• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan e-Notifikasi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Untuk Siswa Sekolah Sebagai Perwujudan Pengawasan Keamanan Pangan Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan e-Notifikasi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Untuk Siswa Sekolah Sebagai Perwujudan Pengawasan Keamanan Pangan Mandiri"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN e-NOTIFIKASI PANGAN JAJANAN ANAK

SEKOLAH (PJAS) UNTUK SISWA SEKOLAH SEBAGAI

PERWUJUDAN PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN

MANDIRI

SKRIPSI

ANGGI SRI DWIJAYANI

F24080062

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

DEVELOPMENT e-NOTIFICATION OF STREET FOODS FOR

STUDENTS AS A MANIFESTATION

OF SELF-MONITORING

OF FOOD SAFETY

Anggi Sri Dwijayani1, Suliantari1. and Nyoman Merta Negara2 1

Departement of Food Science and Technology, Faculty of Agricultiral Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220

Bogor 16002, Indonesia

Phone: +6287770138328, e-mail: anggi_sridwijayani81@yahoo.com 2

Head of Subdirectorate for Food Safety Surveillance and Response, National Agency for Drug and Food Control RI

St. Percetakan Negara No. 23 Center Jakarta, Jakarta – Indonesia 10560 e-mail : nyoman.bpom@yahoo.com

ABSTRACT

Street foods is one of the types of foods that are known in the public, especially students. Street Foods for Students (SFFS) sampling results by National Agency for Drug and Food Control RI period 2008-2010 shows that 40-44% street foods does not meet the requirement. The study is covertly designed to make e-notfication food safety Street Foods for Students (e-notification food safety SFFS) and e-notification national action of Street Foods for Students (SFFS NA) to the students consisting of procedure e-notification, a questionnaire, and instructions chargng a questionnaire to facilitate of self monitoring food safety by the students. Besides, to see if the e-notification can be applied for elementary students class 4 to 6. Making e-e-notification SFFS consisted of 6 stages: (1). making concept procedures e-notification, a questionnaire, instructions charging a questionnaire; (2). socialization concept e-notification on training of trainers technical guidance; (3). socialization concept e-notifications to students; (4). validity and reliability of the questionnaire; (5). Interview; (6). Repair the concept of e-notification. The percentage of the students who have been fill a question in accordance with a clue charging is good enough, it is above 60 % if averaged of any questions.SPSS output used the pearson correlaton technique to test the validity (at 5% significance level) shows that most of the questions that has tested the validity has r count larger than r table product moment (0.279). SPSS Output used split half and Cronbach Alpha techniques to test the reliability (at 5% significance level) with value correlation between part 1 and part 2, the value of Guttman Split half, and the value of Cronbach Alpha are larger than r table product moment for (0.279). Thus, the most questions at questionnaires that tested their validity and reliability are valid and reliable. Repair a questionnaire done by improving and disposing of the question that is not valid, change the position of the question as well as by derivation with the addition of an arrowhead mark and the box. Repairs will be done on a clue charging a questionnaire as well as changes in the procedures to e-notification SFFS.

(3)

ANGGI SRI DWIJAYANI. F24080062. Pengembangan e-Notifikasi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Untuk Siswa Sekolah Sebagai Perwujudan Pengawasan Keamanan Pangan Mandiri. Di bawah bimbingan Suliantari dan Nyoman Merta Negara. 2013.

RINGKASAN

Pangan jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang dikenal dan umum di masyarakat, terutama anak sekolah. Hasil sampling PJAS yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) pada periode 2008–2010, 40-44% jajanan yang tidak memenuhi syarat yang disebabkan oleh penyalahgunaan bahan berbahaya, penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) berlebih, tercemar logam berat dan pestisida, serta buruknya higiene dan sanitasi. Badan POM mempunyai prakarsa menyusun Rencana Aksi Nasional Gerakan menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi dengan memberdayakan komunitas sekolah. e-notifikasi yang dikembangkan ada 2, yaitu yaitu e-Notifikasi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Notifikasi Keamanan PJAS) dan e-Notifikasi Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (e-Notifikasi AN PJAS).

Kegiatan magang penelitian di Badan POM RI ini bertujuan untuk membuat e-Notifikasi PJAS untuk siswa sekolah yang terdiri dari tata cara e-notifikasi, formulir pengumpulan data berupa kuesioner serta petunjuk pengisian formulir untuk memudahkan pengawasan keamanan pangan mandiri oleh siswa sekolah. Selain itu, untuk melihat apakah e-notifikasi sudah bisa diterapkan kepada siswa SD kelas 4 hingga 6. Pembuatan e-notifikasi PJAS terdiri dari 6 tahapan, yaitu : (1) Pembuatan konsep tata cara e-notifikasi, kuesioner, petunjuk pengisian kuesioner e-notifikasi PJAS; (2) Sosialisasi konsep e-notifikasi pada TOT Bimtek (training of trainer bimbingan teknis); (3) Sosialisasi konsep e-notifikasi kepada siswa-siswa di daerah; (4) Uji validitas dan reliabilitas kuesioner; (5) Wawancara; (6) Perbaikan konsep e-notifikasi.

Kuesioner e-notifikasi Keamanan PJAS yang telah diisi oleh peserta, kemudian direkap dan dilihat kesesuaian dengan petunjuk pengisian. Dari hasil yang diperoleh, ada pengisian kuesioner yang sesuai dengan petunjuk pengisian, yaitu jajanan yang dibeli terkemas atau tidak (33%); keterangan kedaluwarsa (85%); keberadaan benda asing pada wadah tempat meletakan pangan (62%); keberadaan stapler pada bungkus makanan (19.5%); asal es batu (69.5%); keberadaan alat pencegah binatang mendekati pangan (87%); penggunaan alat untuk memegang makanan (92.41%); sikap pedagang (18.35%); serta keberadaan pangan basi (75%). Pengisian kuesioner yang tidak sesuai dengan petunjuk pengisian yaitu pada pertanyaan jenis jajanan yang dibeli di sekolah.

Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari kuesioner itu valid atau tidak maka diperlukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner dengan menggunakan software komputer untuk pengujian statistik, yaitu SPSS 20. Untuk pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner, diambil 50 data kuesioner dari 747 kuesioner. Hasil pengujian validitas (signifikansi 5%), pada pertanyaan yang diuji validitasnya memiliki nilai r hitung atau pearson correlation lebih besar dan lebih kecil dari r tabel product moment (0.279). Nilai r hitung atau pearson correlation lebih besar dari r tabel product moment (0.279) yaitu nama produk (0.646), komposisi (0.709), keterangan kedaluwarsa (0.534), alamat produsen atau importir (0.914), berat bersih atau isi bersih (0.835), tanggal dan/ atau kode produksi (0.835), penyajian makanan berkuah (0.333), penataan camilan (0.705), kebersihan wadah pangan (0.508), keeradaan stapler (0.461), kebersihan buah (0.436), kebersihan pisau pedagang buah (0.476), pangan dijual jauh dari tempat sampah (0.761), kebersihan meja penyajian (0.638), keberadaan alat pencegah binatang mendekati pangan (0.649), penggunaan alat untuk memegang makanan (0.459), keberadaan pangan basi (0.475), keberadaan kemasan rusak (0.625), tempat meletakan pangan dijual (0.789), air yang digunakan untuk membuat minuman (0.289), kebersihan lingkungan kantin (0.575) dan kebersihan kantin atau gerobak tempat berjualan (0.661). Nilai r hitung atau pearson correlation lebih kecil dari r tabel product moment (0.279) yaitu pangan yang dijual dibungkus atau tidak (0.227), penggunaan es batu untuk minuman (-0.075), dan pangan dijual jauh dari toilet (0.230).

(4)

mempunyai korelasi 0.556 dan koefisien Guttman Split half sebesar 0.648. Untuk lokasi pangan dijual, keadaan pedagang menangani pangan jajanan, dan sudah amankah pangan yang dimakan, memiliki korelasi 0.380 dan koefisien Guttman Split half sebesar 0.544. Untuk pertanyaan tempat meletakan pangan yang dijual, air yang digunakan untuk membuat minuman, kebersihan lingkungan kantin, dan kebersihan gerobak tempat berjualan mempunyai nilai Cronbach α sebesar 0.407.

(5)

PENGEMBANGAN e-NOTIFIKASI PANGAN JAJANAN ANAK

SEKOLAH (PJAS) UNTUK SISWA SEKOLAH SEBAGAI

PERWUJUDAN PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN

MANDIRI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh

ANGGI SRI DWIJAYANI F24080062

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(6)

Judul Skripsi : Pengembangan e-Notifikasi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Untuk Siswa Sekolah Sebagai Perwujudan Pengawasan Keamanan Pangan Mandiri

Nama : Anggi Sri Dwijayani NIM : F24080062

Menyetujui,

Pembimbing, Pembimbing Lapang,

(Dr. Dra. Suliantari, MS) (Drh. AA. Nyoman Merta Negara) NIP 19500928 198003 2 001 NIP 19611231 198903 1 003

Mengetahui :

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

(Feri Kusnandar, Dr. Ir. MSc) NIP 19680526 199303 1 004

(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Pengembangan e-Notifikasi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Untuk Siswa Sekolah Sebagai Perwujudan Pengawasan Keamanan Pangan Mandiri adalah hasil karya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2013 Yang membuat pernyataan

(8)

©Hak cipta milik Anggi Sri Dwijayani, tahun 2013 Hak cipta dilindungi

(9)

BIODATA PENULIS

(10)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pengembangan e-Notifikasi Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) Sebagai Perwujudan Pengawasan Keamanan Pangan Mandiri”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Dra. Suliantari, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi selama penulis melakukan tugas akhir.

