• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integration Methode of Circle Hough Transform, 2DPCA and Artificial Neural Network for Recognition Model of Wheel Vehicle

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Integration Methode of Circle Hough Transform, 2DPCA and Artificial Neural Network for Recognition Model of Wheel Vehicle"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

2DPCA

A DAN JA

PEN

IN

ARINGAN

NGENAL

SRI

SEKOL

NSTITUT

N SYARA

LAN ROD

I DIANIN

LAH PASC

T PERTA

BOGO

2012

AF TIRUA

DA KEND

NG ASRI

CARJAN

ANIAN BO

OR

2

AN UNTU

DARAAN

NA

OGOR

UK MOD

N

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Integrasi Metode Circle Hough Transform, 2DPCA dan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Model Pengenalan Roda Kendaraan adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2012

(3)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(4)

SRI DIANING ASRI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Komputer pada

Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)
(6)

Judul Tesis : Integrasi Metode Circle Hough Transform, 2DPCA dan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Model Pengenalan Roda Kendaraan

Nama Mahasiswa : Sri Dianing Asri Nomor pokok : G651100021

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom Faozan, S.Si, M.Si Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Komputer

Dr.Yani Nurhadryani S.Si, M.T Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(7)
(8)

SRI DIANING ASRI. Integration Methode of Circle Hough Transform, 2DPCA and Artificial Neural Network for Recognition Model of Wheel Vehicle. Superviced by AGUS BUONO, and FAOZAN.

(9)

SRI DIANING ASRI. Integrasi metode Circle Hough Transform, 2DPCA dan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Model Pengenalan Roda Kendaraan. Dibimbing oleh AGUS BUONO, dan FAOZAN.

Deteksi dan pengenalan kendaraan merupakan hal penting dalam sistem transportasi seperti analisa arus lalu lintas dan kebijakan pentarifan. Ciri pengenal yang dapat diambil untuk proses pengenalan kendaraan dari suatu citra digital berupa komponen kendaraan seperti, plat nomor, bentuk kendaraan, ataupun roda.

Roda merupakan komponen yang selalu ada pada setiap kendaraan, baik kendaraan itu berupa bus, mobil ataupun truk pasti memiliki roda dengan bentuk yang sama. Jika suatu roda dapat dideteksi dan dikenali maka klasifikasi kendaraan dapat ditentukan.

Penelitian ini menggunakan citra roda kendaraan yang diambil dari samping. Citra diambil dari perangkat kamera digital pada kondisi cerah pada waktu pagi dan siang hari. Deteksi citra roda kendaraan menggunakan Circle Hough Transformation (CHT) sebagai pengenal pola lingkaran. setelah pola lingkaran ditemukan dan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu roda dan non roda, kemudian direduksi dengan metode 2DPCA. Untuk pengenalan roda kendaraan dilakukan dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik.

Citra kendaraan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 225 citra dibagi menjadi dua yaitu untuk pelatihan (Data Latih) sebesar 80% atau 180 citra dan sisanya untuk pengujian sebanyak 45 citra (Data Uji). Citra kendaraan melalui pemrosesan awal terlebih dahulu untuk menyiapkan citra meliputi pengubahan citra asli dalam RGB ke citra keabuan, setelah itu dipotong (cropping) secara horisontal pada bagian atas dan bagian bawah untuk mengurangi waktu pemrosesan dan membuang bagian citra lain yang tidak dibutuhkan. Pengurangan noise yang muncul pada citra, dilakukan dengan proses smoothing menggunakan filter average ukuran 5x5.

Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Propagasi Balik menggunakan sebuah lapisan masukan, sebuah hidden layer dan sebuah lapisan keluaran. Masukan berasal dari citra yang telah melalui proses reduksi 2DPCA sedangkan keluaran memiliki satu target yaitu roda. Pelatihan JST Propagasi Balik menggunakan Data Latih dengan memvariasikan neuron pada hidden layer. Pengujian JST Propagasi Balik dilakukan dengan menggunakan Data Uji pada neuron hidden layer terbaik yang diperoleh pada tahapan pelatihan. Penelitian ini juga melakukan pengujian Data Uji yang diberi variasi Gaussian Noise dan Data Uji yang diberi lingkaran palsu dibagian tengah roda.

Hasil pengujian meliputi prosentase keberhasilan deteksi lingkaran dengan CHT, prosentase keberhasilan pengenalan JST, prosentase miss (roda tidak dikenali JST) dan prosentase false alarm rate (objek bukan roda dikenali sebagai roda oleh JST).

(10)

Alhamdulillahirobbil’alamin Segala Puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah serta kemudahan sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga beliau, sahabat beliau dan para pengikut beliau sampai akhir jaman.

Penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir Agus Buono, M.Si, M.Kom dan Faozan, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing Penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ungkapan terima kasih juga Penulis haturkan kepada para Dosen dan seluruh pegawai di lingkungan Departemen Ilmu Komputer IPB.

Salam sayang tiada tara Penulis haturkan kepada Bapak, Mami, Mas Wawan, Mbak Andri, Bunbun, Wiwi, dan Chaca tercinta atas bantuan dan dukungan serta doanya.

Terakhir, special thank’s to : P Kodar, P Dedi, Teh Ana, Teh Kania, Ami, Prita, Mbak Yudith, Mila, Gibtha, Mbak Vera, Sari, Husna, Yustin, Safar, P Komar, P Ilyas, Asep, Mr. Ghani, Fikri, P Andy, P Irwan and Imam atas waktu, bantuan dan motivasinya, bersama kalian Penulis banyak belajar arti persahabatan. Semoga Alloh menjaga tali persaudaraan ini selamanya.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam tesis ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan untuk memperbaiki tesis ini. Atas perhatian Penulis ucapkan terima kasih.

Bogor, September 2012

(11)

Winulyo dan Siti Dalilah sebagai anak kedua dari empat bersaudara.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

Manfaat Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Citra Digital ... 3

Citra RGB dan Derajat Keabuan (Gray Scale) ... 4

Smoothing ... 5

First Derivative Operator (Operator Derivatif Pertama) ... 6

Thresholding ... 6

Hough Transform ... 6

Circle Hough Transform (CHT) ... 7

Algoritma Titik Tengah ... 8

Two DimensionPrincipal Component Analysis (2DPCA) ... 9

Jaringan Syaraf Tiruan ... 11

Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik ... 12

Fungsi Aktivasi ... 13

Algoritma Pelatihan ... 13

Kejadian Biner (Binary Events) ... 16

METODE PENELITIAN ... 18

Kerangka Penelitian ... 18

Pengumpulan Data Citra ... 19

Pemrosesan Awal ... 19

Tahapan Pelatihan ... 19

Tahapan Pengujian ... 22

Evaluasi Hasil ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Pemrosesan Awal ... 24

(14)

SIMPULAN DAN SARAN...36

DAFTAR PUSTAKA...37

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Empat kemungkinan keluaran pada kejadian biner ... 16 

2 Parameter-Parameter CHT ... 20 

3 Parameter-Parameter Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik  ... 21 

4 Nilai optimum untuk parameter-parameter CHT ... 28 

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Transformasi nilai piksel RGB ke citra keabuan ... 4 

2 Filter mask3 5 ... 5 

3 Matriks 3 5 dengan filter mask yang sesuai ... 5 

4 Lingkaran dan titik-titik tepi lingkaran ... 7 

5 Pencarian titik tengah lingkaran ... 8

6 Identifikasi objek ... 9

7 Model matematis nonlinier dari neuron dengan bias ... 11 

8 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik ... 12 

9 Fungsi aktivasi sigmoid biner dengan range (0,1) ... 13 

10 Sistem pengenalan roda kendaraan ... 18 

11 Filter average ukuran 5x5. ... 19 

12 Arsitektur JST Propagasi Balik untuk pengenalan roda kendaraan ... 21 

13 Citra asli dimensi 640x480 piksel ... 24 

14 Citra setelah pemrosesan awal ... 24 

15 Nilai optimum parameter RadiusFilter LM. ... 25 

16 Nilai optimum parameter Gradient Threshold ... 26 

16 Deteksi lingkaran dengan nilai parameter multirad berbeda. ... 26 

18 Nilai optimum parameter Multirad dan nilai minimal Radrange ... 27 

19 Nilai maksimal untuk parameter Radrange ... 27 

20 Hasil deteksi lingkaran CHT ... 28 

21 Citra roda dan bukan roda sebelum normalisasi ... 29 

22 Citra roda dan bukan roda setelah normalisasi ... 29 

23 Lingkaran berwarna merah tanda roda dikenali oleh JST ... 30 

24 Lingkaran roda yang tidak dikenali JST. ... 30 

25 Objek bukan roda dikenali sebagai roda ... 31 

26 Hasil pengujian JST dengan Data Uji ... 31

27 Pengujian kendaraan tiga gandar ... 32 

28 Citra dengan berbagai varians Gaussian Noise ... 32 

(17)
(18)
(19)

 

1 Hasil Deteksi Lingkaran CHT untuk Data Latih ... 39 

2 Akumulasi Prosentase Informasi 2DPCA ... 41 

3 Pelatihan dan Pengujian JST untuk Data Latih ... 42 

4 Pengujian JST untuk Data Uji ... 43 

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Deteksi dan pengenalan kendaraan merupakan hal yang penting dalam

sistem transportasi seperti analisa arus lalu lintas dan kebijakan pentarifan.

