PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN
MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 8
MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
OLEH : JUNIATI
NIM : 8126122028
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN
MINAT BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR
KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 8
MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Teknologi Pendidikan
OLEH : JUNIATI
NIM : 8126122028
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia Nya sehingga
penyusunan tesis yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Dan Minat
Belajari Terhadap Hasil Belajar Kewirausahaan Pada Siswa Kelas XII SMK Negeri 8 Medan
telah berhasil diselesaikan.
Adapun pembuatan tesis ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Magister Pendidikan
Dalam pembuatan tesis ini, penulis menghadapi berbagai kesulitan, diantaranya
literature dan pengetahuan, oleh karena itu penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan dari segi isi maupun bahasannya. Untuk itu peneliti mengharapkan saran-saran
yang membangun dari pembaca.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana UNIMED
2. Bapak Prof.Dr.Harun Sitompul,M.Pd. Sebagai ketua Program Studi Teknologi
Pendidikan Program Pascasarjana UNIMED dan juga sebagai Narasumber/ Penguji
3. Bapak Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I, dan Bapak
Dr.R.Mursid, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan kepada peneliti demi penyelesaian Tesis ini
4. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi. M.Si dan Ibu Dr. Erly Mutiara, M.Si sebagai
Narasumber/ Penguji yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis demi
kesempurnaan tesis ini
5. Bapak Drs.H.Ali Hasmi Nasution,MM selaku Kepala SMKN 8 yang telah memberikan
6. Bapak Hidup Simanjuntak,M.Si selaku kepala SMK N 8 yang baru,yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk dapat melakukan sidang tesis di UNIMED
7. Ibu Nurmaida,Ibu Lena,Ibu Raulan,Ibu Hetty,Ibu Sari sebagai guru kewirausahaan yang
mengajar dikelas XII BOGA, serta guru-guru jurusan tata boga yang membantu penulis
dalam memberikan perlakuan ketika penelitian ini berlangsung.
8. Ibunda tercinta Fatimah br Gultom, kak Ratna,dan adikku Intan, yang tak lelah dan tetap
memberikan semangat dan doa kepada penulis.
9. Suami tercinta Ir.R.P. hutasoit yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat
kepada penulis untuk penyelesaian tesis ini
10.Anak-anak tercinta 1, Irene, 2 Ruth, 3 Hezekiel Restu dan 4 Samuel Dipo yang telah
banyak memberikan motivasi dalam penyelesaian tesis ini
11.Rekan-rekan mahasiswa, khususnya Norenta di Pascasarjana Teknologi Pendidikan
UNIMED angkatan 22
12.Bapak/Ibu Dosen Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan yang
telah mendidik dan memberi banyak ilmu serta mengajari peneliti.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua
Medan, 18 maret 2015
Penulis
ii
A. Latar Belakang Masalah... ...1
B. Identifikasi Masalah ... ...14
C. Pembatasan Masalah ... ...15
D. Rumusan Masalah ... ...16
E. Tujuan Penelitian ... ...16
F. Manfaat Penelitian ... ...17
BAB II. KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... ...19
A. Kajian teoritis ... ...19
B. Penelitian yang Relevan ... ...47
C. Kerangka Berpikir ... ...48
D. Pengajuan Hipotesis ... ...56
BAB III. METODELOGI PENELITIAN... ...57
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ...57
B. Populasi dan Sampel ... ...57
C. Metode dan Rancangan Penelitian ... ...58
D. Prosedur dan Pelaksanaan Perlakuan ... ...60
E. Pengontrolan Perlakuan ... ...64
F. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ... ...66
G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... ...68
H. Teknik Analisis Data... ...78
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...80
A. Deskripsi Data ...80
B. Pengujian Persyaratan Analisis ... ... ...91
C. Pengujian Hipotesis ... ... ...95
D. Pembahasan Hasil Penelitian
...
