• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelayanan Prima dan Pemasaran Berdasarkan Pengalaman terhadap Loyalitas Pelanggan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelayanan Prima dan Pemasaran Berdasarkan Pengalaman terhadap Loyalitas Pelanggan"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

The Influence Of Excellent Service And Experiential Marketing

Customer Loyalty Stevie 6 Hotels In Bandung

SKRIPSI

Digunakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Sidang Akhir Pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh:

DIKY WISUDAWAN 21209063

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

ix

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah……… 11

1.2.1. Identifikasi Masalah……….. 11

1.2.2. Rumusan Masalah……….. 13

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian……….. 13

1.3.1. Maksud Penelitian……….. 13

1.3.2. Tujuan Penelitian………... 13

1.4. Kegunaan Penelitian……….. 14

1.4.1. Kegunaan Akademis...………... 14

1.4.2. Kegunaan Praktis….……….. 15

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian.………... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka………... 17

2.1.1. Pelayanan Prima…..……….. 17 2.1.1.1. Pelayanan Prima bagi Pelanggan Internal ……….. 2.1.1.2. Pelayanan Prima bagi Pelanggan Eksternal………. 2.1.1.3. Faktor-faktor Pelayanan Prima………. 2.1.1.4. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep

Kemampuan……… 2.1.1.5. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Sikap... 2.1.1.6. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Penampilan……….. 2.1.1.7. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep

Perhatian……….. 2.1.1.8. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep

(5)

x

2.1.2. Pemasaran Berdasarkan Pengalaman……… 26

2.1.2.1. Kunci Pokok Experiential Marketing………..……… 2.1.2.2. Strategi Experiential Marketing………... 28 29 2.1.3. Loyalitas Pelanggan………... 35

2.1.3.1. Manfaat Loyalitas Pelanggan……...……… 2.1.3.2. Karakteristik Loyalitas Pelanggan………... 2.1.3.3. Tahapan Loyalitas Pelanggan………... 2.1.3.4. Keuntungan dari Pelanggan yang Loyal……….. 2.1.3.5. Jenis-jenis Loyalitas Pelanggan………... 2.1.4. Keterkaitan Antar Variabel………..………. 41

2.1.4.1. Hubungan Pelayanan Prima dengan Loyalitas Pelanggan………... 2.1.4.2. Hubungan Pemasaran Berdasarkan Pengalaman dengan Loyalitas Pelanggan………... 2.1.4.3. Hubungan Pelayanan Prima dan Pemasaran Berdasarkan Pengalaman terhadap Loyalitas Pelanggan……… 41 42 42 2.1.5. Penelitian Terdahulu………...……….. 43

2.2. Kerangka Pemikiran………. 45

2.3. Hipotesis……….. 50

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian……….. 52

3.2. Metode Penelitian……… 52

3.2.1. Desain Penelitian……….. 54

3.2.2. Operasonalisasi Variabel……….. 56

3.2.3. Sumber Dan Teknik Penentuan Data………60

3.2.3.1. Sumber Data………... 60

3.2.3.2. Teknik Penentuan Data………. 61

3.2.4. Metode Pengumpulan Data.……….. 63

3.2.4.1. Uji Validitas…….………... 65

3.2.4.2. Uji Reliabilitas….………... 69

3.2.5. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis……….. 71

(6)

xi

4.1.3. Aspek Stevie 6 Hotel……… 4.1.4. Struktur Organisasi Stevie 6 Hotel……….. 4.1.5. Deskripsi Jabatan Hotel Stevie 6 Bandung………...

86 87 88 4.2. Karakteristik Responden………..………... 104

4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin….………. 4.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Usia………... 4.2.3. Distribusi Responden Berdasarkan Status……… 4.2.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan……….. 4.2.5. Distribusi Responden Berdasarkan Seberapa Sering Berkunjung…

104 105 106 107 108 4.3. Analisis Deskriptif………... 109

4.3.1. Tanggapan Responden Mengenai Pelayanan Prima Pada Stevie 6 Hotel Bandung….………... 109 4.3.1.6. Tanggung Jawab (Accountability)………. 4.3.2. Tanggapan Responden Mengenai Pemasaran Berdasarkan

Pengalaman Stevie 6 Hotel Bandung………... 4.3.3. Tanggapan Responden Mengenai Loyalitas Pelanggan Stevie 6

Hotel Bandung……….……..………... 4.3.3.1. Frekuensi Menginap di Stevie 6 Hotel……….. 4.3.3.2. Pembelian di Luar Lini Produk………... 4.3.3.3. Merekomendasikan Pada Orang Lain... 4.3.3.4. Menunjukan Kekebalan dari Daya Tarik Sejenis……….. 4.4. Analisis Verifikatif………... 4.4.1. Persamaan Regresi Linier Berganda………160 4.4.2. Analisis Korelasi………..

4.4.2.1. Analisis Korelasi Parsial Antara Pelayanan Prima terhadap Loyalitas Pelanggan……….. 4.4.2.2. Analisis Korelasi Parsial Antara Pemasaran

Berdasarkan Pengalaman terhadap Loyalitas 162

(7)

xii

4.4.4. Pengujian Hipotesis…...………... 4.4.4.1. Pengujian Secara Simultan……… 4.4.4.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial………

169 169 171

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan………... 175 5.2. Saran………176

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,

sehingga berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan

judul “PENGARUH PELAYANAN PRIMA DAN PEMASARAN BERDASARKAN PENGALAMAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (Survey Pada Konsumen Stevie 6 Hotel Di Bandung )”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna serta

memperhatikan keterbatasan penguasaan ilmu, segala ketidaktelitian dan kesalahan

dalam penulisan skripsi. Untuk itu Penulis mengharapkan koreksi, masukan atau

saran serta tanggapan dari semua pihak tentang skripsi ini. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sebagai pengalaman dan bagi

pembaca.

Penelitian ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena

itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor di Universitas Komputer

(9)

vii

2. Prof. Dr. Hj. Ernie Tisnawati Sule, SE., M.Si Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3. Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen

Universitas Komputer Indonesia.

4. Isniar Budiarti, SE., M.Si selaku dosen wali yang selalu memberikan dorongan

selama peneliti menempuh pendidikan di Universitas Komputer Indonesia.

5. Dr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si selaku dosen pembimbing yang banyak

membantu penulis, dan ucapan terimakasih yang tak terhingga karena dengan

tulus dan sabar mendampingi serta mendidik penulis, menjadi motivator yang

baik, yang selalu memberikan ketenangan bagi anak-anaknya serta tak kenal

lelah mengarahkan penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik

dalam segala hal.

6. Dr. Rahma Wahdiniwaty, Dra., M.Si selaku dosen penguji I yang juga

memberikan arahan dan masukan selama pembuatan skripsi ini.

7. Oman Sukirman, SE.,MMselaku dosen penguji II yang juga memberikan arahan

dan masukan selama pembuatan skripsi ini.

8. Dosen-dosen dan staf Jurusan Manajemen Univeritas Komputer Indonesia yang

telah banyak memberikan masukan dan dukungan kepada Penulis dalam

penulisan Skripsi.

(10)

viii

10. Kepada kedua Orang tua H. Wawan Herawan, SH., MH dan Hj Teti Djunarsih

yang sangat saya sayangi, kakak Agustini Djuherwanti, Galih Djuherwandi,

Gilang Gumilar yang saya cintai terima kasih untuk setiap doa, dukungan baik

berupa moral dan materi, serta motivasi dan semangat yang tidak ada hentinya,

saya sayang kalian semua.

11. Kepada Mareska Ramadiyah yang terima kasih telah banyak membantu saya

dalam penyusunan skripsi ini, baik dalam waktu, tenaga, materi, pikiran,

motivasi yang tiada hentinya dan kebersamaan selama ini.

12. Kepada sahabat-sahabat saya BRUDERSCHAFT Gilang „Awhe‟, Gilang „Uwa‟,

Imam, Bryan, Toni, Irfan, Gibran yang selalu ada, selalu mendukung

13. Kepada teman teman BPHMN dan Himpunan Mahasiswa Manajemen Ikbal,

Ari, Dian, Ratna, Inafsa, Adit, Dwi, Gita, Kiki, Astri yang telah mendukung dan

membantu skripsi ini.

14. Kepada teman teman satu bimbingan dan keluarga baru saya, Kiki, Mukti, Jery,

Viand, Akbar, Andri “sule”, Andri “Bosenk, Teni, Tri, Sendi. Jangan pernah

putus tali silaturahmi.

Bandung, Agustus 2013 Penulis,

(11)

Kompetindo.

Buchori, Saladin. (2010). Manajemen Pemasaran (Ringkasan, Praktisi, Teori, Aplikasi & Tanya Jawab). Jakarta : Linda Karya

Christin, Lely. (2009). Hubungan Antara Kepuasan Dan Loyalitas Mahasiswa Universitas Bunda Mulia. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol.5 No.1

Dewi, Urip Wahyuni. (2008). Pengaruh Motivasi, Persepsi dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merk Honda. Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol.5 No.1

Dhanarismawarni, Esti Dewayani Sri. (2008). Hubungan Experiential Marketing, Emotion Marketing dan Loyalitas Pelanggan. Jurnal Bisnis & Manajemen,

Vol.IX No.2

Edris, Mochamad. (2009). Pemasaran Toyota Kijang INNOVA Melalui Pendekatan Experiential Marketing. Jurnal Sosial dan Budaya, Vol.3 No.2, ISSN : 1979-6889

Erlando. (2009). Analisis Pengaruh Pelayanan Prima (Excellent Service) Terhadap Keputusan Pelanggan.

http://www.gunadarma.ac.id/library/article/graduate/economic/2009

diakses, 26 Mei 2012.

Griffin, Jill. (2005). Customer Loyalty : Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan. Alih Bahasa : Dwi Kartini Yahya dan kawan-kawan. Erlangga, Jakarta.

Husein Umar. (2005). Metode Penelitian. Jakarta : Salemba Empat

Japariyanto, Edwin dkk. (2007). Analisa Kualitas Layanan Sebagai Pengukur Loyalitas Pelanggan Hotel Majapahit Surabaya Dengan Pemasaran Relasional Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol.3 No.1

(12)

(2010). Metodologi Penelitian : Dasar Penyusun Penelitian Ekonomi. Jakarta : Penerbit Genesis

Osin Tauli. Pengaruh Emotional marketing Dan Experiential marketing Terhadap Loyalitas Pelanggan Pondok Khas Melayu Di Pekanbaru. Jurnal Manajemen Universitas Riau. pp 1-14

Putri, Yuwandha Anggia dan Sri Rahayu Astuti. (2010). Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Loyalitas Pelanggan Hotel “X” Semarang. Jurnal Aset, Vol.12 No.2, ISSN : 1693-928x

Retno Dewanti, Tjia Fie Chu, dan Steven Wibisono. 2011. The Influence Of Experiential Marketing, Emotional Branding, Brand Trust Towards Brand Loyalty. Binus Business Review. Vol. 2 No. 2. pp 1109-1117

Rini, Endang Sulistya. (2009). Menciptakan Pengalaman Konsumen dengan Experiential Marketing. Jurnal Manajemen Bisnis, Vol.2 No.1

Ruki, Made. (2012).Excellent Service Di Kantor Depan Hotel Sebagai Strategi Membentuk Loyalitas Konsumen. Jurnal Sosial dan Humaniora, Vol.2 No.2

Setiono, Wahyu dkk. (2012). Responsibilities and Excellent Service on Customer Satisfaction: Case Study of DKI Islamic Bank. Journal International Conference and Education Inovation, IPEDR Vol.37

Shara, Fajar Febriana. (2009). Studi Tentang Experiential Marketing untuk meningkatkan loyalitas. Universitas Diponegoro.

Sri, Andini.(2011).Pengaruh Pelayanan Prima Terhadap Kepuasan Masyarakat Sejalan Dngan Pemberian Penghargaan ISO 9001/2000 Pada Dinas Perijinan Kota Malang. Jurnal Ekonomika, Vol.4 No.1

Sugiyono. (2009).Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. CV. Bandung : Alfabeta.

(13)

Susilo, Doni. (2012). Konsep Keterkaitan Karyawan (Employee Engagement) untuk Pengurangan Resiko Pengkhianatan Karyawan Di Perusahan Jasa. Jurnal Ekonomi, Vol.5 No 2

Vivi Novia. Pengaruh Emotional marketing Terhadap Loyalitas Pelanggan Restoran Koki Sunda Di Pekanbaru. Jurnal Manajemen Universitas Riau. pp 1-14

www.Andreasgualaupuol.blogspot.com/2012/10/analisi-Pengguna-Prinsip-Kesopanan.HTML di akses 18 Juli 2013

www.Fthund.blogspot.com/2012/06/Pengertian-tanggung jawab-teori.HTML di akses 18 Juli 2013

(14)

1 1.1.Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia usaha saat ini berkembang semakin pesat, sehingga

persaingan di antara usaha yang sejenis semakin ketat menjadi tantangan maupun

ancaman tersendiri bagi para pelaku usaha agar dapat memengkan,

mempertahankan, dan merebut pasar yang sudah ada. Para pemimpin perusahaan

mulai berlomba-lomba menciptakan strategi-strategi yang efektif untuk

menjadikan perusahaan menjadi yang terbaik di mata pelanggan dan bisa berhasil

dalam persaingan yang ada. Oleh karena itu tidak sedikit perusahaan yang

kemudian berorietasi pada kepuasaan pelanggan sebagai tujuan utama perusahaan.

Menurut Tjiptono (2000) dalam perusahaan yang berbasis jasa perhotelan maka

harus mengutamakan fasilitas di atas segalanya demi kepuasan pelanggannya.

Fasilitias adalah segala sesuatu yang memudahkan pelanggan dibidang jasa.

Dalam perusahaan jasa, fasilitas yang ditawarkan perusahaan itulah yang akan

dinilai oleh pelanggan.

Dalam perkembangan bisnis ke depan, usaha dibidang perhotelan ini

dituntut untuk terus mengembangkan strategi untuk menarik pelanggan.

Perusahaan harus memunculkan keunggulan produk yang tidak dimiliki oleh

pesaing yang kemudian disampaikan dan dikomunikasikan kepada pelanggan

(15)

perusahaan harus lebih berhati-hati dalam merancang strategi pemasarannya. Cara

yang harus dilakukan perusahaan merebut pangsa pasar adalah dengan

memperoleh pelanggan sebanyak-banyaknya. Jika perusahaan ingin memperoleh

pelanggan sebanyak-banyaknya, maka perusahaan harus memberikan kepuasan

pada pelanggannya. Karena dengan terciptakanya kepuasaan dari pelanggan dapat

memberikan manfaat bagi perusahaan, diantaranya hubungan antara perusahaan

dengan konsumen menjadi harmonis, dan memberikan dasar yang baik bagi

pembelian ulang, membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang

menguntungkan perusahaan dan terciptanya loyalitas pelanggan. Pelanggan yang

puas dan loyal (setia) merupakan peluang perusahaan untuk mendapatkan

pelanggan baru.

Dengan adanya loyalitas yang tercipta pada pelangganya, maka

perusahaan mendapat dua keuntungan sekaligus yaitu mendapatkan profitabilitas

dengan terjualnya produk yang mereka hasilkan dan menarik pelanggan baru

karena dengan melihat loyalitas dari pelanggan yang telah ada, berarti perusahaan

semakin banyak mempreoleh laba untuk keberlangsungan usahanya.

Oleh karena itu diharuskan usaha tersebut harus mengedepankan

pelayanan yang terbaik untuk pelanggannya sehingga pelanggan merasa puas atas

pelayanan yang diberikan perusahaan. Karena apabila pelanggan yang telah puas

akan melakukan pembelian ulang pada waktu yang akan datang dan memberitahu

kepada orang lain atas apa yang dia rasakan. yang artinya pelanggan tersebut

(16)

memiliki peran yang sangat berarti bagi perusahaan yang bergerak dibidang jasa

dalam pencapaian laba di masa yang akan datang.

Menurut Kertajaya dalam Putri dan Astuti (2010:191) terdapat lima

tingkatan pemasaran, yakni pemasaran komoditas, pemasaran barang (goods

marketing), pemasaran jasa (service marketing), pemasaran pengalaman

(experiential marketing), dan pemasaran perubahan bentuk (transformasi on

marketing). Pemasaran berdasarkan pengalaman atau yang disebut experiential

marketing suatu bentuk pemasaran yang mencoba menganalisis konsumen dengan

menggunakan model psikologis dalam menganalisis pelanggan. Pemasaran ini

mengharuskan pemilik usaha menciptakan produk atau jasa dengan menyetuh

panca indera pelanggan, menyentuh hati dan merangsang pemikiran pelanggan.

Menurut Kertajaya (2006:165) mengatakan bahwa untuk memenangkan

persaingan, mau tak mau produk atau layanan yang ditawarkan haruslah

menghasilkan sensasi yang tidak terlupakan (Memorandum Experience) kepada

para pelanggan. Hal ini juga diperkuat pendapat Schmiit pada Dhanarismawarni

(2008:104) dapat dihadirkan melalui 5 (lima) unsur yaitu panca indera(Sense),

perasaan (feel), cara berpikir (think), kebiasaan (act), dan pertalian atau relasi

(relate). Semua produk dan jasa harus bisa menyentuh kelima unsur tersebut.

Pelanggan mesti bisa merasakan, memikirkan, dan bertindak sesuai sesuai dengan

harapannya. Oleh karena itu perusahaan harus dapat memahami apa yang

diinginkan oleh pelanggan, menyesuaikan antara harapan yang diinginkan oleh

pelanggan dengan kenyataan yang diperoleh, dan membangun hubungan yang

(17)

memberikan masukan guna perbaikan untuk perusahaan tersebut dalam jangka

panjang.

Bisnis jasa hotel bukan hanya menyediakan kamar dan produk-produk

lainnya namun yang lebih penting adalah budaya pelayanan baik yang digunakan

perusahaan dan tepat sesuai kebutuhan dan karakteristik pelanggan. Hubungan

yang baik terjalin karena komunikasi yang baik dari pemilik usaha dengan

pelanggannnya dan pelayanan prima yang ditunjukan perusahaan sebagai

feedback dari kepuasaan pelanggan. Karena loyalitas pelanggan tercipta dari

pelayanan prima yang dilakukan perusahaan terhadap pelanggan. Pelayanan prima

timbul akibat apa yang diperoleh oleh pelanggan sesuai dengan harapan yang

dinginkan pelanggan. Pelayanan prima terdiri dari 6 unsur pokok, antara lain:

kemampuan (ability), sikap (attitude), penampilan (appearance), perhatian

(attention), tindakan (action), dan tanggung jawab (accountability).

Kehadiran sektor jasa merupakan bisnis yang memegang peranan penting.

Didalam sektor jasa perhotelan, wisatawan domestic dan mancanegara yang

datang ke Bandung terus meningkat sehingga mengharuskan perusahaan untuk

mengimbangi peningkatan penyedian kamar, fasilitas hotel maupun akomodasi

lainnya untuk meningkatkan kepuasan konsumen.

Hotel merupakan suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan

usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia

makanan dan minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu

diperuntukan bagi masyarakat umum. Stevie 6 Hotel Bandung yang berdiri

(18)

perhotelan. Maja Group merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri

jasa khususnya hotel, ruang serba guna dan restaurant memulai operasinya pada

tanggal 8 Mei 2010. Stevie 6 Hotel merupakan mahakarya dari Maja Group

Indonesia yang mulai beroperasi di 23 Desember 2011, dengan memiliki konsep

“Stunning Design & Innovative Spaces” telah mengilhami lahirnya nama hotel

“Stevie 6 Hotel” terdiri dari 26 kamar, dimana setiap kamar memilki design

interior yang berbeda – beda, seperti tema Bohemian, American Classic, Vintage

dan Modern Tropical, yang beberapa difasilitasi dengan private balkon yang

menghadap pemandangan lembah dan panorama kota didepannya.

Stevie 6 merupakan hotel yang akan memenuhi kebutuhan para tamu akan

kenyamanan akomodasi dan keindahan estetika didalamnya juga memiliki

fasilitas utama dan fasilitas lainnya diluar fasilitas utama. Fasilitas utama yang

ditawarkan diantaranya seperti : Hot & Cold Water, Air Conditioning, Cable TV

flat screen, free broadband internet access, IDD telephone, coffee & tea-making

facilities, fully-stocked mini-bar and refrigerator, safe deposit box, electronic

door lock, extra bed, dan smooking room available.

Untuk hotel yang berdiri tahun 2011, menciptakan kepuasan pelanggan

sangat sulit sehingga harus membuat sesuatu yang berbeda dari pesaing. Adapun

harga yang ditawarkan oleh Stevie 6 Hotel di Bandung adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1

Room Rates Stevie 6 Hotel Bandung

KAMAR UKURAN JUMLAH HARGA

WEEKDAY/WEEKEND

VIEW

Deluxe 2,2m x 2,2m 26 850.000++ City Light,

(19)

Apabila dilihat dari karakter pelanggan yang emosional untuk usaha yang

bergerak dibidang perhotelan, pemilihan hotel didasarkan atas kebutuhan dari

pelanggan tersebut dan ciri atau sifat khas pelanggan tersebut. Berdasarkan hal

tersebut kemudian dikelompokan menjadi : City hotel yang berlokasi perkotaan,

biasanya pelanggan memanfaatkan dari fasilitas hotel tersebut; Resident hotel

merupakan hotel yang berlokasi didaerah pinggiran kota besar yang jauh dari

keramaian; Resort hotel merupakan hotel yang berlokasi didaerah pegunungan,

atau tepi pantai, di tepi danau atau di tepi aliran sungai.

Di daerah Bandung khususnya banyak pelanggan yang memilih hotel

sebagai tempat untuk singgah karena banyak pelanggan yang ingin menikmati

udara pegunungan yang segar dan jauh dari keramaian. Namun tidak dapat

dipungkiri bahwa persaingan usaha dibidang perhotelan ini sangat ketat. Sehingga

setiap hotel harus menunjukan pelayanan yang terbaik (pelayanan prima) kepada

pelanggan dengan memberikan fasilitas bahkan tidak sedikit perusahaan yang

menawarkan jasa yang dibutuhkan oleh pelanggan. Keinginan pelanggan

merupakan sesuatu yang bersifat dinamis. Tidak banyak pelanggan yang

berpindah hotel hanya karena pelayanan yang dilakukan pihak hotel kurang

memuaskan pelanggan tersebut. Itu sebabnya pihak hotel perlu berupaya untuk

meningkatkan pelayanannya. Caranya adalah dengan memberlakukan budaya

pelayanan prima atau yang biasa disebut excellent service.

Stevie 6 Hotel Bandung merupakan hotel yang berlokasi di daerah

pegunungan dengan fasilitas kamar yang disediakan juga unik sesuai dengan tema

(20)

hotel tersebut tetapi di kamar yang berbeda tema. Pelanggan yang Loyal menurut

Made Ruki (2012:141) merupakan mereka yang puas dengan fasilitas dan

pelayanan yang didapatnya sehingga menjadi pelanggan setia dan memilih

melakukan reservasi kembali di hotel tersebut pada kunjungan berikutnya tanpa

memikirkan tawaran dari hotel pesaing. Adapun data pengunjung Stevie 6 Hotel

di Bandung yang melakukan reservasi dalam 6 bulan terakhir dari bulan

September 2012 sampai Februari 2013 sebagai berikut :

Tabel 1.2

Data Kamar yang Terjual Pada Stevie 6 Hotel Bandung Bulan September 2012-Februari 2013

Sumber : Management Stevie 6 Hotel Bandung

Pada faktanya jumlah kamar yang terjual mengalami kenaikan tiap

bulannya, dilihat dari bulan oktober-november 2012 mengalami kenaikan sebesar

0,2% dari jumlah reservasi 352 kamar menjadi 426 kamar, kemudian pada bulan

november-desember 2012 sebesar 0,4% dari jumlah reservasi 426 kamar menjadi

607 kamar dikarenakan banyaknya tamu yang berkunjung ke Bandung untuk

merayakan akhir tahun. Pada bulan Januari-Februari 2013 jumlah kamar yang

terjual mengalami penurunan sebesar 0,2% dari jumlah reservasi 408 kamar

menjadi 333 kamar.

Bulan Total Kamar yang dipesan

September 2012 355 Kamar

Oktober 2012 358 Kamar

November 2012 426 Kamar

Desember 2012 607 Kamar

Januari 2013 408 Kamar

(21)

Melihat data diatas jumlah kamar yang terjual dari setiap bulannya

mengalami fluktuatif. Hal ini dikarenakan desain room pada Stevie 6 Hotel

Bandung memiliki tema yang berbeda merupakan salah satu faktor penarik

pengunjung hotel untuk menginap di hotel tersebut. Hampir keseluruhan

pengunjung merasa puas dengan desain yang ditawarkan. Adapun gambar yang

menunjukan jumlah pengunjung dari bulan September 2012 - Februari 2013

sebagai berikut :

Gambar 1.1

Jumlah Pengunjung Pada Stevie 6 Hotel Bandung Bulan September 2012 – Februari 2013

Sumber : Management Stevie 6 Hotel Bandung

Berdasarkan gambar 1.1 menunjukan bahwa jumlah pengunjung yang

datang ke Stevie 6 Hotel Bandung mengalami penurunan dari September 2012

sebanyak 750pax menjadi 675pax pada bulan Oktober 2012. Kemudian terjadi

kenaikan pengunjung pada bulan November dan Desember 2012 sesuai dengan

room yang terjual. Tetapi pada bulan Januari dan Februari 2013 mengalami 0

200 400 600 800 1000 1200 1400

Sep-12 Okt-12 Nov-12 Des-12 Jan-13 Feb-13

Pengunjung

(22)

penurunan pengunjung dari 890pax menjadi 675pax pada Stevie 6 Hotel

Bandung.

Berdasarkan kuesioner yang dilakukan pada 30 responden bahwa

penurunan pengunjung hampir 40% dikarenakan pengunjung kurang puas dengan

pelayanan prima dari hotel sehingga ragu melakukan reservasi kembali. Hal ini

terjadi karena ada beberapa pengunjung yang melakukan complain terhadap

beberapa pelayanan dan fasilitas seperti keyword card yang digunakan untuk

membuka room rusak, akurasi reservasi, fasilitas kamar (lampu kamar yang mati,

ceiling kamar mandi berjamur, jaringan koneksi internet yang rusak, dll), fasilitas

diluar penawaran kamar (swimming pool, tidak ada catalogue room, buffet

breakfast, gym, salon and spa), meeting room, dan laundry yang kemudian

membandingkan dengan hotel lain. Beberapa pengunjung pun menyesali tidak ada

tindakan yang dilakukan pihak hotel dalam menanggapi keluhan konsumen.

Hal ini sesuai dengan survey yang berkaitan dengan pemasaran

berdasarkan pengalaman pada pengunjung yang menginap dan hasilnya ternyata

masih terjadi beberapa kekurangan-kekurangan pada setiap aspek pemasaran

berdasarkan pengalaman itu sendiri yaitu, pertama apek feel (perasaan) bahwa

tingkat pelayanan yang diberikan kurang berkesan dihati konsumen, hal ini dapat

dilihat masih banyak pelayan/karyawan yang kurang peduli terhadap pengunjung

yang menginap sehingga pengunjung merasa kurang berkesan. Aspek yang kedua

ialah aspek think (pikiran) yaitu tingkat kejelasan dan kemenarikan informasi

mengenai Stevie 6 Hotel yang masih kurang menarik minat konsumen untuk

(23)

karena masih kurangnya kesan positif dan kejelasan informasi yang diberikan oleh

Stevie 6 Hotel maka aksi dan tindakan konsumen untuk menginap kembali sangat

kurang. Yang terakhir ialah aspek relate (hubungan) hal ini masih belum

diterapkan untuk memikat daya tarik yang dapat menciptakan diferensiasi jasa

layanan bagi pengunjung yang menginap di Stevie 6 Hotel misalnya apabila

memasuki musim liburan dari pihak Stevie 6 Hotel menghubungi pengunjung

yang telah menginap dengan memberikan penawaran-penawaran yang menarik

berupa diskon atau penawaran yang lain. Dari beberapa kelemahan faktor

pemasaran berdasarkan pengalaman inilah kemungkinan kepuasaan pengunjung

yang menginap masih kurang sehingga loyalitas pengunjung yang menginap di

Stevie 6 Hotel masih rendah atau belum mencapai target yang telah ditentukan,

hal ini terbuktinya dengan menurunnya jumlah pengunjung yang menginap di

Stevie 6 Hotel. Dengan menurunnya jumlah pengunjung yang menginap ini secara

otomatis pendapatan Stevie 6 Hotel pun ikut menurun.

Selain itu juga dapat dilihat masih sulit mendapatkan pengunjung yang

bersifat loyal. Hal ini dapat kita lihat masih sedikitnya jumlah pengunjung yang

menginap yang terdaftar sebagai pengunjung tetap atau aktif di Stevie 6 Hotel

dalam rentang waktu 6 bulan terakhir. Penurunan pengunjung yang menginap ini

diduga karena kepuasan pengunjung yang menginap akan produk dan layanan

yang diberikan oleh Stevie 6 Hotel masih rendah.

Memberikan pelayanan prima dari hotel membuat kesan positif mengenai

jasa yang disediakan oleh pihak hotel dan akan berujung pada loyalitas

(24)

hanya melihat pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur, tetapi

juga pelanggan yang merekomendasikan suatu produk dan jasa kepada orang lain.

Pelanggan juga tidak dapat dipengaruhi oleh pesaing untuk pindah dalam

menggunakan produk maupun jasa yang disediakan oleh pihak lain. Karena

pemilihan hotel merupakan sesuatu yang mudah tetapi sulit, dimana pengunjung

dihadapkan dengan beberapa pilihan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan

mereka.

Dengan ketidakpuasan dari pengunjung menyadari bahwa pentingnya

pelayanan prima yang dilakukan pihak Stevie 6 Hotel Bandung untuk

mennciptakan pemasaran berdasarkan pengalaman dari pengunjung sehingga

pengunjung tersebut melakukan reservasi secara berulang-ulang dan

merekomendasikan kepada orang lain.

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PELAYANAN

PRIMA DAN PEMASARAN BERDASARKAN PENGALAMAN

TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (Survey Pada Konsumen Stevie 6 Hotel Di Bandung)

1.2. Identifikasi Dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan uraian latar belakang di atas, bahwa pelanggan

mengambil andil dalam mempengaruhi keuntungan perusahaan yang bergerak

(25)

perusahaan yang kemudian melakukan reservasi ulang dan merekomendasikan

pengalamannya kepada orang lain (experiential marketing) yang artinya bahwa

pelanggan sudah loyal terhadap produk dan jasa yang ditawarkan oleh Stevie 6

Hotel Bandung. Dengan loyalnya pelanggan mengharuskan perusahaan

memberikan feedback berupa pelayanan prima kepada pelanggan tersebut.

Berdasarkan data pengunjung terjadi penurunan pengunjung pada bulan

Oktober 2012, Januari 2013, dan Februari 2013. Penurunan tersebut hampir 40%

dikarenakan pengunjung kurang puas dengan pelayanan prima dari hotel sehingga

ragu melakukan reservasi kembali. Hal ini terjadi karena ada beberapa

pengunjung yang melakukan complain terhadap beberapa pelayanan dan fasilitas

seperti keyword card yang digunakan untuk membuka room rusak, akurasi

reservasi, fasilitas kamar (lampu kamar yang mati, ceiling kamar mandi berjamur,

jaringan koneksi internet yang rusak, dll), fasilitas diluar penawaran kamar

(swimming pool, tidak ada catalogue room, buffet breakfast, gym, salon and spa),

meeting room, dan laundry yang kemudian membandingkan dengan hotel lain.

Beberapa pengunjung pun menyesali tidak ada tindakan yang dilakukan pihak

Stevie 6 Hotel dalam menanggapi keluhan pelanggan. Menurunnya jumlah

pengunjung yang menginap diduga karena kepuasan konsumen yang masih

rendah sehingga pendapatan Stevie 6 Hotel pun ikut menurun serta sulitnya

memperoleh pengunjung yang menginap bersifat loyal dan kemungkinan belum

efektifnya pelaksanaan strategi pemasaran berdasarkan pengalaman yang

(26)

1.2.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan uraian penelitian yang dikemukakan diatas, maka

penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggapan responden mengenai pelaksanaan pelayanan

prima yang didapatkan oleh pelanggan Stevie 6 Hotel di Bandung

2. Bagaimana pemasaran berdasarkan pengalaman pelanggan pada Stevie

6 Hotel di Bandung

3. Bagaimana loyalitas pelanggan Stevie 6 Hotel di Bandung

4. Seberapa besar pengaruh pelayanan prima dan pemasaran berdasarkan

pengalaman terhadap loyalitas pelanggan secara simultan dan parsial

pada Stevie 6 Hotel di Bandung

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh pelayanan prima dan pemasaran berdasarkan pengalaman terhadap

loyalitas pelanggan dengan menggunakan data melalui kuesioner dan wawancara

dengan pelanggan.

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai pelaksanaan pelayanan

(27)

2. Untuk mengetahui pemasaran berdasarkan pengalaman pelanggan pada

Stevie 6 Hotel di Bandung.

3. Untuk mengetahui loyalitas pelanggan Stevie 6 Hotel di Bandung.

4. Untuk mengetahui besar pengaruh pelayanan prima dan pemasaran

berdasarkan pengalaman terhadap loyalitas pelanggan secara simultan dan

parsial pada Stevie 6 Hotel di Bandung.

1.4.Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Akademis

a. Bagi Penulis

Mengadakan perbandingan antara teori dengan praktek,

mengembangkan kemampuan berpikir analitis dan kritis dalam

menyikapi masalah nyata yang ada didunia usaha. Hasil penelitian ini

merupakan pengalaman berharga dimana penulis dapat menambah

pengetahuan dan wawasan mengenai bagaimana Pengaruh Pelayanan

Prima dan Pemasaran Berdasarkan Pengalaman Terhadap Loyalitas

Pelanggan.

b. Bagi Peneliti Lain

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dan untuk menambah pengetahuan bagi

(28)

1.4.2. Kegunaan Praktis

Dari hasil penelitian ini penulis mengharapkan dapat berguna bagi

pihak-pihak yang berkepentingan yaitu :

a. Bagi Perusahaan

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

membantu mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan

pelayanan prima dan pemasaran berdasarkan pengalaman terhadap

loyalitas pelanggan, sehingga nantinya akan menghasilkan kepuasan

yang sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan. Dan sebagai

bahan masukan atau untuk sumbangan informasi bagi pengelola.

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti mengadakan penelitan pada Stevie 6 Hotel Bandung yang berlokasi di

Jalan Sersan Bajuri No.72 Setiabudi, Bandung. Adapun waktu penelitian yang

dimulai dari bulan Maret sampai dengan Juli 2013, dengan kegiatan sebagai

(29)

Tabel 1.3

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian

Jadwal Kegiatan

Bulan

Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 PenulisanUsulan

Penelitian

Penelitian Pendahuluan

Pengumpulan Data

(30)

17 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pelayanan Prima

Menurut Ruki (2012:145) mengatakan bahwa Pelayanan Prima (Excellent

Service):

“proses membantu konsumen dengan semangat tertentu di mana sensitivitas dan

kemampuan interpersonal dibutuhkan yang ditentukan oleh keakraban,

kehangatan, penghargaan, kedermawanan, dan kejujuran.”

Pelayanan Prima (Excellent Service) ditentukan adanya komitmen

terhadap kualitas layanan, adanya keterlibatan semua pihak dalam proses

melayani, adanya keseimbangan dalam memberikan layanan yang telah dicapai.

Di samping itu, sikap kesetaraan diperlukan untuk memberikan efek positif untuk

mencapai pelayanan prima (Erlando 2009).

Menurut Barata dalam Setiono dkk (2012:197) mengatakan bahwa

Pelayanan Prima (Excellent Service) :

Excellent service, is a concern to customer by providing based service to

facilitate ease of fulfillment and satisfaction to realize, that they are always

generous to the company

Artinya :

(31)

tercapai kepuasan dan akan menyebabkan peningkatan kepercayaan konsumen kepada penyedia jasa.

Dari pengertian-pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Pelayanan prima

merupakan pelayanan yang diberikan perusahaan sebagai feedback dari loyalitas

konsumen atas produk dan jasa yang diciptakan oeh perusahaan. Pelayanan prima

timbul akibat kepuasan konsumen dan hubungan baik yang dibina oleh

perusahaan dengan konsumen sehingga menjadikan konsumen tersebut loyal

terhadap perusahaan.

2.1.1.1. Pelayanan Prima bagi Pelanggan Internal

Pelanggan internal adalah orang – orang yang terlibat dalam proses

produksi barang dan atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Keharusan

membudayakan pelayanan prima secara internal adalah kunci sukses untuk

mewujudkan pelayanan prima bagi pelanggan eksternal.

2.1.1.2. Pelayanan Prima bagi Pelanggan Eksternal

Kebutuhan dan keinginan pelanggan merupakan potensi pasar yang dapat

dijadikan peluang besar bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan melalui

penjualan barang atau jasa yang disediakan. Para pelanggan merupakan tumpuan

harapan yaitu sebagai pihak yang mampu merealisasikan kebutuhan dan

(32)

2.1.1.3. Faktor-Faktor Pelayanan Prima

Menurut Setiono dkk (2012:199) mengatakan 6 (enam) Faktor yang

mengembangkan budaya Pelayanan Prima, yaitu:

1. Kemampuan (Ability)

Kemampuan adalah pengertahuan dan keterampilan tertentu mutlak

diperlukan untuk menunjang program layanan prima yang dapat meliputi

kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni untuk melaksanakan

komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi dan menggunakan

public relation sebagai instrument dalam membawa hubungan kedalam

dan keluar organisasi/perusahaan

2. Sikap (attitude)

Setiap insan mempunyai perilaku yang harus ditonjolkan ketika

menghadapi pelanggan yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan

kemauan pelanggan.

3. Penampilan (appearance)

Penampilan adalah kemampuan seseorang baik yang bersifat fisik maupun

non fisik yang mampu merefleksikan kepercayaan deviden kredebilitas

dari pihak lain

4. Perhatian (attention)

Curahan perhatian seseorang adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan

baik yang berkaitan dengan perhatian kebutuhan dan keinginan pelanggan

(33)

5. Tindakan (action)

Melakukan sesuatu harus memerlukan tindakan. Tindakan adalah sesuatu

adalah suatu perbuatan dalam berbagai kegiatan yang nyata yang harus

dilakukan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.

6. Tanggung jawab (accountability)

Melaksanakan kegiatan tentu mempunyai tanggung jawab, yaitu suatu

sikap keberpihakan kepada pelanggan sebagai wujud kepedulian

menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan

pelanggan.

Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa pelayanan prima

melalui kemampuan, sikap, penampilan, perhatian, tindakan dan tanggung jawab

merupakan faktor dalam pelayanan prima. Untuk menciptakan pelayanan prima

yang dilakukan karyawan terhadap pelanggan, karyawan harus memegang

keenam budaya pelayanan prima sehingga akan terciptanya kepuasan dan akan

menyebabkan peningkapatan kepercayaan konsumen kepada penyedia jasa.

Konsep pelayanan prima yang timbul karena kepuasan konsumen dan hubungan

baik yang dibina akan meciptakan loyalitas pelanggan kepada perusahaan karena

merupakan salah satu keunggulan perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh pesaing.

2.1.1.4. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Kemampuan

Sehubungan dengan pelaksanaan pelayanan prima yang dimaksud

kemampuan adalah kemampuan minimal yang harus ada pada diri seseorang,

(34)

 Memiliki pengetahuan sesuai bidang tugas;

 Memiliki keterampilan sesuai bidang tugas;

 Memiliki daya kreativitas yang tinggi;

 Memahami cara berkomunikasi yang baik;

 Memahami cara memposisikan diri dalam berbagai situasi agar dapat

beradaptasi dengan lingkungan;

 Mampu mengendalikan emosi

2.1.1.5. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Sikap

Sikap adalah kumpulan perasaan, keyakinan dan kecenderungan perilaku

yang secara relatif berlangsung lama kepada orang, ide, obyek dan kelompok

orang tertentu. Pemunculan sikap dalam diri seseorang dapat terbentuk karena

adanya interaksi orang yang bersangkutan dengan berbagai hal dalam

kehidupannya.

2.1.1.6. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Penampilan

Penampilan adalah perpaduan antara penampilan fisik dan gaya

penampilan seseorang yang akan mewarnai seseorang dalam bersikap. Sehingga

seorang karyawan akan melayani konsumennya dengan penampilan yang serasi

dimana penampilan serasi adalah gaya penampilan seseorang yang ditonjolkan

secara fisik dengan memadukan keadaan sosok diri, cita rasa diri, mode dan

(35)

2.1.1.7. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Perhatian

Perhatian adalah sikap yang menunjukkan keperdulian terhadap sesuatu

atau minat seseorang terhadap sesuatu. Dalam pelaksanaan pelayanan prima

seorang karyawan dalam memberikan perhatian pada konsumen dituntut memiliki

kemampuan untuk :

 Memposisikan diri sebagai pendengar yang baik;

 Memposisikan diri sebagai penampung keluhan, saran dan kritik dari

konsumen;

 Memposisikan diri sebagai wakil perusahaan untuk memberikan saran atau

jawaban yang baik dan tepat pada konsumen;

 Memposisikan diri sebagai fasilitator untuk mewujudkan keinginan

konsumen.

2.1.1.8. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Tindakan

Tindakan adalah perbuatan atau sesuatu yang dilakukan untuk mencapai

tujuan tertentu atau untuk menghasilkan sesuatu. Adapun tindakan pelayanan

prima yang bisa dilakukan seorang karyawan adalah :

 Melakukan survey dan mencatat kebutuhan konsumen

 Memproduksi untuk menyediakan kebutuhan konsumen

 Mencatat pesanan konsumen

 Melakukan konfirmasi untuk penegasan atas pesanan pelanggan

(36)

 Memberikan penjelasan mengenai spesifikasi produk

 Memberikan ucapan terimakasih

2.1.1.9. Pelaksanaan Pelayanan Prima dilihat dari Konsep Tanggung Jawab Dalam proses pelayanan prima jaminan merupakan tanggung jawab dari

perusahaan terhadap konsumen, sehingga konsumen merasa nyaman, aman dan

tentram dalam menikmati jasa yang diberikan.

2.1.1.10. Cara-cara mencapai Pelayanan Prima

Menurut Kotler dalam Ruki (2012:145) ada sejumlah hal penting yang

harus dilakukan untuk mencapai pelayanan prima atau excellent service :

1. Kenali dengan baik siapa dan apa kebutuhan konsumen

2. Berikan pelayanan dengan ramah, tepat waktu, dan sesuai yang

dibutuhkan

3. Dengarkan apabila ada keluhann dan sedapat mungkin diselesaikan pada

hari yang sama, dan di-follow up sampai tuntas

4. Berusaha terus-menerus improvement, baik dari segi people, product,

maupun fasilitas pendukung

5. Minta maaf secara tulus apabila melakukan kesalahandan segera

ditindaklanjuti dengan perbaikan

(37)

2.1.1.11. Kemauan untuk Melaksanakan Pelayanan Prima

Dalam pelaksanaan pelayanan prima dari waktu ke waktu pihak

perusahaan harus meningkatkan kemampuan karyawannya dengan berbagai cara

antara lain melalui pendekatan kemauan sehingga timbul kesadaran untuk

melayani, sebagai berikut :

a. Kemauan untuk melihat

Dengan mendengar dan melihat yang dilakukan pihak lain dalam melakukan

pelayanan prima kepada konsumen akan berguna bagi karyawan sebagai studi

banding sehingga dapat digunakan sebagai standar untuk memperbaiki

pelayanan.

b. Kemauan untuk mengatakan

Merupakan kemauan diri mengekspresikan pendapat melalui kata – kata atau

mengatakan sesuatu yang sebenarnya dan mau berkomunikasi secara efektif

secara timbal balik dan terbuka sehingga terbina hubungan antara penyedia

layanan dan konsumen.

c. Kemauan untuk menyimpan

Merupakan kemauan seseorang untuk mengambil, menyimpan dan

memelihara sesuatu yang baik dari hasil melihat/mendengar, mencari dan

berkomunikasi.

d. Kemauan untuk memecahkan berbagai masalah

Sebagai pihak yang sering berinteraksi dengan konsumen sering kali

(38)

konsumen. dalam menghadapi situasi seperti ini karyawan harus mempunyai

kemauan untuk memecahkan segala kendala dan masalah dengan cermat, tepat

dan bijaksana serta mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dengan

bercermin pada hasil pemecahan masalah yang lalu sebagai dasar membuat

solusi.

e. Kemauan untuk melayani

Pelayanan prima baru akan berhasil dilaksanakan jika karyawan mempunyai

kemauan untuk melayani dengan baik bila memaksakan diri melakukan

pelayanan maka akan muncul kinerja pelayanan yang buruk atau mungkin

akan menimbulkan konflik antara perusahaan dengan konsumen yang

akhirnya akan menurunkan reputasi dari perusahaan.

2.1.1.12. Pengembangan Pelayanan Prima

Upaya pelaksanaan pelayanan prima berkaitan erat dengan pengembangan

komunikasi yang efektif dimana public relations dapat digunakan sebagai

instrumen untuk mengembangkan pelaksanaan pelayanan prima, yang ditujukan

untuk mempererat hubungan atau memelihara loyalitas dengan cara membentuk

opini publik yang positif terhadap perusahaan.

Manfaat hubungan posistif antara perusahaan dengan konsumen adalah :

a. Memperluas pasar atau jumlah pelanggan

b. Memelihara dan meningkatkan loyalitas pelanggan

c. Memperkenalkan produk atau jasa

(39)

e. Memelihara dan meningkatkan hubungan baik dengan serikat buruh

Memelihara dan meningkatkan hubungan dengan asosiasi perusahaan

dalam rangka menunjang kemitraan dan sumber daya manusia.

2.1.2 Pemasaran Berdasarkan Pengalaman

Menurut Kertajaya dalam Putri dan Astuti (2010:193) Pemasaran

Berdasarkan Pengalaman atau yang sering disebut Experiential Marketing adalah

sebagai berikut :

Suatu konsep pemasaran yang bertujuan membentuk pelanggan yang loyal dengan cara menyentuh emosi pelanggan dengan menciptakan pengalaman-pengalaman positif dan memberikan suatu feeling yang positif terhadap jasa dan produk mereka.

Menurut Schmitt dalam Rini (2009:15) Experiential Marketing adalah

sebagai berikut :

“Satu metode pemasaran yang relatif baru dimana pemasaran dan manajemen

yang di dorong oleh pengalaman”

Menurut Wolfe dalam Edris (2009:4) mengatakan bahwa Experiential

Marketing adalah :

“Perpaduan praktek antara pemasaran non tradisional yang terintegrasi untuk

meningkatkan pengalaman pribadi emosional yang berkaitan dengan merek”.

Menurut Hermawan (2006:169) mengatakan bahwa Experiential

Marketing adalah suatu produk memiliki kemampuan lebih baik dalam

(40)

a. Membangun interaksi sensorial (sensory interactions) yaitu mempertegas

sensasi produk dan layanan yang diberikan, seperti yang dilakukan oleh

Absolute Vodka dengan kemasannya yang simpel tapi elegan.

b. Membatasi ketersediaan produk untuk membangun the experience of

having one seperti stary dan vincent van gogh yang laku jutaan dolar.

c. Menciptakan eksekutivitas produk dengan membentuk klub dan komunitas

pelanggan seperti dilakukan Harley Davidson dengan Harley Davidson

Owner Club (HOC)

d. “Memanggungkan” produk dengan menciptakan event-event, tujuannya

untuk membawa pelanggan masuk ke proses bisnis perusahaan, apakah itu

dalam mendesain, memproduksi, mengemas atau men-deliver produk

tersebut seperti yang dilakukan oleh disney dengan theme park nya atau

ajang piala dunia sepak bola yang selalu menyedot perhatian seluruh

penduduk bumi.

Lebih lanjut Hermawan (2006:166) mengatakan bahwa di Venus (dunia

yang lebih Emosional dan Interaktif) produk dan jasa harus memberikan suatu

pengalaman (product and service shouled be an experience),seperti :

a. Pengalaman Fiskal

Pengalaman yang diperoleh dari interaksi fisik manusia dengan lingkungan

sekitar dapat merangsang seluruh panca indera manusia. Seperti

menghabiskan malam panjang di Hard Rock Cafe, seluruh panca indera

kita akan dibuai oleh atmosfer kejayan musik rock tahun 1970-an, foto

(41)

b. Pengalaman Emosional

Pengalaman yang timbul karena adanya interaksi yang membangkitkan

emosi, baik emosi yang meningkatkan prestige maupun emosi yang

memperlihatkan identitas dan ekspresi manusia. Misalnya para wanita

modern, indpendent dan tak tunduk pada determinasi laki-laki, Confident

dan menjadi diri sendiri, berani dan sebagaina.

c. Pengalaman Intelektual

Pengalaman karena adanya kemampuan untuk menggali potensi dan

aktualisasi diri. Misalnya mengikuti executive education workshop.

d. Pengalaman Spiritual

Pengalaman yang diperoleh manusia melalui sisi religius manusi, seperti

mengikuti ceramah dan pengajian Aa Gym sehingga memperoleh

kedamaian dunia-akhirat.

Dari pengertian-pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Pemasaran

Berdasarkan Pengalaman merupakan suatu konsep pemasaran yang menekankan

kinerja produk dan jasa yang memberikan pengalaman emosional, positif dan

mengesankan kepada konsumen, juga menyentuh hati dan perasaan sehingga mau

menggunakan produk dan jasa.

2.1.2.1Kunci Pokok Experiential Marketing

Dalam jurnalnya Osin Tauli (2012:3) mengatakan terdapat 3 kunci pokok

(42)

a. Pengalaman pelanggan

Pengalaman pelanggan melibatkan panca indra, hati pikiran yang dapat

menempatkan pembelian produk atau jasa di antara konteks yang lebih

besar dalam kehidupan.

b. Pola Konsumsi

Analisis pola konsumsi dapat menimbulkan hubungan yang menciptakan

sinergi yang lebih besar. Produk dan jasa tidak lagi dievaluasi secara

terpisah tetapi dapat dievaluasi sebagai bagian dari keseluruhan pola

penggunaan yang sesuai dengan kehidupan konsumen. Hal yang

terpenting, pengalaman setelah pembelian diukur melalui kepuasan dan

loyalitas.

c. Kepuasan Rasional dan Emosional

Pengalaman dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi fantasi,

perasaan dan kesenangan. Banyak keputusan dibuat dengan menuruti kata

hati dan tidak rasional. Experiential marketing membuat pelanggan merasa

senang dengan keputusan pembelian yang telah dibuat.

2.1.2.2Strategi Expereintial Marketing

Menurut Rini (2009:16) Strategi Expereintial Marketing merupakan modul

yang digunakan untuk menciptakan berbagai pengalaman bagi konsumen.Strategi

Expereintial Marketing yaitu :

1. Sense (perasaan yang timbul melalui pengalaman panca indera)

Merupakan salah satu cara untuk menyentuh emosi konsumen melalui

(43)

telinga, lidah, kulit, dan hidung) yang mereka miliki melalui produk dan

service. Sense marketing bisa digunakan untuk mendiferensiasikan

perusahaan dan produk, memberikan motivasi kepada pelanggan, serta

menambah nilai produk. Sense marketing harus bisa mempengaruhi pancara

indera pelanggan. Sense yang ditawarkan perusahaan harus stimulus dengan

baik agar dapat memberikan suatu pengalaman yang mengesankan.

Sense sebagai differentiator jika suatu perusahaan menawarkan suatu

produk/jasa yang didesain secara khusus. Sense sebagai motivator jika suatu

perusahaan dapat memotivasi pelanggan untuk mencoba dan membeli produk

yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut tanpa iklan yang berlebihan. Sense

sebagai value provider jika suatu perasaan dapat memberikan nilai yang unik

kepada pelanggan.

Sense marketing untuk ketiga hal tersebut dilakukan melalui model

S-P-C (Stimuli, Procesess,Consequences) yaitu untuk mendiferensiasikan

produk melalui daya tarik panca indera dengan ransangan yang sesuai. Untuk

memotivasi pelanggan perlu proses identifikasi, akhirnya untuk mendapatkan

nilai bagi pelanggan kita perlu mengetahui konsekuensi dari daya tarik panca

indera tersebut.

a. Stimuli atau Rangsangan

Sebagai pelanggan, setiap hari kita menerima banyak sekali rangsangan

yang direkam melalui retina mata, telinga dan sel saraf untuk rasa dan bau

dalam bentuk informasi. Dari sekian banyak informasi mana yang akan

(44)

b. Process atau Proses

Proses berkaitan dengan bagaimana kelima panca indera tersebut

dirangsang. Ada tiga prinsip yang diterapkan dalam tahap ini yaitu

modulity principles (prinsip yang berhubungan dengan perasaaan

bagaimana kombinasikan beragam perasaan penglihatan, pendengaran,

bau, dan rasa) untuk memberikan informasi yang maximal kepada

pelanggan.

c. Consequences atau Dampak

Model ini merupakan dampak yang timbul dari proses yang telah dialami

konsumen, seperti perasaan senang dan kegembiraan dan lain sebagainya.

2. Feel ( Perasaan yang timbul melalui pengalaman emosi )

Feel marketing dapat dilakukan service dan layanan yang bagus, serta

keramahan pelayan. Agar konsumen mendapatkan feel yang kuat terhadap

suatu produk dan jasa, maka produsen harus mampu memperhitungkan

kondisi konsumen dalam arti memperhitungkan mood yang dirasakan

konsumen.

Kita tahu bahwa, perasaan paling kuat terjadi pada saat

mengkonsumsi produk tersebut. Oleh karena itu, promosi tidak akan bisa

menyentuh emosi pelanggan dalam mengkonsumsi produk tersebut. Untuk

mencapai feel marketing yang dibutuhkan adalah pendekatan yang bisa

membangkitkan emosi pelanggan dengan mengusahakan pelanggan agar

(45)

pelanggan mengalami feel bad, ia akan menghindari produk dan

meninggalkan perusahaan. Jadi bila strategi pemasaran kita dapat membuat

perasaaan lebih baik secara konsisten pelanggan, dia akan membentuk

loyalitas pelanggan dengan kuat.

Feel dalam experiential marketing erat kaitannya dengan pengalaman

afektif. Dalam mengukur feel ini seorang pemasar harus mempertimbangkan

mood dan emotion pelanggan, seorang experiential marketing dikatakan

berhasil apabila dapat membuat mood dan emotion pelanggan sesuai dengan

keinginannya. Moods dapat diperoeh melalui rangsangan khusus dimana

pelanggan tidak menyadari hal tersebut, sedangkan emosi

diusahakan/dilakukan secara sengaja oeh perusahaan, misalnya emosi

kecemburuan, kemarahan atau bahkan cinta. Kesemuanya itu disebabkan

karyawan, perusahaan, produk atau komunikasi atau sesuatu hal secara

sengaja.

3. Think

Think marketing untuk mempengaruhi pelanggan agar terlibat dalam

pemikiran yang kreatif dan menciptakan kesadaran melalui proses berfikir

yang berdampak evaluasi ulang terhadap perusahaan, produk, dan jasanya.

Suatu perusahaan berusaha untuk menantang konsumen dengan cara

memberikan problem solving experiences, dan mendorong pelanggan untuk

(46)

produk. Sebaiknya untuk berfikir kreatif dibutuhkan dua cara berfikir

konvergen dan divergen. Berpikir konvergen adalah cara berpikir analistis,

mendefinisikan masalah secara rasional. Sedangkan berpikir divergen yaitu

cara berpikir yang bebas bergerak, asosiatif, kemampuan menghasilkan

banyak id, fleksibel untuk merubah perspektif pemikiran dan ide original.

Para pemasar erlu untuk menggunakan dua konsep cara berpikir dalam

membuat pesan unik.

4. Act

Act didesain untuk menciptakan pengalaman konsumen dalam

hubungan dengan physical body, lifestyle dan interaksi dengan orang lain.

Pesan-pesan yang memotivasi, menginspirasi dan bersifat spontan dapat

menyebabkan pelanggan untuk berbuat hal-hal dengan cara yang berbeda,

mencoba dengan cara yang baru merubah hidup mereka lebih baik. Pelanggan

akan bertindak (melakukan pembelian) karena pengaruh luar (referent belief)

berupa norma sosial dan opini, juga pengaruh dari dalam (Outcome beliefs)

berupa sikap dan tekanan. Tugas experiential marketer adalah menciptakan

meiu yang mendukung elanggan untuk berinteraksi menggabungkan

pengaruh eksternal dengan feel dan think pelanggan untuk dijadikan suatu

aksi yang akan menghasilkan kenangan tak terlupakan (memorable

(47)

5. Relate

Relate marketing menggabungkan aspek sense, feel, think dan act

dengan maksud untuk mengkaitkan individu dengan apa yang diluar dirinya

dan mengimplementasikan hubungan antara other people dan other social

group sehingga mereka bisa merasa bangga dan diterima dikomunitasnya.

Ketika relate marketing mampu mebuat pelanggan masuk dalam komunitas

serta merasa bangga dan diterima maka akan memberikan pengaruh positif

terhadap loyalitas pelanggan tetapi ketika relate marketing tidak berhasil

mengkaitkan individu maka tidak mungkin loyal dan memberikan dampak

negatif.

Berdasarkan uraian di atas bisa disimpulkan bahwa pemasaran

berdasarkan pengalaman atau yang disebut experiential marketing melalui sense,

feel, think, act dan relate merupakan strategi untuk membentuk pengalaman

pelanggan. Untuk menciptakan pengalaman yang mengesankan (memorable

experience), pemasar harus memegang kelima panca indera pelanggan untuk

merasakan sesuatu yang menyenangkan, dengan mengusahakan supaya pelanggan

feel good dan membuat emosi konsumen sama apa yang diinginkannya.

Pemasaran berdasarkan pengalaman menciptakan preferensi pelanggan yang

membedakan suatu produk/jasa yang lainnya. Konsep pemasaran yang

menekankan adanya pengalaman konsumen ini merupakan salah satu keunggulan

(48)

2.1.3 Loyalitas Pelanggan

Menurut Handy dalam Cristin (2009:53) Loyalitas pelanggan adalah

sebagai berikut :

“Pelanggan yang komplain adalah pelanggan yang loyal. Pelanggan yang

komplain dan yang sudah diberikan penyelesaian, sangatlah mungkin tingkat

kepuasannya lebih tinggi (lebih loyal) daripada pelanggan yang tidak komplain.”

Menurut Kotler dalam Japariyanto,dkk (2007:36) Loyalitas pelanggan

adalah sebagai berikut :

“Konsumen yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia membeli, tapi dari

berapa sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini merekomendasikan

orang lain untuk membeli.”

Menurut Jill Griffin (2005:5) yang diterjemahkan oleh Dwi Kartini Yahya

mengemukakan bahwa :

“Perilaku pembelian yang didefinisikan pembelian nonrandom yang diungkapkan

dari waktu ke waktu oleh beberapa unit pengambil keputusan”. Istilah nonrandom

merupakan kuncinya. Seorang pelanggan yang loyal memiliki prasangka spesifik

mengenai apa yang dibeli dan dari siapa. Selain itu, loyalitas menunjukan kondisi

dari durasi waktu tertentu dan mensyaratkan bahwa tindakan pembelian terjadi

kurang dari dua kali. Terkhir unit pengambilan keputusan menunjukan bahwa

keputusan untuk membeli mungkin dilakukan lebih dari satu orang.

Dapat disimpulkan bahwa loyalitas pelanggan merupakan suatu ukuran

untuk mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam mengambil suatu

(49)

selalu puas akan pelayanan perusahaan lebih mudah untuk mempertahankan dan

mengembangkan usahanya karena konsumen yang setia berarti loyal terhadap

produk tersebut, sehingga konsumen sering melakukan pembelian ulang dan rela

membayar.

2.1.3.1Manfaat Loyalitas Pelanggan

Loyalitas merupakan asset tak ternilai bagi perusahaan, dengan tingginya

loyalitas dari pelanggan, maka akan mengurangi kerawanan dari persaingan, tidak

perlu adanya promosi yang berlebihan untuk menjaga pelanggan agar tidak

beralih pada pesaing. Lebih lengkap menurut Griffin (2005: 12) mengemukakan

keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki

pelanggan yang loyal antara lain :

a) Mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan baru

lebih mahal).

b) Mengurangi biaya transaksi (seperti: biaya negosiasi kontrak, pemprosesan

order,dll).

c) Mengurangi biaya turn over pelanggan (karena pergantian pelanggan lebih

sedikit)

d) Meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar

perusahaan

e) Word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang

loyal juga berarti mereka puas.

(50)

2.1.3.2 Karakteristik Loyalitas Pelanggan

Pelanggan yang loyal merupakan aset tak ternilai bagi perusahaan karena

karakteristik atau tingkatan bagi pelanggan yang loyal menurut Griffin (2005:31)

mempunyai ciri sebagai berikut :

1. Melakukan pembelian secara teratur (repeat purchase)

Artinya pembelian berulang secara regular kontinuitas pelanggan dalam

melakukan pembelian atau konsumsi atas produk yang ditawarkan oleh

perusahaan.

2. Membeli di luar lini produk/jasa (purchase across product lines)

Artinya pembelian yang dilakukan oleh pelanggan atas berbagai lini produk

perusahaan.

3. Merekomendasikan kepada orang lain (referrals)

Artinya kesediaan pelanggan dalam memberi referensi kepada pihak lain untuk

mengkonsumsi produk.

4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik pesaing (tidak mudah terpengaruh oleh

daya tarik produk sejenis dari pesaing) (retention).

Artinya kekebalan atau tidak terdapatnya ketertarikan pelanggan terhadap

pelayanan sejenis dan bentuk-bentuk promosi pesaing. Hal ini berhubungan

dengan perhatian pelanggan tentang apa yang dilakukan oleh perusahaan

berkaitan dengan layanan produk dan jasa yang diberikan yang dirasa

memuaskan.

Semua karakteristik di atas dapat terwujud, jika pelanggan yang

(51)

tersebut. Pelanggan yang puas terhadap kualitas jas/pelayanan yang baik akan

senang melakukan pembelian atau menggunakan jasa secara berulang-ulang, lebih

lanjut mereka dengan mudah merekomendasikan kepada orang lain mengenain

keungulan suatu produk atau jasa.

2.1.3.3. Tahapan Loyalitas Pelanggan

Untuk menjadi pelanggan yang loyal, seseorang harus melalui beberapa

tahapan dengan suatu proses yang dapat berlangsung lama. Menurut Griffin

(2005:35) tingkatan loyalitas terdiri dari :

1. Suspect

Tersangka (suspect) adalah orang yang mungkin membeli produk dan jasa

anda. Kita menyebutnya tersangka karena kita percaya atau menyangka

mereka akan membeli, tetapi kita masih belum cukup yakin.

2. Prospek

Prospek adalah orang yang membutuhkan produk dan jasa anda dan

kemampuan membeli.

3. Prospek yang diskualifikasi

Prospek yang didiskualifikasi adalah prospek yang telah cukup anda pelajari

untuk mengetahui bahwa mereka tidak membutuhkan, atau tidak memiliki

kemampuan membeli produk anda.

4. Pelanggan pertama kali

Pelanggan pertama kali adalah orang yang telah membeli dari anda satu kali.

Orang tersebut bisa jadi merupakan pelanggan anda dan sekaligus juga

(52)

5. Pelanggan berulang

Pelanggan berulang adalah orang-orang yang telah membeli dari dua kali atau

lebih.

6. Klien

Klien membeli apapun yang anda jual dan dapat ia gunakan. Orang ini

membeli secara teratur. Anda memiliki hubungan yang kuat dan berlanjut,

yang menjadikan kebal terhadap tarikan pesaing.

7. Penganjur (Advocate)

Seperti klien, penganjur membeli apapun yang anda jual dan dapat ia gunakan

serta membelinya secara teratur, tetapi penganjur juga mendorong orang lain

untuk membeli dari anda. Ia membicarakan anda, melakukan pemasaran bagi

anda dan membawa pelanggan kepada anda.

2.1.3.4. Keuntungan dari Pelanggan yang Loyal

Jill Griffin (2005 : 13) mengemukakan keuntungan jika perusahaan

memiliki pelanggan yang loyal yaitu :

a. Penjualan naik karena pelanggan membeli lebih banyak;

b. Memperkuat posisi perusahaan di pasar karena pembeli membeli produk kita

daripada produk pesaing

c. Biaya pemasaran menurun karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk

memikat pelanggan berulang;

d. Lebih terlindungi dari persaingan harga karena pelanggan yang loyal kecil

kemungkinannya terpikat dengan diskon;

Pelanggan yang puas cenderung mencoba lini produk kita dengan demikian

(53)

2.1.3.5. Jenis-Jenis Loyalitas Pelanggan

Menurut Griffin (2005:22) jenis-jenis loyalitas pelanggan adalah sebagai

berikut:

Berikut penjelasan Griffin (2005:22) dari tabel jenis-jenis kesetiaan

pelanggan:

1. Tanpa loyalitas (no loyality)

Untuk berbagai alasan yang berbeda ada pelanggan yang tidak

mengembangkan seuatu kesetiaan terhadap barang/jasa tertentu. Secara

umum, perusahaan harus menghindari membidik para pelanggan jenis ini

karena merka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang loyal.

2. Kesetiaan yang lemah (inertia loyality)

Pelanggan yang memiliki sikap ini biasanya membeli berdasarkan kebiasaan.

Dasar yang digunakan untuk pembelian barang/jasa biasanya karena sudah

terbiasa memakainya / karena faktor situasional. Kegiatan ini biasanya banyak

terjadi terhadap barang/jasa yang sering dipakai. Contoh dari kesetiaan ini :

Gambar

Tabel 2.1 Jenis-Jenis Kesetiaan
Tabel 2.2 Tabel Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1  Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambar 8, pengujian deteksi gerakan manusia dilakukan dengan tubuh berdiri di depan sensor ultrasonik atau ben- da-benda yang dapat menghalangi sensor

Sesuai dengan Surat Bank Indonesia No.13/658/DPNP/IDPnP tgl 23 September 2011, Bank tidak diwajibkan lagi untuk membentuk cadangan kerugian penurunan nilai atas aset non

KEPADA PESERTA PELELANGAN YANG KEBERATAN, DIBERIKAN KESEMPATAN UNTUK MENYAMPAIKAN SANGGAHAN KHUSUSNYA MENGENAI KETENTUAN DAN PROSEDUR YANG TELAH DITENTUKAN DALAM

return saham, earning per share (EPS) (α=0,000 ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham tetapi price earning ratio (PER) ( α=0,174 )..

(Effective Financial Structure) Rasio struktur keuangan efektif menunjukkan bahwa rasio aset lancer (E2), rasio pinjaman dari luar (E6) dan rasio modal lembaga (E8)

[r]

Sedangkan hewan dari Group F (Trial IV) dan semua hewan dari kelompok Atropin tidak diperiksa secara mikroskopik. ,Saii-htrarr ccnra: Secara miltroskopik, di sam-

Berbeda halnya dengan unsupervised learning yang mana data tidak memiliki label, pengelompokan atau cluster adalah teknik yang umum dilakukan pada teknik jenis