MORFOLOGI BAHASA PAKPAK DIALEK SIMSIM
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN OLEH :
NAMA : MELISA PADANG
NIM : 110703016
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK MEDAN
ABSTRAK
Judul skripsi “Morfologi bahasa pakpak dialek simsim” di Desa Traju, Kecamatan si
Empat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.
Desa Traju Kecamataan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat merupakan
salah satu Desa yang masyarakat penuturnya masih standar mengunakan bahasa Pakpak
dialek Simsim. Adapun masalah yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) untuk
memberikan gambaran tentang bentuk Morfologi bahasa Pakpak pada dialek Simsim
yang mencakup afiksasi, reduplikasi, dan komposisi; 2) sebagai bahan perbandingan
untuk penelitian selanjutnya tentang morfologi bahasa Pakpak; 3) sebagai sumber
informasi tentang kajian morfologi bagi mahasiswa khususnya Departemen Sastra Daerah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; 4) Menambah khasanah pengkajian
terhadap bahasa yang ada di Indonesia. untuk menganalisis morfologi Bahasa Pakpak
dialek Simsim ini, maka Teori yang digunakan mengacu pada teori pendekataan
struktural oleh Ramlan yang didukung Chaer. Metode yang dilakukan dalam penelitian
adalah dengan dua tahap, yaitu metode deskriptif kualitatif dan metode pengumpulan
data. Hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : (1) afiksasi yang
mencakup prefiks (me-, mer-, per-, ter-, se-, i-, ki- ), infiks (-in-, –um-), sufiks (en, i,
-ken, -su), konfiks (mersi –en) dan simulfiks (men –ken, ke –en, si –na, dan pen –en). (2)
reduplikasi yaitu perulangan seluruh, perulangan sebagian dan perulangan dengan
pembubuhan afiks. (3) Komposisi yang mencakup komposisi yang menampung
konsep-konsep yang digabungkan sederajat, komposisi yang menampung konsep-konsep yang
digabung tidak sederajat. komposisi yang menghasilkan istilah, komposisi pembentuk
idiom, dan komposisi yang menghasilkan nama.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan kasih-Nya yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim”.
Untuk mempermudah rancangan isi yang dibahas, penulis memaparkan
rincian sistematika skripsi sebagai berikut :
Bab I, merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Bab II, merupakan tinjauan pustaka, kajian pustaka yang mencakup kepustakaan
yang relevan dan teori yang digunakan.
Bab III, merupakan metodologi penelitian yang mencakup metode dasar, lokasi
penelitian, sumber data, instrumen, metode pengumpulan data dan metode analisi
data. Bab IV, merupakan pembahasan tentang permasalahan yang ada pada rumusan
masalah. Bab V, merupakan kesimpulan dan saran.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
RANA PENDUDURI
Perjolo-jolo kita poji dekket ta dokken mo lias ate mendahi Tuhanta si
permende basa i, kumerna nggo i berreken berkat dekket kellengna mendahi kita
gennep, isa penurat pe nggo boi mengsidungken skripsi i mo si merjudul
“Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim”.
Nalako kipemurah rancangen isi nalako i bahas, penurat menjabarken
susunen na enggo terencanaken mende, imo bage si niterruh en :
Bab I, i mo pendahuluan si enggo termasuk ibagasna, imo latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
Bab II, i mo tinjauan pustaka, kajian pustaka janah enggo termasuk ma misi
kepustakaan yang relevan dekket teorina.
Bab III, imo metodologi penelitian si mencakup metode dasar, lokasi penelitian,
sumber data, instrumen, metode pengumpulan data dekket metode analisis data. Bab
IV, i mo pembahasan tentang permasalahen na lot i rumusan masalah. Bab V, i mo
kesimpulan dekket saran.
Penurat mengakui mula skripsi en oda sadike den kini bagakna, kumerna
penurat oda ngo sadike pemettohna. Kumerna idi, penurat mengido pendapet dekket
masuken na sifatna pemendeken asa lebbih bagak skripsi enda.
Medan, Maret 2015
rn pnE\DDri
prE\ jolojolo kit poji dkE\ktE\ t dko\knE\ mo lias\ atE mnE\d(ahi) (Th)n\t si prE\mnE\dE bs I, KmrE\n (<\go) I brE\rEknE\ brE\kt\ dkE\ktE\ klE\lE^n mnE\d(ahi) kit
gnE\npE\, Is pENrt\ pE (<\go) boI mE^siD^knE\ s\k\rpi\si
I mo si mrE\JdL\ “mro\pologi b(Ah)s pk\pa\ diAlEk\ smi\smi\.
nlko kipEM(rh) rn\c<nE\ Isi nlko I bks\, pENrt\ mnE\jbr\knE\ SsnnE\ n a^Ego trE\rnE\(c)nknE\ mnE\dE, Imo bgE sini
trE\Rh anE\ :
bb\ I, Imo pnE\dKLan\ si aE^go trE\msK\ Ibgs\n, Imo ltr\ bElk^ mslh, RMsn\ mslh, Tjan\ pEnElitian\, dn\ mn\pat\ pEnElitian\.
bb\ II, Imo tni\jUan\ pS\tk, kjian\ pS\tk jnh aE^go trE\msK\ m mo Isi kEpS\tkan\ y^ rElEpn\ dkE\ktE\ tEaorin.
bb\ III, Imo mEtodologi pEnElitian\ si mnE\ckP\ mEtodE dsr\, loksi pEnElitian\, sM\brE\ dt, In\s\tR\mnE\, mEtodE
pE<M\Pln\ dt dkE\ktE\ mEtodE anlissi\ dt.
bb\ IV, Imo pmE\bhsnE\ tnE\t^ prE\mslknE\ n lto\ I RMsnE\ mslh.
bb\ V, Imo kEsmi\PlnE\ dkE\ktE\ srn\.
pENrt\ mE<KI Ml sk\rpi\si aEn\ aod sdikE dnE\ kini bgk\n, KmrE\n pENrt\ aod <o sdikE pEmtE\tko\n. KmrE\n Idi,
pENrt\ mE<ido pnE\dptE\ dkE\ktE\ mSknE\ n sipt\n pEmnE\dEknE\ as lbE\bih bgk\ s\k\rpi\si anE\d.
mEdn\, mrtE\ 2015
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis tiada hentinya mengucapkan puji dan syukur serta berterima kasih
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesikan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga tidak lupa mengucapkan terima
kasih kepada orang-orang yang sudah membantu penulis dalam memberikan arahan,
motivasi, bimbingan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara, wakil dekan I, II, III, dan seluruh pegawai di
jajaran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra
Daerah yang sudah memberikan arahan kepada penulis.
3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Sastra
Daerah sekaligus sebagai pembimbing I penulis , yang sudah memberikan
masukan, arahan serta memotivasi penulis.
4. Ibu Asriaty R Purba, M. Hum, selaku pembinmbing II penulis, yang sudah
memberikan arahan serta masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Dosen-dosen penulis yang dengan kasih sayang memberikan ilmu dengan
ikhlas memberikan pelajaran yang baik selama perkuliahan buat penulis yang
tidak dapat disebut satu persatu.
6. Terkhusus kepada Alm. ayahanda R. Padang dan Ibunda J Br Berutu yang
membimbing penulis sejak kecil hingga dewasa, dan berkorban baik moril
maupun material sehingga skripsi ini terselesaikan.
7. Buat kakakku Turi Erika Br Padang, Masnah br Padang dan Floren Br Padang
serta abangku Jontri Padang yang selalu memberikan motivasi serta dukungan
selama penulis kuliah dan sampai dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Buat adikku yang kucintai dan kubanggakan Husain Padang, dapat membantu
penulis secara material untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat penulis stambuk’11 saya ucapkan terima kasih atas saran dan
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.Kepada alumni stambuk’08, abangda Imannuel Simanjuntak, S.S., penulis
ucapkan terima kasih atas motivasi dan dukungan yang diberikan kepada
penulis dimasa kuliah.
11.Teman-teman penulis semuanya yang telah mendukung penulis, yang tidak
dapat ditulis satu persatu terima kasih atas kritik dan saran yang membangun
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan pada kesempatan ini yang telah
membantu penulisan skripsi ini, kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa
membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari
akan keterbatasan penulis, maka hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan
kelemahan, untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak diharapkan penulis
guna penyempurnaannya. Semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak yang
Medan, Agustus 2015
Penulis,
Melisa Padang,
DAFTAR ISI
ABSTRAK... ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... ..viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Kepustakaan yang Relevan ... 6
2.2 Teori yang Digunakan... 8
2.2.1 Proses pebubuhan afiks ... 9
2.2.2 Proses perulangan ... 13
2.2.3 Proses Pemajemukan ... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18
3.1 Metode Dasar ... 18
3.2 Lokasi Penelitian ... 19
3.3 Sumber Data Penelitian ... 19
3.4 Instrumen Penelitian ... 19
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 20
3.6 Metode Analisis Data ... 21
BAB IV ANALISIS MORFOLOGI BAHASA PAKPAK DIALEK SIMSIM ... 22
4.1 Afiksasi ... 22
4.1.1.2 Prefiks mer-... 26
4.1.1.3 Prefiks peN- ... 30
4.1.1.4 Prefiks per- ... 34
4.1.1.5 Prefiks ter- ... 38
4.1.1.6 Prefiks se-... 41
4.1.1.7 Prefiks i- ... 44
4.1.1.8 Prefiks ki- ... 46
4.1.1.9 Prefiks Nasal ... 48
4.1.2 Infiks ... 49
4.1.2.1 infiks -in- ... 49
4.1.2.2 infiks –um- ... 51
4.1.3 sufiks ... 54
4.1.3.1 sufiks -en ... 54
4.1.3.2 sufiks -i ... 56
4.1.3.3 sufiks -ken ... 59
4.1.3.4 sufiks -su ... 62
4.1.4 konfiks/ simulfiks ... 64
4.1.4.1 konfiks mersi –en ... 64
4.1.4.2 simulfiks meN –ken ... 66
4.1.4.3 Simulfiks ke –en ... 69
4.1.4.4 Simulfiks si –na ... 72
4.1.4.5 Simulfiks peN –en ... 73
4.2 Reduplikasi (perulangan) ... 85
4.2.1 Bentuk perulangan ... 85
4.2.1.2 Perulangan Sebagian ... 87
4.2.1.3 Perulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks ... 88
4.2.2 Fungsi Reduplikasi ... 90
4.2.3 Nosi Reduplikasi ... 91
4.3 Komposisi (Kata Majemuk) ... 94
4.3.1 Bentuk Komposisi ... 95
4.3.2 Sifat Komposisi ... 99
4.3.3 Perulangan Kata Majemuk (Komposisi)... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102
5.1 Kesimpulan ... 102
5.2 Saran ... 104
ABSTRAK
Judul skripsi “Morfologi bahasa pakpak dialek simsim” di Desa Traju, Kecamatan si
Empat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.
Desa Traju Kecamataan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat merupakan
salah satu Desa yang masyarakat penuturnya masih standar mengunakan bahasa Pakpak
dialek Simsim. Adapun masalah yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) untuk
memberikan gambaran tentang bentuk Morfologi bahasa Pakpak pada dialek Simsim
yang mencakup afiksasi, reduplikasi, dan komposisi; 2) sebagai bahan perbandingan
untuk penelitian selanjutnya tentang morfologi bahasa Pakpak; 3) sebagai sumber
informasi tentang kajian morfologi bagi mahasiswa khususnya Departemen Sastra Daerah
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; 4) Menambah khasanah pengkajian
terhadap bahasa yang ada di Indonesia. untuk menganalisis morfologi Bahasa Pakpak
dialek Simsim ini, maka Teori yang digunakan mengacu pada teori pendekataan
struktural oleh Ramlan yang didukung Chaer. Metode yang dilakukan dalam penelitian
adalah dengan dua tahap, yaitu metode deskriptif kualitatif dan metode pengumpulan
data. Hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : (1) afiksasi yang
mencakup prefiks (me-, mer-, per-, ter-, se-, i-, ki- ), infiks (-in-, –um-), sufiks (en, i,
-ken, -su), konfiks (mersi –en) dan simulfiks (men –ken, ke –en, si –na, dan pen –en). (2)
reduplikasi yaitu perulangan seluruh, perulangan sebagian dan perulangan dengan
pembubuhan afiks. (3) Komposisi yang mencakup komposisi yang menampung
konsep-konsep yang digabungkan sederajat, komposisi yang menampung konsep-konsep yang
digabung tidak sederajat. komposisi yang menghasilkan istilah, komposisi pembentuk
idiom, dan komposisi yang menghasilkan nama.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas. Penduduknya terdiri
dari berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki latarbelakang budaya yang
berbeda, sehingga menjadi penanda perbedaan antarsuku bangsa itu. Salah satu suku
bangsa yang ada di Indonesia adalah suku Batak .
Suku Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Karo, simalungun,
Angkola/Mandailing dan etnik Pakpak.
Suku Pakpak umumnya mendiami wilayah Kabupaten Dairi dan Kabupaten
Pakpak Baharat di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, suku Pakpak juga menyebar
sampai ke daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, bahkan sampai ke Provinsi
Daerah Istimewa Aceh.
Akibat dari penyebarannya, masyarakat Pakpak mengenal istilah kata Suak
yang berarti alat penanda masyarakat yang berasal dari Pakpak. Istilah suak dalam
bahasa Pakpak dapat juga diartikan sebagai dialek. Menurut Solin dalam (Basaria
2002) Tesis dengan judul “Analisis Morfologi Verba Bahasa Pakpak Dairi”, bahasa
Pakpak terdiri atas 5 ( lima) dialek yaitu : (1) dialek Pegagan di kecamatan sumbul
Kabupaten dairi (2) dialek keppas di kecamatan sidikalang Kabupaten Dairi (3)
dialek Sim-sim di kabupaten Pakpak Bharat (4) dialek Kelasen di Kecamatan
Parlilitan Kabupaten Humbang hasundutan (5) dialek Boang di Provinsi Aceh
Kabupaten Aceh singkil. Adanya kelima dialek tersebut, menggambarkan luasnya
berdasarkan ketiadaan pengaruh bahasa lain (bahasa Karo dan Toba) dialek yang
paling standar dan paling asli dalam bahasa Pakpak adalah dialek Simsim.
Berdasarkan pengamatan penulis, kelima dialek dalam bahasa Pakpak sudah
dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain yang tinggal berdekatan dengan suku Pakpak
tersebut, sehingga menimbulkan adanya perbedaan dalam bahasa Pakpak itu sendiri.
hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya kosa kata yang baru dalam bahasa Pakpak
di masing-masing dialek. Oleh karena itu, jika penelitian bahasa Pakpak dilakukan,
maka harus dipilih di daerah mana penggunaan bahasa Pakpak itu yang minim
dipengaruhi oleh bahasa lain. Dari hasil survei, penelitian kali ini dilakukan di dialek
Simsim Kabupaten Pakpak Bharat.
Dialek Sim-sim dipakai di daerah Kabupaten Pakpak Bharat yang meliputi
delapan kecamatan, yaitu Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Salak, Kecamataan
Kerajaan, Kecamatan Tinada, Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Si
Tellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan Kecamatan
Pagindar.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak mempunyai
peranan penting, yaitu digunakan sebagai bahasa pengantar antar sesama anggota
masyarakat. Selain itu, sesuai kebijaksanaan Pemerintah, bahasa daerah juga
digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar, yaitu dari kelas satu sampai
dengan kelas tiga.
Selanjutnya, bahasa Pakpak juga berfungsi sebagai lambang identitas daerah
dan lambang kebanggan daerah yang berfungsi sebagai pendukung perkembangan
Perkembangan bahasa dapat diketahui melalui hasil penelitian bahasa. Objek
kajian linguistik dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro, linguistik
mikro mengarahkan kajian pada struktural internal atau struktur bahasa tertentu atau
subsistem bahasa tertentu, maka dalam linguistik mikro terdapat pembidangan
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dal leksikologi. Kemudian, dalam kajian
makrolinguistiknya, yaitu sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik,
pragmatik, dan neurolinguistik. Namun penulis meneliti pada salah satu kajian
internalnya, yaitu dalam bidang morfologi. Penelitian tentang bahasa Pakpak belum
begitu banyak dilakukan. Namun ada dua judul hasil penelitian yang ditemukan dan
berkaitan dengan judul proposal ini, yaitu :
“Morfologi dan Sintaksis Bahasa Pakpak Dairi” yang ditulis oleh (Sembiring dkk
1993), dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Morfologi dan sintaksis
bahasa Pakpak Dairi banyak dijumpai persamaannya dengan morfologi dan sintaksis
bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa Pakpak Dairi dapat dideskripsikan atas morfem
terikat dan morfem bebas serta proses morfologi yang berupa afiksasi dan
reduplikasi.
Selanjutnya Basaria (2002) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Morfologi Verba
Bahasa Pakpak Dairi” Memaparkan tentang ciri-ciri verba bahasa Pakpak Dairi.
Ciri-ciri tersebut dapat diamati melalui (a) perilaku semantis, (b) perilaku sintaksis dan
(c) perilaku morfologisnya. Dari perilaku morfologisnya, verba dapat diidentifikasi
melalui afiks tertentu, afiks tersebut adalah: /mer-, me, pe, ki, um, -i, i-, -ken, ke-en,
mersi-en, mer-en. Proses morfologi verba adalah proses pembentukan verba akibat
Berdasarkan tinjauan pustaka tentang penelitian bahasa Pakpak Dairi diatas
khususnya dalam bidang morfologi, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah
dilakukan tersebut belum membahas proses morfologi secara utuh, yaitu afiksasi,
reduplikasi dan komposisi. hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti
morfologi dalam tiga proses ini, sehingga proposal skripsi ini diberi judul “Morfologi
bahasa Pakpak dialek Simsim”.
1.2Rumusan Masalah
Perumusan masalah sangat penting dalam pembuatan skripsi, karena dengan
adanya perumusan masalah, maka pembahasan menjadi lebih terarah dan terperinci.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian masalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah proses pembubuhan afiks (afiksasi) dalam bahasa Pakpak dialek
Simsim ?
2. Bagaimanakah proses perulangan (reduplikasi) dalam bahasa Pakpak dialek
Simsim ?
3. Bagaimanakah proses pemajemukan (komposisi) dalam bahasa Pakpak dialek
Simsim ?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses pembubuhan afiks (afiksasi) dalam bahasa Pakpak
2. Untuk mengetahui proses perulangan (reduplikasi) dalam bahasa Pakpak dialek
Simsim.
3. Untuk mengetahui proses pemajemukan (komposisi) dalam bahasa Pakpak dialek
Simsim.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah :
a. Menjadi salah satu bahan acuan tentang Morfologi bahasa Pakpak
b. Untuk dijadikan sebagai pembanding dengan buku Morfologi Bahasa di
Indonesia, terutama pada Etnik bahasa Batak yang lain yaitu : Karo,
Toba,Simalungun dan Angkola/Mandailing
c. Menambah khasanah pengkajian terhadap bahasa yang ada di Indonesia
terutama bahasa Pakpak serta memberikan informasi dalam pengembangan
keilmuan terhadap Mahasiswa yang ingin mengkaji lebih lanjut tentang
Morfologi bahasa Pakpak.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memperkenalkan lebih luas tentang bentuk Morfologi bahasa Pakpak
pada dialek Simsim.
b. Melestarikan, menghindari kepunahan dan sekaligus sebagai usaha pembinaan
dan pengembangan bahasa Daerah sebagai salah satu unsur bahasa Nusantara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepustakaan yang Relevan
Dalam penyusunan sebuah karya ilmiah, sangat diperlukan tinjauan pustaka.
Tinjauan pustaka merupakan paparan atau konsep-konsep yang mendukung
pemecahan masalah dalam suatu penelitian, paparan atau konsep-konsep tersebut
bersumber dari pendapat para ahli, empirisme (pengalaman penelitian), dokumentasi,
dan nalar penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Penulisan proposal skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang
relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, data-data yang
ditampilkan harus berdasarkan data-data yang akurat dan berhubungan dengan objek
yang diteliti. Penulis menggunakan beberapa buku sebagai acuan kepustakaan yang
relevan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun bahan
rujukan yang penulis gunakan adalah :
Menurut Chaer (2008:3) secara etimologi kata morfologi berasal dari kata
morf yang berarti’ bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harafiah kata
morfologi berati ‘ilmu mengenai bentuk’. Jadi morfologi ialah ilmu mengenai
bentuk-bentuk dan pembentukan kata, sedangkan proses Morfologi adalah proses
pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam
proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam
proses komposisi), pemendekan (dalam proses akrominasi), dan pengubahan status
Keraf (1980:50) morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan
bentuk kata. konsep kata atau tegasnya kata berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas
kata dasar, kata berimbuhan (afiks), kata ulang, dan kata majemuk.
Parera (1990:18) proses Morfemis merupakan proses pembentukan kata
bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. Proses ini disebut morfemis karena
proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki
oleh sebuah bentuk dasar. Selain sebutan morfemis, disebut juga proses Morfologi.
Ramlan (1978:21) Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang
membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Sedangkan proses
Morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan
bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya mungkin berupa kata. dalam bahasa indonesia
terdapat tiga proses Morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses perulangan,
dan proses pemajemukan.
Selanjutnya Samsuri (1994:190) proses morfologis ialah cara pembentukan
kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.
Buku ini menguraikan tentang proses morfologi yang dapat dilakukan melalui proses
afiksasi, proses reduplikasi, proses perubahan intern, suplisi, dan modifikasi kosong.
Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa morfologi adalah suatu cabang ilmu
bahasa yang membicarakan tentang morfem bebas atau morfem terikat yang dapat
disusun membentuk kata. Sedangkan Proses Morfologi adalah cara pembentukan
kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.
2.2Teori yang Digunakan
Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk dan berlaku
secara umum yang akan mempermudah penulis dalam memecahkan suatu masalah
yang dihadapi. Teori digunakan untuk membimbing dan memberi arah sehingga
dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.
Dalam landasan teori penelitian ini, penulis menggunakan teori pendekatan
Struktural oleh Ramlan. Penulis menggunakan teori ini karena penulis berpendapat
bahwa untuk menganalisis Morfologi dalam bahasa Pakpak Dialek Sim-sim, teori ini
lebih sesuai.
Selain menggunakan teori Ramlan, penulis juga menggunakan teori Abdul
Chaer yang mendukung dan menunjang untuk memahami konsep-konsep pokok
serta memecahkan masalah. Dengan demikian kerangka teori yang dipakai dalam
penelitian ini bersifat gabungan ,tetapi tidak bertentangan, bahkan saling melengkapi.
Menurut Ramlan (1978:51-52) proses Morfologi ialah proses pembentukan
kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya
mungkin berupa kata. Seperti pada kata terjauh yang dibentuk dari kata jauh, kata
menggergaji yang yang dibentuk dari kata gergaji, rumah-rumah yang dibentuk dari
kata rumah; mungkin berupa pokok kata, misalnya bertemu yang dibentuk dari
pokok kata temu, kata bersandar yang dibentuk dari pokok kata sandar ; mungkin
berupa frase, misalnya kata ketidakadilan yang dibentuk dari frase tidak adil;
mukngkin berupa kata dan kata, misalnya kata rumah sakit yang dibentuk dari kata
rumah dan sakit; mungkin berupa kata dan pokok kata, misalnya kata pasukan
berupa pokok kata dan pokok kata, misalnya kata lomba lari yang dibentuk dari
pokok kata lomba dan pokok kata lari.
Proses pembentukan kata dengan pembubuhan afiks itu disebut afiksasi dan
kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata berafiks. Proses pembentukan kata
dengan pengulangan bentuk dasarnya itu disebut proses perulangan atau reduplikasi,
dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata ulang, gabungan dua kata
yang menimbulkan suatu kata baru yang, seperti kata meja makan dan kepala batu,
yang dibentuk dari kata meja dan makan, kepala dan batu. Proses pembentukan
dengan semacam itu disebut proses pemajemukan, dan kata yang dibentuk dengan
proses seperti ini disebut kata majemuk.
Dari uraian Ramlan, telah dijelaskan bahwa dalam bahasa indonesia terdapat
tiga proses Morfologik, ialah proses pembubuhan afiks, proses perulangan, dan
proses pemajemukan.
Abdul Chaer ( 2008:25 ) proses Morfologi adalah proses pembentukan kata
dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi),
pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabunagan (dalam proses komposisi),
pemendekan (dalam proses akrominasi), dan pengubahan status (dalam proses
konversi).
2.2.1 Proses Pembubuhan Afiks
Proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks pada satuan-satuan, baik
satuan itu berupa bentuk tunggal, maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata
memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau
pokok kata baru.
Setiap afiks tentu berupa satuan terikat, artinya dalam tuturan biasa tidak
dapat berdiri sendiri dan secara gramatik selalu melekat pada satuan lain, namun
morfem di- seperti dalam di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat
digolongkan afiks sebab secara gramatik morfem itu sebanarnya mempunyai sifat
bebas, tidak seperti halnya morfem di- dalam dipukul, dibaca, dikelola, diadakan.
Afiks yang terletak di jalur paling depan disebut prefiks karena selalu melekat di
depan bentuk dasar, contoh: morfem ber- dalam berlari, bertopi,bernyanyi. Morfem
ter- dalam terjatuh, terluka, terbakar. yang terletak di lajur tengah disebut infiks
karena selalu melekat di tengah bentuk dasar, contoh: morfem –el-,-er-, dan –
em-yang hanya terdapat dalam geletar, gerigi,gemetar,temali, seruling. yang terletak di
lajur belakang disebut sufiks karena selalu melekat di belakang bentuk da sar, contoh:
morfem –kan dalam samakan, gulungkan, ikatkan. dan sebagiannya terletak di muka
bentuk dasar, sebagiannya terletak di belakangnya yang disebut simulfiks atau afiks
terpisah, contoh: /pen- + -an/ pada pemakaian, pemisahan dan afiks /ber- + -an/
pada berpakaian,berberserakan.
Berdasarkan uraian dari teori tersebut, afiks-afiks pembentuk kata dalam
bahasa Pakpak dialek Simsim melalui prefiks, infiks, sufiks dan afiks terpisah
(konfiks) adalah:
1. Prefiks
Prefiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu
Prefiks pe-
Pe- + kundul ‘duduk’ → pekundul ‘dudukkan’
Pe- + jolmit ‘dekat’ → pejolmit ‘dekatkan’
Prefiks per-
contoh:
per- + dalan ‘jalan’ → perdalan ‘cara berjalan’
per- + juma ‘ladang’ → perjuma ‘pekerja kebun’
Prefiks mer-
contoh :
mer- + dalan ‘jalan’ → merdalan ‘berjalan’
mer- + ukur ‘hati’ → merukur ‘baik’
Prefiks se-
contoh :
se- + sambung ‘ember’ → sesambung ‘satu ember’
se- + selup ‘liter’ → seselup ‘satu liter’
2. Infiks
Infiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu
Infiks –
in-Contoh :
-in- + tukak ‘tusuk’ → tinukak ‘ ditusuk’
-in- + taka ‘belah’ → tinaka ‘dibelah’
Infiks –um
-Contoh :
3. Sufiks
Sufiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu
Sufiks -en
Contoh :
-en +‘sukut ‘cerita’ → sukuten ‘cerita/perkataan’
-en +‘laus ‘pergi’ → lausen ‘akan dilewati’
Sufiks –i
Contoh :
-i + palu ‘pukul’ → palui ‘pukuli’
-i + sira ‘garam’ → sirai ‘garami’
Sufiks –ken
Contoh :
-ken + berre ‘beri’ → berreken ‘berikan’
-ken + gampar ‘letak’ → gamparken ‘letakkan’
4. Konfiks / simulfiks
simulfiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak Suak Simsim yaitu
Konfiks ke -en
Contoh :
ke -en + bincar ‘terang’ → kebincaren ‘cahaya terang’
2.2.2 Proses Perulangan
Ramlan (1980:63) proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan
satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, Baik dengan variasi fonem
maupun tidak. Hasil pengulangan ini disitu disebut kata ulang, sedangkan satuan
yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk
dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan,
kataulang bolak-balik daribentuk dasar balik.
Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata dalam bahasa
Indonesia, misalnya: sia-sia, alun-alun,mondar-mandir, dalam tinjauan deskriptif
tidak dapat digolongkan kata ulang karena tidak ada satuan yang diulang. Dari
deretan morfologi dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih
kecil dari kata-kata tersebut. Berbeda dengan temu, sekalipun satuan ini tidak
bertemu dalam bentuk temu saja, namun dari deretan morfologi dapat dipastikan
bahwa satuan itu ada. Deretan morfologiknya adalah : pertemuan, penemuan,
bertemu, ketemu, ditemukan, menemukan, mempertemukan, dipertemukan.
Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang, satuan yang diulang itu
disebut bentuk dasar. Sebagian kata ulang dapat lebih mudah ditentukan bentuk
dasarnya, misalnya : rumah-rumah bentuk dasarnya rumah, sakit-sakit bentuk
dasarnya sakit, dua-dua bentuk dasarnya dua.
Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat
digolongkan menjadi empat golongan yaitu (1) pengulangan seluruh ialah
pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi
bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya. Misalnya: mengambil
menjadi mengambil-ambil, membaca menjadi membaca-baca, (3) perulangan yang
berkombinasi dengan pembubuhan afiks merupakan perulangan yang terjadi
bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung
suatu fungsi, misalnya : kereta-keretaan yang bentuk dasarnya adalah kereta dan
bukan keretaan, dan (4) pengulangan dengan perubahan fonem merupakan kata
ulang yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem. Misalnya : gerak menjadi
gerak-gerik, serba menjadi serba-serbi.
Dengan demikian, reduplikasi dalam bahasa Pakpak dialek Simsim secara
nyata masih hidup dan tetap dipakai pada masyarakat penutur adalah sebagai berikut:
1. pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan
fonem.
contoh :
bapa ‘ayah’ → bapa-bapa ‘bapak-bapak’
kedek ‘kecil’ → kedek-kedek ‘kecil-kecil’
2.Perulangan sebagiaan ialah perulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini
bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.
Bentuk perulangan sebagian
Contoh :
bagak ‘cantik’ → babagak ‘cantik-cantik’
dogok ‘duduk’ → dokdogok ‘duduk-duduk’
gomok ‘gemuk’ → gogomok ‘gemuk-gemuk’
3. Perulangan yang berkombinasi denganpembubuhan afiks merupakan perulangan
yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks.
a. Reduplikasi dengan prefiks :
Reduplikasi prefiks ini mendapat prefiks pada kata dasarnya.
Contoh :
menangkih ‘memanjat’ → menangkih-nangkih ‘memenjat-manjat’
menurat ‘menulis’ → menurat-nurat ‘menulis-nulis’
b. Reduplikasi dengan infiks :
Reduplikasi ini terjadi dengan mendapat infiks, baik pada kata yang pertama
maupun pada kata yang kedua.
Contoh :
dumurban ‘serentak’ → dumurban-durban ‘serentak-serentak’
tumutung ‘membakar’ → tumutung-tutung ‘membakar-bakar’
c.Reduplikasi dengan sufiks :
Reduplikasi ini mendapat sufiks pada kata dasar.
Contoh :
paluken ‘pukulkan’→palu-paluken ‘pukul-pukulkan’
endeken ‘nyanyikan’→ ende-endeken ‘nyayi-nyanyikan’
d.Reduplikasi dengan konfiks :
Reduplikasi yang terjadi dengan mendapat konfiks pada kata dasar.
Contoh :
mersitukulen ‘saling memukul’ → mersitukulen ‘saling memukul’
2.2.3 Proses Pemajemukan
Ramlan (1980:76) Gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru.
Misalnya: rumah sakit, meja makan, kepala batu, keras hati. Kata yang terdiri dari
gabungan dua kata sebagai unsurnya merupakan kata majemuk. Disamping itu ada
juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya.
Misalnya: daya tahan, kamar kerja, ruang baca, kolam renang, lempar lembing.
Kata-kata majemuk yang terdiri dari unsur berupa kata dan pokok kata. Unsur
yang berupa pokok kata, misalnya : kolam renang,pasukan tempur, medan tempur,
lomba lari, kamar kerja, jam kerja, masa kerja. Sedangkan unsur yang berupa kata
ialah : kolam, pasukan, medan, lomba, kamar, jam, masa. Sedangkan kata majemuk
yang terdiri dari pokok kata semua misalnya: terima kasih, lomba lari, loba tembak,
lomba masak, lomba nyanyi, jual beli, tanggung jawab, tanya jawab, simpan pinjam
dan sebagainya.
Chaer (2008:209) komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar
( biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan ) untuk mewadahi suatu konsep
yang belum tertampung dalam sebuah kata.
komposisi dapat dibedakan lima macam yaitu sebagai berikut :
1. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat,
sehingga bentuk komposisinya yang koordinatif. Contoh : baca tulis, makan
minum, kaya miskin, ayam itik, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : juma sabah
‘sawah ladang’.
2. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat,
lontong, sate madura, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : mangan gadong
‘makan ubi’
3. Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah
tentu, sekalipun bebas dari konteks kalimatnya sebagai istilah yang digunakan
dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Contohnya : tolak peluru, angkat besi,
terjun payung. Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : limper mbaling ‘logam
bengkok’
4. Komposisi pembentuk idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang
menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara
leksikal maupun gramatikal. Contoh : memeras keringat’bekerja keras’,
membanting tulang’kerja keras’, menjual gigi’tertawa’ Contoh dalam bahasa
Pakpak yaitu : merdea kessah ‘jual nyawa’
5. Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah wujut
dalam dunia nyata. Contohnya : stasiun gambir, selat sunda, Contoh dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
Metodologi adalah ilmu tentang metode atau urain tentang metode. Metode
adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksut (dalam ilmu
pengetahuan). Cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Djajasudarma (1993:1) Metodologi di dalam
penelitian linguistik harus dipertimbangkan dari dua segi, yaitu segi penelitian yang
mencakup pengumpulan data, cara dan teknik serta prosedur yang ditempuh. Segi
lain ialah metode kajian (analisis) yang melibatkan pendekatan (teori) sebagai alat
analisis data penelitian.
3.1 Metode Dasar
Metode dasar adalah metode yang digunakan dalam hal proses pengumpulan
data, sampai tahap analisa dengan mengaplikasikan pada pokok permasalahan untuk
mendapatkan suatu hasil yang baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.
Usaha untuk mengumpulkan data-data penelitian ini, penulis mengunakan
metode Kualitatif. Subroto (2007:5) metode kualitatif adalah metode pengkajian atau
metode penelitian suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan
prosedur-prosedur satatistik.
Penulis melaksanakan penelitian dengan metode lapangan dan metode
sejumlah data yang diperlukan dari buku, penelitian-penelitian mengenai bahasa
Pakpak.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Desa Traju, Kecamatan si
Empat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini
merupakan daerah penutur bahasa Pakpak yang masih tetap dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari, dan bahasanya masih sedikit mendapat pengaruh dari bahasa
lain.
3.3Sumber Data Penelitian
Adapun sumber data dari penelitian ini adalah :
1. Masyarakat penutur asli bahasa itu sendiri yang dijadikan sebagai sumber
informasi dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan.
2. Penelitian kepustakaan yaitu cara mencari sumber dari buku-buku yang ada dan
sesuai dengan judul skripsi.
3.4Instrumen Penelitian
Sebelum penulis melakukan penelitian, terlebih dahulu mempersiapkan alat
bantu penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Alat tulis, berupa buku catatan dan pulpen untuk mencatat data-data yang
2. Alat perekam (tape racorder) yang digunakan untuk membantu merekam
wawancara dengan informan, sehingga mempermudah penulis pada saat
pengolahan data.
3.5Metode Pengumpulan Data
Fase terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data, pengumpulan data
tidak lain dari suatu proses pengadaan data menghasilkan temuan. Pengumpulan data
dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data
yang diperlukan.
Usaha pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu :
1. Metode Observasi
Metode observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke daerah
objek penelitian.
2. Metode Wawancara
Dengan cara mewawancarai informan atau dengan mengajukan pertanyaan
langsung kepada informan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan
lebih lanjut dan terperinci mengenai Morfologi Bahasa Pakpak dialek Simsim.
3. Metode Kepustakaan
Metode ini digunakan untuk mendapatkan keterangan tentang penelitian yang
pernah dilakukan terhadap bahasa-bahasa daerah, mengumpulkan buku-buku yang
3.6Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan cara dalam pengolahan data, fakta, atau
fenomena yang sifatnya belum dianalisis. Metode analisis data juga merupakan
proses pengaturan data, kategori dari suatu uraian dasar.
Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian
ini adalah :
1. Menuliskan data yang diperoleh dari lapangan
2. Data yang diperoleh diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
3. Setelah data diterjemahkan, kemudian di klasifikasikan sesuai dengan objek
penelitian
4. Setelah data diklasifikasikan, kemudian dianalisis sesuai dengan kajian yang
diterapkan
BAB IV
ANALISIS MORFOLOGI BAHASA PAKPAK
DIALEK SIMSIM
4.4
Afiksasi
4.4.1
Prefiks
4.4.1.1
Prefiks meN-
a. Bentuk Prefiks meN-
Berdasarkan hasil analisis, bentuk prefiks meN- dalam bahasa Pakpak dialek
Simsim dapat berubah bentuk menjadi men-, mem-, meng-, dan menge-, sesuai
dengan fonem awal kata dasar yang dapat dilekatinya.
1. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi men-, bila melekat pada kata
dasar yang berfonem awal konsonan / c /, / d /, / j /, / s / dan / t / . jika meN-
melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / s / dan / t /, maka fonem
awal tersebut luluh.
Contoh :
meN- + cekep ‘pegang’ → mencekep ‘memegang’
meN- + deddoh ‘pijak’ → mendeddoh ‘memegang’
meN- + jaka ‘baca’ →menjaka ‘membaca’
meN- + suan ‘tanam’ →menuan ‘menanam’
meN- + tutu ‘tumbuk’ →menutu ‘menumbuk’
2. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi mem-, bila melekat pada kata
dasar yang berfonem awal / b / dan / p /. jika melekat pada kata dasar yang
dasar yang berawalan konsonan / b /, maka kata dasar tersebut dapat luluh dan
tidak luluh.
Contoh :
meN- + borih ‘cuci’ → memorih/ memborih ‘menyuci’
meN- + belgang ‘rebus’ → memelgang/ membelgang ‘merebus’
meN- + palu ‘pukul’ → memalu ‘memukul’
meN- + pido ‘minta’ → memido ‘meminta’
3. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi meng-, bila melekat pada kata
dasar yang berfonem awal vokal / a /, / e /, / i /, / o /, / u / , dan berfonem awal
konsonan / g /, / k /. Namun jika melekat pada kata dasar berfonem awal konsonan
/ k /, maka fonem awal kata dasar tersebut terkadang mengalami peluluhan.
Contoh :
meN- + abing ‘gendong’ → mengabing ‘menggendong’
meN- + etong ‘jumlah’ → mengetong ‘menjumlah’
meN- + idah ‘lihat’ → mengidah ‘melihat’
meN- + onjor ‘dorong’ → mengonjor‘mendorong’
meN- + uak ‘kopek’ → menguak ‘mengopek’
meN- + gettuk ‘cubit’ → menggettuk ‘mencubit’
meN- + koling ‘kupas’ → mengoling/ pengkoling ‘mengkupas’
4. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi menge-, bila melekat pada
kata dasar yang berfonem awal / l / dan / r /.
Contoh :
meN- + roroh’sayur’ → mengeroroh ‘menyayur’
meN- + ribak ‘sobek’ → mengeribak ‘menyobek’
b. Distribusi Prefiks
meN-Distribusi prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata nomina, verba dan
adjektiva.
1. prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata nomina
Contoh :
meN- + pakkur ‘cangkul’ → memakkur ‘mencangkul’
meN- + roroh ‘sayur’ → mengeroroh ‘menyayur’
meN- + labang ‘paku’ → mengelabang ‘memaku’
2. prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata verba.
Contoh :
meN- + kerpi ‘peluk’ → mengkerpi ‘memeluk’
meN- + kurak ‘korek’ → mengurak ‘mengorek’
meN- + deddoh ‘pijak’ → mendeddoh ‘memijak’
3. prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.
Contoh :
meN- + bettoh ‘tahu’ → memettoh/ membettoh ‘mengetahui’
meN- + pustak ‘pecah’ → memustak ‘memecah’
c. Fungsi prefiks meN-
1. Jika prefiks meN- melekat pada kelas kata nomina, maka meN- berfungsi
membentuk kelas kata verba.
contoh :
meN- + pakkur ‘cangkul’ → memakkur ‘mencangkul’
meN- + roroh ‘sayur’ →mengeroroh ‘menyayur’
meN- + labang ‘paku’ → mengelabang ‘memaku’
2. Jika prefiks meN- melekat pada kelas kata verba, maka meN- tidak berfungsi
mengubah kelas kata.
Contoh :
meN- + tanem ‘tanam’ → menanem ‘menanam’
meN- + abing ‘gendong’ → mengabing ‘menggendong’
meN- + tilik ‘lihat’ → menilik ‘melihat’
3. Jika prefiks meN- melekat pada kelas kata adjektiva, maka meN- berfungsi
membentuk kelas kata verba.
Contoh :
meN- + bettoh ‘tahu’ → memettoh/ membettoh ‘mengetahui’
meN- + pustak ‘pecah’ → memustak ‘memecah’
d. Nosi Prefiks meN-
Nosi yang ditimbulkan prefiks meN- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pekerjaan dengan alat apa yang tertulis pada kata dasar.
meN- + kail ‘pancing’ → mengkail/ mengkoling ‘memancing’
Contoh :
meN- + deddoh ‘pijak’ → mendeddoh ‘memijak’
meN- + perso ‘bohong’ → memerso ‘berbohong’
2. Prefiks mer-
a. Bentuk Prefiks mer-
Prefiks mer- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan
bentuk, baik melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal maupun konsonan.
Contoh :
mer- + epen ‘gigi’ → merepen ‘bergigi’
mer- + ugah ‘luka’ → merugah ‘berluka’
mer- + asar ‘sarang → merasar ‘bersarang’
mer- + beltok ‘perut’ → merbeltok ‘berperut’
mer- + cember ‘asap’ → mercember ‘berasap’
mer- + uit ‘ekor’ → meruit ‘berekor’
b. Distribusi prefiks mer-
Distribusi prefiks mer- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat
pada kelas kata nomina, verba, adjektiva dan numeral.
1. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata nomina
contoh :
mer- + naruh ‘telur’ → mernaruh ‘bertelur’
mer- + sapo ‘rumah’ → mersapo ‘berumah’
mer- + epen ‘gigi’ → merepen ‘bergigi’
2. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata verba.
Contoh :
mer- + langi ‘renang’ → merlangi ‘berenang’
mer- + dakan ‘masak’ → merdakan ‘memasak’
mer- + tenju ‘tinju’ → mertenju ‘bertinju’
3. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.
Contoh :
mer- + lolo ‘senang’ → merlolo ‘keadaan senang’
mer- + kelsoh ‘sedih’ → merkelsoh ‘keadaan sedih’
4. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata numeral
contoh :
mer- + sada ‘satu’ → mersada ‘bersatu’
c. fungsi prefiks mer-
Fungsi prefiks mer- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim adalah :
1. Jika mer- melekat pada kelas kata nomina, maka mer- berfungsi membentuk kelas
kata verba dan adjektiva.
Contoh :
mer- + oles ‘baju’ → meroles ‘berbaju’ (V)
mer- + gusting ‘gunting’ → mergusting ‘bergunting’ (V)
mer- + coping‘kuping’ → mercoping ‘berkuping’ (Adj)
mer- + daroh ‘darah’ → merdaroh ‘berdarah’ (Adj)
mer- + borih ‘cuci’ → merborih ‘menyuci’
mer- + kerpi ‘peluk’ → merkerpi ‘berpeluk’
3. Jika mer- melekat pada adjektiva, maka mer- tidak berfungsi merubah kelas kata.
Contoh :
mer- + lolo ‘senang’ → merlolo ‘keadaan senang’
mer- + kelsoh ‘sedih’ → merkelsoh ‘keadaan sedih’
4. Jika mer- melekat pada numeralia, maka mer- berfungsi membentuk kelas kata
verba.
Contoh :
mer- + sada ‘satu’ → mersada ‘menjadi satu’
d. Nosi prefiks mer-
Nosi yang ditimbulkan prefiks mer- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim adalah :
1. Mempunyai/ memiliki apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
mer- + babah ‘mulut ‘ → merbabah ‘mempunyai mulut’
mer- + coping ‘kuping’ → mercoping ‘mempunyai kuping’
mer- + takal ‘kepala’ → mertakal ‘mempunyai kepala’
2. Menjadi apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
mer- + sada ‘satu’ → mersada ‘menjadi satu’
mer- + tinencut ‘tumpuk’ → mertinencut ‘menjadi bertumpuk’
3. Memakai apa yang tertulis pada kata dasar
mer- +sepeda ‘sepeda’ → mersepeda ‘memakai sepeda’
mer- +tangkuluk ‘topi’ → mertangkuluk ‘memakai rtopi’
mer- + bura ‘kalung’ → merbura ‘memakai kalung’
4. Memelihara apa yang tertulis pada kata dasar
Contoh :
mer- + didi ‘entok’ → merdidi ‘memelihara entok’
mer- + kerbo ‘kerbau’ → merkerbo ‘memelihara kerbau’
mer- + manuk ‘ayam’ → mermanuk ‘memelihara ayam’
5. Mengusahai apa yang tertulis pada kata dasar
Contoh :
mer- + sabah ‘sawah’ → mersabah ‘mengusahai sawah’
mer- + juma ‘ladang’ → merjuma ‘mengusahai ladang’
mer- + kedde ‘kedai’ → merkedde ‘mengusahai kedai'
6. Memperoleh / menghasilkan apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
mer- + anak ‘anak’ → meranak ‘memperoleh anak’
mer- + naruh ‘telur’ → mernaruh ‘mengeluarkan telur’
mer- + duruh ‘getah’ → merduruh ‘memperoleh getah’
7. Berada dalam keadaan seperti apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
mer- + lungun ate ‘sedih’ → merlungun ate ‘keadaan sedih’
mer- + lolo ate ‘gembira’ → merlolo ate ‘keadaaan gembira’
mer- + sori ‘sisir’ → mersori ‘bersisir’
mer- + cukkur ‘cukur’ → mercukkur ‘bercukur’
9. meyatakan memanggil, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
mer- + inang ‘ibu’ → merinang ‘memanggil ibu’
mer- + empung ‘nenek’ → merempung ‘memanggil nenek’
10. Menyatakan bermain dengan apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
mer- + bola ‘bola’ → merbola ‘bermain bola’
mer- + pukkul ‘guli’ → merpukkul ‘bermaain guli’
11. Melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
mer- + dalan ‘jalan’ → merdalan ‘berjalan’
mer- + dedah ‘jaga’ → merdedah ‘berjaga’
mer- + tenju ‘tinju’ → mertenju ‘bertinju’
mer- + rakep ‘peluk’ → merrakep ‘berpeluk’
3. Prefiks peN-
a. Bentuk prefiks peN-
Bentuk prefiks peN- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi pen-, bila melekat pada kata
melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / s / dan / t /, maka
fonem awal kata dasar tersebut luluh.
contoh :
peN- + cekep ‘pegang’ → pencekep ‘cara memegang’
peN- + deddoh ‘pijak’ → pendeddoh ‘cara memijak’
peN- + jaka ‘baca’ → penjaka ‘cara membaca’
peN- + sintak ‘tarik’ → penintak ‘cara menarik’
peN- + tutung ‘bakar’ → penutung ‘cara membakar’
2. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi pem-, bila melekat pada kata
dasar yang berfonem awal / b / dan / p /. jika melekat pada kata dasar yang
berawalan konsonan / p /, maka terjadi peluluhan, tetapi jika melekat pada kata
dasar yang berawalan konsonan / b /, maka kata dasar tersebut dapat luluh dan
tidak luluh.
Contoh :
peN- + borih ‘cuci’ → pemorih / pemborih ‘penyuci’
peN- + bekkuk ‘bengkok’ → pemekkuk/ pembekkuk ‘pembengkok’
peN- + palkok ‘pukul’ → pemalkoh ‘peemukul’
peN- + pido ‘minta’ → pemido ‘cara meminta’
3. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi peng-, bila melekat pada
kata dasar yang berfonem awal vokal / a /, / e /, / i /, / o /, / u / dan konsonan / g
/, dan / k /. Namun jika melekat pada kata dasar yang berawalan konsonan / k /,
maka fonem awal kata dasar tersebut dapat luluh dan tidak luluh.
peN- + eket ‘ikat’ → pengeket ‘alat mengikat’
peN- + idah ‘lihat’ → pengidah ‘cara menglihat’
peN- + okal ‘korek’ → pengokal ‘cara mengorek’
peN- + uak ‘kopek’ → penguak ‘cara mengkopek’
peN- + garu ‘kacu’ → penggaru ‘cara mengacu’
peN- + kail ‘pancing’ → pengail/ pengkail ‘gemar memancing’
4. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi penge-, bila melekat pada
kata dasar yang berfonem awal konsonan / l / dan / r /.
Contoh :
peN- + lanja‘pikul’ → pengelanja ‘pemikul’
peN- + labang ‘paku’ → pengelabang ‘cara memaku’
peN- + rana ’bicara’ → pengerana ‘cara bicara’
peN- + ribak ‘sobek’ →pengeribak ‘cara menyobek’
b. Distribusi prefiks peN-
Distribusi prefiks PeN- dapat melekat pada kelas kata nomina, verba dan
adjektiva.
1. prefiks peN- dapat melekat pada kelas kata nomina
Contoh :
peN- + kail ‘pancing’ → pengkail/ pengkail ‘gemar memancing’
peN- + pakkur ‘cangkul’ → pemakkur ‘cara mencangkul’
peN- + roroh ‘sayur’ → pengeroroh ‘cara menyayur’
peN- + jaka ‘baca’ → penjaka‘cara membaca’
2. prefiks peN- dapat melekat pada kelas kata verba.
peN- + cekep ‘pegang’ → pencekep ‘cara memegang’
peN- + jemak ‘pegang’ → penjemak ‘cara memegang’
3. prefiks peN- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.
Contoh :
peN- + postep ‘putus’ → pemostep ‘pemutus’
peN- + bekkuk ‘bengkok’ → pemekkuk/ pebekkuk ‘bengkokkan’
c. fungsi prefiks peN-
Fungsi prefiks peN- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim adalah sebagai
berikut :
1. Jika prefiks peN- melekat pada kelas kata nomina, maka peN- berfungsi
membentuk kelas kata adjektiva.
Contoh :
peN- + kail ‘pancing’ → pengkail/ pengail ‘gemar memancing’
peN- + eket ‘tali’ → pengeket ‘cara mengikat’
2. Jika prefiks peN- melekat pada kelas kata verba, maka peN- berfungsi membentuk
kelas kata nomina dan adjektiva.
Contoh :
peN- + cekep ‘pegang → pencekep ‘cara memegang’(Adj)
peN- + galar ‘bayar’ → penggalar ‘alat membayar’(N)
peN- + kurak ‘korek’ → pengurak ‘pengorek’(N)
3. Jika prefiks peN- melekat pada kelas kata adjektiva, maka peN- berfungsi
membentuk nomina.
peN- + bekkuk ‘bengkok’ → pemekkuk/ pebekkuk ‘alat membengkok’
d. Nosi prefiks peN-
Nosi yang ditimbulkan prefiks peN- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim
adalah sebagai berikut :
1. menyatakan cara, sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
peN- + ardang ‘tanam’ → pengardang ‘cara mengardang’
peN- + ido ‘minta → pemido ‘cara meminta’
peN- + jemak ‘pegang’ → penjemak ‘cara memegang’
2. menyatakan orang yang melakukan dan gemar dengan apa yang tertulis pada kata
dasar.
contoh :
peN- + gidik ‘gelitik’ → penggidik ‘gemar menggelitik’
peN- + kail ‘pancing’ → pengkail/ pengail ‘gemar memancing’
3. menyatakan alat apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
peN- + galar ‘bayar’ → penggalar ‘alat membayar’
peN- + kurak ‘korek’ → pengurak ‘pengorek’
4. Prefiks per-
a. Bentuk Prefiks per-
Prefiks per- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan
bentuk baik melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal maupun konsonan.
per- + dogok ‘duduk → perdogok ‘cara duduk’
per- + kiam ‘lari’ → perkiam ‘cara lari’
per- + idah ‘lihat’ → peridah ‘saling melihat’
per- +onan ‘pasar’ → peronan ‘tukang jualan’
per- + eket ‘ikat’ → pereket ‘tukang tali’
b. Distribusi prefiks per-
Distribusi prefiks per- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat
pada kelas kata nomina, verba, adjektiva dan numeralia.
1. prefiks per- dapat melekat pada kelas kata nomina
contoh :
per- + kerbo ‘kerbau’ → perkerbo ‘pemilik kerbau’
per- + gambir ‘gambir’ → pergambir ‘tukang gambir’
per- + kambing ‘kambing’ → perkambing ‘tukang kambing’
2. prefiks per- dapat melekat pada kelas kata verba.
Contoh :
per- + keke ‘bangkit’ → perkeke ‘cara bangkit’
per- + meddem ‘tidur’ → permeddem ‘cara tidur’
per- + menum ‘minum’ → permenum‘tukang minum’
3. prefiks per- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.
Contoh :
per- + mbalang ‘hilang → permbalang ‘cara hilang’
per- + mate ‘meninggal’ → permate ‘cara meninggal’
per- + ceda ‘rusak’ → perceda ‘penyebab rusak’
per- + ituk ‘sedikit → perituk ‘buat sedikit’
c. fungsi prefiks per-
1. Jika prefiks per- melekat pada kelas kata nomina dan verba, maka prefiks
per-berfungsi membentuk kelas kata adjektiva.
Contoh :
per- + gambir ‘gambir(N) → pergambir ‘tukang gambir’
per- + kopi ‘kopi’(N) → perkopi ‘tukang kopi’
per- + kundul ‘duduk(V) → perkundul ‘cara duduk’
per- + lojang ‘lari’ (V) → perlojang ‘cara lari’
2. Jika prefiks per- melekat pada kelas kata adjektiva, maka prefiks per-tidak
berfungsi merubah kelas kata.
per- + mbalang ‘hilang → permbalang ‘penyebab hilang’
per- + mbeluk ‘bengkok → permbekkok ‘penyebab bengkok’
3. Jika prefiks per- melekat pada kelas kata numeral, maka prefiks per-tidak
berfungsi merubah kelas kata.
Contoh :
per- + sada ‘satu’ → persada ‘satukan’
per- + ituk ‘sedikit → perituk ‘sedikitkan’
d.
Nosi prefiks per-
Nosi yang ditimbulkan prefiks per- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim adalah :
1. menyatakan pekerjaaan yang biasa dilakukan, sesuai dengan apa yang tertulis
pada kata dasar.
per- + jodi ‘judi’ →perjodi ‘yang biasa berjudi’
per- + buru ‘buru’ → perburu ‘yang biasa berburu’
per- + akkal ‘bohong’ → perakkal ‘yang biasa berbohong’
2. menyatakan cara/ penyebab apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
per- + lojang ‘lari ’ → perlojang ‘cara lari’
per- + meddem ‘tidur’ → permeddem ‘cara tidur’
per- + mbalang ‘hilang’ → permbalang ‘penyebab hilang’
per- + ndabuh ‘jatuh’ → perndabuh ‘penyebab jatuh
3. menyatakan tempat/ asal, sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
per- + sidikalang ‘daerah sidikalang’→ persidikalang ‘orang yang berasal dari Sidikalang’
per- + medan ‘medan’ → perjuma ‘orang yang tinggal di Medan’
4. menyatakan keadaan sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
per- + magin ‘sakit’ → permagin ‘keadaan sakit’
per- + pelm ‘bengkak’ → perpelm ‘keadaan bengkak’
5. menyatakan suatu alat yang dipakai sesuai dengan apa yang tertulis pada kata
dasar.
Contoh :
per- + bentir ‘lempar’ → perbentir ‘alat untuk melempar
per- + jukjuk’ jolok’ → perjukjuk ‘alat untuk melempar’
per- + biar ‘takut’ → perbiar ‘mempunyai sifat penakut’
per- + kelleng ‘sayang’ → perkelleng ‘mempunyai sifat sayang’
7. menyatakan sering/ mudah sakit, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
per- + magin ‘sakit’ → permagin ‘mudah sakit’
per- + mengget ‘pening’ → permengget ‘mudah pening’
5. Prefiks ter-
a. Bentuk prefiks ter-
Prefiks ter- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan
bentuk, baik melekat pada kata dasar berfonem awal vokal dan konsonan.
Contoh :
ter- + anggoh ‘cium’ → teranggoh ‘tercium’
ter- + eket ‘tali’ → tereket ‘tertali’
ter- + deddoh ‘pijak’ → terdeddoh ‘terpijak’
ter- + jomur ‘jemur’ → terjomur ‘terjemur’
b. Distribusi prefiks ter-
Distribusi prefiks ter- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat
pada kelas kata nomina, verba, adjektiva dan numeralia.
1. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata nomina
contoh :
ter- + tulan ‘tulang’ → tertulan ‘terkenak tulang’
ter- + api ‘api’ → terapi ‘terkena api’
2. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata verba.
contoh :
ter- + borih ‘cuci’ → terborih ‘tercuci’
3. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.
Contoh :
ter- + lekkuk ‘bengkok’ → terbekkuk ‘terbengkok’
ter- + pustak ‘pecah’ → terpustak ‘terpecah’
4. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata numeralia.
Contoh :
ter- + dua ‘dua’ → terdua ‘masing-masing dua’
ter- +tellu ‘tellu’ → tertellu ‘massing-masing tiga’
c.
Fungsi prefiks ter-
1. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata nomina, maka prefiks ter- berfungsi
membentuk kelas kata verba.
Contoh :
ter- + lae‘air’ → terlae ‘terkena air’
ter- + gusting ‘gunting’ → tergusting ‘terkena gunting’
2. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata verba, maka Prefiks ter- berfungsi
membentuk kelas kata adjektiva.
Contoh :
ter- + anggoh ‘cium’ → teranggoh ‘tercium’
ter- + ribak ‘sobek’ → teribak ‘tersobek’
3. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata adjektiva, maka Prefiks ter-tidak
ter- + akap ‘rasa’ → terakap ‘terasa’
ter- + lekkuk ‘bengkok’ → terlekkuk ‘terbengkok’
4. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata numeral, maka Prefiks ter- berfungsi
membentuk kelas kata adjektiva.
Contoh :
ter- + dua ‘dua’ → terdua ‘masing-masing dua’
ter- + tellu ‘tiga’ → tertellu ‘masing-masing tiga’
d.
Nosi prefiks ter-
Nosi yang ditimbulkan prefiks ter- adalah :
1. Mengatakan tidak sengaja, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
ter- + enum ‘minum’ → terenum ‘tidak sengaja diminum’
ter- + deddoh ‘pijak’ → terdeddoh ‘tidak sengaja dipijak’
2. Mengatakan sampai ke, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
ter- + tulan ‘tulang’ → tertulan ‘sampai ke tulang’
ter- + pusuh ‘hati’ → terpusuh ‘sampai ke hati’
3. Mengatakan mengeluarkan sesuatu, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.
Contoh :
ter- + eluh ‘air mata’ → tereluh ‘mengeluarkan air