• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN FOTOPROTEKTIF FRAKSI ETILASETAT EKSTRAK ETANOLIK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN FOTOPROTEKTIF FRAKSI ETILASETAT EKSTRAK ETANOLIK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus)"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH Halaman Judul

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN FOTOPROTEKTIF FRAKSI ETILASETAT EKSTRAK ETANOLIK KULIT BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus polyrhizus)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

NURHASNA SUSHMITA SARI 20120350015

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Halaman Judul

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN FOTOPROTEKTIF FRAKSI

ETILASETAT EKSTRAK ETANOLIK KULIT BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus polyrhizus)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Farmasi

pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

NURHASNA SUSHMITA SARI

20120350015

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

:

Nurhasna Sushmita Sari

NIM

:

20120350015

Program Studi

:

Farmasi

Fakultas

:

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk

apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka dibagian

akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 23 Juni 2016

Yang membuat pernyataan

(4)

iv

MOTTO

“Dan apabila hamba- hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka

(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang

yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu

memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar

mereka selalu berada dalam kebenaran” (Al Baqarah ayat 186)

“Jadilah alasan kebahagiaan orang lain, sedangkan alasan kebahagiaan diri

sendiri biarlah Allah yang melakukannya” (Mario Teguh)

“Watch your thoughts, they become words. Watch your words, they become

actions. Watch your actions, they become habits. Watch your habits, they become

character. Watch your character, it becomes your destiny” (Lao Tzu)

“Bila kamu tak tahan lelahnya belajar, bersiaplah menanggung perihnya

kebodohan” (Imam Syafi’i)

“Hiduplah seperti huruf aksara jawa, huruf itu akan tetap hidup dan bisa dibaca

walau di ‘wulu’, di ‘suku’, di ‘taling’, di ‘pepet’, di ‘layar’, di ‘cecak’, tapi akan

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Syukur kupanjatkan kepada Allah SWT yang telah mengabulkan segala doa yang

kupanjatkan serta memberikan berbagai nikmat yang tak terhitung jumlahnya.

Karya Tulis Ilmiah ini kupersembahkan kepada:

Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan sayangi, bapak dan ibu yang

selalu menyelipkan namaku di setiap doanya, menyayangi dan mencintaiku tak

kenal lelah, menjadi motivasiku dalam mencapai citaku

Untuk adikku Nur Allisia Rahmasari yang selalu memberiku semangat, dukungan,

doa dan telah menjadi adik terbaik yang aku miliki.

Untuk keluarga besarku yang selalu mendoakanku.

Untuk sahabat kecilku, Nur, Anggun, Tita, Nita, Putri, teman- teman almamater

SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta, SMP Negeri 7 Yogyakarta, dan

SMA Negeri 4 Yogyakarta

Untuk Ratih, Seftina, Hida, Jihan, Indah, Anggi, Nopril, dan Neng terimakasih

telah memberi warna baru dalam hidupku.

Serta untuk guru- guruku yang telah memberikan ilmu, mendidik dan membuatku

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “Uji Aktivitas Antioksidan dan Fotoprotektif Fraksi Etilasetat Ekstrak

Etanolik Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)” sebagai tugas akhir

untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Karya

Tulis Ilmiah ini dapat selesai karena dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak

diantaranya kepada:

1. Ibu Sabtanti Harimurti, M.Sc., Ph.D., Apt. selaku Kepala Program Studi

Farmasi

Fakultas

Kedokteran

dan

Ilmu

Kesehatan

Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Hari Widada, M., Sc., Apt., selaku dosen pembimbing. Terimakasih

atas bimbingan, ilmu, dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis selama

penulis melakukan penelitian dan menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi

Fakultas

Kedokteran

dan

Ilmu

Kesehatan

Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Andy Eko Wibowo., M.Sc., Apt., selaku dosen penguji 1. Terimakasih

atas saran yang diberikan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini

dapat menjadi lebih baik lagi.

(7)

vii

5. Mas Satria, Mbak Linggar, Mbak Zelmi yang telah membantu penelitian di

Laboratorium di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6. Mbak Linda Karlina (farmasi angkatan 2011) dan Aditya Dwi Pamungkas

(farmasi angkatan 2012) yang telah menjadi rekan seperjuangan dalam

menyelesaikan penelitian di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

7. Kepala LP3M UMY yang telah memberikan dana penelitian melalui program

Hibah Penelitian Kemitraan.

8. Teman-teman farmasi angkatan 2012 yang telah menjadi saudara baru bagi

penulis. Semoga persaudaraan ini dapat terus berjalan meskipun telah lulus

dari Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

9. Teman-teman KKN 05 tahun 2015 yang telah memberikan semangat dan

dukungan.

10. Semua pihak yang terkait dalam penelitian ini. Terimakasih atas dukungan

yang diberikan baik yang bersifat material maupun non material, alunan doa,

dukungan serta bimbingan selama penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang InsyaAllah akan

membuat Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik lagi dan bermanfaat bagi

penulis maupun pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 23 Juni 2016

Penulis

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iii

MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR GAMBAR...xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

INTISARI... xii

ABSTRACT...xiv

BAB I Pendahuluan... 1

A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah... 3

C. Keaslian Penelitian...4

D. Tujuan Penelitian... 5

E. Manfaat Penelitian... 5

BAB II Tinjauan Pustaka...6

A. Radikal bebas...6

B. Efek radikal bebas...7

C. Radiasi Ultraviolet Dan Fotoprotektif...8

D. Antioksidan...10

E. Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)...13

F. Metode Ekstraksi... 16

I. Spektrofotometri UV-Vis...19

J. Kerangka Konsep...20

G. Hipotesis... 22

BAB III Metode Penelitian...

A. Desain Penelitian...

B. Tempat Dan Waktu Penelitian...

C. Sampel Penelitian...23

D. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...24

1. Variabel Penelitian... 24

2. Definisi Operasional...24

E. Instrumen Penelitian... 26

F. Cara Kerja... 27

G. Skema langkah kerja...32

(9)

ix

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 33

A. Penyiapan sampel...33

B. Analisis Kualitatif Flavonoid dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT).... 35

C. Penetapan Kuantitatif Kandungan Flavonoid Total...36

D. Analisis Kuantitatif Kandungan Fenolik Total...38

E. Uji Antioksidan Metode DPPH... 40

F. Panjang Gelombang Maksimal dan SPF secara in vitro...42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 44

A. Kesimpulan... 44

B. Saran... 44

DAFTAR PUSTAKA... 45

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tingkat kemampuan tabir surya ...9

Tabel 2. ROS dan antioksidan yang berperan ...11

Tabel 3. Tingkat aktivitas antioksidan dengan metode DPPH...13

Tabel 4. Pelarut dan parameternya ...16

Tabel 5. Panjang gelombang dan nilai EE (λ) x I (λ) ...31

Tabel 6. Warna tiap bercak sampel uji pada Plat KLT... 36

Tabel 7. Uji Flavonoid total standar kuersetin...37

Tabel 8. Kandungan total flavonoid Fraksi KBNM-AcOEt...37

Tabel 9. Uji Fenolik Standar Asam Galat...38

Tabel 10. Perhitungan Konsentrasi fenol sampel fraksi KBNM- AcOEt...39

Tabel 11. Uji penangkapan radikal bebas DPPH...40

Tabel 12. Scanning panjang gelombang maksimal fraksi KBNM-AcOEt...42

Tabel 13. Uji Flavonoid total standar kuersetin...56

Tabel 14. Uji Flavonoid total Fraksi KBNM-AcOEt... 56

Tabel 15. Standar asam galat... 58

Tabel 16. Uji penangkapan radikal bebas DPPH kuersetin replikasi 1... 60

Tabel 17. Uji penangkapan radikal bebas DPPH kuersetin replikasi 2... 60

Tabel 18. Uji penangkapan radikal bebas DPPH kuersetin replikasi 3... 60

Tabel 19. Uji penangkapan radikal bebas DPPH fraksi KBNM-AcOEt...61

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh radikal bebas ...6

Gambar 2. Struktur kuersetin ...10

Gambar 3. Resonansi radikal bebas fenol ...11

Gambar 4. Tanaman buah naga merah ...13

Gambar 5. Kerangka konsep...20

Gambar 6. Skema langkah kerja... 32

Gambar 7. Hasil uji kualitatif menggunakan plat KLT... 35

Gambar 8. Kurva standar kuersetin pada uji total flavonoid... 56

Gambar 9. Kurva standar asam galat... 58

Gambar 10. Grafik uji aktivitas antioksidan kuersetin... 61

Gambar 11. Grafik uji aktivitas antioksidan fraksi KBNM- AcOEt...68

Gambar 12. Perajangan kulit buah naga merah... 68

Gambar 13. Proses maserasi... 68

Gambar 14. Proses Evaporasi... 68

Gambar 15. Proses fraksinasi...68

Gambar 16. Penangkapan Radikal Bebas DPPH...68

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Hasil Determinasi Tanaman...53

Perhitungan nilai rendemen... 54

Perhitungan Rf... 55

Analisis Total Flavonoid sampel uji... 56

Analisis kandungan fenolik total... 58

Uji aktivitas antioksidan sampel uji...60

Uji SPF...63

(13)

HALAMANPENGESAHAN

UJ[ AKT[VITAS ANTIOKSIDAN DAN FOTOPROTEKTlF FRAKS[

ETILASETAT EKST RAK ETAN OLIK KULlT BUAH NAGA MERAI-I

(Hyloeereus polyrhizus)

Disusun o[eh

NURHASNASUSHMUTASAIU

20 [20350015

Te lah disetujui dan disemi narkan pada tanggal23 Jun i 2016

Dosen Pembimbing,

Hari Wi da, M., Sc., Apt.