Pengenalan kendaraan dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengolahan citra

digital. Citra berasal dari seperangkat kamera digital ataupun kamera video. Ciri

pengenal yang dapat diambil untuk proses pengenalan kendaraan dari suatu citra

digital berupa komponen kendaraan seperti, plat nomor, bentuk kendaraan,

ataupun roda.

Roda merupakan komponen yang selalu ada pada setiap kendaraan, baik

kendaraan itu berupa bus, mobil ataupun truk pasti memiliki roda dengan bentuk

yang sama. Jika suatu roda dapat dideteksi dan dikenali maka pengenalan dan

klasifikasi kendaraan dapat ditentukan. Citra roda dapat diambil dari depan,

belakang ataupun samping (side view).

Pengolahan citra digital untuk pengenalan klasifikasi kendaraan yang sudah

ada, mendasarkan pada citra plat nomor kendaraan. Teknik ini sangat baik, akan

tetapi masih memiliki kekurangannya seperti standarisasi penomoran, plat kotor,

rusak, palsu, atau dilapisi plastik tertentu sehingga menyulitkan pembacaan.

Untuk itu penelitian mengenai pengenalan kendaraan melalui komponen

kendaraan lainnya seperti roda kendaraan banyak dilakukan.

Pemrosesan citra roda yang diambil dari samping telah dilakukan oleh Ofer

Achler & Mohan M. Trivedi, tahun 2003 mendeteksi roda kendaraan yang

diambil dari kamera rectilinier dengan menggunakan metode Gaussian

Filterbank, PCA dan Gaussian Mixture dengan tingkat keberhasilan 70%,

kemudian melanjutkan penelitiannya pada tahun 2004 mendeteksi roda dari

kendaraan bergerak yang diambil dari kamera omnidireksional dengan

menggunakan metode 2D Filterbanks dan Gaussian Mixture dengan tingkat

keberhasilan pengenalan sebesar 78%. Penelitian terkait berikutnya dilakukan

oleh Yu Fai Fung et al, 2006 mendeteksi jenis kendaraan dijalan tol melalui roda

(21)

yang digunakan adalah Hough Transform, deteksi Canny, Sobel Filtering dan

Haar Wavelet, hasil yang dicapai berupa waktu deteksi roda kendaraan.

Penelitian ini menggunakan citra roda kendaraan yang diambil dari

samping. Citra diambil dari perangkat kamera digital pada kondisi cerah pada

waktu pagi dan siang hari. Citra roda kendaraan dideteksi menggunakan Circle

Hough Transformation (CHT). Transformasi ini mampu mengenali objeknya

berdasarkan batas-batasnya dan tahan terhadap noise, setelah pola lingkaran

ditemukan dan dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu roda dan non roda,

kemudian direduksi dengan metode 2DPCA. Untuk pengenalan roda kendaraan

dilakukan dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah model pengenalan roda

kendaraan menggunakan tiga metode yaitu, Circle Hough Transform, 2DPCA

dan Jaringan Syaraf Tiruan.

Ruang Lingkup Permasalahan

Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini adalah mendeteksi dan

mengenali roda kendaraan menggunakan Cycle Hough Transform (CHT) sebagai

deteksi lingkaran roda, 2DPCA sebagai ekstrasi ciri dan Jaringan Syaraf Tiruan

Propagasi Balik sebagai pengenal pola. Citra kendaraan berasal dari kendaraan

yang diambil dari samping (side view) menggunakan kamera digital dengan

dimensi 8 yang diambil pada waktu pagi dan siang hari pada kondisi

cerah. 

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberikan hasil pengenalan roda kendaraan

yang dapat dikembangkan untuk sistem pengenalan kendaraan berdasarkan jarak

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas teori-teori yang mendasari penelitian ini.

Dimulai dari teori dan konsep citra digital, deteksi pola lingkaran dengan Circle

Hough Transform (CHT), ekstrasi ciri pola lingkaran menggunakan Two

Dimension Principle Component Analysis (2DPCA) serta proses pengenalan roda

kendaraan dengan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik.

Citra Digital

Citra digital merupakan sebuah larik (array) berisi nilai-nilai riil maupun

kompleks yang dapat direpresentasikan dengan deretan bit tertentu, yang

didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi f(x,y) berukuran matriks M kali N,

dimana M adalah baris dan N adalah kolom serta x dan y adalah pasangan

koordinat spasial (Gonzales, et al 2004).

Nilai f pada titik koordinat (x,y) disebut sebagai skala keabuan (gray level)

atau intensitas dari citra digital pada koordinat koordinat tersebut. Apabila nilai x,

y dan f secara keseluruhan berhingga dan bernilai diskrit maka citra tersebut

merupakan citra digital.

Citra digital direpresentasikan dalam bentuk matriks persegi yang

mewakili ukuran dari citra tersebut. Misalkan terdapat sebuah citra digital dengan

ukuran MxN, maka citra dapat direpresentasikan dalam sebuah matriks berukuran

MxN sebagai berikut:

, , , ,

, , , ...(1)

Persamaan matriks diatas memperlihatkan irisan antara baris dan kolom

(pada posisi x dan y) dikenal dengan nama picture elemen (pixel). Pixel memiliki

intesitas yang dapat dinyatakan dengan bilangan dengan rentang tertentu, dari

nilai minimum sampai maksimum. Jangkauan yang digunakan berbeda-beda

(23)

Citra RGB dan Derajat Keabuan (Gray Scale)

Citra RGB dan derajat keabuan merupakan format warna pada citra

digital. Citra warna RGB memiliki kombinasi warna Red(R), Blue(B), dan

Green(G) disetiap pikselnya. Setiap komponen RGB memiliki intensitas dengan

nilai minimal 0 dan maksimal 255 (8 bit). Setiap piksel pada citra RGB

membutuhkan 3 Byte untuk media penyimpanan, sehingga kemungkinan jumlah

kombinasi citra RGB adalah lebih dari 16 juta warna.

Citra keabuan merupakan citra digital yang hanya memiliki sebuah kanal

pada setiap pixel, dengan kata lain bagian warna Red(R) sama dengan bagian

Green(G) sama dengan bagian Blue(B) (Gonzales et al, 2004). Derajat keabuan

merupakan warna abu dengan berbagai tingkatan dari warna hitam (minimum) ke

putih (maksimum). Jumlah maksimum warna terdiri atas 4 bit dan 8 bit. Citra

dengan derajat keabuan 4 bit memiliki 16 kemungkinan warna, yaitu 0 sampai 15.

Setiap pixel citra dengan nilai intensitas keabuan 8 bit sehingga terdapat 256

kombinasi nilai dimulai dari 0 sampai dengan 255. Persamaan berikut

memperlihatkan konversi citra RGB ke dalam citra keabuan (Qur’ania 2012) :

, , , , ...(2)

Persamaan (2) akan memetakan fungsi , yang merupakan nilai piksel citra

RGB menjadi fungsi keluaran , sebagai citra keabuan. Gambar 1

memperlihatkan perubahan nilai piksel RGB ke derajat keabuan.

, R= 50 G= 60 B= 40 R= 55 G= 70 B= 55 R= 35 G= 50 B= 50 R= 70 G= 80 B= 60

50 60 45 70

R= 55 G= 70 B= 55 R= 55 G= 65 B= 45 R= 45 G= 60 B= 60 R= 60 G= 30 B= 45

60 55 55 45

R= 50 G= 50 B= 50 R= 50 G= 60 B= 40 R= 70 G= 70 B= 70 R= 70 G= 45 B= 50

50 50 70 55

Citra RGB Citra keabuan

(24)

Smoothing

Smoothing citra masukan dilakukan dengan maksud untuk mengurangi

respons sistem terhadap noise atau menyiapkan citra untuk proses segmentasi.

Banyak jenis algoritma smoothing dengan menggunakan linear filter ataupun

non-linear filter. Smoothing dengan menggunakan linear filter mengacu pada Low

Pass Filter (LPF).

Penapis rata-rata (average filter) merupakan salahsatu LPF yang

digunakan untuk mengurangi detil yang ‘irrelevant’ dalam suatu citra. Secara

umum average filter dapat diberi bobot tertentu dengan maksud untuk

mengurangi noise dalam proses smoothing. untuk menapis citra berukuran

dengan filter mask (selubung penapis) terbobot ukuran diberikan dalam

persamaan berikut: (Gonzales, et al 2002)

, ∑ , , , ...(3)

dengan dan . persamaan diatas digunakan untuk

, , , … . , dan , , , … . , . Gambar 2 memperlihatkan filter

mask 3 5 dan matriks 3 5 dengan nilai piksel yang sesuai dengan filter mask

tersebut (Gambar 3).

