• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 0,5 cm.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 0,5 cm."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN

GURAMI Osphronemus gouramy LAC. UKURAN 0,5 CM

Erfan Lenawan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy LAC. UKURAN 0,5 CM,

adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, Maret 2009

Erfan Lenawan C14103065

(3)

RINGKASAN

Erfan Lenawan. Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 0,5 cm. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan IRZAL EFFENDI.

Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar dan juga merupakan ikan ekonomis penting yang menjadi sasaran utama peningkatan produksi dan pendapatan pembudidaya di Indonesia. Walaupun telah lama dibudidayakan, pemeliharaan ikan gurami yang dilakukan oleh petani masih secara tradisional dan sederhana. Peningkatan padat penebaran merupakan cara untuk meningkatkan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efisiensi tertinggi diantara padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L benih ikan gurami yang dipelihara di akuarium melalui evaluasi pertumbuhan, kelangsungan hidup, efisiensi pakan, hasil dan keuntungan usaha.

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan gurami bastar berumur 7 hari dengan panjang rata-rata 0,57+0,06 cm dan bobot rata-rata 0,013+0,0006 g. Ikan gurami dipelihara dalam 9 unit akuarium berukuran 60x29x33 cm yang diisi air masing-masing sebanyak 30 l (ketinggian air 16,7 cm). Selama penelitian, ikan diberi pakan berupa cacing sutera (Limnodrilus sp.) yang diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari sebanyak 8,87-14,64 g/akuarium/hari secara at satiation. Setelah 1 jam pemberian, pakan yang tersisa ditimbang kembali. Setiap hari dilakukan penyifonan kotoran dasar akuarium dan pergantian air sebanyak 75%. Rancangan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap), jumlah perlakuan sebanyak 3 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan.

Pada akhir penelitian dengan perlakuan 10, 15 dan 20 ekor/L diketahui bahwa, derajat kelangsungan hidup berturut-turut sebesar 90,33; 91,26; 86,72% laju pertumbuhan bobot harian sebesar 11,61; 11,34; 10,86%; pertumbuhan panjang mutlak sebesar 1,54; 1,49; 1,41 cm; koefisien keragaman panjang sebesar 4,74; 6,08; 6,29%; efisiensi pakan 34,47; 37,53; 38,33%; serta keuntungan usaha sebesar Rp 99.892,00; Rp 151.386,00 dan Rp 161.677,00.

Padat penebaran tidak mempengaruhi kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot, koefisien keragaman panjang dan efisiensi pakan, namun mempengaruhi nilai pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurami. Kualitas air yang diperoleh pada percobaan ini masih berada dalam kisaran kelayakan bagi pertumbuhan dan perkembangan benih ikan gurami. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk dilakukan percobaan padat tebar lebih dari 20 ekor/L yang disertai dengan peningkatan pengelolaan kualitas air. Untuk tujuan produksi disarankan padat tebar 20 ekor/L.

(4)

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN

GURAMI Osphronemus gouramy LAC. UKURAN 0,5 CM

ERFAN LENAWAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(5)

SKRIPSI

Judul : Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac.

Nama : Erfan Lenawan

Nomor Pokok : C14103065

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Tatag Budiardi Ir. Irzal Effendi, M.Si.

NIP. 132 169 277 NIP. 131 841 732

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Indra Jaya

NIP. 131 578 799

Tanggal Lulus :

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 0,5 cm” ini dapat diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dr. Tatag Budiardi selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. Irzal Effendi, M. Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Harton Arfah, M.Si. selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Hari Lilono dan Ibu Ernawati, Kakakku Erisa Hardiyani dan Adikku Hani Lidiawati atas kasih sayang, doa, dukungan semangat baik moril dan materi.

4. Pak Jajang dan Kang Abe atas bantuannya dalam mengukur paramater kualitas air, Mba Desi, Pak Marijanta, Kang Asep, Mba Yuli atas bantuannya dalam hal administrasi.

5. Rekan-rekan laboratorium SISTEK (Sistem dan Teknologi).

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan ini. Amin.

Bogor, Maret 2009

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, 7 Februari 1985, adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayah bernama Hari Lilono dan Ibu Ernawati. Pada 1997 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Polisi 5 Bogor. Pada 2000 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SLTPN 1 Bogor. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMUN 3 Bogor pada 2003, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Pertanian Bogor di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur melalui Jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Selama kuliah, penulis pernah aktif dalam organisasi HIMAKUA sebagai Staf Divisi Informasi dan Komunikasi 2005/2006. Selain itu, Penulis juga aktif menjadi Asisten Mata Kuliah Dasar-dasar Akuakultur 2007/2008. Penulis juga telah menjalani Praktek Pembenihan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) di Vizan Farm, Depok dan Praktek Pembesaran Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) di Jatiga Fish Farm, Bogor Juni-Agustus 2006.

Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul “Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 0,5 cm”.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR……….………... iv

DAFTAR LAMPIRAN………..………... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Tujuan……… 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)..……… 4

2.2 Pengaruh Padat Penebaran Ikan terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan……….. 6

2.3 Pengaruh Padat Penebaran Ikan terhadap Fisika Kimia Air... 9

2.4 Produksi……….. 11

(9)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil... 20

4.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup... 20

4.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak... 21

4.1.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian... 22

4.1.4 Koefisien Keragaman Panjang... 23

4.1.5 Efisiensi Pakan... 24

4.1.6 Fisika-Kimia Air... 25

4.1.7 Keuntungan Usaha... 27

4.2 Pembahasan... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 34

5.2 Saran... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Berbagai strain ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.)... 5 2. Pertumbuhan, derajat kelangsungan hidup dan efisiensi pakan benih

ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran yang berbeda... 7

3. Fisika kimia air dalam wadah pemeliharaan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran yang berbeda... 10

4. Kisaran kualitas air benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) di tandon dan wadah pemeliharaan dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 25

5. Keuntungan usaha pembenihan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 27

(11)

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN

GURAMI Osphronemus gouramy LAC. UKURAN 0,5 CM

Erfan Lenawan

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy LAC. UKURAN 0,5 CM,

adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, Maret 2009

Erfan Lenawan C14103065

(13)

RINGKASAN

Erfan Lenawan. Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 0,5 cm. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan IRZAL EFFENDI.

Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar dan juga merupakan ikan ekonomis penting yang menjadi sasaran utama peningkatan produksi dan pendapatan pembudidaya di Indonesia. Walaupun telah lama dibudidayakan, pemeliharaan ikan gurami yang dilakukan oleh petani masih secara tradisional dan sederhana. Peningkatan padat penebaran merupakan cara untuk meningkatkan produksi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efisiensi tertinggi diantara padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L benih ikan gurami yang dipelihara di akuarium melalui evaluasi pertumbuhan, kelangsungan hidup, efisiensi pakan, hasil dan keuntungan usaha.

Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan gurami bastar berumur 7 hari dengan panjang rata-rata 0,57+0,06 cm dan bobot rata-rata 0,013+0,0006 g. Ikan gurami dipelihara dalam 9 unit akuarium berukuran 60x29x33 cm yang diisi air masing-masing sebanyak 30 l (ketinggian air 16,7 cm). Selama penelitian, ikan diberi pakan berupa cacing sutera (Limnodrilus sp.) yang diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari sebanyak 8,87-14,64 g/akuarium/hari secara at satiation. Setelah 1 jam pemberian, pakan yang tersisa ditimbang kembali. Setiap hari dilakukan penyifonan kotoran dasar akuarium dan pergantian air sebanyak 75%. Rancangan yang digunakan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap), jumlah perlakuan sebanyak 3 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan.

Pada akhir penelitian dengan perlakuan 10, 15 dan 20 ekor/L diketahui bahwa, derajat kelangsungan hidup berturut-turut sebesar 90,33; 91,26; 86,72% laju pertumbuhan bobot harian sebesar 11,61; 11,34; 10,86%; pertumbuhan panjang mutlak sebesar 1,54; 1,49; 1,41 cm; koefisien keragaman panjang sebesar 4,74; 6,08; 6,29%; efisiensi pakan 34,47; 37,53; 38,33%; serta keuntungan usaha sebesar Rp 99.892,00; Rp 151.386,00 dan Rp 161.677,00.

Padat penebaran tidak mempengaruhi kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot, koefisien keragaman panjang dan efisiensi pakan, namun mempengaruhi nilai pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurami. Kualitas air yang diperoleh pada percobaan ini masih berada dalam kisaran kelayakan bagi pertumbuhan dan perkembangan benih ikan gurami. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk dilakukan percobaan padat tebar lebih dari 20 ekor/L yang disertai dengan peningkatan pengelolaan kualitas air. Untuk tujuan produksi disarankan padat tebar 20 ekor/L.

(14)

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN

GURAMI Osphronemus gouramy LAC. UKURAN 0,5 CM

ERFAN LENAWAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(15)

SKRIPSI

Judul : Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac.

Nama : Erfan Lenawan

Nomor Pokok : C14103065

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Tatag Budiardi Ir. Irzal Effendi, M.Si.

NIP. 132 169 277 NIP. 131 841 732

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Indra Jaya

NIP. 131 578 799

Tanggal Lulus :

(16)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya Skripsi yang berjudul ”Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 0,5 cm” ini dapat diselesaikan. Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Bapak Dr. Tatag Budiardi selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Ir. Irzal Effendi, M. Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Harton Arfah, M.Si. selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Hari Lilono dan Ibu Ernawati, Kakakku Erisa Hardiyani dan Adikku Hani Lidiawati atas kasih sayang, doa, dukungan semangat baik moril dan materi.

4. Pak Jajang dan Kang Abe atas bantuannya dalam mengukur paramater kualitas air, Mba Desi, Pak Marijanta, Kang Asep, Mba Yuli atas bantuannya dalam hal administrasi.

5. Rekan-rekan laboratorium SISTEK (Sistem dan Teknologi).

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi Penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan ini. Amin.

Bogor, Maret 2009

(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, 7 Februari 1985, adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayah bernama Hari Lilono dan Ibu Ernawati. Pada 1997 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Polisi 5 Bogor. Pada 2000 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SLTPN 1 Bogor. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMUN 3 Bogor pada 2003, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Pertanian Bogor di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur melalui Jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Selama kuliah, penulis pernah aktif dalam organisasi HIMAKUA sebagai Staf Divisi Informasi dan Komunikasi 2005/2006. Selain itu, Penulis juga aktif menjadi Asisten Mata Kuliah Dasar-dasar Akuakultur 2007/2008. Penulis juga telah menjalani Praktek Pembenihan Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus) di Vizan Farm, Depok dan Praktek Pembesaran Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) di Jatiga Fish Farm, Bogor Juni-Agustus 2006.

Tugas akhir di perguruan tinggi penulis selesaikan dengan menulis Skripsi yang berjudul “Pengaruh Padat Penebaran 10, 15 dan 20 Ekor/L terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ukuran 0,5 cm”.

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR GAMBAR……….………... iv

DAFTAR LAMPIRAN………..………... vi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Tujuan……… 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurami (Osphronemus gouramy)..……… 4

2.2 Pengaruh Padat Penebaran Ikan terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan……….. 6

2.3 Pengaruh Padat Penebaran Ikan terhadap Fisika Kimia Air... 9

2.4 Produksi……….. 11

(19)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil... 20

4.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup... 20

4.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak... 21

4.1.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian... 22

4.1.4 Koefisien Keragaman Panjang... 23

4.1.5 Efisiensi Pakan... 24

4.1.6 Fisika-Kimia Air... 25

4.1.7 Keuntungan Usaha... 27

4.2 Pembahasan... 28

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 34

5.2 Saran... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Berbagai strain ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.)... 5 2. Pertumbuhan, derajat kelangsungan hidup dan efisiensi pakan benih

ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran yang berbeda... 7

3. Fisika kimia air dalam wadah pemeliharaan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran yang berbeda... 10

4. Kisaran kualitas air benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) di tandon dan wadah pemeliharaan dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 25

5. Keuntungan usaha pembenihan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 27

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Derajat kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 20

2. Derajat kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20

ekor/L selama 28 hari... 21

3. Panjang (cm) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 22

4. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 22

5. Bobot (g) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 23

6. Laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 23

7. Koefisien keragaman panjang (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 24

8. Efisiensi pakan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 24

9. Konsentrasi oksigen terlarut (mg/liter) dalam wadah pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan kepadatan 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 25

10. Konsentrasi amoniak (mg/liter) dalam wadah pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan kepadatan 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 26

(22)
(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Komponen sistem pemeliharaan yang digunakan dalam percobaan... 39

2. Parameter yang diamati selama pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 40

3. Analisis statistik parameter derajat kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 42

4. Analisis statistik data parameter panjang (cm) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 43

5. Analisis statistik parameter bobot (g) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 44

6. Analisis statistik data parameter koefisien keragaman panjang (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 45

7. Analisis statistik data parameter efisiensi pakan (%) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 46

8. Parameter yang diamati selama pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 47

9. Parameter kualitas air media pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac,) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 48

10. Analisis usaha pembenihan gurami (Osphronemus gouramy Lac,) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari... 49

(24)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) merupakan salah satu komoditas budidaya air tawar penting yang menjadi sasaran utama peningkatan

produksi dan pendapatan di Indonesia. Ikan ini tersebar di kawasan tropis mulai

dari India sampai Semenanjung Malaya dan Indonesia (Direktorat Jendral

Perikanan dalam Wahyudy et al., 1992).

Pertumbuhan budidaya ikan gurami di tanah air dalam beberapa tahun

terakhir cenderung menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Jika dilihat

dari jumlah permintaan akan benih ikan gurami di pulau Jawa, pada tahun 1999

permintaan akan benih ikan gurame mencapai 843.412.000 ekor, pada tahun 2000

mencapai 746.416.000 ekor dan pada tahun 2001 mencapai 948.403.000 ekor

(www.dkp.go.id), sehingga diharapkan dapat memenuhi permintaan masyarakat

dan meningkatkan pendapatan petani. Hal tersebut sebagai dampak dari

berkembangnya "pola budidaya secara bertahap" atau lebih dikenal dengan

"segmentasi usaha" yang memungkinkan petani untuk dapat mengusahakan

gurami dari berbagai sektor (pembenihan, pendederan dan pembesaran).

Terdapat tiga kegiatan utama dalam produksi ikan gurami, yaitu

pembenihan, pendederan dan pembesaran. Pendederan merupakan suatu kegiatan

pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap ditebarkan di unit

produksi pembesaran atau benih yang siap jual (Effendi, 2004). Cara ini

memberikan peluang bagi petani untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu

yang relatif singkat dan menumbuhkan usaha dalam rangka menciptakan lapangan

kerja baru. Segmentasi usaha gurami di pasar dilakukan dengan memproduksi dan

menjual gurami dalam berbagai ukuran mulai dari sarang (telur gurami), gabah

(larva yang baru menetas, umur 1-12 hari, 0,5-1 cm), kuaci (30 hari, 1-1,5 cm),

kuku (2 bulan, 1,5-3 cm), silet (4 bulan, 3-5 cm), korek (5 bulan, 5-7 cm, 2 jari),

rokok (4 jari, 7-10 cm) dan tampelan (6 bulan, 15-18 cm, 4-6 ekor/kg).

Menurut Anonimous (2007), di tahun 2007 harga ikan gurami ukuran

konsumsi (sekitar 500 g/ekor) berkisar antara Rp 20.000-25.000/kg, jauh lebih

(25)

2

7.000/kg), ikan mas (Rp 7.000/kg), ikan patin (Rp 7.500/kg) dan ikan lele (Rp

7.000/kg). Pada tahun 2001, permintaan akan benih ikan gurami di pulau Jawa

mencapai 948.403.000 ekor, sedangkan produksi benih ikan gurami hanya

mencapai 344.600.000 ekor (www.dkp.go.id). Harga benih ikan gurami yang tetap

tinggi dikarenakan produksi (penawaran) belum mencukupi kebutuhan

(permintaan). Walaupun telah lama dibudidayakan, pemeliharaan ikan gurami

yang dilakukan oleh petani masih secara tradisional dan sederhana (Suseno dalam Wahyudy et al., 1992). Salah satu petani di daerah Cibeureum Bogor menerapkan padat tebar 0,78 ekor/L dengan wadah pemeliharaan berupa bak terpal berukuran

4x4x0,4 m yang diletakkan di lahan terbuka, pergantian air pun dilakukan apabila

terjadi pengurangan air akibat dari proses penguapan. Pemeliharaan benih tersebut

hanya mengandalkan pakan alami yang ketersediannya sangat bergantung pada

produktivitas kolam/bak. Selain itu benih juga terganggu oleh keberadaan

kompetitor dan predator sehingga dapat menurunkan hasil panen. Kualitas air

selama pemeliharaan pun kurang dijaga. Oleh sebab itu perlu dilakukan

peningkatan teknologi dan metode agar produksinya dapat ditingkatkan juga.

Salah satunya dengan cara meningkatkan padat penebaran dan sistem

pemeliharaan yang terkontrol.

Upaya peningkatan produksi melalui penelitian mengenai berbagai ukuran

benih ikan gurami dengan peningkatan padat tebar sebelumnya telah dilakukan

(Tabel 2). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sarah (2002), Bugri

(2006) dan Darmawangsa (2008) diketahui bahwa rata-rata nilai kelangsungan

hidup di atas 80% atau berkisar antara 83,31-96,10% dan pertumbuhan panjang

mutlak berkisar antara 1,23-2,89 cm. Pada petani yang menggunakan metode

pemeliharaan yang masih tradisional, rata-rata nilai kelangsungan hidup benih

yang diperoleh di bawah 80% dan nilai pertumbuhan panjang mutlak berkisar

antara 1-2,5 cm. Dari perbandingan nilai kelangsungan hidup dan pertumbuhan

panjang mutlak tersebut, diketahui bahwa produksi benih ikan gurami dengan

metode pemeliharaan yang lebih terkontrol dan padat tebar yang ditingkatkan

akan meningkatkan nilai kelangsungan hidup dan pertumbuhan panjang mutlak.

Pemeliharaan gurami secara terkontrol dan padat tebar yang ditingkatkan

(26)

3

gurami. Pendederan ikan gurami di akuarium memiliki keuntungan yaitu dapat

diusahakan dengan modal yang relatif kecil dan lahan yang terbatas, resiko

terserang penyakit lebih kecil, perawatan dan kesehatannya lebih terkontrol.

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Sarah (2002), yang

menggunakan benih ikan gurami berukuran 0,5 cm dengan padat tebar 2,5; 5; 7,5

dan 10 ekor/L. Pada hasil penelitian tersebut pertumbuhan dan kelangsungan

hidup masih cukup baik sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan

meningkatkan padat tebar agar produksi dan keuntungan yang diperoleh dapat

meningkat pula. Pada penelitian ini ukuran ikan yang digunakan sama dengan

penelitian Sarah (2002) tetapi dengan padat penebaran yang lebih tinggi yaitu 10,

15 dan 20 ekor/L.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efisiensi tertinggi diantara

padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara di akuarium melalui evaluasi pertumbuhan, kelangsungan

(27)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.)

Ikan gurami adalah ikan kultur air tawar yang dapat berkembang biak

secara alami, bersifat omnivora, hidup di air tergenang dan harganya relatif mahal.

Menurut Anonimous (2007), pada tahun 2007 harga ikan ini ukuran konsumsi

(sekitar 500 g/ekor) berkisar antara Rp 20.000-25.000/kg. Menurut Saanin (1984),

ikan gurami memiliki klasifikasi dan tatanama sebagai berikut :

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Labyrinthici

Subordo : Anabantoide

Family : Anabantidae

Genus : Oshpronemus

Spesies : Oshpronemus gouramy Lac.

Secara morfologi, ikan gurami memiliki bentuk badan pipih, agak panjang

dan lebar yang tertutup sisik yang kuat dengan tepi agak kasar, mulut kecil dan

dapat disembulkan serta memiliki alat pernafasan tambahan (labirin) berupa selaput berbentuk tonjolan pada tepi atas lapisan insang pertama yang berfungsi

untuk mengambil oksigen di udara. Dari kelebihan ini, ikan gurami mampu hidup

di perairan yang oksigen terlarutnya rendah. Pada ukuran dewasa (5-10 tahun),

seekor induk gurami dapat menghasilkan telur sebanyak 6.000 butir (Jangkaru,

1999).

Ikan gurami bersifat omnivora. Jenis makanan ikan gurami dibedakan

berdasarkan stadia umur. Makanan larva atau benih ikan gurami biasanya

diberikan berbagai jenis fitoplankton dan zooplankton antara lain Rotifera, Chlorella, Infusoria, Artemia dan Daphnia, sedangkan yang dewasa berupa daun tumbuhan yang lunak dan pakan buatan (Jangkaru, 1999). Berdasarkan umur dan

ukuran ikan, Syahlendra (1992) menguraikan bahwa benih ikan gurami sampai

dengan umur 10 hari (0,5 cm) hanya makan cadangan makanannya, umur 10

(28)

5

halus, umur 1,5-3,5 bulan (2-3 cm) mampu makan makanan hewani dan

tumbuh-tumbuhan halus seperti paku air (Azolla pinata).

Penyakit yang menyerang gurami pada umumnya adalah jamur

Saprolegnia dan bakteria, Aeromonas hydrophila, Pseudomonas spp. dan Enterobacter (Taufik et al, 1993).

Secara umum, terdapat beberapa strain ikan gurami seperti terlihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Berbagai strain ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.). Strain

Ikan Gurami

Karakteristik Produksi Telur

Jepun Ukuran tubuh lebih kecil, panjang 40-45 cm dengan bobot 3,5-4 kg, warna tubuh hitam dengan sisik kecil-kecil

2.000-3.000

butir/periode bertelur

Soang Panjang tubuh mencapai 65 cm dengan bobot 8 kg, pertumbuhan relatif lebih cepat, warna tubuh putih keperakan dengan kombinasi hitam dan merah

3.000-5.000

butir/periode bertelur

Bastar Sisik besar, warna tubuh agak kehitaman dengan kepala putih, pertumbuhan tergolong cepat

2.000-3.000

butir/periode bertelur

Bluesafir Warna tubuh merah muda cerah, berat maksimum hanya 2 kg/ekor

6.000 butir/periode bertelur

Paris Warna tubuh merah muda cerah, terdapat bintik hitam di sekujur tubuhnya, bobot maksimum hanya 1,5 kg/ekor

5.000 butir/periode bertelur

Porselen Warna tubuh merah muda cerah dengan bagian bawah tubuh putih, ukuran kepala relatif kecil

10.000 butir/periode bertelur

Kapas Warna tubuh putih keperakan seperti kapas, sisiknya kasar dan besar, bobotnya hanya mencapai 1,5 kg/ekor

3.000 butir/periode bertelur

Batu Warna tubuh hitam merata dan sisiknya kasar, pertumbuhannya tergolong lambat

2.000-3.000

butir/periode bertelur Sumber : Anonimous (2007)

Di habitat alami, ikan gurami memijah selama musim kemarau tetapi dapat

memijah sepanjang tahun bila dipelihara di kolam. Jumlah telur relatif sedikit,

yaitu berkisar antara 1500-3000 butir dalam satu kali pemijahan dengan derajat

tetas antara 90 % dan kelangsungan hidup benih/larva juga berkisar antara

(29)

6

29+1oC. Setelah 8 hari larva sudah dapat menerima pakan dari luar seperti

Artemia atau Moina dan pada hari ke 10 kuning telur telah terserap semua (Geisler et al., 1990). Hasil penelitian yang dilakukan Wahyudi dan Lim (1986) menunjukkan saat terbaik awal pemberian pakan pada benih gurami adalah

dimulai pada hari ke 10. Hal ini dilakukan agar benih gurami tetap mendapatkan

suplai makanan ketika kuning telurnya sudah habis.

Penyebaran ikan ini meliputi Indonesia, Thailand, Malaysia, Kamboja,

Vietnam, India, Pakistan, Srilangka, Filipina dan sekitar Indo Pasifik. Di

Indonesia, Osphronemus gouramy Lac. disebut juga guramih, kalau, kalui, kala, atau kalowo. Khusus di Pulau Jawa, budidaya ikan gurami telah dikembangkan

dan produknya telah diekspor ke beberapa negara seperti India, Filipina dan

Srilangka.

Ikan gurami tahan terhadap konsentrasi oksigen rendah, karena

mempunyai alat pernapasan tambahan (labirin). Di daerah tropik, ikan gurami dapat dibudidayakan hingga ketinggian 800 meter di atas permukaan laut.

Pertumbuhan terbaik ikan gurami diperoleh pada suhu air antara 24-280C,

sedangkan suhu air 150C akan membatasi pertumbuhan dan reproduksi ikan

gurami (Anonimous, 1995).

Usaha budidaya ikan gurami terdiri dari pembenihan, pendederan dan

pembesaran. Usaha pembenihan meliputi kegiatan pemeliharaan induk,

pemijahan, penetasan telur, dan perawatan larva hingga ukuran 0,5-1 cm.

Kegiatan pendederan meliputi pemeliharaan benih 0,5-1 cm hingga ukuran 15 cm,

sedangkan kegiatan pembesaran merupakan lanjutan dari pendederan. Benih dari

pendederan akan dibesarkan hingga mencapai ukuran konsumsi dengan bobot

rata-rata 500 g/ekor. Namun, penentuan ukuran panen pembesaran gurami juga

disesuaikan dengan permintaan konsumen karena ada juga konsumen yang

meminta ikan gurami berukuran di atas 1 kg/ekor (Anonimous, 2007) .

2.2 Pengaruh Padat Penebaran Ikan terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan

Padat penebaran ikan adalah jumlah ikan yang ditebar dalam wadah

budidaya per satuan luas atau volume (Hepher and Pruginin, 1981). Menurut

(30)

7

kesehatan ikan, terutama yang berasal dari bakteri dan parasit. Kepadatan tinggi

juga mengakibatkan terjadi akumulasi amonia dan berkurangnya oksigen dalam

kolam dan konsumsi oksigen oleh ikan.

Selain mempengaruhi kesehatan ikan, menurut Bardach et al. (1972), padat penebaran juga akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara

dalam kepadatan yang lebih rendah akan lebih agresif dibandingkan yang

dipelihara dalam kepadatan lebih tinggi. Ikan yang dipelihara dalam kepadatan

yang tinggi akan lambat pertumbuhannya karena tingginya tingkat kompetisi dan

banyaknya sisa-sisa metabolisme yang tertimbun di dalam air.

Tabel 1 menunjukkan pengaruh padat penebaran terhadap pertumbuhan,

kelangsungan hidup dan efisiensi pakan benih ikan gurami yang dipelihara pada

padat penebaran, ukuran dan wadah pemeliharaan yang berbeda. Menurunnya laju

pertumbuhan diakibatkan oleh adanya pencemaran akibat pembusukan sisa

makanan dan kotoran ikan yang dipelihara, juga adanya kanibalisme (Akhmad,

1988). Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal seperti genetik, umur, ketahanan penyakit dan efisiensi

pakan, sedangkan faktor eksternal berupa kualitas air, pakan, persaingan,

pemangsaan serta penyakit dan parasit (Sikong, 1982).

Tabel 2. Pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) berbagai ukuran yang dipelihara dalam akuarium dengan padat penebaran yang berbeda.

(31)

8

Kepadatan ikan dalam kolam dapat mempengaruhi pertumbuhan, karena

ketika kepadatan ikan relatif rendah dan populasi pakan alami mencakupi maka

pertumbuhan ikan berada dalam keadaan maksimal (Hepher and Pruginin, 1981).

Peningkatan padat penebaran sampai batas tertentu dalam suatu wadah

pemeliharaan ketika melewati batas tertentu akan mengganggu proses fisiologis

dan tingkah laku yang pada akhirnya menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan

hidup (Wedemeyer, 1996). Padat penebaran erat sekali hubungannya dengan

produksi dan pertumbuhan ikan (Hickling, 1971).

Pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ukuran panjang, bobot dan

volume dalam kurun waktu tertentu. Selanjutnya pertumbuhan juga mengandung

arti perbanyakan sel dan bertambahnya ukuran sel tubuh (Effendie, 1997).

Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi yang tersisa setelah digunakan

untuk metabolisme, gerak dan pemeliharaan tubuh.

Kelangsungan hidup adalah persentase jumlah ikan pada saat panen

dibandingkan dengan jumlah ikan saat tebar (Effendie, 1997). Tingkat

kelangsungan hidup ikan gurami masih rendah terutama pada tahap pendederan.

Pemeliharaan pada wadah yang terkontrol dapat mengurangi angka kematian, baik

yang disebabkan oleh penyakit, pemangsa atau hilang.

Menurut Akhmad (1988), padat penebaran yang tinggi dapat menyebabkan

kelangsungan hidup rendah. Stickney (1979) menyatakan bahwa selain

mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup, organisme yang dipelihara

pada padat penebaran tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelimpahan

parasit dan penyakit.

Pada pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi (intensifikasi), kondisi

lingkungan yang berubah antara lain menurunnya konsentrasi oksigen terlarut di

air dan meningkatkan limbah metabolisme, khususnya ammonia (Hepher and

Pruginin, 1981). Akibat secara langsung adalah menyebabkan kematian dan

secara tidak langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan, sehingga kedua

faktor tersebut dianggap sebagai faktor pembatas budidaya ikan. Berkurangnya

konsentrasi oksigen di air dapat menurunkan tingkat konsumsi pakan ikan, karena

oksigen sangat dibutuhkan untuk sumber energi bagi jaringan tubuh, aktivitas

(32)

9

Hepher dan Pruginin (1981) menyatakan bahwa peningkatan padat

penebaran ikan tanpa disertai peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan

kualitas air terkontrol akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ikan (critical standing crop) dan jika sampai batas tertentu (carrying capacity) maka pertumbuhan akan berhenti. Peningkatan hasil melalui peningkatan padat

penebaran hanya dapat dilakukan dengan pengelolaan pakan dan lingkungan

(Hepher dan Pruginin, 1981).

Perbedaan efisiensi pakan disebabkan oleh adanya stres sehingga

menurunkan keagresifan ikan (Bardach et al., 1972). Stres meningkat cepat apabila batas daya tahan tubuh ikan sudah tercapai atau terlewati. Dampak stres

ini mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan selanjutnya terjadi

kematian. Kondisi ikan yang tidak agresif dan tidak berdaya, disertai dengan

kurangnya oksigen akan mengurangi penggunaan energi tubuh. Hal ini

mengakibatkan pertumbuhan tubuh akan menurun karena sebagian energi yang

seharusnya digunakan untuk pertumbuhan beralih untuk pemeliharaan tubuh.

2.3 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Fisika, Kimia dan Biologi Air

Kualitas air dalam budidaya ikan adalah kumpulan dari sifat-sifat kimia

dan fisika termasuk mineral dan gas terlarut serta partikel yang terlarut dalam air

(Saptoprabowo, 2000). Air sebagai media ikan memiliki peranan yang sangat

penting baik kualitas maupun kuantitasnya. Sifat fisika, kimia dan biologi air

mencakup mineral, gas terlarut, partikel tersuspensi serta jasad renik dalam air

(Meade, 1989). Adanya peningkatan padat penebaran dalam suatu wadah yang

terbatas dapat mengakibatkan terjadinya perubahan fisika, kimia dan biologi air,

karena pada kondisi padat penebaran ikan yang semakin tinggi maka konsumsi

oksigen dan akumulasi bahan buangan metabolik ikan akan semakin tinggi

(Stickney, 1979).

Pada dasarnya, pengawasan terhadap kualitas air pada sistem air mengalir

bertujuan untuk menghilangkan zat yang tidak diinginkan dan menambahkan yang

dibutuhkan (Zonneveld et al., 1991). Jika faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan maka peningkatan padat penebaran akan mungkin dilakukan tanpa

(33)

10

menunjukkan pengaruh padat penebaran terhadap fisika kimia air pada penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya.

Tabel 3. Fisika kimia air dalam wadah pemeliharaan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) berbagai ukuran yang dipelihara dalam akuarium dengan padat penebaran yang berbeda.

Padat Tebar

1,52-6,51 6,21-6,90 30-33,6 TD-0,005

Sarah, (2002)

1,21-5,19 7,12-7,51 28-29 0,001-0,17

Bugri (2006)

10 3,06-7,73 7,01-7,73 28-29 0,001-0,075 15 3,68-7,17 6,59-7,77 28-29 0,001-0,095 20

230

2,17-6,69 7,10-7,77 28-29 0,002-0,094

Darmawangsa, (2008)

Menurut Stickney (1979) suplai oksigen di perairan sebaiknya berbanding

lurus dengan kepadatan ikan dan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan.

Konsentrasi oksigen terlarut dalam air bagi kehidupan ikan minimal tersedia

sebanyak 5 ppm. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh biota air untuk proses respirasi

dan pembakaran bahan makanan dalam tubuh dan bagi lingkungan untuk proses

oksidasi amoniak dan nitrit. Keterbatasan jumlah oksigen di air menimbulkan

persaingan ikan dengan jasad renik dan makhluk hidup air lainnya untuk

memperoleh oksigen. Kelarutan oksigen yang rendah di air mengakibatkan laju

dekomposisi bahan organik yang berasal dari sisa pakan dan buangan

metabolisme oleh bakteri terhambat, sehingga amoniak terus meningkat dan pH

semakin basa. Meskipun demikian konsentrsi oksigen terlarut 4,21-5,43 ppm

masih dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik bagi

benih ikan gurami dengan bobot individu sekitar 10 mg atau berumur 10 hari

(34)

11

Amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein yang dikeluarkan oleh

insang dan melalui feses. Dalam bentuknya yang tidak terionisasi (NH3) amonia

merupakan racun bagi ikan walaupun pada konsentrasi rendah (Zonneveld et al., 1991). Daya toksik NH3 meningkat sejalan dengan meningkatnya pH dan suhu

(Boyd, 1982). Menurut Wardoyo (1975), konsentrasi NH3 yang baik pada

budidaya adalah kurang dari 0,1 ppm. Ikan tahan terhadap amonia karena dapat

menyesuaikan diri namun toksisitas amonia dapat terjadi pada lingkungan yang

buruk pH >8.

Menurut Anonimous (1995), pH yang baik untuk pertumbuhan ikan

gurami adalah 6,2-7,8. Sembilan puluh persen perairan alami memiliki kisaran pH

sebesar 6,7-8,2 dan ikan sebaiknya tidak dipelihara pada perairan dengan pH di

luar kisaran 6,5-9,0 (Schmittou dan Emeritus, 1993). Alkalinitas berperan sebagai

kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Menurut Anonimous, 1995) benih ikan gurami dapat hidup dengan baik pada perairan yang

beralkalinitas 14-100 mg/l CaCO3.

Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi laju metabolisme dan

kelarutan gas dalam air. Menurut Brown (1957), suhu air mempunyai arti penting

bagi organisme perairan, terutama ikan, karena berpengaruh terhadap laju

metabolisme dan pertumbuhan. Ikan cenderung makan lebih banyak dan tumbuh

lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Meningkatnya suhu akan meningkatkan

kebutuhan pokok/basal karena ikan lebih aktif sehingga kebutuhan ikan akan

makanan juga meningkat. Ikan gurami dapat hidup dengan baik pada suhu air

26,5-32,3 oC. Namun, menurut Hermanto dalam Bugri (2006) benih gurami lebih tahan terhadap suhu antara 30-34 oC daripada suhu 25 oC. Menurut Suparyani

(1994), benih ikan gurami berukuran 2,3 gram yang dipelihara pada suhu konstan

32oC dan diberi pakan dengan kadar protein 45% menghasilkan laju pertumbuhan

yang semakin meningkat dengan semakin meningkatnya tingkat pemberian pakan.

2.4 Produksi

Memproduksi ikan berarti mempertahankan ikan agar tetap hidup, tumbuh

dan berkembang biak dalam waktu sesingkat mungkin hingga mencapai ukuran

(35)

12

bilamana ikan dapat dipelihara dalam padat penebaran tinggi yang diikuti dengan

pertumbuhan yang tinggi.

Hepher dan Pruginin (1981) menyatakan bahwa hasil panen per satuan

luas merupakan fungsi dari laju pertumbuhan ikan dan tingkat padat penebaran

ikan. Peningkatan padat tebar dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan ikan,

tetapi selama penurunannya tidak terlalu besar dibandingkan peningkatan padat

tebar maka produksi akan tetap meningkat. Ketika penurunan pertumbuhan yang

terjadi semakin besar maka penurunan produksi akan terjadi hingga mencapai

tingkat pertumbuhan nol. Ini berarti bahwa hasil ikan yang ditebar telah mencapai

nilai carrying capacity atau daya dukung maksimum wadah budidaya. Hatimah et al. (1992) menyatakan bahwa padat penebaran yang tinggi akan menghasilkan produksi yang tinggi namun berat individunya kecil. Sebaliknya dengan padat

penebaran rendah akan menghasilkan produksi yang rendah tetapi berat individu

(36)

13

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 28 hari pada bulan Agustus 2008

sampai dengan September 2008 bertempat di Laboratorium Sistem dan Teknologi

Budidaya Perairan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Wadah

Wadah yang digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan adalah

akuarium berukuran 60x29x33 cm sebanyak 12 unit yang diisi air masing-masing

sebanyak 30 liter (ketinggian air 17,3 cm). Setiap akuarium dicuci bersih

kemudian diisi air serta ditempatkan termostat yang diatur pada suhu 29oC dan

dua titik aerasi untuk suplai oksigen.

3.2.2 Ikan Uji

Ikan yang digunakan adalah larva gurami bastar berumur 7 hari yang

berasal dari Desa Cibatok, Kecamatan Leuwiliang, Bogor dengan bobot awal

rata-rata 0,013+0,0006 g dan panjang 5,69+0,07 mm. Larva ditempatkan pada tiap

akuarium dengan padat tebar 10, 15 dan 20 ekor/L dengan masing-masing tiga

ulangan.

3.2.3 Pakan

Pakan berupa cacing sutera (Limnodrilus sp.) mulai diberikan ad satiation (pakan sekenyangnya) pada hari ketiga pemeliharaan (larva berumur 10 hari)

setiap pagi dan sore hari. Pakan yang tersisa setiap hari ditimbang dan dicatat.

Cacing tersebut berasal dari alam yang dibeli dari penjual cacing di Desa

(37)

14

3.3 Metode Penelitian 3.3.1 Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 3 perlakuan, yaitu padat tebar 10, 15 dan 20 ekor/L dengan

masing-masing 3 ulangan. Model yang digunakan sesuai dengan Steel dan Torrie

(1991), yaitu :

ij i ij

Y =μ+τ +ε

Keterangan : Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Nilai tengah dari pengamatan

τ = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i

εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan

ulangan ke-j

3.3.2 Pelaksanaan Penelitian 3.3.2.1 Persiapan Wadah

Tahap persiapan wadah meliputi pencucian akuarium, pengeringan

akuarium dan pengisian air. Setiap akuarium dicuci bersih kemudian dikeringkan

dan diisi air serta ditempatkan termostat yang diatur pada 29 oC dan dua titik

aerasi untuk suplai oksigen.

3.3.2.2 Penebaran Benih

Penebaran benih dilakukan ketika suhu air di dalam akuarium stabil pada

28-29oC yakni setelah didiamkan 2-3 hari untuk menstabilkan kondisi air agar

sesuai dengan media pemeliharaan sebelumnya sehingga benih yang ditebar lebih

mudah beradaptasi. Sebelum ditebar dilakukan pengambilan contoh bobot dan

panjang benih sebanyak 30 ekor/akuarium untuk mengetahui ukuran awal

penebaran. Sesuai dengan rancangan percobaan, jumlah benih yang ditebar pada

wadah pemeliharaan untuk perlakuan 10 ekor/L sebanyak 300 ekor/akuarium,

perlakuan 15 ekor/L sebanyak 450 ekor/akuarium, dan perlakuan 20 ekor/L

(38)

15

3.3.2.3 Pemberian Pakan

Pakan yang diberikan berupa cacing sutera yang dibersihkan terlebih

dahulu dan diletakkan pada wadah dengan air mengalir. Pakan diberikan 2 kali

sehari yaitu pagi dan sore hari secara at satiation (sekenyangnya). Sebelum diberikan pakan direndam dalam larutan kalium permanganat untuk mencegah

penyebaran penyakit maupun bakteri dari asal habitat cacing tersebut. Setelah itu,

pakan ditimbang dan setelah 1 jam pemberian, pakan yang tersisa ditimbang

kembali.

3.3.2.4 Pengelolaan Kualitas Air

Setiap hari dilakukan penyifonan kotoran dasar akuarium dan pergantian

air 75%, yaitu 50% pagi dan 25% sore dari total volume air pemeliharaan.

Pergantian air pada pagi lebih besar daripada sore, hal ini dilakukan karena pada

malam sebelumnya akumulasi buangan metabolit akan lebih besar dibandingkan

akumulasi buangan metabolit pada pagi hingga sore. Kegiatan tersebut dilakukan

sebelum pemberian pakan. Untuk pergantian air digunakan air yang telah

diendapkan dan diaerasi dalam tandon. Pada tandon, digunakan juga termostat

sehingga suhu air pada tandon sama dengan suhu air pada akuarium pemeliharaan.

Kotoran pada dasar akuarium dibersihkan dengan cara disedot menggunakan

selang berdiameter 5/8” yang ujungnya dipasang saringan agar ikan tidak tersedot.

Setelah itu dilakukan pembuangan air dengan selang berukuran 3/4” yang

ujungnya dipasang saringan juga sampai volume yang diinginkan kemudian

dilakukan pengisian air yang berasal dari tandon dengan menggunakan pompa

secara perlahan. Untuk mengetahui parameter kualitas air dilakukan pengukuran

seminggu sekali, yang meliputi parameter suhu dengan menggunakan termometer,

konsentrasi oksigen terlarut (DO) dengan menggunakan DO-meter, pH dengan

menggunakan pH-meter, amoniak dengan metode phenate, dan alkalinitas dengan

metode titrasi.

3.3.2.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama 28 hari. Untuk mengetahui laju

pertumbuhan ikan, dilakukan pengambilan contoh (sampling) seminggu sekali

(39)

16

sebagai contoh sebanyak 30 ekor/akuarium. Tingkat kelangsungan hidup dihitung

dari jumlah ikan yang mati setiap hari selama masa pemeliharaan berlangsung.

Parameter kualitas air yang diamati adalah oksigen terlarut, pH, amonia

dan suhu. Untuk menjaga agar kualitas air tetap baik, setiap hari dilakukan

penyiponan dan pergantian air.

3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

Dalam penelitian ini dikumpulkan data parameter produksi dan kualitas

air. Data yang terkait dengan parameter produksi ikan meliputi bobot, panjang,

jumlah ikan dan jumlah pakan. Data tersebut kemudian digunakan untuk

menghitung parameter kerja yang meliputi derajat kelangsungan hidup,

pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan bobot harian, koefisien

keragaman panjang dan efisiensi pakan.

3.4.1 Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup (survival rate) adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup hingga akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal

pemeliharaan. Untuk menghitung kelangsungan hidup (survival rate) digunakan rumus dari Goddard (1996) :

%

= Jumlah benih di akhir pemeliharaan (ekor)

t

N

N0 = Jumlah benih di awal pemeliharaan (ekor)

3.4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak adalah gambaran perubahan panjang

rata-rata individu pada tiap perlakuan dari awal hingga akhir pemeliharaan.

Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ditentukan berdasarkan selisih panjang akhir

( ) dengan panjang awal ( ) pemeliharaan dengan rumus dari Effendi (1979) :

t

L _

0

(40)

17

Keterangan : Pm = Pertumbuhan panjang mutlak (cm) = Panjang rata-rata akhir (cm)

t

3.4.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan bobot harian (%) ditentukan berdasarkan selisih bobot

rata-rata akhir (ϖt) dengan bobot rata-rata awal (ϖo) pemeliharaan dan dibandingkan dengan waktu pemeliharaan dengan rumus dari Huisman (1987) :

α

=

1×100%

Keterangan : α = Laju pertumbuhan bobot harian (%)

t

ϖ = Bobot rata-rata akhir percobaan (g)

o

ϖ = Bobot rata-rata awal percobaan (g) t = Waktu pemeliharaan (hari)

3.4.4 Koefisien Keragaman Panjang

Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan, yang

dinyatakan dalam koefisien keragaman. Keragaman nilai ini merupakan

persentase dari simpangan baku panjang ikan contoh terhadap nilai tengahnya

dengan rumus menurut Steel dan Torrie (1991) :

=

kk

(

S

)

×100%

Keterangan : kk = Koefisien keragaman panjang S = Akar ragam contoh

γ = Rata-rata contoh

3.4.5 Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan ditentukan berdasarkan selisih biomassa ikan pada akhir

(41)

18

dengan biomassa awal ( ) dan dibandingkan dengan jumlah pakan ( ) yang

telah dimakan sampai akhir pemeliharaan. Jumlah pakan yang dimakan dihitung

berdasarkan selisih bobot pakan sebelum diberikan dengan bobot sisa pakan pada

media pemeliharaan setelah 1 jam pemberian pakan. Untuk menghitung efisiensi

pakan digunakan rumus menurut Zonneveld et al. (1991) : 0

= Biomassa total ikan mati (g)

d

W

= Biomassa total awal (g) 0

W

F = Jumlah total pakan selama pemeliharaan (g)

3.4.6 Keuntungan Usaha

Keuntungan usaha dihitung berdasarkan selisih antara pendapatan yang

diperoleh dengan biaya usaha yang dikeluarkan pada setiap padat penebaran benih

ikan gurami yang digunakan. Padat penebaran yang paling optimal diperoleh

berdasarkan kepada keuntungan yang paling tinggi. Penerimaan bergantung pada

jumlah ikan yang dijual dan harga. Harga ikan ditentukan oleh ukuran dan mutu

atau varietas. Penerimaan dapat dihitung dengan rumus:

P = N x H

Keterangan : P = Penerimaan

N = Jumlah ikan yang dijual

H = Harga

Biaya adalah total biaya yang dikeluarkan baik dari persiapan alat dan

bahan hingga pemanenan. Biaya dihitung dengan menjumlah seluruh biaya yang

dikeluarkan selama pemeliharaan. Keuntungan diperoleh berdasarkan selisih

pendapatan dengan biaya. Keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan

(42)

19

U = P – B

Keterangan : U = Keuntungan

P = Penerimaan

B = Biaya

3.4.7 Analisis Data

Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis

menggunakan program Ms. Excel, Ms. Office 2003 dan SPSS 13, yaitu meliputi :

1. Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95%, yang

digunakan untuk menentukan apakah perlakuan berpengaruh terhadap derajat

kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang

mutlak, efisiensi pakan, dan koefisien keragaman panjang. Apabila perlakuan

diputuskan berbeda nyata (F-hitung > F-tabel) maka untuk melihat perbedaan

antar perlakuan akan diuji lanjut dengan menggunakan uji Tukey pada selang

kepercayaan 95%.

2. Analisis deskripsi, digunakan untuk menjelaskan kelayakan media

pemeliharaan bagi kehidupan benih ikan bawal selama penelitian, yang

(43)

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pengambilan contoh dilakukan setiap minggu menghasilkan data bobot

rata-rata, panjang rata-rata, jumlah ikan yang mati, jumlah pakan dan kualitas air.

Dari pengolahan data didapatkan parameter-parameter yang dijadikan bahan

pembahasan, yaitu kelangsungan hidup, pertumbuhan ikan, efisiensi pakan, serta

kelayakan kualitas air.

4.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup benih ikan gurami selama 28 hari

pemeliharaan pada masing-masing perlakuan berkisar antara 86,72 hingga 91,26%

(Gambar 2). Dari hasil analisis ragam didapatkan bahwa perlakuan padat tebar

tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap derajat kelangsungan hidup

(p>0,05) (Lampiran 3).

80

(44)

21

Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata pada selang

kepercayaan 95%

Gambar 2. Derajat kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari.

4.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak

Pertumbuhan panjang mutlak (cm) yang diperoleh pada semua tingkat

kepadatan berkisar antara 1,41 hingga 1,54 cm (Gambar 8), sedangkan panjang

rata-rata akhir ikan berkisar antara 1,98 – 2,10 cm (Gambar 4). Pertumbuhan

panjang selama pemeliharaan cenderung meningkat (Gambar 4). Hasil analisis

ragam untuk pertumbahan panjang mutlak menunjukkan bahwa padat penebaran

berpengaruh nyata (P<0.05). Setelah diuji lanjut, nilai pertumbuhan panjang

mutlak pada padat penebaran 10 ekor/L lebih tinggi daripada padat penebaran 20

ekor/L (P<0,05), sedangkan pada padat penebaran 15 ekor/L tidak berbeda dengan

padat penebaran 10 ekor/L dan 20 ekor/L (P>0,05) (Lampiran 4). Pertumbuhan

panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan padat tebar 10 ekor/L dan

(45)

22

Gambar 3. Panjang (cm) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari.

Keterangan : Huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata pada selang kepercayaan 95%

Gambar 4. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari.

4.1.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju pertumbuhan bobot harian yang diperoleh pada semua tingkat

kepadatan berkisar antara 10,86% hingga 11,61% cm (Gambar 6), sedangkan

bobot rata-rata benih ikan gurami pada akhir masa pemeliharaan berkisar antara

0,21 hingga 0,28 gram (Gambar 5). Hasil analisis ragam untuk laju pertumbuhan

bobot harian menunjukkan bahwa padat penebaran tidak berpengaruh nyata

(46)

23

Gambar 5. Bobot (g) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari.

Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata pada selang kepercayaan 95%

Gambar 6. Laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari.

4.1.4 Koefisien Keragaman Panjang

Koefisien keragaman panjang benih ikan gurami selama 28 hari

pemeliharaan pada masing-masing perlakuan berkisar antara 4,74 hingga 6,29%

(Gambar 7). Dari hasil analisis ragam didapatkan bahwa perlakuan padat tebar

tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap koefisien keragaman panjang

(47)

24

Keterangan : Huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan nyata pada selang kepercayaan 95%

Gambar 7. Koefisien keragaman panjang (%) benih ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari.

4.1.5 Efisiensi Pakan

Efisiensi pakan benih ikan gurami pada akhir masa pemeliharaan berkisar

antara 34,47% hingga 38,33% (Gambar 8). Hasil análisis ragam menunjukkan

bahwa padat penebaran tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan (P>0,05)

(Lampiran 7).

(48)

25

4.1.6 Fisika-Kimia Air

Kualitas air merupakan faktor fisika-kimia yang dapat mempengaruhi

lingkungan media pemeliharaan dan secara tidak langsung akan mempengaruhi

proses metabolisme benih ikan gurami. Nilai fisika-kimia air pada tiap perlakuan

selama percobaan berlangsung tercantum dalam Tabel 4 sedangkan data yang

lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 9.

Tabel 4. Kisaran kualitas air benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) di tandon dan wadah pemeliharaan dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari

NH3 mg/L 0.0002-0.0059 0.0004-0.0428 0.0009-0.0697 0.0015-0.0960

Alkalinitas mg/L 31.84-47.8 46.20-95.52 50.16-107.84 52.80-118.60

Suhu oC 28-30 28-29 28-29 28-29

Konsentrasi oksigen terlarut dalam wadah pemeliharaan benih ikan gurami

selama masa pemeliharaan berkisar antara 3,24-7,37 mg/liter (Tabel 4). Pada

Gambar 9 ditunjukkan grafik konsentrasi oksigen terlarut dalam wadah

pemeliharaan antar perlakuan selama pemeliharaan.

0,00

(49)

26

Konsentrasi amoniak (mg/liter) dalam wadah pemeliharaan benih ikan

gurami selama masa pemeliharaan berkisar antara 0,0004-0,0960 mg/liter (Tabel

4). Pada Gambar 10 ditunjukkan grafik konsentrasi amoniak dalam wadah

pemeliharaan antar perlakuan selama pemeliharaan.

0,0000

Gambar 10. Konsentrasi amoniak (mg/liter) dalam wadah pemeliharaan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan kepadatan 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari.

Nilai pH dalam wadah pemeliharaan benih ikan gurami selama masa

pemeliharaan berkisar antara 7,10-7,72 (Tabel 4). Pada Gambar 11 ditunjukkan

grafik nilai pH dalam wadah pemeliharaan antar perlakuan selama pemeliharaan.

6,70

(50)

27

Alkalinitas dalam wadah pemeliharaan benih ikan gurami selama masa

pemeliharaan berkisar antara 46,20-118,60 mg/liter CaCO3 (Tabel 4). Pada

Gambar 12 ditunjukkan grafik alkalinitas dalam wadah pemeliharaan antar

perlakuan selama pemeliharaan.

Gambar 12. Alkalinitas (mg/liter CaCO3) dalam wadah pemeliharaan benih ikan

gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan kepadatan 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari.

4.1.7 Keuntungan Usaha

Keuntungan usaha pembenihan ikan gurami pada masing-masing

perlakuan untuk setiap perlakuan maupun per ekor selama percobaan berlangsung

tercantum pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 5. Keuntungan usaha pembenihan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari

Benih 24000 24000 24000 36000 36000 36000 48000 48000 48000

Pakan Rp. 5000/taker 8539 8502 7986 9991 10972 10576 11612 13173 11644

Total Biaya 32539 32502 31986 45991 46972 46576 59612 61173 59644

Produksi (Ekor) 273 264 276 409 415 408 528 535 498

1,5-2cm @Rp.200 18 44 64 136 69 136 282 250 432

2-2,5cm @Rp.250 255 220 212 273 346 272 246 285 66

Pendapatan 67340 63800 65780 95434 100291 95201 117921 121266 102919

Keuntungan 34800 31297 33794 49443 53319 48624 58309 60093 43276

Keuntungan per

(51)

28

Tabel 6. Keuntungan usaha per ekor pembenihan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L selama 28 hari

Padat Tebar (ekor/L)

10 15 20

Keterangan 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Total modal 32539 32502 31986 45991 46972 46576 59612 61173 59644

Modal/ekor (Rp) 108 108 107 102 104 104 99 102 99

Tabel 5 dan 6 menjelaskan aspek usaha dari kegiatan pendederan selama

percobaan dimulai dari total modal, hasil produksi, pendapatan dan keuntungan

usaha. Dapat dilihat bahwa produksi tertinggi terdapat pada padat penebaran 20

ekor/L yaitu sebanyak 432 ekor dengan ukuran 1,5-2 cm/ekor. Setelah dianalisis,

keuntungan usaha terbesar juga terdapat pada padat penebaran 20 ekor/L.

4.2 Pembahasan

Derajat kelangsungan hidup dari masing-masing perlakuan

memperlihatkan hasil yang cukup beragam walaupun tidak berbeda nyata

(Lampiran 3). Walaupun terjadi kematian pada setiap perlakuan namun derajat

kelangsungan hidup yang diperoleh selama pemeliharaan masih cukup tinggi yaitu

berkisar 86,72% hingga 91,26% (Gambar 2). Hal ini disebabkan oleh kondisi

lingkungan yang masih layak bagi kehidupan ikan serta kebutuhan pakan yang

tercukupi. Dengan demikian persaingan dalam memperoleh ruang dan pakan

masih dalam batas toleransi ikan. Derajat kelangsungan hidup pada penelitian ini

masih lebih baik dari penelitian ikan gurami yang dilakukan oleh Bugri (2006)

namun lebih rendah apabila dibandingkan dengan penelitian ikan gurami yang

dilakukan oleh Sarah (2002) dan Darmawangsa (2008) (Tabel 2).

Kematian dalam jumlah besar pada seluruh perlakuan terjadi pada minggu

ke-4 pada masa pemeliharaan (Gambar 1). Hal ini diduga karena pada waktu

tersebut terjadi penurunan konsentrasi oksigen hingga 3,24 mg/l. Nilai tersebut

(52)

29

(Wahyudi dan Lim, 1986) sehingga ikan mengalami stres dan berakibat kepada

kematian. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadinya persaingan ruang gerak

dan kompetisi oksigen sehingga ikan berukuran kecil kalah bersaing dengan ikan

yang lebih besar dan berakibat lanjut ikan mengalami stres yang dapat

menyebabkan kematian. Gejala awal ikan yang akan mati ditandai dengan

pergerakannya yang pasif baik untuk memperoleh pakan maupun untuk bergerak.

Ikan juga lebih sering berada dipermukaan dan di pojok akuarium, hal ini

dilakukan untuk menghindari interaksi dengan ikan lainnya, sedangkan ikan yang

mati ditandai dengan permukaan kulit berlendir dan berwarna putih pucat. Selain

itu, umumnya ikan yang mati memiliki ukuran lebih kecil daripada ukuran dalam

populasinya.

Penurunan pertumbuhan panjang mutlak serta laju pertumbuhan bobot

harian yang seiring dengan meningkatnya padat penebaran terjadi diduga karena

ruang gerak ikan yang semakin sempit dengan meningkatnya padat penebaran

sehingga mempengaruhi nafsu makan ikan di dalam media pemeliharaan. Hal

yang berbeda terjadi pada pertumbuhan panjang mutlak, yaitu pada padat tebar 10

ekor/L berbeda nyata dengan padat penebaran 20 ekor/L. Sedangkan pada padat

tebar 15 ekor/L tidak berbeda nyata terhadap padat tebar 10 ekor/L dan 20 ekor/L

(Lampiran 4).

Rata-rata nilai laju pertumbuhan bobot harian benih ikan gurami yang

dipelihara hingga hari ke-28 berkisar 10,86-11,61 % (Gambar 6) atau 0,005-0,009

g/hari (Lampiran 3). Hal yang sama juga didapat oleh penelitian Sarah (2002);

Bugri (2006) dan Darmawangsa (2008) bahwa semakin tinggi padat penebaran

ikan maka laju pertumbuhan bobot semakin menurun (Tabel 2). Pertumbuhan

tersebut dikarenakan terjaganya kondisi kualitas air pada semua perlakuan

sehingga ikan aktif bergerak dan nafsu makan meningkat. Peningkatan nafsu

makan dan kecukupan pakan akan meningkatkan pertumbuhan. Hingga hari ke-28

pada penelitian ini, peningkatan padat penebaran ikan gurami berukuran

0,57+0,06 cm dari 10, 15 dan 20 ekor/L tidak menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan pada laju pertumbuhan bobot.

Pertumbuhan ikan bergantung pada beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat

(53)

30

penyakit serta didukung oleh faktor lingkungan seperti kualitas air, pakan dan

ruang gerak atau padat tebar (Hepher dan Pruginin, 1981). Faktor lain yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan adalah ketersedian oksigen dan sisa metabolisme

(Hepher dan Pruginin, 1981). Sisa metabolisme yang terbuang dalam bentuk

amoniak pada percobaan ini masih berada dalm kisaran yang tidak

membahayakan bagi kehidupan ikan yaitu antara 0,0002-0,0675 mg/L (Tabel 4).

Nilai tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan konsentrasi

amoniak pada penelitian ikan gurami sebelumnya yang dilakukan oleh Sarah

(2002), Bugri (2006) dan Darmawangsa (2008) dengan konsentrasi amoniak

berkisar 0,001-0,190 mg/L. Nilai amoniak yang dianjurkan menurut Wardoyo

(1975) adalah <0,1 mg/L. Ketersedian oksigen yang semakin menurun juga

diduga sebagai penyebab menurunnya laju pertumbuhan dan pertumbuhan

panjang mutlak dengan semakin meningkatnya padat penebaran dan semakin

lamanya waktu pemeliharaan.

Koefisien keragaman panjang menunjukkan seberapa besar variasi

ukuran panjang ikan dalam pemeliharaan. Pada pengamatan ini, menunjukkan

terjadi nilai koefisien keragaman yang cenderung meningkat seiring

meningkatnya padat tebar dan perbedaan padat tebar tidak memberikan pengaruh

terhadap koefisien keragaman panjang (Lampiran 6). Semakin besar nilai

koefisien keragaman panjang maka dalam populasi tersebut ukuran antar individu

akan semakin beragam. Nilai koefisien keragaman dalam percobaan ini masih di

bawah 20%, sehingga masih dapat dianggap seragam. Darmawangsa (2008)

menyatakan bahwa keragaman ukuran ikan dalam suatu populasi sangat penting,

karena apabila terjadi keragaman yang tinggi maka ikan yang berukuran lebih

besar akan lebih mudah memperoleh pakan sedangkan ikan yang lebih kecil akan

kalah bersaing dalam memperoleh pakan. Sebagai produk, keragaman dapat

mempengaruhi harga jual ikan karena ikan yang memiliki ukuran yang seragam

harganya akan lebih tinggi daripada ikan yang ukurannya tidak seragam.

Menurut Nurhamidah (2007), padat tebar yang meningkat akan

menurunkan efisiensi pakan. Populasi yang meningkat seiring meningkatnya

Gambar

Tabel 1. Berbagai strain ikan gurami (Osphronemus goramy Lac.).
Tabel 2. Pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan benih ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) berbagai ukuran yang dipelihara dalam akuarium dengan padat penebaran yang berbeda
Tabel 3. Fisika kimia air dalam wadah pemeliharaan ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.) berbagai ukuran yang dipelihara dalam akuarium dengan padat penebaran yang berbeda
Gambar 1. Derajat kelangsungan hidup (%) benih ikan gurami ( Osphronemus gouramy Lac.) yang dipelihara dengan padat penebaran 10, 15 dan 20 ekor/L  selama  28 hari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan ini adalah (1) nyeri tekan pada plantar fascia kanan dan kiri, (2) suhu lokal daerah pada kaki kanan dan kiri teraba sama, (3)

7 Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang lain).

• Penjelasan dari rutinitas ini: dari posisi awal dengan perintah “heel”/”samping” pawang menuntun anjingnya berjalan lurus ke depan tanpa tali penuntun, setelah 10-15 langkah,

Setiap kelompok KKNT UNISKA 2018 wajib membuat rencana program kegiatan dalam bentuk Proposal Kegiatan KKNT UNISKA 2018 sebelum turun lapang dan menjalankan

India memperoleh keuntungan tambahan dari sektor pariwisata yang menyumbang banyak kepada ekonomi India dengan meningkatkan pekerja seks terhadap anak dengan

Dengan infrastruktur yang masih terbatas jangkauan pelayanannya, laporan ini diharapkan dapat membantu pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakata dalam memantau sejauh

Sama halnya dengan produksi sektor lahan terbangun, data yang dibutuhkan dalam ekspor dan impor sektor peternakan ini berupa data ekspor dan impor yang dihasilkan di Kawasan

This research aims to generate 3D visualizations of mangrove to aquaculture conversion and vice versa using Google Earth, ArcScene, Virtual Terrain Project (VTP),