N UC

1977072 1 201004 1731 20

Dosen

Penguji 2

Sri Tasmin atun, M. Si .. Apt

NlK.

19880602 20 1504173237

Nil<.

197 1 1[ 06 19990417 303 6

Mengetahui.

Kepala Program Studi Farmasi

Fakultas

Kedokteran dan IImu Kesehatan

u ョゥ カ・イウゥエ 。 セ@

Muhammadiyah Yogyakarta

M[Lオセ

s··

'l ZGセNBGB

It セG@ ,

セ|セセ@

',

..

ZZセ@ Zセ@

Sabtlinti

Han

1 M .Sc. Ph.D. A t.

NlK.:

1973

2320131 0 173 127

(14)

xiv ABSTRACT

Free radicals can be caused by exposure of UV rays. Free radicals in the body can be a trigger of many diseases. Photoprotective agent can protected the skin from exposure of UV rays. In addition, antioxidant compound can also reduced a negative impact of free radicals. Red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) was one of the fruits which contain a flavonoid compound. This compound can acted as photoprotective and antioxidant agents. This study aims to know the content of flavonoid in the peel of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) and knowing the antioxidants and photoprotective activities.

The peel of red dragon fruit (Hylocereus polyrhizus) extracted within ethanol then macerate fractionated with ethylacetate. The content of phenolic and flavonoid compounds of ethylacetate fraction of the red dragon fruit

(KBNM-AcOEt) tested with TLC method, Folin-Ciocalteu method, and chelation AlCl3 method. Furthermore, the free radical (DPPH) scavenging test was be done to found out the antioxidant activities of KBNM-AcOEt and in vitro test with spectrophotometry method was conducted to found out the SPF value of

KBNM-AcOEt.

The Total Phenolic Content of KBNM-AcOEt was 1493,4641 ± 14,9757 mg GAE/100g and the Total Flavonoid Content of KBNM-AcOEt was 16,5278 ± 0,3612 % b/b EQ. Antioxidant activities of KBNM-AcOEt was weak (> 150 g/mL). It was seen from the IC50 value of KBNM-AcOEt (491.9421 g/mL). Meanwhile, the SPF value of KBNM-AcOEt was very low (0.0069 ± 0.0071). The KBNM-AcOEt at a concentration of 5, 25, 50 and 100 mg / L does not have photoprotective activities.

(15)

xiii INTISARI

Radikal bebas dapat disebabkan oleh paparan radiasi sinar UV. Kadar radikal bebas yang tinggi di dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Suatu agen fotoprotektif dapat melindungi kulit dari paparan sinar UV. Selain itu, senyawa antioksidan juga dapat mengurangi efek negatif radikal bebas. Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan salah satu buah yang mengandung senyawa flavonoid yang dapat bertindak sebagai agen fotoprotektif dan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan flavonoid dalam kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) serta mengetahui daya antioksidan dan daya fotoprotektifnya.

Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) diekstraksi dengan etanol dan difraksinasi cair-cair menggunakan etilasetat. Kandungan senyawa fenolik dan flavonoid fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah naga merah

(KBNM-AcOEt) diuji dengan metode KLT, metode Folin-Ciocalteu, dan metode khelasi AlCl3. Selanjutnya, uji penangkapan radikal bebas DPPH dilakukan untuk

mengetahui daya antioksidan fraksi KBNM-AcOEt dan uji secara in vitro dengan metode spektrofotometri dilakukan untuk mengetahui nilai SPF fraksi

KBNM-AcOEt.

Kandungan fenolik total fraksi KBNM-AcOEt adalah 1493,4641 ± 14,9757 mg GAE/100g dan kandungan total flavonoid fraksi KBNM-AcOEt

adalah 16,5278 ± 0,3612 % b/b EQ. Daya antioksidan fraksi KBNM-AcOEt

diketahui bersifat lemah (>150 μg/mL). Hal ini dilihat dari nilai IC50 fraksi

KBNM-AcOEt yaitu 491,9421 g/mL. Sementara itu, nilai SPF yang dihasilkan oleh fraksi KBNM-AcOEt sangat rendah yaitu sebesar 0,0069 ± 0,0071. Hal ini menunjukkan fraksi KBNM-AcOEt konsentrasi 5, 25, 50 dan 100 mg/L tidak memiliki daya fotoprotektif.

(16)

1

1

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi bumi. Berbagai

manfaat dapat diperoleh dari sinar matahari. Salah satunya adalah untuk

meningkatkan suplai vitamin D bagi manusia melalui paparan radiasi UVB

(Ultraviolet B) (Mead, 2008). Manfaat tersebut didapatkan ketika radikal

bebas yang terbentuk dari paparan radiasi UV berada pada konsentrasi normal.

Kadar radikal bebas yang tidak normal atau tinggi di dalam tubuh akan

menghasilkan stres oksidatif yang dapat menyebabkan berbagai macam

penyakit seperti kanker kulit, arthritis, penuaan, gangguan autoimun, jantung

dan penyakit neurodegeneratif (Pham-Huy et al., 2008).

World Health Organization (WHO) memperkirakan akan terjadi

peningkatan kejadian kanker kulit non-melanoma sebesar 300.000 dan

melanoma sebanyak 4.500 akibat penipisan lapisan ozon (WHO, 2015). Tabir

surya atau suatu agen fotoprotektif dapat melindungi kulit dari paparan sinar

UV dengan menyerap, memantulkan, serta menyebar (scatter) sinar matahari

(Mishra et al., 2011). Tubuh kita membutuhkan suatu senyawa yang dapat

membantu menangkal radikal bebas atau sering disebut dengan antioksidan

(Pietta, 1999). Senyawa antioksidan yang umum digunakan adalah vitamin E

atau α-tokoferol, BHA, dan BHT (Fessenden, 1986). Senyawa antioksidan

(17)

2

yang dapat digunakan sebagai antioksidan dan fotoprotektif adalah buah naga

merah (Hylocereus polyrhizus). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

kandungan antioksidan kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) lebih

tinggi dibanding daging buahnya (Nurliyana et al., 2010). Penggunaan kulit

buah naga merah yang memiliki berat 22% dari berat buah ternyata belum

dimanfaatkan secara optimal (Jamilah, 2011). Pemanfaatan tumbuhan telah

dijelaskan dalam Al-Quran surat Asy- Syu’ara ayat 7 yang berbunyi:

Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah

banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan

yang baik?”

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui daya antioksidan

dari kulit buah naga merah. Pranata (2013) mengambil senyawa dalam kulit

buah naga merah (Hylocereus lemairei Britton dan Rose) yang bersifat

semipolar dalam bentuk fraksi kloroform ekstrak kloroform dengan hasil nilai

IC50 sebesar 3349,936 g/mL, sedangkan Budilaksono et al. (2014)

mengambil senyawa non polar dari ekstrak yang bersifat semipolar dalam

bentuk fraksi n-heksana ekstrak kloroform yang menghasilkan nilai IC50

sebesar 206,591 g/mL. Kuersetin adalah salah satu kelas flavonoid

(flavonol) yang bersifat semipolar yang mempunyai aktivitas antioksidan

lebih tinggi dibanding vitamin C dengan perbandingan 4,7:1 (Sugrani et al.,

2009). Kuersetin pada konsentrasi 10% juga diketahui memiliki nilai SPF

(18)

3

2008). Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengambil senyawa yang bersifat

semipolar dari ekstrak yang bersifat polar dalam bentuk fraksi etilasetat

ekstrak etanol sehingga senyawa flavonoid seperti kuersetin dapat diambil

dan dapat diketahui daya antioksidan dan fotoprotektif untuk mencegah

paparan sinar ultraviolet yang berlebihan.

B. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat kandungan flavonoid dan fenolik dalam fraksi etilasetat

ekstrak etanolik kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang diuji

dengan uji KLT, metode khelasi AlCl3, serta metode Folin-Ciocalteu?

2. Bagaimana daya antioksidan fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah

naga merah (Hylocereus polyrhizus) dilihat dari nilai IC50 yang diuji

menggunakan metode DPPH?

3. Bagaimana daya fotoprotektif fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah

naga merah (Hylocereus polyrhizus) dilihat dari nilai SPF yang diuji

(19)

4

C. Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian

(Penulis, tahun) Hasil Persamaan Perbedaan

1

Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Kloroform Kulit

Buah Naga Merah (Hylocereus lemairei

Britton dan Rose) Menggunakan Metode

DPPH (1,1-Difenil-2- Pikrilhidrazil)

(Pranata, 2013)

Nilai IC50 pada fraksi

kloroform kulit buah naga merah

(Hylocereus lemairei

Britton dan Rose) adalah 3349,936

g/mL.

Sampel yang digunakan adalah kulit buah naga merah, namun beda spesies (penelitian ini menggunakan

Hylocereus polyrhizus)

1. Sampel yang digunakan oleh Pranata adalah fraksi kloroform ekstrak kloroform (semipolar dari ekstrak semipolar), sedangkan penelitian ini menggunakan fraksi etilasetat ekstrak etanolik (semipolar dari ekstrak polar) 2. Kontrol positif yang digunakan Pranata

adalah vitamin C, sedangkan kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini adalah kuersetin.

2

Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi n-Heksana Kulit

Buah Naga Merah (Hylocereus lemairei

Britton dan Rose) Menggunakan Metode

DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil)

(Budilaksono et al., 2014)

Nilai IC50 pada fraksi

n-heksana kulit buah naga merah (Hylocereus lemairei Britton dan Rose) adalah 206,591

g/mL.

Sampel yang digunakan adalah kulit buah naga merah, namun beda spesies (penelitian ini menggunakan

Hylocereus polyrhizus)

1. Sampel yang digunakan oleh

Budilaksono et al. adalah fraksi n-heksan ekstrak kloroform (non polar dari ekstrak semipolar), sedangkan penelitian ini menggunakan fraksi etilasetat ekstrak etanolik (semipolar dari ekstrak polar) 2. Kontrol positif yang digunakan

(20)

5

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui adanya senyawa flavonoid dan fenolik dalam fraksi etilasetat

ekstrak etanolik kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) yang diuji

dengan uji KLT, metode khelasi AlCl3, serta metode Folin-Ciocalteu.

2. Mengetahui daya antioksidan fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah

naga merah (Hylocereus polyrhizus) dengan nilai IC50 yang diuji

menggunakan metode DPPH.

3. Mengetahui daya fotoprotektif fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah

naga merah (Hylocereus polyrhizus) dengan nilai SPF yang diuji

menggunakan metode spektrofotometri.

E. Manfaat Penelitian

Apabila terbukti pada fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah naga merah

(Hylocereus polyrhizus) memiliki daya antioksidan dan daya fotoprotektif,

maka dapat digunakan sebagai landasan ilmiah untuk pengembangan sediaan

(21)

6 BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Radikal bebas

Radikal bebas merupakan suatu atom atau gugus atom yang memiliki

satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, bersifat sangat reaktif dan

mempunyai energi yang tinggi. Simbol dari suatu radikal bebas adalah sebuah

titik yang menggambarkan elektron yang tidak berpasangan (Fessenden,

1986).

OH• O2 • NO •

Hidroksil Superoksid Nitrit oksid

NO2• ROO• LOO•

Nitrogen dioksid Peroxyl Lipid peroxyl

Mekanisme reaksi radikal bebas dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Inisiasi

Tahap inisiasi adalah pembentukan awal dari radikal-radikal bebas

(Fessenden, 1986).

Cahaya UV atau kalor

Cl – Cl 2 Cl • --- persamaan 1

2. Propagasi

Pembentukan radikal bebas akan mengakibatkan terbentuknya radikal baru

dengan suatu reaksi yang disebut reaksi rantai (Fessenden, 1986).

Cl • + CH4 CH3 • + HCl --- persamaan 2

Cl2 + CH3 • CH3Cl + Cl • --- persamaan 3

(22)

7

Secara teoritis, proses ini akan berlangsung terus menerus karena sebuah

Cl • akan mengalami reaksi yang menyebabkan terbentuknya sebuah Cl •

yang lain (Fessenden, 1986).

3. Terminasi

Reaksi rantai yang terjadi akan berhenti pada tahap terminasi yaitu ketika

radikal bebas bergabung dengan radikal bebas yang lain sehingga tidak

membentuk radikal bebas yang baru (Fessenden, 1986).

Cl • + • CH3 CH3Cl --- persamaan 4

Sumber radikal bebas dapat dibagi menjadi 3, yaitu (Kumar, 2011):

1. Sumber internal: berasal dari reaksi enzimatik yang menghasilkan suatu

radikal bebas seperti pada reaksi pernafasan, fagositosis, sintesis

prostaglandin, serta dalam sistem sitokrom P450.

2. Sumber eksternal: asap rokok, polutan lingkungan, radiasi, sinar UV,

ozon, obat-obatan, anestesi, pestisida, dan pelarut industri.

3. Faktor fisiologis: status mental seperti stres, emosi dan kondisi penyakit

yang dapat memicu terbentuknya radikal bebas.

B. Efek radikal bebas

Radikal bebas mempunyai peran positif bagi tubuh manusia (Droge,

2002). Namun, ketika kadarnya di dalam tubuh melebihi batas normal maka

radikal bebas menjadi suatu senyawa yang berbahaya bagi manusia.

Akumulasi radikal bebas yang terjadi akan menyebabkan terjadinya stres

(23)

8

Penyakit yang dapat ditimbulkan dari adanya stres oksidatif diantaranya

adalah kanker, gangguan autoimun, penuaan dini, katarak, rheumatoid

arthritis, jantung dan penyakit neurodegeneratif (Pham-Huy et al., 2008).

Mekanisme terjadinya kanker sebagian besar disebabkan oleh adanya mutasi

pada gen p53 atau gen yang berperan dalam proses apoptosis (Thomas, 2009).

Oleh karena itu, keseimbangan antara dua efek antagonis dari radikal bebas

menjadi aspek penting bagi kehidupan manusia (Pham-Huy et al., 2008).

C. Radiasi Ultraviolet Dan Fotoprotektif

Radiasi ultraviolet (UV) merupakan bagian dari spektrum

elektromagnetik yang berada diantara area sinar-X dan sinar tampak atau

antara 40 dan 400 nm (30-3 eV) (Webber, 1997). Berdasarkan spektrum

elektromagnetik, wilayah ultraviolet dibagi menjadi 3 yaitu ultraviolet A

(UVA: 320-400 nm), ultraviolet B (UVB: 290 -320 nm) dan ultraviolet C

(UVC: 200-290 nm) (Dutra, 2004). Radiasi UVA yang mencapai permukaan

bumi yaitu sebesar 95-98%, radiasi UVB sebanyak 2-5%, sedangkan UVC

diabsorbsi oleh lapisan ozon pada bagian stratosfer (McKinlay, 1987).

Radiasi ultraviolet dapat masuk ke dalam kulit melalui kromofor atau

suatu molekul tertentu yang dapat menangkap gelombang elektromagnetik

pada panjang gelombang tertentu (Lucas, 2015). Ketika kulit dirangsang oleh

radiasi ultraviolet, kulit akan melakukan beberapa mekanisme sebagai

perlindungan diri. Pertama, epidermis akan membengkak akibat adanya

radiasi UVB. Hal ini akan meningkatkan perlindungan pada kulit sebesar 3-4

(24)

9

sehingga akan memberikan perlindungan terhadap kulit 2-3 kali (Mishra et al.,

2011). UVB dapat menyebabkan kejadian sunburn 1000 kali lebih banyak

dibanding dengan UVA dan UVA 1000 kali lebih efektif dalam membuat efek

tanning akibat dari melanin pada lapisan epidermis yang membuat kulit lebih

gelap dibandingkan UVB (Brenner & Hearing, 2008; Saewan et al., 2013).

