ANALISIS PARAMETER GENETIK DAN DETEKSI
SEGREGAN TRANSGRESIF PADA POPULASI F2
KACANG TANAH (
Arachis hypogaea
L
.
)
ANDI SAULEKA
A24110130
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Parameter
Genetik dan Deteksi Segregan Transgresif pada Populasi F2 Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Andi Sauleka
ABSTRAK
ANDI SAULEKA. Analisis Parameter Genetik dan Deteksi Segregan Transgresif
pada Populasi F2 Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Dibimbing oleh
YUDIWANTI WAHYU EK.
Penelitian ini bertujuan untuk menduga paramaneter genetik, menduga pengendalian genetik karakter-karakter yang dipelajari dan mendeteksi individu
terduga segregan transgresif pada populasi F2dalam upaya memperbaiki potensi
genetik pada turunan kacang tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Leuwikopo, Dramaga, Kabupaten Bogor Jawa Barat, mulai bulan November 2014 hingga Februari 2015. Bahan genetik tanaman yang digunakan adalah dua populasi zuriat Zebra x GWS 18 A1 dan resiprokalnya (GWS 18 A1 x Zebra) yang terdiri dari populasi P1, P2, dan F2. Parameter genetik yang diduga yaitu komponen ragam, heritabilitas arti luas dan pendugaan aksi gen menggunakan analisis keruncingan dan kemenjuluran kurva sebaran F2. Karakter - karakter pada dua populasi F2 persilangan kacang tanah sebagian besar memiliki nilai duga heritabilitas dan koefisien keragaman genetik yang tergolong rendah. Terdapat 2 individu terduga segregan transgresif berdasarkan karakter jumlah polong pada populasi persilangan Zebra x GWS 18 A1 dan 1 individu pada populasi persilangan GWS 18 A1 x Zebra.
Kata kunci: heritabilitas, keragaman genetik, aksi gen, keruncingan, kemenjuluran
ABSTRACT
ANDI SAULEKA. Genetics Parameters Analysis and Transgressive Segregates
Detection on F2 Population of Peanut (Arachis hypogaea L.). Supervised by
YUDIWANTI WAHYU EK.
This study was aimed to estimate genetics parameters, genetic control for the
characters studied and detect individual segregant transgressive in two F2
populations. This study was conducted at Leuwikopo, Experimental Field Dramaga, Bogor, West Java, from November 2014 until February 2015. The plant genetic material used was two crosses from Zebra x GWS 18 A1 and its reciprocal
(GWS 18 A1 x Zebra), each consisted of P1, P2, and F2populations. The genetic
parameters estimated were variance components, broad sense heritability while the gene action were estimated using skewness and kurtosis analysis of F2 distribution. Characters of both crosses had low broad sense heritability also low genetic coefficient variability. There were 2 plants expected to be trangressive segregant based on character number of pods in Zebra x GWS 18 A1 population and 1 plant in the GWS 18 A1 x Zebra population.
ANALISIS PARAMETER GENETIK DAN DETEKSI
SEGREGAN TRANSGRESIF PADA POPULASI F2
KACANG TANAH (
Arachis hypogaea
L
.
)
ANDI SAULEKA
A24110130
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 sampai Februari 2015 ini ialah Analisis Parameter Genetik dan Deteksi Segregan
Transgresif pada Populasi F2Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Yudiwanti Wahyu EK MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu serta seluruh keluarga yang telah mendoakan sehingga laporan penelitian ini dapat selesai.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Kacang Tanah 2
Pendugaan Parameter Genetik 2
Segregan Transgresif 3
Pemuliaan Kacang Tanah 3
METODE PENELITIAN 4
Tempat dan Waktu Penelitian 4
Bahan dan Alat 4
Prosedur Percobaan 4
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Kondisi Umum 7
Pendugaan Komponen Ragam dan Nilai Heritabilitas Arti Luas 7
Pendugaan Aksi Gen Karakter Berdasarkan Sebaran
Frekuensi Genotipe F2 9
Populasi F2 Potensial untuk Perakitan Kultivar Berdaya Hasil Tinggi
dan Deteksi Segregan Transgresif 13
SIMPULAN DAN SARAN 15
Simpulan 15
Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 15
LAMPIRAN 18
DAFTAR TABEL
1 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas arti luas karakter agronomi
kacang tanah hasil persilangan Zebra x GWS 18 A1 8
2 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas arti luas karakter agronomi
kacang tanah hasil persilangan GWS 18 A1 x Zebra 8
3 Pendugaan aksi gen beberapa karakter populasi persilangan kacang tanah
Zebra x GWS 18 A1 melalui analisis kemenjuluran kurva (skewness) dan
keruncingan kurva (kurtosis) 10
4 Pendugaan aksi gen beberapa karakter populasi persilangan kacang tanah
GWS 18 A1 x Zebra melalui analisis kemenjuluran kurva (skewness) dan
keruncingan kurva (kurtosis) 10
5 Karakteristik jumlah polong isi dan bobot brangkasan basah dua populasi
F2 persilangan kacang tanah 14
6 Individu F2 kacang tanah terduga segregan transgresif 14
DAFTAR GAMBAR
1 Alur Pendugaan Aksi gen dengan analisis Skewness dan kurtosis
(Jambormias 2014) 6
2 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter bobot brangkasan kacang tanah hasil
persilangan (a) Zebra x GWS 18 A1 (b) GWS 18 A1 x Zebra 11
3 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter tinggi tanaman kacang tanah hasil
persilangan (a) Zebra x GWS 18 A1 (b) GWS 18 A1 x Zebra 11
4 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter jumlah cabang kacang tanah hasil
persilangan (a) Zebra x GWS 18 A1 (b) GWS 18 A1 x Zebra 11
5 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter jumlah polong kacang tanah hasil
persilangan (a) Zebra x GWS 18 A1 (b) GWS 18 A1 x Zebra 12
6 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter indeks masak biji-kulit kacang tanah
hasil persilangan (a) Zebra x GWS 18 A1 (b) GWS 18 A1 x Zebra 12
7 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter bobot biji kacang tanah hasil persilangan
(a) Zebra x GWS 18 A1 (b) GWS 18 A1 x Zebra 12
1 Deskripsi tanaman kacang tanah varietas Zebra 18
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Permintaan Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) di Indonesia akan terus
meningkat setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan rata-rata konsumsi kacang tanah dari tahun 2000-2011 adalah sebesar 3.25% per tahun (Kementan 2013). Sementara produksi kacang tanah menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2013) menyatakan bahwa produktivitas kacang tanah nasional saat ini
hanya berada pada 1.352 ton ha-1, dengan luas area panen sebesar 519 056 ha dan
produksi total 701 680. Kebutuhan rata-rata konsumsi nasional mencapai 3.25 kg
kapita-1 tahun-1 (Kementan 2013). Peningkatan produksi kacang tanah perlu
dilakukan di Indonesia.
