• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Survival Pedagang Pasar Tradisional Ditengah Maraknya Pasar Modern (Studi Kasus: Pedagang Pasar Dwikora Pematangsiantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mekanisme Survival Pedagang Pasar Tradisional Ditengah Maraknya Pasar Modern (Studi Kasus: Pedagang Pasar Dwikora Pematangsiantar)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

86

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi,dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Kencana.

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Bielefeld: PT Raja Grafindo Persada.

Damsar, MA, 2002. Sosiologi Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Damsar, 2009. Pengantar sosiologi ekonomi. Jakarta: Kencana.

Johnson, Doyle Paul. 1981. Teori Sosiologi Klasik dan Modern (Di Indonesia

Oleh: Robert. M.Z. Lawang. Jilid 2). Jakarta: PT. Gramedia.

Kotler, Philip. 1987. Manajemen Pemasaran, Perencanaan dan Pengendalian (Marketing Management). Terjemahan Jaka Wasana. Erlangga, Jakarta. Rosdakarya.

Manan, Imran. 1989. Dasar-dasar Sosial Budaya Indonesia Pendidikan. Jakarta:

DEPDIKBUD.

Miles, R.H. dan Snow C.C (1978), organizational strategy, structure, and Process. New York, NY: McGraw-Hill Publishing Co. P. 110-128.

Poloma, margaret M.2003. sosiologi Kontemporer. Jakarta:Rajawali Grafindo Persada.

(2)

87

Ritzer, George J dan Goodman, Douglas. 2004. Teori sosiologi modern. Jakarta Prenadamedia.

Scoot, james C.1983. Moral Ekonomi Petani Scoot. Jakarta : LP3ES.

Siahaan, hotman M. 1983. Pengantar ke arah sejarah dan teori sosiologi. Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta.

Suharto, Edi. 2003. Corping Strategis dan keberfungsian sosial. (artikel no 8 november 2003: Aloysius Gunadi Brata, Hal 1).

Sukanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Suyanto, Bagong, dkk. 2005. Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan. Edisi 1. Jakarta: Pernada Media.

UU Republik Indonesia No.7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

Sumber Lain:

(3)

27 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif bertujuan untuk dapat mengungkap atau

memperoleh informasi dari data penelitian secara menyeluruh, luas, dan

mendalam (sugiyono, 2008:35). Dalam penelitian ini, menggunakan metode

penelitian kualitatif , yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat

diamati dan dalam situasi lapangan yang bersifat wajar sebagaimana adanya tanpa

adanya manipulasi. Dengan menggunakan metode kualitatif ini penelitian

bermaksud untuk bisa memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian misalnya perilaku persepsi, motivasi, tindakan, dll. Dalam penelitian

ini, peneliti berusaha memberikan gambaran bagaimana kiat dan usaha para

pedagang tradisional yang ada di Pasar Dwikora ditengah maraknya pasar modern

saat ini.

3.2. Lokasi penelitian

Lokasi dalam penelitian ini berada di kelurahan Suka Dame parluasan, Kota

Pematangsiantar. Alasan pemilihan lokasi tersebut sebagai objek penelitian karena

lokasi yang mudah dijangkau, efisiensi waktu dan mudahnya melakukan

pengamatan langsung.Selain itu, lokasi pasar swalayan dan pasar modern yang

jaraknya tidak jauh dari pasar tradisional ini, sehingga sangat jelas terlihat adanya

(4)

28 3.3. Unit analisis dan informan

3.3.1.Unit analisis

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang

umum dan menyeluruh tentang situasi sosial yang diteliti objek penelitian. Unit

analisis dalam penelitian ini meliputi tiga komponen menurut Spradly

(Sugiono,2007 : 68) yaitu:

1. Tempat (place), tempat penelitian ini di pasar Tradisional Dwikora di kelurahan Suka Dame parluasan, Pematangsiantar.

2. Pelaku (actor), pelaku atau orang yang sesuai dengan objek penelitian ini adalah para pedagang yang berjualan di Pasar Tradisional Dwikora.

3. Kegiatan (activity), kegiatan yang dilakukan pelaku berkaitan dengan objek penelitian, yaitu bekerja sebagai pedagang dalam proses jual-beli

kepada pembeli.

3.3.2. Informan

Informan merupakan subjek yang memahami informasi objek penelitian

sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin,

2007 : 76). Informan penelitian diperoleh melalui informasi tentang objek

penelitian maupun informasi penelitian, sehingga hanya membutuhkan melakukan

wawancara atau observasi. Kriteria-kriteria informan yang diambil adalah:

1. pedagang kosmetik

2. pedagang sayur-mayur

3. pedagang sembako

(5)

29

6. toke/ distributor

7. pedagang bumbu masakan

8. informan Pendukung

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa tahap penyusunan oleh

peneliti yang digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Observasi Langsung (Data Primer)

Observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung

pada objek yang diobservasi, dalam arti bahwa pengamatan tidak

menggunakan”media-media transparan” (Bungin, Burhan, 2001:143).

Yang dimaksud dalam hal ini bahwa peneliti secara langsung melihat atau

mengamati.

2. Wawancara Mendalam

Yang sering disebut dengan wawancara atau kuisioner lisan adalah sebuah

dialog yang dilakukan oleh pewawancara (Arikunto, 2004:132). Wawancara

mendalam yaitu dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada informan yang

telah ditentukan.

3. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data kedua atau

sumber-sumber dari data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dan untuk tahap

selanjutnya, data sekunder dengan cara studi kepustakaan, peneliti mendapat suatu

lamdasan teori yang kuat untuk mendukung penulisan ini dari berbagai literatur

(6)

30 3.5. Interpretasi Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif.

Teknik analisis ini dimulai dari menelaah data yang diperoleh dari beberapa

sumber yang telah terkumpul. Peneliti memperoleh data awal dari informan

merupakan data mentah yang susunannya belum sistematis dan tidak terstruktur

dengan jelas. Dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari beberapa

sumber, yaitu wawancara, dan pengamatan yang sudah ditentukan dalam

catatan-catatan kecil.

Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan-satuan yang

kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan

diinterpretasikan secara kualitatif. Interpretasi data merujuk pada perkembangan

ide-ide hasil penemuan untuk kemudian direalisasikan dengan kajian teoritik

untuk menghasilkan konsep-konsep baru.

3.6. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman

yang dimiliki peneliti. Selain itu terkait dengan kelemahan instrumen wawancara

yang mendalam. Kendala lain adalah keterbatasan waktu saat wawancara dengan

informan, hal ini disebabkan karena kegiatan informan yang sibuk.Selain

keterbatasan yang berasal dari dalam diri peneliti, peneliti juga menemukan

keterbatasan yang berasal dari luar diri peneliti seperti keterbatasan waktu dan

dana. Peneliti harus membagi waktu dengan aktifitas-aktifitas lain peneliti diluar

skripsi seperti mata kuliah maupun organisasi membuat alokasi waktu peneliti

untuk pengerjaan skripsi menjadi terbatas. Keterbatasan waktu juga mencakup

(7)

31

Keterbatasan waktu juga menyebabkan kurang banyaknya peneliti berhubungan

dengan objek penelitian karena lokasi penelitian yang jauh dari kota medan. Hal

tersebut menyebabkan masih kurang mendalamnya data yang diperoleh peneliti

untuk diinterpretasikan. Selain keterbatasan waktu, keterbatasan dana merupakan

aspek penting yang sangat mengganggu pikiran peneliti dalam pengerjaan skripsi

ini.

Disamping keterbatasan waktu dan dana keterbatasan lain yang berasal

dari luar diri peneliti adalah minimnya data skunder khususnya yang berkaitan

dengan data deskripsi lokasi penelitian. Dalam mensiasati hal tersebut, peneliti

lebih banyak melakukan metode observasi maupun wawancara untuk menjelaskan

kehidupan pedagang

3.7. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi

2 Acc Judul Penelitian 3 Penyusunan Proposal

Penelitian

√ √

4 Seminar Proposal

5 Revisi Proposal Penelitan √ √ √ √ √

6 Penelitian Lapangan dan Penulisan Laporan

(8)

32 BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRESTASI DATA PENELITIAN 4.1.Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1.Letak dan Keadaan Geografis

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 20 53’ 20”- 30 01’00” Lintang utara dan 990 1’ 00”- 990 6’ 35” Bujur Timur , berada di tengah-tengah wilayah

kabupaten Simalungun. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah79, 971 Km2 terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Kerena terletak dekat garis

khatulistiwa, Kota Pematangsiantar tergolong ke dalam daerah tropis dan daerah

datar, beriklim sedang dengan suhu maksimum rata-rata 30,40C dan suhu minimum rata-rata 21,10C pada tahun.

Kota ini berpenduduk 240.787 jiwa. Kota Pematangsiantar yang hanya

berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari parapat sering menjadi kota

perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Do kota ini masih

banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai becak bermesin yang

menimbulkan bunyi yang keras. Kota ini terdiri dari 8 (delapan) kecamatan.

Kedelapan kecamatan tersebut dapat dilihat dalam tabel, sebagai berikut:

NO Kecamatan Luas Wilayah

(9)

33

7 Siantar Timur 4,520 5,65 7

8 Siantar Utara 3,650 4,56 7

4.1.2.PD Pasar Horas Jaya

Perusahaan Daerah (PD) pasar Horas Jaya merupakan badan usaha milik

daerah yang bertugas mengelola pasar tradisional di kota Pematangsiantar.

Pemda kota Pematangsiantar menuangkan kebijakannya dalam visi dan misi

yang tertera di dalam Perda nomor 8 tahun 2011 tentang Rencana Jangka

Menengah Daerah tahun 2010-2015 adalah terwujudnya Kota Pematangsiantar

Mantap, Maju, dan Jaya.

Mantap berarti semua potensi daerah baik sumber daya alam maupun

sumber daya manusia dalam keadaan stabil sehingga mampu memberikan andil

dalam pembangunan. Maju dalam arti kinerja pembangunan daerah ditandai oleh

adanya laju pertumbuhan dan peningkatan grafik di sektor-sektor prioritas yang

secara langsung berdampak positif bagi peningkatan kualitas kehidupan serta

penguatan posisi daya saing ekonomi, sosial dan budaya masyarakat secara

berkelanjutan. Selanjutnya, jaya dalam arti hasil pembangunan yang telah

dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat berhasil sesuai dengan target yang

ditetapkan. Mewujudkan rencana itu, program kerja dituangkan dalam misi antara

lain mewujudkan pemerintah yang bersih, meningkatkan pelayanan kesehatan,

meningkatkan kualitas pendidikan, memperkuat sistem ekonomi, usaha kecil dan

menengah, meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur, menata sistem

pelayanan publik yang lebih baik dan profesional serta menata sistem alokasi dana

(10)

34

Selanjutnya, untuk membangun usaha pasar yang sehat dan mandiri,

PemkoSiantar melalui persetujuan DPRD telah membentuk PD Pasar Horas Jaya

ditetapkan melalui Perda Nomor 5 Tahun 2014. Pembentukan Pasar Horas Jaya

dimaksudkan dalam menciptakan lapangan pekerjaan serta meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Tujuannya adalah mendorong perkembangan pembangunan

dan perekonomian daerah serta menunjang peningkatan PAD (Pendapatan Asli

Daerah) baik yang bersumber dari pengembangan usaha ke luar daerah. Ruang

lingkup usaha antara lain, melakukan pembinaan terhadap pedagang pasar,

membantu menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan jasa

, melakukan kerja sama dengan pihak ketiga yang bersifat membangun,

melaksanakan upaya pemberdayaan pedagang pasar tradisional.

4.1.3Unit Usaha Pasar Dwikora

Aset ini meliputi tanah seluas ±26.000 m2, luas tanah sama besar dengan luas bangunannya yaitu seluas ±26.000 m2. Bangunan pasar terdiri dari ruko, kios,

los, dan bangunan hanya memiliki 1 (satu) tingkat lantai bangunan. Bangunan ini

juga terdapat bangunan untuk rumah makan beserta sarana perlengkapan yang

terdiri dari lapangan parkir. Lokasi obyek terletak di sisi Jalan Gotong Royong

Kota Pematangsiantar.

Lokasi pasar ini sangat strategis untuk peruntukannya karena terletak

dekat dengan pusat kota dan berbagai fasilitas kebutuhan masyarakat dapat

ditemukan di pasar ini. Masyarakat Pematangsiantar dan penduduk Kota

Pematangsiantar merupakan pengguna utama (konsumen) dari fasilitas pasar

(11)

35

Batas-batas wilayah sebagai berikut;

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Patuan Nagari

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Patuan Anggi

3. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan TB Simatupang

4. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Mufakat

4.1.4.Pedagang Dalam Pasar Tradisional Dwikora

Jumlah pedagang dalam pasar tradisional dwikora sebanyak 2099

pedagang. Adapun rinciannya sebagai berikut:

No Tempat berdagang Jumlah

1 Kios 637

2 Los 856

3 Balerong 606

Jumlah 2.099

Pedagang yang terdapat dalam pasar tradisional Dwikora dalam melakukan

aktivitas berdagang menjual dengan berbagai jenis dagangan.

4.1.4.1 Pembagian Lokasi dan Kelas Pasar Dwikora Kios

Lokasi kios Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Jumlah

Kios I 37 - - - 37

Kios II 14 - - - 14

Kios III 32 - - - 32

Kios IV 14 - - - 14

Kios V 43 - - - 43

Kios VI 16 - - - 16

(12)
(13)

37 los

Lokasi Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV Jumlah

Pasar ikan 129 - - 129

GES 6 - - 6

Ex. Parkir 7 - - 7

Los A 68 - - 68

Los B 62 - - 62

Los C 69 - - 69

Los D 79 - - 79

Los E 54 - - 54

Los F 42 - - 42

Los G 53 - - 53

Los H 59 - - 59

Los I 43 - - 43

Los J 42 - - 42

Los K 5 - - 5

Los L 28 - - 28

Los M 32 - - 32

Los N 30 - - 30

Los O 31 - - 31

Los P 22 - - 22

Jumlah 861 - - 861

(14)

38 4.1.5 Komposisi Pedagang

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh pihak PD pasar pedagang

pasar tradisional dwikora bukan hanya berasal dari Suku Batak saja, yang

merupakan suku asli di daerah tersebut, namun ada juga pedagang yang berasal

dari suku Tionghoa, Jawa/padang, dan Nias. Perbandingan pedagang berdasarkan

suku dapat dilihat pada diagram 4.1.5.1.

4.1.5.1Perbandingan Pedagang Berdasarkan Suku

Sumber: hasil wawancara dengan bapak sinaga (Pimpinan Pasar Dwikora)

Berdasarkan diagram 4.1.4.2 terlihat bahwa suku batak, terkhususnya

batak toba merupakan suku pedagang mayoritas di pasar tradisional dwikora yaitu

sebesar 50%, dan diikuti oleh suku tionghoa dan jawa. Beragamnya suku

pedagang yang terdapat du Pasar Tradisional Dwikora menunjukkan bahwa Pasar

Tradisional Dwikora merupakan pasar yang membuka kesempatan bagi suku-suku

lain untuk mengadu nasib bersaing melalui perdagangan. 10%

20%

20% 50%

nias

tionghoa

jawa/padang

batak

(15)

39

Selain dari pada suku yang beragam, pasar tradisional dwikora juga

menyediakan komoditas yang diperjual-belikan kepada konsumen. Diagram

4.1.4.2 menunjukkan perbandingan komoditas yang diperdagangkan di pasar

tradisional dwikora.

Sumber: Pak sinaga (Pimpinan Pasar Dwikora)

Berdasarkan diagram 4.1.4.2 terlihat bahwa 30% komoditas yang

diperdagangkan di Pasar Tradisional Dwikora adalah berupa hasil pertanian 30%

(sayur-mayur, rempah-rempah, dan buah-buahan), 20% berupa sembako, ikan dan

daging, pakaian baru dan pakaian bekas 10%, dan 5% untuk pedagang kosmetik,

tk. Jahit, tk. Emas, alat rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya

tujuan penduduk datang ke pasar tradisional dwikora adalah untuk memenuhi

kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari.

(16)

40 4.1.5.2Struktur Organisasi

(17)

41 4.1.6.Sarana dan Prasarana Pasar Dwikora

Pasar dwikora kota Pematangsiantar memiliki beberapa prasarana yang

dapat membantu para pedagang dan pembeli yang datang untuk melengkapi

fasilitas yang dibutuhkan oleh keduanya untuk menunjang aktifitas sehari-hari.

Dengan sebagai berikut;

4.1.6.1Sarana Pemasaran

Sarana berdagang adalah salah satu fasilitas yang disediakan oleh PD

pasar untuk memfasilitasi para pedagang untuk mejajakan barang dagangan. Baik

berupa kios,lost, belerong. Ada juga pengeras suara sebagai alat untuk

menyampaikan informasi/pengumuman bagi para pedagang atau pun pembeli.

Dan yang paling khusus adalah pajak ikan yang disediakan untuk tempat

berjualan atau pusat penjualan ikan laut yang berasal dari luar daerah.

4.1.6.2.Sarana Ruang Kantor

Sarana ruang kantor adalah sarana yang tersedia bagi para

karyawan/karyawati untuk bekerja dan melaksanakan tugasnya sebagaimana

mestinya. Serta sebagai fasilitator bagi para pedagang maupun pembeli untuk

mengetahui informasi yang dibutuhkan. Serta sebagai sarana untuk tempat

pembayaran retribusi pedagang bagi yang memiliki kios,lost, maupun balerong.

4.1.6.3.Sarana Kebersihan

Sarana kebersihan adalah sarana yang disediakan oleh PD pasar berupa

toilet untuk pembeli maupun pedagang. Ada juga truk pengangkut sampah, serta

keranjang sampah sebagai pembuangan sementara yang disedikan di sekitar

tempat berdagang para pedagang sebelum akhirnya dikumpulkan secara

(18)

42 4.1.6.4. Sarana Ibadah

Para pedagang di pasar dwikora terdiri dari berbagai macam agama. Akan

tetapi PD pasar hanya menyediakan musholla di daerah pasar. Ini disediakan

sebagai sarana ibadah terkhusus bagi para pedagang maupun pembeli yang

beragama islam. Dimana dalam waktu sehari harus mengadakan sholat.

