• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

MORFOLOGI BAHASA PAKPAK DIALEK SIMSIM

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN OLEH :

NAMA : MELISA PADANG

NIM : 110703016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK MEDAN

(2)
(3)

ABSTRAK

Judul skripsi “Morfologi bahasa pakpak dialek simsim” di Desa Traju, Kecamatan si

Empat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

Desa Traju Kecamataan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat merupakan

salah satu Desa yang masyarakat penuturnya masih standar mengunakan bahasa Pakpak

dialek Simsim. Adapun masalah yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) untuk

memberikan gambaran tentang bentuk Morfologi bahasa Pakpak pada dialek Simsim

yang mencakup afiksasi, reduplikasi, dan komposisi; 2) sebagai bahan perbandingan

untuk penelitian selanjutnya tentang morfologi bahasa Pakpak; 3) sebagai sumber

informasi tentang kajian morfologi bagi mahasiswa khususnya Departemen Sastra Daerah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; 4) Menambah khasanah pengkajian

terhadap bahasa yang ada di Indonesia. untuk menganalisis morfologi Bahasa Pakpak

dialek Simsim ini, maka Teori yang digunakan mengacu pada teori pendekataan

struktural oleh Ramlan yang didukung Chaer. Metode yang dilakukan dalam penelitian

adalah dengan dua tahap, yaitu metode deskriptif kualitatif dan metode pengumpulan

data. Hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : (1) afiksasi yang

mencakup prefiks (me-, mer-, per-, ter-, se-, i-, ki- ), infiks (-in-, –um-), sufiks (en, i,

-ken, -su), konfiks (mersi –en) dan simulfiks (men –ken, ke –en, si –na, dan pen –en). (2)

reduplikasi yaitu perulangan seluruh, perulangan sebagian dan perulangan dengan

pembubuhan afiks. (3) Komposisi yang mencakup komposisi yang menampung

konsep-konsep yang digabungkan sederajat, komposisi yang menampung konsep-konsep yang

digabung tidak sederajat. komposisi yang menghasilkan istilah, komposisi pembentuk

idiom, dan komposisi yang menghasilkan nama.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan kasih-Nya yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim”.

Untuk mempermudah rancangan isi yang dibahas, penulis memaparkan

rincian sistematika skripsi sebagai berikut :

Bab I, merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II, merupakan tinjauan pustaka, kajian pustaka yang mencakup kepustakaan

yang relevan dan teori yang digunakan.

Bab III, merupakan metodologi penelitian yang mencakup metode dasar, lokasi

penelitian, sumber data, instrumen, metode pengumpulan data dan metode analisi

data. Bab IV, merupakan pembahasan tentang permasalahan yang ada pada rumusan

masalah. Bab V, merupakan kesimpulan dan saran.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena

keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

(5)

RANA PENDUDURI

Perjolo-jolo kita poji dekket ta dokken mo lias ate mendahi Tuhanta si

permende basa i, kumerna nggo i berreken berkat dekket kellengna mendahi kita

gennep, isa penurat pe nggo boi mengsidungken skripsi i mo si merjudul

Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim”.

Nalako kipemurah rancangen isi nalako i bahas, penurat menjabarken

susunen na enggo terencanaken mende, imo bage si niterruh en :

Bab I, i mo pendahuluan si enggo termasuk ibagasna, imo latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II, i mo tinjauan pustaka, kajian pustaka janah enggo termasuk ma misi

kepustakaan yang relevan dekket teorina.

Bab III, imo metodologi penelitian si mencakup metode dasar, lokasi penelitian,

sumber data, instrumen, metode pengumpulan data dekket metode analisis data. Bab

IV, i mo pembahasan tentang permasalahen na lot i rumusan masalah. Bab V, i mo

kesimpulan dekket saran.

Penurat mengakui mula skripsi en oda sadike den kini bagakna, kumerna

penurat oda ngo sadike pemettohna. Kumerna idi, penurat mengido pendapet dekket

masuken na sifatna pemendeken asa lebbih bagak skripsi enda.

Medan, Maret 2015

(6)

rn pnE\DDri

prE\ jolojolo kit poji dkE\ktE\ t dko\knE\ mo lias\ atE mnE\d(ahi) (Th)n\t si prE\mnE\dE bs I, KmrE\n (<\go) I brE\rEknE\ brE\kt\ dkE\ktE\ klE\lE^n mnE\d(ahi) kit

gnE\npE\, Is pENrt\ pE (<\go) boI mE^siD^knE\ s\k\rpi\si

I mo si mrE\JdL\ “mro\pologi b(Ah)s pk\pa\ diAlEk\ smi\smi\.

nlko kipEM(rh) rn\c<nE\ Isi nlko I bks\, pENrt\ mnE\jbr\knE\ SsnnE\ n a^Ego trE\rnE\(c)nknE\ mnE\dE, Imo bgE sini

trE\Rh anE\ :

bb\ I, Imo pnE\dKLan\ si aE^go trE\msK\ Ibgs\n, Imo ltr\ bElk^ mslh, RMsn\ mslh, Tjan\ pEnElitian\, dn\ mn\pat\ pEnElitian\.

bb\ II, Imo tni\jUan\ pS\tk, kjian\ pS\tk jnh aE^go trE\msK\ m mo Isi kEpS\tkan\ y^ rElEpn\ dkE\ktE\ tEaorin.

bb\ III, Imo mEtodologi pEnElitian\ si mnE\ckP\ mEtodE dsr\, loksi pEnElitian\, sM\brE\ dt, In\s\tR\mnE\, mEtodE

pE<M\Pln\ dt dkE\ktE\ mEtodE anlissi\ dt.

bb\ IV, Imo pmE\bhsnE\ tnE\t^ prE\mslknE\ n lto\ I RMsnE\ mslh.

bb\ V, Imo kEsmi\PlnE\ dkE\ktE\ srn\.

pENrt\ mE<KI Ml sk\rpi\si aEn\ aod sdikE dnE\ kini bgk\n, KmrE\n pENrt\ aod <o sdikE pEmtE\tko\n. KmrE\n Idi,

pENrt\ mE<ido pnE\dptE\ dkE\ktE\ mSknE\ n sipt\n pEmnE\dEknE\ as lbE\bih bgk\ s\k\rpi\si anE\d.

mEdn\, mrtE\ 2015

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis tiada hentinya mengucapkan puji dan syukur serta berterima kasih

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya sehingga dapat

menyelesikan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga tidak lupa mengucapkan terima

kasih kepada orang-orang yang sudah membantu penulis dalam memberikan arahan,

motivasi, bimbingan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara, wakil dekan I, II, III, dan seluruh pegawai di

jajaran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra

Daerah yang sudah memberikan arahan kepada penulis.

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Sastra

Daerah sekaligus sebagai pembimbing I penulis , yang sudah memberikan

masukan, arahan serta memotivasi penulis.

4. Ibu Asriaty R Purba, M. Hum, selaku pembinmbing II penulis, yang sudah

memberikan arahan serta masukan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Dosen-dosen penulis yang dengan kasih sayang memberikan ilmu dengan

ikhlas memberikan pelajaran yang baik selama perkuliahan buat penulis yang

tidak dapat disebut satu persatu.

6. Terkhusus kepada Alm. ayahanda R. Padang dan Ibunda J Br Berutu yang

(8)

membimbing penulis sejak kecil hingga dewasa, dan berkorban baik moril

maupun material sehingga skripsi ini terselesaikan.

7. Buat kakakku Turi Erika Br Padang, Masnah br Padang dan Floren Br Padang

serta abangku Jontri Padang yang selalu memberikan motivasi serta dukungan

selama penulis kuliah dan sampai dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Buat adikku yang kucintai dan kubanggakan Husain Padang, dapat membantu

penulis secara material untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat penulis stambuk’11 saya ucapkan terima kasih atas saran dan

dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada alumni stambuk’08, abangda Imannuel Simanjuntak, S.S., penulis

ucapkan terima kasih atas motivasi dan dukungan yang diberikan kepada

penulis dimasa kuliah.

