• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN INFORMASI KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KLIEN MENGATASI TANDA DAN GEJALA SKIZOFRENIA RESIDUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN INFORMASI KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KLIEN MENGATASI TANDA DAN GEJALA SKIZOFRENIA RESIDUAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN DUKUNGAN INFORMASI KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN KLIEN MENGATASI

TANDA DAN GEJALA SKIZOFRENIA RESIDUAL

Susanti Niman STIKes Santo Borromeus nathanmama11@gmail.com

ABSTRAK

Klien dengan skizofrenia residual banyak menunjukkan tanda dan gejala isolasi sosial, harga diri rendah dan defisit perawatan diri. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan informasi keluarga dengan kemampuan klien mengatasi tanda dan gejala skizofrenia residual. Metode dan desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 78 klien dan keluarga. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Hasil penelitian 85,9% memberi dukungan dan 74,4% klien mampu mengatasi tanda dan gejala. Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan antara dukungan informasi keluarga dengan kemampuan klien mengatasi tanda dan gejala skizofrenia residual, p value< α atau 0,005 < 0,05. Saran ditujukan kepada perawat untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar penderita skizofrenia tidak berulang.

Kata kunci: dukungan, kemampuan, skizofrenia residual

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan kelainan jiwa yang menunjukkan gangguan dalam fungsi kognitif (pikiran) berupa disorganisasi. Gangguan ini mempengaruhi arus serta isi pikiran. Selain itu, ditemukan gejala gangguan persepsi, wawasan diri, perasaan dan keinginan (Muhith & Nasir, 2011).

Skizofrenia residual merupakan skizofrenia dengan gejala-gejala psikotik yang tidak terlalu menonjol tetapi memiliki riwayat psikotik setidaknya satu episode sebelumnya dan saat ini memiliki gejala lain berupa isolasi sosial, afek datar dan kehilangan asosiasi dengan orang lain (Schultz & Videbeck, 2009). Ciri-ciri utamanya adalah tidak adanya gejala akut saat ini, melainkan terjadi dimasa lalu. Skizofrenia residual memiliki gejala-gejala negatif, seperti isolasi sosial, menarik diri dan gangguan fungsi peran (Isaacs, 2004).

World Health Organization (WHO), (2014) menyatakan prevalensi skizofrenia sekitar 1 dari 100 orang akan memiliki satu episode skizofrenia dan dua pertiga dari 100 orang ini memiliki episode lebih lanjut. Skizofrenia biasanya dimulai pada akhir remaja atau awal usia 20-an, tetapi juga dapat terjadi pada orang tua. Ada 26 juta orang hidup dengan skizofrenia di seluruh dunia menurut organisasi kesehatan dunia.

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 (dalam Kemenkes, 2014),di Indonesia prevalensi skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata 14,3% di antaranya atau sekitar 57.000 orang pernah atau sedang dipasung. Pusat Data dan Analisis Pembangunan (PUSDALIBANG) Provinsi Jawa Barat tahun 2014 (dalam Susanti, 2014), penderita gangguan jiwa terus meningkat, seperti di Jawa Barat yaitu sebesar 63%.Penderita gangguan jiwa ringan hingga berat di Jawa baratsaat ini mencapai 465.975 orang. Jumlah ini naik signifikan dari 2012 yang berjumlah 296.943 orang.

(2)

16 ini sulit untuk beradaptasi tanpa adanya dukungan

dari berbagai pihak terutama keluarga.

Dukungan sangat dibutuhkan oleh penderita skizofrenia residual. Skizofrenia residual merupakan skizofrenia yang mempunyai gejala negatif seperti isolasi sosial, menarik diri dari lingkungan, kurang perawatan diri dan afek datar. Salah satu dukungan yang dibutuhkan adalah dukungan informasi. Keluarga merupakan sumber informasi yang pertama kali didapatkan oleh anggota keluarga. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) keluarga juga mempunyai fungsi perawatan atau memelihara anggota keluarga yang sakit, fungsi ini untuk mempertahankan keadaan kesehatan keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. Menurut Friedman (2010), keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang segala hal. Keluarga dapat memberikan saran, sugesti dan informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Aspek-aspek yang termasuk dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari dkk,(2011) menyatakan salah satu dukungan yang sangat berperan dalam penyembuhan skizofrenia yaitu dukungan informasi. Keluarga merupakan sumber dukungan dan menjadi faktor kunci dalam skizofrenia residual. Walaupun anggota keluarga tidak selalu merupakan sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka sering menjadi bagian penting dalam penyembuhan (Kumfo, 1995 dalam Videbeck, 2003).

