• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Pengawetan Terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Meksiko (Euchlaena Mexicana Schrad)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Pengawetan Terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Meksiko (Euchlaena Mexicana Schrad)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Evaluation of several Preservatives for Storage of Mexicana Grass Cuttings (Euchlaena mexicana Schrad)

Emi Laesi Saputri, M. Agus Setiana and Dwierra E. Amirroenas

Maintaining the quality of Mexicana grass (Euchlaena mexicana Schrad) cuttings a long its delivery need a preservative to avoid microorganisms activity and physical damage. The aim of this research was to determine the appropriate preservative for storage of Mexicana grass cuttings (Euchlaena mexicana Schrad). Complete Randomized Design (CRD) was used in this research with 2 factors consist of 4 kinds of preservatives as treatment (2% sugar, wax liquid, silica gel and engine cooling (refrigerator) and 5 kinds of stronge length (3, 6, 9, 12 and 15 days), and 5 replication. Parameter were: general condition of cuttings, begining growth, the cuttings growth, depreciation of weight and high of plant. The materials used were the Mexicana grass cuttings (Euchlaena mexicana Schrad) as much as 625 pieces. The depreciation of weight that there was an interaction beetwen preservatives as treatment and storage length (P<0.05), where the longer storage of depreciation of weight the greater. The finding results showed that there was an interaction beetwen the cuttings growth and high of plant (P<0.05), the longer storage of the the cuttings growth and high of plant decreases. The conclusion of this research was the cuttings of Mexicana grass (Euchlaena mexicana Schrad) could be stored for 15 days in the refrigerator without physical damage or decaying by microorganism.

(2)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebutuhan akan daging dan susu yang dihasilkan dari ternak ruminansia terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data statistik Dirjen Peternakan, kebutuhan akan daging dari tahun 2008-2010 terus meningkat. Peningkatan kebutuhan pangan tersebut, harus diikuti dengan peningkatan ketersediaan pakan terutama hijauan sepanjang tahun. Hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Hijauan sebagai pakan ternak memegang peranan sangat penting, karena mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan. Ternak ruminansia yang diberi hijauan sebagai bahan pakan tunggal, mampu mempertahankan hidupnya, tumbuh dengan baik, dan berkembang biak. Salah satu rumput yang dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak yaitu rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad). Keanekaragaman dari jenis rumput yang diberikan ke ternak perlu dilakukan untuk memenuhi kecukupan nutrisi ternak. Terbatasnya keanekaragaman jenis rumput di daerah dapat diatasi dengan penyebaran berbagai jenis rumput untuk mendukung ketersediaan hijauan berkualitas. Rumput Meksiko memiliki nilai zat nutrisi yang tidak jauh berbeda dengan rumput Gajah, sehingga rumput Meksiko dapat dijadikan sebagai rumput berkualitas. Akan tetapi rumput Meksiko memiliki kekurang dengan menghasilkan lebih sedikit bahan segar dibandingkan dengan rumput Gajah atau rumput Raja, selain itu rumput Meksiko memiliki zat antinutrisi HCN sehingga pemberian ke ternak perlu dilayukan terlebih dahulu. Kekurangan rumput Meksiko yang lain adalah pertumbuhannya yang lebih lambat dibandingkan dengan rumput Gajah dan Raja, oleh sebab itu perlu penanganan khusus agar stek dapat tumbuh lebih cepat.

(3)

2 berkualitas. Penyediaan bibit rumput dapat dilakukan dengan biji ataupun stek. Pembudidayaan rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) kurang baik melalui biji karena kurangnya produktivitas dari serbuk sari, oleh sebab itu sebaiknya dibudidayakan secara vegetatif. Terbatasnya penelitian dan informasi yang berhubungan dengan pengawetan bahan tanam, menjadi salah satu hambatan dalam penyediaan bibit rumput berkualitas dalam pemenuhan ketersediaan hijauan pakan.

Penjualan stek rumput pada umumya oleh produsen tidak lebih dari 10 hari masa pengiriman, disebabkan banyak faktor yang dapat merusak sel-sel dari stek rumput. Oleh sebab itu diperlukan metode penyimpanan stek yang baik agar stek dapat disimpan dan bertahan lebih lama. Bahan-bahan seperti lilin, gula, silica gel dan alat pendingin (refrigerator) dapat digunakan sebagai sarana pengawetan bagi produsen. Penggunaan sarana pengawetan tersebut diharapkan dapat mengawetkan bibit stek rumput sehingga dapat membantu dalam hal penyebaran hijauan yang berkualitas tinggi ke daerah-daerah yang tidak terdapat hijauan yang berkualitas.

Ternak yang berkualitas baik dapat berproduksi dengan maksimal apabila diberikan hijauan yang berkualitas baik juga. Dengan demikian peternakan di Indonesia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani di dalam negeri dan dapat diekspor ke luar negeri. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan metode penyimpanan dengan masa simpan stek rumput lebih lama sehingga pengiriman stek rumput dapat lebih jauh dan tersebar.

Tujuan

Mempelajari penggunaan bahan atau alat pengawet terbaik untuk setiap lama masa penyimpanan stek rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad).

Hipotesis

(4)

3

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Meksiko

Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) berasal dari Amerika Tengah, rumput ini termasuk rumput potong yang tumbuh tegak, batang dan daunnya lebar mirip tanaman jagung. Ketinggian tanaman mencapai 2,5–4 m, tanaman ini termasuk berumur pendek (annual), sistem perakarannya dalam dan luas, tumbuh baik pada daerah-daerah lembab atau tanah yang subur dengan ketinggian 0-1200 m dari permukaan laut dan curah hujan tidak kurang dari 1000 mm/tahun (Departemen Pertanian, 1985). Tanaman ini ditanam di Amerika Tengah dan Selatan untuk dibuat silase atau sebagai hijauan pakan ternak, sedangkan di Philipina rumput ini dapat menghasilkan 70 ton/ha/thn bahan segar dengan pemotongan 4-5 kali dan pembiakannya dapat dilakukan dengan pols atau stek (Reksohadiprodjo, 1994). Pemotongan sebaiknya pada saat tanaman mencapai tinggi 1,5 m. Rumput ini umumnya dikembangkan sebagai rumput potongan. Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) dapat tumbuh pada struktur tanah berat (AAK, 1983). Menurut Susetyo et al. (1969) kandungan zat nutrisi rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) berdasarkan analisis bahan kering meliputi protein kasar, lemak kasar, BETN berturut-turut adalah pada Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa Zat Nutrisi pada Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad)

Zat nutrisi Kandungan (%)

Protein kasar 9,16

Lemak kasar 2,43

BETN 47,33

Sumber: Susetyo et al. (1969)

Pembiakan Vegetatif

(5)

4 tanaman secara vegetatif dilakukan karena tanaman ini tidak mempunyai biji serta pada perbanyakan tanaman secara generatif sering terjadi penyimpangan sifat dari induknya dan banyak terdapat kelemahan lainnya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan cara stek, cangkok, rundukan, dan kultur jaringan. Perbanyakan tanaman dengan cara stek pemberian nama stek berdasarkan bagian tanaman yang digunakan untuk dibuat stek, misalnya pada stek batang, bahan yang digunakan adalah batang tanaman. Perbanyakan tanaman secara vegetatif banyak digunakan karena selain sifatnya sama seperti induknya, perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat menghasilkan variasi-variasi baru, misalnya jambu dengan rasa buah yang lain (Wudianto, 1994).

Pembiakan Dengan Stek

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman dengan cara pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, tunas, batang, dan daun dengan tujuan bagian tersebut akan membentuk akar. Perbanyakan tanaman dengan cara stek dilakukan untuk mendapatkan tanaman baru yang sama sifatnya dengan tanaman induknya, seperti sifat ketahanan terhadap serangan penyakit, keindahan bunga, buah, rasa buah, dan sebagainya. Selain tekniknya mudah dilakukan, perbanyakan tanaman dengan cara stek memperoleh tanaman yang sempurna, dimana tanaman telah mempunyai akar, batang, dan daun dalam waktu yang relatif singkat. Pemotongan stek yang baik pada saat tanaman sedang tidak mengalami pertumbuhan dan kelembapan udara yang tinggi, biasanya pada awal musim hujan (Wudianto,1994). Potongan stek apabila terlalu pendek akan menyebabkan stek cepat kering, sehingga cadangan makanan untuk tunas yang akan tumbuh akan berkurang. Apabila pemotongan stek terlalu panjang maka pertumbuhan tunasnya lambat (Susanto dan Kurniati, 1994).

(6)

5 karbohidrat atau energi pertumbuhannya rendah (AAK, 1983). Keberadaan zat makanan yang mengandung nitrogen seperti nitrat, amonium dan asam amino dapat meningkatkan perakaran stek (Thimann, 1989).

