STUD
DENGA
DI ULAT
AN PERH
FAJAR
DEPAR
INS
BULU PA
HATIAN U
DI PR
SIDIQ AL
RTEMEN
FAKULT
STITUT P
ADA PERT
UTAMA P
ROBOLING
L AFGHA
PROTEK
TAS PERT
ERTANIA
2012
TANAMA
ADA KAS
GGO
ANI NOER
KSI TANA
TANIAN
AN BOGO
AN MANG
SUS LEDA
RMAN
AMAN
OR
GGA
ABSTRAK
FAJAR SIDIQ AL AFGHANI NOERMAN. Studi Ulat Bulu pada Pertanaman Mangga dengan Perhatian Utama pada Kasus Ledakan di Probolinggo. Dibimbing
oleh SUGENG SANTOSO dan AUNU RAUF.
Selama bulan Maret-April 2011 terjadi ledakan ulat bulu Arctornis
submarginata Wlk. (Lep.: Lymantriidae) pada pertanaman mangga di Probolinggo. Pada saat yang bersamaan ledakan ulat bulu dilaporkan pula terjadi di tempat-tempat lainnya. Penelitian bertujuan mempelajari serangan, musuh
alami, dan siklus ulat A. submarginata, serta mengidentifikasi jenis-jenis ulat bulu
lainnya yang menyerang pohon mangga. Serangan dan musuh alami ulat bulu dipelajari melalui kegiatan survei dan pengumpulan ulat atau kepompong pada pertanaman mangga di Probolinggo, Indramayu, dan Kendal; sedangkan
penelitian siklus hidup A. submarginata dilakukan di laboratorium.Hasil survei
pada pertengahan Mei 2011 mengungkapan serangan ulatA. submarginata sudah
sangat menurun. Menurunnya serangan ulat bulu ini disebabkan oleh meningkatnya perananmusuh alami, yang menyebabkan kematian pada pupa hingga 98%. Musuh alami yang paling umum ditemukan adalah parasitoid
Brachymeria sp. dan Xantophimpla sp, serta cendawan entomopatogen yang
menginfeksi pupa. Di laboratorium, siklus hidup ulat A. submarginata
berlangsung sekitar 47 hari dengan keperidian 200 butir telur.Ulat bulu lainnya
dari famili Lymantriidae yang menyerang pohon mangga adalah Lymantria
marginata, Orgyia postica, dan Dasychira inclusa.
ABSTRAK
FAJAR SIDIQ AL AFGHANI NOERMAN. Studi Ulat Bulu pada Pertanaman Mangga dengan Perhatian Utama pada Kasus Ledakan di Probolinggo. Dibimbing
oleh SUGENG SANTOSO dan AUNU RAUF.
Selama bulan Maret-April 2011 terjadi ledakan ulat bulu Arctornis
submarginata Wlk. (Lep.: Lymantriidae) pada pertanaman mangga di Probolinggo. Pada saat yang bersamaan ledakan ulat bulu dilaporkan pula terjadi di tempat-tempat lainnya. Penelitian bertujuan mempelajari serangan, musuh
alami, dan siklus ulat A. submarginata, serta mengidentifikasi jenis-jenis ulat bulu
lainnya yang menyerang pohon mangga. Serangan dan musuh alami ulat bulu dipelajari melalui kegiatan survei dan pengumpulan ulat atau kepompong pada pertanaman mangga di Probolinggo, Indramayu, dan Kendal; sedangkan
penelitian siklus hidup A. submarginata dilakukan di laboratorium.Hasil survei
pada pertengahan Mei 2011 mengungkapan serangan ulat A. submarginata sudah
sangat menurun. Menurunnya serangan ulat bulu ini disebabkan oleh meningkatnya peranan musuh alami, yang menyebabkan kematian pada pupa hingga 98%. Musuh alami yang paling umum ditemukan adalah parasitoid
Brachymeria sp. dan Xantophimpla sp, serta cendawan entomopatogen yang
menginfeksi pupa. Di laboratorium, siklus hidup ulat A. submarginata
berlangsung sekitar 47 hari dengan keperidian 200 butir telur. Ulat bulu lainnya
dari famili Lymantriidae yang menyerang pohon mangga adalah Lymantria
marginata, Orgyia postica, dan Dasychira inclusa.
DENGA
Sa
AN PERH
FAJAR
Sebagai sa
arjana Peta
DEPAR
INS
HATIAN U
DI PR
SIDIQ AL
alah satu sy
anian pada
RTEMEN
FAKULT
STITUT P
UTAMA P
ROBOLING
L AFGHA
Skripsi
yarat untuk
Departem
PROTEK
TAS PERT
ERTANIA
BOGOR
2012
ADA KAS
GGO
ANI NOER
k mempero
men Proteks
KSI TANA
TANIAN
AN BOGO
SUS LEDA
RMAN
oleh gelar
si Tanaman
AMAN
OR
AKAN
Judul : Studi Ulat Bulu pada Pertanaman Mangga dengan Perhatian Utama pada Kasus Ledakan di Probolinggo
Nama Mahasiswa : Fajar Sidiq Al Afghani Noerman
NRP : A34070072
Disetujui,
Diketahui,
Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Dr.Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi. NIP 19650621 198910 2 001
Tanggal Lulus :
Dosen Pembimbing I
Dr.Ir. Sugeng Santoso, M.Agr NIP 19640304 198903 1 004
Dosen Pembimbing II
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 5 Maret 1990. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs. Ipit Supyatman Deyarudin dan Ibu Ida Nurlaela, S.Ag.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Curug V Depok pada tahun 2001, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 7 Depok pada tahun 2004, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 99 Jakarta Timur pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studinya di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).
Semasa di kampus IPB, penulis aktif pada beberapa organisasi
kemahasiswaan, yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa International Association of
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul ‘Studi Ulat Bulu pada Pertanaman Mangga dengan
Perhatian Utama pada Kasus Ledakan di Probolinggo’ sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian (SP.).
Penulis menyadari banyak pihak yang telah berpartisipasi dan membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk itu, iringan doa dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan, utamanya kepada Dr. Ir Sugeng Santoso, M.Agr selaku dosen pembimbing I, serta Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc selaku dosen Pembimbing II yang telah bersedia membimbing dan memberi masukan dalam penyusunan tugas akhir ini, mulai dari awal hingga akhir, dan juga kepada Ir. Titiek Siti Yuliani, SU sebagai dosen penguji tamu atas masukannya untuk perbaikan skripsi ini. Ucapan Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dra. Dewi Sartiami, M.Si selaku kordinator tim ekspedisi ulat bulu beserta Dr. Ir. Kikin Hamzah Mutaqin, M.Si, Dr. Ir. Ali Nurmansyah, M.Si, Dr. Ir. R. Yayi Munara Kusumah, M.Sc, Dr. Ir. Ruly Anwar, M.Si, Dr. Ir. Teguh Santoso, DEA, dan Wawan Yuandi yang menjadi tim pelaksana kegiatan survei ulat bulu di beberapa sentra produksi Mangga dan membantu banyak dalam suksesnya penelitian ini. Terima kasih saya ucapkan pula kepada Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, LAZ IPB, dan PT. Pijar Nusa Pasifik yang telah membantu pembiayaan penelitian ini sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar.
Terima kasih disampaikan kepada keluarga besar mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman atas semua do’a dan dukungannya terhadap penulis. Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis haturkan kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta beserta keluarga yang dengan kesabaran, ketabahan, kasih sayang, do’a dan bantuannya selama ini untuk kesuksesan penulis serta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua.
Bogor, Februari 2012
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Manfaat Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Daerah Sentra Produksi Mangga ... 3
Hama Ulat Bulu ... 3
Gejala dan Kerugian Serangan Ulat Bulu Lymantriidae ... 4
Faktor Perkembangan Ulat Bulu Lymantriidae ... 5
Pengendalian Hama Ulat Bulu Lymantriidae ... 5
BAHAN DAN METODE ... 7
Tempat dan Waktu ... 7
Bahan dan Alat ... 7
Metode Penelitian ... 7
Pengamatan Serangan dan Musuh Alami A. submarginata di Probolinggo ... 7
Pengamatan Siklus Hidup A. submarginata di Laboratorium ... 8
Pengamatan Ulat Bulu Lain dan Parasitoidnya ... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 9
Ledakan Arctornis submarginata di Kabupaten Probolinggo ... 9
Serangan A. submarginata di Probolinggo ... 9
Musuh Alami A. submarginata ... 10
Siklus Hidup A. submarginata di Laboratorium ... 13
Hama Ulat Bulu lain pada Pertanaman Mangga di Lokasi Survei ... 15
Jenis Ulat Bulu dan Parasitoidnya ... 15
KESIMPULAN DAN SARAN ... 19
Kesimpulan ... 19
Saran ... 19
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Tingkat mortalitas pupa Arctornis submarginata ... 11
Tabel 2 Parasitoid ulat bulu Arctornis submarginata ... 12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kerusakan berat pada pertanaman mangga di Kabupaten
Probolinggo akibat serangan ulat bulu ... 10
Gambar 2 Kondisi pupa A. submarginata yang terserang musuh alami ... 11
Gambar 3 Musuh alami dari hama ulat bulu yang ditemukan ... 13
Gambar 4 Bagan siklus hidup Arctornis submarginata ... 14
Gambar 5 Pengamatan A. submarginata di Laboratorium... 15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Selama akhir bulan Maret hingga pertengahan April 2011, media cetak dan
elektronik di Indonesia dipenuhi berita tentang ledakan populasi ulat bulu pada
pertanaman mangga di Probolinggo. Jenis mangga yang banyak diserang adalah
Manalagi dan Arumanis. Ledakan populasi ulat bulu pada awalnya dilaporkan
terjadi pada pertanaman mangga di Kecamatan Leces, tetapi segera setelah itu
ledakan ulat dilaporkan pula terjadi di empat kecamatan lain yaitu Tegal Siwalan,
Bantaran, Wonomerto, dan Sumber Asih (Aziz dan Irawati 2011). Ledakan
populasi ulat bulu ini merupakan peristiwa yang baru pertama kali terjadi. Pada
malam hari penduduk setempat mendengar bunyi gemerisik dari ribuan ulat yang
sedang makan daun mangga. Ledakan populasi ulat telah menyebabkan tanaman
mangga di lima kecamatan tadi menjadi gundul, yang jumlahnya diperkirakan
mencapai 14.813 pohon (Deptan 2011). Ledakan populasi ulat bulu juga
dilaporkan terjadi di tempat-tempat lain pada berbagai komoditas selain mangga.
