• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN

MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR

KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 8

MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

OLEH : JUNIATI

NIM : 8126122028

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN

MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR

KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 8

MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Teknologi Pendidikan

OLEH : JUNIATI

NIM : 8126122028

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia Nya sehingga

penyusunan tesis yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Minat

Belajari Terhadap Hasil Belajar Kewirausahaan Pada Siswa Kelas XII SMK Negeri 8 Medan

telah berhasil diselesaikan.

Adapun pembuatan tesis ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar

Magister Pendidikan

Dalam pembuatan tesis ini, penulis menghadapi berbagai kesulitan, diantaranya

literature dan pengetahuan, oleh karena itu penulis menyadari bahwa masih terdapat

kekurangan dari segi isi maupun bahasannya. Untuk itu peneliti mengharapkan saran-saran

yang membangun dari pembaca.

Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana UNIMED

2. Bapak Prof.Dr.Harun Sitompul,M.Pd. Sebagai ketua Program Studi Teknologi

Pendidikan Program Pascasarjana UNIMED dan juga sebagai Narasumber/ Penguji

3. Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I, dan Bapak

Dr.R.Mursid, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan kepada peneliti demi penyelesaian Tesis ini

4. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi. M.Si dan Ibu Dr. Erly Mutiara, M.Si sebagai

Narasumber/ Penguji yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis demi

kesempurnaan tesis ini

5. Bapak Drs.H.Ali Hasmi Nasution,MM selaku Kepala SMKN 8 yang telah memberikan

(7)

6. Bapak Hidup Simanjuntak,M.Si selaku kepala SMK N 8 yang baru,yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk dapat melakukan sidang tesis di UNIMED

7. Ibu Nurmaida,Ibu Lena,Ibu Raulan,Ibu Hetty,Ibu Sari sebagai guru kewirausahaan yang

mengajar dikelas XII BOGA, serta guru-guru jurusan tata boga yang membantu penulis

dalam memberikan perlakuan ketika penelitian ini berlangsung.

8. Ibunda tercinta Fatimah br Gultom, kak Ratna,dan adikku Intan, yang tak lelah dan tetap

memberikan semangat dan doa kepada penulis.

9. Suami tercinta Ir.R.P. hutasoit yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat

kepada penulis untuk penyelesaian tesis ini

10.Anak-anak tercinta 1, Irene, 2 Ruth, 3 Hezekiel Restu dan 4 Samuel Dipo yang telah

banyak memberikan motivasi dalam penyelesaian tesis ini

11.Rekan-rekan mahasiswa, khususnya Norenta di Pascasarjana Teknologi Pendidikan

UNIMED angkatan 22

12.Bapak/Ibu Dosen Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan yang

telah mendidik dan memberi banyak ilmu serta mengajari peneliti.

Akhir kata penulis mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua

Medan, 18 maret 2015

Penulis

(8)

ii

A. Latar Belakang Masalah... ...1

B. Identifikasi Masalah ... ...14

C. Pembatasan Masalah ... ...15

D. Rumusan Masalah ... ...16

E. Tujuan Penelitian ... ...16

F. Manfaat Penelitian ... ...17

BAB II. KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... ...19

A. Kajian teoritis ... ...19

B. Penelitian yang Relevan ... ...47

C. Kerangka Berpikir ... ...48

D. Pengajuan Hipotesis ... ...56

BAB III. METODELOGI PENELITIAN... ...57

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ...57

B. Populasi dan Sampel ... ...57

C. Metode dan Rancangan Penelitian ... ...58

D. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... ...60

E. Pengontrolan Perlakuan ... ...64

F. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... ...66

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... ...68

H. Teknik Analisis Data... ...78

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...80

A. Deskripsi Data ...80

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... ... ...91

C. Pengujian Hipotesis ... ... ...95

D. Pembahasan Hasil Penelitian

...

103

E. Keterbatasan Penelitian ... ... ... 118

BAB V. SIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN ... ... .120

A. Simpulan ... ... 120

B. Implikasi ...120

C. Saran ...123

(9)

DAFTAR TABEL

5. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 51

6. Desain Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 58

7 .Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw . ... 62

8 Tahapan Pembelajaran Strategi Pemblajaran Kooperatif Tipe STAD... 63

9. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Kewirausahaan ... 70

10. Skor Angket Minat Belajar ... 71

11. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar ... 71

12 Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 80

13, Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model PembelajaranKooperatifTipeSTAD ... 82

14. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa dengan Minat Belajar Tinggi ... 83

15. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa dengan Minat Belajar Rendah ... 84

16. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajara Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Minat Belajar Tinggi ... 86

17. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Minat Belajar Rendah... 87

18. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Minat Belajar Tinggi ... 88

19. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Minat Belajar Rendah ... 90

(10)

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (A1) dan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD (A2) ... 91

21. Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa dengan Minat Belajar Tinggi dan Rendah ... 92

22 .Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Kewirausahaan untuk Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Stad ... 92

23 Uji Homogenitas untuk A1 dan A2 ... 93

24 Uji Homogenitas untuk B1 dan B2 ... 94

25 .Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Model Pembelajaran menurut Minat Belajar Tinggi dan Rendah ... 94

26 Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ... 95

27. Ringkasan Hasil Perhitungan ANAVA Faktorial 2 x 2 ... 96

28. Ringkasan Hasil Pengujian dengan Menggunakan Uji Scheffe ... 99

(11)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Pembentukan kelompok jigsaw ... ... 31

2.Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang

Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... ... 81

3.Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang

Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...82

4. Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa

dengan Minat Belajar Tinggi ... ... 84

5. Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa

dengan minat belajar Rendah ... ... 85

6. Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang

Dibelajarkan denganModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

dengan Minat Belajar Tinggi ... ... 86

7.Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang

Dibelajarkan dengan ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

dengan Minat Belajar Rendah ... ... 88

8. Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang

Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD dengan minat belajar Tinggi ... ... 89

9. Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang

Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD dengan minat belajar rendah ... ... 90

10. InteraksiModel Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif Tipe JIGSAW ... 130

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif Tipe STAD ... 166

3. Instrumen Tes Hasil Belajar Kewirausahaan ... 191

4. Instrumen Tes Minat Belajar ... 198

5. Skenario Model Pembelajaran ... 200

9. Analisis Butir Soal Hasil Belajar Kewirausahaan ... 201

10. Data Induk Penelitian ... 202

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam menghadapi era persaingan global, pemerintah harus mampu

menyiapkan SDM yang berkualias dan handal, menyiapkan SDM yang

berkualitas dan handal bisa dilakukan melalui pelatihan keterampilan dan

wirausaha.Wirausaha dirasa sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan

perekonomian suatu negara.Hal ini sejalan dengan perkataan Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Hatta Rajasa, bahwa “wirausaha

adalah kunci bagi Indonesia untuk memajukan perekonomian”.Dalam rangka

menciptakan wirausaha-wirausaha tersebut, salah satu caranya adalah dengan

memberikan pendidikan kewirausahaan kepada peserta didik pada semua jenjang

pendidikan.

Pendidikan kewirausahaan sebenarnya sudah cukup lama

diperhatikan.Sejumlah perguruan tinggi telah membentuk dan menerapkan kuliah

kewirausahaan sejak beberapa tahun silam. Sejumlah sekolah menengah juga

melakukan hal yang sama. Tetapi, kelahiran wirausaha di Indonesia dirasakan

masih jauh dari harapan. Dalam pembelajaran kewirausahaan para siswa

ditanamkan sikap berprilaku untuk membuka bisnis agar kelak mereka menjadi

seorang wirausaha yang berbakat, sesuai dengan tujuan kewirausahaan yaitu (1)

Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas,(2) Mewujudkan

kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan

kesejahteraan masyarakat,(3) Membudayakan semangat, sikap,perilaku dan

(14)

2

kemampuan berwirausaha dikalangan pelajar dan masyarakat.(4)

Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh

dan kuat terhadap para siswa dan masyarakat.

Model pembelajaran kewirausahaan di Indonesia belum bisa

memungkinkan lahirnya wirausaha baru sesuai harapan.Penyebabnya karena

model pembelajaran Indonesia masih sangat condong pada pembelajaran yang

berpusat pada guru. Pembelajaran yang berpusat pada guru adalah sistem pembela

jaran yang menjadikan guru sebagai pusat dan sumber utama yang memberikan

ide-ide dan contoh, di mana peserta didik diposisikan sebagai gelas kosong yang

hanya dapat diisi oleh sang guru. Pada sistem ini, hampir tidak mungkin dapat

terlahir peserta didik yang mempunyai minat berwirausaha, sebab mereka

sepenuhnya tergantung kepada guru. Itulah sebabnya, tak mengherankan jika

peserta didik sepenuhnya merupakan pantulan dari pengajaran satu arah yang

diterima di sekolah, dan belum adanya standart baku kurikulum yang mampu

menciptakan dan mengembangkan kemandirian siswa SMK.

Sistem pembelajaran yang berpusat pada guru harus segera diubah,

khususnya terkait dengan mata diklat pendidikan kewirausahaan agar kedepannya

bisa menciptakan wirausaha-wirausaha yang handal. Apabila pemerintah

Indonesia tidak mampu membentuk wirausaha-wirausaha baru yang handal maka

diperkirakan akan semakin banyak jumlah pengangguran di Indonesia, dan hal ini

tentu akan berimbas pada penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Maka dari itu dirasa sangat penting untuk mengembangkan pendidikan

(15)

3

ini tentu saja tidak menjadi tanggung jawab pemerintah semata, atau guru semata

namun manjadi tanggung jawab bagi semua pihak yang terkait di dalamnya

termasuk juga masyarakat.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara pendidikan

merupakan unsur utama dan penting. Negara akan maju dan berkembang apabila

diikuti dengan peningkatan mutu pendidikan menuju arah yang lebih baik.

