• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Bioekonomi Sumber Daya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang Didaratkan di TPI Blanakan, Subang, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Bioekonomi Sumber Daya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang Didaratkan di TPI Blanakan, Subang, Jawa Barat"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIOEKONOMI SUMBER DAYA IKAN KEMBUNG

LELAKI (

Rastrelliger kanagurta

) YANG DIDARATKAN DI TPI

BLANAKAN, SUBANG, JAWA BARAT

ACHMAD SYARIFUDDIN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Bioekonomi Sumber Daya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang Didaratkan di TPI Blanakan, Subang, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Achmad Syarifuddin

(4)

ABSTRAK

ACHMAD SYARIFUDDIN. Analisis Bioekonomi Sumber Daya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang Didaratkan di TPI Blanakan, Subang, Jawa Barat. Dibimbing oleh ACHMAD FAHRUDIN dan YONVITNER.

Ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang didaratkan di TPI Blanakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model produksi surplus yang paling sesuai dengan karakteristik perikanan kembung lelaki melalui penerapan lima model yaitu Schaefer, Fox, Walter Hibron, Schnute, dan Clarke Yoshimoto Pooley (CYP). Penelitian dilakukan dari Juli hingga Agustus 2013. Model Schaefer merupakan model produksi surplus yang paling tepat untuk dasar pengelolaan perikanan kembung lelaki di TPI Blanakan, meskipun nilai koefisien determinasi (R2) hanya sebesar 36%. Berdasarkan hasil analisis bioekonomi, kondisi aktual sumber daya ikan kembung lelaki di perairan Blanakan telah mengalami overfishing. Hasil tangkapan maksimum lestari dan tingkat upaya optimum secara ekonomi adalah 49.808 kg/tahun dan 493 trip/tahun. Rencana pengelolaan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur upaya penangkapan dan penetapan kuota hasil tangkapan.

Kata kunci: analisis bioekonomi, model produksi surplus, ikan kembung lelaki, TPI Blanakan, pengelolaan.

ABSTRACT

ACHMAD SYARIFUDDIN. Bioeconomic Analysis for Resource of Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta) landed in TPI Blanakan, Subang, West Java. Supervised by ACHMAD FAHRUDIN and YONVITNER.

Indian mackerel (Rastrelliger kanagurta) is one of the economically important fish landed in TPI Blanakan. The purpose of this research is to know surplus production model that best fits the characteristics of fisheries indian mackerel through the application of five models that Schaefer, Fox, Walter Hibron, Schnute, and Clarke Yoshimoto Pooley (CYP). Research was conducted from July to August 2013. Schaefer Model is the model most appropriate surplus production to basic management of fisheries for indian mackerel in TPI Blanakan, although the value of the coefficient of determination (R2) of only 36%. Based on the results of bioeconomic analysis that the actual condition of the ndian mackerel resource in Blanakan has experienced overfishing. Maximum catches sustainable and economically optimum level of effort is 49.808 kg/year and 493 trip/year.

Management plan that can be done is to set up an attempt arrest and quota setting catches.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

ANALISIS BIOEKONOMI SUMBER DAYA IKAN KEMBUNG

LELAKI (

Rastrelliger kanagurta

) YANG DIDARATKAN DI TPI

BLANAKAN, SUBANG, JAWA BARAT

ACHMAD SYARIFUDDIN

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Bioekonomi Sumber Daya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang Didaratkan di TPI Blanakan, Subang, Jawa Barat

Nama : Achmad Syarifuddin NIM : C24090025

Disetujui oleh

Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi Pembimbing I

Dr Yonvitner, SPi, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir M.Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini berjudul

Analisis Bioekonomi Sumber Daya Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang Didaratkan di TPI Blanakan, Subang, Jawa Barat”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si. dan Dr. Yonvitner, S.Pi, M.Si. sebagai pembimbing skripsi yang telah membimbing, menuntun, mengarahkan serta memberikan masukan selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. M.Mukhlis Kamal, M.Sc. sebagai dosen penguji tamu dan Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS. sebagi komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat penting dalam penyusunan skripsi ini.

3. Charles P.H. Simanjuntak, S.Pi, M.Si. sebagai pembimbing akademik yang telah mendukung dan memberikan arahan selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Keluarga; Mama, Bapak, Mba Sanah, Mas Ajis, De Isal atas doa, kasih sayang, dan dukungannya selama ini.

5. Staf Institut Pertanian Bogor dan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan sebagai institusi yang telah banyak memberikan ilmu dan pelajaran selama perkuliahan.

6. Staf KUD Mina Fajar Sidik dan DKP Subang sebagai pihak yang telah memfasilitasi serta kontribusinya selama pelaksanaan penelitian.

7. Teman-teman MSP 46 khususnya kepada Zia sebagai rekan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman Wisma Alamanda.