103E. Keterbatasan Penelitian ... ... ... 118
BAB V. SIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN ... ... .120
A. Simpulan ... ... 120
B. Implikasi ...120
C. Saran ...123
DAFTAR TABEL
5. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 51
6. Desain Penelitian Faktorial 2 x 2 ... 58
7 .Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw . ... 62
8 Tahapan Pembelajaran Strategi Pemblajaran Kooperatif Tipe STAD... 63
9. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Kewirausahaan ... 70
10. Skor Angket Minat Belajar ... 71
11. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar ... 71
12 Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 80
13, Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Model PembelajaranKooperatifTipeSTAD ... 82
14. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa dengan Minat Belajar Tinggi ... 83
15. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa dengan Minat Belajar Rendah ... 84
16. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajara Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Minat Belajar Tinggi ... 86
17. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Minat Belajar Rendah... 87
18. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Minat Belajar Tinggi ... 88
19. Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan Minat Belajar Rendah ... 90
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw (A1) dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (A2) ... 91
21. Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa dengan Minat Belajar Tinggi dan Rendah ... 92
22 .Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Kewirausahaan untuk Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Stad ... 92
23 Uji Homogenitas untuk A1 dan A2 ... 93
24 Uji Homogenitas untuk B1 dan B2 ... 94
25 .Ringkasan Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Model Pembelajaran menurut Minat Belajar Tinggi dan Rendah ... 94
26 Rangkuman Data Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ... 95
27. Ringkasan Hasil Perhitungan ANAVA Faktorial 2 x 2 ... 96
28. Ringkasan Hasil Pengujian dengan Menggunakan Uji Scheffe ... 99
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.Pembentukan kelompok jigsaw ... ... 31
2.Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang
Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... ... 81
3.Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang
Dibelajarkan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD...82
4. Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa
dengan Minat Belajar Tinggi ... ... 84
5. Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa
dengan minat belajar Rendah ... ... 85
6. Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang
Dibelajarkan denganModel Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
dengan Minat Belajar Tinggi ... ... 86
7.Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang
Dibelajarkan dengan ModelPembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
dengan Minat Belajar Rendah ... ... 88
8. Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang
Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dengan minat belajar Tinggi ... ... 89
9. Histogram Hasil Belajar Kewirausahaan Siswa Yang
Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD dengan minat belajar rendah ... ... 90
10. InteraksiModel Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif Tipe JIGSAW ... 130
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran kooperatif Tipe STAD ... 166
3. Instrumen Tes Hasil Belajar Kewirausahaan ... 191
4. Instrumen Tes Minat Belajar ... 198
5. Skenario Model Pembelajaran ... 200
9. Analisis Butir Soal Hasil Belajar Kewirausahaan ... 201
10. Data Induk Penelitian ... 202
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi era persaingan global, pemerintah harus mampu
menyiapkan SDM yang berkualias dan handal, menyiapkan SDM yang
berkualitas dan handal bisa dilakukan melalui pelatihan keterampilan dan
wirausaha.Wirausaha dirasa sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan
perekonomian suatu negara.Hal ini sejalan dengan perkataan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Hatta Rajasa, bahwa “wirausaha
adalah kunci bagi Indonesia untuk memajukan perekonomian”.Dalam rangka
menciptakan wirausaha-wirausaha tersebut, salah satu caranya adalah dengan
memberikan pendidikan kewirausahaan kepada peserta didik pada semua jenjang
pendidikan.
Pendidikan kewirausahaan sebenarnya sudah cukup lama
diperhatikan.Sejumlah perguruan tinggi telah membentuk dan menerapkan kuliah
kewirausahaan sejak beberapa tahun silam. Sejumlah sekolah menengah juga
melakukan hal yang sama. Tetapi, kelahiran wirausaha di Indonesia dirasakan
masih jauh dari harapan. Dalam pembelajaran kewirausahaan para siswa
ditanamkan sikap berprilaku untuk membuka bisnis agar kelak mereka menjadi
seorang wirausaha yang berbakat, sesuai dengan tujuan kewirausahaan yaitu (1)
Meningkatkan jumlah para wirausaha yang berkualitas,(2) Mewujudkan
kemampuan dan kemantapan para wirausaha untuk menghasilkan kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat,(3) Membudayakan semangat, sikap,perilaku dan
2
kemampuan berwirausaha dikalangan pelajar dan masyarakat.(4)
Menumbuh kembangkan kesadaran dan orientasi kewirausahaan yang tangguh
dan kuat terhadap para siswa dan masyarakat.
Model pembelajaran kewirausahaan di Indonesia belum bisa
memungkinkan lahirnya wirausaha baru sesuai harapan.Penyebabnya karena
model pembelajaran Indonesia masih sangat condong pada pembelajaran yang
berpusat pada guru. Pembelajaran yang berpusat pada guru adalah sistem pembela
jaran yang menjadikan guru sebagai pusat dan sumber utama yang memberikan
ide-ide dan contoh, di mana peserta didik diposisikan sebagai gelas kosong yang
hanya dapat diisi oleh sang guru. Pada sistem ini, hampir tidak mungkin dapat
terlahir peserta didik yang mempunyai minat berwirausaha, sebab mereka
sepenuhnya tergantung kepada guru. Itulah sebabnya, tak mengherankan jika
peserta didik sepenuhnya merupakan pantulan dari pengajaran satu arah yang
diterima di sekolah, dan belum adanya standart baku kurikulum yang mampu
menciptakan dan mengembangkan kemandirian siswa SMK.
Sistem pembelajaran yang berpusat pada guru harus segera diubah,
khususnya terkait dengan mata diklat pendidikan kewirausahaan agar kedepannya
bisa menciptakan wirausaha-wirausaha yang handal. Apabila pemerintah
Indonesia tidak mampu membentuk wirausaha-wirausaha baru yang handal maka
diperkirakan akan semakin banyak jumlah pengangguran di Indonesia, dan hal ini
tentu akan berimbas pada penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Maka dari itu dirasa sangat penting untuk mengembangkan pendidikan
3
ini tentu saja tidak menjadi tanggung jawab pemerintah semata, atau guru semata
namun manjadi tanggung jawab bagi semua pihak yang terkait di dalamnya
termasuk juga masyarakat.
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara pendidikan
merupakan unsur utama dan penting. Negara akan maju dan berkembang apabila
diikuti dengan peningkatan mutu pendidikan menuju arah yang lebih baik.
Kemajuan pendidikan juga akan memberikan dampak positif dalam upaya
peningkatan sumber daya manusia, sehingga peningkatan kualitas sumber daya
manusia merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi
yang menuntut kesiapan setiap kelompok atau individu bersaing secara
bebas,hanya yang berkualitas yang mampu bersaing ataupun berkompetensi.
Tujuan Pendidikan Nasional seperti tercantum dalam UU RI No. 20 tahun
2003 adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis, serta bertanggung
jawab (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2004). Tujuan Pendidikan
Nasional ini merupakan suatu tujuan yang harus diemban oleh seluruh lapisan
masyarakat, khususnya institusi pendidikan yang bertanggung jawab secara
langsung atas kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan mutu
pendidikan dengan merujuk pada tujuan masing-masing institusi dengan jenjang
tingkatannya.
Saat ini dunia pendidikan sedang memasuki era yang ditandai dengan
4
semakin berkembang sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan
yang selaras dengan tuntutan dunia kerja.
Miarso (2005:485) mengatakan bahwa “ sumber daya manusia merupakan
modal dasar pembangunan terpenting”. Lebih lanjut dijelaskan pendidikan untuk
pembangunan kualitas manusia meliputi segala aspek perkembangan manusia
dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai
masyarakat dan sebagai warga negara. Pendidikan harus mencerminkan proses
memanusiakan manusia dalam arti mengaktulisasikan semua potensi yang
dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat luas.
Keberhasilan pembangunan nasional di segala bidang sangat bergantung
pada sumber daya manusia sebagai asset bangsa dalam mengoptimalkan dan
memaksimalkan perkembangan seluruh potensi yang dimiliki.Upaya tersebut
dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan
formal maupun non formal.Salah satu lembaga jalur pendidikan formal yang
menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja diantaranya
pendidikan kejuruan.
Pendidikan kejuruan yang dikembangkan di Indonesia di antaranya adalah
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dirancang untuk menyiapkan peserta
didik atau lulusan yang siap memasuki dunia kerja dan mampu mengembangkan
sikap professional di bidang kejuruan. Lulusan pendidikan kejuruan diharapkan
produktif dan mampu berwirausaha juga dapat menjadi tenaga kerja menengah
5
SMK sangat didambakan masyarakat karena lulusan pendidikan kejuruan
memang mempunyai kualifikasi sebagai calon tenaga kerja yang memiliki
kecakapan dan keterampilan dan dapat terjun kedunia wirausaha tertentu sesuai
dengan bidang keahliannya,oleh karena itu kurikulum SMK disusun
memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan jenis
pekerjaan, lingkungan sosial, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian.
Untuk memenuhi semua persyaratan ini, maka dibukalah program keahlian
pada pendidikan menengah kejuruan dengan harapan berbagai jenis program
keahlian ini dapat menghasilkan para lulusan yang mampu bersaing di pasar
global. Pada saat ini program keahlian yang dibuka pada sekolah kejuruan terdiri
dari 8 (delapan) program keahlian yang meliputi: teknologi industri, bisnis
management, pertanian dan kehutanan, parawisata, kerumahtanggaan, seni dan
kerajinan, pekerjaan sosial, dan kesehatan. Masing-masing bidang keahlian ini
memiliki kurikulum tersendiri yang juga bersandar pada kurikulum nasional dan
kurikulum implementatif yang disesuaikan dengan kepentingan daerah maupun
lingkungan dimana sekolah berada.
Pembelajaran kewirausahaan seharusnya dapat memberikan pengalaman
langsung pada siswa sehingga menambah kemampuan dan pengalaman siswa
dalam memahami dan menerapkan ketrampilan untuk membuat bahan baku
menjadi bahan jadi dan bagaimana bahan jadi dipasarkan menjadi kebutuhan
konsumen. Dengan demikian siswa akan terlatih menemukan sendiri berbagai
6
Tujuan mata pelajaran kewirausahaan adalah menghendaki siswa
berkompeten dalam berwirausaha (berusaha secara mandiri) sesuai dengan bidang
keahlian yang telah mereka ikuti. Di dalam pelajaran Kewirausahaan, para siswa
diajari dan ditanamkan sikap perilaku dan cara untuk membuka usaha kecil, agar
mereka kelak menjadi seorang wirausaha yang berbakat,sesuai dengan hakekat
kewirausahaan yang diwujudkan dalam prilaku yang dijadikan dasar sumber daya
tenaga penggerak,tujuan,siasat,kiat,proses dan hasil bisnis.
Lapangan pekerjaan yang terbatas serta tuntutan kebutuhan pasar yang
meningkat menyebabkan banyaknya pengangguran.Pengangguran sudah menjadi
masalah struktrual bagi bangsa Indonesia. Banyak hal yang menjadi faktor
penyebab, baik yang berasal dari aspek internal seperti skill, sikap, mental,
ketiadaan modal financial, cacat tubuh dan sebagainya serta faktor eksternal
seperti kualias pendidikan, sistem ekonomi, sistem politik yang ada pada suatu
negara dan sebagainya. Angka pengangguran sulit untuk dihilangkan sekalipun
pada negara maju, akan tetapi masih dapat diminimalisir dengan berbagai
program dan kebijakan yang relevan dalam memecahkan masalah tersebut. Di
Indonesia, angka penganguran masih cukup besar,Mengutip data dari badan pusat
statistik, jumlah pengangguran terbuka hingga agustus 2014 di Indonesia
mencapai 7.24 juta orang atau 8.82 % dari jumlah angkatan kerja 121,87 juta
orang. Menteri tenaga kerja dan Transmigrasi (Muhaimin Iskandar) dalam Sriani
(2013) menyebutkan bahwa angka pengangguran tersebut lebih tinggi dibanding
7
Mata diklat kewirausahaan, merupakan mata diklat program adaptif wajib
yang harus diikuti oleh semua siswa pada tiap tingkat kelas untuk semua program
keahlian. Tujuan pembelajaran mata diklat ini adalah menghendaki siswa
berkompeten dalam berwirausaha (berusaha secara mandiri) sesuai dengan bidang
keahlian yang mereka tekuni.Mewujudkan wirausahawan yang tangguh tersebut
diperlukan kinerja yang baik serta diperlukan manusia yang berkualitas dan
mandiri, setiap orang harus mau berusaha atau membuat usaha untuk mengisi
berbagai peluang dalam rangka meningkatkan taraf hidup nantinya.
Dalam mata diklat kewirausahaan,Guru dituntut untuk mampu
menumbuhkan minat berwirausaha melalui pembimbingan bahwa wirausaha
adalah suatu profesi usaha pengembangan masa depan yang luar biasa,
peningkatan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang diperoleh dan juga akan
meningkatkan karakter kepemimpinan.Dengan adanya minat akan mendorong
siswa untuk melakukan suatu aktifitas tertentu, dorongan yang kuat akan
melakukan pemenuhan kebutuhan yang dapat menimbulkan kepuasan yang
sifatnya menyenangkan.
Untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran tersebut maka pada
setiap akhir program pengajaran dilakukan evaluasi.Indikator keberhasilan dari
pencapaian tujuan pengajaran tersebut adalah kemampuan belajar siswa yang
diwujudkan dalam ujian akhir semester.Dari tiga tahun terakhir yaitu tahun ajaran
2010/2011, 2011/2012 dan 2012/2013, diperoleh rata-rata nilai UAS
kewirausahaan, 70, 65, dan 68 (DKN SMK Negeri 8 Medan). Hasil UAS siswa
8
kuwalitas pendidikan kewirausahaan masih rendah. Penyebab umum atas
rendahnya mutu pendidikan kewirausahaan yang secara umum diterima oleh para
pendidik kewirausahaan adalah perbedaan asumsi antara siswa dan guru dalam
pelajaran kewirausahaan, dimana guru berasumsi bahwa guru dapat memberikan
pengajaran yang ada dipikirannya kepada siswa. Dengan asumsi tersebut guru
memfokuskan dirinya pada upaya penuangan pengetahuan kedalam pemikiran
siswa.
Dari hasil observasi pendahuluan yang dilakukan, dapat digambarkan
bahwa kewirausahaan salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami siswa,
mungkin dikarenakan kurangnya penguasaan dan pemahaman terhadap materi
yang disampaikan guru, dikarenakan secara umum model pembelajaran di SMK
Negeri 8 Medan dalam mata diklat kewirausahaan selama ini umumnya hanya
berupa penyampaian materi secara teori oleh guru lewat ceramah, demonstrasi,
latihan dan mengerjakan tugas-tugas. Model pembelajaran ini dilaksanakan secara
simultan, akibatnya potensi kelas kurang diberdayakan, siswa kurang termotivasi
untuk mengikuti materi mata diklat ini karena model yang digunakan dalam
penyampaiannya selalu bersifat monoton, untuk memahami mata diklat
kewirausahaan siswa tidak diarahkan pada gambaran langsung melalui proses
sosial dan kelompok kerja.
Perbaikan proses pembelajaran dikelas dapat dititik beratkan pada aspek
kegiatan pembelajaran. Aspek ini terkait langsung dengan tanggung jawab guru
dalam membina siswa lebih termotivasi untuk belajar.Salah satu upaya yang dapat
9
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran yang lebih baik.Kemampuan
guru menguasai teknologi pembelajaran untuk merencanakan, merancang,
melaksanakan dan mengevaluasi serta melakukan feedback menjadi faktor
penting guna mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam menghadapi era persaingan global, pemerintah harus mampu
menyiapkan SDM yang berkualias dan handal.Sistem pembelajaran yang berpusat
pada guru harus segera diubah, khususnya terkait dengan mata diklat pendidikan
kewirausahaan agar kedepannya bisa menciptakan wirausaha-wirausaha yang
handal. Apabila pemerintah Indonesia tidak mampu membentuk
wirausaha-wirausaha baru yang handal maka diperkirakan akan semakin banyak jumlah
pengangguran di Indonesia, dan hal ini tentu akan berimbas pada penurunan
tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Saat ini dunia pendidikan sedang memasuki era yang ditandai dengan
gencarnya inovasi teknologi, pemakaian dan pemanfaatan teknologi di dunia kerja
semakin berkembang sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan
yang selaras dengan tuntutan dunia kerja.
Miarso (2005:485) mengatakan bahwa “ sumber daya manusia merupakan
modal dasar pembangunan terpenting”. Lebih lanjut dijelaskan pendidikan untuk
pembangunan kualitas manusia meliputi segala aspek perkembangan manusia
dalam harkatnya sebagai makhluk yang berakal budi, sebagai pribadi, sebagai
masyarakat dan sebagai warga Negara. Pendidikan harus mencerminkan proses
10
dimilikinya menjadi kemampuan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat luas.
Keberhasilan pembangunan nasional di segala bidang sangat bergantung
pada sumber daya manusia sebagai asset bangsa dalam mengoptimalkan dan
memaksimalkan perkembangan seluruh potensi yang dimiliki.Upaya tersebut
dapat dilakukan dan ditempuh melalui pendidikan, baik melalui jalur pendidikan
formal maupun non formal.Salah satu lembaga jalur pendidikan formal yang
menyiapkan lulusannya untuk memiliki keunggulan di dunia kerja diantaranya
pendidikan kejuruan.
Dalam mata diklat kewirausahaan, siswa dituntut mampu untuk
mengaktulisasikan sikap dan perilaku wirausaha, menerapkan jiwa kepemimpinan
dan perilaku wirausaha,melihat peluang usaha, merencanakan usaha kecil/mikro,
dan mengelola usaha kecil/ mikro. Semua kompetensi ini harus dimiliki siswa
agar mereka mampu berusaha dan bersaing dalam berwirausaha kelak setelah
mereka menamatkan jenjang pendidikannya di sekolah menengah kejuruan.
Dengan adanya tuntutan kualifikasi keterampilan yang disebut diatas,
maka secara ideal siswa yang memiliki bidang keahlian khusus seharusnya adalah
mereka yang secara potensial memiliki bakat khusus dibidangnya dan memiliki
motifasi untuk lebih baik lagi.Namun persyaratan kualifikasi tersebut tampaknya
sulit untuk dilaksanakan dan konsisten. Hal ini disebabkan masih banyak siswa
yang memilih jenjang pendidikan ini hanya didasarkan pada keinginan untuk
11
kesesuaianantara program keahlian yang mereka pilih dengan kemampuan, bakat,
dan sikap yang mereka miliki.
Untuk dapat mengatasi adanya kesenjangan dalam pembelajaran
kewirausahaan , maka salah satu hal yang dapat diterapkan dalam menyampaikan
materi diklat kewirausahaan adalah menyesuaikan model pembelajaran yang baru
dan hendaknya dipilih sesuai dengan metode, media dan sumber belajar lainnya
yang dianggap relevan dalam menyampaikan materi, dalam membimbing siswa
agar terlibat secara optimal sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman belajar
dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuannya. Dengan demikian didalam
pembelajaran pada mata diklat kewirausahaan, identifikasi terhadap minat belajar
siswa dalam bidang pelajaran Jasa Boga merupakan salah satu hal yang perlu
diperhatikan, karena tujuan akhir dari mata diklat ini adalah membentuk jiwa dan
kepribadian siswa yang memiliki kemandirian.
Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis model pembelajaran berkelompok, yang memungkinkan siswa untuk
belajar bekerja sama dan dapat saling mengisi dengan teman.Pelaksanaan
prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru
mengelola kelas lebih efektif. Model pembelajaran kooperatif akan dapat
menumbuhkan pembelajaran efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1)
Memudahkan siswa belajar tentang sesuatu yang bermanfaat seperti fakta,
keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, (2)
Pengetahuan, nilai, dan keterampilan diakui olehmereka yang berkompeten
12
kelompok menjadi pribadi yang kuat.Tanggung jawab perseorangan adalah kunci
untuk menjamin semua anggota yang dipekuat oleh kegiatan belajar
bersama.Model pembelajaran kooperatif yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan Stad.Arti Jigsaw adalah
gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle. Pembelajaran
kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag),
yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dan bekerja sama dengan siswa lain
untuk mencapai tujuan bersama. Setiap anggota bertanggugjawab terhadap setiap
komponen/subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari
masing-masing kelompok bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama
membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang yang bekerja sama
untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli
dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula.
Lie dalam Rusman (2005) menyatakan bahwa Jigsaw merupakan salah
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah
dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperatif dengan dasar Jigsaw. Riset
tersebut secara konsisten menunjukkan bahwa siswa yang terlibat di dalam
pembelajaran model kooperatif model Jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik,
mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran,
disamping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.
Model Stad dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
13
memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk
menguasai keterampilan yang diajarkan guru. Jika siswa menginginkan kelompok
memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam
mempelajari pelajaran.Mereka harus mendorong teman sekelompok untuk
melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu penting,
berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama setelah
pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis,
sehingga setiap siswa harus menguasai materi.
Dengan demikian model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan
keadaan siswa seperti ini ialah model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dan
model pembelajaran Student Teams Achievent Devision (STAD).Model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu metode pembelajaran yang siswanya
dikelompokkan menjadi kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 5 orang, bekerja
secara kolaboratif dengan kelompok heterogen (Slavin,2005), karena tipe
pembelajaran ini merupakan tipe pembelajaran yang dapat membuat minat belajar
yang kreatif, inovatif dan efektif. Belajar kooperatif selain bertujuan untuk
memahamkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari namun lebih
menekankan pada melatih siswa untuk mempunyai kemampuan sosial yaitu untuk
saling bekerjasama,saling memahami, saling berbagi informasi, saling membantu
antar teman kelompok dan bertanggung jawab terhadap sesama teman kelompok
untuk mencapai tujuan umum, yaitu menciptakan situasi dimana keberhasilan
14
Dari beberapa model dan berdasarkan fenomena diatas, maka dalam
penelitian ini, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
JIGSAW untuk meningkatkan hasil belajar kewirausahaan siswa yang mampu
menyampaikan materi kepada siswa secara lebih mendalam dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan memperhatikan minat belajar yang
dapat mempengaruhi hasil belajarnya.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan gejala yang diamati
peneliti, maka timbul beberapa pertanyaan yang dapat diidentifikasi sebagai
permasalahan yakni (1) faktor-faktor apa yang mempengaruhi hasil belajar
kewirausahaan? (2)bagaimana model pembelajaran yang diterapkan selama ini?
(3) apakah model pembelajaran dan penyampaian materi tidak menumbuhkan
minat belajar siswa? (4) apakah model pembelajaran untuk pembelajaran
kewirausahaan kurang menarik perhatian siswa? (5)apakah model pembelajaran
yang digunakan sudah sesuai dengan karakteristik siswa? (6)model pembelajaran
yang bagaimanakah yang tepat digunakan dalam pembelajaran kewirausahaan?
(7) apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa? (8)
bagaimana hubungan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan karakteristik siswa dengan hasil
belajar siswa? (9) apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan belajar
15
pendidikan atau SDM guru mata diklat terhadap perolehan hasil belajar? (11)
apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki minat belajar
tinggi dengan siswa yang memiliki minat belajar rendah? (12) apakah ada
interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar dalam mempengaruhi
hasil belajar siswa?
C. Pembatasan Masalah
Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar
siswa, agar penelitian ini lebih terfokus dan kajian lebih mendalam, maka masalah
yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini dibatasi pada hal-hal
berikut:
1. Hasil belajar kewirausahaan merupakan kemampuan siswa dalam menguasai
materi mata diklat kewirausahaan yang dibatasi dalam ranah kognitif
(Merencanakan dan mengelola usaha kecil). Hasil belajar ini diperoleh dari
tes hasil belajar kewirausahaan yang diberikan setelah perlakuan selesai
dilaksanakan.
2. Model pembelajaran yang digunakan dibedakan menjadi dua macam yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
3. Karakteristik siswa dalan penelitian ini dibatasi hanya pada minat belajar
siswa yang dibagi atas minat belajar tinggi dan minat belajar rendah di
16
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah dan pembatas
masalah yang dikemukakan diatas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah hasil belajar kewirausahaan siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW lebih tinggi dari siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ?
2. Apakah hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki minat belajar tinggi
yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW lebih
tinggi daripada siswa yang memiliki minat pembelajaran rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat belajar
terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang pengaruh aplikasi model pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil
belajar siswa pada pelajaran kewirausahaan, sedangkan secara khusus bertujuan
untuk mengetahui dan dan mendeskripsikan:
1. Hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki minat belajar tinggi yang
diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dan siswa
17
2. Hasil belajar kewirausahaan siswa yang memiliki minat belajar rendah yang
diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dan siswa yang
diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar dalam mempengaruhi
hasil belajar kewirausahaan siswa.
F. Manfaat Penelitian
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai: (1)
salah satu bahan acuan bagi pengembang lembaga pendidikan dan penelitian
selanjutnya yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh model
pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar siswa. (2) menambah
khasanah pengetahuan yang berkaitan dengan model pembelajaran dan
hubungannya dengan minat belajar siswa serta pengaruhnya terhadap hasil belajar
kewirausahaan siswa SMK jurusan Tata Boga.
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
bagi guru khususnya pada mata diklat kewirausahaan sebagai salah satu model
alternative dalam menyampaikan materi pelajaran, memberikan informasi
terutama pihak sekolah tentang ada tidaknya pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe JIGSAW dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, serta
minat belajar terhadap hasil belajar kewirausahaan siswa. Bila hasil penelitian ini
manyatakan bahwa kedua model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberi pengaruh yang berbeda
18
dalam pembelajaran terutama untuk pembelajaran mata diklat kewirausahaan di
120
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan
1. Hasil belajar kewirausahaan siswa SMK Negeri 8 Medan yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih tinggi dibandingkan hasil
belajar kewirausahaan yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD
2. Secara keseluruhan, siswa yang memilki minat belajar tinggi lebih tinggi
hasil belajar kewirausahaan SMK Negeri 8 Medan, dibandingkan dengan
siswa yang memilki minat belajar rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan minat belajar siswa
terhadap hasil belajar kewirausahaan dari siswa SMK Negeri8 Medan
B. Implikasi
Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, beberapa
implikasi dari hasil penelitian ini yaitu
1. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik dari model kooperatif
tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar kewirausahaan. Hal ini
dikarenakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa
SMK member pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar kewirausahaan.
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu memotivasi siswa agar
122
yang dibutuhkannya dalam menyelesaikan persoalan belajarnya untuk
memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
2. Materi pembelajaran disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang
berorientasi terhadap mata diklat kewirausahaan. Pembelajaran didasarkan
pada karakteristik siswa, guru perlu mengetahui minat belajar yang dimiliki
siswa sebagai salah satu karakteristik yang turut mempengaruhi hasil belajar,
dengan demikian guru dapat menggunakan model pembelajaran yang tepat
untuk pembelajaran mata diklat kewirausahaan.
3. Siswa yang memiliki minat belajar tinggi akan memperoleh hasil belajar yang
lebih tinggi jika diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengupayakan semua siswa memiliki
tanggungjawab, sebab setiap siswa dari kelompok asal akan menjadi anggota
kelompok ahli. Hal ini yang menyebabkan pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw siswa yang lebih dominan menentukan proses pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran
kewirausahaan yang berimplikasi terhadap perencanaan dan pengembangan
model pembelajaran kewirausahaan. Member kesempatan yang lebih besar
bagi siswa yang terlibat aktif lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk
memperoleh kesadaran dan mengembangkan kemampuan dirinya dengan
lebih baik, dan juga mengembangkan kemampuannya sendiri karena harus
menyelesaikan proyek tepat waktu.
4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw bukan difokuskan
Student-122
Centered karena dengan model penyampaian dan pengelola pengajaran dalam
model pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
diharapkan adanya perpaduan antara siswa dan gurunya sebagaimana filosofi
model pembelajaran Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dimodelkan dengan sebuah simfoni. Dalam hal ini siswa bukan saja terdidik
belajar mandiri secara individu, sebaliknya adanya kebersamaan antara siswa
untuk maju bersama karena dengan model penyampaian dan pengelola
pengajaran dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan
tidak ada siswa yang tidak termotivasi.
5. Dalam upaya untuk menumbuhkan dan mengembangkan situasi yang
kondusif dalam pembelajaran, guru hendaknya mengambil posisi sebagai
fasilitator dan mediator pembelajaran. Peran sebagai fasilitator dan
mediator pembelajaran akan memberikan kesempatan yang luas kepada
siswa untuk mengemukakan gagasan dan argumentasinya, sehingga
siswa terhindar dari cara belajar menghafal.
6. Hasil penelitian ini juga dapat memotivasi guru dalam mengembangkan
model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan mempublikasikannya ke
media cetak dan jaringan internet. Pengembangan model pembelajaran yang
tepat harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Hasil penelitian ini
diharapkan guru dapat mengembangkan kemampuannya untuk merancang
pembelajaran dengan memperhatikan materi yang tepat yang dapat digunakan
122
pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran akan membuat tercapai
tujuan pembelajaran
7. Dalam mengembangkan khasanah pengetahuan di bidang pendidikan dalam
upaya pengenalan model pembelajaran Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat dikembangkan melalui MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) ataupun pelatihan-pelatihan bagi guru, workshop
ataupun seminar yang memacu guru dalam menggunakan model
pembelajaran yang menyenangkan dan disesuaikan dengan karakteristik
siswa.
C. Saran
Beradasarkan simpulan dan implikasi seperti yang telah dikemukakan,
maka disarankan beberapa hal berikut ini :
1. Para guru kewirausahaan disarankan untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Sebagai model belajar dalam
pembelajaran mata diklat kewirausahaan
2. Guru Kewirausahaan SMK Negeri 8 Medan perlu memperhatikan minat
belajar siswa yang merupakan aspek kognitif memberikan pengaruh yang
besar terhadap hasil belajar siswa
3. Penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dan
karakteristik mata pelajaran sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Maka
guru perlu merancang dan mengembangkan model pembelajaran yang
berkaitan dengan kewirausahaan.
4. Untuk kesempurnaan penelitiaan ini, disarankan kepada peneliti untuk
122
seperti IQ, gaya belajar, motivasi, dan lain-lain. Perlu juga menambah
populasi dan sampel yang lebih besar lagi, untuk mengecilkan tingkat
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi.1992. Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta
Ali, M. 1992. Model Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, S. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Ed. Revisi). Jakarta: Bumi Aksara
Asri,Budiningsih. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Chalid, S. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Minat Belajar terhadap
Hasil Belajar Menggambar Pola SMK Negeri 8 Medan. Tidak
Dipublikasikan. Thesis Medan: PPS Unimed
Dahar, Ratna.W. 2002. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Daryanto. 2012. Pendidikan Kewirausahaan Konsep dan Model. Yogyakarta: Gava Media
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Acuan Pelaksanaan Pendidikan
Kesetaraan Program Paket ABC. Jakarta: CV Dintam
Dick, W. & Carey, L.Carey,James O. 2005. The Systematic Design of
Instructional. New York: Longman
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Gagne, Robwer M & Driscoll, Marcy P. 1989. Essentials of Learning for
Instructiom. New Jersey: Prentice Hall
Gerungan. 1991. Psikologi Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Bumi Aksara
Hergenhahn, B.R. dan Matthew, H.Olson. 2009. Theories of Learning. Jakarta: Kencana
Hanita K Lubis. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif dan Intelegensi
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Al Azhar medan,Tesis
Medan:Program Pascasarjana Unimed
Kemp.J.E. 1995. Planing, Producing and Using Instructional Tehnologies. New York: Harper Collins
Miarso, Yusufhadi. 2005. Menyemai Benih, Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Nasution, S. 2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: CV. Mutiara
Natawijaya, Rohman. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Panjaitan, B. 2006. Karakteristik Pembelajaran dan Kontribusinya Terhadap
Hasil Belajar. Medan: Poda
Pusat Statistik. 2014. Data tenaga kerja dan pengangguran Indonesia.
Reigeluth, C.M. 1983. Instructional Design Theory of Models: An Overview of
the their Curent Status. London: Prentice Hall
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Romizowski,Aj. 1981. Design Instructional System. New York: Nichol Publishing Company
Rusman. 2005. Edisi Kedua. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rinekacipta
Trianto. 2008. Mendisain Pembelajaran Kontesktual. Jakarta: Cerdas Pustaka
Sagala, Syaiful. 2009 . Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, W. 2008. Model Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Slavin, Robert. E. 2006. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktek. Jakarta:
Sriani.2013. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Kreativitas terhadap Hasil
Belajar Kewirausahaan Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Kisaran.Tesis
Medan: Program Pascasarjana Unimed
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana,Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sudjana, N. 1995. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Sugianto,Dian Armanto. 2014. Perbedaan Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw dan STAD Ditinjau dari Kemampuan Penalaran dan komunikasi siswa SMA Negeri 11 Binjai. Jurnal FMIPA,
Universitas Negeri Medan.
Suryana. 2008. Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju
Sukses. Bandung: Salemba Empat
Suryabrata,S. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Tracy Brian. The Psychologi of achievement. New York: Simon Schuster
Tsailing Liang. 2002. Implementing Cooperative Learning In EFL Teaching:
Process and Effect.Thesis. Institute of English national Taiwan Normal
University
Uno,H.B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakart: Bumi Aksara
Wibowo, Agus. 2011. Pendidikan Kewirausahaan Konsep dan Model. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Wina, Sanjaya. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group