W(-1,-2) W(-1,-1) W(-1,0) W(-1,1) W(-1,2)

W(0,-2) W(0,-1) W(0,0) W(0,1) W(0,2)

W(1,-2) W(1,-1) W(1,0) W(1,1) W(1,2)

Gambar 2 Filter mask3 5.

f(x-1,y-2) f(x-1,y-1) f(x-1,y) f(x-1,y+1) f(x-1,y+2)

f(x,y-2) f(x,y-1) f(x,y) f(x,y+1) f(x,y+2)

f(x+1,y-2) f(x+1,y-1) f(x+1,y) f(x+1,y+1) f(x+1,y+2)

(25)

First Derivative Operator (Operator Derivatif Pertama)

Dalam deteksi tepi, proses smoothing saja terkadang tidak cukup, untuk itu

diperlukan kombinasi antara teknik smoothing dengan algoritma derivatif, hal ini

dilakukan untuk meningkatkan akurasi serta mengurangi respons ganda terhadap

suatu tepi.

Derivatif pertama dalam pemrosesan citra menerapkan magnitudo gradien.

Untuk fungsi , gradien dari f pada koordinat (x,y) didefinisikan sebagai

vektor kolom dua dimensi sebagai berikut:

...(4)

Sedangkan untuk magnitudo dari vektor tersebut diberikan dalam

persamaan berikut:

/

⁄ ...(5)

Thresholding

Walaupun citra awal telah mengalami smoothing dan filtering pada tahap

awal, masih saja memungkinkan bagi keluaran tahapan sebelumnya mengalami

kesalahan disebabkan oleh noise. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dilakukan

thresholding. Melalui penetapan nilai threshold (nilai ambang), maka nilai yang

berada dibawah nilai ambang akan diabaikan.

Hough Transform

Hough Transform (HT) merupakan suatu teknik ekstrasi fitur yang

dipergunakan untuk menentukan lokasi suatu bentuk dalam citra. HT

diperkenalkan oleh Paul Hough pada 1962. Rosenfeld (1969) menggunakannya

sebagai salah satu algoritma pemrosesan citra, kemudian tahun 1972 Duda, et al

menerapkan HT untuk mendeteksi garis dalam citra.

HT telah dikembangkan untuk mendeteksi bentuk-bentuk umum dalam

(26)

terdapat garis dan kurva potensial yang tak terhitung jumlahnya pada suatu citra

yang melalui titik mana saja pada berbagai ukuran dan orientasi. Tujuan

transformasi adalah untuk menemukan garis dan kurva yang melewati banyak

titik-titik (features) dalam citra, yaitu garis dan kurva terdekat yang paling sesuai

dengan data dalam citra. Kelebihan HT adalah tahan terhadap gangguan (noise

robust) dan kemampuannya untuk mengekstrasi garis maupun kurva bahkan

dalam suatu area dengan ketidakhadiran piksel (pixel gaps) (Argialas &

Mavrantza 2004).

Circle Hough Transform (CHT)

HT dapat didefinisikan menggunakan persamaan lingkaran. Persamaan

lingkaran tersebut dapat dilihat pada persamaan 6. Persamaan ini mendefinisikan

lingkaran sebagai semua titik , yang berada pada radius r terhadap titik pusat

, . Persamaan lingkaran yang umum adalah:

...(6)

Pada metode hough circle, setiap titik tepi mendefinisikan lingkaran dalam

ruang akumulator (accumulator space) dengan tiga buah parameter lingkaran

yaitu, , , dan r. Setiap titik tepi , dapat dihitung menggunakan persamaan

berikut:

cos ...(7) sin ...(8)

Lingkaran ini diperoleh dari nilai kemungkinan radius dan lingkaran

dipusatkan pada koordinat dari setiap titik tepi seperti diperlihatkan pada Gambar

4 berikut:

(27)

Algoritma Titik Tengah

Tahapan-tahapan pencarian titik tengah dalam pencarian lingkaran dengan

CHT adalah sebagai berikut :

1. Pencarian lingkaran dimulai dengan suatu titik pada gambar yang bukan

background.

2. Diasumsikan titik tersebut terdapat pada tepi dari suatu lingkaran

3. Kemudian dilakukan proses pencarian titik tengah dari lingkaran tersebut,

yaitu dengan langkah-langkah (Gambar 5) sebagai berikut:

 

Gambar 5 Pencarian titik tengah lingkaran.

a. Telusuri gambar kebawah sampai menemukan tepi lingkaran sambil

menghitung jarak ketepi lingkaran tersebut. Jika ada, maka diperoleh

informasi mengenai titik tengah dari tinggi lingkaran, yaitu dari titik

awal pergerakan ditambah dengan jarak/2. Jika tidak maka objek

bukan lingkaran.

b. Titik tengah yang diperoleh pada langkah sebelumnya belum tentu

merupakan titik tengah dari lingkaran, tetapi hanya titik tengah dari

tinggi lingkaran. Jadi selanjutnya akan dicari titik tengah dari lebar

lingkaran.

c. Dari titik tengah yang diperoleh pada (b), telusuri gambar ke kanan

sampai menemukan tepi sambil menghitung jarak ke tepi lingkaran

tersebut. Jika ada, maka diperoleh informasi mengenai titik tengah dari

lebar lingkaran, yaitu dari titik awal pergerakan ditambah dengan

(28)

d. Diperoleh informasi titik tengah dan radius dari objek tersebut.

4. Jika radius lebih besar dari threshold, maka dilakukan identifikasi objek.

5. Identifikasi objek dilakukan sebagai berikut (Gambar 6) :

 

Gambar 6 Identifikasi objek.

a. Lakukan rotasi 3600 berlawanan arah jarum jam, yaitu dengan

menggunakan loop.

b. Untuk setiap iterasi, hitung titik , , yaitu titik yang berjarak radius

r dari titik pusat dan memiliki sudut yang bersesuaian dengan ietarsi

yang dilakukan.

c. Pada titik tersebut dan pada n-tetangga disekitarnya (n adalah toleransi

ketetanggaan), dilakukan pemeriksaan. Nilai n ini bergantung pada

radius objek yaitu, semakin besar radius objek, maka semakin besar

nilai n, dan sebaliknya. Jika salah satu dari titik tersebut merupakan

titik tepi, maka iterasi dilanjutkan. Jika tidak satupun dari titik-titik

tersebut yang merupakan titik tepi, maka objek bukan lingkaran,

d. Jika iterasi berakhir dengan sukses, maka objek adalah lingkaran.

Two Dimension Principal Component Analysis (2DPCA)

Principal Component Analysis (PCA) merupakan salah satu metode

analisis peubah ganda yang mereduksi dimensi data tanpa harus kehilangan

informasi yang berarti (Buono & Irmansyah 2009). Peubah hasil transformasi

merupakan kombinasi linear dari peubah asli dan tidak terkorelasi antar

(29)

ekstrasi fitur yang digunakan secara luas dalam pengolahan sinyal dan pengenalan

pola. Sirovich dan Kirby pertama kali menggunakan PCA dalam

merepresentasikan citra wajah orang (Yang, et al 2004).

Menurut Yang, et al teknik 2DPCA memiliki kelebihan dibandingkan

dengan teknik PCA (eigenfaces), diantaranya yaitu 2DPCA didasarkan pada

matriks citra sehingga lebih sederhana dan straighforward untuk digunakan pada

ekstrasi fitur citra. Selain itu, 2DPCA lebih baik dari PCA dalam hal keakuratan

pengenalan pada semua eksperimen dan secara komputasional lebih efisien

daripada PCA dan dapat meningkatkan kecepatan ekstrasi fitur citra secara

signifikan.

Dalam teknik proyeksi citra dengan 2D-PCA, sebuah citra berdimensi

akan dibaca sebagai matriks A berdimensi dan tidak diubah

menjadi bentuk vektor. matriks A ini ditransformasi menggunakan matriks

menjadi Y sebagai berikut, (Yang, et al 2004):

dengan ...(9)

Permasalahannya adalah bagaimana menemukan matriks transformasi Q

yang memaksimalkan persebaran Y. Persebaran Y dapat dikarakterisasi oleh teras

matriks koragam, S yang dirumuskan sebagai:

...(10)

Dan teras matriks S adalah:

...(11)

Dicari nilai:

...(12)

G dihitung dari sampel citra pelatihan. Anggap terdapat M citra pelatihan,

∑ ...(13)

Oleh karena itu matrik Q yang dipilih adalah :

, , , … .,

dengan merupakan vektor ciri yang bersesuaian dengan akar ciri terbesar ke i

(30)

Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

Menurut Alexander dan Morton dalam (Haykin S 1994), Jaringan Syaraf

Tiruan (JST) adalah prosesor tersebar paralel (paralel distributed processor) yang

sangat besar dan memiliki kecenderungan untuk menyimpan pengetahuan yang

bersifat pengalaman dan membuatnya siap untuk digunakan.

JST menyerupai otak manusia, khususnya dalam hal pengetahuan yang

diperoleh serta kekuatan hubungan antar sel syaraf (neuron) yang disebut

bobot-bobot sinapsis. Sel neuron merupakan dasar dari JST. Model neuron terdiri atas 3

elemen penting seperti dalam Haykin 1994, sebagai berikut :

1. Sekumpulan sinapsis atau jalur hubungan antar sel. Setiap sinapsis

memiliki bobot tertentu (wk1, wk2, ..., wkp).

2. Adder untuk menjumlahkan sinyal-sinyal input yang telah diberi bobot

sinapsis. Operasi penjumlahan mengikuti aturan linier combiner.

3. Fungsi aktivasi untuk membatasi amplitudo keluaran dari setiap neuron.

[image:30.595.104.504.98.842.2]

  Gambar 7 Model matematis nonlinier dari neuron dengan bias.

Gambar 7 memperlihatkan model dari suatu neuron (Haykin 1994). Sinyal

masukan dinyatakan sebagai x1, x2, ..., x3; wk adalah bias untuk memperbesar nilai

masukan; vk merupakan keluaran dari linier combiner. (v) merupakan fungsi

(31)

Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi balik

Salah satu arsitektur yang banyak digunakan adalah multilayer

feedforward network.Secara umum terdiri dari beberapa unit neuron yaitu lapisan

masukan, satu atau lebih lapisan tersembunyi (hidden layer) dan sebuah lapisan

keluaran. Sinyal masukan dipropagasikan ke arah depan (ke lapisan keluaran).

Jenis jaringan ini adalah hasil generalisasi dari arsitektur perceptron satu lapis,

dikenal sebagai multilayer perceptrons (MLPs). Jaringan multilayer disebut

sebagai jaringan propagasi balik (backpropagation), jika pada tahapan pelatihan

menggunakan metode propagasi balik.

Jaringan Propagasi Balik ditemukan pertama kali oleh Rumelhart, et al,

pada Tahun 1988 melalui beberapa penelitian indenpenden (Fauset 1994).

Propagasi balik merupakan algoritma pembelajaran yang terawasi (supervised

learning). Algoritma ini menggunakan erroroutput untuk mengubah nilai

bobot-bobotnya dalam arah mundur (backward). Propagasi balik (ke lapisan masukan)

terjadi setelah jaringan menghasilkan keluaran yang mengandung error. Pada fase

ini seluruh bobot sinapsis (yang tidak memiliki aktivasi nol) dalam jaringan akan

disesuaikan untuk mengkoreksi error yang terjadi (error correction rule). Untuk

pelatihan jaringan, pasangan fase propagasi ke depan dan balik dilakukan secara

berulang untuk satu set data latihan, kemudian diulangi untuk sejumlah epoch

[image:31.595.119.449.500.715.2]

sampai didapatkan error terkecil atau nol.

Gambar 8 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik.

X! X2 X3 . . . . . Z1 Z3 Z5 Y2 wn

Input Hidden Layer Output

(32)

Gambar 8 memperlihatkan arsitektur propagasi balik dengan sebuah

lapisan tersembunyi (Fauset 1994). Bias pada lapisan keluaran dinyatakan sebagai

wok dan bias pada lapisan tersembunyi dinyatakan sebagai voj. Bias-bias ini

berfungsi seperti bobot, yang selalu bernilai +1. Pada lapisan keluaran, nilai bobot

dinyatakan sebagai wjk sedangkan nilai bobot lapisan masukan dinyatakan sebagai

vij.

Fungsi Aktivasi

Menurut Fauset, fungsi aktivasi yang digunakan sebaiknya memiliki nilai

kontinu, differentiable, dan tidak turun secara monotik (monotically

non-decreasing). Fungsi aktivasi yang digunakan dalam JST dan dilatih dengan

propagasi balik berupa fungsi Sigmoid biner ataupun Sigmoid Bipolar. Pada

fungsi sigmoid biner memiliki cakupan nilai 0 sampai dengan 1. Oleh karena itu,

fungsi ini digunakan untuk jaringan syaraf yang membutuhkan nilai keluaran yang

terletak pada interval 0 sampai dengan 1. Namun dapat juga digunakan untuk

keluaran yang bernilai 0 atau 1. Persamaan 14 dan persamaan 15 merupakan

persamaan untuk fungsi sigmoid biner, (Fauset 1994) :

...(14)

[image:32.595.95.512.186.802.2]

...(15)

Gambar 9 memperlihatkan fungsi aktivasi sigmoid biner dengan range [0,1]

Gambar 9 Fungsi aktivasi sigmoid biner dengan range (0,1).

Algoritma Pelatihan

Dalam algoritma propagasi balik menggunakan dua tahapan yaitu: tahapan

perhitungan maju (feedforward) untuk menghitung error antara keluaran aktual

(33)

(backward) yang mempropagasikan balik error tersebut dan memperbaiki

bobot-bobot sinapsis pada semua neuron yang ada. Berikut adalah algoritma propagasi

balik, (Fauset 1994):

Langkah 0. Inisialisasi bobot (bangkitkan nilai random yang cukup kecil).

Langkah 1. Kerjakan langkah 2 – 9, selama kondisi berhenti bernilai

FALSE.

Langkah 2. Kerjakan langkah 3 – 8, Untuk setiap pasangan elemen

pelatihan.

Perhitungan maju:

Langkah 3. Setiap unit masukan (Xi, i = 1,2,3,.., n) menerima sinyal

masukan xi dan menyebarkan sinyal tersebut ke seluruh unit

pada lapisan tersembunyi.

Langkah 4. - Setiap unit tersembunyi (Zj, j = 1,2,..., p) menjumlahkan

setiap sinyal yang memiliki bobot berikut:

_ ∑ ... (16)

- Gunakan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal

keluaran:

,...(17)

dan mengirimkan sinyal ini ke seluruh unit pada lapisan

keluaran.

Langkah 5. - Setiap unit keluaran (Yk, k = 1,..., m) menjumlahkan

sinyal-sinyal masukan terbobot, sebagai berikut:

, ...(18)

dan fungsi aktivasi digunakan untuk menghitung sinyal

keluaran:

_ ...(19)

Penghitungan error (propagasi balik)

Langkah 6. - Setiap unit keluaran (Yk, k = 1,..., m) menerima pola

target yang berhubungan dengan pola pelatihan pada

masukan, hitung informasi error sebagai berikut:

(34)

Dengan δk merupakan informasi error untuk bobot wjk

pada unit keluaran Yk . Sementara tkadalah vektor target

keluaran,

- Kemudian hitung koreksi bobot (yang nantinya

digunakan untuk memperbaiki wjk):

∆ ...(21)

Dengan α merupakan laju pembelajaran,

- Kemudian hitung koreksi bias (yang nantinya digunakan

untuk memperbaiki w0k):

∆ ...(22)

dan mengirimkan δk ke neuron dilapisan bawahnya

(lapisan tersembunyi).

Langkah 7. - Setiap neuron pada lapisan tersembunyi (Zj, j = 1 ,..., p)

menjumlahkan masukan deltanya (dari neuron-neuron

yang berada pada lapisan diatasnya, lapisan keluaran):

∑ ...(23)

Kalikan nilai ini dengan fungsi aktivasinya untuk

menghitung informasi error:

_ ...(24)

δj adalah koreksi error untuk vij

- Hitung koreksi bobot (digunakan untuk memperbaiki vij)

∆ ...(25)

- Hitung koreksi bias (digunakan untuk memperbaiki v0j)

∆ ...(26)

Perbaiki semua bobot dan bias:

Langkah 8 - Setiap unit keluaran (Yk, k = 1, ..., m) memperbaiki bias

dan bobotnya (j = 0,1,2,3, ..., p):

∆ ...(27)

- Setiap unit tersembunyi (Zj, j = 1 ,..., p) memperbaiki

bias dan bobotnya (i = 0,1,..., n):

(35)

Langkah 9 Uji kondisi berhenti

Satu epoch adalah satu putaran (cycle) untuk keseluruhan langkah pada

tahapan pelatihan. Pada dasarnya dibutuhkan banyak epoch untuk pelatihan

jaringan propagasi balik. Pelatihan dilakukan secara berulang-ulang hingga

jumlah siklus tertentu atau telah mencapai MSE (Mean Square Error) yang

diinginkan.

Kejadian Biner (Binary Events)

Pengukuran kinerja (performance measures) merupakan subset dari

pengukuran verifikasi yang fokus pada hubungan antara prediksi dan pengamatan.

Kejadian biner memiliki empat kemungkinan keluaran seperti diperlihatkan dalam

Tabel 1 (Mason 2003).

Tabel 1 Empat kemungkinan keluaran pada kejadian biner

Prediksi Pengamatan Ya Tidak

Ya Hit (a) False Alarm (b)

Tidak Miss (c) Correct Rejection (d)

Tabel 1 menyajikan hubungan pengamatan dan prediksi dengan empat

kemungkinan keluaran. Hit merupakan nilai yang diperoleh dari hasil pengamatan

terhadap suatu objek benar dan prediksi yang ditentukan bernilai benar. False

Alarm diperoleh jika objek yang diamati bernilai salah namun prediksi bernilai

benar. Miss berkebalikan dengan false alarm, yaitu pengamatan bernilai benar

namun prediksi bernilai salah. Terakhir, correct rejection hasil pengamatan

bernilai salah dan nilai prediksinya juga salah, artinya objek yang salah diprediksi

salah (mengandung nilai kebenaran dan biasanya kebenaran ini tidak digunakan).

