• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA

PEMANENAN HUTAN JATI DI CIANJUR

DESTY SRI KURNIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

DESTY SRI KURNIA. Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur. Dibimbing oleh JUANG RATA MATANGARAN.

Identifikasi potensi kecelakaan kerja pada pemanenan hutan jati di Cianjur mulai dari kegiatan teresan sampai dengan pengangkutan ditentukan dari beberapa aspek. Identifikasi potensi kecelakaan kerja dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya sehingga pengendalian dapat ditentukan menggunakan teknik tertentu dan SMK3. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi adalah Job Hazard Analysis. Identifikasi potensi kecelakaan kerja dari aspek alat adalah tali tambang pada kegiatan penyaradan, chainsaw serta golok pada kegiatan teresan dan penebangan. Potensi kecelakaan kerja akibat lingkungan adalah lahan curam dan berserasah licin. Potensi kecelakaan kerja akibat pekerja dan metode kerja adalah bekerja di bawah pohon tersangkut. Analisis tingkat risiko dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko kecelakaan kerja. Hasil analisis kecelakaan setiap kegiatan, rata-rata bersifat rendah dengan peluang kecelakaan kerja rata-rata sangat jarang dan konsekuensi/severity/tingkat keparahan rata-rata tidak signifikan. Teknik pengendalian yang dapat dilakukan diantaranya pembuatan jalur penyelamatan saat penebangan. Tindakan pengendalian berdasarkan SMK3 adalah penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

Kata kunci: hutan jati, pemanenan hutan, potensi kecelakaan.

ABSTRACT

DESTY SRI KURNIA. Identification of Working Accident Potential in Teak Forest Harvesting in Cianjur. Supervision of JUANG RATA MATANGARAN.

Identification of working accident potential in teak forest harvesting activities in KPH Cianjur started from girdling activities to transportation activities and comprised several aspects. Identification of working accident potential was conducted to learn the cause of accident, so that controlling can be conducted by using particular techniques and SMK3. Method being used for identification was Job Hazard Analysis. Identification of working accident potential from the aspect of equipment was directed to ropes in skidding activities, chainsaw and machete in girdling and logging activities. Working accident potential due to environmental factor was steep land with slippery litter. Working accident potential due to workers and working method were working under hooked trees. Analysis of risk level was conducted to learn the level of working accident risk. Results of accident analysis on each activities showed that on the average, the rate of accident was low, the probability of working accident was very low and the consequence/severity was not significant. Technique of controlling could be conducted by among others making evacuation path during tree felling (logging). Controlling action on the basis of SMK3 was the use of Personal Protective Equipment (PPE).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

IDENTIFIKASI POTENSI KECELAKAAN KERJA PADA

PEMANENAN HUTAN JATI DI CIANJUR

DESTY SRI KURNIA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati di Cianjur

Nama : Desty Sri Kurnia

NIM : E14080060

Disetujui oleh

Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Didik Suharjito, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012 bertempat di RPH Walahir, BKPH Tanggeung, KPH Cianjur ini adalah Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan jati di Cianjur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Juang Rata Matangaran, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran serta Bapak Dr Ir Endes N. Dahlan, MS selaku dosen penguji pada ujian komprehensif. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh staf KPH Cianjur, seluruh staf BKPH Tanggeung dan seluruh staf PRH Walahir yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Tujuan Penelitian 1 

Manfaat Penelitian 1 

METODE PENELITIAN 2 

Bahan 2 

Alat 2 

Prosedur Analisis Data 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5 

Letak Geografis 5

Karakteristik Responden 5

Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja Pada Pemanenan Hutan Jati, Analisis Tingkat Risiko Kecelakaan, Teknik Beserta Tindakan Pengendalian

Berdasarkan SMK3 6

SIMPULAN DAN SARAN 16 

Simpulan 16 

Saran 16 

DAFTAR PUSTAKA 17 

RIWAYAT HIDUP 18

(11)

DAFTAR TABEL

1 Peluang 3 

2 Menentukan peluang 4 

3 Daftar konsekuensi (severity/tingkat keparahan) yang terjadi 4  4 Matriks analisis risiko – tingkatan risiko (penilaian risiko - 2D Model) 5 5 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan teresan 7 6 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan tebangan dan pembagian

batang 8 

7 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan penyaradan 9  8 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan muat bongkar dan

pengangkutan 10 

9 Kegiatan teresan serta teknik pengendaliannya 14  10 Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta teknik pengendaliannya 14  11 Kegiatan penyaradan serta teknik pengendaliannya 14  12 Kegiatan muat bongkar dan pengangkutan serta teknik pengendaliannya 14  13 Kegiatan teresan serta tindakan pengendaliannya (SMK3) 14  14 Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta tindakan

pengendaliannya (SMK3) 15

15 Kegiatan penyaradan serta tindakan pengendaliannya (SMK3) 15

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan

kerja 10 

2 Diagram peluang kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan

berdasarkan risiko yang terjadi 11

3 Diagram konsekuensi/severity/tingkat keparahan yang terjadi 12  4 Diagram tingkat kecelakaan kerja pada setiap kegiatan berdasarkan

risiko yang terjadi 13 

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel teresan 20 

2 Tabel tebangan dan pembagian batang 26

3 Tabel penyaradan 33 

4 Tabel muat bongkar dan angkutan 36 

5 Jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan 37  6 Jumlah peluang kecelakaan kerja (%) 38  7 Jumlah konsekuensi/severity/tingkat keparahan yang terjadi (%) 39  8 Jumlah tingkat kecelakaan kerja pada setiap kegiatan berdasarkan risiko

(12)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kecelakaan kerja tidak begitu saja terjadi dan pasti ada penyebabnya serta dapat dicari penyebabnya. Pemanenan hutan merupakan kegiatan yang sangat berisiko dalam kecelakaan kerja. Hal ini didasarkan pada banyaknya tahapan yang dilakukan dalam kegiatan pemanenan hutan. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya kecelakaan adalah kelalaian pekerja, seperti kurang terampilnya menggunakan alat, selain itu kecelakaan kerja disebabkan karena pekerjaan tersebut berhubungan dengan alat berat dan besar serta membutuhkan keterampilan dalam mengoperasikan alat serta rendahnya kesadaran terhadap aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) baik pada perusahaan maupun pekerja.

Pekerja kehutanan sebelumnya telah diidentifikasi sebagai kelompok kerja yang memiliki risiko cedera yang tinggi terkait dengan pekerjaannya. Sebagian besar literatur berkaitan dengan pekerjaan yang melibatkan chainsaw, seperti penebangan, pembagian batang, dan operasi mesin kehutanan (Slappendel et al. 1993). Gani (1992) menyatakan, bahaya bekerja di hutan terlihat dari data kecelakaan pada kegiatan pemanenan yang mencapai 70% dari seluruh kecelakaan yang terjadi, 15% pada pembinaan hutan, 5% pada pembuatan jalan, dan 10% karena sebab lainnya. Beratnya bekerja di kehutanan dapat disamakan dengan bekerja di pertambangan dan 4 kali angka kecelakaan pada industri lain pada umumnya. Ini menunjukkan bahwa masih tingginya angka kecelakaan kerja dibidang kehutanan, terutama pada kegiatan pemanenan.

Suma’mur (1988) menyatakan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah segala upaya untuk mengendalikan risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Untuk mengendalikan risiko tersebut perlu adanya identifikasi potensi kecelakaan kerja pada kegiatan pemanenan hutan jati untuk mengetahui apa saja yang dapat menyebabkan kecelakaan serta tindakan yang dapat dilakukan berdasarkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) atau teknik yang dapat dilakukan.

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi potensi kecelakaan kerja pada kegiatan pemanenan kayu. 2. Mengetahui peluang, konsekuensi, dan nilai risiko setiap potensi kecelakaan

pada kegiatan pemanenan hutan jati di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur.

(13)

2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk perusahaan dalam meminimalisasi kecelakaan kerja akibat kegiatan pemanenan kayu jati dan sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk penetapan kebijakan-kebijakan dan strategi dalam menurunkan tingkat kecelakaan kerja.

METODE PENELITIAN

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan pemanenan hutan kayu jati yang akan dianalisis proses kegiatannya mulai dari kegiatan teresan, tebangan, penyaradan, muat bongkar, dan pengangkutan. Selain itu, peralatan yang digunakan dalam melakukan teresan sampai muat bongkar pada saat penelitian akan dianalisis.

Alat

Alat yang digunakan dalam proses pengambilan data tersebut yaitu: alat tulis, kamera digital, laptop, dan kuesioner.

Prosedur Analisis Data

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada area tegakan Jati tahun tanam 1965, Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Walahir, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Tanggeung, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2012.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Contoh ditentukan secara purposive sampling yaitu semua pekerja yang melakukan penebangan di petak 93i dan peneresan di petak 53i.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

(14)

3 contoh dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah data karakteristik contoh meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman bekerja, dan alamat rumah peneres, penebang, blandong, dan supir angkutan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data sekunder meliputi kondisi lokasi penelitian, topografi, dan keadaan tanah.

Pengolahan dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam melakukan identifikasi bahaya dan risiko dalam pemanenan hutan kayu jati adalah Job Safety Analisys (JSA) atau yang sering disebut dengan Job Hazard Analisys (JHA), dimana identifikasi dilakukan dengan melihat bahaya dan risiko yang terdapat pada langkah-langkah atau tahapan kerja dari setiap jenis kegiatan pekerjaan yang ada di area produksi yang diteliti. Job Hazard Analysis merupakan identifikasi sistematik dari bahaya potensial di tempat kerja yang dapat diidentifikasi, dianalisis, dan direkam (OSHA 2002). Hasil dari rekaman akan dianalisis dan disajikan dalam sebuah tabel.

Menentukan Peluang

Menurut Suardi (2007) dalam menentukan peluang terjadinya kecelakaan di tempat kerja, dilakukan berdasarkan tingkat potensinya. Peluang terjadinya kecelakaan didapat dari hasil wawancara kepada pekerja di tempat penelitian dengan menggunakan kuesioner. Terdapat 5 kategori peluang terjadinya kecelakaan kerja mulai dari kecelakaan sangat sering sampai kecelakaan sangat jarang. Nilai untuk setiap peluang ditentukan oleh rata-rata frekuensi. Tabel 1 dan 2 merupakan kategori peluang, definisi beserta rata-rata frekuensi untuk menentukan peluang.

Tabel 1 Peluang

Peluang Definisi Sangat sering Dapat terjadi kapan saja Sering Dapat terjadi secara berkala Sedang Dapat terjadi pada kondisi tertentu Jarang Dapat terjadi, tetapi jarang

(15)

4

Tabel 2 Menentukan peluang

Peluang Definisi Rata-rata

frekuensi Sangat sering Dapat terjadi kapan saja ≥ 5,00 Sering Dapat terjadi secara berkala 4,00-4,99 Sedang Dapat terjadi pada kondisi tertentu 3,00-3,99 Jarang Dapat terjadi, tetapi jarang 2,00-2,99 Sangat jarang Memungkinkan tidak pernah terjadi ≤ 1,99

Keterangan: Rata-rata frekuensi terjadinya kecelakaan kerja = Jumlah terjadinya kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko dalam 2 minggu kerja/jumlah responden.

Menentukan Konsekuensi (Severity/Tingkat Keparahan)

Konsekuensi ditetapkan dengan membuat ketetapan pada tingkat keparahan (severity) kecelakaan kerja. Konsekuensi kecelakaan kerja didapat dari hasil wawancara kepada para pekerja di tempat penelitian dengan menggunakan kuesioner. Terdapat 5 kategori konsekuensi/severity/tingkat keparahan mulai dari konsekuensi/severity/tingkat keparahan tidak signifikan seperti pegal-pegal, sampai bencana besar seperti kematian. Tabel 3 merupakan daftar konsekuensi/severity/tingkat keparahan.

Tabel 3 Daftar konsekuensi (severity/tingkat keparahan) Tidak

terkoyak Terbakar

Patah tulang berat

Ketidak

nyamanan Tergores

Patah tulang

ringan Gegar otak Amputasi Pegal-pegal Terpotong/tersayat

kecil

Sakit/radang kulit

Terkilir

serius Luka fatal

Lelah Bising Cacat minor

(16)

5

Menentukan Tingkatan Risiko

Terdapat 4 tingkatan risiko yaitu risiko rendah, risiko sedang, risiko tinggi, dan risiko ekstrem. Tingkatan risiko dapat diketahui dengan menghubungkan nilai peluang dan konsekuensi serta digambarkan dalam matriks berikut ini:

Tabel 4 Matriks analisis risiko – tingkatan risiko (penilaian risiko - 2D Model) Peluang

Konsekuensi (severity/tingkat keparahan) Tidak

signifikan Minor Sedang Besar

Bencana besar

Sering sekali H H E E E

Sering M H H E E

Sedang L M H E E

Jarang L M M H E

Sangat jarang L L M H H

Sumber: Suardi (2007) Keterangan:

E: Ekstrem M : Risiko sedang H: Risiko tinggi L : Risko rendah

Cara membaca tabel di atas adalah mengkombinasikan antara kolom peluang dengan baris konsekuensi. Jika peluang yang didapat adalah sering dan konsekuensi besar, maka analisis risikonya adalah ekstrem (E).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Letak Geografis

Secara astronomis KPH Cianjur terletak pada 106°30’-107°25’ BT dan 6°36’-7°26’ LS. Luas hutan KPH Cianjur adalah 70.110,27 ha. Luas tersebut dibagi dalam dua Kelas Perusahaan yaitu Pinus dan Jati (Perum Perhutani 2011).

Secara wilayah Administratif Pemerintahan sebagian besar hutan terletak di Kabupaten Cianjur yang berada di 27 kecamatan dan sebagian kelompok hutan Gunung Kencana terletak di wilayah Kabupaten Sukabumi yang berada di 2 kecamatan serta sebagian kelompok hutan Gunung Cantayan Barat terletak di wilayah Kabupaten Purwakarta. Luas kawasan hutan menurut wilayah administratif pemerintahan tersebut yaitu Kabupaten Cianjur seluas 69.178,20 ha (98,67%), Kabupaten Sukabumi seluas 771,17 ha (1,10%), dan Kabupaten Purwakarta seluas 160,90 ha (0,23%) (Perum Perhutani 2010).

(17)

6

m3. Jenis tanah yang ada di petak ini adalah latosol coklat, abu- abu hitam agak dalam, agak sarang, mudah longsor/hanyut, agak berbatu, dan berhumus.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden berdasarkan variable jenis pekerjaan, pendidikan, umur, dan lama bekerja. Jenis pekerjaan yang diteliti dalam penelitian ini adalah peneres 3 orang, operator chainsaw 3 orang, blandong 9 orang, pengemudi angkutan 2 orang. Tingkat usia responden berkisar antara 28 sampai 56 tahun dengan rata-rata usia 45 tahun. Pendidikan rata-rata responden adalah tidak tamat Sekolah Dasar 5 orang, tamat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 4 orang, dan tamat SMP 2 orang. Rata-rata pekerja telah bekerja selama 22 tahun.

Identifikasi Potensi Kecelakaan Kerja pada Pemanenan Hutan Jati, Analisis Tingkat Risiko Kecelakaan, Teknik Beserta Tindakan Pengendalian Berdasarkan SMK3

Pemanenan hutan secara tradisional menjadi sektor yang terkait dengan tingkat kecelakaan yang tinggi dan serius yang berhubungan dengan pekerjaan jangka panjang masalah kesehatan (Maarten dan Marianne 2002). Begitu juga dengan pemanenan hutan jati di tempat penelitian, beberapa kegiatan masih dilakukan secara manual dan menjadi sektor yang akan terkait dengan tingkat kecelakaan yang tinggi dan serius. Identifikasi potensi kecelakan pemanenan hutan jati yang diteliti mulai dari kegiatan teresan, penebangan dan pembagian batang, penyaradan, muat bongkar, pengangkutan, alat yang digunakan dalam setiap kegiatan, lingkungan kerja serta pekerja dan metode kerja.

(18)

7 Tabel 5 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan teresan

No. Aspek Potensi kecelakaan

1 Alat Sisi tajam chainsaw dan golok

Chainsaw tidak dilengkapi alat pengaman (penangkap rantai, rem rantai, anti getar, pelindung tangan depan dan belakang, dan knalpot)

2 Lingkungan kerja Lahan curam (>25 o) dan berserasah licin 3 Pekerja dan metode

kerja

Menggunakan alas kaki licin dan membawa alat teres

Kaki tergigit binatang (kelabang) atau terkena ranting

Menuangkan bahan bakar tidak menggunakan corong, merokok, dan menyalakan api

Menyalakan gergaji dekat dengan bahan bakar Kebisingan, getaran, serbuk dan atau serpihan

kayu

Teresan merupakan kegiatan mematikan pohon yang akan ditebang dengan cara membuat torehan disekeliling pangkal pohon yang bertujuan menghambat mata rantai hara yang akan di asimilasi sehingga pohon mati (Perum Perhutani 2011). Teresan dilakukan menggunakan kapak dan ada juga yang menggunakan chainsaw. Jenis chainsaw yang digunakan oleh responden adalah sthil MS 381 dengan berat 8 kg. Penggunaan chainsaw sebagai alat bantu untuk meneres merupakan hal baru. Sebagian besar pekerja melakukan peneresan menggunakan kapak. Peneresan menggunakan kapak tidak lepas dari kecelakaan kerja. Kapak bisa mengenai kaki atau tungkai bawah pekerja hal ini dapat dihindarkan apabila lingkungan kerja tidak dihalangi oleh ranting-ranting atau tumbuh-tumbuhan, sehingga perlunya pembersihan lapangan sebelum melakukan kegiatan teresan. Kebakaran dianggap sebagai ancaman potensial bagi pembangunan berkelanjutan, berdampak langsung pada ekosistem, kontribusi terhadap emisi karbon, dan dampak terhadap keanekaragaman hayati (Tacconi 2003). Kewaspadan khusus di tempat tebangan sangat perlu untuk cairan-cairan yang dapat menyala dengan titik bakar di bawah 90 oC seperti bensin dan pelumas untuk chainsaw. Sejauh mungkin cairan-cairan yang sangat mudah menyala tersebut harus dipindahkan dengan pompa-pompa atau di udara terbuka. Cairan-cairan tersebut harus diamankan dari percikan api meskipun yang akan dipindahkan dalam jumlah kecil. Jarak yang aman dari mesin yang bergerak, nyala api yang terbuka atau cahaya yang kuat harus dipertahankan selama pemindahan cairan-cairan yang mudah terbakar, dan tanda-tanda peringatan yang tepat harus dipasang selama dapat dilaksanakan. Pada udara terbuka, tempat penyimpanan cairan tersebut tidak boleh dibiarkan terbuka, terkena sinar matahari, dan tempat-tempat tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja, baik yang berisi maupun yang sudah kosong (Suma’mur 1977).

(19)

8

Tabel 6 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan tebangan dan pembagian batang

No. Aspek Potensi kecelakaan

1 Alat Sisi tajam chainsaw dan golok

Chainsaw tidak dilengkapi alat pengaman (penangkap rantai, rem rantai, anti getar, pelindung tangan depan dan belakang, dan knalpot)

2 Lingkungan kerja Lahan curam (>25 o) dan berserasah licin Areal penebangan tidak dibersihkan 3 Pekerja dan metode kerja Kaki tergigit binatang (kelabang) atau

terkena ranting

Menggunakan alas kaki licin dan

membawa peralatan tebang

Menyalakan gergaji dekat bahan bakar Menuangkan bahan bakar tidak menggunakan corong, merokok, dan menyalakan api

Berjalan dan bekerja di bawah pohon tersangkut

Membagi batang menggunakan ujung atas bilah chainsaw

Tebangan adalah kegiatan perobohan pohon dengan arah rebah yang tepat sehingga pohon/batang tidak rusak atau pecah banting. Pembagian batang merupakan kegiatan pembuatan atau pemotongan batang pohon sesuai dengan ukuran permintaan pasar yang bertujuan untuk memperoleh nilai rupiah kayu yang maksimal (Perum Perhutani 2011). Dalam satu hari kerja, operator chainsaw dapat menebang sekitar 10 sampai dengan 15 pohon jati.

Penebangan hutan merupakan salah satu pekerjaan paling berbahaya sebagai tempat untuk bekerja dan penebangan pohon berada pada risiko cedera terbesar (Bell 2002). Hasil identifikasi di tempat penelitian sesuai dengan pernyataan Suhartana dan Yuniawati (2011) bahwa, pada kegiatan penebangan operator tidak menggunakan sepatu bot, helm, sarung tangan, dan kaca mata. Areal yang dihadapi memiliki kelerengan >25% dan jenis kayu jati yang memiliki kelas kuat 1 berarti memiliki bobot kayu sangat berat. Hal ini akan sangat membahayakan keselamatan jiwa operator.

Hampir 25% dari semua cedera akibat chainsaw disebabkan oleh kickback.

Kickback merupakan risiko yang paling serius pada kegiatan penebangan atau

pembagian batang. Kickback biasanya terjadi ketika ujung bilah atas, khususnya, kuadran atas ujung, bersentuhan dengan kayu dan menyebabkan rantai berputar tiba-tiba berhenti, sehingga gergaji bergerak mundur dan ke atas menuju operator. Penelitian telah menunjukkan kecepatan kickback menjadi lebih dari 30 mil per jam, hal ini memungkinkan operator hanya memiliki waktu 0,06 detik untuk meresponnya. Tindakan ini dapat mengakibatkan gergaji mengenai operator pada bagian kepala atau leher (Koehler et al. 2004).

(20)

9 tingkat kebisingan hingga 110 dB untuk gergaji yang digunakan dalam operasi penebangan atau dengan memberikan pelindung telinga. Sanders dalam Savitri menyatakan, pengaruh getaran dalam waktu singkat hanya memberi sedikit efek psikologis dan tidak terjadi perubahan nyata secara kimiawi dalam darah dan kelenjar endoktrin tubuh. Akan tetapi dalam jangka panjang efek getaran akan menimbulkan masalah spinal disorder, hemoroid hernia, dan kesulitan pembuangan air kemih.

Tabel 7 merupakan tabel identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan penyaradan.

Tabel 7 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan penyaradan No. Aspek Potensi kecelakaan

1 Alat Tali tambang rapuh

Pasak besi tidak tertancap dengan kuat 2 Lingkungan kerja Lahan curam

3 Pekerja dan metode kerja Kaki tertimpa kayu atau tergigit binatang (kelabang)

Menggunakan alas kaki licin dan

membawa kayu

Tidak memberi tahu saat kayu akan didorong/digelindingkan dari lahan curam

Penyaradan merupakan kegiatan pemindahan kayu dari lokasi tebangan ke tempat pengumpulan (TP) (Perum Perhutani 2011). Blandong biasanya bekerja dalam sebuah grup yang terdiri dari 8 sampai dengan 10 orang. Batang kayu yang sudah menjadi sortimen-sortimen dan berada jauh dari truk atau yang berada di lahan miring biasanya akan digelindingkan menggunakan kaki atau tangan. Dalam melakukan pekerjaannya blandong biasanya tidak menggunakan sarung tangan dan terkadang alas kaki yang digunakan adalah sandal. Pada saat sortimen-sortimen tersebut digelindingkan masih belum ada tanda yang digunakan oleh para blandong yang mengisyaratkan kepada pekerja yang berada di bawah bahwa sortimen tersebut akan digelindingkan. Hal ini dapat menyebabkan kecelakaan, apabila kayu digelindingkan dan tidak ada tanda dari blandong yang berada di atas kepada pekerja yang berada di bawah, sortimen tersebut dapat menimpa pekerja. Hasil penelitian ini sebanding dengan Suhartana dan Yuniawati (2011). ILO (2002) menyebutkan bahwa kegiatan penyaradan secara manual harus menghindari pemindahan kayu dengan menggunakan tangan. Jika harus menggunakan tangan maka jarak harus sependek mungkin dengan menggunakan suatu arah rebah yang tepat dan jaringan jalan sarad yang cukup dekat. Sedangkan Anonim dalam Suhartana dan Yuniawati(2011) menyatakan bahwa mengangkat beban merupakan pekerjaan yang berat, terutama teknik yang dilakukan tidak benar dapat berakibat cedera pada punggung.

(21)

10

angkut. Tabel 8 merupakan tabel identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan muat bongkar dan pengangkutan.

Tabel 8 Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan muat bongkar dan pengangkutan

No. Aspek Potensi kecelakaan 1 Alat Tali tambang rapuh

Pasak besi tidak tertancap dengan kuat

2 Pekerja dan metode kerja Menaikkan kayu tanpa alat bantu Kondisi jalan angkutan tidak beraspal

Pada kegiatan pemuatan manual dan pengangkutan dengan truk, sarana angkut yang sedang terisi harus diparkir dengan aman dan direm dengan aman. Selama proses pemuatan kayu tidak boleh ada orang di dalam kabin atau pada platform dari sarana angkut, kecuali kabin dari sarana angkut cukup dilindungi. Beban truk harus seimbang dan terjamin aman oleh bahan-bahan pengikat yang cukup kuat untuk mencegah barang menjadi keluar atau pergeseran dalam perjalanan. Pekerja yang bekerja dalam pemuatan dan kegiatan pengangkutan harus dilengkapi dengan alat pelindung diri, dan para pekerja harus menjaga truk dengan baik dan bersih dari kotoran atau batang kayu jatuh (Suhartana dan Yuniawati 2011).

Kegiatan penebangan hutan yang dilakukan tidak mengikuti aturan dan kehati-hatian dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang terjadi dapat berupa kecelakaan dengan akibat yang tidak fatal sampai kematian. Menebang pohon merupakan operasi yang sulit dan berbahaya serta membutuhkan alat-alat yang memadai, pelatihan, dan pengalaman (Axelsson 1998). Gambar 1 merupakan diagram jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakan kerja pada masing-masing kegiatan.

Gambar 1 Diagram jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja

Penyaradan Muat bongkar dan pengangkutan

Jum

lah sub kegiatan

yang

berpotensi m

enyebabkan

kecelakaan

(22)

11 Kegiatan teresan mempunyai 23 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, penebangan dan pembagian batang 34 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, penyaradan 11 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja, muat bongkar dan pengangkutan 5 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja (uraian sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja dapat dilihat pada lampiran 1, 2, 3, dan 4).

Gambar 2 merupakan diagram peluang kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi.

Gambar 2 Diagram peluang kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi

Data hasil wawancara terhadap responden berkaitan dengan peluang kecelakaan kerja berdasarkan frekuensi terjadinya kecelakaan yang pernah dialami responden sangat beragam. Risiko terjadinya peluang sangat jarang adalah yang terbanyak. Hal ini disebabkan karena responden sangat jarang mengalami kecelakaan kerja tersebut, akan tetapi pada kegiatan teresan terdapat kecelakaan yang sering terjadi yaitu mata terkena serbuk saat melakukan teresan menggunakan chainsaw, selain pada kegiatan teresan, pada kegiatan tebangan terdapat peluang sangat sering. Peluang sangat sering pada kegiatan tebangan adalah mata terkena serbuk saat proses penebangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata peluang kejadian kecelakaan pada setiap kegiatan adalah sangat jarang.

Beberapa kegiatan pada pemanenan hutan jati di tempat penelitian masih dilakukan secara manual dan menjadi sektor yang akan terkait dengan tingkat kecelakaan yang tinggi dan serius. Lefort et al. (2003) menyatakan bahwa mereka menemukan bahwa keseleo, luka terbuka, memar, dan patah tulang menyumbang hampir 75% dari semua cedera yang dilaporkan dalam sektor industri penebangan kayu. Jenis kecelakaan atau paparan mengidentifikasi peristiwa yang secara langsung mengakibatkan cedera atau penyakit. Banyak pekerja menyatakan bahwa kecelakaan kerja terjadi akibat terpukul atau kejatuhan suatu benda. Keberagaman bentuk kecelakaan yang dialami karena adanya ranting dan atau

0 3 0 2 0 0 0 0 0 0

Teresan Penebangan dan

pembagian batang

Penyaradan Muat, bongkar, dan

pengangkutan

Jum

lah peluang kecelakaan

kerja

(%)

(23)

12

dahan jatuh serta tertimpa pohon dan mengenai anggota tubuh, merupakan kecelakaan yang banyak terjadi. Terjatuh merupakan kecelakaan terbesar selanjutnya dan kegiatan lainnya memberikan porsi yang lebih kecil. Kegiatan yang dilakukan seperti mengangkat, mendorong, memegang, membawa, memutar, melempar benda, kaku untuk membungkuk, memanjat, merangkak, memutar, menjangkau, atau tergelincir termasuk kegiatan yang dapat menyebabkan kecelakaan .

Setelah mengetahui peluang kecelakaan kerja berdasarkan frekuensi yang terjadi, maka dapat diketahui konsekuensi/severity/tingkat keparahan yang terjadi. Gambar 3 merupakan diagram konsekuensi/severity/tingkat keparahan berdasarkan risiko yang terjadi pada responden akibat kecelakaan yang pernah dialami.

Gambar 3 Diagram konsekuensi kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi

Konsekuensi kecelakaan kerja pada kegiatan teresan sampai muat bongkar dan angkutan yang terbanyak dari masing-masing kegiatan berdasarkan sub kegiatan adalah tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena responden yang mengalami kecelakaan kerja tersebut hanya mengalami luka yang tidak memerlukan penanganan khusus.

Setelah peluang dan konsekuensi masing-masing kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja berdasarkan sub kegiatannya diperoleh, maka tingkat risiko kecelakaan berdasarkan analisis kecelakaan masing-masing sub kegiatan berdasarkan risikonya dapat diketahui. Gambar 4 merupakan diagram tingkat kecelakaan kerja berdasarkan risiko pada setiap sub kegiatan.

0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0

Teresan Penebangan dan

pembagian batang

Penyaradan Muat, bongkar, dan

pengangkutan

(24)

13

Gambar 4 Diagram tingkat kecelakaan kerja pada setiap kegiatan berdasarkan risiko yang terjadi

Tingkat risiko kecelakaan pada kegiatan teresan adalah sedang dan rendah, sedangkan pada kegiatan tebangan dan pembagian batang terdapat tiga macam tingkat risiko yaitu tingkat kecelakaan risiko tinggi, sedang, dan rendah. Pada kegiatan penyaradan hanya terdapat kecelakaan dengan tingkat risiko rendah. Pada kegiatan muat bongkar dan pengangkutan terdapat dua macam tingkat kecelakaan berdasarkan analisis kecelakaan kerja yaitu tingkat kecelakaan rendah dan tingkat kecelakaan sedang. Kecelakaan dengan tingkat risiko tinggi pada kegiatan tebangan adalah tangan terkontak lagsung dengan sumber getaran yang menyebabkan pegal dan mata terkena serbuk pada saat proses penebangan.

Hasil analisis kecelakaan kerja menunjukkan bahwa tingkat risiko kecelakaan adalah rendah pada setiap kegiatan, akan tetapi beberapa risiko dapat menjadi tinggi bahkan sangat tinggi tingkat risikonya jika terjadi. Berikut merupakan tabel risiko beserta teknik penanggulangan dan tindakan pengendalian (manajemen K3) pada setiap kegiatan pemanenan hutan jati. Program risiko kesehatan untuk pekerjaan kehutanan telah dikembangkan dalam rangka meningkatkan identifikasi risiko kesehatan dengan evaluasi yang sistematis dari hubungan antara pekerjaan dan keluhan kesehatan, dan menciptakan dasar untuk keputusan tentang tindakan yang berbeda untuk mengurangi risiko kesehatan (Axelsson dan Bengt 1990). Tabel 9 sampai dengan tabel 12 merupakan teknik pengendalian kecelakaan kerja, sedangkan tabel 13 sampai dengan tabel 15 menunjukkan tindakan pengendalian berdasarkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3).

0 0 0 4 0 0 0 0

9

2 0

14

91 94

100

86

0 20 40 60 80 100 120

Teresan Tebangan Penyaradan Muat bongkar dan angkutan

Jum

lah tingkat

kecelakaanberdasrkan

risiko (%)

(25)

14

Tabel 9 Kegiatan teresan serta teknik pengendaliannya

Risiko Teknik pengendalian

Terjadi kebakaran Pembuatan jarak aman Tangan terkontak langsung dengan

sumber getaran

Penempatan peredam suara Pendengaran berkurang/mendengung Penggantian chainsaw dengan

tingkat kebisingan yang lebih rendah Terkena widow maker Tidak berjalan diantara pohon yang

sudah di teres

Tabel 10 Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta teknik pengendaliannya

Risiko Teknik pengendalian

Terjadi kebakaran Pembuatan jarak aman Tertimpa pohon akibat arah rebah

meleset

Pembuatan jalur penyelamatan

Tertimpa pohon tersangkut Perebahan pohon menggunakan roda pengungkit, tirfor, dan skidding traktor Tangan terkontak langsung dengan

sumber getaran

Penempatan peredam pada sumber getaran

Pendengaran

berkurang/mendengung

Penggantian chainsaw dengan tingkat kebisingan yang lebih rendah

Tabel 11 Kegiatan penyaradan serta teknik pengendaliannya

Risiko Teknik pengendalian

Tertimpa sortimen kayu Pasak besi dan tali tambang hanya digunakan untuk kayu dengan diameter ≤65 cm

Tabel 12 Kegiatan muat bongkar dan pengangkutan serta teknik pengendaliannya

Risiko Teknik pengendalian

Kayu menimpa blandong saat dinaikkan ke truk

Menaikkan kayu menggunakan ender-ender, tali tambang, dan pasak besi

Terjadi slip Jalan hutan diberi batuan

Tabel 13 Kegiatan teresan serta tindakan pengendaliannya berdasarkan SMK3 Bahaya Risiko Tindakan pengendalian

Korek gas Kebakaran Pengecekan kembali agar tidak ada korek gas yang tertinggal Kebisingan Pendengaran

berkurang, telinga berdengung

Penggunaan ear muff atau ear plugs

Getaran Tangan terkontak langsung

dengansumber getaran

(26)

15

Lanjutan tabel 13

Bahaya Risiko Tindakan pengendalian Serbuk dan atau tatal Mata terkena serbuk dari

kayu jati

Penggunaan pelindung mata (kaca mata)

Ranting pohon yang sudah diteres

Terkena widow maker Penggunaan pelindung kepala (helm)

Tergigit binatang Bengkak, terkena racun Penggunaan alas kaki (sepatu) dan membawa obat-obatan P3K

Tabel 14 Kegiatan tebangan dan pembagian batang serta tindakan pengendaliannya berdasarkan SMK3

Bahaya Risiko Tindakan pengendalian

Korek gas Kebakaran Pengecekan kembali agar tidak ada korek gas yang tertinggal di lantai hutan Kebisingan Pendengaran

berkurang, telinga berdengung

Penggunaan ear muff atau ear plugs

Getaran Tangan terkontak langsung dengan sumber getaran

Penggunaan sarung tangan dan adanya peredam pada chainsaw

Serbuk dan atau tatal Mata terkena serbuk dari kayu jati

Penggunaan pelindung mata (kaca mata)

Ranting pohon yang sudah diteres

Terkena widow maker

Penggunaan alas kaki (sepatu) dan membawa obat-obatan P3K

Memotong batang menggunakan ujung atas

bilah

Kickback Pemotongan tidak

menggunakan area kickback

Tabel 15 Kegiatan penyaradan serta tindakan pengendaliannya berdasarkan SMK3

Bahaya Risiko Tindakan pengendalian Pasak besi terlepas dari

batang kayu

Kayu menimpa blandong

Pasak besi ditancapkan dengan kuat

Tali tambang untuk menyarad terputus

Kayu menimpa blandong

Mengganti tali tambang

(27)

16

diberlakukannya sangsi yang tegas untuk setiap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai peraturan yang sudah diberlakukan, mengadakan penyuluhan tentang K3, dan melakukan pelatihan untuk seluruh pekerja lapangan seperti pelatihan chainsaw. Celana pelindung dan sarung tangan merupakan benda yang memiliki kemungkinan paling kecil untuk digunakan, sedangkan perlindungan telinga, mata, dan kaki merupakan benda yang paling mungkin untuk digunakan. Hasil menunjukkan bahwa perencanaan yang lebih baik selama proses penebangan menjadi kunci untuk mengurangi jumlah kecelakaan. Kebutuhan untuk pelatihan lanjutan dan peningkatan manajer dan karyawan merupakan hal yang paling penting untuk meningkatkan program keselamatan kerja (Lefort et al. 2003).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kegiatan teresan memiliki 8 potensi kecelakaan kerja, sedangkan penebangan memiliki 10 potensi kecelakaan kerja, penyaradan memiliki 6 potensi kecelakaan kerja, serta muat bongkar dan pengangkutan memiliki 4 potensi kecelakaan kerja. Hasil analisis risiko menunjukkan terjadinya peluang kecelakaan kerja pada setiap kegiatan sangat jarang sedangkan hasil konsekuensi/severity/tingkat keparahan pada setiap kegiatan pemanenan menunjukkan hasil yang tidak signifikan sehingga hasil analisis tingkat risiko kecelakaan kerjanya bersifat rendah. Teknik penanggulangan yang diterapkan pada kegiatan teresan, tebangan, penyaradan, serta muat bongkar dan pengangkutan terdiri dari pembuatan jarak aman, penggantian alat, pembuatan jalur penyelamatan, perebahan pohon menggunakan skidding traktor atau tirfor, penempatan peredam pada sumber getaran, penggunaan pasak besi dan tali tambang untuk menyarad kayu dengan diameter ≤65 cm, pemberian batuan pada jalan hutan, dan penggunaan ender-ender serta tali tambang untuk menaikkan kayu. Penggunaan teknik-teknik tersebut disesuaikan dengan risiko masing-masing kegiatan. Tindakan-tindakan pengendalian yang diterapkan pada kegiatan-kegiatan tersebut terdiri dari pengecekan kembali agar tidak ada korek gas yang tertinggal, penggunaan ear muff/ear plugs, sarung tangan, pelindung mata, dan alas kaki, penyediaan obat0obatan P3K, penancapan pasak besi dengan kuat, serta penggantian tali tambang.

Saran

(28)

17

DAFTAR PUSTAKA

Axelsson SA, Bengt P. 1990. New ergonomic problems in mechanized logging operations. International Journal of Industrial Ergonomics. 5(3): 267-273. Axelsson SA. 1998. The mechanization of logging operations in Sweden and its

effect on occupational safety and health. Journal of Forest Engineering.9(2): 25-31.

Bell JL. 2002. Changes in logging injury rates associated with use of feller bunchers in West Virginia. Journal of Safety Research. 33(4): 463-471.

Gani DS. 1992. Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja. Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[ILO] International Labour Organitation. 2002. Standar ILO Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Kehutanan. J a k a r t a : Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Koehler SA, Todd ML, Leon R, Abdulrezzak S, Shaun L, Bennet O, joseph D, Cyril HW. 2004. Death by chainsaw: fatal kickback injuries to the neck. Journal Forensic Science. 49(2): 1-6.

Lefort AJ, Cornelis F, John C, Brian D. 2003. Characteristics of injuries the logging industry of lousiana, USA: 1986 to 1988. Journal of Forest Engineering. 14(2): 75-89.

Maarten N, Marianne L. 2002. Health and safety issues and perceptions of forest

harvesting contractors in Ireland. Journal of Forest Engineering. 13(2): 69-76.

[OSHA] Occupational Safety and Health Administration 3071. 2002. Job Hazard Analysis. U.S Departmen of Labor.

Perum Perhutani. 2010. Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan (DPPL) KPH Cianjur. Cianjur: Perum Perhutani KPH Cianjur.

Perum Perhutani. 2011. Prosedur Kerja Tebang Habis Jati. Cianjur: Perum Perhutani KPH Cianjur.

Savitri LZ. 2012. Persepsi dan gangguan daya konsentrasi operator chainsaw pengaruh penggunaan APD [skripsi]. Bogor: Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Slappendel C, Ian L, Ichiro K, Stephen M, Collin C. 1993. Factors affecting work-related injury among forestry workers: a review. Journal of Safety Research. 24(1): 19-32.

Suardi R. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2th ed. Jakarta: PPM.

Suhartana S, Yuniawati. 2011. Tingkat pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja pada kegiatan pemanenan kayu jati di KPH Cianjur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 29(1): 46-56.

Suma’mur PK. 1977. Kesehatan dan keselamatan dalam pekerjaan kehutanan dan industri perkayuan. Jakarta: Pusat Bina Hiperkas dan Keselamatan Kerja dan Organisasi Perburuhan Internasional.

Suma’mur PK. 1988. Higene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: PT. Saksama.

(29)

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi, pada tanggal 15 Desember 1989 dari pasangan Warsito dan Eka Maemunah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Caringin 1 Sukabumi pada tahun 2002 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Cisaat Sukabumi dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Cisaat Sukabumi pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selama masa perkuliahan penulis ikut berpartisipasi dalam lembaga kemahasiswaan dan berbagai kepanitian, yaitu sebagai staf Divisi Kewirausahaan periode 2009-2010, panitia Bimantara, dan panitia Smile of Human.

Penulis telah melaksakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan pada tahun 2010 di Sancang Barat dan Kamojang, Praktik Pengenalan Hutan pada tahun 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, dan Praktik Kerja Lapang pada tahun 2012 di KPH Banyumas Barat Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah.

(30)

19

(31)

20

20

Lampiran 1 Tabel teresan (23 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja)

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 1 Tidak memakai alas kaki

saat berjalan di atas serasah

Tergigit binatang (kelabang) dan atau tergores ranting

0,33* Sangat jarang Tergores Minor Rendah

2 Memakai alas kaki licin saat berjalan di atas serasah

Terjatuh 0,33 Sangat jarang Memar Minor Rendah

3 Menggunakan alas kaki licin dan membawa chainsaw dengan keadaan mesin mati

Badan tertimpa chainsaw

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

Terjatuh dan tertimpa chainsaw

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah Tangan tertimpa

chainsaw

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

Kaki tertimpa chainsaw 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka Tidak signifikan Rendah Keterangan: Rata-rata frekuensi terjadinya kecelakaan kerja = Jumlah terjadinya kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko dalam 2 minggu kerja/jumlah responden.

Contoh perhitungan: (0+1+0) : 3 = 0,33* (menunjukkan peluang sangat jarang pada tabel 2)

(32)

21 Lanjutan lampiran 1

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan

(Peluang) Konsekuensi

Keterangan (Konsekuensi)

Tingkat risiko 4 Berjalan membawa

chainsaw dengan rantai yang sudah terpasang

Gigi chainsaw menggores tangan

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

Gigi chainsaw

menggores leher

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah Gigi chainsaw

menggores wajah

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

Gigi chainsaw menggores bagian tubuh lainnya

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

5 Berjalan dengan membawa chainsaw dengan rantai yang sudah terpasang di lahan curam

Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

6 Operator chainsaw berjalan dengan membawa chainsaw dengan rantai yang sudah terpasang berjalan di lahan berserasah licin

Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

7 Operator chainsaw tidak menggunakan sarung saat mengikir

Tangan tergores gigi chainsaw

0,33 Sangat jarang Tergores Minor Rendah

(33)

22

Lanjutan lampiran 1

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan

(Peluang) Konsekuensi

Keterangan (Konsekuensi)

Tingkat risiko 8 Tidak menggunakan

sarung tangan dan alas kaki (sepatu) saat pembersihan lapangan menggunakan golok

Tangan tergores sisi tajam golok

0,33 Sangat jarang Tergores Minor Rendah

Kaki tergores sisi tajam golok

0,33 Sangat jarang Tergores Minor Rendah 9 Kebisingan (akibat

chainsaw)

10 Meneres dilahan curam menggunakan chainsaw

Kaki tergores sisi tajam golok

0,33 Sangat jarang Tergores Minor Rendah

(34)

23 Lanjutan lampiran 1

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan

(Peluang) Konsekuensi

Keterangan (Konsekuensi)

Tingkat risiko 11 Terkena serpihan dan atau

tatal (menggunakan

12 Meneres menggunakan kapak

Tangan tergores kapak

0,50 Sangat jarang Tersayat kecil

Minor Rendah

Kaki tergores

kapak

0,50 Sangat jarang Tersayat kecil

Minor Rendah 13 Terkena serpihan dan atau

tatal (menggunakan kapak)

14 Operator chainsaw dan pekerja teresan ke lokasi tebangan menggunakan alas kaki tetapi licin

Tergelincir 0,33 Sangat jarang Terkilir ringan

Minor Rendah

15 Operator chainsaw atau

peneres lainnya menggunakan alas kaki

licin dan membawa chainsaw atau kapak

Tergelincir 2,11 Jarang Terkilir

ringan

Minor Sedang

(35)

24

Lanjutan lampiran 1

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 16 Operator chainsaw dan

peneres lainnya berjalan di lahan curam

Tergelincir 2,00 Jarang Terkilir

ringan

Minor Sedang

17 Operator chainsaw dan pneneres lainnya berjalan di lahan berserasah licin

Tergelincir 2,00 Jarang Terkilir

ringan

Minor Sedang

18 Operator mengikir di bawah lahan curam dengan kondisi banyak batang pohon yang belum disarad

Pekerja tertimpa batang pohon yang belum disarad

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

Batang pohon

jatuh dan menimpa pekerja

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

19 Mengisi bahan bakar tidak menggunakan corong

Bensin mengenai serasah kering dan memicu kebakaran

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

(36)

25 Lanjutan lampiran 1

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan

Risiko

Frekuensi terjadinya peluang kecelakaan

Keterangan

(Peluang) Konsekuensi

Keterangan (Konsekuensi)

Tingkat risiko 20 Menyalakan korek api

atau korek gas didekat bahan bakar

Korek gas tertinggal di lantai

hutan, terkena sinar matahari dan menimbulkan kebakaran

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

21 Menuangkan bahan bakar sambil merokok

Percikan api dari rokok

menyebabkan kebakaran

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

22 Menyalakan chainsaw dekat dengan bahan bakar

Terjadi kebakaran 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 23 Menyalakan chainsaw

sambil merokok

Terjadi kebakaran 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

(37)

26

Lampiran 2 Tabel tebangan dan pembagian batang (34 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja)

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan

Risiko

Frekuensi terjadinya peluang kecelakaan

Keterangan

(Peluang) Konsekuensi

Keterangan (Konsekuensi)

Tingkat risiko 1 Berjalan ke lokasi

tebangan opeartor chainsaw tidak memakai

alas kaki

Kaki terluka karena menginjak ranting

1,00* Sangat jarang Tergores Minor Rendah

     Berjalan diatas

serasah dan tergigit binatang

0,33 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

2 Operator chainsaw perjalan ke lokasi tebangan menggunakan alas kaki licin

Terjatuh 0,33 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

3 Operator chainsaw menggunakan alas kaki licin dan membawa chainsaw

Badan tertimpa chainsaw

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

Keterangan: Rata-rata frekuensi terjadinya kecelakaan kerja = Jumlah terjadinya kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko dalam 2 minggu kerja/jumlah responden.

Contoh perhitungan: (0+1+2) : 3 = 1,00* (menunjukkan peluang sangat jarang pada tabel 2)

(38)

27 Lanjutan lampiran 2

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 3 Operator chainsaw

menggunakan alas kaki licin dan membawa chainsaw

Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

    Tangan tertimpa

chainsaw

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

    Kaki tertimpa

chainsaw

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 4 Berjalan membawa

chainsaw dengan rantai

yang sudah terpasang tanpa penutup bilah

Gigi chainsaw menggores tangan

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

  Gigi chainsaw

menggores leher

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

Gigi chainsaw

menggores wajah

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 5 Operator chainsaw

berjalan di lahan curam

Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 6 Operator chainsaw

berjalan di lahan berserasah licin

Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

(39)

28

Lanjutan lampiran 2

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 7 Operator chainsaw

mengikir tidak menggunakan sarung tangan

Tangan tergores gigi gergaji rantai

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

8 Pembersihan lapangan Tangan tergores sisi tajam golok

0,33 Sangat jarang Tergores Minor Rendah

Kaki tergores sisi

tajam golok

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 9 Banyaknya batang dan

ranting pohon yang belum disarad dan belum dibersihkan di areal penebangan

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

Ranting

menggores kaki

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 10 Merebahkan pohon tidak

menggunakan baju lengan panjang

Ranting

menggores tangan

2,11 Jarang Tergores Minor Rendah

Tangan pembantu

operator

chainsawterkena

palu/baji saat merebahkan pohon

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

(40)

29 Lanjutan lampiran 2

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 11 Operator chainsaw tidak

memakai alas kaki

Kaki terluka karena menginjak ranting yang dapat terinjak atau menggigit kaki

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

12 Operator chainsaw tidak membuat pijakan pada lahan miring saat melakukan penebangan

Tergelincir 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

13 Operator chainsaw menggunakan sandal

Kaki tergores ranting

0,66 Sangat jarang Tergores Minor Rendah

Kaki tergigit

binatang

1,00 Sangat jarang Memar Minor Rendah 14 Menebang pohon

tersangkut langsung tanpa menggunakan alat bantu

Pendengaran

berkurang dan mendengung

1,00 Sangat jarang Telinga berdengung

Sedang Sedang

(41)

30

Lanjutan lampiran 2

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 15 Operator chainsaw tidak

menggunakan sarung tangan saat melakukan tebangan

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 16 Operator chainsaw tidak

memakai celana panjang

Kaki tergores ranting

2,11 Jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 17 Terkena debu/serpihan

kayu

Mata terkena partikel halus kayu

5,00 Sangat sering Iritasi mata ringan

Tidak signifikan Tinggi 18 Operator chainsaw

berjalan ke lokasi tebangan menggunakan alas kaki tetapi licin

Tergelincir 2,67 Jarang Tidak terjadi

luka

Tidak signifikan Rendah

19 Operator chainsaw menggunakan alas kaki licin dan membawa gergaji rantai

Tergelincir 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

20 Operator chainsaw berjalan di lahan miring

Tergelincir 1,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 21 Operator chainsaw

berjalan di lahan berserasah licin

Tergelincir 1,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

(42)

31 Lanjutan lampiran 2

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 22 Operator chainsaw

mengikir di bawah lahan curam dengan kondisi banyak batang pohon yang belum disarad

operator chainsaw tertimpa batang pohon yang belum disarad

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

23 Membagi batang di lahan miring

Operator chainsaw terlindas batang kayu

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

24 Mengisi bahan bakar tidak menggunakan corong

Bensin mengenai serasah kering dan memicu kebakaran

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

25 Tidak menggunakan pelindung kepala (helm)

Terkena widow maker

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 26 Menyalakan korek api

atau korek gas didekat bahan bakar

Terjatuhnya korek gas dan tertinggal di hutan, terkena sinar matahari dan meledak

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

27 Menyalakan gergaji rantai dekat dengan bahanbakar

Terjadi kebakaran 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 28 Menyalakan gergaji rantai

sambil merokok

Terjadi kebakaran 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

(43)

32

Lanjutan lampiran 2

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 29 Tangan terkontak

langsung dengan chainsaw

Pegal-pegal 5,11 Sangat sering Pegal di bagian

tangan

Tidak signifikan Tinggi

30 Bekerja di bawah pohon rebah tersangkut pada pohon lain

Angin (membuat pohon rebah dan menimpa operator chainsaw)

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

31 Berjalan di bawah pohon yang tersagkut pada pohon lain

operator chainsaw tertimpa pohon rebah

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

32 Menebang pohon tersangkut langsung tanpa menggunakan alat bantu

Pohon tersangkut menimpa operator chainsaw

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

33 Operator chainsaw tidak memberi tahu arah rebah

operator chainsaw tertimpa pohon rebah

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

34 Memotong kayu

menggunakan ujung gergaji

Terjadi kickback 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

(44)

33 Lampiran 3 Tabel penyaradan (11 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja)

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan

menggunakan alas kaki atau menggunakan sandal ke lokasi penyaradan

Kaki terluka karena menginjak ranting

2,22* Jarang Kaki

tergores

Minor Rendah

     Berjalan diatas

serasah dan tergigit binatang

0,22 Sangat jarang Memar Minor Rendah

2 Blandong berjalan ke

lokasi tebangan menggunakan alas kaki

licin

Terjatuh 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

3 Blandong mendorong kayu dari lahan miring

Tergelincir saat mendorong kayu

3,11 Sedang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah 4 Pijakan kaki tidak kuat

pada saat memikul kayu di lahan miring

Terjatuh pada saat membawa kayu

0,11 Sangat jarang Keseleo Tidak signifikan Rendah

Keterangan: Rata-rata frekuensi terjadinya kecelakaan kerja = Jumlah terjadinya kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko dalam 2 minggu kerja/jumlah responden.

Contoh perhitungan: (2+2+3+3+2+1+2+2+3)/9 = 2,22* (menunjukkan peluang jarang pada tabel 2)

(45)

34

Lanjutan lampiran 3

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan 5 Blandong menancapkan

pasak besi pada batang pohon

Tangan terpukul batang kayu yang dijadikan pemukul untuk

menancapkan pasak besi

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

6 Pasak besi tidak kuat menancap pada batang kayu

Kaki blandong tertimpa batang kayu

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

7 Memikul kayu

menggunakan bahu kiri yang tidak biasa digunakan untuk memikul kayu

Bahu keseleo 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

8 Memikul kayu di lahan curam

Terjatuh 0,11 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

Tergelincir saat

mendorong kayu

0,22 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Minor Rendah

(46)

35 Lanjutan lampiran 3

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan

Risiko

Frekuensi terjadinya peluang kecelakaan

Keterangan

(Peluang) Konsekuensi

Keterangan (Konsekuensi)

Tingkat risiko 9 Tidak menggunakan

sarung tangan saat melakukan penyardan

Tangan tergores atau terluka akibat terkena batang pohon

3,33 Sedang Tergores Minor Rendah

10 Blandong mendorong kayu dari lahan miring tanpa memberi aba-aba kepada pekerja yang berada dibawahnya

Kayu menimpa pekerja yang berada di bawahnya

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

11 Berada dekat tumpukan kayu yang belum disarad

Terlindas kayu 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi luka

Tidak signifikan Rendah

(47)

36

Lampiran 4 Kegiatan muat bongkar dan angkutan (5 sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja)

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan

truk Terbentur bak truk 2,11* Jarang Memar Minor Sedang

2 Mengangkat kayu ke dalam truk

Pasak besi terlepas dari kayu saat kayu diangkat dan melindas blandong

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi

luka Tidak signifikan Rendah

   

Pasak besi terlepas dari kayu dan mengakibatkan

blandong terjepit

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi

luka Tidak signifikan Rendah

3

Mengangkat kayu ke dalam truk menggunakan tali tambang

Tali tambang putus dari kayu saat kayu diangkat melindas blandong

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi

luka Tidak signifikan Rendah

   

Tali tambang putus dari kayu dan mengakibatkan

bagian tubuh blandong terjepit

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi

luka Tidak signifikan Rendah Keterangan: Rata-rata frekuensi terjadinya kecelakaan kerja = Jumlah terjadinya kecelakaan kerja pada setiap sub kegiatan berdasarkan risiko dalam 2 minggu kerja/jumlah responden.

Contoh perhitungan: (2+2+2+2+2+2+3+3+1)/9= 2,11* (menunjukkan peluang jarang pada tabel 2)

(48)

37 Lanjutan lampiran 4

No.

Sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan

Risiko

Frekuensi terjadinya peluang kecelakaan

Keterangan

(Peluang) Konsekuensi

Keterangan (Konsekuensi)

Tingkat risiko

4

Kayu yang digunakan untuk memikul batang kayu jati patah saat digunakan

Kayu jati yang sedang dipikul menimpa blandong

0,00 Sangat jarang Tidak terjadi

luka Tidak signifikan Rendah

5

Mengangkut kayu dengan muatan kayu yang

melebihi kapasitas truk

Truk terguling 0,00 Sangat jarang Tidak terjadi

luka Tidak signifikan Rendah

Lampiran 5 Jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan

No. Kegiatan pemanenan Jumlah sub kegiatan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan

1 Teresan 23

2 Tebangan 34

3 Penyaradan 11

4 Muat bongkar dan angkutan 5

(49)

38

Lampiran 6 Jumlah peluang kecelakaan kerja (%)

Kegiatan Jumlah peluang kecelakaan kerja (%)

Sangat sering Sering Sedang Jarang Sangat jarang

Teresan (0/34) . 100 = 0 (1*/34) . 100 = 3 (0/34) . 100 = 0 (4*/34) . 100 = 12 (29*/34) . 100 = 85 Tebangan dan

bagi batang (1**/46) . 100 = 2 (0/46) . 100 = 0 (0/46) . 100 = 0 (4**/46) . 100 = 9 (41**/46) . 100 = 89 Penyaradan (0/13) . 100 = 0 (0/13) . 100 = 0 (2***/13) . 100 =15 (1***/13) . 100 = 8 (10***/13) . 100 = 77 Muat bongkar dan

angkutan (0/7) .100 = 0 (0/7) . 100 = 0 (0/7) . 100 = 0 (1****/7) . 100 = 14 (6****/7) . 100 = 86 Keterangan: Jumlah peluang kecelakaan kerja (%) = (Peluang kecelakaan kerja pada setiap kegiatan/jumlah seluruh peluang kecelakaan kerja pada kegiatan tersebut).100

1* = Lampiran 1 no. 11 (peluang sering)

4* = Lampiran 1 no. 13, 15, 16, dan 17 (peluang jarang)

29* = Lampiran 1 no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12,13, 14, 18, 19, 20 21, 22, dan 23 (sangat jarang) 1** = Lampiran 2 no. 17 (peluang sangat sering)

4** = Lampiran 2 no 10, 11, 16, dan 18 (peluang jarang)

41** = Lampiran 2 no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34 (sangat jarang)

2*** = Lampiran 3 no 3 dan 9 (peluang sedang) 1*** = Lampiran 3 no 1 (peluang jarang)

10*** = Lampiran 3 no 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 (peluang sangat jarang) 1**** = Lampiran 4 no. 1 (peluang jarang)

6**** = Lampiran 4 no. 2, 3, 4, 5, dan 6 (peluang sangat jarang)

(50)

39 Lampiran 7 Jumlah konsekuensi/severity/tingkat keparahan (%)

Kegiatan Jumlah konsekuensi/severity/tingkat keparahan (%)

Bahaya besar Besar Sedang Minor Tidak signifikan

Teresan (0/34) . 100 = 0 (0/34) . 100 = 0 (0/34) . 100 = 0 (17*/34) . 100 = 50 (17*/34) . 100 = 50 Tebangan dan bagi

batang (0/46) . 100 = 0 (0/46) . 100 = 0 (1**/46) . 100 = 2 (6**/46) . 100 = 13 (39**/46) . 100 = 85 Penyaradan (0/13) . 100 = 0 (0/13) . 100 = 0 (0/13) . 100 = 0 (4***/13) . 100 = 31 (9***/13) . 100 = 69 Muat bongkar dan

angkutan (0/7) . 100 = 0 (0/7) . 100 = 0 (0/7) . 100 = 0 (1****/7) . 100 = 14 (6****/7) . 100 = 86 Keterangan: Jumlah konsekuensi/severity/tingkat keparahan (%) = (Konsekuensi pada setiap kegiatan/jumlah seluruh konsekuensi/severity/tingkat keparahan pada kegiatan tersebut) .100

17* = Lampiran 1 no. 1, 2, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, dan 17 (konsekuensi minor) 17* = Lampiran 1 no. 3, 4, 5, 6, 18, 19, 20, 21, 22, dan 23 (konsekuensi tidak signifikan) 1** = Lampiran 2 no. 14 (konsekuensi sedang)

6** = Lampiran 2 no. 1, 8, 11, 13, 14, dan 15 (konsekuensi minor)

39** = Lampiran 2 no. 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34 (konsekuensi tidak signifikan)

4*** = Lampiran 3 no. 1, 8, dan 9 (konsekuensi minor)

9*** = Lampiran 3 no. 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, dan 11 (konsekuensi tidak signifikan) 1**** = lampiran 4 no. 1 (konsekuensi minor)

6**** = Lampiran 4 no. 2, 3, 4, dan 5 (konsekuensi tidak signifikan)

(51)

40

Lampiran 8 Jumlah tingkat kecelakaan berdasarkan risiko (%)

Kegiatan Jumlah tingkat kecelakaanberdasarkan risiko (%)

Ekstrem Tinggi Sedang Rendah Teresan (0/34) . 100 = 0 (0/34) . 100 = 0 (3*/34) . 100 = 9 (31*/34) . 100 = 91 Tebangan dan bagi

batang (0/46) . 100 = 0 (2**/46) . 100 = 4 (1**/46) . 100 = 2 (43**/46) . 100 = 94 Penyaradan (0/13) . 100 = 0 (0/13) . 100 = 0 (0/13) . 100 = 0 (13***/13) . 100 = 100 Muat bongkar dan

angkutan (0/7) . 100 = 0 (0/7) . 100 = 0 (1****/7) . 100 = 14 (6****/7) . 100 = 86 Keterangan: Jumlah tingkat kecelakaan berdasarkan risiko (%) = (Tingkat kecelakaan berdasarkan risiko/jumlah tingkat kecelakaan berdasarkan risiko seluruh peluang kecelakaan kerja pada kegiatan tersebut) .100

3* = Lampiran 1 no. 15, 16, dan 17 (risiko sedang)

31* = Lampiran 1 no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 18, 19, 20, 21, 22, dan 23 (risiko rendah) 2** = Lampiran 2 no. 17 dan 29 (risiko tinggi)

1** = Lampiran 2 no. 14 (risiko sedang)

43** = Lampiran 2 no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34 (risiko rendah)

13*** = Lampiran 3 no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13 (risiko rendah) 1**** = Lampiran 4 no. 1 (risiko sedang)

6**** = Lampiran 4 no. 2, 3, 4, dan 5 (risiko rendah)

Gambar

Tabel 2  Menentukan peluang
Tabel 6  Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan tebangan dan pembagian
Tabel 8  Identifikasi kecelakaan kerja pada kegiatan muat bongkar dan
Gambar 3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Johson dan Myklebust dalam Sundayana (2015: 2) mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

dapat menjadi solusi bagi mereka yang atas dasar kealpaan tidak membuat perjanjian perkawinan pada saat atau sebelum perkawinan.82 Selama ini UU Perkawinan mengatur perjanjan

3) Peserta didik mendiskusikan permasalahan kontekstual yang ada yang LKPD translasi yang sudah dilampirkan dalam google form 4) Peserta didik diperbolehkan bekerjasama

Untuk meningkatkan kepuasan kerja pegawai dapat di lakukan dengan memperbaiki arus dalam komunikasi organisasi di kantor ini sehingga terdapat kesatuan tindak dari

Enam indikator tersebut meliputi : Pertama, perubahan perilaku secara psikologis yaitu ODDP yang mampu mengontrol emosi dengan baik seperti : mengendalikan diri ketika

Dalam metode ini, peningkatan kekuatan mekanik material terjadi akibat penambahan nanopartikel SiO2 pada epoxy resin.. Permukaan nanopartikel yang sangat luas

Atmadilaga (1975) menyatakan bahwa usaha ternak rakyat atau usaha ternak tradisional adalah suatu kegiatan usaha dalam memanfaatkan ternak dengan cara statis menurut tradisi

Pada umumnya, senyawa organologam dengan ikatan ini memiliki ikatan utama kovalen dan sifat kimianya adalah dari kimiawi karbon yang disebabkan karena beberapa faktor,