• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI JENIS BIOMULSA DAN JARAK TANAM

KAILAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KAILAN

(

Brassica oleracea

L. cv. grup Kailan)

GUSTI REZA PUSPITA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Gusti Reza Puspita

(4)

ABSTRAK

GUSTI REZA PUSPITA. Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan). Dibimbing oleh JUANG GEMA KARTIKA.

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan-University Farm

IPB, Darmaga Bogor dari bulan Januari hingga September 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian biomulsa dan jarak tanam terhadap produksi tanaman kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) 2 faktor. Perlakuan yang diberikan adalah jenis biomulsa dan jarak tanam. Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali. Jenis biomulsa terdiri atas tanpa mulsa, mulsa plastik hitam perak, biomulsa Arachis pintoi, dan biomulsa rumput gajah mini sedangkan jarak tanam terdiri atas 30 cm x 30 cm dan 50 cm x 50 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi antara jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap diameter batang dan panjang tangkai daun kailan. Perlakuan seluruh jenis biomulsa pada jarak tanam 30 cm x 30 cm dan biomulsa A. pintoi pada jarak tanam 50 cm x 50 cm menghasilkan diameter batang dan panjang tangkai daun kailan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan biomulsa

A. pintoi dapat meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan mulsa lainnya. Pengaruh tunggal dari perlakuan jarak tanam menunjukkan bahwa jarak tanam kailan yang lebih rapat yaitu 30 cm x 30 cm mampu menghasilkan bobot kailan per petak yang lebih tinggi daripada jarak tanam yang lebih renggang yaitu 50 cm x 50 cm. Penggunaan biomulsa A. pintoi dan jarak tanam 30 cm x 30 cm dapat meningkatkan produksi tanaman kailan.

Kata kunci: Arachis pintoi, biomulsa, jarak tanam, kailan, rumput gajah mini

ABSTRACT

GUSTI REZA PUSPITA. Interaction Type of Biomulch and Chinese Kale Plant Spacing on Chinese Kale (Brassica oleracea L. cv. group Chinese Kale) Crop Production. Supervised by JUANG GEMA KARTIKA.

This research was conducted in Cikabayan Experimental Field-University Farm IPB, Darmaga Bogor from January to September 2013. The objective of this research was to study the effect of biomulch and plant spacing on Chinese kale (Brassica oleracea L. cv. group Chinese Kale) crop production. The experiment was arranged in Randomized Completely Block Design with 2 factors, the first factor was types of biomulch and the second was plant spacing, with three replication. Types of biomulch consisted of no mulch, plastic mulch, Arachis pintoi

(5)

compared with other treatments. A. pintoi of biomulch can increased on plant height compared to other mulch. The plant spacing of 30 cm x 30 cm can increase Chinese kale weight per plots harvested compared to lighter spacing of 50 cm x 50 cm. Application of A. pintoi and plant spacing of 30 cm x 30 cm can increase Chinese kale production.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

INTERAKSI JENIS BIOMULSA DAN JARAK TANAM

KAILAN TERHADAP PRODUKSI TANAMAN KAILAN

(

Brassica oleracea

L. cv. grup Kailan)

GUSTI REZA PUSPITA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan)

Nama : Gusti Reza Puspita NIM : A24090179

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah biomulsa, dengan judul Interaksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan).

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Juang Gema Kartika, SP, MSi selaku pembimbing skripsi; Bapak Prof Dr Ir MA Chozin dan Ibu Dr Ir Diny Dinarti selaku penguji; serta Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Milin, Bapak Ganda, beserta seluruh pegawai unit Kebun Percobaan Cikabayan Bawah IPB, yang telah membantu selama penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adikku Mega; sahabatku Amel, Fitri, dan Nurul; teman seperjuanganku di Cikabayan Abu dan Silmi, serta keluarga besar Socrates AGH 46, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Deskripsi Tanaman Kailan 2

Syarat Tumbuh Tanaman Kailan 3

Manfaat Arachis pintoi dan Rumput Gajah Mini sebagai Biomulsa 3

Jarak Tanam 4

METODE 5

Tempat dan Waktu 5

Bahan dan Alat 5

Pelaksanaan 5

Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum 7

Pertumbuhan dan Penutupan Arachis pintoi dan Rumput Gajah Mini 8 Pengaruh Biomulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kailan 9

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kailan 10

Produksi Tanamam Kailan 13

Marketable Kailan 13

Pengaruh Perlakuan Biomulsa terhadap Pertumbuhan Gulma 15

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

(13)

DAFTAR TABEL

1 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap tolok ukur pengamatan 9 2 Pengaruh jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap diameter batang

10 3 Pengaruh jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap panjang tangkai

daun 11

4 Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap

pertumbuhan vegetatif lainnya 12

5 Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap

komponen produksi tanaman 13

6 Jenis gulma yang tumbuh pada lahan percobaan 15 7 Pertumbuhan gulma pada berbagai perlakuan 15 8 Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap bobot

kering gulma total 16

DAFTAR GAMBAR

1 Persentase penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini 8 2 Perbedaan morfologi panen tanaman kailan dengan berbagai perlakuan

biomulsa dan jarak tanam 11

3 Perbandingan antara kailan penelitian dan komersil 14

DAFTAR LAMPIRAN

1 Layout percobaan 19

2 Perbandingan analisis tanah sebelum dan sesudah perlakuan 20 3 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian

Tanah (1983) 21

4 Deskripsi kailan varietas Nova 22

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan)adalah salah satu jenis sayuran populer yang rasanya enak dan renyah serta mempunyai gizi tinggi. Tanaman kailan merupakan sumber makanan yang banyak mengandung vitamin A dan C serta mineral Ca dan Fe sehingga bermanfaat bagi kesehatan. Bentuk kailan mirip dengan caisin atau disebut dengan sawi cina. Daunnya panjang dan melebar seperti caisin sedangkan warna daun dan batangnya mirip dengan kembang kol. Kailan diakui sebagai tanaman yang sangat produktif bagi daerah tropis (Sagwansupyakorn 1992). Meskipun di Indonesia kailan tergolong jenis sayuran baru tetapi kailan termasuk sayuran daun yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Menurut Badan Pusat Statistik (2012), produksi kailan yang tergolong keluarga kubis-kubisan di Indonesia mengalami pasang surut. Pada tahun 1998 merupakan puncak produksi yaitu 1.45 juta ton dan terus menurun sampai tahun 2002 menjadi 1.23 juta ton dan mulai meningkat kembali pada tahun 2008 sebesar 1.32 juta ton hingga tahun 2012 berhasil mencapai 1.48 juta ton. Diasumsikan bahwa kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi sayuran saat ini semakin tinggi sehingga menyebabkan permintaan sayuran termasuk kailan menjadi naik. Kondisi tersebut mendorong perlunya usaha peningkatan produksi kailan melalui teknik budidaya pertanian yang baik diantaranya dengan pemberian mulsa dan jarak tanam.

