• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL MANAJEMEN RANTAI PASOKAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI YOGYAKARTA TAHUN KE 1 DARI RENCANA 2 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL MANAJEMEN RANTAI PASOKAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI YOGYAKARTA TAHUN KE 1 DARI RENCANA 2 TAHUN"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

571/Manajemen

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

MODEL MANAJEMEN RANTAI PASOKAN PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI YOGYAKARTA

TAHUN KE 1 DARI RENCANA 2 TAHUN

TIM PENGUSUL

Fajarwati, SE., M.Si., NIDN. 0505067401, Ketua Tim Pengusul Fauziyah, SE., M.Si., NIDN. 0505057102, Anggota Tim Pengusul

DIBIAYAI OLEH KOPERTIS WILAYAH V DIY KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, SESUAI SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN NOMOR: TERTANGGAL 25 MARET 2015, NOMOR: SP

DIPA - 023.04.1.673453/2015 TANGGAL 14 NOVEMBER 2014

(2)
(3)

RINGKASAN

Sektor industri merupakan salah satu penyangga dalam perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang mempunyai peranan strategis baik secara ekonomi, sosial maupun politik. UKM memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia karena kontribusinya terhadap gross national product (GNP) dan kerja tenaga kerja. Namun, dari kriteria daya saing secara keseluruhan, UKM di Indonesia menempati peringkat terendah di antara 13 anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Ukuran bisnis dapat mempengaruhi kemampuan UKM untuk mengakses ke sumber daya modal, mengadopsi teknologi, dan kurangnya keterampilan manajerial. Manajemen rantai pasokan adalah salah satu alternatif untuk meningkatkan daya saing UKM. Kolaborasi antara pemasok, perusahaan, dan pelanggan memungkinkan UKM untuk mengelola aliran bahan, produk, dan juga informasi secara efisien.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis model rantai pasokan yang telah diimplementasikan oleh UKM, strategi manajemen rantai pasokan yang digunakan oleh UKM dan meneliti berbagai permasalahan dan faktor yang mendukung kesuksesan implementasinya. Penelitian ini juga mengidentifikasi model manajemen rantai pasokan yang diharapkan oleh UKM, guna menyusun model manajemen rantai pasokan pada UKM yang memiliki keunggulan bersaing. Model ini akan diuji cobakan dan dianalisis faktor yang mendukung keberhasilan dan permasalahan yang timbul. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi dalam penetapan kebijakan pemerintah dalam mempersiapkan UKM menghadapi pasar global khususnya Asean Free Trade Area (AFTA) 2015 akan dihadapi oleh negara-negara di ASEAN, termasuk Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan strategi manajemen rantai pasokan yang digunakan oleh UKM di Yogyakarta dalam menentukan suplier yaitu UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 1 suplier yaitu 69,66%, UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 2 suplier yaitu 18,73%, UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 3 suplier yaitu 6,74%, UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi banyak suplier dengan 4 – 10 suplier yaitu 4,86%. Dalam penyediaan bahan baku produknya, hampir semua UKM membeli sendiri-sendiri bahan bakunya. UKM memperoleh dari pasar, toko maupun warung di sekitar tempat tinggalnya. Model manajemen rantai pasokan untuk UKM yaitu UKM-UKM yang sejenis membentuk koperasi dan akan memperoleh bahan baku langsung dari perusahaan kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke distributor, agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen.

(4)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, dan hidayah Nya yang telah diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan akhir penelitian hibah bersaing dengan judul Model Manajemen Rantai Pasokan pada Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta.

Penyusunan laporan akhir penelitian hibah bersaing dengan judul Model Manajemen Rantai Pasokan pada Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta ini terwujud atas bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Hilman Latief, PhD selaku Ketua LP3M UMY. 2. Usaha Kecil dan Menengah yang ada di Yogyakarta.

3. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Industri, Koperasi dan UKM DIY. 4. Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Menengah Kabupaten Kulon Progo.

5. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, ESDM Kabupaten Gunungkidul. 6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi Kabupaten Sleman.

7. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta. 8. Kementerian RISTEKDIKTI yang telah membiayai penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir penelitian ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan akhir penelitian. Akhirnya kami ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, 28 Oktober 2015

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Ringkasan ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

Bab 1 Pendahuluan ... 1

Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 5

Bab 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 14

Bab 4 Metode Penelitian ... 18

Bab 5 Hasil yang Dicapai ... 26

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah UKM di Yogyakarta Tabel 2. Cakupan rantai paokan

Tabel 3. Indikator capaian penelitian tahunan Tabel 4. Jenis kelamin responden

Tabel 5. Umur responden Tabel 6. Pendidikan responden

Tabel 7. Jenis usaha UKM berdasarkan cabang industri Tabel 8. Lama usaha UKM

Tabel 9.Omset penjualan per bulan UKM

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pelaku utama dalam manajemen rantai pasokan Gambar 2. Model manajemen rantai pasokan

(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Penelitian

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memegang peranan yang sangat besar dalam

memajukan perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu alternatif lapangan kerja

baru, UKM juga berperan dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi pasca krisis

moneter tahun 1997 di saat perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam

mengembangkan usahanya. Saat ini, UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan

daerah maupun pendapatan Negara Indonesia

UKM harus diakui sebagai kekuatan strategis dan penting untuk mempercepat pembangunan daerah, oleh karena pertumbuhan UKM setiap tahun mengalami peningkatan. Perkembangan UKM ditunjukkan oleh peningkatan jumlah UKM sebesar 2,4 persen sehingga mencapai 56,5 juta unit usaha pada tahun 2012 dan jumlah tenaga kerja UKM juga meningkat sebesar 5,8 persen menjadi sekitar 107,7 juta orang. Peningkatan jumlah unit usaha dan tenaga kerja terbesar tercatat pada kelompok usaha menengah, yaitu masing-masing 10,7 persen dan 14,7 persen. Tahun 2014 jumlah UKM di Indonesia mencapai 60 juta.

(9)

Tabel 1

Jumlah UKM di Yogyakarta

Tahun Jumlah UKM

2010 182.232

2011 201.975

2012 203.995

2013 205.210

2014 136.844

Sumber: Desperindagkop, 2014

Penelitian yang dilakukan Tambunan (2003) disebutkan bahwa salah satu karakteristik dari dinamika dan kinerja ekonomi yang baik dengan laju pertumbuhan yang tinggi di negara-negara Asia Timur dan Tenggara yang dikenal dengan Newly Industrializing Countires (NICs) seperti Korea Selatan, Singapura, dan Taiwan adalah kinerja UKM mereka yang sangat efisien, produktif dan memiliki tingkat daya saing yang tinggi. UKM di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahannya dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berorientasi ekspor.

(10)

tinggi, dinas/instansi terkait di lingkungan pemerintah kabupaten/kota dan provinsi. Di samping itu diperlukan kebijakan pemerintah yang mendorong pengembangan UKM.

Permasalahan utama dari UKM adalah kesiapan UKM dalam menghadapi persaingan pada perdagangan bebas. Saat ini, UKM belum mendapat perhatian banyak untuk dikembangkan dan dikelola oleh pemerintah Indonesia. Kemudian, belum adanya sosialisasi yang memadai mengenai AFTA 2015, SDM yang banyak namun kurang berkualitas serta memiliki jiwa entrepreneur yang tinggi, kurangnya inovasi dalam menghasilkan produk, terbatasnya modal usaha, tidak adanya tujuan jelas yang akan diraih oleh para pelaku UKM, serta kurangnya keahlian maupun pengetahuan untuk mengembangkan usaha. Sifat konsumtif masyarakat Indonesia, sehingga menyebabkan kurang berkembangnya para pelaku UKM karena kalah bersaing dengan produk asing (Anindya, 2014)

(11)

munculnya era Perdagangan Bebas. Tahun 2015, perjanjian AFTA akan diberlakukan. Apakah UKM siap menghadapi Perdagangan bebas dan investasi modal asing nantinya? Sebab negara-negara macan asia semacam : Jepang, Korea, Cina, India dan bahkan negara Australia yang sudah masuk zona Asia bakalan meramaikan era perdagangan bebas ini.

(12)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teoari

a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

Manajemen Rantai Pasokan muncul pada 1980-an sebagai sesuatu yang baru, filsafat integratif untuk mengelola total aliran barang dari pemasok ke pengguna akhir dan berkembang mempertimbangkan integrasi proses bisnis yang luas sepanjang rantai suplai.

Menurut Heizer dan Render (2014) manajemen rantai pasokan merupakan Pengintegrasian aktifitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir serta pengiriman kepada pelanggan melalui sistem distribusi.

Indrajit dan Djokopranoto (2009) mengungkapkan manajemen rantai pasokan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau barang tersebut, istilah supply chain meliputi juga proses perubahan barang tersebut, misalnya dari barang mentah menjadi barang jadi.

Manajemen Rantai pasokan adalah pengelolaan jaringan dari semua proses bisnis dan kegiatan yang melibatkan pengadaan bahan baku, manufaktur dan manajemen distribusi barang jadi. Manajemen Rantai pasokan juga disebut seni manajemen menyediakan produk yang tepat, tepat waktu, right place pada tempat yang tepat dan tepat harga bagi konsumen.

(13)

kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain. Cakupan supply chain management akan meliputi hal-hal berikut:

Tabel 2

Cakupan Rantai Pasokan

Bagian Cakupan kegiatan antara lain Pengembangan

produk

Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk baru Pengadaan Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier,

melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier

Perencanaan & Pengendalian

Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan

Operasi / pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi

Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)

b. Pelaku Utama dalam Manajemen Rantai Pasok

Pelaku utama dalam manajemen rantai pasokan yaitu:

Gambar 1

Pelaku Utama Dalam Manajemen Rantai Pasokan

Supplier adalah sumber yang menyediakan bahan pertama, baik bahan baku, bahan penolong, ataupun bahan mentah. Manufaktur adalah yang melakukan pekerjaan

(14)

membuat, memfabrikasi, merakit, atau melakukan finishing. Distributor adalah penyalur dari pabrikan ke pedagang kecil. Retailer adalah penyalur dari distributor ke konsumen akhir. Konsumen adalah pembeli akhir atau pengguna.

c. Strategi Rantai Pasokan

Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut:

1) Banyak Pemasok (Many Supplier)

Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli.

2) Sedikit Pemasok (Few Supplier)

Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan para pemasok yang komit.

3) Vertical Integration

Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor. Integrasi vertical dapat berupa:

a) Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan kepada sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Pabrik Baja.

b) Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada konsumennya,

misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Dealer yang semula sebagai distributornya.

4) Kairetsu Network

(15)

5) Perusahaan Maya (Virtual Company)

Perusahan maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai batasan organisasi yang tidak tetap dan bergerak sehingga memungkinkan terciptanya perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung berubah.

d. Model Manajemen Rantai Pasokan

Menurut James dan Fitzsimmons (2006), bentuk fisik dari suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang masing-masing didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material dan output permintaan. Berikut diberikan bagan supply chain untuk produk barang:

Gambar 2

Model Manajemen Rantai Pasokan Sumber: James dan Fitzsimmons (2006)

(16)

persediaan barang jadi. Tahap pada bagian hilir lainnya seperti distribusi dan ritel juga menambah suatu nilai terhadap material.

e. Usaha Kecil Menengah

Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu

ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut

Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan

ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas

merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan

usaha yang tidak sehat.”

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta Rupiah)

tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar

Rupiah).

c. Milik Warga Negara Indonesia.

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

e. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum,

atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

(17)

dimasing-masing Propinsi atau Kabupaten/Kota yang dapat digunakan meningkatkan

strategi UKM.

Ciri-ciri usaha kecil yaitu:

a. Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang

berubah;

b. Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana,

keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah

membuat neraca usaha;

d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;

e. Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;

f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;

g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti

business planning.

Sedangkan ciri-ciri usaha menengah yaitu:

a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih

teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian

keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi.

b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi

dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau

pemeriksaan termasuk oleh perbankan.

c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada

(18)

d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha,

izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dan lain-lain.

e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.

f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh

sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:

a. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah.

b. Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor.

c. Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi

taxi dan bus antar proponsi.

d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam.

e. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan.

Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta

Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (Satu Milyar

Rupiah).

c. Milik Warga Negara Indonesia.

d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung

dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.

e. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum,

(19)

Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM,

dimasing-masing Propinsi atau Kabupaten/Kota.

2. Penelitian Terdahulu

Widya (2009) melakukan penelitian tentang pengukuran kinerja pengelolaan rantai pasokan Pada PT. Crown Closures Indonesia dan memperoleh hasil untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya, PT. Crown Closures Indonesia melakukan kerjasama dengan beberapa pemasok untuk satu jenis bahan baku, hal ini dilakukan agar terjadinya sportifitas serta menghilangkan monopoli dalam harga dan produk. Berdasarkan penilaian kinerja pemasok menggunakan metode Analitycal Hierarchy proses dan model formulir evaluasi pemasok untuk mengurutkan beberapa pemasok berdasarkan beberapa kriteria, maka diperoleh urutan pemasok bahan baku utama sesuai dengan besarnya bobot yang diperoleh.

Penelitian yang dilakukan oleh Regina dan Devie tentang analisa pengaruh supply chain management terhadap keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan diperoleh hasil ada hubungan signifikan antara supply chain management terhadap keunggulan bersaing. Penerapan supply chain management pada perusahaan manufaktur di Surabaya yang baik akan mampu meningkatkan keunggulan bersaing yang dimiliki oleh perusahaan. Penerapan supply chain management yang baik akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan, baik dari kinerja keuangan maupun operasionalnya. Keunggulan bersaing perusahaan yang meningkat akan mampu meningkatkan kinerja perusahaan pula.

(20)
(21)

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Tahun Pertama

Tujuan yang akan dicapai pada akhir tahun pertama adalah sebagai berikut.

1) Mengidentifikasi UKM yang telah menerapkan manajemen rantai pasokan. 2) Mengeksplorasi manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM. 3) Mengeksplorasi strategi manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan

UKM.

4) Mengeksplorasi berbagai permasalahan manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM.

5) Mengeksplorasi faktor yang mendukung suksesnya manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan.

b. Tujuan Tahun Kedua

Tujuan yang akan dicapai pada akhir tahun kedua adalah:

1) Mengidentifikasi konsep model manajemen rantai pasokan yang diharapkan UKM.

2) Menyusun model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta.

3) Melakukan pilot project implementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM.

4) Melakukan implementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM.

(22)

6) Menganalisis hambatan dan permasalahan serta faktor yang mendukung suksesnya impelementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM.

7) Menyusun rekomendasi kebijakan model manajemen rantai pasokan pada UKM kepada pemerintah khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM.

2. Urgensi Penelitian

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang dikelola oleh kelompok masyarakat maupun keluarga. UKM mempunyai peran penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. UKM terbukti mampu bertahan di tengah krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997, dan bahkan sampai sekarang. Pada tahun 2011 UKM menyumbang 56% dari total PDB di Indonesia. Selain itu, UKM juga mampu mengurangi pengangguran di Indonesia karena UKM menyerap banyak tenaga kerja. Melihat peran penting UKM ini tentu bukan menjadi hal yang mengherankan apabila pemerintah seharusnya meningkatkan kinerja sektor UKM tersebut.

Pengembangan UKM di Indonesia sangat penting untuk dilakukan, mengingat fungsi sosial ekonomi politiknya yang strategis. Proporsi UKM di Indonesia saat ini sekitar 99,9 % dari seluruh jumlah unit usaha yang ada. Melihat besarnya jumlah pelaku ekonomi dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja, maka UKM layak mendapat perhatian. Berkembangnya UKM akan memperkuat struktur ekonomi domestik karena terserapnya angkatan kerja, meningkatkan daya beli masyarakat memperbesar tingkat permintaan dan meningkatkan pertumbuhan investasi.

(23)

(Najib, 2006) . Selain itu UKM juga menghadapi beberapa tantangan eksternal, antara lain; (1) munculnya globalisasi yang berakibat meningkatnya persaingan pasar, (2) lemahnya pengaturan dan penengakan hukum, (3) rendahnya kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk UKM dalam negeri, dan (4) belum meluasnya dukungan infrastruktur yang memadai bagi sentra-sentra produksi UKM.

Sementara Dodge dkk (1999) dan Barbara, et al (2000), mengatakan bahwa permasalahan bidang pemasaran, keuangan, dan manajemen sangat berpengaruh terhadap pengembangan UKM. Tambunan (2000), menyatakan bahwa masalah lemahnya manajemen, pemasaran, kekurangan pembiayaan, kekurangan keterampilan, kekurangan bahan baku, serta kelemahan dalam penyerapan tekonologi merupakan faktor penghambat pengembangan UKM.

Penelitian yang dilakukan oleh Mall dan Bala (1988), Theng dan Jasmine (1996), menunjukkan bahwa penyebab kegagalan UKM berasal dari faktor-faktor luar perusahaan yang tidak dapat dikendalikan oleh manajemen, dan juga faktor dari dalam perusahaan itu sendiri antara lain personalitiy short coming, financial dan operational short coming (Theng dan Jasmine, 1996).

Masalah kesulitan pemasaran terus dialami UKM untuk dapat berkembang. Saat ini hampir 99 persen sektor UKM tidak mampu memasarkan hasil produksi secara maksimal. Penyebabnya karena mereka terpaksa melalui jalur distribusi yang panjang lewat pengepul barang, dan apabila melakukan ekspor harus melalui pengusaha kargo.

(24)

Penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi berbagai pihak yang telah melakukan upaya model manajemen rantai pasokan pada UKM serta mengeksplorasi model manajemen rantai pasokan pada UKM yang telah diimplementasikan termasuk didalamnya bisa diidentifikasikan berbagai permasalahan berkenaan dengan model manajemen rantai pasokan pada UKM. Guna memperbaiki model manajemen rantai pasokan pada UKM dalam penelitian ini juga diperlukan identifikasi model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta sebagai dasar dalam menyusun model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta.

Dalam menguji dapat terimplementasikannya model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta perlu dilakukan pilot project implementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta, dan akan dilakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan impelementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta serta dilakukan analisis hambatan dan permasalahan yang muncul dalam impelementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta.

3. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pengembangan literatur dan riset dengan topik manajemen rantai pasokan.

b. Kontribusi lain diharapkan dari temuan penelitian ini adalah memberikan kontribusi bagi UKM dalam mengimplementasikan manajemen rantai pasokan.

(25)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah UKM di Yogyakarta. Sedangkan Subyek dalam penelitian ini adalah pemilik UKM di Yogyakarta.

2. Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian dari populasi yang hendak diteliti dan dianggap bisa mewakili keseluruan populasi. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan convenience sampling. Convenience sampling yaitu pemilihan sampel dengan cara yang dianggap sesuai oleh peneliti. Keuntungannya ialah dapat dilakukan dengan cepat dan murah. Sampel dalam penelitian ini 300 UKM di Yogyakarta dengan alasan sampel yang baik minimal lebih dari 30 orang (Indriantoro dan Supomo, 2002). 3. Jenis Data

(26)

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode survei menggunakan teknik kuesioner dan wawancara langsung melalui Focus Group Discussion, dan diseminasi. Menurut Husein (2002), teknik kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Kuesioner yang disebarkan bersifat tertutup. Dimana dalam kuesioner telah disediakan alternatif-alternatif jawaban. Instrumen berupa lembar daftar pertanyaan manajemen rantai pasokan untuk UKM.

1) Uji Kualitas Penelitian Kualitatif

Data yang diperoleh melalui penelitian kualitatif terlebih dahulu harus dilakukan pengecakan data untuk memastikan apakah data yang diperoleh sudah benar-benar dapat dipercaya atau belum. Hal ini juga dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh menjawab rumusan masalah penelitiannya. Uji kualitas penelitian kualitatif dalam penelitian ini yaitu (Tohirin, 2012):

1) Ketekunan atau keajegan pengamatan peneliti.

Ketekunan atau keajegan pengamatan yaitu mencari secara konsisten interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

2) Triangulasi.

(27)

berbagai sumber. Triangulasi data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu dengan melakukan cross check data dari hasil wawancara.

2) Alat Analisis

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan deskriptif eksploratif dalam melakukan analisis permasalahan yang ada. Digunakannya pendekatan deskriptif eksploratif karena sifat penelitian yang ingin mengungkapkan fenomena masalah untuk mengembangkan model manajemen rantai pasokan pada UKM yang diharapkan sehingga sesuai dengan hasil yang ingin dicapai.

Penelitian ini juga menggunakan model analisis interaktif. Teknik analisis data model interaktif (Miles & Huberman dalam Herdiansyah, 2012) terdiri atas empat tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pertama adalah tahap pengumpulan data, tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display data, dan tahapan keempat adalah tahapan penarikan kesimpulan dan/atau tahap verifikasi. Tahapan-tahapan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Pengumpulan data.

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Hasil wawancara direkam dengan menggunakan Tablet PC (Personal Computer). Dokumentasi dan catatan peneliti disalin dalam bentuk transkrip.

2) Reduksi data dengan pembuatan koding dan kategori.

(28)

selanjutnya dikelompokkan ke dalam kategori. Kategori dipilih berdasarkan hasil koding yang memiliki kesamaan tema.

3) Display data.

Display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas. Display data disajikan dalam bentuk naratif sesuai dengan tujuan penelitian.

4) Kesimpulan atau Verifikasi.

Kesimpulan atau verifikasi merupakan tahap terakhir dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model ini. Kesimpulan dalam rangkaian analisis data kualitatif ini yaitu menyimpulkan hasil penelitian dengan membandingkan pertanyaan peneliti dengan hasil penelitian.

Penelitian ini berfokus faktor-faktor yang mendukung kesuksesan pelaksanaan model manajemen rantai pasokan pada UKM. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan integration, yaitu meneliti dari lembaga pelaksana dan pemanfaat model manajemen rantai pasokan pada UKM.

3) Disain Penelitian

a. Penelitian Tahun Pertama : Evaluasi, Eksplorasi, Identifikasi dan Penyusunan Format

(29)

manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan. Untuk itu dilakukan beberapa langkah sebagai berikut:

1) Melakukan studi referensi untuk mengidentifikasikan lembaga yang menaungi UKM. Subyek penelitian ini adalah Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Dinas ini yang melakukan koordinasi lembaga pemerintah tingkat propinsi yang melakukan melakukan perumusan kebijakan ditingkat propinsi pada bidang koperasi dan usaha kecil dan menengah serta melakukan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Pada tingkat daerah akan dilakukan studi referensi pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM tingkat kabupaten, karena institusi ini yang melakukan koordinasi lembaga pemerintah tingkat daerah yang melakukan, penyusun program Seksi Usaha Kecil dan Menengah, penyusun petunjuk teknis pembinaan dan pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah, pengelolaan data dan informasi usaha mikro, kecil dan menengah, pembinaan dan pengembangan produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan peralatan/teknologi.

2) Melakukan focus group discussion (FGD) pada lembaga yang menanungi UKM di tingkat propinsi maupun kabupaten, guna mengeksplorasi berbagai permasalahan berkenaan dengan model manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan. 3) Melakukan survei untuk mengeksplorasi berbagai permasalahan yang dihadapi UKM

terkait dengan model manajemen rantai pasokan pada UKM . Survei ini untuk mengeksplorasi faktor permasalahan dan faktor yang mendukung berhasilnya model manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan.

(30)

Tujuan penelitian yang akan dicapai pada akhir tahun kedua adalah melakukan pilot project, implementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan impelementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM, menganalisis hambatan dan permasalahan serta faktor yang mendukung suksesnya impelementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM, dan menyusun rekomendasi kebijakan model manajemen rantai pasokan pada UKM kepada pemerintah khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM.

1) Melakukan pilot project pelaksanaan model manajemen rantai pasokan pada UKM. Pilot project bertujuan untuk menerapkan factor-faktor yang mendukung kesuksesan model manajemen rantai pasokan pada UKM. Hasil pilot project akan digunakan sebagai dasar dalam mendisain model manajemen rantai pasokan pada UKM. Pada tahap ini juga akan diindentifikasi langkah-langkah dan sistem evaluasi pelaksanaan kegiatan.

2) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pilot project dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan dan kendala yang muncul dalam organisasi proses implementasi model manajemen rantai pasokan. Hasil monitoring dan evaluasi dijadikan sebagai dasar proses selanjutnya.

3) Penetapan disain pelaksanaan model manajemen rantai pasokan disampaikan kepada lembaga yang menaungi UKM, didiskusikan, melalui desiminasi, untuk ditetapkan sebagai model manajemen rantai pasokan pada UKM

4) Implementasi

Pada tahun kedua dilakukan implementasi pada lembaga yang menjadi obyek penelitian. Implementasi dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada UKM. Tahap implementasi mencakup implementasi model manajemen rantai pasokan pada UKM.

(31)

Agar implementasi efektif maka dilakukan monitoring dan evaluasi tahap implementasi. Tahap ini diawali dengan penyusunan sistem monitoring dan evaluasi implementasi sebagai perbaikan untuk tahap selanjutnya. Hasil monitoring dan evaluasi digunakan sebagai dasar dalam melakukan penyempurnaan model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta.

c. Indikator Capaian Tahunan

Indikator Capaian Penelitian setiap tahun dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3

Penelitian Tahun Pertama: Evaluasi, Eksplorasi, Identifikasi dan Penyusunan Format

a. Melakukan studi

referensi

Adanya dokumen dan informasi serta mekanisme lembaga yang menaungi UKM berkaitan dengan model manajemen rantai pasokan

b. Melakukan focus group discussion (FGD)

Adanya identifikasi berbagai permasalahan berkenaan dengan model manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan

c. Melakukan survei Adanya hasil eksplorasi berbagai

permasalahan yang dihadapi UKM berkaitan dengan model manajemen rantai pasokan pada UKM

2 Tahun Kedua: Implementasi dan Rekomendasi

a. Pilot project Adanya pilot project pelaksanaan model manajemen rantai pasokan.

Adanya pengembangan/penyempurnaan kebijakan, prosedur atau praktek model manajemen rantai pasokan.

b. Monitoring, evaluasi, penyempurnaan

Adanya Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pilot project guna mengidentifikasi

permasalahan dan kendala yang muncul dalam UKM proses implementasi model manajemen rantai pasokan.

c. Penetapan model manajemen rantai

(32)

pasokan pada UKM

d. Sosialisasi Adanya Sosialisasi kepada obyek kajian

penelitian yaitu penerapan model manajemen rantai pasokan pada UKM

e. Implementasi dan Rekomendasi

Implementasi dilakukan pada UKM yang

menjadi obyek penelitian. Implementasi

dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada UKM

f. Monitoring dan evaluasi  Adanya sistem monitoring dan evaluasi implementasi sebagai bahan perbaikan untuk tahap selanjutnya.

 Adanya rekomendasi penyempurnaan model

manajemen rantai pasokan pada UKM

BAB 5

(33)

A. Profil Responden

Responden dalam penelitian ini ada 300 UKM yang ada di Yogyakarta. Berdasarkan kuesioner yang disebar hanya 267 kuesioner yang kembali, sehingga respon rate kuesioner yaitu sebesar 89%. Secara terperinci profil responden UKM yang diteliti meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan,jenis usaha, lama usaha, omset per bulan.

Profil responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4. Responden paling banyak yaitu laki-laki sebanyak 71%. Sedangkan responden perempuan hanya sebesar 29%.

Tabel 4

Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

Laki-laki 189 71%

Perempuan 78 29%

Total 267 100%

Profil responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5. Responden paling banyak yaitu yang memiliki umur 40 tahun – 49 tahun yaitu sebesar 35%.

Tabel 5 Umur Responden

Umur Prosentase

(34)

70 tahun - 79 tahun 2%

Total 100%

Profil responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 6. Responden paling banyak yaitu yang memiliki pendidikan SMA sebanyak 48%. Sedangkan responden dengan pendidikan terkecil yaitu D3 sebesar 5%.

Tabel 6

Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Prosentase

SD 43 16%

SMP 61 23%

SMA 128 48%

D3 13 5%

S1 22 8%

Total 267 100%

Profil responden berdasarkan jenis usaha dapat dilihat pada tabel 7. Responden paling banyak yaitu UKM dengan jenis usaha kerajinan sebanyak 50%.

Tabel 7

Jenis Usaha UKM Berdasarkan Cabang Industri Jenis Usaha Jumlah Prosentase

Pangan 67 25%

Sandang dan Kulit 11 4%

Mebel 5 2%

Bahan Bangunan 50 19%

Kerajinan 134 50%

(35)

Profil responden berdasarkan lama usaha dapat dilihat pada tabel 8. Responden paling banyak yaitu UKM dengan lama usaha kurang dari 10 tahun sampai 19 tahun sebanyak 43%.

Tabel 8 Lama Usaha UKM Lama Usaha Prosentase 1 tahun - 9 tahun 33% 10 tahun – 19 tahun 43% 20 tahun – 29 tahun 15% 30 tahun – 39 tahun 5% Lebih dari 40 tahun 3%

Total 100%

Profil responden berdasarkan omset penjualan per bulan dapat dilihat pada tabel 9. Responden paling banyak yaitu UKM dengan omset penjualan per bulan kurang dari 10 juta rupiah sebesar 64%.

Tabel 9

Omset Penjualan Per Bulan UKM Omset Penjualan Prosentase Kurang dari Rp. 10.000.000 64,0% Rp. 10.000.000 – Rp. 19.000.000 20,2% Rp. 20.000.000 – Rp. 29.000.000 5,2% Rp. 30.000.000 – Rp. 39.000.000 3,0% Rp. 40.000.000 – Rp. 49.000.000 4,0% Rp. 50.000.000 – Rp. 59.000.000 1,5% Rp. 70.000.000 – Rp. 79.000.000 4,0% Lebih dari Rp. 80.000.000 3,1%

Total 100%

(36)

Manajemen rantai pasokan merupakan seperangkat pendekatan untuk mengefisienkan integrasi suplier, manufaktur, gudang, dan penyimpanan, sehingga barang diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, untuk meminimasi biaya dan memberikan kepuasan layanan terhadap konsumen (Simchi dan Levi, 2003 dalam Rahmasari 2011). Berkaitan dengan jumlah suplier yang digunakan UKM dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10

Jumlah Pemasok / Suplier yang Digunakan UKM Jumlah Pemasok / Suplier Jumlah Prosentase

1 186 69,66%

2 50 18,73%

3 18 6,74%

4 5 1,87%

5 4 1,50%

6 1 0,37%

7 1 0,37%

10 2 0,75%

Total 267 100%

UKM di Yogyakarta 69,66 hanya menggunakan 1 pemasok / suplier untuk 1 bahan baku. Sedangkan pemasok / suplier yang terbanyak yang digunakan UKM yaitu 10 pemasok.

(37)

Rantai selanjutnya dalam manajemen rantai pasokan yaitu melakukan kegiatan pemasaran dengan mendistribusikan atau menyalurkan barang kepada konsumen atau pelanggan. Pemasaran produk yang dilakukan oleh UKM di Yogyakarta melalui berbagai saluran distribusi yang dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11

Saluran Distribusi yang Digunakan UKM

Saluran Distribusi Jumlah Prosentase

Langsung ke konsumen 156 58,43%

(38)

Sebesar 58,43% UKM di Yogyakarta dalam memasarkan produknya menggunakan saluran distribusi langsung ke konsumen. Sedangkan prosentase UKM yang menggunakan 2 saluran distribusi terbesar yaitu 8,61% menggunakan saluran distribusi langsung ke konsumen dan produsen – pengecer – konsumen.

Berdasarkan hasil identifikasi maka model manajemen rantai pasokan yang sudah diimplementasikan oleh UMK di Yogyakarta yaitu:

1. Model 1 : 1 Suplier – Manufaktur - Konsumen

Model manajemen rantai pasokan yang pertama yaitu UKM hanya menggunakan 1 suplier kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen.

Gambar 3

Model 1 Manajemen Rantai Pasokan

2. Model 2 : 2 Suplier – Manufaktur – Pengecer - Konsumen

Model manajemen rantai pasokan yang kedua yaitu UKM menggunakan 2 suplier kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke pengecer baru ke konsumen.

Gambar 4

Model 2 Manajemen Rantai Pasokan

Suplier Manufaktur

UKM

Konsumen

Suplier Manufaktur

UKM

Pengecer

Suplier Konsumen

(39)

3. Model 3: 3 Suplier – Manufaktur – Agen - Pengecer - Konsumen

Model manajemen rantai pasokan yang ketiga yaitu UKM menggunakan 3 suplier kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen.

Gambar 5

Model 3 Manajemen Rantai Pasokan

4. Model 4: Suplier – Manufaktur - Distributor - Agen - Pengecer - Konsumen

Model manajemen rantai pasokan yang keempat yaitu UKM menggunakan 4 suplier kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke distributor , agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen.

Gambar 6

(40)

5. Model 5: Suplier – Manufaktur - Distributor - Agen - Pengecer - Konsumen

Model manajemen rantai pasokan yang keempat yaitu UKM menggunakan 5 suplier kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke distributor , agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen.

Gambar 7

Model 5 Manajemen Rantai Pasokan

C.Strategi manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM.

Menurut Heizer dan Render (2015) terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut: 1. Banyak pemasok (many supplier)

2. Sedikit pemasok (few supplier)

3. Vertical integration yaitu integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan kepada sumber daya dan integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada konsumennya

4. Kairetsu network

5. Perusahaan maya (virtual company)

(41)

Berdasarkan analisis seperti pada tabel 4.7 dapat diidentifikasi strategi manajemen rantai pasokan yang digunakan oleh UKM di Yogyakarta dalam menentukan suplier yaitu:

1. UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 1 suplier yaitu 69,66%.

2. UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 2 suplier yaitu 18,73%.

3. UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 3 suplier yaitu 6,74%.

4. UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi banyak suplier dengan 4 – 10 suplier yaitu 4,86%.

D.Berbagai permasalahan manajemen rantai pasokan yang telah diimplementasikan UKM.

Karakteristik UKM pada umumnya adalah:

1. Dalam penyediaan bahan baku produknya diperoleh dari pasar, toko maupun warung di sekitar tempat tinggalnya.

2. Pengetahuan pembuatan produk diwariskan dari anggota keluarga ataupun tetangganya.

3. Kolaborasi bergantung pada model/jenis bisnis yang dijalani.

4. Entitas-entitas yang terlibat dalam peningkatan daya saing UKM adalah pemerintah, fasilitator dalam klaster industri, UKM, retailer/distributor/supplier, dan lembaga lainnya terkait pendanaan dan pembinaan.

(42)

beberapa akses yang harus dimiliki oleh UKM, yaitu:

1. Akses ke sumber dana, pasar, sumber bahan baku, teknologi dan Informasi serta manajemen menjadi hal penting bagi UKM

2. Kolaborasi di antara kluster bisnis dapat meningkatkan daya saing UKM

3. Terbukanya akses ke sumber bahan baku dan pasar menjadi salah satu faktor penentu kesuksesan produk

4. Pusat komunikasi bisnis menjadi salah satu fasilitas yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan transaksi dan memperluas jaringannya.

5. Peningkatan pengetahuan merupakan sumber inovasi bagi UKM agar berdaya saing Sedangkan kelemahan yang dihadapi UKM yaitu:

1. Kesulitan pemasaran

Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun dipasar ekspor.

2. Keterbatasan finansial

UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang. 3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)

(43)

meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru.

4. Masalah Bahan Baku

Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produk-produk textile mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap dolar AS.

5. Keterbatasan teknologi

Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global. Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru.

Dalam penyediaan bahan baku produknya, hampir semua UKM membeli sendiri-sendiri bahan bakunya. UKM memperoleh dari pasar, toko maupun warung di sekitar tempat tinggalnya.

(44)

1. Kondisi awal pada Paguyuban Pengrajin Pasir Semen Sumber Rejeki di Dusun Bantulan yaitu jumlah UKM Pasir Semen yang ada di Dusun Bantulan sebanyak 54 UKM. Setiap UKM per hari membutuhkan rata-rata 5 -15 sak semen. Sehingga total kebutuhan semen per hari adalah kurang lebih 500 sak.

2. Selama ini mereka membeli semen secara individu dari toko bangunan di sekitar lokasi UKM. Harga per sak semen HOLCIM adalah Rp. 55.000,-. Setelah munculnya semen merk BIMA dengan harga Rp. 51.000,- pelaku UKM beralih ke semen BIMA. Sehingga karena para pengrajin beralih ke Semen Bima maka harga semen HOLCIM oleh pemilik toko bangunan harga semen disetarakan menjadi Rp. 51.000,-

3. Keinginan dari para pelaku UKM Pasir Semen Paguyuban Pengrajin Pasir Semen Sumber Rejeki adalah membeli bahan baku semen langsung dari perusahaan (HOLCIM) sehingga dapat memutus rantai pasokan dan menghemat biaya.

Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa jika dapat memutus rantai pasokan sehingga dapat membeli langsung dari HOLCIM, akan sangat menguntungkan pelaku UKM.

Oleh karena itu untuk memutus rantai pasokan sehingga kelompok UKM bisa langsung membeli bahan baku ke pabrik maka perlu membentuk koperasi sebagai media pengadaan bahan baku khususnya semen. Karena dengan terbentuknya koperasi maka akan memiliki badan hukum, sehingga akan lebih mudah untuk menjalin kemitraan untuk memperoleh bahan baku langsung dari perusahaan.

E. Model manajemen rantai pasokan pada UKM di Yogyakarta.

(45)

barang jadi, serta mengantarkan barang-barang tersebut kepada para pelanggannya dengan cara yang efisien. Sedangkan tujuan dari manajemen rantai pasokan yaitu:

1. Penyerahan / pengiriman produk secara tepat waktu demi memuaskan konsumen. 2. Mengurangi biaya.

3. Mengurangi waktu.

4. Memusatkan kegiatan perencanaan dan distribusi.

Agar UKM bisa mengurangi biaya maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah mendapatkan bahan baku langsung dari perusahaan sebagai suplier tanpa melalui agen atau pedagang. Oleh karena itu untuk guna menjalin kemitraan dengan perusahaan langsung maka UKM yang sejenis harus membentuk kelompok dengan mendirikan koperasi. Dengan terjalinnya kemitraan dengan perusahaan langsung maka diharapkan rantai untuk memperoleh bahan baku semakin pendek. Sehingga model manajemen rantai pasokan untuk UKM di Yogyakarta yaitu:

Gambar 8

Model Manajemen Rantai Pasokan UKM

Model manajemen rantai pasokan untuk UKM yaitu UKM-UKM yang sejenis membentuk koperasi dan akan memperoleh bahan baku langsung dari perusahaan

(46)

kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke distributor , agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen.

F. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM

UKM harus dikelola dengan baik, serta mendapatkan bimbingan dari instansi pemerintah yang terkait sehingga dapat memperoleh bahan baku dengan mudah, mengakses pembiayaan dengan mudah, dan tidak mengalami kendala dalam pemasaran. Instansi pemerintah yang terkait dengan pemberdayaan UKM yaitu Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM

1. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

a. Visi

Visi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu:

“Menjadi Akselator Terwujudnya Indagkop dan UKM Sebagai Penggerak Peningkatan Daya Saing Untuk Menuju Kemandirian Dan Kesejahteraan Masyarakat”.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah DIY berperan sebagai pemercepat (akselerator) di dalam menggerakkan perekonomian daerah dan meningkatkan daya saing daerah, disamping sebagai perumus kebijakan dilingkup Industri, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menuju kemandirian dan kesejahteraan masyarakat (http://disperindagkop.jogjaprov.go.id).

b. Misi

(47)

1) Mengoptimalkan peran koperasi dan pelaku usaha kecil menengah dalam mendukung perekonomian masyarakat.

Krisis ekonomi sebagaimana terjadi pada tahun 1997 telah membuktikan bahwa Koperasi dan UMKM adalah sektor yang relatif kuat terhadap terpaan krisis tersebut dibanding sektor usaha skala besar. Sektor ini telah mampu menjadi katub pengaman perekonomian nasional. Untuk itu pengembangan Koperasi dan UMKM ini menjadi penting karena bisa menjadi stabilisator jika suatu ketika akan terjadi krisis lainnya. 2) Meningkatkan efektivitas, efisiensi, pedagangan dalam negeri untuk mendukung

pertumbuhan ekonomi.

Sektor perdagangan merupakan sektor pendukung PDRB yang cukup signifikan. Untuk itu pengembangan sektor ini harus terus didorong agar pertumbuhan PDRB yang pada akhirnya merupakan indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat

3) Meningkatkan efektifitas, efisiensi dan daya saing perdagangan dalam negeri dan luar negeri.

Disperindagkop DIY berupaya untuk dapat mengembangkan usaha sektor indagkop dengan mengembangkan dan memfasilitasi pemasaran yang efektif dan efisien sehingga produk-produk unggulan DIY dapat dikenal dan dipasarkan ditingkat regional maupun global.

4) Meningkatkan efektifitas, efisiensi dan daya saing perdagangan dengan mewujudkan tertib akur.

(48)

5) Meningkatkan produktivitas dan daya saing IKM serta mengembanngkan industri kreatif untuk peningkatan daya saing produk.

c. Sasaran dan Kebijakan

Selaras dengan kebijakan pembangunan daerah di Provinsi DIY maka kewenangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DIY adalah pemberdayaan UMKM, dan peningkatan investasi dan ekspor.

1) Sasaran

a) Meningkatkan UMKM b) Meningkatkan investasi c) Meningkatkan ekspor

d) Meningkatkan pemberdayaan Industri Kecil, Menengah, dan Besar (IKMB) 2) Kebijakan Eksternal

a) Meningkatkan citra DIY yang nyaman dan aman serta prospektif untuk investasi. b) Meningkatkan SDM bidang investasi.

c) Meningkatkan kualitas materi promosi investasi.

d) Mengembangkan promosi investasi, meningkatnya kapasitas kelembagaan daerah dan meningkatnya kinerja SKPD.

e) Meningkatkan profesionalisme aparatur. f) Meningkatkan kesejahteraan pegawai. g) Kebijakan Internal

h) Reformasi birokrasi.

i) Pengembangan regulasi dan fasilitasi penegakan supremasi hukum. j) Peningkatan pengawasan.

k) Pengembangan kemampuan aparat.

l) Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak.

(49)

n) Memperkuat jejaring kerja dengan stakeholders. o) Keberlanjutan penataan kelembagaan / pegawai.

p) Memberikan regulasi dan fasilitasi tertatanya ketatalaksanaan dan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

3) Induk Program

Program Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DIY adalah pemberdayaan UMKM, peningkatan investasi, dan ekspor. Rincian program Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DIY yaitu:

a) Program pengaturan persaingan usaha. b) Program peningkatan pengembangan ekspor.

c) Program peningkatan kerjasama perdagangan internasional. d) Program peningkatan kemampuan teknologi industri. e) Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri. f) Program pengembangan industri kecil dan menengah.

g) Program pembinaan industri rumah tangga (IRT), industri kecil dan menengah (IKM).

h) Program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif. i) Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi.

4) Rencana Strategik Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DIY a) Meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat dan dunia usaha.

b) Meningkatkan kualitas aparat Indagkop.

(50)

f) Meningkatkan daya saing Indagkop dan UKM guna menghadapi pasar dalam dan luar negeri.

5) Satuan Kerja Lingkungan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

a) Sekretaris

b) Bidang Industri Logam, Sandang dan Aneka c) Bidang Industri Agro Dan Kimia

d) Bidang Perdagangan Luar Negeri e) Bidang Perdagangan Dalam Negeri

f) Bidang Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah g) Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna

h) Balai Pelayanan Bisnis Dan Pengelolaan Intelektual i) Balai Metrologi

6) Program Kegiatan Bidang Koperasi dan UKM

a) Peningkatan iklim usaha yang kondusif bagi KUMKM. b) Peningkatan akses terhadap sumber daya produktif. c) Peningkatan daya saing SDM KUMKM.

d) Penguatan kelembagaan koperasi.

7) Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Seksi Usaha Kecil Menengah

a) Tugas

(51)

b) Fungsi

(1) Penyusun program Seksi Usaha Kecil dan Menengah.

(2) Penyusun petunjuk teknis pembinaan dan pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah.

(3) Pengelolaan data dan informasi usaha mikro, kecil dan menengah.

(4) Pembinaan dan pengembangan produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan peralatan/teknologi.

(5) Pemantauan perkembangan dan fasilitasi penyelesaian permasalahan sengketa usaha mikro, kecil dan menengah.

(6) Fasilitasi kemitraan usaha mikro, kecil dan menengah dengan kelembagaan dan pelaku usaha lainnya.

(7) Fasilitasi perlindungan usaha mikro, kecil dan menengah.

(8) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi Usaha Kecil dan Menengah.

8) Program Seksi Usaha Kecil Menengah

a) Pembinaan UKM: pelatihan, bimtek, sosialisasi, seminar, lokakarya, magang / pencangkokan usaha.

(52)

c) Pemberdayaan UKM melalui promosi, pameran, pasar rakyat, gelar potensi, dan ekspor (lokal, nasional, internasional), kerjasama usaha, mitra usaha dengan BUMN, BUMD, BUM.

d) Mengarahkan bantuan fasilitas / perkuatan akses permodalan dan pemasaran, sarana, dan prasarana serta teknologi tepat guna.

9) Program tahun 2015 untuk UKM

Program Seksi Usaha Kecil Menengah untuk UKM tahun 2015 yaitu: 1) Program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif

Kegiatan yang dilakukan yaitu penguatan kapasitas kemitraan UMKM 2) Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM

Kegiatan yang dilakukan yaitu menumbuhkan wirausaha baru 3) Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi

Kegiatan yang dilakukan yaitu penguatan kapasitas perkoperasian Program seksi perdagangan tahun 2015 yaitu:

a) Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan Kegiatan yang dilakukan yaitu perlindungan pasar domestik b) Program peningkatan dan pengembangan ekspor

Kegiatan yang dilakukan yaitu kerjasama dan pemasaran produk ekspor c) Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri

Kegiatan yang dilakukan yaitu: (1) Pengelilaan dan pelayanan HAKI (2) Pemasaran perdagangan dalam negeri

(3)Pembinaan dan pengembangan perdagangan dalam negeri (4)Pelayanan pengembangan bisnis

Program seksi industri tahun 2015 yaitu:

(53)

Kegiatan yang dilakukan yaitu:

(1)Peningkatan produksi IKM Logam Sandang dan Aneka (2)Peningkatan produksi IKM Agro dan Kimia

(3)Peningkatan kualitas produk IKM Logam Sandang dan Aneka (4)Peningkatan kualitas produk IKM Agro dan Kimia

b) Program pembinaan dan pengembangan industri kreatif Kegiatan yang dilakukan yaitu pengembangan industri kreatif

2. Dinas perindustrian Perdagangan dan koperasi Kabupaten Sleman

Program Dinas Perindustrian Perdagangan dan koperasi Kabupaten Sleman yaitu: a) Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif

Kegiatan yang dilakukan yaitu:

(1) Fasilitasi Kemudahan Formalisasi Badan Usaha Kecil Menengah (2) Fasilitasi Pelayanan Perubahan Anggaran Dasar

b) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

Kegiatan yang dilakukan yaitu:

(1)Penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan (PIK) (2)Pelatihan manajemen pengelolaan koperasi/ KUD

c) Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Kecil Mikro dan Menengah Kegiatan yang dilakukan yaitu penyelenggaraan promosi poduk usaha mikro kecil menengah

d) Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Kegiatan yang dilakukan yaitu:

(1) Sosialisasi Pinsip-Prinsip Pemahaman Perkoperasian

(54)

(3) Fasilitasi Masalah dan Pembubaran Koperasi Bermasalah

3. Dinas perindustrian Perdagangan dan koperasi Kabupaten Bantul

Program Dinas perindustrian Perdagangan dan koperasi Kabupaten Bantul untuk UKM tahun 2015 yaitu:

a. Program untuk UKM b. Pelatihan kewirausahaan c. Pelatihan manajemen

d. Fasilitas perijinan olahan makanan SPIRT, produk halal dan merek

e. Fasilitas permodalan melalui program PKBL BUMN model perbankan melalui koperasi

f. Promosi dalam bentuk pameran di tingkat lokal, regional, dan nasional

4. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Keccil Menengah Kabupaten Kulon Progo

Program Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Keccil Menengah Kabupaten Kulon Progo yaitu:

a. Pameran b. Fasilitas HAKI c. Pengembangan sentra d. Pengembangan bisnis e. Magang kerja

f. kewirausahaan

5. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Gunungkidul

(55)

a. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM Kegiatan yang diakukan yaitu:

1) Penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan

2) Pelatihan manajemen pengelolaan koperasi dan KUD

b. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah Kegiatan yang dilakukan yaitu:

1) Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan

2) Koordinasi pemanfaatan fasilitas pemerintah untuk UKM dan Koperasi 3) Penyelenggaraan promosi produk UKM

c. Progrram meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi Kegiatannya meliputi:

1) Sosialisasi prinsip-prinsip pemahaman perkoperasian

2) Pembinaan pengawasan dan penghargaan koperasi berprestasi d. Progrram perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan e. Progrram peningkatan dan pengembangan ekspor

Kegiatannya meliputi:

1) Pengembangan informasi peluang pasar perdagangan luar negeri 2) Membangun jejaring dengan eksportir

f. Progrram peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri Kegiatan yang dilakukan yaitu:

1) Fasilitas kemudahan perijinan pengembangan usaha 2) Pengembangan passar dan distribusi barang/produk 3) Peningkatan sistem dan jaringan informasi perdagangan 4) Pembangunan / rehabilitasi pasar tradisional

(56)

i. Progrram pengembangan industri kecil menengah (IKM) Kegiatan yang dilakukan yaitu:

1) Fasilitas bagi IKM terhadap pemanfaatan sumber daya 2) Pemberian kemudahan izin usaha industri kecil menengah j. Progrram peningkatan kemampuan TI

Kegiatan yang dilakukan yaitu pembinaan kemampuan TI k. Pengembangan sentra-sentra industri potensial

Kegiatan yang dilakukan yaitu penyediaan sarana informasi yang dapat diakses masyarakat

6. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta

Program Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta untuk UKM yaitu:

a. Pelatihan b. Manajerial c. Pemasaran d. Pendampingan

Pemberdyaan UKM melalui pendampingan merupakan langkah strategis untuk memajukan UKM agar tumbuh dan berkembang secara baik. Tidak satupun UKM yang tidak mengalami kendala dalam pertumbuhannya. Akan tetapi setiap kendala hendaknya dijadikan tantangan untuk melakukan perbaikan dalam semua aspek manajemen di dalamnya.

Maka untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:

(57)

tenaga pendamping yang handal yang memiliki kapasitas mampu menangani dan menyelesaikan setiap masalah yang muncul pada UKM, serta meningkatkan kapasitas pendamping UKM melalui perlatihan dan bimbingan berkesinambungan. Karena seiring berjalannya waktu, akan semakin beragam pula tingkat kesulitan dan masalah yang akan dihadapi di lapangan.

2. Dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk menyediakan program khusus pemberdayaan UKM dengan menyiapkan anggaran khusus untuk memajukan UMKM,

(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Strategi manajemen rantai pasokan yang digunakan oleh UKM di Yogyakarta dalam menentukan suplier yaitu:

1) UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 1 suplier yaitu 69,66%.

2) UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 2 suplier yaitu 18,73%.

3) UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi sedikit suplier dengan 3 suplier yaitu 6,74%.

4) UKM di Yogyakarta yang menggunakan strategi banyak suplier dengan 4 – 10 suplier yaitu 4,86%.

b. Model manajemen rantai pasokan yang sudah diimplementasikan oleh UMK di Yogyakarta yaitu:

1) Model 1 : 1 Suplier – Manufaktur - Konsumen 2) Model 2 : 2 Suplier – Manufaktur – Konsumen

3) Model 2 : 2 Suplier – Manufaktur – Pengecer - Konsumen 4) Model 3: 3 Suplier – Manufaktur – Konsumen

5) Model 3: 3 Suplier – Manufaktur – Agen - Pengecer – Konsumen 6) Model 4: 4 Suplier – Manufaktur - Konsumen

7) Model 4: 4 Suplier – Manufaktur - Distributor - Agen - Pengecer – Konsumen 8) Model 5: 5 Suplier – Manufaktur - Konsumen

(59)

c. Dalam penyediaan bahan baku produknya, hampir semua UKM membeli sendiri-sendiri bahan bakunya. UKM memperoleh dari pasar, toko maupun warung di sekitar tempat tinggalnya.

d. Model manajemen rantai pasokan untuk UKM yaitu UKM-UKM yang sejenis membentuk koperasi dan akan memperoleh bahan baku langsung dari perusahaan kemudian melakukan proses manufaktur dengan membuat produk dan langsung menjualnya kepada konsumen atau menjualnya ke distributor , agen, kemudian ke pengecer baru ke konsumen.

e. Guna pemberdayaan UKM Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM DIY memiliki program yaitu:

1) Program penciptaan iklim usaha kecil menengah yang kondusif

2) Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UKM 3) Program peningkatan kualitas kelembagaan koperasi

4) Program perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan 5) Program peningkatan dan pengembangan ekspor

6) Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri 7) Program pengembangan industri kecil dan menengah

2. Saran

a. Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM tingkat propinsi maupun kabupaten hendaknya terus mendorong UKM yang sejenis untuk membentuk koperasi

(60)
(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Abidin, Pengembangan Usaha Micro Kecil Dan Menengah (Umkm) Sebagai Kekuatan Strategis Dalam Mempercepat Pembangunan Daerah

Anas Mutakin dan Muna Hubeis, 2011., Pengukuran Kinerja Manajemen Rantai Pasokan Dengan Scor Model 9.0 Studi Kasus Di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Penelitian, Jurnal Manajemen dan Organisasi Vol II, No. 3. Desember

Anindya Ayu Pranaputrika Kirana, www.kompasiana.com

Banun Dyah Probowati dan Yandra Arkeman, 2011., Analisis Rantai Pasokan Komodita Rotan, EmBryo Vol. 8 No. 2

Chopra, Sunil Dan Peter Meindl, 2004., Supply Chain Management: Strategy, Planning And Operations. Second Edition. Prentice Hall Inc., Upper Saddle River, New Jersey.

Coopper, D.R., and Emory, C.W. 1995. Business Research Methods. Fifth Edition, United Stated of America: Richard D.Irwin, Inc.

David Simichi Levi, Philip Kaminsky dan Edith Simichi Levi, 2000., Designing and Managing The Supply Chain: Concept, Strtegies and Case Studies.. Singapore: Irwin Mc-GrawHill Inc

Donald R.Cooper and Emory, C. William., 1995, Business Research Methods, Richard D.Irwin Inc. Chicago.

Edy Suandi Hamid dan Y. Sri Susilo, 2011., Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jurnal Ekonomi

Pembangunan Volume 12, Nomor 1, Juni 2011, hlm.45-55

Gujarati, D. 1995. Basic Econometrics. Third Edition, Economic Series, Singapore: McGraw-Hill International Editions.

Hamidin, Dini, 2012, Framework Kolaborasi Logistik Umkm, Prosiding Konferensi Nasional Sistem Informasi, Bali.

Heizer, Jay Dan Barry Render, 2015., Manajemen Operasi. Salemba Empat, Edisi 11, Jakarta

Heizer, Jay Dan Barry Render, 2010., Operation Management. Pearson Education Limited, England

Herdiansyah, Haris, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, cetakan ketiga, Salemba Humanika, Jakarta

Gambar

Tabel 1 Jumlah UKM di Yogyakarta
Tabel 2
Gambar 2 Model Manajemen Rantai Pasokan
Tabel 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian hubungan kekerabatan fenetik di antara kultivar tomat dipandang perlu, karena dapat diperoleh informasi kedekatan hubungan di antara kultivar tomat

Hasil uji F menunjukkan bahwa jenis zat pengatur tumbuh berupa air kelapa muda konsentrasi 50% dan IBA konsentrasi 25 ppm berpengaruh sangat nyata terhadap saat

Untuk informan, Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah yang ditentukan sesuai dengan kepemilikan informasi yang kredibel tentang revitalisasi Kampung Melayu

Dengan demikian, rata-rata hasil belajar siswa yang diberikan perbuatan menerapkan pendekatan matematika realistik pada materi menentukan KPK dan FPB lebih tinggi

Secara khusus, hasil wawancara awal peneliti dengan beberapa mahasiswa Fakultas Psikologi yang ada di Universitas Muhammadiyah Surakarta menemukan bahwa, mereka

Adapun kegunaan penelitian ini bagi praktisi adalah diharapkan hasil penelitian tersebut dapat memberikan sumbangan pemikiran dan saran mengenai pentingnya

Alur penelitian yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 4. Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahapan segmentasi, tahapan pengukuran fitur dan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan