DELI SERDANG
SKRIPSI
Oleh
WIDIA WATI
111121072
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
Alhamdulillah hirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah
SWT atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu memberikan pertolongan dan
perlindungan serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “ Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Gula
Darah Pasien Diabetes di Klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan
pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara Medan.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan, bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yan sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.
2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Asrizal S.Kep,Ns.WOC (ET) N, selaku dosen pembimbing skripsi
yang selalu menyediakan kesempatan waktu untuk membimbing penulis,
selalu memberikan arahan dan masukan, dan motivasi kepada penulis
4. Ibu Salbiah S.Kp, M.Kep selaku dosen penguji I dan ibu Yesi Ariani
S.Kep, M.Kep selaku dosen penguji II.
5. Bapak pimpinan klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang, serta
seluruh pegawai klinik Tiara Medistra yang telah membantu penulis
dalam penelititan ini.
6. Teristimewa untuk Ayahanda dan Ibunda ku tercinta, terima kasih atas
doa, motivasi, dukungan moril dan materi serta kasih sayang yang
senantiasa dilimpahkan kepadaku, kalian adalah pemberi inspirasi terhebat
dalam hidup ku, pemberi kasih sayang dan motivasi terkuat dan tiada tara.
7. Teman-teman seperjuangan ku stambuk 2011 ekstensi pagi.
Medan, Februari 2013
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... vi
Daftar Diagram ... vii
Daftar Skema ... viii
BAB 1.Pendahuluan ... 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian... 5
BAB 2.Tinjauan Pustaka ... 2.1 Diabetes Melitus... 7
2.1.1 Pengertian ... 7
2.1.2 Faktor Penyebab Diabetes Melitus ... 8
2.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus ... 8
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus ... 10
2.1.5 Gejala ... 12
2.1.6 Diagnosis ... 13
2.1.7 Komplikasi Kronis Diabetes Melitus... 13
2.2 Kadar Gula Darah... 18
2.2.1 Pengertian ... 18
2.2.2 Mekanisme Pengaturan Gula Darah ... 18
2.3 Senam Diabetes ... 19
2.3.2 Manfaat Senam Diabetes ... 21
2.3.3 Keadaan yang Perlu Diwaspadai Akibat Senam ... 22
2.3.4 Tahapan Dalam Latihan Senam Diabetes ... 22
2.3.5 Hal yang perlu Diperhatikan Ketika Melakukan Senam ... 23
2.3.6 Langkah-Langkah Dalam Senam Diabetes ... 24
BAB 3.Kerangka Penelitian ... 3.1 Kerangka Konsep ... 26
3.2 Defenisi Operasional ... 27
3.3 Uji Hipotesa ... 29
BAB 4. Metodologi Penelitian... 4.1 Desian Penelitian ... 30
DAFTAR TABEL
Tabel . Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM ... Tabel . Defenisi Operasional Variabel Penelitian ...
Tabel 1. Deskriptif karakteristik responden berdasarkan umur ...
Tabel 2 Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Suku,
Agama, Pendidikan dan Pekerjaan ...
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Sebelum Senam
Minggu -1 Sampai Sesudah Senam Minggu- 4 ...
Tabel 4. Hasil Uji Paired t-test Perbedaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes
Sebelum dan Sesudah Senam Minggu 1...
Tabel 5. Hasil Uji Paired t-test Perbedaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes
Sebelum dan Sesudah Senam Minggu 2...
Tabel 6. Hasil Uji Paired t-test Perbedaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes
Sebelum dan Sesudah Senam Minggu 3...
Tabel 7. Kadar Gula Darah Sebelum Senam Minggu 1 dan Sesudah Senam
Minggu 4 ...
Tabel 8. Hasil Uji Paired t-test Perbedaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes
Sebelum dan Sesudah Senam Minggu 4...
Tabel 9. Hasil Uji Paired t-test Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Senam
Diagram 1. Kadar gula darah sebelum dan sesudah senam minggu 1………
Diagram 2. Kadar gula darah sebelum dan sesudah senam minggu 2……….
Diagram 3. Kadar gula darah sebelum dan sesudah senam minggu 3……….
Diagram 4. Kadar gula darah sebelum dan sesudah senam minggu 4……….
DAFTAR SKEMA
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden……… Lampiran 2. Kuisioner penelitian (Data Demografi)………...
Lampiran 3. Instrument penelitian ( Lembar Observasi)……….
Lampiran 4. Jadwal Defenitif Penelitian……….
Lampiran 5. Anggaran Penelitian……….
Judul :”Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus di Klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang”
Penulis : Widia Wati NIM : 111121072
Jurusan : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun akademik : 2011-2013
ABSTRAK
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus. Senam diabetes yang digunakan yaitu senam aerobic low impact yang bisa meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes di klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada September-Oktober 2012, desain penelitian ini adalah komparatif. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 21 responden yang diperoleh dengan metode pengambilan sampel dengan cara total sample. Data diperoleh melaui kuesioner, wawancara dan pengambilan langsung sampel darah kapiler responden untuk kemudian diukur kadar gula darahnya dengan menggunakan gluko meter. Analisis data dilakukan secara bertahap mencakup analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji paired t-test. Hasil penelititan ini menunjukkan bahwa Sebelum melakukan senam pada minggu pertama rata-rata kadar gula darah responden yaitu 272,4 mg/dl dan setelah melakukan senam pada minggu keempat rata-rata kadar gula darah responden yaitu 257,04 mg/dl, terjadi penurunan kadar gula darah sebesar 15,36 mg/dl. Hasil analisa dengan menggunakan uji paired t-test secara signifikan terjadi penurunan kadar gula darah pada responden dengan nilai p< 0,05 yaitu 0,041. Hal ini berarti terdapat pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes Diharapkan bagi pelayanan kesehatan agar dapat menjadi motivator dan memberikan penyuluhan yang intensif bagi penderita diabetes mellitus untuk malakukan senam diabetes rutin demi menurunkan kadar gula darah dan mencegah komplikasi diabetes mellitus.
.
Pasien Diabetes Mellitus di Klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang”
Penulis : Widia Wati NIM : 111121072
Jurusan : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun akademik : 2011-2013
ABSTRAK
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus. Senam diabetes yang digunakan yaitu senam aerobic low impact yang bisa meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes di klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada September-Oktober 2012, desain penelitian ini adalah komparatif. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 21 responden yang diperoleh dengan metode pengambilan sampel dengan cara total sample. Data diperoleh melaui kuesioner, wawancara dan pengambilan langsung sampel darah kapiler responden untuk kemudian diukur kadar gula darahnya dengan menggunakan gluko meter. Analisis data dilakukan secara bertahap mencakup analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji paired t-test. Hasil penelititan ini menunjukkan bahwa Sebelum melakukan senam pada minggu pertama rata-rata kadar gula darah responden yaitu 272,4 mg/dl dan setelah melakukan senam pada minggu keempat rata-rata kadar gula darah responden yaitu 257,04 mg/dl, terjadi penurunan kadar gula darah sebesar 15,36 mg/dl. Hasil analisa dengan menggunakan uji paired t-test secara signifikan terjadi penurunan kadar gula darah pada responden dengan nilai p< 0,05 yaitu 0,041. Hal ini berarti terdapat pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes Diharapkan bagi pelayanan kesehatan agar dapat menjadi motivator dan memberikan penyuluhan yang intensif bagi penderita diabetes mellitus untuk malakukan senam diabetes rutin demi menurunkan kadar gula darah dan mencegah komplikasi diabetes mellitus.