9. Siti Khoirunnisa atas motivasi dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penelitian pada masa yang akan datang. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Februari 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan dan Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Pengumpulan Data 3

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Kegiatan Perikanan di TPI Blanakan 4

Deskripsi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) 6 Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) 6

Hasil Tangkapan Ikan Kembung Lelaki 7

Upaya Penagkapan Ikan Kembung Lelaki 7

Tangkapan per Satuan Upaya Ikan Kembung Lelaki 8

Model Produksi Surplus Schaefer (1954) 9

Analisis Bioekonomi 10

Rencana Pengelolaan Ikan kembung Lelaki di TPI Blanakan 13

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(11)

DAFTAR TABEL

1 Analisis bioekonomi berbagai rezim pengelolaan perikanan... 4

2 Perbandingan nilai koefisien determinasi antara lima model produksi surplus kembung lelaki di Blanakan... 10

3 Hasil estimasi parameter biologi dan ekonomi... 11

4 Hasil bioekonomi kembung lelaki dalam berbagai kondisi pengelolaan... 11

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian... 2

2 Komposisi hasil tangkapan di TPI Blanakan tahun 2012... 5

3 Komposisi hasil tangkapan alat tangkap purse seine tahun 2012... 5

4 Hasil tangkapan ikan kembung lelaki... 7

5 Upaya penangkapan ikan kembung lelaki... 8

6 Tangkapan per satuan upaya ikan kembung lelaki... 9

7 Grafik hubungan CPUE dan upaya... 10

8 Kurva bioekonomi berbagai kondisi pengelolaan ikan kembung lelaki... 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Biaya operasional penangkapan dan harga ikan... 17

2 Hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan kembung lelaki di TPI Blanakan dari tahun 2005-2012... 17

3 Analisis bioekonomi ikan kembung lelaki dengan model Schaefer... 17

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Blanakan merupakan salah satu tempat kegiatan perikanan di Pantai Utara Jawa yang terdiri dari perikanan pelagis, demersal dan karang. Ikan kembung lelaki merupakan salah satu jenis ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekologis dan ekonomis serta ditemukan hampir di seluruh perairan Indonesia. Menurut Dirjen Perikanan (1994), 63% sumber protein hewani yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia berasal dari ikan terutama ikan pelagis dan 30% diantaranya adalah ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta). Volume produksi yang meningkat mendorong para pelaku perikanan mengeksploitasi sumber daya ikan yang ada tanpa memperhatikan keberadaan dan keberlanjutannya.

Strategi pengelolaan dapat dilakukan terhadap usaha penangkapan ikan kembung lelaki dengan menggunakan analisis model bioekonomi. Model bioekonomi diperlukan dalam pengelolaan karena selama ini permasalahan perikanan hanya terfokus pada maksimalisasi penangkapan saja tanpa memperhatikan faktor produksi seperti biaya operasional penangkapan. Analisis menggunakan model bioekonomi memiliki peranan penting dalam mengetahui bagaimana kondisi yang sebenarnya dalam melakukan usaha penangkapan ikan kembung lelaki di TPI Blanakan. Mengingat pentingnya potensi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) maka diperlukan pengkajian informasi dasar biologi dan ekonomi untuk menunjang upaya pengelolaan sumber daya ikan kembung lelaki agar tercipta penangkapan yang lestari dan ramah lingkungan serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan.

Perumusan Masalah

Sumber daya perikanan memiliki kemampuan untuk dapat memperbaiki diri (renewable), namun apabila dimanfaatkan melebihi batas kelestariannya akan mengakibatkan kepunahan. Pemanfaatan ikan kembung lelaki dilakukan secara

open access. Open access berarti semua pihak berhak memanfaatkan sumber daya sehingga dapat mengakibatkan potensi ikan kembung lelaki mengalami

(13)

2

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model produksi surplus yang paling sesuai dengan karakteristik perikanan kembung lelaki di Blanakan serta menentukan hasil tangkapan maksimum lestari dan tingkat upaya penangkapan optimum. Sebagai langkah awal pengelolaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bioekonomi ikan kembung lelaki yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengelolaan dan pemanfaatan ikan kembung lelaki secara berkelanjutan di TPI Blanakan, Subang.

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dan data sekunder dilaksanakan pada tanggal 22 Juli hingga 20 Agustus tahun 2013. Berikut lokasi penelitian dan daerah penangkapan ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) yang didaratkan di TPI Blanakan (Gambar 1).

(14)

3

Pengumpulan Data Data Primer

Pengambilan data primer merupakan pengambilan data secara langsung di lokasi penelitian. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik kapal dan nelayan. Data primer yang diamati meliputi data daerah penangkapan, jumlah trip per hari, lama hari penangkapan, data harga ikan kembung lelaki (Rp) dan data biaya operasional penangkapan ikan kembung lelaki (Rp) melalui pengisian kuisioner oleh nelayan. Nelayan dengan alat tangkap payang atau Purse seine dijadikan sebagai responden karena payang merupakan alat tangkap utama ikan kembung lelaki di TPI Blanakan. Metode yang digunakan untuk wawancara yaitu metode purposive sampling. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 8 dari 40 nelayan purse seine.

Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder diperoleh dari kantor KUD Mina Fajar Sidik dan DKP Subang, Provinsi Jawa Barat. Data tersebut meliputi data hasil tangkapan (kg) dan upaya penangkapan ikan kembung lelaki (trip) periode tahun 2005 sampai 2012 yang didaratkan di TPI Blanakan.

Analisis Data Model Surplus Produksi

Model surplus produksi bertujuan untuk menentukan tingkat upaya optimum yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang. Ketika produksi lebih besar dibandingkan kematian alamiah, maka stok akan bertambah, sedangkan stok akan berkurang bilamana kematian alami meningkat. Model surplus produksi digunakan untuk menyatakan perbedaan antara produksi dan kematian alamiah (Tinungki 2005). Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Schaefer.