Penelitian yang dilakukan Nurdiana (2007), menyatakan ada hubungan antara peran keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia. Peran serta keluarga tentang skizofrenia dengan kategori tinggi sebanyak 10 orang (33,3%), kategori sedang sebanyak 17 orang (56,7%) dan rendah sebanyak 3 orang (10%). Data-data tersebut menunjukkan sebagian besar keluarga berperan dalam penyembuhan skizofrenia. Hal ini mungkin disebabkan informasi mengenai penyakit sudah banyak didapat keluarga melalui media informasi seperti koran, televisi, radio dan keluarga juga mendapatkan penyulahan yang diberikan perawat. Selain itu untuk tingkat

kekambuhan yang tinggi sebanyak 8 orang (26%) dan kekambuhan yang rendah sebanyak 22 orang (73,3%). Data tersebut menunjukkan tingkat kekambuhan klien skizofrenia rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor peran keluarga yang membuat keyakinan klien akan kesembuhan tentang dirinya meningkat, sehingga klien mempunyai semangat dan motivasi dalam proses penyembuhan dan rehabilitasi dirinya.

Masalah keperawatan yang ditemukan pada klien dengan skizofrenia residual adalah isolasi sosial, harga diri rendah (HDR) dan defisit perawatan diri. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan dengan orang lain (Yosep, 2009). Perilaku yang sering ditampilkan klien isolasi sosial adalahmenarik diri, kurang komunikasi, menyendiri, asyik dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak ada kontak mata, wajah sedih, afek tumpul, perilaku bermusuhan, menyatakan perasaan sepi atau ditolak kesulitan membina hubungan di lingkungannya, menghindari orang lain dan mengungkapkan perasaan tidak dimengerti orang lain (NANDA, 2012).

(3)

TUJUAN PENELITIAN

Mengetahui hubungan dukungan informasi keluarga dengan kemampuan klien mengatasi tanda dan gejala skizofrenia residual.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Responden yang digunakan berjumlah 78 klien dan 78 keluarga klien.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Dukungan Informasi Keluarga (N=78)

Dukungan Infromasi

Frekuensi Persentase (%)

Tidak mendukung 11 14,1

Mendukung 67 85,9

Jumlah 78 100

Sumber Data Primer, Desember 2015

Salah satu fungsi keluarga yaitu memberikan dukungan informasi bagi setiap anggota keluarganya. Dukungan informasi yang diberikan keluarga merupakan salah satu bentuk fungsi perawatan kesehatan keluarga terhadap anggota keluarga. Dukungan informasi bisa dalam bentuk saran, nasehat dan memberikan informasi penting yang dibutuhkan dalam upaya meningkatkan status kesehatan klien (Friedman, 2010).

Data menunjukkan bahwa dari 78 anggota keluarga klien, didapatkan hampir seluruh (85,9%) atau sebanyak 67 anggota keluarga memberikan dukungan informasi kepada klien. Hal ini dikarenakan keluarga telah mendapatkan informasi-informasi tentang penyakit yang diderita oleh klien dari berbagai sumber. Terutama ketika keluarga mengantar klien ke rumah sakit. Keluarga dan klien mendapatkan edukasi tentang minum obat secara teratur dan tidak boleh putus obat, serta cara perawatan klien di rumah, sehingga informasi tersebut dapat diterapkan kepada klien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari dkk,(2011) menyatakan salah satu dukungan yang sangat berperan dalam penyembuhan skizofrenia yaitu dukungan informasi. Ini menunjukkan fungsi keluarga dalam

memberikan dukungan informasi terlaksana dengan baik.

