• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etos Kerja Pedagang tradisional Ditengah Maraknya Pasar Modern

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Etos Kerja Pedagang tradisional Ditengah Maraknya Pasar Modern"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ETOS KERJA PEDAGANG TRADISIONAL

DITENGAH MARAKNYA PASAR MODERN

(Studi Deskriptif pada Pedagang Pasar Tradisional “Pajak Sore” Padang Bulan, Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Sosiologi

NINDA OVTIKA SINAGA

070901059

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Etos Kerja Pedagang Tradisional ditengah Maraknya Pasar Modern” Studi Deskriptif pada Pedagang Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan, Medan. Dilatarbelakangi oleh masalah yang timbul akibat kemunculan pasar modern yang begitu pesat dan ditakutkan dapat menggeser keberadaan pasar tradisional di kota Medan. Dimana masalah yang terjadi di dalam pasar tradisional sangat mempengaruhi eksistensi pasar tradisional itu sendiri, dari masalah pelayanan yang diberikan pedagang sampai masalah yang paling sering muncul yaitu mengenai kebersihan di pasar tradisional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui analisis data dari informan dan data kepustakaan, adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional pembeli dan pembeli yang sekaligus menjadi pedagang di Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan, Medan. Dimana aktor-aktor tersebut sangat melatarbelakangi munculnya etos kerja pedagang. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap kali turun kelapangan.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SAW karena berkat, rahmat

dan karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Etos Kerja

Pedagang tradisional Ditengah Maraknya Pasar Modern ” pada Pasar Tradisional, Padang Bulan, Medan.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan dari semua pihak, maka skripsi ini

tidak terselesaikan dengan baik. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

membantu, baik dari penulisan proposal saat penelitian dan sampai selesainya skripsi

ini, yaitu :

1. Teristimewa kepada kedua orang tuaku tercinta, “Papa dan Mama” yang

selalu memberikan do’a, semangat, nasehat dan masukan yang tidak ternilai

harganya dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada Papa dan

Mama yang telah membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang

serta selalu memberikan didikan dan disiplin sejak penulis masih kecil. Tiada

kata yang mewakili ucapan Terimakasih anakmu ini atas pengorbanan yang

Papa dan Mama selama ini berikan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara,

Bapak Prof. Dr .Badaruddin, M.Si

3. Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas

(5)

ujian komperhensif skripsi ini dan memberikan apresiasi dan dukungan dalam

penyelesaian skripsi saya.

4. Sekretaris jurusan bapak Drs. T. Ilham Saladin, M. SP.

5. Teristimewa buat Ibu Dra. Linda Elida, M.Si selaku dosen pembimbing yang

telah banyak memberi masukan, meluangkan waktu, memberikan

pengetahuan dan pengarahan dalam penyelesaian skripsi ini. Beliau yang

telah memberikan pengajaran yang sangat berarti bagi saya.

6. Kepada Bapak Drs. Sismudjito, M.Si selaku dosen penguji yang telah

memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Kepada seluruh staf pengajar di departemen sosiologi dan tak lupa buat kak

Feny, kak Beti dan seluruh pegawai di FISIP USU terima kasih atas

bantuannya dan pengetahuannya selama menjalani studi di FISIP USU

8. Kepada Perusahaan Daerah Pasar dan para informan atas kerjasamanya

memberikan masukan informasi yang menunjang penulisan ini.

9. Buat kakak-kakak dan abangku. Terima kasih atas masukannya dan

kritikannya selama ini. Semoga tujuan mulia kita untuk membahagiakan

kedua orang tua tercapai. Penulis sangat menyayangi kalian semua.

10.Buat temen-teman baikku di kampus untuk kebersamaannya selama ini,

(6)

kita selama ini. Semoga kita selalu dipertemukan di lain kesempatan dan jauh

lebih baik dari saat ini.

11.Terima kasih kepada para abang, kakak, dan adek-adek selaku Mahasiswa di

Departemen Sosiologi yang selama ini mengisi hari-hari saya dikampus.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan

dan belum sempurna. Oleh karena itu dengan rendah hati, penulis menerima segala

saran, masukan dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi setiap pihak yang

memerlukannya, baik langsung maupaun tidak langsung

Medan, Agustus 2012

Penulis

(Ninda Ovtika Sinaga)

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL……….... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ...1

1.2Rumusan Masalah ...8

1.3Tujuan ...8

1.4 Manfaat Penelitian ...8

1.4.1 Manfaat Teoritis ...8

1.4.2 Manfaat Praktis ...8

1.5Definisi Konsep ...9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Etos Kerja ... 12

2.2 Moral Ekonomi Pedagang ... 16

2.3 Modal Sosial... 17

2.3.1 Trust ... 18

2.3.2 Norma ... 19

2.3.3 Jaringan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 22

(8)

3.3 Unit Analisis dan Informan ... 23

3.3.1 Unit Analisis... 23

3.3.2 Informan ... 23

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.4.1 Data Primer ... 24

3.4.1.1 Metode Wawancara ... 24

3.4.1.2 Metode Observasi ... 25

3.4.2 Data Sekunder ... 25

3.5 Interpretasi Data ... 26

3.6 Jadwal kegiatan ... 26

3.7 Keterbatasan Penelitian ... 27

BAB IV HASIL DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 29

4.1.1 Sejarah Pasar Tradisional ”Pajak Sore” Padang Bulan ... 29

4.1.1.1 Visi dan Misi PD.Pajak Kota Medan ... 31

4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 32

4.1.2Letak Lokasi Dan Keadaan Alam ... 34

4.1.3 Keadaan Bangunan Pasar ... 34

4.1.4 Jenis Barang Dagangan ... 35

4.1.5 Karakteristik Pedagang ... 36

4.1.6 Sarana dan Prasarana ... 37

(9)

4.1.6.2 Sarana MCK ... 38

4.1.6.3 Sarana Keamanan ... 38

4.1.7 Latar Belakang Sosial Budaya ... 39

4.1.7.1 Bahasa ... 40

4.1.7.2 Religi ... 40

4.1.8 Sistem Kekerabatan ... 40

4.1.9 Organisasi Sosial ... 41

4.2 Profil Informan ... 41

4.2.1 Pedagang... 41

4.2.2 Pembeli ... 50

4.2.3 Pembeli Sekaligus Pedagang ... 52

4.3 Temuan Data ... 54

4.3.1 Etos Kerja Pedagang ... 54

4.3.2 Moral Ekonomi Pedagang ... 55

4.3.3 Jaringan ... 59

4.3.4 Strategi Pedagang... 62

4.3.5 Persepsi Pembeli ... 66

4.4 Interpretasi Data ... 74

4.4.1 Etos Kerja dan Pelayanan Pasar Tradisional ... 74

4.4.2 Etos Kerja dan Kebertahanan Pasar Tradisional ... 76

(10)

5.2 Saran... 81

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian... 26

4.1 Data Pasar Tradisional di Kota Medan……… 29

(11)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Etos Kerja Pedagang Tradisional ditengah Maraknya Pasar Modern” Studi Deskriptif pada Pedagang Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan, Medan. Dilatarbelakangi oleh masalah yang timbul akibat kemunculan pasar modern yang begitu pesat dan ditakutkan dapat menggeser keberadaan pasar tradisional di kota Medan. Dimana masalah yang terjadi di dalam pasar tradisional sangat mempengaruhi eksistensi pasar tradisional itu sendiri, dari masalah pelayanan yang diberikan pedagang sampai masalah yang paling sering muncul yaitu mengenai kebersihan di pasar tradisional.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi deskriptif, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui analisis data dari informan dan data kepustakaan, adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah pedagang pasar tradisional pembeli dan pembeli yang sekaligus menjadi pedagang di Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan, Medan. Dimana aktor-aktor tersebut sangat melatarbelakangi munculnya etos kerja pedagang. Interpretasi dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap kali turun kelapangan.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pasar tradisional merupakan pasar yang berperan penting dalam memajukan

pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara

alamiah. Keberadaan pasar tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi

pemerintah daerah ataupun pusat tetapi juga para masyarakat yang menggantungkan

hidupnya dalam kegiatan berdagang, karena didalam pasar tradisional terdapat

banyak aktor yang memiliki arti penting dan berusaha untuk mensejahterakan

kehidupannya baik itu pedagang, pembeli, pekerja panggul dan sebagainya. Mereka

semua adalah aktor yang berperan penting dalam mempertahankan eksistensi pasar

tradisional di Indonesia.

Dalam pasar tradisional terdapat banyak interaksi yang tidak ditemukan dalam

pasar modern, dimana para pedagang pasar tradisional tidak membeli suatu barang

dagangan yang akan mereka jajakan di tokonya dalam jumlah yang besar dari agen,

hal ini disebabkan karena keterbatasan modal yang mereka miliki tidak mencukupi

untuk membeli barang-barang dalam jumlah yang besar kemudian juga mereka tidak

memiliki fasilitas yang lengkap untuk menyimpan barang dagangan terlalu banyak

karena pedagang tidak memiliki lemari pendingin untuk menyegarkan barang

dagangannya seperti yang terlihat pada pasar modern. Demikian pula dalam masalah

pembelian barang oleh pasar modern yang mana barang selalu di beli dalam jumlah

yang besar, disamping mereka memiliki modal yang besar juga mempunyai

(13)

kata lain telah terorganisir sedemikian rupa dan diolah oleh orang yang memiliki ilmu

tinggi dibidangnya sehinga memudahkan dalam melakukan segala sesuatunya.

Berbeda dengan pasar tradisional yang para pedagangnya tidak memiliki perencanaan

yang benar-benar matang karena didorong oleh faktor pendidikan juga yang

menyebabkan mereka berada pada titik yang standar.

Keunggulan dari pasar tradisional adalah dimana para pembeli dan penjual

bertemu langsung untuk melakukan suatu transaksi jual beli. Didorong pula dengan

defenisi dari pasar itu sendiri dimana pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual

dan pembeli dalam satu lokasi dan melakukan transaksi jual beli baik itu barang

ataupun jasa. Sedangkan pada pasar modern tidak ditemukan pembeli dan penjual

yang melakukan transaksi jual beli secara langsung, yang ada hanyalah para pembeli

melakukan pembelian suatu barang dengan hanya memperhatikan harga yang telah

tertempel dalam kemasan atau label yang ada dari jenis barang yang telah ditentukan

dan membawanya langsung ketempat pembayaran dan membayar harga seperti yang

telah tertera pada kemasan, tidak ditemukan adanya proses tawar menawar dalam

transaksi jual beli seperti pada pasar tradisional. Tindakan ini merupakan suatu nilai

lebih untuk pasar tradisional dimana pembeli dan penjual dapat melakukan proses

tawar menawar barang yang akan dibeli oleh pembeli, mutu dari barang yang akan

dibeli dan yang terpenting menumbuhkan kesan akrab antara pembeli dan penjual.

Keberadaan pasar tradisional telah ada sejak puluhan abad yang lalu,

diperkirakan sudah muncul sejak jaman kerajaan Kutai Kartanegara pada abad ke -5

Masehi, dimulai dari barter (tukar-menukar) barang kebutuhan sehari-hari dengan

(14)

tikar-tikar kemudian terjadilah transaksi jual beli tanpa mata uang. Selain itu dapat dilihat

juga bahwa pasar pada jaman kerajaan dijadikan tempat bertemunya masyarakat atau

kaum bangsawan dari penjuru desa bahkan dijadikan sebagai alat politik untuk

menukar informasi penting dijamannya. Bahkan saat masuknya peradaban Islam

ditanah air pada abad 12 Masehi, pasar digunakan sebagai alat untuk berdakwah

dimana para wali mengajarkan masyarakat mengenai cara-cara berdagang yang benar

menurut ajaran Islam. Sekarang telah menunjukan persaingannya untuk mendapatkan

pangsa pasar kembali. Hal ini menjadi contoh bahwa eksistensi pasar tradisional

dapat dirasakan sampai saat ini.

Pedagang pasar tradisional yang terdapat di Pasar Padang Bulan lebih besar

beretnis Karo, tetapi ada juga pedagang lainnya seperti Cina, India, Batak dan Jawa.

Keberagaman ini lah yang membuat pasar tradisional menjadi lebih menarik, terdapat

berbagai jenis etnis dalam suatu kegiatan usaha guna memajukan eksistensi pasar

tradisional itu sendiri secara tidak langsung disamping dari pemenuhan kebutuhan

masing-masing pedagang. Dalam kesehariannya masing-masing pedagang

menjajakan barang dagangannya didalam toko yang telah mereka sewa dari PD

(perusahan daerah) pasar yang mengelola Pasar padang bulan Medan. Toko yang

mereka dapatkan bukan lah cuma-cuma tetapi mereka menyewanya dengan harga

yang cukup besar, sebagian dari pedagang yang memiliki modal tinggi menyewa

lebih dari satu pintu, ada yang dua bahkan tiga. Pasca kebakaran, toko-toko yang ada

di Pasar Tradisional Padang Bulan terlihat lebih baik dan rapi, bangunannya yang

permanen menunjukan kekokohan dari tiap toko, langit-langit yang telah tertutup rapi

(15)

Barang dagangan terlihat rapi disusun di atas meja yang telah mereka siapkan

dari pukul 04.00 WIB, sebagian dari pedagang membawa barang dagangannya yang

baru dengan mengenakan mobil pick up ada juga yang membawa dengan menaikan

barang dagangannya ke atas becak barang, kegiatan ini khususnya dilakukan oleh

para pedagang yang menjual sayuran dan ikan. Karena mereka harus mengganti

barang dagangan mereka setiap harinya, berbeda dengan pedagang yang menjual

kebutuhan pokok seperti beras, telur dan barang lainnya yang dapat bertahan lama,

mereka cukup menyimpannya didalam toko mereka masing-masing tanpa harus

khawatir terhadap mutu barang tersebut.

Letak tempat berdagang para pedagang dibedakan menurut jenis barang yang

mereka jual, pada bagian depan pasar terlihat pedagang bunga dan buah yang

memadatin area pasar, lapisan keduanya ada toko-toko yang menjual sembako yang

dikelola oleh pedagang etnis Tionghoa, kemudian dibagian kiri depan pasar terdapat

beberapa penjual emas kemudian kios berikutnya terdapat pedagang yang menjual

perlengkapan tulis, perlengkapan untuk menyirih dan tembakau, aksesoris dan

pakaian. Pada bagian kanan pasar terlihat pedagang yang menjajakan sayur-sayuran,

kemudian dibagian belakang terdapat kumpulan pedagang yang menjual ikan serta

ayam ataupun daging. Dengan tersusun rapi seperti ini sehingga memudahkan

pembeli untuk memilih kemana pembeli akan melangkahkan kakinya untuk membeli

berdasarkan jenis barang apa yang akan dia beli.

Etos kerja merupakan semangat yang terdapat didalam diri suatu individu,

tetapi tinggi rendahnya etos bukan semata-mata dilandasi oleh tumbuh atau patahnya

(16)

dari luarlah yang kadang-kadang memanifulasim unsur-unsur yang hakiki. Dimana

kemampuan seseorang dalam mengekspresikan diri dalam bentuk kerja tidak lepas

dari sistem nilai yang berkembang dalam masyarakatnya. Keseimbangan dalam

menciptakan nilai baru membuka peluang untuk bertindak secara terstruktur.

Gambaran ini menunjukan bahwa tidak ada sesuatu perbuatan yang tidak mungkin

terjadi apabila individu tersebut menginginkan sesuatu perbuatan ke arah yang lebih

baik dan nilai atau adanya budaya yang diyakini dalam masyarakat mempengaruhi

diri individu tersebut untuk berusaha melakukannya dengan baik sehingga

mendapatkan hasil yang baik pula.

Dalam kegiatan jual beli di Pasar tradisional ini sendiri menunjukkan bahwa

etos kerja para pedagang dalam menjalankan perannya sebagai pedagang mempunyai

strategi masing-masing dalam menarik minat pembeli, misalnya saja ada pedagang

yang melayani pembeli dengan menggunakan bahasa dari suku si pembeli meskipun

pedagang tidak berasal dari suku yang sama tetapi sebisa mungkin pedagang

menjalankan fungsinya demi mendapatkan pelanggan, sehingga menimbulkan

keakraban antara pembeli dan penjual serta rasa nyaman yang didapatkan pembeli.

Lain lagi dengan pedagang yang menanamkan selogan bahwa pembeli adalah raja,

pedagang mempercayai bahwa apabila mereka melakukan pelayanan yang dapat

memuaskan hati para pembelinya maka peluang untuk menjadikan pembeli itu

menjadi pelanggan lebih besar, sehingga dampak yang dihasilkan pedagang juga baik

untuk keberlangsungan usahanya.

Budaya kerja pedagang tradisional yang tercermin seperti itu telah

(17)

yang melatarbelakangi strategi yang dimiliki para pedagang berpengaruh baik

terhadap keberadaan pasar tradisional yang telah ada dari jaman kerajaan dulu

hingga saat ini, semua ini adalah hasil dari budaya kerja yang telah diwariskan turun

temurun oleh keluarga pedagang. Motivasi pedagang untuk bekerja tidak terlepas dari

faktor luar yang berasal dari luar diri (diluar keinginan) pedagang tersebut yang

secara langsung atau tidak langsung mempengaruhinya, seperti pengaruh melihat

teman atau ajakan saudara untuk bekerja di kota, pendapatan yang diberikan suami

atau isteri belum mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dan hal-hal lain yang

mempengaruhi seseorang untuk bekerja.

Pasar tradisional bergerak pada sektor informal, sehingga siapa saja memiliki

peluang untuk mendapatkan pekerjaan di pasar ini, karena tidak dibutuhkan

syarat-syarat khusus untuk dapat memperoleh pekerjaan disini, tidak seperti pada kegiatan

perkantoran atau disebut dengan sektor formal dimana banyak syarat yang harus

dipenuhi untuk dapat diterima kerja misalnya mengenai tingkat pendidikan yang

dibutuhkan seperti pendidikan SMU sederajat atau bahkan tamatan Sarjana,

sedangkan di sektor informal seperti pasar tradisional ini, dimana semua masyarakat

yang mempunyai kemauan yang keras, keuletan dan modal yang cukup dalam

merintis usaha dari yang kecil terlebih dahulu, bahkan bukan hanya sebagai pedagang

saja tetapi banyak lagi kesempatan kerja yang ditawarkan di sektor informal ini

seperti menjadi penjaga atau karyawan di toko maupun kios dari para pedagang yang

membutuhkan jasa pekerja, kuli panggul dan lain sebagainya yang tidak terlepas dari

kegiatan di pasar tradisional.

(18)

Bulan ini sangat bervariasi, dari yang dapat ditemukan di pasar modern sampai yang

tidak dijual di pasar modern, sejak dulu pajak sore terkenal dengan bunga krisannya

hingga sampai saat ini, bunga-bunga itu selalu terlihat dijajakan setiap harinya,

letaknya yang berada disepanjang pinggir badan jalan menyebabkan banyak mata

yang melihat kearah bunga-bunga itu saat melintasi pasar tradisional ini.

Bunga-bunga tersebut didatangkan langsung dari tanah karo, dimana Bunga-bunga-Bunga-bunga krisan

akan tumbuh dengan baik jika ditanam pada suhu berkisar 20º sampai 25º C.

Penataan bunga yang rapi pada stand bunga menarik para pengunjung untuk

menikmati keindahan bunga krisan tersebut, kemudian ikan saleh yang menjadi khas

sangat banyak diminati oleh pengunjung dan tidak ditemukan pada pasar modern,

cemilan khas untuk suku di Kepulauan Sumatera yaitu daun sirih dan tembakau juga

terdapat di Pasar tradisional ini.

Rempah yang digunakan untuk melengkapi bumbu masakan juga banyak

terlihat di meja-meja pedagang tersusun menurut jenisnya masing-masing,

penyusunan ini mempermudah pedagang dalam mengambil apabila ada yang

membeli dan agar terlihat langsung ketersediaan rempah, apakah jumlahnya masih

banyak atau sedikit karena sering terlihat oleh mata mereka, dan tidak semua rempah

yang dijual di pasar tradisional dapat kita temui di pasar modern. Ini merupakan

sebagian kecil jenis barang yang tidak ditemukan di pasar modern melainkan masih

banyak lagi barang yang tidak ditemukan di pasar modern tetapi dapat di temukan di

(19)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah

tersebut, maka dapat dikemukakan rumusan masalah dari penelitian ini adalah “

Bagaimana etos kerja pedagang di Pasar Tradisional, Padang Bulan, Medan? “

1.3Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk “ Mengetahui

seberapa besar etos kerja para pedagang di pasar tradisional, serta mengetahui

bagaimana para pedagang mencerminkan etos kerja dalam kegiatan berdagang

merek ditengah maraknya pasar modern”

1.4Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan

peneliti mengenai seberapa besar etos kerja pedagang tradisional dalam

menghadapi persaingan pada pasar modern. sebagai bahan rujukan untuk

penelitian selanjutnya, serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu-ilmu

sosial khususnya Ilmu Sosiologi

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan masukan dalam

bentuk bacaan untuk memperkaya wawasan setiap individu yang membaca

(20)

dapat dijadikan referensi dalam kajian yang berkaitan dengan etos kerja

pedagang tradisional.

1.5 Defenisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, defenisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan penelitian agar tidak menimbulkan

kesalahpahaman konsep yang dipakai dalam penelitian. Berikut ini adalah beberapa

konsep yang relevan dengan konteks permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Etos kerja merupakan respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan, respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan

yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang,

kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari

sistem kepercayaan yang diterima seseorang, kelompok atau masyarakat. Etos kerja

menyangkut faktor-faktor yang mempengaruhi keras tidaknya orang bekerja.

2. Pasar merupakan satu institusi sebagai arena peraktik transaksi ekonomi berlangsung, dan telah ada sejak manusia mulai mengenal pertukaran dalam

pemenuhan hidupnya. Seiringan dengan perkembangan yang dialami masyarakat,

pasar mengalami perkembangan, dan dewasa ini dikenal ada dua jenis pasar : pasar

tradisional dan pasar modern. Kedua jenis pasar ini memiliki karakter dan pelaku

yang realatif berbeda meski tidak jarang kedua pasar ini berjalan seiring dengan

perkembangan masing-masing pasar, baik itu pasar tradisional dan pasar modern.

(21)

tradisi-tradisi lama dengan aktor pedagang tradisi-tradisional (subsistent economy). Pasar serupa ini

termasuk dalam kategori sektor ekonomi informal.

4. Pasar Modern merupakan ajang peraktek ekonomi perkotaan yang sangat berbeda dan diwarnai oleh sain dan teknologi modern, baik dari komoditas, aktor yang

terdapat didalamnya, bahkan proses dan aturan main seperti yang telah ditetapkan

oleh pengelola.

5. Pedagang adalah individu atau sekelompok individu yang menjual produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung( Damsar,

2000, 106). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pedagang adalah kelompok

pedagang tradisional yang berada di pasar tradisional yang menjual produk atau

barang-barang secara langsung kepada pembeli. Menurut Geertz pengkategorian

pedagang dibedakan atas:

a. Pedagang professional yaitu pedagang yang menganggap aktifitas perdagangan dan

pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber dan satu-satunya bagi ekonomi

keluarga. Dapat berupa pedagang distributor, pedagang petani atau pedagang eceran.

b. Pedagang semi professional yaitu yang mengakui aktifitasnya untuk memperoleh

uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi

ekonomi keluarga.

c. Pedagang subsistensi yaitu merupakan pedagang yang menjual produk atau barang

yang dari hasil aktifitas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.

d. Pedagang semu yaitu orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi

(22)

mengharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana untuk memperoleh uang,

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etos Kerja

Etos Kerja merupakan perilaku sikap khas suatu komunitas atau

organisasi mencakup sisi spiritual, motivasi, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran

dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, aspirasi-aspirasi, keyakinan-keyakinan,

prinsip-prinsip, standar-standar. Sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah

keyakinan fundamental dan komitmen total pada sehimpunan paradigma kerja yang

integral, dimana mereka diharapkan memiliki sikap sebagai berikut:

1. Menghormati dan meningkatkan rasa harga diri serta martabat setiap individu,

tidak perduli karakter maupun asalnya.

2. Menjalankan sepenuhnya pada integritas, baik dalam prilaku maupun dalam

tugas, praktek, proses, pertumbuhan dan kemajuan.

3. Membangun lingkungan kepercayaan, dimana orang bisa menerima atau

mendapat kepercayaan dari aliansi koleganya.

Usman Pelly menyebutkan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan faktor

terpenting dalam modernisasi. Menurutnya, modernisasi masyarakat secara umum

dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah kepada semua aktivitas dan

bidang kehidupan masyarakat. Pelly, menyebutkan bahwa pengetahuan ilmiah

merupakan faktor terpenting dalam modernisasi. Menurutnya, modernisasi

masyarakat secara umum dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah kepada

semua aktivitas dan bidang kehidupan masyarakat. Perkembangan masyarakat

(24)

proses perkembangan teknologi oleh penggunaan ilmu pengetahuan terapan, ditandai

dengan ekspansi produksi besar-besaran dengan menggunakan tenaga permesinan,

untuk tujuan pasaran yang luas bagi barang-barang produsen maupun konsumen,

melalui angkatan kerja yang terspesialisasikan dengan pembagian kerja, seluruhnya

disertai oleh urbanisasi yang meningkat. Industrialisasi berdampak pada perubahan

yang kompleks dalam kelompok sosial dan proses sosial. Pada tahap awal

industrialisasi berdampingan dengan urbanisasi, yakni peningkatan mobilitas

penduduk. Di samping itu juga terjadi perubahan dalam adat istiadat dan moral

masyarakat. (ejournal.sunan-ampel.ac.id/index.php/Al-Afkar/article/view/70/65)

Pengaruh industrialisasi yang menonjol terdapat pada status pekerjaan dan

keahlian pekerja, terhadap kehidupan keluarga dan kedudukan wanita, serta tradisi

dan kebiasaan dalam mengkonsumsi barang. Dengan padangan yang pesimistis

seperti itu, tidaklah terpikirkan bahwa agama akan mampu ikut serta memecahkan

persoalan kemanusiaan ditengah modernisasi dan industrialisasi. Sebaliknya,

pendapat bahwa agama merupakan pendorong bagi terjadinya proses modernisasi dan

industrialisasi.

Dalam tulisan Max weber The Protestan Ethic and the spirit of capitalism,

Weber menyatakan bahwa ketelitian yang khusus, perhitungan dan kerja keras dari

bisnis barat didorong oleh perkembangan etika protestan yang muncul pada abad

keenambelas dan gerakan oleh doktrin Calvinisme yaitu doktrin tentang takdir.

Pemahaman tentang takdir menuntut adanya kepercayaan bahwa tuhan telah

memutuskan tentang keselamatan dan kecelakaan. Selain itu doktrin tersebut

(25)

menurut Weber, pemeluk Calvinisme mengalami “panik terhadap keselamatan”. Cara

untuk menenangkan kepanikan tersebut adalah orang harus berpikir bahwa seseorang

tidak akan berhasil tanpa diberkahi Tuhan. Oleh karena itu keberhasilan adalah tanda

dari keterpilihan. Untuk mencapai keberhasilan seseorang harus melakukan aktivitas

kehidupan, termasuk aktivitas ekonomi, yang ditandai oleh disiplin dan bersahaja,

yang didorong oleh ajaran keagamaan. Menurut Weber etika kerja dari calvinisme

yang berkombinasi dengan semangat kapitalisme membawa masyarakat barat kepada

perkembangan masyarakat kapitalis modern. Jadi, doktrin Calvinisme tentang takdir

memberikan daya dorong psikologis bagi rasionalisasi (Damsar.2002).

Penelaahan lain mengenai hubungan agama dan industrialisasi dilakukan oleh

Robert N. Bellah. Menurutnya, terdapat hubungan dinamis antara agama Tokugawa

dan kebangkitan ekonomi Jepang modern. Hasil penelitian Robert N. Bellah

menunjukkan bahwa etika ekonomi Jepang modern bersumber dari etika kelas

Samurai. Sedang etika Samurai berasal dari ajaran-ajaran Tokugawa. Menurut ajaran

Tokugawa etika kewajiban keluarga merupakan pendorong terbentuknya seperangkat

nilai etika kejujuran, kualitas dan nama baik yang selalu dijunjung tinggi yang

kemudian ternyata mendukung nilai-nilai universal dalam tata dunia perdagangan dan

mampu memberikan dorongan untuk lahirnya cikal-bakal ekonomi rasional pada

masa modern jepang. Dalam hal ini Bellah memberikan pengertian masyarakat

industri modern sbagai masyarakat yang sepenuhnya mendasarkan diri pada

nilai-nilai ekonomi, seperti misalnya rasionalisasi,universalitas, dan nilai-nilai-nilai-nilai berprestasi.

Tanpa nilai-nilai budaya ekonomi ini suatu masyarakat tidak akan mungkin mampu

(26)

rasional. Sedangkan agama diartikan oleh Bellah sebagai sikap dan tingkah laku yang

selalu mengarah kepada nilai-nilai leluhur. Dengan kata lain agama sebagai sesuatu

yang memiliki fungsi sosial untuk merumuskan seperangkat nilai luhur sehingga dari

persepsi itu masyarakat membangun tatanan moralnya.

Shinsu, salah satu sekte agama Budha yang dikaji oleh Bellah menekankan

pada pentingnya keselamatan yang lebih didasarkan pada keyakinan saja, dan hanya

sedikit memberikan perhatian pada tuntutan etika. Oleh karena itu setiap manusia

akan memperoleh keselamatan tidak peduli betapa jahatnya manusia. Namun pada

masa pertengahan Tokugawa keselamatan dan etik menjadi terkait mutlak dan tidak

dapat dibedakan sama sekali apalagi dipisahkan. Sehingga tidak lagi terdengar ajaran

yang menyatakan bahwa yang jahat akan tetap selamat. Perubahan nilai keagamaan

ini yang menekankan pentingnya etika dalam proses penyelamatan sebagai perubahan

yang sangat mendasar. Dalam hal ini Bellah melihat adanya tiga karaktersistik pokok

dari ajaran dan tuntutan persyaratan etika ini.

Pertama, ajaran untuk bekerja secara tekun dan sungguh-sungguh, khususnya

dibidang pekerjaan yang telah dipilihnya. Persyaratan ini menempati posisi sentral

dari ajaran dan tuntutan etika baru ini. Kedua, ajaran untuk memiliki sikap pertapa

dan hemat dalam konumsi barang. Etika ini misalnya, dapat dilihat dari berbagai

anjuran dan pribahasa yang muncul waktu ini, misalnya untuk selalu tidak melupakan

bekerja tekun pada pagi dan sore hari, himbauan bekerja keras, bersikap kepala

dingin terhadap konsumsi barang mewah juga terlihat pada anjuran yang tegas untuk

tidak berjudi dan lebih baik mengambil sedikit daripada mengambil banyak. Ketiga,

(27)

mengejar dan mengumpulkan keuntungan yang diperoleh dari usaha-usaha yang

normal diberikan dan disediakan legitimasinya dalam ajaran agama melalui doktrin

spirit dan Bodhisattva.

2.2 Moral Ekonomi pedagang

Kehidupan masyarakat akan teratur, baik dan tertata dengan benar bila

terdapat suatu aturan yang sudah disepakati dalam masyarakat tersebut. Salah satu

bentuk peraturan tersebut adalah mengenai moral. Dalam bahasa Indonesia, moral di

artikan sebagai susila. Moral adalah ajaran baik buruk yang diterima masyarakat

dalam perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila. Norma dan

nilai-nilai merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam moral dan dijadikan sebagai tolak

ukur untuk menetapkan baik dan buruknya tindakan atau perbuatan sebagai manusia.

Norma dapat diartikan sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan yang dipakai

untuk mengatur sesuatu yang lain atau menjadi sebuah ukuran. Dengan norma ini

orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu perbuatan. Selain norma, nilai

termasuk didalam unsur-unsur moral. Nilai merupakan suatu harga, isi atau makna

dari perbuatan yang memiliki tujuan. Nilai berada didalam moral agar seseorang

dapat berbuat baik dengan tujuan yang memiliki nilai. Moral, norma dan nilai-nilai

dapat berjalan apabila terdapat atribut yang sifat atau tindakannya untuk melakukan

hal tersebut sehingga menghasilkan prilaku-prilaku yang benar dalam kehidupan

(Soekanto, 2003).

Bertolak dari semua itu, moral telah mencakup berbagai aspek kehidupan baik

dalam budaya, agama, politik, pendidikan dan ekonomi. Didalam ekonomi, moral

(28)

pelaku-pelaku ekonomi sesuai dengan etika atau tata tertib tingkah laku dalam pola

bertindak dan berpikir yang dianggap baik dan benardidalam aktivitas ekonomi.

Nilai-nilai moral diletakkan diatas pertimbangan ekonomi didalam setiap

pengambilan keputusanuntuk menjalankan usaha. Moral ekonomi dan etos kerja

adalah salah satu hal yang penting didalam peningkatan produktivitas ekonomi.

2.3 Modal Sosial

Modal sosial dapat didiskusikan dalam konteks komunitas yang kuat (strong

community), masyarakat sipil yang kokoh, maupun identitas negara-bangsa

(nation-state identity). Modal sosial, termasuk elemen-elemennya seperti kepercayaan,

kohesifitas, altruisme, gotong-royong, jaringan, dan kolaborasi sosial memiliki

pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dua tokoh utama yang mengembangkan konsep modal sosial, Putnam dan

Fukuyama, memberikan definisi modal sosial yang penting. Meskipun berbeda,

definisi keduanya memiliki kaitan yang erat (Spellerberg, 1997), terutama

menyangkut konsep kepercayaan (trust). Putnam mengartikan modal sosial sebagai

penampilan organisasi sosial seperti jaringan-jaringan dan kepercayaan yang

memfasilitasi adanya koordinasi dan kerjasama bagi keuntungan bersama. Menurut

Fukuyama, modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan

dalam sebuah komunitas. Modal sosial dapat diartikan sebagai sumber (resource)

yang timbul dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas. Namun

demikian, pengukuran modal sosial jarang melibatkan pengukuran terhadap interaksi

itu sendiri. Melainkan, hasil dari interaksi tersebut, seperti terciptanya atau

(29)

dalam skala individual maupun institusional. Secara individual, interaksi terjadi

manakala relasi intim antara individu terbentuk satu sama lain yang kemudian

melahirkan ikatan emosional. Secara institusional, interaksi dapat lahir pada saat visi

dan tujuan satu organisasi memiliki kesamaan dengan visi dan tujuan organisasi

lainnya.

Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi cenderung bekerja secara

gotong-royong, merasa aman untuk berbicara dan mampu mengatasi

perbedaan-perbedaan. Sebaliknya, pada masyarakat yang memiliki modal sosial rendah akan

tampak adanya kecurigaan satu sama lain.

2.3.1 Trust

Sebagaimana dijelaskan Francis Fukuyama (1995), rasa percaya (trust) adalah

harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya

perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.

Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini.

Dalam bisnis, trust mengurangi kebutuhan merumuskan kontrak yang

berkepanjangan, menghindari situasi tidak terduga, mengurangi pertikaian, dan

mengurangi kebutuhan proses hukum seandainya terjadi pertikaian. Trust mengurangi

biaya dan waktu yang sering dikaitkan dengan sistem pengawasan tradisional dan

kontrak hukum yang formal, hal-hal yang sangat penting dalam organisasi yang

mementingkan pengetahuan. Fukuyama menyatakan bahwa trust membantu

orang-orang bekerja sama dengan lebih efektif, karena mereka lebih bersedia menempatkan

(30)

2.3.2 Norma

Norma-norma terdiri dari pemahaman-pemahaman, nilai-nilai,

harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok

orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun

standar-standar sekuler seperti halnya kode etik profesional. Norma-norma dibangun dan

berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk

mendukung iklim kerjasama (Putnam, 1993; Fukuyama, 1995). Norma-norma dapat

merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial.

Fukuyama menunjuk pada serangkaian nilai atau norma informal yang

dimiliki bersama di anatara para anggota suatu kelompok memungkinkan terjalinnya

kerjasama di antara mereka. (Lawang, 2004:180). Norma-norma akan berperan dalam

mengontrol bentuk-bentuk hubungan antar individu. Norma yang tercipta diharapkan

dipatuhi dan diikuti oleh individu pada suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan

tersebut biasanya tidak tertulis, namun demikian dipahami oleh setiap individu dalam

konteks hubungan sosial-ekonomi. Aturan-aturan tersebut misalnya, bagaimana cara

menghormati dan menghargai orang lain, norma untuk tidak mencurangi orang lain,

norma untuk selalu bekerjasama dengan orang lain, merupakan contoh norma yang

ada. Norma dan aturan yang terjaga dengan baik akan berdampak positif bagi kualitas

hubungan yang terjalin serta merangsang keberlangsungan kohesifitas sosial hidup

yang kuat (Hasbullah, 2006:13).

2.3.3 Jaringan Sosial

Menurut Robert M. Z. Lawang jaringan merupakan terjemahan dari network,

(31)

sebagai jaring yaitu tenunan sebagai jala, terdiri dari banyak ikatan antar simpul yang

saling terhubung antara satu sama lain. Sedangkan kata work bermakna sebagai kerja,

dengan demikian jaringan menurut Lawang dimengerti sebagai:

1. Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan

media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan.

Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.

2. Ada kerja antar simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan

sosial menjadi satu kerja sama, bukan kerja bersama-sama.

3. Seperti halnya sebuah jaringan (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar

simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat “menangkap

ikan” lebih banyak.

4. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri.

Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jarring itu tidak akan

berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu kesatuan

dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini analogi tidak seluruhnya tepat terutama kalau

orang yang membentuk jarring itu hanya dua saja.

5. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara

orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.

6. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga

bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.

Studi tentang jaringan sosial (social network) telah dilakukan sosiolog sejak

1960-an, biasanya dikaitkan dengan bagaimana pribadi-pribadi berhubungan antara

(32)

meamperoleh sesuatu yang dikerjakan sebagai jembatan untuk memudahkan

hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya, maupun sebagai perekat yang

memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial (powell dan Smith-doer, 1994:

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan

pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha

mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu seperti kondisi atau hubungan

yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, serta

kecenderungan yang tengah berlangsung. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai

penelitian yang menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang didapat dari apa

yang diamati. Pendekatan deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan atau

melukiskan apa yang diteliti dan berusaha memberikan gambaran yang jelas

mengenai apa yang menjadi pokok penelitian.

Penelitian kualitatif menurut Sugiyono adalah suatu metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah

instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data

bersifat deduktif, dan hasil penelitian kualitatif menekankan makna dari generalisasi.

Alasannya mengapa penelitian melakukan penelitian kualitatif adalah karena

kualitatif dapat memberikan keleluasan dan kesempatan peneliti untuk bisa menggali

informasi secara lebih mendalam terutama permasalahan yang diangkat tergolong hal

(34)

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di pasar tradisional tepatnya jln Djamin

Ginting, Padang Bulan, Medan. Lokasi penelitian ini diambil berdasarkan

pertimbangan diantaranya adalah: lokasi yang berada dekat dengan salah satu pasar

modern yang mudah dijangkau, serta tersedianya transportasi yang memadai sehingga

dapat memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian, kelengkapan barang yang

diperjual-belikan di pasar tradisional ini menarik peneliti untuk melakukan penelitian

di pasar ini.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek

penelitian. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok pedagang

tradisional. Dalam suatu penelitian.

3.3.2 Informan

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian

sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Dalam suatu

penelitian, informan merupakan sumber informasi dalam penelitian. Adapun

kriteria informan dalam penelitia ini adalah pedagang tradisional yang hanya

menjual barang dagangan pokok (pedagang sembako), pembeli dan pedagang

(35)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data

serta informasi yang mampu menjelaskan permasalahan dalam penelitian secara

objektif, melalui beberapa tahap penyusunan yang digolongkan menjadi dua, yaitu :

3.4.1.Data primer

Merupakan data yang langsung di peroleh dari informan di lokasi penelitian,

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

3.4.1.1. Metode Wawancara

Wawancara merupakan suatu usaha pengumpulan informasi dari informan.

Wawancara dilakukan peneliti terhadap para pedagang. Wawancara dilakukan secara

mendalam melalui proses tanya jawab dan bertatap muka yang bersifat bebas dengan

harapan mendapatkan suasana yang lebih santai dan nonformal sehingga informan

dapat memberikan informasi secara terbuka, data ini berupa teks hasil wawancara

yang dapat di rekam oleh alat perekam atau di catat oleh peneliti. Adapun keunggulan

dari metode ini adalah peneliti dapat mengetahui apakah sama apa yang informan

katakan dengan apa yang terjadi di lapangan karena sebelumnya peneliti telah

melakukan metode observasi terlebih dahulu.

Data yang ingin diperoleh melalui metode wawancara ini adalah data

mengenai etos kerja pedagang Pasar Tradisional (pajak sore) Padang Bulan,

bagaimana moral ekonomi pedagang di pasar ini, strategi apa yang digunakan

pedagang dalam memajukan usahanya, bagaimana jaringan yang terbangun diantara

aktor ekonomi di pajak sore dan yang terakhir persepsi pembeli mengenai

(36)

3.4.1.2. Metode Observasi

Sebaliknya pada metode ini peneliti mengamati informan, apakah kegiatan

yang informan lakukan sama dengan hasil yang diperoleh dari proses wawancara

kepada informan. Sehingga peneliti dapat mengetahui kebenaran dari penelitian yang

dilakukan serta tidak menimbulkan terhadap hasil penelitian. Metode observasi

adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian.

Data penelitian tersebut dapat diamati oleh peneliti berdasarkan pengamatan langsung

ke lapangan untuk mendapatkan data yang mendukung hasil wawancara. Data yang

diperoleh melalui observasi ini terdiri dari rincian kegiatan dan hasil observasi

kemudian di tuangkan dalam bentuk catatan lapangan.

Data yang ingin didapatkan dalam metode observasi ini adalah bagaimana

pelayanan pedagang terhadap pembeli dalam aktivitas jual beli, seperti bagaimana

proses tawar-menawar yang terjadi antara pembeli dan penjual, daya tarik apa yang

ditawarkan oleh pedagang untuk menarik pembeli datang dan membeli barang

dagangannya, apakah pedagang memperhatikan penampilannya dalam melayani

pembeli sehingga menarik perhatian pembeli dan bagaimana kenyamanan pembeli

saat melakukan proses jual beli kepada pedagang.

3.4.2. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan

menelusuri data kepustakaan, dokumen, laporan, serta buku-buku yang membahas

atau berkaitan dengan penelitian ini. Sehingga sumber data sekunder di harapkan

dapat berperan untuk membantu melengkapi data yang diharapkan. Seperti data

(37)

ini, kemudian data mengenai berapa banyak jumlah pasar tradisional yang ada di kota

Medan. Data mengenai berapa besar pendapatan asli daerah yang diperoleh dari

adanya pasar tradisional di kota medan.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan penyederhanaan data, dimana data-data yang

diperoleh dari lapangan akan disusun atau diurutkan berdasarkan kelompok kategori,

pola atau uraian tertentu. Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber. Data-data yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan,

komentar peneliti, gambar, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, jurnal dan

sebagainya diatur dan diurutkan atau dikelompokkan serta dikategorikan yang

tujuannya menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya menjadi substantif.

Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan satuan yang terperinci dan sistematis. Data

yang diperoleh ini akan di interpretasikan berdasarkan dukungan teori dalam kajian

pustaka yang telah di tetapkan dan akhirnya disusun sebagai laporan akhir penelitian.

3.6. Jadwal Kegiatan

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi √

2 ACC Judul √

3 Penyusunan Proposal Penelitian √ √

(38)

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Ke Lapangan √

7 Pengumpulan Data dan Analisis Data √

8 Bimbingan √ √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian mencakup uraian tentang keterbatasan dan hambatan

yang ditemui dalam penelitian, baik yang berkaitan dengan metode dan teknik

penulisan yang digunakan, maupun keterbatasan peneliti sendiri.

1. Dalam melakukan wawancara kepada informan penelitian, peneliti

mengalami kendala karena para pedagang melakukan aktivitas berdagang dari pagi

hingga petang, sehingga peneliti baru dapat mewawancarai informan setelah mereka

menyelesaikan aktivitas berdagangnya.

2. Peneliti kesulitan dalam mendapatkan data para pedagang dari dinas

perusahaan yang dikelolah oleh PD.Pasar Pajak Sore, pasca kebakaran yang terjadi

dan renovasi pada pajak sore, sehingga memaksa peneliti mencari data pada PD.Pasar

Pusat kota Medan.

3. Rasa sensitif para pedagang pasca kebakaran menyebabkan para pedagang

sulit dimintai keterangan mengenai informasi yang peneliti ingin dapatkan, sehinnga

(39)

benar-benar mutlak untuk studi, bukan untuk pemerintah ataupun pihak lain yang

(40)

BAB IV

HASIL DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Pasar Tradisional ”Pajak Sore” Padang Bulan

Pasar Tradisional (Pajak Sore) Padang Bulan adalah salah satu dari 54 (lima

puluh empat) pasar tradisional yang ada di kota Medan. Pada tahap awal Pajak Sore

tersebut berada di tanah yang berdataran rendah namun sekarang tanah tersebut telah

ditinggikan oleh PEMDA sejak 13 tahun lalu, sementara pasar tradisional (pajak sore)

ini sendiri telah berdiri sekitar tahun 1970 an.

Tabel 4.1 Data Pasar Tradisional di Kota Medan

No. Jenis Pasar Jumlah (Unit)

1 Pasar Non Inpres 43

2 Pasar Inpres 11

Total 54

Sumber: Perusahaan Daerah (PD) Pasar Kota Medan

Pasar Tradisional Padang Bulan yang berada di Jalan Jamin Ginting ini terdiri

dari 2 pengelolah pasar, satu dikelolah oleh PEMDA sedangkan yang satu lagi oleh

pihak swasta. Jumlah pedagang yang berada di bawah naungan PEMDA berjumlah

334, hal tersebut dapat dilihat dari 21 ruko, 167 kios, 90 stand, 8 bangunan baru

belakang serta 48 bangunan baru depan.

Pajak Sore ini dapat menampung 334 pedagang dengan luas lahan sebesar

1000m2 dan luas bangunan sebesar 800 m2. Adapun jenis barang yang dijual terdiri

(41)

rempah, barang kelontong, makanan, minuman, buah-buahan sampai pada kebutuhan

sandang seperti pakaian, tas, sepatu, perhiasan, barang pecah belah, buah dan

sebagainya. Untuk areal parkir, Pajak Sore Padang Bulan hanya dapat menampung

(42)

Pasar Tradisional (Pajak Sore) Padang Bulan merupakan salah satu pasar

tradisional di kota Medan yang dikelola oleh PD. Pasar/Pajak Kota Medan, yang

mana kantor PD.Pasar berada di lantai III Gedung Pasar Petisah. PD.Pajak Kota

Medan didirikan dengan tujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan pelayanan

umum kepada masyarakat dengan penyediaan sarana pasar, disamping itu juga

menunjang kebijaksanaan umum Pemerintah Daerah untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Penataan pajak secara teratur yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana

tempat berjualan perlu dilakukan melihat potensi perkembangan pasar yang cukup

besar. Maka PD.Pajak Kota Medan merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi hal

tersebut dan sebagai fasilitator bagi para pedagang. PD.Pajak Kota Medan sebagai

pemegang mandat yang diberikan oleh Pemerintah Kota Medan untuk melaksanakan

Peraturan Daerah Kota Medan No.8 Tahun 2001 dan Keputusan Walikota Medan

No.28 Tahun 2001.

4.1.1.1 Visi dan Misi PD.Pajak Kota Medan

Mengingat perkembangan ekonomi yang sangat dinamis pada era globalisasi,

maka perlu bagi setiap pelaku bisnis untuk benar-benar professional dalam

menjalankan roda organisasi perusahaannya. Untuk itu perlu adanya visi dan misi

agar tercapai kinerja perusahaan yang diharapkan.

1. Visi PD.Pajak Kota Medan

PD.Pajak Kota Medan memiliki visi sebagai fasilitator terdepan dalam

(43)

2. Misi PD.Pajak Kota Medan

PD.Pajak Kota Medan memiliki misi sebagai berikut:

a. Mewujudkan akuntabilitas publik oleh perusahaan serta menciptakan aparatur yang

bersih.

b. Meningkatkan kualitas pelalayanan dalam rangka meningkatkan kinerja

perusahaan.

c. Menumbuhkembangkan perusahaan dalam menghadapi pasar global dengan

melaksanakan perencanaan pembangunan, pemeliharaan dan pengawasan.

d. Memberikan kontribusi bagi pemasukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan

manajeman perusahaan yang bersih.

4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi diperlukan dalam pelaksanaan tugas perusahaan. Struktur

organisasi menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang

berbeda-beda dalam suatu organisasi.sehingga diperlukan perincian yang harus

benar-benar jelas untuk tidak menimbulkan kesalah pahaman yang bisa muncul kapan saja

karena ada ketidakjelasan dari fungsi yang telah ditetapkan.

Adapun struktur organisasi yang mengatur pasar tradisional (pajak sore)

padang bulan ini adalah diketuai oleh kepala pajak,kepala pajak lah yang

bertanggungjawab penuh terhadap masalah-masalah yang timbul di pasar tradisional

ini dan dialah yang mengatur semua kebijakan-kebijakan yang akan di jalankan

sampai habis masa kerjanya, kemudian kepala pajak juga dibantu oleh para staf,

pengutip iuran, satpam pajak dan yang terakhir adalah phl pajak, berikut untuk lebih

(44)

1. Kepala Pajak

a. Merealisasikan target/anggaran yang telah dibebankan perusahaan.

b. Mengawasi karyawan dan petugas dalam menjalankan pekerjaan.

c. Mengawasi keadaan dan kebersihan pasar.

d. Mengecek dan mengevaluasi administrasi pembukuan di pajak.

e. Mengajukan izin-izin yang diperlukan kepada direksi PD.Pajak.

f. Mencairkan segala bentuk tunggakan kontribusi kepada pedagang.

2. Staf

a. Membukukan laporan atas hasil kutipan

b. Mengerjakan administrasi dan surat-surat yang masuk maupun yang keluar ke

dalam buku agenda.

c. Membuat laporan bulanan atas pemakaian karcis kontribusi harian dan kwitansi

bulanan dengan segala pemakaian kwitansi lainnya.

d. Membuat surat-surat izin, seperti surat izin pemakaian tempat berjualan, izin-izin

rekomendasi yang ditujukan kepada direksi, dan sebagainya.

e. Ikut serta dalam mengawasi kebersihan pasar.

3. Pengutip

a. Melaksanakan pengutipan kontribusi dari para pedagang.

b. Membuat laporan hasil kutipan kontribusi kepada Kepala Pasar.

c. Ikut serta melaksanakan pengawasan kebersihan dan keberadaan sarana dan

prasarana pasar.

d. Membuat laporan kepada Kepala Pasar mengenai kios atau stan yang tidak

(45)

4. SATPAM Pajak

a. Menjaga keamanan dan ketertiban pajak secara keseluruhan.

b. Mengatasi berbagai kericuhan dan segala tindakan criminal yang terjadi di pajak

sebelum diserahkan kepada pihak yang berwajib.

5. PHL. Kebersihan

a. Membersihkan sampah-sampah dan kotoran di areal pajak.

b. Mengangkut sampah dari TPS ke truk pengangkutan sampah.

c. Membersihkan parit/selokan di seluruh areal pajak.

d. Memelihara kebersihan lingkungan di sekitar pajak.

e.Menyapu halaman lingkungan di sekitar pajak.

f. Menjaga hal-hal yang menyebabkan terjadinya polusi udara di daerah sekitar pajak.

4.1.2 Letak Lokasi Dan Keadaan Alam

Pasar tradisional berlokasi di tempat-tempat yang padat penduduk, strategi

dan aksebilitasnya tinggi (mudah dijangkau). Adapun batas wilayah disekitar Pasar

tradisional (Pajak sore) Padang Bulan ini adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Jln Patimura

- Sebelah Selatan berbatasan dengan jln Djamin Ginting

- Sebelah Barat berbatasan dengan Jln Dr mansur

- Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Babura

4.1.3 Keadaan Bangunan Pasar

Bangunan yang didirikan oleh PEMDA dan pengelolah swasta sebagian

permanen yaitu bangunan didirikan dengan batu tidak lagi papan. Umumnya

bangunan di pasar tradisional bersifat temporer yaitu ada yang permanent ada juga

(46)

pedagang telah membayar iuran kebersihan setiap harinya akan tetapi kebersihannya

masih belum sepenuhnya terlihat, kebersihan pasar tidak terjaga dengan baik (becek,

kotor, bau) sehingga mengurangi kenyamanan berbelanja. Gang yang memisahkan

antar kios juga terlalu sempit, hal ini disebabkan karena terbatasnya lahan pada pasar

ini sendiri sehingga mengurangi keleluasaan bergerak bagi pemakai jalan khususnya

para pembeli dan pengunjung. Kawasan parkir yang relatif sempit juga menggangu

kenyamanan para pengunjung ataupun pembeli yang datang ke pasar tradisional ini,

karena mereka mewaspadai keamanan kendaraan yang mereka parkirkan yang

menyebabkan kegelisahan para pembeli sehingga pembeli tidak betah berlama-lama

di pasar tradisional ini.

4.1.4 Jenis Barang Dagangan

Pasar tradisional atau yang kita kenal dengan sebutan pajak sore ini memiliki

keberagaman jenis barang yang diperjual-belikan di pasar ini dan keberadaan setiap

jenis-jenis barang tidak terlepas dari pedagang lainnya yang menjual barang

dagangan yang sama. Barang yang dijual adalah barang-barang kebutuhan rumah

tangga sehari-hari (barang primer dan sekunder), dimana bahan pangan pokok yang

tidak tahan lama cukup banyak terlihat yaitu mendominasi. Barang-barang yang

dijual umumnya lebih segar dan bervariasi, karena para pedagang mendatangkan

barang setiap harinya dari pemasok ataupun para pedagang yang setiap harinya

mengambil barang dari pedagang besar (kulakan). Pada pasar tradisional harga

barang yang ditawarkan tidak bersifat mati dengan kata lain, harga barang yang di

dagangkan dapat ditawar oleh pembeli. Karena terbatasnya ruang menyebabkan

(47)

4.1.5 Karakteristik Pedagang

Karakteristik dibuat berdasarkan temuan data yang didapatkan di lapangan

dari hasil wawancara dengan informan. Karakteristik pedagang dalam penelitian ini

merupakan status sosial pedagang pasar yang menjadi informan.

Dari hasil di lapangan, pedagang perempuan lebih sering terlihat dalam

aktivitas pasar tradisional daripada pedagang pria. Jumlah pedagang wanita lebih

besar dari jumlah pedagang pria, hal ini terlihat dari seringnya pedagang perempuan

dalam melayani pembeli ataupun pelanggan di pasar tradisional saat melakukan

transaksi jual beli, akan tetapi ada juga beberapa pedagang pria yang terlihat

melakukan transaksi jual beli di pasar hanya saja jumlahnya lebih sedikit dari

pedagang perempuan. Keadaan ini disebabkan oleh tuntutan keadaan dimana kaum

perempuan dinilai lebih dapat mengontrol emosi daripada kaum pria, kaum

perempuan lebih pintar memainkan harga dalam transaksi tawar-menawar kepada

pembeli, dimana wanita dianggap lebih memiliki tingkat kesabaran yang cukup tinggi

dalam melayani pembeli, dengan begitu karakter ini dianggap cocok untuk

menguatkan kaum perempuan sebagai pedagang.

Adapun alasan yang menguatkan pedagang pria memilih untuk melakukan

aktivitas berdagang pada pasar tradisional ini adalah dikarenakan tuntutan keluarga

yang mereka anut, dimana kaum pria merupakan tulang punggung keluarga yang

harus menafkahi seluruh anggota keluarga dan harus bertanggungjawab dalam

mensejahterakan ekonomi keluarga, sehingga mereka memilih untuk serius menjalani

pekerjaan sebagai pedagang di pasar tradisional. Pasar tradisional merupakan tempat

(48)

kesehariannya sebagai pekerja di sektor informal dan pasar tradisional memberikan

peluang kerja yang cukup besar bagi perempuan dan laki-laki, dengan kata lain pasar

tradisional dapat mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia karena tersedianya

kesempatan kerja untuk semua kalangan di sektor informal.

Dapat digambarkan para pedagang Pasar Tradisional (pajak sore) berusia

rata-rata 40-60 tahun, adapun pedagang usia muda berkisar di umur 30-40 tahun.

Banyaknya pedagang berusia tua di pasar tradisional ini dapat dilihat dari lamanya

mereka berdagang, rata-rata pedagang telah berdagang sejak belasan bahkan puluhan

tahun yang lalu diturunkan dari orang tua atau sanak saudara mereka. Para pedagang

umumnya menamatkan pendidikan di bangku SMA, akan tetapi banyak juga

pedagang yang menyandang gelar sarjana dalam pendidikan terakhirnya dan memilih

untuk menggeluti usaha sebagai pedagang di pasar tradisional ini.

4.1.6 Sarana Dan Prasarana

Lengkapnya sarana dan prasarana merupakan salah satu nilai lebih agar

menarik minat pembeli untuk datang ke pasar tradisional. Adanya sarana dan

prasarana yang dapat memudahkan aktivitas di pasar tradisional sehingga berdampak

baik pada kemajuan usaha dari masing-masing pedagang dan dapat memanjakan

pengunjung yang dating ke pasar tradisional itu sendiri.

Suatu kawasan usaha dapat dikatakan maju apabila ditunjang dari

kelengkapan sarana dan prasarana untuk dapat mengakses barang pada kawasan

tersebut, dengan demikian suatu kawasan usaha seperti pasar tradisional dapat

berkembang lagi apabila didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang sangat

(49)

Letaknya yang dekat dengan salah satu perguruan negeri yang ada di sumatera

utara membawa dampak positif bagi pasar tradisional padang bulan, karena banyak

angkutan umum dengan tujuan relatif menyebar hampir diseluruh kota medan melalui

jalur pasar tradisional ini, sehingga peluang pengunjung yang dating ke pasar ini

lebih besar karena bias di jangkau oleh masyarakat yang tidak tinggal disekitar pasar

tradisional. Keadaan ini dapat dijadikan peluang bagi kemajuan para pedagang Pasar

tradisional Padang Bulan. Adapun sarana dan prasarana yang sangat membantu untuk

mengakses dan memajukan Pasar tradisional (pajak sore) ini seperti sarana

transportasi, sarana MCK dan sarana keamanan.

4.1.6.1 Sarana Transportasi

Keadaan jalan yang bagus menjadi nilai lebih bagi pasar tradisional ini, hanya

saja banyaknya angkutan umum yang melalui jalan ini begitu banyak, hal ini di

karenakan letaknya yang berdekatan dengan universitas negeri maupun universitas

swasta yang berjarak dekat dengan Pasar tradisional (pajak sore) menyebabkan sering

terjadi kemacetan pada jam-jam sibuk, seperti pada pagi hari saat masyarakat

memulai aktivitasnya dan sore hari ketika masyarakat selesai melakukan aktivitas

kesehariannya.

4.1.6.2 Sarana MCK

Mandi Cuci Kakus atau MCK sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari,

di pasar tradisional (pajak sore) ini terdapat satu sarana MCK yang mempermudah

para pedagang maupun pembeli.

4.1.6.3 Sarana Keamanan

(50)

tradisional ini, ada dua orang satpam yang dipekerjakan untuk menjaga kios-kios para

pedagang, dan pengelolah pasar memungut iuran kepada para pedagang setiap

harinya yaitu iuran keamanan dan kebersihan sebesar Rp. 6.000/ pedagang.

Dengan adanya tenaga keamanan yang dipekerjakan oleh pengelola sangat

membantu para pedagang untuk tidak mengkhawatirkan barang dagangan yang

mereka tinggalkan di kios ataupun toko mereka masing-masing dan tidak repot-repot

lagi untuk membawa barang dagangannya pulang ke rumah, dengan demikian para

pedagang lebih efisien dalam mengatur kegiatan berdagangnya dan waktu yang

digunakan juga lebih efektif.

4.1.7 Latar Belakang Sosial Budaya

Latar belakang sosial budaya dari masin-masing pedagang di Pasar tradisional

(pajak sore) ini beranekaragam dari bahasa yang mereka gunakan dalam aktivitasnya

berdagang, suku yang berbeda-beda, agama yang mereka anut akan tetapi semua itu

mencakup jadi satu dalam pasar tradisional ini, dan keragaman latar belakang sosial

budaya ini merupakan salah satu daya tarik untuk mendatangkan pembeli dari

beragam etnis.

4.1.7.1 Bahasa

Keragaman bahasa menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung atau

pembeli untuk datang ke pasar ini, hal ini dapat dilihat dari beragamnya suku ataupun

etnis dari masing-masing pedagang. Mulai dari Jawa,Karo,Batak,Simalungun,India

serta etnis tionghoa. Para pedagang beretnis tersebut dapat kita jumpai di Pasar

tradisional (pajak sore) P.Bulan Medan.

(51)

yang digunakan masing-masing pedagang dalam melakukan aktivitas berdagang.

Dapat diambil contoh, misalnya pedagang Karo menggunakan bahasa Karo ataupun

aksen Karo dalam melayani pembeli yang datang ke kiosnya,hal ini menyebabkan

pembeli yang bukan berasal dari suku Karo kebingungan dalam mengartikan

percakapan yang digunakan pedagang bersuku Karo. Akan tetapi keberagaman ini

membawa pedagang untuk mendapatkan pelanggan, dimana pembeli yang merupakan

satu suku dengan pedagang mendapatkan kenyaman dari pelayanan pedagang dalam

penyampaian ataupun penggunaan bahasa berdasarkan bahasa suku mereka tersebut.

4.1.7.2 Religi

Religi atau kepercayaan terhadap sang pencipta merupakan sesuatu yang

harus dijalankan dan di terapkan dalam kehidupan beragama, adapun kepercayaan

yang dipercayai oleh para pedagang di pasar tradisional ini adalah pedagang yang

beragama Islam, Kristen Protestan, Khatolik, Budha dan Sikh. Penganut agama ini

dapat kita jumpai di Pasar tradisional (pajak sore).

4.1.8 Sistem Kekerabatan

Para pedagang menjalankan aktivitas sebagai pedagang tidak terlepas dari

sistem kekerabatan yang mereka anut, yaitu masih mengarah pada kekeluargaan

dengan kata lain sistem kekerabatannya masih bersifat kekeluargaan. Pernyataan ini

dapat dikuatkan dengan seringnya mereka memakai kata panggilan dalam istilah

kekeluargaan antara mereka yang memiliki marga yang sama ataupun berasal dari

suku yang sama. Apabila terjadi suatu masalah yang menimpah pedagng lain di pasar

yang sama mereka mengumpulkan bantuan dari pedagang lain untuk membantu

(52)

dengan demikian pedagang yang tertimpah bencana lebih kuat serta sabar dalam

menghadapi masalah yang dihadapinya dan dapat lebih cepat untuk menyelesaikan

masalah yang menimpahnya. Sistem kekerabatan antar pedagang pasar tradisional

masih sangat erat hubungannya dan masing-masing pedagang beranggapan bahwa

mereka yang berada dalam satu lingkungan pasar yang sama adalah keluarga dan

apabila ada yang memerlukan bantuan, mereka dengan cepat merespon apabila

mereka dapat membantu.

4.1.9 Organisasi Sosial

Ada koperasi pedagang pasar, tetapi tidak berjalan sebagaimana mestinya

tidak ada kejelasan siapa pemimpin tetap ataupun jarang sekali para anggota

melakukan rapat untuk membahas masalah simpan pinjam.para pedagang tidak

memiliki organisasi dalam pengelolaan kegiatan berdagang, dengan kata lain tidak

ada organisasi yang mengatur para pedagang dalam menetapkan harga barang yang

akan mereka jual ataupun dalam pemasokan barang ke masing-masing kios mereka

tidak didorong oleh adanya kelompok-kelompok yang mempermudah mereka dalam

mendapatkan suatu barang dagangan,mereka memiliki jaringan sendiri-sendiri untuk

mendapatkan barang yang akan mereka dagangkan di pasar tradisional tersebut

dengan tidak ada bantuan orang lain.

4.2 Profil Informan 4.2.1 Pedagang

1). Nama : R Sembiring

Jenis Kelamin : Perempuan

(53)

Suku : Karo

Jenis dagangan: Pedagang sayuran

R adalah seorang pedagang perempuan di Pasar Tradisional (pajak sore), lahir

di tanah karo dan sekarang berumur 44 tahun, R merupakan anak kedua dari tujuh

bersaudara berasal dari keluarga pedagang, dimana ayah dan ibunya dahulu

bermatapencaharian sebagai pedagang dan petani di Kabanjahe Kabupaten Karo. R

memiliki dua orang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas

(SMA) dan satu orang anak yang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama

(SMP).

R telah menjadi janda setelah kepergian suaminya 6 tahun yang lalu, sejak itu

R lah yang membesarkan anak-anaknya seorang diri, dengan pekerjaannya sebagai

seorang pedagang di pasar tradisional. R telah menjadi seorang pedagang sejak tahun

2003 sampai saat ini. Memilih berdagang sayuran karena menurutnya setiap hari

masyarakat perlu untuk memakan sayuran, sehingga sayuran selalu dicari pembeli

setiap harinya.

2). Nama : Suryadi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

Jenis dagangan: Pedagang sembako

S merupakan pedagang sembako di pasar tradisional pajak sore sejak 14 tahun

yang lalu, sekarang beliau berumur 64 tahun dilahirkan di kisaran yaitu kampung

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel  4.1 Data Pasar Tradisional di Kota Medan

Referensi

Dokumen terkait

Setelah melakukan perhitungan kofisien korelasi, hasil yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan pengklasifikasian koefisien korelasi menurut Arifin

Testosteron merupakan bentuk sirkulasi androgen utama yang disekresikan oleh testis dan merupakan bentuk aktif androgen di dalam otot, sedangkan DHT adalah metabolit

sosiodrama dapat meningkatkan perilaku komunikasi antar pribadi siswa kelas XI TMO A SMK N 2 Salatiga, sejalan dengan hasil penelitian Pancawati, Shandra Setya

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui penelitian Peningkatan hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode kerja kelompok dan media yang tepat pada

Kutipan tersebut menunjukan ketika Marni memiliki keinginan untuk menikahkan anknya dengan adat yang biasa dilakukan di desa Singget dan secara besar-besaran seperti

Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan usaha yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika dan itu semua tidak terlepas dari usaha

Dasar Pembelajaran Materi Karakter Bangsa Nilai Budaya & Kewirausahaan/ Ekonomi Kreatif Pembelajaran Kegiatan paian Kompetensi Indikator Penca- Penilaian Alokasi Waktu

Penelitian lain di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Surakarta pada pasien terdiagnosa ISPaA didapatkan hanya 14,07% yang sudah rasional dalam terapi,