Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan dasar Oksigenasi
Di RSUD dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka MenyelesaikanProgram Studi DIII Keperawatan
Oleh :
(Rina Andriana Nainggolan)
(112500011)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
Lembar Pengesahan
KARYA TULIS ILMIAH
Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Osigenasi
di RSUD. dr. Pirngadi Medan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada Tn.M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUD dr.
Pirngadi Medan”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan cermat, memberikan masukan-masukan, serta inspirasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan penulis menimba ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Farida Linda Sari Siregar S.Kep, Ns.M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan cermat, memberikan masukan-masukan, serta inspirasi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Nur Asnah Sitohang S.kep, Ns, M.Kep, selaku dosen penguji yang telah memberi masukan untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan, wawasan serta ilmu yang bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Kedua orang tua yang selalu menjadi inspirasi, memberikan doa serta dukungan moril dan materil kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini.
8. Kepala ruangan beserta pegawai Ruangan Asoka 1 RSUD dr. Pirngadi Medan yang telah mengijinkan penulis dinas untuk pengambilan kasus dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan semoga dengan segala keterbatasan penulis dalam menyusun Karya
Tulis Ilmiah ini, bermanfaat bagi semua pihak terutama bidang keperawatan.
Medan , Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan ... i
Kata pengantar ... ii
Daftar isi ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2.Tujuan ... 2
1.3.Manfaat ... 2
BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 2.1.1. Definisi kebutuhan oksigenasi ... 4
2.1.2. Sistem tubuh yang berperan dalam proses oksigenasi ... 4
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi ... 6
2.1.4. Masalah yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi ... 8
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi 2.2.1. Pengkajian ... 10
2.2.2. Analisa data ... 14
2.2.3. Rumusan masalah ... 17
2.2.4. Perencanaan ... 17
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1. Pengkajian ... 21
2.3.2. Analisa data ... 32
2.3.3.Rumusan masalah ... 33
2.3.4. Perencanaan ... 33
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan ... 35
3.2. Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh (Fatmawati, 2009). Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan
sumber energi Adenosin Triposfat (ATP), sedangkan karbondioksida dihasilkan oleh
sel-sel yang secara metabolisme aktif dan membentuk asam yang harus dibuang oleh
tubuh. Kekurangan oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
penurunan atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Berbagai upaya harus dilakukan
perawat agar kebutuhan dasar oksigenasi pasien terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu,
setiap perawat harus paham dengan tingkat pemenuhan kebutuhan oksigen pada
pasiennya serta mampu mengatasi berbagai masalah terkait pemenuhan kebutuhan dasar
oksigenasi.
Sistem yang sangat berperan dalam proses penyampaian oksigen ke jaringan tubuh
adalah sistem respirasi, kardiovaskuler dan hematologi. Sistem respirasi berperan
penting dalam mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida. Untuk melakukan
pertukaran gas, sistem respirasi dan sistem kardiovaskuler harus bekerja sama. Sistem
kardiovaskuler bertanggung jawab untuk mengalirkan darah dari dan ke paru-paru agar
dapat terjadi pertukaran gas. Sedangkan sistem hematologi berperan penting sebagai
media yang mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke
paru-paru (Wartonah, 2006).
Efusi pleura merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan
terganggunya sistem pernafasan dan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh.
Efusi pleura adalah penumpukan cairan yang berlebihan di dalam rongga pleura yang
terletak diantara pleura parietalis (lapisan luar paru-paru) dan pleura visceralis (lapisan
dalam paru-paru). Normalnya di dalam rongga pleura hanya berisi 10-20 ml cairan
pleura yang berfungsi memudahkan paru-paru bergerak selama proses respirasi dan
mencegah kedua permukaan lapisan pleura bergesekan (Somantri, 2008).
Jumlah cairan yang berlebihan dalam rongga pleura mengakibatkan peningkatan
tekanan intrapleura sehingga kemampuan mengembang dinding thoraks atau paru-paru
saat inspirasi menurun, akibatnya kerja pernafasan meningkat maka energi yang
diperlukan oleh otot pernafasan untuk memberikan perubahan volume dalam paru-paru
atau meningkat. Jika paru-paru tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen akan
menimbulkan sesak nafas. Efusi pleura dapat disebabkan karena terjadi hambatan
reabsorpsi cairan dari rongga pleura seperti pada penyakit ginjal, dekompensasi kordis
dan dapat juga disebabkan karena peningkatan produksi cairan yang berlebihan akibat
adanya radang pada pleura seperti pada penyakit TB, pneumonia. Di Indonesia 80%
penyebab efusi pleura adalah penyakit tuberculosis (Alsagaff, 2002).
1.2.Tujuan Tujuan Umum
Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien efusi pleura dengan prioritas masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di RSUD dr. Pirngadi Medan.
Tujuan khusus
1. Untuk menjelaskan konsep dasar pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien
dengan efusi pleura.
2. Untuk menjelaskan implementasi asuhan keperawatan terhadap klien dengan
masalah oksigenasi.
1.3. Manfaat
1. Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk mengembangkan ilmu
keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi mereka yang ingin mengadakan
penelitian lebih lanjut.
2. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada di rumah sakit untuk mengambil
langkah-langkah kebijakan dalam rangka upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
oksigenasi.
3. Pasien dan keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang kebutuhan oksigenasi serta meningkatkan
keluarga untuk melakukan perawatan kepada pasien yang mengalami masalah
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
4. Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan asuhan
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
2.1.1. Definisi kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan
oksigen yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Potter & Perry, 2005). Tanpa oksigen dalam
waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan
kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.
Otak masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan sel otak
secara permanen (Kozier dan Erb, 1998).
2.1.2. Sistem tubuh yang berperan dalam proses oksigenasi
Menurut Tarwoto Wartonah (2006) ada 3 sistem yang bekerja dalam penyampaian
oksigen ke jaringan tubuh yaitu sistem respirasi, sistem kardiovaskuler dan sistem
hematologi.
a. Sistem respirasi terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diafragma, isi
abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak.
Pada sistem respirasi ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi,
perfusi paru dan difusi.
1. Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya
sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi
tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760
mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatenan ventilasi yaitu kebersihan jalan nafas (adanya sumbatan atau obstruksi
jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru),
adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan, adekuatnya pengembangan
dan pengempisan paru, kemampuan otot-otot pernafasan seperti diafragma,
2. Perfusi Paru
Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi paru untuk
dioksigenasi dimana pada sirkulasi paru darah yang dioksigenasi mengalir dalam
arteri pulmonalis dari ventrikel kanan jantung. Darah ini ikut serta dalam proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Fungsi utama
sirkulasi pulmonal adalah mengalirkan darah yang dioksigenasi dari dan ke
paru-paru agar dapat terjadi pertukaran gas. Sirkulasi paru-paru merupakan 8-9% dari curah
jantung. Dengan demikian, adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi
oleh keadaan ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat
ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4 lt/menit, sedangkan aliran darah
kapiler pulmonal (Q) sekitar 5 lt/menit (Wartonah, 2006).
3. Difusi
Dalam difusi pernafasan, komponen yang berperan penting adalah alveoli dan
darah. Untuk memenuhi kebutuhan O2 dari jaringan, proses difusi gas pada sistem
respirasi haruslah optimal. Difusi gas adalah bergeraknya O2 dan CO2 atau partikel
lain dari area bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli,
O2 melintasi membran alveoli-kapiler dari alveoli berdifusi kedalam darah karena
adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi dialveolus (100 mmHg) dan tekanan
pada kapiler lebih rendah (PO2 40 mmHg), sedangkan CO2 berdifusi keluar alveoli
akibat adanya perbedaan tekanan PCO2 darah 45 mmHg dan di alveoli 40 mmHg.
Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan membran, luas permukaan
membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2, serta perbedaan
tekanan gas O2 dan CO2 (Muttaqin, 2010).
b. Sistem Kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk
memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena
pulmonaris. Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta.
Kemudian dari aorta darah disalurkan keseluruh sirkulasi sistemik melalui arteri,
arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian di
alirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam
melalui katup pulmonalis untuk kemudian di alirkan ke paru-paru kanan dan kiri
untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri
dan bersirkulasi secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik
berdampak pada kemampuan transpor gas oksigen dan karbon dioksida (Wartonah,
2006).
c. Sistem Hematologi
Dalam Tarwoto Wartonah (2006) dijelaskan bahwa oksigen membutuhkan transpor
dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar
97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin
(Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung 280
juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi dalam hemoglobin
berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin (HbO2). Reaksi
pengikatan Hb dengan O2 adalah Hb + O2 ↔ HbO2. Afinitas atau ikatan Hb dengan
O2 di pengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi 2,3 difosfogliserat dalam darah merah.
Dengan demikian, besarnya Hb dan jumlah eritrosit akan mempengaruhi transport
gas.
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
Dalam Tarwoto Wartonah (2006) disebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi antara lain faktor fisiologi, perkembangan,
perilaku, dan lingkungan.
Tabel dibawah ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
:
No Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
1. Faktor Fisiologi - Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
- Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada
obstruksi saluran nafas bagian atas.
- Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transport O2 terganggu.
- Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,
- Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, penyakit kronik TB paru.
2. Faktor
Perkembangan
- Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
- Bayi dan toddler : adanya risiko saluran pernafasan akut
- Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran
pernafasan dan merokok.
- Dewasa muda dan pertengahan :
Diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
- Dewasa tua :
Adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
3. Faktor Perilaku - Nutrisi:
Misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arteriosklerosis.
- Exercise:
exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
- Merokok:
Nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
- Alkohol dan obat-obatan :
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi
pusat pernafasan.
- Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
3. Faktor
Lingkungan
- Tempat kerja (polusi)
- Suhu lingkungan
- Ketinggian tempat dari permukaan laut
2.1.4. Masalah yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi
Masalah atau gangguan yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu
perubahan fungsi jantung dan perubahan fungsi pernafasan. Perubahan fungsi jantung
yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu gangguan konduksi jantung seperti
disritmia (takikardia/bradikardia), menurunnya cardiac output seperti pada pasien
dekompensi kordis menimbulkan hipoksia jaringan, kerusakan fungsi katup seperti pada
stenosis, obstruksi, myokardial iskemia/infark mengakibatkan kekurangan pasokan
darah dari arteri koroner ke miokardium sedangkan pada perubahan fungsi pernafasan
masalah yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu hiperventilasi,
hipoventilasi dan hipoksia (Wartonah, 2006).
Tabel berikut menjelaskan perubahan fungsi pernafasan yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi.
No Perubahan fungsi pernafasan Definisi Tanda dan gejala
1. Hiperventilasi Upaya tubuh dalam
meningkatkan jumlah O2
dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan
dalam.
Takikardia, nafas
pendek, nyeri dada
(chest pain),
menurunnya
konsentrasi,
disorientasi.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi
alveolar tidak adekuat
untuk memenuhi
Nyeri kepala,
penurunan kesadaran,
disorientasi, kardiak
penggunaan O2 tubuh atau
mengeluarkan CO2 dengan
cukup. Biasanya terjadi
pada atelektasis (kolaps
paru)
ketidakseimbangan
elektrolit, kejang dan
kardiak arrest
3. Hipoksia Kondisi tidak tercukupinya
pemenuhan O2 dalam tubuh
akibat dari defisiensi O2
yang diinspirasi atau
meningkatnya penggunaan
cepat dan dalam,
sianosis, sesak nafas
dan clubbing finger.
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan oksigenasi
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi,
komunikasi data tentang klien. Fase pengkajian keperawatan mencakup
pengumpulan data dari sumber primer (klien), sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (Potter & Perry, 2005).
1. Riwayat Kesehatan
Dalam Irman Somantri (2008) dijelaskan bahwa pada riwayat kesehatan yang
perlu dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu. Perawat juga mengkaji
keadaan pasien dan keluarganya. Kajian tersebut berfokus pada keluhan
utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat
pekerjaan.
Tabel pengkajian riwayat kesehatan :
No Riwayat Kesehatan Hal yang perlu di kaji
gangguan pernafasan yaitu batuk, peningkatan
produksi sputum, dispneu, hemoptisis, nyeri
dada.
2. Riwayat kesehatan masa
lalu
Penyakit yang pernah di alami, riwayat merokok,
pengobatan saat ini dan masa lalu, riwayat
alergi, kondisi tempat tinggal
3. Riwayat kesehatan
keluarga
Riwayat penyakit keturunan seperti riwayat
adanya keluarga yang sesak nafas, batuk lama,
batuk darah dari generasi sebelumnya
4. Riwayat pekerjaan Situasi tempat bekerja dan lingkungannya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Lakukan pemeriksaan dengan melihat keadaan umum klien dan nilai
tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat, kelelahan,
sesak nafas, batuk, penilaian produksi sputum, dan lainnya. Penilaian
bentuk dada secara inspeksi untuk melihat seberapa jauh kelainan yang
terjadi pada klien. Bentuk dada normal pada orang dewasa adalah diameter
anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2.
Jenis-jenis kelainan pada bentuk dada meliputi barrel chest, funnel chest, pigeon
chest, kifoskoliosis. Observasi kesimetrisan pergerakan dada, gangguan
pergerakan dada atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan
penyakit paru atau pleura (Muttaqin, 2010).
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
massa, bengkak, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal/
tactil premitus (vibrasi) pada dinding dada (Somantri, 2008).
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi
oleh udara, cairan, bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan
perkusi untuk memperkirakan ukuran dan letak struktur tertentu di dalam
thoraks (contoh diafragma, jantung, hepar dan lain-lain). Suara perkusi
paru normal adalah resonan atau sonor (Muttaqin, 2010).
d. Auskultasi
Pengkajian auskultasi berguna untuk mendengarkan suara nafas normal
dan suara tambahan (abnormal). Suara nafas normal dihasilkan dari
getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli dan bersifat
bersih. Jenis suara nafas normal yaitu bronkhial, bronkovesikular, dan
vesikular sedangkan jenis suara tambahan yaitu wheezing, mengi, ronchi,
pleural friction rub, dan krekels (Somantri, 2008).
Dalam Tarwoto Wartonah (2006) disebutkan data hasil pemeriksaan fisik
yang akan ditemukan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
Berikut tabel penjelasannya :
No Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan yang ditemukan
1. Mata - Konjunctiva pucat (anemia)
- Kojunctiva sianosis (hipoksemia)
2. Kulit - Sianosis perifer
- Sianosis secara umum
- Edema
- Edema periorbital
- Clubbing finger
4. Mulut dan bibir - Membran mukosa sianosis
- Bernafas dengan mengerutkan bibir
5. Hidung - Pernafasan dengan cuping hidung
6. Vena Leher - Adanya distensi/bendungan
7. Dada - Retraksi otot bantu pernafasan
- Pergerakan tidak simetris antara dada kiri
dan dada kanan
- Suara nafas normal (vesikuler,
bronkovesikuler, bronchial)
- Suara nafas tidak normal (crakles, ronchi,
wheezing)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan,
dullness)
8. Pola pernafasan - Pernafasan normal (eupnea)
- Pernafasan cepat (takipneu)
- Pernafasan lambat (bradipneu)
3. Pemeriksaan penunjang
Tabel pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
:
No Pemeriksaan penunjang
1. Tes untuk menentukan keadekuatan sistem
konduksi jantung
- EKG
2. Tes untuk menentukan kontraksi
miokardium aliran darah
- Echocardiolography
- Kateterisasi jantung
- Angiografi
3. Tes untuk mengukur ventilasi dan
oksigenasi
- Tes fungsi paru-paru
dengan spirometri
- Tes astrup
- Oksimetri
- Pemeriksaan darah
lengkap
4. Melihat struktur sistem pernafasan - Foto thoraks
- Bronkoskopi
- CT Scan paru
5. Menentukan sel abnormal/ infeksi sistem
pernafasan
- Kultur apus tenggorokan
- Sitologi
- Specimen sputum
(BTA)
2.2.2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan
daya berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu
pengetahuan, pengalaman, pengertian tentang substansi ilmu keperawatan dan
proses penyakit. Dalam melakukan analisa data diperlukan kemampuan
menghubungkan data dengan penyebab berdasarkan konsep, teori dan prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Pada analisa data diperlukan data dasar dan data fokus. Data dasar adalah
kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan
klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari
medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan
terhadap klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data
dimulai sejak pasien masuk rumah sakit (Initial assessment), selama klien
dirawat secara terus-menerus (Ongoing assesment) serta pengkajian ulang
untuk menambah/melengkapi data (re-assesment) (Prasetyo, 2010).
Tipe data terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah
data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya. Data
objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah, berat badan dan tingkat kesadaran (Prasetyo, 2010).
Tabel berikut menjelaskan data-data yang biasa ditemukan untuk menentukan
masalah keperawatan yang muncul pada gangguan kebutuhan oksigenasi yang
disebutkan dalam Buku Saku Diagnosa Keperawatan Judith M.Walkinson (2006) :
No Data
subjektif Data objektif
Faktor yang
ronki basah halus,
ronki basah kasar,
dan ronki kering)
- Perubahan pada
irama dan
frekuensi
pernafasan
- Batuk tidak efektif
- Sianosis
- Kesulitan bersuara
- Merokok,
benda asing pada
jalan nafas, sekresi
pada bronchi, dan
Ketidakefektifan
bersihan jalan
- Penurunan bunyi
asma, alergi jalan
nafas dan trauma.
2. Dispneu,
- Fase ekspirasi
lama
- Pernafasan
pursed-lip
- Penggunaan
otot-otot bantu nafas
- Ansietas
- Kelelahan otot-otot
respirasi
- Penumpukan cairan
dalam paru
- Gangguan pasokan
oksigen
- Bronkhospasme
- Ketidakseimbanga
Gangguan
dan kedalaman
pernafasan
- Warna kulit
tidak normal
(misal pucat dan
kehitaman)
- Sianosis
- Hipoksia
- Cuping hidung
mengembang
- Gelisah
- Takikardia
n perfusi-ventilasi
- Edema paru
2.2.3. Rumusan Masalah
Menurut Tarwoto Wartonah (2006) disebutkan masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada masalah kebutuhan oksigenasi yaitu:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas
2.2.4. Perencanaan
Dx. 1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Defenisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan secret, slem
sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernafasan dalam rangka
mempertahankan saluran pernafasan.
Tujuan/kriteria hasil :
a. Saluran nafas menjadi bersih
c. Mudah untuk bernafas
d. Kegelisahan, sianosis, dan dispneu tidak ada
e. Saturasi O2 dalam batas normal
Intervensi Rasional
- Sediakan alat suction
- Monitor jumlah, bunyi nafas, AGD,
efek pengobatan bronchodilator
- Terapi inhalasi, latihan nafas dalam
dan batuk efektif
- Bantu oral hygiene tiap 4 jam
- Mobilisasi tiap 2 jam
- Beri pendkes efek merokok, alkohol,
menghindari allergen, latihan
bernafas
- Peralatan dalam keadaan siap
- Indikasi dasar kepatenan jalan
nafas
- Mengeluarkan secret
- Memberi rasa nyaman
- Mempertahankan sirkulasi
- Mencegah komplikasi paru
Dx. 2 Ketidakefektifan pola nafas
Defenisi : Kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak mampu
karena adanya gangguan fungsi paru.
Tujuan/Kriteria hasil :
1. Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas
2. Ekspansi dada simetris
3. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
4. Bunyi nafas tambahan tidak ada
Intervensi Rasional
- Berikan oksigen sesuai program
- Monitor jumlah pernafasan,
penggunaan otot bantu
pernafasan, batuk, bunyi paru,
tanda vital, warna kulit, AGD
- Beri posisi fowler, semi fowler
- Bantu terapi inhalasi
- Mempertahankan oksigen arteri
- Mengetahui status pernafasan
- Meningkatkan pengembangan
paru
- Membantu mengeluarkan secret
Dx. 3 Gangguan pertukaran gas
Definisi: Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman
oksigen dan karbon dioksida diantara alveoli paru dan sistem vaskuler.
Tujuan/kriteria hasil:
1. Kulit tidak pucat
2. Tidak menggunakan pernafasan mulut
3. Tidak menggunakan otot bantu nafas
4. Tidak ada pernafasan cuping hidung
5. Tidak mengalami nafas dangkal atau ortopneu
6. Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas
seperti: tanda vital, AGDA, ekspresi wajah
Intervensi Rasional
- Monitor/ kaji kembali adanya nyeri,
pucat, kesulitan bernafas, hasil
laboratorium, retraksi sterna,
penggunaan otot bantu nafas,
penggunaan oksigen, X-ray, catat
tanda vital
- Suction jika ada indikasi
- Monitor intake dan output cairan
- Beri terapi inhalasi
- Batasi pengunjung
- Beri posisi fowler/semi fowler
- Pendkes tentang nafas dalam, latihan
bernafas, mobilisasi, kebutuhan
istirahat, efek merokok dan alkohol
- Meningkatkan pertukaran gas
- Menjaga keseimbangan cairan
- Melonggarkan saluran pernafasan
- Mengurangi kecemasan
- Meningkatkan pengembangan paru
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1. Pengkajian
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. M
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 54 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Penjahit pakaian
Alamat : Jln.pelita 6Gg.Sepakat
Tanggal Masuk RS : 03 mei 2014
No. Register : 02.01.01.201400036096.009
Ruangan/kamar : Asoka 1
Golongan darah : B
Tanggal pengkajian : 2 Juni 2014
Tanggal operasi : -
Diagnosa Medis : Efusi Pleura
II. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan merasa sesak nafas yang tidak kunjung sembuh selama kurang
lebih 2 minggu sebelum dibawa ke rumah sakit.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Klien mengatakan tidak mengetahui penyebabnya, tiba-tiba sesak nafas terus
menerus.
Selama klien mengalami sesak nafas di rumah, tidak ada keadaan yang dapat
mengurangi sesak nafas nya.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan sangat sesak nafas, dada terasa berat.
2. Bagaimana dilihat
Pasien terlihat sangat sulit bernafas, ada penggunaan otot bantu nafas, ada
pernafasan cuping hidung
C. Region
1. Dimana lokasinya
pasien mengatakan nyeri di daerah dada kalau terasa sangat sesak nafas
2. Apakah menyebar
Pasien mengatakan nyeri nya tidak menyebar hanya di bagian dada saja
D. Severity
Pasien terlihat gelisah, pasien mengatakan karena sesak pasien menjadi tidak bisa
tidur.
E. Time
Sesak nafas terjadi terus menerus.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
Pasien tidak pernah mengalami riwayat penyakit yang serius.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Pasien tidak pernah mendapat tindakan pengobatan.
C. Pernah dirawat/dioperasi
D. Lama dirawat -
E. Alergi
Tidak ada riwayat alergi
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram :
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
- - - : Satu rumah
: Pasien
A.Orang tua
Pasien mengatakan kedua orang tua pasien tidak mengalami penyakit yang sama
dengan pasien
B.Saudara kandung
Pasien mengatakan saudara-saudara nya tidak ada mengalami penyakit yang sama
dengan nya
C.Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada riwayat penyakit keturunan di keluarga pasien
Pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang meninggal
E.Penyebab meninggal
Pasien mengatakan tidak ada keluarga pasien yang meninggal
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien mengatakan merasa sangat tidak nyaman dengan penyakitnya
B. Konsep Diri
- Gambaran diri : Pasien merasa tubuhnya tetap seperti biasa
- Ideal diri : Pasien mengatakan malu karena aktivitasnya selalu dibantu
dibantu
- Harga diri : Pasien merasa malu karena aktivitasnya harus selalu dibantu.
- Peran diri : Pasien adalah seorang kepala keluarga
- Identitas : Pasien adalah seorang kepala keluarga
C. Keadaan emosi
Emosi Pasien terkontrol dengan baik
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang yang sangat berarti baginya adalah
Ibu,istri, dan anak-anaknya
- Hubungan dengan keluarga : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga
nya baik,mereka tidak pernah bertengkar
- Hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan hubungan dengan orang lain
baik
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan tidak ada
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
E. Spiritual :
- Nilai dan keyakinan : Pasien merasa sangat yakin dengan agamanya
- Kegiatan ibadah : Selama sakit pasien tidak pernah ke sholat karena sesak
nafas
Pasien tampak lemah
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,6ºC
C. Pemeriksaan Head to toe 1. Kepala
- Bentuk : Simetris
- Ubun-ubun : Tepat ditengah
- Kulit kepala : Bersih
2. Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut: Rambut hitam, tebal, tersebar merata
- Bau : Tidak bau
- Warna kulit : Sawo matang
3. Wajah
- Warna kulit : Pucat
- Struktur wajah : Simetris, bentuk wajah oval
4. Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap, normal dan simetris kiri
kanan
- Palpebra : Simetris, normal tidak ada pembengkakan
- Konjunctiva dan sklera : Konjunctiva anemis, sclera tidak ikterus
- Pupil : Isokor
- Visus : Kabur
- Tekanan bola mata : Tidak ada sakit pada mata
5. Hidung
- Lubang hidung : Normal, simetris, dan terdapat
rambut
- Cuping hidung : Ada pernafasan cuping hidung
6. Telinga
- Bentuk telinga : Normal, simetris
- Ukuran telinga : Tidak diukur
- Lubang telinga : Normal, bersih
- Ketajaman pendengaran : Klien mampu mendengar dengan baik
7. Mulut dan faring
- Keadaan bibir : Pucat, kering
9. Pemeriksaan integumen
- Kebersihan : Kulit klien bersih
10.Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks : Bentuk thoraks burrel chest.
- Pernafasan (frekuensi, irama) :
- Tanda kesulitan bernafas :
Ada penggunaan otot bantu nafas dan pernafasan cuping hidung.
11.Pemeriksaan paru - Palpasi getaran suara :
Vokal fremitus frekuensi getaran lebih lemah pada bagian dada sebelah kiri.
- Perkusi :
Bunyi perkusi redup pada lapang tengah sampai bagian bawah paru sebelah kiri
- Auskultasi :
Vesikuler melemah pada lapang tengah sampai bagian bawah paru sebelah kiri,
tidak ada suara tambahan.
12.Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : Tidak ada moonface pada wajah, tidak ada sianosis pada bibir
- Auskultasi : Bunyi jantung normal dan irama teratur
- Palpasi : Tidak ada pembesaran
- Perkusi : Normal
13.Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi (bentuk, benjolan) : Bentuk normal, simetris, tidak ada benjolan
- Auskultasi : Peristaltik (+)
- Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): Tidak ada
- Perkusi (suara abdomen) : Tymphani
14.Pemeriksaan muskuloskletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema)
- Jumlah ekstremitas atas dan bawah lengkap, simetris kanan dan kiri
- Kekuatan otot : Derajat 3
- Edema : Tidak ada
15.Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis) :
- Nervus Olfaktorius/N I
- Nervus Optikus/ N II
Penglihatan pasien kabur
- Nervus Okulomotoris/ N III, Trochlearis/ N IV, Abdusens/ N V
Reaksi pupil mengecil saat dilakukan pencahayaan
- Nervus Trigeminus/ N V
Mampu membedakan panas dingin, tajam tumpul, getaran
- Nervus fasialis/ N VII
Pasien mampu menahan tekanan pada pipi saat melakukan penekanan
- Nervus Vestibulocochlearis/ N VIII
Pasien tidak mampu berdiri sendiri harus dibantu
- Nervus Glossopheringeus/ N IX, Vagu/ N X
Mampu menelan, menguyah dan membuka mulut dengan baik
- Nervus Asesorius/ N XI
Pasien mampu menggerakkan kedua bahu
- Nervus Hipoglossus/ N XII
Mampu menjulurkan dan menggerakkan lidah
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : - Sebelum sakit 3 kali/hari, 1 porsi
- Sesudah sakit 3 kali/hari, setengah porsi
- Nafsu/selera makan : Pasien mengatakan saat sakit nafsu makan nya berkurang
- Nyeri ulu hati : Pasien mengatakan ada nyeri uluh hati
- Alergi : pasien mengatakan alergi terhadap obat antalgin
- Mual dan muntah : Pasien mengatakan ada mual dan muntah kalau lagi sesak nafas
- Waktu pemberian makan :
Pasien mengatakan makan pagi jam 7, siang jam setengah 12, malam jam 6 sore
- Jumlah dan jenis makan :
- Waktu pemberian cairan/minum : selesai makan dan saat klien merasa haus
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) :
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam menelan saat makan dan minum
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari
- Kebersihan gigi dan mulut : Pasien mengatakan sikat gigi 2 kali sehari
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku pasien terlihat bersih
III. Pola kegiatan/aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian, dilakukan
secara mandiri, sebahagian, atau total.
Kegiatan Mandiri Sebahagian Total
Mandi √
Makan √
BAB √
BAK √
Ganti pakaian √
- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Selama sakit klien tidak pernah sholat
IV. Pola eliminasi 1. BAB
- Pola BAB : Pasien buang air besar 2 hari sekali
- Karakter feses : Pasien mengatakan feses nya lembek
- Riwayat perdarahan : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami perdarahan
- BAB terakhir : Pasien sarapan pagi jam 7
- Diare : pasien tidak mengalami Diare
- Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laksatif
2. BAK
- Karakter urine : Pasien mengatakan urin nya berwarna kuning jernih
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Pasien mengatakan tidak mengalami
nyeri saat buang air kecil, dan tidak mengami kesulitan bila buang air kecil
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Pasien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit ginjal atau penyakit kandung kemih
V. Mekanisme koping - Adaftif
Bicara dengan orang lain
2.3.2. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah keperawatan
1. DS:
- Klien mengatakan
sesak nafas
DO:
- Warna kulit pucat
- Konfusi
- Gelisah
- Takikardia
- HR 98x/menit
- RR 28x/menit
- Irama nafas cepat
dan dangkal
- Pernafasan cuping
Efusi pleura ↓
Tekanan intra pleura
meningkat ↓
Ekspansi paru tidak
maksimal ↓
Suplai oksigen menurun ↕
Distribusi oksigen ke
seluruh tubuh menurun ↕
Hiperventilasi ↓
Eliminasi CO2
berlebihansaat ekspirasi
hidung
2.3.3. Rumusan Masalah
1. Gangguan pertukaran gas
Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efusi pleura, ekspansi paru tidak
maksimal, suplai oksigen menurun ditandai dengan dispneu, kulit pucat, sakit
kepala, gelisah, konfusi, takikardia, RR 28x/menit, nadi 98x/menit.
2.3.4. Perencanaan Keperawatan No.Dx Perencanaan keperawatan
1. Tujuan/Kriteria hasil:
a. Kulit tidak pucat
b. Tidak menggunakan otot bantu nafas
c. Tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Tidak mengalami nafas dangkal
e. Tidak ada dispneu pada saat istirahat dan aktivitas
f. Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas
seperti: tanda vital, AGDA, ekspresi wajah
Rencana tindakan Rasional
- Monitor adanya pucat,
kesulitan bernafas, retraksi
sterna, penggunaan otot
bantu nafas, penggunaan
oksigen, catat tanda vital
- Monitor pemasukan cairan
- Beri terapi inhalasi seperti
tarik nafas dalam
- Data dasar untuk pengkajian lanjut
- Menjaga keseimbangan cairan
- Beri posisi fowler/semi
fowler
- Anjurkan klien istirahat
- Meningkatkan pengembangan paru
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel (Potter & Perry, 2005). Tanpa oksigen dalam
waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan
kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.
Otak masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan sel otak
secara permanen (Kozier dan Erb, 1998).
Berdasarkan hasil penulisan Karya tulis ilmiah mengenai asuhan keperawatan
pada Tn.M dengan prioritas masalah kebutuhan dasar (oksigenasi), penulis membahas
tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn.M pada tanggal 02-06 juni 2014
diruangan Asoka 1 RSUD dr. Pirngadi medan. Keluhan utama yang dirasakan pasien
sangat sesak nafas yang tidak kunjung sembuh. Setelah dilakukan pemeriksaan Tn.M
didiagnosa terkena penyakit Efusi pleura yaitu peningkatan cairan yang berlebihan di
rongga pleura.
Setelah dilakukan analisa data penulis mendapatkan diagnosa keperawatan
prioritas yang dialami Tn,M yaitu :
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efusi pleura, ekspansi paru tidak
maksimal, suplai oksigen menurun ditandai dengan dispneu, kulit pucat, sakit
kepala, gelisah, konfusi, takikardia, RR 28x/menit, nadi 98x/menit.
3.2. Saran
1. Perawat
Perawat diharapkan agar dapat melakukan perawatan pada pasien oksigenasi dan
2. Bagi institusi pendidikan
Didalam institusi pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
oksigenasi dan asuhan keperawatan dalam mata kuliah kebutuhan dasar manusia.
3. Penulis
Agar dapat terus belajar mengenal dan memahami prioritas kebutuhan dasar
DAFTAR PUSTAKA
Wartonah, T (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi Ke-3.
Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Muttaqin, A. (2010). Pengkajian Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Somantri, I. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Alsagaff, H, dkk. (2002). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press.
M. Wilkinson, J. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Dx Hari/ tanggal Pukul Implementasi keperawatan
- Memonitor adanya
pucat, kesulitan
tanda vital pasien
- Memberikan posisi
yang nyaman pada
klien, posisi
semifowler
- Mengajarkan klien
terapi inhalasi
dengan tehnik tarik
nafas dalam
- Menganjurkan klien
P :
Intervensi
dilanjutkan
No Dx Hari/ tanggal Pukul Implementasi keperawatan
- Memonitor adanya,
pucat, kesulitan
tanda vital pasien
- Memberikan posisi
yang nyaman pada
pasien, posisi
semifowler
- Menganjurkan klien
tarik nafas dalam.
- Menganjurkan klien
A : Masalah
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
No Dx Hari/ tanggal Pukul Implementasi keperawatan
tanda vital pasien.
- Menganjurkan klien
istirahat dan tidak
22x/menit
- Suhu : 36,6ºC
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Intervensi