Penghitungan kejadian biner yang mempengaruhi prediksi adalah sebagai (Mason

2003) :

Hit rate (Nilai kebenaran prediksi) = ...(39)

(36)

False Alarm Rate = ...(41)

(37)

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Penelitian

Sistem pengenalan roda kendaraan pada penelitian ini tampak pada

Gambar 10, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tahapan utama yaitu,

tahapan pelatihan dan tahapan pengujian.

[image:37.595.96.443.192.736.2]

 

(38)

Pengumpulan Data Citra

Citra kendaraan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari

kendaraan jenis sedan, SUV, pick up, truk sedang dan truk besar, diambil dari

samping (side view) menggunakan kamera digital dengan dimensi 640 x 480

piksel. Citra diambil pada waktu pagi dan siang hari pada kondisi cerah. Jumlah

citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah 225 buah.

Pemrosesan Awal

Pemrosesan awal merupakan proses penyiapan citra kendaraan, citra

kendaraan asli dengan dimensi 640 x 480 piksel diubah ke dalam bentuk citra

abu-abu (gray scale) kemudian dipotong (cropping) pada bagian atas dan bawah

secara horisontal, sehingga citra berukuran lebih kecil dan hanya citra yang

terdapat roda saja yang akan diproses selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi waktu pemrosesan dan membuang bagian citra lain yang tidak

dibutuhkan. Pengurangan noise yang muncul pada citra, dilakukan dengan proses

smoothing menggunakan filter average ukuran 5x5 (Gambar 11).

Gambar 11 Filter average ukuran 5x5.

Tahapan Pelatihan

Tahapan pelatihan adalah tahapan untuk melatih sistem menggunakan data latih.

1. Data Latih

Data latih yang digunakan sejumlah 80% dari total citra kendaraan atau

180 citra. Data latih merupakan citra keabuan dengan dimensi 640x200 piksel

karena telah dipotong pada sisi bagian atas dan bawah dan mengalami proses

smoothing dengan average filter.

2. Deteksi Lingkaran dengan CHT

Deteksi lingkaran menggunakan Cycle Hough Transform (CHT), hal ini

(39)

Untuk memaksimalkan deteksi lingkaran dengan CHT, maka perlu

dilakukan penentuan parameter-parameter CHT. Tabel 2 memperlihatkan

parameter-parameter CHT yang diujicobakan dalam penelitian ini. Semua

parameter dalam tabel ditentukan dengan cara trial and error. Pemilihan nilai

parameter dilakukan seefektif mungkin, karena menentukan tingkat keberhasilan

dan waktu komputasi.

Tabel 2 Parameter-Parameter CHT

Karakteristik Spesifikasi Keterangan

Radrange Min = 25; 26; 27

Max = 50, 65, 80 dan 100

Menentukan waktu komputasi

Gradient Threshold 10; 11; 12; 13; 14; 15 Default = 10

RadiusFilter LM 10; 20; 30 dan 40 Default = 8 dan minimum = 3

Multirad 1; 0.99; 0.98 Default = 0,5

Radrange menyatakan radius minimum dan maksimum dari lingkaran

yang dicari satuan yang digunakan adalah unit piksel, semakin besar nilai

radrange maka semakin banyak penggunaan memori dan waktu komputasi juga

semakin lama. Gradient threshold digunakan untuk menghilangkan uniform

intensity, nilai-nilai dibawah gradient threshold akan diabaikan. Radius filter

digunakan untuk mencari lokal maksima dalam accumulator array. Multirad

digunakan dalam kasus lingkaran-lingkaran konsentrik, artinya radius multi

dengan satu posisi pusat lingkaran terdeteksi. Multirad memiliki range 0,1 – 1;

dengan 0,1 adalah toleransi tertinggi, artinya lebih banyak nilai radius terdeteksi,

sedangkan nilai 1 merupakan toleransi terendah, hanya radius yang paling

menentukan saja yang akan dipilih.

3. Normalisasi

Hasil dari CHT adalah citra lingkaran memiliki dimensi yang

berbeda-beda, terdiri atas lingkaran roda dan bukan roda yang diklasifikasikan secara

manual. Dimensi lingkaran roda dan bukan roda yang beragam mengharuskan

untuk dilakukannya normalisasi. Normalisasi bertujuan untuk menseragamkan

masukan ke 2DPCA. Dimensi citra lingkaran dalam normalisasi ditentukan

(40)

4. Reduksi Fitur dengan 2DPCA

Reduksi fitur dilakukan dengan menggunakan metoda 2DPCA (Two

Dimension Principle Component Analysis). Bagian citra yang direduksi adalah

citra lingkaran yang ditemukan oleh CHT dan telah mengalami normalisasi

sehingga memiliki dimensi 80x80. Reduksi 2DPCA bertujuan mendapatkan set

matriks fitur yang nantinya akan digunakan untuk tahap pemodelan dan pengujian

dengan JST. Keragaman informasi citra lingkaran dalam 2DPCA adalah 99%.

5. Pemodelan dengan Jaringan Syaraf Tiruan

Gambar 12 menunjukkan arsitektur jaringan syaraf tiruan propagasi balik.

Masukan JST berasal dari citra lingkaran yang telah direduksi dengan 2DPCA,

sedangkan target keluaran adalah roda.

 

Gambar 12 Arsitektur JST Propagasi Balik untuk pengenalan roda kendaraan.

Tabel 3. memperlihatkan parameter-parameter JST propagasi balik yang

dirancang untuk penelitian ini :

Tabel 3. Parameter-Parameter Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik.

Karakteristik Spesifikasi

Arsitektur 1 hidden layer

Jumlah neuron masukan Hasil reduksi 2 DPCA

Jumlah neuron keluaran (target) 1 target, yaitu roda

Jumlah neuron hidden 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100

Fungsi aktivasi Sigmoid biner (logsig)

Fungsi Pelatihan Trainrp

Laju pembelajaran Default

Minimum toleransi kesalahan 0,000001

(41)

Tahapan Pengujian

Tahapan pengujian merupakan tahapan untuk menguji jaringan JST yang

telah dilatih untuk mengenali roda kendaraan, terdiri atas:

1. Data Uji

Untuk pengujian digunakan citra sebanyak 20% dari total citra kendaraan

yang ada, yaitu sebanyak 45 citra uji, sehingga terdapat 90 citra roda yang akan

dikenali oleh JST propagasi balik. Citra uji juga telah mengalami pemrosesan

awal.

2. Deteksi Lingkaran dengan CHT

Proses ini sama dengan pada tahapan sebelumnya. Citra uji dideteksi

dengan CHT untuk mendapatkan lingkaran roda dan bukan roda. Parameter CHT

pada tahapan ini menggunakan nilai-nilai yang telah ditentukan pada tahapan

pelatihan. Lingkaran yang dihasilkan memiliki beragam dimensi. Setelah

lingkaran ditemukan, kemudian dijadikan input pada proses selanjutnya.

3. Normalisasi

Normalisasi citra lingkaran dilakukan untuk menyamakan ukuran

lingkaran yang berhasil dideteksi oleh CHT. Ukuran citra yang dinormalisasi

adalah 80x80, sesuai dengan normalisasi pada tahapan pelatihan.

4. Matriks Transformasi

Matriks Transformasi adalah matriks yang dihasilkan dari proses reduksi

2DPCA dan digunakan untuk mengubah citra lingkaran pada tahapan pengujian.

Matriks transformasi memiliki dimensi yang sama dengan citra tereduksi. Matriks

ini dikirimkan dari tahapan pelatihan sebagai acuan reduksi citra lingkaran pada

tahapan pengujian.

5. Pengujian model

Pada proses pengujian model, menggunakan data hasil pelatihan untuk

mendapatkan klasifikasi yang benar dari data uji. Masukan untuk jaringan syaraf

tiruan propagasi balik adalah citra lingkaran dari data uji yang dinormalisasi dan

telah diproses dengan matriks transformasi berasal dari proses reduksi 2DPCA

pada tahapan pelatihan. Target keluaran JST adalah roda. Tahapan pengujian ini

juga melakukan pengujian dengan data uji yang telah diberi noise dan lingkaran

(42)

Evaluasi Hasil

Setelah dilakukan proses pelatihan dan pengujian maka berikutnya akan

dievaluasi hasil meliputi tingkat keberhasilan deteksi lingkaran CHT, tingkat

keberhasilan pengenalan JST, dan tingkat kesalahan dalam pengenalan citra roda

kendaraan, meliputi kesalahan karena roda tidak dikenali (miss) dan kesalahan

objek bukan roda dikenali sebagai roda (false alarm). Penghitungan keberhasilan

pengenalan, miss dan false alarmrate adalah sebagai berikut (Mason 2003) :

%

%

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem pengenalan roda kendaraan mengunakan citra kendaraan yang

diambil dari samping (side view) sehingga roda akan terlihat berbentuk lingkaran.