Tabir surya dapat digunakan sebagai agen fotoprotektif karena dapat

melindungi kulit dari paparan UV dengan menyerap, memantulkan, serta

menyebar (scatter) sinar matahari (Mishra et al., 2011). Tingkat efektif suatu

tabir surya didasarkan pada pengukuran nilai SPF (Sun Protection Factor).

Semakin tinggi nilai SPF suatu tabir surya, maka kemampuan dalam

melindungi kulit dari terjadinya sunburn juga semakin besar (Kaur & Saraf,

2010) (Tabel 1). SPF (Sun Protection Factor) adalah nilai yang diperoleh

dengan membandingkan waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya sunburn

pada kulit yang dilindungi tabir surya dengan kulit yang tidak dilindungi tabir

surya(Mishra et al., 2011).

Tabel 1. Tingkat kemampuan tabir surya (Wasitaadmatdja, 1997; Damogalad, 2013)

Nilai SPF Keterangan

2-4 Minimal

4-6 Sedang

6-8 Ekstra

8-15 Maksimal

>15 Ultra

Senyawa kimia yang terkandung di dalam tabir surya umumnya adalah

senyawa aromatis yang terkonjugasi dengan gugus karbonil. Struktur ini

dapat menyerap energi yang tinggi dari matahari kemudian melepas energi

(25)

10

digunakan sebagai tabir surya antara lain ozybenzon, sulisobenzon, dan oktil

metoksi cinnamat (Saewan & Jimtaisong, 2013). Namun, bagi sebagian orang

yang memiliki sensitifitas terhadap senyawa kimia tersebut tidak dapat

memakai tabir surya yang mengandung bahan-bahan yang terkait. Para

peneliti meyakini kosmetik yang menggunakan bahan herbal adalah pilihan

yang tepat bagi kulit yang hipersensitif (Mishra et al., 2011).

Flavonoid adalah salah satu senyawa alami yang berpotensi sebagai agen

fotoprotektif karena memiliki kemampuan dalam menyerap sinar UV serta

dapat menjadi senyawa antioksidan (Saewan et al., 2013). Suatu agen

fotoprotektif dari flavonol yaitu kuersetin (Gambar 2) dan rutin

(kuersetin-3-O-rutinosida) sebesar 10% menunjukkan nilai SPF yang sama dengan

homosalat (agen tabir surya sintetik) (Choquenet et al., 2008).

Gambar 2. Struktur kuersetin (Sing, 2007)

D. Antioksidan

Inhibitor radikal bebas adalah suatu senyawa yang dapat bereaksi dengan

radikal bebas reaktif membentuk radikal bebas yang tidak reaktif dan bersifat

relatif stabil. Suatu inhibitor yang berperan dalam menghambat auto-oksidasi

atau oksidasi oleh udara disebut dengan antioksidan. Senyawa antioksidan

tersebut dapat melawan radikal bebas karena memiliki gugus-gugus fenol atau

(26)

11

bebas yang terbentuk pada tahap propagasi dari senyawa antioksidan akan

terstabilkan secara resonansi sehingga menjadi radikal bebas yang tidak reaktif

(Gambar 3) (Fessenden, 1986).

Gambar 3. Resonansi radikal bebas fenol (Fessenden, 1986)

Dibawah ini adalah senyawa antioksidan beserta radikal bebas yang dapat

distabilkan (Tabel 2):

Tabel 2. ROS dan antioksidan yang berperan (Pervical, 1996)

ROS Antioksidan

Radikal hidroksil (OH•) vitamin C, glutation, flavonoid, asam lipoat Radikal superoksida (O2 • ) vitamin C, glutation, flavonoid, SOD Hidrogen peroksida (H2O2) vitamin C, glutation, beta karoten, vitamin

E, CoQ10, flavonoid, asam lipoat Lipid peroksida (LOOH) beta karoten, vitamin E, flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa dengan kerangka karbon C6-C3-C6

(Grotewold, 2006). Flavonoid yang paling besar ada 4, yaitu antosianin

(pigmen merah sampai ungu), flavonol (kurang berwarna hingga pigmen

kuning pucat), flavanol (pigmen yang kurang berwarna yang menjadi coklat

setelah oksidasi), dan proantosianidin (Pas) (Petrussa et al, 2013). Flavonoid

dibagi menjadi tiga kelas, antara lain:

1. Flavonoid (2-phenylbenzopyrans)

Flavonoid (2-phenylbenzopyrans) dibagi menjadi flavan, flavanon,

flavon, flavonol, dihidroflavonol, flavon-3-ol, 4-ol, dan

(27)

12

2. Isoflavonoid (3-benzopyrans)

Kelompok isoflavonoid (3-benzopyrans) terdiri dari isoflavan, isoflavon,

isoflavanon, isoflav-3-en, isoflavanol, rotenoid, coumestan,

3-arilcoumarin, coumaronochromen, coumaronochromon, dan pterocarpan

(Grotewold, 2006).

3. Neoflavonoid (4-benzopyrans)

Neoflavonoid terdiri dari 4-arilcoumarin, 3,4-dihidro-arilcoumarin, dan

neoflaven (Grotewold, 2006).

Metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) adalah metode yang paling

umum digunakan untuk menentukan kapasitas antioksidan dalam makanan

ataupun minuman karena bersifat cepat, sederhana, akurat, dan juga murah

(Marinova & Batchvaron, 2011). Dasar dari uji DPPH adalah pada perubahan

warna radikal DPPH akibat reaksi antara radikal bebas DPPH dengan satu

atom hidrogen yang dilepaskan oleh senyawa yang terkandung dalam bahan

uji yang membentuk senyawa 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin yang berwarna

kuning. Absorbansi yang diukur adalah absorbansi larutan DPPH yang tidak

bereaksi dengan senyawa antioksidan (Josephy, 1997). Tingkat aktivitas

antioksidan suatu sampel dapat dilihat dari nilai IC50 (konsentrasi yang

ekuivalen memberikan 50% efek aktivitas antioksidan) (Ciptaningsih, 2012).

Semakin kecil nilai IC50, maka semakin aktif sampel tersebut sebagai

(28)

13

Tabel 3. Tingkat aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (Ariyanto, 2006)

IC50 Keterangan

<50 g/mL Sangat kuat

50 -100 g/mL Kuat

100- 150 g/mL Sedang

>150 g/mL Lemah

E. Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus)

1. Taksonomi

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivisio : Spermatophyta

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Subkelas : Hamamelidae

Ordo : Caryophyllales

Famili : Cactaceae

Genus : Hylocereus

Spesies : Hylocereus polyrhizus

(Kristanto, 2008)

2. Karakterisasi tanaman

Buah naga atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan nama “pitaya”

atau “pitahaya” merupakan buah yang berasal dari Meksiko, Amerika

Tengah, dan Amerika Selatan (Puspita, 2011). Secara morfologis, tanaman

ini termasuk tanaman yang tidak lengkap karena tidak memiliki daun.

(29)

14

Akar buah naga tidak terlalu panjang dan berupa akar serabut yang sangat

tahan pada kondisi tanah yang kering dan tidak tahan genangan yang

cukup lama. Bunga buah berukuran besar dan mekar penuh pada malam

hari dan menyebarkan bau yang harum (Dembitsky et al., 2011).

Buah naga memiliki bentuk bulat agak lonjong yang terletak di ujung

cabang atau batang dengan ketebalan kulit buah sekitar 2-3 cm dengan

sisik seperti naga dikulit buahnya. Buah naga merah (Hylocereus

polyrhizus) memiliki kulit berwarna merah dan daging yang berwarna

merah keunguan dengan kadar kemanisan 13-15% briks (Puspita, 2011).

Biji buah naga berbentuk bulat berukuran kecil dengan warna hitam dan

setiap buah terdapat sekitar 1200-2300 biji (Kristianto, 2008). Biasanya,

buah naga akan banyak ditemukan pada bulan April-Mei dan

September-November (Dembitsky et al., 2011).

3. Kandungan buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)

Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) mengandung berbagai

senyawa bioaktif seperti asam stearat, asam oleat, campesterol,

stigmasterol, asam asetat, betanin, isobetanin, fenolik, dan flavonoid

(Foong et al., 2012). Asam stearat, asam oleat, serta fitosterol dapat

digunakan untuk mengurangi konsentrasi LDL-kolesterol dan

menghambat penyerapan kolesterol (Fong et al., 2012; Isabelle et al.,

2009). Kandungan tujuh betacyanin pada buah naga merah (betanin,

(30)

15

bougainvillein-R-I) dapat menjadi pewarna alami, antioksidan, dan untuk

menurunkan kolesterol (Foong et al., 2012).