Penggunaan mulsa plastik sudah menjadi standar umum dalam produksi tanaman sayuran yang bernilai ekonomis tinggi, baik di negara-negara maju maupun di negara berkembang, termasuk Indonesia. Keuntungan dari penggunaan mulsa plastik atau polyethylen yaitu mempercepat pemanenan dan peningkatan hasil, memperbaiki kelembaban tanah, mengurangi pencucian pupuk, mengurangi kepadatan tanah, menurunkan penyakit busuk buah, dan meningkatkan efektivitas fumigan. Akan tetapi, penggunaan mulsa plastik memiliki beberapa kekurangan antara lain memerlukan alat khusus, meningkatkan biaya produksi, dan adanya kesulitan dalam pemusnahan mulsa.

Sistem biomulsa yaitu mulsa dari tanaman yang tumbuh bersamaan dengan tanaman utama. Penggunaan biomulsa dapat menekan erosi, mengurangi pencucian hara, menekan perkembangan hama, dan menambah kandungan bahan organik tanah (Peet 1996).

Penggunaan biomulsa masih belum biasa dilakukan oleh petani. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini akan diaplikasikan penggunaaan biomulsa berupa tanaman penutup tanah dari jenis Leguminoceae yaitu Arachis pintoi dan Graminae yaitu rumput gajah mini.

(15)

2

penyakit, dan membuat penyiangan menjadi mudah (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).

Penelitian ini bertujuan mempelajari interaksi jenis biomulsa dan jarak tanam kailan terhadap produksi tanaman kailan. Atas dasar hal-hal tersebut, diharapkan penggunaan biomulsa dan jarak tanam yang lebih lebar dapat memelihara kesuburan tanah dan meningkatkan hasil sayuran kailan.

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan mempelajari interaksi jenis biomulsa dan jarak tanam kailan terhadap produksi tanaman kailan. Secara khusus penelitian ini bertujuan mempelajari jenis biomulsa dan jarak tanam kailan terbaik yang dapat meningkatkan produksi tanaman kailan.

Hipotesis

1. Terdapat jenis biomulsa yang baik untuk meningkatkan hasil produksi kailan dibandingkan dengan budidaya tanpa mulsa

2. Terdapat jarak tanam yang optimum untuk meningkatkan produksi kailan 3. Terdapat interaksi antara jenis biomulsa dengan jarak tanam kailan terhadap

produksi kailan

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Tanaman Kailan

Kailan (Brassica oleracea L. cv. grup Kailan) merupakan salah satu jenis sayuran famili kubis-kubisan (Brassicaceae) yang berasal dari negeri Cina dan sekarang banyak dibudidayakan di Asia Tenggara. Kailan sebenarnya termasuk satu spesies dengan kubis kepala, tetapi tidak pernah dapat membentuk kepala dan hanya berbentuk daun biasa sehingga kailan sering disebut kubis daun. Hampir semua bagian tanaman kailan dapat dikonsumsi yaitu batang dan daunnya. Dalam 100 g bagian kailan yang dikonsumsi mengandung 7540 IU vitamin A, 115 mg vitamin C, 62 mg Ca, dan 2.2 mg Fe (Sagwansupyakorn 1992).

Terdapat banyak kultivar dengan warna bunga dan ciri-ciri vegetatif yang berbeda, terutama mengenai tingginya dan besarnya batang (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Tinggi tanaman kailan dapat mencapai 40 cm selama tahap vegetatif dan 1-2 m pada akhir berbunga. Batang tunggal, percabangan sempit, daun tebal dan kuat, berbentuk bulat telur dengan batas garis tidak teratur dan sering berombak-ombak, basal daun kecil, daun atas sempit dan lonjong. Perbungaan berupa gugusan sepanjang 30-40 cm, panjang tangkai 1-2 cm, bunga biasanya berwarna putih atau kuning dengan diameter 2-3 cm.

(16)

3

Syarat Tumbuh Tanaman Kailan

Kailan dapat tumbuh dengan baik di bawah kondisi cerah dalam kondisi lembab dan tanah berdrainase baik. Kailan dapat tumbuh sepanjang tahun di daerah tropis. Suhu optimal tanaman kailan berkisar 25-30 oC untuk perkecambahan, dan 18-28 oC untuk suhu rendah yang dapat memacu pembungaan dini dan juga diperlukan untuk pengembangan bunga secara lengkap. Tanaman kailan untuk dapat tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi memerlukan pH 5.5–6.5 dan cukup tersedia unsur hara. Produksi tanaman kailan sangat rendah apabila ditanam pada tanah yang memiliki pH rendah (Sagwansupyakorn 1992).

Kailan diperbanyak dengan biji yang dapat berkecambah 3-5 hari setelah tanam. Perkembangan vegetatif lambat selama dua minggu pertama, tetapi kemudian beranjak dengan cepat (Sagwansupyakorn 1992). Bibit semai dipindah tanam pada umur 3-4 minggu dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, 30 cm x 30 cm, dan 40 cm x 40 cm. Kailan mengalami penyerbukan silang dengan bantuan serangga. Tanaman ini masak dalam 6-8 minggu di daerah rendah tropika dan dipanen bila bunga mulai mekar. Pada garis lintang dan ketinggian yang lebih tinggi pertanaman ini memakan waktu kira-kira 10 minggu. Beberapa kultivar (yaitu tipe berbunga kuning) diusahakan sebagai pertanaman musim dingin. Hasil sampai 20 ton/ha dapat diperoleh (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).

Hama serangga merupakan masalah yang serius untuk petani kailan. Kumbang, penggerek, dan ulat kubis adalah yang paling berbahaya selain kutu daun, belalang dan jangkrik. Penyemprotan insektisida dua kali seminggu biasa dilakukan untuk mencegah penyebaran hama lebih lanjut (Sagwansupyakorn 1992).

Manfaat Arachis pintoi dan Rumput Gajah Mini sebagai Biomulsa

Sistem biomulsa yaitu mulsa dari tanaman yang tumbuh bersamaan dengan tanaman utama. Biomulsa dapat ditanam sebelum atau sesudah tanaman utama dipanen. Biomulsa memiliki fungsi ganda yaitu selama belum terdekomposisi berfungsi sebagai mulsa dan setelah terdekomposisi berfungsi sebagai pupuk untuk tanah. Penggunaan biomulsa dapat menekan erosi, mengurangi pencucian hara, menekan perkembangan hama, dan menambah kandungan bahan organik tanah (Peet 1996).