Model Schaefer (1954)

Model Schaefer menyatakan bahwa pertumbuhan dari suatu stok merupakan suatu fungsi dari besarnya stok tersebut. Jelas bahwa asumsi suatu stok bereaksi seketika terhadap perubahan besarnya stok tidaklah realistik. Oleh karena itu dipergunakan konsep ekuilibrium, dan ini mengacu pada keadaan yang timbul bila suatu mortalitas penangkapan tertentu telah ditanamkan cukup lama ke dalam suatu stok, sehingga memungkinkan stok tersebut menyesuaikan ukuran serta laju pertumbuhannya sedemikian rupa sehingga persamaan yang dikemukakan oleh

Schaefer terpenuhi (Widodo dan Suadi 2008). Tinungki (2005) menyatakan pula bahwa perluasan pertama penggunaan model yang dikembangkan oleh Schaefer pada tahun 1954 didasarkan pada pekerjaan terdahulu Graham pada tahun 1935.

(15)

4

a) Upaya penangkapan adalah suatu fungsi linear dari ukuran populasi (atau tangkapan per satuan upaya)

b) Jumlah tangkapan adalah suatu fungsi parabola dari upaya penangkapan (Widodo 1986 in Tinungki 2005)

Pada model Schaefer, regresi pertama yang dilakukan adalah:

Y = ct X1 = ft X2 = ft2

Sedangkan regresi kedua:

Y = CPUE X = ft

Parameter K, q, dan r diperoleh dari hasilyang dilakukan pada regresi kedua, yaitu:

� =�� � � � � = � � ��

= � � ��

Analisis Bioekonomi

Model bioekonomi merupakan salah satu cara pendekatan yang paling mudah dan sederhana untuk mengetahui MSY, EMSY, MEY, EMEY, dan EOA. Berikut merupakan tabel perhitungan hasil tangkapan (h), upaya penangkapan (E),

dan keuntungan (π) dari berbagai kondisi rezim pengelolaan.

Tabel 1. Analisis bioekonomi berbagai rezim pengelolaan perikanan (Fauzi 2010).

MSY MEY OA

Untuk menghitung persamaan di atas maka diperlukan data-data berikut : p = Price(harga, Rp/kg)

c = Average cost(biaya, Rp/upaya)

TR = Total revenue(penerimaan usaha, Rp/tahun) TC = Total cost(biaya usaha, Rp/tahun)

E = Effort (upaya penangkapan)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Perikanan di TPI Blanakan

(16)

5 Sumber daya ikan yang didaratkan di TPI Blanakan Subang cukup beragam. Ikan kembung lelaki hampir setiap hari didaratkan di TPI Blanakan. Daerah penangkapan ikan kembung lelaki yang dilakukan oleh nelayan adalah sekitar perairan Blanakan, Pondok Bali, Cimalaya, Muara Ciasem dan Eretan. Hasil tangkapan total berdasarkan data penangkapan ikan di TPI Blanakan disajikan pada Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Komposisi hasil tangkapan di TPI Blanakan tahun 2012 Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa ikan kembung lelaki memiliki persentase sebesar 2,19% dari total hasil tangkapan yang didaratkan di TPI Blanakan. Purse seine merupakan alat tangkap ikan kembung lelaki yang digunakan oleh para nelayan. Berikut ini merupakan komposisi hasil tangkapan alat tangkap purse seine tahun 2012 (Gambar 3).

Gambar 3. Komposisi hasil tangkapan alat tangkap purse seine tahun 2012

(17)

6

Berdasarkar Gambar 3 dapat terlihat bahwa tangkapan utama dari alat tangkap purse seine yaitu ikan layang (193770 kg). Ikan kembung lelaki merupakan hasil tangkapan sampingan. Kapal yang digunakan oleh nelayan purse seine di perairan Blanakan adalah kapal dengan panjang = 15 meter, lebar = 3 meter, tinggi = 2 meter dengan kapasitas muatan 10-30 GT. Ukuran mata jaring

purse seine yang baik sekitar 2.5 cm sampai 5 cm dengan panjang 150 meter dan lebar 1 meter (Doukakis et al. 2007).

Deskripsi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta)

Ikan kembung merupakan ikan pelagis kecil yang potensial di Indonesia dan dibedakan menjadi R.kanagurta, R.branchysoma, dan R.faughni (Matsui 1967, Froese and Pauly 2009 in Darlina et al. 2011). Sujastani (1972) menyatakan, bahwa ikan kembung yang terdapat di perairan Laut Jawa terdiri dari dua spesies yaitu kembung lelaki (R.kanagurta) dan kembung perempuan (R.branchysoma). Menurut Isa et al.(1996), angka kematian R.kanagurta cukup tinggi dibandingkan spesies lain. R.kanagurta adalah ikan yang menyebar luas di wilayah Indo-Pasific (Ganga 2010). Secara umum ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta) memiliki tubuh seperti cerutu dan ditutupi oleh sisik yang berukuran kecil dan tidak lepas. Bentuk tubuh pipih dengan bagian dada lebih besar daripada bagian tubuh yang lain. Ikan kembung lelaki tidak punya gigi pada bagian tulang langit-langit. Ikan kembung lelaki memiliki dua buah sirip punggung. Sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat 5-6 sirip tambahan yang disebut finlet. Sirip ekor bercagak dalam, sirip dada lebar, dan meruncing sedangkan sirip perut terdiri dari 1 jari-jari lemah. Ikan kembung lelaki memiliki warna keperakan dan titik gelap sepanjang punggung. Warna punggung biru kehijau-hijauan. Sirip dorsal berwarna kekuning-kuningan dengan ujung berwarna hitam (Sujastani 1972).

Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta)

Ikan kembung lelaki termasuk salah satu ikan pelagis yang hidup di perairan pantai maupun perairan lepas pantai. Fauziyah dan Jaya (2010) menyatakan bahwa ikan pelagis merupakan ikan yang hidup bergerombol sebagai upaya memudahkan mencari makan, mencari pasangan dalam memijah dan taktik untuk menghindar atau mempertahankan diri dari predator. Ikan kembung juga masuk ke dalam peraian estuari untuk mencari makan seperti plankton (Moazzam et al. 2005). Ikan ini menyukai perairan yang berkadar garam tinggi. Kebiasaan makan ikan kembung adalah memakan plankton, copepoda atau crustacea. Ukuran ikan kembung lelaki yang baik secara biologi sebesar 184 mm- 300 mm (Jawad 2001). Menurut Wyrtki (1961) salinitas untuk pemijahan ikan kembung lelaki berkisar antara 320/

(18)

7 Blanakan yaitu allometrik negatif atau pertumbuhan panjang lebih dominan daripada berat (Sinaga 2010).

Hasil Tangkapan Ikan Kembung Lelaki

Analisis data hasil tangkapan ikan kembung lelaki di TPI Blanakan dari tahun 2005-2012 diperoleh dari laporan statistik KUD Mina Fajar Sidik dan DKP Subang. Hasil tersebut disajikan dalam bentuk grafik (Gambar 4).

Gambar 4. Hasil tangkapan ikan kembung lelaki

Gambar 4 memperlihatkan hasil tangkapan ikan kembung lelaki dari tahun 2005-2012 di TPI Blanakan. Hasil tangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 70.213 kg, sedangkan hasil tangkapan terendah terjadi pada tahun 2011 sebanyak 41.522 kg. Secara garis besar hasil tangkapan ikan kembung lelaki di TPI Blanakan mengalami fluktuasi, hal ini bisa disebabkan karena faktor lingkungan dan upaya penangkapan. Menurut Sulistiyawati (2011) fluktuasi yang terjadi pada hasil tangkapan dikarenakan faktor lingkungan dan ekonomi. Ikan kembung lelaki merupakan ikan hasil tangkapan sampingan (by catch). Alverson (1996) menyatakan bahwa adanya penangkapan hasil tangkapan sampingan dapat terjadi disinyalir menjadi salah satu sebab menurunnya stok ikan di berbagai penjuru dunia.

Upaya Penangkapan Ikan Kembung Lelaki

Payang atau purse seine merupakan alat tangkap utama untuk ikan kembung lelaki. Upaya penangkapan di TPI Blanakan berfluktuasi namun cenderung meningkat setiap tahunnya, hal ini dapat terlihat dari grafik (Gambar 5).

64998 66564 70213

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(19)

8

Gambar 5. Upaya penangkapan ikan kembung lelaki

Upaya penangkapan ikan kembung lelaki pada tahun 2008 merupakan upaya penangkapan tertinggi pada rentan tahun 2005 sampai 2012 sekitar 1000 trip, sedangkan upaya terendah terjadi pada tahun 2006 yaitu 760 trip. Penurunan produksi dapat terjadi karena adanya peningkatan upaya penangkapan yang dilakukan secara terus menerus tanpa adanya pengaturan.

Menurut Widodo dan Suadi (2006), beberapa ciri yang dapat menjadi patokan suatu perikanan sedang menuju kondisi upaya tangkap lebih adalah waktu melaut menjadi lebih panjang dari biasanya, ukuran mata jaring menjadi lebih kecil dari biasanya, kemudian diikuti hasil tangkpan per unit upaya (CPUE) yang menurun, ukuran ikan semakin kecil, dan biasanya biaya penangkapan yang semakin meningkat.

Upaya tangkap lebih (overfishing) secara sederhana dapat diartikan sebagai penerapan sejumlah upaya penangkapan yang berlebihan terhadap suatu stok ikan dan terbagi menjadi dua pengertian yaitu growth overfishing dan

recruitment overfishing. Growth overfishing terjadi jika ikan ditangkap sebelum mereka sempat tumbuh mencapai ukuran dimana peningkatan lebih lanjut dari pertumbuhan akan mampu membuat seimbang dengan penyusutan stok yang diakibatkan mortalitas alami. Recruitment overfishing adalah pengurangan melalui penangkapan terhadap suatu stok sedemikian rupa sehingga jumlah stok induk tidak cukup banyak untuk memproduksi telur yang kemudian menghasilkan rekrut terhadap stok yang sama (Widodo dan Suadi 2006). Pada saat hasil tangkapan menurun kemungkinan terjadi salah satu kondisi atau kedua kondisi secara bersamaan (Spare & Venema 1999).

Tangkapan per Satuan Upaya Ikan Kembung Lelaki

Tangkapan per satuan upaya atau catch per unit effort (CPUE) diperoleh dengan membagi hasil tangkapan dengan upaya (trip). Analisis CPUE menggambarkan hubungan antara hasil tangkapan (C) dengan upaya penangkapan (E) pada waktu tertentu.

