• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang untuk Menciptakan Lingkungan Bersih di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sistem Pengelolaan Sampah dan Partisipasi Pedagang untuk Menciptakan Lingkungan Bersih di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan

cara observasi dan wawancara, bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai

sistem pengelolaan sampah di Pasar Dwikora kota Pematangsiantar.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Adapun

alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena

belum pernah dilakukan penelitian tentang sistem pengelolaan sampah dan

partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di Pasar Dwikora

Kota Pematangsiantar, serta kondisi pasar masih buruk, seperti masih banyak

sampah yang berserakan dan menimbulkan bau yang tidak sedap serta belum

adanya sarana dan prasarana yang memadai dalam mengelola sampah.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2017, mulai dari

pengambilan dan pengumpulan data serta mempelajari sistem pengelolaan

(2)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang yang berjualan di Pasar

Dwikora Kota Pematangsiantar yang berjumlah 2.099 orang. Pasar Dwikora

memiliki 637 kios, 856 los, dan 7 balerong yang terdiri dari 606 lapak.

3.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebagian dari populasi

pedagang Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan berdasarkan pada rumus Slovin(Notoatmodjo, 2002), sebagai patokan

untuk menentukan ukuran sampel minimal yang harus diambil, yaitu:

n

Dimana: n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1)

Sehingga : n

n

=

95,45 atau,

n

=

95 orang

Sampel diambil dengan metode Stratified Random Sampling yaitu suatu

metode pengambilan sampel dimana populasi yang bersifat heterogen dibagi-bagi

dalam lapisan-lapisan (strata) yang saling pisah tuntas dan dari setiap strata dapat

(3)

Menurut Sugiono (2000), karena populasi berstrata, maka sampelnya juga

berstrata. Stratanya menurut kelompok pedagang. Dengan demikian

masing-masing sampel untuk kelompok harus proporsional sesuai dengan populasi. Jadi

jumlah sampelnya adalah sebagai berikut:

Dalam penelitian ini, penulis juga memperoleh data atau informasi dari

Kepala Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar dan Kepala Dinas Lingkungan

Hidup Kota Pematangsiantar dengan menggunakan kuesioner.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan

(4)

berjualan di Pasar Dwikora, serta wawancara dengan PD Pasar Horas Jaya dan

Dinas Lingkungan Hidup kota Pematangsiantar.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data yang ada di Perusahaan Daerah Pasar

Horas Jaya dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar serta instansi

pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5. Defenisi Operasional

1. Sistem pengelolaan sampah adalah seluruh kegiatan yang dimulai dari

pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah,

pembuangan sampah yang dilaksanakan di Pasar Dwikora yang dilakukan

oleh petugas kebersihan dan pengelola pasar.

2. Jenis sampah adalah macam atau sifat sampah yang terbagi dua yaitu sampah

organik dan anorganik yang dihasilkan pasar.

3. Perwadahan sampah adalah upaya yang dilakukan oleh pedagang di setiap

kios/loods yang dimasukkan ke tempat sampah (ember sampah, tong,

keranjang, kantung plastik).

4. Pengumpulan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap tempat

sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan kemudian

membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) sebelum

(5)

5. Pengangkutan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat

pengumpulan sampah dan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

6. Pembuangan dan pengolahan sampah adalah kegiatan pemusnahan atau

pembuangan sampah di tempat penampungan akhir dan kemudian diolah di

TPA.

7. Tenaga pengelola adalah orang yang khusus bekerja dalam mengelola sampah

pasar.

8. Aspek kelembagaan adalah bentuk kelembagaan yang bertanggung jawab

terhadap pengelola sampah pasar.

9. Aspek pembiayaan adalah biaya pengelolaan sampah pasar yang bersumber

dari retribusi/jasa pelayanan berdasarkan Peraturan daerah/Keputusan Kepala

daerah.

10.Partisipasi pedagang adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri

dalam menjaga kebersihan lingkungan serta usaha keberhasilan pengelolaan

sampah yang terdiri dari: penyediaan tempat sampah, pembuangan sampah,

pembayaran retribusi, dan peraturan kebersihan.

11.Penyediaan tempat sampah adalah keikutsertaan pedagang dalam kepemilikan

tempat sampah untuk menciptakan lingkungan pasar yang bersih

12.Pembuangan sampah adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri

dalam hal membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan

(6)

13.Pembayaran retribusi adalah keikutsertaan pedagang dalam pembayaran iuran

kebersihan pasar yang dikutip oleh pihak Pengelola Pasar.

14.Peraturan kebersihan adalah peraturan yang diterapkan oleh pihak pengelola

pasar untuk menjaga kebersihan pasar.

15.Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat yaitu sampah tidak berserakan

dimana-mana, tempat-tempat sampah tersedia dengan cukup, sampah yang

terkumpul dibuang tepat pada waktunya dan tidak menjadi sarang lalat dan

tempat berkembangbiaknya binatang pengganggu lainnya.

3.6 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden,

yaitu pedagang di Pasar Dwikora yang berkaitan dengan partisipasi pedagang

untuk menciptakan lingkungan bersih di pasar.

3.6.1 Observasi Sistem Pengelolaan Sampah Pasar

a. Perwadahan sampah

Untuk menilai penyimpanan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:

Memenuhi syarat :

- Apabila tempat sampah yang dipakai kedap air,

- Tidak mudah dilobangi tikus, rata bagian dalam/halus,

- memiliki tutup,

- mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan.

Tidak memenuhi syarat :

- Apabila tempat sampah yang dipakai tidak kedap air,

(7)

- Tidak mempunyai tutup,

- Hanya berupa tumpukan biasa dan mudah berserakan

b. Pengumpulan sampah

Untuk menilai pengumpulan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:

Memenuhi syarat :

- Apabila terdapat peralatan pengumpulan dan peralatan tidak bocor/rusak,

- Frekuensi pengumpulan 1 hari sekali,

- Mempunyai petugas pelaksana yang tetap,

- Dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah

membusuk,

- Semua sampah terkumpul dari setiap kios/loods dan tidak ada sisa,

- TPS mudah untuk memasukkan/mengosongkan sampah dan tidak mudah

berserakan,

- TPS dilengkapi tutup,

- Jauh dari penjaja makanan,

- TPS tidak terlalu penuh oleh sampah, sampah tidak berserakan, dan TPS

tidak menimbulkan bau.

Tidak memenuhi syarat :

- Apabila tidak terdapat peralatan pengumpulan, peralatan bocor/rusak,

- Frekuensi pengumpulan 3 hari sekali,

- Tidak mempunyai petugas pelaksana yang tetap,

- Tidak dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah

(8)

- Banyak sampah yang tidak terkumpul dari kios/loods,

- Hanya berupa tumpukan biasa, mudah berserakan, menyulitkan untuk

mengangkut,

- Dekat dengan penjaja makanan

- Tumpukan sampah melebihi daya tampung TPS, sampah berserakan dan

menimbulkan bau.

c. Pengangkutan sampah

Untuk menilai pengangkutan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:

Memenuhi syarat :

- Apabila sampah yang ada di TPS terangkut habis semuanya setiap hari,

- Frekuensi pengangkutan ke TPA 1 hari sekali,

- Truk pengangkut sampah memiliki tutup

Tidak memenuhi syarat :

- Apabila sampah yang ada di TPS tidak terangkut habis semuanya setiap

hari,

- Frekuensi pengangkutan ke TPA 3 hari sekali,

- Truk pengangkut sampah tidak memiliki tutup.

d. Pembuangan dan pengolahan sampah

Untuk menilai pengolahan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:

Memenuhi syarat :

Apabila pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan

pupuk dan proses pematangan pupuk tidak merupakan tempat perindukan

(9)

Tidak memenuhi syarat :

Apabila pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan

pupuk dan proses pematangan pupuk terdapat tempat perindukan serangga

dan binatang pengerat serta tidak memperhatikan prinsip estetika.

3.6.2. Partisipasi Pedagang

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur partisipasi pedagang

di Pasar Dwikora adalah dengan menggunakan skala Guttman. Berdasarkan

jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :

a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari seluruh

skor yang ada.

b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari

skor yang ada.

a. Penyediaan Tempat Sampah

Untuk Penyediaan tempat sampah responden diukur dengan 6 pertanyaan,

dengan ketentuan sebagai berikut :

- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

- jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 6. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan

kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari

seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 3.

b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%

(10)

b. Pembuangan Sampah

Untuk pembuangan sampah responden diukur dengan 5 pertanyaan,

dengan ketentuan sebagai berikut :

- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

- jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 5. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan

kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari

seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 3.

b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%

dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 3.

c. Pembayaran Retribusi Kebersihan

Untuk pembayaran retribusi kebersihan responden diukur dengan 2

pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :

- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

- jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0.

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 2. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan

kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari

seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 1.

b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%

(11)

d. Peraturan Kebersihan

Untuk peraturan kebersihan responden diukur dengan 4 pertanyaan,

dengan ketentuan sebagai berikut :

- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;

- jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;

Sehingga diperoleh skor tertinggi = 4. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan

kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari

seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 2.

b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%

dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 2.

3.7 Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi

(12)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Pasar Dwikora merupakan salah satu pasar terbesar yang ada di Kota

Pematangsiantar selain Pasar Horas. Lokasi pasar terletak di sisi Jalan Patuan

Anggi, sisi Jalan Patuan Nagari, sisi Jalan T. B. Simatupang, dan sisi Jalan

Mufakat Kecamatan Siantar Utara Kota Pematangsiantar. Luas area Pasar

Dwikora keselururannya adalah 26.600 m2.

Pada tanggal 20 Oktober 2014, terbentuklah Perusahaan Daerah Pasar

Horas Jaya. Pasar Dwikora yang sebelumnya dikelola oleh Dinas Pasar Kota

Pematangsiantar diserahkan menjadi aset P.D. Pasar Horas Jaya Kota

Pematangsiantar pada tanggal 19 Desember 2015.

Bangunan pasar terdiri dari ruko, kios, los, dan bangunan hanya memiliki

1 (satu) tingkat lantai bangunan. Jumlah pedagang dalam Pasar Dwikora sebanyak

2.099 pedagang. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1. Kondisi Gedung di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017

No. Tempat Berdagang Jumlah

1. Kios 637

2. Los 856

3. Balerong 606

Jumlah 2.099

4.2. Gambaran Pengelolaan Sampah di Pasar Dwikora 4.2.1. Jenis Sampah yang Dihasilkan Pasar Dwikora

Sampah yang dihasilkan dari aktivitas pedagang dan pembeli di Pasar

(13)

Berdasarkan jumlah sampah yang dihasilkan pasar setiap harinya, jumlah

sampah organik lebih banyak apabila dibandingkan dengan jumlah sampah

anorganik. Menurut asumsi dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar,

jumlah sampah yang dihasilkan oleh Pasar Dwikora sebanyak 24m3 dengan

banyaknya sampah organik sekitar 70% dan sampah anorganik sekitar 30%.

Sampah organik berasal dari sisa-sisa makanan, sayuran, kulit buah, dan

dedaunan. Sampah anorganik berasal dari botol-botol plastik, kaleng-kaleng, kaca,

dan besi.

4.2.2. Aspek Kelembagaan

Adapun tujuan dan maksud pendirian Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya

Kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan lingkup usahanya.

2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

3. Turut serta melaksanakan pembangunan daerah dan menunjang kebijakan

program pemerintah dalam pelayanan umum di bidang ekonomi.

4. Pembangunan di bidang pengelolaan pasar serta dibidang usaha barang dan

jasa yang berkaitan dengan pengelolaan pasar dengan menerapkan

prinsip-prinsip manajemen perusahaan yang baik.

5. Memanfaatkan sumber daya dan asset yang dimiliki perusahaan daerah guna

meningkatkan produktifitas barang dan jasa yang bermutu tinggi.

6. Memanfaatkan sumber daya local yang dihasilkan masyarakat kota

Pematangsiantar dan hinterland-nya guna meningkatkan nilai tambah barang

(14)

Menurut Peraturan Walikota Nomor 8 tahun 2015, hirarki struktur

organisasi dan tata kerja PD Pasar Horas Jaya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PD Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar

Hasil analisa kelayakan tahun 2014 menyatakan, untuk mencapai tujuan

dan maksud diatas, Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar

dapat melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:

a. Melakukan perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, dan/atau mengelola

infrastruktur pasar dan fasilitas pendukung pasar.

(15)

c. Membantu menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan

jasa.

d. Melakukan kerja sama dengan pihak ketiga yang bersifat membangun kepada

para pihak.

e. Melaksanakan upaya pemberdayaan pedagang pasar tradisional.

f. Melakukan usaha perdagangan barang dan jasa professional berskala pasar

semi modern dan modern.

g. Melakukan usaha lain dan penyertaan modal pada badan usaha lain, yang

tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan didirikannya Perusahaan

Daerah.

h. Perusahaan Daerah dapat mengembangkan usahanya dengaan membentuk

cabang, unit-unit usaha dan perwakilan serta anak perusahaan yang berbentuk

hukum Perseroan Terbatas(PT).

Sub-bagian kebersihan memiliki tugas antara lain sebagai berikut:

1. Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Pasar menyangkut kebersihan di

pasar.

2. Mewujudkan dan menjaga kebersihan lingkungan kantor, fasilitas pasar, dan

aset perusahaan.

3. Melaksanakan kebersihan dan keindahan pasar dengan mengikutsertakan

pedagang

4. Membuat registrasi buruh, supir dan angkutan sampah dan rekapitulasi gaji

kernet truk kebersihan

(16)

6. Membuat laporan bulanan jadwal pengangkutan sampah, volume sampah serta

kendala dalam melaksanakan pekerjaan pelayanan kebersihan kepada kepala

bagian keamanan, ketertiban, dan kebersihan.

7. Memberi saran kepada atasan sesuai bidang tugasnya dan melaksanakan tugas

lain yang diperintahkan kepala bagian .keamanan, ketertiban, dan kebersihan. 4.2.3. Aspek Pembiayaan

Berdasarkan Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor

900/344/IV/WK-Tahun 2016 tentang Tarif Pelayanan Pasar pada PD Pasar Horas

Jaya , maka PD Pasar Horas Jaya melakukan pemungutan atau penagihan kepada

setiap pedagang yang berjualan di Pasar Dwikora setiap bulan. Adapun besaran

biaya yang dibebankan kepada pedagang Pasar Dwikora adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Besaran Biaya Retribusi Bagi Pedagang di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017

No. Jenis Kios/Los Nama Retribusi Bulanan (Rp)

4.2.4. Operasional Pengelolaan Sampah Pasar Dwikora 1. Penyimpanan Sampah

Pedagang di Pasar Dwikora sebagian besar tidak memiliki tempat

penyimpanan sampah di masing - masing kios/los pedagang sehingga sampah

terlihat berserakan di sekitar tempat berjualan. Pedagang yang tidak memiliki

tempat penyimpanan sampah tersebut didominasi oleh pedagang sayur dan buah.

(17)

keranjang sampah yang terbuat dari bambu, kardus, karung dan kantong plastik.

Berikut gambaran kondisi tempat penyimpanan sampah yang dimiliki oleh

pedagang di Pasar Dwikora:

Tabel 4.2. Kondisi Tempat Penyimpanan Sampah yang dimiliki oleh Responden di Pasar Dwikora Tahun 2017

No. Tempat Penyimpanan

3. Telah memisahkan sampah

organik dan anorganik 0 0 95 100 95 100

Dalam penyediaan tempat penyimpanan sampah di masing- masing

kios/los, pedagang diwajibkan menyediakan tempat penyimpanan sampahnya

sendiri oleh pihak PD Pasar. PD Pasar telah memiliki Tempat Penampungan

Sementara (TPS) sebanyak 1 truk Fuso (Dump Truck) dan Dinas Lingkungan

Hidup menyediakan TPS sebanyak 1 kontainer. TPS milik PD Pasar berada pada

sisi selatan pasar yakni di jalan T. B. Simatupang dan kontainer Dinas

Lingkungan Hidup berada pada sisi utara pasar yakni Jalan Patuan Nagari dan

pada sisi timur pasar yakni Jalan Mufakat. Ketiga kontainer tidak memiliki tutup

atau terbuka.

2. Pengumpulan Sampah

Sampah yang dihasilkan oleh pedagang kemudian dikumpulkan dengan

cara mengumpulkannya pada tempat penyimpanan sampah yang ada di kios/los

para pedagang. Sampah yang telah terkumpul tersebut akan dipindahkan oleh

petugas kebersihan PD Pasar dengan mengangkutnya dari kios/los pedagang ke

(18)

Dwikora berjumlah 21 orang. Alat yang digunakan petugas kebersihan berupa

sapu lidi, pengki, dan keranjang bambu.

Pemindahan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan pasar

sebanyak 2 kali dalam sehari. Waktu pengumpulan dibagi dalam 2 shift kerja,

yakni pukul 06.00 – 14.00 dan pukul 14.00 – 18.00 WIB.

3. Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah dilakukan dengan cara mengangkut sampah dari

TPS ke TPA. Pengangkutan sampah ini dikerjakan oleh petugas kebersihan dari

Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar dan dibantu juga oleh petugas

kebersihan PD Pasar. Frekuensi pengangkutan sampah dilakukan sebanyak 2 kali

dalam sehari. Waktu pengangkutan dilakukan pada pukul 10.00 dan 18.00 WIB.

Untuk lokasi di Pasar Dwikora, Dinas Lingkungan Hidup Kota

Pematangsiantar mengoperasikan truk pengangkut sampah sebanyak 1 unit yaitu 1

truk Colt Diesel (arm-roll). Kapasitas dari truk besar (Fuso) mampu mengangkut

sampah sebanyak 7 m3 sedangkan truk sedang (Colt diesel) mampu mengangkut

sampah sebanyak 5 m3. Jumlah pengangkutan dari TPS ke TPA untuk wilayah

Pasar Dwikora sebanyak 2 kali dalam sehari.

Jumlah sampah yang dihasilkan dari aktivitas yang ada di Pasar Dwikora

diasumsikan oleh Dinas Lingkungan Hidup berjumlah 24 m3 per hari.

4. Pembuangan Sampah

PD Pasar telah menyediakan bak permanen berukuran 2m x 1,5m untuk

pemanfaatan kembali sampah organik menjadi pupuk kompos. Namun karena

(19)

Sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora semuanya diangkut ke tempat

penampungan akhir sampah (TPA). Kota Pematangsiantar memiliki TPA yang

berada di wilayah Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba. Adapun

nama dari TPA ini adalah TPA Tanjung Pinggir. TPA Tanjung Pinggir memiliki

luas ± 2 Ha.

Pengolahan sampah di TPA Tanjung Pinggir menggunakan metode

controlled landfill (penimbunan terkendali). Controlled landfill adalah sistem

open dumping yang diperbaiki, dibuat barisan dan lapisan setiap harinya dan

dipadatkan dengan menggunakan buldoser. Setelah sampah tersebut rata dan

padat, timbunan sampah kemudian ditutup dengan tanah setiap 5-7 hari. Namun,

dikarenakan oleh keterbatasan biaya, penutupan sampah dengan tanah hanya

dilakukan sekali dalam sebulan.

Petugas Operasional yang bekerja di TPA berjumlah 9 orang. Adapun

tugas dari masing-masing petugas adalah sebagai berikut: 2 orang bertugas

sebagai operator, 6 orang petugas kebersihan (menyapu, membersihkan peralatan,

mencatat truk yang masuk), dan 1 orang jaga malam.

4.3. Karakteristik Responden di Pasar Dwikora

Berdasarkan tabel 4.7 di bawah dapat dijelaskan bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 60 orang (63,2%). Pada

umumnya responden berumur lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 74 orang

(77,9%). Pendidikan responden sebagian besar tamat SMA sebanyak 60 orang

(20)

sebanyak 28 orang(29,5%). Jenis dagangan yang dijual oleh pedagang sebagian

besar adalah sayur dan buah yaitu sebanyak 29 orang (30,5%).

Tabel 4.4. Karakteristik Responden di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017

(21)

4.4. Partisipasi pedagang

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para

pedagang maka partisipasi yang dilakukan pedagang dalam menciptakan

lingkungan bersih di Pasar Dwikora dapat dilihat secara rinci yang disajikan

dalam bentuk tabel.

4.4.1. Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para pedagang

tentang Penyediaan Tempat Sampah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Hasil wawancara partisipasi pedagang tentang penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora

No. Penyediaan Tempat Sampah Jumlah (Pedagang)

4. Pedagang wajib menyediakan tempat sampah sendiri

a. Ya 72 75,8

b. Tidak 23 24,2

Jumlah 95 100

5. Tindakan jika pedagang lain tidak memiliki tempat sampah

a. Menegur dan mengajak menyediakan

tempat sampah 12 12,6

b. Membiarkan 83 87,4

(22)

Lanjutan Tabel 4.5.

