• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penarikan contoh beruntun Heliothis armigera Hubner (Lepidoptera : noctuidae) pada penanaman kapas di Asembagus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penarikan contoh beruntun Heliothis armigera Hubner (Lepidoptera : noctuidae) pada penanaman kapas di Asembagus"

Copied!
290
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)
(143)
(144)
(145)
(146)
(147)
(148)
(149)
(150)
(151)

Latar Belakanq

Kapas s e b a g a i bahan sandang, merupakan s a l a h s a t u bahan pokok penting untuk kebutuhan sehari-hari setelah pangan, Dengan -in meningkatnya l a j u pertumbuhan penduduk, kebutuhan akan s&ag a J c a n semakin meningkat.

Hampir 54 persen d a r i kebutuhn dunia d i w oleh negara-negara berken\bang d i A s i a dan P a s i f i k . sedang daerah t e r s e b u t s e c a r a keseluruhan dapat menghasilkan 55 persen dari produksi kapas b e r b i j i d i dunia. Pada Tabel 1 dapat d i l i h a t , bahva d i Asia dan P a s i f i k terdapat 1 5 negara penghasil kapas yang terdiri dari 14 negara berkembang dan satu negara maju y a i t u Australia, Cina menduduki urutan pertama dart k h n p o k negara bet- dalam produksi kapasnya, d i i k u t i oleh Irdia dan Pakistan.

Pada

Wun 1985 C i n a berhasil v i kapas b e r b i j i dua kali d a r i produksi tahun 1975 dengiln l a j u kenaikan 12.0 per tahun, sehingga pada tahun 1984 C i n a menjadi negara peng-. Negara berkembang lainnya y a i t u Bangladesh, Kamboja, Indonesia, Laos, Vietnam, F i l i p i n a dilll Korea, prcduksi kapasnya t e t a p rendah (Singh, 1 986

3 .

(152)

Tabel 1. hTcduksi Kapas Eerbiji Negeri-negeri Penghasil Kapas d i Dunia (Singh, 1986)-

T a h u n

N e g e r i 1975 1982 1983 1984 1985

*...-,,...,

1 000 ton

Barrgladesh 2 6 8

B u r m a 43 95 98

C i n a 7 1 4 3 1 0 7 9 4 1 3 9 1 1

Kamboja

-

1 1

K o r e a 9 11 1 1

I n d i a 3 480 3 842 3 357

Indonesia 4 2 1 27

L a o s 5 16 18

Pakistan 1 542 2 472 1 484

Filipina

-

21 15

Republik Korea 6 3 3

Sri I a n h 6 5 2

Muang Thai 29 122 199

Vietnam 6 5 6

Australia 107 353 286

Negeri di luar

Asia Pasifik 23 363 26 205 24 209

Dalam rangh penghematan devisa negara serta perringhtan ketahanan

(153)

T a h u n Produksi

...*...*...l 000 bal

1981 /I982 22 509

1982/1983 21 558

1983/1984 21 61 2

1 984/1985 32 625

1985/1986 34 750

7 986/1987 20 825

1 987/1988

-

845

agar petani lebih t e r t a r i k untuk m e ~ n a m kapas.

Program IKR sudah b e r j a l a n sembilan tahun, ~ m u n prnduksi -pas k b i j i t e t a p rendah, Selain rmsih ren%hnya l u a s -1, h a s i l t i a p hektar juga masifi sangat wdah, sekitar 500 kg kapas b e r b i j i , b i l a dibandingkan dengan rata-rata dunia, y a i t u 1500 kg t i a p hektar (Singh, 1986). Keragaman h a s i l d i t i a p wilayah pengembangan kapas selama e a p a tahun terakhir d i k e m k k m pada Tabel 3,

Rendahnya h a s i l yang d i p e r o l e h d a p a t mengakibatkan t i d a k t e r t a r i k n y a p e & n i l a i n untuk menanam kapas. Serangan hama d a n k a a n g a a i r beweran penting pada pemmman h s i l kapas berbiji. Hama utam yang menyerang t a n a m a n kapas adalah Sundaptervx b i q u t t u l a Ishida, H e l i o t h i s axmisera

K L ,

Earids v i t t e l l a F., clan Pectinophora
(154)

laimya myerang kuncup bungs dan hush. Harna-hama yang bukan hama utama adalah Spodoptera litura F,, -phila £lava F., *lepta derogata F. dan Aphis gossmii G l w . K e e m p t serangga tersebut myerang daun (Soebatrlti jo, 1 986).

Besarnya kerugian akibat serangan beberapa macam hama di Amerika Serikat dikemukahn oleh Ridgway et al, (1984) seperti yarq terlihat pa& Tabel 4. Menurut Bull et dl. (1979) kehilangan hasil karena Heliothis spp. merupakan 50 persen dari seluruh kehilangan hasil oleh serartgdn hama, sedang di

Rhodesia

Chiarappa (1 970) melaporkan bahwa
(155)

5 jenis h a m a k l u n diketahui, rnnnm hasil percobaan ?bpper (1 986) rhlnunjukkan bahwa hasil kapas tanpa pengerdalian bama 60 persen lebih

rendah dibardingkan dengan hasil pada p e w yang dikendalikan. Bagian terbesar dari angka kemgian ini disebbkan oleh Heliothis armigera.

Untuk mengurangi kehilangan hasil, para petani atau pengelola

perJdxmm k a w s cedenmg untuk melakukan pengendalian harrra ini dengan menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida tersebut tidak &daszukan pada padat popLLasi hama di lapang, tetapi didasarkan palfa sistim kalender. Sistim kalerder ini ternyata tidak menurwlcan popllasi b m a -an di lapang bahkan bdzuq-kadang lebih tinggi dari populasi sebelum pengendalian dilakuhn, oleh sebab itu hasil yang diperoleh

Pengendalian Tanpa e l i a n H a m a

Kehilangan hasil

...*.

persen

-.,.,*...

Heliothis spp. 14.7 63.1

-a sp. 9.2 61 -0

Tetranychus sp. 0.5 21 -3

ADhis ssp. 7.9 18.9

(156)

penyemprotan sepuluh Icali. F%dwensi pemberian insektisida yang tinggi rnengakibatkan ikut terbavninya pcpuldsi musuh alami, Pada -tan di Sulawesi Selatan &lam m u s h t a n a m tahm 1983 diketahui bahwa populasi predator larva

H,

armigera yakni C h ~ ~ s o p a sp., Coccinella dan sejenis laba-laba pada pertanaman kapas yang diaplikasi insektisida dengan sistim kalender jauh lebih rerdah d i b a d h g k a n pada per- ]capas

tanpa

aplikasi insdctisida (Fachrudin, 1983). Akibat sampb'q laimya adalah adanya tanda-tanda timbuhya resistensi

&

anadsera terhadap e n d o s u l f a di Sulawesi Tenggara dan oleh k a r e r a i t u pada m u s h

taMm

1984/1985 kebijaksanaan pengendalian hama kapas diubah. Jenis insektisida yang digunakan lebih beragam, dosis diturunkan menjadi 12 liter t i a p hektar, b p i sistim yang digurnkan m s i h sistim blender (Sarnim dan Tbhing, 1986).

Pada batasan pengendalian hama terpadu ( P H T ) disebutkan bahwa hsdctisida hanyalah

~~

salah satu tmsur pengendalian dan dapat digunakiill bersama unsw Lain asalkan kanpatibel (Smith dan

van

den Bosch, 1967)- AS- dasar PKC adalah penggurraan ambang

ekoncmi

h a = yang berarti bahwa insektisida hanya digunakan untuk meMzgah p o p u l a s i hama m ~ c d p a i t h q k a t kerusakan ekonani. Untuk nengetahui apakah padat populasi hama di lapang b l a h -psi tingkat tersebut, penantauan
(157)

contoh t e r t e n t u , ( 2 ) t i d a k memerlulcan biaya yang t i n g g i dan ( 3 ) menghemat waktu ( S t e v e n s

9

&,,

1 9 7 6 ) . Menurut Bindra ( 1 9 8 6 ) penggunaan p=narikan m t o h beruntun pada Li, armiqera di A u s t r a l i a d a p a t menghemat w k t u -tan -yak 40-60 persen. Begitu pula d i lkxas, penarikan m t o h i n i H e l i o t h i s sp. dan Anthonarms -andis E d e n a n dapat menghemat h t u 34-60 persen ( P i e t e r s clan S t e r l i n g , 1975). S y a r a t yang diperl- &lam m e e ' d c a n p e n a t i b n a t o h beruntun adalah dliketahuinya t i n g k a t kerusakan

ekonomi

dan pola -an d a r i hama yang akan dikendalikan.

Tuj uan P e n e l i t i a n

F e n e l i t i a n ini kxtujuan untuk menyusun renca~ penarikan mtah beruntun yang d i d a s a r k a n a t a s b i o l o g i , pola sebaran dan t i n g k a t

kerusakan

ekaromi.

Untuk mengetahuf biologi diadakm pendekabn dengan penelitian. yang dilaMFan di l a b a r a t u r i u a , sedang untuk pola -an

dan

t i n g k a t kerusakan ekonomi dilakukan p e n e l i t i a n d i lapang,
(158)

T W A U A N WSI'AKA

Sebaran Geagrafis

Jenis hama kapas sangat banyak, ada 1326 jenis yang telah terdaftar. Dari sekian banyak hama, pada saat ini add 12 jenis yang menjadi hama utama (Frisbie, 1983). Jenis hama utama tersebut bervariasi dari satu daerah ke daerah lairmya, namun hanm yang paling luas sebarannya dan besar peranannya adalah Heliothis spp,

Heliothis sp. telah dikenal sebagai harm k p a s di Amerika Serikat sejak tahun 1820. C l o w e r ( 1 980 J m e n g a d c & a n h h w a Heliothis 5 Boddie telah mengalami bberapa kekeliruan identifikasi. JXri tahun 1826 sampai 1903, spesies itu disebut Heliothis armiqera HWmer, kemudian dari tahun 1903 sautpai 1938 Heliothis obsoleta Fahricius, dari ~ L U I 1 938 sampai 1 955

&

armiqera dan sejak tahun 1 955 hingga sekarang spesies yang

sama itu disebut Heliothis

Boddie, Pada tahun 1934 hama tembakau, Heliothis

-

v

Fabricius, mulai myerang kapas (Folsom, 1 936 1. Hingga sekarang kedua Heliothis tersebut sering rnenimbulkan masalah pada kapas di Amerika Serikat.

Kogan dan Herzog (1 980) s e r e Maxwell dan Jennings (1 980) m~yatakan sebaran EL zed dan

H,

virescens hanya terbatas di m i k a Utara, Tengah dan Selatan (Western hemisphere), sedang

&

a r m i ~ a

s p a t di Eropa, Afrika, Asia dan Australia ( F a l q dan Smith, 1973; Kalshoven, 1981 ), l3indra I1 986bl menyetut H, armiqera dengan A f r o - a s i d ~ ' ~ k o l l m .

Di Australia

&

armiqera s i n g berada pada hnamn kapas bersama-
(159)

9

Australian H e l i o t h i s (Wilson dan Waite, 1982)- Esquerra dan Gabriel ( 1 986 ) mengemukakan pemberian nama

Helicoverpa

armiqera ( H i i b n e r ) IEardwicke untuk Heliothis armiqera H i h e r ,

Di

Indonesia

II,

armigera

meru@can

hama pada pertanaman kapas di

semua

daerah kapas di Java Tengah, Jawa T h u r , N u s a Tenggara Barat, N u s a Tenggara Timur, Sulawesi S e l a h dan Sulawesi !hnggara.

mmumn Irmq

H e l i o t h i s spp. bersifat polifag. Tanaman i ~ n g

&

armigera adalah kapas, tembakau, jagung, sorgum, bun* matahari, berbagai kacang- kacangan, jeruk, tamat, kentang dan t a n a m m hortikultura Lainnya (Kranz et

&,,

1978). Kalshovetl ( 1981 ) rnenyatakan jarak dan Linum juga

-

V

tarmmm

i-xmya.

(160)

Tabel 5. Tanaman Inang H e l i o t h i s obsoleta.

- - - - -- - -

J d s inang Tanaman M i & y a Tanannn liar

Inang utanra

-

Zed l ~ L- y ~ Meibania mrwrea

( M a i l l . ) V a i l . Soya max (L. ) P i p e r . L i n a r i a canadensis

(L.1 bm.

Linun usitatissimm L.

N i m t i a ~ tabam L.

Inang penggifllti Sarghm vulgare Pers. Paniclm s m p a r i u m Lam, Crotolaria spp. Pedicellaria pentaphylla

(L.) schtank P h a s e o l u s vulqaris L,

SiQ

rfiambifolia L. V i c i a sativa L,

--

xantlliun sp

G o s s y p i u n herbaceurn L. L y e o p e r s i c o n

esculentun M i l l .

B i o l o q i H e l i o t h i s spp.

M o r f o l o g i telur, larva dan pupa

g ,

arrnigera,

11.

virescens Clan
(161)

Tabel 6. T a ~ m a n Inang Heliothis virescens

TaMmarr liar

I m g utama L i m u s i t a t i s s i m u m L. Meibaaia n e a (lulaill. ) V a i l

Niaoi=iana tabacum L. Rhexia alif- Walt. Linaria cawidensis

(L*) IXnrt.

a i s L. ~

Meibania

canesoens

IL.) Kuntze. Meibomia

stricta

(Fursh) Kuntze. Ipanea

SP.