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(20)

9

Gambar 6. Tangkapan per satuan unit ikan kembung lelaki

Pada Gambar 6 nilai CPUE maksimal terdapat pada tahun 2006 sekitar 88 kg/trip dan nilai CPUE terendah terdapat pada tahun 2011 sekitar 46 kg/trip. Secara menyeluruh nilai CPUE mengalami fluktuasi dan cenderung menurun. Hasil tangkapan pada prinsipnya adalah output dari kegiatan penangkapan, sedangkan effort yang diperlukan merupakan input dari kegiatan penangkapan tersebut. Oleh karena itu besaran CPUE dapat digunakan sebagai indikator tingkat efisiensi teknik dari pengarahan upaya (effort), dengan kata lain nilai CPUE yang lebih tinggi mencerminkan tingkat efisiensi penggunaan effort yang lebih baik (Fauzi 2010).

Menurut Gulland (1983), CPUE merupakan fungsi dari variabel q. Fungsi variabel ini disetiap daerah penangkapan dalam kurun waktu tertentu cenderung akan mengurangi hasil tangkapan ikan serta dapat mengalahkan tingkat pertumbuhan alami ikan tersebut. Hasil tangkapan per unit upaya penangkapan (CPUE) mencerminkan perbandingan antara hasil tangkapan dengan upaya penangkapan yang dicurahkan (Hilborn dan Walters 1992).

Model Produksi Surplus Schaefer (1954)

Pendugaan potensi sumber daya ikan kembung lelaki dilakukan dengan menggunakan data hasil tangkapan ikan yang ditangkap dan didaratkan di TPI Blanakan serta upaya penangkapan. Analisis diduga dengan mengunakan model surplus produksi yang dikembangkan oleh Schaefer. Data yang digunakan untuk analisis adalah data tangkapan tahunan dari tahun 2005 sampai 2012 (Lampiran 2). Hasil tangkapan tertinggi pada tahun 2007 sebesar 70.213 kg/tahun dan terendah pada tahun 2011 sebesar 41.522 kg/tahun. Upaya penangkapan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 1081 trip/tahun dan terendah pada tahun 2006 sebesar 760 trip/tahun.

Model produksi surplus yang digunakan pada penelitian ini yaitu model Schaefer, Fox, Walter Hilborn, Schnute dan Clarke Yoshimoto Pooley. Berikut perbandingan nilai koefisien determinasi (R2) antara lima model sumber daya

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

(21)

10

Tabel 2. Perbandingan nilai koefisien determinasi antara lima model produksi surplus kembung lelaki di Blanakan

Model R2

Nilai koefisien determinasi masing-masing model berbeda-beda. Nilai koefisien determinasi terbesar ditunjukkan oleh model Clarke Yoshimoto Pooleyyaitu 76,4%, sedangkan nilai koefisien determinasi terendah adalah model Schnute yaitu 2,31%.

Model Schaefer dipilih karena model ini dapat menjelaskan analisis bioekonomi yang diperlukan meskipun memiliki nilai koefisien determinasi yang lebih kecil dari model Clarke Yoshimoto Pooley yaitu sebesar 36,49%. Hasil analisis surplus produksi ikan kembung lelaki dengan menggunakan model Schaefer disajikan dalam Gambar 7.

Gambar 7. Grafik hubungan CPUE dan upaya

Berdasarkan Gambar 7 model surplus produksi Schaefer digambarkan dengan persamaan y = 140 - 0,079x dimana setiap penambahan 1 trip upaya penangkapan akan berpengaruh terhadap penurunan nilai CPUE sebesar 0,079. Hubungan antara CPUE dan upaya penangkapan menunjukkan bahwa semakin tinggi upaya maka nilai CPUE akan semakin rendah, artinya ikan kembung lelaki di Blanakan telah mengalami overfishing.

Analisis Bioekonomi

Analisis bioekonomi bertujuan untuk tingkat pengusahaan maksimum bagi para pelaku perikanan. Analisis ini diperlukan dalam upaya optimalisasi pengusahaan sumber daya ikan kembung lelaki secara berkelanjutan melalui pendekatan secara bilogi dan ekonomi. Estimasi nilai Maximum Suistainable Yield

(MSY) hanya faktor secara biologi saja yang diperhitungkan yaitu nilai r (laju

700 800 900 1000 1100 1200

(22)

11 intrinsik populasi), q (koefisien kemampuan alat tangkap), dan nilai K (daya dukung perairan). Estimasi nilai (Maximum Economic Yield) MEY adalah nilai p (harga) dan c (biaya). Berdasarkan analisis yang dilakukan dengan model Schaefer diperoleh parameter biologi dan ekonomi tersebut (Tabel 3).

Tabel 3.Hasil estimasi parameter biologi dan ekonomi

Parameter Satuan Nilai

Koefisien kemampuan alat tangkap (q) (kg/trip) 0,001

Daya dukung perairan (k) (kg/tahun) 279818,8902

Laju intrinsik populasi ((r) (%/tahun) 0,99

Harga (p) (Rp/kg) 12125

Biaya (c) (Rp/trip) 750170

Nilai parameter pada Tabel 3, dapat ditentukan jumlah produksi lestari dari ketiga rezim pengelolaan diantaranya rezim MEY, MSY, dan rezim open access. Berikut ditampilkan hasil perhitungan dari ketiga rezim tersebut (Tabel 4).

