• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KIDUNG AGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KIDUNG AGUNG"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAYA BAHASA PERBANDINGAN

DALAM

KIDUNG AGUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Disusun Oleh: Syrila Keka NIM: 064114014

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

“Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta,

sungai-sungai pun tak dapat menghanyutkannya.

Sekali pun orang memberi harta benda rumahnya untuk cinta,

namun ia pasti akan dihina”.

(5)

v

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Sang Cintaku yang slalu mencintaiku dan menguatkanku. Dialah yang memberiku “sepatu” istimewa,

agar aku mampu berjalan

di atas tanah yang “berlumpur dan berduri”.

(6)
(7)
(8)

viii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucap syukur dan terima kasih kepada Allah Bapa yang Mahakasih atas rahmat dan berkat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kidung Agung”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dukungan, kebaikan, perhatian, dan bantuan dari berbagai pihak. Perhatian, dukungan, kebaikan, dan bantuan tersebut selalu hadir dalam diri dan hidup penulis, khususnya saat menjalani perkuliahan di Universitas Sanata Dharma. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi ini:

2. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesetiaan, kesabaran, dan perhatian telah memberikan semangat, petunjuk, dan bimbingan kepada saya selama menyelesaikan skripsi ini,

(9)

ix masukan kepada penulis,

4. Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum., Bapak Drs. B. Rahmanto, M. Hum., Bapak Drs. P. Ari Subagyo, M. Hum., Bapak Drs. F.X. Santoso, M. S., Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum., Dra. Tjandrasih Adji, M. Hum atas bimbingannya selama penulis menjalani studi Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma, 5. Staf Sekretariat Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma atas pelayanannya

dalam bidang administrasi,

6. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan peminjaman buku-buku yang diperlukan penulis, fasilitas komputer yang membantu penulis dalam pengetikan skripsi,

7. Sr. Mary Wilfrid Dayrit, SPC dan Dewan Distrik Kongregasi Suster-suster Santo Paulus dari Chartres Distrik Indonesia, khususnya para suster yang hidup bersama dalam Komunitas Studi “Bunda Maria”, telah memberikan dukungan dan semangat saat penyusunan skripsi ini,

8. “Ama” yang selalu mendoakan saya dalam “padang gurun” perjalanan panggilanku untuk menapaki panggilan cinta-Nya,

9. Sr. Bernadethe Sea, SPC dan Sr. Domingga Daton, SPC teman seangkatanku yang selalu menyemangati saya dalam mengerjakan skripsi ini,

(10)
(11)

xi

ABSTRAK

Keka, Syrila. 2011. “Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kidung Agung”. Skripsi Strata I (S1) Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung. Alasan pemilihan topik ini adalah sebagai berikut. Pertama, belum ada penelitian yang membahas secara khusus tentang gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung. Alasan kedua adalah penulis tertarik dengan kekhasan gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung yang digunakan Salomo untuk mengungkapkan cintanya pada Sulam, kekasihnya.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, mendeskripsikan penanda perbandingan yang digunakan dalam Kidung Agung. Kedua, mendeskripsikan urutan bagian-bagian perbandingannya. Ketiga, mendeskripsikan makna gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung.

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang mendeskripsikan penanda perbandingan, urutan bagian-bagian perbandingannya, dan makna gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung. Data diperoleh dari Kidung Agung yang merupakan salah satu kitab dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode simak, yaitu membaca Kidung Agung. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik catat, yaitu mencatat data yang terdapat dalam Kidung Agung. Setelah melakukan teknik catat, data yang sudah ditemukan diklasifikasikan menurut penanda perbandingan, urutan perbandingan, dan maknanya. Metode yang digunakan dalam menganalisis data Kidung Agung ini adalah metode padan dan metode agih. Metode padan adalah metode yang alat penentunya adalah di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau diteliti. Metode agih adalah metode yang menggunakan bahasa itu sendiri sebagai alat penentunya. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah teknik bagi unsur langsung dan teknik baca markah. Teknik bagi unsur langsung adalah teknik yang membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud.

(12)

xii

(13)

xiii

ABSTRACT

Keka, Syrila. 2011. “Simile in the Song of Songs.” Thesis for Undergraduate (S1) Indonesian Literature Studies Programme, Indonesian Literature Majors, Faculty of Literature, Sanata Dharma University.

This thesis about the comparative language style in the Song of Songs. There are some reasons for choosing this topic. First, no studies that specifically discuss the stylistic comparisons contained in the book of Song of Songs. Second, the writer is interested in the peculiarity of comparative language style in the Song of Songs used by Salomo to express his love to his sweetheart, Sulam.

This studies about the comparative language style in the Song of Songs has three issues. First, what are the comparative signs used in the Song of Songs? Second, how are the series of the parts of that comparative style? Third, what is the meaning of the comparative style that is in the Song of Songs.

There are three purposes of this studies. First, to describe the comparative marker which used in the Song of Songs. Second, to describe the series of its comparative parts. Third, to describe the meaning of comparative style in the Song of Songs.

(14)

xiv

the smallest section namely comparative sign and series of comparative sections that found in the Song of Songs. Second, classifying the series of comparative sections. Third, the most main classification is the meaning of comparative language style. Baca markah technique is a technique which used for proving the comparative language style that used in the Song of Songs.

(15)

xv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.……….i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.………..ii

HALAMAN PENGESAHAN………..iii

HALAMAN MOTTO………..iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI...vii

KATA PENGANTAR...……….viii-x ABSTRAK.…...………...…….xi-xii ABSTRACT.……….xiii-xiv DAFTAR ISI.………..xv-xviii BAB I PENDAHULUAN….………...1-13 1.1 Latar Belakang Masalah……….1-5 1.2 Rumusan Masalah………...………...…5-6 1.3 Tujuan Penelitian...………6

1.4 Manfaat Penelitian……….6

1.5 Tinjauan Pustaka...………7

1.6 Landasan Teori………..8

(16)

xvi

1.6.2 Pengertian Gaya Bahasa Perbandingan….………...8-9 1.6.3 Pengertian Penanda..………...9 1.6.4 Pengertian Urutan...…...………...9-10 1.6.5 Pengertian Makna...………...10

1.7 Metode Penelitian………11

1.7.1 Metode Teknik pada Tahap Penyediaan Data…..…………...11 1.7.2 Metode Teknik pada Tahap Analisis Data……….…11-12 1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis data………12-13 1.8 Sistematika Penyajian...13

BAB II PENANDA PERBANDINGAN DAN URUTAN BAGIAN GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM KIDUNG AGUNG...14-26 2.1 Penanda Perbandingan dalam Kidung Agung…...………..…...…..14

2.1.1 Kata bagaikan sebagai penanda dalam Kidung Agung ...14-15 2.1.2 Kata seperti sebagai Penanda dalam Kidung Agung…...15-16 2.1.3 Kata serupa sebagai Penanda dalam Kidung Agung…...16 2.1.4 Kata seumpama sebagai Penanda dalam Kidung Agung…...16 2.2 Urutan Bagian Perbandingan dalam Kidung Agung…...………..16-23 2.2.1 Terbanding (T) Diikuti Pembanding (P)...……….……...16

(17)

xvii

2.2.1.4 Tubuh Manusia Diikuti Alam...19-20 2.2.1.5 Tubuh Manusia Diikuti Nama Tempat...20 2.3.2 Pembanding (P) Diikuti Terbanding (T)………20-21 2.3.2.1 Binatang (P) Diikuti Tubuh Manusia (T)...21 2.3.2.2 Tumbuhan (P) Diikuti Tubuh Manusia (T)...21-22 2.3.2.3 Benda Mati (P) Diikuti Tubuh Manusia (T)...22 2.3.3 Tabel Pengelompokkan Penanda Perbandingan dalam

Kidung Agung…………...………...……….22-26

BAB III MAKNA GAYA BAHASA PERBANDINGAN DALAM

KIDUNG AGUNG………...27-49 3.1 Pengantar..………..……..…….….25-28 3.2 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Binatang…………...28-33 3.3 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Tumbuhan……..…....33-37 3.4 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Benda Mati…….…...37-41 3.5 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Alam...……..…...42-43 3.6 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Nama Tempat….…...43-44 3.7 Makna Perbandingan tidak Diikuti Terbanding dan Pembanding ...44-49

(18)

xviii

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam skripsi ini dibahas tentang gaya bahasa perbandingan dalam

Kidung Agung. Gaya bahasa perbandingan atau perumpamaan atau simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain menggunakan kata-kata pembanding: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, se-, dan kata-kata pembanding yang lain (Pradopo 2007: 62). Salah satu kitab dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, yakni Kidung Agung merupakan sebuah kumpulan lagu cinta yang dikarang dengan bahasa puisi yang mutunya amat tinggi (Weiden 1995: 225). Melalui Kidung Agung, bahasa cinta antara Salomo dan Sulam dilukiskan dalam gaya bahasa perbandingan, yakni membandingkan tubuh si gadis dengan binatang, benda, tumbuhan, nama tempat, dan alam.

(20)

terhadap Salomo. Berikut ini beberapa contoh penggunaan gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung:

(1) Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku. (Kidung Agung 1:13).

(2) Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis. (Kidung Agung 2:2).

Contoh (1) menunjukkan gaya bahasa perbandingan melalui buah dada

yang merupakan salah satu bagian tubuh si gadis. Sebutan buah dada memang erotis, tetapi bukan sesuatu yang rendah dan hina karena istilah tersebut digunakan dalam hubungan antara orang-orang dewasa. Dalam arti ini buah dada digunakan untuk mengatakan bahwa dalam keheningan pemuda yang dicintainya meletakkan kepalanya di antara buah dadanya sepanjang malam ketika si pemuda berada bersamanya. Kebersamaan mereka sepanjang malam mau menunjukkan bahwa si perempuan merasa aman, dilindungi, dan bebas dari gangguan laki-laki lain.

Menurut kebiasaan bangsa Mesir atau penduduk Siprus, bungkusan mur

(21)

misalnya; buah dada tidak boleh disentuh atau didekati oleh orang lain, kecuali oleh si pemuda yang disapa “kekasihku”.

Contoh (2) menunjukkan bahwa si pemuda langsung membandingkan kekasihnya sebagai bunga bakung karena sangat berbeda dengan gadis-gadis yang dibandingkan dengan duri-duri di antara bakung. Duri melambangkan sebuah penderitaan dalam suasana hidup yang penuh aib, tidak merasa nyaman, penuh ancaman, dan ketakutan. Dengan demikian suasana yang sebelumnya romantis berubah menjadi tidak romantis.

Persoalan pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah penanda gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung. Gaya bahasa perbandingan dalam

Kidung Agung ditunjukkan dengan penanda-penanda tertentu, misalnya: seperti

dan bagaikan. Berikut ini adalah contoh pengunaan penanda seperti dan

bagaikan:

(3) Lihatlah cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan

merpati matamu. (Kidung Agung 1:15).

(4) Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah kekasihku di antara teruna-teruna. (Kidung Agung 2:3).

Pada contoh (3) gaya bahasa perbandingan ditunjukkan dengan penanda

bagaikan dan pada contoh (4) gaya bahasa perbandingan ditandai melalui penanda

seperti. Berdasarkan dua contoh tersebut, timbullah pertanyaan penanda apa saja yang digunakan untuk menunjukkan gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung?

(22)

mengandung dua unsur, (i) pembanding dan (ii) terbanding. Berikut ini contohnya.

(5) Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. (Kidung Agung 4:1a).

(6) Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. (Kidung Agung 4:4)

Contoh (5) memiliki urutan bagian yang membandingkan (bagaikan merpati) diikuti bagian yang diperbandingkan (di balik telekungmu). Contoh (6) memiliki arti bagian yang diperbandingkan (lehermu) diikuti bagian yang membandingkan (menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata). Berdasarkan contoh di atas, bagaimana urutan-urutan bagian perbandingan dalam

Kidung Agung?

Persoalan ketiga yang dibahas dalam skripsi ini adalah makna gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung. Berikut ini adalah contoh makna perbandingan dalam Kidung Agung.

(7) Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang turun dari pegunungan Gilead. (Kidung Agung 4:1b).

(8) Berlakulah seperti kijang atau anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah. (Kidung Agung 2:17).

Pada contoh (7) rambut sebagai gambaran salah satu bagian tubuh si gadis tentu tidak semua tertutup oleh telekung atau kerudung karena sebagian rambutnya terlihat. Dalam pandangan masyarakat pada umumnya, rambut merupakan salah satu daya tarik tersendiri untuk menilai kecantikan seorang perempuan. Di Indonesia, penilaian terhadap kecantikan seorang perempuan terletak pada rambutnya sehingga ada pepatah kuno yang mengatakan:

(23)

Kata kawanan kambing diartikan sebagai kekuatan luar biasa dan bila kawanan kambing sedang menuruni lereng gunung Gilead, maka akan menjadi suatu tontonan yang indah dan mengasyikkan. Biasanya pada sore hari kawanan kambing turun dari dataran sebelah Timur daerah Samaria pada ketinggian 1.100 meter di atas lembah Yordan. Pemandangan tersebut sangat menghidupkan suasana di daerah itu. Dengan demikian, maka ada penekanan dalam ungkapan

kawanan kambing adalah pancaran kekuatan cinta melalui bagian tubuh si gadis, yakni rambut yang terurai dan melambai-lambai sama seperti kawanan kambing yang turun dari pegunungan Gilead. Ungkapan tersebut juga mengandung makna, Allah yang menganugerahkan kelebihan dalam hal kecantikan secara adil kepada setiap perempuan. Ada yang cantik dan menarik karena mata, betis atau hidungnya.

Contoh (8) mempunyai makna si gadis mengharapkan kekasihnya segera kembali ke alam yang damai, tenang, dan sejahtera. Si gadis memiliki nilai-nilai kehidupan yang baik sambil merajut masa depan bersama kekasihnya. Ia menyadari bahwa kekasihnya sangat mencintainya, sebaliknya kekasihnya sangat mencintainya, tetapi si gadis tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang baik dalam kehidupannya dan mempunyai pandangan yang baik tentang masa depannya. Berdasarkan contoh-contoh tersebut, apa makna gaya perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung?

1.2 Rumusan Masalah

(24)

skripsi ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Apa saja penanda perbandingan yang digunakan dalam Kidung Agung?

1.2.2 Bagaimana urutan bagian-bagian perbandingannya?

1.2.3 Apa makna gaya perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan penanda perbandingan yang digunakan dalam

Kidung Agung.

1.3.2 Mendeskripsikan urutan bagian-bagian perbandingannya.

1.3.3 Mendeskripsikan makna gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini berupa deskripsi gaya bahasa perbandingan dalam

Kidung Agung. Deskripsi tersebut meliputi: (i) penanda yang digunakan untuk menunjukkan gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung antara lain;

(25)

1.5 Tinjauan Pustaka

Sepengetahuan penulis, belum ada penelitian khusus tentang gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung. Oleh karena itu, untuk menambah penelitian tentang gaya bahasa, maka penulis tertarik untuk meneliti makna gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung yang merupakan salah satu karya sastra. Namun, telah ada tulisan tentang gaya bahasa, antara lain penelitian tentang gaya bahasa kiasan dalam wacana “Ole Internasional’ yang diteliti oleh Werokila (2006) dan “Gaya Bahasa dalam Iklan Produk Barang Berbahasa Indonesia pada Harian Kompas” oleh Wahyuningsih (2005).

Dalam skripsi yang berjudul "Gaya Bahasa Kiasan dalam Wacana "Ole Internasional" di Tabloid Bola Tanggal 3 Maret 2006 sampai dengan 22 September 2006", Werokila membahas penggunaan gaya bahasa kiasan yang digunakan dalam suatu kalimat dalam wacana "Ole Internasional" di Tabloid Bola

dan mendeskripsikan fungsi gaya bahasa kiasan dalam wacana "Ole Internasional".

(26)

gaya bahasa.

1.6 Landasan Teori

Dalam penelitian ini digunakan konsep-konsep gaya bahasa, gaya bahasa perbandingan atau simile, penanda, urutan, dan makna.

1.6.1 Pengertian Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Pendek kata, penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Edgard Dale, 1971 : 220 dalamTarigan, 1985: 5).

Tarigan (1985: 8-203) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Gaya Bahasa mendefinisikan gaya bahasa merupakan bahasa yang indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda lain yang lebih umum. Dengan kata lain, gaya bahasa adalah penggunaan bahasa tertentu yang dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu.

1.6.2 Pengertian Gaya Bahasa Perbandingan

(27)

kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Gaya bahasa perbandingan atau perumpamaan atau simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, se, dan kata-kata pembanding yang lain (Pradopo 2007: 62).

Gaya bahasa kiasan menurut Keraf (2009: 136-145) adalah sebagai berikut.

Persamaan atau Simile.

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.

