• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL Strategi Coping Remaja Perempuan yang Mengkonsumsi Alkohol.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL Strategi Coping Remaja Perempuan yang Mengkonsumsi Alkohol."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL

PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Oleh :

Ayub Aji Munandar F.100 110 103

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAKSI

STRATEGI COPING REMAJA PEREMPUAN YANG MENGKONSUMSI ALKOHOL

Ayub Aji Munandar Ayubmunandar@gmail.com Taufik Kasturi, S.Psi., M.Si., Ph.D

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap dan mengetahui strategi coping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol. Pengambilan sample dilakukan secara purposive sampling. Jumlah informan dalam penelitian ini, empat remaja perempuan dengan karakteristik: Strategi coping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol, yang bertempat tinggal di Surakarta dan berusia 21-22 tahun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi serta dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1.Strategi coping berasal dari lingkungan dari dalam diri dan dari luar untuk memecahkan suatu masalah. 2.Dapat merespon perubahan dalam kondisi stress untuk menjadi lebih baik. 3.Dapat menghadapi tekanan 4.memberikan efek positif yaitu kekuatan psikis pada diri individu. 5.Terungkap beberapa faktor yang mempengaruhi strategi coping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol meliputi: keinginan untuk menjadi lebih baik, mendapatkan dukungan sosial, dan mendapatkan teman-teman yang lebih baik atau positif.

Kata kunci : alkohol, remaja perempuan, strategi coping

ABSTRACT

The purpose of this research was to reveal and to know the coping strategy of female teenagers who consume alcohol. The sampling was conducted through purposive sampling. The amount of informants in this research was four female teenagers with the characteristics: The coping strategy of female teenagers who consume alcohol, who live in Surakarta and their age was 21-22 years old. This research used a qualitative method with the method of data collection used interview and observation and analyzed descriptively. The results of the research revealed that: 1. The coping strategy derived from the environment, from themselves, and from outside to solve a problem. 2. Being able to respond to the change in a stressed condition to be better. 3. Being able to face pressure 4. Giving a positive effect in the form of physical power in individual. 5. It was revealed some factors influencing the coping strategy of female teenagers who consume alcohol which covered: an intention to be better, to get social support, and to have better or positive friends.

(6)

   

2  1. PENDAHULUAN

Penggunaan alkohol bagi remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat dan mempengaruhi kewajiban sosial pada orang yang mengkonsumsinya. Penggunaan alkohol juga dapat berpengaruh pada kerusakan fisik dan organ tubuh jika terlalu sering dikonsumsi oleh tubuh dan alkohol mengalami metabolisme di dalam ginjal, paru-paru, dan otot (Panjaitan, 2003).

Alkohol merupakan zat psikoaktif yang dibuat oleh petani dengan memfermentasikan tumbuhan atau hewan tertentu melalui proses yang panjang dengan menjadikan cairan. Minuman berakohol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif yang akan menyebabkan

penurunan kesadaran bagi seseorang yang mengkonsumsinya. Minuman beralkohol sudah dikenal manusia kurang lebih 500 tahun yang lalu. Di Indonesia dikenal beberapa minuman lokal yang mengandung alkohol seperti brem cair, tuak, saguer, dan ciu dan minuman yang banyak mengandung alkohol seperti wine, whisky brandy, sampagne, malaga menurut (Anonim, 2002).

Alkohol masuk dalam zat adiktif sesuai dengan yang tertera dalam undang-undang No. 5 Tahun 1997 dan No. 35 Tahun 2009. Zat adiktif ini didefinisikan sebagai zat yang didapat secara alamiah atau taman yang mengakibatkan penurunan kesadaran yang menyebabkan timbulnya ketergantungan yang berdampak negative pada diri berpengaruh pada susunan saraf pusat yang berpengaruh pada aktivitas mental.

(7)

baik yang berasal dari lingkungan maupun dari dalam dan luar diri sendiri yang dianggap di luar batas kemampuannya yang dilakukan bila ada tuntutan-tuntutan yang dirasa menentang, membebani sumber daya yang dimiliki, dengan melakukan usaha kognitif dan behavioral untuk menurunkan, meminimalisasi dan menahan tuntutan.