Anggota keluarga yang tidak memberikan dukungan informasi sangat sedikit responden (14,1 %).Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan dari berbagai sumber tidak dijalankan oleh anggota keluarga tersebut ataupun infromasi yang diterima belum terlalu dipahami oleh keluarga, sehingga untuk keluarga yang tidak memberikan informasi-informasi terkait dengan tanda dan gejala klien. Selain itu dikarenakan keluarga tersebut juga tidak mengerti tentang tanda dan gejala yang dialami oleh klien, serta apa yang harus dilakukan oleh kelurga bila tanda dan gejala tersebut. Sehingga keluarga tidak mengetahui informasi apa yang harus diberikan kepada klien. Penelitian oleh Hanzawa, et al (2010) tentang caregiver burden and coping strategies for patients with schizophrenia, bahwa caregiver beban caregiver yang terlalu tinggi karena harus merawat, kepedulian tetang sosial klien ini menjadi beban tersendiri bagi caregiver. Sehingga perawatan klien tidak terlalu optimal.

Copel (2007) menyatakan bahwa dukungan yang dapat diberikan oleh keluarga pada klien skizofrenia yaitu tidak merendahkan pentingnya perawatan dan tidak memfokuskan kemarahan mereka secara langsung kepada klien. Keluarga memberi dukungan tentang cara mengidentifikasi memburuknya penyakit dan bagaimana mengimplementasikan intervensi yang efektif jika penyakt tiba-tiba memburuk. Teori tersebut didukung dengan penelitian oleh Hanzawa et al, (2010) caregiver burden and coping strategies for patients with schizophrenia bahwa caregiver memberikan bimbingan terkait dengan rendahnya keinginan bersosialisasi, isolasi sosial, harga diri rendah dan perawatan kesehatan.

Variabel dukungan informasi keluarga salah satunya adalah dukungan informasi obat. Penelitian oleh Marquez & García(2011) tentang family caregivers monitoring of medication usage menuliskan bahwa keluarga berperan penting dalam menstabilisasi gejala untuk klien gangguan jiwa dan menjelaskan manfaat obat serta efek dari obat tersebut. Sehingga dalam intervensi dapat melibatkan keluarga untuk mendukung penggunaan obat psikiatri karena adanya efek samping obat.

(4)

18 dan klien mendapatkan edukasi tentang minum

obat secara teratur dan tidak boleh putus obat, serta cara perawatan klien di rumah, sehingga informasi tersebut dapat diterapkan kepada klien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari dkk,(2011) menyatakan salah satu dukungan yang sangat berperan dalam penyembuhan skizofrenia yaitu dukungan informasi. Ini menunjukkan fungsi keluarga dalam memberikan dukungan informasi terlaksana dengan baik.

Anggota keluarga yang tidak memberikan dukungan informasi sangat sedikit responden (14,1 %). Hal ini dikarenakan informasi yang didapatkan dari berbagai sumber tidak dijalankan oleh anggota keluarga tersebut ataupun infromasi yang diterima belum terlalu dipahami oleh keluarga, sehingga untuk keluarga yang tidak memberikan informasi-informasi terkait dengan tanda dan gejala klien. Selain itu dikarenakan keluarga tersebut juga tidak mengerti tentang tanda dan gejala yang dialami oleh klien, serta apa yang harus dilakukan oleh kelurga bila tanda dan gejala tersebut. Sehingga keluarga tidak mengetahui informasi apa yang harus diberikan kepada klien. Penelitian oleh Hanzawa, et al (2010) tentang caregiver burden and coping strategies for patients with schizophrenia, bahwa caregiver beban caregiver yang terlalu tinggi karena harus merawat, kepedulian tetang sosial klien ini menjadi beban tersendiri bagi caregiver. Sehingga perawatan klien tidak terlalu optimal.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Kemampuan Klien

Mengatasi Tanda dan Gejala Skizofrenia Residual (N=78)

