EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU
KHALAYAK REMAJA
(KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT)
Virgin Valentine H.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
ABSTRACT
Criminal News on TV could influence audiences and had made changed in many aspects such as cognitive, affective, and behavioral. This research only confine on cognitive and affective.
The objective to know audience’s exposure of criminal news on TV, to identify the factors which related with audience’s exposure of criminal news on TV, to identify cognitive effect and affective that will be confine in adolescent as consequence of the audience’s exposure of criminal news on TV, and analyze relationship between audience’s exposure of criminal news on TV and cognitive effect and affective that will be confine in adolescent as consequence of the audience’s exposure of criminal news on TV.
The research held on SMP Tamansiswa, Jl Garuda No.25, Kebayoran, Jakarta Pusat, on Mei 2009. Population are adolescent who is student, 13rd and 14th years old include eight grade of junior high school. Sample (58 subjects) was selected by cluster random sampling method.
The results showed that 1) subjects didn’t have preference with kind of criminal news that they were watched on TV. They watched criminal news on TV frequently (<5 times for a week) with sufficient duration (<15 minutes; 15-25 minutes). (2) Audience’s exposure of criminal news on TV didn’t relate with Personal Characteristics (age, gender, and achievement of academic), but only motive for watching was proofed related with kind of criminal news. Social characteristic that was related with audience’s exposure of criminal news on TV is occupation of mother. (3) Criminal news on TV causes effect in audiences at medium level on cognitive and affective aspects with balance proportion. (4) Exposure of criminal news on TV in adolescent didn’t relate with cognitive aspect, but it has relationship with affective aspect. There were relationship among frequency for watching and violence of tolerant.
RINGKASAN
VIRGIN VALENTINE H. EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU KHALAYAK REMAJA (KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT), di bawah bimbingan SUTISNA RIYANTO.
Tayangan yang mengandung unsur kekerasan makin marak menghiasi isi siaran televisi. Berbagai jenis acara siaran televisi seperti film, sinetron, dan berita mengandung adegan kekerasan, sehingga adegan kekerasan menjadi menu utama dalam tayangan di televisi, khususnya berita kriminal. Berita kriminal di televisi dapat memberikan pengaruh bagi khalayaknya serta dapat menimbulkan perubahan baik aspek kognitif, afektif, maupun konatif. Penelitian ini hanya membatasi pada aspek kognitif dan afektif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi, mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi, mengidentifikasi efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan khalayak remaja sebagai akibat keterdedahan pada berita kriminal di televisi dan menganalisis hubungan antara keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal dengan efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan khalayak remaja.
Penelitian ini dilakukan di SMP Tamansiswa, Jl Garuda no 25, Kebayoran, Jakarta Pusat, pada bulan Mei 2009. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive). Populasi penelitian adalah 130 siswa dari seluruh kelas 8 SMP yang terdiri dari 4 kelas pararel, dari hasil penghitungan sampel dan diperoleh 57 responden. Unit analisis penelitian ini adalah individu remaja siswa kelas 8 Sekolah Menegah Pertama di SMP Tamansiswa Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dalam metode cluster random sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai, dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pengolahan data dilakukan mulai dari verifikasi kuesioner, selanjutnya dibuat tabulasi silang, kemudian diolah menggunakan statistika deskriptif, distribusi frekuensi dan pengujian hubungan. Analisis hubungan menggunakan pengujian prosedur Chi-square dan Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden tidak memiliki preferensi khusus terhadap jenis berita kriminal yang ditonton. Responden termasuk sering menonton berita kriminal di televisi (> 5 kali/minggu) dengan durasi yang cukup lengkap (<15 menit; 15-25 menit)
Tayangan berita kriminal di televisi menimbulkan efek di kalangan khalayak pada tingkatan yang sedang pada aspek kognitif dan afektif dengan proporsi yang hampir seimbang.
EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU
KHALAYAK REMAJA
(KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT)
Virgin Valentine H.
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun: Nama : Virgin Valentine H.
NRP : I34051630
Judul : Efek Berita Kriminal Terhadap Perilaku Khalayak Remaja (Kasus SMP Tamansiswa, Jakarta Pusat)
Dapat diterima sebagai syarat menerima gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Sutisna Riyanto, MS NIP. 19620115 198803 1 004
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 198303 1 001
Tanggal Pengesahan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU KHALAYAK REMAJA (KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT)” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIANLAH PERNYATAAN INI SAYA BUAT SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG-JAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Juli 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sragen, 6 Maret 1988 sebagai anak tunggal, dari pasangan
suami istri Godfried Harikedua dan Priskila Suyatmi. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Wedoro Klurak Sidoarjo, Provinsi
Jawa Timur pada tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 1 Candi Sidoarjo dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya
penulis melanjutkan lagi ke Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Bogor dan lulus
pada tahun 2005. Pada masa pendidikan di SMU, penulis aktif dalam Organisasi
English Club, serta menjuarai berbagai kompetisi di bidang karya tulis Bahasa
Ingris, pidato, debat Bahasa Inggris.
Pada tahun 2005, Penulis mendapatkan kesempatan untuk belajar di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Penulis kemudian memilih mayor Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat dengan minor Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah, Penulis pernah aktif dalam
beberapa organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai sekertaris redaksi Gema
Almamater, Institut Pertanian Bogor periode 2006-2007, Anggota divisi
Boardcast Himasiera (Himpunan Mahasiswa Ilmu-ilmu Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor periode
2007-2009, Penulis pernah meraih prestasi saat mengikuti lomba News Presenter
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
untuk segala kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan judul “ Efek Berita Kriminal Terhadap Perilaku Khalayak
Remaja (Kasus SMP Tamansiswa, Jakarta Pusat)”.
Tujuan dari penyusunan skripsi ini untuk mengetahui keterdedahan
khalayak remaja pada berita kriminal di televisi, mengidentifikasi faktor-faktor
apa saja yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita
kriminal di televisi, mengidentifikasi efek kognitif dan afektif yang muncul di
kalangan khalayak remaja sebagai akibat keterdedahan pada berita kriminal di
televisi dan menganalisis hubungan antara keterdedahan khalayak remaja pada
berita kriminal dengan efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan
khalayak remaja. Kegunaan dari penulisan skripsi ini adalah bagi pihak stasiun
televisi, memberikan informasi mengenai efek berita kriminal terhadap khalayak
pemirsa, menambah wawasan dan informasi kepada khalayak mengenai efek
berita kriminal, serta menambah khasanah pengetahuan tentang penelitian efek
media massa televisi terutama pada berita kriminal di televisi.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih
banyak keterbatasan, kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, sangat
diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk membantu proses
penyempurnaan skripsi ini.
Bogor, Juli 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan skripsi ini telah berhasil diselesaikan dan tidak lepas dari
bantuan, bimbingan, petunjuk, saran, kritik dari berbagai pihak. Ucapan terima
kasih tidak luput diberikan kepada :
1. Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS. Selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikiran serta kesabarannya untuk membimbing
penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.
2. Ibu Dr. Sarwititi selaku dosen penguji utama dan Ibu Ana Fatchiya selaku
dosen penguji departemen. Terima kasih atas saran dan kritik yang
membangun.
3. Ibu Maria, staf sekretariat SI Mayor KPM dan Bapak Martua, staf
akademik. Terima kasih telah membantu dalam hal pengurusan
persyaratan terpenuhinya sidang.
4. Wakil Kepala Sekolah SMP Tamansiswa, Ibu Sri Finayani dan seluruh
guru dan siswa kelas 8 yang telah membantu dan mendukung selama
penelitian berlangsung.
5. Orangtuaku yang telah mendukung dan memberikan kekuatan untuk selalu
berada di sampingku setiap saat, terutama dalam doa. Terima kasih kepada
mbah kakung, tanteni,om erens, dan om narto atas dukungannya.
6. Ruth Elisabeth dan D.S Handri Suwanda, teman “seperjuangan”ku.
7. Teman-teman KPM 42 atas kebersamaan kita selama ini, khususnya
Maria, Mulia, Wagner, Holy, TB.
8. Gregorius Gamaliel, terima kasih sudah menjadi teman keluh-kesah
selama peneyelesaian skripsi ini.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu dan berhubungan dengan penulisan skripsi ini hingga
EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU
KHALAYAK REMAJA
(KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT)
Virgin Valentine H.
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
ABSTRACT
Criminal News on TV could influence audiences and had made changed in many aspects such as cognitive, affective, and behavioral. This research only confine on cognitive and affective.
The objective to know audience’s exposure of criminal news on TV, to identify the factors which related with audience’s exposure of criminal news on TV, to identify cognitive effect and affective that will be confine in adolescent as consequence of the audience’s exposure of criminal news on TV, and analyze relationship between audience’s exposure of criminal news on TV and cognitive effect and affective that will be confine in adolescent as consequence of the audience’s exposure of criminal news on TV.
The research held on SMP Tamansiswa, Jl Garuda No.25, Kebayoran, Jakarta Pusat, on Mei 2009. Population are adolescent who is student, 13rd and 14th years old include eight grade of junior high school. Sample (58 subjects) was selected by cluster random sampling method.
The results showed that 1) subjects didn’t have preference with kind of criminal news that they were watched on TV. They watched criminal news on TV frequently (<5 times for a week) with sufficient duration (<15 minutes; 15-25 minutes). (2) Audience’s exposure of criminal news on TV didn’t relate with Personal Characteristics (age, gender, and achievement of academic), but only motive for watching was proofed related with kind of criminal news. Social characteristic that was related with audience’s exposure of criminal news on TV is occupation of mother. (3) Criminal news on TV causes effect in audiences at medium level on cognitive and affective aspects with balance proportion. (4) Exposure of criminal news on TV in adolescent didn’t relate with cognitive aspect, but it has relationship with affective aspect. There were relationship among frequency for watching and violence of tolerant.
RINGKASAN
VIRGIN VALENTINE H. EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU KHALAYAK REMAJA (KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT), di bawah bimbingan SUTISNA RIYANTO.
Tayangan yang mengandung unsur kekerasan makin marak menghiasi isi siaran televisi. Berbagai jenis acara siaran televisi seperti film, sinetron, dan berita mengandung adegan kekerasan, sehingga adegan kekerasan menjadi menu utama dalam tayangan di televisi, khususnya berita kriminal. Berita kriminal di televisi dapat memberikan pengaruh bagi khalayaknya serta dapat menimbulkan perubahan baik aspek kognitif, afektif, maupun konatif. Penelitian ini hanya membatasi pada aspek kognitif dan afektif.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi, mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi, mengidentifikasi efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan khalayak remaja sebagai akibat keterdedahan pada berita kriminal di televisi dan menganalisis hubungan antara keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal dengan efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan khalayak remaja.
Penelitian ini dilakukan di SMP Tamansiswa, Jl Garuda no 25, Kebayoran, Jakarta Pusat, pada bulan Mei 2009. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive). Populasi penelitian adalah 130 siswa dari seluruh kelas 8 SMP yang terdiri dari 4 kelas pararel, dari hasil penghitungan sampel dan diperoleh 57 responden. Unit analisis penelitian ini adalah individu remaja siswa kelas 8 Sekolah Menegah Pertama di SMP Tamansiswa Jakarta. Pengambilan sampel dilakukan dalam metode cluster random sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai, dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Pengolahan data dilakukan mulai dari verifikasi kuesioner, selanjutnya dibuat tabulasi silang, kemudian diolah menggunakan statistika deskriptif, distribusi frekuensi dan pengujian hubungan. Analisis hubungan menggunakan pengujian prosedur Chi-square dan Rank Spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden tidak memiliki preferensi khusus terhadap jenis berita kriminal yang ditonton. Responden termasuk sering menonton berita kriminal di televisi (> 5 kali/minggu) dengan durasi yang cukup lengkap (<15 menit; 15-25 menit)
Tayangan berita kriminal di televisi menimbulkan efek di kalangan khalayak pada tingkatan yang sedang pada aspek kognitif dan afektif dengan proporsi yang hampir seimbang.
EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU
KHALAYAK REMAJA
(KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT)
Virgin Valentine H.
SKRIPSI
Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun: Nama : Virgin Valentine H.
NRP : I34051630
Judul : Efek Berita Kriminal Terhadap Perilaku Khalayak Remaja (Kasus SMP Tamansiswa, Jakarta Pusat)
Dapat diterima sebagai syarat menerima gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Sutisna Riyanto, MS NIP. 19620115 198803 1 004
Mengetahui, Ketua Departemen
Dr. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827 198303 1 001
Tanggal Pengesahan :
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EFEK BERITA KRIMINAL TERHADAP PERILAKU KHALAYAK REMAJA (KASUS SMP TAMANSISWA, JAKARTA PUSAT)” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIANLAH PERNYATAAN INI SAYA BUAT SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG-JAWABKAN PERNYATAAN INI.
Bogor, Juli 2009
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Sragen, 6 Maret 1988 sebagai anak tunggal, dari pasangan
suami istri Godfried Harikedua dan Priskila Suyatmi. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Wedoro Klurak Sidoarjo, Provinsi
Jawa Timur pada tahun 1999. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 1 Candi Sidoarjo dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya
penulis melanjutkan lagi ke Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Bogor dan lulus
pada tahun 2005. Pada masa pendidikan di SMU, penulis aktif dalam Organisasi
English Club, serta menjuarai berbagai kompetisi di bidang karya tulis Bahasa
Ingris, pidato, debat Bahasa Inggris.
Pada tahun 2005, Penulis mendapatkan kesempatan untuk belajar di
Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).
Penulis kemudian memilih mayor Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat dengan minor Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah, Penulis pernah aktif dalam
beberapa organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai sekertaris redaksi Gema
Almamater, Institut Pertanian Bogor periode 2006-2007, Anggota divisi
Boardcast Himasiera (Himpunan Mahasiswa Ilmu-ilmu Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Pertanian Bogor, Institut Pertanian Bogor periode
2007-2009, Penulis pernah meraih prestasi saat mengikuti lomba News Presenter
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
untuk segala kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan judul “ Efek Berita Kriminal Terhadap Perilaku Khalayak
Remaja (Kasus SMP Tamansiswa, Jakarta Pusat)”.
Tujuan dari penyusunan skripsi ini untuk mengetahui keterdedahan
khalayak remaja pada berita kriminal di televisi, mengidentifikasi faktor-faktor
apa saja yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak remaja pada berita
kriminal di televisi, mengidentifikasi efek kognitif dan afektif yang muncul di
kalangan khalayak remaja sebagai akibat keterdedahan pada berita kriminal di
televisi dan menganalisis hubungan antara keterdedahan khalayak remaja pada
berita kriminal dengan efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan
khalayak remaja. Kegunaan dari penulisan skripsi ini adalah bagi pihak stasiun
televisi, memberikan informasi mengenai efek berita kriminal terhadap khalayak
pemirsa, menambah wawasan dan informasi kepada khalayak mengenai efek
berita kriminal, serta menambah khasanah pengetahuan tentang penelitian efek
media massa televisi terutama pada berita kriminal di televisi.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini masih
banyak keterbatasan, kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, sangat
diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk membantu proses
penyempurnaan skripsi ini.
Bogor, Juli 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulisan skripsi ini telah berhasil diselesaikan dan tidak lepas dari
bantuan, bimbingan, petunjuk, saran, kritik dari berbagai pihak. Ucapan terima
kasih tidak luput diberikan kepada :
1. Bapak Ir. Sutisna Riyanto, MS. Selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan pikiran serta kesabarannya untuk membimbing
penulis dalam penyelesaian Skripsi ini.
2. Ibu Dr. Sarwititi selaku dosen penguji utama dan Ibu Ana Fatchiya selaku
dosen penguji departemen. Terima kasih atas saran dan kritik yang
membangun.
3. Ibu Maria, staf sekretariat SI Mayor KPM dan Bapak Martua, staf
akademik. Terima kasih telah membantu dalam hal pengurusan
persyaratan terpenuhinya sidang.
4. Wakil Kepala Sekolah SMP Tamansiswa, Ibu Sri Finayani dan seluruh
guru dan siswa kelas 8 yang telah membantu dan mendukung selama
penelitian berlangsung.
5. Orangtuaku yang telah mendukung dan memberikan kekuatan untuk selalu
berada di sampingku setiap saat, terutama dalam doa. Terima kasih kepada
mbah kakung, tanteni,om erens, dan om narto atas dukungannya.
6. Ruth Elisabeth dan D.S Handri Suwanda, teman “seperjuangan”ku.
7. Teman-teman KPM 42 atas kebersamaan kita selama ini, khususnya
Maria, Mulia, Wagner, Holy, TB.
8. Gregorius Gamaliel, terima kasih sudah menjadi teman keluh-kesah
selama peneyelesaian skripsi ini.
9. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
banyak membantu dan berhubungan dengan penulisan skripsi ini hingga
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penulisan ... 5
1.4 Kegunaan Penulisan ... 5
II. PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 7
2.2.1 Televisi sebagai media massa ... 7
2.1.2 Keterdedahan Khalayak pada Siaran Televisi... 8
2.1.3 Efek Siaran Televisi ... 11
2.1.3.1 Efek Kognitif ... 11
2.1.3.2 Efek Afektif ... 12
2.1.4 Faktor-faktor yang Memunculkan Efek ... 14
2.1.5 Berita Kriminal ... 16
2.1.6 Perilaku Remaja ... 18
2.2 Kerangka Pemikiran ... 20
2.2.1 Deskripsi ... 21
2.2.2 Hipotesis ... 22
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.4 Teknik Analisis Data ... 28
IV. DESKRIPSI UMUM 4.1 Deskripsi Umum SMP Tamansiswa ... 30
4.2 Karakteristik Responden ... 30
4.2.1 Umur ... 31
4.2.2 Jenis Kelamin ... 31
4.2.3 Prestasi Akademis di Kelas ... 32
4.2.4 Motif Menonton ... 33
4.2.5 Lokasi Tempat Tinggal ... 34
4.2.6 Lingkungan Keluarga ... 35
Halaman 4.2.6.2 Pendidikan Orangtua ... 36 4.2.6.3 Pengawasan Orangtua ... 37 4.3 Deskripsi Berita Kriminal... ... 38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi ... 40 5.1.1 Jenis Berita Kriminal... 40 5.1.2 Frekuensi Menonton ... 40 5.1.3 Durasi Menonton ... 42 5.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keterdedahan
Khalayak ... 43 5.2.1 Keterdedahan antara Karakteristik Individu dengan
Keterdedahan Khalayak ... 43 1. Hubungan Umur dengan Keterdedahan Khalayak .... 44 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Keterdedahan
Khalayak ... 45 3. Hubungan Prestasi Akademis di Kelas dengan
Keterdedahan Khalayak ... 46 4. Hubungan Motif Menonton dengan Keterdedahan
Khalayak ... 47 5.2.2 Hubungan antara Karakteristik Lingkungan Sosial
dengan Keterdedahan Khalayak ... 48
1. Hubungan Lokasi Tempat Tinggal dengan
Keterdedahan Khalayak ... 50
2. Hubungan Pekerjaan Orangtua dengan
Keterdedahan Khalayak ... 50
3. Hubungan Pendidikan Orangtua dengan
Keterdedahan Khalayak ... 52
4. Hubungan Pengawasan Orangtua dengan
Keterdedahan Khalayak ... 53 5.3 Efek Tayangan Berita Kriminal ... 54 5.4 Hubungan Keterdedahan Khalayak dengan Efek Berita
Kriminal ... 55 5.4.1 Hubungan Keterdedahan Khalayak dengan Efek
Kognitif ... 56 1.1 Hubungan Jenis Berita dengan Efek Kogitif……... 57 1.2 Hubungan Frekuensi Menonton dengan Efek
Kognitif……… 57
1.3 Hubungan Durasi Menonton dengan Efek
Kognitif ... 58 5.4.2 Hubungan Keterdedahan Khalayak dengan Efek Berita
Halaman
2.1 Hubungan Jenis Berita dengan Efek
Afektif……… ... 58 2.2 Hubungan Frekuensi Menonton dengan Efek
Afektif ... 59 2.3. Hubungan Durasi Menonton dengan Efek Afektif . 60
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 61 6.1 Kesimpulan ... 61 6.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA... 63
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman 1 Populasi dan Sampel Penelitian... 27
2. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP
Tamansiswa Berdasarkan Umur ... 31
3. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP
Tamansiswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 32
4. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP
Tamansiswa Berdasarkan Prestasi Akademis di Kelas ... 32
5. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP
Tamansiswa Berdasarkan Motif Menonton ... 33
6. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP
Tamansiswa Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal ... 34
7. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP
Tamansiswa Berdasarkan Pekerjaan Orangtua (ayah dan
ibu) ... 35
8. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP
Tamansiswa Berdasarkan Pendidikan Orangtua (ayah dan
ibu) ... 36 9. Rataan Skor Berdasarkan Pengawasan Orangtua di Kelas 8
SMP Tamansiswa ... 37 10. Deskripsi Berita Kriminal di Stasiun-stasiun Televisi ... 39
11. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP
Tamansiswa Berdasarkan Jenis Berita Kriminal Yang
ditonton ... 40
12. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP
Tamansiswa Berdasarkan Frekuensi Menonton... 41
13. Jumlah dan Presentase Responden di Kelas 8 SMP
Tamansiswa Berdasarkan Durasi Menonton ... 42 14. Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu
dengan Keterdedahan Khalayak Remaja pada Berita
Kriminal di Televisi ... 43 15. Jumlah dan Persentase Siswa Kelas 8 Berdasarkan Motif
Menonton dan Jenis Berita Kriminal ... 47 16. Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Sosial
dengan Keterdedahan Khalayak ... 49
17. Jumlah dan Persentase Siswa Kelas 8 Berdasarkan
Nomor Halaman
18. Jumlah dan Persentase Siswa Kelas 8 Berdasarkan
Pendidikan Ibu dan Frekuensi Menonton ... 51
19. Tingkat Efek kognitif dan Afektif di Kelas 8 SMP
Tamansiswa ... 54 20. Hasil Pengujian Hubungan (rs) Keterdedahan Khalayak
Remaja pada Berita Kriminal di Televisi dengan Efek
Berita Kriminal di Televisi... 56
21. Jumlah dan Presentase Siswa Kelas 8 Berdasarkan
Frekuensi Menonton dengan Toleransi akan Tindak
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman 1. Kuesioner ... 66 2. Hasil Analisis Chi Square Hubungan antara Karakteristik
Individu dengan Keterdedahan Khalayak Remaja pada Berita Kriminal
di Televisi ... 74 3. Hubungan antara Karakteristik Sosial dengan Keterdedahan Khalayak
Remaja pada Berita Kriminal di Televisi ... 86 4. Hasil Analisis Rank Spearman Hubungan antara Keterdedahan
Khalayak Remaja pada Berita Kriminal di Televisi dengan Efek
Berita Kriminal ... 98
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan media lain di dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan
televisi yaitu paling lengkap dalam hal menyajikan unsur-unsur pesan bagi
khalayak pemirsa, oleh karena dilengkapi gambar dan suara terasa lebih hidup dan
dapat menjangkau ruang lingkup yang sangat luas (Mulyana, 2001).
Kehadiran televisi turut mengambil andil besar dalam pengembangan
masyarakat yakni kehadirannya berperan dalam memberdayakan masyarakat.
Bagi pengembangan masyarakat, televisi memiliki fungsi transmission. Menurut
Wright (Wiryanto, 2000) fungsi transmission menunjuk pada fungsi
mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai dan norma-norma sosial kepada
masyarakat, sehingga mampu mempengaruhi opini, pandangan, sikap dan
perilaku dalam interaksi sosial.
Kelebihan televisi mampu mengemas program acara-acara yang menarik
dan mampu mempengaruhi khalayaknya tanpa terbatas ruang dan waktu. Namun
kehadirannya justru memunculkan kekhawatiran tentang dampak negatif yang
akan menerpa khalayak. Kemampuannya mendominasi hampir semua waktu
luang setiap orang sehingga mampu menggeser waktu aktivitas seseorang serta
menghabiskan waktunya menonton televisi. Hasil penelitian yang dilakukan
Rusdi Muchtar (1979) pada masyarakat desa di Sulawesi Utara melaporkan bahwa
sebelum ada televisi, orang biasanya pergi tidur malam sekitar pukul delapan dan
bangun pagi sekali karena harus berangkat kerja ke tempat yang jauh. Sesudah ada
televisi, banyak diantara mereka, terutama muda-mudi yang sering menonton
televisi sampai malam, telah mengubah kebiasaan rutin mereka. (Rakhmat, 2004).
Televisi mampu mengubah kegiatan khalayak hingga perilaku khalayak terutama
jika televisi dikonsumsi terus menerus.
Sejak tahun 1962 televisi hadir di Indonesia, ketika akan dilangsungkan
pesta olahraga Asian Games di Jakarta dengan waktu siaran hanya 3 jam sehari.
Indonesia meningkat. Tahun 1987 awal kemunculan stasiun swasta pertama di
Indonesia yakni RCTI dengan siaran terbatas, kemudian mulai bermunculan
stasiun-stasiun swasta lainnya yakni TPI pada tahun 1992, ANTV pada tahun
1993, dan Indosiar tahun 1994. Perkembangan suasana pertelevisian semakin
meriah dengan adanya kebebasan pers pada tahun 1999, sehingga semakin banyak
stasiun-stasiun swasta yang ikut meramaikan pertelevisian Indonesia. Semakin
banyaknya stasiun televisi swasta yang mengudara saat ini, telah menjadikan
masyarakat Indonesia mampu memilih mata acara sesuai minat dan kebutuhannya
masing-masing (Mulyana, 2001).
Pihak-pihak televisi menganggap semakin banyaknya stasiun TV tentunya
akan memunculkan persaingan dan situasi yang kompetitif antar media elektronik
untuk dapat merebut perhatian pemirsa dengan cara menyuguhkan acara-acara
yang diperhitungkan akan disenangi oleh pemirsa. Untuk dapat menarik perhatian
khalayak, paket acara yang ditawarkan dikemas semenarik mungkin. Berbagai
paket acara yang disajikan diproduksi dengan memperhatikan unsur informasi,
pendidikan serta hiburan. Namun, ketatnya persaingan justru menjadikan pihak
pengelola stasiun menyajikan program acara yang dinilai kurang memperhatikan
unsur informasi, pendidikan, sosial budaya bahkan etika dan norma masyarakat.
Salah satunya unsur kekerasan menjadi menu utama di berbagai jenis tayangan
yang dikemas dalam film, sinetron, dan berita.
Salah satunya tayangan yang mengandung unsur kekerasan dikemas
dalam bentuk berita kriminal. Hampir keseluruhan berita kriminal tidak segan
menampilkan adegan kekerasan di layar kaca seperti korban kekerasan, misalnya
ceceran darah, bahkan menggambarkan kronologis kejadian secara lengkap. Saat
ini hampir di semua stasiun televisi swasta terdapat tayangan berita kriminal. Ada
yang disajikan dalam bentuk berita mendalam (indepth news), seperti, “Fakta” di
ANTV, “Sidik Kasus” di TPI, “Di Balik Tragedi” di TV One, dan “Metro
Realitas” di Metro TV. Ada pula yang disajikan dalam bentuk berita langsung
atau harian (daily news). Tayangan tersebut diantaranya adalah “Buser” di SCTV,
“Sidik” di TPI, “TKP” di Trans7, “Sergap” di RCTI, dan “Patroli” di Indosiar.
Unsur kekerasan yang terdapat dalam berita kriminal tidak dapat
khalayaknya dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif. Alternatif berita kriminal
di televisi tentunya akan memberikan pengaruh bagi khalayak pemirsanya,
terutama jika berita kriminal yang ditayangkan dinikmati oleh khalayak remaja.
Menurut Hurlock (Suharto, 2006) tahap perkembangan anak-anak hingga remaja,
pada fase inilah remaja mulai memiliki pola perilaku akan hasrat penerimaan
sosial yang tinggi. Khalayak remaja mulai menyesuaikan pola perilaku sosial
sesuai tuntutan sosial. Remaja yang memiliki intentitas menonton berita kriminal
mulai menyesuaikan hal-hal yang diterimanya dengan realitas sosial. Sehingga
pengaruhnya akan cepat diterima terutama pada aspek kognitif, yang meliputi
pengetahuan akan kejahatan, aspek afektif meliputi perasaan atau emosi akan
tayangan kekerasan bahkan aspek konatif yang meliputi tindakan untuk meniru
adegan kekerasan.
Penelitian ini akan membahas mengenai efek tayangan kekerasan pada
berita kriminal terutama pada aspek kognitif dan aspek afektif. Penelitian
sebelumnya lebih menekankan pada efek konatif (perilaku agresif). Namun
penelitian ini menekankan pada efek kognitif dan afektif, yang mengkaji
bagaimana khalayak merespon isi media mencangkup mengorganisasikan pesan,
menilai, bahkan merasakan apa yang disajikan media. Hal ini menarik dikaji, dari
aspek kognitif tidak hanya berhubungan dengan pengetahuan, tetapi juga meliputi
persepsi maupun penilaian dari citra yang dibentuk dari media. Aspek afektif pun
dikaji tidak sebatas pada bagaimana perasaan khalayak setelah diterpa media.
Pada penelitian ini membuktikan teori Pitaloka (2006) bahwa efek tayangan
kekerasan berpotensi menimbulkan de-sensitization effects (berkurang atau
hilangnya kepekaan terhadap kekerasan) menyangkut toleransi akan tindak
kekerasan yang belum pernah diteliti sebelumnya. Seperti yang telah dipaparkan
di atas, gencarnya berita kriminal menimbulkan kekhawatiran akan terbentuknya
persepsi dan sikap atau karakter negatif yang kuat. Sehingga memunculkan
pertanyaan mengenai bagaimana siaran berita kriminal dapat menimbulkan efek di
kalangan khalayak, khalayak yang bagaimana yang terkena efek tersebut dan
pertanyaan-pertanyaan sejenis lainnya yang hanya dapat dijawab melalui
1.2 Perumusan Masalah
Semakin banyaknya program acara televisi berupa tayangan-tayangan
yang disuguhkan kepada pemirsa maka meningkat pula pilihan pemirsa dalam hal
penggunaan media televisi. Beragam alternatif tayangan televisi yang dapat
dipilih sesuai keinginannya dengan tujuan memenuhi kebutuhan akan informasi,
pendidikan, maupun hiburan. Kekerasan merupakan salah satu yang sering
ditayangkan di layar televisi. Adegan kekerasan ini menyebar dalam berbagai
jenis program acara salah satunya berita kriminal. Secara langsung, tayangan
kekerasan dalam berita kriminal mampu memberikan efek kepada khalayaknya
khususnya khalayak remaja, dimana pada fase ini merupakan tahap penyesuaian
yang tinggi akan perubahan. Tentunya, hal ini memberikan perubahan pada
perilaku.
Besar-kecilnya efek yang ditimbulkan oleh siaran televisi akan bervariasi
diantara individu pemirsanya. Hal ini terjadi karena adanya berbagai faktor yang
dapat memunculkan efek tersebut, seperti faktor personal dan faktor situasional.
Menurut (Vera, 2002) faktor personal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri yang mempengaruhi perilaku seseorang, terdiri atas sikap dan emosi. Faktor
situasional adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri yang mempengaruhi
perilaku seseorang. Selain itu, faktor-faktor tersebut akan berhubungan pada
keterdedahan remaja pada siaran televisi. Faktor-faktor seperti karakteristik
individu dan sosial berpotensi menimbulkan perbedaan penerimaan khalayak akan
siaran televisi, khususnya siaran berita kriminal.
Keterdedahan khalayak remaja akan berita kriminal akan menghasilkan
efek. Efek tersebut berupa perubahan perilaku pada ranah kognitif, afektif, dan
konatif. Namun pembatasan permasalahan penelitian ini hanya pada aspek
kognitif dan afektif khalayak remaja.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, Sehingga masalah-masalah
penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi?
2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan keterdedahan khalayak
3. Bagaimana efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan khalayak remaja
sebagai akibat keterdedahan pada berita kriminal di televisi?
4. Apakah ada hubungan antara keterdedahan khalayak remaja pada berita
kriminal dengan efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan khalayak
remaja?
1.3 Tujuan Penulisan
Penelitian ini akan mengkaji efek kognitif dan efek afektif yang muncul di
kalangan remaja sebagai akibat menonton tayangan kekerasan dari siaran televisi
beserta faktor-faktor yang terkait. Secara spesifik, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
keterdedahan khalayak remaja pada berita kriminal di televisi.
3. Mengidentifikasi efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan khalayak
remaja sebagai akibat keterdedahan pada berita kriminal di televisi.
4. Menganalisis hubungan antara keterdedahan khalayak remaja pada berita
kriminal dengan efek kognitif dan afektif yang muncul di kalangan khalayak
remaja.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang efek-efek
yang dapat muncul di kalangan remaja sebagai akibat dari menonton tayangan
kekerasan di televisi beserta faktor-faktor yang berpotensi memunculkannya.
Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap
berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi pihak stasiun televisi, memberikan informasi mengenai efek berita
kriminal terhadap khalayak pemirsa, sehingga pihak televisi lebih
memperhatikan isi berita kriminal yang akan ditayangkan.
2. Bagi khalayak , menambah wawasan dan informasi kepada khalayak mengenai
efek berita kriminal, terutama bagi para orang tua untuk mengawasi dan
3. Bagi pengembangan riset dan ilmu komunikasi, menambah khasanah
pengetahuan tentang penelitian efek media massa televisi terutama pada berita
II. PENDEKATAN TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Televisi Sebagai Media Massa
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak. Media massa sering dibedakan menjaadi
media massa bentuk tampak (visual) media massa bentuk dengar (audio), dan
media massa bentuk gabungan tampak dengar (audio visual). Media massa adalah
alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak
penerima dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar,
film, radio, dan televisi (Mulyana, 2001).
MCQuail dalam Novilena (2004) mengungkapkan tentang serangkaian ide
dasar mengenai tujuan media dalam masyarakat yakni : informasi, korelasi,
kesinambungan, hiburan, dan mobilisasi. Azwar dalam Novilena (2004)
mengungkapkan bahwa khalayak pengguna media massa memiliki alasan-alasan
tertentu yang menyebabkannya menggunakan media. Hal ini tentu saja
menyebabkan fungsi media massa bagi khalayak. (Rivers dkk, 2003) memaparkan
bahwa tiap orang menggunakan media secara berbeda. Usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, status ekonomi mempengaruhi alasan seorang mengunakan
media. Alasan utama yakni media massa diyakini mampu memberikan kepuasan
akan kebutuhan dan keinginan khalayaknya.
Anzwar dalam (Novilena, 2004) menyatakan bahwa sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukkan opini dan kepercayaan orang. Diantara berbagai media massa yang
ada, salah satunya yang banyak dimanfaatkan orang dewasa adalah televisi.
Televisi adalah media komunikasi yang menyalurkan gagasan dan informasi
dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup,
berupa program yang teratur dan berkesinambungan (Novilena, 2004).
Dewasa ini televisi boleh dikatakan telah mendominasi hampir semua
waktu luang setiap orang. Televisi memiliki sejumlah kelebihan terutama
kemampuannya dalam meyatukan antara fungsi audio dan visual, ditambah
mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal di daerah terpencil
dapat menikmati siaran televisi (Mulyana, 2001).
Menurut (Suangga, 2004) televisi dianggap sebagai kotak ajaib yang
memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia saat ini, menawarkan
kenikmatan yaitu mendapatkan hiburan dan informasi, tetapi televisi juga
memberikan kehancuran atau kerusakan yang sangat fatal pada berbagai segi
kehidupan manusia, yaitu berubahnya nilai-nilai sosial masyarakat, moral, etika,
dan sebagainya. Selain itu, televisi memiliki posisi yang penting dalam
kehidupan manusia apabila benar-benar di manfaatkan sebagaimana seharusnya.
Televisi menawarkan berbagai alternatif, sehingga dapat memilih informasi yang
diinginkan sesuai dengan kebutuhan. Dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
menyampaikan ilmu, pendidikan, pengetahuan, dan sebagainya.
2.1.2 Keterdedahan Khalayak pada Siaran Televisi
Keterdedahan khalayak terhadap siaran televisi diartikan bagaimana
khalayak mengkonsumsi berbagai program acara yang disuguhkan televisi untuk
memenuhi kebutuhan yang belum terpuaskan. Televisi sebagai media massa
dianggap mampu memenuhi kebutuhan khalayak, seperti kebutuhan akan
informasi, hiburan, maupun sosial budaya. Selanjutnya, khalayak akan memilih
berbagai jenis tayangan televisi yang dapat memuaskan kebutuhan pribadinya.
Model Uses and Gratification memandang individu sebagai makhluk supra
rasional dan sangat selektif. Dalam model ini perhatian bergeser dari proses
pengiriman pesan ke proses penerimaan pesan (Wiryanto, 2004). Perhatiannya
terpusat pada kerangka psikologis yang mendasari motif serta pemuasan
kebutuhan melalui komunikasi massa. Menurut aliran uses and gratification,
perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada
media massa secara berbeda pula. Teori ini memfokuskan pada kemampuan
media dalam menambah pengetahuan, mengubah sikap dan menggerakkan
perilaku. Lanjutnya efek media massa juga akan berlainan pada setiap anggota
Penelitian (Suharto, 2004) membuktikan teori Uses and Gratification ini bahwa
motif menonton khalayak siswa SMPN 1 Dramaga berhubungan nyata dengan
tindakan siswa SMPN 1 Dramaga. Semakin sedikit motif menonton maka
semakin tinggi mereka melakukan tindakan pencegahan terlibat kriminalitas.
Keterdedahan khalayak terhadap tayangan kekerasan di televisi didasari
adanya motif-motif khalayak menonton televisi. Umumnya khalayak
menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu (Rakhmat,
2004). Menurut McGuire (Rakhmat, 2004) mengelompokkan motif dalam dua
kelompok besar yakni motif kognitif (berhubungan dengan pengetahuan) dan
motif afektif (berkaitan dengan perasaan). Menurut Blumler (Rakhmat, 2001)
motif yang ada pada tiap individu sangat beragam, yaitu : informasi (information),
pengawasan (surveillance), hiburan (entertainment), ketidakpastian (uncertainty).
Keterdedahan khalayak terhadap tayangan kekerasan di televisi didasari
adanya motif-motif khalayak menonton televisi. Umumnya khalayak
menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu (Rakhmat,
2004). Menurut McGuire (Rakhmat, 2004) mengelompokkan motif dalam dua
kelompok besar yakni motif kognitif (berhubungan dengan pengetahuan) dan
motif afektif (berkaitan dengan perasaan). Menurut Blumler (Rakhmat, 2001)
motif yang ada pada tiap individu sangat beragam, yaitu : informasi (information),
pengawasan (surveillance), hiburan (entertainment), ketidakpastian (uncertainty).
Menurut aliran uses and gratification, perbedaan motif dalam konsumsi media
massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula.
Lanjutnya efek media massa juga akan berlainan pada setiap anggota khalayaknya
(Rakhmat, 2004).
Motif kognitif merupakan motif yang timbul untuk memenuhi kebutuhan
pengetahuannya atau bersifat informatif. Motif khalayak menonton tayangan
kekerasan di televisi sebatas ingin memuaskan kebutuhannya akan informasi
kekerasan. Menurut Nathanson dalam Budhiarty (2004) seseorang menyaksikan
tayangan kekerasan guna memuaskan keingintahuan tentang hal-hal yang
mengerikan. Hal ini diperkuat oleh Romer (2003) keterdedahan menonton
tayangan televisi berhubungan dengan keterdedahan informasi yang mereka
Dimana penonton mempercayai apapun isi yang disampaikan media dan
pengaruhnya langsung pada personal. Khalayak yang didasari motif kognitif
memiliki keterdedahan informasi yang tinggi.
Motif afektif merupakan motif yang timbul berupa perasaan atau emosi
khalayak akan tayangan kekerasan. Motif afektif menonton tayangan kekerasan
didasari pada rasa penasaran, mengobati kegelisahan, menghibur, dan sekedar
mengisi waktu luang. Menurut Budhiarty (2004) remaja menonton program berita
bukan sekedar untuk memperoleh informasi, terkadang responden hanya sekedar
iseng menonton berita kriminal karena tidak ada acara lain yang menarik.
Keterdedahan tayangan kekerasan menyangkut format acara atau jenis
tayangan terutama yang mengandung unsur kekerasan atau adanya adegan
kekerasan. Umumnya format acara yang mengandung adegan kekerasan lebih
diminati oleh khalayak. Kekerasan yang ditayangkan di TV tak hanya muncul
dalam film kartun, film lepas, serial, dan sinetron. Adegan kekerasan juga tampak
pada hampir semua berita, khususnya berita kriminal. Seolah, tak ada film lain
yang menarik tanpa salah satu adegan tersebut yang patut untuk dihadirkan di
ruang keluarga penonton Indonesia (Pitaloka, 2006)1. Hasil penelitian Mazdalifah (1999) Film atau sinetron yang bermuatan kekerasan digemari responden yang
berusia 7-9 tahun. Alasannya, karena ceritanya seru, banyak berkelahi, tokoh
jagoannya berkelahi, dan punya senjata.
Keterdedahan tayangan kekerasan pada khalayak juga menyangkut
frekuensi dan durasi menonton tayangan kekerasan di televisi. Menurut
Mazdalifah (1999) adegan kekerasan ditelevisi jika ditonton secara teratur dalam
waktu yang panjang akan berpengaruh pada keterdedahan pada pengetahuan anak
tentang kekerasan, penumpukkan sikap terhadap perilaku kekerasan dan peniruan
terhadap perilaku kekerasaan. Hasil penelitian Mazdalifah (1999) pada murid SD
Gunung Batu Bogor menunjukkan bahwa responden yang terpaan media yang
tinggi, sebagian besar memiliki pengetahuan yang tinggi. Selain itu, tingginya
keterdedahan tayangan kekerasan pada anak-anak terutama dalam memenuhi
1
kebutuhan pengetahuan dimana anak-anak mengetahui senjata, gaya berkelahi,
dan tokoh jagoan dari televisi terutama dari film kartun dan film non kartun.
Pengawasan orangtua berpengaruh pada keterdedahan tayangan kekerasan
bagi khalayak khususnya anak-anak dan remaja. Menurut Singer yang dikutip
Surono (Budhiarty, 2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata
antara kebiasaan menonton televisi dengan tingkat pengawasan orang tua. Ada
hubungan nyata antara kebiasaan menonton TV dengan tingkatan pengawasan
orang tua. Pengawasan itu berupa pengenalan orang tua akan teman-teman sang
anak, di mana mereka berada sepanjang hari. Selain itu, apakah orang tua juga
menetapkan dan menjalankan peraturan pembatasan waktu bermain di luar rumah
atau nonton TV. Anak yang tidak diawasi dengan ketat akan menonton TV lebih
banyak dibandingkan anak-anak yang lain. Kelompok ini lebih banyak menonton
program aksi dan perkelahian atau video musik. "Sebanyak 58% anak perempuan
yang kurang diawasi, lebih memilih program TV berbau kekerasan atau video musik," ungkap Singer. Sehingga semakin jelas bahwa keterdedahan anak-anak dan remaja akan tayangan kekerasan dipengaruhi adanya peran orang tua.
Keterdedahan tayangan kekerasaan dalam penelitian ini meliputi format
atau jenis tayangan terutama yang mengandung adegan kekerasan, frekuensi dan
durasi menonton tayangan kekerasan.
2.1.3 Efek Siaran Televisi 2.1.3.1 Efek Kognitif
Efek kognitif komunikasi massa menurut Rakhmat (2004) lebih
menekankan pada citra. Citra adalah dunia menurut persepsi kita. Menurut Robert
dalam Rakhmat (2004), Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku
tertentu tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita
tentang lingkungan, dan citra inilah yang mempengaruhi cara kita berperilaku.
Efek kognitif mengenai tayangan kekerasan berupa citra dan persepsi yang
dibangun khalayak saat dan sesudah menonton tayangan kekerasan di televisi.
Gerbner (Rakhmat, 2004) melaporkan penelitian berkenaan dengan persepsi
penonton televisi tentang realitas sosial. Citra tentang lingkungan sosial kita
sering menyajikan adegan kekerasan, sehingga khalayak cenderung memandang
dunia ini lebih keras, lebih tidak aman, dan lebih mengerikan. Persepsi tentang
dunia dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya dalam televisi.
Efek kognitif dari tayangan kekerasan di televisi meliputi pengetahuan
teknis khalayak akan tindak kekerasan. Khalayak yang menonton tayangan
kekerasan akan mengetahui bagaimana gaya berkelahi, penggunaan senjata,
bahkan pelajaran tentang modus operandi kejahatan. Efek kognitif tayangan
kekerasan berhubungan dengan penilaian khalayak mengenai realitas yang
ditampilkan televisi dengan realitas sebenarnya. Realitas yang ditampilkan media
adalah realitas yang sudah diseleksi. Karena media massa melaporkan dunia nyata
secara selektif, sudah tentu media massa mempengaruhi pembentukan citra
tentang lingkungan sosial yang timpang, bias, dan tidak cermat. Terjadilah apa
yang disebut stereotip. Media massa juga “menipu” manusia; memberikan citra
dunia yang keliru. Media massa juga mempertahankan citra yang sudah dimiliki
khalayaknya (Rakhmat, 2004).
Menurut penelitian Suangga (2004) terhadap persepsi remaja pedesaan
terhadap tayangan berita kriminalitas di televisi mengungkap bahwa semakin
banyak materi yang dikemukakan, maka berita tersebut akan semakin menarik
minatnya. Responden menyukai berita yang dikemas dengan membahas satu atau
dua kejadian secara rinci dan menyeluruh, gambar/ilustrasi yang jelas atau detail
(tidak ada penyensoran). Hal ini menunjukkan bahwa responden terbuka atas
penayangan kriminal dan hal-hal tersebut mempengaruhi persepsi mereka dalam
menilai kriminalitas di lingkungan sekitar.
Berbagai teori di atas menjelaskan efek kognitif media massa merupakan
citra atau persepsi yang dibentuk khalayak setelah diterpa oleh isi media.
Penelitian ini mendefinisikan efek kognitif media massa merupakan pembentukan
citra atau persepsi khalayak saat atau setelah diterpa isi media massa, memberikan
pengaruh terutama pengetahuan teknis mengenai kekerasan, serta khalayak
membuat penilaian-penilaian terhadap realitas yang ditampilkan media dengan
2.1.3.2 Efek Afektif
Efek afektif mengenai tayangan kekerasan di televisi menyangkut
perasaan yang timbul setelah menonton tayangan kekerasan di televisi. Perasaan
berkaitan dengan rangsangan emosional khalayak terhadap tayangan kekerasan di
televisi. Perasan tersebut meliputi rasa takut dan curiga yang timbul setelah
menonton tayangan kekerasan.
Tayangan kekerasan dan kekerasan di layar televisi, telah lama
menimbulkan kegelisahan. Dalam tayangan TV, banyak peristiwa pembunuhan
atau adegan orang sedang dipukuli, termasuk rekayasa (ilustrasi) yang diperankan
model. Menurut penelitian, khalayak yang telah menonton tayangan kekerasan di
televisi mengalami susah tidur, karena terbayang peristiwa tersebut. Yang terjadi
pada anak-anak, rupanya adegan itu sampai terbawa dalam mimpi. Fenomena
tersebut mengambarkan meningkatnya kecemasan pada diri seseorang sesudah
menonton tayangan kekerasan (Arix, 2006)2. Penelitian yang dilaporkan Weiss
(Rakhmat, 2004) anak-anak lebih ketakutan menonton televisi dalam keaadaan
sendirian atau di tempat gelap. Penelitian yang dilakukan Garbner dan
kawan-kawan (Mc Quail, 2000) menunjukkan bahwa penonton berat kekerasan di televisi
merasa menjadi penakut di dunia, merasa takut menjadi korban kekerasan,
sehingga menjadi lebih waspada pada dirinya sendiri, dan memiliki rasa
kecurigaan yang tinggi terhadap orang lain.
Hasil penelitian Novilena (2004) menunjukkan bahwa adanya hubungan
sikap terhadap tayangan berita kriminal di televisi. Selain itu, hasil penelitian
mengenai dampak tayangan berita kriminal di televisi menunjukkan bahwa
dampak positif yang dirasakan yaitu timbulnya sikap waspada dan hati-hati
terhadap bahaya, sedangkan dampak negatifnya adalah menjadi mudah curiga,
perasaan takut dan ngeri bahkan mencekam sampai berhari-hari lamanya.
Efek afektif yang dirasakan khalayak mengenai tayangan kekerasan di
televisi yakni toleransi khalayak akan tindak kekerasan. Hal ini berarti bagaimana
empati khalayak mengenai kekerasan yang terjadi pada realitas di televisi dengan
realitas nyata, terutama kepada korban atau pelaku kekerasan. Media televisi
2 Arixs. 2006. Tayangan Kekerasan dan Kesadisan perlu Dikontrol. http://www.cybertokoh.com/mod.php?mod=
dapat memberikan efek yang tajam dari tayangan kekerasan terhadap khalayak
salah satunya yakni de-sensitization effects, berkurang atau hilangnya kepekaan
kita terhadap kekerasan itu sendiri (Pitaloka, 2006)3.
Studi menunjukkan akibat dari banyaknya menonton tayangan kekerasan,
orang tidak lagi mudah merasakan penderitaan atau rasa sakit yang dialami orang
lain (Baron (1974) dalam Baron & Byrne, 2000). Secara biologis, ketika
menonton tayangan yang menyakitkan atau kekerasan, aktivitas otak akan
bergerak dari ranah bahasa di otak kiri ke otak kanan yang mendominasi proses
emosi dan pengkodean gambaran visual. Itu sebabnya menonton memberi dampak
emosional yang lebih kuat dari pada membaca. Jika hal ini terlalu banyak, maka
kita akan menjadi kebal dan tidak peka lagi dengan kekerasan (Flora, 2004) dalam
pitaloka (2006).
Ron Solby dari Universitas Harvard secara terinci menjelaskan, ada empat
macam dampak kekerasan dalam televisi terhadap perkembangan kepribadian
anak. Pertama, dampak agresor di mana sifat jahat dari anak semakin meningkat.
Kedua, dampak korban di mana anak menjadi penakut dan semakin sulit
mempercayai orang lain. Ketiga, dampak pemerhati, di sini anak menjadi makin
kurang peduli terhadap kesulitan orang lain. Keempat, dampak nafsu dengan
meningkatnya keinginan anak untuk melihat atau melakukan kekerasan dalam
mengatasi setiap persoalan yang dialami4.
Berdasarkan pemaparan mengenai efek afektif dapat disimpulkan bahwa
efek afektif media massa merupakan perasaan atau emosi khalayak setelah
menerima dan menseleksi informasi yang dibentuk persepsi mereka
masing-masing saat diterpa atau sesudah diterpa media. Efek afektif sebagai hasil dari
pembentukan citra. Efek afektif menonton tayangan kekerasan berupa perasaan
takut, curiga bahkan toleransi khalayak terhadap tindak kekerasan.
3 Pitaloka, op. ci.t, hal.3
4 Anonim, 2002. Tayangan Kekerasan. http://72.14.235.132/search?q =cache:4xVt597LpAwJ:www.warmasif.co.id/
2.1.4 Faktor-Faktor yang Memunculkan Efek
Menurut Raymond Bavor Little John dalam (Vera, 2002) media massa tidak
langsung menimbulkan dampak bagi audiens. Banyak variabel terlibat dalam
proses terjadinya efek. Gaver (Rakhmat, 1989) dalam Vera (2002) menyatakan
bahwa komunikasi massa terjadi lewat serangkaian perantara. Untuk sampai
kepada perilaku tertentu, maka pengaruh ini disaring, bahkan ditolak sesuai
dengan faktor-faktor yang menyertainya, seperti faktor personal dan faktor
situasional. Menurut (Vera, 2002) faktor personal adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri yang mempengaruhi perilaku seseorang, terdiri atas sikap
dan emosi. Faktor situasional adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri yang
mempengaruhi perilaku seseorang. Faktor luar pertama adalah lingkungan
masyarakat. Faktor kedua adalah lingkungan keluarga.
Faktor personal yang dimaksud penulis meliputi pendapat khalayak menilai
isi tayangan kekerasan atau persepsi. Faktor personal memberi pengaruh terhadap
perkembangan perilaku agresif, yang lebih berpengaruh lebih pada pandangan dan
pendapat seseorang. Semakin positif pandangan dan pendapat seseorang terhadap
adegan kekerasan di televisi maka semakin tinggi perilaku agresifnya (Vera,
2002). Remaja dalam menonton berita kriminal berhubungan dengan tingkat
pengetahuan mereka tentang manfaat mereka menonton berita tersebut bagi
dirinya.
Jenis kelamin juga termasuk faktor-faktor yang memicu efek perilaku
khalayak. Responden laki-laki menunjukkan sikap positif yang lebih besar
terhadap tayangan kriminal, responden perempuan menunjukkan sikap negatif
yang besar. Sikap positif paling banyak ditunjukkan oleh responden dengan
tingkat pendidikan rendah, sedangkan sikap negatif paling banyak ditunjukkan
oleh responden dengan tingkat pendidikan tinggi.
Faktor personal lainnya yakni prestasi akademis di kelas. Hasil penelitian
Suharto (2006) menjelaskan bahwa semakin rendah peringkat di kelas maka
semakin rendah minat menonton berita kriminal. Pada remaja di kota Jakarta
dengan kemudahannya mengakses berita kriminal di TV, menunjukkan semakin
tinggi peringkat di kelas ternyata minat remaja dalam menonton berita kriminal
telah menguasai pelajaran dengan baik sehingga mereka bosan akan tayangan
berita yang umum. Hal ini dipekuat dengan penyataan Lowery & De Fleur dalam
Budhiarty (2004) bahwa anak-anak yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi
memiliki variasi yang lebih banyak dalam pemilihan program acara televisi
dibanding mereka yang memiliki intelegensi yang rendah.
Faktor situasional yang dimaksud penulis adalah lingkungan dimana
khalayak tinggal. Lingkungan terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat. Faktor situasional memberi pengaruh pada perilaku agresif. Tindak
kekerasan lingkungan yang sering melakukan tindak kekerasan akan terciptanya
semakin tingginya perilaku agresif (Vera, 2002).
Selain itu lingkungan juga faktor mempengaruhi persepsi khalayak.
Persepsi khalayak akan kejahatan tergantung pada jarak tempat dimana tindak
kejahatan itu terjadi. Menurut Heath dalam Romer (2003) semakin jauh lokasi
tindak kejahatan itu terjadi maka semakin rendah ketakutan khalayak akan
kejahatan. Ellen (2005) meneliti persepsi resiko kejahatan sebagai fungsi
keduanya pada tingkat kejahatan regional dan setempat. Persepsi orang akan
kejahatan tergantung pada jarak tempat dimana kejahatan itu terjadi, semakin jauh
dari tempat kejadian kejahatan maka semakin rendah rasa ketakutannya.
2.1.5 Berita kriminal
(Morissan, 2008) mengemukakan bahwa berita adalah informasi yang
penting dan menarik bagi khalayak audiens. Soehoet (Novilena, 2004)
memaparkan bahwa berita yang lengkap mengandung semua elemen yang
dibutuhkan khalayaknya, untuk itu media massa dalam menyusun suatu berita
lengkap dengan menggunakan rumusan 5W + 1 H.
Menurut (Novilena, 2004) berita kriminal adalah uraian tentang
peristiwa/fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita tentang kejahatan
yang ditayangkan di televisi. (Budhiarty, 2004) mendefinisikan berita kriminal
sebagai acara yang menayangkan informasi hanya berkisar mengenai kejadian
kriminal/kejahatan, kecelakaan, kebakaran dan atau orang hilang; tayangan ini
report) yang mengupas suatu kasus lama atau baru yang belum. Sudah terungkap, dan terkadang disertai tips-tips untuk mengantisipasi setiap modus kejahatan.
Berita kriminal adalah uraian tentang peristiwa atau fakta mengenai
berbagai tindakan kriminal (kejahatan) yang dilakukan oleh pelaku kejahatan.
Berita dianggap menarik minat khalayak pemirsanya dengan kemasan aktual dan
mendalam. Selain itu dengan berita yang bersifat komprehensif, interpretatif dan
investigatif, akan menambah pengetahuan dan wawasan khalayak secara
mendalam.
Menurut Miller (Siagan, 2000) dalam (Budhiarty, 2004) kemasan berita
berisikan fakta atau pendapat dalam bentuk langsung dan berita mendalam. Berita
langsung adalah uraian fakta yang makna beritanya kuat (penting). Berita
mendalam adalah berita komprehensif, interpretatif dan investigatif.
1. Berita komprehensif adalah uraian secara terperinci tentang peristiwa atau
fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita di dalam suatu
sistem sosial tertentu
2. Berita interpretatif adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung
nilai berita dengan menempatkan fakta sebagai mata rantai atau konteks
permasalahan yang lebih luas, ragam sumber informasi dapat memberikan
pendapat menurut interpretasi masing-masing.
3. Berita investigatif adalah uraian fakta atau pendapat yang mengandung
nilai berita dengan membandingkan antara fakta di permukaan dengan
fakta tersembunyi yang diperoleh dengan menyelusuri jejak melalui
investigasi.
Perbedaan berita langsung dan berita mendalam adalah dari isi uraian,
kecepatan penyajiaan kepada khalyak, kepadatan dan rincian fakta atau pendapat
yang disajikan. Uraian berita mendalam apapun bentuknya akan memberikan
informasi lebih lengkap dan menyeluruh bila dibandingkan dengan uraian berita
2.1.6 Perilaku Remaja
Masa remaja menunjukkan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa. Batas umurnya tidak dirinci dengan jelas, tetapi secara kasar berkisar
antara umur 12 sampai akhir belasan tahun, ketika pertumbuhan (Atkinson dkk,
1983). Istilah Adolescene atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata
bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti ”tumbuh” atau ”tumbuh
menjadi dewasa”. Istilah adolescene mempunyai arti luas, mencangkup
kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980). Secara umum
masa remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa dan akhir masa remaja.
Garis pemisah antara awal masa dan akhir masa remaja terletak kira-kira sekitar
usia tujuh belas tahun; usia saat mana rata-rata setiap remaja memasuki sekolah
menegah tingkat atas. Awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas
tahun sampai enam belas tahun atau tujuh belas tahun, dan masa akhir masa
remaja bermula dari usia 16 atau 17 tahun sampai delapan belas tahun (Hurlock,
1980).
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental yang cepat, terutama pada masa awal remaja. Semua
perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya
membentuk sikap, nilai, dan minat baru. Perubahan fisik yang terjadi selama
tahun awal remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan mengakibatkan
diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah bergeser
(Hurlock, 1980).
(Hurlock, 1980) memaparkan adanya lima perubahan pada masa remaja
awal. Pertama, meningginya emosi yang itentitasnya bergantung pada tingkat
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh. Ketiga,
perubahan minat, peran yang diharapkan kelompok sosial tertentu. Keempat,
dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah.
Kelima, Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan.
Perubahan perilaku mencangkup aspek kognisi, afeksi dan aspek konasi.
Menurut Winkel dalam (Suharto, 2006) kognisi adalah pengetahuan dan
tayangan berita di TV. Konasi adalah tindakan individu menurut cara tertentu.
Menurut Hurlock dalam (Suharto, 2006) menjelaskan beberapa pola perilaku
sosial pada masa anak-anak hingga remaja yaitu : (1) hasrat akan penerimaan
sosial, (2) empati, kemampuan meletakkan diri dalam posisi orang lain dan
menghayati pengalaman orang tersebut.
Berkaitan dengan televisi terhadap perilaku remaja, Hurlock dalam
(Suharto, 2006) menjelaskan beberapa faktor (karakteristik remaja) yang
mempengaruhi minat anak hingga remaja pada televisi yaitu : (1) prestasi
akademik, (2) penerimaan sosial. Semakin mereka diterima secara sosial maka
semakin kurang perhatiannya pada televisi dan sebaliknya. Artinya ada keinginan
remaja untuk memanfaatkan waktu luang yang dimiliki di luar waktu sekolah. (3)
Kepribadiaan.
Pengaruh televisi terhadap remaja yakni : (1) pengaruh pada sikap yaitu
tokoh pada televisi biasanya digambarkan dengan berbagai stereotip. Anak
kemudian mengetahui semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat
yang sama dengan yang ada di televisi. Ini mempengaruhi sikap anak-anak. (2)
Pengaruh pada perilaku yaitu keinginan anak untuk meniru, mereka merasa apa
saja yang disajikan dalam acara televisi tentunya merupakan cara yang dapat
diterima baginya dalam bersikap sehari-hari. Dapat ditambahkan pengaruh pada
pengetahuan remaja tersebut.
Menurut Lubis dalam (Budiarty, 2004) remaja sebagai individu dalam
masa transisi memiliki beragam tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan mereka, antara lain untuk mendapatkan informasi yang saat ini
menjadi topik pembicaraan banyak orang, medapat hiburan ketika bosan, mencari
jalan keluar atas masalah mereka dan mungkin sekedar mengisi waktu luang.
Salah satu cara memenuhi kebutuhan tersebut yakni dengan menonton televisi.
Salah satu program yang digemari pemirsa yakni berita kriminal. Berdasarkan
penelitian (Suangga, 2004) mengenai persepsi remaja terhadap tayangan berita
kriminalitas ditelevisi memperoleh kesimpulan bahwa semakin banyak materi
yang dikemukakan, maka berita tersebut akan semakin menarik minat remaja.
Menurut (Budiarty, 2004) memaparkan bahwa intentitas dan kualitas
menciptakan iklim ketakutan (fear of crime) , sehingga pada akhirnya akan
menciptakan masyarakat yan resisten (kebal) terhadap perilaku kekerasan.
Apabila dibiarkan terus-menerus situasi ini tidak akan sehat karena dapat
menimbulkan masyarakat yang penuh kecurigaan dan kehilangan kehangatan
(sense of friendly), serta kepekaan sosial yang sangat dibutuhkan di dalam
kehidupan masyarakat.
Menurut penelitian (Suharto, 2006) dikembangkan pemikiran bahwa
perilaku remaja terkait kriminalitas, juga dipengaruhi oleh jumlah stasiun TV
yang ditonton, ini menunjukkan tingkat variasi stasiun TV yang ditonton. (2) Saat
Menonton. Subiakto dalam (Suharto, 2006) menyebutkan saat menonton termasuk
dalam pola tayangan kriminalitas rutin. (3) Minat menonton dan (4) motif
menonton.
2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Deskripsi
Tayangan kekerasan di televisi berpotensi memunculkan efek terhadap
perilaku khalayak remaja, khususnya siaran berita kriminal. Perilaku individu
mengandung tiga ranah utama: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan konatif
(tindakan), namun penelitian ini tidak mengkaji perubahan perilaku pada ranah
konatif. Oleh karena itu, efek tayangan siaran berita kriminal televisi dapat dirinci
sebagai pengaruh yang diberikan kepada khalayak melalui isi berita kriminal di
televisi, salah satunya berita kriminal. Efek berita kriminal di televisi meliputi
efek kognitif dan efek afektif. Efek kognitif berhubungan dengan persepsi
khalayak terhadap isi berita kriminal, pengetahuan teknis khalayak akan tindak
kejahatan, dan penilaian khalayak terhadap realitas. Afek afektif berkaitan dengan
perasaan khalayak sesudah menonton tayangan kekerasan meliputi rasa takut dan
curiga. Selain itu, efek afektif juga menyangkut toleransi khalayak akan tindak
kekerasan.
Khalayak yang menonton berita kriminal tidak secara langsung terkena
efek. Gaver (Rakhmat, 1989) dalam Vera (2002) menyatakan bahwa komunikasi
massa terjadi lewat serangkaian perantara. Untuk sampai kepada perilaku
yang menyertainya, seperti faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal
meliputi Karakteristik individu yang terdiri dari : umur, jenis kelamin, prestasi
akademis di kelas, dan motif menonton. Faktor situasional meliputi karakteristik
sosial yakni lokasi tempat tinggal dan lingkungan keluarga.
Menurut Little John (Vera, 2002) banyak variabel terlibat dalam proses
terjadinya efek. Proses terjadiny