6. Tindakan jika tempat sampah penuh

a. Membuang ke TPS 11 11,6

b. Menunggu Petugas 84 88,4

Jumlah 95 100

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa ada 52 pedagang

(54,7%) mempunyai tempat sampah dan 43 pedagang (45,3%) tidak mempunyai

tempat sampah. Pendapat pedagang tentang letak tempat sampah seharusnya di

setiap kios/los pedagang, WC umum dan mushala ada 70 pedagang (73,7%) dan

yang menjawab tidak tahu ada 25 pedagang (26,3%). Pedagang yang memiliki

peralatan kebersihan ada sebanyak 87 pedagang (91,6%) dan yang tidak memiliki

peralatan kebersihan sebanyak 8 pedagang (8,4%). Pedagang yang setuju dengan

peraturan bahwa pedagang wajib menyediakan tempat sampah sendiri ada

sebanyak 72 pedagang (75,8%) dan yang tidak setuju ada sebanyak 23 pedagang

(24,2%). Tindakan menegur dan mengajak menyediakan tempat sampah jika

pedagang lain tidak memiliki tempat sampah ada sebanyak 12 pedagang (12,6%)

dan yang memilih membiarkannya ada 83 pedagang (87,4). Tindakan membuang

sampah ke TPS jika tempat sampah penuh ada sebanyak 11 pedagang dan yang

memilih untuk menunggu petugas menjemput sampah ada sebanyak 84 pedagang

(88,4%).

Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora

(23)

Tabel 4.6. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan penyediaan tempat

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang

dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora berada pada kategori baik

yaitu 45 orang (47,4%), kategori kurang baik yaitu 50 orang (52,6%). Secara

keseluruhan partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar

Dwikora berada pada kategori kurang baik.

4.4.2. Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para

pedagang tentang pembuangan sampah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang pembuangan sampah di Pasar Dwikora

No. Pembuangan Sampah Jumlah

(Pedagang) Persen (%) 1. Membersihkan kios sebelum dan

sesudah berjualan setiap hari

b. Sering/kadang-kadang 39 41,1

Jumlah 95 100

3. Sikap jika melihat orang membuang sampah sembarang tempat

a. Menegur langsung 19 20,0

b. Diam saja 76 80,0

(24)

Lanjutan Tabel 4.7.

4. Jika tidak memiliki tempat sampah, dimana membuang sampah

a. Mengumpulkan di sudut kios 40 42,1

b. Sembarang tempat 55 57,9

Jumlah 95 100

5. Usaha membantu menjaga kebersihan lingkungan pasar

a. Menjaga dan tidak membuang

sampah di sembarang tempat 48 50,5

b. Membayar retribusi kebersihan tepat

waktu 47 49,5

Jumlah 95 100

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, pedagang yang selalu membersihkan kios

sebelum dan sesudah berdagang setiap hari ada sebanyak 89 pedagang (93,7%)

mengumpulkan di sudut kios dan ada 55 orang (57,9%) membuang sampahnya di

sembarangan tempat. Usaha yang dilakukan pedagang untuk membantu pihak

pasar menjaga kebersihan dengan cara menjaga dan tidak membuang sampah di

sembarang tempat ada 48 orang (50,5%) dan ada 47 orang (49,5%) memilih

membayar retribusi kebersihan tepat waktu.

Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora

(25)

Tabel 4.8. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan pembuangan sampah

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang

dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora berada pada kategori baik

yaitu 46 orang (48,4%) dan kategori kurang baik yaitu 49 orang (51,6%). Secara

keseluruhan partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar

Dwikora berada pada kategori kurang baik.

4.4.3. Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para

pedagang tentang pembayaran retribusi sampah dapat diketahui sebagai berikut :

Tabel 4.9. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang Pembayaran Retribusi Sampah di Pasar Dwikora.

No. Pembuangan Sampah Jumlah

(Pedagang) Persen (%) 1. Pengangkutan sampah dari kios

a. Ada 95 100

b. Tidak 0 0

Jumlah 95 100

2. Membayar retribusi untuk pengelolaan sampah

(26)

Partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi di Pasar Dwikora dapat

dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.10. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan pembayaran retribusi di Pasar Dwikora

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang

dalam penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora berada pada kategori baik.

4.4.4. Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para

pedagang tentang peraturan kebersihan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang peraturan kebersihan di Pasar Dwikora.

No. Peraturan Kebersihan Jumlah

(Pedagang) Persen (%) 1. Ada atau tidak peraturan kebersihan

Pasar

a. Ada 79 83,2

b. Tidak 16 16,8

Jumlah 95 100

2. Mengetahui isi peraturan kebersihan Pasar

a. Tahu 67 70,5

b. Tidak Tahu 28 29,5

Jumlah 95 100

3. Sikap terhadap peraturan kebersihan Pasar

a. Mematuhi dan bersedia dikenakan

sanksi jika melanggar 59 62,1

b. Tidak Tahu 36 37,9

(27)

Lanjutan Tabel 4.11.

4. Petugas pasar menyampaikan informasi menjaga kebersihan

a. Pernah 76 80,0

b. Tidak Pernah 19 20,0

Jumlah 95 100

Berdasarkan Tabel 4.10. diatas dapat diketahui bahwa 79 pedagang

(83,2%) mengatakan ada peraturan kebersihan yang diterapkan pihak pengelola

pasar dan 16 pedagang (16,8%) mengatakan tidak ada peraturan kebersihan di

pasar. Pedagang yang mengetahui isi peraturan kebersihan ada sebanyak 67

pedagang (70,5%) dan yang tidak mengetahui ada sebanyak 28 pedagang (29,5%).

Jika ada peraturan kebersihan ada 59 pedagang (62,1%) akan mematuhi peraturan

dan 36 pedagang (37,9%) menjawab tidak ada. Hasil wawancara dari 95 orang

pedagang, ada 76 orang (80,0%) yang pernah mendapat informasi tentang

kebersihan pasar dan 19 pedagang (20,0%) tidak pernah mendapatkan informasi

tentang kebersihan pasar.

Partisipasi pedagang dalam Peraturan kebersihan di Pasar Dwikora dapat

dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.12. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan peraturan kebersihan di Pasar Dwikora

Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang

dalam peraturan kebersihan di Pasar Dwikora berada pada kategori baik yaitu 71

(28)

keseluruhan partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan di Pasar Dwikora

(29)

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Sampah di Pasar Dwikora

5.1.1. Jenis Sampah yang Dihasilkan Pasar Dwikora

Sampah Pasar Dwikora dapat dikelompokkan menjadi sampah organik dan

anorganik. Sampah organik lebih banyak dihasilkan dibandingkan dengan jumlah

sampah anorganik karena sebagian besar pedagang didominasi oleh pedagang

sayur dan buah. Di Pasar Dwikora pemilahan antara sampah organik dan

anorganik belum dilakukan oleh pedagang. Pengelolaan sampah yang baik harus

sesuai dengan syarat kesehatan, yaitu memilah sampah organik dan anorganik.

Sampah organik dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos dan makanan

ternak, dan sampah anorganik dapat dimanfaat kembali dengan melakukan proses

daur ulang.

Menurut SNI 3242-2008 Pengelolaan sampah di TPS dapat dilakukan

dengan memilah sampah organik dan anorganik, melakukan pengomposan

sampah organik skala lingkungan, memilah sampah anorganik sesuai jenisnya

yaitu: sampah anorganik yang dapat didaur ulang, misalnya membuat barang

kerajinan dari sampah, membuat kertas daur ulang. Sampah anorganik yang dapat

dijual seperti kertas, kardus, plastik, gelas/kaca, logam, dan lainnya dikemas

sesuai jenisnya.

Apabila PD Pasar Horas Jaya bersama pedagang melakukan pengelolaan

sampah organik dan anorganik tersebut di Pasar Dwikora, maka akan mengurangi

volume sampah pasar dan akan mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan

(30)

5.1.2. Aspek Kelembagaan

Kondisi saat ini PD Pasar telah menjalankan kegiatan pelayanan

kebersihan di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Berdasarkan struktur

organisasinya, PD Pasar memiliki sub-bagian kebersihan yang di bawahi oleh

bidang keamanan, ketertiban, dan kebersihan.

Dengan adanya seksi kebersihan ini, diharapkan mampu untuk menangani

masalah sampah yang ada di Pasar Dwikora. Terbaginya bidang keamanan,

ketertiban, dan kebersihan menjadi sub-bagian kebersihan dinilai sudah tepat.

Pembagian ini akan memudahkan PD Pasar Horas Jaya dalam membagi pekerjaan

bagi petugas-petugasnya.

5.1.3. Aspek Pembiayaan

Retribusi persampahan/kebersihan pelaksanaannya dikelola oleh PD Pasar

Horas Jaya membeban biaya retribusi dengan melihat jenis kios/los dan

mengukurnya dari luas kios/los pedagang sehingga terdapat variasi besaran

retribusi kebersihan bagi masing-masing pedagang. Retribusi bulanan berkisar

antara Rp 45.000,00 hingga Rp 65.000,00/bulan. Dalam retribusi ini sudah

termasuk biaya kebersihan, jaga malam, dan biaya operasional lainnya. Retribusi

yang dikumpulkan oleh PD pasar diharapkan sudah mampu dalam menyediakan

sarana yang memadai dalam sistem pengelolaan sampah sehingga pedagang

merasa puas dengan besaran retribusi yang dibayarkan.

Dana retribusi sampah yang terkumpul akan digunakan oleh Dinas Pasar

(31)

untuk membayar upah petugas pengangkut sampah, biaya transportasi truk,

pengadaan fasilitas pengelolaan persampahan seperti TPS dalam rangka

menunjang kegiatan pengelolaan persampahan dan penyediaan peralatan

kebersihan.

5.1.4. Operasional Pengelolaan Sampah Pasar Dwikora 1. Pewadahan Sampah

Perwadahan sampah adalah upaya yang dilakukan oleh pedagang di setiap

kios/loods yang dimasukkan ke tempat sampah (ember sampah, tong, keranjang,

kantung plastik). Pewadahan sampah merupakan faktor yang sangat penting

dalam kelancaran pelayanan dan merupakan tahap awal yang terkait langsung

dengan sumber sampah. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pedagang di

Pasar Dwikora belum memiliki tempat penyimpanan sampah yang memenuhi

syarat kesehatan. Tempat penyimpanan sampah yang dimiliki oleh pedagang

terbuat dari bambu, kardus, karung dan kantong plastik.

Menurut Chandra (2007) tempat penyimpanan sementara (tempat sampah)

yang digunakan harus memenuhi persyaratan seperti berikut ini: konstruksi harus

kuat dan tidak mudah bocor, memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori

tangan, dan ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang. Tempat

Penampungan Sementara (TPS) yang ada di Pasar Dwikora berjumlah 1 unit truk

Fuso (Dump truck) dan 1 kontainer. Jumlah TPS saat ini masih kurang dalam

menampung sampah. Menurut hasil pengamatan di lapangan, petugas kebersihan

juga menjadikan bahu Jalan Patuan Anggi tanpa wadah sebagai TPS sebelum

(32)

estetika karena bau tidak sedap. Menurut SNI No. 19-2454-2002, penyimpanan

sampah komunal sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber

sampah, tidak mengganggu pemakai jalan, di luar jalur lalu lintas, di ujung gang

kecil, di sekitar taman dan pusat keramaian dan ditempatkan jarak antar wadah

sampah.

Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang ada di Pasar Dwikora dalam

kondisi kurang baik. Semua TPS tersebut terlihat tidak memiliki tutup, dan belum

membedakan penyimpanan antara sampah organik dan anorganik. Akibatnya,

sampah terlihat berserakan disekitar TPS tersebut. Penangananan sampah yang

kurang baik dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan.

Menurut Slamet (2009), pengaruh sampah terhadap kesehatan memberikan

efek langsung dan tidak langsung. Efek langsung bagi kesehatan disebabkan oleh

sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan

penyakit. Sementara efek tidak langsung terjadi karena tercemarnya air, tanah, dan

udara akibat mikroba patogen, logam berat, dan zat lainnya yang berbahaya.

2. Pengumpulan Sampah

Pengumpulan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap tempat

sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan kemudian

membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) sebelum

diangkut/dibuang ke TPA. Proses pengumpulan sampah di Pasar Dwikora

dilakukan oleh pedagang dengan mengumpulkannya pada tempat penyimpanan

(33)

oleh petugas kebersihan pasar dengan mengangkut sampah tersebut ke TPS.

Pengumpulan sampah yang dilakukan saat ini menggunakan keranjang bambu

membuat petugas kebersihan sulit dalam bekerja. Jika PD Pasar menyediakan

gerobak sampah, petugas akan lebih mudah mengangkut sampah sehingga

pengumpulan lebih efektif dan efisien. Petugas pengumpul sampah yang ada di

Pasar Dwikora berjumlah 19 orang. Jumlah petugas pengangkut sampah sebanyak

19 orang dinilai masih kurang mampu untuk mengangkut sampah yang ada di

Pasar Dwikora karena mengingat luas cakupan wilayah sebesar 26.600 m2.

3. Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat pengumpulan

sampah dan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Untuk

mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara (TPS) ke tempat

pembuangan akhir (TPA), menggunakan truk diantaranya jenis dump truck dan

arm roll truck. Pengangkutan sampah merupakan faktor yang perlu dilakukan

sebagai upaya pemindahan sampah dari sumber agar tidak mengganggu

lingkungan akibat pencemaran yang ditimbulkan dari proses pembusukannya.

Pada daerah yang berilkim tropis seperti Indonesia dituntut frekuensi

pengangkutan yang lebih sering karena proses pembusukan sampah lebih cepat

terjadi (Tchobanoglous, 1993).

Frekuensi pengangkutan sampah pengangkutan sampah di Pasar Dwikora

sebanyak 2 kali pengangkutan dengan menggunakan 2 unit truk pengangkut

(34)

yang dihasilkan di Pasar Dwikora. Hal ini sesuai dengan SNI 3242-2008 yang

menyatakan bahwa pengangkutan dari TPS atau TPS terpadu atau wadah komunal

ke TPA frekuensinya dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada. Waktu

pengangkutan sampah di Pasar Dwikora dilakukan pada pukul 10.00 dan 18.00

WIB.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar berasumsi bahwa jumlah

sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora berjumlah 24m3.

4. Pembuangan Sampah

Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang untuk

dimusnahkan. Sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora akan diangkut ke tempat

penampungan akhir sampah (TPA). TPA Kota Pematangsiantar berada di wilayah

Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba. Jarak TPA dengan lokasi

pemukiman penduduk sekitar 2,5 Km.

Menurut Azwar (1990), jarak TPA yang sering dipakai sebagai pedoman

adalah sekitar 2 Km dari pemukiman penduduk, sekitar 15 km dari laut serta

sekitar 200 m dari sumber air bersih. Dapat disimpulkan bahwa TPA Tanjung

Pinggir Kota Pematangsiantar telah memenuhi syarat sebagai lokasi tempat

pembuangan akhir sampah karena jaraknya dengan pemukiman penduduk > 2,0

km. Teknologi pengolahan sampah di TPA Tanjung Pinggir menggunakan metode

controlled landfill (penimbunan terkendali). Sebelumnya Dinas Kebersihan Kota

Pematangsiantar menggunakan metode open dumping. Berdasarkan Peraturan

(35)

sampah sejenis sampah rumah tangga pasal 22, menyatakan bahwa pemrosesan

akhir sampah dilakukan dengan: metode lahan urug terkendali, metode lahan urug

saniter dan teknologi ramah lingkungan, maka Dinas Lingkungan Hidup Kota

Pematangsiantar saat ini telah menggunakan metode controlled landfill

(Penimbunan terkendali). Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu

metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan

ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap tujuh hari. (PP RI No.

81 Tahun 2012).

5.2. Partisipasi Pedagang

5.2.1 Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada 45,3% pedagang yang

tidak mempunyai tempat sampah. Pedagang yang tidak memiliki tempat sampah

sebagian besar adalah pedagang pakaian baju baru dan bekas. Pedagang beralasan

tidak mempunyai tempat sampah karena mereka tidak menghasilkan sampah

sebanyak pedagang sayur dan buah sehingga bisa dibuang di depan kios dan

menunggu petugas kebersihan mengangkut sampah. Hal ini akan memperbesar

biaya retribusi sampah. Menurut penelitian Gultom (2003) mengenai sistem

pengelolaan sampah di Pusat Pasar Pemko Medan, menyatakan bahwa 38,6%

tidak memiliki tempat sampah sehingga mempersulit jalannya upaya

pengumpulan dan tenaga penyapu yang banyak menyebabkan biaya pengelolaan

sampah akan ikut naik dan besar. Pihak pengelola pasar juga tidak menyediakan

tempat sampah di lorong-lorong pasar untuk mempermudah pedagang dan

(36)

No. 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat,

setiap kios/los/lorong tersedia tempat sampah basah dan kering.

Berdasarkan hasil penelitian ada 54,7% pedagang yang mempunyai tempat

sampah, seluruhnya disediakan sendiri oleh pedagang. Pada umumnya bentuk

tempat sampah pedagang di Pasar Dwikora adalah keranjang bambu, kardus,

karung, dan kantong plastik. Semua tempat sampah yang dimiliki oleh pedagang

tidak memenuhi syarat kesehatan karena tidak kedap air, tidak kuat, dan tidak

tertutup. Menurut Aswar (1996) syarat tempat sampah adalah kontruksi yang kuat

dan tidak mudah bocor untuk mencegah sampah berserakan, mudah diangkat,

memiliki tutup untuk mencegah agar sampah tidak menjadi sarang serangga dan

binatang pengerat seperti tikus.

Tempat sampah yang dimiliki pedagang seluruhnya tidak di pisahkan

antara sampah yang mudah membusuk dengan sampah yang tidak mudah

membusuk. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi dari pihak pasar tentang

pengelolaan sampah. Menurut SNI 19-2454-2002 perwadahan sampah dapat di

bagi menjadi sampah organik, anorganik dan sampah bahan berbahaya beracun

rumah tangga. Pemisahan sampah bertujuan untuk mempermudah dalam

pemusnahannya, (Candra, 2007).

Menurut hasil penelitian, 91,6% pedagang sudah memiliki peralatan

kebersihan untuk membersihkan kios masing-masing. Sebanyak 87,4% pedagang

memilih diam saja jika melihat pedagang lain tidak memiliki tempat sampah. Hal

(37)

Sebesar 88,4% pedagang lebih memilih menunggu petugas kebersihan menjemput

sampah jika tempat sampah mereka sudah penuh.

Secara umum, partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah

dalam kategori kurang baik. Sebaiknya PD pasar dapat segera melakukan

intervensi terhadap permasalahan ini. Menurut Chandra (2007), pengelolaan

sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat

perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus dan estetika

lingkungan menjadi kurang dipandang mata.

5.2.2 Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis sampah yang paling

banyak dibuang pedagang adalah sampah organik. Pedagang yang mempunyai

tempat sampah sering membuang sampah ke tempat sampah, sedangkan pedagang

yang tidak mempunyai tempat sampah mereka (45,3%) membuang sampahnya di

sembarangan tempat karena mereka menganggap sudah biasa dan akan ada

petugas kebersihan pasar yang membersihkannya setiap hari. Sikap pedagang jika

melihat ada yang membuang sampah di sembarang tempat 80,0% diam saja. Hal

ini disebabkan karena apabila di tegur maka akan terjadi pertengkaran dan

pembeli tidak akan singgah membeli barang dagangan pedagang. Dalam hal ini

pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah masih kurang. Menurut

penelitian Siahaan (2013) mengenai analisa sistem pengelolaan sampah dan

perilaku pedagang di Pasar Horas Kota Pematangsiantar menyatakan bahwa faktor

(38)

pendukung yang memungkinkan responden masih membuang sampah

sembarangan.

Secara umum, partisipasi pedagang dalam pembuangan sampah pada

kategori kurang baik (48,4%). Dengan upaya mewajibkan pedagang harus

memiliki tempat sampah dan edukasi tentang pengelolaan sampah yang baik

diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pedagang dalam pembuangan sampah

sehingga terwujud Pasar Dwikora yang bersih.

5.2.3 Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah

Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 93,7% dari pedagang membayar

retribusi untuk kebersihan pasar, hal ini menunjukkan bahwa tugas PD Pasar

dalam pengutipan retribusi sudah baik. Sebanyak 100% pedagang mengatakan

bahwa sampah yang mereka hasilkan setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan

pasar. Secara umum partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi dalam

kategori baik. PD Pasar harus lebih tegas kepada pedagang yang tidak membayar

retribusi agar pelaksanaan system pengelolaan sampah di Pasar Dwikora dapat

berjalan dengan baik.

Menurut Santi (2009) retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebagai

salah satu jenis retribusi jasa umum dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) sehingga masyarakat akan merasakan manfaatnya dan tentunya didukung

dengan kesadaran yang tinggi.

5.2.4 Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 83,2% pedagang mengetahui

(39)

tersebut. Pedagang yang tidak mengetahui adanya peraturan kebersihan sebagian

besar berada pada sisi utara Pasar Dwikora karena lokasi yang jauh dari sumber

suara mikrofon dan terdengar hanya samar-samar. Pihak pengelola pasar tidak ada

menerapkan peraturan kebersihan secara tertulis. Peraturan kebersihan di Pasar

Dwikora hanya disampaikan secara lisan melalui mikrofon dari dinas pasar dan

tidak ada sanksi yang diberikan pihak pengelola pasar jika melanggarnya. Hal ini

menyebabkan para pedagang tetap tidak membuang sampah pada tempat sampah

dan membuang sampah di sembarang tempat sehingga dapat mencemari

lingkungan dan menyulitkan pembeli dalam berbelanja. Hal ini didukung oleh

penelitian Daulay (2012) mengenai pelaksanaan pengelolaan sampah dan

partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement Pasar

Petisah Kota Medan menyatakan peraturan kebersihan di pasar petisah hanya

disampaikan secara lisan dan tanpa ada sanksi yang diberikan pihak pengelola

pasar. Hal ini menunjukkan karena tidak adanya peraturan secara tertulis dan

sanksi dari pihak pasar maka para pedagang membuang sampah tidak pada tempat

sampah dan hanya menumpuk sampah tersebut di depan kiosnya hal ini dapat

menjadi sarang vektor dan mengganggu estetika.

Menurut Sarudji (2010), sampah baik bentuk maupun baunya sudah

menimbulkan kesan tidak estetis dan terdapatnya onggokan sampah yang terkesan

tidak terkelola dengan baik akan memberikan nilai negatif bukan hanya ditilik dari

segi estetika, melainkan menjurus kepada kepribadian masyarakat yang

bersangkutan. Pengelola Pasar Dwikora tidak pernah melakukan penyuluhan

(40)

Secara umum, partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan dalam

kategori baik (74,7%). PD pasar dapat meningkatkan pengetahuan pedagang

tentang peraturan dan sistem pengelolaan sampah pasar dengan edukasi. Menurut

Zulkarnaini (2009) Dalam pelaksanaan sebuah kegiatan perlu adanya bimbingan

dan penyuluhan kepada anggota masyarakat untuk memahami seluk beluk sebuah

perencanaan pembangunan. Untuk memudahkan suatu program berjalan dengan

baik ada beberapa sarana media yang bisa dikerjakan, salah satunya adalah

dengan pembuatan pamflet dan leaflet yang disebarkan dengan sebaiknya.

Pemberian informasi kepada pedagang dapat mempermudah dalam mengelola

sampah Pasar Dwikora dan menambah wawasan pedagang tentang kebersihan

lingkungan.

5.3. Sistem Pengelolaan Sampah yang Disarankan di Pasar Dwikora

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengelolaan sampah yang

terdiri dari sistem perwadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan

sampah, dan pemusnahan/pengolahan sampah di Pasar Dwikora belum

memenuhi syarat kesehatan. Kondisi di lapangan ini sejalan dengan hasil

penelitian kepada responden yang meyatakan bahwa partisipasi pedagang tentang

penyediaan tempat sampah dan pembuangan sampah berada dalam kategori

kurang baik sehingga banyak sampah yang berserakan di lingkungan pasar. Dapat

dikatakan bahwa sebanyak 45,3% pedagang yang tidak memiliki tempat sampah

melakukan pembuangan sampah di sembarangan tempat. Berdasarkan analisa dari

peneliti, titik permasalahannya ada pada pewadahan sampah. Telah ada regulasi

(41)

menjelaskan bahwa pelaku usaha harus melakukan pengurangan sampah dengan

cara pembatasan timbulan sampah, mendaur ulang, dan memanfaatkan kembali.

Namun fakta di lapangan khusunya pada kegiatan perdagangan di Pasar Dwikora

belum melakukan usaha-usaha pengurangan sampah dan masih sangat

mengandalkan pembuangan sampah ke TPA. Masalah lain dalam penelitian ini

adalah masih rendahnya partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan

lingkungan di Pasar Dwikora. Pengelolaan sampah yang baik dapat dicapai

dengan memperhatikan hal-hal dibawah ini :

1. Pelaksana

Pihak pengelola pasar dan Dinas Lingkungan Hidup dapat bekerja sama

dalam mengatasi masalah kebersihan di pasar dengan membentuk tim kebersihan

di Pasar Dwikora seperti petugas kebersihan pasar, petugas pengumpul dan

pemilah sampah, dan pengangkut sampah. Selain itu juga dapat membentuk

sebuah tim pengelola sampah yang bertujuan untuk mengelola sampah yang ada

di pasar untuk membuat pupuk kompos dan pemanfaatan kembali sampah.

2. Sistem pengelolaan sampah

Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap

baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit

serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebarluasnya suatu

penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah

tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), dan

(42)

Berdasarkan hasil penelitian pengelolaan sampah di Pasar Dwikora perlu

diperbaiki secara keseluruhan, terutama pada perwadahan sampah. Pengelola

pasar sebaiknya mewajibkan setiap pedagang untuk memiliki tempat sampah.

Rencana teknik pengelolaan sampah di Pasar Dwikora yang memenuhi syarat

kesehatan yang dikembangkan oleh penulis sesuai dengan SNI 19-2454 Tahun

2002dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 5.1. Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan

Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan pengelolaan sampah di Pasar

Dwikora dapat di bagi beberapa tahap yaitu :

a. Tahap Perwadahan Sampah

Menurut Syafrudin dan Priyambada dalam Artiningsih (2008), persyaratan

(43)

diangkat serta ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat. Dalam

tahap ini pihak PD Pasar mewajibkan pedagang menyediakan tempat sampah di

setiap kios dan tempat sampah dipisahkan antara sampah yang mudah membusuk

dan sampah yang tidak mudah membusuk. Dalam mencapai hal tersebut, PD pasar

dapat menyediakan tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan yang harus

dibeli oleh setiap pedagang dengan memperhatikan nilai harga jual yang

sepantasnya. Hal ini dapat dilakukan karena PD Pasar Horas Jaya merupakan

pengelola kebersihan Pasar Dwikora. Pada tahap ini diedukasikan terus menerus

kepada pedagang maupun pembeli agar membuang sampah sesuai dengan jenis

sampah di tempat yang disediakan.

b. Tahap Pengumpulan/ Pemilahan Sampah

Tahap ini adalah proses pengumpulan sampah dari tempat sampah

pedagang ke lokasi pemilahan sampah. Lokasi pemilahan sampah harus strategis

dan dipilih tidak jauh dari lokasi pasar. Menurut SNI 19-2454 Tahun 2002, jenis

sampah yang terpilah dan bernilai ekonomi dapat dikumpulkan oleh petugas

secara terpisah. Pengumpulan dilakukan secara terpisah dengan gerobak sampah

dengan memisah sampah organik dengan anorganik. Agar pengumpulan sampah

dapat dilakukan dengan baik, maka perlu dilakukan pembagian kerja atau

tanggung jawab yang jelas bagi setiap petugas, disamping itu juga dilakukan

pengawasan oleh pegawai yang berwenang yang ada di lingkungan PD Pasar

Horas Jaya.

Proses pemilahan akan memisahkan antara sampah organik, anorganik,

(44)

pengomposan. Hasil pengolahan kompos dapat dijual di gerai kompos dan

tanaman yang ada di lingkungan pasar. Sampah anorganik dapat dijual ke

pedagang rongsokan dan bisa juga dijadikan barang-barang kerajinan tangan.

Sampah-sampah yang tidak dapat di daur ulang akan ditampung di TPS pasar

untuk diangkut ke TPA. Sampah yang diangkut ke TPA volumenya akan

berkurang karena sebelumnya telah dilakukan pengelolaan sampah di sumber

timbulan sampah tersebut.

c. Tahap Pengolahan

Pengolahan yang dimaksud disini adalah pemanfaatan kembali sampah

Pasar Dwikora. Sampah organik yang dihasilkan oleh Pasar Dwikora dapat diolah

menjadi pupuk kompos. Hal ini bertujuan agar sampah yang dihasilkan tersebut

bisa lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis sehingga selain mengurangi dampak

masalah sampah yang ditimbulkan dapat juga menjadi penghasilan tambahan bagi

pihak pengelola sebagaimana yang telah diterapkan di Pasar Bunder Sragen.

Namun saat ini, di Pasar Dwikora belum ada tindak upaya pengolahan maupun

pemanfaatan kembali yang dilakukan, hal ini terjadi akibat sumber daya manusia

pihak pengelola bagaimana menghasilkan atau mengolah sampah pasar yang ada.

Salah satu tindakan yang tepat dalam pengolahan sampah pasar ini adalah

dengan menjadikannya kompos karena sebagian besar sampah yang dihasilkan di

Pasar Dwikora adalah sampah organik. Menurut penelitian Ramadhani dan

Tarigan mengenai studi pengelolaan sampah pasar Kota Medan menyatakan,

menurut percobaan yang dilakukan di compos centre USU dalam satu kali

(45)

100 Kg sampel sampah Pasar Setia Budi Medan. Semakin banyak sampah organik

pada suatu pasar, maka potensi kompos yang dihasilkan akan semakin banyak

pula. Pihak PD Pasar Horas Jaya dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah

terkait untuk membantu dalam peningkatan kemampuan dalam mengolah sampah

menjadi pupuk kompos.

Disamping pengolahan sampah organik, dapat pula dilakukan pengolahan

sampah anorganik, dalam hal ini dapat dilakukan dalam bentuk daur ulang

maupun pemanfaatan kembali bahan-bahan yang masih layak dipakai dan jika

tidak dapat dimanfaatkan, sampah dapat ditampung di TPS.

d. Tahap Pengangkutan Sampah

Tahap ini adalah tahap pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat

Penampungan Akhir sampah dengan menggunakan truk kontainer. Truk juga

harus memiliki tutup agar sampah tidak berserakan ketika dalam perjalanan

menuju ke TPA. Dengan berkurangnya jumlah sampah di sumber sampah, jumlah

armada truk dan biaya operasional sampah lainnya dapat berkurang sehingga

dapat membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sesuai dengan

tujuan berdirinya PD Pasar Horas Jaya.

3. Partisipasi Pedagang

Selain pengelolaan sampah yang memenuhui syarat kesehatan, partisipasi

pedagang juga diperlukan dalam mengatasi permasalahan sampah di Pasar

Dwikora. Untuk itu, PD Pasar Horas Jaya dapat memberikan edukasi kepada para

pedagang tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah

(46)
(47)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Jenis sampah yang dihasilkan Pasar Dwikora lebih banyak sampah organik

dari pada sampah anorganik.

2. Tempat Penyimpanan sampah yang dimiliki oleh Pedagang di Pasar Dwikora

berupa keranjang sampah yang terbuat dari bambu, kardus, karung dan

kantong plastik.

3. Pengumpulan sampah dilakukan oleh pedagang dimasing-masing kios/los

mereka kemudian petugas kebersihan PD Pasar Dwikora Jaya mengangkutnya

dari kios/los pedagang ke TPS yang ada di Pasar Dwikora.

4. Pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan dari PD Pasar Horas

Jaya dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar dengan mengangkut

sampah dari TPS menuju ke TPA. Periode pengangkutan sebanyak 2 kali

dengan menggunakan 2 truk pengangkut berkapasitas 7 m3 (truk besar) dan 5

m3 (truk sedang).

5. Struktur organisasi PD Pasar Dwikora Jaya berdasarkan Peraturan Walikota

Nomor 8 tahun 2015. Dasar hukum pembiayaan pasar berdasarkan Keputusan

Walikota Pematangsiantar Nomor 900/344/IV/WK-Tahun 2016 tentang Tarif

Pelayanan Pasar pada PD Pasar Horas Jaya.

6. Sebagian besar responden di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar berjenis

(48)

usaha pedagang terbanyak di Pasar Dwikora adalah pedagang sayur dan buah

30,0%. Pendidikan pedagang di Pasar Dwikora rata-rata tamatan SMA 63,2%.

7. Secara umum partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah pada

kategori kurang baik 50 orang (52,6%), partisipasi pedagang dalam

pembuangan sampah pada kategori kurang baik 49 orang (51,6%), partisipasi

pedagang dalam pembayaran retribusi pada kategori baik 95 orang(100%),

dan partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan pada kategori baik 71

orang (74,7%).

6.2. Saran

1. Kepada Direktur Utama PD Pasar Horas Jaya agar dapat menyediakan tempat

penampungan sampah di dalam lingkungan pasar agar pembeli dan penjual

dapat membuang sampah, menyediakan gerobak sampah agar petugas

kebersihan dapat bekerja dengan efektif dan efisien, dan menyediakan

menambah jumlah TPS yang memenuhi syarat kesehatan.

2. Kepada Direktur Utama PD Pasar Horas Jaya agar senantiasa memberikan

informasi mengenai prosedur pengelolaan sampah yang baik kepada pedagang

agar terbentuk sinergis yang baik dalam menjaga lingkungan pasar yang

bersih.

3. Kepada Direktur Utama PD Pasar Horas Jaya disarankan agar mengolah

sampah organik yang dihasilkan Pasar Dwikora menjadi pupuk kompos agar

sampah dapat bernilai ekonomis dan mengurangi pencemaran lingkungan.

4. Kepada Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar agar dapat membuat

(49)

sembarangan untuk dapat memberikan efek jera bagi pelakunya dan

memberikan penghargaan bagi masyarakat yang mengindahkan peraturan

tersebut.

5. Kepada pedagang di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar agar dapat

menyediakan wadah penyimpanan sampah yang sesuai dengan syarat

kesehatan dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakannya dalam

Gambar

Tabel 4.1. Kondisi Gedung di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun
Gambar 4.1.
Tabel 4.3. Besaran Biaya Retribusi Bagi Pedagang di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017
Tabel 4.2. Kondisi Tempat Penyimpanan Sampah yang dimiliki oleh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selama Penulis menjadi mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, penulis pernah menjadi Bendahara Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan pada tahun 2013,

Dalam penelitian ini akan dibuat suatu sistem informasi penjualan arloji berbasis web pada CV.Sinar Terang – Semarang dengan menggunakan sofware pendukung Macromedia

Keikutsertaan anak dalam kegiatan di PAUD diharapkan mendapatkan stimulasi yang tepat, serta kemampuan aktual dan keterampilan yang dituntut ada pada diri anak sewaktu masuk

Keadilan restoratif merupakan suatu proses diversi dimana semua pihak yang terlibat dalam suatu tindak pidana tertentu bersama-sama memecahkan masalah, menciptakan

Analisis angket tertutup dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi hasil observasi partisipatif dan wawancara serta untuk melengkapi seluruh tanggapan peserta

Hasil Analisa gugus fungsi diukur dengan Fourier Transform Infra-Red (FT-IR) menunjukkan adanya serapan gugus C-H pada bilangan gelombang 2900 cm -1.. Pada bilangan

Berdasarkan hasil dapatan kajian telah menyokong teori perkembangan moral Korlbergh, yang telah dikembangkan oleh Lickhona (1991), beliau menjelaskan bahawa