Mikroorganisme

Mikroorganisme penyebab terjadinya kerusakan pada makanan dapat hidup pada tanah, udara, dan air selain itu juga mampu bertahan pada berbagai lingkungan baik itu pada suhu, tekanan, pH, tingkat osmosis (larutan gula dan garam), serta kadar air yang ekstrem. Mikroorganisme merupakan organisme yang tidak dapat dilihat secara kasat mata, oleh sebab itu diperlukan alat untuk melihat mikroorganisme yaitu mikroskop (Adawyah, 2007). Mikroorganisme akan terhambat aktivitas dan pertumbuhannya pada suhu pendinginan (Susanto dan Kurniati, 1994).

(7)

6

Pengawetan

Pengawetan pada ikan, buah, dan bahan pangan lainnya awalnya dilakukan untuk mengurangi pembusukan yang menyebabkan bahan pangan tidak dapat disimpan lebih lama. Bahan pangan yang disimpan, agar tidak terjadi pembusukan perlu dilakukan proses pengolahan dengan tujuan untuk menghentikan atau menghambat aktivitas mikroorganisme perusak atau enzim yang dapat menurunkan kualitas dari bahan pangan tersebut (Adawyah, 2007). Pengawetan dilakukan untuk mengurangi jumlah mikroba dan menghentikan aktivitas dari mikroba. Selain itu, pengawetan dilakukan untuk menghentikan aktivitas enzim, sehingga masa simpan dari suatu produk makanan atau tumbuhan dapat bertahan lebih lama (Desrosier, 2008).

Penyimpanan benih perlu dilakukan karena tidak semua benih dapat segera digunakan pada usaha tani. Hal ini disebabkan kelebihan produksi benih sehingga harus disimpan hingga musim tanam berikutnya pada masa penyimpanan perlu dipertahankan dengan meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan benih, semakin rendah kadar air maka laju respirasipada benih akan semakin rendah sehingga benih dapat disimpan lebih lama karena laju detoriorasinya lambat. (Kuswanto, 2003).

Perlakuan Pengawetan Stek

Pengawetan stek dilakukan agar pada saat pendistribusian stek tidak terkontaminasi dengan mikroba, sehingga pada saat stek tersebut ditanam dapat tetap tumbuh dengan baik. Cara yang dapat digunakan untuk mengawetkan stek adalah gula, refrigerator, lilin, dan silica gel .

Gula

(8)

7 pertumbuhan mikroba pembusuk (Desrosier, 2008). Sukrosa merupakan sumber energi pada sel fotosintesis dan mudah di bawa melalui floem menuju jaringan yang sedang tumbuh (Salisbury dan Ross, 1992a).

Mesin Pendingin (Refrigerator)

Teknik pengolahan pengawetan dengan pembekuan/pendinginan menyebabkan berkurangnya kadar air pada bahan pangan dan menghentikan aktivitas mikroorganisme tertentu penyebab pembusukan (Budiyanto, 2002). Selain untuk menghentikan aktivitas mikroorganisme, teknik pengolahan pengawetan dengan pendinginan dilakukan untuk menghambat aktivitas enzim pertumbuhan yang bersifat sementara. Menurut Desrosier (2008), aktivitas enzim tergantung pada suhu. Sistem enzim hewan cenderung mempunyai kecepatan reaksi optimum pada suhu sekitar 98ºF (37ºC), sedangkan sistem enzim tanaman cenderung pada suhu yang sedikit lebih rendah. Organisme yang hidup mempunyai suhu optimum bagi pertumbuhannya. Suhu yang lebih rendah dapat menghambat metabolisme. Suhu rendah mendekati titik beku air, sangat efektif dalam mengurangi laju respirasi yang terjadi. Pengendalian suhu merupakan suatu cara yang positif untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba pembusuk.

Tempat penyimpanan pada teknik penyimpanan benih, sebaiknya pada suhu rendah, karena semakin rendah suhu ruang penyimpanan benih maka semakin lambat laju deteriorasi yang menyebabkan benih lebih lama disimpan (Kuswanto, 2003).

Lilin

(9)

8 untuk menggantikan beberapa lilin alami yang terlepas setelah pencucian dan operasi pembersihan, serta membantu mengurangi kehilangan air selama penanganan dan pemasaran (Kitinoja dan Kader, 2002). Struktur permukaan berlilin dari kutikula membantu memperlambat kehilangan air dari daun, batang, bunga, buah dan biji. Lapisan pelindung ini untuk mengurangi laju transpirasi pada tumbuhan agar tidak berlangsung sangat cepat yang dapat mengakibatkan tumbuhan akan mati (Salisbury dan Ross, 1992b).

Silika Gel

Silika gel berbentuk butiran dari bentuk lain silikon dioksida yang dibuat secara sintetis, selain itu dapat menyerap air dan gas dengan mudah hingga 40% dari berat silika sendiri karena memiliki struktur yang berongga besar (Kurniawan, 2008). Silika gel dapat digunakan hingga waktu yang tidak terbatas, karena silika gel dapat digunakan kembali setelah penuh dengan uap air (Weintraub, 2002).

Ketersediaan Karbohidrat dan Nitrogen

Karbohidrat dan nitrogen merupakan zat yang penting untuk pertumbuhan stek tanaman, oleh sebab itu ketersediaannya harus dipertahankan di dalam stek. Pengendalian faktor kehilangan dari karbohidrat dan nitrogen perlu dilakukan terutama pada saat penyimpanan (Edi, 2001). Kebutuhan akan karbohidrat sangat penting untuk pertumbuhan, hal ini terbukti adanya penyimpanan karbohidrat yang terdapat pada daun, ranting, dan akar. Karbohidrat yang disimpan sebagian besar tumbuhan adalah pati. Pati disimpan oleh tumbuhan tahunan yaitu sebelum dan selama masa dormansi, dan digunakan kembali untuk pertumbuhan pada musim berikutnya. Pati disimpan dalam bentuk butiran yang tidak mudah larut dalam air. Pati disimpan pada musim dingin dan digunakan lagi pada pertumbuhan musim semi berikutnya (Salisbury dan Ross, 1992a). Pada penyimpanan benih, kebutuhan CO2

dan nitrogen diperlukan pada kemasan benih agar dapat menghambat laju respirasi, sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam benih menjadi lambat dan laju deteriorasi ikut menjadi lambat (Kuswanto, 2003).

Respirasi

(10)

9 proses pelepasan energi kimia molekul-molekul organik didalam mitokondria (Salisbury dan Ross 1992b). Menurut Salisbury dan Ross (1992b) salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses biokimia respirasi adalah ketersediaan substrat. Tumbuhan yang kekurangan nutrisi, yang kandungan pati, fruktan atau gulanya rendah, melakukan laju respirasi yang rendah. Laju respirasi pada tumbuhan akan lebih cepat apabila tersedia gula. Respirasi merupakan peristiwa pembakaran senyawa seperti pati, gula, protein, lemak, dan asam organik dengan bantuan oksigen untuk menghasilkan CO2, air dan energi serta molekul lain yang digunakan oleh sel

untuk reaksi sintesa. Adapun reaksi kimia sederhana respirasi adalah sebagai berikut:

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energi

Skema diatas menjelaskan bahwa sumber energi yang digunakan adalah glukosa kemudian penyerapan oksigen yang menghasilkan karbondioksida, air, dan energi (Fritz dan Roy, 1983).

Laju respirasi pada penyimpanan benih, perlu diperhatikan karena terjadi respirasi saat masa penyimpanan maka semakin besar terjadi perombakan cadangan makanan. Perombakan cadangan makanan menyebabkan benih mengalami kekurangan nutrisi yang diperlukan pada saat proses perkecambahan (Kuswanto, 2003).

Proses respirasi pada pasca panen sayuran dan buah-buahan, dapat dilihat pada bagian dalam pembungkus plastik terdapat titik-titik embun. Embun yang muncul merupakan indikasi adanya aktivitas metabolik jaringan yaitu respirasi, sehingga proses respirasi perlu diperhitungkan selama masa penyimpanan untuk tetap menjaga kualitas produk (Goldsmidt, 1997).

Defoliasi

(11)

10

Kebutuhan Hijauan Pakan

Masyarakat peternak termasuk petani peternak, telah terbiasa dan tidak asing lagi menggunakan hijauan sebagai bahan pakan ternak. Akan tetapi sampai sejauh mana pengertian mereka dalam hal memilih mutu dan perlakuan terhadap hijauan, agar bahan tersebut kontinuitasnya terjamin, umumnya belum terkuasai (AAK,1983).

Gambar 1. Diagram Pengaruh Lingkungan terhadap Tanaman Hijauan

Sumber: AAK (1983).

Menurut AAK (1983), pemenuhan hijauan pakan ternak yang bermutu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Mutu serta produktivitas hijauan, disamping ditentukan oleh sifat pembawaan dari hijauan, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu: keadaan tanah atau daerah, pengaruh iklim, dan perlakuan manusia (management) (Gambar 1). Pengadaan penyelidikan tentang prospek pengembangan tanaman pakan ternak merupakan hal yang sangat penting untuk

Tanah Hujan

Air sungai

Air

hijauan matahari

Kotoran (feces) dan air seni Management ternak

Hewan

Kelembababan tanah : air tanah

Zat hara di dalam

Nilai gizi

(12)

11 mengetahui dampak dari harga dan ketentuan lain seperti faktor teknologi, populasi dan pendapatan produksi serta konsumsi tanaman pakan (Hutabarat dan Ranawana, 2003).

Dormansi

Tumbuhan pada kondisi suhu mendekati titik beku hanya sedikit yang metabolismenya berfungsi aktif. Tumbuhan pada kondisi seperti itu menjadi dorman atau kuisen, yaitu tetap hidup tetapi aktivitas metaboliknya rendah. Suhu berperan mengendalikan kelangsungan hidup tumbuhan di daerah dingin. Kondisi dorman sangat berperan untuk kelangsungan hidup tumbuhan di daerah dingin. Pemberian giberelin dapat mengakhiri terjadinya dormansi pada tanaman (Salisbury dan Ross, 1992b). Menurut Kuswanto (2003) pada penyimpanan benih, kondisi dorman sangat membantu dalam mempertahankan lama masa simpan. Penyimpanan benih dilakukan karena tidak semua benih siap untuk berkecambah. Benih membutuhkan waktu tertentu untuk dapat berkecambah secara alami atau membutuhkan perlakuan khusus agar dapat berkecambah.

(13)

12

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli hingga September 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Agrostologi dan Laboratorium Lapang Agrostologi Fakultas Peternakan IPB Dramaga, Bogor.

Materi

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah stek rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) yang berumur 5 bulan, dengan panjang stek antara 10-30 cm atau dua buku satu ruas. Stek diambil dari tanaman dengan kondisi induk seragam diperoleh dari kebun Laboratorium Lapang Agrostologi sebanyak 625 stek. Bahan pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan gula 2% (b/v), lilin cair, silica gel, dan pupuk. Alat yang digunakan yaitu: refrigerator, karung, tali, polybag, dan cangkul.

Metode Persiapan stek dan bahan penyimpanan stek

Penelitian ini dilakukan sebanyak 3 tahap.

Tahap 1. Pengawetan dan Penyimpanan

Stek rumput yang telah diambil dari lapang kemudian diawetkan dengan beberapa macam perlakuan, yaitu:

Pencelupan Lilin. Bahan lilin dicairkan dan ditunggu sampai suhu sedikit menurun. Stek yang sudah ditimbang bobotnya kemudian dicelupkan sepanjang 1,5 cm pada bagian ujungnya. Stek yang telah diberi perlakuan kemudian didiamkan sampai lapisan lilin memadat selanjutnya dimasukkan ke dalam karung dan diikat rapat.

Pencelupan Cairan Gula. Larutan gula dibuat dengan konsentrasi 2% (20 g/liter air). Stek yang sudah ditimbang bobotnya kemudian dicelupkan sepanjang 1,5 cm pada bagian ujungnya. Stek yang telah diberi perlakuan kemudian didiamkan hingga tidak ada cairan gula yang menetes selanjutnya dimasukkan kedalam karung dan diikat dengan rapat.

(14)

13 stek ditambahkan silica gel dalam kemasan ±15 g, selanjutnya karung di ikat dengan rapat.

Penggunaan Mesin Pendingin (Refrigerator). Stek yang sudah ditimbang bobotnya, kemudian dimasukkan ke dalam karung selanjutnya diikat rapat dan dimasukkan kedalam refrigerator pada suhu 4ºC.

Tahap 2. Penanaman

Stek yang telah dicatat bobotnya dan diamati keadaan umumnya kemudian ditanam pada polybag yang telah diberi pupuk kandang, KCL, dan SP36. Stek ditanam dengan kemiringan ±45º.

Tahap 3. Pemeliharaan dan Pengamatan

Stek disiram setiap hari dan dilakukan penyiangan apabila terdapat gulma.

Peubah yang diamati a. Keadaan umum stek

Keadaan umum diamati dari perubahan warna, bau dan tekstur dari stek setelah diberi perlakuan penyimpanan.

b. Awal pertumbuhan setelah tanam

Diamati dan dicatat munculnya tunas dan daun awal setelah penanaman stek (setiap 2 hari hingga hari ke-14).

c. Daya tumbuh

Keadaan umum dilihat jumlah stek yang tumbuh setelah ditanam. Pertumbuhan dilihat setelah muncul dua daun. Kemudian diamati lamanya tanaman tumbuh (munculnya dua daun) pada setiap perlakuan.

d. Penyusutan bobot stek

Bobot stek ditimbang sebelum diberi perlakuan penyimpanan dan sesudah penyimpanan kemudian dihitung selisih bobot stek. (selisih bobot stek (g)= bobot stek awal (g) – bobot stek akhir (g)).

e. Tinggi vertikal

(15)

14

Rancangan Percobaan dan Analisis Data Perlakuan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan pengulangan 5 kali. Faktor A adalah perlakuan bahan/alat pengawet dan faktor B adalah lama penyimpanan.

Faktor A = Perlakuan bahan pengawet

A0 = Penyimpanan tanpa bahan pengawet (kontrol) A1 = Penyimpanan dengan cairan gula

A2 = Penyimpanan dengan cairan lilin A3 = Penyimpanan dengan silika gel

A4 = Penyimpanan dengan mesin pendingin (Refrigerator) Faktor B = Lama penyimpanan stek

B1 = Stek disimpan selama 3 hari B2 = Stek disimpan selama 6 hari B3 = Stek disimpan selama 9 hari B4 = Stek disimpan selama 12 hari B5 = Stek disimpan selama 15 hari

Model

Model matematis yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

Yijk = µ + ai + bj + (ab)ij + eijk

Keterangan :

Yijk = nilai pengamatan untuk perlakuan bahan pengawet (A0,…,A5) ke-i

perlakuan lama penyimpanan (B1,…,B5) ke-j dan ulangan k µ = rataan umum

ai = pengaruh perlakuan A ke-i

bj = pengaruh perlakuan B ke-j

(ab)ij = pengaruh interaksi bahan pengawet ke-I dan lama penyimpanan ke-j

eijk = galat faktor A ke-i, faktor B ke-j dan ulangan ke-k

Analisa data :

(16)

15

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Stek

Pengamatan keadaan umum stek bertujuan untuk mengetahui sifat fisik, kualitas dan daya tumbuh stek selama penyimpanan. Keadaan umum stek yang diamati meliputi warna, bau, dan tekstur stek. Menurut Budiyanto (2002) pengawetan pada bahan pangan bertujuan untuk menjaga tekstur, rasa, aroma atau bau dan warna sehingga terjaga kualitasnya. Berdasarkan hal tersebut pada pengamatan warna stek untuk mengetahui adanya perubahan warna, apabila selama penyimpanan terjadi perubahan warna mengindikasikan adanya kontaminasi dari mikroorganisme. Pada pengamatan bau stek, stek yang tercium bau busuk mengindikasikan adanya kontaminasi mikroorganisme, sedangkan pengamatan tekstur untuk mengetahui kadar air selama penyimpanan.

Stek yang mendapat perlakuan pengawetan gula sebagian stek mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan. Hal ini terlihat pada lama penyimpanan 9-15 hari, sebagian besar dari setiap kluster (1 kluster (pengulangan) = 5 stek) terdapat 3-5 stek berwarna kecoklatan, sedangkan pada lama penyimpanan 3-6 hari jumlah stek yang mengalami perubahan warna tidak sebanyak pada lama penyimpanan 9-15 hari (Gambar 2b). Hal ini menunjukkan bahwa perubahan warna disebabkan adanya mikroorganisme yang memanfaatkan gula sebagai sumber nutrisinya. Stek yang kehilangan gula akan berwarna coklat dan kering. Menurut Suwijah (2011), mikroorganisme membutuhkan karbon dan nitrogen untuk pertumbuhannya, dimana kebutuhan akan karbon dapat diperoleh dalam bentuk karbohidrat sederhana, misalnya: sukrosa, glukosa, fruktosa, dll.

a b

Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

(17)

16 Pengujian bau stek tercium bau busuk pada lama penyimpanan 9-15 hari, hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan pengawetan gula terjadi kontaminasi cendawan (Gambar 2a). Pada pengujian tekstur, sebagian besar stek dengan pengawetan gula mengalami perubahan tekstur menjadi kering (Gambar 3). Hal ini terlihat dengan banyaknya stek yang berwarna kecoklatan. Ciri-ciri stek yang terkontaminasi mikroorganisme yaitu terlihat adanya lendir berbau apabila terserang bakteri atau terdapat bercak serta stek berubah warna dimulai dari warna kuning, coklat muda hingga coklat tua apabila terserang cendawan (Meilawati, 2008).

Stek dengan perlakuan pengawetan lilin selama masa penyimpanan 3-15 hari tidak mengalami perubahan warna dan bau serta tidak terdapat kontaminasi mikroorganisme (Gambar 4). Hal ini disebabkan lapisan lilin pada permukaan stek menghalangi mikroba masuk ke dalam jaringan sehingga tidak ada kontaminasi yang dapat menyebabkan perubahan warna dan bau. Hal yang berbeda pada pengamatan tekstur, tekstur stek terlihat kering karena stek tidak mengalami respirasi. Menurut Suhaidi (2008) salah satu cara untuk mempertahankan mutu dan kesegaran buah adalah dengan melapisi buah dengan lilin. Pelapisan lilin pada permukaan buah dapat mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan dan menghambat laju respirasi.

Stek yang banyak terdapat kontaminasi mikroorganisme yaitu pada pengawetan dengan menggunakan silica gel dan kontrol. Pada penggunaan bahan pengawet silica gel, stek banyak mengalami perubahan warna menjadi kecoklatan pada masa penyimpanan 9-15 hari. Secara umum warna stek pada penyimpanan dengan perlakuan pengawetan silica gel berwarna kecoklatan, berjamur, dan lembab. Keadaan stek yang banyak berjamur karena kadar air yang masih tinggi. Kondisi ini

(18)

17 disebabkan jumlah silica gel yang ditambahkan kurang banyak sehingga tidak dapat menyerap kadar air secara maksimal. Rendahnya penyerapan air menyebabkan kondisi didalam karung menjadi lembab yang dapat mempermudah berkembangnya cendawan.

Penyimpanan stek dengan menggunakan refrigerator tidak terjadi perubahan warna, bau dan tekstur selama 15 hari masa penyimpanan. Kondisi ini diindikasikan warna stek masih segar, bau khas dan tekstur stek tetap terjaga. Hal ini dikarenakan penyimpanan menggunakan refrigerator pada suhu 4ºC aktifitas dari mikroba terhambat sehingga stek tidak terkontaminasi, selain itu aktivitas hormon pertumbuhan terhambat karena stek mengalami dormansi. Witoyo (2001) menyatakan bahwa, mikroorganisme yang tumbuh pada jamur tiram putih yang disimpan pada suhu 16ºC lebih banyak daripada jamur tiram putih yang disimpan pada suhu 4ºC. Siregar (2011) menambahkan bahwa, salah satu faktor penghambat perkecambahan yaitu terjadinya dormansi pada benih.

(19)

18

Penyusutan Bobot Stek

Penyusutan bobot yang didapatkan diperhitungkan untuk mengetahui kekurangan bobot stek selama masa penyimpanan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan stek tersebut.

Tabel 2. Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama Penyimpanan

Bahan pengawet

Lama penyimpanan (hari)

Rata-rata

3 6 9 12 15

Kontrol 5,84±1,31bcd 11,76±1,57fgh 13,56±1,73hi 18,56±7,43jkl 17,96±1,06jk 13,54±5,18

Gula 6,24±1,19bcde 8,92±1,40cdef 12,92±1,69ghi 18,28±5,64jkl 22,12±4,83l 13,69±6,54

Lilin 5,32±1,12abc 9,56±2,02defg 11,48±0,93fgh 15,64±1,25ij 19,48±4,96jkl 12,29±5,47

Silica gel 5,44±1,85abc 10,00±2,33efgh 15,76±2,13ij 16,64±2,98ij 20,72±2,62kl 13,71±6,00

Refrigerator 1,76±0,43a 2,64±0,52ab 3,04±0,73ab 3,60±1,32ab 5,80±1,56bcd 3,37±1,52

Rata-rata 4,92±0,23 8,58±0,82 11,35±0,51 14,54±2,84 17,22±2,17

Keterangan: Superskrip pada kolom dan baris menunjukkan hasil nyata (P<0.05)

Data pada Tabel 2 diketahui bahwa penggunaan refrigerator pada lama penyimpanan 3 hari (P<0,05) menunjukkan rataan penyusutan bobot yang paling baik jika dibandingkan bahan pengawet dan lama penyimpanan lainnya. Stek yang disimpan pada refrigerator dilihat dari kolom rataan penyusutan bobotnya paling kecil dibandingkan cara pengawetan yang lain. Pada semua perlakuan semakin lama stek disimpan maka semakin besar penyusutan bobotnya.

Persentasi bobot stek selama penyimpanan menunjukkan persentasi penyusutan bobot stek tertinggi adalah stek dengan perlakuan pengawetan gula pada lama penyimpanan 15 hari (Gambar 5). Persentasi penyusutan bobot stek pada perlakuan ini sebesar >30% sehingga besar kemungkinan stek kehilangan cadangan energi untuk pertumbuhan, yang mengakibatkan pertumbuhan stek lambat. Pada pengawetan menggunakan refrigerator, persentasi penyusutan bobot stek sebelum dan sesudah pengawetan tidak banyak berkurang pada setiap waktu penyimpanan.

(20)

19 Gambar 5. Persentasi Penyusutan Bobot Stek Selama Penyimpanan

Hal ini disebabkan aktivitas hormon pertumbuhan terhambat selama penyimpanan pada suhu dingin. Menurut Yunarti (2008), pada suhu tinggi aktivitas hormon pertumbuhan akan semakin meningkat sehingga menyebabkan laju respirasinya meningkat pula, dan semakin tinggi suhu maka laju respirasinya semakin tinggi. Laju respirasi yang paling rendah pada suhu 5ºC sedangkan laju respirasi tinggi yaitu pada suhu ruang. Kecilnya persentasi penyusutan bobot pada penggunaan refrigerator menunjukkan perlakuan ini paling efektif untuk tetap mempertahankan bobot stek.

Stek dengan perlakuan pengawetan lilin pada lama penyimpanan 15 hari persentasi penyusutan bobot stek tidak jauh berbeda seperti pada lama penyimpanan 12 hari, hal ini dapat dimanfaatkan untuk pengawetan stek lebih dari 1 minggu. Pada perlakuan ini perlu penanganan khusus untuk menekan penyusutan bobot stek tidak mencapai sebesar >20% agar stek dapat tumbuh dengan baik.

Awal Pertumbuhan Setelah Tanam

(21)

20 Rataan hari awal pertumbuhan setelah tanam merupakan rata-rata awal hari pertumbuhan stek setelah ditanam dengan indikasi tumbuhnya tunas ataupun kuncup daun, dapat dilihat pada Gambar 6.

Pada perlakuan pengawetan gula dengan lama penyimpanan 12 hari, rataan tumbuh muncul daun pertama 2 HST. Hal disebabkan cadangan makanan yang dibutuhkan selama penyimpanan masih tersedia, sehingga saat penanaman stek lebih cepat tumbuh.

Gambar 6 menunjukan beberapa contoh stek yang mulai tumbuh pada pengamatan 2 HST. Stek yang diambil data yaitu stek yang sudah tumbuh kuncup (Gambar 6a) ataupun stek yang sudah tumbuh daun yaitu pada (Gambar 6b), stek tersebut mengindikasikan stek yang memiliki kualitas tumbuh baik yaitu berwarna hijau segar. Tunas baru banyak tumbuh pada bagian pangkal stek (Gambar 6a). Pangkal stek mengandung karbohidrat dan nitrogen yang lebih banyak daripada bagian ujung stek sehingga dapat mempercepat proses inisiasi. Stek yang proses inisiasinya cepat cenderung resisten terhadap penyakit yang menyerangnya sehingga peresentase stek hidupnya menjadi lebih tinggi (Meilawati, 2008).

Pada awal penanaman stek batang Euphorbia milii, stek masih memiliki cadangan makanan yang cukup sehingga mampu memenuhi nutrisi bahan stek agar tetap bertahan hidup dimana bahan stek masih terlihat segar dan tahan terhadap penyakit (Napitupulu, 2006).

a

Gambar 6. Pertumbuhan Kuncup Stek pada Perlakuan Gula (a), Pertumbuhan Kuncup Daun pada Perlakuan Lilin (b)

(22)

21 Gambar 7. Rataan Hari Awal Pertumbuhan setelah Tanam

Grafik pada gambar 7 menunjukkan kontrol dan perlakuan pengawetan lainnya rataan tumbuh muncul daun pertama 4 HST. Hal ini disebabkan rendahnya kemampuan tumbuh pada awal pertumbuhan setelah tanam. Rendahnya kemampuan tumbuh pada awal pertumbuhan disebabkan sebagian besar cadangan makanan yang diperlukan sebagai faktor yang membantu pertumbuhan sudah dipergunakan pada saat masa penyimpanan. Tanaman yang mengandung rasio karbohidrat-nitrogen yang tinggi dapat mempercepat proses inisiasi pada pertumbuhan awalnya (Hartman dan Kester 1997).

(23)

22 untuk bertahan hidup sehingga stek mengalami kematian. Menurut Edi (2001), kecepatan tumbuh stek yang semakin menurun dikarenakan cadangan karbohidrat yang diperlukan untuk energi oleh stek saat pertumbuhan tunas semakin berkurang, baik akibat respirasi ataupun fermentasi yang dilakukan oleh stek untuk mempertahankan jaringan maupun fermentasi yang dilakukan oleh bakteri atau cendawan yang terdapat pada stek.