Hasil wawancara pada subjek berinisial “S” berusia 20th bertempat tinggal di Purwodadi, menyatakan bahwa subjek tidak akan mengkonsumsi alkohol apabila kondisi minimnya keuangan. Selanjutnya, apabila keluarga mengetahui bahwa subjek mengkonsumsi alkohol maka semua fasilitas yang diberikan kepada subjek akan tidak diberikan lagi. Agar tidak lagi mengkonsumsi alkohol subjek melakukan ibadah secara rutin, menjauhi lingkungan yang mengajarkan subjek untuk mengkonsumsi alkohol.

Hasil wawancara subjek berinisial “T” berusia 19th bertempat tinggal di Sukoharjo, menyatakan bahwa subjek tidak akan mengkonsumsi alkohol apabila subjek tidak mengalami problem dalam hidup subjek. Selanjutnya, apabila keluarga mengetahui bahwa subjek mengkonsumsi alkohol akan kecewa kepada subjek, dan diperintahkan untuk menjauhi temen-temen yang mengkonsumsi alkohol. Agar tidak lagi mengkonsumsi alkohol subjek akan mencari temen yang lebih baik dan lebih mengenal agama.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, masih banyak remaja yang mengkonsumsi alkohol khususnya pada remaja perempuan, maka perlu adanya penelitian yang berkaitan dengan hal tersebut agar nantinya dapat menjadi informasi serta acuan bagi semua orang, yang masih mengkonsumsi alkohol. Maka dari itu, penelitian ini untuk mengetahui strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol.

Tujuan dari penelitian adalah untuk memahami dan mendiskripsikan strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol. Peneliti berharap

(8)

   

4  1. Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan yang berguna untuk perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam kajian psikologi positif, dan psikologi sosial.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat memahami gambaran tentang fenomena remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol, serta dapat memberikan suatu ide atau gagasan untuk menciptakan suatu program berkaitan dengan remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol.

3. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memperdalam dan mengembangkan khasanah teoritis dalam ilmu psikologi, mengenai makna strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol, serta dapat diajadikan referensi penelitian yang akan datang dengan tema yang sama.

Menurut Lazarus (dalam Rostiana, 2003) Strategi coping merupakan penyesuaian diri dari tuntutan baik yang berasal dari lingkungan maupun dari dalam dan luar diri sendiri yang dianggap di luar batas kemampuannya, yang dilakukan bila ada tuntutan-tuntutan yang dirasa menentang, membebani sumber daya yang dimiliki, dengan melakukan usaha kognitif dan behavioral untuk menurunkan, meminimalisasi dan menahan tuntutan. Dalam psikologi kemampuan menghadapi, melawan, mengelola, mengatasi, ataupun menyesuaikan dikenal dengan proses koping. Koping sebagai suatu proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak antara tuntutan-tuntutan (baik yang berasal dari individu, maupun yang berasal dari lingkungan) dengan sumber daya yang mereka gunakan dalam situasi stressful dan untuk mengurangi tekanan yang bersifat dinamis (Pramudi dan Lasmono, 2003).

Tone dan Neale (dalam Putrianti, 2007) mengatakan bahwa koping

(9)

menekan atau menegangkan. Menurut Lazarus dan Launier (dalam Tanumidjojo, 2004), koping terdiri atas usaha, baik tindakan psikis maupun intrapsikis untuk mengelola lingkungan dan tuntutan internal dan konflik diantara mereka.

Menurut Bradburn (dalam Hapsari, 2002) secara psikis, koping memberikan efek pada kekuatan psikis (perasaan tentang konsep diri dan

kehidupan), reaksi emosi, tingkat depresi atau kecemasan, atau keseimbangan antara perasaan yang positif atau negatif. Menurut Breakwell (dalam Hapsari, 2007) strategi koping mempunyai tiga target yang harus ada minimal salah satu diantaranya, yaitu: (1) penghilangan aspek-aspek yang mengancam; (2) pergerakan individu ke dalam situasi yang tidak mengancam; dan (3) perbaikan struktur identitas.

Strategi coping yang dimunculkan oleh seorang individu terdiri dari beberapa aspek di dalamnya. Telah banyak peneliti yang telah mencoba untuk menjabarkan aspek-aspek yang terdapat dalam perilaku koping dengan bahasa yang berbeda. Terdapat beberapa aspek strategi koping menurut Carver, dkk (dalam Setianingrum, 2004), yaitu:

a. Keaktifan diri. Yaitu tindakan untuk menghilangkan penyebab stress dengan cara bertindak langsung.

b. Perencanaan. Yaitu memikirkan bagaimana cara mengatasi stress dengan membuat strategi untuk menenangkan masalah.

c. Kontrol diri. Yaitu individu membatasi keterlibatannya dalam aktifitas kompetensi atau persaingan dan tidak bertindak terburu-buru.

d. Mencari dukungan sosial. Yaitu mencari nasehat, pertolongan informasi, dukungan moral, simpati dari orang lain.

e. Mengingkari. Yaitu situasi pengingkaran terhadap suatu masalah.

f. Penerimaan. Yaitu situasi yang penuh dengan stress memaksa seseorang untuk mengatasi masalah tersebut.

g. Religiusitas. Yaitu sikap individu menenangkan dan menyelesaikan masalah-masalah secara keagamaan.

(10)

   

a. Jenis Kelamin, menurut penelitian yang dilakukan Lazarus dan Folkman (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007) ditemukan bahwa laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakan kedua bentuk koping yaitu emotion-focused coping dan problem emotion-focused coping. Namun menurut pendapat Billing

dan Moos (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007), wanita lebih cenderung

berorientasi pada tugas dalam menghadapi masalah, sehingga wanita diprediksi akan lebih sering menggunakan emotion-focused coping.

b. Tingkat Pendidikan, Menaghan (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007) mengatakan bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan semakin tinggi pula kompleksitas kognitifnya, demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih realistis dan aktif dalam memecahkan masalah.

c. Perkembangan Usia, Pramadi dan Lasmono (2007) menyebutkan bahwa sejumlah struktur psikologis seseorang dan sumber-sumber untuk melakukan strategi koping akan berubah menurut perkembangan usia dan akan membedakan seseorang dalam merespons tekanan.

d. Konteks Lingkungan dan Sumber Individual, Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Pramadi dan Lasmono, 2007) sumber-sumber individu seseorang seperti pengalaman, persepsi, kemampuan intelektual, kesehatan, kepribadian, pendidikan dan situasi yang dihadapi sangat menentukan proses penerimaan suatu stimulus yang kemudian dapat dirasakan sebagai tekanan atau ancaman. e. Status Sosial Ekonomi, menurut Westbrook (dalam Pramadi dan Lasmono,

2007) seseorang dengan status sosial ekonomi rendah akan menampilkan strategi koping yang kurang aktif, kurang realistis, dan lebih fatal atau menampilkan respons menolak, dibandingkan dengan seseorang yang status ekonominya lebih tinggi.

Pertanyaan Penelitian

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi remaja perempuan mengkonsumsi alkohol?

(11)

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif fenomenologis. Identifikasi gejala penelitian dalam penelitian ini adalah Strategi koping remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol

Informan penelitian dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan informan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. karakteristik informan penelitian dalam penelitian ini adalah: remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol berjumlah 4 orang remaja perempuan.

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan metode wawanacara dan observasi. Data yang di peroleh dari hasil wawancara dan observasi dikelompokkan dan di beri kode untuk mendeskripsikan tema-tema yang muncul

kemudian digunakan untuk menjawab pertanyaanpenelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menyebutkan, rencana agar dapat keluar dari lingkungan yang mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan observasi dan wawancara yang

dilakukan dapat keluar dari lingkungan yang mengkonsumsi alkohol, informan harus melakukan koping didalam lingkungan pertemanan, memilih teman-teman yang lebih baik atau positif, agar informan bisa melakukan kehidupan yang lebih sehat tanpa mengkonsumsi alkohol. Hal ini sesuai dengan pendapat Chaplin (2001) menyatakan bahwa koping sebagai segala perbuatan untuk melakukan interaksi dengan lingkungan sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan masalahnya atau tugasnya. Dengan melakukan koping akan lebih mudah untuk merubah hal yang sebelumnya buruk akan menjadi baik lagi. Hal serupa juga diungkapkan oleh Cheng (2001) menjelaskan bahwa koping sebagai proses yang dinamis, individu merubah secara konstan pikiran dan perilaku individu dalam merespon perubahan dalam penilaian terhadap kondisi stress dan tuntutan dalam situasi tersebut.