11.Teman-teman penulis semuanya yang telah mendukung penulis, yang tidak

dapat ditulis satu persatu terima kasih atas kritik dan saran yang membangun

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan pada kesempatan ini yang telah

membantu penulisan skripsi ini, kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa

membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari

akan keterbatasan penulis, maka hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan

kelemahan, untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak diharapkan penulis

guna penyempurnaannya. Semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak yang

(9)

Medan, Agustus 2015

Penulis,

Melisa Padang,

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... ..viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kepustakaan yang Relevan ... 6

2.2 Teori yang Digunakan... 8

2.2.1 Proses pebubuhan afiks ... 9

2.2.2 Proses perulangan ... 13

2.2.3 Proses Pemajemukan ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1 Metode Dasar ... 18

3.2 Lokasi Penelitian ... 19

3.3 Sumber Data Penelitian ... 19

3.4 Instrumen Penelitian ... 19

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.6 Metode Analisis Data ... 21

BAB IV ANALISIS MORFOLOGI BAHASA PAKPAK DIALEK SIMSIM ... 22

4.1 Afiksasi ... 22

(11)

4.1.1.2 Prefiks mer-... 26

4.1.1.3 Prefiks peN- ... 30

4.1.1.4 Prefiks per- ... 34

4.1.1.5 Prefiks ter- ... 38

4.1.1.6 Prefiks se-... 41

4.1.1.7 Prefiks i- ... 44

4.1.1.8 Prefiks ki- ... 46

4.1.1.9 Prefiks Nasal ... 48

4.1.2 Infiks ... 49

4.1.2.1 infiks -in- ... 49

4.1.2.2 infiks –um- ... 51

4.1.3 sufiks ... 54

4.1.3.1 sufiks -en ... 54

4.1.3.2 sufiks -i ... 56

4.1.3.3 sufiks -ken ... 59

4.1.3.4 sufiks -su ... 62

4.1.4 konfiks/ simulfiks ... 64

4.1.4.1 konfiks mersi –en ... 64

4.1.4.2 simulfiks meN –ken ... 66

4.1.4.3 Simulfiks ke –en ... 69

4.1.4.4 Simulfiks si –na ... 72

4.1.4.5 Simulfiks peN –en ... 73

4.2 Reduplikasi (perulangan) ... 85

4.2.1 Bentuk perulangan ... 85

(12)

4.2.1.2 Perulangan Sebagian ... 87

4.2.1.3 Perulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks ... 88

4.2.2 Fungsi Reduplikasi ... 90

4.2.3 Nosi Reduplikasi ... 91

4.3 Komposisi (Kata Majemuk) ... 94

4.3.1 Bentuk Komposisi ... 95

4.3.2 Sifat Komposisi ... 99

4.3.3 Perulangan Kata Majemuk (Komposisi)... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 104

(13)

ABSTRAK

Judul skripsi “Morfologi bahasa pakpak dialek simsim” di Desa Traju, Kecamatan si

Empat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

Desa Traju Kecamataan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat merupakan

salah satu Desa yang masyarakat penuturnya masih standar mengunakan bahasa Pakpak

dialek Simsim. Adapun masalah yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) untuk

memberikan gambaran tentang bentuk Morfologi bahasa Pakpak pada dialek Simsim

yang mencakup afiksasi, reduplikasi, dan komposisi; 2) sebagai bahan perbandingan

untuk penelitian selanjutnya tentang morfologi bahasa Pakpak; 3) sebagai sumber

informasi tentang kajian morfologi bagi mahasiswa khususnya Departemen Sastra Daerah

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; 4) Menambah khasanah pengkajian

terhadap bahasa yang ada di Indonesia. untuk menganalisis morfologi Bahasa Pakpak

dialek Simsim ini, maka Teori yang digunakan mengacu pada teori pendekataan

struktural oleh Ramlan yang didukung Chaer. Metode yang dilakukan dalam penelitian

adalah dengan dua tahap, yaitu metode deskriptif kualitatif dan metode pengumpulan

data. Hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : (1) afiksasi yang

mencakup prefiks (me-, mer-, per-, ter-, se-, i-, ki- ), infiks (-in-, –um-), sufiks (en, i,

-ken, -su), konfiks (mersi –en) dan simulfiks (men –ken, ke –en, si –na, dan pen –en). (2)

reduplikasi yaitu perulangan seluruh, perulangan sebagian dan perulangan dengan

pembubuhan afiks. (3) Komposisi yang mencakup komposisi yang menampung

konsep-konsep yang digabungkan sederajat, komposisi yang menampung konsep-konsep yang

digabung tidak sederajat. komposisi yang menghasilkan istilah, komposisi pembentuk

idiom, dan komposisi yang menghasilkan nama.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas. Penduduknya terdiri

dari berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki latarbelakang budaya yang

berbeda, sehingga menjadi penanda perbedaan antarsuku bangsa itu. Salah satu suku

bangsa yang ada di Indonesia adalah suku Batak .

Suku Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Karo, simalungun,

Angkola/Mandailing dan etnik Pakpak.

Suku Pakpak umumnya mendiami wilayah Kabupaten Dairi dan Kabupaten

Pakpak Baharat di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, suku Pakpak juga menyebar

sampai ke daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, bahkan sampai ke Provinsi

Daerah Istimewa Aceh.

Akibat dari penyebarannya, masyarakat Pakpak mengenal istilah kata Suak

yang berarti alat penanda masyarakat yang berasal dari Pakpak. Istilah suak dalam

bahasa Pakpak dapat juga diartikan sebagai dialek. Menurut Solin dalam (Basaria

2002) Tesis dengan judul “Analisis Morfologi Verba Bahasa Pakpak Dairi”, bahasa

Pakpak terdiri atas 5 ( lima) dialek yaitu : (1) dialek Pegagan di kecamatan sumbul

Kabupaten dairi (2) dialek keppas di kecamatan sidikalang Kabupaten Dairi (3)

dialek Sim-sim di kabupaten Pakpak Bharat (4) dialek Kelasen di Kecamatan

Parlilitan Kabupaten Humbang hasundutan (5) dialek Boang di Provinsi Aceh

Kabupaten Aceh singkil. Adanya kelima dialek tersebut, menggambarkan luasnya

(15)

berdasarkan ketiadaan pengaruh bahasa lain (bahasa Karo dan Toba) dialek yang

paling standar dan paling asli dalam bahasa Pakpak adalah dialek Simsim.

Berdasarkan pengamatan penulis, kelima dialek dalam bahasa Pakpak sudah

dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain yang tinggal berdekatan dengan suku Pakpak

tersebut, sehingga menimbulkan adanya perbedaan dalam bahasa Pakpak itu sendiri.

hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya kosa kata yang baru dalam bahasa Pakpak

di masing-masing dialek. Oleh karena itu, jika penelitian bahasa Pakpak dilakukan,

maka harus dipilih di daerah mana penggunaan bahasa Pakpak itu yang minim

dipengaruhi oleh bahasa lain. Dari hasil survei, penelitian kali ini dilakukan di dialek

Simsim Kabupaten Pakpak Bharat.

Dialek Sim-sim dipakai di daerah Kabupaten Pakpak Bharat yang meliputi

delapan kecamatan, yaitu Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Salak, Kecamataan

Kerajaan, Kecamatan Tinada, Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Si

Tellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan Kecamatan

Pagindar.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak mempunyai

peranan penting, yaitu digunakan sebagai bahasa pengantar antar sesama anggota

masyarakat. Selain itu, sesuai kebijaksanaan Pemerintah, bahasa daerah juga

digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar, yaitu dari kelas satu sampai

dengan kelas tiga.

Selanjutnya, bahasa Pakpak juga berfungsi sebagai lambang identitas daerah

dan lambang kebanggan daerah yang berfungsi sebagai pendukung perkembangan

(16)

Perkembangan bahasa dapat diketahui melalui hasil penelitian bahasa. Objek

kajian linguistik dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro, linguistik

mikro mengarahkan kajian pada struktural internal atau struktur bahasa tertentu atau

subsistem bahasa tertentu, maka dalam linguistik mikro terdapat pembidangan

fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dal leksikologi. Kemudian, dalam kajian

makrolinguistiknya, yaitu sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik,

pragmatik, dan neurolinguistik. Namun penulis meneliti pada salah satu kajian

internalnya, yaitu dalam bidang morfologi. Penelitian tentang bahasa Pakpak belum

begitu banyak dilakukan. Namun ada dua judul hasil penelitian yang ditemukan dan

berkaitan dengan judul proposal ini, yaitu :

“Morfologi dan Sintaksis Bahasa Pakpak Dairi” yang ditulis oleh (Sembiring dkk

1993), dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Morfologi dan sintaksis

bahasa Pakpak Dairi banyak dijumpai persamaannya dengan morfologi dan sintaksis

bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa Pakpak Dairi dapat dideskripsikan atas morfem

terikat dan morfem bebas serta proses morfologi yang berupa afiksasi dan

reduplikasi.

Selanjutnya Basaria (2002) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Morfologi Verba

Bahasa Pakpak Dairi” Memaparkan tentang ciri-ciri verba bahasa Pakpak Dairi.

Ciri-ciri tersebut dapat diamati melalui (a) perilaku semantis, (b) perilaku sintaksis dan

(c) perilaku morfologisnya. Dari perilaku morfologisnya, verba dapat diidentifikasi

melalui afiks tertentu, afiks tersebut adalah: /mer-, me, pe, ki, um, -i, i-, -ken, ke-en,

mersi-en, mer-en. Proses morfologi verba adalah proses pembentukan verba akibat

(17)

Berdasarkan tinjauan pustaka tentang penelitian bahasa Pakpak Dairi diatas

khususnya dalam bidang morfologi, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah

dilakukan tersebut belum membahas proses morfologi secara utuh, yaitu afiksasi,

reduplikasi dan komposisi. hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti

morfologi dalam tiga proses ini, sehingga proposal skripsi ini diberi judul “Morfologi

bahasa Pakpak dialek Simsim”.

1.2Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting dalam pembuatan skripsi, karena dengan

adanya perumusan masalah, maka pembahasan menjadi lebih terarah dan terperinci.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian masalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses pembubuhan afiks (afiksasi) dalam bahasa Pakpak dialek

Simsim ?

2. Bagaimanakah proses perulangan (reduplikasi) dalam bahasa Pakpak dialek

Simsim ?

3. Bagaimanakah proses pemajemukan (komposisi) dalam bahasa Pakpak dialek

Simsim ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan di

atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses pembubuhan afiks (afiksasi) dalam bahasa Pakpak

(18)

2. Untuk mengetahui proses perulangan (reduplikasi) dalam bahasa Pakpak dialek

Simsim.

3. Untuk mengetahui proses pemajemukan (komposisi) dalam bahasa Pakpak dialek

Simsim.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah :

a. Menjadi salah satu bahan acuan tentang Morfologi bahasa Pakpak

b. Untuk dijadikan sebagai pembanding dengan buku Morfologi Bahasa di

Indonesia, terutama pada Etnik bahasa Batak yang lain yaitu : Karo,

Toba,Simalungun dan Angkola/Mandailing

c. Menambah khasanah pengkajian terhadap bahasa yang ada di Indonesia

terutama bahasa Pakpak serta memberikan informasi dalam pengembangan

keilmuan terhadap Mahasiswa yang ingin mengkaji lebih lanjut tentang

Morfologi bahasa Pakpak.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memperkenalkan lebih luas tentang bentuk Morfologi bahasa Pakpak

pada dialek Simsim.

b. Melestarikan, menghindari kepunahan dan sekaligus sebagai usaha pembinaan

dan pengembangan bahasa Daerah sebagai salah satu unsur bahasa Nusantara

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Dalam penyusunan sebuah karya ilmiah, sangat diperlukan tinjauan pustaka.

Tinjauan pustaka merupakan paparan atau konsep-konsep yang mendukung

pemecahan masalah dalam suatu penelitian, paparan atau konsep-konsep tersebut

bersumber dari pendapat para ahli, empirisme (pengalaman penelitian), dokumentasi,

dan nalar penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Penulisan proposal skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang

relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, data-data yang

ditampilkan harus berdasarkan data-data yang akurat dan berhubungan dengan objek

yang diteliti. Penulis menggunakan beberapa buku sebagai acuan kepustakaan yang

relevan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun bahan

rujukan yang penulis gunakan adalah :

Menurut Chaer (2008:3) secara etimologi kata morfologi berasal dari kata

morf yang berarti’ bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harafiah kata

morfologi berati ‘ilmu mengenai bentuk’. Jadi morfologi ialah ilmu mengenai

bentuk-bentuk dan pembentukan kata, sedangkan proses Morfologi adalah proses

pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam

proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam

proses komposisi), pemendekan (dalam proses akrominasi), dan pengubahan status

(20)

Keraf (1980:50) morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan

bentuk kata. konsep kata atau tegasnya kata berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas

kata dasar, kata berimbuhan (afiks), kata ulang, dan kata majemuk.

Parera (1990:18) proses Morfemis merupakan proses pembentukan kata

bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. Proses ini disebut morfemis karena

proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki

oleh sebuah bentuk dasar. Selain sebutan morfemis, disebut juga proses Morfologi.

Ramlan (1978:21) Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang

membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh

perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Sedangkan proses

Morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan

bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya mungkin berupa kata. dalam bahasa indonesia

terdapat tiga proses Morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses perulangan,

dan proses pemajemukan.

Selanjutnya Samsuri (1994:190) proses morfologis ialah cara pembentukan

kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

Buku ini menguraikan tentang proses morfologi yang dapat dilakukan melalui proses

afiksasi, proses reduplikasi, proses perubahan intern, suplisi, dan modifikasi kosong.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa morfologi adalah suatu cabang ilmu

bahasa yang membicarakan tentang morfem bebas atau morfem terikat yang dapat

disusun membentuk kata. Sedangkan Proses Morfologi adalah cara pembentukan

kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain.

(21)

2.2Teori yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk dan berlaku

secara umum yang akan mempermudah penulis dalam memecahkan suatu masalah

yang dihadapi. Teori digunakan untuk membimbing dan memberi arah sehingga

dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.

Dalam landasan teori penelitian ini, penulis menggunakan teori pendekatan

Struktural oleh Ramlan. Penulis menggunakan teori ini karena penulis berpendapat

bahwa untuk menganalisis Morfologi dalam bahasa Pakpak Dialek Sim-sim, teori ini

lebih sesuai.

Selain menggunakan teori Ramlan, penulis juga menggunakan teori Abdul

Chaer yang mendukung dan menunjang untuk memahami konsep-konsep pokok

serta memecahkan masalah. Dengan demikian kerangka teori yang dipakai dalam

penelitian ini bersifat gabungan ,tetapi tidak bertentangan, bahkan saling melengkapi.

Menurut Ramlan (1978:51-52) proses Morfologi ialah proses pembentukan

kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya

mungkin berupa kata. Seperti pada kata terjauh yang dibentuk dari kata jauh, kata

menggergaji yang yang dibentuk dari kata gergaji, rumah-rumah yang dibentuk dari

kata rumah; mungkin berupa pokok kata, misalnya bertemu yang dibentuk dari

pokok kata temu, kata bersandar yang dibentuk dari pokok kata sandar ; mungkin

berupa frase, misalnya kata ketidakadilan yang dibentuk dari frase tidak adil;

mukngkin berupa kata dan kata, misalnya kata rumah sakit yang dibentuk dari kata

rumah dan sakit; mungkin berupa kata dan pokok kata, misalnya kata pasukan

(22)

berupa pokok kata dan pokok kata, misalnya kata lomba lari yang dibentuk dari

pokok kata lomba dan pokok kata lari.

Proses pembentukan kata dengan pembubuhan afiks itu disebut afiksasi dan

kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata berafiks. Proses pembentukan kata

dengan pengulangan bentuk dasarnya itu disebut proses perulangan atau reduplikasi,

dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata ulang, gabungan dua kata

yang menimbulkan suatu kata baru yang, seperti kata meja makan dan kepala batu,

yang dibentuk dari kata meja dan makan, kepala dan batu. Proses pembentukan

dengan semacam itu disebut proses pemajemukan, dan kata yang dibentuk dengan

proses seperti ini disebut kata majemuk.

Dari uraian Ramlan, telah dijelaskan bahwa dalam bahasa indonesia terdapat

tiga proses Morfologik, ialah proses pembubuhan afiks, proses perulangan, dan

proses pemajemukan.

Abdul Chaer ( 2008:25 ) proses Morfologi adalah proses pembentukan kata

dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi),

pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabunagan (dalam proses komposisi),

pemendekan (dalam proses akrominasi), dan pengubahan status (dalam proses

konversi).

2.2.1 Proses Pembubuhan Afiks

Proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks pada satuan-satuan, baik

satuan itu berupa bentuk tunggal, maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata

(23)

memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau

pokok kata baru.

Setiap afiks tentu berupa satuan terikat, artinya dalam tuturan biasa tidak

dapat berdiri sendiri dan secara gramatik selalu melekat pada satuan lain, namun

morfem di- seperti dalam di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat

digolongkan afiks sebab secara gramatik morfem itu sebanarnya mempunyai sifat

bebas, tidak seperti halnya morfem di- dalam dipukul, dibaca, dikelola, diadakan.

Afiks yang terletak di jalur paling depan disebut prefiks karena selalu melekat di

depan bentuk dasar, contoh: morfem ber- dalam berlari, bertopi,bernyanyi. Morfem

ter- dalam terjatuh, terluka, terbakar. yang terletak di lajur tengah disebut infiks

karena selalu melekat di tengah bentuk dasar, contoh: morfem –el-,-er-, dan

em-yang hanya terdapat dalam geletar, gerigi,gemetar,temali, seruling. yang terletak di

lajur belakang disebut sufiks karena selalu melekat di belakang bentuk da sar, contoh:

morfem –kan dalam samakan, gulungkan, ikatkan. dan sebagiannya terletak di muka

bentuk dasar, sebagiannya terletak di belakangnya yang disebut simulfiks atau afiks

terpisah, contoh: /pen- + -an/ pada pemakaian, pemisahan dan afiks /ber- + -an/

pada berpakaian,berberserakan.

Berdasarkan uraian dari teori tersebut, afiks-afiks pembentuk kata dalam

bahasa Pakpak dialek Simsim melalui prefiks, infiks, sufiks dan afiks terpisah

(konfiks) adalah:

1. Prefiks

Prefiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu

Prefiks pe-

(24)

Pe- + kundul ‘duduk’ pekundul ‘dudukkan’

Pe- + jolmit ‘dekat’ pejolmit ‘dekatkan’

Prefiks per-

contoh:

per- + dalan ‘jalan’ perdalan ‘cara berjalan’

per- + juma ‘ladang’ perjuma ‘pekerja kebun’

Prefiks mer-

contoh :

mer- + dalan ‘jalan’ merdalan ‘berjalan’

mer- + ukur ‘hati’ merukur ‘baik’

Prefiks se-

contoh :

se- + sambung ‘ember’ sesambung ‘satu ember’

se- + selup ‘liter’ seselup ‘satu liter’

2. Infiks

Infiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu

Infiks

in-Contoh :

-in- + tukak ‘tusuk’ tinukak ‘ ditusuk’

-in- + taka ‘belah’ tinaka ‘dibelah’

Infiks –um

-Contoh :

(25)

3. Sufiks

Sufiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu

Sufiks -en

Contoh :

-en +‘sukut ‘cerita’ sukuten ‘cerita/perkataan’

-en +‘laus ‘pergi’ lausen ‘akan dilewati’

Sufiks –i

Contoh :

-i + palu ‘pukul’ palui ‘pukuli’

-i + sira ‘garam’ sirai ‘garami’

Sufiks –ken

Contoh :

-ken + berre ‘beri’ berreken ‘berikan’

-ken + gampar ‘letak’ gamparken ‘letakkan’

4. Konfiks / simulfiks

simulfiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak Suak Simsim yaitu

Konfiks ke -en

Contoh :

ke -en + bincar ‘terang’ kebincaren ‘cahaya terang’

(26)

2.2.2 Proses Perulangan

Ramlan (1980:63) proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan

satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, Baik dengan variasi fonem

maupun tidak. Hasil pengulangan ini disitu disebut kata ulang, sedangkan satuan

yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk

dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan,

kataulang bolak-balik daribentuk dasar balik.

Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata dalam bahasa

Indonesia, misalnya: sia-sia, alun-alun,mondar-mandir, dalam tinjauan deskriptif

tidak dapat digolongkan kata ulang karena tidak ada satuan yang diulang. Dari

deretan morfologi dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih

kecil dari kata-kata tersebut. Berbeda dengan temu, sekalipun satuan ini tidak

bertemu dalam bentuk temu saja, namun dari deretan morfologi dapat dipastikan

bahwa satuan itu ada. Deretan morfologiknya adalah : pertemuan, penemuan,

bertemu, ketemu, ditemukan, menemukan, mempertemukan, dipertemukan.

Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang, satuan yang diulang itu

disebut bentuk dasar. Sebagian kata ulang dapat lebih mudah ditentukan bentuk

dasarnya, misalnya : rumah-rumah bentuk dasarnya rumah, sakit-sakit bentuk

dasarnya sakit, dua-dua bentuk dasarnya dua.

Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat

digolongkan menjadi empat golongan yaitu (1) pengulangan seluruh ialah

pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi

(27)

bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya. Misalnya: mengambil

menjadi mengambil-ambil, membaca menjadi membaca-baca, (3) perulangan yang

berkombinasi dengan pembubuhan afiks merupakan perulangan yang terjadi

bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung

suatu fungsi, misalnya : kereta-keretaan yang bentuk dasarnya adalah kereta dan

bukan keretaan, dan (4) pengulangan dengan perubahan fonem merupakan kata

ulang yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem. Misalnya : gerak menjadi

gerak-gerik, serba menjadi serba-serbi.

Dengan demikian, reduplikasi dalam bahasa Pakpak dialek Simsim secara

nyata masih hidup dan tetap dipakai pada masyarakat penutur adalah sebagai berikut:

1. pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan

fonem.

contoh :

bapa ‘ayah’ → bapa-bapa ‘bapak-bapak’

kedek ‘kecil’ → kedek-kedek ‘kecil-kecil’

2.Perulangan sebagiaan ialah perulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini

bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.

Bentuk perulangan sebagian

Contoh :

bagak ‘cantik’ → babagak ‘cantik-cantik’

dogok ‘duduk’ → dokdogok ‘duduk-duduk’

gomok ‘gemuk’ → gogomok ‘gemuk-gemuk’

(28)

3. Perulangan yang berkombinasi denganpembubuhan afiks merupakan perulangan

yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks.

a. Reduplikasi dengan prefiks :

Reduplikasi prefiks ini mendapat prefiks pada kata dasarnya.

Contoh :

menangkih ‘memanjat’ → menangkih-nangkih ‘memenjat-manjat’

menurat ‘menulis’ → menurat-nurat ‘menulis-nulis’

b. Reduplikasi dengan infiks :

Reduplikasi ini terjadi dengan mendapat infiks, baik pada kata yang pertama

maupun pada kata yang kedua.

Contoh :

dumurban ‘serentak’ → dumurban-durban ‘serentak-serentak’

tumutung ‘membakar’ → tumutung-tutung ‘membakar-bakar’

c.Reduplikasi dengan sufiks :

Reduplikasi ini mendapat sufiks pada kata dasar.

Contoh :

paluken ‘pukulkan’→palu-paluken ‘pukul-pukulkan’

endeken ‘nyanyikan’→ ende-endeken ‘nyayi-nyanyikan’

d.Reduplikasi dengan konfiks :

Reduplikasi yang terjadi dengan mendapat konfiks pada kata dasar.

Contoh :

mersitukulen ‘saling memukul’ → mersitukulen ‘saling memukul’

(29)

2.2.3 Proses Pemajemukan

Ramlan (1980:76) Gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru.

Misalnya: rumah sakit, meja makan, kepala batu, keras hati. Kata yang terdiri dari

gabungan dua kata sebagai unsurnya merupakan kata majemuk. Disamping itu ada

juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya.

Misalnya: daya tahan, kamar kerja, ruang baca, kolam renang, lempar lembing.

Kata-kata majemuk yang terdiri dari unsur berupa kata dan pokok kata. Unsur

yang berupa pokok kata, misalnya : kolam renang,pasukan tempur, medan tempur,

lomba lari, kamar kerja, jam kerja, masa kerja. Sedangkan unsur yang berupa kata

ialah : kolam, pasukan, medan, lomba, kamar, jam, masa. Sedangkan kata majemuk

yang terdiri dari pokok kata semua misalnya: terima kasih, lomba lari, loba tembak,

lomba masak, lomba nyanyi, jual beli, tanggung jawab, tanya jawab, simpan pinjam

dan sebagainya.

Chaer (2008:209) komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar

( biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan ) untuk mewadahi suatu konsep

yang belum tertampung dalam sebuah kata.

komposisi dapat dibedakan lima macam yaitu sebagai berikut :

1. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat,

sehingga bentuk komposisinya yang koordinatif. Contoh : baca tulis, makan

minum, kaya miskin, ayam itik, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : juma sabah

‘sawah ladang’.

2. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat,

(30)

lontong, sate madura, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : mangan gadong

‘makan ubi’

3. Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah

tentu, sekalipun bebas dari konteks kalimatnya sebagai istilah yang digunakan

dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Contohnya : tolak peluru, angkat besi,

terjun payung. Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : limper mbaling ‘logam

bengkok’

4. Komposisi pembentuk idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang

menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara

leksikal maupun gramatikal. Contoh : memeras keringat’bekerja keras’,

membanting tulang’kerja keras’, menjual gigi’tertawa’ Contoh dalam bahasa

Pakpak yaitu : merdea kessah ‘jual nyawa’

5. Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah wujut

dalam dunia nyata. Contohnya : stasiun gambir, selat sunda, Contoh dalam

(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi adalah ilmu tentang metode atau urain tentang metode. Metode

adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksut (dalam ilmu

pengetahuan). Cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Djajasudarma (1993:1) Metodologi di dalam

penelitian linguistik harus dipertimbangkan dari dua segi, yaitu segi penelitian yang

mencakup pengumpulan data, cara dan teknik serta prosedur yang ditempuh. Segi

lain ialah metode kajian (analisis) yang melibatkan pendekatan (teori) sebagai alat

analisis data penelitian.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar adalah metode yang digunakan dalam hal proses pengumpulan

data, sampai tahap analisa dengan mengaplikasikan pada pokok permasalahan untuk

mendapatkan suatu hasil yang baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.

Usaha untuk mengumpulkan data-data penelitian ini, penulis mengunakan

metode Kualitatif. Subroto (2007:5) metode kualitatif adalah metode pengkajian atau

metode penelitian suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan

prosedur-prosedur satatistik.

Penulis melaksanakan penelitian dengan metode lapangan dan metode

(32)

sejumlah data yang diperlukan dari buku, penelitian-penelitian mengenai bahasa

Pakpak.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Desa Traju, Kecamatan si

Empat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini

merupakan daerah penutur bahasa Pakpak yang masih tetap dipergunakan dalam

kehidupan sehari-hari, dan bahasanya masih sedikit mendapat pengaruh dari bahasa

lain.

3.3Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data dari penelitian ini adalah :

1. Masyarakat penutur asli bahasa itu sendiri yang dijadikan sebagai sumber

informasi dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan.

2. Penelitian kepustakaan yaitu cara mencari sumber dari buku-buku yang ada dan

sesuai dengan judul skripsi.

3.4Instrumen Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, terlebih dahulu mempersiapkan alat

bantu penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat tulis, berupa buku catatan dan pulpen untuk mencatat data-data yang

(33)

2. Alat perekam (tape racorder) yang digunakan untuk membantu merekam

wawancara dengan informan, sehingga mempermudah penulis pada saat

pengolahan data.

3.5Metode Pengumpulan Data

Fase terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data, pengumpulan data

tidak lain dari suatu proses pengadaan data menghasilkan temuan. Pengumpulan data

dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data

yang diperlukan.

Usaha pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu :

1. Metode Observasi

Metode observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke daerah

objek penelitian.

2. Metode Wawancara

Dengan cara mewawancarai informan atau dengan mengajukan pertanyaan

langsung kepada informan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan

lebih lanjut dan terperinci mengenai Morfologi Bahasa Pakpak dialek Simsim.

3. Metode Kepustakaan

Metode ini digunakan untuk mendapatkan keterangan tentang penelitian yang

pernah dilakukan terhadap bahasa-bahasa daerah, mengumpulkan buku-buku yang

(34)

3.6Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara dalam pengolahan data, fakta, atau

fenomena yang sifatnya belum dianalisis. Metode analisis data juga merupakan

proses pengaturan data, kategori dari suatu uraian dasar.

Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian

ini adalah :

1. Menuliskan data yang diperoleh dari lapangan

2. Data yang diperoleh diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

3. Setelah data diterjemahkan, kemudian di klasifikasikan sesuai dengan objek

penelitian

4. Setelah data diklasifikasikan, kemudian dianalisis sesuai dengan kajian yang

diterapkan

(35)

BAB IV

ANALISIS MORFOLOGI BAHASA PAKPAK

DIALEK SIMSIM

4.4

Afiksasi

4.4.1

Prefiks

4.4.1.1

Prefiks meN-

a. Bentuk Prefiks meN-

Berdasarkan hasil analisis, bentuk prefiks meN- dalam bahasa Pakpak dialek

Simsim dapat berubah bentuk menjadi men-, mem-, meng-, dan menge-, sesuai

dengan fonem awal kata dasar yang dapat dilekatinya.

1. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi men-, bila melekat pada kata

dasar yang berfonem awal konsonan / c /, / d /, / j /, / s / dan / t / . jika meN-

melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / s / dan / t /, maka fonem

awal tersebut luluh.

Contoh :

meN- + cekep ‘pegang’ → mencekep ‘memegang’

meN- + deddoh ‘pijak’ → mendeddoh ‘memegang’

meN- + jaka ‘baca’ →menjaka ‘membaca’

meN- + suan ‘tanam’ →menuan ‘menanam’

meN- + tutu ‘tumbuk’ →menutu ‘menumbuk’

2. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi mem-, bila melekat pada kata

dasar yang berfonem awal / b / dan / p /. jika melekat pada kata dasar yang

(36)

dasar yang berawalan konsonan / b /, maka kata dasar tersebut dapat luluh dan

tidak luluh.

Contoh :

meN- + borih ‘cuci’ → memorih/ memborih ‘menyuci’

meN- + belgang ‘rebus’ → memelgang/ membelgang ‘merebus’

meN- + palu ‘pukul’ → memalu ‘memukul’

meN- + pido ‘minta’ → memido ‘meminta’

3. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi meng-, bila melekat pada kata

dasar yang berfonem awal vokal / a /, / e /, / i /, / o /, / u / , dan berfonem awal

konsonan / g /, / k /. Namun jika melekat pada kata dasar berfonem awal konsonan

/ k /, maka fonem awal kata dasar tersebut terkadang mengalami peluluhan.

Contoh :

meN- + abing ‘gendong’ → mengabing ‘menggendong’

meN- + etong ‘jumlah’ → mengetong ‘menjumlah’

meN- + idah ‘lihat’ → mengidah ‘melihat’

meN- + onjor ‘dorong’ → mengonjor‘mendorong’

meN- + uak ‘kopek’ → menguak ‘mengopek’

meN- + gettuk ‘cubit’ → menggettuk ‘mencubit’

meN- + koling ‘kupas’ → mengoling/ pengkoling ‘mengkupas’

4. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi menge-, bila melekat pada

kata dasar yang berfonem awal / l / dan / r /.

Contoh :

(37)

meN- + roroh’sayur’ → mengeroroh ‘menyayur’

meN- + ribak ‘sobek’ → mengeribak ‘menyobek’

b. Distribusi Prefiks

meN-Distribusi prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata nomina, verba dan

adjektiva.

1. prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata nomina

Contoh :

meN- + pakkur ‘cangkul’ → memakkur ‘mencangkul’

meN- + roroh ‘sayur’ → mengeroroh ‘menyayur’

meN- + labang ‘paku’ → mengelabang ‘memaku’

2. prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata verba.

Contoh :

meN- + kerpi ‘peluk’ → mengkerpi ‘memeluk’

meN- + kurak ‘korek’ → mengurak ‘mengorek’

meN- + deddoh ‘pijak’ → mendeddoh ‘memijak’

3. prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

meN- + bettoh ‘tahu’ → memettoh/ membettoh ‘mengetahui’

meN- + pustak ‘pecah’ → memustak ‘memecah’

c. Fungsi prefiks meN-

(38)

1. Jika prefiks meN- melekat pada kelas kata nomina, maka meN- berfungsi

membentuk kelas kata verba.

contoh :

meN- + pakkur ‘cangkul’ → memakkur ‘mencangkul’

meN- + roroh ‘sayur’ →mengeroroh ‘menyayur’

meN- + labang ‘paku’ → mengelabang ‘memaku’

2. Jika prefiks meN- melekat pada kelas kata verba, maka meN- tidak berfungsi

mengubah kelas kata.

Contoh :

meN- + tanem ‘tanam’ → menanem ‘menanam’

meN- + abing ‘gendong’ → mengabing ‘menggendong’

meN- + tilik ‘lihat’ → menilik ‘melihat’

3. Jika prefiks meN- melekat pada kelas kata adjektiva, maka meN- berfungsi

membentuk kelas kata verba.

Contoh :

meN- + bettoh ‘tahu’ → memettoh/ membettoh ‘mengetahui’

meN- + pustak ‘pecah’ → memustak ‘memecah’

d. Nosi Prefiks meN-

Nosi yang ditimbulkan prefiks meN- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pekerjaan dengan alat apa yang tertulis pada kata dasar.

meN- + kail ‘pancing’ → mengkail/ mengkoling ‘memancing’

(39)

Contoh :

meN- + deddoh ‘pijak’ → mendeddoh ‘memijak’

meN- + perso ‘bohong’ → memerso ‘berbohong’

2. Prefiks mer-

a. Bentuk Prefiks mer-

Prefiks mer- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan

bentuk, baik melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal maupun konsonan.

Contoh :

mer- + epen ‘gigi’ → merepen ‘bergigi’

mer- + ugah ‘luka’ → merugah ‘berluka’

mer- + asar ‘sarang → merasar ‘bersarang’

mer- + beltok ‘perut’ → merbeltok ‘berperut’

mer- + cember ‘asap’ → mercember ‘berasap’

mer- + uit ‘ekor’ → meruit ‘berekor’

b. Distribusi prefiks mer-

Distribusi prefiks mer- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat

pada kelas kata nomina, verba, adjektiva dan numeral.

1. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata nomina

contoh :

mer- + naruh ‘telur’ → mernaruh ‘bertelur’

mer- + sapo ‘rumah’ → mersapo ‘berumah’

(40)

mer- + epen ‘gigi’ → merepen ‘bergigi’

2. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata verba.

Contoh :

mer- + langi ‘renang’ → merlangi ‘berenang’

mer- + dakan ‘masak’ → merdakan ‘memasak’

mer- + tenju ‘tinju’ → mertenju ‘bertinju’

3. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

mer- + lolo ‘senang’ → merlolo ‘keadaan senang’

mer- + kelsoh ‘sedih’ → merkelsoh ‘keadaan sedih’

4. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata numeral

contoh :

mer- + sada ‘satu’ → mersada ‘bersatu’

c. fungsi prefiks mer-

Fungsi prefiks mer- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim adalah :

1. Jika mer- melekat pada kelas kata nomina, maka mer- berfungsi membentuk kelas

kata verba dan adjektiva.

Contoh :

mer- + oles ‘baju’ → meroles ‘berbaju’ (V)

mer- + gusting ‘gunting’ → mergusting ‘bergunting’ (V)

mer- + coping‘kuping’ → mercoping ‘berkuping’ (Adj)

mer- + daroh ‘darah’ → merdaroh ‘berdarah’ (Adj)

(41)

mer- + borih ‘cuci’ → merborih ‘menyuci’

mer- + kerpi ‘peluk’ → merkerpi ‘berpeluk’

3. Jika mer- melekat pada adjektiva, maka mer- tidak berfungsi merubah kelas kata.

Contoh :

mer- + lolo ‘senang’ → merlolo ‘keadaan senang’

mer- + kelsoh ‘sedih’ → merkelsoh ‘keadaan sedih’

4. Jika mer- melekat pada numeralia, maka mer- berfungsi membentuk kelas kata

verba.

Contoh :

mer- + sada ‘satu’ → mersada ‘menjadi satu’

d. Nosi prefiks mer-

Nosi yang ditimbulkan prefiks mer- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim adalah :

1. Mempunyai/ memiliki apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + babah ‘mulut ‘ → merbabah ‘mempunyai mulut’

mer- + coping ‘kuping’ → mercoping ‘mempunyai kuping’

mer- + takal ‘kepala’ → mertakal ‘mempunyai kepala’

2. Menjadi apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + sada ‘satu’ → mersada ‘menjadi satu’

mer- + tinencut ‘tumpuk’ → mertinencut ‘menjadi bertumpuk’

3. Memakai apa yang tertulis pada kata dasar

(42)

mer- +sepeda ‘sepeda’ → mersepeda ‘memakai sepeda’

mer- +tangkuluk ‘topi’ → mertangkuluk ‘memakai rtopi’

mer- + bura ‘kalung’ → merbura ‘memakai kalung’

4. Memelihara apa yang tertulis pada kata dasar

Contoh :

mer- + didi ‘entok’ → merdidi ‘memelihara entok’

mer- + kerbo ‘kerbau’ → merkerbo ‘memelihara kerbau’

mer- + manuk ‘ayam’ → mermanuk ‘memelihara ayam’

5. Mengusahai apa yang tertulis pada kata dasar

Contoh :

mer- + sabah ‘sawah’ → mersabah ‘mengusahai sawah’

mer- + juma ‘ladang’ → merjuma ‘mengusahai ladang’

mer- + kedde ‘kedai’ → merkedde ‘mengusahai kedai'

6. Memperoleh / menghasilkan apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + anak ‘anak’ → meranak ‘memperoleh anak’

mer- + naruh ‘telur’ → mernaruh ‘mengeluarkan telur’

mer- + duruh ‘getah’ → merduruh ‘memperoleh getah’

7. Berada dalam keadaan seperti apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + lungun ate ‘sedih’ → merlungun ate ‘keadaan sedih’

mer- + lolo ate ‘gembira’ → merlolo ate ‘keadaaan gembira’

(43)

mer- + sori ‘sisir’ → mersori ‘bersisir’

mer- + cukkur ‘cukur’ → mercukkur ‘bercukur’

9. meyatakan memanggil, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + inang ‘ibu’ → merinang ‘memanggil ibu’

mer- + empung ‘nenek’ → merempung ‘memanggil nenek’

10. Menyatakan bermain dengan apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + bola ‘bola’ → merbola ‘bermain bola’

mer- + pukkul ‘guli’ → merpukkul ‘bermaain guli’

11. Melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + dalan ‘jalan’ → merdalan ‘berjalan’

mer- + dedah ‘jaga’ → merdedah ‘berjaga’

mer- + tenju ‘tinju’ → mertenju ‘bertinju’

mer- + rakep ‘peluk’ → merrakep ‘berpeluk’

3. Prefiks peN-

a. Bentuk prefiks peN-

Bentuk prefiks peN- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi pen-, bila melekat pada kata

(44)

melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / s / dan / t /, maka

fonem awal kata dasar tersebut luluh.

contoh :

peN- + cekep ‘pegang’ → pencekep ‘cara memegang’

peN- + deddoh ‘pijak’ → pendeddoh ‘cara memijak’

peN- + jaka ‘baca’ → penjaka ‘cara membaca’

peN- + sintak ‘tarik’ → penintak ‘cara menarik’

peN- + tutung ‘bakar’ → penutung ‘cara membakar’

2. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi pem-, bila melekat pada kata

dasar yang berfonem awal / b / dan / p /. jika melekat pada kata dasar yang

berawalan konsonan / p /, maka terjadi peluluhan, tetapi jika melekat pada kata

dasar yang berawalan konsonan / b /, maka kata dasar tersebut dapat luluh dan

tidak luluh.

Contoh :

peN- + borih ‘cuci’ → pemorih / pemborih ‘penyuci’

peN- + bekkuk ‘bengkok’ → pemekkuk/ pembekkuk ‘pembengkok’

peN- + palkok ‘pukul’ → pemalkoh ‘peemukul’

peN- + pido ‘minta’ → pemido ‘cara meminta’

3. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi peng-, bila melekat pada

kata dasar yang berfonem awal vokal / a /, / e /, / i /, / o /, / u / dan konsonan / g

/, dan / k /. Namun jika melekat pada kata dasar yang berawalan konsonan / k /,

maka fonem awal kata dasar tersebut dapat luluh dan tidak luluh.

(45)

peN- + eket ‘ikat’ → pengeket ‘alat mengikat’

peN- + idah ‘lihat’ → pengidah ‘cara menglihat’

peN- + okal ‘korek’ → pengokal ‘cara mengorek’

peN- + uak ‘kopek’ → penguak ‘cara mengkopek’

peN- + garu ‘kacu’ → penggaru ‘cara mengacu’

peN- + kail ‘pancing’ → pengail/ pengkail ‘gemar memancing’

4. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi penge-, bila melekat pada

kata dasar yang berfonem awal konsonan / l / dan / r /.

Contoh :

peN- + lanja‘pikul’ → pengelanja ‘pemikul’

peN- + labang ‘paku’ → pengelabang ‘cara memaku’

peN- + rana ’bicara’ → pengerana ‘cara bicara’

peN- + ribak ‘sobek’ →pengeribak ‘cara menyobek’

b. Distribusi prefiks peN-

Distribusi prefiks PeN- dapat melekat pada kelas kata nomina, verba dan

adjektiva.

1. prefiks peN- dapat melekat pada kelas kata nomina

Contoh :

peN- + kail ‘pancing’ → pengkail/ pengkail ‘gemar memancing’

peN- + pakkur ‘cangkul’ → pemakkur ‘cara mencangkul’

peN- + roroh ‘sayur’ → pengeroroh ‘cara menyayur’

peN- + jaka ‘baca’ → penjaka‘cara membaca’

2. prefiks peN- dapat melekat pada kelas kata verba.

(46)

peN- + cekep ‘pegang’ → pencekep ‘cara memegang’

peN- + jemak ‘pegang’ → penjemak ‘cara memegang’

3. prefiks peN- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

peN- + postep ‘putus’ → pemostep ‘pemutus’

peN- + bekkuk ‘bengkok’ → pemekkuk/ pebekkuk ‘bengkokkan’

c. fungsi prefiks peN-

Fungsi prefiks peN- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim adalah sebagai

berikut :

1. Jika prefiks peN- melekat pada kelas kata nomina, maka peN- berfungsi

membentuk kelas kata adjektiva.

Contoh :

peN- + kail ‘pancing’ → pengkail/ pengail ‘gemar memancing’

peN- + eket ‘tali’ → pengeket ‘cara mengikat’

2. Jika prefiks peN- melekat pada kelas kata verba, maka peN- berfungsi membentuk

kelas kata nomina dan adjektiva.

Contoh :

peN- + cekep ‘pegang → pencekep ‘cara memegang’(Adj)

peN- + galar ‘bayar’ → penggalar ‘alat membayar’(N)

peN- + kurak ‘korek’ → pengurak ‘pengorek’(N)

3. Jika prefiks peN- melekat pada kelas kata adjektiva, maka peN- berfungsi

membentuk nomina.

(47)

peN- + bekkuk ‘bengkok’ → pemekkuk/ pebekkuk ‘alat membengkok’

d. Nosi prefiks peN-

Nosi yang ditimbulkan prefiks peN- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim

adalah sebagai berikut :

1. menyatakan cara, sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

peN- + ardang ‘tanam’ → pengardang ‘cara mengardang’

peN- + ido ‘minta → pemido ‘cara meminta’

peN- + jemak ‘pegang’ → penjemak ‘cara memegang’

2. menyatakan orang yang melakukan dan gemar dengan apa yang tertulis pada kata

dasar.

contoh :

peN- + gidik ‘gelitik’ → penggidik ‘gemar menggelitik’

peN- + kail ‘pancing’ → pengkail/ pengail ‘gemar memancing’

3. menyatakan alat apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

peN- + galar ‘bayar’ → penggalar ‘alat membayar’

peN- + kurak ‘korek’ → pengurak ‘pengorek’

4. Prefiks per-

a. Bentuk Prefiks per-

Prefiks per- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan

bentuk baik melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal maupun konsonan.

(48)

per- + dogok ‘duduk → perdogok ‘cara duduk’

per- + kiam ‘lari’ → perkiam ‘cara lari’

per- + idah ‘lihat’ → peridah ‘saling melihat’

per- +onan ‘pasar’ → peronan ‘tukang jualan’

per- + eket ‘ikat’ → pereket ‘tukang tali’

b. Distribusi prefiks per-

Distribusi prefiks per- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat

pada kelas kata nomina, verba, adjektiva dan numeralia.

1. prefiks per- dapat melekat pada kelas kata nomina

contoh :

per- + kerbo ‘kerbau’ → perkerbo ‘pemilik kerbau’

per- + gambir ‘gambir’ → pergambir ‘tukang gambir’

per- + kambing ‘kambing’ → perkambing ‘tukang kambing’

2. prefiks per- dapat melekat pada kelas kata verba.

Contoh :

per- + keke ‘bangkit’ → perkeke ‘cara bangkit’

per- + meddem ‘tidur’ → permeddem ‘cara tidur’

per- + menum ‘minum’ → permenum‘tukang minum’

3. prefiks per- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

per- + mbalang ‘hilang → permbalang ‘cara hilang’

per- + mate ‘meninggal’ → permate ‘cara meninggal’

per- + ceda ‘rusak’ → perceda ‘penyebab rusak’

(49)

per- + ituk ‘sedikit → perituk ‘buat sedikit’

c. fungsi prefiks per-

1. Jika prefiks per- melekat pada kelas kata nomina dan verba, maka prefiks

per-berfungsi membentuk kelas kata adjektiva.

Contoh :

per- + gambir ‘gambir(N) → pergambir ‘tukang gambir’

per- + kopi ‘kopi’(N) → perkopi ‘tukang kopi’

per- + kundul ‘duduk(V) → perkundul ‘cara duduk’

per- + lojang ‘lari’ (V) → perlojang ‘cara lari’

2. Jika prefiks per- melekat pada kelas kata adjektiva, maka prefiks per-tidak

berfungsi merubah kelas kata.

per- + mbalang ‘hilang → permbalang ‘penyebab hilang’

per- + mbeluk ‘bengkok → permbekkok ‘penyebab bengkok’

3. Jika prefiks per- melekat pada kelas kata numeral, maka prefiks per-tidak

berfungsi merubah kelas kata.

Contoh :

per- + sada ‘satu’ → persada ‘satukan’

per- + ituk ‘sedikit → perituk ‘sedikitkan’

d.

Nosi prefiks per-

Nosi yang ditimbulkan prefiks per- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim adalah :

1. menyatakan pekerjaaan yang biasa dilakukan, sesuai dengan apa yang tertulis

pada kata dasar.

(50)

per- + jodi ‘judi’ →perjodi ‘yang biasa berjudi’

per- + buru ‘buru’ → perburu ‘yang biasa berburu’

per- + akkal ‘bohong’ → perakkal ‘yang biasa berbohong’

2. menyatakan cara/ penyebab apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

per- + lojang ‘lari → perlojang ‘cara lari’

per- + meddem ‘tidur’ → permeddem ‘cara tidur’

per- + mbalang ‘hilang’ → permbalang ‘penyebab hilang’

per- + ndabuh ‘jatuh’ → perndabuh ‘penyebab jatuh

3. menyatakan tempat/ asal, sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

per- + sidikalang ‘daerah sidikalang’→ persidikalang ‘orang yang berasal dari Sidikalang’

per- + medan ‘medan’ → perjuma ‘orang yang tinggal di Medan’

4. menyatakan keadaan sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

per- + magin ‘sakit’ → permagin ‘keadaan sakit’

per- + pelm ‘bengkak’ → perpelm ‘keadaan bengkak’

5. menyatakan suatu alat yang dipakai sesuai dengan apa yang tertulis pada kata

dasar.

Contoh :

per- + bentir ‘lempar’ → perbentir ‘alat untuk melempar

per- + jukjuk’ jolok’ → perjukjuk ‘alat untuk melempar’

(51)

per- + biar ‘takut’ → perbiar ‘mempunyai sifat penakut’

per- + kelleng ‘sayang’ → perkelleng ‘mempunyai sifat sayang’

7. menyatakan sering/ mudah sakit, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

per- + magin ‘sakit’ → permagin ‘mudah sakit’

per- + mengget ‘pening’ → permengget ‘mudah pening’

5. Prefiks ter-

a. Bentuk prefiks ter-

Prefiks ter- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan

bentuk, baik melekat pada kata dasar berfonem awal vokal dan konsonan.

Contoh :

ter- + anggoh ‘cium’ → teranggoh ‘tercium’

ter- + eket ‘tali’ → tereket ‘tertali’

ter- + deddoh ‘pijak’ → terdeddoh ‘terpijak’

ter- + jomur ‘jemur’ → terjomur ‘terjemur’

b. Distribusi prefiks ter-

Distribusi prefiks ter- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat

pada kelas kata nomina, verba, adjektiva dan numeralia.

1. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata nomina

contoh :

ter- + tulan ‘tulang’ → tertulan ‘terkenak tulang’

ter- + api ‘api’ → terapi ‘terkena api’

2. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata verba.

contoh :

(52)

ter- + borih ‘cuci’ → terborih ‘tercuci’

3. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

ter- + lekkuk ‘bengkok’ → terbekkuk ‘terbengkok’

ter- + pustak ‘pecah’ → terpustak ‘terpecah’

4. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata numeralia.

Contoh :

ter- + dua ‘dua’ → terdua ‘masing-masing dua’

ter- +tellu ‘tellu’ → tertellu ‘massing-masing tiga’

c.

Fungsi prefiks ter-

1. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata nomina, maka prefiks ter- berfungsi

membentuk kelas kata verba.

Contoh :

ter- + lae‘air’ → terlae ‘terkena air’

ter- + gusting ‘gunting’ → tergusting ‘terkena gunting’

2. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata verba, maka Prefiks ter- berfungsi

membentuk kelas kata adjektiva.

Contoh :

ter- + anggoh ‘cium’ → teranggoh ‘tercium’

ter- + ribak ‘sobek’ → teribak ‘tersobek’

3. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata adjektiva, maka Prefiks ter-tidak

(53)

ter- + akap ‘rasa’ → terakap ‘terasa’

ter- + lekkuk ‘bengkok’ → terlekkuk ‘terbengkok’

4. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata numeral, maka Prefiks ter- berfungsi

membentuk kelas kata adjektiva.

Contoh :

ter- + dua ‘dua’ → terdua ‘masing-masing dua’

ter- + tellu ‘tiga’ → tertellu ‘masing-masing tiga’

d.

Nosi prefiks ter-

Nosi yang ditimbulkan prefiks ter- adalah :

1. Mengatakan tidak sengaja, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

ter- + enum ‘minum’ → terenum ‘tidak sengaja diminum’

ter- + deddoh ‘pijak’ → terdeddoh ‘tidak sengaja dipijak’

2. Mengatakan sampai ke, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

ter- + tulan ‘tulang’ → tertulan ‘sampai ke tulang’

ter- + pusuh ‘hati’ → terpusuh ‘sampai ke hati’

3. Mengatakan mengeluarkan sesuatu, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

ter- + eluh ‘air mata’ → tereluh ‘mengeluarkan air

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembiayaan bank syariah, selama para pihak melakukan suatu perbuatan hukum untuk melakukan perjanjian pembiayaan di bawah tangan sesuai dengan syarat sahnya

Setelah membaca, siswa dapat mengidentifikasi pemanfaatan tanah dan atau batuan dalam membuat karya kerajinan (misalnya dari tanah liat atau pasir warna) dengan benar..

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP EVALUASI pada MATAKULIAH EVALUASI PROSES dan HASIL BELAJAR KIMIA di Program

Memberikan penguatan atas apa yang dikemukakan oleh peserta didik dan mengaitkannya dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai4. Sebelum masuk pada inti

Perlu kami informasikan bahwa Panitia tidak menanggung biaya perjalanan pulang-pergi peserta, konsumsi disediakan bagi 1 (satu) orang peserta selama kegiatan

Model manajemen pelatihan IPA terpadu hasil pengembangan ini memiliki nilai keefektifan sebagai berikut: (1) terbukti dapat meningkatkan kemampuan kompetensi profesional IPA

Hadits pertama menjelaskan tentang prinsip-prinsip dalam keimanan. Hadits tersebut menjelaskan bahwa iman terdiri atas tiga unsur yakni diyakini dengan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mekanisme koping pasien post operasi open prostatectomy pada kelompok eksperimen setelah diberikan dzikir sebagian