Senyawa fenolik seperti flavonoid juga bersifat sebagai antioksidan

sehingga berpotensi untuk mengurangi risiko penyakit seperti penyakit

jantung koroner dan kanker. Selain bersifat sebagai antioksidan, flavonoid

juga bersifat sebagai penghambat enzim dan mempunyai efek terhadap

bakteri (Fong et al., 2012). Kulit buah naga merah juga mengandung

beberapa senyawa seperti triterpenoid, betasianin, alkaloid, steroid, dan

flavonoid (flavon dan flavonol) (Pranata, 2013; Budilaksono et al., 2014).

Menurut Wee Sim Choo dan Wee Khing Yong (2011), daging dan

kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) memiliki nilai EC50

sebesar 11,34 ± 0,22 mg/mL atau memiliki daya antioksidan lebih besar

daripada daging dan kulit buah naga putih (Hylocereus undatus) dengan

nilai EC50 sebesar 14,61 ± 0,82 mg/mL. Namun, daging dan kulit buah

naga putih memiliki total fenolik lebih besar (20,14 ± 1,15 mg GAE/100g)

daripada daging dan kulit buah naga merah (15,92 ± 1,28 mg GAE/100g).

Nurliyana et al. (2010) juga menyatakan bahwa daya antioksidan

(nilai IC50) tertinggi terdapat di kulit buah naga merah (Hylocereus

polyrhizus), diikuti kulit buah naga putih (Hylocereus undatus), daging

buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan daging buah naga putih

(Hylocereus undatus). Total fenolik tertinggi terdapat di kulit buah naga

(31)

16

polyrhizus), daging buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dan daging

buah naga putih (Hylocereus undatus).

F. Metode Ekstraksi

Ekstraksi adalah istilah yang digunakan dalam bidang farmasi yang

menggambarkan akan adanya proses pemisahan bagian aktif tanaman atau

jaringan hewan dari komponen yang tidak aktif atau inert menggunakan

pelarut yang dipilih secara selektif dengan mengikuti standar prosedur

ekstraksi (CSI-UNIDO, 2008). Selama ekstraksi, pelarut akan berdifusi ke

dalam bahan tanaman dan melarutkan senyawa yang memiliki kepolaran yang

sama (Pandey, 2014). Senyawa flavonoid yang kurang polar misalnya

isoflavon, flavanone, flavon yang termetilasi, dan flavonol dapat diekstraksi

dengan pelarut seperti diklorometana, kloroform, dietil eter atau etil asetat,

sementara glikosida flavonoid dan aglikon yang lebih polar diekstraksi dengan

[image:31.612.167.473.477.577.2]

pelarut polar seperti alkohol atau campuran alkohol-air (Andersen et al, 2006).

Tabel 4. Pelarut dan parameternya (Barwick, 1997)

Pelarut Indeks polaritas Berat jenis (g/mL)

Heksan 0,1 0,65

Kloroform 4,1 1,48

Etilasetat 4,4 0,90

Metanol 5,1 0,79

Etanol 5,2 0,79

Air 9,0 1,00

Semakin besar nilai indeks polaritas suatu pelarut maka semakin polar

pelarut tersebut (Sadek, 2002). Oleh karena itu, urutan pelarut diatas apabila

diurutkan dari yang non polar ke polar adalah heksan, kloroform, etilasetat,

metanol, etanol dan air. Etilasetat dan kloroform merupakan pelarut yang

(32)

17

Metode dalam ekstraksi tanaman diantaranya adalah maserasi, infus,

perkolasi, digesti, soxhlet, sonikasi, dan destilasi (Pandey, 2014). Ada

beberapa parameter yang digunakan untuk memilih metode ekstraksi dengan

tepat. Pertama, bagian simplisia yang dapat mengganggu dihilangkan terlebih

dahulu. Simplisia yang akan digunakan adalah bagian dari tanaman yang

benar dan untuk mengendalikan kualitas simplisia maka usia tanaman, waktu,

musim, dan tempat pengambilan sebaiknya dicatat. Selanjutnya, proses

pengeringan dilakukan tergantung pada sifat kimia dari simplisia

(CSI-UNIDO, 2008).

Serbuk simplisia yang didapatkan diayak dengan ayakan yang sesuai

untuk mendapatkan ukuran yang seragam, biasanya menggunakan mesh

ukuran 30-40. Jika senyawa yang akan diukur bersifat non polar maka pelarut

yang digunakan adalah yang bersifat non polar, begitu pula sebaliknya.

Apabila senyawa yang akan diambil bersifat termolabil, metode ekstraksi

seperti maserasi dingin, perkolasi, dan CCE (Counter-Current Extraction)

lebih dianjurkan. Namun, apabila senyawa yang akan diambil bersifat

termostabil maka dapat dilakukan dengan ekstraksi soxhlet (jika menggunakan

pelarut bukan air) dan dekoksi (CSI-UNIDO, 2008).

Apabila mengambil senyawa seperti flavonoid dan fenil propanoid

sebaiknya berhati-hati ketika menggunakan pelarut organik karena dapat

mendegradasi senyawa tersebut. Ketika menggunakan metode ekstraksi panas,

maka suhu yang tinggi harus dihindari karena beberapa glikosida dapat

(33)

18

penting karena waktu ekstraksi yang terlalu lama akan menyebabkan senyawa

yang tidak diinginkan juga dapat terekstraksi. Kualitas pelarut yang digunakan

juga perlu diperhatikan. Proses pengeringan harus aman dan dapat menjaga

stabilitas senyawa yang diambil. Parameter yang terakhir adalah parameter

analisis ekstrak seperti TLC (Thin Layer Chromatography) dan HPLC harus

didokumentasikan untuk memantau kualitas ekstrak dari batch yang berbeda

(CSI-UNIDO, 2008).

Maserasi merupakan proses ekstraksi yang banyak digunakan karena

bersifat sederhana (Mahdi, 2010). Proses maserasi secara umum adalah

dengan menempatkan bahan tanaman dalam bentuk bubuk serbuk kedalam

bejana tertutup dengan menambahkan pelarut selama tujuh hari dengan

sesekali diaduk. Bejana dalam keadaan tertutup untuk mencegah penguapan

pelarut selama periode ekstraksi. Pelarut akan berdifusi masuk melalui dinding

sel untuk melarutkan konstituen dalam sel kemudian pelarut akan berdifusi

keluar. Proses difusi tanpa pengadukan akan berjalan sangat lambat. Faktor

yang mempengaruhi proses maserasi diantaranya kecepatan pelarut masuk

kedalam serbuk bahan, tingkat kelarutan dari senyawa yang larut dengan

pelarut, kecepatan pelarut keluar dari senyawa yang tidak larut (CSI-UNIDO,

2008).

Metode maserasi termasuk kedalam golongan ekstraksi padat-cair,

sedangkan ekstraksi cair-cair dilakukan dengan cara fraksinasi. Fraksinasi

merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair berdasarkan

(34)

19

pelarut non polar, yang semi polar akan larut dalam pelarut semi polar, dan

yang bersifat polar akan larut kedalam pelarut polar (Harborne 1987).

Fraksinasi dilakukan menggunakan corong pisah. Pada akhir proses fraksinasi,

larutan dalam corong pisah akan menghasilkan dua lapisan. Pelarut yang

mempunyai berat jenis lebih besar akan berada di lapisan bawah, sedangkan

pelarut dengan berat jenis yang lebih kecil akan berada di lapisan atas

(Suwendiyanti, 2014).

I. Spektrofotometri UV-Vis

Sinar ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-750 nm)

merupakan salah satu radiasi elektromagnetik dan energi yang merambat

dalam bentuk gelombang. Jika suatu molekul dikenai suatu radiasi

elektromagnetik pada frekuensi (panjang gelombang) yang sesuai sehingga

energi molekul tersebut ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka terjadi

peristiwa penyerapan (absorpsi) energi oleh molekul (Gandjar dan Abdul

Rohman, 2012).

Suatu zat dapat dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis

apabila mempunyai zat tersebut memiliki gugus kromofor dan auksokrom.

Kromofor merupakan ikatan rangkap yang terkonjugasi atau gugus atau atom

dalam senyawa organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar

tampak (misalnya, gugus alken, alkin, karbonil, karboksil, amido, azo, nitro,

nitroso, dan nitrat). Auksokrom atau suatu gugus fungsional yang mempunyai

elektron bebas seperti OH, -O, -NH2, dan –OCH3 (Gandjar dan Abdul

(35)

20

Lampu Wolfram merupakan sumber cahaya tampak pada

spektrofometer UV-Vis, sedangkan lampu hidrogen atau deuterium sebagai

sumber radiasi ultraviolet. Sumber cahaya tersebut dipancarkan melalui

monokromator. Monokromator akan menguraikan sinar yang masuk dari

sumber cahaya tersebut menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan

untuk pengukuran suatu zat tertentu. Cahaya atau energi radiasi dari

monokromator diteruskan dan diserap oleh suatu larutan yang akan diperiksa

di dalam kuvet. Jumlah cahaya yang diserap oleh larutan akan menghasilkan

signal elektrik pada detektor, yang mana signal elektrik ini sebanding dengan

cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya signal elektrik yang

dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka (Triyati, 1985).

J. Kerangka Konsep

Fraksi Etilasetat Ekstrak Etanol Kulit Buah Naga Merah Masuk ke kulit akumulasi Penyakit

Antioksidan Fotoprotektif

gugus fenol atau gugus – OH yang terikat pada karbon cincin aromatik

senyawa aromatis yang terkonjugasi dengan

gugus karbonil

[image:35.612.138.512.393.694.2]

Kulit buah naga merah mengandung flavonoid (flavon dan flavonol) Radiasi Ultraviolet radikal bebas

(36)

21

Radiasi sinar UV merupakan salah satu sumber radikal bebas (Kumar,

2011). Radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh dan mengalami akumulasi

akan memicu berbagai macam penyakit seperti kanker, gangguan autoimun,

penuaan dini, katarak, rheumatoid arthritis, jantung dan penyakit

neurodegeneratif (Pham-Huy et al., 2008). Flavonoid merupakan salah satu

contoh senyawa yang dapat berperan sebagai antioksidan karena mempunyai

gugus fenol yang bertugas untuk melawan radikal bebas (Kumar, 2011).

Radikal bebas yang terbentuk pada tahap propagasi dari senyawa antioksidan

akan terstabilkan secara resonansi sehingga menjadi radikal bebas yang tidak

reaktif (Fessenden, 1986).

Selain sebagai antioksidan, flavonoid juga dapat digunakan sebagai agen

fotoprotektif karena memiliki kemampuan dalam menyerap sinar UV

(Saewan and Jimtaisong, 2013). Senyawa kimia dalam tabir surya sintetik

umumnya adalah senyawa aromatis yang terkonjugasi dengan gugus karbonil.

Struktur ini dapat menyerap energi yang tinggi dari matahari kemudian

melepas energi tersebut menjadi lebih rendah (Rai et al., 2007).

Buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang

mengandung berbagai senyawa bioaktif, salah satunya adalah senyawa

fenolik dan flavonoid (Foong et al., 2011). Daya antioksidan kulit buah naga

merah dapat diketahui dengan melakukan analisis kadar fenolik total dan uji

DPPH. Kadar fenol akan menentukan bagaimana daya antioksidan kulit buah

naga merah. Daya fotoprotektif kulit buah naga merah diketahui dengan

(37)

22

KLT dan analisis kadar flavonoid total menyatakan bagaimana kandungan

flavonoid dalam kulit buah naga merah. Kandungan flavonoid akan

menentukan bagaimana daya fotoprotektif kulit buah naga merah.

G. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah naga merah (Hylocereus

polyrhizus) mengandung flavonoid yang diuji menggunakan uji KLT dan

metode khelasi AlCl3 serta mengandung senyawa fenolik yang diuji

menggunakan metode Folin-Ciocalteu.

2. Fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah naga merah (Hylocereus

polyrhizus) memiliki daya antioksidan yang kuat dilihat dari nilai IC50

yang diuji dengan metode DPPH.

3. Fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah naga merah (Hylocereus

polyrhizus) memiliki daya fotoprotektif dilihat dari nilai SPF yang diuji

(38)

BAB III

Metode Penelitian

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional laboratorik untuk mengetahui

kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC

50

serta nilai SPF

pada fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah naga merah (

Hylocereus

polyrhizus)

sebagai agen antioksidan dan fotoprotektif.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

1.

Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasi dan Laboratorium

Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan November 2014 sampai dengan Juni 2015.

C. Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah naga merah

(

Hylocereus polyrhizus

). Buah naga merah yang digunakan berasal daerah

Banyuwangi (diambil pada bulan November 2014). Kulit buah naga merah

diambil dari 20 kg buah naga merah. Kulit buah naga merah kemudian

dikeringkan dan diekstraksi dengan etanol λ5% menjadi ekstrak etanolik kulit

buah naga merah. Selanjutnya ekstrak kental difraksinasi untuk mendapatkan

(39)

D. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi fraksi etilasetat

ekstrak etanolik kulit buah naga merah (

Hylocereus polyrhizus

).

b. Variable tergantung

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kadar fenolik total,

kadar flavonoid total, nilai IC

50

, serta panjang gelombang absorbsi

maksimum dan nilai SPF.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalahμ

a. Kadar fenolik total merupakan kadar senyawa fenolik dalam sampel

yang dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat atau

Gallic Acid

Equivalent

(GAE). Kadar fenolik total didapatkan dari perhitungan

menggunakan rumus TPC (

Total Phenolic Content

), dimana nilai C

(kadar fenol total larutan) atau sumbu x didapatkan dengan

memasukkan nilai absorbansi sampel ke dalam sumbu y pada

persamaan regresi linier standar asam galat. Persamaan regresi ini

didapatkan dari hubungan antara konsentrasi asam galat (10, 20, 30, 40,

dan 50

µ

g/mL) dan absorbansi asam galat. Absorbansi didapatkan dari

hasil pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan

metode Folin-Ciocalteau. Metode ini merupakan reaksi

(40)

fosfotungstad) dan senyawa polifenol yang terdapat pada sampel

sehingga terbentuk malibdenum-tungsen dengan kompleks warna biru

(Wisesa dan Widjanarko, 2014).

b. Kadar flavonoid total merupakan kadar flavonoid dalam sampel yang

dinyatakan sebagai ekuivalen kuersetin (EQ). Kadar flavonoid total

didapatkan dari perhitungan menggunakan rumus Total Flavonoid,

dimana kadar flavonoid dalam sampel (sumbu x) diketahui dengan

memasukkan absorbansi sampel ke dalam sumbu y pada persamaan

regresi linier kuersetin. Persamaan regresi linier kuersetin dibuat dari

hubungan antara konsentrasi kuersetin (400, 800, 1200, 1600 dan 2000

g /mL) dengan absorbansi kuersetin. Absorbansi didapatkan dari hasil

pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan metode

kolorimetri mengunakan khelasi AlCl

3.

Metode ini merupakan reaksi

AlCl

3

yang akan membentuk kompleks dengan gugus keto pada atom

C-4 dan juga dengan gugus hidroksi pada atom C-3 atau C-4 yang

bertetangga dari flavon dan flavonol (Desmiaty, 200λ).

c. IC

50

(

Inhibitory Concentration

) merupakan konsentrasi yang ekuivalen

memberikan 50% efek aktivitas antioksidan atau efek menangkap

radikal bebas (Ciptaningsih, 2012; Marxen

et al

., 2007). IC

50

digunakan sebagai parameter yang menunjukkan aktivitas antioksidan

yang didapatkan dengan menggunakan uji DPPH. Absorbansi DPPH

biasanya diukur pada panjang gelombang 515-520 nm (Marxen

et al

,

(41)

reaksi antara radikal bebas DPPH dengan satu atom hidrogen yang

dilepaskan oleh senyawa yang terkandung dalam bahan uji untuk

membentuk senyawa 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin yang berwarna

kuning (Josephy, 1λλ7).

d. Panjang gelombang absorbsi maksimum dan nilai SPF ditentukan

dengan metode spektrofotometri menggunakan daerah serapan UVB

yaitu antara 2λ0 hingga 320 nm. Nilai SPF didapatkan dari

perhitungan menggunakan rumus SPF yang telah dikembangkan oleh

Mansur

et al

. (1λ86) (Dutra, 2004).

E. Instrumen Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikutμ

1. Alat

Oven, bejana maserasi, bejana KLT, Blender (Philips

®

), cawan porselen,

Rotary evaporator

(IKA

®

RV10), waterbath (Memmert

®

), plat selulosa (E

merck

®

), pipa kapiler, kipas angin (Sekai

®

), lampu UV 254 dan UV 366

nm, termometer, timbangan analitik (Mettler Toledo

®

), corong pisah

(Pyrex

®

), rak tabung reaksi, mikropipet (Socorex

®

), pipet tetes, sendok

tanduk, tabung reaksi (Pyrex

®

), erlenmeyer (Pyrex

®

), gelas ukur (Pyrex

®

),

labu takar (Pyrex

®

), vortex, propipet, pipet volume (Pyrex

®

), kuvet,

Spektrofotometer UV-Vis mini-1240 (Shimadzu

®

).

2. Bahan

Buah naga merah (

Hylocereus polyrhizus

), alkohol λ6% (pro analisis, E

(42)

(teknis, Bratac), metanol (teknis, Bratac), pereaksi sitroborat (asam borat

dan asam sitrat) (E Merck), n-butanol (pro analisis, E Merck), asam asetat

(pro analisis, E Merck), aquades (teknis, Bratac), Folin-ciocalteu (E

Merck), Na

2

CO

3

(E Merck), kuersetin standard (Sigma), AlCl

3

(E Merck),

NaNO

2

(E Merck), NaOH (J.T. Baker), DPPH (E Merck).

F. Cara Kerja

1. Bahan tumbuhan

Kulit buah naga merah (

Hylocereus polyrhizus

) dipisahkan dengan

daging buahnya karena hanya kulit buahnya yang digunakan sebagai

sampel. Setelah itu, kulit buah naga merah dipotong kecil-kecil (± 5mm)

kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar matahari dalam keadaan

tertutup kain hitam. Namun, dikarenakan kulit buah naga yang tidak

segera mengering maka dilanjutkan dengan pengeringan menggunakan

oven pada suhu 50

0

C. Kulit buah naga merah yang sudah kering

dihaluskan dengan cara diblender sehingga didapatkan serbuk kering kulit

buah naga merah.

2.

Ekstraksi

Serbuk kering kulit buah naga merah (

Hylocereus polyrhizus

)

dimaserasi dengan etanol λ5% dengan perbandingan bahanμpelarut (1μ10)

selama 7 hari (5 hari maserasi dan 2 hari remaserasi) pada suhu kamar

dalam bejana kedap cahaya. Larutan ekstrak kemudian disaring dan

dipekatkan mengunakan

rotary evaporator

pada suhu 50

0

C dilanjutkan

(43)

ekstrak etanolik kulit buah naga merah (

Hylocereus polyrhizus

)

(KBNM-EtOH).

3. Fraksinasi

KBNM-EtOH dilarutkan dalam campuran H

2

O-MeOH (3μ7).

Selanjutnya, dilakukan fraksinasi cair-cair dengan etilasetat (

AcOEt

)

sehingga diperoleh fraksi metanol ekstrak etanolik kulit buah naga merah

(KBNM-MeOH) dan fraksi etilasetat ekstak etanolik kulit buah naga

merah (KBNM-

AcOEt

). Fraksi KBNM-

AcOEt

dipekatkan menggunakan

kompor listrik suhu 50

0

C. Fraksi kental digunakan untuk melakukan

berbagai pengujian selanjutnya (Junior

et al.,

2013).

4. Analisis Kualitatif Flavonoid dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Mula-mula bejana kromatografi dijenuhi dengan uap fase gerak

n-butanolμasam asetatμair (4μ1μ5 v/v, lapisan atas). Penjenuhan fase gerak

dilakukan dengan cara memasukkan kertas saring ke dalam bejana

kromatografi yang terisi fase gerak dalam keadaan tertutup rapat hingga

fase gerak mencapai ujung atas kertas saring. Plat KLT selulosa dioven

pada suhu 70°C selama 10 menit untuk menghilangkan kadar air.

Selanjutnya, standar kuersetin dan fraksi KBNM-

AcOEt

ditotolkan pada

plat KLT selulosa dengan menggunakan pipet kapiler pada jarak 1 cm dari

bagian bawah. Bercak penotolan dibiarkan hingga kering kemudian dielusi

dalam bejana kromatografi. Jarak elusi yang digunakan adalah 8 cm.

(44)

nm dan 366 nm sebelum dan setelah disemprot dengan pereaksi sitroborat

(Suhendi

et al

., 2011).

5. Penetapan Kuantitatif Kandungan Flavonoid Total

Kadar flavonoid total ditetapkan dengan cara khelasi AlCl

3

.

Sebanyak 0,4 mL fraksi KBNM-

AcOEt

ditambahkan dengan 0,6 mL

aquadest dan 0,06 mL NaNO2 (5%). Larutan diinkubasi selama 6 menit

pada suhu kamar lalu ditambahkan 0,06 mL AlCl

3

(10%), setelah 5 menit

kemudian tambahkan NaOH 0,4 mL (1mM). Selanjutnya absorbansi

diukur pada panjang gelombang 510 nm mengunakan spektrofotometer

UV-Vis. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali (Saini

et al

., 2011).

Kuersetin konsentrasi 400

,

800, 1200, 1600 dan 2000

μ

g /mL diuji

seperti prosedur diatas. Persamaan regresi linier kuersetin dibuat dari

hubungan antara konsentrasi dengan nilai absorbansi kuersetin. Persamaan

regresi ini digunakan untuk menghitung kadar flavonoid dalam sampel.

6. Analisis Kuantitatif Kandungan Fenolik Total

Kandungan fenolik total diuji menggunakan reagen Folin-Ciocalteu,

dimana sejumlah 400

L fraksi KBNM-

AcOEt

ditambahkan 3,16 mL

aquadest dan 200

L reagen Folin-Ciocalteu, dicampur hingga homogen.

Larutan digojog selama 6 menit. Selanjutnya, ditambahkan 600

L larutan

Na

2

CO

3

2% untuk membentuk suasana basa dan dihomogenkan dengan

cara divortex (Talapessi

et al.

, 2013). Larutan didiamkan pada suhu kamar

(45)

dengan spektrofotometer UV-Vis. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali

(Junior

et al.,

2013).

Asam galat konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50 µg/mL diuji seperti

prosedur diatas. Persamaan regresi linier asam galat dibuat dari hubungan

antara konsentrasi dengan nilai absorbansi asam galat. Persamaan regresi

ini digunakan untuk menghitung kadar fenol total larutan.

7. Uji Penangkapan Radikal Bebas DPPH

Fraksi KBNM-

AcOEt

(kadar 100, 200, 300, 400 dan 500 µg/mL)

masing-masing dicampur dengan 1 mL DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrasil)

0,4 mM dilarutkan dalam larutan etanol hingga 5 ml. Larutan didiamkan

bereaksi pada temperatur ruangan dan gelap selama 30 menit. Absorbansi

masing-masing larutan dibaca pada panjang gelombang 518 nm

mengunakan spektrofotometer UV-Vis (Sumarny

et al

., 2014). Replikasi

dilakukan 2 kali dengan masing-masing absorbansinya diukur sebanyak 2

kali.

Nilai absorbansi yang didapat adalah absorbansi sampel, sedangkan

absorbansi kontrol adalah absorbansi yang didapatkan dari larutan yang

berisi 1 mL DPPH dalam 5 mL etanol. % inhibisi dihitung menggunakan

rumusμ

Persamaan regresi linier dibuat dari hubungan antara konsentrasi dan %

(46)

Kuersetin konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 µg/mL diuji seperti prosedur diatas

untuk dijadikan pembanding.

8.

Penetapan Panjang Gelombang Absorbsi Maksimum dan SPF

Untuk menetapkan panjang gelombang absorbsi maksimum

( maks), fraksi kental KBNM-

AcOEt

dilarutkan dalam etanol absolut

sehingga didapatkan seri kadar 5, 25, 50 dan 100 mg/L. Selanjutnya,

dilakukan

scanning

spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang

antara 260-400 nm dengan interval 2 nm. Blanko yang digunakan adalah

etanol (Junior

et al.,

2013).

Tabel 5.Panjang gelombang dan nilai EE ( ) x I ( ) (Junioret al., 2013)

Panjang gelombang (nm)

EE x I

2λ0

0.0150

2λ5

0.0817

300

0.2874

305

0.3278

310

0.1864

315

0.083λ

320

0.0180

Total

1.0000

Panjang gelombang maksimum yang didapatkan selanjutnya

disesuaikan dengan nilai EE x I yang sudah ditentukan oleh Sayre

et al

.

(1λ7λ) (Tabel 5). Nilai SPF dihitung menggunakan rumus yang telah

dikembangkan oleh Mansur

et al

. (1λ86) yaitu (Dutra, 2004)μ

SPF

Spektrofotometrik

= CF x Σ

2λ0-320

EE ( ) x I ( ) x Abs ( )

Keteranganμ

EE ( )

μ Spektrum efek erythemal

I ( )

μ Spektrum intensitas matahari

(47)

CF

μ Faktor koreksi (= 10)

G. Skema langkah kerja

H. Analisis data

Daya antioksidan dilihat dari nilai IC

50

yang dihitung dengan

menggunakan persamaan regresi linier yang didapatkan dari hubungan antara

konsentrasi sampel ( g/mL) dengan % inhibisi, sedangkan daya fotoprotektif

dilihat dari nilai SPF ekstrak etanolik kulit buah naga merah (

Hylocereus

[image:47.595.112.516.122.470.2]

polyrhizus

) fraksi etilasetat yang didapatkan dari perhitungan rumus SPF.

Gambar 6.Skema langkah kerja

Kulit buah naga merah (

Hylocereus polyrhizus

) kering

Maserasi (etanol λ5%)

Fraksinasi (etilasetat)

Fraksi etilasetat ekstak etanolik kulit buah naga merah (KBNM-

AcOEt

)

Analisis

kuantitatif

kandungan

fenolik

total

Penetapan

absorbsi

maksimum

dan SPF

Uji

DPPH

Analisis

kuantitatif

kandungan

flavonoid

total

Analisis

kualitatif

flavonoid

dengan

(48)

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyiapan sampel

Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dalam keadaan basah

yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

Kulit buah naga merah ini dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil (± 5mm)

untuk mempercepat proses pengeringan (Sudewo, 2009). Proses pengeringan

bertujuan untuk menghentikan proses enzimatik yang mungkin masih bisa

terjadi, sehingga degradasi zat aktif dapat dikurangi. Pengeringan dilakukan

dengan bantuan sinar matahari dalam keadaan tertutup kain hitam

dikarenakan kain hitam dapat menyerap sinar ultraviolet sehingga UV

protektor dari kulit buah naga merah tidak mengalami kerusakan akibat

paparan sinar matahari (Nuria et al., 2009).

Pengeringan dilanjutkan dengan bantuan oven pada suhu 50oC. Suhu

yang digunakan merupakan suhu yang tidak merusak senyawa flavonoid. Hal

ini dikarenakan menurut Chet (2009), pemanasan yang dilakukan pada suhu

80oC dapat merusak senyawa flavonoid. Setelah proses pengeringan,

didapatkan kulit buah naga merah sebanyak 470 gram.

Kulit buah naga merah yang sudah kering diekstraksi dengan etanol

95%. Menurut Chaiwut et al. (2012), ekstraksi kulit buah naga menggunakan

pelarut etanol 95% akan menghasilkan kapasitas antioksidan tertinggi dengan

(49)

34

mgGAE/g sampel) dibanding menggunakan pelarut etanol 50% dan air.

Perbandingan serbuk dengan pelarut yang digunakan adalah 1:10. Menurut

Handayani et al. (2016), perbandingan ini merupakan rasio terbaik untuk

mendapatkan kadar fenol, kadar flavonoid dan aktivitas antioksidan (IC50)

paling besar.

Ekstrak kental etanolik kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)

(KBNM-EtOH) yang didapatkan adalah sebanyak 19,273 gram. Ekstrak

kental KBNM-EtOH yang digunakan untuk fraksinasi cair-cair hanya

sebanyak 5,046 gram. Fraksinasi cair-cair dilakukan untuk memisahkan

senyawa yang bersifat polar dengan senyawa yang bersifat semi polar dalam

ekstrak kental KBNM-EtOH. Senyawa yang bersifat polar (seperti betasianin

dan antosianin) akan tertarik ke dalam pelarut campuran H2O-MeOH,

sedangkan senyawa yang bersifat semipolar (senyawa flavonoid seperti

flavon dan flavonol) akan tertarik ke dalam pelarut etilasetat (AcOEt)

(Indriasari, 2012; Pranata, 2013; Budilaksono et al., 2014).

Ketika proses fraksinasi, fraksi campuran H2O-MeOH ekstrak etanolik

kulit buah naga merah (KBNM-MeOH) berada pada lapisan atas, sedangkan

fraksi etilasetat ekstrak etanolik kulit buah naga merah (KBNM-AcOEt)

berada pada lapisan bawah karena pelarut etilasetat memiliki massa jenis

yang lebih besar. Fraksi kental KBNM-AcOEt yang diperoleh adalah

sebanyak 2,886 gram. Oleh karena itu, dari hasil perhitungan didapatkan nilai

rendemen fraksi kental KBNM-AcOEt terhadap kulit buah naga kering

(50)

35

B. Analisis Kualitatif Flavonoid dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan

fase diam dan fase gerak (Gandjar dan Abdul Rohman, 2012). Fase gerak

yang digunakan adalah n-butanol:asam asetat:air (4:1:5) dan fase diam yang

digunakan adalah selulosa. Pembanding yang digunakan pada uji KLT ini

adalah kuersetin (salah satu golongan flavonoid). Campuran n-butanol:asam

asetat:air yang diambil untuk fase gerak adalah pada lapisan atas karena pada

lapisan ini mengandung air dan asam asetat yang terdispersi dalam n-butanol.

Selulosa dipilih sebagai fase diam dikarenakan fase diam yang lain

seperti silika dapat menyebabkan terbentuknya kompleks antara senyawa

flavonoid yang banyak mengandung gugus –OH dengan logam CaSO4 pada

silika. Fase gerak yang bersifat polar dan fase diam yang bersiat non polar

mengakibatkan senyawa flavonoid (kuersetin) akan lebih tertarik pada fase

gerak (Christinawati, 2007). Berikut adalah hasil uji KLT yang diamati

dibawah sinar tampak, UV 254 nm, UV 366 nm sebelum dan setelah

[image:50.612.202.440.517.688.2]

disemprot pereaksi sitroborat:

Gambar 7. Hasil uji KLT(A) Fraksi KBNM-AcOEt (B) Kuersetin

Sinar tampak UV 254 nm UV 366 nm

sebelum disemprot

(51)

36

Kandungan flavonoid (kuersetin) pada fraksi KBNM-AcOEt dapat

diketahui apabila nilai Rf fraksi KBNM-AcOEt sama dengan nilai Rf

kuersetin. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai Rf fraksi KBNM-AcOEt

adalah 0,9812, sedangkan Rf kuersetin adalah 0,855 (Lampiran 3). Hal ini

[image:51.612.152.505.254.338.2]

menunjukkan bahwa kedua nilai Rf berbeda.

Tabel 6. Warna tiap bercak sampel uji pada Plat KLT (A) Fraksi KBNM-AcOEt (B) Standard Kuersetin

Sampel Sinar

tampak

UV 254 nm

UV 366 nm sebelum disemprot

sitroborat

UV 366 nm setelah disemprot

sitroborat

A Kun

Gambar

Tabel 4. Pelarut dan parameternya (Barwick, 1997)
Gambar 5. Kerangka konsep
Gambar 6. Skema langkah kerja
Gambar 7. Hasil uji KLT(A) Fraksi KBNM-AcOEt (B) Kuersetin
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Buku teks pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI), sekolah menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), sebagaimana

Pengukuran berat kering sel dilakukan dengan menggunakan kertas saring, analisa kadar gula sisa dapat dilakukan dengan metode antrone, untuk pengukuran kadar

mudah lenyap (perishability). Perkembangan industri perhotelan sebagai bagian dari industri jasa pariwisata yang bergerak dalam bidang pelayanan penginapan dan atribut jasa lainnya

Pada proses produksi otak-otak, dilakukan proses pembersihan, pengeluaran isi perut, pemisahan daging dan kulit, penggilingan daging, pembuatan bumbu, pencampuran dengan

Kehadiran lereng di Tambang Muara Tiga Besar Utara akan berbahaya terhadap pekerja dan kendaraan mekanis, karena tanah/batuan kemungkinan akan mengalami longsor

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui potensi pendapatan, 2) effektivitas, dan 3) tax effort Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Teaching factory yang dimaksud dalam modul ini ialah pembelajaran yang menghasilkan suatu produk, sedangkan integrasi konteks kejuruan yang dimaksud pada modul ini

Penelitian mulai dilaksanakan pada semester gasal bulan Agustus 2016, penelitian ini dilaksanakan pada saat pelajaran pendidikan jasmani di KELAS X. Adapun