.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (Sudoyo, 2006), bersifat kronik dan disertai komplikasi kronik
ataupun akut. Sebagian penyandang diabetes mellitus tidak menyadari dan tidak
berobat secara teratur sampai saat timbul komplikasi (Suwondo, 2006).
Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan penanganan
yang tepat dan serius. Penyakit tersebut akan membawa sebagian komplikasi yang
serius seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal dan kerusakan
sistem syaraf. Menurut estimasi International Diabetes Federation (IDF) terdapat 194
juta penduduk Indonesia menderita Diabetes Melitus pada tahun 2003. WHO
memprediksi data Diabetes Melitus akan meningkat menjadi 333 juta dalam 25 tahun
mendatang (Soegondo & Sidartawan, 2009).
Data Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organitation (WHO) menyatakan
Indonesia menempati urutan ke 7 di dunia sebagai Negara dengan jumlah penderita
diabetes melitus terbanyak setelah India, China, Amerika Serikat, Uni Soviet, Jepang
dan Brazil. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia
Indonesia meningkat 2 kali lipat dari 2.598.000 pada tahun 2003 menjadi 5.210.000
penderita pada tahun 2025. WHO memastikan peningkatan pada penderita Diabetes
Melitus terutama tipe II paling banyak dialami oleh negara –negara berkembang
termasuk Indonesia (Soyono, 2007). Diabetes Melitus sudah merupakan salah satu
ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21 (Sudoyo, 2007).
Angka prevalensi penderita diabetes tanah air berdasarkan data Departemen
Kesehatan (2008) mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12
juta jiwa. Yang mengejutkan, angka prevalensi pre-diabetes mencapai dua kali
lipatnya atau 11% dari total penduduk Indonesia. Berarti, jumlah penduduk Indonesia
yang terkena diabetes akan meningkat dua kali lipat dalam beberapa waktu
mendatang.
Setyandrian pakar ilmu kesehatan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
juga mengatakan, penderita diabetes melitus di Indonesia sejak 2000 mengalami
peningkatan dan pada 2030 diperkirakan mencapai 21,3 juta orang. Pada tahun 2000
jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta orang, jumlah itu
terus meningkat dan pada 2030 diperkirakan mencapai 21,3 juta orang.
Seiring peningkatan pendapatan perkapita sehingga kemakmuran penduduk di
suatu negara meningkat menyebabkan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota
besar. Dengan pendapatan yang meningkat daya beli pun semakin tinggi sehingga
pola makan telah tergeser dari pola makan tradisional yang mengandung banyak
komposisi makanan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula, garam,
dan sedikit mengandung serat (Suyono, 2007).
Pengelolaan diabetes melitus meliputi 4 pilar dan aktivitas fisik merupakan salah
satu dari empat pilar tersebut. Kegiatan fisik diabetesi dapat mengurangi resiko
kardiovaskular dan meningkatkan harapan hidup. Kegiatan fisik akan meningkatkan
rasa nyaman baik secara fisik, psikis maupun sosial dan tampak sehat. Pengendalian
gula darah salah satunya dengan olahraga, diantaranya senam. Senam diabetes yang
digunakan yaitu senam aerobic yang bisa meningkatkan pemakaian glukosa oleh otot
aktif sehingga secara langsung dapat menurunkan glukosa darah (Sudirman, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudirman dkk, di RSU RA Kartini Jepara
pada tahun 2008 terhadap 67 responden didapatkan bahwa kadar gula darah sebelum
senam yang paling banyak adalah 180 mg/dl sebanyak 25 orang (37,3%), dan kadar
gula darah sebelum senam paling sedikit adalah 100-144 mg/dl sebanyak 18 orang
(26,9%). Nilai kadar gula darah sesudah senam yang paling banyak adalah 180 mg/dl
sebanyak 37 orang (53,2%) dan nilai kadar gula darah sesudah senam yang paling
sedikit adalah 100-144 mg/dl sebanyak 13 orang (19,4%), maka di simpulkan bahwa
tidak ada pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah (Sudirman,
2009).
Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Indriyani dkk, di wilayah
puskesmas Bukateja Purbolinggo terhadap 22 responden didapatkan bahwa sebelum
melakukan senam rata-rata kadar gula responden adalah 240,27 mg/dl, dan setelah
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Putra (2010) juga menunjukkan
perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam, penelitian ini membagi
responden menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi
dengan hasil untuk kelompok kontrol p= 0,023 dan kelompok intervensi p= 0,013.
Penurunan kadar gula darah pada kelompok intervensi 1,2 kali lebih besar dari pada
kelompok kontrol (31,92 mg/dl berbanding 27 mg/dl) .(Dwi Putra, 2010)
Penelitian lain yang tekait dengan senam diabetes antara lain adalah penelitian
yang dilakikan oleh Ahmad Baequny dkk (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
Pengaruh senam diabetes mellitus terhadap penurunan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus yang menunjukkan hasil ada perubahan yang signifikan
pada gula darah setelah melakukan senam (Baequny dkk, 2009)
Senam diabetes yang dilakukan di klinik Tiara Medistra Bandar Setia Deli
Serdang dilaksanakan seminggu sekali yaitu setiap hari jumat dengan durasi 45
menit, peserta senam diabetes yang rutin mengikuti senam berkisar 25 orang, sebelum
dan sesudah melakukan senam dilakukan pengukuran tekanan darah, sedangkan
pengukuran kadar gula darah tidak dilakukan sebelum maupun sesudah senam,
pengukuran kadar gula darah dilakukan 1 bulan sekali, sehingga evaluasi
keberhasilan senam terhadap penurunan kadar gula darah belum diketahui.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang ditentukan
Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Mellitus di klinik Tiara Medistra,
Bandar Setia Deli Serdang ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh senam
diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien Diabetes Melitus setelah
melakukan senam diabetes di klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus sebelum melakukan
senam diabetes di klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang
2) Mengetahui kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus sesudah melakukan
senam diabetes di klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang.
3) Mengidentifikasi perbedaan kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus
sebelum dan sesudah melakukan senam diabetes di klinik Tiara Medistra
Bandar Setia, Deli Serdang.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan tentang
Pengaruh Senam Diabetes Teahadap Penurunan Kadar Gula Darah.
b. Bagi Pasien/Penderita
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pasien agar
penderita Diabetes Melitus dapat menjaga gaya hidup dan melakukan senam
secara rutin untuk menurunkan kadar gula darah.
c. Bagi Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi petugas
kesehatan khususnya bagi perawat tentang Pengaruh Senam Diabetes
Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Diebetes Mellitus.
d. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan menambah
pengetahuan baru untuk mata kuliah keperawatan khususnya mata kuliah
keperawatan medikal bedah mengenai Pengaruh Senam Diabetes Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Pasien Diebetes Mellitus yang akan
memperkaya ilmu pengetahuan perawat.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi para peneliti
yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut tentang Pengaruh Senam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes Melitus
2.1.1 Pengertian
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat,
jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat
kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang
atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif
(Sarwono, 2006).