Daya Tumbuh Stek

Daya tumbuh stek diamati untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan pengawetan dan lama penyimpanan terhadap pertumbuhan stek. Dari pengamatan tersebut dapat diketahui perlakuan pengawetan dan lama penyimpanan yang efektif untuk menyimpan stek sehingga akan mempermudah dalam pendistribusian pada usaha penjualan stek rumput. Pada perlakuan pengawetan lilin dengan lama penyimpanan 3 hari, kuncup daun mulai tumbuh 2 HST. Hal ini disebabkan stek masih tersedia cadangan energi (karbohidrat) untuk pertumbuhannya. Menurut Edi (2001), semakin lama penyimpanan maka daya tumbuh stek mengalami penurunan, hal ini disebabkan stek telah kehabisan cadangan energi (karbohidrat) untuk pertumbuhannya.

Stek yang memiliki pertumbuhan cepat pada pengamatan 2 minggu setelah penanaman sudah muncul dua daun sempurna (Gambar 8a), membuktikan bahwa kedua stek memiliki daya tumbuh yang baik. Hal yang berbeda ditunjukkan stek yang memiliki pertumbuhan lambat (Gambar 8b), pada rentang waktu pengamatan yang sama stek belum tumbuh tunas, kuncup, maupun daun.

a b

(24)

23 Perlakuan pengawetan gula yang mendapatkan asupan energi, stek yang tumbuh lebih sedikit daripada perlakuan pengawetan dengan lilin. Hal ini disebabkan mikroorganisme yang terdapat pada stek melakukan proses fermentasi dengan mengambil cadangan energi yang dibutuhkan stek selama masa penyimpanan. Pemanfaatan cadangan energi oleh mikroorganisme menyebabkan stek kekurangan sumber energi untuk tumbuh. Pada perlakuan pengawetan gula perlu ditambahkan zat atau bahan yang dapat mencegah pemanfaatan sumber energi oleh mikroorganisme. Ramadiana (2008) menyatakan bahwa, pemberian sukrosa ditambah perak nitrat (AgNO3) pada bunga Anggrek mampu mempertahankan daya

tumbuh stek hingga 16 hari penyimpanan dengan kesegaran 58,7% dibandingkan kontrol.

Stek dengan perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator, tumbuh pada umur 8 HSTdan pada pengamatan selanjutnya hanya sedikit stek yang tumbuh. Hal ini disebabkan selama penyimpanan stek mengalami dormansi dan tidak ditambahkan zat pengatur tumbuh yang mampu merangsang pertumbuhan awalnya. Menurut Puspitasari (2008), ZPT (Zat Pengatur tumbuh) memberikan pengaruh nyata pada munculnya tunas, tunas dengan pemberian ZPT muncul pada 6 HST. Pada stek yang disimpan dengan menggunakan refrigerator, banyak stek yang baru tumbuh kuncup daun pada umur 21 HST. Perbedaan waktu tumbuh kuncup daun pertama pada perlakuan ini disebabkan stek memerlukan masa adaptasi setelah dormansi. Menurut Sallisbury dan Ross (1992b), kekurangan air dan rendahnya suhu merupakan faktor pendorong terjadinya dormansi pada tanaman.

Keseluruhan perlakuan setelah pengamatan selama 2 minggu penanaman, masih banyak stek yang tumbuh tunas atau daun bahkan hingga 1 bulan setelah penanaman, karena stek telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan. Pada Tabel 3 terlihat bahwa lama penyimpanan 3 hari (P<0,05) pada semua perlakuan pengawetan menunjukkan rataan daya tumbuh yang lebih baik dibandingkan dengan lama penyimpanan 6, 9, 12, dan 15 hari. Hal ini disebabkan stek dengan lama penyimpanan 3 hari belum banyak kehilangan cadangan makanan dan terkontaminasi mikroorganisme sehinggadapat tumbuh dengan baik.

(25)

24

Kontrol 0,44±0,09 0,16±0,17 0,12±0,11 0,04±0,09 0,04±0,09 0,16±0,16

Gula 0,48±0,30 0,48±0,30 0,12±0,11 0,04±0,08 0,08±0,11 0,24±0,22

Lilin 0,56±0,17 0,08±0,11 0,16±0,17 0,20±0,20 0,12±0,11 0,22±0,19

Silica gel 0,60±0,20 0,28±0,27 0,04±0,09 0 0 0,18±0,26

Refrigerator 0,56±0,17 0,44±0,29 0,24±0,22 0,28±0,30 0,12±0,11 0,33±0,17

Rata-rata 0,53±0,04a 0,41±0,19b 0,14±0,09b 0,11±0,09b 0,07±0,04c

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05)

Data pada Tabel 3 dilihat dari kolom rata-rata, menunjukkan stek dengan perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator memiliki daya tumbuh paling baik dibandingkan perlakuan lain. Perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator banyak tumbuh setelah 2 minggu pengamatan, hal ini disebabkan stek mengalami dormansi. Kemampuan tumbuh yang baik setelah disimpan dengan menggunakan refrigerator didukung pada pengamatan penyusutan bobot, dimana stek yang mendapat perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator memiliki penyusutan bobot terkecil. Penyusutan bobot yang kecil menunjukkan stek dengan perlakuan ini memiliki cadangan makanan untuk pertumbuhannya.

Stek perlakuan pengawetan lilin dengan lama penyimpanan 15 hari, memiliki rataan daya tumbuh yang tidak jauh berbeda dengan perlakuan dengan menggunakan refrigerator. Hal ini dapat dikatakan penggunaan bahan pengawet lilin dapat digunakan sebagai alternatif bahan pengawet dengan daya tumbuh yang tidak jauh berbeda menggunakan refrigerator.

Tinggi Vertikal

(26)

25 Tabel 4. Rataan Tinggi Vertikal (cm) pada Stek dengan Menggunakan Berbagai

Jenis Bahan/Alat Pengawet

Bahan/alat pengawet

Lama penyimpanan (hari) Rata-rata

3 6 9 12 15

Kontrol 0,56±1,04 1,18±2,63 2,04±2,18 0,30±0,67 0 0,82±0,81

Gula 3,78±4,64 5,12±6,24 2,02±3,08 1,40±3,13 0,44±0,60 2,62±1,83

Lilin 4,55±4,66 1,54±3,44 2,76±2,98 2,90±3,44 0,74±1,08 2,50±1,45

Silica gel 5,60±4,70 3,80±7,23 0 0 0 1,88±2,65

Refrigerator 2,24±4,57 2,28±1,58 0,34±0,76 1,11±1,75 2,22±3,33 1,64±0,87

Rata-rata 3,35±1,49a 2,78±1,45b 1,43±0,49c 1,14±0,81c 0,68±0,63c

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Data pada Tabel 4 diketahui pada semua perlakuan pengawetan dengan lama penyimpanan 3 hari (P<0,05) menunjukkan rataan tinggi vertikal yang lebih baik jika dibandingkan lama penyimpanan 6, 9, 12, dan 15 hari. Perlakuan pengawetan menggunakan refrigerator memiliki rata-rata tinggi vertikal paling rendah dibandingkan dengan penggunaan bahan pengawet yang lain. Hal ini disebabkan pada saat pengambilan data tinggi vertikal, stek masih dalam tahap adaptasi setelah dormansi. Pada tanaman yang mengalami dormansi membutuhkan waktu beradaptasi terhadap lingkungan sehingga pertumbuhan stek lebih lambat dibandingkan dengan penggunaan bahan pengawet yang lainnya. Stek akan tumbuh dengan normal setelah beradaptasi dengan lingkungannya. Data Tabel 4 menunjukkan semakin lama penyimpanan maka semakin rendah tinggi vertikal.

Pembahasan Umum

(27)
(28)

27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Stek rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) dapat tumbuh dengan baik hingga lama penyimpanan 3 hari pada penggunaan pengawetan silika gel, pada lama penyimpanan hingga 6 hari dengan pengawetan menggunakan gula, pada lama penyimpanan hingga 12 hari hari dengan pengawetan menggunakan refrigerator, dan pada lama penyimpanan hingga 15 hari dengan pengawetan menggunakan lilin dan refrigerator.

Saran

(29)

UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN

TANAM STEK RUMPUT MEKSIKO

(

Euchlaena mexicana

Schrad)

SKRIPSI

EMI LAESI SAPUTRI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(30)

UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN

TANAM STEK RUMPUT MEKSIKO

(

Euchlaena mexicana

Schrad)

SKRIPSI

EMI LAESI SAPUTRI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(31)

RINGKASAN

Emi Laesi Saputri. D24070258. Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad). Skripsi.

Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. M. Agus Setiana, MS.

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Dwierra Evvyernie A., MS, M.Sc.

Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) tidak dapat dibudidayakan dengan biji. Oleh sebab itu perlu dilakukan pengawetan pada stek, agar dapat di distribusikan ke tempat yang lebih jauh. Permasalahan yang sering terjadi pada pengiriman stek adalah terjadinya kerusakan secara fisik maupun rusak karena faktor lain seperti mikroba dan fungi, oleh karena itu perlu ada metode pengawetan stek.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan dan alat yang tepat digunakan sebagai pengawet dan menentukan lama masa simpan yang terbaik untuk stek rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan pengulangan 5 kali. Faktor A adalah perlakuan berupa 4 jenis bahan atau alat pengawet: cairan gula 2%, cairan lilin, silica gel dan mesin pendingin (refrigerator) dan faktor B berupa 5 jenis lama penyimpanan: 3, 6, 9, 12 dan 15 hari. Bahan yang digunakan adalah stek rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) sebanyak 625 potong stek. Peubah yang diukur adalah: keadaan umum stek, awal pertumbuhan setelah tanam, daya tumbuh, penyusutan bobot stek dan tinggi vertikal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perhitungan penyusutan bobot stek terlihat adanya interaksi antara perlakuan bahan pengawet dengan lama penyimpanan (P<0,05), dimana semakin lama penyimpanan maka penyusutan bobot semakin besar. Terdapat interaksi yang nyata antara daya tumbuh dan tinggi vertikal dengan lama penyimpanan (P<0,05), semakin lama penyimpanan maka daya tumbuh dan tinggi vertikal semakin menurun. Kesimpulan dari penelitian ini adalah stek rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) dapat disimpan dengan kualitas yang baik selama 15 hari dengan menggunakan pengawet/alat refrigerator.

(32)

ABSTRACT

Evaluation of several Preservatives for Storage of Mexicana Grass Cuttings (Euchlaena mexicana Schrad)

Emi Laesi Saputri, M. Agus Setiana and Dwierra E. Amirroenas

Maintaining the quality of Mexicana grass (Euchlaena mexicana Schrad) cuttings a long its delivery need a preservative to avoid microorganisms activity and physical damage. The aim of this research was to determine the appropriate preservative for storage of Mexicana grass cuttings (Euchlaena mexicana Schrad). Complete Randomized Design (CRD) was used in this research with 2 factors consist of 4 kinds of preservatives as treatment (2% sugar, wax liquid, silica gel and engine cooling (refrigerator) and 5 kinds of stronge length (3, 6, 9, 12 and 15 days), and 5 replication. Parameter were: general condition of cuttings, begining growth, the cuttings growth, depreciation of weight and high of plant. The materials used were the Mexicana grass cuttings (Euchlaena mexicana Schrad) as much as 625 pieces. The depreciation of weight that there was an interaction beetwen preservatives as treatment and storage length (P<0.05), where the longer storage of depreciation of weight the greater. The finding results showed that there was an interaction beetwen the cuttings growth and high of plant (P<0.05), the longer storage of the the cuttings growth and high of plant decreases. The conclusion of this research was the cuttings of Mexicana grass (Euchlaena mexicana Schrad) could be stored for 15 days in the refrigerator without physical damage or decaying by microorganism.

(33)

UJI PENGAWETAN TERHADAP DAYA SIMPAN BAHAN

TANAM STEK RUMPUT MEKSIKO

(

Euchlaena Mexicana

Schrad)

EMI LAESI SAPUTRI D24070258

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(34)

Judul : Uji Pengawetan Terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Meksiko (Euchlaena Mexicana Schrad)

Nama : Emi Laesi Saputri

NIM : D24070258

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

(Ir. M. Agus Setiana, MS) NIP. 19570824 198503 1 001

(Dr. Ir. Dwierra Evvyernie Amirroenas) NIP. 19610602 198603 2 001

Mengetahui, Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc) NIP : 19670506 199103 1 001

(35)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 1989. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Suhaemi dan Ibu Sumindah.

Pendidikan yang pernah ditempuh diawali dari Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi tahun 1994-1996 kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) Margahayu 13 Bekasi pada tahun 1996-2001 kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama Negeri

(SMPN) 2 Bekasi pada tahun 2001-2004 kemudian dilanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Bani Saleh pada tahun 2004-2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di MAX!! (Music Agriculture eXperience) sebagai anggota Biro Musik (2007-2008). Kemudian penulis aktif di Himpunan Profesi Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (Himasiter) sebagai anggota Biro Teknologi dan Informasi (2008-2009) dan anggota Biro Promosi, Wisuda dan Informasi (2009-2010) dan anggota Kelompok Pecinta Alam (KEPAL-D) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(36)

KATA PENGANTAR Alhamdulillahi robbil’alamin

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan studi, penelitian, seminar dan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta sahabat, keluarga dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Skripsi dengan judul Uji Pengawetan terhadap Daya Simpan Bahan Tanam Stek Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, penyusunan skripsi ini merupakan wujud peran aktif dan konstribusi dalam dunia peternakan. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat memberikan informasi dan kemudahan dalam pengawetan stek rumput agar dapat disimpan dan dikirim dalam waktu yang lebih lama, sehingga mempermudah peternak mendapatkan hijauan yang berkualitas untuk ternak.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan pengawet lain yang lebih mudah didapatkan dan pemberian perlakuan terhadap stek yang telah diawetkan agar dapat tumbuh lebih cepat dan seragam. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam dunia peternakan serta menjadi catatan amal saleh. Amin.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi ini, hanya Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang akan membalasnya. Amin.

Bogor, April 2012

(37)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... I

ABSTRACT ... ii

LEMBAR PERNYATAAN …... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

Pembiakan Vegetatif …...………...

Pembiakan Dengan Stek ………...

Mikroorganisme ………. Pengawetan ……… Perlakuan Pengawetan ………...……… Gula ………..………..

Mesin Pendingin (Refrigerator) ...

Lilin ……….……… Silika gel ….………

Ketersediaan Karbohidrat dan Nitrogen ………

Respirasi ………. Defoliasi ………. Kebutuhan Hijauan Pakan ………...

(38)

Rancangan Percobaan ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN ……...

Keadaan Umum Stek ………. Penyusutan Bobot ……….. Awal Pertumbuhan Setelah Tanam ……… Daya Tumbuh Stek ………. Tinggi Vertikal ………...……… Pembahasan Umum ………...……….

15 15 18 19 22 24 25

KESIMPULAN DAN SARAN ……...

Kesimpulan ……... Saran …...

27 27 27

(39)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Beberapa Zat Nutrisi pada Rumput Meksiko ……….……… 3

2 Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama penyimpanan ………….. 18 3 Rataan Daya Tumbuh Stek Berdasarkan Pengawetan dan Lama

Penyimpanan ………...…..………. 24

4 Rataan Tinggi Vertikal (cm) Pada Stek dengan Menggunakan Berbagai Jenis Bahan/Alat Pengawet ...…….…

(40)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Diagram Pengaruh Lingkungan terhadap Tanaman Hijauan ...…... 10

2 Cendawan pada Stek (a) dan Batang Kecoklatan pada Stek (b)...….. 15 3 Stek dengan Tekstur Kering dan Berwarna Kecoklatan...…. 15

4 Warna Stek Hijau dan Tidak Terdapat Cendawan ……...……..…… 16

5 Persentasi Penyusutan Bobot Stek Selama Penyimpanan …... 19

6 Pertumbuhan Kuncup Stek Pada Perlakuan Gula (a) dan Pertumbuhan Kuncup Daun pada Perlakuan Lilin (b) ………….…...

20

7 Rataan Hari Awal Pertumbuhan Setelah Tanam ………....………… 21

8 Tumbuh Dua Daun (a) dan Tidak Tumbuh

(41)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Sidik Ragam dan Uji Duncan Selisih Bobot …...………... 33 2 Sidik Ragam dan Uji Duncan Daya Tumbuh ...……….. 36 3 Sidik Ragam dan Uji Duncan Tinggi Vertikal ………... 37

4 Alat dan Bahan Pengawet ……….. 38

5 Stek yang Tidak Terdapat Cendawan setelah Penyimpanan dan

Tumbuh Daun ………. 38

6 Stek yang Terdapat Cendawan setelah Penyimpanan dan Tidak Tumbuh Daun

(42)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kebutuhan akan daging dan susu yang dihasilkan dari ternak ruminansia terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data statistik Dirjen Peternakan, kebutuhan akan daging dari tahun 2008-2010 terus meningkat. Peningkatan kebutuhan pangan tersebut, harus diikuti dengan peningkatan ketersediaan pakan terutama hijauan sepanjang tahun. Hijauan adalah semua bahan makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Hijauan sebagai pakan ternak memegang peranan sangat penting, karena mengandung hampir semua zat yang diperlukan hewan. Ternak ruminansia yang diberi hijauan sebagai bahan pakan tunggal, mampu mempertahankan hidupnya, tumbuh dengan baik, dan berkembang biak. Salah satu rumput yang dapat digunakan sebagai hijauan pakan ternak yaitu rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad). Keanekaragaman dari jenis rumput yang diberikan ke ternak perlu dilakukan untuk memenuhi kecukupan nutrisi ternak. Terbatasnya keanekaragaman jenis rumput di daerah dapat diatasi dengan penyebaran berbagai jenis rumput untuk mendukung ketersediaan hijauan berkualitas. Rumput Meksiko memiliki nilai zat nutrisi yang tidak jauh berbeda dengan rumput Gajah, sehingga rumput Meksiko dapat dijadikan sebagai rumput berkualitas. Akan tetapi rumput Meksiko memiliki kekurang dengan menghasilkan lebih sedikit bahan segar dibandingkan dengan rumput Gajah atau rumput Raja, selain itu rumput Meksiko memiliki zat antinutrisi HCN sehingga pemberian ke ternak perlu dilayukan terlebih dahulu. Kekurangan rumput Meksiko yang lain adalah pertumbuhannya yang lebih lambat dibandingkan dengan rumput Gajah dan Raja, oleh sebab itu perlu penanganan khusus agar stek dapat tumbuh lebih cepat.