Sumber Data Primer, Desember 2015

Data menunjukkan bahwa sebagian besar klien (74,4%) mampu mengatasi tanda dan gejala skizofrenia residual. Hal ini dikarenakan keluarga yang merawat klien mendukung klien dengan berbagai informasi agar klien mampu mengatasi tanda dan gejala yang dialami klien. Keluarga juga memberikan kebebasan bagi klien untuk melakukan hal yang disukai seperti berolahraga, membuat kerajinan tangan dan bekerja. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Makinen, at al(2008) tentang negative symptoms in skizofrenia, bahwa untuk mengatasi tanda dan gejala negatif psikoterapi memiliki peran penting pada pengobatan gejala negatif. Berdasarkan distribusi

klien dirawat, sebagian besar (79,5%) pernah dirawat, setelah kembali ke rumah klien melaksanakan kontrol secara teratur dibantu oleh keluarga klien. Klien selalu di antar oleh keluarga setiap kali melakukan kontrol, hal ini merupakan salah satu bentuk dari dukungan keluarga.

Klien yang tidak mampu mengatasi tanda dan gejala skizofrenia residual masih ditemukan yaitu 25,6%, hal ini dikarenakan klien mengalami putus obat, sehingga tanda dan gejala muncul kembali dan klien tidak dapat mengontrol tanda dan gejala tersebut. Selain itu keluarga tidak memberikan informasi-informasi yang terkait dengan sakit yang dialami klien. Dalam hal ini peran serta keluarga dalam membantu penyembuhan klien sangat dibutuhkan. Smith (2013) keluarga dapat mendukung atau mengingatkan pada klien tentang pengobatan secara teratur, keluarga juga dapat membuat kalender obat serta membuat catatan perkembangan klien. Sehingga bila gejala-gejala muncul kembali keluarga terlebih dahulu mengetahui. Hal tersebut tidak dilakukan oleh keluarga, sehingga tanda dan gejala dapat muncul kembali.

Kemampuan klien mengatasi tanda dan gejala skizofrenia dapat dilihat dari perilaku klien yang ditunjukkan. Dilihat dari item pertanyaan yang diisi oleh klien yaitu klien mampu mengatasi tanda dan gejala seperti mampu berpakaian sendiri, makan tepat waktu, minum obat sendiri tanpa harus diingatkan, mampu beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta mampu pergi sendiri ke mesjid. Hal ini sejalan dengan teori Street & Baltimore(2013) yang menuliskan, kemampuan klien dalam mengatasi tanda dan gejala dapat dilihat dari menghilangnya emosi negatif (takut), mampu membersihkan perabotan rumah, merapikan tempat tidur dan memasak, klien dapat mengatasi sikap apatis dan membuat rutinitas. Klien dapat mengatasi ciri-ciri kepribadian negatif dengan cara menjadi kurang menarik diri secara sosial dan tidak sensitif serta klien lebih percaya diri.

(5)

Analisa Bivariat

Tabel. 3 Distribusi Frekuensi

Hubungan Dukungan Informasi Keluarga dengan Kemampuan Klien Mengatasi Tanda dan Gejala Skizofrenia Residual (N=78)

Sumber Data Primer, Desember 2015

Data menunjukkan bahwa Hasil uji chi-square diperoleh p value = 0,005 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan informasi keluarga dengan kemampuan klien mengatasi tanda dan gejala skizofrenia residual.

Dukungan informasi merupakan salah satu dukungan yang dibutuhkan oleh klien yang mengalami skizofrenia residual. Dalam mengatasi tanda dan gejala, klien membutuhkan dukungan ini, sehingga dapat membantu klien dalam proses penyembuhan dari sakit yang dialami. Hal ini sejalan dengan Ambari (2010) bahwa dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan.

Pendapat diatas diperkuat oleh pernyataan dari Commission on the Family Dolan dkk, 2006 bahwa dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh dengan tekanan.

Nurdiana dkk(2007) tentang korelasi peran serta keluarga terhadap tingkat kekambuhan klien skizofrenia, bahwa dukungan keluarga yang tinggi dapat disebabkan oleh karena keluarga telah banyak memperoleh informasi mengenai penyakit skizofrenia melalui media informasi (koran, televisi dan radio) dan orang lain (teman dan kerabat). Keluarga juga mendapatkan edukasi yang diberikan oleh RSJ (rumah sakit jiwa). Edukasi ke keluarga diberikan dalam bentuk liflet dan juga penjelasan

langsung oleh tim kesehatan RSJ dengan tujuan untuk membantu keluarga dalam menangani, merawat dan membimbing pasien ketika pasien keluar dari rumah sakit.

Penelitian oleh Kulhara, et al(2010) tentang Needs of indian schizophrenia patients bahwa kebutuhan klien gangguan jiwa yaitu tentang kebutuhan akan pengobatan, pendidikan, perawatan diri, keterampilan rumahtangga dan kesehatan fisik. Adanya bantuan untuk mengenal gejala psikotik, tekanan psikologis serta informasi tentang kondisi dan pengobatan gejala fisik. Pernyataan tentang aktivitas keagamaan klien. Rata-rata klien menjalani aktivitasa ibadah. Shah, et al(2011)

tentang relationship between

spirituality/religiousness and coping in patients with residual schizophrenia adapunspiritual, agama atau kepercayaan pribadi ini meningkatkan keterampilan koping aktif dan adaptif pada klien dengan gejala sisa skizofrenia. Memahami dan menjalakan spiritualitas dan kegiatan keagamaan, dapat membantu klien dengan skizofrenia dalam penanganan yang lebih baik dari gangguan tersebut.

Hasil penelitian keluarga yang tidak memberi dukungan tetapi mampu adalah sebagian kecil responden (36,4%), hal ini mungkin dikarenakan klien tidak mendapat dukungan informasi dan tidak melaksanakannya dan juga klien yang mengalami putus obat. Putus obat ini dialami dikarenakan adanya efek samping obat yang begitu mengganggu klien. Sehingga untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari menjadi sulit dan tetap pada pikiranya sendiri. Dalam hal ini keluarga berperan penting dalam memperhatikan tanda dan gejala yang di alami oleh klien.

Hal ini juga bisa dikarenakan klien tidak mendapatkan penerimaan dari lingkungan sehingga klien merasa dirinya kurang berharga. Penelian Mestdagh & Hansen (2014) tentang stigma in patien with schizophrenia receiving community mental health care bahwa klien yang diperlakukan dengan tanpa rasa hormat dan tidak menerimainformasi yang tepat mengenai penyakit dan pengobatan. Mestdagh & Hansen sebanyak 18 kasus, klien tidak diperbolehkan untuk mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan. Sehingga klien tidak ikut serta dalam perawatan kesehatan.Perlunya edukasi yang mendalam tentang pemeberian obat, tanda dan gejala yang akan muncul serta membuat catatan perkembangan agar dapat mengetahui tanda dan gejala kekambuhan sebelum klien sadari.

(6)

20 SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

1. Dukungan informasi keluarga pada anggota keluarga klien skizofrenia residual didapatkan hampir seluruh responden memberikan dukungan informasi.

2. Klien skizofrenia residual didapatkan sebagian besar mampu mengatasi tanda dan gejala skizofrenia residual.

3. Ada hubungan yang bermakna antara dukungan informasi dengan kemampuan klien mengatasi tanda dan gejala skizofrenia residual.

SARAN

1. Memberikan penyuluhan di masyarakat terutama pada keluarga dan klien agar penderita skizofrenia tidak terjadi berulang. 2. Memberikan edukasi dengan disertakan

membuat jadwal pengobatan dan membuat catatan perkembangan klien ataupun membuat buku panduan pengobatan dimana isi dari buku panduan adalah jadwal pengobatan, tanda dan gejala yang muncul, waktu minum obat dalam sehari. Sehingga klien dan keluarga dapat mengetahui apa saja perkembangan yang telah di dapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

Copel, Linda Carman. (2007). Kesehatan Jiwa dan

Psikiatri: Pedoman Klinik

Perawat, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran

Duckworth Ken, M D &. (2013).Mentall Illness

Facts and Numbers of

Americans Affected by Mental, National Alliance

on Mental Illness

(NAMI),

[http://www2.nami.org/factsheets/mentalillness_fac tsheet.pdf],

(diunduh tanggal 13 Okt 2015)

Farokhnia, M., Sabzabadi, M., Pourmahmoud, H.,

Khodaie-Ardakani, M.,

Hosseini, S., Yekehtaz, H., & ... Akhondzadeh, S.

(2014). A double-blind,

placebo controlled, randomized trial of riluzole as

an adjunct to risperidone

for treatment of negative symptoms in patients

with chronic

schizophrenia. Psychopharmacology, 231(3),

533-542. doi:10.1007/s00213-

013-3261-z, Academic Search Premier,

EBSCOhost, (viewed 24 January

2016)

Friedman, Marlyn M. (2010).Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, EGC

Hamaideh, S, Al-Magaireh, D, Abu-Farsakh, B, &

Al-Omari, H.(2014).'Quality

of life, social support, and severity of psychiatric

symptoms in Jordanian

patients with schizophrenia', Journal Of Psychiatric

& Mental Health

Nursing, 21, 5, pp. 455-465, Health Source:

Nursing/Academic Edition,

EBSCOhost, (viewed 20 October 2015)

Hanzawa, S., Jeong-Kyu, B., Tanaka, H., Yong Jun, B., Tanaka, G., Inadomi, H., & ... Ohta, Y. (2010). Caregiver burden and coping

strategies for patients

with schizophrenia: Comparison between Japan

and Korea. Psychiatry &

Clinical Neurosciences, 64(4), 377-386. doi:10.1111/j.1440-

1819.2010.02104, Academic Search Premier,

EBSCOhost, (viewed 8

January2016)

Keltner, Norman L. Schwecke, Lee H dan Bostrom, Carol E.(2007). Psychiatric Nursing, United Seates of America, Mosby Elsevier

Kenneth S dan Kendler, M D. (1999). Long-Term

Care of an Individual With

Schizophrenia:Pharmacologic, Psychological and

Social Factors, Journal of

Am J Psychiatry, 156:1, pp. 124-128, From the

Departemen of Psychiatry,

(viewed 31October 2015)

Kulhara, P., Avasthi, A., Grover, S., Sharan, P., Sharma, P., Malhotra, S., & Gill, S. (2010). Needs of Indian schizophrenia patients:

an exploratory study from

India. Social Psychiatry & Psychiatric

Epidemiology, 45(8), 809-818.

doi:10.1007/s00127-009-0126-1, Academic Search

Premier, EBSCOhost,

(viewed 14 January 2016)

Makinen, J., Miettunen, J., Isohanni, M., &

Koponen, H. (2008). Negative

symptoms in schizophrenia—A review. Nordic

Journal Of Psychiatry, 62(5),

334-341.

doi:10.1080/08039480801959307,Academic

Search Premier,

EBSCOhost, (viewed 14 January 2016)

Marquez, J. A., & García, J. R. (2011). Family

(7)

Medication Usage: A Qualitative Study of

Mexican-Origin Families with

Serious Mental Illness. Culture, Medicine &

Psychiatry,35(1), 63-82.

doi:10.1007/s11013-010-9198-3, Academic Search

Premier, EBSCOhost,

(viewed 14 January 2016)

Mestdagh, A., & Hansen, B. (2014). Stigma in

patients with schizophrenia

receiving community mental health care: a review

of qualitative

studies. Social Psychiatry & Psychiatric

Epidemiology, 49(1), 79-87.

doi:10.1007/s00127-013-0729-4, Academic Search

Premier, EBSCOhost,

(viewed 14 January 2016)

Muhith & Nasir.(2011).Dasar-dasr Keperawatan Jiwa, Jakarta, Salemba Medika

Noroozian, M., Ghasemi, S., Hosseini, S., Modabbernia, A., Khodaie-Ardakani, M., Mirshafiee, O., & ... Akhondzadeh, S. (2013).

A placebo-controlled

study of tropisetron added to risperidone for the

treatment of negative

symptoms in chronic and stable schizophrenia. Psychopharmacology, 228(4), 595-602.

doi:10.1007/s00213-013-3064-2, Academic Search

Premier, EBSCOhost,

(viewed 24 January 2016)

Nurdiana. Syafwani dan Umbransyah. (2007).

KorelasiPeran Serta Keluarga

Terhadap Tingkat KekambuhanKlienSkizofrenia, JurnalIlmiah

Keperawatan, Volume 3, No 1,

STIkesMuhammadiyah Banjarmasin, [http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/ 28/jtstikesmuhgo-gdl-

nurdianasy-1368-2-hal.1-10.pdf] (diunduhtanggal 20 November 2015)

Perivoliotis, D., & Cather, C. (2009). Cognitive behavioral therapy of negative symptoms. Journal Of Clinical Psychology, 65(8), 815-830.

doi:10.1002/jclp.20614, Academic Search Premier,

EBSCOhost, (viewed 24

January 2016)

Permatasari, Linda. Sriati Aat dan Widiastuti,

Metty. (2011). Gambaran

Dukungan Sosial yang Diberikan Keluarga Dalam

Perawatan Penderita

Skizofrenia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Jiwa Provinsi Jawa Barat,

E-Journal, pp: 1-12, Bandung, Fakultan Ilmu

Keperawatan Universitas

Padjajaran,

[http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/viewFile/ 735/781],

(diunduh tanggal 09 Oktober 2015)

Pratiwi, Ratih Putri.(2012).Skizofrenia, Jurnal

Online Kajian Psikologi;ISSN

977-230211600, 2012,

[http://psikologi.or.id/?s=Skizofrenia&x=9&y=2] (diunduh tanggal 13 Okt 2015)

Shah, R., Kulhara, P., Grover, S., Kumar, S., Malhotra, R., & Tyagi, S. (2011). Relationship between spirituality/religiousness and

coping in patients with

residual schizophrenia. Quality Of Life

Research, 20(7), 1053-1060.

doi:10.1007/s11136-010-9839-6, Academic Search

Premier, EBSCOhost,

(viewed 14 January 2016)

Smith, Brian.(2013).Helpful Hints about Schizophrenia for Family Members and

Others, Psych Central,

[http://psychcentral.com/lib/helpful-hints-about-

schizophrenia-for-family-members-and-others/] (diunduh tanggal 6 Nov

2015)

Smith, Melinda dan Segal, Jeanne. (2015).Helping

a Person with Schizophrenia,

United Amerika Serikat, Help Guide [http://www.helpguide.org/articles/schizophrenia/h elping-a-person-with

Referensi

Dokumen terkait

Prosentase tumbuh plantlet dihitung dari total plantlet yang hidup sehat dibagi planlet yang ditanam sesuai perlakuan kerapatan dikali 100%, pada tabel 2

Dari hasil pengujian, program penampil digital daya reaktor berhasil menampilkan daya reaktor dari orde kW sampai dengan MW dan perhitungan faktor konversi

berlangsung maka metode yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini.. adalah menggunakan metode deskriptif dengan

“ Tadi seperti wisata religi yang saya kunjungi ada beberapa hotel syariah di Denpasar yang okupanisnya di atas 90%, ada bebrapa rumah makan halal yamg selalu dikunjungi saya

Didukung dengan model bisnis franchise yang akan mengurangi biaya operasional operator, maka desain ini dapat menjadi peluang bisnis baru bagi operator eksisting

Berdasarkan tahapan evaluasi penawaran seleksi sederhana yang telah dilaksanakan Pokja Konstruksi II ULP Kabupaten Bangka Selatan, dengan ini kami mengundang saudara untuk

Selanjutnya akan dikaji alasan Tiongkok dan Amerika Serikat yang merupakan negara adidaya mau untuk melakukan kerja sama dengan Filipina yang bukan merupakan negara besar

Tanggamus dalam perencanakan pembelajaran menurut kepala sekolah, pengawas dan siswa sebanyak 96 orang responden menunjukan 14,58% atau 14 orang dalam katagori