Kemajuan pendidikan juga akan memberikan dampak positif dalam upaya

peningkatan sumber daya manusia, sehingga peningkatan kualitas sumber daya

manusia merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi

yang menuntut kesiapan setiap kelompok atau individu bersaing secara

bebas,hanya yang berkualitas yang mampu bersaing ataupun berkompetensi.

Tujuan Pendidikan Nasional seperti tercantum dalam UU RI No. 20 tahun

2003 adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis, serta bertanggung

jawab (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Tujuan Pendidikan

Nasional ini merupakan suatu tujuan yang harus diemban oleh seluruh lapisan

masyarakat, khususnya institusi pendidikan yang bertanggung jawab secara

langsung atas kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan mutu

pendidikan dengan merujuk pada tujuan masing-masing institusi dengan jenjang

tingkatannya.

Saat ini dunia pendidikan sedang memasuki era yang ditandai dengan

(16)

4

semakin berkembang sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

yang selaras dengan tuntutan dunia kerja.

Miarso (2005:485) mengatakan bahwa “ sumber daya manusia merupakan

modal dasar pembangunan terpenting”. Lebih lanjut dijelaskan pendidikan untuk

pembangunan kualitas manusia meliputi segala aspek perkembangan manusia

dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai

masyarakat dan sebagai warga negara. Pendidikan harus mencerminkan proses

memanusiakan manusia dalam arti mengaktulisasikan semua potensi yang

dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan

sehari-hari di masyarakat luas.

Keberhasilan pembangunan nasional di segala bidang sangat bergantung

pada sumber daya manusia sebagai asset bangsa dalam mengoptimalkan dan

memaksimalkan perkembangan seluruh potensi yang dimiliki.Upaya tersebut

dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan

formal maupun non formal.Salah satu lembaga jalur pendidikan formal yang

menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja diantaranya

pendidikan kejuruan.

Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia di antaranya adalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dirancang untuk menyiapkan peserta

didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan

sikap professional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan diharapkan

produktif dan mampu berwirausaha juga dapat menjadi tenaga kerja menengah

(17)

5

SMK sangat didambakan masyarakat karena lulusan pendidikan kejuruan

memang mempunyai kualifikasi sebagai calon tenaga kerja yang memiliki

kecakapan dan keterampilan dan dapat terjun kedunia wirausaha tertentu sesuai

dengan bidang keahliannya,oleh karena itu kurikulum SMK disusun

memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan jenis

pekerjaan, lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.

Untuk memenuhi semua persyaratan ini, maka dibukalah program keahlian

pada pendidikan menengah kejuruan dengan harapan berbagai jenis program

keahlian ini dapat menghasilkan para lulusan yang mampu bersaing di pasar

global. Pada saat ini program keahlian yang dibuka pada sekolah kejuruan terdiri

dari 8 (delapan) program keahlian yang meliputi: teknologi industri, bisnis

management, pertanian dan kehutanan, parawisata, kerumahtanggaan, seni dan

kerajinan, pekerjaan sosial, dan kesehatan. Masing-masing bidang keahlian ini

memiliki kurikulum tersendiri yang juga bersandar pada kurikulum nasional dan

kurikulum implementatif yang disesuaikan dengan kepentingan daerah maupun

lingkungan dimana sekolah berada.

Pembelajaran kewirausahaan seharusnya dapat memberikan pengalaman

langsung pada siswa sehingga menambah kemampuan dan pengalaman siswa

dalam memahami dan menerapkan ketrampilan untuk membuat bahan baku

menjadi bahan jadi dan bagaimana bahan jadi dipasarkan menjadi kebutuhan

konsumen. Dengan demikian siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai

(18)

6

Tujuan mata pelajaran kewirausahaan adalah menghendaki siswa

berkompeten dalam berwirausaha (berusaha secara mandiri) sesuai dengan bidang

keahlian yang telah mereka ikuti. Di dalam pelajaran Kewirausahaan, para siswa

diajari dan ditanamkan sikap perilaku dan cara untuk membuka usaha kecil, agar

mereka kelak menjadi seorang wirausaha yang berbakat,sesuai dengan hakekat

kewirausahaan yang diwujudkan dalam prilaku yang dijadikan dasar sumber daya

tenaga penggerak,tujuan,siasat,kiat,proses dan hasil bisnis.

Lapangan pekerjaan yang terbatas serta tuntutan kebutuhan pasar yang

meningkat menyebabkan banyaknya pengangguran.Pengangguran sudah menjadi

masalah struktrual bagi bangsa Indonesia. Banyak hal yang menjadi faktor

penyebab, baik yang berasal dari aspek internal seperti skill, sikap, mental,

ketiadaan modal financial, cacat tubuh dan sebagainya serta faktor eksternal

seperti kualias pendidikan, sistem ekonomi, sistem politik yang ada pada suatu

negara dan sebagainya. Angka pengangguran sulit untuk dihilangkan sekalipun

pada negara maju, akan tetapi masih dapat diminimalisir dengan berbagai

program dan kebijakan yang relevan dalam memecahkan masalah tersebut. Di

Indonesia, angka penganguran masih cukup besar,Mengutip data dari badan pusat

statistik, jumlah pengangguran terbuka hingga agustus 2014 di Indonesia

mencapai 7.24 juta orang atau 8.82 % dari jumlah angkatan kerja 121,87 juta

orang. Menteri tenaga kerja dan Transmigrasi (Muhaimin Iskandar) dalam Sriani

(2013) menyebutkan bahwa angka pengangguran tersebut lebih tinggi dibanding

(19)

7

Mata diklat kewirausahaan, merupakan mata diklat program adaptif wajib

yang harus diikuti oleh semua siswa pada tiap tingkat kelas untuk semua program

keahlian. Tujuan pembelajaran mata diklat ini adalah menghendaki siswa

berkompeten dalam berwirausaha (berusaha secara mandiri) sesuai dengan bidang

keahlian yang mereka tekuni.Mewujudkan wirausahawan yang tangguh tersebut

diperlukan kinerja yang baik serta diperlukan manusia yang berkualitas dan

mandiri, setiap orang harus mau berusaha atau membuat usaha untuk mengisi

berbagai peluang dalam rangka meningkatkan taraf hidup nantinya.

Dalam mata diklat kewirausahaan,Guru dituntut untuk mampu

menumbuhkan minat berwirausaha melalui pembimbingan bahwa wirausaha

adalah suatu profesi usaha pengembangan masa depan yang luar biasa,

peningkatan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang diperoleh dan juga akan

meningkatkan karakter kepemimpinan.Dengan adanya minat akan mendorong

siswa untuk melakukan suatu aktifitas tertentu, dorongan yang kuat akan

melakukan pemenuhan kebutuhan yang dapat menimbulkan kepuasan yang

sifatnya menyenangkan.

Untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran tersebut maka pada

setiap akhir program pengajaran dilakukan evaluasi.Indikator keberhasilan dari

pencapaian tujuan pengajaran tersebut adalah kemampuan belajar siswa yang

diwujudkan dalam ujian akhir semester.Dari tiga tahun terakhir yaitu tahun ajaran

2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013, diperoleh rata-rata nilai UAS

kewirausahaan, 70, 65, dan 68 (DKN SMK Negeri 8 Medan). Hasil UAS siswa

(20)

8

kuwalitas pendidikan kewirausahaan masih rendah. Penyebab umum atas

rendahnya mutu pendidikan kewirausahaan yang secara umum diterima oleh para

pendidik kewirausahaan adalah perbedaan asumsi antara siswa dan guru dalam

pelajaran kewirausahaan, dimana guru berasumsi bahwa guru dapat memberikan

pengajaran yang ada dipikirannya kepada siswa. Dengan asumsi tersebut guru

memfokuskan dirinya pada upaya penuangan pengetahuan kedalam pemikiran

siswa.

Dari hasil observasi pendahuluan yang dilakukan, dapat digambarkan

bahwa kewirausahaan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami siswa,

mungkin dikarenakan kurangnya penguasaan dan pemahaman terhadap materi

yang disampaikan guru, dikarenakan secara umum model pembelajaran di SMK

Negeri 8 Medan dalam mata diklat kewirausahaan selama ini umumnya hanya

berupa penyampaian materi secara teori oleh guru lewat ceramah, demonstrasi,

latihan dan mengerjakan tugas-tugas. Model pembelajaran ini dilaksanakan secara

simultan, akibatnya potensi kelas kurang diberdayakan, siswa kurang termotivasi

untuk mengikuti materi mata diklat ini karena model yang digunakan dalam

penyampaiannya selalu bersifat monoton, untuk memahami mata diklat

kewirausahaan siswa tidak diarahkan pada gambaran langsung melalui proses

sosial dan kelompok kerja.