(43)

2 berkualitas. Penyediaan bibit rumput dapat dilakukan dengan biji ataupun stek. Pembudidayaan rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) kurang baik melalui biji karena kurangnya produktivitas dari serbuk sari, oleh sebab itu sebaiknya dibudidayakan secara vegetatif. Terbatasnya penelitian dan informasi yang berhubungan dengan pengawetan bahan tanam, menjadi salah satu hambatan dalam penyediaan bibit rumput berkualitas dalam pemenuhan ketersediaan hijauan pakan.

Penjualan stek rumput pada umumya oleh produsen tidak lebih dari 10 hari masa pengiriman, disebabkan banyak faktor yang dapat merusak sel-sel dari stek rumput. Oleh sebab itu diperlukan metode penyimpanan stek yang baik agar stek dapat disimpan dan bertahan lebih lama. Bahan-bahan seperti lilin, gula, silica gel dan alat pendingin (refrigerator) dapat digunakan sebagai sarana pengawetan bagi produsen. Penggunaan sarana pengawetan tersebut diharapkan dapat mengawetkan bibit stek rumput sehingga dapat membantu dalam hal penyebaran hijauan yang berkualitas tinggi ke daerah-daerah yang tidak terdapat hijauan yang berkualitas.

Ternak yang berkualitas baik dapat berproduksi dengan maksimal apabila diberikan hijauan yang berkualitas baik juga. Dengan demikian peternakan di Indonesia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan protein hewani di dalam negeri dan dapat diekspor ke luar negeri. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan metode penyimpanan dengan masa simpan stek rumput lebih lama sehingga pengiriman stek rumput dapat lebih jauh dan tersebar.

Tujuan

Mempelajari penggunaan bahan atau alat pengawet terbaik untuk setiap lama masa penyimpanan stek rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad).

Hipotesis

(44)

3

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Meksiko

Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) berasal dari Amerika Tengah, rumput ini termasuk rumput potong yang tumbuh tegak, batang dan daunnya lebar mirip tanaman jagung. Ketinggian tanaman mencapai 2,5–4 m, tanaman ini termasuk berumur pendek (annual), sistem perakarannya dalam dan luas, tumbuh baik pada daerah-daerah lembab atau tanah yang subur dengan ketinggian 0-1200 m dari permukaan laut dan curah hujan tidak kurang dari 1000 mm/tahun (Departemen Pertanian, 1985). Tanaman ini ditanam di Amerika Tengah dan Selatan untuk dibuat silase atau sebagai hijauan pakan ternak, sedangkan di Philipina rumput ini dapat menghasilkan 70 ton/ha/thn bahan segar dengan pemotongan 4-5 kali dan pembiakannya dapat dilakukan dengan pols atau stek (Reksohadiprodjo, 1994). Pemotongan sebaiknya pada saat tanaman mencapai tinggi 1,5 m. Rumput ini umumnya dikembangkan sebagai rumput potongan. Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) dapat tumbuh pada struktur tanah berat (AAK, 1983). Menurut Susetyo et al. (1969) kandungan zat nutrisi rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad) berdasarkan analisis bahan kering meliputi protein kasar, lemak kasar, BETN berturut-turut adalah pada Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa Zat Nutrisi pada Rumput Meksiko (Euchlaena mexicana Schrad)

Zat nutrisi Kandungan (%)

Protein kasar 9,16

Lemak kasar 2,43

BETN 47,33

Sumber: Susetyo et al. (1969)

Pembiakan Vegetatif

(45)

4 tanaman secara vegetatif dilakukan karena tanaman ini tidak mempunyai biji serta pada perbanyakan tanaman secara generatif sering terjadi penyimpangan sifat dari induknya dan banyak terdapat kelemahan lainnya. Perbanyakan tanaman secara vegetatif yaitu dengan cara stek, cangkok, rundukan, dan kultur jaringan. Perbanyakan tanaman dengan cara stek pemberian nama stek berdasarkan bagian tanaman yang digunakan untuk dibuat stek, misalnya pada stek batang, bahan yang digunakan adalah batang tanaman. Perbanyakan tanaman secara vegetatif banyak digunakan karena selain sifatnya sama seperti induknya, perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat menghasilkan variasi-variasi baru, misalnya jambu dengan rasa buah yang lain (Wudianto, 1994).

Pembiakan Dengan Stek

Stek merupakan cara perbanyakan tanaman dengan cara pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, tunas, batang, dan daun dengan tujuan bagian tersebut akan membentuk akar. Perbanyakan tanaman dengan cara stek dilakukan untuk mendapatkan tanaman baru yang sama sifatnya dengan tanaman induknya, seperti sifat ketahanan terhadap serangan penyakit, keindahan bunga, buah, rasa buah, dan sebagainya. Selain tekniknya mudah dilakukan, perbanyakan tanaman dengan cara stek memperoleh tanaman yang sempurna, dimana tanaman telah mempunyai akar, batang, dan daun dalam waktu yang relatif singkat. Pemotongan stek yang baik pada saat tanaman sedang tidak mengalami pertumbuhan dan kelembapan udara yang tinggi, biasanya pada awal musim hujan (Wudianto,1994). Potongan stek apabila terlalu pendek akan menyebabkan stek cepat kering, sehingga cadangan makanan untuk tunas yang akan tumbuh akan berkurang. Apabila pemotongan stek terlalu panjang maka pertumbuhan tunasnya lambat (Susanto dan Kurniati, 1994).

(46)

5 karbohidrat atau energi pertumbuhannya rendah (AAK, 1983). Keberadaan zat makanan yang mengandung nitrogen seperti nitrat, amonium dan asam amino dapat meningkatkan perakaran stek (Thimann, 1989).

Mikroorganisme

Mikroorganisme penyebab terjadinya kerusakan pada makanan dapat hidup pada tanah, udara, dan air selain itu juga mampu bertahan pada berbagai lingkungan baik itu pada suhu, tekanan, pH, tingkat osmosis (larutan gula dan garam), serta kadar air yang ekstrem. Mikroorganisme merupakan organisme yang tidak dapat dilihat secara kasat mata, oleh sebab itu diperlukan alat untuk melihat mikroorganisme yaitu mikroskop (Adawyah, 2007). Mikroorganisme akan terhambat aktivitas dan pertumbuhannya pada suhu pendinginan (Susanto dan Kurniati, 1994).

(47)

6

Pengawetan

Pengawetan pada ikan, buah, dan bahan pangan lainnya awalnya dilakukan untuk mengurangi pembusukan yang menyebabkan bahan pangan tidak dapat disimpan lebih lama. Bahan pangan yang disimpan, agar tidak terjadi pembusukan perlu dilakukan proses pengolahan dengan tujuan untuk menghentikan atau menghambat aktivitas mikroorganisme perusak atau enzim yang dapat menurunkan kualitas dari bahan pangan tersebut (Adawyah, 2007). Pengawetan dilakukan untuk mengurangi jumlah mikroba dan menghentikan aktivitas dari mikroba. Selain itu, pengawetan dilakukan untuk menghentikan aktivitas enzim, sehingga masa simpan dari suatu produk makanan atau tumbuhan dapat bertahan lebih lama (Desrosier, 2008).

Penyimpanan benih perlu dilakukan karena tidak semua benih dapat segera digunakan pada usaha tani. Hal ini disebabkan kelebihan produksi benih sehingga harus disimpan hingga musim tanam berikutnya pada masa penyimpanan perlu dipertahankan dengan meminimalkan kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya simpan benih, semakin rendah kadar air maka laju respirasipada benih akan semakin rendah sehingga benih dapat disimpan lebih lama karena laju detoriorasinya lambat. (Kuswanto, 2003).

Perlakuan Pengawetan Stek

Pengawetan stek dilakukan agar pada saat pendistribusian stek tidak terkontaminasi dengan mikroba, sehingga pada saat stek tersebut ditanam dapat tetap tumbuh dengan baik. Cara yang dapat digunakan untuk mengawetkan stek adalah gula, refrigerator, lilin, dan silica gel .

Gula

(48)

7 pertumbuhan mikroba pembusuk (Desrosier, 2008). Sukrosa merupakan sumber energi pada sel fotosintesis dan mudah di bawa melalui floem menuju jaringan yang sedang tumbuh (Salisbury dan Ross, 1992a).

Mesin Pendingin (Refrigerator)

Teknik pengolahan pengawetan dengan pembekuan/pendinginan menyebabkan berkurangnya kadar air pada bahan pangan dan menghentikan aktivitas mikroorganisme tertentu penyebab pembusukan (Budiyanto, 2002). Selain untuk menghentikan aktivitas mikroorganisme, teknik pengolahan pengawetan dengan pendinginan dilakukan untuk menghambat aktivitas enzim pertumbuhan yang bersifat sementara. Menurut Desrosier (2008), aktivitas enzim tergantung pada suhu. Sistem enzim hewan cenderung mempunyai kecepatan reaksi optimum pada suhu sekitar 98ºF (37ºC), sedangkan sistem enzim tanaman cenderung pada suhu yang sedikit lebih rendah. Organisme yang hidup mempunyai suhu optimum bagi pertumbuhannya. Suhu yang lebih rendah dapat menghambat metabolisme. Suhu rendah mendekati titik beku air, sangat efektif dalam mengurangi laju respirasi yang terjadi. Pengendalian suhu merupakan suatu cara yang positif untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba pembusuk.