Mulsa hidup atau biomulsa yang baik adalah tanaman yang tumbuh rendah, tumbuh cukup rapat untuk menekan pertumbuhan gulma dan memiliki respon yang baik terhadap penyiangan. Menurut Peet (1996) dan Sumarni et al. (2009) tanaman penutup tanah dapat digunakan sebagai mulsa organik yang dapat mengurangi aliran permukaan dan pencucian hara, memelihara struktur tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan menambah kandungan bahan organik tanah. Persyaratan penting yang harus dimiliki tanaman penutup tanah adalah mudah diperbanyak, mempunyai sistem perakaran yang tidak mengganggu tanaman pokok, pertumbuhannya cepat, tahan pangkas, dan dapat memfiksasi N bebas (Kartika

(17)

4

Hasil penelitian Sumarni dan Rosliani (2009) menunjukkan bahwa tanaman kacang-kacangan yaitu Arachis pintoi adalah salah satu alternatif untuk pilihan dan cocok ditanam sebagai penutup tanah. Fisher and Cruz (1991) menambahkan bahwa A. pintoi selain toleran terhadap naungan juga relatif tahan terhadap defisit air. Tanaman A. pintoi merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh rendah. Batangnya tumbuh menjalar, akar dan sulur akan tumbuh dari buku batang apabila ada kontak langsung dengan tanah. Setiap tangkainya mempunyai dua pasang helai daun. Daunnya berbentuk oval dengan ukuran panjang 3 cm dan lebar 1.5 cm. Perbanyakan tanaman A. pintoi dapat dilakukan dengan menggunakan biji, stek, dan stolon. Diperlukan waktu 2–5 bulan untuk menutupi seluruh permukaan tanah dengan pertumbuhan yang seragam, tergantung kondisi lingkungan dan jarak tanam (Balittan 2004). Menurut Kartika et al. (2009) A. pintoi sebagai biomulsa memiliki manfaat bagi lingkungan antara lain untuk konservasi tanah, mengurangi erosi, memperbaiki lahan yang rusak, mempercepat perputaran nutrisi; memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah; memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan generatif dari tananaman utama; meningkatkan jumlah dan kualitas makanan ternak; mengontrol penyebaran penyakit; menekan pertumbuhan gulma; pilihan baru untuk tanaman hias; dan diharapkan sebagai sumber yang baik dari nektar untuk lebah.

Rumput dapat digunakan sebagai penutup tanah terutama penanaman pada tapak yang berkontur karena fungsi rumput yang baik untuk menahan erosi. Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum schamach) merupakan jenis rumput dari Amerika yang daunnya tebal dan pendek, tumbuhnya rendah (kerdil) dan lebih lambat, tetapi dapat menutup dengan rapat karena pola pertumbuhan daunnya menyamping. Rumput gajah mini mempunyai warna hijau yang melebihi rumput biasa. Rumput gajah mini memiliki kemampuan hidup tinggi, toleran terhadap segala kondisi cuaca, dan tidak sensitif terhadap patogen tanah (Pujaratna 2011).

Jarak Tanam

(18)

5

METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor, dengan ketinggian tempat 250 m dpl. Penelitian dimulai bulan Januarisampai September 2013.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kailan varietas Nova; stek batang Arachis pintoi; anakan rumput gajah mini; pupuk

kandang 20 ton/ha; pupuk NPK (16-10-18) 1 kg/50 l air; pupuk daun 1 g/l air; kapur 1 ton/ha; kascing 1.25 kg/tray; Rootone F 1 g/l air; dan insektisida berbahan aktif

karbofuran 3%. Peralatan yang digunakan adalah tray semai; mulsa plastik hitam perak; alat-alat pertanian; alat ukur; serta alat-alat lainnya yang menunjang pelaksanaan penelitian.

Pelaksanaan

Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 2 faktor yaitu jenis biomulsa dan jarak tanam. Jenis biomulsa terdiri atas tanpa mulsa, mulsa plastik hitam perak (MPHP), biomulsa A. pintoi, dan biomulsa rumput gajah mini sedangkan jarak tanam terdiri atas 30 cm x 30 cm dan 50 cm x 50 cm. Setiap perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Layout percobaan disajikan pada Lampiran 1. Tanaman contoh yang diamati sebanyak 5 tanaman diambil secara acak untuk setiap petak.

Sebelum penanaman A. pintoi, dilakukan pembersihan dan pengolahan lahan serta membuat petak-petak percobaan berukuran 4 m x 1.5 m dengan jarak antar petak 30 cm dan jarak antar ulangan 50 cm. Pemberian pupuk kandang dan kapur dilakukan setelah pembuatan bedengan. Dua minggu setelah pemberian pupuk kandang dan kapur dilakukan penanaman A. pintoi pada bedeng sesuai perlakuan. Penanaman A. pintoi dilakukan dengan stek batang sepanjang 15 cm atau empat ruas yang sebelumnya direndam selama 1 malam dalam Rootone F dengan konsentrasi 1 g/l air. A. pintoi ditanam pada bedengan dengan jarak 10 cm x 10 cm dan dilakukan pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyiangan. Pemupukan Urea dengan dosis 100 kg N/ha dilakukan saat penanaman dan umur 4 minggu setelah tanam (MST). Penyulaman dilakukan pada 1 hingga 3 MST.

(19)

6

setiap 10 hari sekali setelah semai dengan konsentrasi 1 g/l air. Sehari sebelum kailan dipindah tanam ke lahan, pada seluruh petak perlakuan dilakukan penyiangan gulma. Pada biomulsa A. pintoi dan rumput gajah mini dilakukan pembuatan baris atau alur tanam dengan lebar 10 cm. Bibit kailan yang telah berumur 3 minggu kemudian dipindah tanam ke lahan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (populasi 48 tanaman/petak) dan 50 cm x 50 cm (populasi 24 tanaman/petak) dengan satu lubang tanam diisi satu bibit kailan. Penyulaman kailan dilakukan pada 1 dan 2 MST. Penyiraman dilakukan secara teratur di awal penanaman. Pemberian pupuk dilakukan pada 2 dan 4 MST dengan konsentrasi pupuk NPK (16-10-18) 1 kg/50 l air. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara drenching yaitu dikocor atau dilarutkan dalam air. Selama periode penanaman kailan, tidak dilakukan pembersihan gulma pada seluruh petak perlakuan. Panen mulai dilakukan pada umur 5 MST dengan terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti tinggi, diameter batang, warna, bentuk, dan ukuran daun.

Pengamatan dibagi menjadi tiga yaitu terhadap tanaman utama, mulsa, dan gulma. Pengamatan terhadap tanaman utama yaitu kailan meliputi komponen pertumbuhan dan hasil tanaman.