Physalis vixosa L.

PhVsalis

anqulata L. Phvsalis turbinata Medic Solanun sisvmbriifolium. H e t e r o t h e s t subwillaris

(Lam. ) Britton & Rusby Aplopappus divaricatus

( N u t t , ) A. Gray Sitilias carolinLana (Walt-

1

Raf.

Larva yang baru -tas ptnjangnya lebih kurang 1 - 7 5 m n dan Iebar

(162)

hitam keooklatan, hitam caklat muda atau merah, C i r i khasnya adalah adanya garis-garis yang -ya berbeda sepanjang bdannya, garis

war^ gelap, garis berwarna terang, agak gelap lalu benerna gelap lagi. Pada suhu rata-rata 25.f0 dan kelfmbaknn 85.5 persen, n n s a t e l u r tiga sampai delapan h a r i dan l a m e s t a d i a larva 13 sampai 21 hari

(Sthiyakto dan Gatot Kartano, 1 986 )

.

Masa pupa 1 7 sampai 16 hari. Pupa& berwama mktat tua, sedang pupa

H.

anniqera tnula-mula coklat terang, lalu menjadi ooklat tua h t i k a akan menjadi irnago.

Suryowinoto

&

a.

( 1 983 ) dapat menemukan tanda khusus untuk membedakan j e n i s kelamin pupa, Pada pupa jantan celah kelamimya membu2at, sedang oelah anusnya m=nipakan t i t i k hibm. Di s e k i b kedua celah tersebut terdapat w a n garis yang membutat. Pada pupa b e t i n a p Celah

kelamin

dan ce1.h b e r h t u k jcvong dan sekitar

celah

tersebt ada gambran garis-garis sannr herbentuk jantung.

I d m a hidup imago bervariasi dari 2 sampai 15 hari. Lama hidup i m a g o j a n t a n lebih pe&& dari pada i m a g o betina. Masa pra peneluran

.

k k i s a r antara 8 dan 12 hari dan mencapai puncak peneluran t i g a sampai

enam h a r i sesudah awal peletakan b l u r , Produksi telur seekor betina dapat mencapai 1 000

-

1 500 butir. Imago

aktif

pada rnalam h a r i dan meletakkan telurnya terpencar,

Larva yang baru kel- dari b l u r akan makan kulit blur d l u m

~ ~ G Z U I bagian

tanaman.

pads t a m m a n kapas, larva lebih m y u k a i kuncup h n g a dan buah Rplda, Satu &or larva dapat menyerang beberapa kuncup
(163)

13

bunga dan buah muda yang terserang akan gugur, sedang brtah yang

tua

akan t e t a p pada tanaman dan t i d a k dapat membuka. Pada jagung, l a r v a m y e r a n g bagian ujung dari tongkolnya. Pada ternbakau,

larva

menyerang bagian pucuk dan dam yang tua, sadang pa& tomat yang diserang adalah buahnya (Kranz et al., 1978)-

adalah wting dalam pzrqelolaan ham^ terpadu, ka- dari hubmgan ini dapat diketahui saat-saat tanaman *tan atau tahan terhadap hama,

Z G r e n t a - ~ ~ ~ atau ketahanan tanaman terhadap serangan b m a ads huturrgannya dengan periode atau tahap p e r t m h h a n dan per-

taMnran

k a p a s - Menurut Falcon (1972) pertunhhan dan perkembangan taMman lcapas dibagi

atas tiga periode. Periode pertarna adalah periode i~lltara peMMman

(164)

Gambar 1, Banyaknya Burrga dan J3uah Yang Terdapat pada T a n a t m n =pas Varietas Deltapine yang Berumur 30 hari sampai P a m

(Falcon dan Smith, 1973)

Pa& A c a l a SF-l buah terakhir mekar sekitar umur 200 hari setelah tanam, .s&knq pada varietas Deltapine di Nicaragua sekitar 180 hari setelah

taMm

seperti terlihat pada Gambar 1 (Falam dan Smith, 1973).

TernyaGi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh Heliothis sp. seirinq dengan h y a k n y a bunga dan buah yang terbentuk. Makin banyak

(165)

15

dan berbagai v a r i e t a s dike- pula b a h w a add hubungan yang p o s i t i f a n t a r a banyaknya bunga serta buah yang r u s a k dan p a d a t p o p u l a s i H e l i o t h i s (Gambar 2). S l o s s e r et al. (1 978) melaporkan bahwa populasi Heliothis menurun ketika banyaknya k u n ~ p h q a y a n g berdiameter lebih besar dari 6 mn menurun d i bawah 160 000 per hektar. Delapan puluh l i m a persen buah wak d a h wdctu lima m i n g g u sesudah hrtga ub=ka~ dan 95 persen dari buah yang dapat c3ipxe.n berasal dari kuncup bunga yang terbentuk pada bulan pertarna masa Pemtxmgaan.

Faktor l a i n yang sangat erat hukungannya dengan pengendalian h a m adalah p l a gugurnya byah, Apabila banyaknya

buah

telah mencapai daya ddcung, buah yang haru dibentuk yang merupakan kelebihan akan

gugur.

Pengguguran ini terjadi pada tuah yang umxnya kurang dari sepuluh h a r i , Sehitlgga buah gugur paling &yak k e t i k a jumlah bunga mekK m p a i ExmcaJmya. Lebih dari 50 persen buraga mekar t i d a k dapat menjadi buah yang &pt dipanen pada akkir rms+m

taMm

(Gmbar 3 ) . Apabila buah yang gugur t e r l a l u banyak (sampai d i bawah daya dukung) pada periode w t u k a n buah, brnn-en untuk mengqantikan kehilangan buah tersebut pada periode berikutnya- Namun buah yang m t u k pada akhir -im akan menghasilkan serat yang k u a n t i t a s maupun lcualitasnya rendah, k e c u a l i j i k a k e l m tanah dapat diatur terus-menens rnelalui i r i g a s i
(166)

Gamtnr

-

-Y-Y~ (a) K m Bunga, (b) Kuncup B-a Terserang, ( c ) M, (dl *==rang, (el Larva Meliothis

=,

Yang -pat ~ a d a TaMman Kapas yang Berumur 40 Hari
(167)
(168)

I8

pengertian yang sama d i n y a w plla oleh S t e r n ( f 973 1, Judenko ( 1 972

I

,

Lu- clan Met:calf ( 1 975). Berbagai k r i t i k terhadap konsep ini t e l a h hnyak d i l o n t a r k a n , k a r a t e r l a l u s e d e r h a ~ dan t e r l a l u mengabaikan f a k e - f a k t o r l a i n yang dapat mempengaruhi sistem t a n a m a n dan hawmya (Poston e t dl., 1983; Stefanou, 19841, namun kansep h i masih dapat

bertahan sampai sekarang.

m d s dan Heath ( 1 964, dalam M e y , 19721 mayatakan M w a populasi hama sudah mencapai taraf ambang elwaxmi biLamaM populasinya cukup besar u n t u k menyebabkan k e r u g i a n yang s e n i l a i dengan b i a y a p e n g e d a l i a n . B i e r r e ( 1966, &lam Headley, 1972) membetikan Fengertian l a i n pada ha- ambang ekanrni dan - y a w batma ambang ekoncmi adahh s u a t u t i n g k a t k r i t i s dari kerusakan tanaman yanq di atas tingkat k s e b u t kerusakan ti& dapat ditolssansi l a g i . Selanjutnya M l e y (1 972) member- batasan ambang ekrrraai adalah s u a t u tingkat popllasi hama yang men- l a j u pertambahan kerusakan yang same n i l a i n y a dengan l a j u biaya untuk mencegah kerusakan i t u - Namun Andckv dan Kiritani (1 983) menyebu- babsan ambang ekanani d a r i Heaaley (7972) sebagai batasan t i n g k a t kerusakan ekaplani yang 1engIcapya adalah padat popuLasi h a m yang m = n y e b h k m laju p r h d d n n kemsakm

a t a u l a j u penunman pendapatan senilai dengan laju pertambahan biaya Wtuk mencegah kerusakan i t u .

(169)

19

seperti ambang kendall, ambang kegiatan, -k M r g

-kerusakan kitis & ambang populasi kritis untuk ambang eke- dan tingkat kerusakan ekonomi (Cancelado d m Radcliffe, 1979;~hantr 1966;Sterling, 1984;Walgentach dan W*, 1984)- dan

(1983) t e t a p nvjnbedakan antara tingkat kerusakan

ekoncmi

ddn ambang k e m b l i atau ambang ekanomi seperti apa yang diutarakan oleh Stern et al. (1 959)- Dikatakannya bahwa ambang kendali digunakan untuk

- -

mgrmtuskan kapan harus dilakukan perrgendalian s~~ m u s h

tanam,

tingkat kerusakan e k d memberikan tingkat kerusakan yang apabila dikendalikan akan menguntuncjcan- Men-t tersebut amhrng kendali akan tetcapai lebih dahulu sebelm tingkat

ekrmrmi-

p e r k a t a a n lain pengendalian selalu dilakukan sebelum popiLasi h a m mencapai tingkat kerusakan ekonomi, kalau tercapai, kerugian ekonani a)can terjadi. Sebaqai

contoh, larva

instar kelima dan keenam S p t e r a litura daya mdcannya &pat mencapai 96 persen dari total

instar larva (Okamto dan Okada, t 968 1, maka pengendalian terhadap instar muda yang dilakukan jauh sebelum kerusa)can ekonani terjadi akan

sangat menguntungkan.

-lam batasan dari Stern et al. (1 959) sudah ditekankan hubungan rllltara padat popllasi harm

dan

kerusakan ekanani, tetapi m e r e k a tidak memberikan penjelasan mengenai parameter apa sa ja yang diperlukan sebagai penduga. Baru 13 tahun keraudian Headley ( 1 972). seorang m i

e w merupakan orang pertama yang tingkat kerusakan

(170)

prosedur yang praktis untuk msqhitung t i n g h t kerusakan ekoMni hama perusak dam kedelai Plathypena scabra. Empat peubah utama yang mereka kemukakan adalah hiaya pengendalian, harga h a s i l panen, kerugian h a s i l yang d i s e b a b k a n t i a p i n d i v i d u hama dan tanggapan tanaman t e r h a d a p kerusakan (penunman k u a l i t a s dan k u a n t i t a s t i a p unit k e r u s a h n ) .

Pedigo et d l . {I9861 suatu formula yang didasarkan pa& model optimisasi HexlLey ( 1 972)

dan

Nortan

( 1 976) untuk digunakan

Formula ter+t adalah

. !

pa* per- t e r s e b u t = t i n g k a t k e n s a k a n t i a p u n i t produksi yang o l e h Headley (1972) d m Nartan (19761 masih disebut ambang ekcmani

( banyaknya serangga t i a p ha )

,

C = biaya kegidtan p e n g a d a l i a n t i a p unit p r o d u k s i i m t i a p k )

,

V = harga pasar t i a p unit produksi ( R p t i a p kg) r

I = t i n g k a t kensakan t i a p serangga t i a p

unit

produksi (proporsi daun yang dimakan t i a p serangga t i a p ha ) dart D = k e r u g i a n t i a p u n i t

kerusaJcar~ (kg t i a p ha t i a p proporsi dam yang rusak). Eleskipun hubungan matenratik dari k&t peubah t e r s e b u t kelihatannya sederhana. masalah a k a n timbul pula b i l a peubah-peubah sekunder yang menyusun p e M u -i k u t dipertimbatlgkan. Poston

s

&.

(1 983) menyebutkan bahwa peubah-
(171)

21

kerusalcan ekonani harus dilakukan penelitian dahulu terhadap k a n p n e n - kanponen biologi,

Formula y m g diberikan oleh Pedigo et al. (1986) d a p t digunakan untuk serangga

hama

yang langsung merusak

unit

prcduksi dengan card nencdif ikasi peubah

I

dan D menjadi satu peubah misalnya B, seningga formula sekarang menjadi

C

m =

V B

pada persamaan tersebut B adaLah penurunan M i l tiap serangga tiap unit produksi (kg tiap seraqga tiap ha 1. Formula yang digmdcan oleh et dl. ( 1 982) untuk Heliotbis spp, pada kapas dengan kode huruf yang sedikit berbeda yaitu

pada persamaan tersebut b adalah koefisien regresi yang diperoleh dari hubungan antara tingkat poprlasi larva dan hasil serat kapas kerbiji (kg tiap larva )

.

B a t i s a c ~ tingkat -k ekancmi yang diberikan oleh Ardaw dan Kiritani 11983) serta ambang ekonomi oleh Headley ( 1 9 7 2 ) dapat dilukiskan dab h t u k kurva hubmga~ antara pdat popllasi hama dan nilai hasil yang dapat diselanrathn seperti pada Gambar 4, Dari Gambar

4 tersebut terlihat bahwa m a k i n tinggi populasi ham makin tinggi hasil

(172)

antara kurva b i a y a pengendalian d a n i l a i h a s i l yang d i s e l a m a t k a n merupakan n i l a i tirqht kerusOlcan ekonani. Pada tit& perpatongan tersebut n i l a i h a s i l yang diharapkan sebanding dengan biaya pengendalian atau EiCR = 1 : 1. Farrington 11977) menjabarkan hubungan antara kedua k w v a dalam bentuk angka-angka dengan menggunakan perhitungan h i p o t e t i k . Diaswnsikan bahwa biaya pengendalian sama mtuk s e m a kasus y a i t u 85 d o l l a r seperti yang disajikan pada Tabel 7. Dari perhitungan diperoleh tingkat -k ekDmRi yang menyebabkan perbardingan anbra nilai h a s i l dan biaya pmgemklian sebesar 1.06 : 1.00. Ambang ekonaui pada kasus i n i adalah tingkat popllasi harrra y- kerugian basil sebesar lima persen.

