• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gap Analysis On The Quality And Food Safety Management System With ISO 22000 at PT. Indesso Aroma : Green Tea Extract As A Model

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gap Analysis On The Quality And Food Safety Management System With ISO 22000 at PT. Indesso Aroma : Green Tea Extract As A Model"

Copied!
244
0
0

Teks penuh

(1)

KEAMANAN PANGAN DI PT. INDESSO AROMA DENGAN ISO

22000 : MODEL PRODUK EKSTRAK TEH HIJAU

E F E N D I

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Analisis Kesenjangan Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan di PT. Indesso Aroma dengan ISO 22000 : Model Produk Ekstrak Teh Hijau adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Bogor, Agustus 2007

(3)

ANALISIS KESENJANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN

KEAMANAN PANGAN DI PT. INDESSO AROMA DENGAN ISO

22000 : MODEL PRODUK EKSTRAK TEH HIJAU

E F E N D I

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi Teknologi Pangan pada Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Tugas Akhir : Analisis Kesenjangan Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan di PT. Indesso Aroma dengan ISO 22000 : Model

Produk Ekstrak Teh Hijau Nama Mahasiswa : E f e n d i

NIM : F252050015

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Lilis Nuraida, MSc Dr.Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc (Ketua) (Anggota)

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Magister Profesi Teknologi Pangan

Dr.Ir. Lilis Nuraida, MSc Prof. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(5)

ABSTRACT

EFENDI. Gap Analysis on the Quality and Food Safety Management System with ISO 22000 at PT. Indesso Aroma : Green Tea Extract as a Model. Under the direction of LILIS NURAIDA and RATIH DEWANTI-HARIYADI.

The aim of the present work was to do a gap analysis on the quality and food safety management system with ISO 22000 at PT. Indesso Aroma using green tea extract as a model. Gap analysis was initiated by analysis of potential hazards of raw material, processing steps and equipments, end product (green tea extract); assessment on existing quality and food safety management system and its implementation; gap analysis of the company existing condition vs. ISO 22000. Based on these assessments, strategy development of food safety management system based on ISO 22000 and its implementation was recommended to the company.

(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam tugas akhir yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2007 ini adalah Analisis Kesenjangan Sistem Manajemen Mutu dan Kemanan Pangan di PT. Indesso Aroma dengan ISO 22000 : Model Produk Ekstrak Teh Hijau.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc dan Ibu Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc selaku pembimbing, serta manajemen PT. Indesso Aroma yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi di Magister Profesi Teknologi Pangan IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu serta istri dan anak-anakku tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Bogor, Agustus 2007

(7)

RIWAYAT HIDUP

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

I. PENDAHULAN

A. LATAR BELAKANG 1

B. TUJUAN 3

C. MANFAAT 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TEH HIJAU 5

B. KEAMANAN PANGAN EKSTRAK TEH HIJAU 9 C. SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO 22000 11

D. SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 15

E. PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN 19 ISO 22000 BERBASIS DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN

MUTU ISO 9001

F. PROGRAM PRASYARAT 23

G. SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURE (SSOP) 30

H. HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) 33

III. METODOLOGI

A. TEMPAT DAN WAKTU 45

B. METODE 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KAJIAN BAHAYA POTENSIAL BAHAN BAKU, PROSES DAN 47 PERALATAN PRODUKSI SERTA PRODUK EKSTRAK TEH HIJAU

1. KAJIAN BAHAYA PADA BAHAN BAKU 51

2. KAJIAN BAHAYA PADA PROSES DAN PERALATAN PRODUKSI 57 3. KAJIAN BAHAYA PADA PRODUK EKSTRAK TEH HIJAU 61 B. KONDISI SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN KEAMANAN 65

PANGAN DI PT. INDESSO AROMA SAAT INI

(9)

V. REKOMENDASI 83

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 89

DAFTAR PUSTAKA 90

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Persyaratan mutu teh hijau untuk cemaran logam, arsen dan mikroba 7

2 Cemaran logam dan arsen dalam flavouring preparation 7

3 Batas residu pestisida dalam teh 8

4 Residu pestisida pada hasil pertanian 9

5 Cross references antara klausul-klausul ISO 9001:2000 20

dan klausul-klausul ISO 22000:2005 6 Cross references antara HACCP dan ISO 22000:2005 43

7 Deskripsi produk ekstrak teh hijau 47

8 Uraian tahapan produksi ekstrak teh hijau 50

9 Bagan penetapan CCP/OPRP terhadap bahan baku 52

10 Hasil pengujian cemaran logam berat, arsen, mikroba dan residu pestisida 53

bahan baku teh hijau 11 Bagan pemantauan CCP ekstrak teh hijau (bahan baku) 56

12 Bagan pemantauan OPRP ekstrak teh hijau (bahan baku) 56

13 Bagan penetapan CCP/OPRP terhadap proses 59

14 Bagan pemantauan OPRP ekstrak teh hijau (tahapan proses) 60

15 Bagan kajian resiko bahaya produk ekstrak teh hijau 61

16 Hasil pengujian cemaran logam berat, arsen dan residu pestisida 64

(11)

KEAMANAN PANGAN DI PT. INDESSO AROMA DENGAN ISO

22000 : MODEL PRODUK EKSTRAK TEH HIJAU

E F E N D I

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir Analisis Kesenjangan Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan di PT. Indesso Aroma dengan ISO 22000 : Model Produk Ekstrak Teh Hijau adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.

Bogor, Agustus 2007

(13)

ANALISIS KESENJANGAN SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN

KEAMANAN PANGAN DI PT. INDESSO AROMA DENGAN ISO

22000 : MODEL PRODUK EKSTRAK TEH HIJAU

E F E N D I

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi Teknologi Pangan pada Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Judul Tugas Akhir : Analisis Kesenjangan Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan di PT. Indesso Aroma dengan ISO 22000 : Model

Produk Ekstrak Teh Hijau Nama Mahasiswa : E f e n d i

NIM : F252050015

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Lilis Nuraida, MSc Dr.Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc (Ketua) (Anggota)

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Magister Profesi Teknologi Pangan

Dr.Ir. Lilis Nuraida, MSc Prof. Dr.Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

(15)

ABSTRACT

EFENDI. Gap Analysis on the Quality and Food Safety Management System with ISO 22000 at PT. Indesso Aroma : Green Tea Extract as a Model. Under the direction of LILIS NURAIDA and RATIH DEWANTI-HARIYADI.

The aim of the present work was to do a gap analysis on the quality and food safety management system with ISO 22000 at PT. Indesso Aroma using green tea extract as a model. Gap analysis was initiated by analysis of potential hazards of raw material, processing steps and equipments, end product (green tea extract); assessment on existing quality and food safety management system and its implementation; gap analysis of the company existing condition vs. ISO 22000. Based on these assessments, strategy development of food safety management system based on ISO 22000 and its implementation was recommended to the company.

(16)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam tugas akhir yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2007 ini adalah Analisis Kesenjangan Sistem Manajemen Mutu dan Kemanan Pangan di PT. Indesso Aroma dengan ISO 22000 : Model Produk Ekstrak Teh Hijau.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Lilis Nuraida, MSc dan Ibu Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, MSc selaku pembimbing, serta manajemen PT. Indesso Aroma yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan studi di Magister Profesi Teknologi Pangan IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu serta istri dan anak-anakku tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Bogor, Agustus 2007

(17)

RIWAYAT HIDUP

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

I. PENDAHULAN

A. LATAR BELAKANG 1

B. TUJUAN 3

C. MANFAAT 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TEH HIJAU 5

B. KEAMANAN PANGAN EKSTRAK TEH HIJAU 9 C. SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO 22000 11

D. SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001 15

E. PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN 19 ISO 22000 BERBASIS DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN

MUTU ISO 9001

F. PROGRAM PRASYARAT 23

G. SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURE (SSOP) 30

H. HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) 33

III. METODOLOGI

A. TEMPAT DAN WAKTU 45

B. METODE 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KAJIAN BAHAYA POTENSIAL BAHAN BAKU, PROSES DAN 47 PERALATAN PRODUKSI SERTA PRODUK EKSTRAK TEH HIJAU

1. KAJIAN BAHAYA PADA BAHAN BAKU 51

2. KAJIAN BAHAYA PADA PROSES DAN PERALATAN PRODUKSI 57 3. KAJIAN BAHAYA PADA PRODUK EKSTRAK TEH HIJAU 61 B. KONDISI SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN KEAMANAN 65

PANGAN DI PT. INDESSO AROMA SAAT INI

(19)

V. REKOMENDASI 83

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 89

DAFTAR PUSTAKA 90

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Persyaratan mutu teh hijau untuk cemaran logam, arsen dan mikroba 7

2 Cemaran logam dan arsen dalam flavouring preparation 7

3 Batas residu pestisida dalam teh 8

4 Residu pestisida pada hasil pertanian 9

5 Cross references antara klausul-klausul ISO 9001:2000 20

dan klausul-klausul ISO 22000:2005 6 Cross references antara HACCP dan ISO 22000:2005 43

