1. Perkernbangan produksi bawang putih di Indonesia, 1979-1985
Gambar 1. Konsep perangsangan trombosit serta akibatnya
Tabel 3. Faktor-faktor pembekuan darah '
Gambar 2. Proses pembekuan darah (Tortora dan Anaq-
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari  penelitian tentang formulasi konsentrasi garam dan bawang putih (Allium Sativum L) terhadap 

Bawang putih merupakan salah satu jenis tanaman berumbi yang mempunyai banyak kegunaannya, terutama bidang kesehatan, karena pada umbi bawang putih mengandung banyak zat-zat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : bawang putih sebagai bahan baku, bahan pengisi yaitu dekstrin, anticaking yaitu SiO, (Silikon dioksida)

Salah satu khasiat umbi bawang putih adalah untuk menurunkan tekanan darah.. Uji klinis untuk membuktikan khasiat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak serbuk bawang putih, serbuk bawang putih komersial dan bawang putih segar yang dimaserasi dengan

Berdasarkan pembahasan diatas menunjukkan bahwa ekstrak umbi dan kulit umbi bawang putih ( Allium sativum Linn) berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur Malassezia

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit umbi bawang putih yang diperoleh dari Pasar Johar Semarang, Aloksan (Grade Laboratorium-SIGMA Aldrich), CMC

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah umbi bawang putih (Allium sativum L.) yang diperoleh dari Pasar Segar Paal Dua Manado, mencit jantan galur Balb/c