• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengalaman Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Penelitian Pada Beberapa Kantor Akuntan Publik Di Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pengalaman Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Penelitian Pada Beberapa Kantor Akuntan Publik Di Bandung)"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

THE EFFECT OF EXPERIENCE AND AUDITOR

INDEPENDENCE ON THE AUDIT QUALITY

(RESEARCH ONSOMEPUBLIC ACCOUNTING FIRMS

INBANDUNG)

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuSyaratUjian Sidang Guna Memperoleh Gelar Serjana Ekonomi Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA : DANIEL DWI JAYA NIM : 21108106

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(3)
(4)

i

Bandung. Fenomena yang terjadi adalah kurangnya pengalaman seorang auditor dalam melakukan pengauditan, yang menghasilkan kualitas audit yang kurang memadai. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pengalaman dan independensi auditor terhadap kualitas audit pada beberapa Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung.

Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kualitatif (deskriptif) dan kuantitatif (verifikatif). Populasi dalam penelitian ini adalah 10 Kantor Akuntan Publik yang berjumlah 43 auditor dan sampelnya adalah 30 auditor. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan regresi berganda, korelasi Pearson, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan bantuan program aplikasi SPSS 18.0 for Windows.

Hasil penelitan ini menunjukkan bahwa pengalaman auditor pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung secara keseluruhan termasuk dalam kriteria baik, selanjutnya variabel independensi auditor termasuk kriteria baik juga pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung. Variabel kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Bandung termasuk kategori sangat baik. Pengalaman dan independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Kemudian berdasarkan pengujian secara simultan dan parsial pengaruh pengalaman dan independensi juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

(5)

ii

conducting audits, which resulted in an inadequate audit quality. The purpose of this study is to determine the effect of experience and independence of the auditor to audit quality of some public accounting firms in Bandung.

The method in this research is qualitative (descriptive) and quantitative (verifikatif). The population in this study were 10 public accounting firms, amounting to 43 auditors and the sample was 30 auditors. Statistical test used is the calculation of multiple regression, Pearson correlation, coefficient of determination, hypothesis testing and also using the aid program SPSS 18.0 for Windows applications.

The results of this research indicate that auditor experience in public accounting firms in Bandung as a whole region is included in both criteria, then the auditor independence variables including included in both criteria in the public accounting firms in Bandung. Variable audit quality in the public accounting firms in Bandung, including the category is very good. Experience and independence of the auditor has a positive and significant impact on audit quality. Then based on simultaneous testing and partial experience and independence of the auditor also has a positive and significant impact on audit quality.

(6)

iii

Segalapujidansyukurpenulispanjatkankehadirat Allah SWT, yang telahmelimpahkanrahmatdankarunia-Nyaberupapikiran, tenagadansegalasesuatu yang dianugerahkan-NyasehinggapenulisdapatmenyelesaikanSkripsiini.

Skripsiiniberjudul“PENGARUH PENGALAMAN DAN

INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

(PENELITIAN PADA BEBERAPA KANTOR AKUNTAN PUBLIK DI BANDUNG)”.yangdisusunsebagaisyaratuntukmemenuhisalahsatusyaratujiansida nggunamemperolehgelarSarjanaEkonomi Program StudiAkuntansi.

Karenaketerbatasanwaktu, pengetahuan, pengalaman, sertakesempatan

yang ada,

penulismenyadaribahwapenyusunanSkripsiinimasihjauhdarisempurnabaikdarimat

eri, analisis,

maupunsistematikapembahasanya.Walaupundemikianpenulisberharapsemogapeny usunanSkripsiinidapatmemberimanfaatdanpengetahuanbagikitasemua.

Selanjutnyapadakesempataninipenelitimenyampaikanketulusanhatiuntukm enggungkapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnyakepada :

1 Dr. Ir. Eddy SoeryantoSoegoto, M.Sc., selakuRektorUniversitasKomputer Indonesia, Bandung.

(7)

iv

Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5 Wati ArisAstuti, SE., M.Si., selaku Dosen Wali Penulis yang selalu sabar dan baik dalam membimbing Penulis dari tahun ke tahun hingga sampai pada tahap penelitian ini.

6 Lilis Puspitawati, SE., M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing penulis yang selalu sabar dan baik dalam membimbing dan memberikan arahan serta saran kepada penulis, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

7 Seluruh Staff Dosen dan Sekretariat Program Studi Akuntansi Univesitas Komputer Indonesia.

8 Mamah dan Papah tersayang, dan seluruh keluarga Penulis ucapkan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam, karena telah membimbing, membantu, membesarkan penulis, dan mengorbankan seluruh jiwa dan raga demi kelangsungan hidup Penulis.

9 Kakak dan kakak ipar tersayang Penulis ucapkan terimakasih atas segala bantuan, pengorbanan dan semangat yang telah diberikan kepada Penulis. 10 Agus Hanifka Gusti, selaku saudara Penulis dan keluarga besar YOMA

Komputer ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan pengorbanannya yang telah diberikan kepada Penulis.

11 Semua auditor pada Kantor Akuntan Publik yang telah berkenan menjadi

(8)

v

amal baik yang telah diberikan kepada penulis, mendapat ridho dari Allah SWT,

Amin.

Bandung, Agustus 2012

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 7

1.2.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 9

(10)

vii

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Audit ... 12

2.1.1.1 Pengertian Audit ... 12

2.1.1.2 Standar Auditing ... 13

2.1.2 Pengalaman Auditor ... 15

2.1.2.1 Pengertian Pengalaman Auditor ... 15

2.1.2.2 Indikator Pengalaman Auditor ... 17

2.1.3 Independensi Auditor ... 18

2.1.3.1 Pengertian Independensi Auditor... 18

2.1.3.2 Indikator Independensi Auditor ... 19

2.1.3.3 Faktor-Faktor yang mengganggu Independensi Auditor ... 20

2.1.4 Kualitas Audit... 21

2.1.4.1 Pengertian Kualitas Audit ... 21

2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Profesi Akuntan Publik ... 22

2.1.4.3 Indikator Kualitas Audit ... 23

2.2 Kerangka Pemikiran ... 24

2.2.1 Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit ... 25

(11)

viii

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 32

3.2 Metode Penelitian ... 33

3.2.1 Desain Penelitian ... 35

3.2.2 Operasionalisasi Variabel ... 37

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data... 40

3.2.3.1 Sumber Data ... 40

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data ... 41

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 44

3.2.5.1 Rancangan Analisis ... 44

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik ... 74

4.1.1 Sejarah Kantor Akuntan Publik ... 74

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 79

4.1.3 Job Description ... 82

4.1.4 Aktivitas Perusahaan... 87

4.2 Karakteristik Responden ... 90

(12)

ix

4.3 Analisis Deskriptif ... 93

4.3.1 Analisis Deskriptif Pengalaman Auditor ... 94

4.3.2 Analisis Deskriptif Independensi Auditor... 99

4.3.3 Analaisis Deskriptif Kualitas Audit ... 104

4.4 Analisis Verifikatif ... 110

4.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 110

4.4.1.1 Uji Asumsi Klasik ... 110

4.4.1.2 Uji Regresi Linear Berganda ... 115

4.4.2 Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit ... 121

4.4.2.1 Koefisien Korelasi ... 121

4.4.2.2 Koefisien Determinasi ... 122

4.4.2.3 Pengujian Hipotesis... 123

4.4.3 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit ... 126

4.4.3.1 Koefisien Korelasi ... 126

4.4.3.2 Koefisien Determinasi ... 127

4.4.3.3 Pengujian Hipotesis... 128

4.4.4 Pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit... 131

4.4.4.1 Koefisien Korelasi ... 131

(13)

x

5.2 Saran ... 139

5.2.1 Saran Secara Praktis ... 139

5.2.2 Saran Secara Akademis... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 141

RIWAYAT HIDUP ... 144

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan menyediakan berbagai informasi keuangan yang bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan keuangan yakni relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut sangatlah sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak ketiga yaitu auditor independen untuk memberi jaminan bahwa laporan keuangan tersebut memang relevan dan dapat diandalkan serta dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Auditor independen juga sering disebut sebagai akuntan publik. Singgih dan Bawono (2010)

(15)

pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan. Elfarini (2007).

Namun selain standar audit, akuntan publik juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya. Elfarini (2007).

Sehubungan dengan hal tersebut, maka auditor dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan dari klien (perusahaan) yaitu dengan tetap menjaga akuntabilitasnya. Akuntabilitas publik auditor sangat ditentukan oleh kualitas laporan audit yang dibuatnya. Utami (2003). De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003: 25) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

(16)

pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa auditor yang sama diwaktu yang akan datang.

Faktor lain yang juga penting dalam mempengaruhi kualitas audit yaitu pengalaman. Menurut Loehor (2002: 2) pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama, benda, alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardianingsih (2002) disebutkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan kesalahan lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Adi Setiantoro (2005) yang memberikan kesimpulan bahwa pengalaman mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas audit. Jangka waktu bekerja seseorang sebagai auditor menjadi bagian penting yang mempengaruhi kualitas audit. Dengan bertambahnya waktu bekerja auditor maka akan diperoleh pengalaman baru. Berdasarkan uraian di atas dan dari penelitian yang terdahulu dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor dapat dibentuk diantaranya melalui pengetahuan dan pengalaman. Elfarini (2007)

Namun sesuai dengan tanggungjawabnya untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan suatu perusahaan maka akuntan publik tidak hanya perlu memiliki kompetensi atau keahlian saja tetapi juga harus independen dalam pengauditan. Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2009) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini

(17)

dipengaruhi), karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor harus melaksanakan kewajiban untuk bersikap jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditor dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan. Elfarini (2007)

Independensi menurut Mulyadi (2002 : 26-27) adalah Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Alim dkk (2007) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Demikian juga, Castellani (2008) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh pada kualitas audit baik secara parsial maupun simultan.

(18)

publik. Seperti kasus yang menimpa PT Taspen yang di audit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Ngurah Arya dan Rekan, telah terjadi kesalahan pencatatan dalam audit laporan keuangan Taspen tahun buku 2005. (Bisnis Indonesia, 2006)

PT Taspen memberi waktu sepekan bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) Ngurah Arya dan Rekan untuk memberikan penjelasan resmi terkait kesalahan pencatatan dalam audit laporan keuangan Taspen tahun buku 2005. Direktur Utama PT Taspen Achmad Subianto mengatakan kesalahan audit itu bukan terjadi dalam pencatatan keuangan Taspen, melainkan dilakukan pada tahap auditing oleh KAP bersangkutan berupa salah kutip maupun salah tulis. Dia menyebutkan kesalahan itu di antaranya mengenai pencatatan aktiva bersih 2004 yang seharusnya Rp245 miliar, namun ditulis Rp249 miliar. “Tak ada potensi kerugian negara Rp4 miliar. Mereka salah kutip.” Kesalahan fatal lainnya, adalah salah ketik laba setelah pajak PT Arthaloka Indonesia yakni senilai Rp4,175 miliar dan Rp4,385 miliar. Dalam audit mereka, angka itu dikategorikan sebagai laba sebelum pajak. (Bisnis Indonesia, 2006)

(19)

di lapangan mengenai hari efektif dan jumlah auditor, dia menjelaskan hal itu karena tim audit kesulitan mencapai target waktu dalam kontrak, sehingga mengerahkan personil lebih banyak dibandingkan di kontrak. “Memang ada juga kelebihan pembayaran dari nilai kontrak, tapi kami sudah melakukan pengembalian,” jelasnya. (Bisnis Indonesia, 2006)

Penelitian ini merupakan penggabungan dari penelitian-penelitian terdahulu. Peneliti menggunakan Subjek yang berbeda yaitu Badan Pemeriksa Keuangan. Penelitian ini menjadi penting karena kualitas audit saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting karena hasil audit digunakan oleh banyak pihak dan digunakan untuk mengambil keputusan.

(20)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan uraian latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kualitas Audit dipengaruhi oleh auditor yang berpengalaman dengan berdasarkan kode etik auditor dan standar audit.

2. Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit adalah independensi. Independensi adalah Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.

(21)

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengalaman Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

2. Bagaimana Independensi Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

3. Bagaimana Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

4. Bagaimana pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP), baik secara simultan maupun parsial.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

(22)

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Pengalaman Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Independensi Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung

3. Untuk mengetahui Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Bandung, baik secara simultan maupun parsial.

1.4. Kegunaan Penelitian

Pada penelitian ini Penulis mengharapkan manfaat yang maksimal, walaupun dilaksanakan dengan kemampuan yang terbatas, sehingga penyajian jauh dari kesempurnaan. Adapun kegunaannya adalah sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Praktis

(23)

1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Penulis

Penelitian ini dilakukan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman bagi Penulis mengenai Pengaruh Pengalaman dan Independen Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan penelitian ini juga penulis berharap dapat menambah pemahaman lebih terhadap dunia perusahaan terutama yang berkaitan dengan sesuai judul yang penulis ambil.

2. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada peneliti lain atau para akademis yang akan mengambil skripsi atau tugas akhir dalam kajian yang sama sekaligus sebagai referensi di dalam penulisan.

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

(24)

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan selesai dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1

Jadwal Penelitian Pada Tahun 2012

No Kegiatan

3 Pengumpulan Data

4 Pengolahan Data

5

Penyusunan Skripsi: a. Bimbingan Skripsi

b. Sidang Skripsi

c. Pengumpulan draf

(25)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Audit

2.1.1.1 Pengertian Audit

Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

Auditing is accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.

Auditing adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti atau evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi tersebut dan criteria yang ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Sedangkan, “Report of the Committee on Basic Auditting Concepts of the

American Accounting Association” (Accounting Review, vol. 47) memberikan definisi audit sebagai :

“Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

(26)

independen. Kompetensi orang-orang yang melaksanakan audit akan tidak ada nilainya jika mereka tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Arens et al (2008 : 5)

2.1.1.2 Standar Auditing

Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. SPAP (2001: 110.1)

Arens et al (2008 : 42) menyatakan Standar auditing bahwa:

“Standar auditing merupakan pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit atas laporan keuangan historis. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitas professional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan, dan bukti.”

Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut Sukrisno Agoes (2004: 33) :

a. Standar Umum;

(27)

Uraian tentang standar auditing sebagai berikut: a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

(28)

2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas

2.1.2 Pengalaman Auditor

2.1.2.1Pengertian Pengalaman Auditor Menurut Loehoer (2002: 2) Pengalaman adalah :

“Akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 26) Pengalaman adalah :

(29)

Sukrisno Agoes (2004: 33) berpendapat bahwa auditor yang berpengalaman adalah :

“Auditor yang mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.”

De Angelo dalam Frianty (2005: 22) membagi keahlian auditor menjadi 2 bagian yaitu pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dapat diukur dari tingkat pendidikan seseorang, baik yang formal maupun non formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang ditempuh sesuai jenjang pendidikan yang diwajibkan. Pendidikan formal yang dimaksud seperti pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang biasanya memiliki jangka pendek, seperti kursus atau pelatihan.

(30)

pelanggaran atau kesalahan pada sistem akuntansi klien. Sedangkan pelaporan dalam pelanggaran berkaitan dengan independensi auditor.

2.1.2.2Indikator Pengalaman Auditor

Auditor harus memperhatikan standar teknik profesi dan etika dan berupaya terus untuk meningkatkan kemampuan, kualitas pelayanan dan pelaksanaan tanggung jawab profesionalnya untuk mendapatkan kemampuan auditor yang baik. Kemampuan atau kompetensi didapat dari perpaduan pendidikan dan pengalaman. Dimulai dengan penguasaan pendidikan umum bagi penunjukkan sebagai auditor Kode etik profesi dalam Sukrisno Agoes (2004 : 306).

1. Setiap auditor harus berusaha mencapai tingkat kemampuan yang menjamin kualitas pelayanan auditor telah sesuai dengan tingkatan professional yang dituntut oleh standar profesi

2. Pemeliharaan kemampuan untuk mempelajari dan meningkatkan kemampuan profesionalnya.

3. Auditor harus tekun dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap klien.

4. Perencanaan dan pengawasan dengan cukup professional.

Ditambah dengan pengungkapan tentang indikator pengalaman audit oleh Tubbs dalam Mayangsari (2003: 30).

1) Lama melakukan audit

2) Jumlah klien yang sudah diaudit

(31)

2.1.3 Independensi Auditor

2.1.3.1Pengertian Independensi Auditor

Independensi auditor menurut Arens et al (2008 : 111) dapat diartikan:

“Mengambil sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan independensi dalam penampilan (independent in appearance) adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini.”

Independensi auditor menurut Mulyadi (2002: 26-27) dapat diartikan:

“Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.”

Independensi auditor menurut Siti Kurnia R dan Ely Suhayati (2010, 13) dapat diartikan:

“Sebagai sikap mental auditor yang memiliki integritas tinggi, obyektif pada permasalahan yang timbul dan tidak memihak pada kepentingan manapun”.

(32)

2.1.3.2Indikator Independensi Auditor

Pada penelitian ini independensi diproksikan dengan 4 sub variabel menurut teori yang dikemukakan oleh Sukrisno Agoes (2004: 302) yaitu :

1. Lama hubungan dengan klien 2. Tekanan dari klien

3. Telaah dari rekan auditor 4. Jasa non audit

Uraiannya sebagai berikut:

1. Lama hubungan dengan klien

Di Indonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien sudah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun.

2. Tekanan dari Klien

Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam menjalankan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya.

3. Telaah dari Rekan Auditor

(33)

4. Jasa Non audit

Jasa yang diberikan oleh KAP bukan hanya jasa atestasi melainkan juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajakan serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan.

2.1.3.3Faktor-Faktor yang mengganggu Independensi Auditor

Dalam kenyataannya auditor seringkali menemui kesulitan dalam mempertahankan sikap mental independen. Keadaan yang seringkali mengganggu sikap mental independen auditor adalah sebagai berikut Mulyadi (2002: 27) :

1. Sebagai seorang yang melaksanakan audit secara independen, auditor dibayar oleh kliennya atas jasanya tersebut.

2. Sebagai penjual jasa seringkali auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan keinginan kliennya.

3. Mempertahankan sikap mental independen seringkali dapat menyebabkan lepasnya klien.

Terdapat 4 hal yang mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu Elfarini, (2007).:

1. Akuntan publik memiliki mutual atau conflicting interest dengan klien,

2. Mengaudit pekerjaan akuntan publik itu sendiri,

(34)

2.1.4 Kualitas Audit

2.1.4.1 Pengertian Kualitas Audit

SPAP (2001: 110) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Menurut De Angelo dalam Kusharyanti (2003: 25) mendefinisikan kualitas audit adalah:

“Kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien”.

Sedangkan menurut Akmal (2006: 65), kualitas audit adalah:

“Suatu hasil yang telah dicapai oleh subjek/objek untuk memperoleh tingkat kepuasan, sehingga akan menimbulkan hasrat subjek/objek untuk menilai suatu kegiatan tersebut.”

Adapun kemampuan untuk menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan salah saji tersebut tergantung pada independensinya.

(35)

2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Profesi Akuntan Publik

Akuntan publik atau auditor independen dalam menjalankan tugasnya harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Sukrisno Agoes (2004 : 44) ada 8 prinsip yang harus dipatuhi akuntan publik yaitu :

1. Tanggung jawab profesi.

Setiap anggota harus menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2. Kepentingan publik.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3. Integritas.

Setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan intregitas setinggi mungkin.

4. Objektivitas.

Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompetensi dan kehati-hatian professional.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan hati-hati, kompetensi dan ketekunan serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional.

6. Kerahasiaan.

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.

7. Perilaku Profesional.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8. Standar Teknis.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam hal ini adalah standar auditing.

(36)

para pemegang saham dengan menggunakan pihak luar untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan. Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah dibuat oleh auditor. Hal ini berarti auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan. Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik. Elfarini (2007: 24).

2.1.4.3 Indikator Kualitas Audit

Adapun indikator kualitas audit yang dikemukakan SPAP, SA Seksi 411, PSA No.72, 2001 yaitu sebagai berikut:

a) Ketepatan waktu penyelesaian audit b) Ketaatan pada standar auditing

c) Komunikasi dengan tim audit dengan manajemen klien d) Perencanaan dan pelaksanaan

(37)

2.2 Kerangka Pemikiran

Kualitas Audit Menurut De Angelo dalam Kusharyanti (2003 : 25) adalah Kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien. Sehubungan dengan hal tersebut, maka auditor dituntut untuk mempertahankan kepercayaan yang telah mereka dapatkan dari klien (perusahaan) yaitu dengan tetap menjaga akuntabilitasnya. Akuntabilitas publik auditor sangat ditentukan oleh kualitas laporan audit yang dibuatnya.

SPAP (2001: 110) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Lebih lanjut, persepsi pengguna laporan keuangan atas kualitas audit merupakan fungsi dari persepsi mereka atas independensi dan keahlian auditor.

(38)

Namun selain standar audit, auditor juga harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku auditor dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya. Elfarini (2007).

Dengan konsep di atas maka laporan audit menghasilkan informasi laporan keuangan yakni telah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Sehingga laporan keuangan yang berkualitas dapat dipakai bagi pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan yang menggunakan laporan tersebut. Dan juga meningkatkan kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Karena laporan keuangan menyediakan berbagai informasi keuangan yang bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan.

2.2.1 Pengaruh Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit

(39)

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji, baik karena kekeliruan atau kecurangan. Auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak merupakan suatu jaminan. Oleh karena itu salah saji karena kekeliruan atau kecurangan yang ada dalam laporan keuangan tidak berarti sendirinya merupakan bukti kegagalan untuk memperoleh keyakinan memadai, tidak memadainya perencanaan, pelaksanaan atau pertimbangan, tidak menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, dan kegagalan untuk memenuhi standar auditing yang ditetapkan SPAP. Siti Kurnia R dan Ely Suhayati (2010: 42)

2.2.2 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit

(40)

2.2.3 Pengaruh Pengalaman dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit

SPAP (2001: 110) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Standar tersebut mengharuskan auditor untuk mempunyai sikap kompeten dan independen didalam dirinya, yang dimana standar tersebut memberikan keyakinan tinggi terhadap masyarakat agar memberikan penilaian yang baik. Disamping itu, kompeten dan independen juga memberikan pengaruh langsung terhadap kualitas audit yang di lakukan seorang akuntan tersebut dalam melakukan pengauditan. Sukrisno Agoes (2004: 3001)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Tahun

Penelitian Judul Hasil Penelitian

1. Trimanto memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit dengan bahan bukti audit yang dikumpulkan

(41)

Moderating memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit empiris bahwa kompetensi

(42)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Kualitas Audit

Kompeten Auditor

Standar Audit &

Kode Etik Profesi

Independen

Kemampuan Keahlian Pengalaman Informasi

Laporan Keuangan Yang Berkualitas

Memeriksa/Mengaudit Laporan Keuangan

Pemakai Laporan Keuangan Yang Sudah

(43)

Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran

2.3 Hipotesis

Hipotesis berarti pernyataan. Dengan demikian hipotesis berarti pernyataan yang lemah, disebut demikian karena masih berupa dugaan yang belum teruji kebenarannya. Menurut Sugiyono (2009: 64) hipotesis penelitian adalah:

“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris.

Pengalaman Auditor (X1)

Independensi Auditor (X2)

(44)

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa :

H1: Penglaman auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

H2: Independensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

H3: Pengalaman dan independensi auditor berpengaruh signifikan

(45)

32 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi pasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Adapun pendapat Husein Umar (2003:303) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek

penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.

Menurut Suharismi Arikunto dalam bukunya “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek” (2001:29) adalah sebagai berikut :

“Objek penelitian adalah variabel penelitian yaitu sesuatu yang merupakan

inti dari problematika penelitian”.

(46)

3.2 Metode Penelitian

Menurut Umi Narimawati (2008: 127) Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu. Metode yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah metode deskriptif dan verifikatif, menurut Sugiyono dalam bukunya “Statistika Untuk Penelitian” (2005: 2) adalah sebagai berikut :

“Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk

menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008: 45) menyatakan bahwa : “Metode verifikatif yaitu memeriksa benar atau tidaknya apabila

dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa.”

Sesuai dengan hipótesis yang diajukan, dalam penelitian akan digunakan telaah statistika yang cocok, untuk itu dalam analisis menggunakan Analisis Regresi Berganda.

(47)

“Penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dan pekerjaan manusia dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang” Dilihat dari masalah yang diselidiki, maka penelitian ini merupakan suatu jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan verifikatif yang berusaha mencerminkan sebuah unit tertentu dan mencoba menemukan semua variabel penting yang melatar belakangi timbulnya suatu keadaan serta perkembangan variabel tersebut. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh secara jelas tentang suatu situasi atau keadaan tertentu, sedangkan penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui kejelasan hubungan suatu variabel (menguji hipotesis) melalui pengumpulan data di lapangan. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey explanatory, yaitu penelitian

survey yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Penelitian ini mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok atau utama. Menurut Sugiyono (2008: 7):

“Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data-data dari sample yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis”.

(48)

kesempatan yang sama untuk dipilih. Metode survei ini dilakukan tanya jawab oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner. Proses tanya jawab dilakukan secara tertulis untuk menjawab pertanyaan yang ada. Metode ini merupakan metode atau cara yang paling praktis untuk mendapatkan informasi atau pendapat responden tentang objek yang diteliti.

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Menurut Jonathan Sarwono dalam bukunya ”Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif” (2006: 79) desain penelitian dijelaskan sebagai berikut:

“Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun

serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”

Menurut Moh. Nazir dalam bukunya "Metode Penelitian" (2003: 84), desain penelitian adalah sebagai berikut:

“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

(49)

Penjelasan desain penelitian menurut Sugiyono (2009:30) bahwa terdapat enam aspek utama di dalam desain penelitian, yaitu :

1. Rumusan Masalah 2. Landasan Teori 3. Perumusan Hipotesis 4. Pengumpulan Data

a. Populasi dan Sampel b. Instrumen Penelitian 5. Analisis Data

6. Kesimpulan dan Saran

Dari pemaparan di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) yang peneliti terapkan dalam penelitian yaitu:

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian;

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;

4. Menetapkan tujuan penelitian;

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan;

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;

8. Melakukan analisis data;

(50)

Tabel 3.1

Unit Analisis Time

Horizon

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Bisnis” (2002:69), menyatakan :

“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran constructyang lebih baik.”

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Bisnis” (2007:32), menyatakan :

(51)

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai Pengaruh Pengalaman dan Independen Auditor terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung, untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka variabel-variabel yang akan diteliti perlu diberi batasan-batasan sebagai berikut:

a. Variabel Bebas (Independent variable)

Variabel independen adalah suatu variabel bebas dimana keberadaannya tidak dipengaruhi faktor-faktor lain. Namun, variabel independen merupakan faktor penyebab yang dapat mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini variabel yang akan diuji dibedakan atas dua variabel, menurut Sugiyono dalam bukunya “Statistik Untuk Penelitian” (2009: 39) menyatakan :

Variable independent (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variable dependent (terikat).” Variabel independen penelitian ini adalah Pengalaman dan Independen Auditor.

b. Variabel terikat (Dependent variable)

(52)

“Variabel dependent (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” Variabel dependen penelitian ini adalah Kualitas Audit.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Sub

Variabel Indikator Skala

No Kuesioner

Pengalaman Auditor yang mempunyai

pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari. Sukrisno Agoes (2004)

1. Setiap auditor harus berusaha mencapai tingkat kemampuan yang menjamin kualitas pelayanan auditor telah sesuai dengan tingkatan professional yang dituntut oleh standar profesi

2. Pemeliharaan kemampuan untuk mempelajari dan meningkatkan kemampuan profesionalnya. 3. Auditor harus tekun dalam

melaksanakan tanggung jawabnya terhadap klien.

4. Perencanaan dan pengawasan dengan cukup professional. (Kode etik profesi dalam Sukrisno

Agoes, 2004 : 306)

Ordinal 1-3

4-5

6-7

8-10

Independen Sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam

mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam

merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi (2002 : 26-27))

Lama hubungan dengan klien

Lama mengaudit klien Ordinal 11-13

14 diberikan oleh klien

b. Pemberian sanksi dan ancaman pergantian auditor oleh klien c. Fasilitas dari klien

Telaah dari rekan auditor

a. Manfaat telaah dari rekan auditor

b. Konsekuensi terhadap auditor yang buruk

Jasa Non

Audit

a. Pemberian jasa audit & non audit kepada klien yang sama b. Pemberian jasa lain dapat

meningkatkan informasi laporan keuangan

(Lawrence B.Sawyer, 2005) Kualitas

Audit

Kemungkinan (probability) dimana auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien (De Angelo (1981) dalam Kusharyanti (2003 : 25))

a Ketepatan waktu penyelesaian audit

b Ketaatan pada standar auditing c Komunikasi dengan tim audit

dengan manajemen klien d Perencanaan dan pelaksanaan

e Independensi dalam pembuatan

(53)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data Primer. Menurut Sugiyono (2009:137) data primer sebagai berikut:

“Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.”

Menggunakan data primer karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dibutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti. Data primer dalam penelitian ini adalah:

1. Pengalaman auditor yang diperoleh dari auditor yang terdapat di beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung,

2. Independen auditor yang diperoleh dari auditor yang terdapat di beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung,

(54)

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Sebelum menentukan teknik penentuan data yang akan dijadikan sampel, terlebih dahulu dikemukan mengenai populasi dan sampel.

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011: 80) populasi adalah:

“Wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Dalam penelitian ini populasi yang diambil oleh peneliti adalah 10 Kantor Akuntan Publik (KAP) di Wilayah Bandung diantaranya adalah :

Tabel 3.3

Daftar Populasi Penelitian

No Nama KAP Jumlah Auditor

1. Dr. LA Midjan & Rekan 3

2. AF. Rachman & Soetjipto 4

3. Arifin, Halid & Rekan 4

4. Drs. Sehat, Bukit, Keteran 5

5. Koesbandijah, Beddy Samsi & Setiasih 4

6. Sahat P Situmorang 4

7. Erwand, Sugandhi & Soetjipto 5

8. Dra. Yati Ruhiati 4

9. Ahmad Rasyid 4

10. Sanusi, Supardi, dan Soegiharto 6

Jumlah 43

(55)

2. Sampel

Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi. Sugiyono (2011: 81) menjelaskan sampel adalah:

“Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.”

3. Sampling

Mengenai jenis teknik sampling yang tepat ditimbang dari kondisi dan karakteristik populasi yang menjadi objek pada penelitian ini adalah Stratifield Random, Maka populasi yang dilakukan peneliti adalah 43 auditor dari 10 KAP di Wilayah Bandung, dari populasi tersebut peneliti mengambil sampel sebanyak 30 orang. Sampel tersebut akan disebarkan ke 10 KAP di Wilayah Bandung.

Metode penarikan sampel yang digunakan mengacu kepada pendekatan

Slavin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Sumber : Umi Narimawati (2010:38) Ket:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%, 5%, 10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka sampelnya dengan batas kesalahan 5% adalah :

(56)

Dengan demikian, sampel dengan batas kesalahan 5% dalam penelitian ini berjumlah 30 Auditor.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field Research), dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada instansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer (data yang diperoleh langsung dari Kantor Akuntan Publik).

Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut: a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Melakukan pengamatan secara langsung dialokasi untuk memperoleh data yang diperlukan.

b. Wawancara atau Interview

Yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

c. Kuesioner

(57)

Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahulu yaitu melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan bacaan-bacaan lain yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Pada tahap ini juga dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara memperoleh data, dan gambaran cara memperoleh data. Tahapan selanjutnya adalah penelitian untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan guna menjawab persoalan penelitian, memperbanyak literature untuk menunjang data kuantitatif yang diperoleh. Dalam hal ini peneliti juga menggunakan media internet sebagai penelusuran informasi mengenai teori maupun data-data penelitian yang dilakukan.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Menurut Umi Narimawati (2010:41), rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif (kualitatif) dan verifikatif (kuantitatif).

(58)

yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesalahan (validitas) dan kekosistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan-pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.

1. Uji Validitas

Menurut Cooper (2006: 720) validitas adalah

(59)

Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut :

keterangan :

r = Koefisien korelasi pearson X = Skor item pertanyaan Y = Skor total item pertanyaan

N = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrument

Uji keberatan koefisien r dilakukan dengan uji t (taraf signifikan 5%). Rumusan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Dimana :

n = Ukuran sampel

r = Koefisien Korelasi Pearson

Keputusan pengujian validitas instrument dengan menggunakan taraf signifikan dengan 5% satu sisi adalah:

1. Item instrument dikatakan valid jika thitung lebih besar dari atau sama

dengan t0,05 maka instrument tersebut dapat digunakan.

2. Item instrument dikatakan tidak valid jika thitung kurang dari t0,05 maka

(60)

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Pengalaman Auditor (X1) Kuesioner

X1

Korelasi

Pearson Nilai Kritis Hasil Validitas

1 0.237 0,377 Tidak Valid

2 0.418 0,377 Valid

3 0.318 0,377 Tidak Valid

4 0.274 0,377 Tidak Valid

5 0.495 0,377 Valid

6 0.390 0,377 Valid

7 0.446 0,377 Valid

8 0.557 0,377 Valid

9 0.450 0,377 Valid

10 0.424 0,377 Valid

Berdasarkan pertanyaan yang merupakan variabel X1 yaitu Pengalaman

(61)

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Independensi Auditor (X2) Kuesioner

X2

Korelasi

Pearson Nilai Kritis Hasil Validitas

1 0. 291 0,377 Tidak Valid

2 0. 482 0,377 Valid

3 0. 156 0,377 Tidak Valid

4 0. 080 0,377 Tidak Valid

5 0. 409 0,377 Valid

6 0. 329 0,377 Tidak Valid

7 0. 413 0,377 Valid

8 0. 540 0,377 Valid

9 0. 529 0,377 Valid

10 0. 392 0,377 Valid

Berdasarkan pertanyaan yang merupakan variabel X2 yaitu Independensi

(62)

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Kualitas Audit Kuesioner

Y

Korelasi

Pearson Nilai Kritis Hasil Validitas

1 0. 395 0,377 Valid

2 0. 525 0,377 Valid

3 0. 389 0,377 Valid

4 0. 071 0,377 Tidak Valid

5 0. 415 0,377 Valid

6 0. 268 0,377 Tidak Valid

7 0. 509 0,377 Valid

8 0. 538 0,377 Valid

9 0. 093 0,377 Tidak Valid

10 0. 157 0,377 Tidak Valid

Berdasarkan pertanyaan yang merupakan variabel Y yaitu Kualitas Audit setelah melalui proses pengolahan uji validitas dengan menggunakan korelasi pearson SPSS 18 yang dinyatakan valid karena nilai korelasi yang dihasilkan pada korelasi diatas 0,377 , ternyata hanya variabel yang tidak valid yaitu kuesioner 4, 6, 9 dan 10.

(63)

2. Uji Reliabilitas

Menurut Cooper (2006: 716) reliabilitas adalah :

Reliability is a characteristic of meansurenment concerned with

accuracy, precision, and consistency”.

Selain memiliki tingkat kesahihan (validitas) alat ukur juga harus memiliki kekonsistenan. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat pengumpul data pada dasarnya menunjukan tingkat ketepatan, keakuratan, kestabilan, atau kekonsistensian alat tersebut dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok individu, walaupun dilakukan pada waktu yang berbeda. Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pernyataan yang sudah valid, untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman-Brown Correlation) Teknik Belah dua. Metode ini menghitung reliabilitas dengan cara memberikan tes pada sejumlah subyek dan kemudian hasil tes tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama besar (berdasarkan pemilihan genap-ganil). Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

a. Item dibagi dua secara acak (misalnya item ganjil/genap), kemudian dikelompokkan dalam kelompok I dan kelompok II.

(64)

c. Korelasikan skor total kelompok I dan skor total kelompok II.

Sumber : Umi Narimawati (2010:44)

d. Hitung angka reliabilitas untuk keseluruhan item dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Sumber : Narimawati Umi, (2010:44) Dimana

Г1 = reliabilitas internal seluruh item

Гb = korelasi product moment antara belahan pertama dan belahan kedua

Selanjutnya koefisien reliabilitas yang diperoleh dibandingkan dengan 0,70, apabila nilai koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,7 maka butir pernyataan dalam kuesioner dapat diterima.

Tabel 3.7

Standar Penilaian Koefisien Validitas dan Reliabilitas Criteria Reliability Validity

Good 0,80 0,50

Acceptable 0,70 0,30

Marginal 0,60 0,20

Poor 0,50 0,10

Sumber: Barker et al( 2002:70)

(65)

Tabel 3.8

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Kuesioner Koefisien

Reliabilitas Nilai kritis Keterangan

Pengalaman Auditor 0,753 0,70 Reliabel

Independensi Auditor 0,707 0,70 Reliabel

Kualitas Audit 0,702 0,70 Reliabel

3. Uji MSI (data Ordinal ke Interval)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Terlebih dahulu dilakukan tabulasi dan memberikan nilai sesuai dengan sistem yang ditetapkan. Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dengan menggunakan skala ordinal. Untuk teknik perhitungan data kuesioner yang telah diisi oleh responden digunakan skala likert dengan langkah-langkah yaitu, memberikan nilai pemboboton 5-4-3-2-1 untuk jenis pertanyaan positif.

Menurut hays yang dikutip kembali oleh Umi Narimawati (2010:47) Keseluruhan nilai atau skor yang didapat lalu dianalisis dengan cara :

a) Mengolah setiap jawaban dan pertayaan dari kuisioner yang disebarkan untuk dihitung frekuensi dan persentasenya.

b) Nilai yang diperoleh merupakan indikator untuk pasangan variabel independen (X) yaitu X1, X2 , …Xn dan variabel dependen (Y) sebagai

berikut (X1,Y), (X2Y),…(Xn, Y) dan asumsikan sebagai hubungan linear.

(66)

Means of Interval =

Langkah kerja pengolahan dan analisis data dalam analisis regresi multiple linier adalah sebagai berikut :

1) Mengubah skala ordinal menjadi skala interval dengan metode interval berurutan (Method Successive Interval ) untuk variabel bebas maupun terikat yaitu :

a) Ambil data ordinal hasil kuesioner

b) Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya

c) Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulaif. Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal.

d) Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

e) Menghitung nilai skala dengan rumus Method of Successive Interval

Dengan rumus sebagai berikut :

Sumber : Umi Narimawati (2010:47) Dimana :

Means of Interval = Rata-rata interval

Density at Lower limit = Kepadatan batas bawah

Density at Upper Limit = Kepadatan batas atas

Area Under Upper Limit = Daerah di bawah batas

Area at Below Lower Limit = Daerah di bawah batas

(67)

Tabel 3.9

Frekuensi Jawaban Kuesioner Pertanyaan

ke

Frekuensi Masing-Masing Jawaban Total Frekuensi

1 2 3 4 5

1 0 0 4 9 17 30

2 0 0 2 9 19 30

3 0 0 5 11 14 30

4 0 0 1 9 20 30

5 0 0 4 8 18 30

6 0 0 2 5 23 30

7 0 0 0 7 23 30

8 0 0 3 8 19 30

9 0 0 2 10 18 30

10 0 0 5 13 12 30

11 1 2 8 6 13 30

12 0 0 6 8 16 30

13 0 0 5 11 14 30

14 0 0 2 9 19 30

15 0 0 4 8 18 30

16 0 0 5 5 20 30

17 0 0 0 7 23 30

18 0 0 3 8 19 30

19 0 0 4 11 15 30

20 0 0 5 13 12 30

21 0 0 0 16 14 30

22 0 0 1 12 17 30

23 0 0 2 16 12 30

24 0 0 1 16 13 30

25 0 0 3 14 13 30

26 0 0 2 10 18 30

27 0 0 0 10 20 30

28 0 0 0 11 19 30

29 0 0 4 16 10 30

(68)

Tabel 3.10 Proses Uji MSI

Skala Jawaban 1 2 3 4 5

Frekuensi 1 2 85 313 499 900

Proporsi 0.00 0.00 0.09 0.35 0.55

Proporsi Kumulatif 0.00 0.00 0.10 0.45 1.00

zi (3.06) (2.71) (1.29) (0.14)

Densitas 0.0037 0.0101 0.1726 0.3952

Nilai Skala (3.34) (2.86) (1.72) (0.64) 0.71 Transformasi 1.00 1.48 2.62 3.70 5.05

Tabel 3.11

Hasil Uji MSI Pengalaman Auditor

Responden Kuesioner Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(69)

20 5.05 5.05 2.62 3.70 5.05 5.05 5.05 3.70 5.05 3.70

Hasil Uji MSI Independensi Auditor

Responden Kuesioner Ke

(70)

16

Hasil Uji MSI Kualitas Audit

Responden Kuesioner Ke

(71)
(72)

4. Analisis Deskriptif (Kualitatif)

Menurut Sugiyono (2010: 14) analisis kualitatif adalah sebagai berikut: “Metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama dilapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.”

Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana penerapan pengalaman auditor, independensi auditor dan kualitas audit pada beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) di Bandung.

Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian kualitatif menurut Umi Narimawati (2010: 45)adalah sebagai berikut :

a. Setiap indikator yang dinilai oleh responden, diklasifikasikan dalam lima alternatif jawaban yang menggambarkan peringkat jawaban. b. Dihitung total skor setiap variabel / subvariabel = jumlah skor dari

seluruh indikator variabel untuk semua jawaban responden.

c. Dihitung skor setiap variabel / subvariabel = rata – rata dari total skor. d. Untuk mendeskripsikan jawaban responden, juga digunakan statistik

deskriptif seperti distribusi frekuensi dan tampilan dalam bentuk tabel maupun grafik.

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1
Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran
Tabel 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa jenis rasio yang telah diuraikan, maka dapat penulis simpulkan bahwa rasio keuangan merupakan kegiatan memperbandingkan angka- angka yang ada dalam

AN ANALYSIS OF READABILITY OF EXPANDING WORDS IN SUBTITLING OF THE LAST SAMURAI MOVIE..

Dalam tahap ini dilakukan analisa akhir terhadap hasil pengujian yang telah dilakukan, untuk mengetahui apakah pengembangan Image Based CAPTCHA yang terintegrasi

Pada tahap ini dilakukan penggabungan/integrasi terlebih dahulu terhadap dari beberapa data source yang meliputi data keluarga, data kemiskinan, data kecamatan

Berdasarkan uraian di atas, didapatkan bahwa regulasi emosi pada siswa di SMA Islam Cikal Harapan BSD diharapkan dapat membuat siswa tetap positif ketika

Sehingga mempunyai kesiapan mental untuk melaksanakan pendekatan belajar aktif ( active learning strategy ) sebagai hasil dari adanya pembaharuan pendidikan sehingga

Setiap kali menggunakan utilitas sistem atau program aplikasi dari shell, satu atau lebih proses ”child” akan dibuat oleh shell sesuai perintah yang diberikan.. Setiap kali

Dari hasil eksperimen yang telah dilakukan, metode klasifikasi nearest neighbor untuk sistem pengenalan gender ini menghasilkan rata-rata keakuratan terbaik untuk sistem