Tempat penyimpanan pada teknik penyimpanan benih, sebaiknya pada suhu rendah, karena semakin rendah suhu ruang penyimpanan benih maka semakin lambat laju deteriorasi yang menyebabkan benih lebih lama disimpan (Kuswanto, 2003).

Lilin

(49)

8 untuk menggantikan beberapa lilin alami yang terlepas setelah pencucian dan operasi pembersihan, serta membantu mengurangi kehilangan air selama penanganan dan pemasaran (Kitinoja dan Kader, 2002). Struktur permukaan berlilin dari kutikula membantu memperlambat kehilangan air dari daun, batang, bunga, buah dan biji. Lapisan pelindung ini untuk mengurangi laju transpirasi pada tumbuhan agar tidak berlangsung sangat cepat yang dapat mengakibatkan tumbuhan akan mati (Salisbury dan Ross, 1992b).

Silika Gel

Silika gel berbentuk butiran dari bentuk lain silikon dioksida yang dibuat secara sintetis, selain itu dapat menyerap air dan gas dengan mudah hingga 40% dari berat silika sendiri karena memiliki struktur yang berongga besar (Kurniawan, 2008). Silika gel dapat digunakan hingga waktu yang tidak terbatas, karena silika gel dapat digunakan kembali setelah penuh dengan uap air (Weintraub, 2002).

Ketersediaan Karbohidrat dan Nitrogen

Karbohidrat dan nitrogen merupakan zat yang penting untuk pertumbuhan stek tanaman, oleh sebab itu ketersediaannya harus dipertahankan di dalam stek. Pengendalian faktor kehilangan dari karbohidrat dan nitrogen perlu dilakukan terutama pada saat penyimpanan (Edi, 2001). Kebutuhan akan karbohidrat sangat penting untuk pertumbuhan, hal ini terbukti adanya penyimpanan karbohidrat yang terdapat pada daun, ranting, dan akar. Karbohidrat yang disimpan sebagian besar tumbuhan adalah pati. Pati disimpan oleh tumbuhan tahunan yaitu sebelum dan selama masa dormansi, dan digunakan kembali untuk pertumbuhan pada musim berikutnya. Pati disimpan dalam bentuk butiran yang tidak mudah larut dalam air. Pati disimpan pada musim dingin dan digunakan lagi pada pertumbuhan musim semi berikutnya (Salisbury dan Ross, 1992a). Pada penyimpanan benih, kebutuhan CO2

dan nitrogen diperlukan pada kemasan benih agar dapat menghambat laju respirasi, sehingga perombakan bahan cadangan makanan dalam benih menjadi lambat dan laju deteriorasi ikut menjadi lambat (Kuswanto, 2003).

Respirasi

(50)

9 proses pelepasan energi kimia molekul-molekul organik didalam mitokondria (Salisbury dan Ross 1992b). Menurut Salisbury dan Ross (1992b) salah satu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi proses biokimia respirasi adalah ketersediaan substrat. Tumbuhan yang kekurangan nutrisi, yang kandungan pati, fruktan atau gulanya rendah, melakukan laju respirasi yang rendah. Laju respirasi pada tumbuhan akan lebih cepat apabila tersedia gula. Respirasi merupakan peristiwa pembakaran senyawa seperti pati, gula, protein, lemak, dan asam organik dengan bantuan oksigen untuk menghasilkan CO2, air dan energi serta molekul lain yang digunakan oleh sel

untuk reaksi sintesa. Adapun reaksi kimia sederhana respirasi adalah sebagai berikut:

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + energi

Skema diatas menjelaskan bahwa sumber energi yang digunakan adalah glukosa kemudian penyerapan oksigen yang menghasilkan karbondioksida, air, dan energi (Fritz dan Roy, 1983).

Laju respirasi pada penyimpanan benih, perlu diperhatikan karena terjadi respirasi saat masa penyimpanan maka semakin besar terjadi perombakan cadangan makanan. Perombakan cadangan makanan menyebabkan benih mengalami kekurangan nutrisi yang diperlukan pada saat proses perkecambahan (Kuswanto, 2003).

Proses respirasi pada pasca panen sayuran dan buah-buahan, dapat dilihat pada bagian dalam pembungkus plastik terdapat titik-titik embun. Embun yang muncul merupakan indikasi adanya aktivitas metabolik jaringan yaitu respirasi, sehingga proses respirasi perlu diperhitungkan selama masa penyimpanan untuk tetap menjaga kualitas produk (Goldsmidt, 1997).

Defoliasi

(51)

10

Kebutuhan Hijauan Pakan

Masyarakat peternak termasuk petani peternak, telah terbiasa dan tidak asing lagi menggunakan hijauan sebagai bahan pakan ternak. Akan tetapi sampai sejauh mana pengertian mereka dalam hal memilih mutu dan perlakuan terhadap hijauan, agar bahan tersebut kontinuitasnya terjamin, umumnya belum terkuasai (AAK,1983).

Gambar 1. Diagram Pengaruh Lingkungan terhadap Tanaman Hijauan

Sumber: AAK (1983).

Menurut AAK (1983), pemenuhan hijauan pakan ternak yang bermutu sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Mutu serta produktivitas hijauan, disamping ditentukan oleh sifat pembawaan dari hijauan, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan, yaitu: keadaan tanah atau daerah, pengaruh iklim, dan perlakuan manusia (management) (Gambar 1). Pengadaan penyelidikan tentang prospek pengembangan tanaman pakan ternak merupakan hal yang sangat penting untuk

Tanah Hujan

Air sungai

Air

hijauan matahari

Kotoran (feces) dan air seni Management ternak

Hewan

Kelembababan tanah : air tanah

Zat hara di dalam

Nilai gizi

(52)

11 mengetahui dampak dari harga dan ketentuan lain seperti faktor teknologi, populasi dan pendapatan produksi serta konsumsi tanaman pakan (Hutabarat dan Ranawana, 2003).

Dormansi

Tumbuhan pada kondisi suhu mendekati titik beku hanya sedikit yang metabolismenya berfungsi aktif. Tumbuhan pada kondisi seperti itu menjadi dorman atau kuisen, yaitu tetap hidup tetapi aktivitas metaboliknya rendah. Suhu berperan mengendalikan kelangsungan hidup tumbuhan di daerah dingin. Kondisi dorman sangat berperan untuk kelangsungan hidup tumbuhan di daerah dingin. Pemberian giberelin dapat mengakhiri terjadinya dormansi pada tanaman (Salisbury dan Ross, 1992b). Menurut Kuswanto (2003) pada penyimpanan benih, kondisi dorman sangat membantu dalam mempertahankan lama masa simpan. Penyimpanan benih dilakukan karena tidak semua benih siap untuk berkecambah. Benih membutuhkan waktu tertentu untuk dapat berkecambah secara alami atau membutuhkan perlakuan khusus agar dapat berkecambah.

Gambar

Gambar 1. Diagram Pengaruh Lingkungan terhadap Tanaman Hijauan
Tabel 2. Rataan Penyusutan Bobot Stek (g) Selama Penyimpanan
Gambar 5. Persentasi Penyusutan Bobot Stek Selama Penyimpanan
Gambar 7. Rataan Hari Awal Pertumbuhan setelah Tanam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sarana yang dipilih dengan melakukan permainan ular tangga yang berisi informasi penyakit demam berdarah di samping juga responden pada kelompok kontrol yang mungkin

Soehadi (2012) menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi perusahaan dalam membangun online community adalah membangun fasilitas yang mampu mengorkestrasikan pelanggan dan

の摩擦抵抗を軽減する役割を果たしている.また,走行面の傾斜角度は 0 度( 水平).. ( Chart4.1.1, AD Instruments 社製)

Hasil penelitian yang dilakukan Watson (2002) memberi arah yang lebih jelas, yakni strategi konflik kognitif dalam pembelajaran membantu peserta didik dalam merekontruksi

1) Pengetahuan (C1), adanya peningkatan pada pengetahuan siswa terhadap materi yang disampaikan guru melalui model proyek respon kreatif. 2) Pemahaman (C2), melalui

Implikasi praktis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Paparan merek ditemukan tidak memberi pengaruh yang besar dalam meningkatkan kemampuan konsumen untuk

Penyidik pejabat pegawai negeri sipil berwenang melakukan pemeriksaan atas kebe- naran laporan atau keterangan berkenaan de- ngan tindak pidana menyangkut hutan, Kawa- san

Hasil akhir dari kegiatan ini adalah adanya peningkatan skor persepsi risiko tentang keselamatan berkendara yang akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku