KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS DI SUNGAI BRANTAS MALANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR KEANEKARAGAMAN
HAYATI SMA KELAS X
SKRIPSI
Disusun Oleh :
YUNITA ANDRIANINGSIH NIM: 201110070311063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS DI SUNGAI BRANTAS MALANG SEBAGAI SUMBER BELAJAR KEANEKARAGAMAN
HAYATI SMA KELAS X
Oleh :
YUNITA ANDRIANINGSIH NIM: 201110070311063
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Sesungguhnya sangat menakjubkan perkara-perkara orang mukmin karena semua keadaannya adalah baik baginya. Dan yang demikian itu tidak mungkin terjadi bagi seseorang kecuali mukmin. Jika dia mendapat nikmat, dia bersyukur,
dan ini adalah terbaik baginya, dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, dan ini adalah terbaik baginya.”
(Tafsir terjemahan Hadis Riwayat Muslim)
...Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya... ( Tafsir Al-Qur’an surat
Al-Baqoroh: 286)
Kupersembahkan karya yang telah kuperjuangkan dengan kerja keras, kesabaran, keuletan, dan tetes air mata ini untuk :
Ibunda Warsiasih dan Almarhum Ayahanda Kusnanto Terimakasih atas segala doa dan nasehatnya
Para sahabat dan orang-orang terkasih serta teman-teman dengan tidak mengurangi apresiasi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Terimakasih untuk semua hal selama ini
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keanekaragaman makrozoobenthos di sungai Brantas Malang sebagai Sumber Belajar Keanekaragaman Hayati SMA Kelas X” sebagai salah satu syarat kelulusan di Program Studi Pendidikan Fakultasa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Penulusan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua, Bapak Kusnanto (Alm) dan Ibu Warsiasih.
2. Dosen pembimbing skripsi, Bapak Dr. M. Agus Krisno Budianto, M.Kes selaku pembimbing utama dan bapak Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes
3. Dosen penguji, Dra. Lise Chamisijatin, M.Pd dan Dra. Siti Zaenab, M.Kes. 4. Segenap Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang. 5. Teman-teman Biologi B angkatan 2011.
6. Staff dan karyawan Laboratorium Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang
7. Staff dan karyawan Perum Jasa Tirta I
8. Teman-teman yang telah membantu dalam proses pengambilan sampel di lokasi penelitian.
vii
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis,
viii DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRAC ... x
Daftar Isi... xii
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Gambar ... xv
Daftar Lampiran ... xvi
BAB I Pendahuluan ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Batasan Penelitian ... 9
1.6 Definisi Istilah ... 10
BAB II Tinjauan Pustaka ... 11
2.1 Struktur Komunitas Biota Sungai ... 11
2.2 Makrozoobenthos ... 15
2.3 Sungai Sebagai Habitat ... 21
2.4 Sifat Fisika dan Kimia Air Sungai ... 23
2.5 Aliran Sungai Brantas Kota Malang ... 30
ix
2.7 Sumber Belajar ... 35
2.8 Kerangka Konseptual... 45
BAB III Metode Penelitian ... 47
3.1 Jenis Penelitian ... 47
3.2 Waktu Penelitian ... 47
3.3 Populasi dan Sampel ... 47
3.4 Alat dan Bahan serta Instrumen Penelitian ... 48
3.5 Pengumpulan Data ... 53
3.6 Teknik Analisis Data ... 63
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 64
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 64
4.2 Pembahasan ... 91
BAB V Penutup ... 93
5.1 Kesimpulan ... 93