Tetapi menurut Rauf (2011) ulat-ulat bulu yang dilaporkan meningkat
populasinya tersebut diketahui berbeda dengan yang populasinya meledak di
Probolinggo.
Berdasarkan bentuk larva dan pupa serta ngengat yang berwarna putih
bersih mengkilap dan agak kehijauan serta adanya satu pasang bintik hitam pada
sayap depan, ulat bulu yang menimbulkan ledakan pada pertanaman mangga di
Probolinggo sementara diidentifikasi sebagai Arctornis submarginata Wlk.
(Lepidoptera: Lymantriidae) (Rauf 2011). Ulat ini sebelumnya dikenal sebagai
Redoa submarginata (Lepidoptera: Lymantriidae), dan dilaporkan pernah dijumpai pada mangga dan kayu manis di Bogor (Kalshoven 1951).
Ulat Arctornis, sebelum kejadian di Probolinggo, tidak pernah dikenal
sebagai hama utama pada mangga di Indonesia (Franssen 1941). Sejak
pertengahan tahun 2000-an, di India ulat A. submarginata dikenal sebagai hama
yang baru muncul, yang menyebabkan defoliasi di perkebunan teh
Karena ulat A. submarginata merupakan hama baru, informasi tentang bioekologi ulat ini tidak banyak diketahui. Begitu pula ulat-ulat Lymantriidae
lainnya yang menyerang mangga belum banyak dipelajari. Oleh karena itu, masih
perlu banyak penelitian untuk menggali informasi mengenai A. submarginata dan
jenis ulat-ulat hama mangga lainnya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan: (1) mempelajari serangan ulat
A. submarginata pada pertanaman mangga di Probolinggo, (2) mengidentifikasi
musuh-musuh alami ulat A. submarginata, (3) mempelajari siklus hidup ulat
A. submarginata di laboratorium, dan (4) mengidentifikasi jenis ulat-ulat Lymantriidae lainnya yang menyerang pohon mangga.
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi mengenai siklus hidup dari A. submaginata serta
penyebaran jenis ulat bulu yang menjadi hama pada beberapa tempat sentra
TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Sentra Produksi Mangga
Mangga telah menjadi komoditas andalan hampir diseluruh dunia. Data
FAO pada tahun 2009, Indonesia menempati urutan ke empat produksi mangga
setelah India, China, dan Thailand. Sentra produksi mangga di Indonesia terbagi
di empat provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan
Sulawesi Selatan. Tiga kabupaten yang menjadi sentra produksi di Jawa Barat
diantaranya adalah Kabupaten Majalengka, Cirebon, dan Indramayu, sedangkan
Tiga Kabupaten Sentra produksi Mangga di Provinsi Jawa Timur adalah
Pasuruan, Situbondo, dan Probolinggo (Deptan 2011).
Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur, merupakan daerah yang paling
banyak membudidayakan tanaman mangga (Broto 2003). Varietas mangga
Manalagi dan Arumanis paling banyak ditanam di daerah Kabupaten Probolinggo.
Probolinggo memiliki luas wilayah 1,621.5 km² yang merupakan dataran rendah
dengan curah hujan per bulan rata-rata 183 mm dan hari hujan 67 hari per tahun.
Kabupaten Indramayu, yang luasnya 204,011 ha, memproduksi varietas mangga
Gedong Gincu pada umumnya, sedangkan varietas lain yang juga ditanam
diantaranya adalah Golek, Arumanis, Manalagi, dan Indramayu atau Cengkir.
(Deptan 2011)
Hama Ulat Bulu
Pertanaman mangga dibeberapa negara beberapa tahun terakhir ini
diserang oleh hama kelompok Lepidoptera. Australia, pada tahun 2008,
melaporkan adanya resiko pada tanaman mangga dari india. Beberapa hal
diantaranya yang dilaporkan adalah adanya serangan hama dari kelompok Ordo
Lepidoptera (Biosecurity Australia 2008). Indonesia dihebohkan oleh serangan
ulat bulu di pertanaman mangga Probolinggo pada akhir Maret hingga April 2011.
Rauf (2011) mengatakan bahwa ulat bulu yang menyerang pertanaman mangga
lebih dari ribuan spesies, dan sebagian besar ditemukan di wilayah Indo-Australia
(Barlow 1982).
Para ahli entomologi telah mengatur beberapa kelompok dari Lepidoptera.
Beberapa diantaranya pembagian ordo berdasarkan ciri-ciri sungut terbagi
menjadi dua subordo, yaitu Rhopalocera (kupu-kupu) dan Heterocera (ngengat).
Ciri-ciri utama dalam mengidentifikai imago Lepidoptera adalah sayap-sayap.
Ciri-ciri lain yang dipakai juga dalam mengidentifikasi adalah sungut, bagian
mulut, mata tunggal, dan tungkai-tungkai serta sering juga warna dan ukuran juga
diperhatikan (Boror 2005).
Ulat bulu merupakan stadia larva dari ngengat yang aktif pada malam hari.
Seperti serangga pada umumnya, ngengat memiliki eksoskeleton dan tungkai
bersendi. Ngengat ini memiliki sayap berselaput dan ditutupi sisik berpigmen,
oleh karena itu, dalam taksonomi disebut Lepidoptera atau "sayap bersisik".
Ngengat, biasanya memiliki pola dan warna yang polos, aktif pada malam hari
(Troy 2004c).
Ciri khas umum dari kelompok ngengat ini adalah ketika istirahat, sayap
diletakkan secara horizontal atau menempel di atas atau di sekitar abdomen, sayap
diletakkan bersama-sama secara vertikal di atas tubuh, seperti pada kupu-kupu.
Pada imago atau ngengat dewasa biasanya memiliki antena berbulu (feathery),
menebal (thickened), atau seperti benang, dan tidak memiliki pegangan atau
pengait, seperti pada kupu-kupu dan skippers (Troy 2004b). Ketika
berkepompong di atas tanah, pupa memiliki kokon yang terbuat dari sutra, sering
dikombinasikan dengan bahan-bahan alam lainnya seperti daun atau bulu tubuh
mereka sendiri. Kebanyakan larvanya berkepompong dalam tanah (Troy 2004c).
Gejala dan Kerugian Serangan Ulat Bulu Lymantriidae
Hama ulat bulu merupakan kelompok Ordo Lepidoptera yang
keberadaannya banyak diteliti di Dunia. Hal tersebut terjadi karena kebanyakan
dari ordo ini mengakibatkan kerugian ekonomi, dan juga kemampuannya dalam
berkembang biak yang begitu cepat. Kelompok imago betina banyak
5
jantan untuk melakukan perkawinan sehingga serangga ini cepat beregenerasi
(Morgan 2004).
Mayoritas dari serangan larva spesies Lapidoptera memakan dedaunan.
Sejumlah spesies juga menyebabkan defoliasi dengan memotong area yang luas
dari lamina daun untuk menggulung menjadi pelindung atau mengikat
bersama-sama dengan sutra, menggerek batang atau kayu, memakan umbi dan akar, bunga,
buah, dan benih. Larva Lymantriidae, baik pada instar awal sampai dengan akhir,
makan terutama pada dedaunan semak dan pohon (Holloway et al. 1987). Larva
Lymantriidae merusak pohon-pohon. Ngengat-ngengat tussock, pengembara
(gipsy) dan ekor coklat adalah hama-hama yang serius pada hutan dan pohon-pohon pelindung (Boror 2005).
Faktor Perkembangan Ulat Bulu Lymantriidae
Penyebaran kelompok Ordo Lepidoptera dipermudah dengan kemampuan
imagonya untuk terbang. Kemampuan untuk terbang telah menjadi faktor utama
keberhasilan serangga dalam mengisi relung ekologi, pencarian makanan dan
pasangan, bermigrasi jarak jauh, dan melarikan diri dari musuh-musuh mereka
(Nation 2008).