7 Deskripsi produk ekstrak teh hijau 47

8 Uraian tahapan produksi ekstrak teh hijau 50

9 Bagan penetapan CCP/OPRP terhadap bahan baku 52

10 Hasil pengujian cemaran logam berat, arsen, mikroba dan residu pestisida 53

bahan baku teh hijau 11 Bagan pemantauan CCP ekstrak teh hijau (bahan baku) 56

12 Bagan pemantauan OPRP ekstrak teh hijau (bahan baku) 56

13 Bagan penetapan CCP/OPRP terhadap proses 59

14 Bagan pemantauan OPRP ekstrak teh hijau (tahapan proses) 60

15 Bagan kajian resiko bahaya produk ekstrak teh hijau 61

16 Hasil pengujian cemaran logam berat, arsen dan residu pestisida 64

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Urutan logis untuk penerapan HACCP (CAC 2003) 36

2 Pohon Keputusan (ISO 2005b) 40

3 Metode Kajian 46

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Identifikasi bahaya dan pencegahannya pada bahan baku pembuatan 93

ekstrak teh hijau

2 Identifikasi bahaya dan pencegahannya pada tahapan proses pembuatan 94 ekstrak teh hijau

(23)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

PT. Indesso Aroma adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang

minyak atsiri, kimia aromatik dan ekstrak bahan alam. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 1968 dan saat ini memiliki 2 buah pabrik, yaitu di Purwokerto - Jawa Tengah

yang merupakan pabrik pertama dan beroperasi sejak tahun 1968, serta di Cileungsi –

Jawa Barat sebagai pabrik kedua yang mulai beroperasi sejak tahun 2001.

Produk-produk perusahaan sebagian besar (lebih dari 90 %) diekspor ke berbagai negara di

dunia, diantaranya ke Amerika, Eropa dan Asia, sedangkan sebagian lainnya untuk

keperluan lokal.

Minyak atisri adalah minyak dengan rasa dan aroma yang khas yang diperoleh

dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan kimia aromatik adalah bahan kimia dengan rasa dan

aroma yang khas yang merupakan turunan dari minyak atsiri melalui suatu sintesis

kimia atau isolasi secara fisik. Minyak atsiri dan kimia aromatik adalah bahan baku

yang digunakan dalam industri perisa dan wewangian. Sedangkan esktrak bahan alam

adalah ekstrak yang diperoleh dari bahan-bahan alam, yang digunakan sebagai bahan

baku untuk industri pangan, seperti industri makanan (es krim, permen) dan industri

minuman seperti minuman siap minum.

Produksi bahan baku yang digunakan untuk bahan pangan haruslah dilakukan

sesuai dengan sistem manajemen keamanan pangan yang baik agar produk yang

dihasilkan aman untuk dikonsumsi. Melalui penerapan sistem manajemen keamanan

pangan, perusahaan bisa menghasilkan produk pangan dengan kualitas yang baik dan

konsisten, serta yang paling penting adalah aman untuk dikonsumsi, yang pada

akhirnya akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk perusahaan dan

meningkatkan penjualan produk perusahaan.

Untuk mendukung operasional perusahaan dan untuk menunjukkan komitmen

perusahaan terhadap mutu, perusahaan telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO

9002 sejak tahun 1996 dan memperoleh sertifikat ISO 9002:1994 pada tahun yang

(24)

2003. Disamping itu perusahaan juga telah memperoleh sertifikat Halal dan Kosher

untuk produk-produknya.

Menyadari pentingnya penerapan sistem manajemen keamanan pangan di

perusahaan, manajemen perusahaan berkeinginan untuk menerapkan sistem manajemen

keamanan pangan di perusahaan. Sistem manajemen keamanan pangan yang telah

diakui secara internasional adalah sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000

yang baru saja dikeluarkan oleh lembaga ISO pada bulan September 2005. Sistem

manajemen keamanan pangan ISO 22000 ini sesuai atau harmonis dengan sistem

manajemen yang lain, termasuk sistem manajemen mutu ISO 9001.

Untuk menerapkan sebuah sistem manajemen keamanan pangan berbasis ISO

22000, perusahaan harus terlebih dahulu menerapkan cara produksi pangan yang baik

(CPMB) yang merupakan salah satu program prasyarat yang harus dipenuhi. PT.

Indesso Aroma saat ini sudah menerapkan CPMB di pabriknya. Dengan demikian

pondasi atau syarat utama untuk pengembangan sistem manajemen keamanan pangan

berbasis ISO 22000 sudah ada. Untuk pengembangan sistem manajemen keamanan

pangan berbasis ISO 22000 di PT. Indesso Aroma yang perlu dilakukan adalah

menerapkan HACCP dan beberapa elemen lain sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh ISO 22000.

Mengingat perusahaan telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001,

dan mengingat sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000 ini cocok dengan

sistem manajemen mutu ISO 9001, maka langkah paling efektif dan efisien dalam

pengembangan sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000 di perusahaan adalah

dengan mengembangkan sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000 dengan dasar

dokumentasi sistem manajemen mutu ISO 9001 yang sudah diterapkan di perusahaan.

Integrasi kedua sistem ini akan mengurangi biaya yang sangat signifikan dalam

hal biaya dokumentasi, operasi dan juga auditing. Sertifikasi untuk integrasi sistem

manajemen mutu ISO 9001:2000 dan sistem manajemen keamanan pangan ISO

(25)

Beberapa keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan mengintegrasikan

sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000 dengan sistem manajemen mutu ISO

9001 ini diantaranya adalah :

a. Perusahaan tidak perlu mengelola 2 buah sistem secara terpisah, namun

cukup memelihara 1 buah sistem manajemen yang merupakan integrasi dari

kedua sistem tersebut.

b. Surveillance oleh lembaga sertifikasi bisa dijadikan satu yang mencakup kedua sistem manajemen tersebut.

c. Dimungkinkan bahwa perusahaan menunjuk 1 orang sebagai management representative dan sekaligus food safety team leader (jika memang mempunyai kompetensi yang diperlukan).

d. Internal audit bisa dijadikan satu yang mencakup kedua sistem tersebut

e. Perusahaan mampu menghasilkan produk yang berkualitas sekaligus aman

untuk dikonsumsi karena dikelola dengan menggunakan integrasi dari kedua

sistem manajemen tersebut.

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah sistem manajemen

keamanan pangan sesuai dengan standar sistem manajemen keamanan pangan ISO

22000:2005 dengan model produk ekstrak teh hijau di PT. Indesso Aroma. Dengan

telah dikembangkannya sistem manajemen keamanan pangan berbasis ISO 22000

dengan menggunakan model salah satu produk yang diproduksi oleh PT. Indesso

Aroma ini yaitu produk ekstrak teh hijau, maka bisa dijadikan panduan untuk

produk-produk ekstrak lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan. Dipilihnya produk-produk ekstrak teh

hijau sebagai model karena produk ini adalah produk esktrak yang paling sering

diproduksi di PT. Indesso Aroma Cileungsi, tempat dimana penulis bekerja.

C. MANFAAT

Dengan telah dilakukannya pengembangan sistem manajemen keamanan

pangan berbasis ISO 22000 dengan menggunakan model produk ekstrak teh hijau di PT.

Indesso Aroma, maka akan mempermudah dalam pengembangan untuk produk-produk

(26)

sertifikasi sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000 di perusahaan. Dengan

demikian perusahaan bisa menjamin keamanan pangan untuk produk-produk ekstrak

yang dihasilkan, yang mana bisa meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. TEH HIJAU

Tanaman teh adalah termasuk dalam genus Camelia yang mana di dalamnya terdapat sekitar 90 spesies. Teh, Camellia Sinenis (L.) O. Kuntze dikonsumsi sebagai minuman di seluruh dunia. Camellia Sinensis terdiri dari dua varietas yaitu varietas sinensis, yang ditandai dengan daun kecil dan pohonnya pendek, dan varietas assamica, yang memiliki daun yang besar dan pohonnya tinggi. Secara umum, teh hijau buatan

Jepang dan China diproduksi dari varietas sinensis, sedangkan teh hitam dibuat dari varietas assamica (Takeo 1992). Kandungan senyawa flavanol dalam varietas assamica dua kali lebih banyak dibandingkan dengan varietas sinensis. Varietas assamica tidak digunakan untuk produksi teh hijau karena kandungan flavanol-nya yang tinggi akan menghasilkan minuman teh yang pahitnya berlebihan dan tidak sesuai untuk minuman.

Sebaliknya kandungan flavanol yang rendah pada varietas sinensis sesuai untuk memberikan rasa sepat pada minuman teh hijau.

Pucuk daun teh hijau sangat kaya akan senyawa poliphenol, yang mana

kelompok paling besar adalah catechin (flavan-3-ol) yang menyusun hingga 30% berat

kering. Meskipun ada kelompok phenol yang lain dalam pucuk daun teh hijau, semua

ada dalam jumlah yang relatif kecil. Spesies tanaman yang lain juga mensintesa

senyawa flavanol, namun Camelia Sinensis adalah unik dalam hal kandungan flavanol-nya. Enam senyawa flavanol ada dalam jumlah yang tinggi (diatas 1% berat kering),

yaitu (+)-catechin (C), (+)-gallocatechin (GC), epicatechin (EC),

(-)-epigallocatechin (EGC), (-)-epicatechin-3-gallate (ECG) dan (-)-

(-)-epigallocatechin-3-gallate (EGCG) (Robertson 1992).

Rasa sepat pada minuman teh hijau adalah disebabkan oleh senyawa polyphenol

dalam teh hijau, yang mana lebih dari 75 % adalah golongan flavanol. Flavanol utama

dalam daun teh adalah )-epicatechin, )-epigallocatechin, )-epicatechingallate dan

(-)-epigallocatechingallate. Rasa gurih (brothy) pada minuman teh berasal dari fraksi asam amino, khususnya L-theanine yang berjumlah 60-70% dari total asam amino

dalam daun teh. Caffeine memberikan kontribusi pada rasa pahit pada minuman teh

(28)

(Japanese green tea) telah dipisahkan dengan Sephadex G-75 chromatography dan intensitas rasa pahit, sepat, gurih dan manis dari kelima fraksi diestimasi dengan uji sensori. 70 hingga 75 % rasa pahit dan sepat disebabkan oleh flavanol dan 70% rasa

gurih disebabkan oleh asam amino (Nakagawa 1975; Kubota dan Hara 1976;

Nakagawa et al 1976; dalam Takeo 1992).

Teh hijau diproduksi dengan steaming (tipe Sen-cha, Japanese green tea) atau pan-firing (tipe Kamaira-cha, Chinese green tea) dari daun teh segera setelah dipetik, sehingga aksi dari enzym dihambat dan komponen endogenous di dalam daun dipertahankan tidak berubah signifikan. Oleh karenanya rasa dari teh hijau utamanya

ditentukan oleh jenis pohon teh, waktu pemetikan, kematangan pucuk dan metode

penanaman. Di Indonesia proses pembuatan teh hijau sebagian besar menggunakan

cara pan-firing (Chinese green tea).

Proses pembuatan teh hijau ini melibatkan paling tidak tiga pemanasan yang

bisa membunuh mikroorganisme diantaranya adalah pada saat proses pelayuan (suhu

90 – 100 C selama sekitar 5 menit), pengeringan awal (suhu sekitar 130 – 135 C selama

sekitar 20 menit), pengeringan akhir (suhu sekitar 70 – 100 C selama sekitar 2 jam).

Oleh karenanya bahaya potensial bahan baku teh hijau ini dari sisi mikrobiologi seperti

bakteri-bakteri patogen yang berasal dari kontaminasi tanah serta kotoran manusia /

hewan seperti Bacillus cereus, Clostridium dan E. coli, tidak signifikan. Bahaya potensial yang paling mungkin ada pada bahan baku teh hijau adalah residu pestisida

yang digunakan untuk pengendalian hama pada saat proses penanaman serta logam

berat yang berasal dari lingkungan / tanah yang digunakan untuk penanaman, karena

bahan-bahan ini tidak bisa dihilangkan selama proses produksi ekstrak teh hijau.

Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan spesifikasi persyaratan mutu teh hijau

(29)

Tabel 1 Persyaratan mutu teh hijau untuk cemaran logam, arsen dan mikroba *

Cemaran Logam ppm

Pb Cu Zn Sn Hg

Maks. 2 Maks. 150

Maks. 40 Maks. 40 Maks. 0.03

Cemaran Arsen ppm

As Maks. 1

Cemaran Mikroba Angka lempeng total (koloni/gr) MPN Coliform (APM/gr)

3 x 103 < 3 * BSN, SNI 01-3945-1995

Ekstrak teh hijau termasuk dalam kelompok flavouring preparation sesuai dengan definisi yang diberikan oleh Council Directive 88/388/EEC, yaitu suatu produk selain dari pada senyawa kimia yang memiliki sifat perisa, yang kental atau tidak, yang

memiliki sifat perisa, yang diperoleh dengan proses fisik yang sesuai (termasuk distilasi

dan ekstraksi pelarut) atau dengan menggunakan enzym atau dengan proses

menggunakan mikrobiologi dari bahan yang berasal dari tanaman atau hewan, apakah

dalam bentuk mentah atau setelah mengalami pengolahan untuk konsumsi manusia

dengan proses pengolahan pangan tradisonal (termasuk pengeringan, torrefaction dan fermentasi), yang mana cemaran logam dan arsen ditetapkan sebagaimana dapat dilihat

pada Tabel 2.

Tabel 2 Cemaran logam dan arsen dalam flavouring preparation *

Cemaran Logam ppm

Pb Cd Hg

Maks. 10 Maks. 1 Maks. 1

Cemaran Arsen ppm

As Maks. 3

* Council Directive 1988

Serangga, tikus, nematode adalah kelompok utama hewan yang sering menginvestasi teh di Asia. Di Asia, negara penghasil teh yang paling penting adalah

India, China, Indonesia, Jepang, Bangladesh dan Taiwan. Tanaman teh adalah subyek

(30)

serangan serangga ini banyak digunakan pestisida pada saat penanaman teh. Karena

luas permukaan daun teh lebar dan interval antara pemberian pestisida dan pemanenan

cukup pendek, maka residu pestisida pada teh biasanya akan lebih tinggi dari tanaman

yang lain pada dosis pemakaian yang sama. Akan tetapi, pestisida biasanya dipakai

setelah pemanenan. Antara pemakaian pestisida dan konsumsi teh, jumlah yang sangat

besar dari pestisida akan berkurang selama fase pertumbuhan, pemrosesan teh pada

suhu tinggi dan juga selama penyiapan minuman teh. Hujan, penguapan, photolysis dan

biodegradasi juga merupakan salah satu penyebab residu pestisida berkurang. Selama

pemrosesan jumlah yang cukup besar dari pestisida akan berkurang karena penguapan

dan dekomposisi panas. Namun demikian resiko akan adanya residu pestisida dalam teh

hijau akan tetap ada (Muraleedharam 1992). FAO/WHO merekomendasikan residu

pestisida dalam teh seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Batas residu pestisida dalam teh *

Pestisida Maximum residue limit (MRL)

mg / kg teh Bromopropylate

Cartap

Chlopyrifos-methyl Cyhexatin

Cypermethrin Deltamethrin Dicofol

Endosulfan

Ethion Fenitrothion Methidathion Parathion-methyl Permethrin Propargite

5 20 0.1 2 20 10 5 30

7 0.5 0.1 0.2 20 10 * FAO/WHO dalam Muraleedharam 1992

Pemerintah R.I. melalui peraturan pemerintah R.I nomor 6 tahun 1995 tentang

batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian menetapkan batas maksimum

(31)

Tabel 4 Batas residu pestisida pada hasil pertanian *

Pestisida Maximum residue limit (MRL) mg / kg Endusulfan

Metidation Klorpirifos Fenitrotion Paration Cypermethrin Permethrin Deltamethrin

30 0.1 0.1 0.5 0.2 20 20 10 * PP RI No. 6 1995

B. KEAMANAN PANGAN EKSTRAK TEH HIJAU

Ekstrak teh hijau adalah produk ekstrak yang diperoleh dari proses ekstraksi

daun teh hijau (Camelia Sinensis L.) dengan menggunakan suatu pelarut tertentu. Cairan yang diperoleh dari proses ekstraksi ini selanjutnya dipekatkan dengan proses

evaporasi untuk menghasilkan produk ekstrak kental yang shelf stable, yang disebut produk ekstrak. Cara lain untuk memperoleh produk ekstrak yang tahan lama adalah

dengan melakukan spray drying produk ekstrak tersebut untuk menghasilkan produk akhir yang berbentuk powder. Saltmarsh (1992) menyatakan bahwa aspek mikrobiologi

dari proses pembuatan teh instan pernah dipelajari oleh Vanos et al pada tahun 1987

yang menemukan bahwa spesies Lactobacillus ada dalam proses namun pertumbuhan dari organisme ini dihambat dengan meningkatnya total padatan dari produk teh ekstrak

ini. Pertumbuhan Lactobacillus plantarum secara total terhambat pada total padatan ekstrak teh 60%. Hingga saat ini belum ada data kejadian keracunan pangan yang

disebabkan oleh produk berbasis teh.

Ekstrak teh memiliki sifat antimikroba (Tiwari et al 2005, Bandypadhyay et al

2005, Hamilton JMT-Miller 1995) dan anti kariogenik (Hamilton JMT-Miller 2001).

Yousef (2003) meneliti pengaruh penghambatan dari ekstrak dengan air panas dari teh

hitam dan teh hijau pada beberapa mikroorganisme berbahaya dan pembusuk

(32)

Staphylococcus aureus) dan bakteri gram negatip (Erwinia carotovora dan Escherichia coli). Secara umum, ekstrak teh hitam menunjukkan sifat anti kapang yang lebih kuat pada kapang yang diuji dari pada ekstrak teh hijau. Juga konsentrasi ekstrak yang lebih

tinggi dari ekstrak teh hitam dan teh hijau memberikan sifat anti kapang yang lebih kuat.

Akan tetapi, Staphylococus aureus adalah satu-satunya bakteri gram positif yang dihambat oleh konsentrasi ekstrak teh hitam yang lebih tinggi, sementara ekstrak teh

hijau tidak memberikan pengaruh penghambatan. Konsentrasi yang berbeda dari

ekstrak teh hitam menghambat baketri Gram negatip yaitu Erwinia carotovora dan E. coli, sementara ekstrak teh hijau pada konsentrasi 3 dan 4% menghambat hanya E. coli. C. lipolytica adalah satu-satunya khamir yang menunjukkan penghambatan pertumbuhan pada konsentrasi berbeda yang diujikan baik untuk ekstrak teh hitam

maupun teh hijau. Berdasarkan hasil ini disimpulkan bahwa ekstrak teh dapat

digunakan sebagai pengawet pangan alami untuk produk pangan organik olahan yang

disebabkan oleh kapang pembusuk.

Bandypadhyay et al (2005) melakukan pengujian sifat antimikroba ekstrak

methanol daun teh [Camellia sinensis (L) O. Kintze] terhadap 111 bakteri yang terdiri dari 2 genera Gram prositip dan 7 genera Gram negatip. Sebagian besar galur ini dihambat oleh ekstrak daun teh tersebut pada konsentrasi 10 – 50 ug/ml dan beberapa

galur bahkan sensitif pada konsentrasi yang lebih rendah (5 µg/ml). Urutan bakteri

berdasarkan sensitivitasnya dari yang paling sensitif terhadap ekstrak daun teh adalah :

Staphylococcus aureus, Vibrio cholerae, Escherichia coli, Shigella spp., Salmonella spp., Bacillus spp., Klebsiella spp. dan Pseudomonas aeruginosa. Aktivitas antibakteri dari esktrak daun teh ini juga dikonfirmasi secara in vivo. Pada saat pengujian ekstrak teh ini dengan tikus putih galur Swiss pada dosis yang berbeda (30, 60 µg/tikus),

ekstrak teh ini dapat secara signifikan melindungi tikus dari Salmonella typhimurium NCTC 74.

Aktivitas antimikroba dari ekstrak teh dengan pelarut air dan pelarut organik

terhadap Salmonella typhimurium 1402/84, Salmonella typhi, Salmonella typhi Ty2a, Shigella dysenteriae, Yersinia enteroliticia C770 dan Eschericia coli (EPC P2 1265) telah dipelajari oleh Tiwari et al (2005). Baik ektrak teh hijau maupun ekstrak teh hitam

secara efektif menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri yang diteliti tersebut. Hasil

studi juga menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba ekstrak teh hijau lebih baik jika

(33)

pertumbuhan mikroba dari ekstrak teh hijau yang lebih rendah jika dibandingkan

dengan ekstrak teh hitam. Aktivitas antimikroba esktrak teh dengan pelarut organik

(campuran methanol dan air dengan perbandingan 62.5 : 37.5 v/v) lebih baik jika

dibandingkan dengan pelarut air. Hal ini kemungkinan disebabkan karena lebih

tingginya kandungan catechin (30-40% b/b) dan sejumlah fraksi minyak disamping

fraksi yang larut air, jika dibandingkan dengan ekstraksi yang hanya menggunakan

pelarut air.

Proses ekstraksi untuk teh adalah sama dengan proses ekstraksi yang digunakan

dalam proses ekstrak kopi atau kopi instan. Banyak pelarut telah dicoba, namun air

tetap yang paling baik. Pelarut-pelarut petroleum telah digunakan untuk mengekstrak

wax dan minyak, dan alkohol untuk mengekstrak resin dan alkaloid. Idealnya teh

seharusnya diekstrak selama 5 hingga 6 menit dengan air mendidih. Waktu ekstraksi

yang lebih lama akan melarutkan dalam jumlah berlebihan tanin dan zat-zat terekstrak

lainnya yang rasanya kurang disenangi. Namun jika ekstraksi dilakukan dalam jumlah

besar akan sangat sulit untuk melakukan ekstraksi dalam waktu singkat. Oleh

karenanya dalam skala besar proses ekstraksi dilakukan secara berulang (Pintauro

1977).

C. SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO 22000

Sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000 adalah suatu sistem

manajemen keamanan pangan yang baru saja dikeluarkan oleh The International

Organization for Standardization (ISO) pada tanggal 1 September 2005. ISO 22000 ini

menetapkan persyaratan-persyaratan untuk sebuah sistem manajemen keamanan

pangan yang mengkombinasikan unsur-unsur kunci yang sudah banyak dikenal untuk

menjamin keamanan pangan sepanjang rantai pangan, hingga ke konsumen (ISO

2005a). Unsur-unsur kunci tersebut adalah Komunikasi Interaktif, Sistem manajemen,

Program Prasyarat (Prerequisite programmes), dan Prinsip-prinsip HACCP.

Komunikasi sepanjang rantai pangan sangat penting untuk memastikan bahwa

semua bahaya kemanan pangan yang sesuai diidentifikasi dan dikendalikan dengan

memadai pada setiap tahap dalam rantai pangan tersebut. Hal ini berarti bahwa

organisasi harus melakukan komunikasi baik dengan rantai pangan sebelumnya

(34)

berkaitan dengan langkah-langkah identifikasi dan pengendalian bahaya akan sangat

membantu organisasi dalam memberikan penjelasan kepada pemasok tentang

persyaratan-persyaratan bahan baku yang diperlukan maupun kepada konsumen tentang

cara-cara penanganan produk yang dihasilkan oleh organisasi.

Sistem keamanan pangan yang paling efektif adalah yang ditetapkan,

dioperasikan dan diperbaharui di dalam kerangka sistem manajemen yang terstruktur

dan dimasukkan ke dalam keseluruhan aktifitas manajemen dalam organisasi. Hal ini

akan memberikan manfaat yang optimal untuk organisasi dan pihak-pihak terkait. ISO

22000 ini telah disekutukan dengan ISO 9001 untuk meningkatkan kompatibilitas dari

kedua standar tersebut.

Dalam penerapannya, ISO 22000 ini dapat diterapkan secara terpisah dari

standar sistem manajemen yang lain, ataupun diintegrasikan dengan sistem manajemen

yang sudah ada, misalnya dengan ISO 9001. Dengan mengintegrasikan dalam sistem

manajemen yang sudah ada, maka organisasi bisa memberdayakan sistem manajemen

yang sudah diterapkan untuk mencakup manajemen keamanan pangan.

ISO 22000 mengintegrasikan prinsip-prinsip sistem HACCP dan penerapan langkah langkah yang dikembangkan oleh Codex Alimentarius Commission (CAC). Analisa bahaya adalah kunci untuk sebuah sistem manajemen keamanan pangan yang

efektif, karena dengan melakukan analisa bahaya akan membantu organisasi dalam

menetapkan langkah-langkah pengendalian yang efektif. ISO 22000 mempersyaratkan

bahwa semua bahaya yang mungkin ada dalam rantai pangan, termasuk bahaya yang

mungkin terkait dengan tipe proses dan fasilitas yang digunakan diidentifikasi dan

dikaji. Selama melakukan analisa bahaya, organisasi menentukan strategi yang

digunakan untuk menjamin pengendalian bahaya dengan mengkombinasikan program

prasyarat, program prasyarat operasionaldan rencana HACCP.

Dalam ISO (2005a), program prasyarat definisikan sebagai kondisi-kondisi dan

aktifitas-aktifitas dasar yang diperlukan untuk memelihara lingkungan yang higienis

diseluruh rantai pangan yang sesuai untuk proses produksi, penanganan dan penyediaan

produk yang aman untuk dikonsumsi. Sedangkan program prasyarat operasional

didefinisikan sebagai program prasyarat yang dalam analisa bahaya diidentifikasi

(35)

keamanan pangan ke dan atau kontaminasi atau perkembangbiakan bahaya keamanan

pangan di dalam produk atau lingkungan proses.

Standar internasional ini dimaksudkan untuk mengharmonisasikan pada tingkat

global persyaratan-persyaratan manajemen keamanan pangan untuk bisnis dalam rantai

pangan. Hal ini terutama ditujukan untuk penerapan oleh organisasi yang ingin mencari

sistem manajemen keamanan pangan yang lebih fokus, satu kesatuan dan terintegrasi.

Standar internasional ISO 22000 ini menetapkan persyaratan-persyaratan untuk sistem

manajemen keamanan pangan dimana sebuah organisasi dalam rantai pangan perlu

untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam mengendalikan bahaya kemanan

pangan untuk memastikan bahwa pangan yang dihasilkan adalah aman pada saat

dikonsumsi oleh konsumen. Standar ini bisa diterapkan untuk seluruh organisasi, baik

besar maupun kecil, yang terlibat dalam rantai pangan dan ingin menerapkan sistem

yang secara konsisten memberikan produk yang aman.

Standar internasional ini menetapkan persyaratan-persyaratan yang

memungkinkan organisasi untuk :

a. Merencanakan, menerapkan, mengoperasikan, memelihara dan

memperbaharui sebuah sistem manajemen keamanan pangan yang

dimaksudkan untuk memberikan produk yang aman untuk konsumen.

b. Mendemonstrasikan kesesuaian dengan peraturan-peraturan dan

perundang-undangan tentang keamanan pangan yang berlaku.

c. Mengevaluasi dan mengkaji persyaratan-persyaratan konsumen dan

mendemonstrasikan kesesuaian dengan persyaratan-persyaratan yang telah

disetujui dengan konsumen yang terkait dengan keamanan pangan, untuk

meningkatkan kepuasan pelanggan.

d. Secara efektif mengkomunikasikan persoalan keamanan pangan ke para

pemasok, pelanggan dan pihak-pihak lain yang relevan dalam rantai pangan.

e. Memastikan bahwa organisasi memenuhi kebijakan keamanan pangan yang

telah ditetapkan.

f. Mendemonstrasikan kesesuaian dengan pesyaratan standar internasional

kepada pihak-pihak yang terkait.

g. Mencari sertfikasi atau registrasi atas sistem manajemen keamanan pangan

yang telah diterapkan, oleh lembaga sertifikasi atau membuat deklarasi

(36)

Persyaratan-persyaratan dalam ISO 22000 ini adalah umum sifatnya dan

ditujukan untuk bisa diterapkan pada seluruh organisasi dalam rantai pangan tidak

memandang besar kecilnya organisasi maupun kompleksitasnya. Hal ini termasuk

organisasi yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam satu atau lebih

tahap dalam rantai pangan.

Organisasi yang secara langsung terlibat termasuk, tapi tidak terbatas pada,

produsen pakan ternak, pemanen hasil pertanian, petani, produsen bahan baku pangan, produsen pangan, pengecer, perusahaan jasa pangan, catering, perusahaan yang memberikan pelayanan kebersihan dan sanitasi, transportasi, pelayanan penyimpanan

dan distribusi. Organisasi lain yang terlibat secara tidak langsung dalam rantai pangan

termasuk, namun tidak terbatas pada, pemasok mesin dan peralatan, bahan pembersih

dan sanitasi, bahan pengemas dan bahan yang kontak dengan pangan lainnya.

Klausul-klausul atau ketentuan-ketentuan dalam ISO 22000 yang harus dipenuhi oleh organisasi

yang menerapkan standar ini adalah :

Klausul 4 Sistem Manajemen Keaman Pangan

4.1. Persyaratan Umum

4.2. Persyaratan Dokumentasi

Klausul 5 Tanggung Jawab Manajemen

5.1. Komitmen Manajemen

5.2. Kebijakan Kemanan Pangan

5.3. Sistem Perencanaan Manejemen Keamanan Pangan

5.4. Tanggung Jawab dan Wewenang

5.5. Pemimpin Tim Keamanan Pangan

5.6. Komunikasi

5.7. Kesiapan dan Tanggap Darurat

5.8. Tinjauan Manajemen

Klausul 6 Manajemen Sumberdaya

6.1. Penyediaan Sumberdaya

6.2. Sumberdaya Manusia

6.3. Infrastruktur

(37)

Klausul 7 Perencanaan dan Realisasi Produk yang Aman

7.1. Umum

7.2. Program prasyarat

7.3. Langkah pendahuluan untuk melakukan analisa bahaya

7.4. Analisa bahaya

7.5. Menetapkan program prasyarat operasional

7.6. Menetapkan rencana HACCP

7.7. Pembaharuan dari Informasi pendahuluan dan dokumen-dokumen penetapan

dan rencana HACCP 7.8. Perencanaan verifikasi

7.9. Sistem mampu telusur

7.10. Pengendalian ketidaksesuaian

Klausul 8 Validasi, verifikasi dan perbaikan sistem manajemen keamanan pangan

8.1. Umum

8.2. Validasi kombinasi langkah pengendalian

8.3. Pengendalian pengukuran dan pemantauan

8.4. Verifikasi sistem manajemen keamanan pangan

8.5. Perbaikan

ISO 22000 telah didesain untuk bekerja secara harmonis dengan ISO 9001 dan

standar-standar pendukungnya. ISO 9001 memberikan persyaratan-persyaratan untuk

sebuah sistem manajemen mutu yang dapat digunakan untuk penerapan internal oleh

organisasi, atau untuk sertifikasi, atau untuk tujuan kontrak. ISO 9001 fokus pada

keefektifan dari sistem manajemen mutu dalam memenuhi persyaratan pelanggan. ISO

22000 memberikan elemen-elemen penting dari sebuah sistem manajemen keamanan

pangan untuk tujuan yang serupa dengan ISO 9001 (ISO 2005b).

D. SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001

Standar ISO 9000 series dikembangkan untuk membantu organisasi, dari semua tipe dan ukuran, untuk menerapkan dan mengoperasikan sistem manajemen mutu.

Standar ini terdiri dari :

1. ISO 9000, mendeskripsikan dasar-dasar dari sistem manajemen mutu dan

(38)

2. ISO 9001, menetapkan persyaratan-persyaratan untuk sebuah sistem

manajemen mutu, yang mana sebuah organisasi perlu untuk

mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyediakan produk yang

memenuhi persyaratan pelanggan dan persyaratan-persyaratan perundangan

yang berlaku, dan dimaksudkan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.

3. ISO 9004, memberikan panduan yang mempertimbangkan baik efektifitas

dan efisiensi dari sistem manajemen mutu. Maksud dari standard ini adalah

perbaikan dari kinerja organisasi dan kepuasan pelanggan dan pihak-pihak

lain yang terkait.

4. ISO 19011, memberikan panduan dalam audit mutu sistem manajemen

lingkungan.

Standar-standar tersebut secara bersama-sama membentuk satu set

standar-standar sistem manajemen mutu yang saling berkaitan satu sama lain yang

memfasilitasi saling pengertian dalam perdagangan nasional dan internasional

(AS/NZS 2001a). 8 prinsip-prinsip manajemen mutu telah diidentifikasi dapat

digunakan oleh manajemen puncak untuk mengarahkan organisasi ke arah perbaikan

kinerja. Kedelapan prinsip manajemen mutu yang membentuk dasar untuk standar

sistem manajemen mutu dalam ISO 9000 series tersebut adalah sebagai berikut :

A. Fokus pelanggan

Organisasi bergantung pada pelanggan-pelanggan mereka dan oleh

karenanya harus memahami kebutuhan pelanggan saat ini dan yang akan

datang, memenuhi persyaratan-persyaratan pelanggan dan berupaya untuk

melebihi harapan pelanggan.

B. Kepemimpinan

Para pimpinan menetapkan arah dan tujuan organisasi. Mereka perlu

menciptakan dan memelihara lingkungan internal yang mana orang-orang

bisa terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan organisasi.

C. Kerterlibatan orang

Orang pada semua tingakatan adalah penting dalam sebuah organisasi dan

keterlibatan penuh mereka memungkinkan kemampuan mereka digunakan

(39)

D. Pendekatan proses

Hasil yang diinginkan bisa dicapai lebih efisien jika aktifitas dan

sumberdaya terkait dikelola sebagai sebuah proses.

E. Pendekatan sistem ke manajemen

Identifikasi, pemahamam dan pengelolaan proses-proses yang saling terkait

sebagai sebuah sistem berkontribuasi terhadap efektifitias dan efisiensi

organisasi dalam mencapai tujuannya.

F. Perbaikan berkelanjutan

Perbaikan berkelanjutan dari kinerja organisasi secara keseluruhan

seharusnya menjadi tujuan permanen dari organisasi.

G. Pendekatan faktual dalam pengambilan keputusan

Keputusan yang efektif didasarkan pada analisa data dan informasi

H. Hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan

Sebuah organisasi dan para pemasoknya adalah saling tergantung dan

hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan kemampuan

kedua pihak dalam menciptapkan sebuah nilai.

Pendekatan untuk pengembangan dan penerapan sebuah sistem manajemen

mutu terdiri dari beberapa langkah diantaranya :

a. Penentuan kebutuhan dan harapan pelanggan dan pihak-pihak lain yang

terkait.

b. Penetapan kebijakan mutu dan sasaran mutu organisasi

c. Penentuan proses dan tanggung jawab yang diperlukan untuk mencapai

sasaran mutu

d. Penentuan dan penyediaan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai

sasaran mutu.

e. Penetapan metode-metode untuk mengukur efektifitas dan efisiensi dari

setiap proses.

f. Penerapan metode-metode pengukuran untuk menentukan efektifitas dan

(40)

g. Penentuan cara-cara pencegahan ketidaksesuaian dan menghilangkan

penyebabnya.

h. Penetapan dan penerapan sebuah proses untuk perbaikan berkesinambungan

dari sistem manajemen mutu.

Sebuah organisasi yang mengadopsi pendekatan diatas menciptakan

kepercayaan diri dalam kemampuan proses dan kualitas produknya, dan memberikan

dasar untuk perbaikan berkelanjutan. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatkan

kepuasan pelanggan dan pihak-pihak lain yang terkait dan untuk kesuksesan organisasi.

Klausul-klausul atau ketentuan-ketentuan dalam ISO 9001 yang harus dipenuhi oleh

organisasi yang menerapkan standar ini adalah (AS/NZS 2001b) :

Klausul 4 Sistem Manajemen Mutu

4.1. Persyaratan Umum

4.2. Persyaratan Dokumentasi

Klausul 5 Tanggung Jawab Manajemen

5.1. Komitmen Manajemen

5.2. Fokus Pelanggan

5.3. Kebijakan Mutu

5.3. Perencanaan

5.4. Tanggung Jawab, Wewenang dan Komunikasi

5.6. Tinjauan Manajemen

Klausul 6 Manajemen Sumberdaya

6.1. Penyediaan Sumberdaya

6.2. Sumberdaya Manusia

6.3. Infrastruktur

6.4. Lingkungan Kerja

Klausul 7 Realisasi Produk

7.1. Perencanaan realisasi produk

7.2. Proses yang terkait dengan pelanggan

7.3. Desain dan pengembangan

(41)

7.5. Produksi dan penyediaan pelayanan.

7.6. Pengendalian peralatan pengukuran dan pemantauan

Klausul 8 Pengukuran, analisa dan perbaikan

8.1. Umum

8.2. Pengukuran dan pemanatauan

8.3. Pengendalian produk tidak sesuai

8.4. Analisa data

8.5. Perbaikan

E. PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN ISO 22000 BERBASIS DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001

Bagi perusahaan yang sudah menerapkan ISO 9001 namun akan menerapkan

sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000, maka jika penerapannya dilakukan

secara terpisah akan mengakibatkan ketidakefisienan dalam penerapannya. Hal ini

karena perusahaan harus mengelola dua buah sistem secara terpisah, yang mana pada

hakekatnya bisa diintegrasikan menjadi sebuah sistem manajemen yang bisa mencakup

baik untuk kepentingan mutu maupun keamanan pangan. Untuk melakukan integrasi

antara sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000 dan sistem manajemen mutu

ISO 9001 bisa dilakukan sebagai berikut :

1. Kebijakan dan Sasaran

Kebijakan perusahaan mencakup komitmen dari manajemen dalam mutu dan keamanan

pangan. Untuk mendukung kebijakan perusahaan tersebut, sasaran yang terukur

ditetapkan terkait dengan mutu dan keamanan pangan.

2. Perwakilan Manajemen

Satu orang bisa ditunjuk sebagai wakil dari manajemen puncak di dalam setiap

persoalan yang terkait dengan mutu dan keamanan pangan (jika memang

(42)

3. Dokumentasi

Manual perusahaan mencakup aspek mutu dan keamanan pangan. Banyak prosedur

terkait dapat dikelola dalam dokumen gabungan.

4. Audit

Lingkup internal audit mencakup baik mutu maupun keamanan pangan. External audit,

baik sertifikisi maupun surveillance visit bisa dilakukan untuk sekaligus untuk ISO 9001 dan ISO 22000.

5. Tinjauan Manajemen

Masukan dan keluaran dari Tinjauan Manajemen akan mencakup topik mutu dan

kemanan pangan yang terkait.

Agar manual perusahaan mencakup aspek mutu dan aspek keamanan pangan,

maka klausul-klausul yang berlaku baik untuk sistem manajemen mutu ISO 22000 dan

sistem manajemen mutu ISO 9001 harus dicakup seluruhnya dalam manual perusahaan

tersebut. Sebagai acuan dalam penyusunan manual perusahaan agar mencakup

klausul-klausul dari kedua sistem yang akan diintegrasikan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Cross references antara klausul ISO 9001:2000 dan klausul-klausul ISO 22000:2005 *

ISO 9001:2000 ISO 22000:2005

Pengenalan Umum

Pendekatan proses

Hubungan dengan ISO 9004 Kesesuian dengan sistem manajemen yang lain

Referensi normatif 2 2 Referensi normatif Istilah dan definisi 3 3 Istilah dan definisi

ISO 9001:2000 ISO 22000:2005

Sistem manajemen Mutu 4 4 Sistem Manajemen Kemanan Pangan

(43)

ISO 9001:2000 ISO 22000:2005

Pengendalian catatan 4.2.4 7.7

4.2.3

Pembaharuan informasi pendahuluan dan dokumen penentuan PRP dan HAACP plan Pengendalian catatan

Tanggung Jawab Manajemen 5 5 Tanggung jawab manajemen Komitmen manajemen 5.1 5.1 Komitmen manajemen

Fokus pelanggan 5.2 5.7 Kesiapan dan tanggap darurat Kebijakan mutu 5.3 5.2 Kebijakan keamanan pangan Perencanaan

Sasaran mutu

Perencanaan manajemen mutu

5.4 5.4.1 5.4.2 5.3

8.5.2

Perencanaan sistem manajemen keamanan pangan

Pembaharuan sistem manajemen keamanan pangan

Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi

Tanggung jawab dan wewenang Perwakilan manajemen

Tanggung jawab dan wewenang Pemimpin tim keamanan pangan Komunikasi internal

Manajemen Sumberdaya 6 6 Manajemen Sumberdaya Penyediaan sumberdaya 6.1 6.1 Penyediaan sumberdaya Sumberdaya manusia

Umum

Kompetensi, awareness dan pelatihan

Kompetensi, awareness dan pelatihan

Infrastruktur 6.3 6.3

7.2

Infrastruktur

Prerequisites programes (PRPs)

Lingkungan kerja 6.4 6.4

7.2

Lingkungan kerja

Prerequisites programes (PRPs) Realisasi produk 7 7 Perencanaan dan realisasi

produk yang aman Perencanaan realisasi produk 7.1 7.1 Umum

Proses terkait dengan pelanggan Penentuan persyaratan yang terkait dengan produk

Tinjauan persyaratan yang terkait dengan produk

Pengguna yang dituju

Diagram alur, tahapan proses dan langkah pengendalian

Komunikasi eksternal

Komunikasi eksternal Disain dan pengembangan

Perencanaan desain dan pengembangan

Input disain dan pengembangan

7.3 untuk melakukan analisa bahaya Analisa bahaya

(44)

ISO 9001:2000 ISO 22000:2005 Keluaran disain dan

pengembangan

7.3.3 7.6 Penetapan HACCP plan Tinjauan disain dan

pengembangan

7.3.4 8.4.2

8.5.2

Evaluasi hasil verifikasi individual

Pembaharuan sistem manajemen Keamanan pangan

Verifikasi disain dan pengembangan Validasi disain dan pengembangan

Pengendalian perubahan disain dan pengembangan

Validasi kombinasi langkah pengendalian

Komunikasi internal

Pembelian Proses pembelian Informasi pembelian

Verifikasi produk yang dibeli

7.4 7.4.1 7.4.2 7.4.3

7.3.3 Karakteristik produk

Penyediaan produksi dan jasa Pengendalian penyediaan produksi dan jasa

Validasi penyediaan produksi dan jasa

Identifikasi dan mampu telusur Barang milik pelanggan Pemeliharaan produk

Prerequisite programees (PRPs) HACCP plan

Validasi kombinasi langkah pengendalian

Sistem mampu telusur

Prerequisites programs (PRPs) Pengukuran, analisa dan

perbaikan

8 8 Validasi, verifikasi dan perbaikan sistem manajemen keamanan pangan

Umum 8.1 8.1 Umum

Pengukuran dan pemantauan

Kepuasan pelanggan Audit Internal

Pengukuran dan pemantauan proses

Pengukuran dan pemantauan produk

Verifikasi sistem manajemen keamanan pangan

Audit Internal

Sistem pengendalian Critical Control Point (CCP)

Evaluasi hasil verifikasi Individual

Pengendalian produk tidak sesuai 8.3 7.6.5

7.10

Tindakan jika hasil pengendalian melebihi Critical Limits (CP) Pengendalian ketidaksesuaian

Analisa data 8.4 8.2

8.4.3

Validasi kombinasi langkah pengendalian

Analisa hasil aktifitas verifikasi Perbaikan

(45)

F. PROGRAM PRASYARAT

Program prasyarat didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas dan kondisi-kondisi

dasar untuk keamanan pangan yang diperlukan untuk memelihara sebuah lingkungan

yang higienis di seluruh rantai pangan yang sesuai untuk proses produksi, penanganan

dan penyediaan produk akhir yang aman untuk dikonsumsi. Program prasyarat yang

diperlukan bergantung pada segmen rantai pangan yang mana organisasi beroperasi dan

tipe dari organisasi. Beberapa contoh istilah yang sesuai adalah : Good Agricultural Practices (GAP), Good Veterinarian Practices (GVP), Good Manufacturing Practices (GMP), Good Hygienic Practices (GHP), Good Production Practices (GPP), Good Distribution Practices (GDP) dan Good Trading Practices (GTP). Sedangkan Program prasyarat operasional didefinisikan sebagai prerequisite programme yang diidentifikasi

dalam analisa bahaya sebagai penting untuk mengendalikan kemungkinan masuknya

bahaya keamanan pangan ke dan atau kontaminasi atau pengembangbiakan bahaya

keamanan pangan dalam produk atau lingkungan proses produksi (ISO 2005a).

Sebelum penerapan HACCP, yang mana ISO 22000 didalamnya memasukkan prinsip-prinsip HACCP, organisasi perlu telah memiliki program prasyarat seperti good hygienic practices berdasarkan the Codex General Principles of Food Hygiene, Codex Codes of practice yang sesuai, dan persyaratan-persyaratan keamanan pangan yang sesuai (CAC 2003). Program prasyarat ini, termasuk pelatihan, seharusnya ditetapkan,

dioperasikan sepenuhnya dan diverifikasi untuk memperlancar kesuksesan penerapan

ISO 22000.

The Codex General Principles of Food Hygiene mengidentifikasi prinsip-prinsp food higien yang dapat diterapkan di seluruh rantai pangan (termasuk produksi primer

hingga konsumsen akhir), untuk mencapai tujuan dalam menjamin pangan yang aman

dan layak untuk dikonsumsi. Pengendalian-pengendalian dalam The Codex General Priciples of Food Hygiene ini diakui secara internasional sebagai penting untuk menjamin kemanan dan kelayakan pangan untuk dikonsumsi manusia.

Penggunaan standard dan codes of practices dari Codex oleh suatu negara/ pemerintah sifatnya discretionary (sesuai kebijaksanaan masing-masing negara). Dengan dibentuknya World Trade Organization (WTO) pada Januari 1995, persetujuan

(46)

diberlakukan. Untuk pertama kalinya, persetujuan ini memberikan dukungan hukum

yang kuat bagi negara / pemerintah untuk menggunakan standards dan code of practices dari Codex karena the SPS Agreement mengidentifikasi mereka sebagai referensi yang akan digunakan untuk mengukur persyaratan-persyaratan yang

digunakan oleh suatu negara / pemerintah tersebut (Stanton 2000).

Secara umum, tingkat perlindungan yang melekat dalam standard-standard

Codex diakui telah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagian besar, kalau tidak

semua, dari negar-negara anggota CAC, dan penggunaan standard lebih ketat harus

dipertimbangkan dengan hati-hati untuk memastikan validitas ilmiahnya dan untuk

meminimalkan pengaruh negatip pada perdagangan (Randell 2000).

Program prasyaratyang dicakup dalam The Codex General Principles of Food Hygiene (CAC 2003) adalah :

1. Produksi primer

Produksi primer seharusnya dikelola sedemikian rupa sehingga menjamin

bahwa pangan aman dan layak untuk pengguna yang dituju. Bilamana perlu, hal ini

termasuk :

a. Menghindari penggunaan area yang memiliki ancaman lingkungan terhadap

kemanan pangan.

b. Pengendalian kontaminan, hama dan penyakit dari binatang dan tanaman

sehingga tidak memiliki ancaman terhadap keamanan pangan.

c. Mengadopsi praktek-praktek dan langkah-langkah untuk menjamin bahwa

pangan diproduksi dibawah kondisi higienis yang sesuai.

Dasar pemikiran dari higiene pada produksi primer ini adalah untuk mengurangi

kemungkinan masuknya bahaya yang bisa berakibat buruk pada keamanan pangan atau

kelayakannya untuk dikonsumsi, pada tahap berikutnya dari rantai pangan. Beberapa

panduan yang diberikan dalam produksi primer ini antara lain Higiene lingkungan,

Produksi higienis dari sumber pangan, Penanganan, penyimpanan dan transportasi,

(47)

2. Establishment : Disain dan Fasilitas

Tergantung dari sifat operasi organisasi yang bersangkutan dan resiko yang

terkait dengannya, bangunan, peralatan dan fasilitas seharusnya berada atau diletakkan,

didisain dan dikonstruksi untuk menjamin bahwa :

a. Kontaminasi diminalkan

b. Disain dan tata letak memungkinkan dilakukannya pemeliharaan,

pembersihan dan disinfeksi yang sesuai dan meminimalkan kontaminasi

yang berasal dari udara.

c. Permukaan dan material yang digunakan, khususnya yang kontak dengan

pangan tidak beracun, jika perlu, tahan lama, dan mudah dipelihara dan

dibersihkan.

d. Jika sesuai, tersedia fasilitas yang sesuai untuk pengendalian suhu,

kelembaban dan lainnya.

e. Ada perlindungan terhadap serangan dan berlabuhnya hama.

Dasar pemikiran dari panduan ini adalah untuk memberikan perhatian pada

disain dan konstruksi yang higienis, dan juga lokasi jika sesuai, dan penyediaan fasilitas

yang sesuai, jika perlu untuk memungkinkan pengendalian bahaya yang efektif.

Beberapa hal yang dicakup dalam panduan ini diantaranya Lokasi, Bangunan dan

ruangan, Peralatan dan Fasilitas.

3. Pengendalian Operasi

Tujuan dari pengendalian operasi adalah untuk memproduksi pangan yang

aman dan layak untuk konsumsi manusia dengan :

a. Memformulasi persyaratan-persyaratan disain terkait dengan bahan baku,

komposisi, proses produksi, distribusi dan penggunaan oleh konsumen

untuk dipenuhi di dalam proses pabrikasi dan penanganan dari produk

pangan.

b. Mendisain, menerapkan, memantau dan meninjau efektifitas dari sistem

(48)

Alasan dari panduan ini adalah untuk mengurangi resiko produk yang tidak

aman dengan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menjamin keamanan dan

kelayakan pangan pada tahapan proses yang sesuai dengan pengendalian bahaya

pangan. Beberapa hal yang dicakup dalam panduan ini adalah Pengendalian bahaya

pangan, Aspek kunci sistem pengendalian higiene, Persyaratan bahan yang datang

(incoming material), Kemasan, Air, Manajemen dan pengawasan, Dokumentasi dan catatan, Prosedur penarikan kembali (recall).

4. Establishment : Pemeliharaan dan Sanitasi

Tujuan dari pemeliharaan dan sanitasi ini adalah untuk menetapkan sistem yang

efektif untuk :

a. Menjamin kecukupan dan kesesuaian pemeliharaan dan pembersihan.

b. Pengendalian hama

c. Pengelolaan limbah

d. Pemantauan efektifitas prosedur pemeliharaan dan sanitasi

Dasar pemikiran dari panduan ini adalah untuk menunjang keberlanjutan

pengendalian yang efektif dari bahaya pangan, hama, dan bahaya-bahaya lain yang

mungkin mengkontaminasi pangan. Beberapa hal yang diatur dalam panduan ini adalah

Pemeliharaan dan Pembersihan, Program pemebrsihan, Sistem pengendalian hama

(pest control), Pengelolaan limbah, Pemantauan efektifitas.

5. Establishment : Higiene personel

Tujuan dari higiene personel adalah untuk menjamin bahwa orang-orang yang

kontak secara langsung maupun tidak langsung dengan pangan tidak mungkin

mengkontaminasi pangan dengan :

a. Memelihara tingkat kebersihan personel yang sesuai

b. Berperilaku dan bekerja dengan cara yang baik.

Dasar pemikiran dari higiene personel ini adalah bahwa orang-orang yang tidak

menjaga tingkat kebersihan personel yang memadai, yang sedang memiliki suatu

penyakit atau kondisi atau yang berperilaku tidak sesuai, dapat mengkontaminasi

(49)

ini diantaranya Status kesehatan, Sakit dan luka, Kebersihan personel, Kebiasaan

personel, Pengunjung.

6. Transportasi

Tujuan dari panduan transportasi ini adalah agar langkah-langkah diambil

dimana perlu untuk :

a. Melindungi pangan dari sumber kontaminasi yang potensial

b. Melindungi pangan dari kerusakan yang bisa menyebabkan pangan tidak

layak untuk dikonsumsi

c. Memberikan sebuah lingkungan yang secara efektif mengendalikan

pertumbuhan mikroorganisme patogen atau pembusuk dan produksi toxin dalam pangan.

Dasar pemikirannya adalah bahwa pangan bisa menjadi terkontaminasi, atau

tidak mencapai tujuan yang diinginkan di dalam sebuah kondisi yang sesuai untuk

konsumsi, kecuali jika langkah pengendalian yang efektif dilakukan selama transportasi,

bahkan dimana langkah pengendalian higienis yang sesuai telah dilakukan pada tahap

rantai pangan sebelumnya. Beberapa hal yang diatur dalam panduan transportasi ini

adalah Umum, Persyaratan-persyaratan, Penggunaan dan pemeliharaan.

7. Informasi produk dan consumer awareness

Produk seharusnya memngandung informasi yang sesuai untuk menjamin

bahwa :

a. Informasi yang memadai dan mudah dibaca tersedia untuk orang berikutnya

dalam rantai pangan untuk memungkinkan mereka dalam menangani,

menyimpan, memproses, menyiapkan dan memajang produk secara aman

dan benar.

b. Lot atau batch dapat dengan mudah diidentifikasi dan ditarik kembali jika

(50)

Konsumen perlu memiliki cukup pengetahuan dalam food hygiene untuk memungkinkan mereka untuk :

a. Memahami pentingnya informasi produk

b. Membuat pilihan atas informasi yang telah diberikan sesuai dengan

kebutuhan individu.

c. Mencegah kontaminasi dan pertumbuhan atau daya tahan dari

mikroorganisame patogen melalui penyimpanan, penyiapan dan penggunaan

secara benar.

Dasar pemikirannya adalah bahwa informasi produk yang tidak mencukupi, dan

atau pengetahuan yang tidak mencukupi dari food hygiene, dapat menyebabkan produk ditangani secara salah pada tahap berikutnya dalam rantai pangan. Salah penanganan

seperti itu dapat menghasilkan penyakit, atau produk menjadi tidak layak untuk

dikonsumsi, sekalipun jika langkah pengendalian untuk food higiene telah dilakukan pada tahap rantai pangan sebelumnya. Beberapa hal yang diatur dalam panduan ini

adalah Identifikasi lot, Informasi produk, Pelabelan, Pendidikan konsumen.

8. Pelatihan

Orang-orang yang terlibat dalam operasi pangan yang secara langsung maupun

tidak langsung kontak dengan pangan seharusnya dilatih, dan atau diberikan petunjuk

pelaksanaan yang jelas dalam melaksanakan tugas-tugas yang mereka lakukan. Dasar

pemikirannya adalah bahwa pelatihan adalah sangat penting untuk setiap sistem food hygiene. Pelatihan higiene yang tidak mencukupi, dan atau perintah dan pengawasan atas semua orang yang terlibat di dalam pangan yang tidak memadai memeiliki

ancaman yang potensial terhadap keamanan dan kelayakan pangan untuk konsumsi.

Beberapa hal yang diatur dalam pelatihan ini adalah Awareness dan tanggung jawab, Program pelatihan, Instruksi dan pengawasan, Pelatihan penyegaran.

Beberapa program prasyarat lain yang bisa digunakan sebagai acuan oleh

industri manufacturing dibidang pangan adalah Pedoman Penerapan Cara Produksi Makanan Yang Baik (CPMB) yang dibuat oleh Direktorat Pengawasan Makanan dan

Minuman, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan

(51)

Bernard dan Parkinson (1999) menyampaikan bahwa disampaing hal-hal yang

diatur dalam CGMP, program prasyarat dapat memasukkan sistem-sistem yang lain seperti spesifikasi bahan baku, penanganan komplain pelanggan, program mampu

telusur dan program persetujuan pemasok. SSOP (sanitation standard operating procedures) dipersyaratkan oleh regulasi FDA dan USDA sebagai prerequisite untuk program HACCP (Corlett 1998).

Penentuan hal-hal apa saja yang perlu dikelola dalam program prasyarat dan apa

yang dimasukkan dalam program HACCP membutuhkan sebuah pertimbangan, dan sering sebuah keputusan yang sulit. Keputusan akan bergantung pada hasil analisa

bahaya dan kajian tim HACCP atas kajian resiko yang potensial untuk konsumen. Perbedaan dasar antara program prasyarat dan hal-hal yang dicakup dalam HACCP plan adalah (Bernard dan Parkinson 1998) :

a. Program prasyarat hanya berhubungan secara tidak langsung dengan

keamanan pangan, sedangkan HACCP plan semata-mata hanya berhubungan dengan keamanan pangan.

b. Program prasyaratbersifat lebih umum dan bisa diterapkan diseluruh pabrik

dengan berbagai lini produk, sedangkan HACCP plan didasarkan pada analisa bahaya untuk lini produk tertentu.

c. Kegagalan untuk memenuhi persyaratan program prasyarat jarang

menghasilkan bahaya kemanan pangan, sedangkan penyimpangan dari

critical limit HACCP plan menghasilkan suatu tindakan terhadap produk.

Beberapa hal yang diatur dalam CGMP (U.S. FDA 2006) adalah sebagai

berikut :

1. Personel

2. Bangunan pabrik dan lingkungannya

3. Operasi sanitasi

4. Pengendalian dan fasilitas sanitasi

5. Peralatan dan perlengkapan

6. Proses dan pengendalian

7. Penggudangan dan distribusi

8. Cacat alamiah atau tidak terhindarkan dalam pangan untuk konsumsi

(52)

Sedangkan dalam pedoman penerapan cara produksi yang baik (CPMB) yang

dikeluarkan oleh Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman, Direktorat Jendral

Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI (1996) diatur hal-hal

sebagai berikut :

1. Produksi primer / hulu (pengadaan bahan mentah)

2. Disain dan fasilitas pabrik

3. Bahan

4. Proses pengolahan

5. Bahan pengemas

6. Mutu produk akhir

7. Keterangan produk

8. Higiene dan kesehatan karyawan

9. Pemeliharaan dan program sanitasi

10.Penyimpanan

11.Transportasi

12.Laboratorium dan pemeriksaan

13.Manajemen dan pengawasan

14.Dokumentasi/pencatatan

15.Penarikan produk

16.Pelatihan dan pembinaan

G. SANITATION STANDARD OPERATING PROCEDURE (SSOP)

Sanitation standard operating procedure (SSOP) adalah prosedur tertulis yang harus digunakan oleh pemroses pangan untuk memenuhi kondisi dan praktek sanitasi di

(53)

Sanitasi adalah salah satu perequisites program yang penting untuk kesuksesan

impelementasi dan pemeliharaan program HACCP (Katsuma dan Jantschke, 1999). Sebuah program sanitasi yang baik akan mengendalikan banyak bahaya bilologi, kimia

dan fisik di dalam operasi pangan, yang mana kalau tidak, harus dimasukkan dalam

sistem HACCP. Upaya untuk memasukkan semua masalah higiene di dalam program HACCP akan membebani program dan akhirnya tidak bisa tertangani dengan baik. Namun, pengeluaran bahaya-bahaya yang memiliki resiko kecil seperti ini dari sistem

HACCP hanya bisa dibenarkan jika ada jaminan bahwa sanitasi dan program pendukung yang lain efektif.

Disamping aspek keamanan pangan dari sanitasi, kondisi yang saniter juga

menjamin produksi pangan yang tidak tercemar sehingga layak dan sesuai untuk

konsumsi manusia. Sanitasi yang baik meningkatkan kualitas produk dan umur simpan,

mengurangi biaya pemeliharaan, dan memberikan kontribusi dalam operasi yang

efisien. Operasi perusahaan pangan yang modern tidak mungkin bisa bertahan tanpa

program sanitasi yang efektif.

Berbeda dengan persepsi yang umum, sanitasi tidak terbatas pada pembersihan

(cleaning) peralatan. Meskipun peralatan yang bersih dan lingkungan pabrik yang bersih adalah penting untuk menghasilkan produk yang aman dan tidak tercemar, sama

pentingnya adalah praktek-praktek personel, fasilitas pabrik, operasi dan peralatan yang

didisain secara sesuai, langkah pengendalian hama dan praktek-praktek penggudangan.

Seluruh komoponen-komponen tersebut adalah program sanitasi umum yang diatur

dalam regulasi FDA (Food and Drug Administration) dan USDA (US Department of Agriculture).

SSOP yang tertulis direkomendasikan oleh FDA untuk seluruh pemroses ikan dan produk perikanan dan diperintahkan oleh USDA untuk seluruh pemroses daging

dan unggas. Prosedur tertulis yang lengkap perlu dikembangkan untuk seluruh pabrik

pangan, khususnya untuk operasi-operasi dimana sanitasi diidentifikasi sebagai

program prasyarat untuk kemanan pangan.

Kesuksesan pengelolaan program sanitasi melibatkan pendekatan proaktif dan

partisipasi dari seluruh karyawan pada semua tingkatan proses pengambilan keputusan.

Gambar

Tabel 3  Batas residu pestisida dalam teh *
Tabel 5  Cross references antara klausul-klausul ISO 9001:2000 dan klausul-klausul ISO 22000:2005 *
Gambar 1  Urutan logis untuk penerapan HACCP (CAC 2003)
Gambar 2  Pohon Keputusan (ISO 2005b)
+7

Referensi

Dokumen terkait