Peningkatan produksi kacang tanah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ekstensifikasi dan intesifikasi produksi pertanian. Ekstensifikasi produksi pertanian sulit dilakukan karena pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin bertambah. Hal ini disebabkan oleh konversi lahan pertanian ke lahan pemukiman yang tidak dapat dihentikan. Solusi untuk peningkatan kacang tanah yaitu dengan intensifikasi produksi pertanian. Intensifikasi dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti penggunaan pupuk secara tepat dosis, penggunaan jarak tanam yang efisien, pola taman, dan penggunaan varietas unggul.
Varietas unggul adalah varietas yang produktivitasnya, resisten terhadap penyakit dan cekaman lingkungan serta memiliki kandungan vitamin tertentu. Perakitan varietas unggul dapat dilakukan melalui teknik pemuliaan tanaman (Simmonds dan Smartt 1999). Perakitan varietas unggul dimulai dengan perluasan keragaman genetik yang dapat dihasilkan melalui hibridisasi, mutasi, fusi protoplas
dan rekayasa genetik (Syukur et al. 2012). Keragaman yang tinggi dibentuk oleh
interaksi gen tetua pada saat persilangan dan membentuk suatu populasi yang disebut populasi campuran. Populasi campuran diperoleh dari hasil persilangan varietas-varietas berbeda yang masing-masing-nya memiliki keunggulan sendiri-sendiri (Jambormias dan Riry 2009). Keragaman yang tinggi pada suatu populasi merupakan kondisi yang efektif untuk melakukan seleksi (Allard 1960).
Seleksi merupakan tahapan untuk memperbaiki kualitas tanaman dengan memilih sifat yang diinginkan atau memisahkan individu yang melebihi tetuanya (Mayo 1980). Seleksi dilakukan dengan mengamati fenotipe dari setiap individu tanaman. Pengamatan fenotipe ini dilakukan untuk menduga nilai genotipe jika pengaruh genetik besar atau pengaruh lingkungan dianggap tidak ada (Moll dan Stuber 1974). Pendugaan parameter genetik pada penelitian ini mencakup ragam genetik, koefisien keragaman genetik, heritabilitas dalam arti luas dan pendugaan aksi gen. Pendugaan parameter genetik ini akan mempermudah dan mempercepat pemulia dalam perakitan tanaman (Nyquist dan Baker 1991).
2
kecil dari sebaran tetua dengan keragaman rendah dan lebih besar dari sebaran tetua dengan keragaman rendah (Jambormias dan Riry 2009). Segregasi ini dapat diamati pada zuriat generasi awal. Segregan transgresif ini akan membantu para pemulia untuk mencari galur-galur yang akan diteruskan sebagai varietas unggul baru. Pada penelitian ini, pencarian segregan transgresif dilakukan pada populasi persilangan varietas Zebra x galur GWS 18 A1 serta resiprokalnya. Varietas Zebra merupakan varietas yang memiliki jumlah biji per polong 3-5 biji. Galur GWS 18 adalah galur yang memiliki jumlah polong cipo yang sedikit (Budiman 2011).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menduga parameter genetik dari dua populasi persilangan kacang tanah, menduga pengendalian genetik karakter-karakter yang
dipelajari dan mendeteksi individu terduga segregan transgresif pada populasi F2
dalam upaya memperbaiki potensi genetik pada turunan kacang tanah.
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan salah satu tanaman yang penting di dunia. Hal ini disebabkan kacang tanah merupakan sumber minyak nabati dan protein sayuran yang baik sebagai sumber pangan di negara berkembang (Savege dan Keenan 1994). Kacang tanah juga merupakan tanaman yang sangat adaptif pada benua yang
memiliki musim panas suhu tinggi (Augstburger et al. 2000). Tumpang sari dengan
kacang tanah juga dapat meringankan defisiensi Fe dan memberikan nutrisi Zn, P dan K, kemungkinan besar dengan mempengaruhi proses biologi dan kimia di
rhizosfer (Inal et al. 2007).
Kacang tanah merupakan tanaman yang memiliki cabang dan akar tunggang yang kuat. Kacang tanah memiliki dua keragaan yaitu tipe merambat dan tipe semak atau tipe tegak. Batangnya tebal dan berbulu yang akan menghasilkan bunga pada node batang. Bunga ini merupakan awal mula dari polong yang dihasilkan dari ginofor yang menembus ke tanah (Rao dan Murty 1994). Kedudukan tanaman kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan ke dalam
ordo Leguminales, famili Papilionaceae, genus Arachis, dan spesies Arachis
hypogaea (Rukmana 2009). Kacang tanah memiliki dua sub spesies yaitu hypogaea
dan fastigiata. Sub spesies hypogaea memiliki tipe runner dan virginia sedangkan
fastigiata memiliki tipe valencia dan spanish (Knauft et al. 1987).
Pendugaan Parameter Genetik
3
dan yang dapat mendasari pilihan metode perbaikan yang paling cocok (Da Silva
et al. 2008). Pada penelitian ini parameter genetik yang dianalisis adalah ragam genetik, ragam fenotipe, ragam lingkungan, koefisien keragaman genetik, heritabilitas dan aksi gen. Heritabilitas adalah perbandingan antara ragam genetik dengan ragam fenotipenya (Poehlman dan Borthakur 1969). Besarnya ragam genetik akan sangat penting untuk menentukan efek seleksi yang akan ditimbulkan, tetapi jika proporsi ragam genetik kecil maka pengaruh lingkungan sangat menentukan keragaan (Mayo 1980). Heritabilitas dapat diketahui dengan menduga
komponen ragam melalui studi generasi dasar yaitu populasi P1, P2, F1, F2, dan
backcross (Syukur et al. 2012).
Pendugaan aksi gen berupa pendugaan yang dilakukan berdasarkan
paramater kemenjuluran kurva (skewness) dan keruncingan kurva (kurtosis)
sebaran populasi bersegregasi pada F2 (Roy 2000). Skewness dan kurtosis
merupakan gambaran karakteristik bentuk distribusi yang digunakan dalam uji normalitas (Joanes dan Gill 1998). Skewness dan kurtosis dapat digunakan untuk mendeteksi interaksi gen pada suatu populasi (Choo dan Reinbergs 1982).
Segregan Transgresif
Tanaman segregan dengan sifat-sifat melebihi sifat kuantitatif tetua merupakan segregan transgresif (Poehlman dan Sleper 1995). Ciri khas segregan transgresif ini adalah rekombinasi sifat kuantitatif tetua yang memiliki efek
antagonis atau efek berlawanan dengan sifat sifat tetuanya (Rieseberg et al. 2003).
Segregan transgresif dapat diukur dengan memperkirakan jarak genetik antara tetua
dan zuriat menggunakan penanda molekuler (Kuczynska et al. 2007).
Pelaksanaan seleksi setelah persilangan untuk pemuliaan galur bertujuan untuk meningkatkan frekuensi genotipe segregan transgresif yang dikehendaki dari dalam populasi homozigot dan heterozigot pada setiap generasi, hingga diperoleh genotipe segregan transgresif homozigot untuk semua gen yang telah mengalami fiksasi. Bila tidak ada pengaruh lingkungan yang besar, maka secara teoritis, suatu segregan transgresif telah ada pada generasi segregasi F2 atau pada generasi seleksi
S0. Informasi kekerabatan untuk mendeteksi segregan transgresif dapat diperoleh
dengan mengetahui keragaan dan keragaman (Jambormias dan Riry 2009). Keragaan sifat-sifat kuantitatif biasanya terukur oleh nilai tengah hitung sifat itu,
sedangkan keragamannya terukur oleh ragam dugaannya (Jambormias et al. 2004).
Pemuliaan Kacang Tanah
Pemuliaan kacang tanah merupakan metode untuk menemukan varietas unggul yang memiliki hasil tinggi, tahan penyakit, tahan kekeringan, penghindaran
cekaman dan mutu kacang tanah (Knauft et al. 1987). Penghindaran cekaman
merupakan suatu sifat dari tanaman yang dapat merespon kondisi cekaman dan menghindarinya dengan mempercepat fase vegetatif atau generatif sehingga tidak mengganggu hasil. Mutu kacang tanah ditentukan oleh faktor pasar, kualitas
minyak, protein, karbohidrat dan proses pengolahan kacang tanah (Knauft et al.
4
Varietas unggul kacang tanah didapatkan dengan memilih tetua dengan karakter yang diinginkan kemudian dilakukan persilangan antar tetua. Persilangan akan menghasilkan keragaman. Keragaman juga bisa didapat melalui mutasi dan
domestikasi (Knauft et al. 1987). Persilangan antar tetua dengan daya gabung yang
tinggi dan rendah dapat melibatkan gen non aditif dalam pengendalian karakter yang diinginkan (Mothial dan Ezhil 2010). Persilangan yang dilakukan pada tetua yang memiliki kemampuan daya gabung umum tinggi dapat menemukan segregan
transgresif melalui metode pedigree (Savithramma et al. 2010).
Galur hasil persilangan yang telah dilakukan diseleksi dengan metode pemuliaan tertentu dan pada akhirnya akan diperoleh galur harapan sebagai calon varietas baru. Dari galur-galur harapan tersebut, kemudian diuji atau dievaluasi mengenai potensi daya hasilnya (Adisarwanto 2004).
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Dramaga, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini berlangsung mulai bulan November 2014 hingga Februari 2015.
Bahan dan Alat
Bahan genetik tanaman yang digunakan adalah dua kelompok populasi zuriat Zebra x GWS 18 A1 dan resiprokal (GWS 18 A1 x Zebra) yang terdiri dari populasi P1, P2, dan F2. Bahan tanam ini diperoleh dari koleksi laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Depatemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Penambahan unsur hara dilakukan dengan pemupukan
menggunakan pupuk NPK ponska dosis 200 kg ha-1, kapur pertanian (kaptan) dosis
500 kg ha-1, dan pupuk kandang dari kotoran kambing dosis 1 ton ha-1. Hama dan
penyakit tanaman dikendalikan dengan menggunakan pestisida. Alat yang digunakan yaitu alat budidaya pertanian, label, meteran, timbangan digital, plastik, dan alat tulis.
Prosedur Percobaan
Populasi F2 kacang tanah ditanam secara bersamaan dengan masing-masing tetuanya. Masing-masing populasi tetua (P1 dan P2) ditanam sebanyak 44 tanaman. Populasi F2 ditanam sebanyak 330 tanaman. Jumlah total tanaman dalam petakan adalah 748 tanaman.
5
cm x 40 cm sebanyak 1 benih per lubang tanam dan diberikan Furadan 3G dengan
dosis 12 kg ha-1. Pemupukan dilakukan saat tanam.
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pengapuran, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan pada 2 MST (minggu setelah tanam). Penyiangan, pembumbunan, dan pengapuran dilakukan saat 4 MST. Pengendalian hama dilakukan dengan
penyemprotan pestisida Decis dengan dosis 3 ml ha-1 pada saat 9 MST dan
pengendalian penyakit dilakukan dengan mencabutan tanaman yang mati agar penyakit tersebut tidak menyebar ke tanaman yang lain.
Pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 101 HST (hari setelah tanam) yang dilakukan secara manual. Ciri-ciri kacang tanah memasuki fase masak fisiologis bila tanaman dicabut, terlihat polong dengan tekstur yang jelas, berwarna lebih gelap, dan bagian dalam kulit kacang tanah menghitam. Pengeringan polong dilakukan dengan cara dijemur ±8 jam setiap hari saat cuaca cerah selama 3 hari
Pengamatan dilakukan pada seluruh tanaman di masing-masing petak percobaan saat panen. Peubah yang diamati yaitu:
1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari batas antara batang dengan akar sampai
dengan titik tumbuh pada batang utama.
2. Bobot brangkasan basah (g) per tanaman.
3. Jumlah cabang primer yang tumbuh pada tiap tanaman.
4. Jumlah polong isi per tanaman yang dihitung setelah polong dikeringkan.
5. Bobot polong isi (g) per tanaman yang dihitung setelah polong dikeringkan.
6. Jumlah biji pertanaman yang dihitung setelah polong dikeringkan
7. Bobot biji (g) per tanaman setelah polong dikeringkan
8. Indeks masak biji-kulit yaitu perbandingan antara bobot biji per tanaman
dengan bobot kulit polong per tanaman setelah polong dikeringkan
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini meliputi pendugaan komponen ragam, perhitungan nilai heritabilitas arti luas, dan pendugaan aksi gen. Pendugaan komponen ragam diperoleh berdasarkan Baihaki (2000):
Ragam fenotipe (σ2
(Poehlman dan Sleper 1995).
kriteria koefisien keragaman genetik Menurut Moedjiono dan Mejaya (1994)
keragaman rendah = 0 – 25 %
keragaman sedang = 25 – 50 %
keragaman tinggi = 50 - 75 %
keragaman sangat tinggi = > 75 %
Hasil pendugaan komponen ragam tersebut digunakan untuk menghitung
heritabilitas arti luas. Adapun rumus heritabilitas arti luas (HBS) menurut Allard
6
HBS = �
2�
�2� x 100%
Kriteria nilai heritabilitas menurut Stanfield (1983) sebagai berikut:
50% ≤ H < 100% = tinggi
20% ≤ H < 50% = sedang
0 ≤ H < 20% = rendah
Gambar 1 Alur Pendugaan Aksi gen dengan analisis Skewness dan kurtosis
(Jambormias 2014)
Pendugaan aksi gen dilakukan dengan menggunakan analisis kemenjuluran
kurva (skewness) dan keruncingan kurva (kurtosis) untuk masing-masing karakter
pada generasi F2. Nilai skewness (S), kurtosis (K), galat baku skewness (SES), dan
galat baku kurtosis (SEK) dihitung dengan menggunakan perangkat lunak Minitab
16.0. Statistik uji untuk kedua parameter tersebut mengikuti sebaran normal baku yaitu :
ZK = �
��� ; ZS =
� ���
dengan nilai kritikal untuk pengujian dua-arah yaitu Z0.05/2 = 1.96 dan Z0.01/2 = 2.57
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo IPB, Dramaga,
Bogor pada lahan seluas ±150 m2 pada ketinggian ± 230 mdpl dengan tanah
bertekstur liat. Suhu rata-rata pada bulan September 2014 sampai Februari 2015 adalah 25.7 °C dengan curah hujan 371.2 mm dan kelembaban udara 71%. Kondisi awal tanaman memiliki pertumbuhan yang baik disebabkan ketersediaan air yang
cukup. Menurut Augstburger et al. (2000) kondisi optimum untuk kacang tanah
berada pada rentan suhu 25-30°C dan curah hujan 300-500 mm.
Hama yang menyerang tanaman kacang tanah pada umur 2 MST sampai panen adalah kutu daun (Homoptera), kepik (Hemiptera), kumbang daun (Coleoptera), belalang (Orthoptera) dan rayap (Isoptera). Pengendalian hama dilakukan secara manual dan kimia menggunakan pestisida pada 10 MST.
Penyakit tanaman kacang tanah yang menyerang pada saat penelitian ini
adalah penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Cercospora sp., sapu setan
disebabkan oleh Mycoplasma like Organism (MLO), belang kacang tanah
disebabkan oleh Peanut Mottle Virus (PMoV), karat daun disebabkan oleh Puccinia
arachidis, dan busuk batang yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii. Pengendalian panyakit busuk batang dilakukan secara manual dengan mengeliminasi tanaman yang terjangkit serta tanah yang berada di sekitar tanaman tersebut.
Gulma yang tumbuh pada lokasi penelitian adalah golongan gulma rumput,
berdaun lebar dan teki. Gulma rumput antara lain Cynodon dactylon, Panicum
sarmentosum, dan Eleusine indica. Gulma berdaun lebar antara lain Commelina benghalensis, Amaranthus spinosus, Croton hirtus, Phylantus urinaria, Cleome rutidosperma dan gulma teki adalah Cyperus rotundus, pengendalian gulma dilakukan secara manual saat tanaman berumur 2 MST sampai 11 MST.
Pendugaan Komponen Ragam dan Nilai Heritabilitas Arti Luas
Perbaikan genetik tanaman akan lebih mudah jika suatu populasi tanaman memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi. Menurut Allard (1960), heritabilitas arti luas merupakan rasio antara ragam genetik dengan ragam fenotipe. Heritabilitas sangat penting dalam menentukan metode seleksi dan pada generasi ke berapa sebaiknya
8
Nilai duga heritabilitas suatu karakter untuk mengetahui apakah karakter
tersebut lebih dipengaruhi oleh genetik atau lingkungan (Sa’diyah et al. 2010). Jika nilai duga heritabilitas arti luas tinggi maka ekspresi fenotip sebagian besar dihasilkan oleh genetik. Hal ini akan menyebabkan nilai ragam fenotipe yang tinggi yang dihasilkan dari nilai ragam genotipe yang tinggi. Nilai ragam genotipe sendiri dihasilkan dari ekspresi fenotipik yang bergantung pada mikro lingkungannya (Nyquist dan Baker 1991). semakin tinggi nilai ragam genotipe suatu populasi maka semakin akan semakin tinggi nilai duga heritabilitas arti luasnya. Tingginya nilai duga heritabilitas arti luas akan membantu program perbaikan genetik tanaman (Da
Silva et al. 2008).
Tanaman yang generasi F2, untuk hasil polong dan biji diperoleh heritabilitas antara 27-79% walaupun umumnya kurang dari 50% (Sjamsudin 1990). Pada persilangan GWS 18 A1 x Zebra semua karakter kecuali indeks masak biji-kulit memiliki heritabilitas arti luas dibawah 20%. Berdasarkan nilai heritabilitasnya, populasi persilangan GWS 18 A1 x Zebra memiliki keragaman genetik yang kecil. Akan tetapi, Karakter yang memiliki keragaman genetik yang kecil belum tentu memiliki keragaman fenotipe yang kecil. Hal ini disebabkan karena keragaman fenotipe dipengaruhi oleh keragaman genetik dan lingkungan
(Syukur et al. 2012). Nyquist dan Baker (1991) menyatakan bahwa banyak
pendugaan Heritabilitas menjadi bias yang diakibatkan adanya pengaruh faktor lingkungan.
Tabel 1 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas arti luas karakter agronomi kacang tanah hasil persilangan Zebra x GWS 18 A1
Karakter σ2
p σ2e σ2g KKG (%) HBS (%)
Bobot brangkasan 11822.05 8365.55 3465.50 20.42 29.23
Tinggi tanaman 90.06 76.62 13.43 6.60 14.91
P(ragam fenotipe), σ2e(ragam lingkungan), σ2g (ragam genetik), KKG (koefisien keragaman genetik),
HBS (heritabilitas arti luas)
Tabel 2 Nilai duga komponen ragam dan heritabilitas arti luas karakter agronomi kacang tanah hasil persilangan GWS 18 A1 x Zebra
Karakter σ2
p σ2e σ2g KKG (%) HBS (%)
Bobot brangkasan 4401.30 8365.55 -3964.24 0.00 0.00
Tinggi tanaman 74.24 76.62 -2.38 0.00 0.00
P(ragam fenotipe), σ2e(ragam lingkungan), σ2g (ragam genetik), KKG (koefisien keragaman genetik),
9
Koefisien keragaman genetik pada Tabel 1 dan 2 terlihat berbeda-beda pada tiap karakter. Semua karakter yang diamati kecuali indeks masak biji-kulit memiliki KKG yang tergolong rendah. Nilai KKG yang tergolong tinggi pada populasi persilangan Zebra x GWS 18 A1 terdapat pada karakter indeks masak biji-kulit. Karakter yang sama pada populasi persilangan GWS 18 A1 memiliki KKG yang tergolong sedang. Terdapat perbedaan KKG pada populasi F2 persilangan kacang tanah Zebra x GWS 18 A1 dan GWS 18 A1x Zebra. Pada persilangan GWS 18 A1 x Zebra, karakter bobot brangkasan, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong isi, bobot polong isi, jumlah biji dan bobot biji memiliki KKG yang bernilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat keragaman diantara individu dalam populasi sehingga seleksi tidak efektif terhadap karakter tersebut. Keragaman genetik yang luas merupakan syarat berlangsungnya proses seleksi yang efektif karena akan memberikan keleluasaan dalam proses pemilihan suatu genotipe
(Syukur et al. 2010).
Metode seleksi akan lebih mudah jika suatu karakter dalam suatu populasi memiliki nilai heritabilitas dan KKG yang tinggi. Nilai KKG yang tinggi menunjukkan pengaruh genetik sangat luas sehingga membentuk keragaman yang
tinggi pada suatu populasi (Shivakumar et al. 2013). Pertimbangan menggunakan
nilai heritabilitas dan KKG merupakan langkah awal untuk mempermudah pemulia dalam melakukan seleksi.
Pendugaan Aksi Gen Karakter Berdasarkan Sebaran Frekuensi Genotipe F2
Karakter karakter kuantitatif tanaman yang dihasilkan dari persilangan dibentuk oleh gen yang bersifat aditif. Abi-antoun (1977) dalam penelitiannya menemukan bahwa pengaruh aditif sebagian besar terlibat dalam eskpresi semua karakter tanaman. Pada kacang tanah, pewarisan sifat kuantitatif kemungkian besar
diturunkan oleh gen aditif (Nigam et al. 2001). Gen aditif menyumbang lebih dari
setengah dari seluruh total ragam genetik (Hill et al. 2008, Monnahan dan Kelly
2015). Gen aditif berperan dalam ekspresi feonotipe yang dihasilkan dari suatu persilangan.
10
Tabel 3 Pendugaan aksi gen beberapa karakter populasi persilangan kacang tanah
Zebra x GWS 18 A1 melalui analisis kemenjuluran kurva (skewness) dan
keruncingan kurva (kurtosis)
Sifat K SEK ZK S SES ZS
0.05, Z = 1.96), tn (statistik uji tidak nyata), S (dikendalikan sedikit gen), B (dikendalikan banyak gen), EK (epistasis komplementer), ED (epistasis duplikat), Ad (hanya aditif), EA (epistasis aditif)
Tabel 4 Pendugaan aksi gen beberapa karakter populasi persilangan kacang tanah
GWS 18 A1 x Zebra melalui analisis kemenjuluran kurva (skewness) dan
keruncingan kurva (kurtosis)
Sifat K SEK ZK S SES ZS
pada α 0.05, Z = 1.96), tn (statistik uji tidak nyata), S (dikendalikan sedikit gen), B (dikendalikan banyak
gen), EK (epistasis komplementer), ED (epistasis duplikat), Ad (hanya aditif), EA (epistasis aditif)
Gambar 2 menunjukkan sebaran untuk bobot brangkasan yang memiliki
bentuk leptokurtik dengan nilai statistik uji kurtosis yang berbeda. Sebaran
11
Gambar 2 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter bobot brangkasan kacang tanah hasil
Gambar 3 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter tinggi tanaman kacang tanah hasil
Gambar 4 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter jumlah cabang kacang tanah hasil
12
Gambar 5 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter jumlah polong kacang tanah hasil
indeks masak biji - kulit
Fr
Gambar 6 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter indeks masak biji-kulit kacang tanah
Gambar 7 Sebaran populasi F2, kemenjuluran kurva (skewness), dan keruncingan
kurva (kurtosis) untuk karakter bobot biji kacang tanah hasil persilangan
13
Jumlah Polong
Fr
ek
ue
ns
i
Zebra GWS 18 A 1 Zebra x GWS 18 A 1
Gambar 8 Sebaran jumlah polong kacang tanah pada tetua dan persilangan Zebra x GWS 18 A1
Jumlah Polong
Fr
ek
u
en
si
Zebra GWS 18 A 1 GWS 18 A 1 x Zebra
Gambar 9 Sebaran jumlah polong kacang tanah pada tetua dan persilangan GWS 18 A1 x Zebra
Populasi F2 Potensial untuk Perakitan Kultivar Berdaya Hasil Tinggi dan Deteksi Segregan Transgresif
Pemuliaan tanaman bertujuan untuk memperbaiki karakter tanaman sesuai dengan yang diinginkan pemulianya. Karakter yang diinginkan salah satunya berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap penyakit. Karakter daya hasil tinggi dapat diperoleh dengan menyeleksi tanaman dengan jumlah polong yang tinggi pula. Pada kacang tanah, jumlah polong tinggi dapat menentukan daya hasil yang tinggi
(Da Luz et al. 2011). Tanaman yang memiliki tingkat ketahanan terhadap penyakit
14
Nilai tengah untuk jumlah polong pada populasi persilangan Zebra x GWS 18 A1 adalah 26.21 dan pada populasi persilangan GWS 18 A1 x Zebra adalah 27.65. Populasi persilangan GWS 18 A1 x Zebra memiliki nilai tengah lebih tinggi dibandingkan dengan populasi persilangan Zebra x GWS 18 A1. Populasi persilangan Zebra x GWS 18 Al memiliki nilai tengah jumlah polong isi lebih rendah tetapi memiliki bobot brangkasan lebih tinggi dibandingkan populasi persilangan GWS 18 A1 x Zebra.
Tabel 5 Karakteristik jumlah polong isi dan bobot brangkasan basah dua populasi
F2 persilangan kacang tanah
Jumlah polong isi Bobot brangkasan basah Zebra (P1) x
Tabel 6 Individu F2 kacang tanah terduga segregan transgresif
No No. Tanaman Jumlah Polong (buah) Bobot brangkasan (gr)
...Persilangan Zebra x GWS 18 A1...
1 6 72 360.4
2 212 68 483.3
...Persilangan GWS 18 A1 x Zebra...
1 238 79 207.5
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat beberapa individu yang jumlah polong dan bobot brangkasan lebih tinggi daripada nilai tengah tetuanya. Individu yang potensial diperoleh berdasarkan jumlah polong yang lebih tinggi dari kisaran
jumlah polong tetua tertinggi. Pada Tabel 6 disajikan individu – individu dari dua
populasi yang memiliki jumlah polong yang lebih tinggi dari tetuanya. Pada populasi Zebra x GWS 18 A1 diperoleh sebanyak 2 individu harapan yang memiliki jumlah polong lebih tinggi dari kisaran tetua tertinggi. Pada populasi GWS 18 A1
x Zebra terdapat 1 individu harapan. Individu – individu tersebut merupakan
individu terduga segregan transgresif karena memiliki jumlah polong di atas kisaran tetua tertinggi. Jambormias dan Riry (2009) menyatakan bahwa segregan transgresif akan memiliki ragam kecil dan nilai tengah tinggi. Oleh karena itu
individu – individu terduga segregan transgresif perlu diverifikasi kebenarannya
15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Terdapat perbedaan nilai duga ragam genetik dan nilai duga heritabilitas pada dua populasi persilangan kacang tanah. Pendugaan aksi gen pada dua populasi F2 persilangan kacang tanah menunjukkan hasil yang berbeda antar karakter. Terdapat karakter yang dikendalikan banyak gen dan sedikit gen aditif dengan pengaruh epistasis dan dominansi. Karakter - karakter pada dua populasi F2 persilangan kacang tanah sebagian besar memiliki nilai duga heritabilitas dan koefisien keragaman genetik yang tergolong rendah. Terdapat 2 individu terduga segregan transgresi pada populasi persilangan Zebra x GWS 18 A1 dan 1 individu pada populasi GWS 18 A1 x Zebra.
Saran
Individu – individu hasil terduga segregan transgresif yang memiliki daya
hasil perlu diteliti lebih lanjut dengan menggunakan varietas pembanding yang berdaya hasil tinggi dan rentan penyakit bercak daun. Perlu adanya pengujian
kebenaran terhadap individu – individu terduga segregan transgresif.
DAFTAR PUSTAKA
Abi-antoun M. 1977. Compensating effect and gene action estimates for the components of grain yield in winter wheat (Triticum aestivum). [Tesis]. Corvallis (US): Oregon State University
Adisarwanto T. 2004. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan
Lahan Kering. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
Allard RW. 1960. Principles of Plant Breeding. New York (US): J Wiley
Augstburger F, Berger J, Censkowsky U, Heid P, Milz J, Streit C. 2000. Organic
Farming in The Tropics and Subtropics: Peanut. Grafelfing (DE): Naturland
Baihaki A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Bandung
(ID): Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran.
[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2013. Produktivitas Kacang Tanah. Badan Pusat Statistik. Jakarta (ID): BPS
Brown S. 2011. Measure of Shape: Skewness and Kurtosis. MATH200
[Internet].[diunduh 2015 Jan 10]. Tersedia pada
http://www.tc3.edu/instruct/sbrown/stat/shape.htm
16
Choo TM, Reinbergs E. 1982. Analyses of skewness and kurtosis for detecting gene
interaction in a double haploid population. Crop science. 22(2): 231-235.
Da Luz LN, Dos Santos RC, Filho PAM. 2011. Correlations and path analysis of
peanut traits associated with the peg. Crop. Bred. And Appl. Biotech. 11:
88-93
Da Silva FF, Pereira MG, Ramos HCC, Junior PCD, Pereira TNS, Viana AP, Daher RF, Ferreguetti GA. 2008. Estimation of genetic parameters related to
morpholo-agronomic and fruit quality traits of papaya. Crop Breed. Appl.
Biotech.. 8: 65-73
Doane DP, Seward LE. 2011. Measuring skewness: a forgotten statistic?. Journal
of Statistic Education. 9(2): 1-18
Halward TM, Wynne JC. 1991. Generatoin means analys for productivity in two
diverse peanut crosses. Theor. Appl. Genet. 82: 784-792
Hill WG, Goddard ME, Vischer PM. 2008. Data and theory point of mainly additive
genetic variance for complex traits. PloS Genet. 4(2): e1000008.
Inal A, Gunes A, Zhang F, Cakmak I. 2007. Peanut/maize intercropping induced
changes in rhizosphere and nutrient concentrations in shoots. Plant
Physiology and biochemistry. 45(5): 350-356.
Jambormias E, Riry J. 2009. Penyesuaian data dan penggunaan informasi keke-rabatan untuk mendeteksi segregan transgresif sifat kuantitatif pada
tanaman menyerbuk sendiri (suatu pendekatan dalam seleksi). J Budidaya
Pertanian. 5(1):11-18.
Jambormias E, Sutjahjo SH, Jusuf M, Suharsono. 2004. Keragaan, keragaman genetik dan heritabilitas sebelas sifat kuantitatif kedelai (Glycine max L. Merrill) pada generasi seleksi F5 persilangan varietas Slamet ×
Nakhonsawan. Jurnal Pertanian Kepulauan.3: 114-123.
Joanes DN, Gill CA. 1998. Comparison measuring of sample skewness and
kurtosis. The statisticatian. 47(1): 183-189.
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2013. Prospek Pengembangan Agribisnis
Kacang Tanah. Jakarta (ID): Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi
Knauft DA, Norden AJ, Gorbet DW. 1987. Principles of Cultivar Development.
Fehr WA, Editor. New York (US): Macmillan Publishing.
Kuczynska A, Surma M, Adamski T. 2007. Methods to predict transgressive
segregation in barley and other self-pollinated crops. J Appl Genet. 48(4):
321-328.
Mayo O. 1980. The Theory of Plant Breeding. New York (US): Oxford University
Press.
Moedjiono, Mejaya MJ. 1994. Variabilitas genetik beberapa karakter plasma nutfah
jagung koleksi Balittan Malang. Zuriat. 5(2): 27-32.
Moll RH, Stuber CW. 1974. Advances in Agronomy. Sparks DL, Editor. Newark
(US): Elsivier
Monnahan PJ, Kelly JK. 2015. Epistasis is a major determinant of the additive
genetic variance in Mimulus guttatus. PloS Genet. 11(5): 1-21
Mothial A, Ezhil A. 2010. Combining ability analysis for yield and its components
in grounut (Arachis hypogaea L.). Elec. Journal of Plant Breeding. 1(2):
17
Nigam SN, Upadhyaya HD, Chandra S, Rao RCN, Wright GC, Reddy AGS. 2001. Gene effect for specific leaf area and harvest index in three crosses of
groundnut (Arachis hypogaea). Ann. Appl. Biol. 139: 301-306
Nyquist WE, Baker RJ. 1991. Estimation of heritability and prediction of selection
response in plant populations. Cric. Rev. In Plant Sci. 10(3): 235-322
Oktafiani A. 2009. Evaluasi daya hasil, ketahan terhadap penyakit bercak daun, dan kapasitas source-sink plasma nutfah kacang tanah (Arachis hypogaea L.). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Poehlman JM, Borthakur D. 1969. Breeding Asian Field Crops. New York (US):
Holt, Rinehart dan Winston.
Poehlman JM, Sleper DA. 1995. Breeding Field Crops. Ed ke-2. Iowa (US):
Blackwell Publishing.
Rao VR, Murty UR. 1994. The Groudnut Crop. Smartt J, Editor. London (UK):
Springer Science+Business Media Dordrecht
Rieseberg LH, Widmer A, Arntz AM, Burke JM. 2003. The genetic architecture necessary for transgressive segregation is common in both natural and
domesticated populations. Phil. Trans. R. Soc. Lond. B. Biol. Sci. 358:
1141-1147.
Roy D. 2000. Plant Breeding: Analysis and Exploitation of Variation. Calcutta
(IN) : Narosa Publishing House.
Rukmana R. 2009. Kacang Tanah. Yogyakarta (ID): Kanisius
Sa’diyah N, Basoeki TR, Saputra A, Firmansyah, Utomo SD. 2010. Parameter
genetik dan korelasi karakter agronomi kacang panjang populasi F4
persilangan testa coklat x coklat putih. Jurnal Agrotropika 15 (2): 73-77.
Savage GP, Keenan JJ. 1994. The Groundnut Crop. Smartt J, Editor. Southampton (UK): Springer-Science+Business Media
Savithramma DI, Rekha D, Sowmya HC. 2010. Combining and yield related traits
in groundnut (Arachis hypogaea L.). Elec. Journal of Plant Breeding. 1(4):
1010-1015.
Shivakumar MS, Salimath PM, Suma SB, Timmanna PO, Shridevi O. 2013. Assesment of variability and identification of transgressive segregant for yield and component traits in early segregating generations od chickpea.
Legume Genomics and genetics. 4 (3): 22-26
Simmonds NW, Smartt J. 1999. Principles of Crop Improvement. Ed ke-2. Malden
MA(US): Blackwell Science.
Sjamsudin E. 1990. Pendugaan heritabilitas hasil kacang tanah (Arachis hypogaea
L.) tipe virginia di queensland australia. Bul. Agr. 19(1): 1-7
Stanfield WD. 1983. Theory and Problem of Genetics. Ed ke-2. New York (US):
McGraw-Hill.
Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R, Nida K. 2010. Pendugaan komponen ragam, heritabilitas dan korelasi untuk menentukan kriteria seleksi cabai
(Capsicum annuum L.) populasi F5. J. Hort. Indonesia. 1(3): 74-80
Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta
18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi kacang tanah varietas Zebra
ZEBRA
Dilepas tahun : 3 November 1992
SK Mentan : 622/Kpts/TP.240/11/92
No. Seleksi : MGS 9-2-5/NC 3033-4B-9
Asal : Hasil seleksi galur dari F2 asal ICRISAT
Hasil : 1,40–3,80 t ha-1polong kering
Warna batang : Hijau
Warna daun : Hijau
Warna bunga : - Bagian tepi bendera: kuning muda
- Pusat bendera: kuning - Matahari: jingga
Warna ginofor : Hijau
Warna biji : Merah
Bentuk polong : Tidak berpinggang
Lukisan jaring : Jelas
Bentuk tanaman : Tegak
Bentuk daun : Berempat
Jumlah biji/polong : 3–5 biji
Umur berbunga : 28–31 hari
Umur polong masak : 95–100 hari
Bobot 100 biji : 30–35 g
Bobot 100 polong : 120–130 g
Kadar protein : ± 21,6%
Kadar lemak : ± 43,0%
Ketahanan thd penyakit : Toleran karat dan bercak daun
Sifat-sifat lain : Rendemen biji dari polong 70%
Keterangan : Cocok untuk lahan tegal dan sawah, hasil stabil
dan responsif terhadap perbaikan lingkungan
Pemulia : Astanto Kasno, Trustinah, Sri Astuti Rais, Lasimin
Sumarsono, dan B. Sukarno.
19
Lampiran 1 Data iklim bulanan bulan November 2014-Februari 2015
Sumber :Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor
Bulan Temperatur (oC) Kelembaban udara (%) Curah
hujan(mm)
November 2014 26.3 64 673.2
Desember 2014 26.3 45 209.5
Januari 2015 25.2 87 251.0
Februari 2015 25.0 88 351.0
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Februari 1993. Penulis merupakan anak pertama dari 4 bersaudara oleh Bapak Ardi Marfan dan Ibu Suparmi.
Pendidikan formal yang telah dilalui, pada tahun 2005 penulis lulus dari SDN Medan Area Medan, kemudian pada tahun 2008 penulis menyelesaikan studi di SMP Negeri 4 Medan. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 6 Medan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Tertulis dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selama aktif sebagai mahasiswa, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan dan kepanitian di IPB. Organisasi yang aktif diikuti penulis adalah BIRENA Alhurriyyah, FKRD IPB, Tutor Sebaya Asrama dan Asrama Alhuriyyah. Penulis juga senang berwirausaha.Usaha yang sedang dijalankan sampai saat ini adalah Muslim Distro dan Lulumpia. Kepanitian yang aktif diikuti penulis adalah Farewell Party Asrama, MPKMB IPB, MPD AGH, Salam ISC, Munas IMMPERTI 2014 dan Idul Qurban IPB. Semasa perkuliahan, penulis pernah diamanahkan menjadi asisten praktikum Pemuliaan Tanaman Terapan tahun ajaran 2014/2015. Penulis
juga aktif dalam mengikuti lomba menulis cerpen se-TPB dengan judul “Kerudung
Merah Marun”, seleksi IPB LKTIA MTQ Nasional 2015 dengan tema Supply