Setiap tanaman akan mengalami resistensi pertahanan dari serangan
serangga. Respon seperti ini terlihat pada pohon-pohon yang telah menjadi inang
bagi serangga dalam waktu yang lama. Kemampuan Ordo Lepidoptera dalam
beralih ke tanaman inang yang baru akan dipengaruhi oleh kemiripan dari
tanaman inang yang lama. Kesamaan diantara tanaman inang tidak hanya pada
taksonominya saja, namun juga pada zat sekunder tanaman. Faktor lain yang
mempengaruhi seperti kadar air, struktur dan arsitektur daun, dan bahan kimia
secara keseluruhan yang juga penting (Scoble 1995).
Pengendalian Hama Ulat Bulu Lymantriidae
Setiap serangga memiliki garis pertahanan pertama dalam perlawanan dari
invasi berbagai musuh alami, yaitu kerangka eksternal mereka kutikula dan
lapisan kutikula dari foregut dan hindgut, sistem trakea, dan bagian dari sistem
serangga segera meningkatkan respon imun bawaan, termasuk tanggapan baik
selular dan humoral. Respon seluler termasuk fagositosis oleh hemosit benda kecil
dan enkapsulasi dengan lapisan hemosit objek yang lebih besar, seperti telur
parasitoid atau instar awal parasitoid. Hampir bersamaan dengan reaksi seluler,
respon humoral mulai dengan elaborasi protein pengenalan pola oleh sel-sel
epidermis, hemosit, dan sel-sel lemak tubuh. Pertahanan kekebalan tubuh
mengeluarkan banyak sumber daya energi dan metabolisme, dan ekologis
trade-off dengan dampak negatif pada kebugaran serangga, terutama ketika menghadapi
tekanan tambahan, seperti ketika terserang bakteri atau cendawan yang
menyebabkan sumber-sumber nutrisi terbatas atau kondisi ekologi yang
memburuk (Nation 2008).
Parasitoid dan parasit selalu menimbulkan respon imun dari inang mereka.
Sehingga mereka melakukan persaingan evolusi untuk bertahan hidup. Evolusi,
mungkin lebih penting bagi betina untuk bertahan ketika diserang mikroba
dibandingkan jantan. Hal ini dikarenakan perbedaan jenis kelamin pada beberapa
serangga juga menyebabkan perbedaan dalam merespon imun dan kelangsungan
hidup (Nation 2008). Menurut Hajizadeh et al. (2011), parasitoid mengambil
makanan dari dalam tubuh serangga inang dan membunuhnya dalam bertahap.
Setelah parasitoid menyelesaikan perkembangannya, muncullah parasitoid dari
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada pertanaman mangga di Kabupaten
Indramayu, Kendal, dan Probolinggo, serta di Laboratorium Bionomi dan Ekologi
Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 – Juli 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu hama ulat bulu hasil tangkapan lapang,
larutan madu 10% dan daun mangga. Alat yang digunakan adalah kotak
pemeliharaan dengan ukuran panjang 16 cm, lebar 10.5 cm, tinggi 12 cm, wadah
plastik pemeliharaan dengan ukuran diameter 5.5 cm, tinggi 4.5 cm, cool box,
kurungan kasa dengan bingkai kayu, berukuran panjang 30 cm, lebar 30 cm, dan
tinggi 35 cm, gunting, kamera, alat pemotong daun, mikroskop stereo, lampu
belajar, kuas, sarung tangan, kapas, dan cawan petri, serta literatur identifikasi
Ngengat Lymantriidae dan imago parasitoid yang muncul berdasarkan (Toxopeus
1948; Kalshoven 1981; Holloway 1999; Pogue dan Schaefer 2007) dan koleksi
yang ada di Museum Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode survei dan rearing yaitu
menentukan tingkat serangan, mengamati hama ulat bulu yang ada pada
pertanaman mangga beserta dengan musuh alaminya, dan mempelajari siklus
hidup ulat bulu.
Pengamatan Serangan dan Musuh Alami A. submarginata di Probolinggo Survei ke pertanaman mangga di Kecamatan Leces dan Sumber Asih
dilakukan pada 13-14 Mei 2011. Pada saat survei keadaan serangan
dikumpulkan. Selanjutnya ulat dan kepompong tadi dimasukkan kedalam kotak
pemeliharaan dengan diberi label lokasi dan tanggal pengumpulan. Kotak
pemeliharaan dimasukkan kedalam cool box agar ulat bulu atau kepompong dapat
bertahan hidup hingga sampai di laboratorium IPB. Ngengat dan imago parasitoid
yang muncul diidentifikasi berdasarkan kunci yang tersedia (Toxopeus 1948;
Kalshoven 1981; Barlow 1982; Holloway 1999; Pogue dan Schaefer 2007) dan
koleksi yang ada di Museum Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pengamatan Siklus Hidup A. submarginata di Laboratorium
Pasangan imago jantan dan betina ngengat A. submarginata dipelihara di
dalam kurungan kasa dengan bingkai kayu, berukuran panjang 30 cm, lebar 30
cm, dan tinggi 35 cm. Di dalam kurungan tersebut ditempatkan potongan ranting
mangga dan kapas yang telah diresapi larutan madu 10%. Ngengat dibiarkan
berkopulasi dan meletakkan telur. Telur yang diletakkan dihitung jumlahnya,
ditandai dan dibiarkan hingga menetas. Larva instar I yang baru muncul lalu
dipelihara secara individu di dalam kotak pemeliharaan kecil (d = 5.5 cm;
t = 4.5 cm) dengan diberi potongan daun mangga sebagai pakan. Daun mangga
diganti setiap hari dengan daun yang masih segar. Larva dibiarkan terus
berkembang hingga menjadi ngengat. Lama stadia telur, instar larva, pupa, dan
ngengat dicatat; begitu pula ukuran tubuhnya.
Pengamatan Ulat Bulu Lain dan Parasitoidnya
Pengamatan jenis ulat bulu lainnya dilakukan pada pertanaman mangga di
Probolinggo, Indramayu, dan Kendal. Ulat-ulat bulu yang dijumpai dilapangan
dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium. Ngengat dan parasitoid yang muncul
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ledakan Arctornis submarginata di Kabupaten Probolinggo Serangan A. submarginata di Probolinggo
Pada saat survei dilakukan (13-14 Mei 2011) serangan ulat sudah
menurun. Pada pohon mangga hampir tidak dijumpai lagi ulat A. submarginata
karena sebagian besar sudah berkepompong. Di lapangan, pupa A. submarginata
banyak ditemukan menempel pada permukaan bawah daun pisang atau vegetasi
lainnya, menempel pada tembok, pagar, dan sejenisnya. Ratusan pupa kemudian
dikumpulkan untuk dipelihara di laboratorium. Selain pupa, di lapangan
ditemukan pula beberapa ngengat A. submarginata yang menempel pada
daun-daun di sekitar pohon mangga yang terserang.
Selain karena telah berubah menjadi kepompong, menurunnya serangan
ulat juga disebabkan oleh tindakan pengendalian yang dilakukan. Penduduk
melakukan pengendalian secara mekanis dan fisik dengan cara menyapu dan
mengumpulkan ulat-ulat yang berkeliaran dan kemudian menguburnya.
Sementara itu Dinas Pertanian setempat melakukan pengendalian dengan
penyemprotan insektisida. Pengendalian kimiawi ini perlu dilakukan secara
hati-hati atau bahkan dihindari, terutama karena serangan ulat terjadi di pekarangan
rumah. Penggunaan insektisida secara sembarangan dapat berpengaruh terhadap
kesehatan penduduk.
Walaupun serangan sudah menurun, di lapangan masih banyak dijumpai
pohon mangga yang tajuknya gundul seperti pada Gambar 1. Sebagian besar
sudah membentuk pucuk-pucuk baru. Walaupun pohon mangga tidak mati,
serangan berat ulat bulu yang menyebabkan tajuk gundul diperkirakan dapat
menurunkan hasil panen atau paling tidak menunda masa pembungaan (Rauf
2011). Penelitian Schreiner dan Nafus (1991) di Guam mengisyaratkan bahwa
pohon mangga memerlukan daun seluas 4-5 cm² per cabang untuk terjadinya
pembungaan, di atas ambang tersebut makin banyak bunga yang dapat terbentuk
Gambar 1 Kerusakan berat pada pertanaman mangga di Kabupaten Probolinggo akibat serangan ulat bulu
Disamping potensi dampak ekonomi yang ditimbulkan, ledakan populasi
ulat bulu juga menimbulkan dampak sosial yaitu rasa tidak nyaman. Penduduk
merasa jijik dengan banyaknya ulat yang ada. Hal ini terjadi pada saat makanan
(daun) habis dan ulat sudah siap untuk berkepompong. Pada keadaan demikian,
ulat berkeliaran di pekarangan untuk mencari makanan atau mencari tempat
berkempompong, dan banyak yang menempel di dinding atau yang masuk ke
dalam rumah (Rauf 2011). Rasa tidak nyaman ini diperburuk lagi oleh timbulnya
gatal-gatal pada kulit dari sebagian penduduk. Walaupun demikian, ulat Arctornis
tampaknya bukan jenis yang bulunya menimbulkan rasa gatal. Hal ini berbeda
dengan ulat Lymantriidae lainnya yang diketahui memiliki bulu-bulu gatal seperti
pada Orgyia spp., Dasychira spp., Lymantria spp., dan terutama Euproctis spp.
(Kalshoven 1981; Diaz 2005).