Gambar 4. Hubungan antara Padat Populasi t h n n dan N i l a i Hasil yang Disel-tkan (Andow dan Kiritani, 1 983)

-

2

-

B

B

3

.-I a

f

1

.-I

Z

-- Biaya

-1ian

(173)

23 m y a t a berbagai perhit- TKE berswnber d a r i konsep yang sama y a i t u konsep landasan opetasional Headley ( 1 972), w l a u p u n sebutan namanya s e r i n g berbeda add yang menyebut ambang ekonani, ambang kendali a t a u tingkat kemsakan ekoncmi. Sedangkan konsep dasar d a r i Stern e t a l - ( 1 959) s a m p i -ang masih d i t e r h sebagai lardasan

-itis.

Kfxugian N i l a i kerugian B i a y a N i l a i h a s i l yang BCR

h a s i l pengerdalian d a p a t diselamatkan

(per-) (dollar 1 I dollar) (dollar)

b l a m pemanboan serangga hama dikenal dua jenis penarikan contoh y a i t u penarikan c o n t o h yaw bersifat baku (standard samplinq) dan penarikan

con-

bermtun (sequential samplinq)

,

Pada ununmya standard

samplinq l e b i h banyak digunakan. Pada penarikan contoh i n i banyaknya unit a t o h sudah ditentukan & l u n pengamatan dilakukan.

D i daerah pert-n kapas d i Indonesia s- sampling dilakukan metode penarilcan oontoh yang b e r v a r i a s i y a i t u metode a ) diagonal,

(174)

24 b e r v a r i a s i darl 4 0 sampai 100 taMman t i a p hektar. N s n m t E d i S-0

( 1 988) k e t l g a metode t e r s e b u t t i d a k mernberikan hasil yang b e r M ~ i k a dlgunakan untuk pernantauan ham-hama kapas kecuali S, biquttula.

Penarikan oontoh beruntun

belum

banyak diqunakan d i Indonesia. Pada penarikan contoh t e r s e b u t

con-

hanya diambil sampai k-latif telur a t a u l a r v a yang ditemulcan melebihi a t a u d i b a d tingkat k e n s a k a n ekorxxui.

Penarikan contoh beruntun mulai dikembangkan sejak Perang Dunia I1 oleh a h l i entcmologi kehutanan. y-a pada bid* pertania baru dicoba bekerapa tahun kemudian.

mi

sekarang penarikan

con-

b e r u n t u n telah dikembangkan untuk pendugaan organisme l a i n s e l a i n serangga (Matin, 1986).

T i g a h a 1 yang h a r u s d i k e t a h u i t e r l e b i h d a h u l u sebelum rnetode penarikan c o n e ini dikembmgkan, y a i t u :

( 1 ) &la s e k r a n dari ciri ( peubah) yang digmakan, misalnya banyaknya bunga terserang a t a u banyaknya t e l u r t i a p t a n a m a n .

( 2 ) Tingkat k e r u s a h n ekonomi

( 3 ) Satas toleransi kesalahan yang dapat diterima &lam pengambilan keputusan.

Dalam s t a t i s t i k a , s e b a r a n menunj ukkan d e r a j a t pencaran s u a t u pengamatan sedang dalam e k o l o g i s e b a r a n merupakan ukuran u n t u k

m?nentukan pola pengelanpokan yang paling oocok bagi nilai-nilai p e n g d m k (Stevens

&

&.

,

1976 ) , Pada hakekatnya sebaran s u a t u

w l a s i dapat dikategorikan ke dalam acak (randan). mengelanpok (aggregated) a t a u t e r a t u r ( r e g u l e r ) (Buntin dan Pedigo, 1 987 ; Poole;

(175)

Ukuran sebaran yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan

populasi hama ke dalam salah satu kategari tersebut adalah ( 1 ) nisbah antara ragam dan rata-ratanya, (2) koefisien Green, (3) irdeks Morisita, ( 4 ) indeks Morisita yang distandarisasi, ( 5 ) k dari fungsi binom negatif, (6) irdeks

mean

c r d i n q L l o y d , ( 7 ) indeks pathiness, ( 8 )

irdeks pangkat Taylor, dan (9) indeks 1-0.

Nilai k dari fungsi binan negatif -up semua bilangan nyata positif. Makin rerdah nilai positif

k,

popllasi hama m a k i n mgelaqmk. Southwccd ( 1966 memberi batasan jika k > 8. hama menyebar secara a d , &n jika 0 < k < 8 harm myebar nengelanpok.

Bliss dan Fisher ( 1 953) memberikan card terbaik unWc menduga nilai k, yaitu d e q a n penduga kemmgkinan maksirmna dan dihitung dengan iterasi melalui persamzu-l :

rn

n ln ( 1

+

---

1

-'i

= -;-;-;

Ax

0 k

sedang n ac3ala.h knnyaknya tarmmn yang -ti, m adalah banyaknya hama t i a p tanaman, k adalah ukuran pengelatlpokan d m

+

adalah frek-i kumulatif setelah kelas ke-x.

zedang

s2

adalah rqgam, 5f rata-rata hama dan b adalah ukwan

pengelcmpokan yang &pat dianggap konstan ugtuk satu species (Taylor, 1961). Nilai b > 1 m e n u n j d c k a n b h w a hann mengelompok, bila b = 1

(176)

Indeks Iwao d i h i t u n g berdasarkan hubungan a n t a r a indeks

mean

Cradinq Lloyd y a i t u X+ ( s 2 /X)

-

1 dan X, hubngan ini b e r s i f a t l i n e a r

-ngga

x

+ s 2

/

x

- 1 =

-4

+

p

x,

a m u s 2 =

( d

+

1

) x +

( + - I

x2

(177)

Untuk dapat menyusun model ren- penarikan c ~ t o h beruntun pada H. armiqera diperlukan pengetah- mengenai biologi, poLa m a n dan

-

tingkat kerusakan ekonmi, ole. sebab itu dilakukan tiga tahap peneli tian.