WHO menyatakan Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronis
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol dan menurut American Diabetes Association (ADA) Diabetes mellitus
merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Diabetes
Mellitus adalah suatu keadaan dimana terjadinya peningkatan kadar gula dalam darah
yang mengakibatkan gangguan metabolisme dan berkembang menjadi gangguan
multisistem karena keterbatasan insulin di dalam tubuh seseorang.
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Diabetes Mellitus
Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan
memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita
penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes
mellitus lebih besar.
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel
beta yang memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta
dapat menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang
yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan
dan kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang
2.1.3 Klasifikasi Diabetes Melitus
American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006)
mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :
1) Diabetes mellitus tipe 1
Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan
kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak diketahui
sumbernya.
2) Diabetes mellitus tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten insulin.
3) Diabetes mellitus Gestasional
Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik,
obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu.Karena
terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone yang mempunyai efek metabolic
terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan diabetogenik.
4) Diabetes mellitus tipe lain :
a) Defek genetik fungsi sel beta
b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism,
c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro
kalkulus, dan lainnya.
d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma,
hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.
e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid,
dilantin, interferon alfa, dan lainnya.
f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.
g) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor
insulin, dan lainnya.
h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom
turner, sindrom wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington,
sindrom Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom
pradelwilli, dan lainnya (ADA, 2005)
2.1.3 Patofisiologi Diabetes Melitus
Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit
diabetes mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :
1) Diabetes Tipe I
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut
diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
Pasien mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2) Diabetes Tipe II
Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula
darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak
untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu
tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria
sebagai penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan berlanjut dan
semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus menerus
meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol gula darah.
Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan
lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah makan.
Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan menurun dan kenaikan kadar
gula darah semakin bertambah berat.
3) Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.
Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta.
Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita diabetes
gestasional akan kembali normal. (Brunner & Suddarth, 2002).
2.1.5 Gejala
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah
yang tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan
sampai ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air
kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah
yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga
banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini
penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
(polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut
keluhan khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun,
sering buang air kecil (poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia). Penyandang
diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan sama sekali, sampai
keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang diabetes melitus
sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas, kesemutan akibat
komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur pada kulit dan
daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh tidak
sembuh (Sarwono, 2006).
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis diabetes dipastikan bila terdapat keluhan khas diabetes ( poliuria,
polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
) disertai dengan satu nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal ( glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl ).
Selain itu terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan
tidak khas ( lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae)
disertai dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal ( glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari
yang berbeda ( Suyono, 2005 ).
2.1.7 Komplikasi kronis diabetes mellitus antara lain :
1). Kerusakan saraf (Neuropathy)
Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak dan
sum-sum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ lain, serta susunan
saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan saluran cerna. Hal ini biasanya
terjadi setelah glukosa darah terus tinggi, tidak terkontrol dengan baik, dan
berlangsung sampai 10 tahun atau lebih. Apabila glukosa darah berhasil diturunkan
menjadi normal, terkadang perbaikan saraf bisa terjadi. Namun bila dalam jangka
yang lama glukosa darah tidak berhasil diturunkan menjadi normal maka akan
melemahkan dan merusak dinding pembuluh darah kapiler yang memberi makan ke
saraf sehingga terjadi kerusakan saraf yang disebut neuropati diabetik (diabetic
neuropathy). Neuropati diabetik dapat mengakibatkan saraf tidak bisa mengirim atau
menghantar pesan-pesan rangsangan impuls saraf, salah kirim atau terlambat kirim.
Tergantung dari berat ringannya kerusakan saraf dan saraf mana yang terkena.
2). Kerusakan ginjal (Nephropathy)
Ginjal manusia terdiri dari dua juta nefron dan berjuta-juta pembuluh darah
kecil yang disebut kapiler. Kapiler ini berfungsi sebagai saringan darah. Bahan yang
tidak berguna bagi tubuh akan dibuang ke urin atau kencing. Ginjal bekerja 24 jam
sehari untuk membersihkan darah dari racun yang masuk ke dan yang dibentuk oleh
tubuh. Bila ada nefropati atau kerusakan ginjal, racun tidak dapat dikeluarkan,
seseorang terkena diabetes dan makin lama terkena tekanan darah tinggi, maka
penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal. Gangguan ginjal pada penderita
diabetes juga terkait dengan neuropathy atau kerusakan saraf.
3). Kerusakan mata (Retinopathy)
Penyakit diabetes bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab
utama kebutaan. Ada tiga penyakit utama pada mata yang disebabkan oleh diabetes,
yaitu:
a. retinopati, retina mendapatkn makanan dari banyak pembuluh darah kapiler
yang sangat kecil. Glukosa darah yang tinggi bisa merusak pembuluh darah
retina.
b. katarak, lensa yang biasanya jernih bening dan transparan menjadi keruh
sehingga menghambat masuknya sinar dan makin diperparah dengan adanya
glukosa darah yang tinggi.
c. glaukoma, terjadi peningkatan tekanan dalam bola matasehingg merusak
saraf mata.
4). Penyakit jantung
Diabetes merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan
lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Akibatnya suplai
darah ke otot jantung berkurang dan tekanan darah meningkat, sehingga kematian
mendadak bisa terjadi.
5). Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi jarang menimbulkan keluhan yang
dramatis seperti kerusakan mata atau kerusakan ginjal. Namun, harus diingat
hipertensi dapat memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal,
atau stroke. Risiko serangan jantung dan stroke menjadi dua kali lipat apabila
penderita diabetes juga terkena hipertensi.
6). Penyakit pembuluh darah perifer
Kerusakan pembuluh darah di perifer atau di tangan dan kaki, yang
dinamakan Peripheral Vascular Disease (PVD), dapat terjadi lebih dini dan
prosesnya lebih cepat pada penderita diabetes daripada orang yang tidak mendertita
diabetes. Denyut pembuluh darah di kaki terasa lemah atau tidak terasa sama sekali.
Bila diabetes berlangsung selama 10 tahun lebih, sepertiga pria dan wanita dapat
mengalami kelainan ini. Dan apabila ditemukan PVD disamping diikuti gangguan
saraf atau neuropati dan infeksi atau luka yang sukar sembuh, pasien biasanya sudah
mengalami penyempitan pada pembuluh darah jantung.
7). Gangguan pada hati
Banyak orang beranggapan bahwa bila penderita diabetes tidak makan gula
bisa bisa mengalami kerusakan hati. Anggapan ini keliru, hati bisa terganggu akibat
penyakit diabetes itu sendiri. Dibandingkan orang yang tidak menderita diabetes,
penderita diabetes lebih mudah terserang infeksi virus hepatitis B atau hepatitis C.
mudah tertular dan memerlukan vaksinasi untuk pencegahan hepatitis. Hepatitis
kronis dan sirosis hati (liver cirrhosis) juga mudah terjadi karena infeksi tau radang
hati yang lama atau berulang. Gangguan hati yang sering ditemukan pada penderita
diabetes adalah perlemakan hati atau fatty liver, biasanya (hampir 50%) pada
penderita diabetes tipe 2 dan gemuk. Kelainan ini jangan dibiarkan karena bisa
merupakan pertanda adanya penimbunan lemak di jaringan tubuh lainnya.
8). Penyakit paru-paru
Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru-paru
dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara sosio-ekonomi
cukup. Diabetes memperberat infeksi paru-paru, demikian pula sakit paru-paru akan
menaikkan glukosa darah.
9). Gangguan saluran makan
Gangguan saluran makan pada penderita diabetes disebabkan karena kontrol
glukosa darah yang tidak baik, serta gngguan saraf otonom yang mengenai saluran
pencernaan. Gangguan ini dimulai dari rongga mulut yang mudah terkena infeksi,
gangguan rasa pengecapan sehingga mengurangi nafsu makan, sampai pada akar gigi
yang mudah terserang infeksi, dan gigi menjadi mudah tanggal serta pertumbuhan
menjadi tidak rata. Rasa sebah, mual, bahkan muntah dan diare juga bisa terjadi. Ini
adalah akibat dari gangguan saraf otonom pada lambung dan usus. Keluhan gangguan
10). Infeksi
Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam
menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah terkena
infeksi. Tempat yang mudah mengalami infeksi adalah mulut, gusi, paru-paru, kulit,
kaki, kandung kemih dan alat kelamin. Kadar glukosa darah yang tinggi juga merusak
sistem saraf sehingga mengurangi kepekaan penderita terhadap adanya infeksi.
2.2 Kadar Gula Darah
2.2.1 Pengertian
Kadar gula darah adalah tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula
darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang
dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh (Wikipedia,
2012).
2.2.2 Mekanisme Pengaturan Gula Darah
Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Kadar glukosa di dalam darah dimonitor oleh
pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan
sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa
(proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga
perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan
dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin,
menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen ( proses ini
disebut glikogenosis), yang mengurangi kadar gula darah ( Wikipedia, 2012 ).
Tabel 1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosa DM (mg/dL)
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dL)
Plasma vena
Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa (mg/dL)
Plasma vena
2.3. Senam Diabetes ( Latihan Jasmani )
2.3.1 Pengertian
Pengelolaan Diabetes Melitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula
nonfarmakologis. Pengelolaan nonfarmakologis meliputi pengendalian berat badan,
diet, olahraga, sedangkan terapi farmakologisnya yaitu dengan pemberian insulin dan
obat anti diabetik oral. Terapi ini diberikan jika terapi nonfarmakologis tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah dan dijalankan dengan tidak meninggalkan terapi
nonfarmakologis yang sudah diterapkan (Yunir & Soebardi, 2007).
Latihan jasmani merupakan langkah awal dalam mencegah, mengontrol dan
mengatasi diabetes. Latihan jasmani secara langsung dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif dan lebih banyak jala-jala kapiler
terbuka sehingga lebih banyak tersedia reseptor insulin dan reseptor insulin menjadi
lebih aktif yang akan berpengaruh pada penurunan kadar glukosa darah pada pasien
diabetes (Ilyas, 2007). Latihan olahraga berdasarkan teori keperawatan merupakan
kebutuhan pasien yang harus dipenuhi dalam mengatasi masalah keperawatan yang
timbul akibat dari diabetes (Potter & Pery, 2005). Mengatasi masalah keperawatan
pasien diabetes dengan latihan jasmani atau olahraga merupakan hal penting. Perawat
dalam melakukan perannya dituntut agar latihan jasmani bisa dilakukan pasien
dengan baik. Hal ini sesuai dengan peran perawat spesialisasi medikal bedah yaitu
sebagai koordinator, pemberi layanan, perencana keperawatan berkelanjutan,
edukator, advokat, dan agen perubahan (Ignativicus & Workman).
Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang menurut usia dan status
fisik dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes mellitus (PERSADIA,
2000).Pada waktu latihan jasmani otot-otot tubuh, sistem jantung dan sirkulasi darah
dan elektrolit serta asam basa harus menyesuaikan diri. Otot –otot akan menggunakan
asam lemak bebas dan glukosa sebagaisumber tenaga atau energi. Bila latihan
jasmani dimulai glukosa yang berasal dari glikogen di otot-otot pada waktu latihan
jasmani mulai dipakai sebagai sumber tenaga. Apabila latihan jasmani terus
ditingkatkan maka sumber tenaga dan glikogen otot berkurang, selanjutnya akan
terjadi pemakaian glukosa darah dan asam lemak bebas. Makin ditingkatkan porsi
olahraga makin meningkat pula pemakaian glukosa yang berasal dari cadangan
glikogen hepar. Apabila latihan ditingkatkan lagi, maka sumber tenaga terutama
berasal dari asam lemak bebas dan lipolisis jaringan lemak (PERSADIA, 2000).
Pada saat latihan jasmani ringan, pemakaian asam lemak bebas dan glukosa
tidak tergantung insulin, apabila olahraga ditingkatkan menjadi berintensitas sedang
maka insulin akan menurun dan adrenalin akan meningkat. Selanjutkan bila latihan
jasmani dalam intensitas yang lebih berat maka non adrenalin akan meningkat dan
menghambat sekresi insulin dan bersaman dengan itu terjadi peningkatan glucagon
(PERSADIA, 2000).
Perubahan-perubahan metabolik dan sistem hormonal selama latihan tersebut
adalah reaksi fisiologis tubuh untuk penyediaan energi yang dibutuhkan oleh otot-otot
dari glukosa dan asam lemak bebas dan penyesuaian sistem kardiovaskular serta
sistem respirasi (PERSADIA, 2000).
2.3.2 Manfaat Senam Diabetes
Manfaat senam diabetes yaitu meningkatkan kepekaan insulin pada otot-otot
dan hati yang bisa menyebabkan penurunan pada dosis obat-obat hipoglikemi oral
atau insulin yang dibutuhkan orang tersebut, profil lipid juga cendurung diperbaiki.
Selain itu kadar kolestrol HDL yang sangat membantu makin bertambah dan
mungkin penurunan trigliserida sehingga menurunkan resiko aterosklerosis. Diduga
bahwa kurangnya olahraga dapat mengakibatkan resiko langsung bagi perkembangan
resistensi terhadap insulin pada diabetes tipe 2, dan kemampuan fisik yang tetap aktif
selama hidup merupakan salah satu sarana bagi perlindungan dan pencegahan
penyakit (McWright, 2008 dalam Nugrahini, 2010).
Latihan jasmani pada diabetes mellitus tipe 2 berperan utama dalam
pengaturan kadar glukosa darah. Pada tipe ini produksi insulin umumnya tidak
terganggu terutama pada awal menyandang penyakit ini. Masalah utama adalah
kurangnya respon reseptor insulin terhadap insulin sehingga insulin tidak dapat dapat
masuk ke dalam sel-sel tubuh kecuali otak. Otot yang terkontraksi atau aktif tidak
memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel karena pada otot yang
aktif sensitivitas reseptor insulin meningkat. Oleh karena itu latihan jasmani pada
diabetes mellitus tipe 2 akan menyebabkan berkurangnya kebutuhan insulin eksogen.
Selain bermanfaat dalam mengontrol kadar glukosa darah, latihan jasmani pada
diabetes mellitus tipe 2 diharapkan dapat menurunkan berat badan dan ini merupakan
manfaat latihan jasmani bagi diabetes mellitus tipe 2 akan lebih jelas bila disertai
dengan penurunan berat badan (Ilyas, 2005).
2.3.3 Keadaan Yang Perlu Diwaspadai Akibat Senam
Ada beberapa keadaan yang perlu diwaspadai akibat senam diabetes antara
lain berhubungan dengan metabolisme, gula darah malah meninggi dan adanya
ketosis, dan terjadinya hipoglikomi pada penderita yang mendapat suntikan insulin
atau minum obat oral anti diabetik. Berhubungan dengan mikrovaskular, dapat terjadi
perdarahan retina meningkatnya proteinuria, dan perdarahan jaringan lunak setelah
latihan.
Keadaan lain yang perlu diwaspadai yaitu berhubungan dengan sistem
kardiovaskular, dekompensasi jantung dan aritmia disebabkan oleh PJK, tekanan
darah meningkat dalam latihan, hipotensi orthostatik setelah latihan Berhubungan
dengan trauma, ulkus pada kaki, penyakit-penyakit sendi terutama pada orang tua,
trauma tulang dan otot sehubungan dengan adanya neuropati, osteoporosis, dan
osteoarthritis ( Ilyas, 2005 ).
2.3.4 Tahapan dalam latihan senam diabetes
Menurut Ilyas (2005) ada beberapa tahapan (urutan kegiatan) dalam
melakukan senam diabetes yang harus diperhatikan setiap kali melakukan kegiatan
senam diabetes, tahapan-tahapan tersebut antara lain :
1) Pemanasan (Warming Up)
Dilakukan sebelum melakukan latihan yang bertujuan untuk
mempersiapkan berbagai sistem tubuh sebelum memasuki latihan. Selain
itu pemanasan perlu untuk mengurangi kemungkinan terjadinya cedera
akibat olahraga lama. Pemanasan biasanya 5-10 menit.
2) Latihan inti (Conditioning)
Pada tahap ini heart rate diusahakan mencapai target heart rate (THR)
3) Pendinginan (Cooling Down)
Pendinginan adalah untuk mencegah terjadinya penimbunan asam laktat
yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot sesudah berolah raga atau
pusing karena darah masih terkumpul pada otot yang aktif. Lama
pendinginan kurang lebih 5-10 menit.
4) Peregangan (Streching)
Dilakukan untuk melemaskan dan melenturkan otot-otot yang masih
tegang dan lebih elastis.
2.3.5 Hal yang Perlu Diperhatikan Ketika Melakukan Senam Diabetes
Pada penyandang diabetes yang mendapat terapi insulin, keadaan
hipoglikemia disertai kadar insulin yang berlebihan merupakan keadaan yang perlu
mendapat perhatian ketika melakukan latihan jasmani terutama pada waktu tahap
pemulihan. Kemungkinan hipoglikemia lebih besar bila insulin disuntikkan pada
lengan atau kaki sebelum melakukan latihan jasmani, sebagai akibat meningkatnya
Oleh karena itu dianjurkan agar penyuntikan insulin sebelum melakukan latihan
jasmani dilakukan didaerah abdomen, juga dianjurkan agar latihan jasmani dilakukan
setelah makan ketika kadar glukosa darah pada puncaknya. Pagi hari merupakan saat
yang paling baik untuk melakukan latihan jasm
Latihan jasmani dengan durasi yang lama pada penyandang diabetes yang
mengalami defisiensi insulin disertai kadar gula darah yang tidak terkendali akan
menyebabkan peningkatan penglepasan bahan berbahaya yaitu benda-benda keton,
berbagai hal ini membutuhkan pengawasan yang ketat bila penyandang diabetes
melakukan latihan jasmani. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk melakukan
latihan jasmani secara berkelompok (Ilyas, 2005 ).
2.3.6 Langkah –langkah dalam Senam Diabetes
Dalam melaksanakan senam diabetes ada beberapa langkah yang harus
dilakukan, menurut Sumarni (2008) langkah-langkah tersebut antara lain:
1) Pemanasan 1
Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke atas seluruh bahu, kedua tangan
bertautan, lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh.
2) Pemanasan 2
Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu,
kemudian gerakkan kedua jari seperti hendak meremas, lalu buka lebar.
Lakukan secara bergantian namun tangan di angkat ke kanan kiri tubuh
hingga lurus bahu.
3) Inti 1
Posisi tegap berdiri, kaki kanan maju selangkah ke depan, kaki kiri tetap di
tempat. Tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu, sedangkan
tangan kiri ditekuk sampai telapak tangan mendekati dada. Lakukan secara
bergantian.
4) Inti 2
Posisi berdiri tegap, kaki kanan diangkat hingga paha dn betis membentuk
sudut 900. Kaki kiri tetap di tempat. Tangan kanan diangkat kekanan tubuh
selurus bahu, sedangkan tangan kanan ditekuk hingga telapak tangan
mendekati dada. Lakukan secara bergantian.
5) Pendinginan 1
Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus ke depan selurus
bahu, tangan kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.
6) Pendinginan 2
Posisi kaki berbentuk huruf V terbalik, kedua tangan direntangkan ke atas
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian menurut Setiadi (2007) adalah suatu hubungan
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang akan
diteliti. Sesuai dengan tujuan dan pemikiran peneliti yaitu mendapatkan gambaran
tentang pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien
diabetes mellitus.
Variable adalah karakteristik yang diamati yang memiliki variasi nilai dan
merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau
ditentukan tingkatannya (Setiadi,2007). Terdapat dua variabel yaitu variabel bebas
(independent) dan variabel akibat (dependent).
Skema Kerangka Konsep
Kadar Gula Darah .Setelah Senam
(post test) Senam Diabetes
Kadar Gula Darah Sebelum Senam
Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana
cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel.
3.2Hipotesa
Berdasarkan kerangka penelitian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa
penelitian Ha : Terdapat pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula
darah pada pasien diabetes mellitus di klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli
Serdang.
METODOLOGI PENELITIAN
4.1Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan suatu strategi dalam mengidentifikasi
permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data (Nursalam, 2003).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah komparatif yang
bertujuan mengidentifikasi pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula
darah pasien diabetes di klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang.
4.2 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006). Populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan penderita diabetes melitus yang mengikuti
program senam diabetes di klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang yaitu
pada bulan September 2012 sebanyak 30 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti
(Arikonto,2006). Dalam penelitian ini pengambilam sampel dilakukan dengan cara
total sampling artinya seluruh penderita diabetes yang ikut program senam diabetes
9 orang yang tidak bersedia hadir setiap minggu dengan alasan tidak ada yang rutin
mengantar maka sampel dalam penelitian ini yaitu 21 orang.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di klinik Tiara Medistra Bandar Setia,Deli Serdang
yang akan dilaksanakan pada September-Oktober 2012. Lokasi penelitian ini dipilih
karena merupakan salah satu klinik yang memiliki program senam diabetes rutin dan
merupakan satu-satunya klinik yang menjalankan program tersebut untuk kawasan
Deli Serdang.
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan Pimpinan Klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli
Serdang. Menurut Nursalam (2003), ada beberapa pertimbangan etik yang harus
diperhatikan pada penelitian ini, yaitu self determination responden diberi kebebasan
untuk menentukan apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian
secara sukarela, ananomity yaitu selama kegiatan penelitian, nama dari responden
tidak digunakan. Sebagai gantinya peneliti menggunakan nama inisial responden,
informed consent adalah seluruh responden bersedia menandatangani lembar
persetujuan setelah peneliti menjelaskan tujuan, manfaat, dan harapan peneliti
confidentiality adalah peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan
kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian dan protection from
discomfort, yaitu responden bebas dari rasa sakit, baik secara fisik dan tekanan
psikologis
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data demografi, tabel
observasi, glukometer, jarum penusuk, kapas alkohol dan DVD player yang
digunakan sebagai panduan melaksanakan senam diabetes. Peneliti mengobservasi
langsung berjalannya kegiatan senam mulai dari pemanasan sampai pendinginan.
Langkah- langkah Senam Diabetes
1) Pemanasan 1
Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke atas seluruh bahu, kedua tangan
bertautan, lakukan bergantian dengan posisi kedua tangan di depan tubuh.
2) Pemanasan 2
Berdiri di tempat, angkat kedua tangan ke depan tubuh hingga lurus bahu,
kemudian gerakkan kedua jari seperti hendak meremas, lalu buka lebar. Lakukan
secara bergantian namun tangan di angkat ke kanan kiri tubuh hingga lurus bahu.
3) Inti 1
Posisi tegap berdiri, kaki kanan maju selangkah ke depan, kaki kiri tetap di
tempat. Tangan kanan diangkat ke kanan tubuh selurus bahu, sedangkan tangan kiri
4) Inti 2
Posisi berdiri tegap, kaki kanan diangkat hingga paha dn betis membentuk
sudut 900. Kaki kiri tetap di tempat. Tangan kanan diangkat kekanan tubuh selurus
bahu, sedangkan tangan kanan ditekuk hingga telapak tangan mendekati dada.
Lakukan secara bergantian.
5)Pendinginan 1
Kaki kanan agak menekuk, kaki kiri lurus. Tangan kiri lurus ke depan selurus
bahu, tangan kanan ditekuk ke dalam. Lakukan secara bergantian.
6)Pendinginan 2
Posisi kaki berbentuk huruf V terbalik, kedua tangan direntangkan ke atas
membentuk huruf V.
4.6 Metode Pengumpulan Data
Cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini yaitu peneliti menyerahkan surat permohonan izin penelitian yang
dilakukan oleh insitusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
kemudian menyerahkan surat izin kepada bagian kepala pimpinan klinik Tiara
Medistra Bandar Setia,Deli Serdang, kemudian peneliti mendapat data jumlah pasien
yang menderita diabetes mellitus dan aktif mengikuti senam diabetes.
Pengambilan data dilakukan oleh peneliti sendiri dimana peneliti hadir pada
prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan. Setelah responden setuju dengan
prosedur penelitian yang akan dilakukan, peneliti memberikan informed consent
untuk ditandatangani sebagai bukti persetujuan untuk menjadi responden,
selanjutnya responden mengisi data demografi.
Peneliti kemudian melakukan pengukuran kadar gula darah responden yaitu
dengan cara sebagai berikut :
1) Persiapan alat
2) Ujung salah satu jari tangan responden dibersihkan dengan
menggunakan kapas alkohol.
3) Peneliti memastikan alat penusuk yang berisi jarum penusuk sudah
dapat digunakan, kemudian alat penusuk ditempelkan pada ujung jari
responden kemudian peneliti menekan tombol pada alat penusuk yang
secara otomatis akan menusuk ujung jari responden.
4) Darah yang keluar dari ujung jari responden diteteskan pada stik yang
sudah terpasang pada gluko meter.
5) Setelah beberapa detik pada layar gluko meter muncul angka yang
merupakan kadar gula darah responden tersebut.
6) Selanjutnya peneliti mencatat hasil dari kadar gula darah tersebut.
Setelah dilakukan pengukuran kadar gula darah responden kemudian
melakukan senam diabetes dan peneliti melakukan observasi langsung terhadap
pendinginan. Setelah kegiatan senam berakhir sekitar 5-10 menit peneliti melakukan
pengukuran kadar gula darah kembali kepada responden satu persatu dan kemudian
hasilnya di catat seperti prosedur sebelum responden melakukan senam.
4.7 Analisa Data
Analisa data senam diabetes dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :
1) Persiapan yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas data
responden dan memastikan semua data telah terisi.
2) Tabulasi yaitu mengklarifikasi data dengan mentabulasikan data yang
telah dikumpulkan.
3) Setelah dilakukan pemeriksaan dan tabulasi data, maka dilakukan
analisa data yaitu sebagai berikut:
a. Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan untuk satu variabel atau per
variabel atau disebut juga dari analisis berdistribusi tunggal. Analisis univariat
bertujuan untuk menggambarkan masing-masing variabel bebas dan variabel terikat
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi (jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, suku bangsa) dan menggunakan deskriptif (usia untuk melihat mean dan
standar deviasi).
b. Analisis Bivariat
Adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan dua variabel.
Analisis bivariat bertujuan untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dan
variabel terikat.
Uji paired t-test digunakan untuk menguji dua sampel berpasangan, apakah
mempunyai rata-rata yang berbeda secara signifikan pada data yang bertipe riel.
Maka, uji paired t-test (t-test berpasangan) digunakan untuk meneliti pengaruh
senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes dengan melihat
nilai P (Probabilitas) diterima atau ditolak. Apabila data tidak berdistribusi normal,
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini, peneliti menguraikan hasil penelitian dan pebahasan mengenai
pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes
mellitus.
5.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan selama 5 minggu sejak tanggal 07 september
sampai 05 oktober 2012 di klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang. Hasil
penelitian ini menguraikan karakteristik demografi responden, dan kadar gula darah
responden sebelum dan sesudah melakukan senam diabetes.
5.1.1 Karakteristik Demografi Responden
Table 1. Deskriptif Karakteristik Responden Menurut Umur Responden
Mean Median Modus Min Max SD
Tabel 2. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin, Suku, Agama, Pendidikan,
Dari tabel di atas dapat dilihat deskripsi karakteristik demografi responden
terdiri dari usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, dan pekerjaan responden. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden sebanyak 21 responden, pada
karakteristik umur nilai mean=50, median=50 dan modus= 41, umur terendah yaitu39
tahun dan umur tertinggi 63 tahun dan SD= 6,450. Mayoritas jenis kelamin responden
adalah perempuan (61,9%), responden bersuku jawa (47,6%), sebagian besar
pendidikan perguruan tinggi (81,0%), dan sebagian besar responden bekerja sebagai
pegawai negeri sipil (71,4%).
5.1.2 Kadar Gula Darah Pasien Sebelum dan Sesudah Senam Diabetes
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Sebelum dan Sesudah Senam Diabetes dari Minggu 1- Minggu 4.
Resp
Dari tabel 2. diatas dapat dilihat bahwa 21 responden melakukan senam pada
minggu-1 sampai minggu-4. Rata-rata nilai kadar gula darah responden pada minggu
pertama sebelum senam =272,5, nilai minimum =157 maximum= 523 dengan
senam = 273,4, nilai minimum = 167, maximum =456 dengan standart deviasi =87,8,
rata-rata sesudah senam =270,0, minimum= 161, maximum =498 dan standart deviasi
= 86,6. Pada minggu ketiga rata-rata sebelum senam =266,1, nilai minimum = 135,
maximum = 494 dan standart deviasi 103,7, rata-rata sesudah senam = 261,5 nilai
minimum =132, maximum =472 dan standart deviasi = 102,1. Pada minggu keempat
rata-rata sebelum senam = 263,8 dengan nilai minimum =146, maximum =461 dan
standart deviasi =97,8 dan rata-rata sesudah senam =257,0 dengan nila minimum
=140, maximum =454 dan standart deviasi =96,5.
Tabel 4. Perbedaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Sebelum dan Sesudah
Senam Minggu 1 di klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang
Variabel Mean of Std. Deviasi t P Value
KGD sebelum
dan sesudah
4,810 7,737 2,849 0,010
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perbedaan kadar gula darah sebelum
dan sesudah senam pada minggu pertama diperoleh nilai mean = 4,810 dengan
Std.deviasi =7,737, t = 2,849 dan nilai p sebesar 0,010. Untuk memperjelas
perbandingan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam dapat dilihat diagram di
Diagram 1. Kadar gula darah sebelum dan sesudah senam mingu pertama
Tabel 5. Perbedaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Sebelum dan Sesudah
Senam Minggu 2 di Klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang
Variabel Mean of Std.Deviasi t P Value
KGD sebelum
dan sesudah
3,333 7,696 1,985 0,061
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perubahan kadar gula darah sebelum
dan sesudah senam pada minggu kedua diperoleh nilai mean = 3,333 dengan std.
deviasi = 7,696, t = 1,985 dan nilai p sebesar 0,061. Untuk memperjelas perbandingan
kadar gula darah sebelum dan sesudah senam dapat dilihat diagram di bawah ini.
0 100 200 300 400 500 600
sebelum senam
sesudah senam
Diagram 2. Kadar gula darah sebelum dan sesudah senam minggu kedua
Tabel 6. Perbedaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Sebelum dan Sesudah
Senam Minggu 3 di Klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang
Variabel Mean of Std.Deviasi t P Value
KGD sebelum
dan sesudah
4,571 7,117 2,943 0,008
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perubahan kadar gula darah sebelum
dan sesudah senam minggu 3 diperoleh nilai mean = 4,571 dengan std. deviasi =
7,117, t= 2,943 dan nilai p = 0,008. Untuk memeperjelas perbandingan kadar gula
darah sebelum dan sesudah senam dapat dilihat diagram di bawah ini.
0 100 200 300 400 500 600
Tabel 7. Perbedaan Kadar Gula Darah Pasien Diabetes Sebelum dan Sesudah
Senam Minggu 4 di Klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang
Variabel Mean of Std.Deviasi T P Value
KGD sebelum
dan sesudah
6,762 7,622 4,066 0,001
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa perbedaan kadar gula darah sebelum
dan sesudah senam pada minggu keempat diperoleh nilai mean = 6,762 dengan std.
deviasi = 7,622, t = 4,006 dan nilai p =0,001. Untuk memperjelas perbandingan kadar
gula darah sebelum dan sesudah senam dapat dilihat diagram di bawah ini.
Diagram 4. Kadar gula darah sebelum dan sesudah senam minggu keempat
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
500 sebelum senam
sesudah senam
Tabel 8. Perbedaan Kadar Gula Darah Sebelum Senam Minggu-1 dan Sesudah
Senam Minggu-4 di Klinik Tiara Medistra Bandar Setia, Deli Serdang
Variabel Mean of Std.Deviasi t P Value
KGD Sebelum
dan Sesudah
Senam
15,429 32,403 2,182 0,041
Pada tabel diatas terlihat perbedaan antara pengukuran sebelum dan sesudah
adalah 15,429 dengan Std deviasi = 32,403 dan nilai p = 0,041. Hasil ini
menunjukkan bahwa kadar gula darah sebelum senam (minggu pertama) dan sesudah
senam (minggu ke empat) memiliki perbedaan yang signifikan/bermakna (p<0,05).
Dari hasil tersebut diketahui bahwa ada pengaruh senam diabetes terhadap penurunan
kadar gula darah. Untuk memperjelas perbandingan kadar gula darah sebelum senam
pada minggu pertama dan sesudah senam pada minggu keempat dapat dilihat diagram
Diagram 5. Kadar gula darah sebelum senam minggu pertama dan sesudah
senam minggu keempat.
5.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti dapat menjawab pertanyaan
mengenai pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien
diabetes. Dari hasil pemeriksaan kadar gula darah sebelum melakukan dan setelah
melakukan senam setiap minggunya terjadi perubahan kadar gula darah. Pada minggu
pertama, dari 21 responden yang melakukan senam 14 responden mengalami
penurunan kadar gula darah dengan rata-rata penurunan 9 mg/dl dan 7 responden
lainnya mengalami peningkatan kadar gula darah rata-rata 4 mg/dl. Berdasarkan hasil
uji paired t-test secara signifikan terdapat penurunan kadar gula darah setelah
melakukan senam pada responden dengan nilai p<0,05 yaitu 0,01.
0 100 200 300 400 500
600 sebelum senam minggu 1
sesudah senam minggu 4
Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiwit
(2011) tentang efek senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien
diabetes melitus tipe 2. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari 24 responden
DM yang telah melakukan senam terdapat 20 responden yang mengalami penurunan
kadar gula darah dan hanya 4 responden yang mengalami peningkatan kadar gula
darah. Sebelum senam kadar gula darah responden tertinggi =416 mg/dl dan terendah
=154 mg/dl, sesudah senam tertinggi = 354 mg/dl dan terendah =109 mg/dl (Wiwit,
2011)
Pada minggu kedua hasil pemeriksaan gula darah responden juga mengalami
perubahan setelah melakukan senam, 13 responden mengalami penurunan kadar gula
darah dengan rata-rata penurunan 7 mg/dl, dan 7 responden mengalami peningkatan
kadar gula darah dengan rata-rata peningkatan 4 mg/dl sedangkan 1 responden
lainnya tidak mengalami perubahan kadar gula darah setelah melakukan senam.
Berdasarkan hasil uji paired t-test secara signifikan tidak terdapat penurunan kadar
gula darah pada responden setelah melakukan senam, hal ini dapat dilihat dengan
nilai p= 0,061 ( p>0,05). Hal ini mungkin saja dapat terjadi karena responden
mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan kadar gula darah 2 jam sebelum
pemeriksaan atau responden tidak melakukan/mengikuti instruktur senam dengan
benar sehingga tidak terjadi penurunan kadar gula darah secara signifikan/bermakna.
Penelitian yang dilakukan oleh Tanti Indriana (2010) tentang pengaruh latihan
juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh senam diabetes terhadap penurunan
kadar gula darah dengan nilai p = 0,477. (Indriana, 2010)
Pada minggu ketiga 15 responden mengalami penurunan kadar gula darah
dengan rata-rata penurunan 8 mg/dl, dan 5 responden mengalami peningkatan kadar
gula darah dengan rata-rata peningkatan 5 mg/dl sedangkan 1 responden lainnya tidak
mengalami perubahan kadar gula darah setelah melakukan senam. Berdasarkan hasil
uji paired t-test secara signifikan terdapat penurunan kadar gula darah pada responden
setelah melakukan senam pada minggu ketiga. Hal ini dibuktikan dengan nilai p<0,05
yaitu p= 0,008.
Sedangkan pada minggu keempat 19 responden mengalami penurunan kadar
gula darah dengan rata-rata penurunan 8 mg/dl dan 2 responden mengalami
peningkatan kadar gula darah dengan rata-rata peningkatan 2 mg/dl setelah
melakukan senam. Berdasarkan hasil uji paired t-test secara signifikan juga terdapat
penurunan kadar gula darah pada responden setelah melakukan senam, hal ini
dibuktikan dengan nilai p<0,05 yaitu p= 0,01.
Setelah melakukan senam selama 4 minggu 14 responden mengalami
penurunan kadar gula darah dengan rata-rata penurunan 32 mg/dl, 6 responden
mengalami peningkatan kadar gula dengan rata-rata peningkatan 21 mg/dl dan 1
responden lainnya tidak mengalami perubahan kadar gula darah.
Sebelum melakukan senam pada minggu pertama rata-rata kadar gula darah
rata-rata kadar gula darah responden yaitu 257,04 mg/dl, terjadi penurunan kadar gula
darah sebesar 15,36 mg/dl.
Dari hasil penelitian yang dianalisa dengan menggunakan uji paired t-test
secara signifikan terjadi penurunan kadar gula darah pada responden dengan nilai p<
0,05 yaitu 0,041. Hal ini berarti bahwa dengan melakukan senam secara rutin secara
langsung dapat menurunkan kadar gula darah.
Hasil penelitian di atas hampir sama dengan penelitian yang dilakukana oleh
Indriyani, dkk di wilayah puskesmas Bukateja Purbolinggo terhadap 22 responden,
didapatkan bahwa sebelum melakukan senam rata-rata kadar gula responden adalah
240,27 mg/dl, dan setelah melakukan senam rata-rata kadar gula responden menjadi
210,14 mg/dl, terjadi penurunan kadar gula darah sebesar 30,14 mg/dl (Indriyani,
2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Putra (2010) juga menunjukkan
perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah senam, penelitian ini membagi
responden menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok intervensi
dengan hasil untuk kelompok kontrol p= 0,023 dan kelompok intervensi p= 0,013.
Penurunan kadar gula darah pada kelompok intervensi 1,2 kali lebih besar dari pada
kelompok kontrol (31,92 mg/dl berbanding 27 mg/dl) .(Dwi Putra, 2010). Penelitian
lain yang tekait dengan senam diabetes antara lain adalah penelitian yang dilakikan
oleh Ahmad Baequny dkk (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh
diabetes mellitus yang menunjukkan hasil ada perubahan yang signifikan pada gula
darah setelah melakukan senam (Baequny dkk, 2009).
Penurunan kadar gula darah tersebut sesuai dengan pendapat PERSADIA
(2000), yaitu pada saat latihan jasmani otot-otot tubuh, sistem jantung dan sirkulasi
darah serta pernafasan diaktifkan. Oleh sebab itu metabolisme tubuh, keseimbangan
cairan dan elektrolit serta asam basa harus menyesuaikan diri. Otot-otot akan
menggunakan asam lemak bebas dan glukosa sebagai sumber tenaga atau energi. Bila
latihan jasmani dimulai glukosa yang berasal dari glikogen di otot-otot pada waktu
latihan jasmani mulai dipakai sebagai sumber tenaga. Apabila latihan jasmani terus
ditingkatkan maka sumber tenaga dan glikogen otot bekurang, selanjutnya akan
terjadi pemakaian glukosa darah dan asam lemak.
PERKENI (2006) juga menekankan bahwa kegiatan jasmani sehari-hari dan
latihan jasmani secara teratur merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes
mellitus tipe 2. Sudoyo dkk (2006), latihan jasmani secara teratur penting bagi
kesehatan setiap orang, karena akan memberikan banyak tenaga, membuat jantung
lebih kuat, meningkatkan sirkulasi, memperkuat otot, meningkatkan kelenturan,
meningkatkan kemampuan bernafas, membantu mengatur berat badan,
memperlambat proses penuaan, memperbaiki tekanan darah, memperbaiki kolesterol
dan lemak tubuh yang lain, mengurangi stress dan melawan akibat-akibat kekurangan
aktivitas.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji paired t-test, setelah melakukan senam pada minggu
pertama secara signifikan terdapat penurunan kadar gula darah pada responden
dengan nilai p<0,05 yaitu p = 0,01. Sedangkan pada minggu kedua diperoleh nilai p>
0,05 yaitu p= 0,061 yang artinya tidak terdapat penurunan kadar gula darah yang
bermakna. Hasil uji paired t-test pada responden setelah melakukan senam pada
minggu ketiga menunjukkan nilai p< 0,05 yaitu p= 0,008 yang artinya terdapat
penurunan kadar gula darah yang bermakna, sedangkan pada minggu keempat hasil
uji paired t-test menunjukkan nilai p< 0,05 yaitu p= 0,001, hal ini berarti juga
terdapat penurunan kadar gula darah yang bermakna. Secara keseluruhan hasil uji
paired t-test pada pemeriksaan kadar gula darah sebelum senam minggu pertama dan
sesudah senam minggu keempat menunjukkan nilai p< 0,05 yaitu p= 0,041, hal ini
berarti terdapat penurunan kadar gula darah yang bermakna pada responden yang
melakukan senam rutin selama 4 minggu.
Dari kelima hasil uji paired t-test di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa ada
pengaruh senam diabetes terhadap penurunan kadar gula darah pasien diabetes
6.2Rekomendasi
1) Dalam pendidikan keperawatan perlu menekankan pada kriteria eksklusi yang
perlu dikontrol yaitu tekanan darah dan nadi responden sebelum senam.
2) Diharapkan bagi pelayanan kesehatan agar dapat menjadi motivator dan
memberikan penyuluhan yang intensif bagi penderita diabetes mellitus untuk
malakukan senam diabetes rutin demi menurunkan kadar gula darah dan
mencegah komplikasi diabetes mellitus.