Musuh Alami A. submarginata
Musuh alami yang berhasil dikoleksi dari lapangan di Probolinggo
meliputi cendawan entomopatogen dan parasitoid, yang menyebabkan kematian
pada pupa A. submarginata. Tingkat kematian pupa oleh kedua kelompok musuh
alami ini mencapai 98.1% (Tabel 1). Tidak diragukan lagi bahwa menurunnya
11
meningkatnya peranan musuh alami. Dalam hubungan ini pula, terjadinya ledakan
populasi A. submarginata diduga berkaitan dengan terganggunya peranan musuh
alami. Musim hujan yang berkepanjangan selama tahun 2010 diperkirakan
mengganggu kehidupan parasitoid (Rauf 2011). Selain itu, meningkatnya infeksi
cendawan entomopatogen pada pupa selama tahun basah menyebabkan parasitoid
yang ada di dalamya juga ikut mati.
Tabel 1 Tingkat mortalitas pupa Arctornis submarginata
Kondisi pupa Jumlah %
Sehat 2 1.9
Terinfeksi cendawan 14 13.5
Terparasit 88 84.6
Total yang diamati 104 100.0
Pupa yang terserang cendawan permukaan tubuhnya dipenuhi oleh
miselium berwarna putih (Gambar 2). Prayogo dan Suharsono (2011)
mengidentifikasi cendawan yang menginfeksi ulat A. submarginata dari
Probolinggo sebagai Paecelomyces fumosoroseus. Keduanya juga menemukan
pupa yang terinfeksi virus NPV yang dicirikan dengan perubahan warna pada
pupa menjadi hitam. Pengamatan kami di lapangan menemukan beberapa ulat
seperti terinfeksi virus yang dicirikan oleh posisi tubuhnya yang mati
menggantung dengan tekstur yang lunak. Khewa dan Mukhopadhyay (2010)
mendapatkan ulat A. submarginata di India yang terinfeksi bakteri Bacillus.
Gambar 2 Kondisi pupa A. submarginata yang terserang musuh alami,
(a) terinfeksi cendawan, (b) terserang parasitoid
Ada tiga jenis parasitoid yang muncul dari pupa A. submarginata, yaitu
tawon Xanthopimpla sp. (Hymenoptera: Ichneumonidae), Brachymeria sp.
(Hymenoptera: Chalcididae), dan lalat Tachinidae (Gambar 3). Pupa yang
terparasit umumnya berwarna hitam (Gambar 2). Sejumlah 88 pupa yang diduga
terparasit, sebanyak 24 pupa (27.3%) menghasilkan imago parasitoid. Pupa
sisanya, 64 ekor atau 72.7% (Tabel 2), tampak mati karena selain terparasit juga
terinfeksi patogen. Kematian pupa juga mungkin akibat penyemprotan insektisida
yang dilakukan sebelumnya oleh Dinas Pertanian. Jenis parasitoid yang paling
banyak keluar adalah Xanthopimpla sp.. Pada pengumpulan sebelumnya,
parasitoid yang paling banyak muncul adalah Brachymeria sp. (Rauf 2011).
Tabel 2 Parasitoid ulat bulu Arctornis submarginata
Parasitoid yang muncul Jumlah %
Xanthopimpla sp. 17 19.3
Brachymeria sp. 5 5.7
Tachinidae 2 2.3
Tidak berhasil muncul 64 72.7
Pada pupa yang terparasit oleh Xanthopimpla sp. dan Brachymeria sp.
tampak lubang tempat keluar imago parasitoid. Imago Xanthopimpla mudah
dikenali karena tubuhnya berwarna khas kuning dengan garis-garis hitam pada
pronotum dan abdomen. Sementara imago Brachymeria mudah dikenali dari
bentuk dan ukuran femurnya yang membesar. Kalshoven (1981) melaporkan
Xanthopimpla sp. dan Brachymeria sp. sebagai parasitoid pupa penggulung daun
pisang Erionota thrax (L.) (Lepidoptera: Hesperiidae). Dilaporkan pula bahwa
Brachymeria dapat berperan sebagai parasitoid primer atau sekunder. Pengamatan
Lengkong (1991) di laboratorium mendapatkan bahwa parasitoid Brachymeria
dapat memarasit larva instar akhir dan pupa penggulung daun pisang. Berbeda
dengan kedua parasitoid ini yang keluar dari pupa inang, parasitoid Tachinidae
keluar dari larva inang. Larva A. submarginata yang terparasit tampak lemah dan
tidak makan. Beberapa hari kemudian larva parasitoid yang berumur lanjut keluar
13
berkepompong dengan membentuk puparium yang menempel pada bangkai inang
atau substrat di sekitarnya.
Gambar 3 Musuh alami dari hama ulat bulu yang ditemukan, (a) imago
Xanthopimpla sp., (b) imago Brachymeria sp., (c) pupa dan imago Lalat Tachinidae
Siklus Hidup A. submarginata di Laboratorium
Ngengat A. submarginata berwarna putih bersih agak kehijauan, dengan
sepasang bintik hitam pada sayap depan. Imago jantan dan betina dapat dibedakan
berdasarkan ukuran dan bentuk ujung abdomen. Imago betina berukuran lebih
besar (3.6 cm) dibandingkan imago jantan (3.2 cm), dengan ujung abdomen yang
lebih tumpul (Gambar 5). Rataan masa hidup imago betina 12.8 hari. Seekor
ngengat betina mampu meletakkan telur rata-rata sebanyak 201.5 butir telur
selama hidupnya. Total siklus hidup A. submarginata dari sejak telur diletakkan
hingga imago betina yang terbentuk meletakkan telur kembali rata-rata 46.7 hari.
Bagan siklus hidup A. submarginata disajikan pada Gambar 4. Telur diletakkan
secara tunggal pada permukaan daun atau dinding tempat pemeliharaan. Telur
berbentuk bulat pipih seperti buah labu dengan diameter 0.5 mm dan berwarna
hijau pucat. Lama stadia telur 5.5 hari.
a b
s l i i r 3 d u d p p m b m Telur
sedangkan t
lama kelam
instar pertam
instar dua ra
rata-rata 4.1
3.2 hari den
dengan ukur
ukuran
rata-dibandingka
Pupa
pupa berlang
pupa A. sub
menggantun Pada bulunya tam meregangka Te 5.50 Gambar 4
r yang dibu
telur yang ti
maan mengem
ma berukura
ata-rata 3.43
7 hari deng
ngan ukuran
ran rata-rata
-rata 3 cm.
an daun mud
a berwarna h
gsung sekita
bmarginata
ng pada perm
a saat istirah
mpak rata d
an tubuhnya elur 0 hari Bagan siklu uahi telihat idak dibuah mpis (Gamb
an rata-rata 0
3 hari denga
an ukuran ra
n rata-rata 1
a 2.04 cm.
Di laborato
da.
hijau muda
ar 5 hari. Be
bersifat tela
mukaan daun
hat ulat bia
dengan tubuh
a dengan bu Lar
Im
us hidup Arc
seperti bagi
hi terlihat hij
bar 5). Larv
0.36 cm den
an ukuran ra
ata-rata 1.03
1.49 cm. Sta
Stadia Insta
orium larva
dan beruku
erbeda denga
anjang, tidak
n atau subtrat
asanya mele
h. Pada saa
ulu-bulu ya rva instar I-V
23.4 hari
mago Betina 12.8 hari
ctornis subm
ian putih te
ijau biasa, ti
va terdiri da
ngan lama s
ata-rata 0.65
3 cm. Stadia
adia instar l
ar enam rata
tampak leb
uran panjang
an kebanyak
k terbungku
t lain dengan
maskan tub at terganggu ang berdiri VI a marginata
lur yang be
idak berkem
ari enam ins
stadia 3.72 h
cm. Stadia
a instar emp
lima rata-rat
a-rata 4.5 h
ih menyuka
g 1.5 cm. L
kan pupa Lym
us dalam ko
n bantuan tal
buhnya sehin
u atau berge
tegak. Pad Pupa 5 har erkembang, mbang, dan star. Larva hari. Stadia instar tiga at rata-rata
ta 4.4 hari
ari dengan
ai daun tua
15
demikian, khususnya pada ulat yang berukuran besar, tampak warna kuning dan
hitam pada bagian dorsal toraks. Pada bagian ini menyembul sekumpulan bulu
halus yang tegak dan ukurannya lebih panjang dari pada bulu tubuh lainnya. Larva
A. submarginata, terutama instar-instar awal, memperlihatkan perilaku meloncat bila tersentuh.
Perkembangan instar larva diikuti pula oleh perubahan perilaku makannya.
Larva instar I dan II biasanya menggerigiti lapisan epidermis daun, sehingga pada
daun yang terserang tampak bagian putih transparan bekas gigitan ulat. Larva
instar III makan jaringan daun sehingga daun yang terserang tampak
bolong-bolong, sedangkan larva instar IV hingga VI makan dari tepi daun.
Gambar 5 Pengamatan A. submarginata di Laboratorium, (a) telur yang telah
dibuahi, (b) telur yang tidak dibuahi, (c) telur yang telah menetas, (d) larva instar I, (e) ujung abdomen imago jantan, (f) ujung abdomen imago betina
Hama Ulat Bulu lain pada Pertanaman Mangga di Lokasi Survei Jenis Ulat Bulu dan Parasitoidnya
Seperti disebutkan terdahulu, jenis ulat bulu yang populasinya meledak di
Probolinggo adalah A. submarginata. Selain itu dijumpai pula spesies ulat
Lymantriidae lain dalam jumlah yang relatif sangat rendah, diantaranya adalah
a b c
Lymantria marginata, Orgyia postica, dan Dasychira inclusa (Gambar 6).
Berbeda dengan A. submarginata yang pupanya telanjang, pupa Lymantria,
Orgyia, dan Dasychira terbungkus dalam kokon.
Gambar 6 Hama ulat bulu yang ditemukan di Kabupaten Probolinggo, (a) larva
L.marginata, (b) pupa L.marginata, (c) imago L.marginata, (d) larva
A. submarginata, (e) larva O. postica, (f) larva D. inclusa, (g) imago
D. inclusa
L. marginata sebelumnya dikenal dengan nama L. beatrix (Pogue dan
Schaefer 2007). Di India L. marginata dilaporkan pernah menimbulkan kerusakan
berat pada pohon mangga (Singh dan Goel 1986). Pada siang hari ulat
L. marginata biasanya tinggal diam dan menempel ketat pada permukaan batang mangga. Karena warna tubunya menyerupai warna kulit batang, ulat ini agak sulit
terlihat. Dari 20 ekor yang berhasil dikumpulkan dari lapangan, hanya satu larva
yang berhasil menjadi ngengat, sisanya terparasit oleh lalat Tachinidae.
Berdasarkan pemeliharaan di laboratorium tidak ada parasitoid yang keluar dari
a b c
e f
d
17
ulat O. postica dan D. inclusa. Kalshoven (1981) mencatat beberapa jenis
parasitoid sebagai musuh alami dari kedua ulat bulu ini.
Tabel 3 Jenis ulat bulu lain pada pertanaman mangga dan parasitoidnya
Kabupaten Jenis Ulat Bulu Parasitoid yang muncul
Probolinggo
Lymantria marginata • Tachinidae
Dasychira inclusa
Orgyia postica -
Indramayu Lymantria marginata • Xanthopimpla sp.
Kendal Lymantria marginata
• Brachymeria sp.
• Tachinidae
• Xanthopimpla sp.
Pada pengamatan di Kabupaten Indramayu dijumpai adanya sedikit
gerigitan pada daun mangga. Keberadaan ulat bulu pun tidak diketahui oleh
masyarakat dan petugas setempat. Selain populasinya sangat rendah, ulat sulit
ditemukan karena menempel pada batang mangga. Berdasarkan ngengat yang
muncul, ulat Lymantriidae di Indramayu diidentifikasi sebagai Lymantria
marginata. Dari sebagian pupa yang dipelihara di laboratorium keluar parasitoid
Xanthopimpla sp..
Pengamatan lapangan di Kendal mendapatkan banyak pupa yang
menempel pada permukaan bawah daun mangga atau tanaman lain di sekitarnya,
tetapi sangat jarang ditemukan ulatnya. Larva dan pupa yang dibawa ke
laboratium tidak satu pun yang berhasil menjadi ngengat, karena seluruhnya
terparasit. Parasitoid yang muncul adalah Xanthopimpla sp., Brachymeria sp., dan
Tachinidae (Tabel 3). Berdasarkan morfologinya diduga ulat bulu yang ada di
Kendal tergolong L. marginata.
Banyaknya larva dan pupa yang terparasit menunjukkan bahwa selama ini
ulat bulu Lymantriidae yang ada di alam selalu di bawah kendali musuh alami.
Ledakan populasi ulat bulu dapat terjadi bila kehidupan musuh alami ini
terganggu, baik akibat anomali iklim maupun akibat perilaku manusia. Oleh
karena itu, pada saat terjadi ledakan, upaya yang perlu dilakukan adalah
dapat memperburuk kehidupan musuh alami perlu dihindari. Seandainya
diperlukan pengendalian kimiawi, perlu dipilih insektisida yang aman terhadap
parasitoid, misalnya yang berbahan aktif Bacillus thuringiensis. Berdasarkan
pengalaman terjadinya ledakan ulat bulu di Probolinggo, kiranya kegiatan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Jenis ulat bulu yang meledak populasinya selama Maret-April 2011 dan
menyebabkan kerusakan berat pada pohon mangga di Probolinggo adalah
A. submarginata. Setelah periode itu, ledakan populasi mulai menurun karena meningkatnya peranan musuh alami. Di antara musuh alami yang paling umum
ditemukan adalah parasitoid Brachymeria sp. dan Xanthophimpla sp. serta
cendawan entomopatogen yang menginfeksi pupa. Ketiga kelompok musuh alami
tersebut menyebabkan kematian pada kepompong ulat bulu hingga 98%. Di
laboratorium, siklus hidup ulat A. submarginata berlangsung sekitar 47 hari
dengan keperidian 200 butir telur. Ulat bulu lainnya dari Famili Lymantriidae
yang dijumpai menyerang pohon mangga adalah Lymantria marginata, Orgyia
postica, dan Dasychira inclusa.
Saran
Pengendalian mekanis dan hayati harus lebih diutamakan sebagai strategi
DAFTAR PUSTAKA
Aziz N A, Irawati D. 2011. Ulat bulu itu berjatuhan seperti hujan. Probolinggo. http://regional.kompas.com/read/2011/04/02/01124597/Ulat.Bulu.Itu.Berjat uhan.seperti.Hujan. [26 April 2011].
Barlow H S. 1982. An Introduction to the Moths of South East Asia. Kuala
Lumpur: Art Printing Works Sdn. Bhd., K.L.
Biosecurity Australia. 2008. Final Import Risk Analysis Report for Fresh Mango Fruit from India. http://www.biosecurityaustralia.gov.au. [3 September 2011].
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Introduction To The Study of
Insects. Seventh Edition. USA: Thomson Brooks/Cole
Broto W. 2003. Mangga: Budi Daya, Pascapanen, dan Tata Niaganya. Depok:
PT AgroMedia Pustaka.
Diaz JH. 2005. The evolving global epidemiology, syndromic classification,
management, and prevention of caterpillar envenoming. Am J Trop Med
Hyg 72(3): 347-357.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2011. Ulat Bulu. http://www.litbang.deptan.go.id/ulat-bulu/. [5 Juli 2011].
[Deptan] Departemen Pertanian. 2011. Sentra-sentra Produksi Mangga. http://www.deptan.go.id/pesantren/ditbuah/Komoditas/sentra_mangga.htm. [5 Juli 2011].
[FAOSTAT] Food and Agriculture Organization of The United Nations. 2012. Food and Agricultural Commodities Production. http://faostat.fao.org/site/339/default.aspx. [14 Februari 2012].
Franssen CJH. 1941. Pests of the mango tree in the Netherlands Indies. Meded Algemen Proefstation voor den Landbouw 31: 1-25.
Hajizadeh G, Kavosi MR, Moshashaei E. 2011. Natural enemies of the gypsy
moth Lymantria dispar (L.) (Lepidoptera: Lymantriidae). International
Research Journal of Agricultural Science and Soil Science. Vol. 1(8). Iran: Forest Rang and Watershed Management Organization. pp. 301-306.
Holloway JD. 1999. The moths of Borneo: Family Lymantriidae. Mal Nat J
53:1-188.
Holloway J D, Bradley J D, Carter D J. 1987. Lepidoptera. Wallingford: CAB
International.
Kalshoven LGE. 1951. De Plagen Van De Cultuurgewassen in Indonesië.
Bandoeng: N.V. Uitgeverij W. Van hoeve.
Kalshoven LGE. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar baru.
Khewa S, Mukhopadhyay A. 2010. Biocontrol potential of a newly isolated
21
Lymantriidae) occurring in Darjeeling Teral region. J Biopesticides 3(1
Special Issue): 114-116.
Lengkong M. 1991. Siklus hidup dan prilaku parasitoid Brachymeria sp.
(Hymenoptera: Chalcididae) pada inang Erionata thrax L. (Lepidoptera:
Hesperiidae).[tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Mukhopadhyay A, Khewa S, De D. 2007. A report on occurrence of a new
defoliator of tea, Arctornis submarginata (Walker) (Lepidoptera:
Lymantriidae) from Darjeeling terai with notes on its life history
performance. Insect Environment 13(2): 53-54.
Nation JL. 2008. Insect Physiology and Biochemistry Second Edition. New York: CRC Press.
Pogue MG, Schaefer PW. 2007. A review of selected species of Lymantria
Hubner [1819] (Lepidoptera: Noctuidae: Lymantriinae) from subtropical and temperate regions of Asia, including the descriptions of three new species, some potentially invasive to North America. USDA. 223 pp.
Prayogo Y, Suharsono. 2011. Serangan ulat bulu di Kotamadya Malang dan Sekitarnya.
http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/924/.../Ulatbulu-di-Malang.pdf.
Rauf A. 2011. Ledakan ulat bulu di Probolinggo dan di tempat lainnya. Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB, Bogor. 5 h.
Rukmana R. 2008. Bertanam Buah-buahan di Pekarangan. Yogyakarta: Kanisius.
Schreiner IH, Nafus DM. 1991. Defoliation of mango trees by the mango shoot caterpillar (Lepidoptera: Noctuidae) and its effects on foliage regrowth and
flowering. Environ Entomol 20(6): 1556-1561.
Scoble J M. 1995. The Lepidoptera Form, Function and Diversity. New York:
Oxford University Press.
Singh J, Goel SC. 1986. Biology of Lymantria marginata Wlk. (Lymantriidae:
Lepidodptera), a mango defoliator in western Uttar Pradesh. Entomon
11(4):265–267.
Toxopeus LJ. 1948. Notes on Lymantriidae with a partial revision of the genus
Redoa Wlk (Lepid. Heteroc.) (Results of the Third Archbold Expedition
1938-1939). Treubia 19: 429-481.
Troy Bartlett. 2004b. Moths. Identification, Images, & Information For Insects, Spiders & Their Kin For the United States & Canada.USA: Iowa State University. http://bugguide.net/node/view/82#etymology. [3 Februari 2011].
STUD
DENGA
DI ULAT
AN PERH
FAJAR
DEPAR
INS
BULU PA
HATIAN U
DI PR
SIDIQ AL
RTEMEN
FAKULT
STITUT P
ADA PERT
UTAMA P
ROBOLING
L AFGHA
PROTEK
TAS PERT
ERTANIA
2012
TANAMA
ADA KAS
GGO
ANI NOER
KSI TANA
TANIAN
AN BOGO
AN MANG
SUS LEDA
RMAN
AMAN
OR
GGA
ABSTRAK
FAJAR SIDIQ AL AFGHANI NOERMAN. Studi Ulat Bulu pada Pertanaman Mangga dengan Perhatian Utama pada Kasus Ledakan di Probolinggo. Dibimbing
oleh SUGENG SANTOSO dan AUNU RAUF.
Selama bulan Maret-April 2011 terjadi ledakan ulat bulu Arctornis
submarginata Wlk. (Lep.: Lymantriidae) pada pertanaman mangga di Probolinggo. Pada saat yang bersamaan ledakan ulat bulu dilaporkan pula terjadi di tempat-tempat lainnya. Penelitian bertujuan mempelajari serangan, musuh
alami, dan siklus ulat A. submarginata, serta mengidentifikasi jenis-jenis ulat bulu
lainnya yang menyerang pohon mangga. Serangan dan musuh alami ulat bulu dipelajari melalui kegiatan survei dan pengumpulan ulat atau kepompong pada pertanaman mangga di Probolinggo, Indramayu, dan Kendal; sedangkan
penelitian siklus hidup A. submarginata dilakukan di laboratorium.Hasil survei
pada pertengahan Mei 2011 mengungkapan serangan ulatA. submarginata sudah
sangat menurun. Menurunnya serangan ulat bulu ini disebabkan oleh meningkatnya perananmusuh alami, yang menyebabkan kematian pada pupa hingga 98%. Musuh alami yang paling umum ditemukan adalah parasitoid
Brachymeria sp. dan Xantophimpla sp, serta cendawan entomopatogen yang
menginfeksi pupa. Di laboratorium, siklus hidup ulat A. submarginata
berlangsung sekitar 47 hari dengan keperidian 200 butir telur.Ulat bulu lainnya
dari famili Lymantriidae yang menyerang pohon mangga adalah Lymantria
marginata, Orgyia postica, dan Dasychira inclusa.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Selama akhir bulan Maret hingga pertengahan April 2011, media cetak dan
elektronik di Indonesia dipenuhi berita tentang ledakan populasi ulat bulu pada
pertanaman mangga di Probolinggo. Jenis mangga yang banyak diserang adalah
Manalagi dan Arumanis. Ledakan populasi ulat bulu pada awalnya dilaporkan
terjadi pada pertanaman mangga di Kecamatan Leces, tetapi segera setelah itu
ledakan ulat dilaporkan pula terjadi di empat kecamatan lain yaitu Tegal Siwalan,
Bantaran, Wonomerto, dan Sumber Asih (Aziz dan Irawati 2011). Ledakan
populasi ulat bulu ini merupakan peristiwa yang baru pertama kali terjadi. Pada
malam hari penduduk setempat mendengar bunyi gemerisik dari ribuan ulat yang
sedang makan daun mangga. Ledakan populasi ulat telah menyebabkan tanaman
mangga di lima kecamatan tadi menjadi gundul, yang jumlahnya diperkirakan
mencapai 14.813 pohon (Deptan 2011). Ledakan populasi ulat bulu juga
dilaporkan terjadi di tempat-tempat lain pada berbagai komoditas selain mangga.
Tetapi menurut Rauf (2011) ulat-ulat bulu yang dilaporkan meningkat
populasinya tersebut diketahui berbeda dengan yang populasinya meledak di
Probolinggo.
Berdasarkan bentuk larva dan pupa serta ngengat yang berwarna putih
bersih mengkilap dan agak kehijauan serta adanya satu pasang bintik hitam pada
sayap depan, ulat bulu yang menimbulkan ledakan pada pertanaman mangga di
Probolinggo sementara diidentifikasi sebagai Arctornis submarginata Wlk.
(Lepidoptera: Lymantriidae) (Rauf 2011). Ulat ini sebelumnya dikenal sebagai
Redoa submarginata (Lepidoptera: Lymantriidae), dan dilaporkan pernah dijumpai pada mangga dan kayu manis di Bogor (Kalshoven 1951).
Ulat Arctornis, sebelum kejadian di Probolinggo, tidak pernah dikenal
sebagai hama utama pada mangga di Indonesia (Franssen 1941). Sejak
pertengahan tahun 2000-an, di India ulat A. submarginata dikenal sebagai hama
yang baru muncul, yang menyebabkan defoliasi di perkebunan teh
2
Karena ulat A. submarginata merupakan hama baru, informasi tentang
bioekologi ulat ini tidak banyak diketahui. Begitu pula ulat-ulat Lymantriidae
lainnya yang menyerang mangga belum banyak dipelajari. Oleh karena itu, masih
perlu banyak penelitian untuk menggali informasi mengenai A. submarginata dan
jenis ulat-ulat hama mangga lainnya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan: (1) mempelajari serangan ulat
A. submarginata pada pertanaman mangga di Probolinggo, (2) mengidentifikasi
musuh-musuh alami ulat A. submarginata, (3) mempelajari siklus hidup ulat
A. submarginata di laboratorium, dan (4) mengidentifikasi jenis ulat-ulat Lymantriidae lainnya yang menyerang pohon mangga.
Manfaat Penelitian
Memberikan informasi mengenai siklus hidup dari A. submaginata serta
penyebaran jenis ulat bulu yang menjadi hama pada beberapa tempat sentra
TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Sentra Produksi Mangga
Mangga telah menjadi komoditas andalan hampir diseluruh dunia. Data
FAO pada tahun 2009, Indonesia menempati urutan ke empat produksi mangga
setelah India, China, dan Thailand. Sentra produksi mangga di Indonesia terbagi
di empat provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan
Sulawesi Selatan. Tiga kabupaten yang menjadi sentra produksi di Jawa Barat
diantaranya adalah Kabupaten Majalengka, Cirebon, dan Indramayu, sedangkan
Tiga Kabupaten Sentra produksi Mangga di Provinsi Jawa Timur adalah
Pasuruan, Situbondo, dan Probolinggo (Deptan 2011).
Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur, merupakan daerah yang paling
banyak membudidayakan tanaman mangga (Broto 2003). Varietas mangga
Manalagi dan Arumanis paling banyak ditanam di daerah Kabupaten Probolinggo.
Probolinggo memiliki luas wilayah 1,621.5 km² yang merupakan dataran rendah
dengan curah hujan per bulan rata-rata 183 mm dan hari hujan 67 hari per tahun.
Kabupaten Indramayu, yang luasnya 204,011 ha, memproduksi varietas mangga
Gedong Gincu pada umumnya, sedangkan varietas lain yang juga ditanam
diantaranya adalah Golek, Arumanis, Manalagi, dan Indramayu atau Cengkir.
(Deptan 2011)
Hama Ulat Bulu
Pertanaman mangga dibeberapa negara beberapa tahun terakhir ini
diserang oleh hama kelompok Lepidoptera. Australia, pada tahun 2008,
melaporkan adanya resiko pada tanaman mangga dari india. Beberapa hal
diantaranya yang dilaporkan adalah adanya serangan hama dari kelompok Ordo
Lepidoptera (Biosecurity Australia 2008). Indonesia dihebohkan oleh serangan
ulat bulu di pertanaman mangga Probolinggo pada akhir Maret hingga April 2011.
Rauf (2011) mengatakan bahwa ulat bulu yang menyerang pertanaman mangga
4
lebih dari ribuan spesies, dan sebagian besar ditemukan di wilayah Indo-Australia
(Barlow 1982).
Para ahli entomologi telah mengatur beberapa kelompok dari Lepidoptera.
Beberapa diantaranya pembagian ordo berdasarkan ciri-ciri sungut terbagi
menjadi dua subordo, yaitu Rhopalocera (kupu-kupu) dan Heterocera (ngengat).
Ciri-ciri utama dalam mengidentifikai imago Lepidoptera adalah sayap-sayap.
Ciri-ciri lain yang dipakai juga dalam mengidentifikasi adalah sungut, bagian
mulut, mata tunggal, dan tungkai-tungkai serta sering juga warna dan ukuran juga
diperhatikan (Boror 2005).
Ulat bulu merupakan stadia larva dari ngengat yang aktif pada malam hari.
