BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan
cara observasi dan wawancara, bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
sistem pengelolaan sampah di Pasar Dwikora kota Pematangsiantar.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Adapun
alasan penulis memilih lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah karena
belum pernah dilakukan penelitian tentang sistem pengelolaan sampah dan
partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan yang bersih di Pasar Dwikora
Kota Pematangsiantar, serta kondisi pasar masih buruk, seperti masih banyak
sampah yang berserakan dan menimbulkan bau yang tidak sedap serta belum
adanya sarana dan prasarana yang memadai dalam mengelola sampah.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2017, mulai dari
pengambilan dan pengumpulan data serta mempelajari sistem pengelolaan
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pedagang yang berjualan di Pasar
Dwikora Kota Pematangsiantar yang berjumlah 2.099 orang. Pasar Dwikora
memiliki 637 kios, 856 los, dan 7 balerong yang terdiri dari 606 lapak.
3.3.2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sebagian dari populasi
pedagang Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan berdasarkan pada rumus Slovin(Notoatmodjo, 2002), sebagai patokan
untuk menentukan ukuran sampel minimal yang harus diambil, yaitu:
n
Dimana: n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan (0,1)
Sehingga : n
n
=
95,45 atau,n
=
95 orangSampel diambil dengan metode Stratified Random Sampling yaitu suatu
metode pengambilan sampel dimana populasi yang bersifat heterogen dibagi-bagi
dalam lapisan-lapisan (strata) yang saling pisah tuntas dan dari setiap strata dapat
Menurut Sugiono (2000), karena populasi berstrata, maka sampelnya juga
berstrata. Stratanya menurut kelompok pedagang. Dengan demikian
masing-masing sampel untuk kelompok harus proporsional sesuai dengan populasi. Jadi
jumlah sampelnya adalah sebagai berikut:
Dalam penelitian ini, penulis juga memperoleh data atau informasi dari
Kepala Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar dan Kepala Dinas Lingkungan
Hidup Kota Pematangsiantar dengan menggunakan kuesioner.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan dan
berjualan di Pasar Dwikora, serta wawancara dengan PD Pasar Horas Jaya dan
Dinas Lingkungan Hidup kota Pematangsiantar.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari data yang ada di Perusahaan Daerah Pasar
Horas Jaya dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar serta instansi
pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5. Defenisi Operasional
1. Sistem pengelolaan sampah adalah seluruh kegiatan yang dimulai dari
pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan sampah,
pembuangan sampah yang dilaksanakan di Pasar Dwikora yang dilakukan
oleh petugas kebersihan dan pengelola pasar.
2. Jenis sampah adalah macam atau sifat sampah yang terbagi dua yaitu sampah
organik dan anorganik yang dihasilkan pasar.
3. Perwadahan sampah adalah upaya yang dilakukan oleh pedagang di setiap
kios/loods yang dimasukkan ke tempat sampah (ember sampah, tong,
keranjang, kantung plastik).
4. Pengumpulan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap tempat
sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan kemudian
membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) sebelum
5. Pengangkutan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat
pengumpulan sampah dan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
6. Pembuangan dan pengolahan sampah adalah kegiatan pemusnahan atau
pembuangan sampah di tempat penampungan akhir dan kemudian diolah di
TPA.
7. Tenaga pengelola adalah orang yang khusus bekerja dalam mengelola sampah
pasar.
8. Aspek kelembagaan adalah bentuk kelembagaan yang bertanggung jawab
terhadap pengelola sampah pasar.
9. Aspek pembiayaan adalah biaya pengelolaan sampah pasar yang bersumber
dari retribusi/jasa pelayanan berdasarkan Peraturan daerah/Keputusan Kepala
daerah.
10.Partisipasi pedagang adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri
dalam menjaga kebersihan lingkungan serta usaha keberhasilan pengelolaan
sampah yang terdiri dari: penyediaan tempat sampah, pembuangan sampah,
pembayaran retribusi, dan peraturan kebersihan.
11.Penyediaan tempat sampah adalah keikutsertaan pedagang dalam kepemilikan
tempat sampah untuk menciptakan lingkungan pasar yang bersih
12.Pembuangan sampah adalah keikutsertaan pedagang dengan kesadaran sendiri
dalam hal membuang sampah pada tempatnya dan menjaga kebersihan
13.Pembayaran retribusi adalah keikutsertaan pedagang dalam pembayaran iuran
kebersihan pasar yang dikutip oleh pihak Pengelola Pasar.
14.Peraturan kebersihan adalah peraturan yang diterapkan oleh pihak pengelola
pasar untuk menjaga kebersihan pasar.
15.Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat yaitu sampah tidak berserakan
dimana-mana, tempat-tempat sampah tersedia dengan cukup, sampah yang
terkumpul dibuang tepat pada waktunya dan tidak menjadi sarang lalat dan
tempat berkembangbiaknya binatang pengganggu lainnya.
3.6 Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran berupa kuesioner yang ditujukan kepada responden,
yaitu pedagang di Pasar Dwikora yang berkaitan dengan partisipasi pedagang
untuk menciptakan lingkungan bersih di pasar.
3.6.1 Observasi Sistem Pengelolaan Sampah Pasar
a. Perwadahan sampah
Untuk menilai penyimpanan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
Memenuhi syarat :
- Apabila tempat sampah yang dipakai kedap air,
- Tidak mudah dilobangi tikus, rata bagian dalam/halus,
- memiliki tutup,
- mudah diisi dan dikosongkan serta mudah dibersihkan.
Tidak memenuhi syarat :
- Apabila tempat sampah yang dipakai tidak kedap air,
- Tidak mempunyai tutup,
- Hanya berupa tumpukan biasa dan mudah berserakan
b. Pengumpulan sampah
Untuk menilai pengumpulan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
Memenuhi syarat :
- Apabila terdapat peralatan pengumpulan dan peralatan tidak bocor/rusak,
- Frekuensi pengumpulan 1 hari sekali,
- Mempunyai petugas pelaksana yang tetap,
- Dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah
membusuk,
- Semua sampah terkumpul dari setiap kios/loods dan tidak ada sisa,
- TPS mudah untuk memasukkan/mengosongkan sampah dan tidak mudah
berserakan,
- TPS dilengkapi tutup,
- Jauh dari penjaja makanan,
- TPS tidak terlalu penuh oleh sampah, sampah tidak berserakan, dan TPS
tidak menimbulkan bau.
Tidak memenuhi syarat :
- Apabila tidak terdapat peralatan pengumpulan, peralatan bocor/rusak,
- Frekuensi pengumpulan 3 hari sekali,
- Tidak mempunyai petugas pelaksana yang tetap,
- Tidak dibedakan tempat sampah yang mudah membusuk dan tidak mudah
- Banyak sampah yang tidak terkumpul dari kios/loods,
- Hanya berupa tumpukan biasa, mudah berserakan, menyulitkan untuk
mengangkut,
- Dekat dengan penjaja makanan
- Tumpukan sampah melebihi daya tampung TPS, sampah berserakan dan
menimbulkan bau.
c. Pengangkutan sampah
Untuk menilai pengangkutan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
Memenuhi syarat :
- Apabila sampah yang ada di TPS terangkut habis semuanya setiap hari,
- Frekuensi pengangkutan ke TPA 1 hari sekali,
- Truk pengangkut sampah memiliki tutup
Tidak memenuhi syarat :
- Apabila sampah yang ada di TPS tidak terangkut habis semuanya setiap
hari,
- Frekuensi pengangkutan ke TPA 3 hari sekali,
- Truk pengangkut sampah tidak memiliki tutup.
d. Pembuangan dan pengolahan sampah
Untuk menilai pengolahan sampah digunakan kriteria sebagai berikut:
Memenuhi syarat :
Apabila pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan
pupuk dan proses pematangan pupuk tidak merupakan tempat perindukan
Tidak memenuhi syarat :
Apabila pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan
pupuk dan proses pematangan pupuk terdapat tempat perindukan serangga
dan binatang pengerat serta tidak memperhatikan prinsip estetika.
3.6.2. Partisipasi Pedagang
Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur partisipasi pedagang
di Pasar Dwikora adalah dengan menggunakan skala Guttman. Berdasarkan
jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu :
a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari seluruh
skor yang ada.
b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50% dari
skor yang ada.
a. Penyediaan Tempat Sampah
Untuk Penyediaan tempat sampah responden diukur dengan 6 pertanyaan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;
- jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;
Sehingga diperoleh skor tertinggi = 6. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan
kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari
seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 3.
b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%
b. Pembuangan Sampah
Untuk pembuangan sampah responden diukur dengan 5 pertanyaan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;
- jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;
Sehingga diperoleh skor tertinggi = 5. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan
kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari
seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 3.
b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%
dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 3.
c. Pembayaran Retribusi Kebersihan
Untuk pembayaran retribusi kebersihan responden diukur dengan 2
pertanyaan, dengan ketentuan sebagai berikut :
- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;
- jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0.
Sehingga diperoleh skor tertinggi = 2. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan
kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari
seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 1.
b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%
d. Peraturan Kebersihan
Untuk peraturan kebersihan responden diukur dengan 4 pertanyaan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
- jika responden menjawab “a”, maka akan mendapatkan skor = 1;
- jika responden menjawab “b”, maka akan mendapatkan skor = 0;
Sehingga diperoleh skor tertinggi = 4. Selanjutnya dikategorikan atas baik dan
kurang baik dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Kategori baik adalah apabila responden mendapat nilai ≥ 50% dari
seluruh pertanyaan atau memperoleh skor ≥ 2.
b. Kategori kurang baik adalah apabila responden mendapat nilai < 50%
dari seluruh pertanyaan atau memperoleh skor yang < 2.
3.7 Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan tabel distribusi frekuensi
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Pasar Dwikora merupakan salah satu pasar terbesar yang ada di Kota
Pematangsiantar selain Pasar Horas. Lokasi pasar terletak di sisi Jalan Patuan
Anggi, sisi Jalan Patuan Nagari, sisi Jalan T. B. Simatupang, dan sisi Jalan
Mufakat Kecamatan Siantar Utara Kota Pematangsiantar. Luas area Pasar
Dwikora keselururannya adalah 26.600 m2.
Pada tanggal 20 Oktober 2014, terbentuklah Perusahaan Daerah Pasar
Horas Jaya. Pasar Dwikora yang sebelumnya dikelola oleh Dinas Pasar Kota
Pematangsiantar diserahkan menjadi aset P.D. Pasar Horas Jaya Kota
Pematangsiantar pada tanggal 19 Desember 2015.
Bangunan pasar terdiri dari ruko, kios, los, dan bangunan hanya memiliki
1 (satu) tingkat lantai bangunan. Jumlah pedagang dalam Pasar Dwikora sebanyak
2.099 pedagang. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1. Kondisi Gedung di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017
No. Tempat Berdagang Jumlah
1. Kios 637
2. Los 856
3. Balerong 606
Jumlah 2.099
4.2. Gambaran Pengelolaan Sampah di Pasar Dwikora 4.2.1. Jenis Sampah yang Dihasilkan Pasar Dwikora
Sampah yang dihasilkan dari aktivitas pedagang dan pembeli di Pasar
Berdasarkan jumlah sampah yang dihasilkan pasar setiap harinya, jumlah
sampah organik lebih banyak apabila dibandingkan dengan jumlah sampah
anorganik. Menurut asumsi dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar,
jumlah sampah yang dihasilkan oleh Pasar Dwikora sebanyak 24m3 dengan
banyaknya sampah organik sekitar 70% dan sampah anorganik sekitar 30%.
Sampah organik berasal dari sisa-sisa makanan, sayuran, kulit buah, dan
dedaunan. Sampah anorganik berasal dari botol-botol plastik, kaleng-kaleng, kaca,
dan besi.
4.2.2. Aspek Kelembagaan
Adapun tujuan dan maksud pendirian Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya
Kota Pematangsiantar adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan lingkup usahanya.
2. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3. Turut serta melaksanakan pembangunan daerah dan menunjang kebijakan
program pemerintah dalam pelayanan umum di bidang ekonomi.
4. Pembangunan di bidang pengelolaan pasar serta dibidang usaha barang dan
jasa yang berkaitan dengan pengelolaan pasar dengan menerapkan
prinsip-prinsip manajemen perusahaan yang baik.
5. Memanfaatkan sumber daya dan asset yang dimiliki perusahaan daerah guna
meningkatkan produktifitas barang dan jasa yang bermutu tinggi.
6. Memanfaatkan sumber daya local yang dihasilkan masyarakat kota
Pematangsiantar dan hinterland-nya guna meningkatkan nilai tambah barang
Menurut Peraturan Walikota Nomor 8 tahun 2015, hirarki struktur
organisasi dan tata kerja PD Pasar Horas Jaya adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PD Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar
Hasil analisa kelayakan tahun 2014 menyatakan, untuk mencapai tujuan
dan maksud diatas, Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar
dapat melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
a. Melakukan perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, dan/atau mengelola
infrastruktur pasar dan fasilitas pendukung pasar.
c. Membantu menciptakan stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan
jasa.
d. Melakukan kerja sama dengan pihak ketiga yang bersifat membangun kepada
para pihak.
e. Melaksanakan upaya pemberdayaan pedagang pasar tradisional.
f. Melakukan usaha perdagangan barang dan jasa professional berskala pasar
semi modern dan modern.
g. Melakukan usaha lain dan penyertaan modal pada badan usaha lain, yang
tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan didirikannya Perusahaan
Daerah.
h. Perusahaan Daerah dapat mengembangkan usahanya dengaan membentuk
cabang, unit-unit usaha dan perwakilan serta anak perusahaan yang berbentuk
hukum Perseroan Terbatas(PT).
Sub-bagian kebersihan memiliki tugas antara lain sebagai berikut:
1. Melaksanakan koordinasi dengan Kepala Pasar menyangkut kebersihan di
pasar.
2. Mewujudkan dan menjaga kebersihan lingkungan kantor, fasilitas pasar, dan
aset perusahaan.
3. Melaksanakan kebersihan dan keindahan pasar dengan mengikutsertakan
pedagang
4. Membuat registrasi buruh, supir dan angkutan sampah dan rekapitulasi gaji
kernet truk kebersihan
6. Membuat laporan bulanan jadwal pengangkutan sampah, volume sampah serta
kendala dalam melaksanakan pekerjaan pelayanan kebersihan kepada kepala
bagian keamanan, ketertiban, dan kebersihan.
7. Memberi saran kepada atasan sesuai bidang tugasnya dan melaksanakan tugas
lain yang diperintahkan kepala bagian .keamanan, ketertiban, dan kebersihan. 4.2.3. Aspek Pembiayaan
Berdasarkan Keputusan Walikota Pematangsiantar Nomor
900/344/IV/WK-Tahun 2016 tentang Tarif Pelayanan Pasar pada PD Pasar Horas
Jaya , maka PD Pasar Horas Jaya melakukan pemungutan atau penagihan kepada
setiap pedagang yang berjualan di Pasar Dwikora setiap bulan. Adapun besaran
biaya yang dibebankan kepada pedagang Pasar Dwikora adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Besaran Biaya Retribusi Bagi Pedagang di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017
No. Jenis Kios/Los Nama Retribusi Bulanan (Rp)
4.2.4. Operasional Pengelolaan Sampah Pasar Dwikora 1. Penyimpanan Sampah
Pedagang di Pasar Dwikora sebagian besar tidak memiliki tempat
penyimpanan sampah di masing - masing kios/los pedagang sehingga sampah
terlihat berserakan di sekitar tempat berjualan. Pedagang yang tidak memiliki
tempat penyimpanan sampah tersebut didominasi oleh pedagang sayur dan buah.
keranjang sampah yang terbuat dari bambu, kardus, karung dan kantong plastik.
Berikut gambaran kondisi tempat penyimpanan sampah yang dimiliki oleh
pedagang di Pasar Dwikora:
Tabel 4.2. Kondisi Tempat Penyimpanan Sampah yang dimiliki oleh Responden di Pasar Dwikora Tahun 2017
No. Tempat Penyimpanan
3. Telah memisahkan sampah
organik dan anorganik 0 0 95 100 95 100
Dalam penyediaan tempat penyimpanan sampah di masing- masing
kios/los, pedagang diwajibkan menyediakan tempat penyimpanan sampahnya
sendiri oleh pihak PD Pasar. PD Pasar telah memiliki Tempat Penampungan
Sementara (TPS) sebanyak 1 truk Fuso (Dump Truck) dan Dinas Lingkungan
Hidup menyediakan TPS sebanyak 1 kontainer. TPS milik PD Pasar berada pada
sisi selatan pasar yakni di jalan T. B. Simatupang dan kontainer Dinas
Lingkungan Hidup berada pada sisi utara pasar yakni Jalan Patuan Nagari dan
pada sisi timur pasar yakni Jalan Mufakat. Ketiga kontainer tidak memiliki tutup
atau terbuka.
2. Pengumpulan Sampah
Sampah yang dihasilkan oleh pedagang kemudian dikumpulkan dengan
cara mengumpulkannya pada tempat penyimpanan sampah yang ada di kios/los
para pedagang. Sampah yang telah terkumpul tersebut akan dipindahkan oleh
petugas kebersihan PD Pasar dengan mengangkutnya dari kios/los pedagang ke
Dwikora berjumlah 21 orang. Alat yang digunakan petugas kebersihan berupa
sapu lidi, pengki, dan keranjang bambu.
Pemindahan sampah yang dilakukan oleh petugas kebersihan pasar
sebanyak 2 kali dalam sehari. Waktu pengumpulan dibagi dalam 2 shift kerja,
yakni pukul 06.00 – 14.00 dan pukul 14.00 – 18.00 WIB.
3. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah dilakukan dengan cara mengangkut sampah dari
TPS ke TPA. Pengangkutan sampah ini dikerjakan oleh petugas kebersihan dari
Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar dan dibantu juga oleh petugas
kebersihan PD Pasar. Frekuensi pengangkutan sampah dilakukan sebanyak 2 kali
dalam sehari. Waktu pengangkutan dilakukan pada pukul 10.00 dan 18.00 WIB.
Untuk lokasi di Pasar Dwikora, Dinas Lingkungan Hidup Kota
Pematangsiantar mengoperasikan truk pengangkut sampah sebanyak 1 unit yaitu 1
truk Colt Diesel (arm-roll). Kapasitas dari truk besar (Fuso) mampu mengangkut
sampah sebanyak 7 m3 sedangkan truk sedang (Colt diesel) mampu mengangkut
sampah sebanyak 5 m3. Jumlah pengangkutan dari TPS ke TPA untuk wilayah
Pasar Dwikora sebanyak 2 kali dalam sehari.
Jumlah sampah yang dihasilkan dari aktivitas yang ada di Pasar Dwikora
diasumsikan oleh Dinas Lingkungan Hidup berjumlah 24 m3 per hari.
4. Pembuangan Sampah
PD Pasar telah menyediakan bak permanen berukuran 2m x 1,5m untuk
pemanfaatan kembali sampah organik menjadi pupuk kompos. Namun karena
Sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora semuanya diangkut ke tempat
penampungan akhir sampah (TPA). Kota Pematangsiantar memiliki TPA yang
berada di wilayah Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba. Adapun
nama dari TPA ini adalah TPA Tanjung Pinggir. TPA Tanjung Pinggir memiliki
luas ± 2 Ha.
Pengolahan sampah di TPA Tanjung Pinggir menggunakan metode
controlled landfill (penimbunan terkendali). Controlled landfill adalah sistem
open dumping yang diperbaiki, dibuat barisan dan lapisan setiap harinya dan
dipadatkan dengan menggunakan buldoser. Setelah sampah tersebut rata dan
padat, timbunan sampah kemudian ditutup dengan tanah setiap 5-7 hari. Namun,
dikarenakan oleh keterbatasan biaya, penutupan sampah dengan tanah hanya
dilakukan sekali dalam sebulan.
Petugas Operasional yang bekerja di TPA berjumlah 9 orang. Adapun
tugas dari masing-masing petugas adalah sebagai berikut: 2 orang bertugas
sebagai operator, 6 orang petugas kebersihan (menyapu, membersihkan peralatan,
mencatat truk yang masuk), dan 1 orang jaga malam.
4.3. Karakteristik Responden di Pasar Dwikora
Berdasarkan tabel 4.7 di bawah dapat dijelaskan bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 60 orang (63,2%). Pada
umumnya responden berumur lebih dari 35 tahun yaitu sebanyak 74 orang
(77,9%). Pendidikan responden sebagian besar tamat SMA sebanyak 60 orang
sebanyak 28 orang(29,5%). Jenis dagangan yang dijual oleh pedagang sebagian
besar adalah sayur dan buah yaitu sebanyak 29 orang (30,5%).
Tabel 4.4. Karakteristik Responden di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar Tahun 2017
4.4. Partisipasi pedagang
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para
pedagang maka partisipasi yang dilakukan pedagang dalam menciptakan
lingkungan bersih di Pasar Dwikora dapat dilihat secara rinci yang disajikan
dalam bentuk tabel.
4.4.1. Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada para pedagang
tentang Penyediaan Tempat Sampah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Hasil wawancara partisipasi pedagang tentang penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora
No. Penyediaan Tempat Sampah Jumlah (Pedagang)
4. Pedagang wajib menyediakan tempat sampah sendiri
a. Ya 72 75,8
b. Tidak 23 24,2
Jumlah 95 100
5. Tindakan jika pedagang lain tidak memiliki tempat sampah
a. Menegur dan mengajak menyediakan
tempat sampah 12 12,6
b. Membiarkan 83 87,4
Lanjutan Tabel 4.5.