A.Pengamatan pada Arachis pintoi dan rumput gajah mini :

1. Persentase tumbuh. Persentase penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini diamati setiap 2 minggu secara kualitatif (visual).

2. Persentase penutupan. Pengamatan persen penutupan dilakukan mulai umur 4 MST karena pada 3 minggu awal masih dilakukan penyulaman stek yang kering dan mati agar jumlah populasi stek seragam.

B.Komponen pertumbuhan dan hasil tanaman kailan diamati pada 5 tanaman contoh saat umur 5 MST atau setelah kailan dipanen, peubah yang diamati antara lain:

1. Tinggi tanaman (cm). Pengamatan tinggi tanaman dengan mengukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh dengan menggunakan penggaris atau meteran.

2. Diameter batang (cm). Pengamatan tinggi diameter batang dengan mengukur dari batang bagian tengah menggunakan jangka sorong.

3. Jumlah daun (helai). Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah membuka dengan sempurna.

4. Panjang daun (cm). Pengamatan panjang daun diukur dengan menggunakan penggaris dari pangkal daun hingga ujung daun terpanjang.

5. Lebar daun (cm). Pengamatan lebar daun diukur dengan menggunakan penggaris di bagian tengah dari sisi kiri hingga kanan daun terpanjang. 6. Panjang tangkai daun (cm). Pengamatan panjang tangkai daun dilakukan

dengan mengukur panjang tangkai daun dari pangkal tangkai yang melekat di batang hingga ujung batas dengan pangkal daun.

7. Panjang akar (cm). Pengamatan panjang akar diukur dengan menggunakan penggaris dari pangkal akar hingga ujung akar terpanjang.

8. Bobot daun (g). Pengamatan bobot daun dilakukan dengan menimbang daun menggunakan timbangan analitik.

(20)

7

10. Bobot akar (g). Pengamatan bobot akar dilakukan dengan menimbang akar menggunakan timbangan analitik.

11. Bobot panen per petak (g). Pengamatan bobot panen per petak dilakukan dengan menimbang seluruh hasil kailan tiap petak menggunakan timbangan analitik.

C.Pengamatan pada gulma

Pengamatan gulma dilakukan setelah kailan dipanen menggunakan kuadrat berukuran 0.5 m x 0.5 m. Pengamatan pada gulma meliputi :

1. Jenis gulma yang tumbuh. Gulma dipisahkan berdasarkan spesies masing-masing.

2. Jumlah gulma. Gulma dihitung berdasarkan jumlah individu per spesies. 3. Bobot kering. Perhitungan bobot kering dilakukan dengan cara mengoven

gulma pada suhu 80 oC selama dua hingga tiga hari kemudian ditimbang bobotnya menggunakan timbangan analitik.

4. Dominansi gulma. Dominansi gulma dianalisis dengan menggunakan NJD (Nisbah Jumlah Dominansi). Nilai NJD dicari berdasarkan rata-rata 3 nilai penting, yaitu kerapatan nisbi, frekuensi nisbi, dan bobot kering nisbi.

Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F dengan perangkat lunak SAS 9.1.3. Jika terdapat pengaruh nyata, maka dilakukan uji lanjut menggunakan

Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf α = 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Hasil analisis Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan menunjukkan bahwa kondisi tanah awal penelitian mengandung C-organik (2.07%), N-Total (0.19%), P2O5 Bray (5.30 ppm), dan K (117.80 ppm). Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Tanah (1983), kandungan C-organik tanah tersebut tergolong sedang, tetapi N-Total, P2O5 Bray, dan K tergolong rendah. Rendahnya kandungan N, P, K ini menunjukkan bahwa tanah pada penelitian ini kurang subur. Kriteria penilaian analisis tanah disajikan pada Lampiran 3.

Hasil analisis tanah akhir yang dilakukan setelah penelitian selesai menunjukkan bahwa masing-masing kandungan N-Total dari seluruh perlakuan yaitu terdiri atas tanpa mulsa (0.19%), MPHP (0.14%), A. pintoi (0.13%), dan rumput gajah mini (0.15%). Perlakuan biomulsa A. pintoi dan rumput gajah mini belum mampu meningkatkan kandungan N-Total dalam satu musim tanam karena masih sedikitnya bahan organik dan serasah yang berasal dari pelapukan daun dan batang biomulsa yang masuk ke dalam tanah. Hasil analisis tanah sebelum dan setelah perlakuan disajikan pada Lampiran 2.

(21)

8

penanaman diantaranya karena cuaca dan serangan hama penyakit. Stek batang

A. pintoi mudah kering dan layu pada cuaca panas. Kondisi yang kering akan

menghambat pertumbuhan akar dan tunas pada stek A. pintoi. Pertumbuhan

A. pintoi akan terhambat dan daun menjadi kuning pada tanah-tanah yang kurang air atau sering banjir (Balittan 2004). Rayap merupakan hama yang menjadi masalah selama masa pertumbuhan. Akibat dari serangan rayap adalah tunas mengering karena batang stek dimakan oleh rayap dari dalam tanah. Penyakit yang menyerang A. pintoi diantaranya penyakit sapu. Gejala A. pintoi yang terinfeksi dini menunjukkan pertumbuhan tunas-tunas baru dari ketiak daun dalam jumlah banyak dan berukuran kecil, yang tumbuh tegak seperti sapu. Penyakit ini menurunkan nilai estetika sebagai tanaman hias maupun fungsi penutup tanah atau pakan ternak (Budiyarto dan Mutaqin 2012).

Pada biomulsa rumput gajah mini tidak mengalami masalah berarti di awal pertumbuhan karena sifatnya yang relatif mudah berdaptasi dan tumbuh rapat dengan cepat. Saat musim hujan, rumput relatif tidak perlu disiram. Sebaliknya, di musim kemarau rumput bisa disiram sehari dua kali (Waldan 2009).

Persentase hidup tanaman kailan di lapang pada 5 MST mencapai 88.07%. Kondisi lahan saat penanaman kailan dapat dilihat pada Lampiran 6. Salah satu penyebab rendahnya persentase hidup tanaman kailan di lapang adalah banyaknya hama yang menyerang tanaman. Hama serangga yang dominan menyerang kailan pada penelitian ini adalah ulat kubis, kutu daun, dan belalang. Penyemprotan insektisida dilakukan 1 hingga 2 kali untuk mengendalikan penyebaran hama lebih lanjut.

Pertumbuhan dan Penutupan Arachis pintoi dan Rumput Gajah Mini

Penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini pada setiap petak perlakuan diamati secara visual dengan melihat persentase tanaman A. pintoi dan rumput gajah mini yang menutupi kuadrat ukuran 0.5 m x 0.5 m. Pengamatan A. pintoi dan rumput gajah mini dilakukan pada waktu yang berbeda tetapi pada umur tanaman yang sama. Persentase penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini diamati setiap 2 minggu secara kualitatif (visual) seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Persentase penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini

(22)

9

Biomulsa A. pintoi ditanam dengan jarak 10 cm x 10 cm menggunakan stek batang, panjangnya 4-5 ruas dan kondisinya masih segar. Menurut Huang et al.

(2004) penanaman A. pintoi dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm mampu menutup tanah sampai 87% pada saat tanaman berumur 6 MST, sedangkan pada jarak tanam 20 cm x 20 cm penutupan mencapai 89% ketika berumur 10 MST. Penanaman

A. pintoi dengan jarak tanam yang rapat telah terbukti lebih cepat penutupannya, tetapi bahan tanam yang diperlukan juga lebih banyak. Pertumbuhan awal membutuhkan kondisi lingkungan mendukung, tertama ketersediaan air yang cukup. Pengamatan persen penutupan dilakukan mulai umur 4 MST karena pada 3 minggu awal masih dilakukan penyulaman stek yang kering dan mati agar jumlah

populasi stek seragam. Gambar 1 menunjukkan bahwa penutupan biomulsa

A. pintoi telah mencapai 98% pada umur 12 MST. Penutupan A. pintoi sebesar 100% dapat diperoleh setelah umur tanaman lebih dari 12 MST.

Rumput gajah mini ditanam dalam bentuk ubinan persegi dengan ukuran 3 cm x 3 cm. Penanaman dilakukan secara zigzag dengan jarak 3-5 cm. Penutupan mulsa rumput gajah mini sebesar 100% dapat diperoleh setelah umur tanaman 8 MST (Gambar 1). Periode kecepatan penutupan rumput gajah mini pada percobaan ini dipengaruhi oleh kerapatan tanam gajah mini yang lebih tinggi dibandingkan A. pintoi.

Pengaruh Biomulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kailan

Rekapitulasi analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terjadi pada diameter batang dan panjang tangkai daun kalian. Secara tunggal perlakuan jenis biomulsa meningkatkan pertumbuhan tanaman kailan meliputi tinggi, diameter batang, dan panjang tangkai daun. Secara tunggal perlakuan jarak tanam kailan memberikan hasil yang tinggi terhadap bobot panen kailan per petak. (Tabel 1).

Tabel 1 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap tolok ukur pengamatan

(23)

10

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Kailan

Pengamatan vegetatif tanaman kailan terdiri dari tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, dan panjang akar. Pengamatan dilakukan pada 5 MST atau setelah kailan dipanen. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa ada interaksi antara perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam kailan terhadap diameter batang (Tabel 2).

Tabel 2 Pengaruh jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap diameter batang

Perlakuan Diameter batang

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 5%; MPHP: mulsa plastik hitam perak.

Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan seluruh jenis biomulsa pada jarak tanam 30 cm x 30 cm dan biomulsa A. pintoi pada jarak tanam 50 cm x 50 cm menghasilkan diameter batang yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Secara tunggal perlakuan jarak tanam kailan 30 cm x 30 cm maupun 50 cm x 50 cm menunjukkan respons yang sama terhadap diameter batang pada masing-masing jenis biomulsa.

Peningkatan pertumbuhan diameter batang tanaman kailan pada perlakuan biomulsa A. pintoi diduga karena A. pintoi sebagai tanaman penutup tanah berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah dari hasil fiksasi nitrogen secara biologi. Selain dapat menambat nitrogen, A. pintoi yang tumbuh menutupi permukaan tanah dapat menjaga kelembaban tanah. A. pintoi mampu menahan air untuk mencegah evaporasi, sehingga memaksimalkan air yang tersedia bagi tanaman.

(24)

11

Tabel 3 Pengaruh jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap panjang tangkai daun

Perlakuan Panjang tangkai daun

30 cm x 30 cm 50 cm x 50 cm

Tanpa mulsa (M0) 4.33a 3.53b

A A

MPHP (M1) 3.25a 2.89c

A A

Arachis pintoi (M2) 3.62a 5.10a

A A

Rumput gajah mini (M3) 3.97a 3.67b

A A

Anova Th **

Interaksi M x J **

KK 12.54

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 5%; MPHP: mulsa plastik hitam perak.

Perlakuan seluruh jenis biomulsa pada jarak tanam 30 cm x 30 cm dan biomulsa A. pintoi pada jarak tanam 50 cm x 50 cm menghasilkan panjang tangkai daun kailan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 3). Secara tunggal perlakuan jarak tanam kailan memberikan respons yang sama terhadap panjang tangkai daun pada masing-masing jenis biomulsa. Perbedaan morfologi panen tanaman kailan dengan berbagai perlakuan mulsa dan jarak tanam ditunjukkan pada Gambar 2.

Keterangan: M0J1 = tanpa mulsa, jarak tanam 30 cm x 30 cm M0J2 = tanpa mulsa, jarak tanam 50 cm x 50 cm M1J1 = mphp, jarak tanam 30 cm x 30 cm M1J2 = mphp, jarak tanam 50 cm x 50 cm M2J1 = A. pintoi, jarak tanam 30 cm x 30 cm M2J2 = A. pintoi, jarak tanam 50 cm x 50 cm

M3J1 = rumput gajah mini, jarak tanam 30 cm x 30 cm M3J2 = rumput gajah mini, jarak tanam 50 cm x 50 cm

(25)

12

Penggunaan biomulsa A. pintoi mampu memberikan pertumbuhan tinggi tanaman kailan yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Tabel 4). Seperti halnya pada hasil penelitian Rosliani et al. (2010) yang menyatakan bahwa tanaman kacang-kacangan sebagai penutup tanah berpengaruh nyata terhadap peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman dan lebar kanopi kubis. Penggunaan biomulsa A. pintoi ini memberikan kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan tanaman kailan dibandingkan dengan tanaman tanpa mulsa. Di samping itu, masih terdapat dampak positif penggunaan A. pintoi yaitu adanya efek sisa, keuntungan untuk penanaman musim selanjutnya tidak perlu menanam kembali, dan dapat memanfaatkan mulsa yang sudah tumbuh. Hal ini dapat menghemat biaya produksi dibandingkan dengan penggunaan mulsa plastik yang harus diganti untuk satu kali tanam.

Tabel 4 Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap pertumbuhan vegetatif lainnya

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 5%; MPHP: mulsa plastik hitam perak.

(26)

13

Produksi Tanaman Kailan

Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap komponen produksi kailan.

Tabel 5 Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap komponen produksi tanaman

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf α = 5%; MPHP: mulsa plastik hitam perak; Tr: hasil transformasi akar.

Pengaruh tunggal dari perlakuan jarak tanam terhadap bobot kailan per petak menunjukkan adanya beda nyata antar perlakuan (Tabel 5). Jarak tanam kailan yang lebih rapat yaitu 30 cm x 30 cm mampu menghasilkan bobot kailan per petak yang lebih tinggi daripada jarak tanam yang lebih renggang yaitu 50 cm x 50 cm. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan jarak tanam yang rapat berarti populasi tanaman tinggi, sementara itu bobot kailan per tanaman tidak berbeda nyata sehingga jumlah populasi tanaman sangat menentukan hasil yang didapat tiap petakan. Dalam hal yang sama Gardner et al. (1991) menyatakan bahwa pada kerapatan tanam yang tinggi, setiap tambahan dari hasil panen keseluruhan per hektar disebabkan oleh tambahan dari kelebihan tanaman yang diikuti oleh penurunan hasil per tanaman.

MarketableKailan

(27)

14

fisik kailan penelitian (Gambar 3.b) tampak lebih baik dibandingkan dengan kailan komersil yang dijual di supermarket (Gambar 3.c). Sayuran kailan tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen dan sayuran menjadi lebih menarik sehingga memenuhi standar perdagangan. Adanya penanganan pasca panen yang tepat mengakibatkan hasil sayuran kailan lebih awet dan sewaktu-waktu dapat digunakan atau dipasarkan dengan kualitas yang tetap terjamin

Keterangan : a: kailan penelitian sebelum perlakuan pasca panen b: kailan penelitian setelah fresh handling

c: kailan komersil (dari supermarket)

Gambar 3 Perbandingan antara kailan penelitian dan komersil

Penanganan pasca panen yang baik dapat menekan tingkat kehilangan pasca panen. Di samping itu, kegiatan pasca panen yang tepat dapat meningkatkan nilai jual produk sayuran. Menurut Ditjen PPHP (2007) rata-rata kehilangan atau kerusakan hasil produk sayuran diperkirakan mencapai 5–25% untuk negara-negara maju, dan 20–50% untuk negara-negara berkembang. Penanganan pasca panen yang dapat dilakukan untuk mengurangi kehilangan hasil kailan tersebut diantaranya meliputi pembersihan, penyortiran (sortasi), dan pengkelasan (grading).

Pembersihan bertujuan membuang kotoran yang melekat pada sayuran, memperbaiki penampilan sayuran, dan menghilangkan bagian yang busuk atau rusak (Akamine et al. 1986). Pembersihan penting bukan hanya untuk menghemat waktu dan tenaga pada proses yang lebih lanjut, tetapi juga menyingkirkan sumber-sumber kontaminasi. Penanganan pasca panen setelah pembersihan adalah penyortiran (sortasi). Kegiatan ini bertujuan memisahkan hasil panen yang berpenampilan baik dengan yang rusak, busuk, terserang hama, atau terkena penyakit. Pengkelasan (grading) dimaksudkan untuk mendapatkan sayuran yang bermutu baik dan seragam dalam satu golongan atau kelas yang sama sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan atau atas pemintaan konsumen. Pengkelasan dilakukan berdasarkan berat, besar, bentuk, rupa, warna, bebas dari penyakit, dan cacat lainnya (Ditjen PPHP 2007).

(28)

15

Pengaruh Perlakuan Biomulsa terhadap Pertumbuhan Gulma

Analisis vegetasi dilakukan setelah kailan dipanen. Selama penanaman kailan, tidak dilakukan pembersihan gulma pada petakan seluruh perlakuan termasuk perlakuan tanpa mulsa. Hal ini bertujuan melihat kemampuan mulsa dalam menekan pertumbuhan gulma. Analisis vegetasi menggunakan kuadrat berukuran 0.5 m x 0.5 m. Hasil ananalisis vegetasi menunjukkan bahwa jenis gulma yang tumbuh pada setiap satuan percobaan didominasi oleh golongan rumput dan daun lebar sedangkan golongan rumput teki hanya tumbuh pada perlakuan MPHP saja. Jenis gulma yang tumbuh pada lahan percobaan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Jenis gulma yang tumbuh pada lahan percobaan

Golongan rumput Golongan daun lebar

Brachiaria mutica Ageratum conyzoides

Perbedaan perlakuan biomulsa pada tanaman kalian menyebabkan perbedaan jumlah spesies gulma dan sebarannya. Hasil analisis vegetasi menunjukkan gulma yang mendominasi adalah jenis rumput pada perlakuan tanpa mulsa, MPHP, dan

A. pintoi (Tabel 7).

Tabel 7 Pertumbuhan gulma pada berbagai perlakuan

Perlakuan Jumlah gulma

(29)

16

Tabel 7 menunjukkan bahwa perlakuan MPHP menunjukkan jumlah spesies gulma terendah karena ruang tumbuh gulma lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa, A. pintoi, maupun rumput gajah mini. Di sisi lain, jumlah spesies gulma pada perlakuan biomulsa A. pintoi menunjukkan nilai yang sesuai dengan kondisi kerapatan tanam. Perlakuan biomulsa A. pintoi menghasilkan jumlah spesies gulma yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan rumput gajah mini. Perlakuan biomulsa A. pintoi pada semua jarak tanam kailan menunjukkan nilai dominansi rumput yang lebih tinggi dibandingkan dengan daun lebar.Gulma jenis rumput umumnya bereproduksi secara vegetatif dengan stolon atau rhizome yang mampu bertahan hidup di dalam tanah dan akan tumbuh kembali jika kondisi sudah baik.

Di samping itu, diduga jenis daun lebar yang terdapat pada lahan tertekan oleh pertumbuhan A. pintoi yang semakin tinggi persen penutupannya. Jenis spesies rumput yang paling sulit ditekan oleh A. pintoi adalah Digitaria ciliaris, jenis gulma ini mampu bertahan pada kondisi penutupan A. pintoi karena tumbuh berumpun pada pangkalnya dengan batang yang merayap di atas biomulsa A. pintoi. Menurut Severino dan Pedro (2004), A. pintoi hanya efektif untuk menekan pertumbuhan beberapa jenis gulma. Jenis gulma dengan nilai NJD paling tinggi hasil analisis vegetasi pada berbagai perlakuan disajikan pada Lampiran 5.

Salah satu komponen dari analisis vegetasi adalah berat kering gulma. Berat kering ini menunjukkan jumlah biomassa gulma yang terdapat pada lahan yang diamati. Berat kering gulma disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap bobot kering gulma total

Perlakuan Bobot kering gulma total (g)

Jenis mulsa Keterangan: MPHP: mulsa plastik hitam perak; Tr: hasil transformasi akar.

MPHP relatif lebih efektif menekan pertumbuhan gulma terhadap bobot kering gulma total dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa maupun biomulsa

(30)

17

Hal ini diduga karena A. pintoi memberikan kondisi tanah yang lebih lembab untuk menyimpan air sehingga memberikan peluang gulma untuk tumbuh dengan baik. Kecepatan tumbuh A. pintoi pada percobaan ini lambat, sehingga pertumbuhan gulma lebih cepat karena daya saing A. pintoi yang rendah. Pada mulsa rumput gajah mini tumbuh relatif lebih rapat dibandingkan dengan A. pintoi sehingga tidak memberikan peluang lebih banyak pada gulma untuk tumbuh dengan baik. Kerapatan tanam yang lebih tinggi menjamin perkembangan tajuk yang lebih cepat untuk berkompetisi melawan gulma.

Rata-rata berat kering gulma dari hasil analisis vegetasi tidak menunjukkan adanya pengaruh jarak tanam kailan terhadap berat kering gulma total. Kondisi lahan dengan kedua perlakuan jarak tanam kailan memberikan lingkungan yang relatif seragam untuk pertumbuhan gulma.

SIMPULAN

Simpulan

Interaksi antara jenis biomulsa dan jarak tanam terjadi pada diameter batang dan pajang tangkai daun kailan. Perlakuan seluruh jenis biomulsa pada jarak tanam 30 cm x 30 cm dan biomulsa A. pintoi pada jarak tanam 50 cm x 50 cm menghasilkan diameter batang dan panjang tangkai daun kailan yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Perlakuan biomulsa A. pintoi dapat meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan perlakuan mulsa lainnya. Pengaruh tunggal dari perlakuan jarak tanam terhadap bobot kailan per petak menunjukkan bahwa jarak tanam kailan yang lebih rapat yaitu 30 cm x 30 cm mampu menghasilkan bobot kailan per petak yang lebih tinggi daripada jarak tanam yang lebih renggang yaitu 50 cm x 50 cm. Penggunaan biomulsa A. pintoi dan jarak tanam 30 cm x 30 cm dapat meningkatkan produksi tanaman kailan.

Saran

Saran yang dapat penulis berikan kepada peneliti selanjutnya adalah diperlukan pengaturan baris (row) biomulsa dan waktu pembersihan gulma pada biomulsa yang tepat agar tidak mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman utama.

DAFTAR PUSTAKA

Akamine EK, Kitagawa H, Subramanyam H, Long PG. 1986. Fisiologi Pasca Panen: Penanganan Sayuran dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Kamariyani, penerjemah; Pantastico EB, editor. Yogyakarta(ID): UGM Pr. Terjemahan dari: Activities in Packaging.hlm 421-445.

(31)

18

Baharuddin R. 2010. Penggunan kacang hias (Arachis pintoi) sebagai biomulsa pada budidaya tomat (Licopersicon esculentum M.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[Balittan] Balai Penelitian Tanah. 2004. Kacang Hias (Arachis pintoi) Pada Usaha Tani Lahan Kering. Bogor(ID): Pusat Litbang Tanah dan Agroklimat.

Budiyarto, Mutaqin KH. 2012. Sapu pada kacang hias (Arachis pintoi): penyakit baru yang berasosiasi dengan fitoplasma. J Fitopatol Indones. 8(3):84-88. [Deptan Ditjen PPHP] Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Pertanian. 2007. Penanganan Pasca Panen Sayuran. Jakarta(ID): Deptan.

Fisher MJ, Cruz P. 1991. Some ecophysiological aspects of Arachis pintoi. In: Kerridge PC, Hardy B, editor. Biology and Agronomy of Forage Arachis. Colombia(CO): CIAT. p 53-70.

Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta (ID): Universitas Indonesia (UI ) Press. 428 hlm.

Huang YB, Long T, Zhong Z, Zhao CEY. 2004. Utilization of Arachis pintoi in red soil region and its effciency on water-soil conservation in China. International Soil Conservation Organisation Conference; Brisbane(AU).

Kartika JG, Reyes MR, Susila AD. 2009. Review of Literature on Perennial Peanut (Arachis pintoi) as Potential Cover Crop in the Tropics. Di dalam : Kartika JG, Reyes MR, Susila AD, editor. Kumpulan Makalah Seminar Ilmiah. Bogor(ID): Perhimpunan Hortikultura Indonesia. hlm 391-399.

Peet M. 1996. Cover crops and living mulches. Sustainable Practices for Vegetables Production in the South. USA(US): Focus Publishing. p 13-21. Pujaratna B. 2011. Budidaya Rumput Gajah Mini. Gresik(ID): Balai Penyuluh

Pertanian Kedamean.

Rosliani R, Sumarni N, Sulastrini I. 2010. Pengaruh cara pengolahan tanah dan tanaman kacang-kacangan sebagai tanaman penutup tanah terhadap kesuburan tanah dan hasil kubis di dataran tinggi. J. Hort. 20(1):36-44.

Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1999. Sayuran Dunia 3 Prinsip, Produksi, dan Gizi Edisi Kedua. Bandung (ID): ITB.

Sagwansupyakorn C. 1992. Brassica oleracea L. cv. group Chinese Kale. Di dalam: L.J.G. van der Maesen, S. Somaatmdja, editor. Plant Resouces of South-East Asia (Prosea) No 1 Pulses. Bogor (ID): Prosea Foundation. hlm 115-117. Severino, FJ, Pedro JC. 2004. Weed supression by smother crops and selective

herbicides. Sci. Agric. (Piracicaba, Braz.) 61(1):21-26.

Sumarni N, Hidayat A, Sumiati E. 2006. Pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa organik terhadap produksi cabai dan erosi tanah. J. Hort. 16(3):197-201. Sumarni N, Rosliani R. 2009. Pengaruh pembenaman residu tanaman penutup tanah

kacang-kacangan dan mulsa jerami terhadap hasil cabai merah dan kesuburan tanah andisol. J. Hort. 19(1):59-65.

(32)

19

Lampiran 1 Layout percobaan

Keterangan: M0J1 = tanpa mulsa, jarak tanam 30 cm x 30 cm M0J2 = tanpa mulsa, jarak tanam 50 cm x 50 cm M1J1 = mphp, jarak tanam 30 cm x 30 cm M1J2 = mphp, jarak tanam 50 cm x 50 cm M2J1 = A. pintoi, jarak tanam 30 cm x 30 cm M2J2 = A. pintoi, jarak tanam 50 cm x 50 cm

M3J1 = rumput gajah mini, jarak tanam 30 cm x 30 cm M3J2 = rumput gajah mini, jarak tanam 50 cm x 50 cm

M2J1 M3J1 M1J1 M1J2

M0J1 M3J2 M2J2 M0J2

M2J2 M1J1 M1J2 M0J1

M2J1 M0J2 M3J2 M3J1

M3J1 M0J2 M0J1 M3J2

M2J2 M1J1 M1J2 M2J1

UL 3

UL 2

(33)

20

Lampiran 2 Perbandingan analisis tanah sebelum dan sesudah perlakuan

Perlakuan

Walkley & Black Kjeldhal Bray I

C-org N-Total P K

..(%).. ..(%).. ...(ppm)...

Awal 2.07 0.19 5.30 117.80

Akhir

Kontrol (tanpa mulsa) - 0.19 - -

MPHP - 0.14 - -

Arachis pintoi - 0.13 - -

Rumput gajah mini - 0.15 - -

(34)

21

Lampiran 3 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1983)

Sifat tanah

Penilaian

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

C-Organik (%) < 1.00 1.00 – 2.00 2.01 – 3.00 3.01 – 5.00 > 5.00 N-total (%) < 0.10 0.10 – 0.20 0.21 – 0.50 0.51 – 0.75 > 0.75 C/N < 5.00 5.00 – 10.00 11.00 – 15.00 16.00 – 25.00 > 25.0 P2O5 HCl

(mg/100g)

<15.00 15.00 – 20.00 21.00 – 40.00 41.00 – 60.00 > 60.0

P-Bray-1 (mg/100g)

< 4.00 4.00 – 7.00 8.00 – 10.00 11.00 – 15.00 > 15.0

KTK (me/100g) < 5.00 5.00 – 10.00 11.00 – 20.00 21.00 – 40.00 > 40.0 Basa-Basa dapat Ditukar

(35)

22

Lampiran 4 Deskripsi kailan varietas Nova Nama komoditi : Kailan

Nama varietas : Var. Achepala DC Nama sub Varietas : sub Varietas Nova Golongan : Bersari Bebas

Umur panen : 35-40 hari setelah tanam dan saat berbunga lambat Bentuk Batang : Tebal, besar, tegak

Bentuk Daun : Bulat lonjong bergelombang Warna Daun : Hijau tua berlilin

Tekstur Daun : Renyah

Cabang Samping : Tidak ada, sedikit Rasa : Tidak pahit

Tahan terhadap : Busuk Basah dan Plutella sp. Sifat khusus : Saat berbunga lambat

Daerah adaptasi : Dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian di bawah 700 m dpl

SK Menteri Pertanian : 256/Kpts/TP.240/5/2000 Potensi Hasil : 15-20 ton/ha

(36)

23

Lampiran 5 Data jenis gulma dengan nilai NJD paling tinggi hasil analisis vegetasi

Perlakuan Spesies gulma NJD tertinggi

M0J1 Imperata cylindrica

M0J2 Imperata cylindrica

M1J1 Portulaca oleracea

M1J2 Portulaca oleracea

M2J1 Digitaria ciliaris

M2J2 Digitaria ciliaris

M3J1 Digitaria adscendens

M3J2 Emilia sonchifolia

Keterangan: M0J1 = tanpa mulsa, jarak tanam 30 cm x 30 cm M0J2 = tanpa mulsa, jarak tanam 50 cm x 50 cm M1J1 = mphp, jarak tanam 30 cm x 30 cm M1J2 = mphp, jarak tanam 50 cm x 50 cm M2J1 = A. pintoi, jarak tanam 30 cm x 30 cm M2J2 = A. pintoi, jarak tanam 50 cm x 50 cm

(37)

24

Lampiran 6 Kondisi lahan pada berbagai perlakuan

Keterangan:

M0J1 = tanpa mulsa, jarak tanam 30 cm x 30 cm M0J2 = tanpa mulsa, jarak tanam 50 cm x 50 cm M1J1 = mphp, jarak tanam 30 cm x 30 cm M1J2 = mphp, jarak tanam 50 cm x 50 cm M2J1 = A. pintoi, jarak tanam 30 cm x 30 cm M2J2 = A. pintoi, jarak tanam 50 cm x 50 cm

M3J1 = rumput gajah mini, jarak tanam 30 cm x 30 cm M3J2 = rumput gajah mini, jarak tanam 50 cm x 50 cm

M0J1 M0J2 M1J1 M1J2

(38)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 30 Agustus 1991 dari ayah Setiyatno Adi Widodo dan ibu Tita Priyatni. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Purworejo dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Dasar-dasar Agronomi pada tahun ajaran 2013/2014. Penulis pernah aktif di

lembaga Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB sebagai staf Departemen Kewirausahaan pada tahun 2010/2011 dan sekretaris bendahara Departemen Kewirausahaan pada tahun 2011/2012. Penulis juga pernah aktif berpartisipasi menjadi panitia dalam kegiatan Festival Tanaman (FESTA) IPB 2011 sebagai staf divisi Danus dan Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) IPB 2013 sebagai staf divisi Seni dan Budaya serta dalam kegiatan Masa Perkenalan Departemen (MPD) 2012 Agronomi dan Hortikultura Angkatan 47 sebagai Penanggung Jawab Kelompok (PJK). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) selama kurang lebih 7 minggu (26 Juni – 8 Agustus 2012) di Desa Compreng, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang dengan judul Pengembangan Wawasan Masyarakat Terhadap Pertanian Terpadu Dalam Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia Di Bidang Pertanian Berbasis Pekarangan Di Desa Compreng, Kecamatan Compreng, Kabupaten Subang.

Gambar

Gambar 1  Persentase penutupan A. pintoi dan rumput gajah mini
Tabel 1  Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap tolok ukur pengamatan
Tabel 2  Pengaruh jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap diameter batang
Tabel 3  Pengaruh jenis biomulsa dan jarak tanam terhadap panjang tangkai daun
+5

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang

Pada Penulisan Ilmiah ini, diuraikan pembuatan animasi pengengenalan bahasa Mandarin dengan menggunakan Macromedia Flash MX, yang dalam penulisannya terdapat abjad dan angka

Daun tanaman tanpa perlakuan paclubutrazol dengan daun tanaman yang telah diberi perlakuan paclo- butrazol mengandung jumlah sel yang sama, tetapi sel pada daun

Prosedur penelitiannya meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi (Arikunto, 2010: 137). Pe- laksanaan tindakan dilaksanakan da- lam tiga siklus,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pembaharuan sistem informasi manajemen keimigrasian dalam penerbitan Surat Perjalanan Republik

Perhitungan diatas merupakan nilai energi berguna tertinggi yang mampu dicapai dalam proses penelitian dengan menggunakan beberapa variabel dan berikut kami sertakan

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi pengaturan perlindungan hak-hak istri dalam perkawinan poligami yang telah dicatatkan, hal-hal yang diperjanjikan

Schubungan dengan hal tcrscbrrt kami mohon ij in •dan banluan bagi mahasiswa yang hc~sangkutan agar. dapat mengambil data di