4.1.7. Kondisi Fisik Pasar

Wilayah kajian Pasar Tradisional Horas dan Dwikora merupakan wilayah

yang terletak di pusat Kota Pematangsiantar dan berada salah satu jalan padat di

Kota Pematangsiantar yaitu Jalan Merdeka dan Jalan Sutomo. Karakteristik

toptografi wilayah merupakan daratan yang berada pada ketinggian 0-5 meter

diatas permukaan laut. Jika ditinjau dari kondisi fisik pasar, kawasan yang akan

dikembangkan mempunyai kesesuaian untuk pengembangan pasar tradisional

yang modern sebagai berikut:

• Di bagian Barat (pinggir jalan sekunder) merupakan kawasan yang

memiliki akses transportasi yang mudah dicapai. Dalam hal ini sesuai

kondisi fisiknya yang relatif datar, pada dasarnya tidak ada kendala yang

berarti untuk pengembangan pasar tradisional

• Di bagian Utara dan Selatan, merupakan kawasan manfaat untuk

pengembangan kawasan terbangun. Hal ini sehubungan dengan kondisi

fisiknya yang berupa dataran dan telah dipenuhi oleh pertokoan yang dapat

mendukung optimasi pengembangan pasar Tradisional. Namun kawasan

pasar tradisional yang telah dikelilingi oleh kawasan terbangun memiliki

tantangan dalam pemanfaatan ruang terbuka hijau. Berkaitan dengan

(19)

43

mempertimbangkan tetap dominannya ruang terbuka hijau sehingga

koefisien dasar bangunan (KDB) kawasan tetap rendah.

• Penggunaan lahan eksisting di pasar tradisional dan Dwikora adalah

revitalisasi pasar tradisional yang berupa peningkatan kualitas sarana dan

prasarana pasar tradisional yang menciptakan kondisi yang lebih bersih,

nyaman dan aman.

4.1.8. Jam Operasional

Hari Jam buka-tutup

Senin 03.00 – 19.00

Selasa 03.00 – 19.00

Rabu 03.00 – 19.00

Kamis 03.00 – 19.00

Jumat 03.00 – 19.00

Sabtu 03.00 – 19.00

(20)

44

4.1.9.Visi dan Misi PD. Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar 1.Visi

Terwujudnya peningkatan pelayanan Jasa pasar untuk meningkatkan

perekonomian rakyat dan percepatan pembangunan serta mengembangkan Kota

Pematangsiantar pusat perdagangan dan distribusi regional.

2. Misi

1. Meningkatkan Propesionalisme dan SDM Personil PD. Pasar

2. Meningkatkan Sistem Manajemen Kepegawaian, Manajemen Keungan, dan

Manajemen Pengawasan.

3. optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana pasar yang tersedia dalam

rangka peningkatan pelayanan jasa perpasaran kepada masyarakat (pedagang

dan pengunjung).

4. Menciptakan kondisi dan lingkungan pasar yang bersih , tertib, aman,

nyaman, dan indah.

5. Optimalisasi potensi pendapatan (sumber kontribusi bagi perusahaan untuk

mendukung pembangunan di kota Pematangsiantar.

6. Mengadakan analisis/ penelitian dalam rangka pengembangan pasar untuk

mengantisipasi jumlah pertumbuhan pedagang setiap tahunnya.

7. Mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi pedagang tentang manajemen

usaha.

4.2. Geologi Lingkungan

Sebaran tanah dan batuan berdasarkan pengamatan terlihat mengikuti

morfologi. Dari hasil pengamatan terhadap aspek geologi lingkungan, maka

(21)

45

1. Jika ditinjau dari aspek geologis, maka pengembangan pasar tradisional

modern di Pasar Horas dan Pasar Dwikora dapat dilakukan.

2. Fondasi bangunan di pasar tradisional sebaiknya mengikuti standart SNI

untuk konstruksi bangunan bertingkat.

3. Perlunya dibuat sistem drainase karena pasar merupakan fasilitas perkotaan

yang memiliki tingkat aktifitas yang tinggi dan lebih memiliki ruang terbuka

(22)

46 4.3. Profil Informan

Informan dalam penelitian ini sangatlah penting untuk memperdalam hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti telah

mendapatkan berbagai karakteristik yang sesuai dalam penelitian yang telah

diteliti, diantaranya adalah sebagai berikut:

Profil informan

1. Nama : Aan amrika

Umur : 36 Tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Pedagang Monza/ baju bekas

Jumlah tanggungan : Dua orang anak

Aan adalah seorang pedagang pakaian bekas atau biasa disebut sebagai

pedagang monza. Aan telah berdagang selama 10 tahun dipasar dwikora. Selama

10 tahun juga perempuan ini tidak pernah berganti profesi. Aan bertahan dengan

profesi sebagai pedagang kain bekas. Ia menikah dengan seorang laki-laki yang

bekerja sebagai buruh pabrik yang berumur 38 tahun, dan mereka telah

dikaruniakan dua anak. Mereka tinggal tidak jauh dari lokasi pasar dwikora,

sehingga sangat mudah bagi aan untuk pulang dan pergi jika ada keperluan

mendadak di rumah. Biasanya begitu aan menitipkan kiosnya kepada pedang yang

berada di dekatnya jika hendak pulang kerumah dulu. Dari lamanya waktu aan

(23)

47

dilewati aan. Aan merasakan masa-masa dimana kondisi pasar selalu berubah

setiap tahunnya. Mulai dari suasana hingga kondisi fisik pasar. Dari jumlah anak

yang ditanggung, belum begitu banyak pengeluaran yang terjadi. Dimana anak

mereka masih kecil dan belum bersekolah, tetapi keluhan yang dialami para

pedagang dapat juga ia rasakan. Terkhususnya bagi para pedagang monza sudah

sangat sepi di datangi pembeli. Sehingga perekonomian sesama pedagang

cenderung mengalami penurunan.

2. Nama : aisyah br. Nasution

Umur : 56 Tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang sembako

Jumlah tanggungan : Tiga orang anak

Aisyah adalah seorang penjual sembako di pasar dwikora. Informan sudah

berumur 56 tahun. Dan telah berumah tangga bersama seorang laki-laki yang

bekerja sebagai buruh bangunan. Bersama membangun rumah tangga, informan

telah dikarunia tiga anak. Ketiga anak ini sudah pada dewasa semua dan sudah

bekerja, sehingga tidak ada yang menjadi tanggungan. Aisyah adalah seorang

yang hanya mengecam pendidikan sampai jenjang SMP. Aisyah sudah 16 tahun

menjadi seorang pedagang sembako di pasar dwikora ini. Perempuan yang

berjilbab ini hanya melakoni pekerjaan ini saja. Tidak pernah berubah atau

(24)

48

berdagang memang menjadi sumber pendapatan dalam keluarga. Aisyah bisa

membiayai sekolah anak-anaknya dengan berdagang seperti ini. Justru ketiga

anaknya bisa sampai ke lulusan sarjana.

3. Nama : Ria Sinaga

Umur : 47 Tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : kristen

Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Pedagang pakaian baru

Jumlah tanggungan : Lima orang anak

Perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga ini, merupakan wanita

yang sudah berusia 47 tahun. Ria sudah berdagang mulai tahun 1991 yang lalu.

Sudah sekitar dua puluh lima tahun ria menjajaki sebagai pedagang kain yang

baru. Sudah banyak lika-liku yang dia hadapi selama berdagang di pasar dwikora.

Tetapi meskipun begitu, ria sanggup membiayai segala kebutuhan rumah maupun

sekolah anak sendiri. Sungguh disayangkan karena sang suami tidak memiliki

pekerjaan. Sehingga wanita ini harus berjuang sendiri. Dari hasil pernikahan

mereka dikaruniai lima orang anak. Kelima anak ini masih dalam tanggungan dan

semua masih bersekolah. Anak pertama dan kedua sedang menjalani kuliah. Dan

dua lagi sedang ada di bangku SMA. Sejauh ini ria masih sanggup mengidupi

keluarganya.

4. Nama : Dona Simanjuntak

Umur : 58 Tahun

(25)

49

Agama : Kristen

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Pedagang sayur mayur

Jumlah tanggungan : lima anggota

Dona adalah salah seorang pedagang sayur mayur di pasar dwikora,

perempuan yang setiap harinya memakai jaket dan sepatu boot ini sudah

berdagang selama 10 tahun. Dona yang berusia 58 tahun ini telah menikah dan

memiliki lima orang anak. Tapi sangat disayangkan karena dia harus berjuang

untuk memenuhi segala kebutuhan yang harus di lengkapi. Karena sang suami

tidak memiliki pekerjaan. Bahkan tidak ada pekerjaan sampingan yang dilakukan.

Sejauh ini dona mengaku bahwa dari hasil penjualanan sayur mampu memenuhi

kebutuhan keluarga. Perempuan yang hanya menamatkan sekolah sampai jenjang

ini sangat bersyukur karena telah berhasil menyelesaikan tanggung jawab sebagai

orangtua. Dan kelima anaknya sudah dapat berdiri sendiri. Sampai sekarang dona

berdagang hanya untuk memenuhi kebutuhan dia dan suami.

5. Nama : Sahat simanjuntak

Umur : 50 Tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : katolik

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pembeli

Jumlah tanggungan : empat orang anak

Sahat adalah seorang lelaki yang termasuk langganan bagi beberapa

(26)

50

kebutuhan sehari-hari. Laki-laki yang bekerja sebagai pedagang ini sudah

berumur 50 tahun. Dia sudah memiliki istri yang berboru sinaga dan memiliki

empat orang anak. Sahat setiap harinya berbelanja ikan dan sayur dan kebutuhan

lainnya ke pedagang yang sudah menjadilangganan tetap. Laki-laki yang lulusan

SMA ini mengaku lebih nyaman berbelanja kepada langganan. Karena tempat

langganan sudah mengetahui apa yang mau dicari dan apa yang biasa

dibelanjakan. Dan langganan tidak akan mau menipu timbangan kilo dan tidak

perlu nego harga lagi. Bapak yang memiliki empat anak ini merasakan banyak

keuntungan. Selain mendapat harga yang sudah pasti tanpa negoisasi, hubungan

yang terjalin diantara pedagang dan sahat juga menjadi lebih dekat. Hal ini juga

yang sering terbangun diantara pedagang dan pembeli. Keduanya juga saling

mendapat keuntungan.

6. Nama : Erna sianturi

Umur : 46 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : kristen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang (toke kain bekas/monza)

Jumlah tanggungan : Tiga orang anak

Erna adalah seorang perempuan yang menamatkan sekolah sampai jenjang

SMA. Erna sudah menikah dengan seorang lelaki yang memiliki profesi sama

dengan dia. Dari hasil pernikahan mereka, telah dikaruniakan tiga orang anak.

Ketiga anak mereka sudah beranjak dewasa. Erna sudah 25 tahun menjadi

(27)

51

barang kepada para pedagang yang meminta barang. Erna mengaku sudah

memiliki banyak relasi kepada pedagang. Hubungan yang dibangun kepada

pedagang dibangun sangat baik. Perempuan yang sering disapa kakak ini

tergolong sangat ramah. Penampilannya yang terlihat glamour menandakan

sebutan toke itu memang pantas disandingkan kepadanya. Dari salah satu

pedagang, termasuk juga informan peneliti mengakui bahwa kak erna ini jarang

memiliki konflik dengan pedagang pengecer. Kalau pun itu ada, hanya beberapa

saja.

7. Nama : Salim

Umur : 38 Tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang kosmetik

Jumlah tanggungan : dua orang anak

Salim adalah salah seorang pedagang di pasar dwikora. Salim sudah

sepuluh tahun berdagang dipasar ini. Banyak lika-liku kehidupan menjadi

pedagang sudah dialami salim. Salim sudah menikah dengan yani dan mereka

dikaruniai dua orang anak. Anak pertama adalah perempuan dan yang kedua

adalah laki-laki. Yani istri salim juga memiliki pekerjaan yang sama. Mereka

memiliki dua kios untuk berdagang alat-alat kosmetik. Walaupun begitu, kedua

pasangan ini memiliki jarak lokasi kios yang terbilang sangat jauh. Mereka berdua

(28)

52

menamatkan pendidikan SMA ini mengaku belajar dari isteri untuk berdagang

alat-alat kosmetik. Setelah dijalani salim, ternyata memang salim menyadari

bahwa keuntungan yang didapatkan sangat lumayan. Dari pendapatan kedua

pasangan yang memiliki pekerjaan yang sama ini mengaku sanggup memenuhi

kebutuhan keluarga serta sekolah anak pertama mereka dan susu untuk ada kedua

mereka yang masih balita.

8. Nama : Vero

Umur : 48 Tahun

Jenis kelamin : perempuan

Agama : kristen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pedagang bumbu siap pakai

Jumlah tanggungan : dua orang anak

Vero adalah wanita yang bekerja sebagai tukang bumbu siap pakai di pasar

dwikora. Vero sudah menjadi pedagang selama delaan belas tahun. Usaha yang

digelutinya ini tergolong memiliki keuntungan yang lumayan. Wanita yang

menikah dengan seorang pedagang ayam potong ini memiliki pelanggan yang

banyak. Setiap hari vero membungkus bumbu untuk dibagikan kepada pelanggan

tetapnya. Ibu dari dua anak ini mengaku harus menguras waktu dan tenaga dalam

berdagang jenis ini. Tapi jelas, dengan keuntungan yang di dapat sangat

sebanding dengan apa yang telah dikorbankan. Dua anak laki-laki vero sudah

beranjak remaja, sehingga tidak terlalu harus diawasi. Vero mengajarkan anaknya

(29)

53

nafkah juga. vero terlebih dahulu harus menyiapkan segala sesuatu yang

dibutuhkan anakknya sebelum berangkat ke sekolah. Dia harus bangun pagi-pagi

sekali untuk menyiapkan sarapan anaknya sebelum berangkat ke sekolah. Barulah

sehabis itu vero pergi pajak.

Matriks 4.3 Data Informan Berdasarkan Jenis kelamin, Usia, status, Agama, Pekerjaan dan Pendidikan Perakhir

Sumber : data olahan peneliti, 2016

No Nama Jenis Kelamin

Usia /Tahun

Status Agama Pedagang Pend. Terakhir

1 Aan Perempuan 36 Menikah Islam Monza SMK

2 Aisyah Perempuan 56 Menikah Islam Sembako SMP

3 Dona Perempuan 58 Menikah Kristen Sayur SMP

4 Ria Perempuan 47 Menikah Kristen Baju baru SMU

5 Sahat Laki-laki 50 Menikah katolik Pembeli SMA

6 Erna Perempuan 46 Menikah Kristen distributor SMA

7 Salim Laki-laki 38 Menikah Islam kosmetik SMA

8 Vero Perempuan 48 Menikah Kristen Bumbu

masak siap saji

(30)

54

4.4. Mekanisme Survival Pedagang Tradisional

Berdasarkan dari teori Scoot, hal yang sama juga dilakukan oleh pedagang

pasar tradisional dwikora. Ketika buruh melakukan strategi survive dengan cara

mengurangi pengeluaran untuk pangan dengan jalan makan hanya sekali sehari

dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah. Pedagang memilih survive

dengan cara menjalankan pola hidup hemat. Pedagang tidak mengurangi jatah

makan, namun pedagang berupaya mengatur pola makan mereka sehingga jatah

pengeluaran tidak membengkak dan beralih dari pemenuhan kebutuhan dengan

menggunakan barang kebutuhan pokok yang relatif murah tetapi dengan

kebutuhan yang sama, misalnya dengan mengubah pemakaian merek suatu

kebutuhan, seperti beras, minyak goreng, dan lainnya.

Hal ini dibenarkan oleh pernyataan informan peneliti, dengan penghasilan

yang sekarang mulai menurun, yang tidak lagi seperti duluharus memaksa

pedagang untuk merubah pola hidup juga. Sebagaimana disampaikan oleh

informan pedagang berikut:

“...iyalah dek, sekarang kondisi pajak sudah semakin sepi kegini. Jualan menurun, mau gak mau ya harus berubah juga lah. Kalo dulu beras yang bagus kualitasnya dan harganya pun agak mahal sikit gak apa-apa lah. Sekarang mana beras paling murah itu lah dimakan. Karena ekonomi kan menurun, biaya tambah banyak untuk anak..” (wawancara dengan Ibu Ria Sinaga).

(31)

55

Dengan kesamaan hal yang dirasakan pedagang, maka mereka berupaya

melakukan hidup hemat dengan cara mengurangi beban pengeluarannya. Keempat

pedagang berupaya memaksimalkan penghasilannya dengan cara membagi

pengeluaran setiap bulannya, sehingga untuk keempat informan tersebut

menjawab tidak neko-neko atau makan seadanya meskipun mungkin sesekali

mereka menginginkan makanan yang jauh lebih baik dan enak.

4.5.Faktor Menjadi Pedagang di Pasar Tradisional 4.5.1. faktor ekonomi

Pedagang memilih menjadi pedagang di pasar tradisional karena tidak

butuh modal besar. Modal tergantung dari apa yang ingin dijual. Modal secara

umum dapat diartikan uang, artinya bahwa kunci untuk memulai usaha adanya

sejumlah uang yang kita miliki. Oleh sebab itu memulai usaha baik berupa usaha

pakaian, barang kebutuhan sehari-hari, dan lain-lain, kita membutuhkan uang

untuk modal awal dalam membuka usaha. Sebagaimana yang disampaikan oleh

pedagang berikut:

“... kalo dipajak ininya, tak perlu lah modal besar-besar kali. Ada modal sikit aja, uda langsung bisa jualan. Tapi dimulai dari kecil lah dulu. Nanti kalo misalnya uda berkembang kan bisa kita buat jadi besar, barang pun terus bertambah, lama-lama jadi lumayan juganya. Dulu aku pun kegitu. Dari kios kecilnya dulu makanya bisa lumayan kek sekaranag...” (wawancara dengan ibu Aan).

Dengan demikian, para pedagang juga hendak menyampaikan kepada

banyak orang terutama bagi yang tidak memiliki pekerjaan bahwa tidak susah

untuk menjadi seorang pedagang. Modal seadanya saja sudah bisa membuat suatu

pekerjaan. Bisa menambah penghasilan. Misalnya saja Dona yang bekerja sebagai

(32)

56

menyewa kios, hanya memerlukan sedikit lapak dari badan jalan untuk

menjajakan sayur mayurnya.

4.5.2. Faktor Sosial dan Budaya

Keterlibatan untuk melanjutkan usaha dari keluarga. Setiap orang

berloma-lomba untuk mencari pekerjaan demi kebutuhan sehari-hari. Seperti menjadi

seorang guru, pengusaha, pemerintah dan profesi lainnya. Namun, ditengah

kesibukan masyarakat dalam mencari pekerjaan, ada satu pekerjaan yang masih

banyak digeluti oleh masyarakat. Salah satunya adalah menjadi pedagang.

Bukannya mereka tidak mau atau berkeinginan untuk mendapatkan pekerjaan

yang lebih baik, namun pendidikan terakhir yang mereka dapatkan membuat

mereka juga susah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Apalagi ini

merupakan salah satu pekerjaan yang diketahui mereka dari pengalaman

membantu orang tua atau keluarga yang pernah berdagang seperti itu juga. Seperti

yang diungkapkan informan berikut:

“... kalau seperti kalian yang calon sarjana ini ya pasti sudah banyak lowongan. Gelar kalian sudah ada. Kalau sama kami dulu tamat SMA itu uda bagus kali. Uda termasuk berhasil orangtua menyekolahkan. Lagian dulu di pajak ini banyak uangnya. Lebih banyak dari gaji guru atau PNS. Sekarang ajanya sudah beda. Sekarang kami pun uda tua, manalah ada lagi pekerjaan bagus yang membutuhkan kami. Sekarang giliran anak kami lah yang harus kami usahakan sekolah tinggi-tinggi. Biar jangan kek kami lagi dek...” (Wawancara dengan Ibu Dona).

Menurut L. White (Manan, 1989:17) menyakan bahwa “pendidikan

merupakan suatu alat yang digunakan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan

(33)

57

dalam kehidupan ini, tambah lagi peraturan dari pemerintah yang mewajibkan

pendidikan 9 tahun.

Mereka juga sudah menekuni dan memiliki pengalaman. relasi yang berarti

hubungan, dalam artian bagaimana cara hubungan seseorang dengan orang lain.

Hubungan yang baik akan menghasilkan kerjasama yang kuat dalam menjalankan

hidup ini. Banyaknya relasi dengan orang lain dapat mempermudah kerja dan

menambah rezeki. Hal tersebut, sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

Suharno, Edi (2003:31), untuk mengatasi tekanan ekonomi, salah satu strategi

yang digunakan, adalah jaringan sosial yaitu membuat hubungan dengan orang

lain. Misalnya menjalin relasi, baik formal maupun informal dengan lingkungan

sosial seperti yang dikatakan salah satu pedagang yang sudah lama berdagang di

pasar dwikora ini:

“... kalo hubungan ya sudah pasti ada dek, itu juganya yang jadi salah satu jualan kita ini laku. Pintar-pintar kita lah menarik perhatian orang supaya betah berbelanja sama kita. Apalagi uda banyak sekarang orang buka warung di rumahnya, kadang pembeli pun malas kepajak ini. Makanya mesti banyak berkawan juga dipajak ini, paling tidak ada pelanggan tetap kita. Yang kalo dia berbelanja itu langsung ngambil banyak...” (wawancara dengan Ibu Aisyah).

4.5.2.1 Melibatkan Anggota Keluarga dalam Memenuhi Ekonomi

Menurut Parsons (dalam johnson : 1981) bahwa dalam masyarakat susatu

sistem berfungsi dengan baik, jika adanya sifat solidaritas dan kerelaaan untuk

saling bekerja sama dalam kehidupan sosial. Tujuan solidaritas tersebut untuk

membina dan membangun kebersamaan dalam menghadapi masalah-masalah

(34)

58

oleh pedagang pasar tradisional dwikora. Dimana seluruh anggota keluarga ikut

serta membantu dan kerja sama mencari nafkah dalam keluarga.

Berikut jawaban dari informan peneliti mengenai pernyataan diatas:

“...Aku sebagai tukang jualan ya pribadi menyuruh keluarga ku kalau mau beli baju samaku lah. Misalnya entah anaknya baru masuk sekolah, pesannya dari kios ku. Namanya keluarga, biar dapat murah juga dia. Kalau dibilang harga keluarga lah. Kalau beli baju sekolah di toko-toko kan mahal. Mereka pun pasti mau nyari yang murah, belum lagi untuk kebutuhan yang lain.” (wawancara dengan Ria).

Senada dengan yang diungkapkan oleh Mosser (Suharno, Edi, 2003:13),

salah satu pengembangan strategi dalam mempertahankan kelangsungan hidup

yaitu aset tenaga kerja. Hal tersebut, keikutsertaan atau keterlibatan sanak saudara

untuk membantu dalam membangun hubungan yang lebih dekat lagi dengan

keluarga yang lain. Salah satu contoh yang telah disebutkan diatas bahwa keluarga

akan membeli barang kepada pedagang yang menjadi saudaranya. Bukan hanya

untuk menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetapi juga untuk mendapatkan

potongan harga.

4.6.Trust Sebagai Bentuk Keterlekatan

Hubungan sosial merupakan hubungan yang terjadi di antara aktor pasar

baik itu distributor/pemasok, pedagang perantara, pedagang pengecer, pembeli

serta pemerintah/pengelola pasar, yang dimana hubungan tersebut bukan hanya

sebatas untuk mencari keuntungan melainkan lebih dari pada itu hubungan ini

dapat berlanjut seperti menyangkut keluarga, kegemaran maupun pengalaman

yang pada akhirnya akan mempererat hubungan antar aktor yang satu dengan

yang lain, dengan kata lain dapat dikatakan pula bahwa hubungan sosial

mengambil peran penting dalam mendukung keberlangsungan perdagangan di

(35)

59

Hubungan sosial yang merupakan hubungan yang tidak hanya dibatasi

oleh pencarian keuntungan pada akhirnya membawa aktor pasar baik itu

distributor, pedagang perantara maupun pedagang pengecer ke dalam suatu

hubungan yang disebut keterlekatan. Keterlekatan yang terjadi salah satunya

ditandai dengan adanya saling percaya atau trust di kalangan pedagang. Trust di antara pedagang bukanlah terbentuk dalam waktu yang singkat dan terjadi dengan

sendirinya melainkan trustterjadi akibat adanya interaksi yang terus menerus di kalangan pedagang dan interaksi tersebut berlangsung cukup lama. Adanya

hubungan saling percaya-mempercayai di kalangan pedagang bukan hanya

menjadikan transaksi ekonomi menjadi efektif dan efisien melainkan transaksi

ekonomi juga berjalan secara fleksibel. Hal ini dapat digambarkan melalui sistem

pembayaran baik oleh pedagang perantara maupun pedagang pengecer kepada

distributor barang dan juga pembeli yang diberikan hutang oleh para pedagang

sebagaimana yang disampaikan oleh para pedagang dan pembeli berikut:

(36)

60

“... aku sering belanja kepajak ini. Setiap belanja kadang beda tempatnya. Beli sayur disana, beli ikan disana, beli tomat, cabe, bawang juga beda. Enak aja rasanya punya langganan. Nyaman aja rasanya. Kita gak mungkin lah ditipu lagi dari masalah harga sama kilo. Kalo belanja pun kan tiga kali seminggu. Termasuk sering juga kepajak. Kalo ngutang gak pernah, karena belanjaan ku kan gak sampe mahal-mahal kali...” (Wawancara dengan Bapak Sahat).

Dengan bermodal kepercayaan seorang pedagang dapat dengan mudah

memperoleh barang dagangan dari distributor tanpa membayar terlebih dahulu,

sebab jika tidak ada kepercayaan antar mereka maka tidak akan mungkin

distributor memasukkan barang-barang mereka tanpa pembayaran utang terlebih

dahulu. Bukan hanya itu saja, kepercayaan di antara pedagang memunculkan sifat

toleransi di kalangan pedagang terhadap kesepakatan yang telah dijanjikan,

sebagai contoh kak Aanyang menurut kesepakatan pembayaran barang kepada

toke biasa dilakukan pada sore hari, atau sekali dua hari, namun karena kondisi

pembeli yang sepi kak Aan dapat membayar dagangannya kepada toke di hari

selanjutnya. Selain adanya toleransi, kepercayaan atau trustdi kalangan pedagang juga menghilangkan rasa curiga terhadap toke/distributor dalam penyediaan

barang dan kualitas barang yang dipasok kepada pedagang perantara maupun

pedagang pengecer. Hal ini di dukung pernyataan distributor/toke:

(37)

61

Hubungan kepercayaan ini timbul karena seringnya seorang pedagang

berkomunikasi dengan baik dan lama-kelamaan menjadi salah seorang pelanggan

tetap. Memberikan perlakuan istimewa terhadap pelanggan akan menimbulkan

kesan tersendiri dan akan membuat pelanggan akan merasa dihargai sehingga

akan memutuskan menjadi pelanggan tetap karena pelayanan dari pedagang

tersebut. Hubungan kepercayaan akan terjaga apabila pedagang memberikan

kesempatan kepada pelanggan untuk membayar biaya dagangan dengan tempo

waktu yang sudah disepakati sehingga dapat dilihat dari pihak mana yang

berusaha untuk menjaga kepercayaan dengan tidak memanfaatkan kepercayaan

yang diberikan.

4.6.1 Konflik

Konflik adalah

Setiap usaha pasti memiliki konflik. Konflik yang terjadi diantara pedagang

biasanya terjadi karena hal-hal yang sepele. Ada beberapa jenis konflik yang

terdapat diantara pedagang ketika peneliti sedang melakukan penelitian di

lapangan.

A. Konflik kecil

Konflik kecil ini misalnya terjadi adu mulut antara sesama pedagang, itu

terjadi karena biasanya ada pedagang yang mengamil pelanggan dri

pedagang lainnya. Seperti penuturan ibu Dona berikut:

(38)

62

B. Konflik besar

Konflik besar ini terjadi apabila ada pedagang yang tidak membayar

hutang melebihi batas waktu yang telah ditetapkan kedua belah pihak

sesuai perjanjian sebelumnya. Biasanya seperti ini akan merusak

kepercayaan sesama kedua belah pihak.

Berikut pernyataan dari kak Aan seorang pedagang Monza:

“... ada memang hal kek gitu terjadi di antara kami ini, biasa berkelahi sama toke lah itu. Diambil barang, tapi melanggar perjanjian sama toke. Bertumpuk-tumpuk utangnya, toke pun uda malas lah percaya sama dia lagi. Terakhir dia gak dikasih barang lagi sama toke. Waktu berantam, kedengaran lah sama lorong pajak ini. Berantam hebat. Pokoknya bisa dibilang sudah hilang malu lah..”

Ada juga konflik yang terjadi di antara pembeli dengan pedagang, seperti

yang di katakan informan pembeli berikut:

“..Iya aku juga pernah berantam hebat sama pedagang langganan ku, karena sudah langganan ku pikir uda gk mau lagi menipu. Beberapa kali ku tes timbangan ke timbangan yang lain rupanya gak pas sama yang ku minta. Dari situ pernah ku senggak lah dia depan umum. Sempat adu mulut, tapi karena saya laki-laki dan kebetulan pedagangnya perempuan ya aku mengalah aja. Dari mulai besoknya aku tak mau belanja sama dia lagi. Ku cari tempat yang lain. Bahkan aku gak mau lewat dari depannya lagi. Ku ambil aja terus jalan lain setiap belanja ke pajak ini..”

Ternyata konflik bukan hanya terjadi di dunia luar yang kita lihat, bahkan di

dalam pasar tradisional pun konflik bisa terjadi. Banyak hal yang dapat merusak

segala sesuatu yang sudah kita bangun lama hanya karena konflik. Konflik bisa

terjadi kepada siapapun, dimanapun. Begitu juga dengan pedagang, sebaiknya

kepercayaan memang harus dijaga, karena apabila kita sempat merusaknya maka

kesalahan tersebut akan merugikan diri pedagang itu sendiri. Dia akan kehilangan

salah satu pelanggan. Dan di lain sisi, pedagang tersebut sudah kehilangan wajah

(39)

63

4.6.2 Kriteria pemilihan antara pedagang dengan pembeli

Sebagai masyarakat yang memiliki kebebasan untuk memilih, berarti

masyarakat juga berhak memilih dengan siapa, bagaimana, dan yang seperti apa

yang dia inginkan. Hal serupa juga terjadi di pasar tradisional dwikora

Pematangsiantar. Kehidupan dan aktivitas pedagang tidak terlepas dengan adanya

beberapa kriteria, begitu juga dengan pembeli. Tidak hanya sesama pedagang bisa

memiliki kriteria, pembeli juga memiliki kriteria tertentu untuk mencari

langganan.

A. Berdasarkan Suku

Berikut beberapa ungkapan informan peneliti:

“.. nah kebetulan memang kakak orang jawa, kurang paham kakak bahasa batak. Kalau pedagang yang lain ini ngomong udah pakek bahasa batak, uda diam ajalah kakak. Kakak gak ngerti. Kalau sudah terjadi kegitu, kakak pun mau pergi cari kawan cerita yang dia kalo ngomong kakak ngertilah. Ntah kami sama-sama menggunakan bahasa jawa. Kadang kurang nyaman juga bekawan sama-sama mereka, kita kan gatau apa yang mereka ceritai, siapa tau dia ceritai kakak, mana kakak ngerti..” (wawancara dengan Aan).

Berikut jawaban berbeda dari informan pembeli

“...aku lebih nyaman belanja sama orang batak dek, kalau dibilang kasar pun orang itu, keras suaranya, tapi kalau uda masalah kejujuran mereka masih menang. Pas lagi belanja pun mau gitu ngomong pakek bahasa batak. Kan kbetulan aku batak juga, jadi di sela-sela aku belanja itu nanti ada aja yang kami omongi. Kadang masalah ekonomi, masalah di rumah. Beda memang kalo uda ada langganan, kek macam saudara.

B. Berdasarkan Jenis Kelamin

Inilah jawaban dari salah seorang informan yang merupakan pedagang sayur:

(40)

64

Berikut jawaban berbeda pula dari informan pembeli:

“...kebetulan karena aku laki-laki memang agak segan kalau uda penjualnya perempuan. Apalagi kalau umurnya masih beda jauh. Kadang yang jualan uda tua, kadang yang masih muda. Misalnya pas lagi mau beli celana monza yakan, mau itu yang jualan perempuan. Kalau beli celana monza ini kan mesti dicoba. Tak ada pulak ruang gantinya. Jadi segan-segan lah aku kalo mau mencoba. Kurang nyaman kalau lawan jenis yang jual..”

Dari pernyataan mengenai kriteria yang dimiliki setiap pedagang dan

pembeli memang berbeda. Tetapi kepada pedagang biasanya hal ini tidak terlalu

menjadi masalah. Pedagang pasar dwikora terutama yang sudah bertahun-tahun

menjadi pedagang, segala macam jenis pembeli sudah mereka rasakan, jadi hal ini

bukan menjadi sesuatu yang merepotkan. Mau itu perempuan ataupun laki-laki

sama saja kriterianya. Justru malah sebaliknya, pembeli lah yang memiliki kriteria

yang paling banyak dalam hal berbelanja. Seperti yang dijelaskan diatas bahwa

lelaki kurang nyaman apabila pedagangnya adalah lawan jenis. Ada juga jawaban

mengenai suku, pembeli merasa nyaman apabila dia menemukan pedagang yang

se suku dengannya. Jadi memang pada umumnya setiap masyarakat memiliki

kriteria tertentu dalam menentukan pilihan yang dia rasa cocok buatnya.

Begitupun dengan yang terjadi di pasar dwikora antara pedagang dan pembeli.

4.6.3. Persepsi Keinginan Pedagang dan Pembeli Berbelanja

Setiap masyarakat memiliki hak tesendiri dan keinginan untuk memilih

kemana pun hendak berbelanja guna memenuhi kebutuhan akan sandang, pakaian,

dan papan. Demi mencapai kepuasan tersendiri, masyarakat akan mencari tempat

yang dirasakan cukup nyaman untuk berbelanja. Kenyamanan ini beragam

cirinya. Kenyamanan menurut suasana berbelanja, kenyamanan karena merasa

(41)

65

Berikut beberapan jawaban para informan mengenai pilihan mereka untuk

berbelanja ke tempat yang mereka merasakan nyaman.

“... kalau aku maunya sekali-sekali ke supermarket itu beli baju, entah pas hari besar, entah pas lagi ada uang. Perlu juganya aku pedagang monza ini punya baju baru. Jadi karena aku pedagang monza gak selamanya barang yang ku punya pundari pajak ini. Namanya pun kita manusia, mana puas kalo hanya barang dari pajak ini...”(wawancara dengan kak Aan).

Pernyataan berikut juga dilontarkan oleh pembeli yang memiliki peran

penting dalam memilih tempat berbelanja.

“...Aku berbelanja memang lebih senang dipajak, mungkin karena aku laki-laki. Kalau belanja di supermarket beli baju kurang nyaman. Sekali-sekali sajanya. Karena kualitasnya gak bagus. Mahal-mahal pun lagi harganya. Ratusan ribu harganya tapi barangnya gak sesuai kurasa. Tapi kalo orang rumah (keluarga) lebih senang kesana. Ntah apa yang mereka suka dari situ...”

Menurut Weber (dalam Damsar, 2009) tindakan sosial di pasar bermula dari

persaingan dan berakhir dengan pertukaran. Weber juga melihat elemen perebutan

atau konflik dalam pasar. Dia menggunakan istilah perebutan pasar (market struggle) ketika ia menjelaskan pertempuran antara seorang dengan yang lainnya di pasar. Konsep persaingan digunakannya ketika menjelaskan konflik yang

damai, sejauh ia merupakan suatu usaha formal yang damai untuk memperoleh

pengontrolan terhadap kesempatan dan keuntungan yang diharapkan oleh yang

lainnya.

Dari pernyaataan kedua informan peneliti, keinginan pedagang dan pembeli

untuk memilih tempat berbelanja memang tergantung kenyamanan dan kebutuhan

masing-masing. Persaingan antara pasar modern dan pasar tradisional merupakan

persaingan yang sangat tampak di tengah-tengah masyarakat saat ini. Tidak dapat

(42)

66 4.7. Diversifikasi dalam keluarga Pedagang

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Scoott juga dilakukan oleh pedagang

dalam menggunakan alternatif subsistem yaitu swadaya yang mencakup kegiatan

berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, atau melakukan migrasi untuk

mencari pekerjaan. Cara ini dapat melibatkan seluruh sumber daya yang ada

dalam rumah tangga miskin, terutama istri sebagai pencari nafkah tambahan bagi

suami. Kedua dari lima informan mengaku untuk menambah pendapatan suami

untuk memenuhi segala kebutuhan yang ada. Bukan hanya sebagai ibu

rumahtangga.Hal demikian terangkum dalam potongan transkrip wawancara

peneliti dengan informan:

“... kalau mengharapkan gaji suami saja ya tak cukup lah. Memang anak masih ada yang belum sekolah. Tapi sekarang kan semua uda mahal. Beli susu apalagi. Jadi kalo mengharapkan itu saja memang masih kurang. Lagian saya juga tidak keberatan untuk bekerja. Saya berdagang seperti ini pun tidak mengganggu atau menelantarkan pekerjaan yang ada dirumah. Saya juga biar ada kegiatan, gak bosan...” (Wawancara dengan kak Aan).

Hal senada diungkapkan oleh informan Aisyah (56 tahun)

“...kalau gajinya suami cuma dikit. Ya hanya sebagai buruh bangunan saja. Saya mau kerja disini karena dekat sama rumah. Jadi masih bisa ngurusi rumah. Tapi saya justru mengurus rumah setelah pulang jualan. Karena kalo jualan kan harus mengejar pagi-pagi. Melihat kondisi dagangan saya adalah sembako. Pembeli kan ramainya pagi. kalo waktu sekarang ini gak sampe jam 12 siang aja uda sepi...”

Dari jawaban kedua informan ini membuktikan bahwa bukan paksaan jika

istri harus bekerja juga. Tidak hanya sebagai ibu rumahtangga. Tetapi mereka

dengan ikhlas membantu suami untuk mendapatkan nafkah yang lebih lagi.

Walaupun bukan sebagai sumber utama untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah

(43)

67

lagi kedepannya. Pembagian kerja terhadap pasangan ini merupakan salah satu

strategi untuk saling menutupi kesulitan masing-masing.

4.8. Jaringan Sosial Antara Distributor – Pedagang – Pembeli dan PD Pasar

Terbentuknya jaringan sosial dalam suatu masyarakat di dorong oleh adanya

kepentingan dan tujuan yang sama. Sebagaimana kegiatan berdagang pada

umumnya, jalinan hubungan antara pedagang baik itu perantara maupun pedagang

pengecer dengan distributor merupakan hubungan yang cukup menentukan

kelancaran perolehan penghasilan. Jaringan sosial yang dibangun dengan baik

menyebabkan pedagang dengan mudah memperoleh akses terhadap hal-hal

tertentu tanpa menghabiskan waktu dan biaya. Misalnya pedagang akan mudah

memperoleh sumber daya dalam bentuk pertukaran informasi dan kemampuan

untuk memobilisasi dukungan finansial mereka. Kemudahan dalam hal ini tentu

memperlancar kegiatan perdagangan mereka. Sebagaimana disampaikan oleh

seorang pedagang berikut:

“..Kalau saya mau pesan barang, biasanya telepon aja ke distributor. Kalau ada harga barang yang naik pun kita langsung tau dari dia. Jadi pas barang diantar, kita tau menyipkan pembayaran. Kan lebih irit seperti itu, gausah lagi kita jumpa distributor langsung..” (wawancara dengan ibu aisyah).

Jaringan yang dibangun bukan hanya bisa terjadi di dalam pasar, tetapi bisa

juga terjadi antara pedagang dengan keluarga. Ini merupakan salah satu dari cara

pedagang untuk mempertahankan modal. Ini diperjelas dengan ungkapan salah

satu informan peneliti:

(44)

68

sama keluarga ini kan lebih bagus, keluarga kan orang yang paling dekat dengan kita.. (wawancara dengan Ibu Ria).

Dengan demikian jaringan sosial yang dibentuk oleh pedagang Pasar

Tradisional Dwikora memberikan pengaruh positif bagi keberlangsungan

perdagangan. Jaringan sosial bukan hanya terjadi antara distributor dengan

pedagang, namun berdasarkan hasil wawancara, seorang distributor juga

memanfaatkan jaringan sosial dalam menjelaskan dan mendukung kinerjanya

sebagai distributor.

Jaringan sosial perdagangan umumnya dilakukan atas dasar kepercayaan

yang dibentuk oleh aktor pasar. Sebagaimana diungkapkan oleh Damsar (2005:

167) bahwa dengan adanya jaringan sosial aktor-aktor dalam suatu rangkaian

jaringan dihubungkan, direkat, atau diikat oleh unsur kepercayaan antara satu

dengan yang lainnya. Sehingga individu-individu ikut serta dalam tindakan

resiprositas dan melalui hubungan itu pula diperoleh kesepakatan bagian”,

informasi dan sumber daya.

4.8.1. Strategi bertahan dengan membayar pajak retribusi

Retribusi adalah pungutan yang dikenakan kepada masyarakat yang

menggunakan fasilitas yang disediakan oleh negara. Di sini terlihat bahwa bagi

mereka yang membayar retribusi akan menerima balas jasanya secara langsung

berupa fasilitas negara yang digunakannya. biaya retribusi ini termasuk dikenakan

kepada para pedagang pasar dwikora pematangsiantar. Salah satu strategi yang

dilakukan oleh seorang pedagang agar tetap bertahan untuk berdagang di pasar

dwikora adalah dengan menaati peraturan yang ada di pasar seperti membayar

pajak retribusi pasar yang telah ditentukan oleh PD pasar. Dengan manaati

(45)

69

aktivitasnya di pasar tanpa adanya gangguan. Misalnya, apabila seorang pedagang

tidak melakukan pembayaran retribusi pajak selama tiga bulan biasanya akan

mendapatkan surat peringatan penyegelan kios yang digunakan pedagang untuk

berdagang. Bukan hanya yang pemakai kios, los, dan balerong saja yang

dikenakan biaya retribusi, tetapi pedagang yang memakai badan jalan pun akan

dikutip retribusi. Berikut beberapa jawaban dari informan:

“...Pengutipan retribusi itu ya wajar lah, kami jualan disini kan karena izin juga. Itu memang sudah kewajiban kami. Nantikan biayanya juga dipakek mereka untuk melengkapi atau memperbaiki kondisi pasar ini juga. Kami gk keberatan kok. Karena setiap kali uda mau jatuh tempo pembayaran, mereka selalu memberikan pengumuman dari kantor...” (wawancara dengan Bg salim).

Hal ini juga di dukung oleh Dona, seorang pedagang sayur

“...Kalau aku bayarannya beda. Jadi setiap kios, los, balerong beda jumlah pembayarannya. Aku kan Cuma makek badan jalan ini aja, pembayarannya pun tidak sampai Rp. 10.000 per bulan. Kalau nunggak gak pernah lah. Aku pun uda bersyukur dikasih memakai badan jalan itu sikit. Kan surat izin ku pun gak ada. Jadi ku anggap ajalah itu uang terima kasih ku. Itu kan uda sekalian uang kebersihan juga. Memang uda kewajiban kita kok..”(wawancara dengan Aisyah)

Berikut adalah pernyataan dari salah satu pegawai pasar dwikora yang sering mengutip biaya retribusi pasar dwikora:

Kami kalau mengutip ya tepat waktu, kadang tiga hari sebelum tanggal pembayaran kami sudah jalan mengingatkan kepada para pedagang supaya tidak lupa membayar. Karena kalau sudah membeludak, pedagang sendiri nanti yang kewalahan untuk membayar sampai beberapa bulan. Kami pun diperintah dari atasannya. Ya mesti kami jalankan aja.

Berdasarkan pernyataan salah satu pegawai PD pasar tersebut bahwa perlunya ada

pengawasan dan pemeriksaan terhadap biaya retribusi pajak. Agar sama-sama

menciptakan kenyamanan bagi pihak pasar maupun pedagang. Karena biaya

(46)

70

meningkatkan fasilitas untuk kenyamanan bersama baik pedagang, maupun

pembeli. Sehingga harus ditutuntut kesadaran dari pihak pedagang agar

melakukan kewajibannya sebagai pedagang yang taat aturan.

a. Defender strategy

Menurut Miles dan Snow strategi ini adalah cara untuk menghindari

perubahan, mengutamakan stabilitas, dan mempertimbangkan pengurangan

ukuran bisnis. Strategi ini cocok untuk lingkungan bisnis yang stabil dan idustri

yang sedang mengalami penurunan. Bagi sebagian pedagang di pasar dwikora

Pematangsiantar ini, banyak yang masih bertahan walau telah merasakan ada

perubahan dalam beberapa tahun ini. Melihat kondisi pasar dwikora yang sudah

cukup lama. Akan tetapi, sekarang dirasa sepi pengunjung. Itu mengindekasikan

bahwa sedang mengalami penurunan di lingkungan bisnis. Salah satu strategi

ysng digunakan untuk menyiasati. Selain itu, jika harga terpaksa naik, dengan

menaikkan harga akan beresiko mengurangi jumlah pembeli, mereka tidak harus

menaikkan harga namun cukup mengurangi keuntungan yang didapat dari

pembeli, meskipun keuntungan berkurang dan pendapatan berkurang, yang

penting bisa tetap laku banyak. Berikut penuturan dari salah satu informan:

“..Kalau sekarang uda dapat untung sikit aja udah syukur lah. Melihat kondisi yang sekarang, kadang balik modal aja pun dikasih ajalah. Yang penting laku dan barang dagangan pun ganti. Sekarang ngambil barang pun gak perlu banyak-banyak, yang penting habis aja dulu. (wawancara dengan vero)..”

Hal seperti ini dirasakan cukup efektif karena dalam membeli barang yang dijual

di pasar tradisional harganya tetap, jika dibandingkan dengan tempat lain.

Sehingga pembeli akan merasa lebih baik berbelanja ke pasar tradisional. Salah

(47)

71

pelanggannya dengan cara menjaga kualitas barang dagangan, lebih ramah lagi

dengan pelanggan merasa nyaman dalam berbelanja, serta menstabilkan harga.

Sehingga pelanggan merasa nyaman dalam berbelanja, tidak merasa dirugikan

oleh harga yang ditawarkan di pasar modern.

b. Analyzer strategy

Strategi ini juga salah satu strategi dari Miles dan Snow yaitu

mempertahankan stabilitas sambil melakukan inovasi yang bersifat terbatas.

Contohnya pedagang tersebut melakukan beberapa inovasi dengan semi agen di pasar dwikora. Maksud dari semi agen disini yaitu menjual barang ke warung-warung yang lebih kecil, jadi tidak menjual secara eceran lagi. Hal ini bermaksud

untuk bisa mendapatkan keuntungan yang lebih dari biasanya serta barang cepat

laku.

Informan yang berdagang dengan menjual barang-barang yang tidak bertahan

lama mengakui hal ini, berikut jawaban yang mereka berikan:

“..Pedagang monza kek kami ini memang mau juga memborongkan barang yang sudah lama gak laku sama tukang pengobral gitu. Kadang lumayan juga kan, jadi barang gak ada yang terbuang. Nanti uang yang di dapat dari hasil memborongkan barang itu bisa kami buat untuk menambahi modal beli barang baru. Lumayan membantu lah..” (wawancara dengan kak Aan).

Ditambah dengan penuturan dari Dona sebagai pedagang sayur

(48)

72

Keberadaan pasar modern dan tradisional memberikan masyarakat dua

pilihan tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Ditunjang

dengan infrastruktur yang lengkap dan semakin canggih membuat pasar modern

semakin menarik hati dan perlahan masyarakat meninggalkan pasar tradisional.

Pasar modern semakin menarik hati dan perlahan masyarakat meninggalkan pasar

tradisional. Pasar modern menciptakan citra diri yang bergengsi, bangunan yang

megah, pelayanan yang ramah. Dan memberikan kemudahan dan keterbukaan

pasar modern bagi setiap orang membuat pasar tradisional semakin terlupakan.

Orang tidak lagi hanya memikirkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi

juga mendapatkan prestis dan membentuk citra diri yang di idealkan dengan cara

mengunjungi pasar-pasar modern.

Masyarakat sekitar memang masih mengunjungi pasar tradisional, manun

menurut pedagang di pasar tersebut jumlahnya semakin menurun bila

dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hanya segelintir orang yang

bertahan dan setia mengunjungi pasar tradisional, selebihnya memilih untuk

membelanjakan uangnya di pusat perbelanjaan modern. Pedagang di pasar

tradisional mempersepsi keberadaan pasar-pasar modern disekitar wilayah

usahanya. Keadaan ini merupakan sebuah proses yang mempengaruhi arus

informasi, selanjutnya melahirkan sesuatu bentuk yang holistik, yang lahir dari

empirisme dan rasionalisme. Proses selanjutnya diwujudkan dalam tindakan dan

perilaku, salah satunya yaitu proses penyesuaian diri.

4.8.2. Strategi Sosial Dalam Sistem Arisan

Hubungan sosial yang baik antara pedagang yang satu dengan yang

(49)

73

Semakin kuat kepercayaan yang dibangun di antara pedagang semakin

mempererat hubungan sosial mereka, sehingga terjalin kerjasama yang baik dalam

aktivitas berdagang.

Pada Pasar Tradisional Dwikora Pematangsiantar, para pedagang

umumnya memanfaatkan waktu luang untuk saling berkomunikasi satu dengan

yang lainnya sehingga melahirkan pola asimilatif yang berbentuk keakraban

terutama di antara pedagang tetap (Tri Kartono, 2004). Adapun topik-topik yang

sering mereka bicarakan bukan hanya mengenai seputar kegiatan perdagangan

melainkan dapat berupa masalah keluarga, permasalahan pribadi, dan kesulitan

ekonomi. Hubungan yang terjalin semakin menimbulkan solidaritas antar sesama

pedagang yang menyebabkan keduanya saling membantu.

Dari penelitian yang telah di lakukan, dan yang memang peneliti lihat

bahwa di lingkungan pedagang pasar Tradisional dwikora ada juga dibentuk

arisan yang dikenal dengan istilah “tarikan” umumnya arisan diikuti oleh pedagang perempuan, namun tidak menutup kemungkinan untuk pedagang

laki-laki bergabung di dalamnya. Pada dasarnya tarikan muncul karena ide-ide dari para pedagang untuk membentuknya. Dan biasanya tarikan ini memiliki patokan

jumlah yang harus dibayar perhari. Ada beberapa tingkat pembayaran. Ada yang

ikut dengan membayar Rp. 30.000/hari dan ada juga yang sampai ikut dengan

membayar Rp. 100.000/hari. Itu tergantung kesanggupan pedagang. Dan melihat

apakah memang jenis dagangannya cukup menjanjikan. Dan yang biasa mengikuti

pembayaran paling tinggi adalah pedagang yang dagangannya tiap hari rame,

(50)

74

potong, penjual rempah-rempah, dll.Sebagaimana penuturan dari informan

berikut:

“...setiap hari yang ikut jadi anggota dari tarikan itu ya wajib bayar, kalo nunggak sehari, besoknya ya harus bayar double. Karena kan menjaga supaya sama-sama enak lah. Karena kita pun kan pedagang juga, sama-sama punya tanggung jawab juga. Enak juganya yang main tarikan ini, bisa juga jadi perputaran uang untuk modal usaha. Kalo membayar memang agak terasa lah dek, Cuma kalau uda giliran kita yang narik, pasti senang aja bawaannya..” (wawancara dengan Ibu Dona).

Pernyataan ini juga didukung oleh Ibu ria (47 tahun)

“... enak kok main tarikan ini, tau kita kemana uang hasil penjualanan kita. Kadang kalo kita simpan, gak tau nanti abisnya kemana aja. Kadang suka pening mikirinya. Karena adanya main tarikan ini di pajak, lumayan juga manfaatnya. Bisa dibuat untuk menambah barang baru di dagangan kita. Terasa lah manfaatnya kalo dibilang..”

Jawaban informan juga dipertegas oleh pengutip arisan/tarikan (Berliana sinaga)

“...kalau mengutip tarikan dipajak ini aku datangnya sore dek seputaran jam 16.00-17.30. Memang sengaja sore supaya gak terganggu orang itu jualan. Lagian kalau uda sore kan sudah pasti mereka ada lakunya. Mau minta uang tarikan pun uda enak...”.

Dari uraian data di lapangan, melalui kegiatan tarikan ini secara tidak

langsung menimbulkan keakraban diantara pedagang, sebab sistem tarikan ini

menimbulkan rasa senasib sepenanggungan di antara mereka yang diperlihatkan

dalam bentuk rasa toleransi, serta tolong-menolong di dalam kesulitan. Dengan

adanya ikatan-ikatan tersebut maka mereka berusaha menjaga hubungan dan

mempertahankan hubungan di antara sesama anggota tarikan. Selain itu, fungsi

selanjutnya adalah merupakan sumber perolehan ekonomi sebagai penambah

Referensi

Dokumen terkait

Satu hal yang menjadi kasus penelitian disini adalah kesejahteraan hidup para pedagang yang berjualan di suatu pasar apakah sudah cukup dikatakan makmur atau

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa dalam menata pasar tradisional telah ada upaya pemerintah daerah kota Pematangsiantar terutama dalam hal

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL TERHADAP PENDIRIAN TOKO-TOKO MODERN.. (Studi di

Bagaimana akurasi timbangan para pedagang yang ada di pasar Alai kota Padang.. Bagaimana potensi kerugian masyarakat atas akurasi timbangan pedagang

Akan tetapi penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang hendak penulis laksanakan, yaitu Perlindungan Hukum Bagi Para Pedagang Pasar Tradisional Terhadap Pendirian

Berangkat dari kondisi-kondisi rill inilah menjadi salah satu motivasi para pedagang yang berjualan di pasar tradisional Cengek melakukan gerakan perlawanan

Untuk itu perlu adanya penelitian dalam upaya mengkaji sistem pengelolaan sampah yang sesuai, dengan cara menganalisa sistem pengelolaan sampah oleh pedagang di Pasar

Surat Pemberitahuan Walikota Metro, No.. ke Pasar Tradisional Modern Tejo Agung 24 Metro, dikarenakan kondisi di Pasar Tradisional Modern Tejo Agung 24 sepi pedagang