Penelitian I

Beberapa Aspek Bioloqi H. armiqera

Tujuan

Penelitian ini bertuj- untuk iengetahui ( 1 ) di bagian mana telur H. armiqera diletaklcan paling banyak, ( 2 ) daur hidup, ( 3 ) keperidian,

-

&an ( 4 ) martaligas.

Metode

Per- pendahuluan ini dilakukan di rumah kaca

dan

Labcrratorium Kelanpk Peneliti Hama blai Penelitian ?hnmm R e n p & dan Obat, Bogor dari bulan September sampai dengan bulan lksa&er 1984.

Untuk merrdapat g a m b r a n di ma^ telur diletakkan paling banyak, maka enam belas pasang imago yang baru keluar dari pupa ditempatkan pada staples-staples plastik y a g masing-masing berisi satu pasang. Pada Setiap staples diletaWEan kapas yang telah dibasahi c k r q a n nvldu untuk

makannya. Pada waktu yang

sama

di rwmh kaca telah disediakan -t t a n a m x i kapas varietas Deltapine 61 yang h n m u r 60 hari setelah t a n a m
(178)

28 kasa plastik dengan tinggi 2 m dan lebar 1 rn. Betina-betiria yang

telah

wlakukan kopulasi dalam s t o p l e s dilepaskan ke &lam k u ~ n g a n tersebut. K e dalam setiap kurungan dilepaskan empat ekor be ti^ dan dibiarkan dud malam. Banyaknya telur yang diletakkan pada bagian-bagian taMman tertentu dan masa telur diamati.

Peng-tan terhadap daur hidup, keperidian dan mortalitas dilakukan dengan card msnap~~tlcan seplluh pasang imago yang baru k e luar dari pupa

pada stoples-stoples yang rrrasing-imsing hrisi satu pasang, Apabila beti-ya telah melelxMcan telur. pasangan imago tersebut dipindah)can setiap hari gnda staples yang vol-ya sama, Pencatatan dilakukan terhadap masa praperkzluran, banyaknya b l u r y q diletakkan t i a p hari, persentase telur yang

menetas,

mortalitas larva instar pertam -i keenam, l-ya hidup h g o betina dan jantan,

Fenelitian I1

Pola w a n nelur dan Larva H. armisera

Tuiuan

Penelitian i n i bertujuan untuk mengetahui pola sehran telur dan Larva instar pertama dan kedua pada berbagai stadia kapas.

Metode

(179)

29 baris 100 an jarak &lam baris 25 an- Pupuk y a n g digunakarr adalah 100 kg U r e a dan 100 kg TSP. Sepertiga bagian Urea dan seluruh TSP diberikan pada saat kenmwr 1 5 hari dan sisanya diberikan pada u m u r 45 hari

.

Pengamatan dilakukan seminggu s e k a l i sebmyak sepuluh k a l i , mlai

mmr

50 hari sampai dengan 113 h a r i seteLah tanam, Penarikan cantoh yang digunakan adalah sistematik. Seluruh pertanamm dibagi ke d a b 60 pet& yang tiap-tiap petak terdiri atas 10 baris a' 30 tanaman. Pada mgambilan cuntoh lima taMman yang tmgginya sann

dianrati

pada baris pertama. Pa&

-tan

kedua diamati pada baris kedua, begitu seterusrtya sampai p%qarmhn kesepuluh, sehingga pada s e t i a p pengamatan terambil 60 unit

-toh

taMman atau 300 taMman (Gambar 5).

Pengainatan dilakukan terhadap banyaknya telur,

larva

instar pertanra dan kedua tlap tanatmn, serta p o s i s i telur pada bagian-bagian taMman kipas- Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh berbagai ukuran -am atau k e f i s i e n agregasi y m g akan digunakan pada penarilcan
(180)

~ ~ t e r a n g a n : 1 petak besar = 60 pet& kecil

Ukuran petak be- = 12 x 5 petak k e c i l 1 petak kecil = 1 0 baris a 30 t--n

011. 015.-,.,, 121 = dud i r a d e k s per-

-3-

letak baris pet& k e c i l , i r d e k s terakhir menunjukkan l e t a k lajur petak kecil.
(181)

Penelitian

IIL

Tinqkat Kerusakan Ekonomi H. armiqera

Tu]uan

Penelitian i n i bertujuan untuk m e t a h u i hubungan illltara tingkdt populasi larva d m k e m s a h n

serta

pen- h a s i l pada berbagai

brmmn kapas, sehingga dapat ditentukan tingkat kerusakan ekonani H. armigera.

-

&letode

-

P e r c o h a n dilakukan di =gus, Jaw Timur dari bulan Desember

1985 sampai dengan M a n Juni 1986, Faktor tingkat popllasi l a r v a yaw dicobakan adalah 0 , 3 , 6 larva i n s t a r p e r t a m a dan kedua s e t i a p 20 G m a m a n kapas. Pertimhngan mtuk m e m i l i h larva instar pertama

*

k d u a adalah a ) b l u r suk. untuk diirokulasikan k e lapang karena telur lebih mudah tergelinclr dan tak dapat dijamin bahwa telur tersebut dapat

m e t a s dan b) pada unumnya lanm instar per- dan kedua masih berada d i luar kuncup bungs dan belun banyak merusak u n i t produksi seperti h a - l a r v a pada instar lanjut, sehingga -tauan pada larva instar muda helm terlamtnt untuk -1ian.

Tingkat p p u l a s i larva dikanbinasikan dengan faktor l a i n yaitu lannnya serangan

larva

pada urarr t a r n r m n tertentu. I a m a n y a serangan ~ a n r a ada beberapa mcam : 0 , 10, 20, 30, 40 dan 50 h a r i . Pada 1- petak perccbaan yang pertama, masing-msinq serangannya dimulai umut 50,
(182)

32

per- lainnya, serangannya d h l a i pada umur 50 hst s e r e berakhir ~ a d a u m u r 89, 79, 69 dan 59 h s t . Satu petak kontrol y a i t u

&pa serangan sama sekali, sehingga faktor lamanya serangan ini terdiri atas 10 taraf atau p e e k dan susunan petak percobaannya ter~antum ~ a d a

Tabel 8.

Tabel 8. Susunan Iamnya Infestasi Larva pada Urmr Tanarrran yang Berbeda.

ICetera-qan : + = diimkulasi larva, tanpa i&tisida

(183)

33

Aplikasi insektisida pada petak yang bertanda ( - ) ditujukan untuk

melirdungi tanarnan dari serangan II, annigera dan

Larva

diinokulasikan pada petak yang bertanda ( + I , Perkembangbiakan l a n m dilakukan di laboratorium hama KP Asembagus. Pada p e t a k pertama larva mulai diimkulasikan pada ~mn+r 50 hst, apabila larva terseht mulai memberrtuk

Plpa pada

-

60 dan 70 hst dilakukan imdculasi u& den- larva instar pertama, sehingga pada petak p e r t a m a dilakukan tiga kali

imkulasi dan pa& ptak kedua dua kali inokulasi. Pada petak keempat dan lima hanya dilakukan satu kali inokulasi.

Tiga puluh perlakuan yang merupkan karibirnsi dari tingkat popllasi

larva

dan laraanya serangan larva disusun d a k

-

r

kelanpoJc denqan tiga ulangan, sehingga seluruhnya diperlukan 90 petak peroobaan. T i a p petak berukuran 5 x 5 m2 dan k i s i 100

tanaman,

Banyaknya tanaman yang diamati 60 tanaman dan terletak di tengah p e t a k , sehingga t a n a m a n pinggir 40

tanaman

tiap petak. Jarak t a n a m 100

x 25 an.

Luas seluruh

Petak percobaan

2 250 rn2, Jarak antar petak rninirmrm

3

in, sehingga luas kotornya msncapai setengah hektar. Bagan percchdan disajikan pada Gambar 6.

Irwktisida yang digunakan pada muda ialah erdosulfar~ 35 EX2 (Thiodan) sedang pada taMman sesudah urnur 70 hst digunakan siflutrin 1

(184)

6 - Denah Penempatan Pet& Percmhan d ~ g a n Kanbinasi m y a Illfestasl dan Populasi Larva

K e k a n g a n : 1, 2, 3,

...,,.

10 pada indeks per- = nornor pet& pada Tabel 8 .
(185)

Penelitian

Penyusunan Penarikan Contoh Betuntun

Kegunaan penarikan contoh beruntun add dud macam. Kegunaan yang Pertama adalah untuk mentukan strategi &lam pengendalian dengan

menggunakan insektisida. Prosedur penarikan 0011toh ini dikenal dengan

-tidl decision plan- Kegunaan yang kedua adalah untuk menduga

parameter

popllasi dan ditujukan untuk kepentingan penelitian. Prosedur Penarikan contoh ini dikenal dengan sequential counting plan.

Syarat yang diperlukan untuk msnyusun secmential decision

plan

adalah diketahuinya koefisien pengelompokan dan tingkat kerusakan ekaxmi., sadang untuk menyusun sequential -ti- plan hanya diperlukan

koef isien pengelanpokan.

Pada penelitian ini dipelajari pola sebaran telur dan

larva,

s e d a n g thgkat kerusakan ekancmi hanya dipelajari krdasarkan padat populasi larva, oleh sebab itu sequential decision

plan

hanya dapat disusun untuk stadiun larva, sedang mtuk stadium telur hanya dapat disusun sequential aoUnting plan,

Rencana penarikan contoh heruntun untuk pengambilan kepukusan

(sequential decision &) disusun ben%sarkan metode yang dikembangkan oleh Iwao (1975 &lam Walgenbach et dl., 1985) yaitu dengan membuat selang kepxcayaan u t u k setiap banyaknya mtoh yang diambil. B t a s

(186)

36

pada penelitian III, z ditentukan berdasarkan kesalahan jenis pertamat dan adalah koefesien agregasi dari per- regresi Iwao yang diperoleh pada penelitian 11.

R e n c a ~ penarikan contoh beruntun untuk pendug- populasi disusun berdasarkan koefisien keragaman bagi n i l a i tengah. Apabila koefisien kerag- adalah :

dan

s x = @ - , s e r t a x = =

n

nus

c.Q

Pada persamaan Taylor,

s2

=

aJZb

atau .S2 = a (

I b

Pada persaman 1-0

,

s2

= ( d + 1 ) X + (

f -

1 )

9

atau

atau C =

V _ (

A +

1 ) +

( b -

11

untukrmdel Iwao

Tn n

sedang a, b,

d

dan diperoleh dari penelitian 11. Pada C tertentu, terdapat hubungad antara

'

Tn d m n. Kurva yarq menggambarkan hubungan krsebut dimm&an garis henti (stop

-

line), krena SeOTang pengamat
(187)
(188)

HAS= DAN PEMBAHASAN

Beberam Aspek Bioloqi H. armiqera

Telur

Telur diletakkan oleh imago terpisah satu sanra lain, Telur yang baru diletakkan k s w a r n a kuning muda, makin lama warnanya m a k i n tua dan apabila akan renetas terlihat adanya satu bintik hitam yang jelas. Masa inkubasi telur antara tiga dan empat M i , k e r a g m y a lebih kecil dibardingkan dengan hasil penelitian di Malang, Jawa Timur (Subiyakto dan Gatot Kart-, f 9 8 6 ) . k a r e ~ suhu rata-rata di Bogor sedikit lebih tinggi ( 2 7 O ~ ) dari pada di Malang ( 2 5 . 5 * ) , Apabila telur diperlakukan pada suhu y m g lebib rendah dalam kondisi laboratorium di Bogor, yaitu Pads suhu kurang lebih 26*, & masa inkubasi m j a d i lebih lebar kisarannya yaitu dapat mencapai delapn hari.

Larva

-

Larva yang baru keluar panjang tutuh rata-rata 2.8 m n dan l-ya

0.4 mn. sedang lebar kepala 0.3 mn. Sebelum makatl jaringan

tanaman,

brva transparan dan setany sangat halus.

Pada larva instar kedua, -ya m j a d i kurrillg dan sudah mulai klihatan adanya garis J x x w a n n coklat pada Ingian lateral dan adanya perdukung seta yang ooklat. Rata-rata panjang tulxlh 9.9 nm

lebar

1 - 3 mn, sedang lebar kepala 1.3 mn.
(189)

39

dengan v a r i a s i w a r n a larva yang d i k i makan bunga d m buah kapas. V a r i a s i

-

yang d i b e r i jagung a n t a r a l a i n h i j a u plos, h i j a u denqan

garis c o k l a t muda, p u t i h atau hitam, kuning detlgan g a r i s hitam. Pada l a r v a yang d i b e r i buah kapas warnanya l e b i h banyak h i jau b e r g a r i s hitam s e d i k i t a t a u h i j a u polos. Rupanya v a r i a s i kwrna i n i s e l a i n d i t e n t u k a n

oleh g e n e t i k ditentulcan pula oleh jenis p r o t e i n yang terdapat d i &lam m&anamya. Menurut C h a m (1971 ) m o l e k u l p n g h a s i l warna yang dikenal s e b a g a i krornofor d i i k a t oleh m o l e k u l p r o t e i n d a n d i s e b u t dengan k r a m p r o t e i n

.

Sesuai dengan besar -ya, makin tua instar larva makin lehu kepalanya. R a b - r a t a lebar kepala larva instar kesatu, kedua, k e t i g a ,

keemeat, kelima dan keenam dari 20

larva

b e r t u r u t - t u r u t 0.30, 0.80, 0-94, 1.18, 1.43, 7.84 mu. Rata-rata serta kisaran stadia larva dan

lebar

kepala d i s a j i b n pada Tabel 9. -lam stadium prapupa larva msih dalam bentuk aslinya hanya e t i v i t a s rnakannya k k u r a n g . I a r v a pada Ummnya berwama h i j a u tua r3at-s masuk kedalam tanah untuk g a n t i kulit. kmanya proses penggantian k u l i t y a i t u mulai pernbukaan k u l i t sampai selubung pupa henmma o o k l a t t u a berkisar a n t a r a 12 sampai f 6 m e n i t .
(190)

Tabel 9. Stadium Lwa dan L e b r Kepala tiap Instar

Instar Stadium Lebar kepala

(hari) (m)

Imago

Hasil peng-tan terhadap 121 imago yang berhasil dibiakkan di labr>ratorium dan merupakan generasi ketiga menunjukkan bahwa imago betina lebih banyak dari pada imago jantan yaitu 66 betina dan 55 jantan, M n g g a perbandingan antara b e t i r n dan jantan adalah 6 : 5.

Hasil pe~gamatan terhadap popllasi H, armigera yang berasal dari

Bulukumba kermdian dibi- di labaratoriun yang sama r n e n ~ ~ ~ j u k k a n bh* sampai generasi keempatbelas nisbah kebdnnya tidak berubah yaitu sekitar 1 : 1 (Molide R i d , kammikasi pribadi 1.

Masa praoviposisi yang diamati dari sepuluh imago beti- k k i s a r antara satu sampai 1- hari cEengan rata-rata 2-3 hari. Seekor ngengat &ti= se- hidupya bertelur 268 sampai 1 820 butir denqm rata-rata

(191)

sampai hari kesepuluh (Gambar 7 ). Lama hidup imago janbn lebih @ek daripada imago betina. Rab-rata larna hidup -go jantan 4.3 5 1.8 hari, sedang imago betina 8.5 5 1 -5 hari, Ikmgam diketahuinya stadia telur, larva, pupa dan praoviposisi, maka daur hidup armigera di laboratorium hama Balai Penelitian TaMman R e m p h dan O b a t Bogor adalah 42-3 5 3.4 hari. Daur hidup yang diperoleh i n i tidak berbeda jauh dengan daur hidup yang diperoleh di Malang yaitu sekitar 40 hari, namun kisarannya lebih lebar antara 29 dan 51 hari (Subiyakto dan Gatot

Mortalitas dan m y a Bertahan Hid-

Popllasi suatu spesies serangga m e r q i a l a m i nrxtalitas di setiap tingkat perkemhangan dan nilai tersebut bervariasi m e n m t faktor-faktm

mrtalitas yang bekerja. -lam penelitian ini diamati nmrtalitas nyata

(awanznt mortality) dim mrtalitas sejati (

real

mortality 1.

Mortalitas telur tidak dapt ditentukan dengan pasti, kar- j d a h telur yang dilebkkan terlalu banyak, namun .berdasarkan pengamatan visual, dari serrma telur yang diletakkan di laboratorium sekitar 98 persen menetas.

(192)

4 2 sedang hanya 81 pupa mencapai imago. Pada ~ a b e l 1 0 t e r l i h a t bahwa daya b e r m hidup

&

arrruqera dalam k o n d i s i laboratorium mulai dari larva instar per- sampai imago adalah 57.86 persen.

Banyaknya telur

/

h a r i

peletaican telur

Gambar 7- D i s t r i b u s i Rata-rata Banydknya Telur yang ' D i l e t a k k a n tiap Hari oleh Sepuluh Imago

Setina Sejak H a r i Per- Peletakan T e l u r Sampai H a r i Kesepuluh

(193)

Berbagai pendapat menyatakan t n h w a t e l u r diletakkan oleh i m a g o pada sepertiga bagian atas taMman (diukur berdasarkan tinggi tanaman), oleh Sebab i t u ngengat betina yang telah melakukan kopulasi dilepas ke dalam kunmgan yang d i dalamnya telah tersedia satu taMman kapas yang berumur 50 hari.

mi

empat kurungan percobaan dengan ukuran 2 x 1 x 1 rn3 dan ditempatkan d i kamar kaca d i Sogor, banyaknya telur yang diletakkan pada bgi.dr~-bagian tanarrran tertentu d i j u m h h h n dan disaj i b n pada Tabel 1 1

.

Tabel 10, Daya Be~~tahan Hidup dan Mortalitas Larva serta

Pupa

H.

armigera &lam Kodisi Labaratorim
(194)

Tabel 1 1

.

I3anyaknya 'Iklur yang Diletakkan pada Bagian T a ~ m a n 'krtentu

Pada Tabel 11 dapat dilihat bah- sekitar 87 persen telur diletakkan pada bagian atas dari tanaman, m i bagian atas ini 75 persen telur diletakkan pada daun baik pa

Gambar

Tabel 1.  hTcduksi  Kapas  Eerbiji Negeri-negeri Penghasil  Kapas  d i  Dunia (Singh, 1986)-  T a h u n   N e g e r i   1975  1982  1983  1984  1985  *.....-,,.......,  1  000  ton  Barrgladesh  2  6  8  B u r m a   43  95  98  C i n a   7 1 4 3   1 0 7 9
Tabel  5.  Tanaman  Inang  H e l i o t h i s   obsoleta.
Tabel 6.  T a ~ m a n   Inang  Heliothis virescens
Gambar  1,  Banyaknya  Burrga  dan  J3uah  Yang  Terdapat  pada  T a n a t m n   =pas  Varietas Deltapine yang Berumur  30 hari sampai P a m
+7

Referensi

Dokumen terkait

5) pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan fungsinya. 3 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar..

[r]

[r]

Judul penelitian : Perbandingan Mortalitas Kardiovaskular Di Rumah Sakit Antara Penderita Infark Miokard Akut Elevasi Segmen ST Anterior Dengan Dan Tanpa Blok Cabang

Penelitian ini menggunakan desain 2 x 3 dengan teknik analisis varian (ANAVA), yaitu suatu desain penelitian yang digunakan untuk meneliti pengaruh dari

Dengan mempertimbangkan kendala dan potensi pada tapak serta manfaat jalan dan lanskap jalan tersebut bagi pengguna, masyarakat dan lingkungan sekitarnya, maka

Selain buku ada beberapa faktor lain dalam pelaksanaan motor keliling ini Mas antara lain seperti memilih waktu, dengan menentukan waktu yang tepat kita bisa mengetahui

*South Sea pearls are known for their warm, satiny luster which does not typically exhibit the same reflective qualities of other cultured pearls. – perhiasan mutiara lombok