Seperti serangga pada umumnya, ngengat memiliki eksoskeleton dan tungkai
bersendi. Ngengat ini memiliki sayap berselaput dan ditutupi sisik berpigmen,
oleh karena itu, dalam taksonomi disebut Lepidoptera atau "sayap bersisik".
Ngengat, biasanya memiliki pola dan warna yang polos, aktif pada malam hari
(Troy 2004c).
Ciri khas umum dari kelompok ngengat ini adalah ketika istirahat, sayap
diletakkan secara horizontal atau menempel di atas atau di sekitar abdomen, sayap
diletakkan bersama-sama secara vertikal di atas tubuh, seperti pada kupu-kupu.
Pada imago atau ngengat dewasa biasanya memiliki antena berbulu (feathery),
menebal (thickened), atau seperti benang, dan tidak memiliki pegangan atau
pengait, seperti pada kupu-kupu dan skippers (Troy 2004b). Ketika
berkepompong di atas tanah, pupa memiliki kokon yang terbuat dari sutra, sering
dikombinasikan dengan bahan-bahan alam lainnya seperti daun atau bulu tubuh
mereka sendiri. Kebanyakan larvanya berkepompong dalam tanah (Troy 2004c).
Gejala dan Kerugian Serangan Ulat Bulu Lymantriidae
Hama ulat bulu merupakan kelompok Ordo Lepidoptera yang
keberadaannya banyak diteliti di Dunia. Hal tersebut terjadi karena kebanyakan
dari ordo ini mengakibatkan kerugian ekonomi, dan juga kemampuannya dalam
berkembang biak yang begitu cepat. Kelompok imago betina banyak
jantan untuk melakukan perkawinan sehingga serangga ini cepat beregenerasi
(Morgan 2004).
Mayoritas dari serangan larva spesies Lapidoptera memakan dedaunan.
Sejumlah spesies juga menyebabkan defoliasi dengan memotong area yang luas
dari lamina daun untuk menggulung menjadi pelindung atau mengikat
bersama-sama dengan sutra, menggerek batang atau kayu, memakan umbi dan akar, bunga,
buah, dan benih. Larva Lymantriidae, baik pada instar awal sampai dengan akhir,
makan terutama pada dedaunan semak dan pohon (Holloway et al. 1987). Larva
Lymantriidae merusak pohon-pohon. Ngengat-ngengat tussock, pengembara
(gipsy) dan ekor coklat adalah hama-hama yang serius pada hutan dan pohon-pohon pelindung (Boror 2005).
Faktor Perkembangan Ulat Bulu Lymantriidae
Penyebaran kelompok Ordo Lepidoptera dipermudah dengan kemampuan
imagonya untuk terbang. Kemampuan untuk terbang telah menjadi faktor utama
keberhasilan serangga dalam mengisi relung ekologi, pencarian makanan dan
pasangan, bermigrasi jarak jauh, dan melarikan diri dari musuh-musuh mereka
(Nation 2008).
Setiap tanaman akan mengalami resistensi pertahanan dari serangan
serangga. Respon seperti ini terlihat pada pohon-pohon yang telah menjadi inang
bagi serangga dalam waktu yang lama. Kemampuan Ordo Lepidoptera dalam
beralih ke tanaman inang yang baru akan dipengaruhi oleh kemiripan dari
tanaman inang yang lama. Kesamaan diantara tanaman inang tidak hanya pada
taksonominya saja, namun juga pada zat sekunder tanaman. Faktor lain yang
mempengaruhi seperti kadar air, struktur dan arsitektur daun, dan bahan kimia
secara keseluruhan yang juga penting (Scoble 1995).
Pengendalian Hama Ulat Bulu Lymantriidae
Setiap serangga memiliki garis pertahanan pertama dalam perlawanan dari
invasi berbagai musuh alami, yaitu kerangka eksternal mereka kutikula dan
lapisan kutikula dari foregut dan hindgut, sistem trakea, dan bagian dari sistem
6
serangga segera meningkatkan respon imun bawaan, termasuk tanggapan baik
selular dan humoral. Respon seluler termasuk fagositosis oleh hemosit benda kecil
dan enkapsulasi dengan lapisan hemosit objek yang lebih besar, seperti telur
parasitoid atau instar awal parasitoid. Hampir bersamaan dengan reaksi seluler,
respon humoral mulai dengan elaborasi protein pengenalan pola oleh sel-sel
epidermis, hemosit, dan sel-sel lemak tubuh. Pertahanan kekebalan tubuh
mengeluarkan banyak sumber daya energi dan metabolisme, dan ekologis
trade-off dengan dampak negatif pada kebugaran serangga, terutama ketika menghadapi
tekanan tambahan, seperti ketika terserang bakteri atau cendawan yang
menyebabkan sumber-sumber nutrisi terbatas atau kondisi ekologi yang
memburuk (Nation 2008).
Parasitoid dan parasit selalu menimbulkan respon imun dari inang mereka.
Sehingga mereka melakukan persaingan evolusi untuk bertahan hidup. Evolusi,
mungkin lebih penting bagi betina untuk bertahan ketika diserang mikroba
dibandingkan jantan. Hal ini dikarenakan perbedaan jenis kelamin pada beberapa
serangga juga menyebabkan perbedaan dalam merespon imun dan kelangsungan
hidup (Nation 2008). Menurut Hajizadeh et al. (2011), parasitoid mengambil
makanan dari dalam tubuh serangga inang dan membunuhnya dalam bertahap.
Setelah parasitoid menyelesaikan perkembangannya, muncullah parasitoid dari
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada pertanaman mangga di Kabupaten
Indramayu, Kendal, dan Probolinggo, serta di Laboratorium Bionomi dan Ekologi
Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 – Juli 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu hama ulat bulu hasil tangkapan lapang,
larutan madu 10% dan daun mangga. Alat yang digunakan adalah kotak
pemeliharaan dengan ukuran panjang 16 cm, lebar 10.5 cm, tinggi 12 cm, wadah
plastik pemeliharaan dengan ukuran diameter 5.5 cm, tinggi 4.5 cm, cool box,
kurungan kasa dengan bingkai kayu, berukuran panjang 30 cm, lebar 30 cm, dan
tinggi 35 cm, gunting, kamera, alat pemotong daun, mikroskop stereo, lampu
belajar, kuas, sarung tangan, kapas, dan cawan petri, serta literatur identifikasi
Ngengat Lymantriidae dan imago parasitoid yang muncul berdasarkan (Toxopeus
1948; Kalshoven 1981; Holloway 1999; Pogue dan Schaefer 2007) dan koleksi
yang ada di Museum Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode survei dan rearing yaitu
menentukan tingkat serangan, mengamati hama ulat bulu yang ada pada
pertanaman mangga beserta dengan musuh alaminya, dan mempelajari siklus
hidup ulat bulu.
Pengamatan Serangan dan Musuh Alami A. submarginata di Probolinggo Survei ke pertanaman mangga di Kecamatan Leces dan Sumber Asih
dilakukan pada 13-14 Mei 2011. Pada saat survei keadaan serangan
8
dikumpulkan. Selanjutnya ulat dan kepompong tadi dimasukkan kedalam kotak
pemeliharaan dengan diberi label lokasi dan tanggal pengumpulan. Kotak
pemeliharaan dimasukkan kedalam cool box agar ulat bulu atau kepompong dapat
bertahan hidup hingga sampai di laboratorium IPB. Ngengat dan imago parasitoid
yang muncul diidentifikasi berdasarkan kunci yang tersedia (Toxopeus 1948;
Kalshoven 1981; Barlow 1982; Holloway 1999; Pogue dan Schaefer 2007) dan
koleksi yang ada di Museum Serangga Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pengamatan Siklus Hidup A. submarginata di Laboratorium
Pasangan imago jantan dan betina ngengat A. submarginata dipelihara di
dalam kurungan kasa dengan bingkai kayu, berukuran panjang 30 cm, lebar 30
cm, dan tinggi 35 cm. Di dalam kurungan tersebut ditempatkan potongan ranting
mangga dan kapas yang telah diresapi larutan madu 10%. Ngengat dibiarkan
berkopulasi dan meletakkan telur. Telur yang diletakkan dihitung jumlahnya,
ditandai dan dibiarkan hingga menetas. Larva instar I yang baru muncul lalu
dipelihara secara individu di dalam kotak pemeliharaan kecil (d = 5.5 cm;
t = 4.5 cm) dengan diberi potongan daun mangga sebagai pakan. Daun mangga
diganti setiap hari dengan daun yang masih segar. Larva dibiarkan terus
berkembang hingga menjadi ngengat. Lama stadia telur, instar larva, pupa, dan
ngengat dicatat; begitu pula ukuran tubuhnya.
Pengamatan Ulat Bulu Lain dan Parasitoidnya
Pengamatan jenis ulat bulu lainnya dilakukan pada pertanaman mangga di
Probolinggo, Indramayu, dan Kendal. Ulat-ulat bulu yang dijumpai dilapangan
dikumpulkan dan dibawa ke laboratorium. Ngengat dan parasitoid yang muncul
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ledakan Arctornis submarginata di Kabupaten Probolinggo Serangan A. submarginata di Probolinggo
Pada saat survei dilakukan (13-14 Mei 2011) serangan ulat sudah
menurun. Pada pohon mangga hampir tidak dijumpai lagi ulat A. submarginata
karena sebagian besar sudah berkepompong. Di lapangan, pupa A. submarginata
banyak ditemukan menempel pada permukaan bawah daun pisang atau vegetasi
lainnya, menempel pada tembok, pagar, dan sejenisnya. Ratusan pupa kemudian
dikumpulkan untuk dipelihara di laboratorium. Selain pupa, di lapangan
ditemukan pula beberapa ngengat A. submarginata yang menempel pada
daun-daun di sekitar pohon mangga yang terserang.