Tabel 4. Hasil bioekonomi kembung lelaki dalam berbagai kondisi pengelolaan

Variabel MEY MSY Aktual OA

Yield (kg) 49.808 61.895 61.473 61.060

Effort (trip) 493 884 888 987

TR (Rp) 603.921.763 750.482.843 745.360.125 740.354.796

TC (Rp) 370.177.398 663.299.558 666.150.960 740.354.796

Rente (Rp) 233.744.365 87.183.285 79.209.165 0

Pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa nilai yield, effort, dan rente dari masing-masing rezim memiliki nilai yang berbeda. Kondisi aktual merupakan kondisi yang terjadi pada tahun 2012. Effort pada rezim MSY merupakan jumah

effort optimum yang dianjurkan secara biologi, dan kondisi effort pada rezim MEY merupakan jumlah effort optimum yang dianjurkan secara ekonomi.Rezim pengelolaan open access memiliki nilai effort yang paling besar namun dengan rente ekonomi nol.

Open Access (OA) adalah kondisi pemanfaatan secara bebas tanpa adanya pengaturan, sehingga pelaku perikanan dapat terus meningkatkan upaya penangkapan (Zulbainarni 2012). Berdasarkan Tabel 4 tingkat effort ikan kembung lelaki pada rezim open access sebanyak 987 trip/tahun dan merupakan

(23)

12

akan terus diekstraksi sampai titik terendah walaupun dengan effortyang besar namun hasil tangkapan yang diperoleh justru semakin menurun.

Konsep MSY dikembangkan dari kurva biologi yang menggambarkan yield

sebagai fungsi dari effort (Widodo dan Suadi 2008). Berdasarkan analisis perhitungan MSY, hasil tangkapan ikan kembung lelaki sebesar 61.895 kg dengan

effort 884 trip/tahun. Nilai tersebut menunjukkan tingkat produksi maksimum lestari yaitu hasil tangkapan ikan kembung lelaki yang dapat ditangkap tanpa mengancam kelestarian sumber daya ikan. Berdasarkan kondisi MSY, effort MSY jika dibandingkan dengan effort aktual sebesar 888 trip/tahun maka sumber daya ikan kembung lelaki di perairan Blanakan telah mengalami overfishing secara biologi. Hal ini dilihat dari nilai effort aktual lebih besar dibandingkan effort

MSY.

Menurut Widodo dan Suadi (2008) rezim pengelolaan MEY memiliki beberapa keuntungan yang tinggi sebagai tujuan pengelolaan perikanan. Berdasarkan Tabel 4 hasil perhitungan menunjukkan bahwa effort ikan kembung lelaki pada rezim ini paling rendah yaitu sebesar 493 trip diantara rezim yang lainnya. Effort yang rendah justru menghasilkan rente ekonomi yang paling tinggi yaitu Rp 233.744.365. Rezim MEY ini bisa diperoleh jika perikanan dikendalikan dengan kepemilikan yang jelas (tunggal) atau disebut dengan istilah “sole owner”(Fauzi 2010). Pemilik tunggal dapat diwakili oleh pemerintah daerah atau instansi lainnya. Tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik tunggal memberikan keuntungan maksimum karena upaya penangkapan yang terkendali sehingga total penerimaan lebih besar daripada total pengeluaran. Keuntungan secara fisik (biologi) dan ekonomis untuk kelestarian sumber daya ikan maka rezim pengelolaandalam usaha perikanan yang ideal berada pada rezim MEY.

Kajian bioekonomi dalam berbagai kondisi pengelolaan dapat diplotkan dalam bentuk kurva (Gambar 8). Kurva tersebut menggambarkan hubungan upaya terhadap kondisi ekonomi baik total penerimaan, total pengeluaran maupun keuntungan yang diperoleh dalam berbagai kondisi pengelolaan.

(24)

13 ekonomi yang lebih besar. Nilai f aktual lebih besar dibandingkan nilai f MSY dan f MEY. Hal ini menggambarkan bahwa sumber daya ikan kembung lelaki di perairan Blanakan telah mengalami overfishing secara biologi maupun secara ekonomi.

Rencana Pengelolaan Ikan Kembung Lelaki di TPI Blanakan

Pada dasarnya ikan merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resource). Pengelolaan sumber daya perikanan merupakan suatu upaya untuk mengantisipasi terjadinya masalah-masalah yang ditimbulkan oleh penerapan kebijakan open access. Charles (2001) menyatakan sistem perikanan yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan penerapan teknologi alat penangkapan yang selektif dan pengaturan upaya penangkapan. Kondisi ikan kembung lelaki yang didapat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya beberapa indikasi lebih tangkap yang disebabkan oleh tingginya intensitas penangkapan diantaranya nilai CPUE yang cenderung menurun.

Hasil dari analisis bioekonomi pada tiga rezim pengelolaan yang digunakan yaitu MEY, MSY, dan Open Access dapat disimpulkan bahwa rezim MEY merupakan rezim yang paling baik untuk digunakan. Penerapan rezim MEY bukan hanya dapat menghasilkan keuntungan maksimum semata namun tetap menjaga kelestarian sumber daya ikan tersebut. Hal ini dikarenakan rezim MEY selalu berada dibawah rezim MSY dan Open Access, artinya dengan upaya yang lebih sedikit dari rezim MSY maupun Open Access rezim ini mampu menghasilkan rente ekonomi yang maksimal.

Penetapan kuota hasil tangkapan dan pengaturan upaya penangkapan perlu dilakukan dalam menerapkan pengelolaan pada rezim ini. Pengaturan effort ini diharapkan dapat mencapai keuntungan maksimum berdasarkan rezim pengelolaan MEY. Namun, dalam kondisi nyata pelaksanaan pengelolaan secara teori sangat kompleks untuk dilakukan dan membutuhkan waktu lama, tetapi langkah sederhana yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola KUD Mina Fajar Sidik untuk mengurangi laju eksploitasi adalah pembatasan seperti tidak memberikan ijin untuk penambahan alat tangkap baru dan melarang perahu penangkap ikan baru yang datang ke Blanakan. Adanya langkah sederhana ini dimaksudkan untuk mendekati dan mencapai langkah kompleks sehingga pemanfaatan sumber daya ikan kembung lelaki tetap lestari dan berkesinambungan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(25)

14

ekonomi adalah 49.808 kg/tahun dan 493 trip/tahun. Kebijakan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur kuota produksi dan upaya penangkapan.

Saran

(26)

15

DAFTAR PUSTAKA

Anderson LG dan Seijo JC. 2010. Bioeconomics of Fisheries Management. A John Willey & Sons, Ltd, Publication. USA. 11-21 hlm.

Alverson, 1996. Global assesment of fisheries by catch and discards. FAO Fish.

Tech.Pap. No.339. 233p.

Coppola G, Pascoe S. 1998. A Surplus production model with a nonlinear catch-effort relationship. Journal of Marine Resource Economics 13: 37-50.

Charles AT. 2001. Sustainable Fishery System. Blackwell Science : Canada.370 p. Darlina MN, Masazurah AR, Jayasankar P, Jamsari AFJ, Siti AMN. 2011.

Morphometric and molecular analysis of mackerel (Rastrelliger spp) from the west coast of Peninsular Malaysia. Genetics and Molecular Research. 10 (3):2078-2092.

Dhebataranon Y and Chotiyapatt K. 1974. Review of the Mackerel Fishery (Rastrelliger spp) in Gulf of Thailand. Proc. Indo - Pacific Fish. Coun, 15 (111): 265-286.

Direktorat Jenderal Perikanan. Statistik Perikanan Indonesia No 24. 1994

Doukakis.P, M.Jonahson, V.Ramahery, B.J. de Dieu Randriamanantsoa, and S.Harding. 2007. Traditional Fisheries of Antongil Bay, Madagascar. Western Indian Ocean J. Mar, Science 6 (2): 175-181

Fauzi A. 2010. Ekonomi Perikanan. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Fauziyah dan Jaya A. 2010. Densitas Ikan Pelagis Kecil Secara Akustik di Laut Arafura. Jurnal Penelitian sains. 13(1): 13-16

Ganga U. 2010. Investigations on the biology of indian mackerel Rastrelliger kanagurta (Cuvier) along the Central Kerala coast with special reference to maturation, feeding and lipid dynamics [tesis]. India (IN) : Cochin University of Science and Technology.

Gordon HS. 1954. The Ekonomi Theory of a Common Property Resource: The Fishery. Jurnal of Polytical Economy (61): 124-142.

Gulland JA. 1983. Manual of Methods for Fish Sock Assesment Part I. Fish Population Analysis, FAO Rome.

Hilborn R. ,C J. Walters. 1992. Quantitative Fisheries Stock Assessment: Choice, Dynamics, and Uncertainty. Chapman and Hall. New York. London.

Isa MM, Abdullah S, Yasin AH. 1996. Population structure of small pelagic fishes off the east coast og peninsular Malaysia. Buletin Perikanan. 99.

Jawad LA. 2001. Age and asymmetry on the Indian mackerel, Rastrelliger kanagurta (Osteichthyes: Scombridae) collected from the Red Sea coast of Yemen. Journal Indian of Marine Sciences 30: 180-182.

Moazzam M, Osmany HB, and Zohra K. 2005. Indian Mackerel (Rastrelliger kanagurta). Some aspects of biology and Fisheries. Journal Marine Fisheries Department, Government of Pakistan, Fish Harbour, West Wharf Karachi 74900, Pakistan 16: 58-75.

Nabunome W. 2007. Model Analisis Bioekonomi dan Pengelolaaan Sumberdaya Ikan Demersal (Studi Empiris Di Kota Tegal), Jawa Tengah [tesis]. Sekolah Pascasarjana, Universitas Diponegoro. Semarang.

(27)

16

SCS/DEV/79/19.106 p. South China Sea Fisheries Development and Coordinating Progrmme Manila.

Sinaga P. 2010. Dinamika Stok dan Analisis Bioekonomi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) di TPI Blanakan, Subang, Jawa Barat. [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Sparre P dan Venema CS. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sujastani T. 1972. Laporan Pendahuluan Penelitian Rasial Genus Rastrelliger dengan Metode Morphometrik di Laut Jawa. Laporan Penelitian Perikanan Laut. (1):172- 181

Sulistiyawati ET. 2011. Pengelolaan Sumberdaya Ikan Kurisi (Nemipterus furcosus) Berdasarkan Model Produksi Surplus di Teluk Banten, Kabupaten Serang, Provinsi Banten [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tinungki GM. 2005. Evaluasi Model Produksi Dalam Menduga Hasil Tangkapan

Maksimum Lestari untuk Menunjang Kebijakan Pengelolaan Perikanan Lemuru di Selat Bali [Disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 215 hlm.

Widodo J, Suadi. 2008. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Windarti TS. 2008. Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat [skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of the South East Asian Waters. Naga Report. San Diego, Scripps Ins. Ocean. (2): 13-14.

(28)

17

LAMPIRAN

Lampiran 1 Biaya operasional penangkapan dan harga ikan

No Nama Biaya Operasional Total Harga

Ikan BBM Es Batu Konsumsi

1 Tarkim 1.500.000 720.000 4.280.000 6.500.000 12.500 2 Karman 1.500.000 720.000 4.130.000 6.350.000 12.500 3 Sarlim 1.750.000 840.000 4.410.000 7.000.000 12.500 4 Darma 1.750.000 960.000 4.290.000 7.000.000 12.500 5 Amud 2.000.000 720.000 5.780.000 8.500.000 12.500 6 Romli 1.750.000 600.000 3.650.000 6.000.000 11.000 7 Sulton 1.750.000 600.000 3.650.000 6.000.000 11.000 8 Rasdinah 520.000 60.000 320.000 900.000 12.500

Total 48.250.000 97.000

Rata-rata 6.031.250 12.125

Lampiran 2 Hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan kembung lelaki di TPI Blanakan dari tahun 2005-2012

TAHUN Catch (kg) Effort (trip)

2005 64998 781

2006 66564 760

2007 70213 936

2008 67372 1081

2009 55103 935

2010 61833 966

2011 41522 894

2012 61473 888

Lampiran 3 Analisis bioekonomi ikan kembung lelaki dengan model Schaefer

TAHUN C(kg) E(trip) E² CPUE(kg/trip)

2005 64998 781 609961 83,2241

2006 66564 760 577600 87,5842

2007 70213 936 876096 75,0139

2008 67372 1081 1168561 62,3238

2009 55103 935 874225 58,9337

2010 61833 966 933156 64,0093

2011 41522 894 799236 46,4452

(29)

18

Regression 1 459,864 459,9 3,44834 0,1127

Residual 6 800,148 133,4

Total 7 1260,01

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95%

Upper

Intercept 140,0035 38,8043 3,608 0,01126 45,0529 235 45,053 234,95

X Variable 1 -0,07917 0,04263 1,857 0,1127 -0,1835 0,025 -0,1835 0,0252

Regresi 2

Regression 2 703,395 351,7 3,15923 0,1297

Residual 5 556,618 111,3

Total 7 1260,01

Coefficients

Standard

Error t Stat P-value Lower 95%

Upper

Intercept 549,924 279,41 1,968 0,10617 -168,32 1268 -168,32 1268,2

X Variable 1 -0,989994 0,61705 1,604 0,16953 -2,5762 0,596 -2,5762 0,5962

(30)

19

Model Schaefer

q 0,001 rk/4 69254,7844

K 279818,8902 1+(c/pqk) 1,4419

r 0,9900 1-(c/pqk) 0,5581

Kq (a) 140,0035 r/2q 989,3291

b -0,0792 rc/pq 122418,9688

p 12125 r/q 1978,6582

c 750170 k/2 139909,4451

(31)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Oktober 1989 sebagai anak ketiga dari Bapak Ratum Achmad Fadholi dan Ibu Kustimah Nurrokhmah. Penulis adalah putera ketiga dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah SMPN 129 Jakarta (2001-2004), dan Ponpes Daar El Qolam (2005-2009). Pada tahun 2009 penulis diterima di Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumber Daya Perairan (HIMASPER) sebagai ketua divisi HRD (2011-2012). Penulis juga aktif mengikuti seminar maupun berpartisipasi dalam berbagai kepanitian di lingkungan kampus IPB.

Gambar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian
Gambar 2. Komposisi hasil tangkapan di TPI Blanakan tahun 2012
Gambar 4. Hasil tangkapan ikan kembung lelaki
Gambar 5. Upaya penangkapan ikan kembung lelaki
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui ukuran dan cara tertangkapnya ikan kembung lelaki ( Rastrelliger kanagurta ) pada drift gillnet , menentukan

Potensi reproduksi ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta Cuvier 1817) dari Perairan Teluk Banten, Kabupaten Serang.. Departemen Manajemen Sumberdaya

Faktor-faktor (produksi, bakul, mutu, dan harga ikan substitusi) yang mempengaruhi pembentukan harga ikan Kembung Lelaki ( Rastrelliger kanagurta ) hasil tangkapan

Kurva selektivitas pada ukuran gbr 8 memberikan bentuk yang landai (miring) Peluang tertangkapnya ikan kembung lelaki ( Rastrelliger kanagurta ) dengan drift

Hasil dari penilaian kualitas ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) asin berkhitosan secara umum menunjukkan bahwa penerimaan konsumen terhadap ikan

Faktor kondisi ikan kembung lelaki yang didapatkan di PPP Lempasing memiliki rentang nilai yang sama dibandingkan faktor kondisi ikan kembung lelaki yang didapatkan di

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Bioekonomi untuk Pengelolaan Sumber Daya ikan tembang (Sardinella

6 Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Kembung Lelaki Rastrelliger kanagurta Data frekuensi panjang merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui parameter