6. Tindakan jika tempat sampah penuh
a. Membuang ke TPS 11 11,6
b. Menunggu Petugas 84 88,4
Jumlah 95 100
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa ada 52 pedagang
(54,7%) mempunyai tempat sampah dan 43 pedagang (45,3%) tidak mempunyai
tempat sampah. Pendapat pedagang tentang letak tempat sampah seharusnya di
setiap kios/los pedagang, WC umum dan mushala ada 70 pedagang (73,7%) dan
yang menjawab tidak tahu ada 25 pedagang (26,3%). Pedagang yang memiliki
peralatan kebersihan ada sebanyak 87 pedagang (91,6%) dan yang tidak memiliki
peralatan kebersihan sebanyak 8 pedagang (8,4%). Pedagang yang setuju dengan
peraturan bahwa pedagang wajib menyediakan tempat sampah sendiri ada
sebanyak 72 pedagang (75,8%) dan yang tidak setuju ada sebanyak 23 pedagang
(24,2%). Tindakan menegur dan mengajak menyediakan tempat sampah jika
pedagang lain tidak memiliki tempat sampah ada sebanyak 12 pedagang (12,6%)
dan yang memilih membiarkannya ada 83 pedagang (87,4). Tindakan membuang
sampah ke TPS jika tempat sampah penuh ada sebanyak 11 pedagang dan yang
memilih untuk menunggu petugas menjemput sampah ada sebanyak 84 pedagang
(88,4%).
Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora
Tabel 4.6. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan penyediaan tempat
Berdasarkan Tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang
dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora berada pada kategori baik
yaitu 45 orang (47,4%), kategori kurang baik yaitu 50 orang (52,6%). Secara
keseluruhan partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar
Dwikora berada pada kategori kurang baik.
4.4.2. Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para
pedagang tentang pembuangan sampah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang pembuangan sampah di Pasar Dwikora
No. Pembuangan Sampah Jumlah
(Pedagang) Persen (%) 1. Membersihkan kios sebelum dan
sesudah berjualan setiap hari
b. Sering/kadang-kadang 39 41,1
Jumlah 95 100
3. Sikap jika melihat orang membuang sampah sembarang tempat
a. Menegur langsung 19 20,0
b. Diam saja 76 80,0
Lanjutan Tabel 4.7.
4. Jika tidak memiliki tempat sampah, dimana membuang sampah
a. Mengumpulkan di sudut kios 40 42,1
b. Sembarang tempat 55 57,9
Jumlah 95 100
5. Usaha membantu menjaga kebersihan lingkungan pasar
a. Menjaga dan tidak membuang
sampah di sembarang tempat 48 50,5
b. Membayar retribusi kebersihan tepat
waktu 47 49,5
Jumlah 95 100
Berdasarkan Tabel 4.7 diatas, pedagang yang selalu membersihkan kios
sebelum dan sesudah berdagang setiap hari ada sebanyak 89 pedagang (93,7%)
mengumpulkan di sudut kios dan ada 55 orang (57,9%) membuang sampahnya di
sembarangan tempat. Usaha yang dilakukan pedagang untuk membantu pihak
pasar menjaga kebersihan dengan cara menjaga dan tidak membuang sampah di
sembarang tempat ada 48 orang (50,5%) dan ada 47 orang (49,5%) memilih
membayar retribusi kebersihan tepat waktu.
Partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora
Tabel 4.8. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan pembuangan sampah
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang
dalam penyediaan tempat sampah di Pasar Dwikora berada pada kategori baik
yaitu 46 orang (48,4%) dan kategori kurang baik yaitu 49 orang (51,6%). Secara
keseluruhan partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah di pasar
Dwikora berada pada kategori kurang baik.
4.4.3. Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para
pedagang tentang pembayaran retribusi sampah dapat diketahui sebagai berikut :
Tabel 4.9. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang Pembayaran Retribusi Sampah di Pasar Dwikora.
No. Pembuangan Sampah Jumlah
(Pedagang) Persen (%) 1. Pengangkutan sampah dari kios
a. Ada 95 100
b. Tidak 0 0
Jumlah 95 100
2. Membayar retribusi untuk pengelolaan sampah
Partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi di Pasar Dwikora dapat
dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.10. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan pembayaran retribusi di Pasar Dwikora
Berdasarkan Tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang
dalam penyediaan tempat sampah di pasar Dwikora berada pada kategori baik.
4.4.4. Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan
Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada para
pedagang tentang peraturan kebersihan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11. Hasil kuesioner partisipasi pedagang tentang peraturan kebersihan di Pasar Dwikora.
No. Peraturan Kebersihan Jumlah
(Pedagang) Persen (%) 1. Ada atau tidak peraturan kebersihan
Pasar
a. Ada 79 83,2
b. Tidak 16 16,8
Jumlah 95 100
2. Mengetahui isi peraturan kebersihan Pasar
a. Tahu 67 70,5
b. Tidak Tahu 28 29,5
Jumlah 95 100
3. Sikap terhadap peraturan kebersihan Pasar
a. Mematuhi dan bersedia dikenakan
sanksi jika melanggar 59 62,1
b. Tidak Tahu 36 37,9
Lanjutan Tabel 4.11.
4. Petugas pasar menyampaikan informasi menjaga kebersihan
a. Pernah 76 80,0
b. Tidak Pernah 19 20,0
Jumlah 95 100
Berdasarkan Tabel 4.10. diatas dapat diketahui bahwa 79 pedagang
(83,2%) mengatakan ada peraturan kebersihan yang diterapkan pihak pengelola
pasar dan 16 pedagang (16,8%) mengatakan tidak ada peraturan kebersihan di
pasar. Pedagang yang mengetahui isi peraturan kebersihan ada sebanyak 67
pedagang (70,5%) dan yang tidak mengetahui ada sebanyak 28 pedagang (29,5%).
Jika ada peraturan kebersihan ada 59 pedagang (62,1%) akan mematuhi peraturan
dan 36 pedagang (37,9%) menjawab tidak ada. Hasil wawancara dari 95 orang
pedagang, ada 76 orang (80,0%) yang pernah mendapat informasi tentang
kebersihan pasar dan 19 pedagang (20,0%) tidak pernah mendapatkan informasi
tentang kebersihan pasar.
Partisipasi pedagang dalam Peraturan kebersihan di Pasar Dwikora dapat
dilihat pada Tabel 4.11 berikut ini:
Tabel 4.12. Distribusi partisipasi pedagang berdasarkan peraturan kebersihan di Pasar Dwikora
Berdasarkan Tabel 4.11 diatas dapat dilihat bahwa partisipasi pedagang
dalam peraturan kebersihan di Pasar Dwikora berada pada kategori baik yaitu 71
keseluruhan partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan di Pasar Dwikora
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pengelolaan Sampah di Pasar Dwikora
5.1.1. Jenis Sampah yang Dihasilkan Pasar Dwikora
Sampah Pasar Dwikora dapat dikelompokkan menjadi sampah organik dan
anorganik. Sampah organik lebih banyak dihasilkan dibandingkan dengan jumlah
sampah anorganik karena sebagian besar pedagang didominasi oleh pedagang
sayur dan buah. Di Pasar Dwikora pemilahan antara sampah organik dan
anorganik belum dilakukan oleh pedagang. Pengelolaan sampah yang baik harus
sesuai dengan syarat kesehatan, yaitu memilah sampah organik dan anorganik.
Sampah organik dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk kompos dan makanan
ternak, dan sampah anorganik dapat dimanfaat kembali dengan melakukan proses
daur ulang.
Menurut SNI 3242-2008 Pengelolaan sampah di TPS dapat dilakukan
dengan memilah sampah organik dan anorganik, melakukan pengomposan
sampah organik skala lingkungan, memilah sampah anorganik sesuai jenisnya
yaitu: sampah anorganik yang dapat didaur ulang, misalnya membuat barang
kerajinan dari sampah, membuat kertas daur ulang. Sampah anorganik yang dapat
dijual seperti kertas, kardus, plastik, gelas/kaca, logam, dan lainnya dikemas
sesuai jenisnya.
Apabila PD Pasar Horas Jaya bersama pedagang melakukan pengelolaan
sampah organik dan anorganik tersebut di Pasar Dwikora, maka akan mengurangi
volume sampah pasar dan akan mendapatkan keuntungan dari pemanfaatan
5.1.2. Aspek Kelembagaan
Kondisi saat ini PD Pasar telah menjalankan kegiatan pelayanan
kebersihan di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar. Berdasarkan struktur
organisasinya, PD Pasar memiliki sub-bagian kebersihan yang di bawahi oleh
bidang keamanan, ketertiban, dan kebersihan.
Dengan adanya seksi kebersihan ini, diharapkan mampu untuk menangani
masalah sampah yang ada di Pasar Dwikora. Terbaginya bidang keamanan,
ketertiban, dan kebersihan menjadi sub-bagian kebersihan dinilai sudah tepat.
Pembagian ini akan memudahkan PD Pasar Horas Jaya dalam membagi pekerjaan
bagi petugas-petugasnya.
5.1.3. Aspek Pembiayaan
Retribusi persampahan/kebersihan pelaksanaannya dikelola oleh PD Pasar
Horas Jaya membeban biaya retribusi dengan melihat jenis kios/los dan
mengukurnya dari luas kios/los pedagang sehingga terdapat variasi besaran
retribusi kebersihan bagi masing-masing pedagang. Retribusi bulanan berkisar
antara Rp 45.000,00 hingga Rp 65.000,00/bulan. Dalam retribusi ini sudah
termasuk biaya kebersihan, jaga malam, dan biaya operasional lainnya. Retribusi
yang dikumpulkan oleh PD pasar diharapkan sudah mampu dalam menyediakan
sarana yang memadai dalam sistem pengelolaan sampah sehingga pedagang
merasa puas dengan besaran retribusi yang dibayarkan.
Dana retribusi sampah yang terkumpul akan digunakan oleh Dinas Pasar
untuk membayar upah petugas pengangkut sampah, biaya transportasi truk,
pengadaan fasilitas pengelolaan persampahan seperti TPS dalam rangka
menunjang kegiatan pengelolaan persampahan dan penyediaan peralatan
kebersihan.
5.1.4. Operasional Pengelolaan Sampah Pasar Dwikora 1. Pewadahan Sampah
Perwadahan sampah adalah upaya yang dilakukan oleh pedagang di setiap
kios/loods yang dimasukkan ke tempat sampah (ember sampah, tong, keranjang,
kantung plastik). Pewadahan sampah merupakan faktor yang sangat penting
dalam kelancaran pelayanan dan merupakan tahap awal yang terkait langsung
dengan sumber sampah. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pedagang di
Pasar Dwikora belum memiliki tempat penyimpanan sampah yang memenuhi
syarat kesehatan. Tempat penyimpanan sampah yang dimiliki oleh pedagang
terbuat dari bambu, kardus, karung dan kantong plastik.
Menurut Chandra (2007) tempat penyimpanan sementara (tempat sampah)
yang digunakan harus memenuhi persyaratan seperti berikut ini: konstruksi harus
kuat dan tidak mudah bocor, memiliki tutup dan mudah dibuka tanpa mengotori
tangan, dan ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang. Tempat
Penampungan Sementara (TPS) yang ada di Pasar Dwikora berjumlah 1 unit truk
Fuso (Dump truck) dan 1 kontainer. Jumlah TPS saat ini masih kurang dalam
menampung sampah. Menurut hasil pengamatan di lapangan, petugas kebersihan
juga menjadikan bahu Jalan Patuan Anggi tanpa wadah sebagai TPS sebelum
estetika karena bau tidak sedap. Menurut SNI No. 19-2454-2002, penyimpanan
sampah komunal sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan sumber
sampah, tidak mengganggu pemakai jalan, di luar jalur lalu lintas, di ujung gang
kecil, di sekitar taman dan pusat keramaian dan ditempatkan jarak antar wadah
sampah.
Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang ada di Pasar Dwikora dalam
kondisi kurang baik. Semua TPS tersebut terlihat tidak memiliki tutup, dan belum
membedakan penyimpanan antara sampah organik dan anorganik. Akibatnya,
sampah terlihat berserakan disekitar TPS tersebut. Penangananan sampah yang
kurang baik dapat memberikan efek negatif bagi kesehatan.
Menurut Slamet (2009), pengaruh sampah terhadap kesehatan memberikan
efek langsung dan tidak langsung. Efek langsung bagi kesehatan disebabkan oleh
sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan
penyakit. Sementara efek tidak langsung terjadi karena tercemarnya air, tanah, dan
udara akibat mikroba patogen, logam berat, dan zat lainnya yang berbahaya.
2. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas kebersihan pasar dengan mengumpulkan sampah dari setiap tempat
sampah yang dimiliki pedagang maupun sampah yang berserakan kemudian
membuang ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) sebelum
diangkut/dibuang ke TPA. Proses pengumpulan sampah di Pasar Dwikora
dilakukan oleh pedagang dengan mengumpulkannya pada tempat penyimpanan
oleh petugas kebersihan pasar dengan mengangkut sampah tersebut ke TPS.
Pengumpulan sampah yang dilakukan saat ini menggunakan keranjang bambu
membuat petugas kebersihan sulit dalam bekerja. Jika PD Pasar menyediakan
gerobak sampah, petugas akan lebih mudah mengangkut sampah sehingga
pengumpulan lebih efektif dan efisien. Petugas pengumpul sampah yang ada di
Pasar Dwikora berjumlah 19 orang. Jumlah petugas pengangkut sampah sebanyak
19 orang dinilai masih kurang mampu untuk mengangkut sampah yang ada di
Pasar Dwikora karena mengingat luas cakupan wilayah sebesar 26.600 m2.
3. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
petugas pengangkut sampah yang mengangkut sampah dari tempat pengumpulan
sampah dan membawanya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Untuk
mengangkut sampah dari tempat pembuangan sementara (TPS) ke tempat
pembuangan akhir (TPA), menggunakan truk diantaranya jenis dump truck dan
arm roll truck. Pengangkutan sampah merupakan faktor yang perlu dilakukan
sebagai upaya pemindahan sampah dari sumber agar tidak mengganggu
lingkungan akibat pencemaran yang ditimbulkan dari proses pembusukannya.
Pada daerah yang berilkim tropis seperti Indonesia dituntut frekuensi
pengangkutan yang lebih sering karena proses pembusukan sampah lebih cepat
terjadi (Tchobanoglous, 1993).
Frekuensi pengangkutan sampah pengangkutan sampah di Pasar Dwikora
sebanyak 2 kali pengangkutan dengan menggunakan 2 unit truk pengangkut
yang dihasilkan di Pasar Dwikora. Hal ini sesuai dengan SNI 3242-2008 yang
menyatakan bahwa pengangkutan dari TPS atau TPS terpadu atau wadah komunal
ke TPA frekuensinya dilakukan sesuai dengan jumlah sampah yang ada. Waktu
pengangkutan sampah di Pasar Dwikora dilakukan pada pukul 10.00 dan 18.00
WIB.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar berasumsi bahwa jumlah
sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora berjumlah 24m3.
4. Pembuangan Sampah
Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang untuk
dimusnahkan. Sampah yang dihasilkan di Pasar Dwikora akan diangkut ke tempat
penampungan akhir sampah (TPA). TPA Kota Pematangsiantar berada di wilayah
Kelurahan Pondok Sayur Kecamatan Siantar Martoba. Jarak TPA dengan lokasi
pemukiman penduduk sekitar 2,5 Km.
Menurut Azwar (1990), jarak TPA yang sering dipakai sebagai pedoman
adalah sekitar 2 Km dari pemukiman penduduk, sekitar 15 km dari laut serta
sekitar 200 m dari sumber air bersih. Dapat disimpulkan bahwa TPA Tanjung
Pinggir Kota Pematangsiantar telah memenuhi syarat sebagai lokasi tempat
pembuangan akhir sampah karena jaraknya dengan pemukiman penduduk > 2,0
km. Teknologi pengolahan sampah di TPA Tanjung Pinggir menggunakan metode
controlled landfill (penimbunan terkendali). Sebelumnya Dinas Kebersihan Kota
Pematangsiantar menggunakan metode open dumping. Berdasarkan Peraturan
sampah sejenis sampah rumah tangga pasal 22, menyatakan bahwa pemrosesan
akhir sampah dilakukan dengan: metode lahan urug terkendali, metode lahan urug
saniter dan teknologi ramah lingkungan, maka Dinas Lingkungan Hidup Kota
Pematangsiantar saat ini telah menggunakan metode controlled landfill
(Penimbunan terkendali). Metode lahan urug terkendali (controlled landfill) yaitu
metode pengurugan di areal pengurugan sampah, dengan cara dipadatkan dan
ditutup dengan tanah penutup sekurang-kurangnya setiap tujuh hari. (PP RI No.
81 Tahun 2012).
5.2. Partisipasi Pedagang
5.2.1 Partisipasi Pedagang Tentang Penyediaan Tempat Sampah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada 45,3% pedagang yang
tidak mempunyai tempat sampah. Pedagang yang tidak memiliki tempat sampah
sebagian besar adalah pedagang pakaian baju baru dan bekas. Pedagang beralasan
tidak mempunyai tempat sampah karena mereka tidak menghasilkan sampah
sebanyak pedagang sayur dan buah sehingga bisa dibuang di depan kios dan
menunggu petugas kebersihan mengangkut sampah. Hal ini akan memperbesar
biaya retribusi sampah. Menurut penelitian Gultom (2003) mengenai sistem
pengelolaan sampah di Pusat Pasar Pemko Medan, menyatakan bahwa 38,6%
tidak memiliki tempat sampah sehingga mempersulit jalannya upaya
pengumpulan dan tenaga penyapu yang banyak menyebabkan biaya pengelolaan
sampah akan ikut naik dan besar. Pihak pengelola pasar juga tidak menyediakan
tempat sampah di lorong-lorong pasar untuk mempermudah pedagang dan
No. 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat,
setiap kios/los/lorong tersedia tempat sampah basah dan kering.
Berdasarkan hasil penelitian ada 54,7% pedagang yang mempunyai tempat
sampah, seluruhnya disediakan sendiri oleh pedagang. Pada umumnya bentuk
tempat sampah pedagang di Pasar Dwikora adalah keranjang bambu, kardus,
karung, dan kantong plastik. Semua tempat sampah yang dimiliki oleh pedagang
tidak memenuhi syarat kesehatan karena tidak kedap air, tidak kuat, dan tidak
tertutup. Menurut Aswar (1996) syarat tempat sampah adalah kontruksi yang kuat
dan tidak mudah bocor untuk mencegah sampah berserakan, mudah diangkat,
memiliki tutup untuk mencegah agar sampah tidak menjadi sarang serangga dan
binatang pengerat seperti tikus.
Tempat sampah yang dimiliki pedagang seluruhnya tidak di pisahkan
antara sampah yang mudah membusuk dengan sampah yang tidak mudah
membusuk. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi dari pihak pasar tentang
pengelolaan sampah. Menurut SNI 19-2454-2002 perwadahan sampah dapat di
bagi menjadi sampah organik, anorganik dan sampah bahan berbahaya beracun
rumah tangga. Pemisahan sampah bertujuan untuk mempermudah dalam
pemusnahannya, (Candra, 2007).
Menurut hasil penelitian, 91,6% pedagang sudah memiliki peralatan
kebersihan untuk membersihkan kios masing-masing. Sebanyak 87,4% pedagang
memilih diam saja jika melihat pedagang lain tidak memiliki tempat sampah. Hal
Sebesar 88,4% pedagang lebih memilih menunggu petugas kebersihan menjemput
sampah jika tempat sampah mereka sudah penuh.
Secara umum, partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah
dalam kategori kurang baik. Sebaiknya PD pasar dapat segera melakukan
intervensi terhadap permasalahan ini. Menurut Chandra (2007), pengelolaan
sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat
perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau tikus dan estetika
lingkungan menjadi kurang dipandang mata.
5.2.2 Partisipasi Pedagang Tentang Pembuangan Sampah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis sampah yang paling
banyak dibuang pedagang adalah sampah organik. Pedagang yang mempunyai
tempat sampah sering membuang sampah ke tempat sampah, sedangkan pedagang
yang tidak mempunyai tempat sampah mereka (45,3%) membuang sampahnya di
sembarangan tempat karena mereka menganggap sudah biasa dan akan ada
petugas kebersihan pasar yang membersihkannya setiap hari. Sikap pedagang jika
melihat ada yang membuang sampah di sembarang tempat 80,0% diam saja. Hal
ini disebabkan karena apabila di tegur maka akan terjadi pertengkaran dan
pembeli tidak akan singgah membeli barang dagangan pedagang. Dalam hal ini
pengetahuan responden tentang pengelolaan sampah masih kurang. Menurut
penelitian Siahaan (2013) mengenai analisa sistem pengelolaan sampah dan
perilaku pedagang di Pasar Horas Kota Pematangsiantar menyatakan bahwa faktor
pendukung yang memungkinkan responden masih membuang sampah
sembarangan.
Secara umum, partisipasi pedagang dalam pembuangan sampah pada
kategori kurang baik (48,4%). Dengan upaya mewajibkan pedagang harus
memiliki tempat sampah dan edukasi tentang pengelolaan sampah yang baik
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pedagang dalam pembuangan sampah
sehingga terwujud Pasar Dwikora yang bersih.
5.2.3 Partisipasi Pedagang Tentang Pembayaran Retribusi Sampah
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa 93,7% dari pedagang membayar
retribusi untuk kebersihan pasar, hal ini menunjukkan bahwa tugas PD Pasar
dalam pengutipan retribusi sudah baik. Sebanyak 100% pedagang mengatakan
bahwa sampah yang mereka hasilkan setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan
pasar. Secara umum partisipasi pedagang dalam pembayaran retribusi dalam
kategori baik. PD Pasar harus lebih tegas kepada pedagang yang tidak membayar
retribusi agar pelaksanaan system pengelolaan sampah di Pasar Dwikora dapat
berjalan dengan baik.
Menurut Santi (2009) retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebagai
salah satu jenis retribusi jasa umum dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sehingga masyarakat akan merasakan manfaatnya dan tentunya didukung
dengan kesadaran yang tinggi.
5.2.4 Partisipasi Pedagang Tentang Peraturan Kebersihan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 83,2% pedagang mengetahui
tersebut. Pedagang yang tidak mengetahui adanya peraturan kebersihan sebagian
besar berada pada sisi utara Pasar Dwikora karena lokasi yang jauh dari sumber
suara mikrofon dan terdengar hanya samar-samar. Pihak pengelola pasar tidak ada
menerapkan peraturan kebersihan secara tertulis. Peraturan kebersihan di Pasar
Dwikora hanya disampaikan secara lisan melalui mikrofon dari dinas pasar dan
tidak ada sanksi yang diberikan pihak pengelola pasar jika melanggarnya. Hal ini
menyebabkan para pedagang tetap tidak membuang sampah pada tempat sampah
dan membuang sampah di sembarang tempat sehingga dapat mencemari
lingkungan dan menyulitkan pembeli dalam berbelanja. Hal ini didukung oleh
penelitian Daulay (2012) mengenai pelaksanaan pengelolaan sampah dan
partisipasi pedagang untuk menciptakan lingkungan bersih di basement Pasar
Petisah Kota Medan menyatakan peraturan kebersihan di pasar petisah hanya
disampaikan secara lisan dan tanpa ada sanksi yang diberikan pihak pengelola
pasar. Hal ini menunjukkan karena tidak adanya peraturan secara tertulis dan
sanksi dari pihak pasar maka para pedagang membuang sampah tidak pada tempat
sampah dan hanya menumpuk sampah tersebut di depan kiosnya hal ini dapat
menjadi sarang vektor dan mengganggu estetika.
Menurut Sarudji (2010), sampah baik bentuk maupun baunya sudah
menimbulkan kesan tidak estetis dan terdapatnya onggokan sampah yang terkesan
tidak terkelola dengan baik akan memberikan nilai negatif bukan hanya ditilik dari
segi estetika, melainkan menjurus kepada kepribadian masyarakat yang
bersangkutan. Pengelola Pasar Dwikora tidak pernah melakukan penyuluhan
Secara umum, partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan dalam
kategori baik (74,7%). PD pasar dapat meningkatkan pengetahuan pedagang
tentang peraturan dan sistem pengelolaan sampah pasar dengan edukasi. Menurut
Zulkarnaini (2009) Dalam pelaksanaan sebuah kegiatan perlu adanya bimbingan
dan penyuluhan kepada anggota masyarakat untuk memahami seluk beluk sebuah
perencanaan pembangunan. Untuk memudahkan suatu program berjalan dengan
baik ada beberapa sarana media yang bisa dikerjakan, salah satunya adalah
dengan pembuatan pamflet dan leaflet yang disebarkan dengan sebaiknya.
Pemberian informasi kepada pedagang dapat mempermudah dalam mengelola
sampah Pasar Dwikora dan menambah wawasan pedagang tentang kebersihan
lingkungan.
5.3. Sistem Pengelolaan Sampah yang Disarankan di Pasar Dwikora
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengelolaan sampah yang
terdiri dari sistem perwadahan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan
sampah, dan pemusnahan/pengolahan sampah di Pasar Dwikora belum
memenuhi syarat kesehatan. Kondisi di lapangan ini sejalan dengan hasil
penelitian kepada responden yang meyatakan bahwa partisipasi pedagang tentang
penyediaan tempat sampah dan pembuangan sampah berada dalam kategori
kurang baik sehingga banyak sampah yang berserakan di lingkungan pasar. Dapat
dikatakan bahwa sebanyak 45,3% pedagang yang tidak memiliki tempat sampah
melakukan pembuangan sampah di sembarangan tempat. Berdasarkan analisa dari
peneliti, titik permasalahannya ada pada pewadahan sampah. Telah ada regulasi
menjelaskan bahwa pelaku usaha harus melakukan pengurangan sampah dengan
cara pembatasan timbulan sampah, mendaur ulang, dan memanfaatkan kembali.
Namun fakta di lapangan khusunya pada kegiatan perdagangan di Pasar Dwikora
belum melakukan usaha-usaha pengurangan sampah dan masih sangat
mengandalkan pembuangan sampah ke TPA. Masalah lain dalam penelitian ini
adalah masih rendahnya partisipasi pedagang dalam menjaga kebersihan
lingkungan di Pasar Dwikora. Pengelolaan sampah yang baik dapat dicapai
dengan memperhatikan hal-hal dibawah ini :
1. Pelaksana
Pihak pengelola pasar dan Dinas Lingkungan Hidup dapat bekerja sama
dalam mengatasi masalah kebersihan di pasar dengan membentuk tim kebersihan
di Pasar Dwikora seperti petugas kebersihan pasar, petugas pengumpul dan
pemilah sampah, dan pengangkut sampah. Selain itu juga dapat membentuk
sebuah tim pengelola sampah yang bertujuan untuk mengelola sampah yang ada
di pasar untuk membuat pupuk kompos dan pemanfaatan kembali sampah.
2. Sistem pengelolaan sampah
Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap
baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit
serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebarluasnya suatu
penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah
tidak mencemari udara, air, dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetis), dan
Berdasarkan hasil penelitian pengelolaan sampah di Pasar Dwikora perlu
diperbaiki secara keseluruhan, terutama pada perwadahan sampah. Pengelola
pasar sebaiknya mewajibkan setiap pedagang untuk memiliki tempat sampah.
Rencana teknik pengelolaan sampah di Pasar Dwikora yang memenuhi syarat
kesehatan yang dikembangkan oleh penulis sesuai dengan SNI 19-2454 Tahun
2002dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.1. Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan
Berdasarkan gambar diatas dapat dijelaskan pengelolaan sampah di Pasar
Dwikora dapat di bagi beberapa tahap yaitu :
a. Tahap Perwadahan Sampah
Menurut Syafrudin dan Priyambada dalam Artiningsih (2008), persyaratan
diangkat serta ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat. Dalam
tahap ini pihak PD Pasar mewajibkan pedagang menyediakan tempat sampah di
setiap kios dan tempat sampah dipisahkan antara sampah yang mudah membusuk
dan sampah yang tidak mudah membusuk. Dalam mencapai hal tersebut, PD pasar
dapat menyediakan tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan yang harus
dibeli oleh setiap pedagang dengan memperhatikan nilai harga jual yang
sepantasnya. Hal ini dapat dilakukan karena PD Pasar Horas Jaya merupakan
pengelola kebersihan Pasar Dwikora. Pada tahap ini diedukasikan terus menerus
kepada pedagang maupun pembeli agar membuang sampah sesuai dengan jenis
sampah di tempat yang disediakan.
b. Tahap Pengumpulan/ Pemilahan Sampah
Tahap ini adalah proses pengumpulan sampah dari tempat sampah
pedagang ke lokasi pemilahan sampah. Lokasi pemilahan sampah harus strategis
dan dipilih tidak jauh dari lokasi pasar. Menurut SNI 19-2454 Tahun 2002, jenis
sampah yang terpilah dan bernilai ekonomi dapat dikumpulkan oleh petugas
secara terpisah. Pengumpulan dilakukan secara terpisah dengan gerobak sampah
dengan memisah sampah organik dengan anorganik. Agar pengumpulan sampah
dapat dilakukan dengan baik, maka perlu dilakukan pembagian kerja atau
tanggung jawab yang jelas bagi setiap petugas, disamping itu juga dilakukan
pengawasan oleh pegawai yang berwenang yang ada di lingkungan PD Pasar
Horas Jaya.
Proses pemilahan akan memisahkan antara sampah organik, anorganik,
pengomposan. Hasil pengolahan kompos dapat dijual di gerai kompos dan
tanaman yang ada di lingkungan pasar. Sampah anorganik dapat dijual ke
pedagang rongsokan dan bisa juga dijadikan barang-barang kerajinan tangan.
Sampah-sampah yang tidak dapat di daur ulang akan ditampung di TPS pasar
untuk diangkut ke TPA. Sampah yang diangkut ke TPA volumenya akan
berkurang karena sebelumnya telah dilakukan pengelolaan sampah di sumber
timbulan sampah tersebut.
c. Tahap Pengolahan
Pengolahan yang dimaksud disini adalah pemanfaatan kembali sampah
Pasar Dwikora. Sampah organik yang dihasilkan oleh Pasar Dwikora dapat diolah
menjadi pupuk kompos. Hal ini bertujuan agar sampah yang dihasilkan tersebut
bisa lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis sehingga selain mengurangi dampak
masalah sampah yang ditimbulkan dapat juga menjadi penghasilan tambahan bagi
pihak pengelola sebagaimana yang telah diterapkan di Pasar Bunder Sragen.
Namun saat ini, di Pasar Dwikora belum ada tindak upaya pengolahan maupun
pemanfaatan kembali yang dilakukan, hal ini terjadi akibat sumber daya manusia
pihak pengelola bagaimana menghasilkan atau mengolah sampah pasar yang ada.
Salah satu tindakan yang tepat dalam pengolahan sampah pasar ini adalah
dengan menjadikannya kompos karena sebagian besar sampah yang dihasilkan di
Pasar Dwikora adalah sampah organik. Menurut penelitian Ramadhani dan
Tarigan mengenai studi pengelolaan sampah pasar Kota Medan menyatakan,
menurut percobaan yang dilakukan di compos centre USU dalam satu kali
100 Kg sampel sampah Pasar Setia Budi Medan. Semakin banyak sampah organik
pada suatu pasar, maka potensi kompos yang dihasilkan akan semakin banyak
pula. Pihak PD Pasar Horas Jaya dapat bekerja sama dengan instansi pemerintah
terkait untuk membantu dalam peningkatan kemampuan dalam mengolah sampah
menjadi pupuk kompos.
Disamping pengolahan sampah organik, dapat pula dilakukan pengolahan
sampah anorganik, dalam hal ini dapat dilakukan dalam bentuk daur ulang
maupun pemanfaatan kembali bahan-bahan yang masih layak dipakai dan jika
tidak dapat dimanfaatkan, sampah dapat ditampung di TPS.
d. Tahap Pengangkutan Sampah
Tahap ini adalah tahap pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat
Penampungan Akhir sampah dengan menggunakan truk kontainer. Truk juga
harus memiliki tutup agar sampah tidak berserakan ketika dalam perjalanan
menuju ke TPA. Dengan berkurangnya jumlah sampah di sumber sampah, jumlah
armada truk dan biaya operasional sampah lainnya dapat berkurang sehingga
dapat membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sesuai dengan
tujuan berdirinya PD Pasar Horas Jaya.
3. Partisipasi Pedagang
Selain pengelolaan sampah yang memenuhui syarat kesehatan, partisipasi
pedagang juga diperlukan dalam mengatasi permasalahan sampah di Pasar
Dwikora. Untuk itu, PD Pasar Horas Jaya dapat memberikan edukasi kepada para
pedagang tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Jenis sampah yang dihasilkan Pasar Dwikora lebih banyak sampah organik
dari pada sampah anorganik.
2. Tempat Penyimpanan sampah yang dimiliki oleh Pedagang di Pasar Dwikora
berupa keranjang sampah yang terbuat dari bambu, kardus, karung dan
kantong plastik.
3. Pengumpulan sampah dilakukan oleh pedagang dimasing-masing kios/los
mereka kemudian petugas kebersihan PD Pasar Dwikora Jaya mengangkutnya
dari kios/los pedagang ke TPS yang ada di Pasar Dwikora.
4. Pengangkutan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan dari PD Pasar Horas
Jaya dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Pematangsiantar dengan mengangkut
sampah dari TPS menuju ke TPA. Periode pengangkutan sebanyak 2 kali
dengan menggunakan 2 truk pengangkut berkapasitas 7 m3 (truk besar) dan 5
m3 (truk sedang).
5. Struktur organisasi PD Pasar Dwikora Jaya berdasarkan Peraturan Walikota
Nomor 8 tahun 2015. Dasar hukum pembiayaan pasar berdasarkan Keputusan
Walikota Pematangsiantar Nomor 900/344/IV/WK-Tahun 2016 tentang Tarif
Pelayanan Pasar pada PD Pasar Horas Jaya.
6. Sebagian besar responden di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar berjenis
usaha pedagang terbanyak di Pasar Dwikora adalah pedagang sayur dan buah
30,0%. Pendidikan pedagang di Pasar Dwikora rata-rata tamatan SMA 63,2%.
7. Secara umum partisipasi pedagang dalam penyediaan tempat sampah pada
kategori kurang baik 50 orang (52,6%), partisipasi pedagang dalam
pembuangan sampah pada kategori kurang baik 49 orang (51,6%), partisipasi
pedagang dalam pembayaran retribusi pada kategori baik 95 orang(100%),
dan partisipasi pedagang dalam peraturan kebersihan pada kategori baik 71
orang (74,7%).
6.2. Saran
1. Kepada Direktur Utama PD Pasar Horas Jaya agar dapat menyediakan tempat
penampungan sampah di dalam lingkungan pasar agar pembeli dan penjual
dapat membuang sampah, menyediakan gerobak sampah agar petugas
kebersihan dapat bekerja dengan efektif dan efisien, dan menyediakan
menambah jumlah TPS yang memenuhi syarat kesehatan.
2. Kepada Direktur Utama PD Pasar Horas Jaya agar senantiasa memberikan
informasi mengenai prosedur pengelolaan sampah yang baik kepada pedagang
agar terbentuk sinergis yang baik dalam menjaga lingkungan pasar yang
bersih.
3. Kepada Direktur Utama PD Pasar Horas Jaya disarankan agar mengolah
sampah organik yang dihasilkan Pasar Dwikora menjadi pupuk kompos agar
sampah dapat bernilai ekonomis dan mengurangi pencemaran lingkungan.
4. Kepada Pemerintah Daerah Kota Pematangsiantar agar dapat membuat
sembarangan untuk dapat memberikan efek jera bagi pelakunya dan
memberikan penghargaan bagi masyarakat yang mengindahkan peraturan
tersebut.
5. Kepada pedagang di Pasar Dwikora Kota Pematangsiantar agar dapat
menyediakan wadah penyimpanan sampah yang sesuai dengan syarat
kesehatan dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakannya dalam