2. Bapak Drs. Halim Nababan, MM selaku Direktur Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan yang telah memberikan dukungan dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang di BPOM RI Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan.

3. Bapak Drh. A.A. Nyoman Merta Negara selaku pembimbing lapang yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis melakukan tugas akhir

4. Ibu Dias Indrasti, STP, M.Sc atas kesediaannya menjadi dosen penguji.

5. Pak Nugroho Indotristanto, STP, Msc, Bu Yanti Ratnasari, SP, MP, dan seluruh pegawai BPOM RI, khususnya Sub Direktorat Surveilan dan Penanggulangan Keamanan Pangan.

6. Bapak, Mama, Teteh, dan Ade yang senantiasa selalu memberikan doa, kasih sayang, cinta, dukungan fisik maupun moril kepada penulis.

7. Seluruh dosen ITP yang telah memberikan banyak ilmu dan nasihat selama perkuliahan. 8. Sahabat-sabahat seperjuangan tugas akhir di BPOM: Hesty, Diah, dan Rendy.

9. Sahabat-sahabat di ITP 45: Setiyo, Sarah, Angel, Ati, Harum, Latifah, Ahmadun, Ivan, Ari, Ardy, Obit, Mizu dan seluruh keluarga ITP 45 yang dibanggakan dan akan diingat selalu.

10. Farid Ardiyansyah, ST yang senantiasa selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan semangat kepada penulis.

11. Mbak Anie, Bu Novi, dan seluruh pegawai departemen dan UPT atas segala informasi yang diberikan kepada penulis.

12. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki segala kekurangan tersebut. Penulis juga berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Bogor, Februari 2013

(11)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

II. KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG ... 3

2.1 Sejarah dan Perkembangan BPOM RI ... 3

2.2 Lokasi dan Tata Letak BPOM RI ... 3

2.3 Visi dan Misi BPOM RI ... 4

2.3.1 Visi BPOM ... 4

2.3.2 Misi BPOM ... 4

2.4 Fungsi BPOM RI ... 4

2.5 Struktur Organisasi BPOM RI ... 4

2.6 Deputi Bidang Pengawasan dan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya ... 5

2.7 Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan ... 6

2.7.1 Tugas ... 6

2.7.2 Fungsi ... 6

2.7.3 Struktur Organisasi ... 6

2.8 Sub Direktorat Surveilan dan Penanggulangan Keamanan Pangan ... 6

III. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

3.1 Keamanan Pangan ... 8

3.2 Masalah Keamanan Pangan ... 9

3.3 Pangan Jajanan Anak Sekolah ... 9

3.3.1 Makanan Jajanan ... 9

3.3.2 Kondisi Makanan Jajanan ... 10

3.4 Gerakan Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah ... 11

3.5 e-Notifikasi ... 12

3.5.1 Notifikasi ... 12

3.5.2 Notifikasi Elektronik (e-Notifikasi) ... 12

3.3.1 Klub POMPI ... 12

(12)

v

4.1 Tempat dan Waktu Magang ... 13

4.2 Bahan ... 13

4.3 Metodologi... 13

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1 Evaluasi Pengisian Kuesioner ... 20

5.2 Validitas dan Reliabilitas Rancangan Kuesioner e-notifikasi Keamanan PJAS ... 29

5.3 Perbaikan Konsep e-Notifikasi Keamanan PJAS ... 32

5.4 e-Notifikasi Aksi Nasional PJAS (AN-PJAS) ... 34

VI. SIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1 Simpulan ... 35

6.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(13)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kesesuaian Pengisian Pertanyaan Keterangan Kedaluwarsa

dengan Petunjuk Pengisian ... 22

Tabel 2. Kesesuaian Pengisian Pertanyaan Kebersihan Wadah dan

Keberadaan Benda Asing Pada Wadah dengan Petunjuk

Pengisian ... 23

Tabel 3. Kesesuaian Pengisia Pertanyaan Pembungkus Makanan dan

Pertanyaan Turunannya dengan Petunjuk Pengisian ... 24

Tabel 4. Kesesuaian Pengisian Pertanyaan Penggunaan Es Batudan

Pertanyaan Turunannya dengan Petunjuk Pengisian ... 25

Tabel 5. Kesesuaian Pengisian Pertanyaan Alat Pencegah Binatang

Mendekati Makanan dan Pertanyaan Turunannya dengan

Petunjuk Pengisian ... 26

Tabel 6. Kesesuaian Pengisian Pertanyaan Pengguanaan Alat Untuk

Memegang Makanan dan Pertanyaan Turunannya dengan

Petunjuk Pengisian ... 27

Tabel 7. Kesesuaian Pengisian Pertanyaan Penampilan Pedagang dan

Pertanyaan Turunannya dengan Petunju Pengisian ... 28

Tabel 8. Kesesuaian Pengisian Pertanyaan Keberadaan pangan Basi

Ketika Jajan dan Pertanyaan Turunannya dengan Petunjuk

Pengisian ... 29

(14)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Penelitian ... 14

Gambar 2. Pertanyaan Mengenai ragam Jajanan dan PIlihannya. ... 20

Gambar 3. Pertanyaan Mengenai Jenis Pangan dan Pilihannya ... 21

Gambar 4. Kesesuaian Pengisian Pertanyaan No. 3 (Jajanan yang

Dibeli Terkemas atau Tidak) dengan Petunjuk Pengisian... 21

Gambar 5. Pertanyaan Keterangan Kedaluwarsa dan Pertanyaan

Turunannya ... 21

Gambar 6. Pertanyaan Kebersihan Wadah dan Pertanyaan Turunannya ... 22

Gambar 7. Pertanyaan Penjualan Makanan Menggunakan Pembungkus

dan Pertanyaan Turunannya ... 23

Gambar 8. Pertanyaan Penggunaan Es Batu Untuk Minuman dan

Pertanyaan Turunannya ... 24

Gambar 9. Pertanyaan Keberadaan Alat Pencegah Binatang dan

Pertanyaan Turunannya ... 25

Gambar 10. Pertanyaan Penggunaan Alat Untuk Memegang Makanan

dan Pertanyaan Turunannya serta Pertanyaan Penampilan

Pedagang dan Pertanyaan Turunannya ... 26

Gambar 11. Pertanyaan penampilan Pedagang dan Pertanyaan

Turunannya ... 27

Gambar 12. Pertanyaan Keberadaan Pangan Basi dan Pertanyaan

(15)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan RI ... 39

Lampiran 2. Struktur Organisasi Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan POM RI ... 40

Lampiran 3. Kuesioner e-Notifikasi Keamanan PJAS Sebelum Perbaikan ... 41

Lampiran 4. Petunjuk Pengisian Kuesioner e-Notifikasi Keamanan PJAS Sebelum Perbaikan ... 45

Lampiran 5. Tata Cara e-Notifikasi Keamanan PJAS Sebelum Perbaikan ... 48

Lampiran 6. Nilai-Nilai r Product Moment ... 49

Lampiran 7. Output SPSS Hasil Uji Validitas Bagian Pangan Terkemas ... 50

Lampiran 8. Output SPSS Hasil Uji Reliabilitas Bagian Pangan Terkemas... 51

Lampiran 9. Output SPSS Hasil Uji Validitas Bagian Pangan Siap Saji ... 52

Lampiran 10. Output SPSS Hasil Uji Reliabilitas Bagian Pangan Siap Saji ... 54

Lampiran 11. Output SPSS Hasil Uji Validitas Bagian Lingkungan Pangan Dijual, Sikap Pedagang, dan Sudah Amankah Pangan yang Kamu Makan ... 55

Lampiran 12. Output SPSS Hasil Uji Reliabilitas Bagian Lingkungan Pangan Dijual, Sikap Pedagang, dan Sudah Amankah Pangan yang Kamu Makan ... 57

Lampiran 13. Output SPSS Hasil Uji Validitas Pertanyaan Mengenai Tempat Meletakan Pangan yang Dijual, Air Yang Digunakan Untuk Membuat Minuman, Kebersihan Lingkungan Kantin, dan Kebersihan Kantin/ Gerobak Tempat Berjualan ... 58

Lampiran 14. Output SPSS Hasil Uji Reliabilitas Pertanyaan Mengenai Tempat Meletakan Pangan yang Dijual, Air Yang Digunakan Untuk Membuat Minuman, Kebersihan Lingkungan Kantin, dan Kebersihan Kantin/ Gerobak Tempat Berjualan ... 59

Lampiran 15. Kuesioner e-Notifikasi Keamanan PJAS Setelah Perbaikan ... 60

Lampiran 16. Petunjuk Pengisian kuesioner e-Notifikasi Keamanan PJAS Setelah Perbaikan ... 64

Lampiran 17. Tata Cara e-Notifikasi Keamanan PJAS Setelah Perbaikan ... 67

Lampiran 18. Kuesioner e-Notifikasi Aksi Nasional PJAS Sebelum Perbaikan ... 69

(16)

ix Lampiran 20. Tata Cara e-Notifikasi Aksi Nasional PJAS Sebelum Perbaikan ... 71

Lampiran 21. Kuesioner e-Notifikasi Aksi Nasional PJAS Setelah Perbaikan ... 72

Lampiran 22. Petunjuk Pengisian Kuesioner e-Notifikasi Aksi Nasional PJAS

Setelah Perbaikan ... 73

(17)

I.

PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang secara langsung berpengaruh pada peningkatan kualitas hidupnya. Pangan yang aman, bermutu, bergizi dan tersedia dalam jumlah cukup sangat penting untuk membentuk masyarakat yang kokoh (Fardiaz 2001). Tetapi pangan juga dapat menyebabkan penyakit jika terkontaminasi oleh bahaya biologi, kimia, dan fisik. Oleh karena itu, pangan yang dikonsumsi harus memenuhi kebutuhan manusia baik dari segi jumlah maupun dari segi kualitas agar tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan.

Pangan jajanan merupakan salah satu jenis makanan yang dikenal dan umum di masyarakat, terutama anak sekolah. Menurut WHO (1997), pangan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempat keramaian umum lain yang langsung dikonsumsi tanpa adanya pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) memegang peranan cukup penting dalam memberikan asupan energi dan gizi bagi anak-anak usia sekolah. Hasil penelitian Nuryati (2005) di Semarang, menyebutkan bahwa makanan jajanan di sekolah memberikan sumbangan 12,14% terhadap rata-rata asupan energi dalam total makanan yang dikonsumsi sehari pada murid golongan umur 7-9 tahun dan 10,53% pada murid laki-laki dan 9,60% pada murid perempuan golongan umur 10-12 tahun. Walaupun pada umumnya sudah tersedia kantin di sekolah, tetapi anak-anak lebih sering membeli makanan dan minuman dari pedagang di luar lingkungan sekolah.

Hasil sampling PJAS yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) pada periode 2008–2010, 40-44% jajanan tidak memenuhi syarat yang disebabkan oleh penyalahgunaan bahan berbahaya, penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) berlebih, tercemar logam berat dan pestisida, serta buruknya higiene dan sanitasi (Badan POM 2011). Rendahnya kualitas PJAS dapat memperburuk status gizi anak sekolah akibat terganggunya asupan gizi. Beberapa jenis PJAS yang tidak memenuhi syarat antara lain berasal dari kelompok es, minuman berwarna merah, sirup, jelly, agar-agar, kudapan, makanan ringan, serta saos sambal (Candra 2011).

Pada tanggal 31 Januari 2011 Wakil Presiden RI, Prof. Dr. Boediono, mencanangkan Gerakan Menuju PJAS yang Aman, Bermutu dan Bergizi. Badan POM mempunyai prakarsa untuk menyusun Rencana Aksi Nasional Gerakan menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah yang Aman, Bermutu dan Bergizi dengan memberdayakan komunitas sekolah. Rencana aksi ini merupakan program Nasional Sistem Keamanan Pangan Terpadu (SKPT) (Badan POM 2011).

Strategi kunci aksi nasional ini adalah meningkatkan peran komunitas sekolah dan sekitarnya dalam pengawasan keamanan pangan yang dilaksanakan secara mandiri oleh komunitas sekolah (Badan POM 2011). Keterlibatan komunitas sekolah dalam aksi ini karena sekolah merupakan tempat yang paling dekat dengan PJAS itu sendiri. Selain itu, dengan adanya keterlibatan komunitas sekolah diharapkan pengawasan terhadap PJAS akan meningkat serta dapat mengurangi kasus-kasus penggunaan bahan-bahan yang tidak diijinkan dan berbahaya pada PJAS.

(18)

2

tidak layak konsumsi atau busuk, pedagang tidak memperhatikan kebersihan pangan jajanan yang dijualnya, dan lain-lain. Setelah dilakukan pencatatan, hasilnya akan dilaporkan, laporan inilah yang disebut e-notifikasi.

e-notifikasi yang dikembangkan ada 2, yaitu yaitu e-Notifikasi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (e-Notifikasi Keamanan PJAS) dan e-Notifikasi Aksi Nasional Pangan Jajanan Anak Sekolah (e-Notifikasi AN PJAS). Tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan kesadaran konsumen yaitu anak-anak sekolah dasar mengenai pentingnya keamanan pangan jajanan di sekolah mereka, karenapada umumnya anak-anak belum terlalu mengerti mengenai keamanan pangan khususnya keamanan pangan jajanan yang ada di sekolah mereka. e-notifikasi untuk pangan jajanan anak sekolah ini dibuat untuk diterapkan pada sistem elektronik, yaitu berbasis internet. Pemilihan pembuatan notifikasi elektronik (notifikasi) agar anak-anak sekolah diseluruh Indonesia bisa melakukan e-notifikasi ini. Selain itu, dengan adanya e-e-notifikasi dari anak-anak tersebut, Badan POM bisa mengidentifikasi masalah-masalah keamanan pangan yang terjadi di sekolah kemudian ada tindak lanjut oleh Badan POM atau pihak terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut.

1.2

TUJUAN

Kegiatan magang di Badan POM RI ini bertujuan untuk :

1. Membuat e-notifikasi PJAS untuk siswa sekolah yang terdiri dari tata cara e-notifikasi, formulir pengumpulan data berupa kuesioner serta petunjuk pengisian formulir untuk memudahkan pengawasan keamanan pangan mandiri oleh siswa sekolah.

(19)

II.

KEADAAN UMUM INSTANSI

2.1

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN BADAN POM RI

Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat pada industri obat, kosmetik, alat kesehatan, dan makanan. Banyak industri telah memiliki teknologi canggih sehingga produk-produk tersebut dapat dihasilkan dalam skala besar dengan waktu yang singkat. Selain itu, dengan dukungan kemajuan teknologi transportasi, banyak produk-produk serupa dari luar negeri ikut meramaikan pasar di Indonesia.

Peredaran produk obat, kosmetik, alat kesehatan dan makanan tersebut perlu mendapatkan pengawasan dari pemerintah, karena bila tidak maka akan banyak beredar produk-produk yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kelayakan dan keamanannya. Produk yang tidak layak dan tidak aman tersebut bisa berupa produk rusak atau terkontaminasi bahan berbahaya yang terjadi pada proses produksi, distribusi, maupun konsumsinya. Untuk itu, telah dibentuk Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang bertugas untuk mengawasi obat dan makanan sehingga dapat melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan produk obat dan makanan. Pengawasan ini sebelumnya ditangani oleh Kementrian Kesehatan, tetapi karena bertambah kompleksnya permasalahan yang ada dan kebijakan-kebijakan yang harus diambil maka tugas ini perlu ditangani secara khusus. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 116 Tahun 2000, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden dan dikoordinasikan dengan Kementrian Kesehatan dan Kementrian Kesejahteraan Sosial.

Untuk melaksanakan tugasnya, Badan POM diberi kewenangan untuk menyusun rencana nasional dan kebijakan nasional secara makro di bidang pengawasan obat dan makanan, menetapkan sistem informasi di bidang pengawasan obat dan makanan, menetapkan standar penggunaan bahan tambahan tertentu untuk makanan dan pedoman untuk mengawasinya, memberi ijin peredaran obat serta mengawasi industri-industri farmasi, dan menetapkan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan, dan pengawasan tanaman obat.

2.2

LOKASI DAN TATA LETAK BADAN POM RI

(20)

4

2.3

VISI DAN MISI BADAN POM RI

2.3.1

Visi Badan POM

Visi Badan POM yaitu menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang inovatif, kredibel dan diakui secara Internasional untuk melindungi masyarakat.

2.3.2

Misi Badan POM

1. Melakukan pengawasan pre-market dan post-market berstandar internasional. 2. Menerapkan sistem manajemen mutu secara konsisten.

3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini.

4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan makanan yang beresiko terhadap kesehatan.

5. Membangun organisasi pembelajar (Learning Organization)

2.4

FUNGSI BADAN POM RI

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan. b. Pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan.

c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM

d. Pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan.

e. Penyelenggara pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga.

2.5

STRUKTUR ORGANISASI BADAN POM RI

Badan POM RI ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 173 tahun 2000. Pembentukan Badan POM RI ini ditindaklanjuti dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBADAN POM RI, tanggal 26 Februari tahun 2001, tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan setelah mendapatkan persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 34/M.PAN/2/2001 tanggal 1 Februari 2001. Berikut ini adalah struktur organisasi Badan POM:

a. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan b. Sekretariat Utama

c. Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA)

d. Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen e. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

f. Inspektorat

(21)

5

i. Pusat Riset Obat dan Makanan

j. Pusat Informasi Obat dan Makanan k. Unit Pelaksana Teknis Badan POM

Untuk lebih jelasnya struktur organisasi Badan POM RI dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.6

DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN

BAHAN BERBAHAYA

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya bertugas untuk melaksanakan perumusan kebijakan di bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya secara menyeluruh (Total Food Safety and Hazardous Control). Pengawasan pangan atau bahan berbahaya yang dilakukan mulai dari bahan mentah hingga siap dikonsumsi (from farm to table).

Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya terdiri dari lima direktorat yaitu, Direktorat Penilaian Keamanan Pangan, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan,Direktorat Standarisasi Produk Pangan, Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, dan Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya.

Direktorat Penilaian Keamanan Pangan terdiri dari tiga sub direktorat, yaitu Sub Direktorat Penilaian Makanan dan Bahan Tambahan Pangan, Sub Direktorat Penilaian Pangan Khusus, dan Sub Direktorat Pangan Olahan Tertentu. Direktorat Penilaian Keamanan Pangan mempunyai tugas menyiapkan rumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang keamanan pangan.

Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang inspeksi dan pengaturan pangan. Direktorat ini terdiri dari tiga sub direktorat, yaitu Sub Direktorat Inspeksi Produksi dan Peredaran Produk Pangan, Sub Direktorat Inspeksi Produk Berlabel Halal, dan Sub Direktorat Sertifikasi Pangan.

Direktorat Standardisasi Produk Pangan bertugas menyiapkan perumusan, kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis, dan evaluasi di bidang pengaturan dan standardisasi produk pangan. Direktorat ini terbagi atas tiga sub direktorat, yaitu Sub Direktorat Standardisasi Bahan Baku dan Bahan Tambahan Pangan, Sub Direktorat Standardisasi Pangan Khusus, dan Sub Direktorat Standardisasi Pangan Olahan.

Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan mempunyai tugas penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang surveilan dan penanggulangan keamanan pangan. Direktorat ini mengkoordinasi tiga sub direktorat, yaitu Sub Direktorat Surveilan dan Penanggulangan Keamanan Pangan, Sub Direktorat Promosi Keamanan Pangan, serta Sub Direktorat Penyuluhan Makanan Siap Saji dan Industri Rumah Tangga.

(22)

6

2.7

DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENYULUHAN KEAMANAN

PANGAN

2.7.1

Tugas

Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan mempunyai tugas penyiapan perumusan kebijakan, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang surveilan dan penanggulangan keamanan pangan.

2.7.2

Fungsi

Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan bahan rancangan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang surveilan dan penanggulangan keamanan pangan

2. Penyiapan bahan rancangan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pengendalian, pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang promosi keamanan pangan

3. Penyiapan bahan rancangan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang penyuluhan makanan siap saji dan industri rumah tangga

4. Penyusunan rencana dan program surveilan dan penyuluhan keamanan pangan

5. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan teknis di bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan

6. Evaluasi dan penyusunan laporan surveilan dan penyuluhan keamanan pangan

7. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.

2.7.3

Struktur Organisasi

Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari: 1. Sub direktorat Surveilan dan Penanggulangan Keamanan Pangan 2. Sub direktorat Promosi Keamanan Pangan

3. Sub direktorat Penyuluhan Makanan Siap Saji dan Industri Rumah Tangga.

Struktur organisasi Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan dapat dilihat pada Lampiran 2.

2.8

SUB DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENANGGULANGAN

KEAMANAN PANGAN

(23)

7

evaluasi dan pelaksanaan surveilan dan penanggulangan keamanan pangan. Subdit ini mengkoordinasikan tiga seksi, yaitu Seksi Surveilan Keamanan Pangan, Seksi Penanggulangan Keamanan Pangan, dan Seksi Tata Operasional. Seksi Surveilan Keamanan Pangan mempunyai tugas pokok menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan penanggulangan keamanan pangan. Seksi Penanggulangan Keamanan Pangan mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan rencana dan program, penyusunan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, evaluasi dan penyusunan laporan, serta melakukan penanggulangan keamanan pangan. Sedangkan Seksi Tata Operasional memiliki tugas pokok melakukan urusan tata operasional di lingkungan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan.

Fungsi Sub Direktorat Surveilan dan Penanggulangan Keamanan Pangan adalah : • Penyusunan rencana dan program surveilan dan penanggulangan keamanan pangan.

• Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman, standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan surveilan keamanan pangan.

• Pelaksanaan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, penyusunan pedoman standar, kriteria dan prosedur, serta pelaksanaan penanggulangan keamanan pangan.

(24)

III.

TINJAUAN PUSTAKA

3.1

KEAMANAN PANGAN

Keamanan pangan diartikan sebagai kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologi, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Anonim, 1996). Menurut World Health Organization (WHO) (2000), keamanan pangan adalah keadaan dimana pangan tidak akan membahayakan konsumen bila disiapkan sesuai ketentuan. Keamanan pangan berarti bahwa pangan tidak mengandung kontaminan yang dapat membahayakan kesehatan pada saat dikonsumsi.

Pangan aman adalah pangan yang tidak mengandung bahaya yang terdiri atas bahaya biologis atau mikrobiologis, kimia, dan fisik. Bahaya keamanan pangan terdiri atas (BPOM 2006):

1. Bahaya mikrobiologis, adalah bahaya mikroba yang dapat menyebabkan penyakit seperti, E. coli, virus, parasit, dan kapang penghasil mikotoksin.

2. Bahaya kimia, adalah bahan kimia yang tidak diperbolehkan digunakan untuk pangan, misalnya logam dan polutan lingkungan, bahan tambahan yang tidak digunakan semestinya, pestisida, bahan kimia pembersih, racun atau toksin asal tumbuhan,dan sejenisnya.

3. Bahaya fisik, adalah bahaya benda-benda yang dapat tertelan dan dapat menyebabkan luka misalnya pecahan gelas, kawat stapler, potongan tulang, potongan kayu, kerikil, rambut, kuku,sisik, dan sebagainya.

Keamanan pangan bukan hanya merupakan isu dunia tapi juga menyangkut kepedulian individu. Jaminan akan keamanan pangan adalah merupakan hak azasi konsumen. Pangan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Walaupun makanan itu menarik, nikmat, tinggi gizinya, jika tidak aman dikonsumsi, praktis tidak ada nilainya. Sudut perhatian utama konsumen atas keamanan pangan meliputi penyakit yang terkandung dalam makanan, kontaminasi pestisida, kontaminasi lingkungan (logam berat) dan residu obat ternak dalam makanan, termasuk keraguan pada keamanan pangan atau bahan tambahan pangan. Keamanan pangan selalu menjadi pertimbangan pokok dalam perdagangan, baik perdagangan nasional maupun perdagangan internasional. Di seluruh dunia, kesadaran dalam hal keamanan pangan semakin meningkat. Pangan semakin penting dan vital peranannya dalam perdagangan dunia (Winarnob 2004).

Keamanan pangan dapat diihat dari seberapa besar angka keracunan pangan di suatu negara. WHO mendefinisikan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan atau dikenal dengan istilah “foodborne disease outbreak” sebagai suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit setelah mengkonsumsi pangan yang secara epidemiologi terbukti sebagai sumber penularan. Keracunan pangan banyak terjadi di Indonesia, namun masih sedikit yang terlaporkan. Berdasarkan data dari Badan POM RI (2012), selama tahun 2011 telah terjadi KLB keracunan pangan sebanyak 128 kejadian di 25 propinsi dengan jumlah korban sakit sebanyak 6901 dan jumlah korban meninggal sebanyak 11 orang. Keracunan pangan dapat disebabkan oleh mikroba patogen dan cemaran kimiawi. Dari 128 kejadian KLB keracunan pangan pada tahun 2011, diduga penyebab keracunan pangan karena mikroba patogen 38 kejadian, karena kimia 19 kejadian. Namun, ternyata yang tidak diketahui jauh lebih banyak, yaitu 71 kejadian keracunan (Badan POM 2012).

(25)

9

pangan tersebut, 32 kejadian KLB keracunan pangan terjadi di sekolah atau kampus (Badan POM 2012). Menurut Rahayu et al. (2005), terjadinya kasus keracunan atau gangguan kesehatan di lingkungan sekolah akibat keamanan pangan dikarenakan oleh: (1) ditemukannya produk pangan olahan di lingkungan sekolah yang tercemar bahan berbahaya (mikrobiologis dan kimia); (2) kantin sekolah dan pangan siap saji sekolah yang belum memenuhi syarat higienitas; (3) donasi pangan yang bermasalah.

3.2

MASALAH KEAMANAN PANGAN

Masalah keamanan pangan masih saja terjadi di Indonesia saat ini antara lain kasus keracunan, ditemukannya pangan tercemar oleh kontaminan mikrobiologi dan kontaminan kimia, penggunaan bahan tambahan ilegal, dan penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) melebihi batas yang diijinkan. Masalah keamanan pangan dapat terjadi di sepanjang rantai pangan dan disebabkan karena ketidaktahuan produsen terutama produsen skala kecil terhadap bahaya keamanan pangan, ketidakpedulian konsumen dan juga ketidaksadaran konsumen untuk memilih pangan yang aman, selain juga karena tindak lanjut pengawasan yang dilakukan instansi pemerintah belum memberikan efek jera. Untuk dapat menuntaskan masalah keamanan pangan, maka diperlukan suatu kebijakan dan stategi yang tepat. Untuk dapat mengeluarkan kebijakan dan strategi yang tepat maka dibutuhkan daya dukung berupa hasil kajian surveilan keamanan pangan, keputusan manajerial dan komunikasi resiko yang efektif. Hal ini yang mendasari perlunya suatu kebijakan dan strategi keamanan pangan dilandaskan pada prinsip-prinsip analisis resiko (Rahayu 2011).

Tantangan keamanan pangan semakin kompleks dimana ruang lingkup pengawasan keamanan pangan di Indonesia sangat luas. Tantangan keamanan pangan seperti keragaman jenis produk pangan serta luasnya area pengawasan, keterbatasan dana, dan pengetahuan produsen serta konsumen tentang keamanan pangan yang kurang, mengharuskan pengawasan yang bersifat terpadu sehingga koordinasi dan kerjasama lintas sektor terkait termasuk dengan pemerintah daerah kabupaten atau kota dibutuhkan guna memperkuat pengawasan pangan sebagai suatu komponen penting untuk menjamin keamanan suplai pangan dan menentukan risiko kesehatan pada level nasional (Badan POM 2011).

3.3

PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

3.3.1

Makanan Jajanan

Menurut Winarnoa (2004), pangan jajanan juga dikenal sebagai street foods, adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima, pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis. Makanan jajanan banyak sekali jenisnya dan sangat bervariasi dalam bentuk, keperluan dan harga. Pangan jajanan termasuk dalam kategori pangan siap saji yaitu makanan dan atau minuman yang merupakan hasil proses dengan cara atau metode tertentu, untuk langsung disajikan dijual untuk langsung dikonsumsi tanpa proses pengolahan lebih lanjut (Rahayu et al. 2005).

(26)

10

sebagainya). Makanan jajanan yang baik untuk siswa sekolah adalah yang dapat memberikan kontribusi zat gizi yang cukup sesuai dengan kebutuhan siswa, namun kebanyakan makanan jajanan hanya mengandung gula dan lemak (Marotz 2005).

3.3.2

Kondisi Makanan Jajanan

Masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan topik hangat dunia yang selalu dibicarakan pada setiap pertemuan pangan internasional. Laporan dari berbagai negara menunjukkan bahwa kasus keracunan dan penyakit melalui makanan masih selalu terjadi di berbagai Negara. WHO (1993) bahkan melaporkan bahwa sekitar 70% dari penyakit diare yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang disebabkan oleh konsumsi makanan tercemar (Rahayu 2011).

Untuk menjaga agar tubuh tetap sehat, maka dituntut persyaratan pangan yang bukan saja bergizi tinggi, tetapi juga harus aman dikonsumsi serta memiliki mutu yang baik. Bahkan persyaratan keamanan pangan yang akan dikonsumsi semestinya menjadi persyaratan terpenting yang harus dipenuhi sebelum persyaratan yang lain dipertimbangkan. Artinya kalau suatu makanan sudah tidak lagi aman untuk dikonsumsi, kandungan gizi, kelezatan, penampilan dan mutu tidak ada artinya lagi, bahkan pangan tersebut harus dimusnahkan (Rahayu 2011).

Kasus keracunan makanan yang paling sering dilaporkan melalui media masa di Indonesia juga berasal dari konsumsi makanan jasa boga dan rumah makan. Akan tetapi, data yang lengkap mengenai kasus tersebut serta penyebabnya masih sangat kurang, dan diduga jumlah kasus yang dilaporkan masih jauh dari yang sebenarnya terjadi. Salah satu yang mempengaruhi keamanan pangan di Indonesia adalah rendahnya tanggung jawab, kesadaran dan pengetahuan produsen pangan terhadap masalah keamanan pangan masih didominasi oleh industri berskala kecil atau rumah tangga dengan tingkat pendidikan dan sosial-ekonomi produsen yang masih rendah (Rahayu 2011).

Mata rantai dalam sistem pangan mulai dari memproduksi, mengolah, mendistribusikan, menyiapkan sampai mengkonsumsi makanan berkaitan erat dengan tingkat perkembangan, pendapatan dan karakteristik sosiokultur masyarakat. Sistem pangan pada penduduk kota berpenghasilan rendah lebih mengandalkan makanan jajanan siap santap bermutu rendah yang belum tentu terjamin keamanannnya. Kelompok ini terutama terdiri dari buruh, pedagang, sopir, dan sejenisnya yang tidak mempunyai waktu untuk mengkonsumsi makanan rumah sehingga sebagian besar pendapatannya yang terbatas digunakan untuk membeli makanan jajanan (Rahayu 2011).

Feeding Asian Cities tahun 2000 menyebutkan bahwa telah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat karakteristik dari makanan jajanan beberapa kota Asia, Afrika dan Amerika Latin. Penelitian ini telah mendokumentasikan pentingnya makanan jajanan dari segi sosial ekonomi. Perdagangan makanan jajanan secarakeseluruhan di berbagai kota khususnya di Asia dapat mencapai beberapa juta dolar. Sedangkan segi negatif dari keberadaan makanan jajanan adalah tingkat kebersihan makanannnya yang rendah serta dapat mengganggu lingkungan seperti menghalangi pejalan kaki dan lalu lintas (Rahayu 2011).

(27)

11

pendidikan pedagangnya kebanyakan masih rendah dan juga rendahnya pengetahuan mereka akan penanganan makanan yang baik; dan kondisi penanganan yang dijalankan masih buruk (Rahayu 2011).

Karena beberapa alasan di atas, FAO dan beberapa organisasi lainnya ikut campur tangan dalam mengatasi masalah kebersihan makanan atau food hygiene ini. Dalam beberapa proyek diadakan pelatihan bagi pedagang makanan jajanan mengenai cara penanganan makanan yang baik terutama dalam food hygiene, dan hasilnya menunjukan bahwa telah ada perbaikan dalam menangani makanan dan mengurangi kontaminasi. Campur tangan ini juga terfokus pada penetapan peraturan untuk sektor makanan jajanan, pelatihan dalam menginspeksi makanan jajanan, peningkatan kewaspadaan petugas pemerintah dan perkembangan serta penyebaran teknologi yang tepat untuk sektor tersebut (Rahayu 2011).

Kebaikan dari kebiasaan jajan adalah bisa melengkapi atau menambah kebutuhan gizi anak jika makanan yang dibeli sudah memenuhi syarat kesehatan. Sedangkan keburukannya adalah dapat mengurangi nafsu makan anak terhadap masakan rumah dan tidak terjamin kebersihannya (Rahayu 2011).

Badan POM RI mengidentifikasi beberapa faktor yang diduga turut mempengaruhi rendahnya mutu dan keamanan PJAS antara lain: pada saat ini program nasional pengawasan jajanan anak sekolah belum optimal, fasilitas (kantin sekolah tidak memadai, fasilitas sekeliling sekolah tidak memadai, sanitasi yang masih buruk), dan sumberdaya manusia (guru tidak melakukan komunikasi resiko, anak sekolah jajan sembarangan, orang tua tidak menyediakan bekal, pedagang menjual PJAS tidak aman, IRTP/ produsen menghasilkan PJAS tidak aman) (Yasmin dan Madanijah 2010).

3.4

GERAKAN NASIONAL PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

Program nasional keamanan pangan jajanan anak sekolah (PNKP - JAS) mulai dirintis sejak tahun 2004. Saat itu, hasil monitoring keamanan JAS menunjukkan bahwa lebih kurang 40% dari JAS yang beredar tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan pangan dan kasus keracunan pangan di sekolah marak terjadi. Jejaring Promosi Keamanan Pangan memfasilitasi program bersama antara Badan POM RI dengan PEMDA kabupaten/ kota, Kementrian Pendidikan Nasional, Kementrian Kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan di Pemda dan Kementrian Perdagangan untuk mengatasi hal tersebut (Rahayu 2011).

(28)

12

3.5

e

-NOTIFIKASI

3.5.1

Notifikasi

Yang dimaksud dengan notifikasi adalah pemberitahuan. Bisa juga berarti informasi, publikasi, peringatan, catatan, pengumuman (Anonim, 2010). Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan keamanan, mutu dan gizi pangan, masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan dan/atau cara pemecahan mengenai hal-hal dibidang pangan. Penyampaian permasalahan, masukan dan/atau cara pemecahan dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan, kesehatan, perindustrian, Kepala Badan, Gubernur atau Bupati/ Walikota sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan masing-masing. Selain itu, setiap orang yang mengetahui adanya keracunan pangan akibat pangan tercemar wajib melaporkan kepada unit pelayanan kesehatan terdekat. Hal-hal tersebut merupakan salah satu bentuk notifikasi keamanan pangan yang dapat dilakukan oleh masyarakat.

3.5.2

Notifikasi Elektronik (

e-

Notifikasi)

Notifikasi elektronik (e-notifikasi) adalah suatu sistem informasi antara komunitas sekolah dengan klub POMPI untuk menginformasikan secara cepat dan akurat berbagai hal terkait keamanan pangan jajanan anak sekolah baik yang sifatnya positif maupun negatif (Badan POM 2012). Sebelumnya, di Badan POM telah dibuat suatu sistem notifikasi online untuk produk kosmetik. Notifikasi online kosmetik yang telah dibuat oleh Badan POM, dimaksudkan untuk mempermudah registrasi kosmetik oleh produsen sehingga registrasi bisa dilakukan dimana saja di seluruh Indonesia. Selain notifikasi kosmetik yang telah digalakan oleh Badan POM, ada juga notifikasi produk reject yang dikeluarkan oleh Uni Eropa. Notifikasi produk rejek ini menginformasikan memuat berbagai jenis produk yang masuk ke Eropa namun di rejek karena alasan-alasan tertentu.

3.5.3

Klub Pompi

(29)

IV.

METODOLOGI PENELITIAN

4.1

WAKTU DAN TEMPAT MAGANG

Kegiatan magang di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) berlangsung selama ± empat bulan (14 Februari – 14 Juni 2012). Kegiatan magang dilaksanakan di Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Kegiatan magang di Badan POM RI ini dilakukan selama 5 hari kerja dalam satu minggu yaitu pada hari Senin – Jumat dari pukul 08.00 - 16.30 untuk hari Senin – Kamis dan pukul 08.00 – 16.00 untuk hari Jumat.

4.2

BAHAN

Bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian praktek kerja magang ini berupa buku mengenai kunci keamanan pangan untuk anak sekolah yaitu buku “5 Kunci Keamanan Pangan Untuk Anak Sekolah”. Buku ini berisi cara-cara yang dapat dilakukan oleh siswa agar dapat memilih pangan jajanan yang sehat. Buku tersebut digunakan sebagai acuan untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan dibuat untuk kuesioner e-notifikasi.

4.3

METODOLOGI

Fokus kegiatan magang yang dilaksanakan di Badan POM ini mengenai pengembangan e-notifikasi PJAS untuk anak sekolah. Target pengguna e-e-notifikasi ini adalah siswa SD antara kelas 4 hingga kelas 6. Dipilihnya siswa kelas 4 hingga kelas 6 ini dengan pertimbangan bahwa siswa kelas 4 hingga kelas 6 sudah bisa memilih sendiri pangan jajanan yang lebih sehat dibandingkan kelas 1 hingga kelas 3 SD yang mungkin hanya ikut-ikutan teman. Selain itu, siswa kelas 4 hingga kelas 6 SD ini lebih mampu untuk melakukan pengawasan pangan di sekolah secara sederhana. Selain itu, dengan pemilihan siswa SD sebagai target pengguna e-notifikasi ini diharapkan siswa lebih peduli terhadap keamanan pangan yang mereka makan, serta diharapkan sedikitnya dapat mengurangi penggunaan bahan-bahan berbahaya di kalangan pedagang yang berada di lingkungan SD tersebut. Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan e-notifikasi PJAS ini dapat dilihat pada Gambar 1.

1. Pembuatan konsep tata cara e-notifikasi, kuesioner, petunjuk pengisian

(30)
[image:30.595.106.440.216.751.2]

Pertanyaan-14

pertanyaan tersebut dibagi dua yaitu pertanyaan bersifat tertutup dan pertanyaan semi terbuka. Menurut Slamet (2008), pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang tidak memungkinkan responden untuk memberikan jawaban selain dari pilihan jawaban yang disediakan. Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang memungkinkan responden untuk menjawab dengan memilih salah satu atau lebih alternatif jawaban yang telah disediakan atau menulis jawabannya sendiri jika tidak tersedia pada pilihan jawaban (Slamet 2008). Pembuatan konsep tata cara e-notifikasi, kuesioner, serta petunjuk pengisian dilakukan dengan cara berdiskusi dengan tim. Petunjuk pengisian kuesioner ini berguna untuk menjelaskan secara lebih rinci mengenai tata cara pengisian kuesioner dengan benar.

Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Penelitian

1.1. e-notifikasi Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

Tata cara e-notifikasi Keamanan PJAS menjelaskan bagaimana e-notifikasi dilakukan oleh siswa. Isi dari tata cara e-notifikasi yang disusun merupakan rangkuman kegiatan yang dilakukan oleh siswa berawal dari ketika siswa jajan, apa yang harus diamati dan dicatat, kemudian bagaimana siswa tersebut melaporkan pencatatannya kepada Badan POM melalui suatu situs internet yaitu Klub POMPI. Kuesioner e-notifikasi keamanan PJAS berisi apa saja yang harus diamati yang terkait dengan pangan jajanan di sekolah. Kuesioner dibuat dengan mengacu kepada buku 5 Kunci Keamanan Pangan Untuk Anak Sekolah. Dalam buku tersebut, siswa diajarkan bagaimana memilih jajanan yang baik, sehingga penyusunan kuesioner yang akan digunakan disesuaikan dengan materi yang telah disusun dalam buku 5 Kunci Keamanan Pangan Untuk Anak Sekolah. Petunjuk pengisian kuesioner disusun dengan menyesuaikan kuesioner yang telah dibuat sebelumnya.

Pembuatan konsep tata cara e-notifikasi, kuesioner,

petunjuk pengisisan kuesioner e-notifikasi PJAS

Penyempurnaan konsep e-notifikasi PJAS

wawancara Uji validitas dan reliabilitas kuesioner Sosialisasi konsep pada

siswa-siswa di daerah Sosialisasi konsep pada

(31)

15

Rancangan kuesioner e-notifikasi keamanan PJAS dapat dilihat pada Lampiran 3. Petunjuk pengisian kuesioner e-notifikasi keamanan PJAS dan tata cara e-notifikasi keamanan PJAS dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.

Rancangan kuesioner e- notifikasi keamanan PJAS dibagi menjadi lima bagian, yaitu : 1) identitas siswa dan jenis produk pangan,

2) produk pangan,

3) lingkungan atau lokasi pangan dijual, 4) keadaan pedagang yang menangani pangan, 5) sudah amankah pangan yang kamu makan.

Bagian identitas berisi hari dan tanggal pengisian, nama dan kelas, asal sekolah beserta alamatnya, dan tempat jajan siswa. Pada bagian jenis pangan, ditanyakan apa saja yang siswa makan atau minum di sekolah. Jenis pangan yang ditanyakan disini mulai dari makanan berat atau makanan sepinggan, makanan ringan atau camilan atau snack, minuman, serta buah.

Bagian produk pangan terbagi menjadi dua sub bagian, yaitu bagian pangan terkemas dan pangan siap saji. Pada bagian produk pangan terkemas, pertanyaan yang diberikan adalah seputar label pangan. Pertanyaan mengenai label kemasan ini disesuaikan pada pedoman umum pelabelan. Menurut Badan POM (2004), label berisikan keterangan mengenai pangan yang ada dalam kemasan tersebut, diantaranya :

a. nama produk

b. berat bersih atau isi bersih

c. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan kedalam wilayah Indonesia d. nomor pendaftaran

e. komposisi atau daftar bahan f. keterangan kedaluwarsa g. tanggal dan atau kode produksi.

Bagian produk pangan yang kedua adalah bagian mengenai pangan siap saji. Bagian pangan siap saji ini terbagi lagi menjadi 3 subbagian, yaitu makanan berat atau sepinggan dan camilan atau snack, minuman, dan buah. Pada bagian makanan sepinggan atau makanan berat dan camilan atau snack, pertanyaan yang diberikan seputar cara penyajian makanan, kebersihan pangan tersebut dilihat dari wadahnya, serta kemungkinan terdapatnya bahaya fisik di dalam produk. Pertanyaan pada bagian minuman adalah seputar keberadaan es batu dan asal es batu tersebut. Untuk pertanyaan pada bagian buah, hanya ditanyakan mengenai kebersihan buah serta kebersihan pisau yang digunakan untuk memotong buah tersebut.

Bagian lingkungan kantin sekolah atau lokasi pangan dijual menanyakan mengenai kebersihan lingkungan tempat pangan dijual. Keberadaan toilet dan tempat sampah di dekat penjualan pangan juga menjadi perhatian. Ditanyakan pula mengenai keberadaan alat untuk mencegah binatang mendekati pangan. Bagian keempat dari kuesioner ini adalah tentang keadaan pedagang yang berjualan. Pada bagian ini ingin diketahui bagaimana penampilan serta sikap pedagang ketika sedang berjualan. Selain itu juga pada bagian ini ingin diketahui bagaimana higiene dan sanitasi dari pedagang tersebut.

(32)

16

bagi tubuh seperti penggunaan methanyl yellow dan rhodamin B. Gejala sakit yang timbul setelah mengkonsumsi pangan bisa mengindikasikan bahwa pangan yang dimakan tidak aman karena mengandung bakteri patogen atau racun dari bakteri patogen tersebut sehingga menyebabkan sakit setelah mengkonsumsi pangan tersebut.

Selain keamanan pangan yang siswa tersebut makan, siswa juga diharuskan untuk mengidentifikasi keamanan pangan yang dijual selain pangan yang mereka beli. Caranya adalah dengan melihat apakah terdapat pangan yang sudah basi ketika mereka jajan, atau apakah terdapat kemasan pangan yang rusak (dalam hal ini bolong) ketika mereka jajan. Penentuan pangan basi atau pangan yang sudah rusak dan tidak layak konsumsi dapat ditentukan dengan pengujian organoleptik. Menurut Siagian (2002), uji organoleptik dapat digunakan untuk uji kerusakan pangan dengan melihat tanda-tanda kerusakan seperti :

• Perubahan kekenyalan atau tekstur pada daging dan ikan.

• Perubahan kekentalan (viskositas) pada produk-produk cair seperti susu, santan sari , buah, sup, kaldu, dan lain-lain.

• Perubahan warna pada semua produk pangan. • Perubahan bau pada semua produk pangan.

• Pembentukkan lendir pada semua produk pangan berkadar air tinggi (daging, ikan, sayuran, sup, kaldu, dan lain-lain).

Alur dari e-notifikasi keamanan PJAS yang dijelaskan dalam tata cara e-notifikasi dimulai dengan membawa kuesioner e-notifikasi keamanan PJAS ketika siswa istirahat, dimana kuesioner tersebut dapat diunduh dari website klub POMPI. Kemudian siswa diharuskan untuk mengisi identitasnya. Siswa diharuskan memilih 1 jenis jajanan yang dibeli dan akan dicatat pada hari itu. Jajanan yang akan dicatat pada hari itu sebaiknya berbeda dengan yang hari kemarin telah dicatat. Siswa diharuskan memperhatikan makanan atau minuman yang dibeli serta cara penyajiannya untuk mengisi kuesioner bagian A. Setelah selesai mengisi bagian A, siswa diharuskan memperhatikan lingkungan tempat mereka jajan untuk mengisi kuesioner bagian B. Selesai mengisi bagian B, siswa diharuskan memperhatikan kondisi pedagang yang jajanannya mereka beli untuk mengisi kuesioner bagian C. Bagian D diisi oleh siswa setelah siswa memakan jajanan yang mereka beli. Setelah mengisi semua bagian dari kuesioner, siswa harus mengecek kembali kuesioner untuk memastikan semua bagian dari kuesioner telah terisi. Bila sudah siap, kuesioner telah siap untuk dilaporkan. Untuk melaporkan kuesioner tersebut, siswa harus masuk ke website pompi dengan alamat www.klubpompi.com. Setelah masuk ke website pompi klik edukasi, kemudian klik e-notifikasi maka akan muncul pilihan formulir e-notifikasi. Pilih formulir e-notifikasi keamanan PJAS, kemudian siswa mengisi formulir tersebut sesuai dengan apa yang mereka catat. Siswa dapat mengunggah foto kejadian penyimpangan yang terjadi ketika mereka jajan tadi. Setelah formulir diisi (dan foto telah diunggah), klik SELESAI untuk mengirimkan apa yang siswa laporkan.

1.2. e-notifikasi Aksi Nasional PJAS di Sekolah

(33)

17

Isi dari kuesioner e-notifikasi Aksi Nasional PJAS ini seputar kegiatan yang berhubungan dengan keamanan pangan yang pernah diadakan di sekolah. Kuesioner e-notifikasi AN-PJAS ini hanya terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian identitas dan kumpulan pertanyaan. Seperti halnya e-notifikasi keamanan PJAS, bagian identitas pada kuesioner terdiri dari hari/ tanggal pengisian kuesioner, nama dan kelas siswa, sekolah serta alamat sekolah. Pertanyaan pada kuesioner ini seputar kantin sekolah dan kegiatan Aksi Keamanan Pangan. Untuk kantin sekolah, pertanyaan yang diajukan seputar keberadaan kantin di sekolah dan perlengkapan kebersihan kantin seperti tempat cuci tangan dan sabun cuci tangan, serta alat-alat kebersihan. Lokasi kantin juga menjadi perhatian. Selain pertanyaan seputar keberadaan kantin, pertanyaan yang terdapat pada kuesioner ini mengenai kegiatan aksi nasional PJAS yang pernah dilaksanakan di sekolah. Ada juga pertanyaan mengenai penerapan informasi yang mereka peroleh ketika ada pameran atau penyuluhan dari pusat atau daerah di kehidupan sehari-hari. Ini bermaksud untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kesadaran siswa mengenai keamanan pangan, khususnya PJAS.

2. Sosialisasi konsep pada TOT Bimtek (training of trainer bimbingan teknis).

Sosialisasi konsep pada TOT Bimtek (training of trainer Bimbingan Teknis) dilakukan setelah pembuatan konsep tata cara e-notifikasi, kuesioner, petunjuk pengisian selesai. Peserta TOT merupakan perwakilan dari Balai Besar POM tiap-tiap provinsi di seluruh Indonesia yang salah satu tuganya adalah memberikan training e-notifikasi PJAS ini kepada siswa sekolah.

3. Sosialisasi konsep e-notifikasi kepada siswa-siswa di daerah

Sosialisasi ini dilakukan oleh staf Balai Besar POM tiap-tiap provinsi yang telah mengikuti TOT Bimtek. Peserta Bimtek terdiri dari siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) kelas 4 – 6. Peserta Bimtek tiap-tiap daerah berjumlah ± 50 orang untuk setiap provinsi. Dalam acara Bimtek ini, siswa diminta untuk mengisi kuesioner yang telah dibuat. Dengan diisinya kuesioner oleh peserta, diharapkan dapat diperoleh masukan untuk perbaikan kuesioner selanjutnya. Bimtek provinsi ini dibagi 2 gelombang. Bimtek gelombang 1 terdiri dari 16 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo dan Papua. Bimtek gelombang 1 dilaksanakan sekitar minggu ketiga bulan Maret (19 – 20 Maret) sampai awal bulan Mei (1 – 2 Mei). Bimtek gelombang 2 terdiri dari 17 provinsi yaitu Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Barat, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. Bimtek gelombang 2 ini dilaksanakan sekitar minggu ketiga bulan Mei (22 – 23 Mei) sampai bulan September.

4. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

(34)

18

a. Validitas

Menurut Idrus (2009), valid bermakna kemampuan butir dalam mendukung konstruk dalam instrument. Konsep valid ini secara sederhana mencakup pengertian bahwa skala atau instrument yang digunakan dapat mengukur atau mengungkapkan hal-hal yang seharusnya diukur atau diungkapkan (Idrus 2009). Suatu instrumen dianggap valid bila mampu mengukur apa yang ingin diukur atau dengan kata lain memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti (Singarimbun dan Effendi, 2011). Pengujian validitas kuesioner dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product moment pada selang kepercayaan 5 %, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan akan kecil sekali. Untuk mengukur korelasi product moment digunakan rumus (Idrus 2009):

ri= ∑ ����−������� ��−���

� �=1

�∑�=1����−����²−∑=1���−���²

Keterangan:

��� = Skor responden ke-j pada butir pertanyaan i

�̅� = Rata-rata skor butir pertanyaan i

�� = Total skor seluruh pertanyaan untuk responden ke-j

�̅ = Rata-rata total skor

ri = Korelasi antara butir pertanyaan ke-i dengan total skor

Secara statistika angka korelasi yang dihasilkan untuk tiap-tiap pertanyaan harus dibandingkan dengan angka kritik tabel nilai korelasi r. Cara melihat angka kritik adalah dengan melihat baris N-2. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap valid. Demikian sebaliknya, apabila r hitung lebih kecil daripada r tabel, maka pertanyaan tersebut kemungkinan mempunyai susunan kalimat yang kurang baik sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda bagi responden (Singarimbun dan Effendi, 2011).

b. Reliabilitas

Menurut Idrus (2009), reliabilitas instrument adalah tingkat keajekan instrument saat digunakan kapan dan oleh siapa saja sehingga cenderung menghasilkan data yang sama atau hampir sama dengan sebelumnya. Reliabilitas merupakan ketepatan atau consistency atau dapat dipercaya. Artinya instrument yang akan digunakan dalam penelitian tersebut akan memberikan hasil yang sama meskipun diulang-ulang dan dilakukan oleh siapa dan kapan saja (Idrus 2009).

(35)

19

ri =

2��

1+��

dimana:

ri = reliabilitas internal seluruh instrument

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua

Untuk mengukur reliabilitas pertanyaan yang memiliki data interval, maka digunakan teknik α Cronbach. Penggunaan teknik α Cronbach tidak membagi pertanyaan-pertanyaan menjadi dua bagian, tetapi langsung mengkorelasikan semua pertanyaan secara langsung. Teknik α Cronbach memiliki rumus (Sugiyono 2011) :

r

i

=

(�−1)

1

∑ ��2

2

dimana :

K = mean kuadrat antara subyek

∑ ��2 = mean kuadrat kesalahan

��2 = varians total

5. Wawancara

Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui dimana letak kesulitan siswa dalam mengisi kuesioner e-notifikasi. Wawancara ini dilakukan kepada 10 orang siswa-siswi Sekolah Dasar kelas 4 dan kelas 5. Untuk tahap awal, siswa-siswi tersebut mengisi kuesioner yang sama dengan yang diisi oleh peserta Bimtek di tiap-tiap provinsi. Kemudian siswa-siswi tersebut diajak berdiskusi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Kuesioner kemudian dirubah sesuai dengan hasil diskusi, lalu diisi lagi oleh 10 siswa tersebut. Setelah mengisi kuesioner yang telah sedikit dirubah, siswa-siswi tersebut diminta untuk mengomentari kuesioner tersebut.

6. Perbaikan konsep e-notifikasi

(36)

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1

EVALUASI PENGISIAN KUESIONER

Kuesioner yang direkap dalam penelitian ini berjumlah 774 buah yang berasal dari 15 propinsi pada Bimtek Gelombang 1. Dari data kuesioner yang masuk, dilihat kesesuaian pengisian kuesioner dengan petunjuk pengisian yang telah dibuat. Ada beberapa pertanyaan yang menentukan apakah siswa telah mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk pengisian atau belum. Kesesuaian pertama, dapat dilihat pada pertanyaan tentang ragam jajanan yang dibeli siswa di sekolah (Gambar 2).

Gambar 2. Pertanyaan Mengenai Ragam Jajanan Dan Pilihannya

Pilihan jajanan yang tersedia dalam kuesioner cukup banyak, dari mulai makanan sepinggan atau jajanan berat, makanan camilan atau snack, minuman, dan buah. Dari semua pilihan yang tersedia, siswa seharusnya hanya memilih satu jajanan yang akan dicatat. Jika ingin mencatat makanan sepinggan atau jajanan berat, maka pilihan yang lain tidak boleh diisi. Begitu pula dengan pilihan berbagai macam makanan yang telah tersedia. Ketika siswa memutuskan untuk mencatat makanan sepinggan atau jajanan berat, makan siswa pun hanya memilih satu macam makanan yang akan dicatat. Dari 774 siswa yang mengisi kuesioner, semua siswa ternyata memilih semua jenis pangan dari makanan sepinggan sampai buah. Hal ini diduga siswa tidak membaca petunjuk pengisian yang telah tersedia. Terlihat ketika acara Bimtek, siswa langsung mengisi rancangan kuesioner tersebut tanpa membaca petunjuk pengisian terlebih dahulu dan memang dalam kuesioner untuk pertanyaan ini tidak ada perintah untuk hanya mencatat 1 jenis jajanan saja sehingga siswa mengisi semua jenis jajanan.

(37)

21

[image:37.595.110.506.27.527.2]

Gambar 3. Pertanyaan Mengenai Jenis Pangan Dan Pilihannya

Untuk mengetahui persentase kesesuaian antara pengisian pertanyaan dengan petunjuk pengisian dapat dilihat pada Gambar 4. Pada Gambar 4 dapat diketahui bahwa dari 774 siswa yang mengisi kuesioner ada 258 siswa (33% ) mengisi kuesioner sesuai dengan petunjuk pengisian dan 516 siswa (67%) mengisi kuesioner tidak sesuai dengan petunjuk pengisian.

Gambar 4. Kesesuaian Pengisian Pertanyaan No. 3 (Jajanan Yang Dibeli Terkemas Atau Tidak) Dengan Petunjuk Pengisian

Walaupun telah terdapat petunjuk pengisian pada kuesioner yang berbunyi “Bila jawabannya terkemas, lanjutkan ke bagian A1 dan bila tidak terkemas lanjutkan ke bagian A2”, tetapi jumlah siswa yang mengisi kuesioner tidak sesuai dengan petunjuk pengisian cukup banyak. Hal ini terjadi karena sepertinya siswa mengira jika menjawab pertanyaan bagian A1 (pangan terkemas), maka pertanyaan bagian A2 (pangan siap saji) juga harus dikerjakan. Sehingga hampir sebagian besar siswa mengisi bagian A1 (pangan terkemas) juga A2 (pangan siap saji).

Pada kuesioner, terdapat beberapa pertanyaan yang pengisiannya tergantung kepada jawaban pertanyaan sebelumnya. Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang memiliki petunjuk pengisian khusus. Pertanyaan dengan petunjuk pengisian khusus ini merupakan pertanyaan lanjutan atau pertanyaan turunan dari pertanyaan sebelumnya. Pertanyaan turunan bisa diisi bisa juga tidak tergantung kepada jawaban pertanyaan sebelumnya. Dari semua jawaban peserta yang mengisi kuesioner, dilihat kesesuaian pengisian pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan petunjuk pengisiannya.

Pengisian pertanyaan keterangan kedaluwarsa dan cara penulisannya (Gambar 5) akan sesuai dengan perunjuk pengisian jka keterangan kedaluwarsa dijawab ada maka cara penulisann kedaluwarsa harus dpilih salah satu.

Gambar 5. Pertanyaan Keterangan Kedaluwarsa dan Pertanyaan Turunannya

33% 67%

(38)
[image:38.595.99.536.244.455.2]

22

Untuk mengetahui kesesuaian pengisian pertanyaan keterengan kedaluwarsa dengan petunjuk pengisian dapat dilihat pada Tabel 1. Dari 584 siswa, jumlah peserta yang mengisi pertanyaan keterangan kedaluwarsa sesuai dengan petunjuk pengisian adalah 496 siswa (85%). Jumlah peserta yang memilih “ada” pada pertanyaan keterangan kedaluwarsa dan menjawab cara penulisannya berjumlah 472 orang, dan jumlah siswa yang memilih “tidak” pada pertanyaan keterangan kedaluwarsa dan tidak menjawab cara penulisannya berjumlah 24 orang. Persentase siswa yang telah mengisi sesuai dengan petunjuk pengisian (85%) menunjukan bahwa sebagian besar siswa telah memahami cara pengisian pertanyaan mengenai keterangan kedaluwarsa dan pertanyaan turunannya dengan benar.

Tabel 1. Kesesuaian pengisian pertanyaan keterangan kedaluwarsa dengan petunjuk pengisian

kesesuaian pengisian dengan petunjuk pengisian jumlah siswa persentase (%)

Menjawab sesuai petunjuk pengisian

1.menjawab "ada" pada keterangan kedaluwarsa, dan menjawab

cara penulisan kedaluwarsa 472 80.82

2. tidak menjawab keterangan kedaluwarsa, dan tidak menjawab

cara penulisan kedaluwarsa 24 4.11

sub total 496 84.93

Menjawab tidak sesuai petunjuk pengisian

1. menjawab "ada" pada keterangan kedaluwarsa, tapi tidak

mengisi bagaimana cara penulisan kedaluwarsa 58 9.93

2. menjawab tidak pada keterangan kedaluwarsa, tetapi menjawab

cara penulisan kedaluwarsa 30 5.14

sub total 88 15.07

Total 584 100.00

Pertanyaan mengenai kebersihan wadah tempat meletakan pangan serta keberadaan benda asing pada wadah (Gambar 6) adalah salah satu pertanyaan dengan petunjuk pengisian khusus. Pengisian pertanyaan tersebut akan sesuai dengan petunjuk pengisian jika pertanyaan kebersihan wadah dijawab “ya”, maka pertanyaan mengenai keberadaan benda asing dalam wadah tidak diisi. Namun, jika pertanyaan kebersihan wadah dijawab “tidak”, maka pertanyaan mengenai keberadaan benda asing dalam wadah harus diisi.

Gambar 6. Pertanyaan Kebersihan Wadah dan Pertanyaan Turunannya

(39)
[image:39.595.107.519.153.399.2]

23

asing pada wadah berjumlah 60 orang. Sebanyak ± 62% peserta yang sudah memahami cara pengisian pertanyaan kebersihan wadah dan turunannya.

Tabel 2. Kesesuaian pengisian pertanyaan kebersihan wadah dan keberadaan benda asing pada wadah dengan petunjuk pengisian

kesesuaian pengisian dengan petunjuk pengisian jumlah siswa persentase (%) menjawab sesuai petunjuk pengisian

1. jawab "ya" untuk pertanyaan kebersihan wadah tempat makanan, tidak mengisi pertanyaan mengenai jenis benda asing pada wadah

322 52.27

2. jawab "tidak" untuk pertanyaan kebersihan wadah tempat makanan, dan mengisi pertanyaan mengenai jenis benda asing pada wadah

60 9.74

sub total 382 62.01

menjawab tidak sesuai petunjuk pengisian 1. jawab "ya" untuk pertanyaan kebersihan wadah tempat makanan, tetapi mengisi pertanyaan mengenai jenis benda asing pada wadah

230 37.34

2. jawab "tidak" untuk pertanyaan kebersihan wadah tempat makanan, tetapi tidak mengisi pertanyaan mengenai jenis benda asing pada wadah

4 0.65

sub total 234 37.99

Total 616 100.00

Pertanyaan no. 5, 6, dan 7 (Gambar 7) merupakan pertanyaan dengan petunjuk pengsian khusus. Pengisian pertanyaan no. 5 (pangan yang dijual dibungkus atau tidak), no. 6 (keberadaan stapler pada bungkus makanan jika makanan dibungkus) dan no. 7 (pembungkus yang digunakan untuk membungkus makanan jika makanan tersebut tidak dibungkus) akan sesuai dengan petunjuk pengisian jika pada pertanyaan no. 5 si

Gambar

Tabel 1.
Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Penelitian
Gambar 3. Pertanyaan Mengenai Jenis Pangan Dan Pilihannya
Tabel 1. Kesesuaian pengisian pertanyaan keterangan kedaluwarsa dengan petunjuk pengisian
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Model pembelajaran ini mencoba untuk memberikan bentuk penugasan berupa merancang komposisi lingkungan perumahan yang memperhatikan hubungan antara kepadatan populasi

kesimpulan tentang dinamika interaksi sosial manusia dengan lingkungannya dalam konteks pembangunan di indonesia meliputi bentuk dan jenis interaksi manusia dengan

Teman janda Crusoe menyimpan uangnya dengan aman, dan setelah pergi ke Lisbon, Crusoe mendengar dari kapten orang Portugis bahwa perkebunannya di Brazil telah mendapatkan

Selain itu, pada dasarnya pangur gigi ini merupakan salah satu kebiasaan atau budaya yang dimiliki oleh masyarakat etnis Jawa yang berada di Pulau Jawa tempat masyarakat

Responden dalam penelitian ini yaitu ibu yang rata-rata sudah memiliki pengetahuan yang baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak dilihat dari hasil

Dalam perkembangan dunia komunikasi, beberapa penelitian mencatat telah terjadi reduksi hak-hak warga negara dalam berkomunikasi menjadi hak konsumen.Undang-

Penulis ingin katakan ketika berbicara Good governance maka sering di gunakan sebagai standar sistem good local governance di katakan baik dalam menjalankan