(12)

   

hidup yang sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Lazarus dan Launier dalam Tanumidjojo (2004) menyatakan bahwa koping terdiri atas usaha, baik tindakan psikis maupun intrapsikis untuk mengelola lingkungan dan tuntutan internal dan konflik diantara mereka. Usaha yang dibangun oleh diri sendiri dengan keadaan yang ikhlas dan memiliki niat yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan hasil

yang maksimal dan mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat menambah semangat tersendiri untuk menjadi lebih baik lagi. Hal ini serupa juga diungkapkan oleh Bradburn dalam Hapsari (2002) menjelaskan bahwa secara psikis, koping memberikan efek pada kekuatan psikis (perasaan tentang konsep diri dan kehidupan), reaksi emosi, tingkat depresi atau kecemasan, atau keseimbangan antara perasaan yang positif atau negatif.

Bahwa yang mendukung saat keluar dari mengkonsumsi alkohol pertama niat dari diri informan sendiri terus kemudian teman-teman yang selalu memberi motifasi untuk tidak lagi mengkonsumsi alkohol dan terutama informan memikirkan kesehatan didalam kehidupan kedepanya yang semakin buruk atau semakin tidak sehat dikehidupan sehari-hari saat mengkonsumsi alkohol. Seperti yang di ungkapkan oleh Hawari (2007) yang menyatakan bahwa penyalahgunaan alkohol sebagai perilaku menyimpang yang merupakan gambaran dari kepribadian antisosial atau gangguan tingkah laku pada remaja. Hal ini disebabkan karena anggapan dan cara pandang remaja yang longgar tentang suatu bentuk kenakalan akan membuat mereka cenderung melakukan kenakalan yang salah satunya adalah penyalahgunaan alkohol. Mungkin dengan cara mengkonsumsi alkohol masalah atau stress bisa hilang, tetapi dalam beberapa kejadian atau fenomena dilingkungan remaja alkohol membawa dampak yang sangat buruk untuk kelangsungan hidup remaja untuk psikis atau pun kesehatan tubuh remaja. Sejalan dengan pendapat Farihat (2009) bahwa proses penggunaan alkohol pada remaja putri, menemukan bahwa penggunaan alkohol disebabkan

karena coba-coba dan rasa ingin tahu serta untuk menunjukkan rasa solidaritas antar teman yang memberikan minuman beralkohol tersebut.

(13)

dapat diketahui bahwa informan saat pertama kali mengkonsumsi alkohol pada waktu masih berada dibangku sekolah SMA atau pertama kali masuk perkuliahan, masa remaja ini dimana masih mencari jati diri dan mudah terpengaruh lingkungan teman. Hal ini sesuai dengan pendapat Santrock (2002) menyatakan bahwa lima sampai sepuluh persen populasi remaja merupakan anak muda yang

berisiko sangat tinggi. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri dengan mencoba hal-hal yang baru, karena masa remaja itu memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri. Remaja sangat mudah untuk terpengaruh dalam lingkungan yang buruk seperti mengkonsumsi alkohol, karena remaja masih sangat sulit untuk mengontrol ego dan emsosi yang sedang dialami remaja. Hal serupa juga diungkapkan oleh Farihat (2009) menjelaskan bahwa dalam masa pencarian jati diri, remaja cenderung untuk mencoba hal baru dan rasa ingin tahu seperti mengonsumsi narkotika dan alkohol karena untuk menghilangkan stress dan ikut-ikutan teman, lingkungan dan lemahnya perhatian orang tua.

Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa alasan mengapa mengkonsumsi alkohol karena bujukan dan ajakan teman untuk mengkonsumsi alkohol, terkadang juga karena stress kemudian memliki rasa penasaran terhadap hal yang baru. Hal ini sesuai dengan pendapat Ali dan Asrori (2008) menyatakan bahwa remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, melainkan juga belum dapat diterima secara penuh untuk masuk golongan orang dewasa, sehingga remaja cenderung mengalami ketidakstabilan emosi dan kejiwaannya. Remaja merasa tenang dan nyaman jika keinginanya untuk menghilangkan stress dengan mengkonsumsi alkohol dapat di terima oleh lingkunganya seperti, dilingkungan pertemanan dan lingkungan tempat tinggal, karena kestabilan emosi remaja belum bisa dikendalikan dengan baik memiliki ego yang tinggi. Secara sosial, salah satu perkembangan remaja ditandai oleh

(14)

   

10  4. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan , maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Strategi coping merupakan penyesuaian diri yang berasal dari lingkungan maupun dari dalam dan luar diri sendiri dengan melakukan usaha kognitif dan behavioral, meliputi tahap perencanaan kedepanya dengan memilih lingkungan yang baik seperti memilih teman yang berlatar belakang positif dan kontrol diri dengan harapan yang lebih baik, dengan hidup sehat tanpa mengkonsumsi alkohol.

2. Faktor-faktor yang mendukung Informan keluar dari masalah mengkonsumsi alkohol terutama dari diri sendiri, kemudian dari faktor lingkungan

pertemanan yang selalu memberikan masukan-masukan yang positif agar dapat keluar dari mengkonsumsi alkohol, dan juga dapat motifasi dari orang-orang yang disayang seperti pacar, sahabat dan keluarga yang dapat mendorong informan menjadi lebih baik dan bisa menjaga kesehatan tanpa mengkonsumsi alkohol lagi.

3. Bagaimana cara yang dilakukan informan keluar dari masalah mengkonsumsi alkohol terutama dari diri sendiri, kemudian dari faktor lingkungan pertemanan yang selalu memberikan masukan-masukan yang positif agar dapat keluar dari mengkonsumsi alkohol, dan juga dapat motifasi dari orang-orang yang disayang seperti pacar, sahabat dan keluarga yang dapat mendorong informan menjadi lebih baik dan bisa menjaga kesehatan tanpa mengkonsumsi alkohol lagi.

Saran

1. Informan (remaja perempuan yang mengkonsumsi alkohol)

(15)

2. Penulis dan peneliti berikutnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan informasi untuk penelitian sejenis. Peneliti selanjutnya dapat memperdalam tema penelitian yang sama dengan kriteria proses strategi koping yang berbeda.

PERSANTUNAN

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini yakni terutama kepada kelima informan yang telah bersedia menjadi responden penelitian. Kemudian kepada dosen pembimbing dan para dosen penguji.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. & M, Asrori. (2008). Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Anonim, a. (2002). Penyalahgunaan Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya. Bandung : RSJP.

Chaplin, J.P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Cheng, (2001). Stres, Coping, dan Penyakit. Jakarta: Arta Karya.

Farihat, (2009), Remaja, Edisi sebelas. Jakarta: Erlangga.

Hapsari, (2007). “Hubungan Antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi Koping”. Jurnal Universitas Diponegoro. 3, (2) 71-83.

Hapsari, R.A. Karyani, U. dan Taufik. (2002). Perjuangan Hidup Pengungsi Kerusuhan Etnis (Studi Kualitatif tentang Bentuk-Bentuk Perilaku Coping pada Pengungsi di Madura). Indigenous. Surakarta: Fakultas Psikkologi UMS.

Hawari, D. (2007). Penyalahgunaan Dan ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, & Zat adiktif. Jakarta: Gaya Baru.

(16)

   

12 

Pramadi, A. & Lasmono, H. K. (2007). “Koping Stres Pada Etnis Bali, Jawa, dan Sunda”. Anima Indonesian Psychological Journal. 18, (4), 326- 340.

Rostiana. (2003). Strategi koping penderita hiv/aids. Bogor: Ghalia Indonesia.

Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.

Setyaningrum. (2004). Strategi Koping Menghadapi Kecemasan pada Pasien Paraplegia. Skripsi tidak diterbitkan : Surakarta : Fakultas Psikologi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Referensi

Dokumen terkait

masyarakat yang ada disekitar pasar, lebih dari itu pasar telah dijadikan sebagai.. sarana penggerak roda perekonomian dalam skala besar

Setelah diklasifikasikan penanda dan mendeskripsikan urutan bagian- bagian perbandingan dalam Kidung Agung , berikutnya akan dikelompokkan bagian tubuh manusia yang

[r]

MUHAMMAD ILYASA NAZRI: Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq. ) Terhadap Komposisi Media Tanam dan Beberapa Dosis Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di

seluruh warga korban gempa kategori rusak sedang / KHUSUSNYA di kecamatan kotagede / akhirnya menerima dana bantuan rekonstruksi masing-masing sebesar 4 juta rupiah /// menurut

Saya tidak suka membeli baju dan aksesoris yang tidak perlu hanya agar berbeda dengan teman yang lain. SS S TS

Untuk memberikan kami pengetahuan dengan semangat jiwamu Engkau tak pernah mengeluh dalam mendidik kami.. Engkau menginginkan anak-anakmu ini sukses untuk meraih

Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh Selatan Kabupaten Aceh Selatan untuk Pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Komputer PC Sumber Dana APBK/DAK Tahun