Selain karena telah berubah menjadi kepompong, menurunnya serangan
ulat juga disebabkan oleh tindakan pengendalian yang dilakukan. Penduduk
melakukan pengendalian secara mekanis dan fisik dengan cara menyapu dan
mengumpulkan ulat-ulat yang berkeliaran dan kemudian menguburnya.
Sementara itu Dinas Pertanian setempat melakukan pengendalian dengan
penyemprotan insektisida. Pengendalian kimiawi ini perlu dilakukan secara
hati-hati atau bahkan dihindari, terutama karena serangan ulat terjadi di pekarangan
rumah. Penggunaan insektisida secara sembarangan dapat berpengaruh terhadap
kesehatan penduduk.
Walaupun serangan sudah menurun, di lapangan masih banyak dijumpai
pohon mangga yang tajuknya gundul seperti pada Gambar 1. Sebagian besar
sudah membentuk pucuk-pucuk baru. Walaupun pohon mangga tidak mati,
serangan berat ulat bulu yang menyebabkan tajuk gundul diperkirakan dapat
menurunkan hasil panen atau paling tidak menunda masa pembungaan (Rauf
2011). Penelitian Schreiner dan Nafus (1991) di Guam mengisyaratkan bahwa
pohon mangga memerlukan daun seluas 4-5 cm² per cabang untuk terjadinya
pembungaan, di atas ambang tersebut makin banyak bunga yang dapat terbentuk
10
Gambar 1 Kerusakan berat pada pertanaman mangga di Kabupaten Probolinggo akibat serangan ulat bulu
Disamping potensi dampak ekonomi yang ditimbulkan, ledakan populasi
ulat bulu juga menimbulkan dampak sosial yaitu rasa tidak nyaman. Penduduk
merasa jijik dengan banyaknya ulat yang ada. Hal ini terjadi pada saat makanan
(daun) habis dan ulat sudah siap untuk berkepompong. Pada keadaan demikian,
ulat berkeliaran di pekarangan untuk mencari makanan atau mencari tempat
berkempompong, dan banyak yang menempel di dinding atau yang masuk ke
dalam rumah (Rauf 2011). Rasa tidak nyaman ini diperburuk lagi oleh timbulnya
gatal-gatal pada kulit dari sebagian penduduk. Walaupun demikian, ulat Arctornis
tampaknya bukan jenis yang bulunya menimbulkan rasa gatal. Hal ini berbeda
dengan ulat Lymantriidae lainnya yang diketahui memiliki bulu-bulu gatal seperti
pada Orgyia spp., Dasychira spp., Lymantria spp., dan terutama Euproctis spp.
(Kalshoven 1981; Diaz 2005).
Musuh Alami A. submarginata
Musuh alami yang berhasil dikoleksi dari lapangan di Probolinggo
meliputi cendawan entomopatogen dan parasitoid, yang menyebabkan kematian
pada pupa A. submarginata. Tingkat kematian pupa oleh kedua kelompok musuh
alami ini mencapai 98.1% (Tabel 1). Tidak diragukan lagi bahwa menurunnya
meningkatnya peranan musuh alami. Dalam hubungan ini pula, terjadinya ledakan
populasi A. submarginata diduga berkaitan dengan terganggunya peranan musuh
alami. Musim hujan yang berkepanjangan selama tahun 2010 diperkirakan
mengganggu kehidupan parasitoid (Rauf 2011). Selain itu, meningkatnya infeksi
cendawan entomopatogen pada pupa selama tahun basah menyebabkan parasitoid
[image:45.612.125.512.239.327.2]yang ada di dalamya juga ikut mati.
Tabel 1 Tingkat mortalitas pupa Arctornis submarginata
Kondisi pupa Jumlah %
Sehat 2 1.9
Terinfeksi cendawan 14 13.5
Terparasit 88 84.6
Total yang diamati 104 100.0
Pupa yang terserang cendawan permukaan tubuhnya dipenuhi oleh
miselium berwarna putih (Gambar 2). Prayogo dan Suharsono (2011)
mengidentifikasi cendawan yang menginfeksi ulat A. submarginata dari
Probolinggo sebagai Paecelomyces fumosoroseus. Keduanya juga menemukan
pupa yang terinfeksi virus NPV yang dicirikan dengan perubahan warna pada
pupa menjadi hitam. Pengamatan kami di lapangan menemukan beberapa ulat
seperti terinfeksi virus yang dicirikan oleh posisi tubuhnya yang mati
menggantung dengan tekstur yang lunak. Khewa dan Mukhopadhyay (2010)
mendapatkan ulat A. submarginata di India yang terinfeksi bakteri Bacillus.
Gambar 2 Kondisi pupa A. submarginata yang terserang musuh alami,
(a) terinfeksi cendawan, (b) terserang parasitoid
[image:45.612.132.496.509.662.2]12
Ada tiga jenis parasitoid yang muncul dari pupa A. submarginata, yaitu
tawon Xanthopimpla sp. (Hymenoptera: Ichneumonidae), Brachymeria sp.
(Hymenoptera: Chalcididae), dan lalat Tachinidae (Gambar 3). Pupa yang
terparasit umumnya berwarna hitam (Gambar 2). Sejumlah 88 pupa yang diduga
terparasit, sebanyak 24 pupa (27.3%) menghasilkan imago parasitoid. Pupa
sisanya, 64 ekor atau 72.7% (Tabel 2), tampak mati karena selain terparasit juga
terinfeksi patogen. Kematian pupa juga mungkin akibat penyemprotan insektisida
yang dilakukan sebelumnya oleh Dinas Pertanian. Jenis parasitoid yang paling
banyak keluar adalah Xanthopimpla sp.. Pada pengumpulan sebelumnya,
[image:46.612.128.515.316.397.2]parasitoid yang paling banyak muncul adalah Brachymeria sp. (Rauf 2011).
Tabel 2 Parasitoid ulat bulu Arctornis submarginata
Parasitoid yang muncul Jumlah %
Xanthopimpla sp. 17 19.3
Brachymeria sp. 5 5.7
Tachinidae 2 2.3
Tidak berhasil muncul 64 72.7
Pada pupa yang terparasit oleh Xanthopimpla sp. dan Brachymeria sp.
tampak lubang tempat keluar imago parasitoid. Imago Xanthopimpla mudah
dikenali karena tubuhnya berwarna khas kuning dengan garis-garis hitam pada
pronotum dan abdomen. Sementara imago Brachymeria mudah dikenali dari
bentuk dan ukuran femurnya yang membesar. Kalshoven (1981) melaporkan
Xanthopimpla sp. dan Brachymeria sp. sebagai parasitoid pupa penggulung daun
pisang Erionota thrax (L.) (Lepidoptera: Hesperiidae). Dilaporkan pula bahwa
Brachymeria dapat berperan sebagai parasitoid primer atau sekunder. Pengamatan
Lengkong (1991) di laboratorium mendapatkan bahwa parasitoid Brachymeria
dapat memarasit larva instar akhir dan pupa penggulung daun pisang. Berbeda
dengan kedua parasitoid ini yang keluar dari pupa inang, parasitoid Tachinidae
keluar dari larva inang. Larva A. submarginata yang terparasit tampak lemah dan
tidak makan. Beberapa hari kemudian larva parasitoid yang berumur lanjut keluar
berkepompong dengan membentuk puparium yang menempel pada bangkai inang
[image:47.612.125.493.130.356.2]atau substrat di sekitarnya.
Gambar 3 Musuh alami dari hama ulat bulu yang ditemukan, (a) imago
Xanthopimpla sp., (b) imago Brachymeria sp., (c) pupa dan imago Lalat Tachinidae
Siklus Hidup A. submarginata di Laboratorium
Ngengat A. submarginata berwarna putih bersih agak kehijauan, dengan
sepasang bintik hitam pada sayap depan. Imago jantan dan betina dapat dibedakan
berdasarkan ukuran dan bentuk ujung abdomen. Imago betina berukuran lebih
besar (3.6 cm) dibandingkan imago jantan (3.2 cm), dengan ujung abdomen yang
lebih tumpul (Gambar 5). Rataan masa hidup imago betina 12.8 hari. Seekor
ngengat betina mampu meletakkan telur rata-rata sebanyak 201.5 butir telur
selama hidupnya. Total siklus hidup A. submarginata dari sejak telur diletakkan
hingga imago betina yang terbentuk meletakkan telur kembali rata-rata 46.7 hari.
Bagan siklus hidup A. submarginata disajikan pada Gambar 4. Telur diletakkan
secara tunggal pada permukaan daun atau dinding tempat pemeliharaan. Telur
berbentuk bulat pipih seperti buah labu dengan diameter 0.5 mm dan berwarna
hijau pucat. Lama stadia telur 5.5 hari.
a b
s l i i r 3 d u d p p m b m Telur
sedangkan t
lama kelam
instar pertam
instar dua ra
rata-rata 4.1
3.2 hari den
dengan ukur