Perbaikan proses pembelajaran dikelas dapat dititik beratkan pada aspek

kegiatan pembelajaran. Aspek ini terkait langsung dengan tanggung jawab guru

dalam membina siswa lebih termotivasi untuk belajar.Salah satu upaya yang dapat

(21)

9

pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran yang lebih baik.Kemampuan

guru menguasai teknologi pembelajaran untuk merencanakan, merancang,

melaksanakan dan mengevaluasi serta melakukan feedback menjadi faktor

penting guna mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam menghadapi era persaingan global, pemerintah harus mampu

menyiapkan SDM yang berkualias dan handal.Sistem pembelajaran yang berpusat

pada guru harus segera diubah, khususnya terkait dengan mata diklat pendidikan

kewirausahaan agar kedepannya bisa menciptakan wirausaha-wirausaha yang

handal. Apabila pemerintah Indonesia tidak mampu membentuk

wirausaha-wirausaha baru yang handal maka diperkirakan akan semakin banyak jumlah

pengangguran di Indonesia, dan hal ini tentu akan berimbas pada penurunan

tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Saat ini dunia pendidikan sedang memasuki era yang ditandai dengan

gencarnya inovasi teknologi, pemakaian dan pemanfaatan teknologi di dunia kerja

semakin berkembang sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

yang selaras dengan tuntutan dunia kerja.

Miarso (2005:485) mengatakan bahwa “ sumber daya manusia merupakan

modal dasar pembangunan terpenting”. Lebih lanjut dijelaskan pendidikan untuk

pembangunan kualitas manusia meliputi segala aspek perkembangan manusia

dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai

masyarakat dan sebagai warga Negara. Pendidikan harus mencerminkan proses

(22)

10

dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan

sehari-hari di masyarakat luas.

Keberhasilan pembangunan nasional di segala bidang sangat bergantung

pada sumber daya manusia sebagai asset bangsa dalam mengoptimalkan dan

memaksimalkan perkembangan seluruh potensi yang dimiliki.Upaya tersebut

dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan

formal maupun non formal.Salah satu lembaga jalur pendidikan formal yang

menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja diantaranya

pendidikan kejuruan.

Dalam mata diklat kewirausahaan, siswa dituntut mampu untuk

mengaktulisasikan sikap dan perilaku wirausaha, menerapkan jiwa kepemimpinan

dan perilaku wirausaha,melihat peluang usaha, merencanakan usaha kecil/mikro,

dan mengelola usaha kecil/ mikro. Semua kompetensi ini harus dimiliki siswa

agar mereka mampu berusaha dan bersaing dalam berwirausaha kelak setelah

mereka menamatkan jenjang pendidikannya di sekolah menengah kejuruan.

Dengan adanya tuntutan kualifikasi keterampilan yang disebut diatas,

maka secara ideal siswa yang memiliki bidang keahlian khusus seharusnya adalah

mereka yang secara potensial memiliki bakat khusus dibidangnya dan memiliki

motifasi untuk lebih baik lagi.Namun persyaratan kualifikasi tersebut tampaknya

sulit untuk dilaksanakan dan konsisten. Hal ini disebabkan masih banyak siswa

yang memilih jenjang pendidikan ini hanya didasarkan pada keinginan untuk

(23)

11

kesesuaianantara program keahlian yang mereka pilih dengan kemampuan, bakat,

dan sikap yang mereka miliki.

Untuk dapat mengatasi adanya kesenjangan dalam pembelajaran

kewirausahaan , maka salah satu hal yang dapat diterapkan dalam menyampaikan

materi diklat kewirausahaan adalah menyesuaikan model pembelajaran yang baru

dan hendaknya dipilih sesuai dengan metode, media dan sumber belajar lainnya

yang dianggap relevan dalam menyampaikan materi, dalam membimbing siswa

agar terlibat secara optimal sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar

dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuannya. Dengan demikian didalam

pembelajaran pada mata diklat kewirausahaan, identifikasi terhadap minat belajar

siswa dalam bidang pelajaran Jasa Boga merupakan salah satu hal yang perlu

diperhatikan, karena tujuan akhir dari mata diklat ini adalah membentuk jiwa dan

kepribadian siswa yang memiliki kemandirian.

Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis model pembelajaran berkelompok, yang memungkinkan siswa untuk

belajar bekerja sama dan dapat saling mengisi dengan teman.Pelaksanaan

prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru

mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat

menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1)

Memudahkan siswa belajar tentang sesuatu yang bermanfaat seperti fakta,

keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, (2)

Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui olehmereka yang berkompeten

(24)

12

kelompok menjadi pribadi yang kuat.Tanggung jawab perseorangan adalah kunci

untuk menjamin semua anggota yang dipekuat oleh kegiatan belajar

bersama.Model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Stad.Arti Jigsaw adalah

gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle. Pembelajaran

kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag),

yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dan bekerja sama dengan siswa lain

untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota bertanggugjawab terhadap setiap

komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari

masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama

membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang yang bekerja sama

untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli

dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik

bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.

Lie dalam Rusman (2005) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan salah

satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah

dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar Jigsaw. Riset

tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dalam

pembelajaran model kooperatif model Jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik,

mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran,

disamping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.

Model Stad dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di

(25)

13

memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk

menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok

memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam

mempelajari pelajaran.Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk

melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting,

berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah

pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis,

sehingga setiap siswa harus menguasai materi.

Dengan demikian model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan

keadaan siswa seperti ini ialah model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dan

model pembelajaran Student Teams Achievent Devision (STAD).Model

pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran yang siswanya

dikelompokkan menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 5 orang, bekerja

secara kolaboratif dengan kelompok heterogen (Slavin,2005), karena tipe

pembelajaran ini merupakan tipe pembelajaran yang dapat membuat minat belajar

yang kreatif, inovatif dan efektif. Belajar kooperatif selain bertujuan untuk

memahamkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari namun lebih

menekankan pada melatih siswa untuk mempunyai kemampuan sosial yaitu untuk

saling bekerjasama,saling memahami, saling berbagi informasi, saling membantu

antar teman kelompok dan bertanggung jawab terhadap sesama teman kelompok

untuk mencapai tujuan umum, yaitu menciptakan situasi dimana keberhasilan

(26)

14

Dari beberapa model dan berdasarkan fenomena diatas, maka dalam

penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

JIGSAW untuk meningkatkan hasil belajar kewirausahaan siswa yang mampu

menyampaikan materi kepada siswa secara lebih mendalam dan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan memperhatikan minat belajar yang

dapat mempengaruhi hasil belajarnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan gejala yang diamati

peneliti, maka timbul beberapa pertanyaan yang dapat diidentifikasi sebagai

permasalahan yakni (1) faktor-faktor apa yang mempengaruhi hasil belajar

kewirausahaan? (2)bagaimana model pembelajaran yang diterapkan selama ini?

(3) apakah model pembelajaran dan penyampaian materi tidak menumbuhkan

minat belajar siswa? (4) apakah model pembelajaran untuk pembelajaran

kewirausahaan kurang menarik perhatian siswa? (5)apakah model pembelajaran

yang digunakan sudah sesuai dengan karakteristik siswa? (6)model pembelajaran

yang bagaimanakah yang tepat digunakan dalam pembelajaran kewirausahaan?

(7) apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa? (8)

bagaimana hubungan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan karakteristik siswa dengan hasil

belajar siswa? (9) apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan belajar

(27)

15

pendidikan atau SDM guru mata diklat terhadap perolehan hasil belajar? (11)

apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki minat belajar

tinggi dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah? (12) apakah ada

interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar dalam mempengaruhi

hasil belajar siswa?

C. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar

siswa, agar penelitian ini lebih terfokus dan kajian lebih mendalam, maka masalah

yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini dibatasi pada hal-hal

berikut:

1. Hasil belajar kewirausahaan merupakan kemampuan siswa dalam menguasai

materi mata diklat kewirausahaan yang dibatasi dalam ranah kognitif

(Merencanakan dan mengelola usaha kecil). Hasil belajar ini diperoleh dari

tes hasil belajar kewirausahaan yang diberikan setelah perlakuan selesai

dilaksanakan.

2. Model pembelajaran yang digunakan dibedakan menjadi dua macam yaitu

model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

3. Karakteristik siswa dalan penelitian ini dibatasi hanya pada minat belajar

siswa yang dibagi atas minat belajar tinggi dan minat belajar rendah di

(28)

16

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan pembatas

masalah yang dikemukakan diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan

sebagai berikut:

1. Apakah hasil belajar kewirausahaan siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW lebih tinggi dari siswa yang diajarkan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?

2. Apakah hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki minat belajar tinggi

yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW lebih

tinggi daripada siswa yang memiliki minat pembelajaran rendah?

3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar

terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran

tentang pengaruh aplikasi model pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil

belajar siswa pada pelajaran kewirausahaan, sedangkan secara khusus bertujuan

untuk mengetahui dan dan mendeskripsikan:

1. Hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang

diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dan siswa

(29)

17

2. Hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki minat belajar rendah yang

diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dan siswa yang

diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi

hasil belajar kewirausahaan siswa.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai: (1)

salah satu bahan acuan bagi pengembang lembaga pendidikan dan penelitian

selanjutnya yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh model

pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa. (2) menambah

khasanah pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran dan

hubungannya dengan minat belajar siswa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar

kewirausahaan siswa SMK jurusan Tata Boga.

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

bagi guru khususnya pada mata diklat kewirausahaan sebagai salah satu model

alternative dalam menyampaikan materi pelajaran, memberikan informasi

terutama pihak sekolah tentang ada tidaknya pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe JIGSAW dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, serta

minat belajar terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa. Bila hasil penelitian ini

manyatakan bahwa kedua model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi pengaruh yang berbeda

(30)

18

dalam pembelajaran terutama untuk pembelajaran mata diklat kewirausahaan di

(31)

120

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka dapat disimpulkan

1. Hasil belajar kewirausahaan siswa SMK Negeri 8 Medan yang diajar dengan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil

belajar kewirausahaan yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD

2. Secara keseluruhan, siswa yang memilki minat belajar tinggi lebih tinggi

hasil belajar kewirausahaan SMK Negeri 8 Medan, dibandingkan dengan

siswa yang memilki minat belajar rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar siswa

terhadap hasil belajar kewirausahaan dari siswa SMK Negeri8 Medan

B. Implikasi

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, beberapa

implikasi dari hasil penelitian ini yaitu

1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari model kooperatif

tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar kewirausahaan. Hal ini

dikarenakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa

SMK member pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar kewirausahaan.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu memotivasi siswa agar

(32)

122

yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan persoalan belajarnya untuk

memperoleh hasil belajar yang lebih baik.

2. Materi pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang

berorientasi terhadap mata diklat kewirausahaan. Pembelajaran didasarkan

pada karakteristik siswa, guru perlu mengetahui minat belajar yang dimiliki

siswa sebagai salah satu karakteristik yang turut mempengaruhi hasil belajar,

dengan demikian guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat

untuk pembelajaran mata diklat kewirausahaan.

3. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan memperoleh hasil belajar yang

lebih tinggi jika diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengupayakan semua siswa memiliki

tanggungjawab, sebab setiap siswa dari kelompok asal akan menjadi anggota

kelompok ahli. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw siswa yang lebih dominan menentukan proses pembelajaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran

kewirausahaan yang berimplikasi terhadap perencanaan dan pengembangan

model pembelajaran kewirausahaan. Member kesempatan yang lebih besar

bagi siswa yang terlibat aktif lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk

memperoleh kesadaran dan mengembangkan kemampuan dirinya dengan

lebih baik, dan juga mengembangkan kemampuannya sendiri karena harus

menyelesaikan proyek tepat waktu.

4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bukan difokuskan

(33)

Student-122

Centered karena dengan model penyampaian dan pengelola pengajaran dalam

model pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

diharapkan adanya perpaduan antara siswa dan gurunya sebagaimana filosofi

model pembelajaran Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

dimodelkan dengan sebuah simfoni. Dalam hal ini siswa bukan saja terdidik

belajar mandiri secara individu, sebaliknya adanya kebersamaan antara siswa

untuk maju bersama karena dengan model penyampaian dan pengelola

pengajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan

tidak ada siswa yang tidak termotivasi.

5. Dalam upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan situasi yang

kondusif dalam pembelajaran, guru hendaknya mengambil posisi sebagai

fasilitator dan mediator pembelajaran. Peran sebagai fasilitator dan

mediator pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas kepada

siswa untuk mengemukakan gagasan dan argumentasinya, sehingga

siswa terhindar dari cara belajar menghafal.

6. Hasil penelitian ini juga dapat memotivasi guru dalam mengembangkan

model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan mempublikasikannya ke

media cetak dan jaringan internet. Pengembangan model pembelajaran yang

tepat harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Hasil penelitian ini

diharapkan guru dapat mengembangkan kemampuannya untuk merancang

pembelajaran dengan memperhatikan materi yang tepat yang dapat digunakan

(34)

122

pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran akan membuat tercapai

tujuan pembelajaran

7. Dalam mengembangkan khasanah pengetahuan di bidang pendidikan dalam

upaya pengenalan model pembelajaran Penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dapat dikembangkan melalui MGMP (Musyawarah

Guru Mata Pelajaran) ataupun pelatihan-pelatihan bagi guru, workshop

ataupun seminar yang memacu guru dalam menggunakan model

pembelajaran yang menyenangkan dan disesuaikan dengan karakteristik

siswa.

C. Saran

Beradasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan,

maka disarankan beberapa hal berikut ini :

1. Para guru kewirausahaan disarankan untuk menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Sebagai model belajar dalam

pembelajaran mata diklat kewirausahaan

2. Guru Kewirausahaan SMK Negeri 8 Medan perlu memperhatikan minat

belajar siswa yang merupakan aspek kognitif memberikan pengaruh yang

besar terhadap hasil belajar siswa

3. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan

karakteristik mata pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka

guru perlu merancang dan mengembangkan model pembelajaran yang

berkaitan dengan kewirausahaan.

4. Untuk kesempurnaan penelitiaan ini, disarankan kepada peneliti untuk

(35)

122

seperti IQ, gaya belajar, motivasi, dan lain-lain. Perlu juga menambah

populasi dan sampel yang lebih besar lagi, untuk mengecilkan tingkat

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi.1992. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Ali, M. 1992. Model Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa

Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara

Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Ed. Revisi). Jakarta: Bumi Aksara

Asri,Budiningsih. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Chalid, S. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap

Hasil Belajar Menggambar Pola SMK Negeri 8 Medan. Tidak

Dipublikasikan. Thesis Medan: PPS Unimed

Dahar, Ratna.W. 2002. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Daryanto. 2012. Pendidikan Kewirausahaan Konsep dan Model. Yogyakarta: Gava Media

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Acuan Pelaksanaan Pendidikan

Kesetaraan Program Paket ABC. Jakarta: CV Dintam

Dick, W. & Carey, L.Carey,James O. 2005. The Systematic Design of

Instructional. New York: Longman

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Gagne, Robwer M & Driscoll, Marcy P. 1989. Essentials of Learning for

Instructiom. New Jersey: Prentice Hall

Gerungan. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan

Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

(37)

Hergenhahn, B.R. dan Matthew, H.Olson. 2009. Theories of Learning. Jakarta: Kencana

Hanita K Lubis. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Intelegensi

Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Al Azhar medan,Tesis

Medan:Program Pascasarjana Unimed

Kemp.J.E. 1995. Planing, Producing and Using Instructional Tehnologies. New York: Harper Collins

Miarso, Yusufhadi. 2005. Menyemai Benih, Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana

Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: CV. Mutiara

Natawijaya, Rohman. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Panjaitan, B. 2006. Karakteristik Pembelajaran dan Kontribusinya Terhadap

Hasil Belajar. Medan: Poda

Pusat Statistik. 2014. Data tenaga kerja dan pengangguran Indonesia.

Reigeluth, C.M. 1983. Instructional Design Theory of Models: An Overview of

the their Curent Status. London: Prentice Hall

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Romizowski,Aj. 1981. Design Instructional System. New York: Nichol Publishing Company

Rusman. 2005. Edisi Kedua. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rinekacipta

Trianto. 2008. Mendisain Pembelajaran Kontesktual. Jakarta: Cerdas Pustaka

Sagala, Syaiful. 2009 . Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, W. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

(38)

Slavin, Robert. E. 2006. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek. Jakarta:

Sriani.2013. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kreativitas terhadap Hasil

Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Kisaran.Tesis

Medan: Program Pascasarjana Unimed

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana,Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudjana, N. 1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Sugianto,Dian Armanto. 2014. Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe Jigsaw dan STAD Ditinjau dari Kemampuan Penalaran dan komunikasi siswa SMA Negeri 11 Binjai. Jurnal FMIPA,

Universitas Negeri Medan.

Suryana. 2008. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju

Sukses. Bandung: Salemba Empat

Suryabrata,S. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Tracy Brian. The Psychologi of achievement. New York: Simon Schuster

Tsailing Liang. 2002. Implementing Cooperative Learning In EFL Teaching:

Process and Effect.Thesis. Institute of English national Taiwan Normal

University

Uno,H.B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar

yang Kreatif dan Efektif. Jakart: Bumi Aksara

Wibowo, Agus. 2011. Pendidikan Kewirausahaan Konsep dan Model. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Wina, Sanjaya. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Gambar

Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Tidak mengherankan bila hasil penelitian ini memberi inspirasi pada berbagai penerbit untuk menyertakan lebih banyak soal pemecahan masalah dalam buku ajar di tahun 90-an

Iklan konten ditampilkan pada halaman website berupa teks link yang sesuai dengan aturan penyedia konten ads, Adapun cara kerjanya adalah sistem Iklan konten menganalisa halaman

Penurunan minat tersebut sulit diberantas pada generasi muda saat ini tetapi dapat dihambat laju peningkatannya melalui penanaman pola pikir yang benar tentang arti penting

Tolak ukur yang digunakan untuk menganalisis kinerja angkutan umum penumpang adalah kecepatan perjalanan, waktu sirkulasi, faktor muat (load factor), waktu antara kendaraan (time

Berdasarka hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa tindakan, yaitu dari siklus I, siklus II, dan siklus III serta berdasarkan

Faulkenberry, Lucas , M., System Trouble Shooting Handbook.. SATUAN ACARA PERKULIAHAN

[r]

Jenis ayam lokal yang umum dipelihara pemilik ayam kabupaten Bogor dan Wonosobo yaitu ayam kampung, pelung, bangkok, gaga’, birma, arab, dan kate.. Preferensi masyarakat terhadap