Citra kendaraan yang dikumpulkan terdiri atas kendaraan seperti mobil sedan,

SUV, pick-up, truk sedang dan truk besar.

Pemrosesan Awal

Citra kendaraan asli memiliki dimensi 640x480 piksel, dirubah ke gray

scale kemudian dipotong (crop) secara horisontal sehingga dimensinya menjadi

piksel dan diperhalus dengan average filter untuk mengurangi noise.

[image:43.595.75.471.124.765.2]

Berikut adalah citra asli (Gambar 13) dan citra yang telah mengalami praproses

(Gambar 14).

Gambar 13 Citra asli dimensi 640x480 piksel.

Gambar 14 Citra setelah pemrosesan awal.

(44)

Deteksi Lingkaran dengan CHT

Citra yang telah mengalami praproses akan melalui CHT untuk

mendeteksi lingkaran roda. Kemampuan deteksi lingkaran CHT sangat

menentukan keberhasilan pengenalan dengan JST. Penetapan nilai parameter

dilakukan secara trial and error meliputi: gradient threshold, jangkauan radius

(radrange) terdiri atas nilai minimal dan maksimal, radius filter untuk lokal

maksima (radius to LM) dan radius jamak (multirad). Data latih yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebanyak 180 citra dari kendaraan roda empat,

sehingga CHT harus dapat mendeteksi lingkaran roda sebanyak 360 citra.

Penentuan nilai parameter CHT dalam penelitian ini berdasarkan citra

yang diamati, dengan memperhatikan waktu komputasi dan ketepatan deteksi.

Nilai radius filter untuk local maxima sebaiknya besar, parameter ini digunakan

untuk mencari lokal maksima dalam accumulator array. Gambar 15

memperlihatkan nilai parameter Radius Filter LM terhadap jumlah lingkaran roda

yang berhasil dideteksi.

Gambar 15 Nilai optimum parameter RadiusFilter LM.

Jumlah lingkaran roda terbanyak terdapat pada nilai 30 yaitu sebanyak 358

lingkaran atau 99,4% dari target deteksi, oleh karena itu parameter Radius Filter

LM pada nilai tersebut akan di eksplorasi lebih lanjut, sedangkan nilai-nilai yang

lain tidak digunakan.

Gambar 16 memperlihatkan nilai parameter Gradient Threshold. Jumlah

lingkaran roda terbanyak terdapat pada nilai 16, yaitu sebanyak 360 lingkaran atau

seluruh lingkaran roda berhasil dideteksi.

321

343

358

340

300 310 320 330 340 350 360 370

10 20 30 40

Jumlah

 

Lingkaran

 

Roda

(45)
[image:45.595.77.444.70.816.2]

Gambar 16 Nilai optimum parameter Gradient Threshold.

Penggunaan nilai parameter multirad dengan toleransi terkecil, yaitu 1

(satu), meminimalkan lingkaran–lingkaran kosentrik terdeteksi, artinya hanya

lingkaran yang prinsipal dengan titik pusat saja yang akan dideteksi. Gambar 17

memperlihatkan deteksi lingkaran dengan nilai parameter multirad yang berbeda.

Gambar 17 Deteksi lingkaran dengan nilai parameter multirad berbeda.

Penggunaan nilai minimal (25, 26, 27) dan nilai maksimal (50, 65, 80,

100) pada parameter radrange yang semakin besar, menyebabkan waktu

komputasi yang diperlukan semakin lama (Lampiran 1). Gambar 18 menunjukkan

nilai minimal parameter Radrange pada beberapa nilai gradient threshold dan

nilai parameter multirad.

358 358 358

356 360

353

348 350 352 354 356 358 360 362

10 11 12 13 14 15

Jumlah

 

Lingkaran

 

Ro

d

a

[image:45.595.181.424.85.212.2]
(46)

355 355 353 355 359 349 340 345 350 355 360

10 11 12 13 14 15

Ju m la h   Li n g k a r a n   Ro d a

Gradient Threshold

Min RR = 25 Min RR = 26 Min RR = 27

355 355 353 357 359 355 350 352 354 356 358 360

10 11 12 13 14 15

Ju m la h   Li n g k a r a n   Ro d a

Gradient Threshold

Min RR = 25 Min RR = 26 Min RR = 27

355 354 352 356 360 351 342 344 346 348 350 352 354 356 358 360 362

10 11 12 13 14 15

Ju m la h   Li n g k a r a n   Ro d a

Gradient Threshold

Min RR = 25 Min RR = 26 Min RR = 27

[image:46.595.98.492.61.842.2]

 

Gambar 18 Nilai optimum parameter Multirad dan nilai minimal Radrange.

 

Jumlah roda terbanyak yang dapat dideteksi terjadi pada saat nilai minimal

parameter Radius Range (Radrange) sebesar 27 dan parameter Multirad sebesar

0,98 serta gradient threshold adalah 14 seperti yang telah diperlihatkan pada

gambar sebelumnya. Nilai maksimal parameter Radrange adalah 100 (Gambar

19).

Gambar 19 Nilai maksimal untuk parameter Radrange.

 

Dalam penelitian ini dilakukan percobaan-percobaan pendahuluan untuk

mendapatkan nilai-nilai parameter CHT yang optimum. Jika nilai parameter yang

320 330 343 360 300 310 320 330 340 350 360 370

50 65 80 100

Jumlah

 

Lingkaran

 

Roda

[image:46.595.130.501.83.337.2]
(47)

ditentukan tidak dapat memberikan hasil yang diinginkan, maka untuk nilai

tersebut tidak dieksplorasi lebih lanjut, seperti parameter Radius Filter LM yaitu

nilai 10, 20 dan 40 (Gambar 15) serta nilai maksimal untuk parameter Radrange

yaitu nilai 50, 65 dan 80 (Gambar 19) tidak digunakan lagi. Nilai optimum untuk

setiap parameter-parameter CHT yang dipergunakan dalam penelitian ini

[image:47.595.78.478.75.811.2]

disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Nilai optimum untuk parameter-parameter CHT

Parameter Nilai

Radius Filter LM 30

Gradient Threshold 14

Radius Range Min = 27 dan Max = 100

Multirad 0,98

Gambar 20 memperlihatkan deteksi lingkaran dengan nilai-nilai parameter

yang telah ditentukan diatas.

Gambar 20 Hasil deteksi lingkaran CHT.

Kedua lingkaran roda berhasil dideteksi, ditandai dengan lingkaran

berwarna biru pada roda, selain itu juga terdapat lingkaran berwarna biru lainnya

pada objek bukan roda. Seluruh lingkaran nantinya akan melalui proses

selanjutnya yaitu, proses pengenalan dengan JST.

Normalisasi

Normalisasi dilakukan setelah lingkaran citra didapatkan, dalam hal ini

ukuran citra lingkaran yang beragam, akan dirubah menjadi berukuran 8 8

piksel, sebelumnya citra lingkaran dikelompokkan menjadi roda dan bukan roda

secara manual untuk proses pengenalan dengan JST. Gambar 21 menunjukan citra

roda dan bukan roda sebelum normalisasi. Gambar 22 citra roda dan bukan roda

(48)
[image:48.595.213.409.85.250.2]

Gambar 21 Citra roda dan bukan roda sebelum normalisasi.

Gambar 22 Citra roda dan bukan roda setelah normalisasi.

Reduksi 2DPCA

Reduksi citra roda dan bukan roda dilakukan dengan 2DPCA yang

memiliki kesamaan informasi sebesar 99%. Masukan untuk 2DPCA adalah citra

roda dan bukan roda berdimensi 8 8 piksel dari proses sebelumnya yaitu,

proses normalisasi. Proses 2DPCA menghasilkan citra tereduksi dan matriks

transformasi berdimensi 8 , artinya dibutuhkan 11 akar ciri untuk

mendapatkan kesamaan informasi 99%, sehingga masukan ke JST adalah sebesar

880 neuron (Lampiran 2).

Pengenalan dengan JST Propagasi Balik

Pengenalan roda kendaraan dilakukan dengan JST propagasi balik melalui

tahapan pelatihan dan tahapan pengujian. Tahapan pelatihan merupakan tahapan

[image:48.595.246.375.295.416.2]
(49)

Pelatihan JST Propagasi Balik dilakukan menggunakan Data Latih dengan

memvariasikan jumlah neuron pada hidden layer yaitu, 5, 10, 20, 30, 40, 50, 60,

70, 80, 90, dan 100 (Lampiran 3).

Tahapan pengujian juga mengalami beberapa proses yang sama dengan

proses pada tahapan pelatihan yaitu, sebelum pengujian dengan JST terlebih

dahulu data yang akan diujicobakan diproses dulu dengan CHT, kemudian

lingkaran yang berhasil dideteksi dinormalisasi ke dalam citra berukuran 80x80

piksel, dan ditransformasikan dengan matriks transformasi yang didapatkan dari

reduksi 2DPCA pada tahapan pelatihan. Penghitungan prosentasi keberhasilan

dilakukan pada pengujian Data Uji. Data Uji yang digunakan adalah sebanyak 45

citra kendaraan roda empat, sehingga kinerja JST terbaik adalah mampu

mengenali sebanyak 90 roda.

Roda yang berhasil dikenali oleh JST, ditandai dengan lingkaran berwarna

merah (Gambar 23), sedangkan untuk objek bukan roda ditandai dengan lingkaran

berwarna biru.

Gambar 23 Lingkaran berwarna merah tanda roda dikenali oleh JST.

Hasil pengujian juga menunjukkan adanya kesalahan pengenalan. Gambar

24 memperlihatkan kesalahan JST dalam mengenali roda,citra roda pada gambar

tersebut memiliki lingkaran yang berbeda warna, yaitu lingkaran berwarna merah

dan lingkaran berwarna biru. Lingkaran berwarna merah menyatakan bahwa JST

mengenali roda, sedangkan citra roda yang satu lagi tidak dikenali JST (lingkaran

berwarna biru).Kesalahan seperti ini disebut dengan miss, yaitu JST luput dalam

mengenali sebuah atau kedua lingkaran roda.

(50)

Sis yaitu obje Kesalahan Ga kedua rod biru pada sedangkan mengenali pengenala berbagai ju Ga terbaik ad sebanyak adalah 5,5 5 78.8 10 K stem penge

k bukan rod

n seperti ini

Gamba

ambar diata

da, artinya J

objek buka

n sebuah lin

i objek buk

an (false ala

umlah neur

[image:50.595.105.502.90.842.2]

G ambar 26 dalah sebes 100. Jumla 56% artinya 10 2 91.1 88. 8.89 1 9 3.7 Keberhasilan  nalan roda da dikenali disebut den

ar 25 Objek

as memperl

JST menge

an roda, arti

ngkaran ber

kan roda se

arm). Gamb

ron hidden l

Gambar 26

menunjukk

sar 94,4%,

ah kesalaha

a citra roda

20 30

8 92.2 9

1.1 7.78 6

11. Pengenalan(%

ini juga m

sebagai rod

ngan false a

k bukan rod

ihatkan ling

nali keduan

inya JST me

rwarna mer

ebagai roda,

ar 26 meny

layer. Hasil pengu kan bahwa yaitu pada an pengenal yang luput 40 50 92.2 90 7.78 10 2 9.7 3 %) Kesalah memiliki kes

da seperti dit

alarm.

da dikenali s

gkaran berw

nya sebagai

engenalinya

ah pada obj

, atau JST

yajikan hasil

ujian JST de

prosentase

hidden lay

lan (miss)

t dikenali ol

60 70

91.1 92.2

8.89 7.7 3.7

5.2 han Pengenala

salahan pen

tunjukan da

sebagai rod

warna mera

i roda. Ling

a sebagai ob

jek bukan r

telah melak

l pengujian

engan Data

e keberhasi

yer dengan

pada hidde

leh JST ada

0 80

2 90 9

78 10 6.7 3.7 an(%) Fals ngenalan lai alam Gamba da. ah terdapat gkaran berw bjek bukan roda artinya kukan kesa

Data Uji de

Uji.

ilan penge

n jumlah ne

en layer ter

alah berjum

90 100 1.1 94.4

8.89 5.56 4.5 se Alarm Rate(

(51)

citra dari 90 citra roda. Jumlah false alarm rate adalah 6% atau citra bukan roda

yang dikenali sebagai roda oleh JST berjumlah 8 citra. Citra bukan roda yang

dikenali sebagai bukan roda berjumlah 125 citra (Lampiran 4). Kemampuan JST

dalam mengenali Data Uji sebenarnya sudah cukup baik (94,4%). Kesalahan

pengenalan (miss) disebabkan karena kemampuan JST dalam generalisir masukan

untuk Data Uji dengan Data Latih yang digunakan dalam proses pelatihan JST.

Penelitian ini melakukan pengujian terhadap kendaraan yang memiliki

lebih dari empat roda, seperti diperlihatkan dalam Gambar 27. Ketiga roda dapat

dideteksi oleh CHT, namun hanya dua roda yang dikenali oleh JST.

Gambar 27 Pengujian kendaraan tiga gandar.

Pengujian dengan Data Uji yang diberi noise berupa gaussian noise dan

citra yang diberi lingkaran palsu diantara roda. Pengujian dilakukan dengan

jumlah neuron sebanyak 100 pada hidden layer. Gambar 28 menunjukkan citra

[image:51.595.140.409.517.686.2]

yang diberi variasi gaussian noise.

(52)

Gamb Pe dan tanpa menunjuk penurunan kemampua signifikan sebesar 0,

(dengan t

kinerja J

penambah

digunakan

sebelumny

noise sebe

ataupun d

noise sepe

bar 29 Hasi

ngujian Dat

a filter dipe

kkan bahwa

n prosentase

an deteksi C

n pada detek

,02 mengala

tambahan f

ST walaup

han filter, m

n tidak da

ya (citra tan

esar 0,5 ter

dengan tamb

erti itu, suda

Gambar 0 20 40 60 80 100 Keberhasilan   Pengenalan   (%) il pengujian

ta Uji yang

erlihatkan d

apabila nila

e pengenala

CHT. Pemb

ksi CHT. K

ami penuru

filter). Pen

pun tidak

masih terdap

apat sepen

npa noise).

rlihat JST ti

bahan filter

ah sulit dide

r 30 Citra de

0,02 83.3

6 88.8

T

n Data Noise

diberi nois

dalam Gam

ai gaussian

an. Prosent

berian noise

Kinerja dete

unan sebesa

nggunaan g

terlalu be

pat kesalaha

nuhnya me

Pengujian

idak dapat

r (Lampiran

eteksi dan d

engan Varia

0,05 0

63.3 66

71.1

Gauss

Tanpa Filter

e pada neur

se dengan ta

mbar 29. H

noise sema

tase pengen

e pada Data

eksi CHT p

ar 7% (tanp

gaussian fi

esar. Pengu

an, hal ini k

engembalik

Data Nois

mengenali

n 5). Hal in

dikenali (Ga ans Gaussia 0,08 0, 6.6 52.2 70 5

sian Noise

r Filter

ron hidden l

ambahan ga

Hasil penguj

akin diperbe

nalan JST d

a Uji memb

ada varians

a filter) dan

filter mamp

ujian data

karena gau

kan citra

se dengan v

roda (0%)

ni disebabk

ambar 30).

an Noise = 0

1 0,5

0 56.6

0

layer = 100.

aussian filte

jian Data N

esar maka te

dipengaruhi

berikan peng

s gaussian

n sebesar 3

pu memper

Noise de

ssian filter

noise ke

varians gau

baik tanpa

kan citra de

0,5.

0

.

er 5x5

(53)

diber sebag deng gamb JST m hidde Gambar ri lingkaran

gai roda, ha

gan lingkara

bar 31b) be

mengenalin

Gamb

Gambar

en layer ber

Pro Lingk Terde 8

31 mempe

n palsu. G

al ini karena

an roda, seh

entuk lingka

nya sebagai

bar 31 Hasil

32 menyaj

rjumlah 100

Gambar 32

osentase  karan Palsu  eteksi (CHT)

L T 0

erlihatkan h

Gambar 31a

a bentuk lin

ingga JST m

aran hampir

objek buka

a) Lingkaran

b) Lingkaran pa

Pengenalan

ikan hasil p

0.

2 Hasil peng

Prosentase  Lingkaran Palsu Tidak Terdeteks

(CHT) 20 hasil penge a) menunju ngkaran pal mengenalin

r sama tetap

an roda.

palsu dikenali sebaga

alsu tidak dikenali seba

n Data Uji d

pengujian d

gujian Data

u  si 

Prosenta Dikenali seb

Roda (JS 51

enalan JST

ukkan lingk

lsu dan back

nya sebagai

pi backgrou

ai roda .

agai roda. dengan ling data lingkar Lingkaran P ase  bagai  ST) Prosent Dikena Rod 36 pada Data karan palsu

kground ha

roda. Berbe

und berbed

karan palsu

an palsu pa

Palsu.

tase Tidak  li Sebagai  a (JST)

a Uji yang

u dikenali

ampir sama

eda dengan

da sehingga

u.

(54)

Gambar 32 menunjukkan kemampuan CHT mendeteksi keberadaan

lingkaran palsu dibagian tengah roda, yaitu mencapai 80%, sedangkan lingkaran

palsu tidak terdeteksi oleh CHT mencapai 20%. Penurunan kemampuan deteksi

CHT disebabkan karena lingkaran palsu yang digunakan merupakan lingkaran

tambahan yang diberikan dengan memanfaatkan aplikasi photoshop, sehingga

background citra dan lingkaran palsu tidak menyatu secara alami.

Pengenalan lingkaran palsu sebagai roda oleh JST sebesar 51,1% adalah

lebih tinggi dibandingkan lingkaran palsu dikenali sebagai bukan roda (28,8%),

artinya jika lingkaran palsu memiliki bentuk yang sama serta background dalam

lingkaran palsu seperti bentuk lingkaran roda asli, maka JST akan mengenalinya

(55)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Simpulan dari hasil penelitian pengenalan roda kendaraan dengan

menggunakan Circle Hough Transform, 2DPCA dan Jaringan Syaraf Tiruan

Propagasi Balik adalah sebagai berikut:

1. Model pengenalan roda yang dibuat menggunakan citra utuh kendaraan

roda empat yang diambil dari samping dengan tingkat keberhasilan

pengenalan Data Uji dengan JST Propagasi Balik adalah sebesar 94,4%

pada neuron hidden layer berjumlah 100, dan terendah 78,8% pada neuron

hidden layer berjumlah 5.

2. Tingkat Keberhasilan deteksi lingkaran roda dengan CHT mencapai 100%

dengan menggunakan parameter Gradient Threshold adalah14, parameter

Radrange minimal adalah 27 dan maksimal adalah 100, parameter Radius

Filter LM adalah 30, dan parameter Multirad adalah 0,98.

3. Pengujian data yang diberi noise memperlihatkan adanya penurunan

kinerja JST, hal ini menunjukkan bahwa pemberian noise memberikan

pengaruh signifikan terhadap deteksi lingkaran CHT dan akhirnya

mempengaruhi pengenalan oleh JST. Pengujian Data Uji yang diberi

lingkaran palsu memperlihatkan, jika lingkaran palsu memiliki bentuk

yang sama serta background dalam lingkaran palsu seperti bentuk

lingkaran roda asli, maka JST akan mengenalinya sebagai roda.

Saran

Deteksi lingkaran dengan metode CHT lainnya seperti penggunaan second

derivative order dapat diujicobakan untuk mengurangi lingkaran-lingkaran objek

bukan roda. Penggunaan arsitektur JST Propagasi Balik dengan dua hidden layer

atau pelatihan jaringan dengan metode lainnya juga dapat diujicobakan untuk

meningkatkan prosentase pengenalan.

Pengenalan roda kendaraan dalam penelitian ini dapat dikembangkan lebih

lanjut untuk pengenalan jenis kendaraan berdasarkan jarak antar roda kendaraan

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Argialas DP, and Mavrantza OD. 2004. Comparison of Edge Detection and

Hough Transform Techniques for the Extraction of Geologic Features. The

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and

Spatial Information Sciences, Vol. 34, Part XXX.

Buono, Agus dan Irwansyah. 2009. Pengenalan Kadar Total Padat Terlarut Pada Buah Belimbing Manis Berdasar Citra Red-Green-Blue dengan Analisis Komponen Utama Sebagai Ekstrasi Ciri dan Jarak Euclidean sebagai

Pengenal Pola. Jurnal Ilmu Komputer dan Informasi, Volume 2, Nomor 1.

Duda, R and P.E. Hart. 1972. Use of the Hough Transform to Detect Curves and

lines in Pictures. Communication of the Association for Computing

Machinery, 15(1): 11-15.

Fausett. Laurent. 1994. Fundamental of Neural Network Architecture, Algorithms, and Applications. Prentice Hall. New Jersey.

Gonzales RC, Woods RE, Eddins SL. 2004. Digital Image Processing Using Matlab. Pearson Prentice Hall. New Jersey.

Haykin, Simon. Neural Networks (A Comprehensive Foundation). Macmillan College Publishing Company. New York.

Mason, Ian. 2003. Binary Events. Forecast Verification: A Practitioner’s Guide in Atmospheric Science. John Wiley & Son. UK.

Ofer Achler and Mohan M. Trivedi. 2003. Camera Based Vehicle Detection, Tracking, and Wheel Baseline Estimation Approach.

___________________,. 2004. Vehicle Wheel Detector Using 2D Filter Banks.

IEEE Intelligent Vehicles Symposium. Italy.

Qur’ania, Arie. 2012. Identifikasi Freycinetia (Pandaceae) Berbasis Citra Anatomi Stomata Menggunakan K-Nearest Neighbor dan Jaringan Syaraf Tiruan. [Tesis]. Bogor: Departemen Ilmu Komputer, FMIPA. Institut Pertanian Bogor.

Yang et al. 2004. Two-Dimensional PCA: A New Approach to Appearance-Based

Face Representation and Recognition. IEEE transactions on Pattern

Analysis and Machine Intelligence, Vol 26, Nomor 1.

Yu-fai Fung, et al. Image Processing Application in Toll Collection. IAENG

(57)
(58)

DAFTAR PUSTAKA

Argialas DP, and Mavrantza OD. 2004. Comparison of Edge Detection and

Hough Transform Techniques for the Extraction of Geologic Features. The

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Vol. 34, Part XXX.

Buono, Agus dan Irwansyah. 2009. Pengenalan Kadar Total Padat Terlarut Pada Buah Belimbing Manis Berdasar Citra Red-Green-Blue dengan Analisis Komponen Utama Sebagai Ekstrasi Ciri dan Jarak Euclidean sebagai

Pengenal Pola. Jurnal Ilmu Komputer dan Informasi, Volume 2, Nomor 1.

Duda, R and P.E. Hart. 1972. Use of the Hough Transform to Detect Curves and

lines in Pictures. Communication of the Association for Computing

Machinery, 15(1): 11-15.

Fausett. Laurent. 1994. Fundamental of Neural Network Architecture, Algorithms, and Applications. Prentice Hall. New Jersey.

Gonzales RC, Woods RE, Eddins SL. 2004. Digital Image Processing Using Matlab. Pearson Prentice Hall. New Jersey.

Haykin, Simon. Neural Networks (A Comprehensive Foundation). Macmillan College Publishing Company. New York.

Mason, Ian. 2003. Binary Events. Forecast Verification: A Practitioner’s Guide in Atmospheric Science. John Wiley & Son. UK.

Ofer Achler and Mohan M. Trivedi. 2003. Camera Based Vehicle Detection, Tracking, and Wheel Baseline Estimation Approach.

___________________,. 2004. Vehicle Wheel Detector Using 2D Filter Banks.

IEEE Intelligent Vehicles Symposium. Italy.

Qur’ania, Arie. 2012. Identifikasi Freycinetia (Pandaceae) Berbasis Citra Anatomi Stomata Menggunakan K-Nearest Neighbor dan Jaringan Syaraf Tiruan. [Tesis]. Bogor: Departemen Ilmu Komputer, FMIPA. Institut Pertanian Bogor.

Yang et al. 2004. Two-Dimensional PCA: A New Approach to Appearance-Based

Face Representation and Recognition. IEEE transactions on Pattern

Analysis and Machine Intelligence, Vol 26, Nomor 1.

Yu-fai Fung, et al. Image Processing Application in Toll Collection. IAENG

(59)

36 

(60)

Lampiran 1 Hasil Deteksi Lingkaran CHT untuk Data Latih RadRange Gradient Threshold Radius Filter LM

Multirad Time Jumlah Lingkaran Roda Jumlah Lingkaran Bukan Roda Min Max

25 50 10 10 1 5:13 320 680

25 65 10 10 1 5:45 330 665

25 80 10 10 1 6:24 343 513

25 100 10 10 1 8:04 321 274

25 100 10 20 1 8:57 343 147

25 100 10 30 1 10:44 358 129

26 100 10 30 1 10:55 355 145

27 100 10 30 1 10:34 355 158

25 100 10 30 0,99 10:17 358 131

26 100 10 30 0,99 10:05 354 156

27 100 10 30 0,99 10:09 355 158

25 100 10 30 0,98 10:54 357 142

26 100 10 30 0,98 10

Gambar

Gambar 7 Model matematis nonlinier dari neuron dengan bias.
Gambar 8 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik.
Gambar 9 memperlihatkan fungsi aktivasi sigmoid biner dengan range [0,1]
Gambar 10 Sistem pengenalan roda kendaraan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semakin tinggi tegangan elektroda ada keeenderungan laju korosi menurun eukup banyak, menjadi minimumnya sebesar 0,035 ropy, hal ini karena semakin tinggi tegangan elektroda maka

Selain itu dengan menambahkan abu sekam padi untuk menjaga kepadatan beton dan bestmittel untuk mempercepat pengerasan beton.Tujuan penelitian ini adalah untuk

X tidak lagi berada pada posisi Red Ocean , hal tersebut dapat dilihat pada kanvas strategi baru yang memunjukan Aldymore tidak lagi berada pada titik yang sama

3 SK Kepala Puskesmas yang mewajibkan penulisan lengkap dalam rekam medis: semua pemeriksaan penunjang diagnostik tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien dan kewajban

(1) Pusat Pemulihan Aset berkedudukan sebagai unsur penuflJang tugas dan fungsi Kejaksaan Republik Indonesia karena sifat, dan lingkup tugasnya tidak tercakup

Tujuh mutan sensitif asam-Al diperoleh dari hasil seleksi koloni transkonjugan galur BJ11, BJ38, dan KDR15 yang telah mengalami insersi transposon pada kromosomnya.. O’Hara

Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang