• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan ruang terbuka hijau kota Bogor dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan ruang terbuka hijau kota Bogor dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN RUANG

TERBUKA

HIJAU KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEWTAN SISTEM DINAMIK

AND1 C H A W L

ACHSAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTlTUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESXS DAN SUMBER IUVIFORMASI

Dengan ini saya rnenyatakan bahwa tesis Perencanaan b a n g Terbuka Hijau Kota Bogor Dengan Menggunakan Pendekatan Sistern Dinamik adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber infonnasi yang berasal atau dikutip baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumlcan d a l m D a k Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2009

Andi Chairul Achsan

(3)

ABSTRACT

AND1 CHAIRUL ACHSAN. Green Open Space Planning In Bogor City With Using System Dynamics Approach. Supervised By SETXA HADI, ARIS MUNANDAR, ALINDA F.M. ZAIN.

One of the important points of the structure of a city is green open space. Development in several cities in Indonesia has shown a significant decrease of green open space area. The growing number of population and rising demand of land have marked the changes in the scope of green open space, indicating that this is a dynamic and multi sectoral problem. One

of

applicable approaches that can be used to see the dynamics of a city and shows and interdependence relationship between one element of city planning and the others is dynamic system approach method. The purpose of these research are: 1) To build green open space model structure in Bogor based on biophysical, social and economicd aspects using the dynamic system approach, 2) To design a scenario of green open

space policy in Bogor using the dynamic system approach, 3) To analyze the

optimizing of the green open space distribution spatially. The built up model structure produces a prediction on each monitored variable ; the green open space variable shows a decrease on its scope, from 5.918 ha in the year 2000, and drops down to 2.977 ha in 2029. While the population variable and PDRB shows an increase, from 714.713 inhabitants to 1.988.600 in 2029 and the PDRB variable shows an increase from Rp. 1.878.754 million in 2000 and will be Rp. 9.689.482 million in 2029. Bogor green open space planning policy analysis formulates three scenarios which are progressive, continuous and conservative scenario. The simulation on progressive scenario shows that by the end of the year the scope of green open space in Bogor is 2.548 ha (21,50%), and the scenario shows that the result of 3.504 ha (29,57%) ha while the continuous scenario shows the number of 5.994 ha (50,58%). Among the t h e e the one that can be used as an alternative of an effective policy in relation with green open space planning in Bogor is the continuous one. The spatial analysis produces a result which shows spatial information of increasing allocation on green open space to support the comfort of living in Bogor. The allocation of green open space in Bogor is spread out several districts including Kelurahan Kayu Manis, Kedung Halang, Mulyaharja, Parnoyanan, Kertamaya, Genteng, Balumbang Jaya, Situ Oede, Semplak.

(4)

AND1 CEL4IRUL ACHSAN. Perencanaan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Dengan Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik. Dibimbing oleh SETXA HADI, ARIS MUNANDAR dan ALINDA F.M. ZAXN.

Salah satu bagian penting dari struktur atau komponen penyusun kota adalah ruang terbuka hijau kota. Ruang terbuka hijau sebagai salah satu komponen lanskap mempunyai peran yang cukup penting dalam mendukung tenvujudnya lanskap kota yang berkelanjutan. Perkembangan pembangunan dibeberapa kota di Indonesia setiap tahunnya menunjukkan terjadinya p e n m a n luasan ruang terbuka hijau kota. Perubahan ruang terbuka hijau dari waktu ke waktu ditandai dengan semakin meningkatnya j&lah penduduk kota dan sernakin tingginya permintaan terhadap lahan kota menunjukkan bahwa permasalahan ruang terbuka hijau rnerupakan permasaiahan yang dinamis dan multi sektar. Perlu adanya suatu pendekatan yang mampu menjawab kebutuhan perencanaan tata ruang rnelalui penggunaan metoda atau teknik analisis yang dapat menggambarkan hubungan saling keterkaitan diantara komponen-komponen struktur penyusun xuang kota. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat dinamika perkotaan dan inarnpu mernperlihatkan hubungan saling keterkaitan antar unsur-unsur penataan ruang kota adalah metode pendekatan sistem dinamik. Tujum Penelitian ini adafah : 1) .Menyusun strukhrr model penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor berdasarkan aspek biofisik, sosial dan ekonomi dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik, 2) Merancang skenario kebijakan penatam ruang terbuka hijau Kota Bogor dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik, 3) Menganalisis optimalisasi distribusi mang terbuka hijau Kota Bogor secara spasial.

Penyusunan strulctur model dinamik sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor dibagi ke dalam tiga subrnodel yaitu submodel penduduk, submodel ekonomi dan submodel ruang terbuka hijau. Secara keseluruhan ketiga sub model ' rnenunjukkan adanya hubungan saling keterkaitan dan secara matematik dirumuskan rnelalui penggunaan simulasi komputer. Berdasarkan struktur model yang dibangun, diperoleh hasil prediksi yang menunjukkan perilah dari rnasing- masing variabel yang diamati sefama periode waktu simulasi yaitu dari tahun 2000-2029, dimana untuk variabel ruang terbuka hijau terjadi penurunan luas mang terbuka hijau selama periode t a b simulasi y a k dari 5.93 8 ha pada t a b 2000 menurun menjadi 2.977 ha pada tahun 2029. Pada variabel penduduk dan PDRB kedua-duanya mengalami peningkatan, dimana untuk variabel penduduk meningkat dari 714.713 jiwa pada tahun 2000 menjadi 1.988.600 jiwa pada tahun 2029 sedangkan

untuk

variabel PDRB meningkat dari Rp. 1.878.754 juta pada tahm 2000 menjadi Rp. 9.689.482 juta pada tahun 2029.
(5)

ruang terbuka hijau berkurang narnun relatif terkendali, kenyamanan berkurang namun relatif terkendali, pada skenario berkelanjutan diasumsikan jurnlah penduduk inengalami peningkatan namun relatif terkendali, ruang terbuka hijau mengalami penambahan disesuaikan dengan peningkatan jumlah penduduk dan tingkat kenyamanan mengalami peningkatan. Hasil simulasi pada skenario progresif rnenunjuMcax1 pada akhir tahun simulasi h a s ruang terbulca hijau di Kota Bogor sebesar 2.548 ha (21,50%), pada skenario konservatif sebesar 3.504 ha

(29,57%) sedangkan pada skenario berkelanjutan sebesar 5.994 ha (50,58%). Dari hasil yang diperoleh pada ketiga skenario, skenario yang dapat digunakan sebagai alternatif kebijakan yang efektif terkait dengan penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor adalah skenario berkelanjutan.

Berdasarkan hasil simulasi pada model maka penentuan alokasi distribusi sebaxan mang terbuka hijau secara spasial dapat dilakukm namun penentuan distribusi spasial ruang terbuka hijau Kota Bogor tidak secara langsung terhubung dengan hasil sirnulasi pada model akan tetapi dilakukan secara terpisah, Penentuan distribusi mang terbuka hijau Kota Bogor secara spasial didasarkan pada hasil simulasi skenario kebijakan yang optimal. Berdasarkan analisis spasial yang dilakukan diperoleh hasil yang menunjukkan informasi spasial alokasi penambahan ruang terbuka hijau untuk rnendukung terciptanya kenyarnanan di

Kota Bogor. Alokasi penambahan ruang terbuka hijau di Kota Bogor tersebar di beberapa lokasi yang dibagi kedafam beberapa wilayah kelurahan meliputi Kelurahan Kayumanis, Redung Halang Mulyaharja, Pamoyanan, Kertamaya, Genteng, Balmbang Jaya, Situ Gede, Semplak.

(6)

I . Dilarang mengutip sebagian amu seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau meyebutkan sumber.

a. Pengutipannya hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitiun, penulisan karya ilmiah, penyusunan lapaoran, penulisan kritik atau

tinjauan suatu rnasalah.

b. Pengutipan tidak merugikan hpentingan yang wajar IPB

(7)

PERENCANAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA

BOGOR

DENGAN MEMGGUNAKAN PENDEKATAN SISTEM DINANIIK

ANDX CZXAIRUL ACHSAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk untuk rnemperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASAR JANA INSTITUT PERTANLAN

BOGOR

(8)

Judul Tesis

Narna

NRP

Program Studi

Dr. Ir. Aris ~unandar, M.S. hggota

: Perencanam Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor Dengan Menggunakan Pendekatan Sistem Dinamik : Andi Chairul Achsan

: A251060081 : Arsitektur Lanskap

Disetujui Ko~nisi Pembimbing

Dr.

Ir.

Setia Wadi, M.S. Ketua

1-

Dr.

Ir.

Almda F.M. Zain. M.Si, Anggota

. .. .

iril Anwar Notodiputro, M.S.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayahnya hingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul "Perencanaan

Ruang Terbuka Z j a u Kota Bogor Dengan Menggunakan Pendekatan Sistem

Dinamik". Tesis ini disusun sebagai salah safu syarat untuk menyelesaikan

jenjang peddikan S2 dan rnemperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Sekolah Pascasarjana,

Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada bapak

Dr. Ir. Setia Hadi, M.S selaku ketua komisi pembimbing, bapak Dr. Ir. Aris

Munandar, M.S dan Dr. Ir. Alinda P.M. Zain, M.Si seliku anggota koinisi

pembimbing yang senantiasa rnemberikan bimbingan, arahan dan masukan

kepada penulis selama melakukan kegiatan penelitian dan dalam inelakukan

penyusunan tesis serta kepada bapak

Ir.

Qodarian Pramukanto, M.Si selaku dosen

penguji atas masukan, kxitik daa saran untuk kesempurnaan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sarnpaikan kepada selunrh staf pengajar

di lingkungan Program Sbdi Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor, atas ilmu yang telah diberikan selama

menjalani pendidikan. Kepada segenap jajaran Pernerintah Daerah Kota Bogor,

Dinas Tata Kota d m Pertamman Kota Bogor, Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah Kota Bogor (Bappeda), Biro Pusat Statistik (BPS) Kota Bogor, Dinas Pemukiman serta beberapa instansi lainnya yang telah rnemberikan

data dan informasi yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan penelitian.

Terima kasih yang setulus-tulusnya juga penulis haturkan kepada Orang

tua tercinta ayahanda Baso Opu Andi Syafmddin dan ibunda Andi Nurhany Harnid serta adik-adikku Andi Chairil Ichsan dan Andi Harun Alamsyah yang

selalu memberikan doa dan dukungan baik secara moil maupun materil selama

rnenjalani pendidikan. Kepada rekan-rekan mahasiswa pascasarjana Program

Studi Arsitektur Lanskap angkatan 2006, Nurfaida, Penny Pujowati, Euis Puspita Dewi, Siti ZuIfa Yuzni, WuIan Sarilestari, Noril Milantara, Dudun Abdurrahim

(10)

penyelesaian tugas akhir serta kepada Yayasan Dana Mandiri Sejahtera yang telah

memberikan bantuan dana penelitian selama melakukan kepiatan penyusunan

tesis.

Akhirnya, penulis mengharapkan kritik dan saan yang konstruktif untuk perbaikan dm penyempurnaan tesis ini agar dapat bermanfaat bagi sernua pihak.

Bogor, Juni 2009

(11)

Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 23 Agustus 1982, merupakan anak pertama dm 3 bersaudara pasangan Baso Opu Andi Syafruddin dan Andi

Nwhany Hamid. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Palu pada tahun 1994, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Palu pada tahun 1997, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Palu pada tahun 2000. Pendidikan S l ditempuh di Institut Pertanian Bogor pada

Progr?~n Studi Arsitektw Lanskap dan menyelesaikan studi pada tahun 2005. Pada tahun 2006 penuIis melanjutkan pendidikan

S2

pada program studi Arsitektur Lanskap Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Selama menempub. pendidikan SI penulis pernah menjadi asisten dosen pada beberapa mata kuliah di lingkungan Program Skdi Arsiteklxr Lanskap dan pernah terlibat pada beberapa proyek yang berkaitan dengan bidang Arsitektur

Lanskap. Selain itu penulis juga pernah mengikuti organisasi kemahasiswaan yang ada di lingkungan Fakultas Pertanian IPB dan diluar lin-gan IPB,

beberapa orgmisasi yang diikuti diantaranya BEM Fakultas Pertanian IPB dan

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kornisariat Fakultas Pertanian IPB. Pada

tahun 2006 Penulis pernah bekerja di salah satu perusahan swasta yang bergerak

(12)

DAFTAR IS1

...

DAFTAR TABEL xv

.

.

...

DAFTAR GAMBAR xvii

...

.

DAFTAR LAMPIRQN

.

.

xviii

I

.

PENDAHULUAN ... 1

...

1.1 Latar Belakang 1

...

1.2 Tujuan Penelitian 5

1 -3 Kegunaan Penelitian

...

5

...

1.4 Kerangka Pernikiran G

...

II

.

TINJAUAN PUSTAKA 7

...

2.1 Perencmaan Tata R u g Kota

...

2.2 Konsep Ruang Terbuka Hijau

2.2.1 Definisi Ruang Terbuka Hijau

...

2.2.2 Fungsi Ruang Terbuka Hij au ... :

...

2.2.3 Bentuk Ruang Terbuka Hij au ...

2.2.4 Jenis dan Luas Cakupan Ruang Terbuka Hijau

...

2.2.4.1 Jenis Ruang Terbuka Hijau ...

2.2.4.2 Luas Ruang Terbuka fijau Perkotaan

...

...

2.3 Penge~tian Sistem dan Model

2.3.1 Pendekatan Sistem D a l m Penyusunan Tata Ruang

...

2.3.2 Pernodefan Dengan Pendekatan Sistem Dinamik ...

2.3.2.1 Langkah-langkah Pemodelan Dengan Pendekatan

...

Sistem Dinamik

2.4 Sistem Infomasi geografis

...

3.1 Tempat dan Waktu ...

3 -2 Alat dan Bahan ... 3.3 Metode Penelitian

...

...

3.3.1 Teknik Pengurnpulan Data Dan Jenis Data

. .

3.3.2 Analisis Data

...

3.3.2.1 Pemodelan Sistern Dinarnik Penataan

Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor ...

3.3.2.1.1 Analisis Kebutuhan ...

3.3.2.1.2 fdentifikasi Masalah ... 3 .3.2.1.3 Konseptualisasi Sistern ...

(13)

3.3.2.1.5 Analisis Perilaku Model ... 35

... 3.3.2.1.6PengujianModef 35 ... 3.4 Analisis Kebijakan Penataan Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor 35 3.5 Analsis Spasial Optimalisasi Distribusi Ruang Terbuka Hijau KotaBogor ... 35

4.1 FisikDasar ... 37

...

4.1.1 Letak Geografis Dan Wifayah Administrasi

.

.

... 37

4.1.2 Klimatologi ...

.

.

.

...

37

4.1.3Topogra

fi

...

.

.

... 37

4.1.4 Geologi ...,...+... 38

...

4.4.5 Edrologi 38 4.1.6 P e n g p a a n Lahan

...

.

.

. . . .

39

...

4.1.7 Rumg TerbuJca Hijau Kota Bogor 41 4.1.7.1 Jenis Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor ... 4.1.7.2 Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Fungsinya ... 48

....

4.1.7.3 Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kepemilikannya 50 4.2 Kependudukan Kota Bogor ... 51

4.2.1 Jumlah Dan Penyebaran Penduduk ... 51

4.2.2 Kepadatan Penduduk ... 52

4.2.3 Pertumbuhan Penduduk ... 52

4.2.4 Komposisi Penduduk ... 54

4.2.4.1 Komposisi Penduduk Menurut Matn Pencaharian ... 54

4.2.4.2 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

...

54

4.3 Perekonomian Kota Bogor

...

55

4.3.1 Struktur Perekonomian Kota Bogor ... 55

...

4.3.2 Pertumbuhan Ekonorni 56 4.3.3 Daya Beli Masyarakat Dan Pendapatan Per Kapita ... 57

... 4.3.4 Sektor Informal 58 ... 4.3.5 Pola Investasi 59 ... 4.3.6 Identifikasi Sektor-sektor Unggulan Kota Bogor 60 ... 4.3.7SektorEkonomiLainnya 61 V

.

KASIL DAN PEMBAHASAN ... 62

5.1 Pernodelan Sistem Dinamik Penataan Ruang Terbuka Hijau

...

KotaBogor : ... 62

5.1.1 Analisis Kebutuhan ... 62

... 5.1.2 Identifikasi Masalah 63 ... 5.1.3 KonseptuaIisasi Sistem 64 5 . f . 4 Perurnusan Model ... ... 67

5.1.5 Analisis Psrilaku Model ... 74

. .

(14)

5.2 Analisis Kebijakan Penataan Ruang Terbuka Hij au Kota Bogor ... 82

5.3 Analisis SpasiaI Optimalisasi Distribusi Ruang Terbuka Hijau Kota Bogor ... 91

VI

.

KESIMPULAN DAN SARAN ... 95

6.1 Kesimpulan ... 95

6.2 Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA ... 97

(15)

DAFTAR TABEL

...

.

1 Jenis. unit. sumber data dan pendebtan penelitian 27 2

.

Kriteria penilaian kondisi biofisik kawasan

. .

untuk pengembangan

...

ruang terbuka hljau

3

.

Kemiringan lereng berdasarkan luas lahan Kota Bogor tahun 2004 ...

4 . Penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2000. 2005 ... 5 . Jumlah dan persentase penduduk Kota Bogor menurut kecamatan

...

...

dan kelurahan tahun 2006 .,

...

.

6 Kepadatan penduduk Kota Bogor m e n m t kelurahan tahun 2006 7 . Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Bogor menurut

...

kecamatan tahun 1995-2006

8 . Jumlah penduduk lahir dan mati di Kota Bogor menurut kecamatan ...

tahun 5996-2005

9 . . Jumlah penduduk datang dan pindah di Kota Bogor menurut

...

kecamatan tahun 1996-2004

10 . Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Kota Bogor

tahun 2005 ...

1 1 . Jumlah penduduk menurut tingkat pendidkan di Kota Bogor

...

menurut kecamatan tahun 2005

12 . Produk domestik regional bruto Kota Bogor Menurut

...

Iapangan usaha atas dasar harga berlaku tahun 2000-2006

...

.

13 PDRB Kota Bogor berdasarkan harga konstan tahun 2000.2004

14 . PDRB Kata Bogor berdasarkan harga konstan dan laju

pertumbuhan ekonomi 2002-2006 (juta rupiah) ... 57 15. Purchasing Power Pariy (PPP) per kecamatan di Kota Bogor

tahun 2000-2006 (dalam ribu rupiah)

...

58

16 . Perkembangan industri. tenaga kerja. dan investasi di Kota Bogor

tahun 1997-2005 ... 59

17 . Rekapitulasi perkembangan perdagangan. tenaga kerja. investasi

dan nilai ekspor di Kota Bogor tahun 1999-2005 ... 59

18

.

Kebutuhan stakeholder dalam perencanam

ruang terbuka hijau Kota Bogor ... 62

19

.

Jumlah penduduk Kota Bogor selama periode tahun simulasi ... 74

...

(16)

2 1

.

Luas ruang terbuka hijau Kota Bogor selama periode tahun simulasi

...

77 22 . Nilai

THI

Kota Bogor selama periode tahun simulasi ... 79 23

.

Intervensi parameter model pada masing-masing skenario

...

.

.

...

83

...

24 . Hasil simulasi dengan rnenggunakan skenario progresif 84

...

25. Hasil simulasi dengm rnenggunaknn skenario berkelanjutan 86

. .

...

(17)

DAFTAR GAMBAR

[image:17.602.64.482.37.808.2]

Halaman

...

Kerangka pemikiran 6

...

Peta lokasi penelitian

.

26

.

Tahapan penyusunan optimasi penataan ruang dengan rnenggunakan

pendekatan sistem dinamik ...

.

.

... 28

Diagram Xingkar sebab akibat sistem perencanaan .

.

ruang terbuka hijau Kota Bogor ... 30

Diagram alir model dinamik dengan menggunakan bahasa powersim ... 33

Peta penggunaan lahan Kota Bogor tahun 2005 ... 40

Diagram lingkar sebab akibat sistem perencanaan

...

ruang terbuka hjjau Kota Bogor 65 Diagram input-output perencanam ruang terbuka hijau Kota Bogor ... 67

How

diagram sub model penduduk ... 68

Flow diagram sub model ekonomi

...?...

.,... 69

Flow diagram sub model ruang terbuka hijau ... 72

Flow diagram sub model penduduk. ekonomi dan

. .

' ruangterbukahtjau ... 73

Grafik jumlah penduduk Kota Bogor sdarna periode tahun simulasi

...

75

Gxafik nilai PDRB Kota Bogor selama periode tahun simulasi

...

75

G-rafik luas ruang terbuka hijau Kota Bogor selama periode ... t hsimulasi 78 Grafik nilai TI3 selama periode tahun simulasi

...

80

Grafik perbandingan Penduduk Aktual Dan Penduduk Hasil Simulasi .... 81

Grafik perbandingan PDRB aktuaI dan PDRB hasil simulasi ... 81

Grafik perbandingan ruang terbuka hijau a h a 1 dan mang terbuka hijau hasil sirnulasi ... 81

Grafik hasil simulasi dengan menggunakan skenario progresif

...

84

Grafik hasil simulasi dengan menggunakan skenario berkelanjutan ... 86

Grafik hasil sirnulasi dengan menggunakan skenario konservatif ... 88

Grafik perbandingan ketiga skenario ... 90

... Peta eksisting ruang terbuka hijau Kota Bogor ... .., 93

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Equation model sistem penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor

...

103

. .

2. Penguj~an model..

...

108

3. Nilai awal dan parameter

...

.

.

.

...

109 4. Peta penutupan lahan Kota Bogor

...

1 11

5. Peta kemiringan lereng Kota Bogor ... 112

. .

(19)

Salah satu bagian penting dari struktur atau komponen penyusun kota yang

.

.

ikut berkontribusi ddam rnenjaga d m menentukan stabilitas dan keberlanjutan

dari suatu wilayah kota adalah ruang terbuka hijau kota. Ruang terbuka hijau kota merupakan mg-ruang terbuka (open space) di berbagai tempat di suatu wilayah

kota yang secara optimal digunakan sebagai daerah penghijam dan berfungsi

baik secara langsung maupun tidak langsung mtuk kehidupan rnanusia dm

kesejahteram rnanusia atau warga kotanya selain

untuk

kelestarian dan keindahan

lingkungan (Nwisyah, 1996).

Ruang terbuka hijau sebagai salah satu komponen lanskap mempunyai

peran yang cukup penting dalam mendukung terwujudnya lanskap kota yang

berkelanjutan. Keberadaan ruang terbuka hijau disamping memberikan manfat secara ekologi juga bermanfaat secara sosial, ekonomi dan estetis. Adanya bexbagai macam jenis vegetasi sebagai elemen pembentuk ruang terbuka hijau kota berperan penting dan efektif dalam meningkatkan kualitas lingkungan

perkotaan antara lain pereduksi polusi, meminimalkan erosi dm longsor, ameliorasi iklim, penyerap air tanah dan keindahan alami kota (Nmisyah, 2007).

Perkembangan pembangunan

di

beberapa kota di Indonesia setiap tahunnya menunjukkan terjadinya p e n m a n luas ruang terbuka hijau.

Kecenderungan terjadil=ya penurunan kualitas ruang terbuka publik terutama

mang terbuka hijau pada 30 tahun terakhir sangat signifikan. Di kota-kota besar di Indonesia luas ruang terbuka hijau telah berkurang dari dari 35% pada awal tahun 1970-an menjadi kurang dari 10% pada saat ini. Ruang terbuka hijau yang ada sebagian besar telah di konversi menjadi idxastruktur perkotaan seperti jaringan jalan, gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan kawasan pemukiman

(DPU, 2006).

Jumlah penduduk perkotaan yang terns ~neningkat dari waktu ke w k t u

rnemberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota,

ha1 ini ditunjukkan oIeh semakin tingginya tingkat konversi lahan, terutama &ri

(20)

di wilayah kota merupakan penyebab dari meningkatnya jumlah penduduk

perkotaan. Tingginya aktivitas pembangunan perkotmn melalui peningkatan

penyediaan sarana dan prasarana fisik dan infrastruktur perkotaan dapat menjadi daya tarik terjadinya urbanisasi, ha1 ini dikarenakan ketersediaan fasilitas

perkotaan yang ada dianggap mampu memberikan penyediaan lapangan kerja clan pada akhirnya skan mengakibatkan meningkatnya jumIah penduduk kota.

Data kependudukan yang ada menunjukkan jumlah penduduk perkotaan di

Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada t a b 1980 jumlah penduduk perkotaan bam rnencapai 32,s juta jiwa atau 22,3% dari total penduduk

nasional. Pada tahun 1990 angka tersebut meningkat menjadi 55,4 juta jiwa atau

30,9%, dan menjadi 90 juta jiwa atau 44 persen pada tahun 2002. Berdasarkan

perhitungan BPS dan Bappenas persentasi penduduk perkotaan pada 2005 telah

mencapai 48,3%. Angka tersebut diperkirakan akan mencapai 150 juta atau 60% dari penduduk Indonesia pada tahun 2015 (DPU, 2006).

Kota Bogor merupakan salafi satu kota di Indonesia yang mengalami

perkembangan pembangunan kota yang cukup pesat. Jumlah penduduk yang terns

bertarnbah setiap tahunnya mengakibatkan aktivitas pembangunan di

Kota

Bogor

semakin meningkat. Data BPS Kota Bogor (2007) menunjukkan jumlah penduduk

di

Kzts Bogcr rnezgsl~zi peningkatan selama periode tahxm 1995-2006, yzitu dari 647.9 12 jiwa pada tahun 1995 rneningkat rnenjadi 879.13 8 jiwa pada tahun 2006 atau mengalami peningkatan sebesar 35,7%.

Tingginya pertumbuhan penduduk di Kota Bogor mengakibatkan kebutuhan a k a lahan terbangun menjadi semakin tinggi, terutama l a h a n - l a b yang dipemtukkan untuk aktivitas sosial dan ekonomi berupa Iahan-lahan untuk sarana pemukiman, fasilitas-fasilitas sosial dan fasifitas urnurn, fasilitas

perdagangan dan jasa, industri dan sebagainya. Penjngkatan lahan terbangun di

Kota Bogor akan mengakibatkan lahan-lahan terbuka yang ada Wlususnya mang

terbuka hijau beralih fungsi sehingga mengakibatkan ketersediaan mang terbuka

hijau di Kota Bogor menjadi semahn berkurang.

Data penggunaan lahan yang ada menunjukkan adanya penurunan luas

ruang terbuka hijau di Kota Bogor sebesar 1,06% selama periode tahun 2000-

(21)

pada tahun 2005 (Bappeda, 2007). Hasil penelitian Yadi Suryadi (2008) juga

rnemjukkan te jadi penurunan luas ruang terbuka hijau di Kota Bogor sebesar

15,64% seXama periode tahun 1972-2005.

Ketersediaan ruang terbuka hijau yang semakin berkurang di wilayah

perkotaan dapat mengakibatkan timbulnya degradasi lingkungan dan pada

akhirnya akan mengakibatkan menurunnya kenyamanan kota. Salah satu bentuk

degradasi lingkungan yang cukup dirasakan saat ini khusunya di wilayah Kota Bogor adalah sernakin meningkatnya suhu kota. Data BMG Kota Bogor

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan suhu di wilayah Kota Bogor selama

periode tahun 2001-2005 dirnana pa& tahun 2001 suhu yang ada sebesar 26,73"C

meningkat menjadi 27,04"C pada tahun 2005.

Safah satu upaya pemerintah dalam mengatasi pennasalahan yang terkait

dengan ketersediaan mang terbuka hijau adalah dengan mengeluarkan undang-

undang, dimana salah satu undang-undang yang saat iai diterapkan pada bidang

penatam ruang yaitu undang-undang penataan ruang No. 26 tahun 2007, undang- undang tersebut rnernuat ketentuan yang menjelaskan bahwa luas minimal ruang

terbuka hijau yang hams ada dalam suatu wilayah kota adalah 30% dari luas kota. Pada kenyatmya di beberapa kota besw di Indonesia Xuas ruang terbuka

hijm y::r,g ads masih j5~1'1 dibsv~iih standar yang ditetapkan oleh undang--mdang.

Sebagai contoh, Kota Jakarta sebagai ibu kota negara hanya menyediakan ruang

terbuka hijau sebesar 9,6% dari total has wilayah kotanya (Cipta Karya, 2008). Hal ini memjukkan bahwa pemerintah belm optimal daIam menata dan mengelola ruang terbuka hijau kota. Kurangnya kesadaran dari seluruh

stakeholder terhadap pentingnya menjaga kelestarian liagkungan kota

mengakibatkan keberadaan ruang terbuka hijau belum dianggap sebagai bagian

penting dari suatu kawasan perkotaan, sehingga keberadaamya tidak terlalu

dijadikan prioritas bagi pemerintah dalam rnefakukan kegiatan penataan ruang kota.

Perkembangan pembangunan kota yang selalu berubah yang ditandai

dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk kota, yang berakibat pada

(22)

inenunjukkan bahwa pennasalahan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan merupakan pernasalahan yang bersifat dinamis dan multi sektor atau rnulti aspek. Selama ini pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam kzgiatan

penataan mang berjafan secara linier d m parsiaI dalam arti bahwa kornponen- komponen yang terlibat ddi dalamnya tidak dikaitkan secara jelas dan terstruktur

sehingga pengamh yang ditimbulkan akibat perubahan suatu komponen terhadap

komponen lainnya tidak terlihat secara jelas. Pemahaman terhadap adanya

keterkaitan antara komponen penataan ruang kota serta dinamika yang terjadi di dalarnnya seringkali hanya dinyatakan secara kualitatif saja dengan menggunakan

asumsi-asumsi tertentu.

Persoalan mang terbuka hijau sebagai suatu fenomena yang bersifat

dinamis yang diakibatkan oleh adanya dinamika aktivitas sosial ekonomi di suatu wilayah kota hendaknya dapat diatasi melalui penggunaan metoda atau teknik

analisis yang dapat menggarnbarkan hubungan saling keterkaitan diantara

kornponen-komponen struktur penywsun ruang kota dan rnampu melihat dinarnika yang terjadi sebagai dampak dari adanya hubungan saling keterkaitan diantara

masing-masing komponen yang ada.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melihat dinamika

perkstsin khususnyz x z ~ g terbuka hijau kota n&lah dengan m e n g p z k a n

metode pendekatan sistem dinamik. Dengan pendekatan sistern dinamik dapat di

identifikasi berbagai macam komponen-komponen yang ada di &lam sistem

penataan ruang kota yang dianggap berpengaruh terhadap perubahan mang

terbuka hijau kota. Dalam menyusun model dinamik penataan ruang terbuka hijau

Kota Bogor ketersediaan ruang terbuka hijau di wilayah kota dapat dinyatakan sebagai suatu stock yang nilainya dapat berubah dengan berjalannya waktu.

Pemanfaatan ruang kota rnelalui penyediaan fasilitas fisik dapat dianggap sebagai aliran atau rate yang dapat merubah nilai stack.

Melalui pendekatan sistem dinamik proses perencanaan diharapkan dapat

dilakukan melalui serangkaian kegiatan sirnulasi sebagai sarana untuk

(23)

bersifat spasial maupun non spasial dapat dilakukan. Dengan kata lain pendekatan

ini dapat berfungsi sebagai "Early Warning System" dari penerapan suatu

kebijakan pengembangan kota sehingga dapat dipilih skenario kebijakan yang

paling optimal dan apabila terdapat konsekuensi-konsekuensi tertentu akibat

penerapan kebijakan tersebut dapat dipersiapkan langkah-langkah untuk

mengantisipasinya sedini mungkin.

Skenario kebijakan yang diperoleh berkaitan dengan optimalisasi

penyediaan ruang terbuka hijau Q Kota Bogor hendaknya tidak hanya menghasilkan nilai prediksi optimal ruang terbuka hijau yang dibutuhkan dimasa

yang akm datang, tetapi juga informasi yang diperoleh diharapkan dapat disajikan: secara spasial. Informasi spasial yang diperoleh diperlukan untuk melihat

distribusi atau lokasi sebaran m g terbuka hijau di Kota Bogor. Informasi spasid distribusi mang terbuka hijau di Kota Bogor dapat ditunjukkan dengan

menggunakan pendekatan sistem informasi geografis.

f .2 Tujuan Penelitian .

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah :

1. Menyusun s t d c h r model penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor berdasarkan aspek biofisik, sosial dm ekonomi dengan rnenggunakan

pendekatan sistem dic~%i!<. -.

2. Menyusun skenario kebijakan penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor dengan rnenggunakan pendekatan sistem dinamik.

3. MenganaIisis optimalisasi distribusi spasial ruang terbuka hjau Kota Bogor.

1.3. Manfaat Penditian

Manfaat dari kegiatan penelitian ini adalah :

I. Secara keseluruhan kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan

suatu disain sistem penataan ruang terbuka hijau dalarn rangka rnewujudkan

Kota Bogor sebagai kota yang berkelanjutan.

2. Melalui penyusunan model dinarnik penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sarana bagi pemerintah daerah

untuk rnenentukan pengambilan keputusan yang tepat dalam inermuskan

(24)

1.4 Kerangka Pemikiran

Kecendemgan ruang

terbuka hijau di wilayah

perkotaan semakin berkurang

Dinamika aktivitas sosial Kebijakan penataan

ruang kota cenderung bersifat parsial

+

...rr... ~...................r............................,."

Perencanam yang berbasis pada pemenuhan kebutuhan

penataan ruang kota

.t

Pendekatan sistem dinamik merupakan salah satu pendekatan yang dapat

digunakan untuk menjawab kebutuhan penataan mang kota . .

pengambilan kemampuan saling keterkaitan

keputusan (interdependen)

f

Skenario Kebijakan penataan ruang terbuka hijau Kota Bogor

L

J.

Analisis Spasid optimalisasi distribusi ruang terbuka hijau KO& Bogor

..

-

Optimalisasi penataan mang terbuka hjjau Kota Bogor

(25)

IT:

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Tata Ruang Kota

Lahan merupakan aspek utama dalm perencanaan pengembangan wilayah kota sedangkan perencanaan adalah suatu aktivitas yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu. Menurut Jayadinata (1999)

perencanaan adalah suatu proses yang mengubah proses Iain atau rnengubah suatu keadaan

untuk

mencapai maksud yang dituju oleh perencana atau oleh orang atau badan yang diwakili oleh perencana tertentu.

Percncagaan adalah rnengontrol penggunaan lahan dengan peraturan

zoning, yaitu dengan batas area yang jelas misalnya, perdagangan, industri, perrnukiman dan pertanian. Penerapan untuk bangunan misalnya syarat ukuran, tinggi dan sebagainya. Peninjauan dan perkembangan memerlukan pengembang

untuk menghadirkan konsep pada bagian tata ruang. Dalam usaha perencanaan terhadap suatu kawasan tertentu diperlukan adanya pendekatan yang difakukan terhadap kebutuhan atau keinginan khusus dari suatu keIompok sosial atau lahan. Pendekatan yang diambil tersebut haruslah efektif untuk dapat mernberikan penyediaan segala bentuk pelaystnan dan ruang bagi masyarakat yang menggunakan dan berkepentingan terhadap kawasan tersebut. Proses perencanaan lanskap yang baik hmslah merupakan proses yang dinamis, saling terkait serta saling menunjang. Proses ini r n e q a k a n suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan keadam awal suatu lahan atau kawasan (Nurisyah,

1996).

Perencanaan adalah suatu kemampuan untuk rnemaharni dan rnenganjurkan adanya suatu perubahan dari yang mungkin atau tidak mungkin

pada saat menjadi kenyataan pada masa yang akan datang. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa suatu proses perencanaan merupakan alat yang sistematis untuk dapat menentukan suatu keadaan awal, keadaan yang diharapkan dan cara yang terbaik untuk lnencapai keadaan yang diharapkan tersebut. Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu tindakan rnengatur dan menyatukan berbagai tata

(26)

Menurut dayadinata (1999) mang atau space adaIah seluruh permukaan bumi yang rnerupakan lapisan biosfera tempat hidup tetumbuhan, hewan dm

manusia. Ruang dapat mexupakan suatu wilayah yang mernpunyai batas geografi,

yaitu batas menurut keadaan fisik, sosiaI atau pernerintahan yang meliputi

sebagian pemukaan bumi, lapisan tanah dibawahnya dan lapisan udara diatasnya.

. .

Penggunaan tanah merupakan suatu bagan dari tata ruang, maka untuk tetap

menjaga keseimbangan, keserasian, kelestarian dan rnempsroleh manfat tata

mang kota hams dilakukan untuk meningkatkan kualitas manusia dm kualitas lingkungan hidup.

Perencanaan tata mang merupakan wahana untuk rnewujudkan suatu kota yang nyaman, asri, dan sehat. Derencanaan kota dituntut untuk rnampu lnenjaga

keserasian antara kebutuhan akiivitas rnasyarakdt dengan kelestarian bentuk

lanskap aIami kota. Ha1 ini sangat penting mengingat kecenderungan pembangunan kota pada rnasa kini yang berkonotasi meminirnalkan mang terbuka hijau dm menghilangkan wajah alam (Aji, 2000). Perencanaan ruang terbuka hijau kota merupakan salah satu sektor dmi perencanaan tata ruang kota karena

ruang terbuka hijau adafah bagian dari ruang kota. Dengan kuantitas dan kualitas

yang sesuai dengan keadaan kota maka akan berfungsi dengan baik dan

mempsrindah kota.

2.2 Kolasep Ruang Terbuka Hijau

2.2.1 Definisi Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan

yang berfungsi sebagai kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas

pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan

hijau kegiatan olahraga, kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau

diklasifikasi berdasarkan status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan s t n k l m

vegetasinya (Fandeli, 2004).

Berdasarkan Xnstnrksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang

Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan, ruang terbuka hijau adaIah

ruang-ruang daIarn kota atau wilayah yang Iebih luas, baik dalam bentuk area atau kawasan maupun daIam bentuk area rnernanjang atau jalur diinana didala~n

(27)

Menurut Nurisyafi (1996) mang terbuka hijau kota merupakan ruang-

ruang terbuka (open space) di berbagai tempat

di

suatu wilayah kota yang secara optimal digunakan sebagai daerah penghijauan dm berfungsi baik secara langsung maupun tidak langsung

untuk

kehidupan manusia dan kesejahteraan manusia atau

warga kotanya selain untuk kelestarian dan keindahan lingkungan. 2.2.2 Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Manusia yang tinggal dilingkungan perkotaan membutuhkan suatu

lingkungan yang sehat dan bebas polusi untuk hidup yang nyaman. Dalarn keterkaitannya dengan alam, rnanusia juga mernbutuhkan kehadiran lingkungan

hijau, sehingga fungsi ruang terbuka hijau sangat dibutuhkan untuk membantu

manusia mengatasi tekanan-tekanan seperti kebisingan, udara panas dan polusi udara. Serain itu juga dapat dimanfaatkam sebagai pelembut kesan keras dari

struktw fisik kota dan sebagai pembentuk kesatuan ruang dalam kob (Carpenter

st ah, 1975).

Ruang terbuka hijau dapat b e r h g s i sebagai ventilasi, dimana ruang

terbuka hijau sebagai pemasok udara yang segar dan bersih dapat difetakkan

diantara dan mengelilingi struktur yang masif, rnembentuk ruang-ruang ventilasi

yang menetralkan polusi udara (Bematzky, 1978). Menurut Nurisyah (1997)

mang terbuka hijau di kawasan perkotaan mempunyai manfaat yang tinggi daIam memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan.

Fungsi ruang terbuka hijau di perkotaan menurut Simonds (1983), yaitu :

sebagai penjaga kualitas lingkungan, sebagai penyumbang ruang bemapas yang

segar dan keindahan visual, sebagai paru-pam kota, sebagai penyangga sumber air

dalam tanah, untuk mencegah erosi, sebagai unsur dan sarana pendidikan.

Menurut Hakirn (2002) fungsi ruang terbuka hijau terdiri dari :

1. Fungsi estetis

Fungsi estetis dapat diperoleh melalui tanaman-tanaman yang sengaja

ditata sehingga tampak menonjol keindahannya. Warna hijau dan aneka

susunan tajuk berpadu menjadi pemandangan estetis. Halaman gedung dan

perurnahan atau Iainnya yang tampak kaku dan gersang akan terasa indah

(28)

2. Fungsi orologs

Perpaduan antara tanah dan tanaman merupakan kesatuan yang safing

rnemberi manfaat. Vegetasi yang tumbuh diatas tanah akan- mengurangi

erosi, fimgsi orologis ini penting untuk rnengwangi tingkat ksrusakan

tanah, terutama longsor dan menyangga kestabilan tanah.

3. Fungsi hidrofogis

Struktur akar tanarnan marnpu menyerap kelebihan air apabila tuntn hujan

sehingga tidak mengalir dengan sia-sia melainkan dapat tersexap oleh

tanah. Ha1 ini sangat mendukung daw alami air tanah sehingga dapat

mengmtungkan manusia. Dengan demikian daerah hijau sangat penting

menjadi sebagai daerah persediaan air tanah.

4. Fungsi ktimato togis

Iklim yang sehat dan normal penting untuk keselarasan hidup manusia.

Faktor-faktor iklim seperti kelernbaban, curah hujan, ketinggian tempat dan sinar rnatahari akan rnembentuk suhu harian rnaupun bulanan yang

sangat besar pengaruhnya terhadap rnanusia. Keberadaan vegetasi dapat

menunjang faktor-fa&or iklim tersebut. Efek rumah kaca akan dikurangi

oleh banyaknya vegetasi d a l m suatu daerah bahkan adanya vegetasi akan

menambah kesejukan dan kenyamanan lingkungan.

5. Fungsi edaphis

Fungsi ini berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa diperkotaan

yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang tempat

huniannya. Padahal keberadaan satwa diperkotaan akan memberi warna

pada kehidupan perkotaan. Lingkungan hijau akan memberi tempat yang

nyaman bagi satwa tanpa terusik.

6. Fungsi ekologis

Keserasian lingkungan bukan hanya baik untuk satwa, tanaman atau manusia. Keseluruhan mahluk ini dapat hidup nyaman apabiIa ada

kesatuan, Alam yang rusak berdampak negatif pada hidup manusia. Kehidupan mahluk hidup di alam rnemiliki ketergantungan satu dengan

(29)

7. Fungsi protektif

Pohon dapat rnenjadi pelindung dari terilmya sinar matahari di siang hari

sehingga manusia memperoleh keteduhan dari terik sinar matahari. Pohon

juga dapat rnenjadi pelindung dari ferpaan angin kencang dan peredam

kebisingan.

8. Fungsi hygienis

Lambat l a m udara perkotaan sernakin tercemar baik oleh asap kendaraan,

industri maupun debu kota. Adanya poiusi dapat berakibat negatif pada

kehidupan manusia. Hadirnya tanaman, maka bahaya polusi ini mampu dikurangi karena dedaunan tanaman mampu menyaring debu dan mengisap kotoran di udara. Tanaman juga mengahsilkan oksigen yang

sangat dibutuhkan oleh manusia.

9. Fungsi edukatif

Sernakin langkanya pepohonan yang hidup diperkotaan membuat sebagian

warganya tidak mengenalnya, meskipun pepohonan hidup disekitarnya.

Penanaman kembali pepohonan diperkotaan dapat bermanfaat sebagai

laboratorium alam.

2.2.3 Bentuk Rusng Terbuka Hijau

Penyebaran ruang terbuka hijau ditenhkan vizh wilayah pengembangaii

d a I m koia tersebut, kebutuhan mang terbuka hijau dan fungsi mang terbuka hijau di areal perkotaan. Lokasi ruang terbuka hijau di areal perkotaan tidak hanya terpusat pada satu tempat tetapi juga dapat menyebar atau terpisah seperti taman kota yang kemudian dihubungkan dengan areal penghijauan penghubung seperti

j aIur hijau.

Tujuh bentuk ruang terbuka hijau berdasarkan lujuan penggunaannya yaitu

: ruang terbuka hijau yang berlokasi hkarenakan adanya tujuan konservasi, ruang terbuka hijau untuk tujuan keindahan kota, ruang terbuka hijau karena adanya tuntutan fungsi kegiatan tertentu misalnya ruang terbuka hijau rekreasi dan ruang terbuka hijau pusat kegiatan olahraga, ruang terbuka hijau dengan tujuan

pengaturan lalu lintas kota, ruang terbuka hijau sebagai sarana olahraga bagi

(30)

flora dan fauna seperti kebun binatang dan ruang terbuka hijau untuk halarnan

maupun bangunan nunah (Depdagri, 1988).

2.2.4 Jerxis dan Luas Cakupan Ruang Terbuka Hijau 2.2.4.1 Jenis Ruang Terbuka Hijau

Ketentuan mengenai jenis-jenis mang terbuka hijau kawasan perkotaan

dijelaskan pada Permendagri No. 1 Tahun 2007, pasal6 meliputi 23 jenis yakni :

I. Taman kota

2. Taman wisata alam

3. Taman rekreasi

4. 'faman Iingkungan perurnahan dart pemukiman 5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial

6. Taman hutan raya

7. Hutan kota 8. Hutan lindung

9. Bentang alam seperti pnung, bukit, lereng dan Iembah

10. Caga~ alam

1 1. Kebun raya

12. Kebun binatang

1 3. Pemakaman umum

14. Lapangan olahraga 1 5. Lapangan upacara 16. Parkir terbuka

17. Lahan pel-tanian perkotaan

18. Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET)

19. Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa

20. Jalur pengarnan jalan, median jaIan, re1 kereta api, pipa gas dan pedestrian

2 1. Kawasan dan jalur hijau

22. Daerah penyangga (bufir zone) lapangan udara dan

23. Taman atap (roof garden)

2.2.4.2 Luas Ruang Terbuka Hijau Perkotaan

Berdasarkan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Jeneiro,

(31)

tahun kemudian disepakati bersama bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas

RTH minimal 30% dari total Iuas kota.

Dalarn penyediaan ruang terbuka hijau proporsi yang diarnanatkan dalam

Permendagri No. 3 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa luas ideal RTWKP adalah sebesar 20%. Luas

* .

RTHKP tersebut lnencakup luas Ruang terbuka Hijau publik d m mang terbuka

hijau privat. Luas RTHKF' pubXik penyediaamya menjadi tanggung jawab

pemerintah kabupatedkota yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan

kemampuan-masing-rnasing daerah. RTHKP privat penyediaamya menjadi

tanggung jawab pihaulembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang

dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh pemerintah kabupatenkota,

kecuali Provinsi DKI Jakarta oleh Pernerintah Provinsi.

Sedangkan dalam W No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang ditctapkan setelah Permendagri No. 3 Tahun 2007 menyebutkan bahwa :

1. Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik d m ruang

terbuka hijau privtit.

2. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota.

3. Proporsi ruang terbuka hiljau publik pada wilayah kota paling sedikit 20% dari luas wilayah kota.

Distribusi rumg texbuka hijau publik sebagairnana dimaksud disesuaikan .

dengan sebaran penduduk daxl hierarki pelayanan dengan rnemperhatikan rencana struktur dan pola ruang. Khususnya untuk pemanfaatan ruang terbuka hjau terdiri

atas ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka privat. Ruang terbuka hijau

publik merupakan m n g terbuka hjau y m g dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan unfxk kepentingan masyarakat secara urnum. Yang

termasuk ruang terbuka hijau pubtik antara lain adalah taman kota, tarnan

pemakarnan umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai. Yang

termasuk ruang terbuka hijau privat antara lain adaIah kebun atau halaman rumah

atau gedung rniIik masyarakat atau swasta yang ditanami tumbuhan.

(32)

maupun sistem ekologis lain yang selanjutnya akan rneningkatkan ketersediaan

udara bersih yang diperlukan masyarakat serta sekaligus meningkatkan nilai

estetika. Untuk lebih meningkatkan fimgsi dan proporsi ruang terbuka hijau di

kota, pemerintah, masyardcat, dan swasta didorong untuk menanam tumbuhan

diatas bangunan gedung miliknya. Proporsi ruang terbuka hijau publik seluas

minimal. 20% ymg disediakan ofeh pemerintah d m & kota dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka hijau minimal dapat lebih dijarnin pencapaiannya sehingga

rnernungkinkan pemanfaatannya secara luas oIeh masyarakat.

Pada kenyataannya, formula m u s a n penentuan luas ruang terbuka hijau

kota yang memenuhi syarat lingkungan kota yang berkelanjutan ini masih bersifat kuantitatif d m tergantung dari banyak faktor penentu antara lain geografis, iklim,

jumlah clan kepadatan penduduk, luas kota, kebutuhan akan oksigen, rekreasi dan

banyak faktor lain. Dapat disimpulkan bahwa sehubungan dengan tuntutan waktu

dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala aktivitas dan keperluan,

seperti cukup tersedianya ruang rekreasi gratis maka sebuah kota dimanapun dan

bagaimanapun ukuran &n kondisinya pasti semakin memerlukan ruang terbuka

hijau yang memenuhi persyaratan terutama kualitas keseimbangan penddcung

keberlangsungan fungsi kehidupan, adanya pengelolaan dan pengaturan sebaik

mungkin serta konsistensi penegakan hukumnya.

Pennintaan akan pernanfaatan lahan kota yang terns tumbuh dan bersifat

akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, temasuk kemajuan teknalogi, industri dan transportasi, sefain sering mengubah-ubah konfigurasi

alarni atau bentang alam perkotaan juga rnenyita lahan-lahan tersebut dan

berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua ha1 ini wnumnya merugikan keberadaan ruang terbuka hijau yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan

tidak ekonornis. Dilain pihak kernajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan sistem ~ltilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota juga

telah menarnbah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai

ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk rnengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan ruang terbuka hijau sebagai suatu teknik

bioengineering dan bentukan biofdler yang relatif lebih rnurah, arnan, sehat, dan

(33)

2.3 Pengertian Sistem dan Model

Suatu sistem didefinisikan sebagai himpunan atau kombinasi dari bagian- bagian yang membeniuk sebuah kesatuan yang kornpleks. Namun tidak semua

kumpulan clan gugus bagian dapat: disebut suatu sistem kalau tidak memenuhi syarat adanya kesatuan (unity), hubungan fungsional, dan tujuan yang berguna.

Suatu kawasan dengan berbagai sumber daya dan aktivitas & dalamnya merupakan suatu sistem yang kompleks. Dalam penataan ruang suatu kawasan

jelas ketiga syarat tersebut dapat dipenuhi, tata ruang yang berbasis lahan

merupakan suatu kesatuan yang didalamnya terdapat hubungan fungsional antar

sekor atau bagian dalam mencapai tujuan optimalisasi pemanfaatan tata ruang suatu kawasan. Hubungan fungsional tersebut tercermin pada hGbungan antara

kondisi sosial, ekonomi, dan biofisik kawasan. Ketiga kondisi akan sa1ing mempengaruhi dengan fimgsi-hgsi yang dapat dijelaskan. Kondisi sosial,

sebagai contoh adalah perubahan kondisi kependudukan akan rnernpengaruhi

akivitas ekonomi yang sdanjutnya berpengarufi pada pengpaan ruang y m g

akan mengubah kondisi biofisik kawasan.

Model didefinisikan sebagai suatu' "prwakilan atau abstraksi dari sebuah

obyek atau situasi aktual. Model memperlihatkan hubungan-hubungan langsung

maupun tidak langsmg serta kaitan timbal balik dalam istilah sebab alubat. Ofeh

karena suatu model adalah abstraksi dari realitas, pada wujudnya h a n g

kompleks daripada realitas itu sendiri. Jadi, model adalah suatu penyederhanaan

dari suatu realitas yang kornpleks. Model dikatakan lengkap apabila dapat

mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji. Sebagai contoh, boneka

adaIah model dari bent& manusia; baneka yang dapat tertawa, menangis, dan berjalan adalah model manusia yang lebih lengkap, tidak hanya mewakili bentuk

tetapi juga beberapa perilaku manusia.

2.3.1 Pendekatan Sistem Dalam Penyusunan Tata Ruang

Kenyataan yang mendasar dari persoaIan aktual tats nlang adalah

kompleksitas, dimana unitnya adalab kesngaman. Oleh karena itu, keragaman yang begitu besar tidak mungkin dikaji atau dikendalikan oleh satu atau dua metode spesifik saja. Dalam ha1 ini, teori sistem menyatakan bahwa kesisteman

(34)

keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial dapat dipadukan dan berhasil.

Karena sistem selalu mencari keterpaduan antar bagan melalui pernahaman yang

utuh, m&a perlu suatu kerangka fikir yang dikenal sebagai pendekatan sistem

(system approach) dalam penataan ruang suatu kawasan. Pendckatan sistem

datam penataan ruang suatu kawasan adalah cara penyelesaian persoalan yang

dimulai dengan dilakukamya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-

kebutuhan mang sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem tata ruang

yang dianggap efektif.

Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu (1)

mencari semua faktor yang penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik

untuk rnenyeiesaikan rnasalah dan (2) dibuat ssuatu model hantitatjf untuk membantu keputusan secara rasional. Untuk dapat bekerja sempurna suatu

pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yang meliputi (1) metodologi untuk perencanaan dan pengelofaan, (2) suatu tim yang multidisipiiner, (3)

pengorganisasian, (4) disiplin untuk bidang yang non-kuantitatif, (5) teknik model matcmatik, ( 6 ) teknik simulasi, (7) teknik optimasi, dan (8) aplikasi komputer.

Salah satu unsur yang penting adalah aplikasi manajerial pada metodologi perencanaan, pengendalian, d m pengelofaan sistem. Proses tersebut melalui

beberapa tahap yang dimulai dengan mendefinisikan kebutuhan,

memformulasikan masalah, sintesa dari alternatif pemecahan masalah, kelayakan

dari alternatif, metode

untuk

memperoleh altematif yang ada, rancangan yang optimal, dan operasionalisasi sistem.

2.3.2 Pernodelan Dengan Pendekatan Sistem Dinamik

Model merupakan representasi dari sistem nyata, suatu mode1 dikatakan

baik bifa perilaku model tersebut dapat menyerupai sistem sebenamya dengan

syarat tidak melanggar prinsip-prinsip berpikir sistem. Dalam membangun suatu

model sangat d i p e n g a d oXeh subjektivitas seseorang atau organisasi, oleh

karena itu perlu adanya penyempurnaan yang dilakukan secara terus-menerus dengan menggali inforn~asi dan potensi yang relevan.

Salah satu pendekatan pernodelan yang telah rnempertimbangkan systen2

thinking dan prinsip pembuatan model dinarnik adalah rnetodologi systein

(35)

dengan pertanyaan-pertanyaan tentang tendensi-tendensi dinamika sistem yang

kompleks, yaitu pola-pola tingkah ldm yang dibangkitkan oleh sistem itu dengan bertambahnya waktu. Penggunaan metodologi ini Iebih ditekankan kepada tujuan- tujuan peningkatan pengertian kita tentang bagaimana tingkah laku sistem itu

muncul dari struktumya. Pengertian ini sangat penting dalam perancangan .

-

kebijalran yang efektif.

Persoalan yang dapat dengan tepat dimodelkm rnenggunakan metodologi system dynamics menurut Roberts (dalam Sitornpul, 1498) adalah rnasalah yang

mernpunyai sifat: dinamis (berubah terhadap waktu) dm stmktar fenomenapya mengmdung paling sedikit satu simktur w a n - b a l i k fleedback structure).

Metodologi system dynamics yang dimodelkan adalah struktur infomasi sistem yang di dalamnya terdapat aktor-aktor, sumber-sumber informasi, dm jaringan

aliran informasi yang menghubungkan keduanya.

Analogi fisik dan matematik untuk stmkhr infomasi itu dapat dibuat

dengan mudah. Sebagai suafx analogi fisik, sumber informasi merupakan suatu tempat pennyimpanan (storage), sedangkan keputusan merupakan aliran yang

m a s k ke atau keluar dari tempat pnyirnpanan itu. Dalam analagi matematik, sumber informasi dinyatakan sebagai variabel keadaan (state variable), sedangkan

keputusan rnerupakan turunan (derivative) variabel keadaan tersebut.

Struktur umpan balik hams dibenhxk karena adanya hubungan kausal

(sebab-akibat). Dengan perkatam lain, suatu stnzktur wnpan-balik adalah suatu

causal loop (lingkar sebab-akibat) (Tasrif, 2005). Perilaku sistem umpan balk dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu urmpan balik pasitif dan umpan balk negatif. Umpan baIik positif membangkitkan proses pertumbuhan dimana suatu

kejadian hasifnya rnasih akan memperbesar kejadian berikutnya. Umpan balik ini mempunyai ciri adanya ketidakstabilan, ketidakseimbangan, pertumbuhan atau

rnemperkuat. Sedangkan umpan balik negatif selalu berusaha mencapai tujuan

atau keseimbangan, dan berusaha memberikan koreksi sebagai tindakan mtuk

(36)

rnenentukan tindakan, keadaan sistem, serta informasi tentang keadaan sistem.

Wormasi tersebut kemudian kembali pada keputusan.

Untuk merepresentasikan aktivitas dalam suatu lingkar urnpan-balik,

digunakan dua jenis variabel yang disebut sebagai level dan rate. Level

rnenyatakan kondisi sistem pada setiap saat yang merupakan hasil akumulasi

. *

dalam sistem. Dalam kerekayasaan (engineeringl level sistem lebih dikenal

sebagai state variable system. Sedangkan rate menyatakan aktivitas sistem yang

dapat rnempengaruhi level (Sitompul, 1998). Persamaan suatu variabel rate

merupakan suatu s W u r kebijaksanm yang menjelaskan mengapa dan

bagaimana suatu keputusan dibuat berdasarkan kepada informasi yang tersedia di

dalam sistem. Rate inilah satu-satunya variabel &lam model yang dapat

mempengaruhi level. Satu variabel tambahan adalah auxiliary variable yang

fmgsinya menyederhanakan hubungan infonnasi antara level dan rate. Semua jenis variabel ini dinyatakan dalam persamaan matematik yang akan

disimulasikan (Sitompul, 1998). ,

Umumnya, perilaku-perilah fenomena yang rnirip secara kualitatif,

walaupun berasal dari sistem-sistem yang berbeda, mempunyai struktur yang serupa, seperti kurva S, yang rnenggarnbarkan pertumbuhan sigmoid. Sifat dari

kurva S ini merupakan gabungan pertumbuhan eksponensial positif pada tahap

awal dengan pertumbuhan asirntotik pada tahap akhir. Pertumbuhan S mempunyai arti bahwa pada awalnya level berubah perlaban-lahan, makin lama makin cepat, tetapi pada akhir pertumbuhm level berubah lagi secara perlahan-lahan mencapai suatu kejenuban asimtotik. Waktu perubahan pada saat eksponensial positif disebabkan oleh umpan baXik positif Sedangkan pertumbuhan asimtotik disebabkan oleh adanya umpan balik negatif (Sitompul, 1998).

Manusia secara naluriah menggunakan suatu model untuk mengambil

suatu keputusan. lnformasi yang telah dipunyai rnenjadi dasar pemilihan konsep-

konsep serta hubungan-hubungan dari sistem yang dibayangkan oleh pikirannya.

Gambaran tentang sistem yang ada di dalam pikiran seseorang tersebut dinarnakan

(37)

diinterpretasikan secara Iengkap. Model mental seringkali tidak adaptif terhadap

konsekuensi-konsekuensi dinamis yang muncul. Forrester (1973) menyatakm :

the human mind is not adapted to interpreting how social systems behave. Our

social systems belong to the class called multiple-loop nonlinear feedback

systems.

Forrester dalam Sitompul (1998), menyatakan terdapat tiga karaktefistlk

sistem sosial yang dapat mernbuat seseorang melakukan kesalahan dalam proses

pengambilan keputusan d m kesirnpulan.

1. Karakteristik pertama adalah sistem sosial tidak sensitif terhadap perubahan- perubahan ddam kebijakan yang dilakukan dalam suatu upaya uxltuk

mengubah atau rnemperbaiki perilaku sistem.

2. Karakteristik kedua adalah bahwa sistem sosial boleh jadi terlihat memiliki beberapa faktor atau petunjuk yang berpengaruh serta sensitif dalam lnernperbaiki clan mengubah perilaku sistem. Faktor dan petunjuk tersebut bisa

jadi merupakan sesuatu yang tidak diharapkan mtuk diubah. Apabila dalam

model sistem sosial faktor sensitif tersebut diidentifikasi, maka kemungkinan

k e k e l i m seseorang yang dibimbing oleh intuisi dalam memutuskan

rnengubah sistern dan mengambil kesimpdan addah. sangat besar.

3. Karakteristik ketiga adalah biasanya terdapat konflik yang sangat mendasar antara konsekuensi suatu kebijakan &lam jangka pendek dan jangka panjang.

Suatu kebijakan yang bertujuan untuk rnemperbaiki sistem dalam jangka

pendek, misalnya satu hingga Iima tahun, boleh jadi dapat memperburuk sistem

dalam j angka panjang.

Model komputer untuk sistem sosiaI adalah simplifikasi dari sistem

sosiaf yang sebenarnya te jadi. Perbedaan mendasar antara model komputer

dengan model mental adalah kemampuan model komputer untuk menetapkan

konsekuensi dinamik setiap komponen-kornponen model yang saling berinteraksi.

Model mental boleh jadi akurat dalam struktur dan asumsi, namun demikian

pikiran manusia dapat menghasilkan kesimpulan yang belum tentu benar

(Forrester daIam SJtornpul, 1998).

(38)

dengan menggunakan system dynamics, dalam simulasi komputer digunakan

untuk mempelajari konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku dinamis dari suatu

sistem. Dalam model komputer setiap konsep ataupun asumsi tentang sistem

nyata dapat dinyatakan secara lebih jelas. Notasi-aotasi dan persamaan

maternatika dapat digunakan dalam menggarnbarkan model. Konsekuensi-

konsekuensi dinamik yang muncul karena adanya interaksi antar asumsi-asurnsi dapat disimulasikan. Hasil sirnufasi model komputer ini mernungkinkan kita untuk rnemperdebatkan kembali asumsi-asumsi kita tentang masalah-masalah sosial

yang sedang diteliti. Model komputer ini rnerupakan suatu laboratorium tempat

eksperimen-eksperim kebijakan dianalisis.

Perkernbangan yang amat pesat dalam dunia sirnulasi kornputer membuat

simulasi dari konsekuensi yang dihasilkan oleh perilaku dmamis ini dapat

diiakukan dengan biaya rendah. Sirnulasi komputer memberikan sumbangan besar

dalaln perancangan kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan dalam suatu sistem

dengan kernampuan untuk memberikan konsekuensi yang akan ditimbulkan atas

setiap kebijakan tersebut.

2.3.2.1 Langkah-Langkah Pernodelan dengan Pendekatan System Dyrtamics

Saeed (dalam Tasrif, 2005) menyatakan bahwa dalam pembuahn suatu model dengan menggunakan metodologi system dynamics haruslah rnelalui tahap-

tahap befikut :

1. Identifikasi periIaku persoalan (problem behavior)

a. Pola referensi

Pada langkah ini diidentifikasi poIa historis atau pola hipotesis yang

menggambarkan perilaku persoalan (problem behavior). Pola historis atau

pola hipotesis ini rnerupakan pola referensi yang di wakili oleh pola perilaku suatu kumpulan variabel-variabel yang mencakup beberapa aspek yang

berhubungan dengan perilaku persoalan. Pola-poIa tersebut di intregasikan

ke dalam suatu susunan (fabrikasi) sedemikian rupa sehingga dapat

rnerepresentasikan tedensi-tendensi internal yang ada di dalam sistem.

Penggambaran pola referensi tersebut sebagai tendensi internal sistern

(39)

struktur umpan-balik yang terbentuk di dalam sistem dan rnempunyai

irnplikasi-implikasi terpenting untuk analisis kebijakan.

b. Hipotesis dinamik

Setelah pola referensi dapat di definisikan, suatu hipotesis awal

tentang interaksi-interaksi perilaku yang rnendasari pola referensi perlu

diajukan. Pada lmgkah ini, hipotesis dinamik yang diajukan mungkin belum tepat sekali. Beberapa iterasi dari fomdasi, perbandingan dengan bukti-

bukti ernpiris, dan reformulasi akan ditempuh untuk sampai kepada suatu

hipotesis yang logis dan sahih secara ernpiris.

c. Batas model

Langkah ini batas model akan di definisikan terlebih dahulu dengan

jelas sebelum suatu model di bentuk. Batas model ini rnernisahkan proses-

proses yang menyebabkan adanya tendesi internal yang di ungkapkan dalam

pola referensi dari proses-proses yang rnereprentasikan pengaruh-penganrh

eksogenus. Batas model ini &an menggambarkan cakxpan analisis dan akan berdasarkan kepada isu-isu yang di tunjuklan ofeh analisis tersebut dan akan meliputi semua interaksi sebab-akibat yang berhubungan dengan isu itu.

2. Membentuk suatu model komputer a. Struktur umpan balik model

Batas model dapat di definisikan, suatu struktur lingkar-lingkar umpan

balik feedback loops) yang berinteraksi akan di bentuk. Stntktur umpan-

balik ini merupakan blok pernbentuk model yang di ungkapkan melafui lingkar tertutup. Lingkar urnpan-balik tersebut menyatakan hubungan sebab

akibat variabef-variabel yang melingkar, bukan menyatakan hubungan

karena adanya korelasi-korelasi statistik. Hubungan sebab-akibat antar

sepasang variabel harus dipandang bila hubungan variabel tersebut dengan

variabel lainnya di dalam sistem dianggap tidak ada. Sedangkan suahi

korelasi statistik antara sepasang variabel di huunkan dari data yang ada

dalam keadmn variabel tersebut berhubungan dengan variabel Iainnya di

dalam sistem dan kesemuanya bembah secara sirnultan.

Ada dua macarn lingkar umpan-balik yang mungkin terdapat daiam

(40)

positif akan menghasilkan pola pertumbuhan eksponensial atau peluruhan

(decay), sedangkan lingkar umpan-balik negatif &an menghasilkan pola-

pola pencapaim tujuan (goal seekingl. Gabungan lingkar yang sejenis

ataupun kombinasinya akan meghasilkan bemacam pola perilaku.

b. Level dan rate

Merepresentasikan aktivitas dalam suatu Iingkar umpan-bdik,

digtmakan dua jenis variabel yang disebut sebagai level dan rate. Level

menyatakan kondisi sjstern pada setiap saat. Dalam kerekayasaan

(engineering) level system lebih dikenal sebagai state variable system.

Level merupakan akumulasi didalam sistem.

Persamaan suatu variabel rate mempakan suatu struktur kebijakan

yang menjelaskan mengapa dan bagaimana suatu keputusan dibuat

berdasarkan kepada infomasi yang tersedia di dafam sistem. Rate inilah

satu-satunya variabel dalam model yang dapat mernpengaruhi level.

3 . Pengujian model dan analisis kebijakan

Model eksplisit suatu persoalan telah dapat diformulasikan, pada langkah

ini suatu kumpuIan pengujian dilakukan terhadap model untuk mendapatkan

keyakinan terhadap kesahihan model dan sekaligus pula mendapatkan pernahaman terhadap tendensi-tendensi internal sistem. Hal ini dilakukan dalam

upaya untuk membandingkannya dengan pola referensi dan secaxa terus menerus

memodifikasi dan mernperbaiki struktur model. Sensitivitas model terhadap

perubahan nilai pararneter-parameter perlu dilakukan pula dalam langkah ini.

Bila suatu korespondensi antara model mental sistem, model ekspfisitnya,

dan pengetahuan empirik tentang sistem telah diperoleh, model yang dibuat dapat

diterima sebagai suatu representasi persoalan yang sahih dan dapat digunakan

untuk analisis kebijakan.

2.4 Sistem Inforrnasi Geografis

Sistem informasi geografis adalah suatu sistem berbasis komputer yang

mernberikan empat kemampuan untuk menangani data bereferensi geografis, yaitu

pemasukan, pengelolaan atau manajemen data (menyimpan atau pengaktifan

kembali), manipulasi dan anafisis serta keluaran. Pemasuken data kedalam sistem

(41)

meliputi sernua operasi penyimpanan, penga&ifan, penyimpanan kembali dan pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Proses manipulasi d m

andisa data dilakukan dengan interpofasi spasiaI dari data non spasial rnenjadi data spasiaI, rnengkaitkan data tabular ke data raster, turnpang susm peta yang

meliputi map crossing, twnpang susun dengan bantuan matriks atau tabel dua

. .

dimensi, clan kalkulasi peta. Keluaran utama dari sistem informasi geografis

adalah informasi spasial b a n yang disajikan dalam dua bentuk yaitu tersirnpan dalam format raster d m tercetak ke hardcopy, sehingga dapat dimanfaatkan secara

operasional.

Stmktw data spasial dalam sistem infarmasi geografis dapat dibedakan

menjadi ciua macam, yaih strulrtur data vector dm raster. Struktur data vektor

kenampakan keruangan akan dihas

Gambar

Grafik jumlah penduduk Kota Bogor sdarna periode tahun simulasi ....... 75
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
Tabel 1. Jenis, unit, sumber data dm pendekatan penelitian
Gambar 3. Tahapan penyusunan optimasi penataan m a g
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa variabel PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keuangan Inklusif di Daerah Istimewa Yogyakarta, sementara itu

3DVDO .LWDE 8QGDQJXQGDQJ +XNXP 3LGDQD PHQ\HEXWNDQ EDKZD EDUDQJVLDSD EHUVHWXEXK GHQJDQ VHRUDQJ ZDQLWD GL OXDU SHUNDZLQDQ SDGDKDO GLNHWDKXL DWDX VHSDWXWQ\D KDUXV GLGXJD EDKZD

Aplikasi motion comic dongeng agama Buddha akan dibuat sesederhana mungkin agar dapat digunakan dengan mudah untuk anak-anak 4-6 tahun. Aplikasi ini akan menampilkan cerita

Kecemasan diri yang sifatnya abstrak akan sulit jika divisualkan secara langsung tanpa ditampilkan secara simbolik. Maka dari itu ungkapan secara simbolik digunakan

penambahan tahanan pada metode tersebut maka dapat merubah besaran-besaran yang pada motor tersebut terutama pada efisiensi motor.maka dari itu dalam tugas akhir ini

While initiation of development of small area estimation in Indonesia has been started by Smeru Research Institute (2003), Kurnia and Notodiputro (2005) have also studied

Dengan begitu kita akan mengetahui persiapan menghadapi penyakit tersebut, tindakan pencegahan yang harus dilakukan agar penyakit tidak bertambah parah, serta melakukan

bentuk dari gambaran pemetaan input alumni ialah: sarana dan prasarana yang meliputi; fasilitas sarana dan prasarana dan ketersediaan sarana dan prasarana sebagai