• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan Taman Nasional Baluran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan Taman Nasional Baluran."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI RESORT

BALANAN TAMAN NASIONAL BALURAN

MAHYOATIY

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Saya dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan Taman Nasional Baluran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

MAHYOATIY. Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan Taman Nasional Baluran. Dibimbing oleh TUTUT SUNARMINTO dan HARNIOS ARIEF.

Area mangrove Resort Balanan merupakan bagian kawasan yang dikelola Taman Nasional Baluran. Ekosistem mangrove di Resort Balanan memiliki sumberdaya alam yang potensial untuk dijadikan daya tarik ekowisata. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan ekowisata mangrove di Resort Balanan, Taman Nasional Baluran berdasarkan aspek permintaan dan aspek penawaran. Penelitian dilakukan di area mangrove Resort Balanan, Taman Nasional Baluran pada 2 Maret – 23 Maret 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapang, penyebaran kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Strategi pengembangan ekowisata mangrove di Resort Balanan dapat dilakukan dengan menyusun paket ekowisata mangrove sesuai dengan minat pengunjung dan memberdayakan masyarakat sekitar dalam kegiatan ekowisata, meningkatkan sarana prasarana ekowisata mangrove serta mempromosikan Resort Balanan melalui berbagai media promosi, meningkatkan pengamanan di Resort Balanan dan meningkatkan mutu sumber daya manusia yang kompeten dalam ekowisata mangrove.

Kata kunci: ekowisata, mangrove, strategi pengembangan, taman nasional baluran

ABSTRACT

MAHYOATIY. The Development of Mangrove Ecotourism in Balanan Resort of Baluran National Park. Supervised by TUTUT SUNARMINTO and HARNIOS ARIEF.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI RESORT BALANAN

TAMAN NASIONAL BALURAN

MAHYOATIY

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2015 ialah ekowisata, dengan judul Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan, Taman Nasional Baluran.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi dan Bapak Dr Ir Harnios Arief, MScF selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran serta arahan selama penelitian berlangsung dan dalam penulisan skripsi. Penghargaan penulis sampaikan pula kepada pihak Taman Nasional Baluran dan masyarakat Desa Wonerejo dan Balanan yang telah membantu penulis, baik dari segi materil maupun tenaga sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

Ungkapan terima kasih yang setulusnya penulis sampaikan kepada Ayahanda Muhammad Umar dan Umi Rasyidah, abang, kakak, adik beserta seluruh keluarga atas dukungan, doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga disampaikan kepada Bukhari, R Hana Nurfitriani, Melita Sari, Mona Annisa, Alkori Nugroho, teman-teman KSHE 48, tim PKLP TNB, keluarga besar IMTR dan Asrama Putri Aceh Pocut Baren atas suka duka, kebersamaan dan dukungannya selama ini, serta semua pihak yang telah memberikan doa dan dukungan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pemikiran 2

METODE 3

Waktu dan Lokasi Penelitian 3

Alat dan Obyek 5

Jenis data 5

Metode Pengumpulan Data 6

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 8

Potensi Sumber daya Ekosistem Mangrove 10

Pengunjung Potensial Ekowisata Mangrove 17

Potensi Masyarakat dalam Mendukung Ekowisata Mangrove 22 Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan 23

SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 28

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jenis, metode dan sumber data 5

2 Jumlah sampel pengunjung dengan menggunakan cluster sampling 6

3 Matriks SWOT 8

4 Aksesibilitas menuju Taman Nasional Baluran 9

5 Aksesibiltas menuju Resort Balanan 9

6 Komposisi Jenis Mangrove 11

7 Jenis-jenis burung yang ditemukan di Resort Balanan 13 8 Karakteristik pengunjung di Taman Nasional Baluran 17 9 Matriks SWOT pengembangan ekowisata mangrove 24

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengembangan ekowisata mangrove 3

2 Peta lokasi penelitian 4

3 Pemandangan lepas menuju pantai 10

4 Akar pasak dan akar tunjang 11

5 Tunggak bekas pencurian kayu santegi (Phemphis accidula) 12

6 Jejak kaki kijang (Muntiacus muntjak) 14

7 Lutung (Trachypithecus auratus) 15

8 Tebing di Blok Balanan 15

9 Alur menentukan potensi unggulan 16

10 Persepsi mengenai mangrove 18

11 Persepsi mengenai pemanfaatan mangrove 19

12 Persepsi mengenai media promosi 20

13 Motivasi pengunjung 20

14 Preferensi pengunjung terhadap kegiatan ekowisata mangrove 21 15 Preferensi pengunjung terhadap obyek ekowisata mangrove 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil penilaian potensi unggulan 29

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Taman Nasional Baluran memiliki obyek dan daya tarik wisata alam yang beragam, terdiri dari kombinasi bentang alam mulai dari ekosistem laut hingga pegunungan, termasuk ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang kompleks terdiri dari flora dan fauna daerah pantai dan memiliki fungsi ekologi, ekonomi dan sosial. Fungsi ekologi mangrove yaitu fisik kawasan untuk menjaga dan menstabilkan garis pantai dan tepian sungai dan pelindung dari hempasan gelombang dan arus. Ekosistem mangrove berfungsi sebagai tempat asuh, mencari makanan dan berkembang biak berbagai jenis ikan, burung dan jenis primata. Fungsi ekonomi mangrove salah satunya adalah sebagai kawasan ekowisata yang menghasilkan devisa (Saparinto 2007).

Ekosistem mangrove di Taman Nasional Baluran mencapai 361 Ha atau 1.46% dari luas kawasan (Balai Taman Nasional Baluran 2014). Kondisi hutan mangrove di Resort Balanan masih alami dengan luas total sebesar 96.7 Ha. Beberapa pihak yang terlibat langsung dan berpengaruh terhadap dinamika ekosistem mangrove Resort Balanan diantaranya adalah pencari ikan, pencari kerang, peternak sampai dengan masyarakat secara umum. Gangguan yang menjadi ancaman terhadap ekosistem mangrove berupa pencurian kayu santegi (Pemphis accidula) karena tingginya nilai ekonomi kayu tersebut di lingkungan masyarakat sekitar.

Kegiatan pemanfaatan di ekosistem mangrove yang berlangsung optimal dan berkelanjutan memerlukan suatu perencanaan dan pengelolaan. Pemanfaatan jasa lingkungan berupa ekowisata akan mendorong upaya konservasi ekosistem mangrove sebagai daerah penyangga kawasan konservasi. Ekosistem mangrove dengan keunikan yang dimilikinya, merupakan sumber daya alam yang sangat berpotensi untuk dijadikan obyek wisata.

Ekowisata mangrove harus dirancang sesuai dengan prinsip dan kaidah ekowisata sehingga tetap memperhatikan keberlanjutan fungsi ekosistem mangrove berupa fungsi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Pengembangan ekowisata yang sesuai diharapkan tidak bertentangan dengan fungsi utama kawasan Taman Nasional Baluran sebagai kawasan konservasi. Terkait dengan rencana tersebut maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui berbagai aspek supply dan demand yang dimiliki ekosistem mangrove sehingga dapat dirancang pengembangan ekowisata mangrove dengan mempertimbangkan preferensi pengunjung, kesiapan masyarakat sekitar serta kemampuan pengelola.

Perumusan Masalah

(12)

2

dan pemanfaatan area mangrove di Resort Balanan perlu diarahkan pada pengembangan ekowisata untuk menjaga fungsi kawasan dan kelestarian area mangrove. Pengembangan ekowisata mangrove masih banyak menghadapi kendala seperti:

1. Terbatasnya data dan informasi sumberdaya ekowisata mangrove di Resort Balanan.

2. Permintaan pengunjung terhadap ekowisata mangrove serta kesiapan masyarakat dan pengelola belum teridentifikasi.

3. Pihak pengelola Taman Nasional Baluran belum memiliki strategi pengembangan ekowisata mangrove di Resort Balanan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan, Taman Nasional Baluran yaitu:

1. Menilai potensi sumber daya wisata berupa keanekaragaman jenis flora, fauna dan gejala alam di ekosistem mangrove Resort Balanan.

2. Menganalisis permintaan pengunjung potensial, kesiapan masyarakat sekitar dan pengelola dalam mengembangkan ekowisata mangrove.

3. Merancang strategi pengembangan ekowisata mangrove. Manfaat Penelitian

Penelitian Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan, Taman Nasional Baluran diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi ekosistem mangrove dan pemanfaatannya dalam ekowisata sehingga mampu memberikan manfaat optimal bagi keberlanjutan ekologi, sosial dan ekonomi masyarakat serta kepuasan optimum kepada pengunjung.

Kerangka Pemikiran

Fungsi ekosistem mangrove terbagi mejadi tiga yaitu fungsi ekologi, fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi ekologi mangrove diantaranya sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat mengasuh (nursery ground), tempat bertelur (spawning ground) dan tempat berlindung bagi berbagai ikan serta kerang dari predator. Selain itu mangrove berfungsi sebagai penahan erosi pantai karena hempasan ombak dan angin. Fungsi sosial ekonomi ekosistem mangrove yaitu sebagai sumber mata pencaharian dan produksi berbagai jenis hasil hutan dan turunannya serta tempat rekreasi.

(13)

3 Taman Nasional Baluran dalam mengembangkan ekowisata mangrove. Kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengembangan ekowisata mangrove

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

(14)

4

Ga

mbar

2 P

eta loka

si p

ene

li

ti

(15)

5 Alat dan Obyek

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera, binokuler, buku panduan pengenalan jenis tumbuhan mangrove, buku panduan pengenalan jenis satwa (mamalia dan burung), alat tulis, kuesioner dan software SPSS. Obyek penelitian adalah ekosistem mangrove, dengan subyek penelitian yaitu pengunjung, masyarakat dan pengelola Taman Nasional Baluran.

Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data utama yang diambil pada saat penelitian atau pengambilan data. Data yang dikumpulkan antara lain potensi sumberdaya ekowisata mangrove, aksesibilitas, sarana prasarana, pengunjung, masyarakat dan pengelola Taman Nasional Baluran. Data sekunder adalah data penunjang dari data primer. Data sekunder yang dikumpulkan adalah peta lokasi penelitian dan kondisi umum kawasan.

Tabel 1 Jenis, metode dan sumber data Jenis Data Data yang Dikumpulkan Sumber Data

Metode

Data di lapangan Observasi

Sarana

Kondisi umum Peta lokasi

Letak dan luas lokasi

Balai Taman Nasional Baluran

(16)

6

Metode Pengumpulan Data

Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan sebelum dan selama kegiatan penelitian dilaksanakan guna memperoleh informasi yang jelas terkait dengan kegiatan penelitian. Data tersebut diperoleh dengan cara menelusuri dokumen dari berbagai sumber pustaka, yaitu jurnal, buku, media komunikasi internet dan dokumen penting terkait mangrove dan pengelolaan wisata alam di Taman Nasional Baluran.

Observasi lapang

Observasi merupakan metode riset yang diharuskan mengamati langsung obyek yang diteliti (Kriyantono 2009). Metode observasi bertujuan mengumpulkan data berdasarkan pengamatan langsung terhadap kondisi obyek penelitian dan verifikasi terhadap data dari sumber data sekunder yang diperoleh. Obyek yang diamati dalam kegiatan ini yaitu daya tarik ekosistem mangrove, vegetasi mangrove, fauna, gejala alam, aksesibilitas dan sarana prasarana wisata.

Kuesioner

Kuesioner ditujukan kepada pengunjung dan assessor. Kuesioner disajikan dalam bentuk close ended, artinya setiap pertanyaan yang terdapat pada kuesioner telah diberikan pilihan-pilihan jawaban sehingga jawaban responden sudah terfokus pada tujuan penelitian. Nilai atau skor yang digunakan dalam kuesioner memakai skala likert 1-7 yang awalnya hanya 1-5 (Avenzora 2008). Pengunjung

Kuesioner untuk pengunjung bertujuan mengetahui persepsi dan preferensi pengunjung potensial terhadap ekowisata mangrove di Resort Balanan. Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel pengunjung yaitu dengan menggunakan Sampling Klaster (Cluster Random Sampling). Teknik ini merupakan suatu cara alternatif untuk menyeleksi atau mengelompokkan populasi/sampel ke dalam beberapa kelompok atau kategori (Kriyantono 2009). Sampel pengunjung dibatasi berdasarkan kelompok usia yaitu remaja dan dewasa dengan jumlah responden untuk masing-masing kelompok umur sebanyak 30 responden. Hal ini didasarkan dari perhitungan dengan jumlah 30 tidak berbeda nyata dengan jumlah yang lebih besar dari 30, sehingga 30 responden sudah cukup dalam penelitian sosial. Pembagian sampel pengunjung berdasarkan cluster sampling yang digunakan telah disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah Sampel Pengunjung dengan Menggunakan Cluster Sampling

Strata Usia Jumlah

Remaja (usia 15-25 tahun) 30 responden Dewasa (usia >25 tahun) 30 responden

Total 60 responden

Assessor

(17)

7 gejala alam. Penilaian dilakukan dengan menilai tujuh aspek nilai yang terkait dan berasosiasi menurut Avenzora (2008) yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonalitas, aksesibilitas, sensitivitas dan fungsi sosial. Jumlah assessor sebanyak tiga orang dengan kriteria, yaitu memiliki pemahaman dan pengetahuan secara lokal terhadap obyek penelitian.

Wawancara

Wawancara yaitu menanyakan beberapa pertanyaan kepada responden terkait persepsi terhadap ekowisata mangrove. Kegiatan wawancara dibantu dengan panduan yang telah disiapkan dan disusun secara sistematis sebelumnya (Suyanto dan Sutinah 2005). Wawancara ditujukan kepada masyarakat dan pengelola.

Masyarakat

Wawancara terhadap masyarakat bertujuan mengetahui kesiapan masyarakat dalam menggembangkan ekowisata mangrove. Masyarakat yang dijadikan responden berasal dari desa terdekat dengan area mangrove, yaitu masyarakat Desa Wonerejo dan masyarakat yang tinggal di lahan Eks-HGU Resort Balanan. Teknik penentuan responden menggunakan random samping dengan jumlah responden masyarakat adalah 30 responden untuk masing-masing desa.

Pengelola

Wawancara terhadap pengelola bertujuan untuk mengetahui informasi pengelolaan Taman Nasional Baluran terkait kegiatan wisata dan kebijakan terkait pengembangan ekowisata mangrove di Resort Balanan. Wawancara dilakukan kepada Kepala Balai Taman Nasional Baluran, Kepala Resort Balanan, Personil Resort Balanan dan Kepala Bagian Konservasi, Humas, pemanduan dan pelayanan.

Analisis Data

Analisis kualitatif skala likert

Skala Likert ialah skala yang sering digunakan dalam pengukuran persepsi. Skala Likert memiliki bentuk yang ringkas, sehingga memudahkan responden dalam menjawab setiap item instrumen (Sugiyono 2010). Skor yang digunakan dalam kuesioner memakai skala likert 1-7 (1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3. Agak tidak setuju, 4. Biasa saja, 5. Agak setuju, 6. Setuju, 7. Sangat setuju) (Avenzora 2008).

Analisis statistik non parametrik (chi-square)

Uji Chi-Square berfungsi untuk menguji hubungan atau pengaruh antar variabel dengan tingkat persepsi dan preferensi pengunjung (remaja dan dewasa). Hipotesis yang dipakai untuk menguji hubungan antar variabel dengan tingkat persepsi atau preferensi responden yaitu :

H0 = Tidak terdapat hubungan antara variabel dengan tingkat persepsi atau preferensi responden

(18)

8

Kemudian nilai dibandingkan pada tingkat kepercayaan 95% atau α (0,05) pada perhitungan software SPSS. Kriteria keputusan untuk uji nyata ini adalah sebagai berikut:

Data yang telah diperoleh kemudian diidentifikasi berbagai faktor internal dan eksternal untuk menyususn strategi pengembangan ekowisata mangrove dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti 2001). Matriks SWOT disajikan pada Table 3.

(19)

9 mangrove di Resort Balanan memiliki variasi yang beragam, yaitu pantai berpasir (pasir putih), pantai berlumpur, pantai berbatu dan berbatu karang mati.

Aksesibilitas

Taman Nasional Baluran berada di lokasi yang strategis, yaitu pada koridor wisata Bali dan Surabaya. Lokasi Taman Nasional Baluran sangat mudah dijangkau karena terletak di tepi jalan raya Situbondo-Banyuwangi yang merupakan jalan nasional jalur utama Surabaya-Bali. Bandara terdekat dengan Taman Nasional Baluran adalah Bandara Blimbingsari di Banyuwangi dan terdapat dua bandara lainnya, yaitu Bandara Ngurah Rai di Denpasar dan Bandara Juanda di Surabaya. Aksesibilitas menuju Taman Nasional Baluran dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Aksesibilitas menuju Taman Nasional Baluran

Rute Jarak (km) Waktu Transportasi

Banyuwangi-TNB 55 1,5 jam Bus

Surabaya-TNB 258 5,5 jam Bus

Denpasar-Gilimanuk 167 5 jam Bus

Gilimanuk-Ketapang 3 1 jam Kapal ferry

Ketapang-TNB 27 45 menit Bus

Aksesibilitas menuju Resort Balanan dapat ditempuh melalui jalur darat dan jalur laut. Jalur darat hanya dapat dilalui dengan sepeda motor dan berjalan kaki melalui jalan setapak baik melalui Bama atau Bekol. Kondisi jalan setapak menuju Resort Balanan melewati savana serta menuruni tebing, hal tersebut yang membuat kawasan ini unik. Akses untuk mencapai Resort Balanan lewat darat sulit dilalui ketika musim hujan. Jalur laut dapat ditempuh dengan menggunakan perahu yang tersedia di Resort Bama, Pantai Pandean dan Pantai Gatel. Aksesibilitas menuju Resort Balanan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Aksesibiltas menuju Resort Balanan

Rute Arah (km) Jenis Kondisi Waktu (menit)

Situbondo-Batangan 60 Hotmix Baik 60

Sarana prasarana

(20)

10

pengunjung yang ingin menginap telah disediakan wisma di Resort Bama dan Bekol maupun homestay yang disediakan masyarakat di luar kawasan Taman Nasional Baluran.

Potensi Sumberdaya Ekosistem Mangrove

Potensi ekowisata di area mangrove Resort Balanan, Taman Nasional Baluran terdiri dari daya tarik ekosistem mangrove, keanekaragaman jenis flora dan fauna serta gejala alam. Daya tarik merupakan bentukan atau aktivitas, fasilitas yang saling berkaitan dan dapat menarik minat pengunjung untuk melihat langsung ke tempat tertentu (Marpaung 2002).

Daya tarik

Daya tarik ekosistem mangrove yang menjadi potensi ekowisata, yaitu keindahan alam, keunikan dan kekhasan ekosistem mangrove. Keindahan alam di area mangrove Resort Balanan berupa pemandangan lepas menuju pantai (Gambar 3). Kekhasan yang dimiliki ekosistem mangrove adalah adanya pola zonasi. Pola zonasi berkaitan erat dengan faktor lingkungan seperti tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan terhadap hempasan gelombang, salinitas serta pengaruh pasang surut (Dahuri 2003). Pola zonasi di area mangrove Resort Balanan terbagi atas tiga zonasi. Daerah yang paling dekat dengan laut dengan substrat agak berpasir dan berbatu karang mati ditumbuhi oleh Avicennia marina yang berasosiasi dengan Sonneratia alba. Daerah yang lebih dekat ke arah darat didominasi oleh jenis Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata dan Rhizophora Stylosa. Daerah berikutnya didominasi oleh Bruguiera gymnorrhyza. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah, ditumbuhi oleh beberapa jenis mangrove ikutan (mangrove associate).

Gambar 3 Pemandangan lepas menuju pantai

(21)

11

(a) (b)

Gambar 4 Perakaran vegetasi mangrove (a) akar pasak (b) akar tunjang Vegetasi mangrove

Keanekaragaman jenis mangrove di Resort Balanan terdiri dari 19 jenis mangrove. Ceriops tagal, Phemphis accidula dan Rhizophora Stylosa merupakan jenis mangrove yang dapat ditemukan di sepanjang blok area mangrove. Jenis mangrove yang hanya bisa ditemukan di satu blok yaitu Osbornia octodonta yaitu di Blok Sirondo. Komposisi jenis mangrove disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Komposisi Jenis Mangrove No Nama Spesies

Blok

Kajang Batu

Hitam Balanan Kakapa Mesigit Sirondo

1 Acrostichum aureum √ √

2 Aegiceras

corniculatum √ √ √ √

3 Aegiceras floridium

4 Avicennia marina √ √ √ √

5 Bruguiera

gymnorrhyza . √ √

6 Ceriops decandra √ √ √

7 Ceriops tagal √ √ √ √ √ √

8 Excoecaria agallocha √ √ √

9 Lumnitzera racemosa √ √ √ √

10 Osbornia octodonta

11 Phemphis accidula √ √ √ √ √ √

12 Rhizophora apiculata √ √ √ √ √

13 Rhizophora

mucronata √ √ √

14 Rhizophora Stylosa √ √ √ √ √ √

15 Sonneratia alba √ √ √ √ √

16 Sonneratia caseolaris √ √

17 Xylocarpus granatum √ √

18 Xylocarpus

moluccensis √ √ √ √

(22)

12

Blok Balanan dan Sirondo memiliki keanekaragaman jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan blok lainnya. Jenis mangrove langka yang ada dikedua blok tersebut adalah Ceriops decandra. Ceriops decandra merupakan satu dari lima jenis yang umum di Indonesia tetapi langka secara global sehingga berstatus rentan dan memerlukan perhatian khusus untuk pengelolaannya (Noor, Khazali dan Suryadiputra 2006).

Selain mangrove-mangrove sejati, terdapat sejumlah vegetasi yang tumbuh berasosiasi dengan mangrove sejati yang umumnya tumbuh di zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah. Jenis-jenis vegetasi tersebut ialah mangrove ikutan (mangrove associate). Mangrove ikutan yang terdapat di Resort Balanan diantaranya widuri (Calotrophis gigantea), beluntas (Pluchea indica), waru laut (Hibiscus tiliaceus), waru lot (Thespesia populnea), nyamplung (Calophyllum inophyllum), keranji (Clerodendron inerme) dan ketapang (Terminalia catappa).

Gangguan yang ada pada area mangrove di Resort Balanan adalah pencurian dua jenis mangrove berupa Phemphis accidula dan Ceriops tagal. Pencurian mangrove ini merupakan aktivitas yang sudah lama, disimpulkan dari hasil pengamatan tunggak bekas penebangan mangrove. Penebangan ilegal tersebut masih dalam batas kemampuan recovery alami. Santegi (Phemphis accidula) merupakan jenis mangrove yang paling banyak ditemukan bekas tunggak penebangan (Gambar 5). Santegi memiliki nilai ekonomi yang tinggi di lingkungan masyarakat sekitar.

Gambar 5 Tunggak bekas pencurian kayu santegi (Phemphis accidula) Gangguan lain yang menjadi ancaman terhadap ekosistem mangrove adalah sampah yang menumpuk akibat banyak masyarakat yang masih membuang sampah ke sungai. Sampah-sampah plastik akan memberikan dampak pada biota-biota yang ada di mangrove. Selain itu, masih ada oknum yang melakukan penangkapan ikan menggunakan bahan peledak di sekitar pantai Resort Balanan. Fauna

(23)

13 kerang bakau (Polymesoda bengalensis L.), kelomang (Coenobita sp) dan kepiting bakau (Scylla serrata).

Burung

Hutan mangrove merupakan hutan yang kaya dengan ikan dan udang, sehingga sangat mendukung kehidupan burung air dan beberapa jenis burung hutan yang umum (MacKinnon et al. 2000). Kehadiran jenis-jenis burung di area mangrove Resort Balanan memberikan pesona tersendiri, seperti menikmati keindahan warna, keunikan tingkah laku burung, keunikan bentuk dan kekhasan suaranya. Pemandangan tersebut dapat ditemukan pada pagi hari pukul 06.00– 08.00 dan sore hari pukul 16.00–18.00. Jenis-jenis burung yang ditemukan di area mangrove Resort Balanan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Jenis-jenis burung yang ditemukan di Resort Balanan

No Nama Lokal Nama Ilmiah

1. Bentet kelabu Lanius schach

2. Bondol peking Lonchura punctulata

3. Caladi ulam Dendrocopus macei

4. Cangak laut Ardea sumatrana

5. Cekakak sungai Todirhamphus chloris 6. Cinenen pisang Orthotomus sutorius

7. Cipoh kacat Aegithina tiphia

8. Cucak kutilang Pycnonotus atriceps

9. Dara laut Sterna albifrons

10. Dederuk jawa Streptopelia bitorquata 11. Elang ular bido Spilornis cheela

12. Kapasan kemiri Lalage nigra

13. Layang-layang batu Hirundo tahitica 14. Madu sriganti Cinnyris jugularis 15. Raja udang biru Alcedo atthis

16. Sepah kecil Pericrocotus cinnamomeus

17. Takur ungkut-ungkut Megalaima haemacephala 18. Tekukur biasa Streptopelia chinensis

19. Walet linchi Collocalia linchi

20. Wiwik lurik Cacomantis sonneratii

Burung menggunakan ekosistem mangrove sebagai habitat untuk mencari makan, berbiak atau beristirahat. Hal ini dikarenakan ekosistem mangrove menyediakan ruang yang memadai dan minimnya gangguan yang ditimbulkan oleh predator. Jenis-jenis burung pemakan ikan, seperti burung raaja udang (Alcedinidae), mangrove menyediakan tenggeran serta sumber makanan yang berlimpah (Noor, Khazali dan Suryadiputra 2006).

Mamalia

(24)

satu-14

satunya tempat mengasin bagi rusa (Santosa, Auliyani dan Kartono 2008). Mengasin adalah aktivitas menjilat obyek yang dilakukan untuk mendapatkan mineral.

Keberadaan mamalia di ekosistem mangrove Resort Balanan dapat diketahui secara langsung (perjumpaan) maupun secara tidak langsung (jejak). Mamalia yang sulit dijumpai adalah kijang. Keberadaan kijang di ekosistem mangrove Resort Balanan teridentifikasi dari jejak-jejak yang ditinggalkan (Gambar 6). Jejak kaki kijang terlihat jelas di mangrove karena komponen penyusun jalannya adalah tanah berlumpur.

Gambar 6 Jejak kaki kijang (Muntiacus muntjak)

Berdasarkan hasil pengamatan, jenis-jenis satwaliar yang dapat dijumpai dengan mudah adalah monyet ekor panjang dan lutung. Kehadiran monyet ekor panjang dan lutung umumnya dalam bentuk kelompok. Kelompok monyet ekor panjang dan lutung setiap hari melakukan aktivitas mencari makan, bermain dan beristirahat. Kelompok lutung lebih senang beraktivitas di atas tajuk pohon yang rapat (Gambar 7). Sedangkan monyet ekor panjang lebih banyak beraktivitas di sekitar dan di sepanjang jalan masuk area mangrove. Aktivitas monyet ekor panjang dan lutung dapat dijadikan atraksi wisata. Atraksi ini dapat disaksikan pada pagi hari pukul 06.00-08.00 WIB saat aktivitas mencari makan dan bermain serta sore hari pukul 16.00-18.00 WIB saat hendak makan sore dan mencari pohon untuk tidur.

(25)

15 Gejala alam

Ekosistem mangrove memiliki potensi gejala alam yang terdiri dari keindahan pemanda ngan saat matahari terbit, takat (pulau), tebing dan proses pasang surut air laut. Menikmati gejala alam tersebut dilakukan pada waktu-waktu tertentu serta di lokasi-lokasi yang tepat. Pantai Balanan berada di selat Bali dan tepat menghadap ke arah timur,sehingga memungkinkan melihat pemandangan matahari terbit .Gejala alam matahari terbit dapat disaksikan pada waktu pagi hari sekitar pukul 05.00-05.30 WIB. Lokasi tersebut berada pada mangrove yang ada di pinggi pantai. Tebing berada di pinggir pantai atau mangrove bagian depan. Tebing memiliki keindahan landscape yang dapat dijadikan obyek kegiatan fotografi. Salah satu tebing yang berada di Blok Kakapa dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Tebing di Blok Kakapa

Gejala alam pasang surut air laut merupakan potensi dalam menentukan atraksi wisata. Kondisi surut sangat baik untuk melakukan aktivitas wisata dibandingkan saat pasang. Kondisi pasang sangat beresiko untuk melakukan aktivitas wisata terkait keselamatan dan keamanan pengunjung. Kondisi surut air laut pada umumnya terjadi ketika dini hari dan kondisi pasang terjadi pada siang hari. Takat merupakan bentuk pulau kecil yang tidak terlalu luas. Takat terpisah oleh areal perairan yang tidak terlalu jauh. Takat terdapat di dua blok, yaitu Blok Kakapa dan Blok Sirondo. Takat dapat dikunjungi dengan berjalan kaki saat kondisi surut. Secara visual lokasi ini dilihat dari landscape yang memiliki nilai estetika tinggi.

Penilaian potensi wisata

(26)

16

dibandingkan kembali dengan potensi unggulan yang dimilki variabel lain sehingga menghasilkan potensi unggulan ekosistem mangrove (Gambar 9).

Gambar 9 Alur Menentukan Potensi Unggulan

Potensi unggulan ekosistem mangrove di Resort Balanan yaitu tebing. Tebing merupakan formasi bebatuan yang menjulang secara vertikal. Terdapat enam tebing yang ada di sepanjang pantai Resort Balanan, yaitu di Blok Kakapa dan Blok Balanan. Potensi unggulan menjadi dasar dalam pertimbangan merancang program ekowisata mangrove di Resort Balanan. Selain potensi unggulan, pengembangan ekowisata mangrove juga harus memperhatikan permintaan pengunjung serta kesiapan masyarakat dan pengelola.

Pengunjung Potensial Ekowisata Mangrove

Karakteristik

(27)

17 Tabel 9 Karakteristik pengunjung potensial

Kelompok umur Parameter Kriteria %

Remaja Jenis kelamin Perempuan Laki-laki Dewasa Jenis kelamin Perempuan

Laki-laki

Pengunjung potensial sudah memiliki persepsi yang baik terkait pengetahuan terhadap mangrove secara umum. Sebagian besar pengunjung memberikan nilai setuju (skor 6) terhadap beberapa persepsi mengenai mangrove. Persepsi umum yang diketahui pengunjung mengenai mangrove yaitu mangrove merupakan ekosistem yang unik dengan kekayaan flora fauna dan memiliki manfaat sebagai penahan erosi pantai karena hempasan ombak dan angin serta dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata. Penilaian terhadap mangrove telah disajikan dalam Gambar 10.

Gambar 10 Persepsi mengenai mangrove

Keterangan:

(28)

18

Tidak ada persepsi yang memperoleh skor maksimal (skor 7), sehingga perlu upaya edukasi kepada pengunjung untuk meningkatkan pemahaman jika mengadakan ekowisata mangrove. Edukasi adalah salah satu nilai penting yang harus ada dalam ekowisata. Edukasi ekowisata bertujuan untuk mendidik pengunjung untuk mengetahui dan menyadari arti penting ekowisata, konservasi alam dan lingkungan sehingga bersedia ikut serta menjaga, melindungi dan melestarikannya.

Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui bahwa variabel persepsi pengunjung potensial mengenai pengetahuan mangrove memiliki nilai Sig. X2hitung> α (0.05) yaitu sebesar 0.140, sehingga keputusan yang diambil adalah terima H0 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara persepsi pengunjung remaja dan dewasa mengenai pengetahuan terkait mangrove.

Persepsi pemanfaatan mangrove

Alternatif pemanfaatan ekosistem mangrove yang paling memungkinkan tanpa merusak ekosistem ini meliputi penelitian ilmiah, pendidikan dan rekreasi terbatas (Dahuri 1996). Berdasarkan hasil kuesioner, sebagian besar pengunjung mengetahui bahwa mangrove dapat dimanfaatkan sebagai tempat penelitian dan pendidikan serta dijadikan obyek wisata. Skor 3 atau agak tidak setuju untuk pemanfaatan mangrove yang dimanfaatkan hasil hutannya seperti kayu, arang, obat, sumber bahan bangunan dan kerajinan. Hal ini menunjukkan sudah ada kesadaran atau pengetahuan dari pengunjung potensial untuk melestarikan ekosistem mangrove. Penilaian tersebut lebih terperinci disajikan dalam Gambar11.

Gambar 11 Persepsi mengenai pemanfaatan mangrove

Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui bahwa variabel persepsi pengunjung potensial mengenai pemanfaatan mangrove memiliki nilai Sig. X2hitung> α (0.05) yaitu sebesar 0.429, sehingga keputusan yang diambil adalah terima H0 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara persepsi pengunjung remaja dan dewasa mengenai pemanfaatan mangrove.

Keterangan:

(29)

19 Persepsi terhadap media promosi

Promosi dilakukan untuk mengenalkan potensi ekowisata yang dimiliki TNB kepada publik. Promosi dapat dilakukan melalui beberapa media, seperti media cetak, elektronik, ataupun promosi secara langsung. Sumber informasi yang didapat pengunjung mengenai keberadaan TNB paling tinggi diperoleh dari media sosial dan website. Hingga saat ini, pengelola TNB telah melakukan promosi melalui media cetak maupun media elektronik.

Berdasarkan hasil analisis skala likert, pengunjung potensial remaja dan dewasa memiliki persepsi yang rendah terhadap media promosi

Brosur/leaflet/booklet, yaitu agak setuju (skor 5). Promosi melalui media sosial dan

website/blog memperoleh skor tinggi yaitu 6. Media sosial dan website/blog adalah media komunikasi yang saat ini sering diakses oleh masyarakat Indonesia maupun dunia. Melalui media tersebut, informasi lebih mudah disampaikan tanpa mengeluarkan biaya yang besar. Penilaian terhadap media promosi lebih terperinci disajikan dalam Gambar 12.

Keterangan:

A. Kerabat/keluarga, B. Radio/TV, C. Majalah/artikel/koran, D. Brosur/leaflet/booklet, E. Media sosial, F. Website/blog, G. Papan reklame

Gambar 12 Persepsi mengenai media promosi

Berdasarkan hasil uji chi-square diketahui bahwa variabel persepsi pengunjung potensial mengenai media komunikasi promosi yang efektif memiliki nilai Sig. X2hitung> α (0.05) yaitu sebesar 0.157 , sehingga keputusan yang diambil adalah terima H0 yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara persepsi pengunjung remaja dan dewasa mengenai persepsi terhadap media komunikasi yang efektif.

Motivasi

Motivasi merupakan sebuah kebutuhan atau keinginan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan (Myers 2004). Motivasi pengunjung dalam melakukan kegiatan wisata adalah kombinasi dari kebutuhan dan keinginan yang mempengaruhi kecenderungan untuk melakukan perjalanan ke Taman Nasional Baluran.

(30)

20

motivasi pengunjung remaja dan dewasa. Motivasi pengunjung potensial disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Motivasi pengunjung

Preferensi

Preferensi kegiatan yang diminati

Preferensi adalah kecendrungan untuk memilih sesuatu yang lebih disukai daripada yang lain. Pengembangan kegiatan ekowisata mangrove perlu memperhatikan preferensi atau kadar kesukaan pengunjung terhadap kegiatan yang akan dikembangkan nantinya. Hasil penilaian preferensi pengunjung terhadap kegiatan yang diinginkan dalam ekowisata mangrove telah disajikan dalam Gambar 14.

Gambar 14 Preferensi pengunjung terhadap kegiatan ekowisata mangrove Preferensi obyek yang diamati

Pilihan pengunjung berikutnya terkait dengan obyek yang menarik dalam kegiatan ekowisata mangrove. Responden remaja lebih menyukai pemandangan pantai, sedangkan responden dewasa lebih menyukai tebing sebagai obyek yang menarik di ekosistem mangrove. Hasil penilaian preferensi pengunjung terhadap

Keterangan :

A. Mendapatkan pengalaman ekowisata, B. Rekreasi, C. Memperoleh pengetahuan mangrove, D. Mengetahui potensi ekowisata lain yang ada di Taman Nasional Baluran

Keterangan :

(31)

21 obyek yang menarik dalam kegiatan ekowisata mangrove telah disajikan dalam Gambar 15.

Gambar 15 Preferensi pengunjung terhadap obyek ekowisata mangrove Preferensi pengunjung remaja dan dewasa berbeda. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh Sig. X² hitung ≤ alpha (0.05) yaitu kegiatan (0.039) dan obyek (0.015). Hal ini dapat ditarik kesimpulan terima H1 yang berarti ada perbedaan preferensi pengunjung remaja dan dewasa terhadap aspek kegiatan dan obyek yang diminati.

Potensi Masyarakat dalam Mendukung Ekowisata Mangrove

Damanik dan Weber (2006) menyatakan bahwa masyarakat sekitar terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata. Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam ekowisata. Pertimbangan sosial budaya dalam pengembangan ekowisata bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam kelestarian kawasan serta sebagai media peredam konflik sosial.

Desa Wonerejo merupakan desa terdekat dengan Resort Balanan. Desa Wonerejo berbatasan langsung dengan Taman Nasional Baluran. Pemerintah Kabupaten Situbondo memiliki komitmen untuk membangun desa-desa penyangga di sekitar Taman Nasional Baluran khususnya Desa Wonorejo yang ditunjuk menjadi Desa Wisata Kebangsaan. Program ini merupakan salah satu bentuk upaya dalam melestarikan nilai-nilai budaya dan kerukunan di dalam masyarakat sekaligus mendorong perkembangan perekonomian masyarakat.

Masyarakat yang berinteraksi langsung dengan Resort Balanan adalah masyarakat di area eks-HGU PT. Gunung Gumitir. Pekerjaan dominan masyarakat adalah petani penggarap lahan kering; peternak sapi, pedagang dan nelayan. Jumlah penduduk di Desa Wonorejo sebanyak 2.161 kepala keluarga dan masyarakat Eks-HGU di Resort Balanan berjumlah 55 kepala keluarga.

Persepsi

Seluruh responden masyarakat mengetahui keberadaan Taman Nasional Baluran. Masyarakat Eks-HGU di Resort Balanan memiliki persepsi yang lebih

Keterangan :

(32)

22

baik terhadap manfaat taman nasional dibandingkan dengan masyarakat Wonerejo. Masyarakat Wonerejo masih banyak yang sering mengambil hasil hutan (kayu bakar, asam, madu dan rumput) di taman nasional. Masyarakat juga sudah paham mengenai keberadaan ekosistem mangrove di Taman Nasional Baluran. Masyarakat Wonerejo 67% pernah ke hutan mangrove dan Masyarakat Eks-HGU di Resort Balanan 93% pernah ke hutan mangrove. Masyarakat Balanan lebih banyak yang pernah berkunjung atau hanya sekedar lewat area mangrove karena mangrove terdapat di sepanjang garis pantai Resort Balanan.

Pengetahuan masyarakat kedua desa tersebut tentang manfaat mangrove sangat baik. Manfaat ekosistem mangrove bagi masyarakat sebagai penyangga kehidupan yang melindungi daratan dari abrasi dan angin serta habitat bagi satwaliar. Selain itu, masyarakat juga mengetahui bahwa ekosistem mangrove juga bermanfaat untuk dijadikan tempat wisata. Masyarakat tidak melakukan pemanfaatan terhadap ekosistem mangrove. Kesadaran masyarakat dalam menjaga eksistensi ekosistem mangrove sudah baik.

Partisipasi

Responden masyarakat kedua desa tersebut 100% setuju jika mangrove di Resort Balanan dikembangkan menjadi obyek wisata. Masyarakat akan berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata mangrove di Resort Balanan, baik secara aktif maupun pasif. Responden masyarakat Wonerejo yang akan berpartisipasi secara aktif sebanyak 67% dan masyarakat yang akan berpartisipasi secara pasif sebanyak 33%. Sedangkan masyarakat Eks-HGU di Resort Balanan yang akan berpartisipasi secara aktif sebanyak 70% dan masyarakat yang akan berpartisipasi secara pasif sebanyak 30%.

Sebagian besar masyarakat tidak memiliki keahlian dalam hal wisata. Kemampuan/kompetensi dasar yang terkait dengan pengelolaan wisata sangat dibutuhkan dalam upaya mendukung pengembangan ekowisata mangrove di Resort Balanan. Masyarakat sangat mengharapkan adanya pelatihan dari pengelola taman nasional dalam hal keterampilan, mengolah makanan, kemampuan berkomunikasi dan melayani pengunjung (interpreter, guide dan porter).

Pengembangan Ekowisata Mangrove di Resort Balanan

Pengelola Taman Nasional Baluran memiliki kebijakan dalam menentukan keputusan pengelolaan kawasan. Bentuk pengelolaan Taman Nasional Baluran mengacu pada Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) yang dibuat setiap satu dekade. Begitu halnya dalam pengembangan wisata alam di Resort Balanan. Resort Balanan merupakan usulan lokasi wisata baru seperti tercantum dalam RPTN Taman Nasional Baluran 2014-2023. Tetapi sampai saat ini pengelola Taman Nasional Baluran belum memiliki strategi pengembangan ekowisata mangrove.

(33)

23 berkompeten dalam bidang mangrove dan satwaliar mengingat ekosistem mangrove merupakan habitat satwaliar. Satwaliar juga merupakan potensi wisata yang dimiliki dalam ekosistem mangrove. Matriks SWOT ekowisata mangrove di Resort Balanan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Matriks SWOT pengembangan ekowisata mangrove

Internal dengan tebing sebagai potensi unggulan

Peran maksimal pihak pengelola dalam

mengontrol dan

meningkatkan

(34)

24

Strategi SO (Strength Opportuniy)

Strategi SO yaitu menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat digunakan yaitu menyusun paket ekowisata mangrove sesuai dengan minat pengunjung dan memberdayakan masyarakat sekitar dalam kegiatan ekowisata. Paket ekowisata di area mangrove yang ditawarkan harus aman dan sesuai dengan potensi sumberdaya alam ekowisata mangrove.

Pengembangan ekowisata di area mangrove Resort Balanan didasarkan pada keanekaragaman jenis mangrove dan satwaliar, kekhasan dan keunikan ekosistem mangrove serta sebagai upaya mendukung kelestarian mangrove yang berkelanjutan. Pengembangan ekowisata di area mangrove Resort Balanan diarahkan kepada ekowisata yang memiliki unsur upaya konservasi mangrove.

Merancang program ekowisata mangrove di sesuaikan antara potensi unggulan dengan preferensi pengunjung. Hasil penilaian menunjukkan program kegiatan ekowisata yang dapat dikembangkan di area mangrove Resort Balanan adalah tour edukasi mangrove dan pengamatan burung (bird watcing).

Tour edukasi mangrove

Kegiatan yang dilakukan yaitu menjelajahi area mangrove. Pengunjung akan mendapatkan informasi tentang arti, fungsi, jenis, dan ekologi mangrove. Selama perjalanan pengunjung akan dipandu oleh seorang intrepeter yang memiliki kompetensi dalam bidang mangrove sehingga mampu mengkomunikasikan hutan mangrove beserta ekologinya dengan pengunjung. Pengunjung dapat melihat berbagai jenis mangrove, satwaliar dan gejala alam di sepanjang jalur. Keindahan dan kekhasan vegetasi serta satwaliar dapat dijadikan sebagai obyek fotografi yang menarik. Sasaran yang dapat dituju adalah sekolah-sekolah sekitar yang ingin melakukan wisata pendidikan lingkungan.

Pengamatan burung (bird watcing)

Kegiatan yang dilakukan berupa melihat secara langsung burung-burung yang ada di area mangrove Resort Balanan. Pengamatan burung dilakukan di pagi hari sebelum jam enam pagi, hal ini disebabkan karena burung pantai biasanya keluar untuk mencari makan sebelum matahari terbit. Pengamatan burung di area mangrove Resort Balanan melihat secara langsung karakteristik burung pantai yang memiliki keterikatan dengan ekologi hutan mangrove. Interpreter dalam program ini juga harus memiliki kompetensi (pengetahuan, keahlian dan perilaku) yang baik sehingga mampu menginterpretasikan dan menjelaskan secara keseluruhan tentang burung-burung di habitat hutan mangrove dengan baik. Sasaran yang dapat dituju adalah mahasiswa, kelompok pencinta alam, peneliti, fotografer dan sebagainya.

Adanya kekuatan berupa keinginan masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dalam kegiatan ekowisata dapat memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Pengembangan ekowisata mangrove tidak hanya bermanfaat untuk aspek ekologi, tetapi juga diharapkan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Masyarakat dapat diberdayakan sebagai pemandu, pengrajin cenderamata serta penyedia makanan dan minuman bagi pengunjung.

(35)

25 pengelola, yaitu sosialisasi, pelatihan dan pemberian modal usaha. Rencana pengembangan ekowisata yang akan dilakukan di Resort Balanan perlu disosialisasikan kepada masyarakat sekitar. Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai rencana kegiatan ekowisata. Pelatihan yang dapat diberikan adalah pelatihan pemandu dan pembuatan cenderamata. Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas masyarakat sekitar. Pemberian modal dapat dilakukan kepada masyarakat yang membutuhkan dana untuk usaha yang berhubungan dengan kegiatan ekowisata seperti usaha cenderamata dan usaha makanan/minuman.

Strategi WO (Weakness Opportunity)

Strategi WO yaitu menciptakan strategi untuk meminimalkan atau mengatasi kelemahan-kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan sarana prasarana ekowisata mangrove serta mempromosikan Resort Balanan melalui berbagai media promosi

Sarana prasarana merupakan salah satu faktor penunjang kenyamanan pengunjung di kawasan wisata. Peningkatan sarana prasarana kegiatan ekowisata mangrove harus berdasarkan aspek konservasi, keruangan, keselamatan, kenyamanan serta disesuaikan dengan kegiatan ekowisata yang ditawarkan untuk mendapatkan tingkat kepuasan pengunjung (Ayob et al 2009). Tata letak sarana prasarana harus memperhatikan aspek estetika area mangrove. Pengunjung tidak hanya tertarik pada obyek daya tarik alam, namun juga tertarik pada kualitas sarana prasarana, mulai sejak berangkat dari tempat asal pengunjung menuju obyek wisata dan selama berwisata pengunjung mendapatkan suatu kepuasan dan kemudahan.

Peningkatan pengelolaan sarana prasarana kegiatan dapat dilakukan dengan perawatan secara berkala, perbaikan sarana yang rusak serta pembangunan jenis sarana prasarana baru yang diperlukan pengunjung. Penambahan jenis sarana prasarana tersebut diharapkan dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung berwisata di Resort Balanan. Penambahan sarana prasarana yang dibutuhkan dalam menunjang kegiatan ekowisata mangrove di Resort Balanan anatara lain adalah membuat jembatan kayu (boardwalk), menara pandang (untuk kegiatan bird watching), pondok informasi dan papan interpretasi.

Aksesibilitas menuju kawasan masih kurang mendukung bagi pengunjung untuk datang ke Resort Balanan. Kondisi jalan yang sulit dilalui setelah hujan, tidak adanya kendaraan umum untuk menuju kawasan dan tidak adanya rambu-rambu petunjuk arah merupakan hambatan bagi pengunjung untuk menuju ke Resort Balanan. Upaya yang dapat dilakukan oleh pengelola adalah dengan menyediakan kendaraan (motor dan perahu) bagi pengunjung yang akan datang ke Resort Balanan, khususnya bagi pengunjung yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Upaya ini dapat dikatakan upaya yang relatif lebih murah dibandingkan bila pengelola memperbaiki jalan. Pengadaan kendaraan ini akan memudahkan pengunjung untuk datang ke Resort Balanan. Selain itu, pengelola perlu memasang rambu-rambu penunjuk arah untuk memudahkan pengunjung mengetahui lokasi Resort Balanan. Rambu-rambu petunjuk arah dapat dipasang sebelum percabangan-percabangan jalan.

(36)

26

belum diketahui oleh masyarakat luas. Kawasan tersebut hanya diketahui oleh masyarakat sekitar dan pengelola taman nasional. Publikasi kawasan diperlukan agar mangrove di Resort balanan dikenal masyarakat luas. Upaya publikasi kawasan sebelumnya belum pernah dilakukan. Promosi dapat dilakukan melalui berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Media-media tersebut meliputi booklet, leaflet, banner, brosur, internet, radio dan televisi. Sasaran yang dapat dituju adalah sekolah-sekolah sekitar yang ingin melakukan wisata pendidikan lingkungan, mahasiswa, kelompok pencinta alam, peneliti, fotografer dan sebagainya.

Media-media promosi menyediakan informasi menarik yang berisi antara lain keindahan alam, kenyamanan kawasan, keunikan dan kekhasan tumbuhan mangrove dan satwa serta kegiatan ekowisata mangrove. Salam et al. (2000) mengemukakan keberhasilan pengembangan wisata di area mangrove Sundarbans, Bangladesh, didukung oleh penyediaan informasi menarik tentang potensi daya tarik alam serta fitur lainnya yang berada di kawasan hutan mangrove melalui website yang dapat diakses secara lebih luas. Website merupakan sarana informasi eksklusif tentang fasilitas untuk para pengunjung yang tertarik untuk datang. Strategi ST (Strength Threats)

Strategi ST yaitu menciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk meminimalkan atau mengatasi kelemahan-kelamahan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat dilakukan yaitu peran maksimal pihak pengelola dalam mengontrol dan meningkatkan pengamanan di Resort Balanan

Komitmen pengelola Taman Nasional Baluran untuk mengembangkan ekowisata mangrove di Resort Balanan dapat diwujudkan dengan pengoptimalan kegiatan pengamanan kawasan. Peningkatan pengamanan ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya gangguan terhadap kawasan dan perlindungan terhadap sumber daya kawasan seperti pencurian mangrove, perburuan satwaliar dan penangkapan ikan menggunakan peledak. Kegiatan pengamanan yang telah dilakukan sat ini adalah patroli oleh polisis hutan. Oleh karena itu, pengamanan perlu ditingkatkan dengan memperluas wilayah jelajah patroli tersebut. Kegiatan ini dapat bekerjasama dengan masyarakat setempat.

Strategi WT (Weakness Threats)

(37)

27 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Ekowisata mangrove di Resort Balanan memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi obyek dan daya Tarik ekowisata. Sumberdaya ekowisata meliputi 19 jenis vegetasi mangrove, 20 jenis burung dan 4 jenis mamalia dan gejala alam berupa tebing, takat dan sunrise. Penilaian potensi ekowisata mangrove mengahsilkan tebing sebagai potensi unggulan pada ekosistem mangrove Resort Balanan.

2. Kegiatan ekowisata mangrove berdasarkan penilaian potensi unggulan dan preferensi pengunjung potensial adalah tour edukasi mangrove. Tingginya dukungan dan kesediaan partisipasi aktif masyarakat yaitu sebesar 70% perlu dipertimbangkan agar dapat dilibatkan langsung dalam ekowisata mangrove. 3. Pengembangan ekowisata di area mangrove Resort Balanan dapat dilakukan

dengan Menyusun paket ekowisata mangrove sesuai dengan minat pengunjung dan memberdayakan masyarakat sekitar dalam kegiatan ekowisata, Meningkatkan sarana prasarana ekowisata mangrove serta mempromosikan Resort Balanan melalui berbagai media promosi, Peran maksimal pihak pengelola dalam mengontrol dan meningkatkan pengamanan di Resort Balanan dan Meningkatkan mutu sumber daya manusia yang kompeten dalam ekowisata mangrove.

Saran

1.Memaksimalkan peran aktif masyarakat di Desa sekitar Taman Nasional Baluran dan memberikan pelatihan khusus terkait ekowisata mangrove.

2. Patroli dan pengontrolan keamanan kawasan hutan di Resort Balanan harus dilaksanakan dengan rutin.

DAFTAR PUSTAKA

Avenzora R. 2008. Ekoturisme Teori dan Praktek. BRR NAD dan Nias. Banda Aceh.

Ayob MZ, Saman FM, Hussin Z, Jusoff K. 2009. Tourist’s Satisfaction on Kilim

River Mangrove Forest Ecotourism Service. International Journal of Bussiness and Management 4(7) : 76-84.

[Balai Taman Nasional Baluran] Balai Taman Nasional Baluran. 2014. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Baluran 2014-2025.

(38)

28

Bengen G , Adrianto L. 1998. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelestarian Hutan Mangrove. Makalah Lokakarya Jaringan Kerja Pelestarian Mangrove. Bogor (ID): PKSPL. Institut Pertanian Bogor. Dahuri R. 1996. Pengembangan Rencana Pengelolaan Pemanfaatan Berganda

Hutan Mangrove di Sumatera. Bogor (ID): PPLH. Institut Pertanian Bogor.

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Damanik J , Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata: Dari Teori ke Aplikasi. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.

Kriyantono R. 2009. Teknis Praktis-Riset Komunikasi. Jakarta(ID): Prenada Media Group.

MacKinnon J, Phillipps K, VanBalen B. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Jakarta (ID): Puslitbang Biologi – LIPI.

Marpaung H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Edisi Revisi. Bandung(ID): Alfabeta.

Myers D G. 2004. Psychology. New York (NY): Worth publishers

Noor Y, Khazali, Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor (ID): PHKA/WI-IP.

Rangkuti F. 2001. Analisis SWOT. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. Salam MA, Ross LG, Beveridge MCM. 2000. Ecotourism To Protect The Reserve

Mangrove Forest The Sundarbans and Its Flora and Fauna. Anatolia 11(1) : 56-66.

Santosa Y, Auliani D , Kartono AP. 2008. Pendugaan model pertumbuhan dan penyebaran spasial populasi rusa timor (Cervus timorensis de Blainville, 1822) di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur. Media Konservasi 13(1):1–7.

Saparinto C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Semarang (ID): Effhar Offset.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung (ID): Alfabeta.

Suyanto B, Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta (ID): Kencana.

(39)

29 Lampiran 1 Hasil penilaian potensi unggulan ekowisata mangrove di Resort Balanan

A. Penilaian potensi flora unggulan Indikator Ceriops

B. Penilaian potensi fauna unggulan

Indikator Lutung Elang ular bido Kijang

Keunikan 3,43 3,29 4,00

C. Penilaian potensi gejala alam unggulan

Indikator Tebing Takat Sunrise Air

(40)

30

Lampiran 2 Hasil Perhitungan Uji Chi-Square SPSS

A. Uji pengaruh pengetahuan mangrove antara remaja dan dewasa Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 18.482a 13 .140

Likelihood Ratio 22.586 13 .047

Linear-by-Linear Association 2.990 1 .084

N of Valid Cases 60

a. 24 cells (85.7%) expf < 5. Min exp = .43...

B. Uji pengaruh pengetahuan pemanfaatan mangrove antara remaja dan dewasa Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 17.376a 17 .429

Likelihood Ratio 22.367 17 .171

Linear-by-Linear Association .524 1 .469

N of Valid Cases 60

a. 36 cells (100.0%) expf < 5. Min exp = .43...

C. Uji pengaruh persepsi media promosi antara remaja dan dewasa Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 27,444a 21 ,157

Likelihood Ratio 35,989 21 ,022

Linear-by-Linear Association 1,742 1 ,187

N of Valid Cases 60

(41)

31 Lampiran 2 Hasil Perhitungan Uji Chi-Square SPSS (lanjutan)

D. Uji pengaruh motivasi antara remaja dan dewasa Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 11.868a 9 .221

Likelihood Ratio 14.389 9 .109

Linear-by-Linear Association .363 1 .547

N of Valid Cases 60

a. 17 cells (85.0%) expf < 5. Min exp = .43...

E. Uji pengaruh preferensi kegiatan wisata antara remaja dan dewasa Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 25.95

4a 15 .039

Likelihood Ratio 32.22

9 15 .006

Linear-by-Linear Association .082 1 .775

N of Valid Cases 60

a. 29 cells (90.6%) expf < 5. Min exp = .43...

F. Uji pengaruh preferensi obyek wisata antara remaja dan dewasa Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 34.85

3a 19 .015

Likelihood Ratio 46.46

7 19 .000

Linear-by-Linear Association .532 1 .466

(42)

32

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lhokseumawe pada tanggal 20 September 1992 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Muhammad Umar dan Rasyidah. Penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Idi Rayeuk dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri) Undangan. Penulis memilih program studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di organisasi mahasiswa daerah Ikatan Mahasiswa Tanah Rencong (IMTR). Penulis melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Baturraden-Cilacap pada tahun 2013. Pada Tahun 2014 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walad. Pada Tahun 2015 penulis mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang dan Profesi (PKLP) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran pengembangan ekowisata mangrove
Gambar 2  Peta lokasi penelitian
Tabel 1  Jenis, metode dan sumber data
Gambar 3  Pemandangan lepas menuju pantai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di antara kelebihan dari software ini adalah terdapat indeks tematik yang berisi lebih dari 13 ribu tema; dapat menampilkan al- Qur’an dan menghubungkan ayat

Potensi jamur merang sangat tinggi di wilayah Kalimantan Timur, mengingat banyaknya pabrik kelapa sawit yang mengolah tandan buah sawit menjadi CPO. Sehingga limbah dari

Oleh karena itu, penyelesaian permasalahan dalam Toyota dilakukan secara sistematis, agar pada akhirnya setiap hasil dari suatu proses dapat diikuti dan

Hasil pengujian hipotesis memberikan hasil bahwa nilai koefisien hubungan langsung antara etika kerja Islam dengan sikap perubahan organisasi lebih besar

Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan

Dalam rangka pencairan dana yang berasal dan i setoran terpusat Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di lingkungan Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia Tahun

Burung-burung yang memanfaatkan pohon Kembang tulip dan semak Keramunting di hutan kampus Universitas Bangka Belitung berhasil diiventarisasi sebanyak 17 spesies

Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa kedisiplinan belajar sisw di kelas XI Teknik Otomasi di SMK Negeri 2 Pontianak Utara sebagaian siswa sudah memiliki kedisiplinan belajar