Kikirnya seperti kepiting batu Bibirnya seperti delima merekah Matanya seperti bintang timur

Kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebutkan obyek pertama yang mau dibandingkan, seperti:

Seperti menating minyak tanah Bagai air di daun talas

Bagai duri dalam daging

1.6.3. Pengertian Penanda

Kridalaksana (2008: 179) dalam bukunya yang berjudul Kamus Linguistik

(28)

1.1.1 Pengertian Urutan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008: 1537), urutan adalah nomor unit, deretan, rentetan, hal berurut, susunan, dan kumpulan unsur-unsur bahasa berstruktur yang secara teoretis terletak berderetan dalam suatu hubungan formal.

Menurut Kridalaksana (2008: 251) urutan merupakan kumpulan unsur-unsur bahasa berstruktur yang secara teoretis terletak berderetan dalam suatu hubungan formal; urutan ini bersifat abstrak.

1.1.2 Pengertian Makna

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (2008: 864), makna adalah arti, maksud pembicara atau penulis, dan pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Dalam bukunya yang berjudul

Semantik Leksikal, Pateda (1986: 15) mengatakan bahwa istilah makna sangat membingungkan.

(29)

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: (i) penyediaan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Pelaksanaan setiap tahap digunakan metode dan teknik tertentu.

1.7.1 Metode dan Teknik pada Tahap Penyediaan Data

Objek penelitian ini adalah gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung. Obyek penelitian tersebut terdapat dalam data yang berupa kalimat yang mengandung gaya bahasa perbandingan. Data diperoleh dari sumber tertulis, yaitu

Kidung Agung Bab 1-8. Penyediaan data dilakukan dengan menggunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133). Dalam penerapan lebih lanjut menggunakan teknik catat, yaitu kegiatan mencatat data yang terdapat dalam Kidung Agung. Data yang sudah ditemukan diklasifikasikan menurut (i) penanda gaya bahasa perbandingan, (ii) urutan unsur-unsur dalam kalimat bergaya bahasa perbandingan, dan (iii) makna kalimat bergaya bahasa perbandingan.

1.7.2 Metode Teknik pada Tahap Analisis Data

(30)

(Sudaryanto, 1993: 13-14). Metode padan referensial dalam penelitian ini digunakan untuk membuktikan referen yang dibandingkan dan referen yang digunakan untuk membandingkan.

Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan metode agih, yaitu metode yang menggunakan bahasa itu sendiri sebagai alat penentunya (Sudaryanto, 1993: 15). Teknik yang digunakan dalam metode agih ini adalah teknik bagi unsur langsung. Teknik bagi unsur langsung adalah metode agih yang membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 31).

Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik baca markah. Teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara "membaca pemarkah" dalam suatu konstruksi. Istilah lain untuk pemarkah adalah penanda. Pemarkahan tersebut menunjukkan kejatian atau identitas satuan kebahasaan tertentu; dan kemampuan membaca peranan pemarkah itu (marker) berarti kemampuan menentukan kejatian yang dimaksud (Sudaryanto, 1993: 95) Teknik baca markah digunakan dalam tulisan ini, yakni untuk membuktikan gaya bahasa persamaan yang digunakan dalam Kidung Agung.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

(31)

Dalam teori ini tidak menggunakan rumus atau lambang-lambang (Sudaryanto, 1993: 145). Penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu metode penyajian hasil analisis data dengan menggunakan tabel-tabel sesuai keperluan.

1.8 Sistematika Penyajian

(32)

BAB II

PENANDA PERBANDINGAN

DAN URUTAN BAGIAN GAYA BAHASA PERBANDINGAN

DALAM KIDUNG AGUNG

2.1 Penanda Perbandingan dalam Kidung Agung.

Gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung ditunjukkan dengan kata-kata yang menyatakan kesamaan, yakni bagaikan, seperti, serupa, dan seumpama.

2.1.1 Kata bagaikan sebagai Penanda dalam Kidung Agung.

Berikut ini perbandingan yang ditandai dengan kata bagaikan:

(9) Harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu. (Kidung Agung 1:3).

(10) Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku. (Kidung Agung 1:13).

(11) Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan

merpati matamu. (Kidung Agung 1:15).

(12) Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. (Kidung Agung 4:1a).

(13) Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang turun dari pegunungan Gilead. (Kidung Agung 4:1b).

(14) Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur. (Kidung Agung 4:2).

(15) Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu dan elok mulutmu. (Kidung Agung 3:1a).

(16) Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu. (Kidung Agung 3:1b).

(17) Bagaikan emas, emas murni kepalanya. (Kidung Agung 5:11a). (18) Matanya bagaikan merpati pada batang air. (Kidung Agung 5:12). (19) Pipinya bagaikan bedeng rempah-rempah. (Kidung Agung 5:13). (20) Gigimu bagaikan kawanan domba yang keluar dari tempat

(33)

(21) Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan seniman. (Kidung Agung 7:1b).

(22) Lehermu bagaikan menara gading. (Kidung Agung 7:4a).

(23) Matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu gerbang Batrabim. (Kidung Agung 7:4b).

(24) Kata-katamu manis bagaikan anggur. (Kidung Agung 7:9).

(25) Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara. (Kidung Agung 8:10a).

(26) Aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan. (Kidung Agung 8:10b).

2.1.2 Kata seperti sebagai Penanda dalam Kidung Agung.

Berikut ini perbandingan yang ditandai dengan kata seperti:

(27) Memang hitam aku, tetapi cantik, hai puteri-puteri Yerusalem,

seperti kemah orang kedar, seperti tirai-tirai orang salma. (Kidung Agung 1:5).

(28) Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis. (Kidung Agung 2:2).

(29) Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah kekasihku di antara teruna-teruna. (Kidung Agung 2:3).

(30) Berlakulah seperti kijang atau anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah. (Kidung Agung 2:17).

(31) Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. (Kidung Agung 4:4).

(32) Seperti dua anak rusa buah dadamu. (Kidung Agung 4:5a).

(33) Seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung. (Kidung Agung 4:5b).

(34) Bau pakaianmu seperti bau gunung Libanon. (Kidung Agung 4:11). (35) Seperti pingsan aku ketika dia menghilang. (Kidung Agung 5:6). (36) Rambutnya mengombak, hitam seperti gagak. (Kidung Agung

5:11b).

(37) Perawakannya seperti gunung Libanon, terpilih seperti pohon-pohon aras. (Kidung Agung 5:15).

(38) Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza. (Kidung Agung 6:4a). (39) Juita seperti Yerusalem. (Kidung Agung 6:4b).

(40) Dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya. (Kidung Agung 6:4c).

(41) Mengapa kamu senang melihat gadis Sulam itu seperti melihat tari-tarian perang? (Kidung Agung 6:13).

(42) Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan anggur campur. (Kidung Agung 7:2).

(34)

(44) Kepalamu seperti bukit karmel. (Kidung Agung 7:5).

(45) Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur. (Kidung Agung 7:8a). (46) Nafas hidungmu seperti apel. (Kidung Agung 7:8b).

(47) Cepat kekasihku, berlakulah seperti kijang atau seperti anak rusa di atas gunung-gunung tanaman rempah-rempah. (Kidung Agung 8:14).

4.1.1 Kata serupa sebagai Penanda dalam Kidung Agung.

Berikut ini perbandingan yang ditandai dengan kata serupa:

(48) Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu. (Kidung Agung 1:7b).

(49) Kekasihku serupa kijang atau anak rusa. (Kidung Agung 2:9a).

4.1.2 Kata seumpama sebagai Penanda dalam Kidung Agung.

Berikut ini perbandingan yang ditandai dengan kata seumpama:

(50) Dengan kuda betina daripada kereta Firaun kuumpamakan engkau, manisku. (Kidung Agung 1:9).

(51) Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. (Kidung Agung 7:7).

2.2 Urutan Bagian Perbandingan dalam Kidung Agung.

Perbandingan dalam Kidung Agung mengandung dua unsur, yaitu (i) terbanding dan (ii) pembanding. Urutannya ada dua kemungkinan, yaitu terbanding diikuti pembanding dan pembanding diikuti terbanding.

2.2.1 Terbanding (T) Diikuti Pembanding (P).

Perbandingan dengan urutan hal yang diperbandingkan diikuti hal yang membandingkan meliputi (i) hal yang diperbandingkan adalah bagian tubuh manusia dan diikuti (ii) hal yang membandingkan adalah binatang.

(35)

Berikut ini contoh kalimat perbandingan dalam Kidung Agung yang menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah bagian tubuh manusia diikuti hal yang membandingkan adalah binatang.

(52) Lihatlah, cantik engkau manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan

merpati matamu. (Kidung Agung 1:15).

Contoh (52) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah mata dan hal yang membandingkan adalah merpati.

(53) Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang turun dari pegunungan Gilead. (Kidung Agung 4:1b).

Contoh (53) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah rambut dan hal yang membandingkan adalah kawanan kambing.

(54) Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur. (Kidung Agung 4:2).

Contoh (54) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah gigi dan hal yang membandingkan adalah kawanan domba.

(55) Matanya bagaikan merpati pada batang air. (Kidung Agung 5:12). Contoh (55) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah mata dan hal yang membandingkan adalah merpati.

(56) Gigimu bagaikan kawanan domba yang keluar dari tempat pembasuhan. (Kidung Agung 4:2).

Contoh (56) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah gigi dan hal yang membandingkan adalah kawanan domba.

(36)

Contoh (57) menujukkan hal yang diperbandingkan adalah diri kekasih dan hal yang membandingkan adalah kijang atau anak rusa.

(58) Rambutnya mengombak, hitam seperti gagak. (Kidung Agung 5:11b)

Contoh (58) menujukkan hal yang diperbandingkan adalah rambut dan hal yang membandingkan adalah gagak.

(59) Kekasihku serupa kijang atau anak rusa. (Kidung Agung 2:9a). Contoh (59) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah buah dada dan hal yang membandingkan adalah anak kembar kijang.

(4) Dengan kuda betina daripada kereta Firaun kuumpamakan engkau manisku. (Kidung Agung 1:9).

Contoh (52) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah diri kekasih dan hal yang membandingkan adalah kuda betina.

2.2.1.2 Tubuh Manusia Diikuti Tumbuhan

Berikut ini adalah kalimat perbandingan dalam Kidung Agung dengan urutan yang diperbandingkan adalah bagian tubuh manusia diikuti hal yang membandingkan berupa tumbuhan.

(5) Kata-katamu manis bagaikan anggur. (Kidung Agung 7:4b).

Contoh (61) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah kata-kata dan hal yang membandingkan adalah anggur.

(6) Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur. (Kidung Agung 7:8a)

(37)

(7) Nafas hidungmu seperti apel. (Kidung Agung 7:8b).

Contoh (63) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah nafas dan hal yang membandingkan adalah apel.

(8) Sosok tubuhmu seumpama pohon korma. (Kidung Agung 7:4c). Contoh (64) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah sosok tubuh dan hal yang membandingkan adalah pohon korma.

2.2.1.3 Tubuh Manusia Diikuti Benda Mati

Berikut ini kalimat perbandingan dalam Kidung Agung dengan urutan yang diperbandingkan adalah bagian tubuh manusia diikuti hal yang membandingkan adalah benda mati.

(9) Bagiku kekasihku bagaikan sebungkus mur, tersisip di antara buah dadaku. (Kidung Agung 1:13).

Contoh (65) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah buah dada dan hal yang membandingkan adalah sebungkus mur.

(10) Pipinya bagaikan bedeng rempah-rempah. (Kidung Agung 5:13). Contoh (66) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah pipi dan hal yang membandingkan adalah bedeng rempah-rempah.

(11) Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan seniman. (Kidung Agung 7:1b).

Contoh (67) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah lengkung pinggang dan hal yang membandingkan adalah perhiasan.

(12) Lehermu bagaikan menara gading. (Kidung Agung 7:4a).

(38)

membandingkan adalah menara gading.

(13) Aku adalah sebuah tembok dan buah dadaku bagaikan menara. (Kidung Agung 8:10a).

Contoh (69) menujukkan hal yang diperbandingkan adalah buah dada dan hal yang membandingkan adalah tembok dan menara.

(14) Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. (Kidung Agung 4:4).

Contoh (70) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah leher dan hal yang membandingkan adalah menara Daud.

(15) Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan anggur campur. (Kidung Agung 7:2).

Contoh (71) menujukkan hal yang diperbandingkan adalah pusar dan hal yang membandingkan adalah cawan yang bulat.

(16) Hidungmu seperti menara di Libanon, yang menghadap ke kota Damsyik. (Kidung Agung 7:4c).

Contoh (72) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah hidung dan hal yang membandingkan adalah menara di gunung Libanon.

(17) Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu. (Kidung Agung 1:7b). Contoh (73) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah diri sendiri dan hal yang membandingkan adalah pengembara.

2.2.1.4 Tubuh Manusia Diikuti Alam

(39)

urutan yang diperbandingkan adalah tubuh manusia diikuti hal yang membandingkan adalah alam.

(18) Matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu gerbang Batrabim. (Kidung Agung 7:4b).

Contoh (74) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah mata dan hal yang membandingkan adalah telaga di Hesybon.

(19) Bau pakaianmu seperti bau gunung Libanon. (Kidung Agung 4:11).

Contoh (75) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah bau pakaian dan hal yang membandingkan adalah gunung Libanon.

(20) Perawakannya seperti gunung Libanon, terpilih seperti pohon-pohon aras. (Kidung Agung 5:15).

Contoh (76) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah perawakan dan hal yang membandingkan adalah gunung Libanon.

(21) Kepalamu seperti bukit karmel. (Kidung Agung 7:5).

Contoh (77) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah kepala dan hal yang membandingkan adalah bukit karmel.

2.2.1.5 Tubuh Manusia Diikuti Nama Tempat

Berikut ini kalimat perbandingan dalam Kidung Agung dengan urutan yang diperbandingkan adalah bagian tubuh manusia diikuti hal yang membandingkan adalah nama tempat.

(40)

yang membandingkan adalah kota Tirza.

(23) Juita seperti Yerusalem. (Kidung Agung 6:4b).

Contoh (79) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah juita dan hal yang membandingkan adalah Yerusalem.

2.3.2 Pembanding (P) Diikuti Terbanding (T).

Perbandingan dengan urutan hal yang membandingkan diikuti hal yang diperbandingkan meliputi (i) hal yang membandingkan adalah bagian tubuh manusia dan diikuti (ii) hal yang diperbandingkan adalah binatang. Berikut ini contohnya.

2.3.2.1 Binatang (P) Diikuti Bagian Tubuh Manusia (T).

(80) Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. (Kidung Agung 4:1a).

Contoh (80) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah mata dan hal yang membandingkan adalah merpati.

(4) Seperti dua anak rusa buah dadamu. (Kidung Agung 4:5a).

Contoh (81) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah buah dada dan hal yang membandingkan adalah dua anak rusa.

(5) Seperti anak kembar kijang yang tengah makan rumput di tengah-tengah bunga bakung. (Kidung Agung 4:5b).

(41)

2.3.2.2 Tumbuhan (P) Diikuti Bagian Tubuh Manusia (T).

Berikut ini kalimat perbandingan dalam Kidung Agung dengan urutan yang membandingkan adalah bagian tubuh manusia diikuti hal yang diperbandingkan adalah tumbuhan.

(6) Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu. (Kidung Agung 3:1b).

Contoh (83) menujukkan hal yang diperbandingkan adalah pelipis dan hal yang membandingkan adalah buah delima.

(7) Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis. (Kidung Agung 2:2).

Contoh (84) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah diri kekasih dan hal yang membandingkan adalah bunga bakung.

(8) Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah kekasihku di antara teruna-teruna. (Kidung Agung 2:3).

Contoh (85) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah diri kekasih dan hal yang membandingkan adalah pohon apel.

2.3.2.3 Benda Mati (P) Diikuti Bagian Tubuh Manusia (T).

Berikut ini kalimat perbandingan dalam Kidung Agung dengan urutan yang membandingkan adalah bagian tubuh manusia diikuti hal yang diperbandingkan adalah benda mati.

(9) Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu dan elok mulutmu. (Kidung Agung 3:1a).

Contoh (86) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah bibir dan mulut dan hal yang membandingkan adalah pita kirmizi.

(42)

Contoh (87) menunjukkan hal yang diperbandingkan adalah kepala dan hal yang membandingkan adalah emas murni.

2.3.3 Tabel Pengelompokkan Perbandingan dalam Kidung Agung.

Setelah diklasifikasikan penanda dan mendeskripsikan urutan bagian-bagian perbandingan dalam Kidung Agung, berikutnya akan dikelompokkan bagian tubuh manusia yang diperbandingkan: rambut, kepala, hidung, nafas, buah dada, pusar, mata, gigi, kepala, pipi, leher, dan bibir dengan bagian yang menyamakan; binatang: kijang, merpati, domba, dan gagak; tumbuhan: anggur, pohon kurma, buah delima, dan apel; benda mati: pita kirmizi, menara Daud, bedeng rempah-rempah, menara di gunung Libanon, menara gading, perhiasan, dan emas; alam: bukit karmel, gunung Libanon, dan telaga di Hesybon; nama tempat: kota Tirza dan Yerusalem.

No Terbanding Penanda Pembanding

(43)

9

(44)

32 33

tubuh wajah

seumpama seperti

(45)

BAB III

MAKNA GAYA BAHASA PERBANDINGAN

DALAM KIDUNG AGUNG

3.1 Pengantar

Kidung Agung yang terdapat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama secara harafiah berarti nyanyian yang melebihi segala nyanyian atau nyanyian di atas segala nyanyian dan dari semua isi Kitab Suci Perjanjian Lama, Kidung Agung

merupakan sebuah kitab yang paling puitis, baik dari segi bentuk maupun segi isi dan gaya bahasanya (Telnoni 2006: 1). Sebenarnya bahan Kidung Agung lebih menampilkan Salomo sebagai "alat" untuk mengungkapkan cintanya pada kekasihnya, Sulam melalui gaya bahasa perbandingan.

Bahasa Kidung Agung memiliki gaya tersendiri, baik dari kata-kata maupun gaya bahasa kiasan (perumpamaan) yang digunakan Salomo. Inti gaya bahasa perbandingan yang digunakan Salomo sangat menonjol dalam Kidung Agung 4:1-11. Penjelasannya adalah Salomo dan Sulam dengan simbol saling melengkapi diri dalam relasi yang sangat eksklusif, tetapi dengan menggunakan gaya bahasa perbandingan sehingga penulis berhasil menghindari hal-hal yang bersifat pornografi.

Dari seluruh bahan Perjanjian Lama, Kidung Agung merupakan kitab yang paling puitis, baik dari segi bentuk maupun segi isi dan gaya bahasanya. Isi

(46)

bukan berasal dari sebuah cerita pengalaman, tetapi suatu upaya dengan memakai bahasa puitis untuk membangkitkan penghayatan emosi si pembaca sekaligus mengundang reaksi si pembaca untuk memahami dan memperoleh makna di balik isi Kidung Agung. Jika seseorang membaca Kidung Agung pertama kali, kesannya seperti menghadapi kumpulan sajak seolah-olah berbagai pihak terlibat dalam isi kitab tersebut. Kidung Agung dilihat sebagai suatu orientalisme budaya yang merepresentasikan roman dan eksotika dalam kehidupan manusia sehari-hari (Brenner 2000: 154).

Kidung Agung sering dituduh sebagai sebuah kitab yang bernuansa pornografi melalui gambaran yang begitu sensual, seksual, dan secara spesifik menunjuk bagian-bagian tubuh manusia yang mencirikan maskulinitas dan femininitas dianggap bertentangan dengan ciri “suci”. Meskipun demikian, Para Rabi Yahudi menegaskan bahwa Kidung Agung adalah “kitab yang paling suci di antara semua kitab yang lain” (Ramadhani 2009: 189-191). Bahkan banyak orang kudus mengalami jalan pengudusan justru dengan menggunakan Kidung Agung

sebagai fokus perhatian hidup rohani mereka.

(47)

“aduhai”, dan pohon aras sebagai lambang rumah cinta. Segala macam aroma yang menjadi kekuatan daya tarik kekasih, antara lain minyak narwastu, minyak kunyit, minyak kayu gaharu, dan minyak daun kemenyan. Kembang dan wangi-wangian merupakan tanda cinta yang mulai bangkit sesudah musim dingin.

Alam semesta merupakan simbol bagi kegairahan cinta. Banyak perbandingan dalam Kidung Agung berasal dari hidup alamiah seperti bunga, pohon, buah, gunung, dan berbagai jenis binatang (Bock 2007: 123-128). Alam sebagai penentu hidup manusia. Sesudah musim hujan, manusia menantikan dan merindukan musim semi (Kidung Agung 2:10-13). Orang Israel sangat suka menggunakan segala macam bentuk alamiah untuk menggambarkan perasaan dan suasana hati mereka sehingga mereka membandingkan kekasih hati dan sukacita mereka dengan tanaman, binatang, alam, dan nama tempat.

Kidung Agung sangat menonjolkan kesamaan derajat antara laki-laki dan perempuan dalam hal saling mencintai. Laki-laki dan perempuan saling berhadapan sebagai ciptaan Allah Bapa yang sama harkat dan derajatnya, mempunyai peran yang sama dalam suatu percintaan, tampak percaya diri dalam hal penampilan dan ungkapan-ungkapan. Kedua kekasih menghayati perasaan yang sama, saling menyetujui, dan saling menginginkan.

(48)

Kristus yang sengsara, wafat, dan bangkit bahkan sampai naik ke surga. Kidung Agung juga menggambarkan relasi kedekatan manusia dengan Tuhan dalam diri Salomo dan Sulam. Ada orang yang mengasihi Yesus karena ingin menderita seperti Yesus dalam Jalan Salib-Nya, tetapi ada orang yang mengasihi Yesus karena ingin mengalami suka cita dan kegembiraan bersama Yesus yang bangkit. Ketika berbicara tentang Salomo sebagai mempelai laki-laki dan Sulam sebagai mempelai perempuan, Kidung Agung menggunakan gaya bahasa perbandingan untuk membandingkan hubungan manusia dengan alam ciptaan-Nya; binatang, tumbuhan, benda, alam, dan nama tempat.

Gaya bahasa persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan perbandingan bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, serupa, bagaikan, dan seumpama.

3.2 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Binatang

Setelah mengklasifikasikan dan mendeskripsikan penanda, mengurutkan bagian-bagian persamaan, dan mengklasifikasikan bagian yang disamakan dengan bagian yang menyamakan, maka dalam bab tiga ini akan membahas makna gaya bahasa persamaan dalam Kidung Agung. Misalnya; rambut yang merupakan salah satu bagian tubuh manusia disamakan dengan binatang, yaitu kawanan kambing. Lebih jelasnya dapat dilihat melalui contoh-contoh berikut.

(4) Lihatlah, cantik engkau manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan

(49)

Kata mata mempunyai arti alat pada tubuh yang digunakan untuk melihat dan diartikan sebagai sebuah alat untuk membahasakan kekuatan cinta dan menyampaikan pesan-pesan yang bermakna kepada kekasihnya. Kata merpati

mempunyai arti burung dan dalam suatu kebudayaan atau kepercayaan tertentu melambangkan perdamaian dan kelembutan. Jadi, contoh kalimat (88) mengandung makna bahwa si pemuda menyadari bahwa mata kekasih hatinya sangat indah melebihi gadis-gadis lain. Sinar mata si gadis memancarkan kelembutan yang berasal dari hati yang tulus. Ada dua makna mengenai kalimat perbandingan dalam contoh nomor tiga, yakni (i) bentuk mata yang oval sesuai bentuk badan merpati dan (ii) sifat dasar si gadis yang dipancarkan melalui pandangan matanya. Merpati melambangkan keindahan bulu mata si gadis sedangkan mata si gadis melambangkan pancaran kelembutan hati si gadis.

(5) Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. (Kidung Agung 4:1a).

Kata telekung mempunyai arti kain selubung berjahit (biasanya berwarna

putih) untuk menutup aurat wanita Islam pada waktu shalat atau disebut mukena, sedangkan mata mempunyai arti alat pada salah satu organ tubuh yang

(50)

sudah berada di kamar. Dengan demikian, maka mata si gadis menjadi indah karena cara pandangnya dari balik telekung. Hal itu memperkuat pemahaman tentang matanya yang malu-malu, tetapi sangat aktif untuk melihat kekasihnya.

(6) Gigimu bagaikan kawanan domba yang baru saja dicukur. (Kidung Agung 4:2).

Kata gigi berarti tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh tersusun berakar di dalam gusi dan berguna untuk mengunyah atau menggigit. Kawanan domba mempunyai arti sekumpulan binatang sejenis yang berbulu tebal yang biasa digunakan sebagai bahan untuk membuat wol. Jadi, contoh kalimat (90) menunjukkan gaya bahasa perbandingan melalui gigi yang dapat dilihat dengan jelas apabila si gadis sedang bersukacita dan tertawa karena gigi mempunyai makna suatu daya terima. Artinya, gigi merupakan salah satu bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai pengunyah makanan, tetapi dalam hal ini yang dipentingkan bukan makanan melainkan penerimaan. Penerimaan dalam suasana pesta yang penuh dengan kegembiraan, suka cita, dan kebahagiaan yang dipancarkan melalui si gadis yang selalu tertawa.

(51)

ada di dalam hatinya.

(8) Gigimu bagaikan kawanan domba yang keluar dari tempat pembasuhan. (Kidung Agung 4:2).

Contoh kalimat (92) mempunyai makna bahwa gigi sebagai salah satu organ tubuh mempunyai daya terima ketika seseorang sedang bersukacita atau tertawa. Gigi si gadis digambarkan seperti domba yang baru selesai dicukur karena terlihat rapi dan sangat bersih. Beranak kembar dan tidak ada yang tidak beranak berarti suatu penerimaan yang sangat sempurna dari diri si gadis terhadap kekasihnya.

(9) Seperti dua anak rusa buah dadamu. (Kidung Agung 4:5a).

Dua anak rusa mempunyai arti binatang menyusui, pemakan tanaman, termasuk famili cervidal, tanduknya panjang dan bercabang-cabang, bulunya berwarna cokelat tua, bergaris-garis dan berbintik-bintik putih. Buah dada

mempunyai arti sebagai salah satu organ tubuh yang terletak di bagian dada wanita yang dapat menghasilkan makanan untuk bayi, berupa cairan. Contoh kalimat (93) mempunyai makna bahwa buah dada yang dimiliki si gadis memiliki nilai yang luhur dan mulia, baik dalam percintaan maupun dalam kehidupan manusia. Anak kembar kijang dimaksudkan untuk secara langsung menunjuk buah dada si gadis dan karena keindahan buah dadanya sehingga si gadis semakin dipuji dan dikagumi oleh kekasihnya. Hal itu tidak berarti mempunyai maksud buruk untuk menelanjangi atau merendahkan martabat si gadis karena buah dadanya dipuji dan dikagumi kekasihnya, tetapi yang paling penting adalah buah dada memiliki nilai luhur dan mulia sebagai ciptaan Tuhan.

(52)

tengah-tengah bunga bakung. (Kidung Agung 4:5b).

Anak kembar kijang mempunyai arti binatang menyusui, sebangsa rusa kecil, sangat lincah dan cepat berlari, dan bertanduk pendek. Bunga bakung berarti jenis tanaman yang dianggap elok dan indah seperti bawang besar yang bunganya berwarna putih atau merah. Jadi, contoh kalimat (94) mempunyai makna tentang pertumbuhan dan perkembangan si gadis saat ia remaja dan hidup dalam situasi hidup dan suasana yang makmur dan romantis. Ungkapan “ …anak kembar kijang yang makan rumput di tengah-tengah bunga bakung” menunjukkan bahwa anak kijang merasa aman meskipun berada di tengah padang yang mengancam hidupnya. Bunga bakung merupakan simbol dari kuasa yang mengacaukan dan menghapuskan harapan hidup seseorang. Di balik kekacauan tersebut ternyata ada suatu kehidupan yang membawa pada kemakmuran.

(11) Rambutnya mengombak, hitam seperti gagak. (Kidung Agung 5:11b).

Kata rambut mempunyai arti bulu yang tumbuh pada kulit manusia, khususnya di bagian kepala. Kata hitam berarti warna dasar yang sama dengan warna arang, sedangkan kata gagak berarti jenis burung yang berbulu hitam, bentuk badannya besar, pemakan bangkai, dan suaranya keras. Contoh kalimat (95) mempunyai makna suatu kebanggaan si gadis yang mendapat pujian dari kekasihnya karena memiliki rambut hitam sebagai mahkota keindahan dan kecantikannya. Warna rambut yang hitam memiliki daya tarik tersendiri karena dipandang sebagai suatu warna yang melambangkan kemudaan dan kesehatan.

(53)

Kata kekasih mempunyai arti seseorang yang sangat dicintai. Kijang atau anak rusa mempunyai arti jenis binatang menyusui, pemakan tanaman, tanduknya panjang dan bercabang-cabang, bulunya berwarna cokelat tua, bergaris-garis dan berbintik-bintik putih. Jadi, contoh kalimat (96) mempunyai makna seorang pemuda datang pada waktunya, menunjukkan kedewasaan, dan penuh kematangan, meskipun ia sangat gairah, tetapi ia tidak terburu-buru. Kijang dikenal sebagai binatang yang biasanya melompat-lompat bila hidup dalam situasi hidup yang tenang dan damai, apalagi jika sedang mendekati lawan jenisnya untuk bercinta. Kijang dan anak rusa menggambarkan kecepatan pemuda dalam hal bercinta, sekaligus kekaguman si pemuda pada kekasihnya.

(13) Dengan kuda betina daripada kereta Firaun kuumpamakan engkau manisku. (Kidung Agung 7:2).

Kuda betina berarti binatang menyusui yang berkuku satu dan biasa dipelihara manusia dan dijadikan sebagai pengangkut barang. Contoh kalimat (97) mengandung makna bahwa si pemuda memuja si gadis yang sangat dicintainya ketika si gadis mengenakan perhiasan dalam penampilannya. Kekaguman dan kesungguhan pujian si pemuda terhadap kekasihnya merupakan sebuah ungkapan yang tulus dari hati si pemuda, bahwa ia sungguh-sungguh mencintai kekasihnya dan tidak ada keraguan dalam diri si pemuda.

3.3 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Tumbuhan

Berikut ini adalah contoh kalimat perbandingan dalam Kidung Agung

(54)

yang membandingkan berupa tumbuhan.

(14) Bagaikan belahan buah delima pelipismu di balik telekungmu. (Kidung Agung 3:1b).

Kata pelipis berarti bagian kepala di ujung kiri kanan dahi di antara mata dan telinga. Buah delima adalah jenis tumbuhan perdu dengan cabang yang rendah dan berduri jarang, daunnya kecil-kecil agak kaku berwarna hijau mengkilat, buahnya berkulit kekuning-kuningan sampai merah tua, dan dapat dimakan. Jika buah delima yang ranum dibelah, maka akan tampak biji-bijinya yang merah, putih, dan warna kuning dari lapisan pemisah petak-petak di dalam buah tersebut. Jadi, contoh (98) mempunyai makna senyuman yang indah dari si gadis sehingga semakin menambah daya tarik bagi kekasihnya. Pipi yang indah terlihat dari si gadis tampak seperti belahan buah delima saat si gadis sedang tersenyum. Oleh karena itu, pipi yang indah, montok, dan kemerah-merahan yang dimiliki si gadis dibandingkan si pemuda dengan buah delima yang bentuknya bulat dan kulit luarnya berwarna kemerah-merahan. Telekung atau kerudung merupakan alat pelindung kepala si gadis dari panas matahari, tetapi dalam hal ini lebih menekankan kerapihan rambut si gadis sehingga kecantikannya tetap terjaga. Ada keindahan, kecantikan, dan kualitas diri yang terpancar keluar dari si gadis, tetapi ada batas-batas kerahasiaan si gadis yang tidak mudah diketahui oleh semua orang.

(15) Kata-katamu manis bagaikan anggur. (Kidung Agung 7:9).

(55)

kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Anggur merupakan jenis tumbuhan yang buahnya sangat manis. Jadi, contoh kalimat (99) mempunyai makna bahwa kata-kata yang sebenarnya mempunyai arti "mulut" merupakan salah satu bagian tubuh si gadis dan berfungsi untuk berbicara. Maka, makna yang terkandung dalam ungkapan tersebut adalah selain sebagai alat untuk berbicara, tetapi dalam contoh kalimat ini lebih menekankan suatu aktivitas, yakni sudah pernah berciuman dengan kekasih hatinya.

(16) Seperti pohon apel di antara pohon-pohon di hutan, demikianlah kekasihku di antara teruna-teruna. (Kidung Agung 2:3).

Pohon apel merupakan pohon yang buahnya bundar, berdaging tebal, mengandung air, berkulit lunak yang berwarna kemerah-merahan atau kekuning-kuningan, rasanya manis, dan agak asam. Teruna-teruna berarti pemuda atau siswa sekolah calon perwira atau pria remaja yang masih bujangan. Contoh kalimat (100) mempunyai makna cinta, harapan, dan kerinduan yang mendalam dalam diri si gadis terhadap kekasihnya. Berada bersama kekasihnya, si gadis merasa aman dan dilindungi. Bagi si gadis, si pemuda adalah segala-galanya dalam diri dan hidupnya.

(17) Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur. (Kidung Agung 7:8a).

(56)

dalam hidupnya semata-mata bukan untuk melampiaskan hasrat seksualnya. Si pemuda membandingkan buah dada si gadis dengan gugusan anggur karena bila si pemuda secara langsung menyentuh salah satu bagian tubuh si gadis, yakni buah dada maka hal itu berarti suatu pelecehan dan tidak menghormati si gadis. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, buah anggur yang demikian dipandang sebagai anugerah Tuhan.

(18) Nafas hidungmu seperti apel. (Kidung Agung 7:8b).

Nafas mempunyai arti udara yang diisap melalui hidung atau mulut dan dikeluarkan kembali dari paru-paru, sedangkan apel merupakan jenis tanaman yang buahnya bundar, berdaging tebal, mengandung air, berkulit lunak yang berwarna kemerah-merahan atau kekuning-kuningan, rasanya manis, dan agak asam. Jadi, contoh kalimat (102) mempunyai makna yang menunjukkan semangat dan gairah si pemuda terhadap kekasihnya, yakni si pemuda mengharapkan aroma yang harum dari tubuh si gadis seperti aroma buah apel yang menyegarkan dan dapat menciptakan suasana yang segar.

(19) Sosok tubuhmu seumpama pohon korma. (Kidung Agung 7:4c).

(57)

ditundukkan. Gambaran si gadis dalam perbandingannya dengan pohon kurma tidak hanya berhenti pada batangnya yang tinggi, tetapi juga dengan tangkai dan buahnya. Buah kurma memiliki cita rasa yang enak dan lezat yang menggambarkan buah dada si gadis yang tidak mengarah pada makna erotis, melainkan terarah pada suatu kehidupan generasi baru sebagai buah cinta kasihnya dengan si pemuda.

3.4 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Benda Mati

Berikut ini adalah contoh kalimat perbandingan dalam Kidung Agung

dengan urutan yang diperbandingkan adalah bagian tubuh manusia diikuti hal yang membandingkan adalah benda mati.

(20) Bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu dan elok mulutmu. (Kidung Agung 3:1a).

(58)

menikmati cinta sesaat. Selain itu, mulut dan bibir si gadis pandai menimbang dan mengatur apa yang harus dikatakannya agar dapat menciptakan suatu kehidupan yang nyaman dan indah.

(21) Bagaikan emas, emas murni kepalanya. (Kidung Agung 5:11a).

Emas merupakan logam mulia berwarna kuning yang dapat ditempa dan dibentuk, biasa dibuat perhiasan seperti cincin dan kalung. Kepala merupakan salah satu organ tubuh yang terletak di atas leher dan merupakan bagian pokok, yang terutama, dan bagian yang terpenting. Jadi, contoh (105) mempunyai makna pujian dari si gadis pada kekasihnya tentang pikiran-pikirannya yang tangkas, pandai, dan cemerlang melalui cara berpikir si pemuda dalam mengemukakan pikirannya secara jelas dan cerdas.

(22) Pipinya bagaikan bedeng rempah-rempah. (Kidung Agung 5:13).

(59)

mempunyai makna bahwa pipi si pemuda merupakan salah satu bagian tubuh yang membangkitkan kerinduan gadis yang mencintainya.

(23) Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan seniman. (Kidung Agung 7:1b).

Lengkung artinya sesuatu yang berkeluk seperti busur, sedangkan pinggang merupakan salah satu organ tubuh yang terletak di antara perut dan dada. Perhiasan merupakan suatu barang yang digunakan untuk menghiasi tubuh seseorang. Jadi, contoh kalimat (107) lengkung pinggang sebagai salah satu bagian tubuh si gadis dibandingkan dengan suatu benda, yakni perhiasan: kalung. Lengkung pinggang yang dimaksud adalah paha si gadis yang mempunyai makna tenaga untuk berdiri teguh. Ada juga makna lain tentang lengkung pinggang, yakni bentuk paha yang muncul di balik pakaian si gadis ketika ia sedang melangkah. Pada saat si gadis melangkah, bayangan bentuk paha di balik pakaiannya terlihat seperti lengkung-lengkung perhiasan yang muncul silih berganti dan bayangan lingkaran itu dihubungkan dengan perhiasan, yakni kalung. Dengan demikian, ungkapan keindahan tubuh si gadis mempunyai nilai seni yang sangat tinggi karena merupakan hasil karya seniman.

(24) Lehermu bagaikan menara gading. (Kidung Agung 7:4a).

(60)

indah. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, kata gading mempunyai arti lambang status dan kemakmuran.

(25) Aku adalah sebuah tembok dan buah dadaku bagaikan menara. (Kidung Agung 8:10a).

Menara merupakan salah satu bagian bangunan yang dibuat lebih tinggi daripada bangunan induknya atau bangunan tinggi untuk mengawasi daerah sekitar atau menjadi petunjuk bagi kapal yang sedang berlayar. Buah dada

merupakan salah satu organ tubuh yang terletak di dada wanita yang dapat menghasilkan makanan untuk bayi berupa caira. Contoh kalimat (109) mengandung makna si gadis mampu bersikap dan bertindak tegas bahwa ia mampu menjaga dan melindungi dirinya sendiri dari godaan laki-laki. Ungkapan “…buah dadaku bagaikan menara” mempunyai arti kriteria kedewasaan dan bukan karena segi erotis semata-mata. Kedewasaan seorang perempuan untuk menentukan sikap dan pilihan dalam hal cinta tidak hanya dikuasai atau didominasi oleh kaum laki-laki, tetapi disepakati olah kedua pihak.

(26) Lehermu seperti menara Daud, dibangun untuk menyimpan senjata. (Kidung Agung 4:4).

(61)

yang sangat ditekankan dalam ungkapan ini adalah menggambarkan leher si gadis yang berjenjang; bukan leher yang biasa atau pendek. Gadis yang memiliki leher yang berjenjang dianggap gadis yang manis, lemah gemulai, dan beruntung karena merupakan salah satu ukuran kecantikan perempuan.

(27) Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan anggur campur. (Kidung Agung 7:2).

Kalimat (111) mengandung makna sebagai ungkapan tentang salah satu bagian tubuh manusia yang berada di sekitar perut yang digambarkan seperti mangkuk atau cawan yang bulat, tetapi penuh dengan isinya.

(28) Hidungmu seperti menara di Libanon, yang menghadap ke kota Damsyik. (Kidung Agung 7:4c).

Hidung merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi sebagai alat penciuman dan penghirup hawa dan terletak di sebelah atas mulut. Contoh kalimat (112) mempunyai makna pujian terhadap si gadis yang memiliki hidung mancung. Hidung si gadis dibandingkan dengan menara gading yang terletak di gunung Libanon karena menara tersebut merupakan suatu benda yang tinggi dan bisa dianggap mancung seperti hidung si gadis.

(62)

3.5 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Alam

Berikut ini adalah contoh kalimat perbandingan dalam Kidung Agung

dengan urutan yang diperbandingkan adalah tubuh manusia diikuti hal yang membandingkan adalah alam.

(30) Matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu gerbang Batrabim. (Kidung Agung 7:4b).

Mata merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi untuk melihat atau indra penglihat, sedangkan telaga merupakan danau yang terletak di pegunungan. Pada contoh kalimat (114) mata tidak diumpamakan seperti merpati, tetapi seperti telaga di Hesybon, dekat pintu gerbang Batrabim. Hesybon yang dimaksudkan dalam ungkapan ini adalah ibu kota kerjaan orang Amori (Bilangan 21:26-34) yang terletak 7 mil di sebelah Utara Madaba. Dari daerah itu mengalirlah sungai Hesban yang bergabung dengan sungai Yordan dekat Laut Mati. Air telaga berbeda dengan air sumur yang tidak mengkilap terang, tetapi juga tidak seperti mata air yang tidak pernah berhenti memancar. Telaga bila kena sinar matahari akan memancarkan kilauan dan airnya tenang. Dengan demikian ungkapan gaya bahasa perbandingan dalam contoh kalimat (106) adalah si gadis memiliki hati yang suci, bersih, murni, dan tenang sehingga ia mampu mengerti dan memahami segala sesuatu yang diinginkan kekasihnya.

(31) Bau pakaianmu seperti bau gunung Libanon. (Kidung Agung 4:11).

(63)

karena aroma keharuman dari pakaian yang dikenakannya. Karena tempat tinggal si gadis di daerah gunung Libanon sehingga ia pun membawa aroma gunung Libanon ketika ia sedang berada di suatu tempat. Selain itu, pakaian yang berada di luar tubuh si gadis mengandung makna keadaan lahiriah, yakni sikap, tingkah laku, hobi, cara hidup, pergaulan, dan sopan santun dari si gadis yang dapat menyenangkan hati kekasihnya.

(32) Perawakannya seperti gunung Libanon, terpilih seperti pohon-pohon aras. (Kidung Agung 5:15).

Contoh (116) mempunyai makna tentang pandangan si gadis terhadap kekasih yang dicintainya yang memiliki kekuatan dan keperkasaan sekokoh gunung Libanon yang lengkap dengan semua pohon dan tanaman di sekitarnya. Pujian si gadis terhadap kekasihnya seolah-olah ingin menampilkan si pemuda sebagai seorang pribadi yang beda dengan pemuda-pemuda lain karena memiliki kualitas diri yang patut dipuji, baik lahir maupun batinnya.

(33) Kepalamu seperti bukit karmel. (Kidung Agung 7:5).

Kalimat (117) mempunyai makna yang menunjukkan suatu penegasan dari si gadis, bahwa keindahan dan kecantikan yang dimikilinya sungguh-sungguh berharga, berarti, dan bernilai di hadapan kekasih yang sangat dicintainya.

3.6 Makna Perbandingan Tubuh Manusia dengan Nama Tempat

Berikut ini adalah contoh kalimat perbandingan dalam Kidung Agung

(64)

(34) Cantik engkau, manisku, seperti kota Tirza. (Kidung Agung 6:4a). (35) Juita seperti Yerusalem. (Kidung Agung 6:4b).

Kata cantik mempunyai arti indah (bentuk, rupa, dan bagian tubuh yang lain tampak serasi dan sempurna), elok, molek (wajah perempuan), dan sangat. Jadi, contoh (118 dan 119) mempunyai makna pujian terhadap kecantikan si gadis dari kekasihnya yang membandingkan kecantikannya dengan kota Tirza dan Yerusalem. Kecantikan dan keindahan si gadis juga membangkitkan rasa segan dan hormat kepadanya dengan menggunakan gambaran kota Tirza dan Yerusalem. Kota Tirza merupakan suatu tempat yang memberikan kesenangan dan keindahan, sedangkan kota Yerusalem dikenal dengan pemandangan yang indah sehingga disebut sebagai "yang disukai" atau kota yang indah atau suatu kebanggan seluruh bumi.

3.7 Makna Perbandingan tidak Diikuti Terbanding (T) dan Pembanding (P)

Berikut ini adalah contoh makna kalimat gaya bahasa perbandingan dalam

Kidung Agung yang tidak diikuti hal yang membandingkan dan hal yang dibandingkan.

(36) Harum bau minyakmu, bagaikan minyak yang tercurah namamu. (Kidung Agung 1:3).

(65)

tubuh si pemuda mempunyai daya tarik yang sangat kuat dalam pandangan si gadis.

(37) Aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan. (Kidung Agung 8:10b).

Kalimat (121) mempunyai makna bahwa Tuhan telah menciptakan dan memelihara diri si gadis sehingga ia tumbuh menjadi seorang gadis yang dewasa. Si gadis percaya bahwa Tuhan menjauhkan dirinya dari hal-hal duniawi yang dapat menjerumuskan dirinya ke dalam dosa. Si gadis merasa bangga terhadap dirinya khususnya salah satu bagian tubuhnya, yakni buah dada yang digambarkan seperti menara yang melambangkan bahwa dirinya sudah dewasa. Oleh karena itu, si gadis merasa bangga dan sangat bahagia.

(38) Memang hitam aku, tetapi cantik, hai puteri-puteri Yerusalem,

seperti kemah orang Kedar, seperti tirai-tirai orang Salma. (Kidung Agung 1:5).

(66)

dirinya hitam tetapi cantik mempunyai keistimewaan yang penuh rahasia, bahwa cinta yang tulus tidak akan terhalang oleh jenis pekerjaan dan warna kulit.

(39) Seperti pingsan aku ketika dia menghilang. (Kidung Agung 5:6). Kalimat (123) mempunyai makna bahwa si pemuda meninggalkan si gadis dan pergi ke suatu tempat. Kepergian si pemuda membuat si gadis sedih dan sangat terpukul, tetapi si pemuda pergi membawa belahan jiwa si gadis kekasihnya yang sangat dicintainya. Si pemuda telah membangkitkan harapan si gadis, meskipun dirinya jauh dari kekasihnya.

(40) Dahsyat seperti bala tentara dengan panji-panjinya. (Kidung Agung 6:4c).

Contoh (124) mempunyai makna kuat, dahsyat, menggetarkan, dan membangkitkan perasaan takut terhadap si gadis karena keindahan dan kecantikannya. Jadi, bila siapa pun yang memandang dan mengagumi kecantikan si gadis, maka tidak perlu ditakuti karena kecantikan dan keindahan si gadis memang menarik dan perlu untuk dipandang.

(41) Mengapa kamu senang melihat gadis Sulam itu seperti melihat tari-tarian perang? (Kidung Agung 6:13).

Kalimat (125) mengandung makna bahwa si gadis dijadikan obyek tontonan seperti keinginan orang-orang yang pulang dari medan perang. Kepandaian si gadis saat menari sungguh membawa kenikmatan dan kepuasan para penonton sehingga mereka meminta lagi si gadis untuk menari.

(67)
(68)

BAB IV

PENUTUP

8.1Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan tentang "Gaya Bahasa Perbandingan dalam Kidung Agung”, penulis dapat menyimpulkannya sebagai berikut.

Pertama, penggunaan gaya bahasa perbandingan yang terdapat dalam Kidung Agung ditunjukkan dengan penanda seperti, bagaikan, serupa, dan seumpama. Kedua, gaya bahasa perbandingan dalam Kidung Agung mengandung dua unsur, yaitu (i) hal yang diperbandingkan dan (ii) hal yang membandingkan. Ketiga,

urutan bagian perbandingan dalam Kidung Agung mempunyai dua unsur (i) hal yang diperbandingkan diikuti hal yang membandingkan dan (ii) hal yang membandingkan diikuti hal yang diperbandingkan. Hal yang diperbandingkan adalah bagian tubuh manusia, yakni mata, hidung, bibir, pipi, pinggang, leher, pusar, buah dada, rambut, kepala, dan nafas. Hal yang membandingkan adalah

(69)

8.2Saran

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Bergant, Dianne. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. Bloch, Ariel dkk. 1995. The Song of Songs. London: University of California

Press.

Bock, Wolfgang. 2007. Menjadi Pria Sejati. Yogyakarta: Kanisius.

Brenner, Athalya dkk. 2000. The Song of Songs. England: Sheffield Academic Press.

Groenen, C. 1980. Pengantar ke dalam Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. Johnston, William. 2001. Teologi Mistik Ilmu Cinta. Yogyakarta: Kanisius. Keraf, Goris. 2009. Diksi dan Goya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Lingustik. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Lembaga Alkitab Indonesia. 1993. Alkitab: Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru. Jakarta.

Nee, Watchman. 1981. Kidung Agung. Surabaya: Yayasan Perpustakaan Injil. Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Ende: Nusa Indah.

Pradopo, R. Djoko. 2007. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ramadhani, Deshi. 2009. Lihatlah Tubuhku. Yogyakarta: Kanisius.

Sudaryanto.1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Tanpa Pengarang. 1998. Metode Linguistik, Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Tarigan, Guntur. 1985. Pengajaran Goya Bahasa. Bandung: Angkasa.

(71)

Weiden, Wim. 1995. Seni Hidup. Yogyakarta: Kanisius.

http://www.artikata.com/arti-341018-html

http://bukithermon39a.site88.net

Sumber Data:

(72)

Referensi

Dokumen terkait

7.5 Dalam penentuan caj kepada pihak ketiga bagi setiap aktiviti/projek penjanaan, aspek sumbangan keuntungan kepada Universiti perlu di ambil kira bagi menjana

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 12 April 2019 di Pantai Pandaratan Kabupaten Tapanuli Tengah, didapatakan hasil persentase tutupan lamun pada tipe

MEMBUAT TANDA DI LUAR LAPANGAN PERMAINAN SEJAJAR DENGAN GARIS GAWANG BERJARAK 9.15 METER DARI TITIK PERTEMUAN GARIS GAWANG DAN GARIS SAMPING ATAU DARI LETAK TIANG BENDERA

Pada penelitian ini dilakukan simulasi serta analisis perbandingan performansi antara penggunaan photodetector PIN dan APD pada receiver jaringan TWDM-PON menggunakan

Pelepah pisang sering kali disepelekan oleh sebagian besar orang dan dianggap sebagai limbah dari pohon pisang, ternyata memiliki kandungan serat yang tinggi yang bisa

Variabel-variabel tentang paparan pestisida yang berhubungan signifikan dengan kejadian BBLR di Desa Pandean dan Girirejo Kecamatan Ngablak Magelang Jawa Tengah Tahun 2011

resiko yang ditimbulkan akibat bleaching ini sangat besar. Resiko-resiko yang mungkin terjadi adalah kertas menjadi rapuh, timbulnya gelombang pada kertas karena struktur

Hasil estimasi Maximum Likelihood Estimation (MLE) dari fungsi produksi ini menunjukkan bahwa hanya input benih yang memiliki pengaruh positif terhadap produksi