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kelompok Makrozoobenthos Berdasarkan Tipe Cara Makan ... 18 2.2 Kelompok Benthos Berdasarkan Derajat Toleransinya Terhadap
Pencemaran ... 20 2.3 Struktur komunitas Makrozoobenthos berdasarkan kondisi perairan .. 22 3.1 Jumlah Titik Pengambilan Sampel Air Sungai Berdasarkan
Klasifikasi ... 62 3.2 Pengukuran Faktor Fisika-Kimia Air ... 64 2.1 Spesies Makrozoobenthos pada Semua Stasiun di Sepanjang Aliran
Sungai Brantas Malang ... 67 4.1 Jumlah Spesies Makrozoobenthos pada Semua Stasiun di Sepanjang
Aliran Sungai Brantas Malang ... 68 4.2 Hasil Perhitungan Kelimpahan Relatid Makrozoobenthos yang
Ditemukan pada Stasiun I, Stasiun II, Stasiun III, dan Stasiun IV di
[image:11.595.124.500.283.528.2]xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kelompok Makrozoobentos Berdasarkan Kepekaan Terhadap
Pencemaran ... 19
2.2 Bagan Kerangka Konseptual Penelitian ... 46
4.1 Lymnea auricularia L ... 67
4.2 Sulcospira testudinaria V ... 67
4.3 Tarebia granivera L ... 68
4.4 Sulcospira kawaluensis ... 69
4.5 Lymnaea rubiginosa M ... 69
4.6 Melanoide tuberculata M ... 70
4.7 Clea helena M ... 71
4.8 Limnodrilus hoffmeisteri C ... 71
4.9 Parathelphusa convexa A ... 72
4.10 Cheumatopsyche sp ... 73
4.11 Erphobdella lineata M ... 73
4.12 Pleurocera catenaria S ... 74
4.15 Diagram Batang Indeks Kemerataan Makrozoobenthos Sungai yang ditemukan pada Stasiun I, Stasiun II, Stasiun III, dan Stasiun IV di Aliran Sungai Brantas Malang ... 75
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar pengamatan Makrozoobenthos sungai yang ditemukan 2. Lembar pengamatan faktor fisika-kimia sungai
3. Peta daerah penelitian 1 yaitu Stasiun I (di daerah aliran Sungai Brantas sebelum melewati kawasan industri Kotamadya Malang (Kelurahan Klojen))
4. Peta daerah penelitian 2 yaitu Stasiun II (di daerah aliran Sungai Brantas tepat melewati kawasan industri Kotamadya Malang (Kelurahan
Ciptomulyo))
5. Peta daerah penelitian 3 yaitu Stasiun III (di daerah aliran Sungai Brantas setelah melewati kawasan industri Kotamadya Malang (Kelurahan Gadang))
6. Peta daerah penelitian 4 yaitu Stasiun IV (di daerah aliran Sungai Brantas di luar Kotamadya Malang (Kelurahan Kendalpayak))
7. Data perhitungan indeks keanekaragaman jenis, kemerataan, dan kelimpahan relatif pada setiap stasiun
8. Silabus mata pelajaran biologi
9. Silabus modifikasi mata pelajaran biologi 10. Jurnal penelitian
11. Lembar hasil pengamatan faktor fisika-kimia sungai 12. Dokumentasi penelitian
13. Sertifikat uji kualitas air Perum Jasa Tirta
DAFTAR PUSTAKA
Andriana, Wilda. 2008. Keterkaitan Struktur Komunitas Makrozoobentos sebagai Indikator Keberadaan Bahan Organik di Perairan Hulu Sungai Cisadane Bogor. Jawa Barat: IPB Bogor.
Anonimous. 2011. Air Sungai Tak Layak Untuk Mandi (Online). www. Indii.co.id/uploud_file/2011. Diakses tanggal 2 Januari 2015.
APHA. 1989. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater.. American Water Works Association (AWWA) and Water Pollution Control Federation (WPCF) 17 ed. Washington: American Public Health Association (APHA).
Badan Pengembangan Akademik Universitas Islam Indonesia. 2009. Panduan Pembuatan Bahan Ajar (Diktat, Modul, Hand out). Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Barnes R. S. K. & Mann, K. H. 1980. Fundamentals of Aquatic Ecosystem. London: Sciebtific Publication Oxford.
Barnes, R. S. K. 1999. Estuarine Biology the Institue of Biologi’s Studies in Biology. Edward Arnold (Publisher). London.
Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi tentang Ekosistem Air Daratan. Program Studi Biologi USU FMIPA. Medan.
Darsono, Valentinus. 1995. Pengantar Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Ditjend Menejemen Dikdasmen, Direktorat Bina SMA.
Dwijayanti, Y. 2012. Pengembangan Bahan Ajar untuk Meningkatkan Konsep Kinematika di Kelas X SMA. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: FMIPA Universitas Negeri Medan.
Edmoson, W. T. 1962. Fresh Water Biology. New York. Hlm 521-536.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisus.
Fachrul, M. F. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Handayani, S. T., Suharto, B., Marsoedi. 2001. Penentuan Status Kualitas Perairan Sungai Brantas Hulu Dengan Biomonitoring Makrozoobentos: Tinjauan Dari Pencemaran Bahan Organik. Jurnal. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.
Hawkes. 1978. Invertebrates as Indicators of River Water Quality in James, A and L. Evison (Ed).
Husammah. 2014. Ekologi Hewan (Pengayaan Ekologi Collembola Tanah di DAS Brantas Hulu Kota Batu. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Biologi Pascasarjan Universitas Negeri Malang.
Hutabarat, Sahala dan Evans. 2000. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia. 2010. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2010 (Online). www.menlh.go.id/DATA/SLHI_2010.PDF. Diakses tanggal 12 Februari 2015.
Kementrian Lingkungan Hidup Indonesia. 2012. Status Lingkungan Hidup Indonesia 2012 (Online). www.menlh.go.id/SLHI_2012.PDF. Diakses tanggal 12 Februari 2015.
Kreb, C. J. 1972. Ecology (The Experimental Analysis of Distribution and Abudance). New York: Harper & Row Publisher.
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset.
Lind, O.T. 1979. Handbook of Common Methods in Limnology. Dubuque: Kendall/Hunt Publishing Company.
Mason. 1993. Biologi of Freshwater Pollution. Second Edition. New York: Logman Scientific and Technical.
Naybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Penerjemah Eidman, D. Y., Bengen dan Koesbiono. Jakarta: Gramedia.
Notji, A. 2002. Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Odum, E. P. 1992. Dasar- dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gajah Mada University Press. 712 hal.
Odum, Eugene P. 1994. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Penerjemah Tjahyono Samingan. Yogyakarta: UGM Press.
Oktarina, A. 2011. Komunitas Makrozoobentos di Sungai Batang Anai Sumatera Barat. Skripsi tidak diterbitkan. Padang: FMIPA Universitas Andalas.
Pakpahan C. S. P., Efrizal T, dan Zen L. W. 2011. Indeks Biodiversity Komunitas Makrozoobenthos Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Pulau Dompak. Jurnal Aquatic. Maritime Raja Ali Haji University. FIKP.
Payne, A. I. 1986. The Ecology of Tropical Lakes and Rivers. John Wiley & Sons. New York. Hlm. 75-79, 90-91.
Pemerintah Kota Malang. 2010. Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (ILPPD) Kota Malang tahun 2010 (Online). www.pemerintah.malangkota.go.id/illpd_2010.PDF. Diakses tanggal 14 Februari 2015.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur. 2008. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Di Provinsi Jawa Timur. Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim/2001
Pengendalian Pencemaran Air Di Provinsi Jawa Timur. Dok. Informasi Hukum - JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim/2008
Pennak, R. W. 1978. Freshwater Invertebrates of the United States second ed. John Wiley and Sons Inc. New York.
Rachmawati, I. 2013. Inventarisasi Keanekaragaman Makrozoobenthos di Daerah Aliran Sungai Brantas Kecamatan Ngoro Mojokerto sebagai Sumber Belajar Biologi SMA Kelas X. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FKIP UMM.
Romimohtarto, K dan Juwana, S. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.
Supriharjono. 2000. Pelestarian dan Pengelolahan Sumber Daya Alam Wilayah Tropis. Jakarta: Gramedia.
Susanto, P. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suwondo, Febrita E, Dessy, Almunari, M. 1978. Kualitas Biologi Perairan Sungai Sanepalan, sago dan Sail di Kota Pekan Baru berdasarkan Bioindikator Plankton dan benthos. Jurnal BIOGENESIS. Vol.1(1): 15-20. FKIP Biologi. Universitas Riau.
Wijayanti, Henni. 2007. Kajian Kualitas Perairan Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobentos. Semarang: Universitas diponegoro.
Winarni, N.L. 2005. Analisa Sederhana dalam Ekologi Hidupan Liar. Makalah disajikan pada Penelitian Survei Biodiversitas, Way Canguk, 2005. Wright, J. B. 1984. Oseanography:Unit 10 The Benthic System. The Open
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,
flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak
hanya sebagai zat makan untuk memenuhi hidup namun juga untuk kepentingan
lainnya. Menurut Odum (1994), karena air mempunyai peran yang sangat penting
bagi kehidupan dan merupakan bagian terbesar yang menyusun protoplasma, oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa semua kehidupan adalah akuatik. Penyediaan air
untuk kehidupan di bumi mengikuti siklus hidrologi secara terus menerus dan
secara alami. Melalui siklus ini, suplai air yang tersedia bagi mahkluk hidup dapat
diperoleh dari dua sumber, yaitu air permukaan dan air tanah. Sungai merupakan
salah satu contoh dari air permukaan.
Lingkungan sugai beserta daerah aliran sungainya sejak dahulu telah
mengalami tekanan karena pertumbuhan ekonomi dan merupakan pusat
berkembangnya peradaban masyarakat. Meningkatnya jumlah penduduk dengan
kegiatannya yang semakin meningkat, telah melampaui daya dukung lingkungan,
sehingga berdampak langsung terhadap kerusakan pada aspek biofisik maupun
kualitas air. Menurut Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (2010) gejala
kerusakan lingkungan telah nampak pada sebagian besar sungai, termasuk sungai
besar (11 sungai prioritas) di Indonesia yang salah satunya adalah sungai brantas.
Menurut Laporan Status Lingkungan Hidup Indonesia (2010) di Indonesia
2
berperan secara hidrologis, juga berperan dalam memelihara potensi
keanekaragaman hayati, nilai ekonomi, budidaya, transportasi, pariwisata dan
lain-lain. Semua fungsi-fungsi tersebut akan dapat dipenuhi dengan baik apabila kondisi
kuantitas dan kualitas air memenuhi persyaratan kebutuhan. Saat ini kondisi
kuantitas (debit) sebagian sungai sangat fluktuatif antara musim kemarau dan hujan,
banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Selain itu kualitas
air pada sebagian besar sungai juga sudah mengalami pencemaran akibat tekanan
beban pencemaran dari berbagai sumber. Menurut Laporan Status Lingkungan
Hidup Indonesia (2012) kualitas air di Indonesia cenderung menurun walaupun laju
pencemarannya cenderung berkurang. Penyebab penurunan kuantitas dan kualitas
air sungai antara lain erosi di lahan kritis, limbah domestik, pertanian, perdagangan,
rumah sakit, industri dan sebagainya. Penurunan kuantitas dan kualitas air sungai
selain disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi, juga
disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat serta kurang efektifnya upaya
yang selama ini sudah berjalan.
Kualitas air sungai di Kota Malang memperlihatkan kondisi yang
mengkhawatirkan, salah satunya sungai coban badek yang merupakan cabang dari
sungai Brantas yang berada di Kota Malang. Hasil penelitian Badan Lingkungan
Hidup Kota Malang menunjukkan kualitas air sungai ini masuk dalam golongan
kelas tiga (Wasana Putri 2012 dalam redaksi koran sindo, 2011). Menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air, kualitas air golongan kelas tiga termasuk golongan
3
usaha pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanian, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Penurunan kenanekaragaman jenis makhluk hidup mempengaruhi kekayaan
sumber daya alam atau SDA yang ada. Berubahnya kualitas suatu perairan dari
batas normalnya akan berdampak terhadap jumlah komunitas dan keanekaragaman
jenis makhluk hidup yang ada di dalamnya. Menurut Romimohtarto dan Juwana
(2001) berubahnya kualitas suatu perairan berpengaruh terhadap biota yang hidup
di dasarnya, diantaranya adalah Makrozoobenthos. Makrozoobenthos terdistribusi
di seluruh badan sungai mulai dari hulu sampai ke hilir dan hidup menetap dengan
waktu yang relatif lama. Komposisi dan struktur komunitas Makrozoobenthos
ditentukan oleh lingkungannya. Dilihat dari peranannya dalam ekosistem sungai,
hewan bentos mempunyai peranan dalam proses dekomposisi dan mineralisasi
material organik di dalam perairan, serta menduduki beberapa tingkatan tropik
dalam rantai makanan (Odum, 1994). Oleh karena itu, hewan ini memiliki peran
yang cukup penting dalam stabilitas ekosistem sungai.
Makrozoobenthos merupakan hewan bentik dan merupakan organisme
dasar perairan, mempunyai habitat yang relatif tetap, sehingga apabila lingkungan
hidupnya berada di bawah suatu tekanan maka keanekaragaman jenis organismenya
akan menurun pada komunitas yang ada. Menurut Susanto (2000) kehidupan
organisme bentik dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya baik fisik, kimia
maupun biologi (suhu, salinitas, pH, tekstur sedimen dan kandungan bahan
organik pada sedimen). Perubahan kualitas air yang meliputi perubahan faktor
fisika-kimia dan substrat hidupnya sangat mempengaruhi kepadatan dan
4
sangat bergantung pada toleransi dan sensitifitasnya terhadap perubahan
lingkungan. Makrozoobenthos memiliki kisaran yang berbeda-beda terhadap
lingkungannya.
Menurut Suwondo, Febrita, Dessy, Almunari (1978) sungai sebagai suatu
ekosistem, tersusun dari komponen biotik dan abiotik yang membentuk suatu
jalinan fungsional yang saling mempengaruhi sehingga membentuk suatu aliran
energi yang dapat mendukung stabilitas ekosistem sungai tersebut. Komponen
biotik terdiri atas semua makhluk hidup yang berada dalam sungai tersebut baik
flora, fauna maupun jenis makhluk hidup lainnya, seperti halnya Makrozoobenthos.
Komponen abiotik sungai merupakan habitat makhluk hidup tersebut dengan
karakter fisika dan kimia di dalamnya. Faktor fisika-kimia dari komponen abiotik
sungai mempengaruhi kepadatan dan keanekaragaman Makrozoobenthos di
dalamnya.
Faktor fisika-kimia sungai memiliki hubungan yang erat terhadap
keanekaragaman makrozoobentos di dalamnya. Menurut Pakpahan, Efrizal dan Zen
(2011), faktor kimia DO dan kadar organik substrat berkorelasi searah terhadap
keanekaragaman makrozoobentos yang artinya semakin tinggi DO dan kandungan
organik subtrat maka semakin tinggi pula keanekaragaman Makrozoobenthos.
Parameter suhu, kekeruhan, salinitas, pH dan kecepatan arus berkorelasi
berlawanan terhadap keanekaragaman Makrozoobenthos yang artinya semakin
tinggi nilai suhu, kekeruhan, salinitas, pH dan kecepatan arus maka semakin rendah
keanekaragaman Makrozoobenthosnya.
Kota Malang merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang
5
Pemerintah Daerah (ILPPD) Kota Malang tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Kota
Malang pada tahun 2009 sebesar 4,9% dan pada tahun 2010 sebesar 6,52%.
Pertumbuhan ini didukung oleh berbagai sektor diantaranya sektor bangunan
9,41%; jasa-jasa 8,58%; perdagangan, hotel dan restoran 8,22%; keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan 7,77%. Menurut Kristanto (2013), semakin
meningkatnya perkembangan sektor industri dan transportasi, maka semakin
meningkat pula limbah yang mengandung bahan pencemar yang dibuang ke sungai
atau laut, udara dan permukaan tanah sehingga dapat menimbulkan tekanan
terhadap lingkungan dan menimbulkan perubahan lingkungan seperti halnya
terjadinya perubahan sifat lingkungan abiotik suatu ekosistem. Perubahan
lingkungan abiotik ini dapat digambarkan dari perubahan komponen
fisika-kimianya, sehingga apabila limbah yang mengandung bahan pencemar dibuang ke
sungai maka akan berdampak terhadap perubahan sifat fisika-kimia sungai dan
berdampak pula terhadap keanekaragaman hayati di dalamnya seperti halnya
keanekaragaman Makrozoobenthos.
Sungai merupakan kesatuan ekosistem alami dari hulu ke hilir beserta
kekayaan sumberdaya alami dan sumberdaya buatan merupakan karunia Tuhan
Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Karunia tersebut perlu disyukuri,
dilindungi, dan dijaga dengan sebaik-baiknya. Makrozoobenthos pun harus
dipandang sebagai anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa berupa keanekaragaman
hayati yang harus dijaga (Husamah, 2014). Sejalan dengan perkembangan dunia
pendidikan dalam tuntutan perkembangan kurikulum tahun 2013 SMA yang
menggunakan pendekatan saintifik, maka perlu sumber belajar kontekstual yang
6
tersebut perlu pula dilakukan pada mata pelajaran keanekaragaman hayati. Sumber
belajar yang berdasarkan penelitian akan bersifat lebih kontekstual, lebih dalam,
dan lebih menarik karena berdasarkan fakta yang terbukti secara ilmiah. Oleh
karena itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar dalam
bentuk artikel ilmiah atau jurnal penelitian untuk materi keanekaragaman hayati
Makrozoobenthos sungai. Sumber belajar keanekaragaman hayati
Makrozoobenthos sungai diharapkan dapat meningkatkan motivasi, kompetensi,
dan prestasi belajar peserta didik.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengangkat judul
“Keanekaragaman Makrozoobenthos di Sungai Brantas Malang sebagai
Sumber Belajar Keanekaragaman Hayati SMA Kelas X”
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan
masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Spesies-spesies Makrozoobenthos apa sajakah yang terdapat pada stasiun I,
stasiun II, Stasiun III, dan stasiun IV di sungai Brantas Malang?
2. Bagaimanakah indeks keanekaragaman Makrozoobenthos yang ditemukan
pada stasiun I, stasiun II, Stasiun III, dan stasiun IV di sungai Brantas
Malang?
3. Bagaimanakah indeks kemerataan Makrozoobenthos yang ditemukan pada
7
4. Bagaimanakah indeks kelimpahan relatif Makrozoobenthos yang ditemukan
pada stasiun I, stasiun II, Stasiun III, dan stasiun IV di sungai Brantas
Malang?
5. Bagaimanakah hasil penelitian keanekaragaman Makrozoobenthos di
Sungai Brantas Malang ini menjadi sumber belajar keanekaragaman hayati
SMA kelas X?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka didapatkan tujuan penelitian
sebagai berikut.
1. Mengungkap jenis-jenis Makrozoobenthos apa sajakah yang terdapat pada
stasiun I, stasiun II, Stasiun III, dan stasiun IV di sungai Brantas Malang.
2. Menganalisis indeks keanekaragaman Makrozoobenthos yang ditemukan
pada stasiun I, stasiun II, Stasiun III, dan stasiun IV di sungai Brantas
Malang.
3. Menganalisis indeks kemerataan Makrozoobenthos yang ditemukan pada
stasiun I, stasiun II, Stasiun III, dan stasiun IV di sungai Brantas Malang.
4. Menganalisis indeks kelimpahan relatif Makrozoobenthos yang ditemukan
pada stasiun I, stasiun II, Stasiun III, dan stasiun IV di sungai Brantas
Malang.
5. Membuat sumber belajar berupa jurnal penelitian yang dapat digunakan
dalam materi keanekaragaman hayati di SMA kelas X berbasis hasil
penelitian tentang keanekaragaman Makrozoobenthos di Sungai Brantas
8
1.4Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mencapai beberapa kegunaan,
diantaranya.
1. Teoritis
Hasil penelitian ini memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu, yaitu
Keanekaragaman Hayati dan khususnya Keanekaragaman Hayati Hewan
Akuatik. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi ilmiah bagi
penelitian selanjutnya atau menjadi dasar pijakan bagi penelitian yang lebih
mendalam berkenaan dengan Makrozoobenthos di sungai Brantas Malang.
2. Praktis a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait
keanekaragaman Makrozoobenthos di Sungai Brantas Malang yang merupakan
kawasan industri. Peneliti ini juga dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa
bahaya pencemaran air sungai berdampak buruk terhadap makhluk hidup yang
berada di sekitarnya, selain itu juga dapat menumbuhkan rasa cinta masyarakat
terhadap lingkungan hidup di sekitarnya.
b. Bagi Pendidikan
Manfaat penelitian ini dalam bidang pendidikan khusunya pada mata
pelajaran biologi materi keanekaragaman hayati untuk SMA kelas X Semester
9
penelitian keanekaragaman Makrozoobenthos sungai dan faktor-faktor yang
mempengaruhi keanekaragaman Makrozoobenthos pada sungai.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat khusunya
yang bermukim di sekitar aliran Sungai Brantas Kota Malang tentang kondisi
sungai agar masyarakat dan pihak-pihak yang menyalahgunakan fungsi sungai
lebih menjaga kelestarian lingkungan dan kualitas air sungai.
1.5Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Daerah pengamatan difokuskan pada 4 stasiun yang ditetapkan, yaitu aliran
sungai Brantas di Kelurahan Klojen sebagai aliran sungai yang belum melewati
kawasan industri, aliran sungai Brantas di Kelurahan Ciptomulyo sebagai aliran
sungai yang tepat melewati kawasan industri, aliran sungai Brantas di Kelurahan
Gadang sebagai aliran sungai setelah melewati kawasan industri, dan aliran
sungai Brantas di Kelurahan Kendalpayak sebagai aliran sungai di luar
Kotamadya.
2. Ukuran transek pengambilan sampel berdasarkan lebar genangan air sungai pada
lokasi penelitian.
3. Pengambilan sampel dilakukan dalam satu hari.
4. Pengambilan sampel Makrozoobenthos hanya pada hewan benthos yang
10
5. Pengukuran struktur komunitas Makrozoobenthos meliputi indeks
keanekaragaman jenis, indeks kemerataan jenis, dan indeks kelimpahan relatif
Makrozoobenthos.
6. Pengukuran faktor-fisika-kimia sungai yang digunakan sebagai data pendukung
penelitian ini meliputi (suhu, kedalaman, kecepatan arus, kekeruhan, pH, DO,
COD, dan BOD)
7. Sumber belajar yang dibuat sebagai bentuk hasil penelitian adalah berupa jurnal
biodiversitas untuk SMA Kelas X.
1.6Definisi Istilah
Untuk mengetahui adanya perbedaan pengertian dalam penelitian ini maka
perlu diberikan penjelasan tentang beberapa istilah, yaitu sebagai berikut.
1. Keanekaragaman spesies adalah jumlah spesies yang beragam yang hidup
disuatu lokasi tertentu.
2. Makrozoobentos adalah seluruh organisme tidak bertulang belakang yang
berada pada dasar perairan, baik dasar perairan yang dangkal maupun dasar
perairan yang dalam (Welch, 1995 dalam Wijayanti, 2007). Makrozoobenthos
merupakan kelompok hewan benthos yang ukuran tubuhnya lebih besar dari 1,0
mm.
3. Sumber belajar adalah semua hal baik berupa data, orang, dan wujud tertentu
yang digunakan sebagai tempat dimana informasi/pesan/materi belajar dapat
diperoleh dan dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik