• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG BERDASARKAN SNI 03-2847-2002 DAN SNI 2847:2013 MENGGUNAKAN BEBAN GEMPA SNI 1726:2012 (Studi Kasus : Apartemen 11 Lantai Malioboro City Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG BERDASARKAN SNI 03-2847-2002 DAN SNI 2847:2013 MENGGUNAKAN BEBAN GEMPA SNI 1726:2012 (Studi Kasus : Apartemen 11 Lantai Malioboro City Yogyakarta)"

Copied!
193
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG

BERDASARKAN SNI 03-2847-2002 DAN SNI 2847:2013 MENGGUNAKAN

BEBAN GEMPA SNI 1726:2012

(Studi Kasus : Apartemen 11 Lantai Malioboro City Yogyakarta)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh :

ANDINI PARAMITA

20120110104

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

STUDI KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG BERDASARKAN SNI 03-2847-2002 DAN SNI 2847:2013 MENGGUNAKAN

BEBAN GEMPA SNI 1726:2012

(Studi Kasus : Apartemen 11 Lantai Malioboro City Yogyakarta)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : ANDINI PARAMITA

20120110104

Telah disetujui dan disahkan oleh : Tim Penguji

Bagus Soebandono, ST.,M.Eng Dosen Pembimbing I

………

Tanggal : Restu Faizah, ST., MT.

Dosen Pembimbing II

………

Tanggal : Yoga Aprianto Harsoyo, ST., M.Eng

Dosen Penguji

………

(3)

iii

HALAMAN MOTTO

Jemput Bahagiamu Dengan Selesaikan SKRIPSImu

(A.P)

Dengan Ilmu Pengetahuan atau Budaya Mencita-citakan Kebahagiaan, Kesejahteraan

(Ki Hadjar Dewantara)

Allah akan Meninggikan orang yang Beriman di antaramu dan Orang-orang yang diberi Ilmu Pengetahuan Beberapa Derajat.

(Q.S Al-Mujadalah : 11)

Terimalah kegagalan sebagai harga kesuksesan hari ini dan tetaplah berusaha untuk maju.

(Anonim)

Terkadang hidup memang berat dan membuat kita hampir menyerah tapi kita harus yakin bahwa Allah pelindung, pencipta, cinta kita.

( Sang Pencerah)

Pastikan orang tuamu bangga denganmu. (Hanggoro Tri Cahyo)

Life is Like Riding a Bicycle. To Keep Your Balance, You Must Keep Moving. (Albert Einstein)

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya....

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya Tugas Akhir yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.

Saya persembahkan karya sederhana ini kepada orang-orang yang sangat saya hormati dan saya sayangi.

 Kedua orang tua tercinta Ibu Arnawati S.Pd dan Bapak Pamri S.Pd, sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada terhingga saya persembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Bapak yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat saya balas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini bisa menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Bapak bahagia karena saya sadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk ibu dan Bapak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik. Terima Kasih Ibu...Terima Kasih Bapak...

 Kedua Adik-adikku Aris Pramana dan Aulia Pramadhani, tiada yang paling mengharukan saat berkumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar namun hal itu yang selalu menjadi warna yang tak kan bisa tergantikan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi kakak akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk kalian.

(5)

v

semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, semoga anda bisa menjadi rekan terbaik dalam segala hal nantinya. Terima Kasih...  Best Friend’s, buat sahabat-sahabat saya dari masa SMA “Nurjannah

Sitialfiah A.Md.Far dan Dwi Nugrah Gusti Ningsih A.Md” terima kasih

atas bantuan, doa, nasehat, hiburan dan semangat yang kalian berikan selama kita kenal, kalian yang terbaik. Buat sahabat-sahabat saya selama

kuliah “Salasia Tajunnisa, Iska Istiyaningsih, Lusi Santry, Ika Novia”

terima kasih atas segala bantuannya, kebersamaan bersama kalian luar biasa, orang-orang yang tepat untuk saling berbagi, saling menguatkan dan yang paling mengerti masalah didunia anak teknik (wkwkwk), kalian yang teristimewa. Buat teman-teman “Teknik Sipil Kelas B 2012” dengan kekompakannya yang turut membantu selama ini, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih kalian semua adalah keluarga saya semasa kuliah, semoga keakraban antara “Teknik Sipil Kelas B 2012”

tetap terjaga. Semoga sukses “CiVen B 2012”!

 Teman-teman Keluarga Besar Teknik Sipil UMY Angkatan 2012.

 Dosen Teknik Sipil UMY, terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang sudah diberikan kepada kami, terkhusus Bapak Bagus Soebandono ST.,M.Eng dan Ibu Restu Faizah ST.,M.T selaku dosen pembimbing Tugas Akhir saya, terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingannya selama ini.

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu Ya Allah, atas segala karunia, rahmat dan kasih sayangmu yang senantiasa dicurahkan kepada hambamu yang lemah ini, dan atas pertolonganmu juga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir, yang berjudul “Studi Komparasi Perancangan

Struktur Gedung Berdasarkan SNI 03-2847-2002 dan SNI 2847:2013 Menggunakan Beban Gempa SNI 1726:2012”.

Penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan – kekurangan baik teori dan metedologinya, sehingga Tugas Akhir ini jauh dari sempurna. Disamping itu penulis juga menyadari, tanpa adanya bekal pengetahuan, bimbingan, dorongan moril dan materil serta bantuan dari berbagai pihak maka belum tentu Tugas Akhir ini bisa selesai. Oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya, kepada yang terhormat:

1. Jaza’ul Ikhsan, S.T., M.T., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ir. Anita Widianti, M.T. selaku Kepala Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bagus Soebandono, ST., M.Eng selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama pelaksanaan dan penulisan Tugas Akhir ini.

4. Restu Faizah, ST., M.T selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan demi selesainya Tugas Akhir ini.

5. Yoga Aprianto Harsoyo, ST.,M.Eng selaku dosen penguji yang telah memberikan pengarahan dalam terselesaikanya ujian dan terselesaikanya penulisan tugas akhir ini.

6. Seluruh dosen jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Seluruh staf dan karyawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UMY atas bantuannya selama ini.

(7)

vii

9. Keluarga, Bapak dan Ibu yang selalu senantiasa memberikan dukungan yang berupa materi maupun imateri.

10.Sahabat-sahabat penulis, Achmad Hambali, Salasia Tajunnisa Setia Utami, Iska Istiyaningsih, Ika Novia, Lusi Santry, Fitratil Laila, Hesti Pangesti, Olganiza Haryusaputri, Vaya Rienka Gitri, Junaidi Abdurajak, Nurjannah Siti Alfiah, dan Dwi Nugrah yang bersedia berbagi canda tawa, keluh kesah dan motivasinya.

11.Rekan-rekan kerja Tugas Akhir Penulis, Bagus Setiawan Panbudi, Aris Mukti, Sutrizal, dan Inees Kusuma yang bersedia saling membantu dalam terselesaikannya Tugas Akhir ini.

12.Teman – teman Teknik Sipil B angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan serta motivasinya.

13.Semua pihak yang tidak tersebutkan dan telah membantu meyelesaikan Tugas Akhir ini sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan penulis, oleh karena itu dengan segala keterbukaan penulis, akan menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan dan kebenaraan Tugas Akhir ini dan semoga nantinya tulisan ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.

Dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih untuk semua yang telah memberikan bantuan dan dorongan dan atas banyak salah serta kekeliruan yang telah diperbuat oleh penulis, maka penulis memohon maaf.

Yogyakarta, Agustus 2016

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Lingkup Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A.Struktur Tahan Gempa ... 5

B.Referensi Penelitian ... 6

C.Keaslian Penelitian ... 34

BAB III LANDASAN TEORI ... 35

A. Pembebanan ... 35

B. Kombinasi Pembebanan ... 36

C. Struktur Tahan Gempa ... 38

D. Perancangan Tulangan Balok ... 40

E. Perancangan Penulangan Kolom ... 46

BAB IV METODE PENELITIAN ... 53

(9)

ix

B. Data Penelitian ... 54

C. Literatur Penelitian ... 55

D. Metode Penelitian ... 55

E. Pembahasan Hasil ... 57

BAB V ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR ... 58

A. Spesifikasi Data Teknis Bangunan ... 58

B. Beban Struktur ... 69

C. Analisis Struktur ... 62

D. Perhitungan Struktur Portal ... 64

E. Perancangan Penulangan Balok (SNI 03-2847-2002) ... 66

F. Perancangan Penulangan Kolom (SNI 03-2847-2002) ... 87

G. Perancangan Penulangan Balok (SNI 2847:2013) ... 95

H. Perancangan Penulangan Kolom (SNI 2847:2013) ... 116

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 124

A. Balok ... 124

B. Kolom... 131

BAB VI PENUTUP ... 134

C. Kesimpulan ... 134

D. Saran... 135

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perbedaan Perhitungan Beton Bedasarkan SNI 03-2847-2002

dan SNI 2847:2013 ... 52

Tabel 5.1 Berat Bangunan per Lantai ... 63

Tabel 5.2 Output Momen Terbesar Pada Balok ... 65

Tabel 5.3 Output Gaya Geser Terbesar Pada Balok ... 66

Tabel 5.4 Gaya-gaya Dalam Akibat Pembebanan Struktur ... 67

Tabel 5.5 Analisis Gaya dan Momen Nominal Tumpuan Balok (SNI 03-2847-2002) ... 74

Tabel 5.6 Analisi Gaya dan Momen Nominal Lapangan Balok (SNI 03-2847-2002) ... 80

Tabel 5.7 Hasil Perancangan Tulangan Lentur Balok SNI 03-2847-2002 ... 81

Tabel 5.8 Hasil Perancangan Tulangan Geser Balok SNI 03-2847-2002 ... 87

Tabel 5.9 Hasil Perancangan Tulangan Lentur Kolom SNI 03-2847-2002 ... 93

Tabel 5.10 Hasil Perancangan Tulangan Geser Kolom SNI 03-2847-2002 ... 95

Tabel 5.11 Analisis Gaya dan Momen Nominal Tumpuan Balok (SNI 2847:2013) ... 103

Tabel 5.12 Analisis Gaya dan Momen Nominal Lapangan Balok (SNI 2847:2013) ... 109

Tabel 5.13 Hasil Perancangan Tulangan Lentur Balok (SNI 2847:2013) ... 109

Tabel 5.14 Hasil Perancangan Tulangan Geser Balok (SNI 2847:2013) ... 116

Tabel 5.15 Hasil Perancangan Tulangan Lentur Kolom (SNI 2847:2013) ... 122

Tabel 5.16 Hasil Perancangan Tulangan Geser Kolom (SNI2847:2013) ... 124

Tabel 6.1 Selisih Rata-rata Penulangan Geser Balok ... 131

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Penampang Diagram Tegangan-Regangan ... 41

Gambar 3.2 Diagram Alir Tulangan Lentur pada Balok ... 42

Gambar 3.3 Diagram Alir Tulangan Geser pada Balok ... 44

Gambar 3.4 Dimensi Kolom dan Diagram Tegangan-Regangan pada Keadaan Seimbang ... 48

Gambar 4.1 Diagram Alir Proses Pelaksanaan Penelitian ... 53

Gambar 4.2 Pemodelan Struktur ... 57

Gambar 5.1 Denah Struktur Bangunan lantai 1 ... 59

Gambar 5.2 Penulangan Tumpuan Balok tipe BP-2 (SNI 03-2847-2002) ... 71

Gambar 5.3 Analisis Kapasitas Momen Layan Tumpuan Balok (SNI 03-2847-2002) ... 71

Gambar 5.4 Penulangan Lapangan Balok tipe BP-2 (SNI 03-2847-2002) ... 77

Gambar 5.5 Analisis Kapasitas Momen Layan Lapangan Balok (SNI 03-2847-2002) ... 77

Gambar 5.6 Penulangan Tumpuan Balok tipe BP-2 (SNI 2847:2013) ... 99

Gambar 5.7 Analisis Kapasitas Momen Layan Tumpuan Balok (SNI 2847:2013) ... 100

Gambar 5.8 Penulangan Lapangan Balok tipe BP-2 (SNI 2847:2013) ... 105

Gambar 5.9 Analisis Kapasitas Momen Layan Lapangan Balok (SNI 2847:2013) ... 106

Gambar 6.1 dan 6.2 Grafik Perbandingan Penulangan Lentur Balok Tumpuan ... 126

Gambar 6.3 Grafik Perbandingan Penulangan Lentur Balok Lapangan ... 127

Gambar 6.4 Grafik Perbandingan Penulangan Lentur Balok Lapangan ... 128

Gambar 6.5 dan 6.6 Grafik Perbandingan Penulangan Geser Balok Tumpuan .. 129

Gambar 6.7 dan 6.8 Grafik Perbandingan Penulangan Geser Balok Lapangan . 130 Gambar 6.9 Grafik Perbandingan Penulangan Lentur Kolom ... 132

Gambar 6.10 Grafik Perbandingan Penulangan Geser Kolom Tumpuan ... 133

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Data Balok

Lampiran 2. Tabel Perhitungan Tulangan Lentur Tumpuan Balok (SNI 03-2847-2002)

Lampiran 3. Tabel Perhitungan Tulangan Lentur Tumpuan Balok (SNI 03-2847-2002)

Lampiran 4. Tabel Analisis Gaya Tumpuan Balok (SNI 03-2847-2002)

Lampiran 5. Tabel Analisis Momen Nominal Tumpuan Balok (SNI 03-2847-2002)

Lampiran 6. Tabel Perhitungan Tulangan Lentur Lapangan Balok (SNI 03-2847-2002

Lampiran 7. Tabel Perhitungan Tulangan Lentur Lapangan Balok (SNI 03-2847-2002)

Lampiran 8. Tabel Analisis Gaya Lapangan Balok (SNI 03-2847-2002)

Lampiran 9. Tabel Analisis Momen Nominal Lapangan Balok (SNI 03-2847-2002)

Lampiran 10. Tabel Perhitungan Tulangan Lentur Tumpuan Balok (SNI 2847:2013)

Lampiran 11. Tabel Analisis Gaya Nominal Tumpuan Balok (SNI 2847:2013) Lampiran 12. Tabel Analisis Momen Nominal Tumpuan Balok (SNI 2847:2013) Lampiran 13. Tabel Perhitungan Penulangan Lentur Lapangan Balok (SNI 2847:2013)

Lampiran 14. Tabel Perhitungan Penulangan Lentur Lapangan Balok (SNI 2847:2013)

Lampiran 15. Tabel Analisis Gaya Nominal Lapangan Balok (SNI 2847:2013) Lampiran 16. Tabel Analisis Momen Nominal Lapangan Balok (SNI 2847:2013) Lampiran 17. Tabel Perhitungan Penulangan Geser Balok (SNI 03-2847-2002) Lampiran 18. Tabel Perhitungan Penulangan Geser Tumpuan Balok (SNI 03-2847-2002)

(13)

xiii

Lampiran 20. Tabel Perhitungan Penulangan Geser Lapangan Balok (SNI 03-2847-2002)

Lampiran 21. Tabel Perhitungan Penulangan Geser Balok (2847:2013)

Lampiran 22. Tabel Perhitungan Penulangan Geser Tumpuan Balok (SNI 2847:2013)

Lampiran 23. Tabel Perhitungan Penulangan Geser Tumpuan Balok (SNI 2847:2013)

Lampiran 24. Tabel Perhitungan Penulangan Geser Lapangan Balok (SNI 2847:2013)

Lampiran 25. Tabel Data Kolom

Lampiran 26. Tabel Perhitungan Penulangan Lentur Kolom (SNI 03-2847-2002) Lampiran 27. Tabel Perhitungan Kuat Momen Kolom

Lampiran 28. Tabel Perhitungan Gaya Geser Kolom

Lampiran 29. Hasil Perhitungan Tulangan Geser Kolom (SNI 03-2847-2002) Lampiran 30. Tabel Perhitungan Penulangan Lentur Kolom (SNI 2847:2013) Lampiran 31. Tabel Perhitungan Kuat Momen Kolom

Lampiran 32. Tabel Perhitungan Gaya Geser Kolom

Lampiran 33. Hasil Perhitungan Tulangan Geser Kolom (SNI 2847:2013) Lampiran 34. Gambar Detail Balok Basement

(14)

INTISARI

Standar perencanaan untuk struktur beton bertulang di Indonesia mengalami

pembaharuan dengan dikeluarkannya SNI 2847:2013 “Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung” sebagai pengganti dari SNI 03-2847-2002. Meskipun tidak terdapat perubahan secara signifikan, namun terdapat beberapa pembaharuan konsep yang seharusnya dipahami oleh pelaku teknis di bidang struktur, terutama seorang perencana struktur. Salah satu perubahan yang dilakukan dalam SNI 2847:2013 adalah dalam masalah perencanaan komponen struktur lentur. Konsep baru dalam SNI 2847:2013 adalah dalam hal perencanaan komponen struktur lentur, yang didasarkan pada regangan tarik netto dari tulangan baja tarik terluar, t. Berdasarkan nilai t, maka suatu penampang struktur lentur dapat dikategorikan sebagai penampang terkendali tarik, tekan, atau berada dalam zona transisi. Jika pada SNI 2002, nilai  ditentukan seragam sebesar 0,8, maka pada SNI 2013 nilai  diperbolehkan diambil sebesar 0,90 jika t

mencapai 0,005 atau lebih dan direduksi secara linear hingga t mencapai batas minimum yang diizinkan sebesar 0,004.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang ulang tulangan lentur dan tulangan geser pada balok dan kolom gedung Apartemen Malioboro City Yogyakarta dengan mengacu pada SNI 2847:2013 dengan SNI 1726:2012 selanjutnya untuk mengetahui perbandingan hasil perencanaan gedung yang masih menggunakan peraturan lama SNI 03 – 1726 – 2002 dengan peraturan baru SNI 2847:2013 khususnya penulangan struktur portal (balok dan kolom).

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, hasil perhitungan penulangan lentur balok menggunakan peraturan SNI 2847:2013 diperoleh jumlah tulangan yang lebih banyak dengan selisih 0,176% untuk lentur di tumpuan balok dan 2,493% untuk lentur di lapangan balok. Untuk penulangan geser balok di tumpuan dan lapangan juga mengalami penigkatan dengan selisih sebesar 29,866% dan 6,459%. Dari perencanaan analisis kolom pada penulangan lentur menggunakan peraturan SNI 2847:2013 diperoleh jumlah penulangan lebih banyak dibandingkan dengan perencanaan penulangan dengan peraturan SNI 03 – 2847 – 2002 yaitu dengan selisih 17,803%, sedangkan untuk perencanaan tulangan geser kolom mengalami pengurangan jumlah penulangan pada tumpuan maupun lapangan yaitu dengan selisih 15,515%.

(15)
(16)

1

A. Latar Belakang

Beberapa tahun ini, Indonesia sering dikejutkan dengan berbagai macam bencana alam, terutama gempa. Hal ini terjadi karena Indonesia berada di kawasan Pasific Ring Of Fire yang merupakan jalur rangkaian gunung berapi aktif di dunia. Kedatangan gempa tidak dapat diprediksi secara pasti tempat dan waktunya, oleh sebab itu, harus ada sistem pemberitahuan dini terhadap bahaya gempa dan juga dibuat pengantisipasian dengan pembangunan gedung yang tahan gempa agar tidak memakan korban jiwa dalam jumlah banyak.

Prinsip dari perencanaan struktur gedung ini adalah menghasilkan suatu bangunan yang aman, nyaman, kuat, efisian dan ekonomis. Suatu konstruksi gedung harus mampu menahan beban dan gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi itu sendiri, sehingga bangunan atau struktur gedung aman dalam jangka waktu yang direncanakan. Salah satu komponen yang berperan penting pada struktur bangunan adalah beton.

Peraturan mengenai tatacara perencanaan struktur beton bertulang di Indonesia mengalami pembaharuan seiring dengan dikeluarkannya SNI

2847:2013 mengenai “Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung”.

(17)

2

pada tulangan baja terluar. Rasio tulangan maksimum ditentukan berdasarkan regangan tarik minimum yang boleh terjadi, sesuai dengan yang ditentukan dalam peraturan. Hal ini sedikit berbeda dari peraturan sebelumnya, SNI 2002, yang menyatakan bahwa rasio tulangan maksimum dibatasi sebesar 0,75 dari rasio tulangan dalam kondisi seimbang.

Selain itu, perubahan juga terjadi pada faktor reduksi kekuatan, . Jika pada SNI 2002, nilai  ditentukan seragam sebesar 0,8, maka pada SNI 2013 nilai  diperbolehkan diambil sebesar 0,90 jika

t mencapai 0,005 atau lebih dan direduksi secara linear hingga

tmencapai batas minimum yang diizinkan sebesar 0,004.

Dengan adanya perubahan pada standar perencanaan yang baru tersebut, muncul pertanyaan seberapa besar perubahan faktor reduksi kekuatan dari standar perencanaan yang lama yang mempengaruhi beban horizontal (gempa) dan besar simpangan antar lantainya yang nantinya berdampak pada perencanaan penulangan struktur bangunan itu sendiri.

Salah satu bangunan yang ditinjau dilakukan pembangunan adalah Apartemen Malioboro City yang terletak di Jalan Raya Solo, Catur Tunggal, Sleman, DI Yogyakarta dengan perencanaannya masih menggunakan peraturan tahun 2002, maka dalam hal ini studi dilakukan analisis perbandingan antara SNI yang lama dengan SNI yang terbaru. Perbandingan dilakukan pada gaya desain, hasil analisis gempa statis linier dengan model 3 dimensi gedung 11 lantai dengan fungsi bangunan sebagai kompleks apartemen, nantinya dapat diketahui pada perencanaan penulangan struktur portal bangunan sebelumnya menggunakan peraturan yang lama dapat diketahui selisih prosentasi pemakaiannya dengan membandingkan hasil perencanaan penulangan struktur portal dengan menggunakan SNI 2847:2013 pada penelitian ini.

B. Rumusan masalah

(18)

gedung tersebut dapat lebih adaptif dan sesuai dengan keadaan dan kondisi masa kini. Oleh karena itu, rumusan masalah dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa perbandingan hasil perencanaan tulangan lentur balok oleh pihak desainer yang masih menggunakan peraturan lama dengan hasil perencanaan ulang berdasarkan peraturan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012?

2. Berapa perbandingan hasil perencanaan tulangan geser balok oleh pihak desainer yang masih menggunakan peraturan lama dengan hasil perencanaan ulang berdasarkan peraturan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012?

3. Berapa perbandingan hasil perencanaan tulangan lentur dan tulangan geser pada kolom oleh pihak desainer yang masih menggunakan peraturan lama dengan hasil perencanaan ulang berdasarkan peraturan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui berapa perbandingan hasil perencanaan tulangan lentur balok yang masih menggunakan peraturan lama SNI 03 – 2847 – 2002 dengan hasil perencanaan ulang berdasarkan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012.

2. Untuk mengetahui berapa perbandingan hasil perencanaan tulangan geser balok yang masih menggunakan peraturan lama SNI 03- 2847 – 2002 dengan hasil perencanaan ulang berdasarkan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012. 3. Untuk mengetahui berapa perbandingan hasil perencanaan tulangan lentur

(19)

4

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan informasi dan gambaran mengenai perbandingan hasil perencanaan penulangan gedung dilapangan yang masih menggunakan peraturan lama dengan hasil perencanaan ulang penulangan gedung dengan peraturan baru berdasarkan SNI Beban Gempa 1726:2012 dan SNI Beton Bertulang 2847:2013.

2. Memberikan kontribusi kepada ilmu pengetahuan yang terkait dengan memperkaya ilmu pengetahuan yang dapat diperoleh dari penelitian ini.

E. Lingkup Penelitian

Untuk mempersempit cakupan permasalahan yang terkandung dalam proses perancangan struktur yang sangat luas, maka dilakukan pembatasan masalah untuk memperjelas aspek–aspek yang digunakan dalam melakukan perancangan. Batasan masalah yang diambil adalah :

1. Pemodelan menggunakan program SAP2000 versi 14.0.0. Pemodelan dilakukan untuk mengetahui gaya-gaya dalam secara otomatis yang selanjutnya dari data tersebut dapat dirancang kebutuhan dimensi elemen strukturnya.

2. Bangunan yang dimodelkan adalah bangunan yang memiliki jumlah lantai sebanyak 11 lantai.

3. Perancangan dilakukan terhadap elemen struktur yang meliputi balok dan kolom, tidak termasuk Rencana Anggaran Biaya (RAB).

4. Elemen dinding penahan tanah pada basement dianggap struktur terpisah sehingga dalam penelitian ini tidak ditinjau.

5. Struktur fondasi, plat, struktur sekunder tidak ditinjau.

6. Tidak memperhitungkan perencanaan detail sambungan atau profil atap atap. 7. Perhitungan portal, yakni dengan meninjau dari arah memanjang dan

(20)

5

Pada umumnya sangatlah tidak ekonomis untuk merancang struktur yang berespon elastis akibat gempa yang memberikan gaya inersia yang sangat besar. Pengalaman menunjukkan bahwa struktur yang dirancang dengan beban yang diatur oleh peraturan-peraturan gempa dapat menahan beban gempa yang cukup besar. Hal ini disebabkan, pertama karena struktur-struktur tersebut yang dirancang dengan baik dapat berdeformasi sampai keadaan inelastisnya tanpa menunjukkan keruntuhan, kedua karena berkurangnya respon akibat kekakuannya berkurang, dan ketiga akibat interaksi tanah dengan struktur. (Gideon. dkk, 1994).

Sistem struktur selama gempa bumi berlangsung, bangunan mengalami gerakan vertikal dan horizontal, sehingga gaya gempa dalam arah vertikal maupun horisontal akan menjadi titik-titik pada massa struktur. Gaya gempa pada arah vertikal hanya berpengaruh sedikit pada gaya gravitasi yang bekerja pada struktur, karena struktur biasanya dirancang terhadap gaya-gaya vertikal dengan faktor keamanan yang memadai, sehingga jarang terjadi struktur rumah runtuh terhadap gaya vertikal. Sebaliknya gempa horisontal banyak menimbulkan keruntuhan (collapse) atau kegagalan (failure). Atas alasan ini prinsip utama dalam perancangan struktur tahan gempa (earthquake resistant design) dengan meningkatkan kekuatan struktur terhadap gaya lateral (ke samping) yang umumnya tidak memadai. (Muto, 1987).

(21)

6

Mekanisme terbentuknya sendi plastis diarahkan agar timbul di tempat-tempat yang telah direncanakan dengan cara meningkatkan kuat komponen-komponen struktur yang bersebelahan. Komponen-komponen struktur yang lain tersebut harus cukup diberi cadangan kekuatan untuk menjamin berlangsungnya mekanisme pemencaran energi selama terjadi gempa. (Dipohusodo, 1994).

B. Referensi Penelitian

Kota Yogyakarta mengalami peningkatan gaya gempa tertinggi dari tahun 2002 hingga 2012. Hal ini menunjukan adanya status kegempaan wilayah tersebut, sehingga beban gempa dalam perencanaan bangunan sesuai SNI 1726:2012 menjadi lebih besar (Faizah dan Widodo, 2013).

Disamping itu pada perkembangan zaman peraturan mengenai beton dari tahun ke tahun mengalami perubahan dari segi standar minimum yang dapat diterima untuk bahan, desain, dan praktek konstruksi, oleh karena itu suatu perencanaan gedung bertingkat diharuskan mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku yang tahun-tahun lalu di Indonesia diberlakukan peraturan beton SNI 2847:2013.

Dalam perencanaan gedung di daerah rawan gempa, gedung dengan segenap komponen struktur penahan gempa harus direncanakan dan dibuat mendetail sedemikian rupa sehingga keseluruhannya mampu memberikan perilaku daktail sepenuhnya, artinya saat menerima beban sampai melebihi kuat elastisnya struktur tidak langsung pecah atau rusak, namun berubah bentuk terlebih dahulu secara plastis sampai batas tertentu pada saat terjadi gempa. Ketentuan ini didasarkan pada kenyataan bahwa secara ekonomi tidaklah lazim untuk merencanakan struktur gedung sedemikian kuat sehingga tahan terhadap gempa secara elastik (Dipohusodo, 1994).

(22)

Berikut beberapa review jurnal terkait dengan penelitian ini :

1. Ridwan Mhd (2013), Evaluasi Perilaku Struktur Gedung Bertingkat Lima Menggunakan Kolom Pendek Akibat Beban Gempa.

Pada penelitian tugas akhir ini akan dibahas tentang evaluasi perilaku struktur gedung beton bertulang bertingkat lima dengan kolom pendek menggunakan model portal dua dimensi untuk mengetahui nilai deformasi yang terjadi disepanjang tinggi gedung. Permodelan ini dilakukan dengan empat tipe posisi kolom pendek yang akan dianalisa dengan program SAP2000 yang didesain sesuai peraturan SNI 03-2874-2002 dan SNI 1726:2012. Evaluasi perilaku struktur gedung dengan empat tipe posisi kolom pendek menunjukkan bahwa akibat penempatan kolom pendek disepanjang tinggi gedung displacement yang terjadi berbeda dan perpindahan antar lantai menjadi tidak seragam. Penelitian tugas akhir ini akan meneliti tentang perilaku struktur gedung bertingkat lima yang menggunakan kolom pendek akibat gaya gempa. Untuk pembebanan secara lateral maka diberikan model beban gempa yang direncanakan untuk tanah lunak pada wilayah gempa kota Padang, berdasarkan hasil analisa statik ekuivalen menurut SNI 1726:2012.

Manfaat dari penelitian ini, adalah untuk meningkatkan pengetahuan dalam memperoleh perencanaan desain struktur kolom pendek pada bangunan bertingkat yang lebih baik dan ramah gempa, tanpa mengesampingkan dan menghilangkan unsur estetika dan keindahan arsitektur.

(23)

8

Adapun data spesifikasi yang akan digunakan adalah, sebagai berikut :

a. Data Umum Bangunan Lokasi Perencanaan : Padang

Kondisi tanah/wil. gempa: Lunak/zona 6 Fungsi gedung : Perkantoran.

Luas bangunan, At : 18 x 18 m2. Jumlah Lantai Rencana, n: 5 lantai. Tinggi bangunan total, H: 22 m Tinggi perlantai umum, h : 4 m Tinggi kolom pendek , h2 : 2 m Jarak bentang antar kolom : 6 m. Jenis Kategori struktur : SRPMK b. Data mutu material

Berat Jenis Beton (Wc) : 2400 kg/m3

Mutu Beton , fc’ : 30 MPa.

Mutu Baja tulangan , fy : 400 MPa.

Modulus Elastisitas baja, Es: 2,0 x 105 MPa.

(24)

Gambar 2.1 grafik deformasi lateral

(25)

10

Gambar 2.2 Perpindahan Per-Tinggi Lantai akibat Beban Kombinasi Lateral.

Pada ke empat gambar grafik tersebut diatas terlihat bahwa : 1) Pada portal 1, dimana kolom pendek terletak pada elevasi ±

0-2 m atau kolom pendek dipergunakan sebagai kolom pedestal, simpangan antar lantai yang terjadi pada elevasi kolom pendek terlihat bernilai lebih kecil, sehingga terlihat struktur bawah lebih kaku dengan nilai simpangannya lebih kecil.

(26)

3) Pada portal 3, dengan kolom pendek yang terletak pada elevasi ±8-10m, sangat terlihat bahwa arah simpangan antar lantai yang terjadi tidak beraturan, dengan beda penyimpangan sebesar 6, 259 mm. Akibat posisi kolom pendek yang berada hampir ditengah-tengah tinggi total gedung mengakibatkan pemusatan kekakuan massa ditengah bentangan.

4) Portal 4, dimana kolom pendek diposisikan pada tingkat puncak atau elevasi ± 20-22 m menunjukkan terjadinya arah simpangan tingkat yang berbalik arah dari simpangan tingkat dibawahnya, menyebabkan arah deformasi akibat gaya geser gempa menjadi lebih besar.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1) Perilaku struktur dari hasil analisa ke-empat model portal terlihat bahwa deformasi yang terjadi disepanjang tinggi portal tidak beraturan, hal ini karena adanya kolom pendek sehingga terjadi penambahan kekakuan struktur pada elemen terdekat.

2) Dengan penempatan posisi kolom pendek yang berbeda menunjukan terjadi pemusatan pembebanan pada struktur, dimana seharusnya beban dapat terdistribusi seragam ke sepanjang bentang akibat penggunaan kolom pendek hal tersebut tidak terjadi.

3) Akibat tidak seragamnya distribusi beban sehingga gaya aksial yang pada kolom tepi (A) dan kolom tengah (C) memiliki kemampuan tahanan berbeda.

(27)

12

2. Hamdany Auliya, Sarwiasih Tri Purboningrum, Han Ay Lie, Himawan Indarto (2014), Kajian Portal Baja SRPMB (Elastis) Dan Portal Baja SRPMK (Daktail) Berdasarkan Sni 1726:2012 Dan Sni 03-1729-2002. Maksud dan tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah mengkaji sistem struktur antara portal baja SRPMB (elastis) dan portal baja SRPMK (daktail) berdasarkan SNI 1726:2012 dan SNI 03-1729-2002 pada wilayah kegempaan menengah dan wilayah kegempaan tinggi dengan masing-masing kondisi tanah yang berbeda, sehingga bisa diperoleh tipe/ sistem struktur yang sesuai untuk wilayah kegempaan menengah dan tinggi untuk struktur baja.

Model yang dibuat adalah struktur portal baja dua dimensi dengan sistem struktur penahan gaya gempamenggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB). Struktur direncanakan terlebih dahulu mengacu pada standar SNI 1726:2012 (Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung) dan SNI 03-1729-2002 (Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung).

Adapun data – data portal yang dikaji adalah sebagai berikut : a. Gedung terdiri dari 8 lantai, 10 lantai dan 12 lantai, dengan

lebar 6 meter, jarak antar portal 5 meter, dan tinggi tiap lantai yaitu 3,5 meter.

b. Dengan t plat = 12 cm, jenis baja BJ 37, fu = 370 (MPa), fy = 240 (MPa).

c. Fungsi gedung untuk perkantoran.

(28)

e. Pemeriksaan Waktu Getar Struktur

Waktu getar struktur diperiksa menurut SNI 1726:2012 Pasal 7.8.2 dan Pasal 7.8.2.1.

Ta untuk gedung < 12 tingkat : Ta = 0,1.(N), N : Jumlah tingkat

Waktu getar alami maksimum yang diijinkan dari struktur gedung :

Tmax = Cu.(Ta),

Cu = koefisien untuk batas atas perioda yang dihitung. Hasil pemeriksaan waktu getar struktur semua struktur memenuhi persyaratan.

(29)

14

Berdasarkan gambar distribusi beban gempa nominal, wilayah Banda Aceh menerima beban gempa nominal lebih besar daripada gempa nominal pada wilayah Semarang, hal ini dipengaruhi oleh spektrum respons desain pada masing-masing wilayah tersebut, dari spektrum respons desain pada wilayah Banda Aceh didapatkan nilai percepatan respons spektra (Sa) yang lebih besar daripada Wilayah Semarang.

Berdasarkan hasil analisis besarnya beban gempa nominal pada wilayah Banda Aceh kurang lebih sebesar 164 % dari beban gempa nominal pada wilayah Semarang. Pada wilayah Semarang dan Banda Aceh untuk struktur SRPMK (daktail) dan SRPMB (elastis) terlihat bahwa semakin lunak kondisi tanah beban gempa nominalnya semakin besar, hal ini disebabkan karena nilai percepatan respons spektra desain (Sa) semakin besar.

(30)
[image:30.595.124.507.274.575.2]

Portal baja dengan tipe SRPMK mampu mereduksi beban gempa kurang lebih sebesar 87,5% dari beban gempa rencana, sedangkan tipe struktur SRPMB mampu mereduksi beban gempa kurang lebih sebesar 71,43% dari beban gempa rencana baik pada wilayah Semarang maupun wilayah Banda Aceh seperti yang ditunjukan pada gambar 2.4.

Gambar 2.5 Tabel persentase beban gempa nominal SRPMB terhadap SRPMK.

(31)

16

[image:31.595.145.517.263.560.2]

SRPMB kurang lebih sebesar 228,57% dari beban gempa nominal pada tipe struktur SRPMK, hal ini karena dipengaruhi oleh faktor modifikasi respon tipe struktur SRPMK lebih besar daripada tipe struktur SRPMB atau tingkat daktilitas tipe struktur SRPMK yang lebih besar, sehingga beban gempa pada tipe struktur SRPMK tereduksi menjadi lebih kecil.

Gambar 2.6 Tabel pemeriksaan kolom dan balok.

Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Kondisi tanah pada suatu wilayah mempengaruhi besarnya

(32)

tersebut semakin besar, karena semakin lunak kondisi tanah pada suatu wilayah maka nilai percepatan respons spektra desain (Sa) semakin besar.

2) Besarnya beban gempa nominal pada wilayah Banda Aceh kurang lebih sebesar 164% dari beban gempa nominal pada wilayah Semarang.

3) Pada wilayah Semarang maupun wilayah Banda Aceh dengan berbagai kondisi tanah, beban gempa nominal pada portal baja SRPMB kurang lebih sebesar 228,6% dari beban gempa nominal pada portal baja SRPMK, dikarenakan portal SRPMK mempunyai kemampuan mereduksi beban gempa yang lebih besar daripada portal SRPMB.

4) Portal baja dengan tipe struktur SRPMK mampu mereduksi beban gempa kurang lebih sebesar 87,5% dari beban gempa rencana sedangkan tipe struktur SRPMB mampu mereduksi beban gempa kurang lebih sebesar 71,4% dari beban gempa rencana baik pada wilayah Semarang maupun Banda Aceh. 5) Hasil analisa menunjukkan bahwa tipe struktur portal baja

(33)

18

3. Abraham Tantra Karel, Zendy Sutanto, Pamuda Pudjisuryadi dan Benjamin Lumantarna, tentang Performa Bangunan Yang Didesain Menurut SNI 03-1726-2002 dan SNI 1726:2012 pada bangunan beraturan 7-lantai dan 3-lantai di wilayah Surabaya, Peta Gempa Indonesia.

Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana kinerja bangunan yang direncanakan berdasarkan SNI 03-1726-2002 dan SNI 1726:2012 jika dianalisa dengan beban gempa riwayat waktu yang disesuaikan dengan respon spektrum sesuai SNI 1726:2012. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan mengevaluasi kinerja bangunan beton bertulang yang direncanakan berdasarkan SNI 1726:2002 pada sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK), menengah (SRPMM), dan biasa (SRPMB) dan berdasarkan SNI 1726:2012 dengan sistem SRPMK jika dianalisa dengan beban gempa riwayat waktu yang disesuaikan dengan respon spektrum sesuai SNI 1726:2012, dengan berbagai level gempa sesuai FEMA 356. Penelitian dilakukan pada bangunan beraturan 7 dan 3 lantai di wilayah Surabaya dengan kelas tanah sedang.

(34)
[image:34.595.156.489.116.343.2]

Gambar 2.7 Respon spektrum tanah sedang kota Surabaya.

(35)

20

Gambar 2.9 Denah bangunan 3 lantai. a. Metode Penelitian

Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Membuat perbedaan antara berbagai sistem rangka pemikul momen khusus (SRPMK), sistem rangka pemikul momen menengah (SRPMM), sistem rangka pemikul momen biasa (SRPMB) menurut SNI 03-2847-2002.

2) Melakukan preliminary design untuk komponen struktur bangunan.

3) Menentukan besar beban mati dan beban hidup berdasarkan SNI 1727:2013.

4) Membuat percepatan respon spektrum desain gempa menurut SNI 03-1726-2002 dan SNI 1726:2012 pada wilayah Surabaya dengan kelas tanah sedang.

(36)

6) Melakukan pengecekan untuk mengetahui penampang dapat digunakan atau tidak. Apabila penampang tidak dapat digunakan maka akan dilakukan preliminary design kembali.

7) Penghitungan sendi plastis kolom dan balok menggunakan program CUMBIA.

8) Menginput hasil perhitungan program CUMBIA kedalam SAP2000v.11.

9) Membuat percepatan gempa modifikasi gempa respon desain SNI 1726:2012 dari rekaman gempa El Centro 18 Mei 1940 dengan program RESMAT. Penyesuaian dengan program RESMAT dilakukan sampai didapatkan respon spektrum modifikasi dari gempa El Centro 18 Mei 1940 mendekati respon spektrum desain SNI 1726:2012.

10)Percepatan gempa yang terbentuk dipakai untuk mengecek kinerja struktur bangunan dengan metode analisis dinamis time history nonlinier menggunakan program SAP2000v.11.

11)Melakukan analisis dari sendi plastis dan fungsi time history yang sudah diinput pada program SAP2000v.11. 12)Membuat tabel performance based design untuk setiap bangunan yang diteliti dari data drift yang didapat dari program SAP200v.11.

(37)

22

[image:37.595.143.522.280.488.2]

Penelitian yang dilakukan menggunakan analisis nonlinier time history dengan program SAP2000 v.11. Evaluasi yang dilakukan menggunakan batasan drift menurut FEMA 356 dan posisi lokasi sendi plastis menurut mekanisme kehancuran Beam Side Sway Mechanism. Hasil rangkuman dari evaluasi kinerja struktur dari penelitian yang dilakukan, dilihat pada Tabel 2 dengan parameter drift ratio berdasarkan FEMA 356.

Gambar 2.10 Tabel matriks performance berdasarkan drift ratio b. Hasil dan Kesimpulan

Berdasarkan hasil drift ratio bangunan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Bangunan 7 lantai SRPMK12 dan SRPMK02 menunjukan kinerja yang baik pada level gempa 225 dan 500 tahun. Sedangkan pada level gempa 72 dan 2500 tahun menunjukan kinerja yang tidak baik.

(38)

3) Bangunan 3 lantai SRPMK12, SRPMK02, SRPMM02 dan SRPMB02 menunjukan kinerja yang tidak baik pada setiap level gempa yang diujikan.

Rangkuman dari hasil kinerja bangunan berdasarkan mekanisme kerusakan Beam Side Sway Mechanism dapat dilihat pada Tabel 3. Beam Side Sway Mechanism mensyaratkan pola kerusakan sendi plastis yang baik hanya terjadi pada bagian balok dan kolom pada bagian pondasi saja.

Gambar 2.11 Tabel matriks performance berdasarkan beam side way mechanism

Sedangkan kinerja bangunan 7 dan 3 lantai berdasarkan pola keruntuhan Beam Side Sway Mechanism menunjukan hasil dapat ditarik kesimpulan seperti berikut :

(39)

24

2) Bangunan 7 lantai SRPMK12 menunjukan kinerja yang baik pada level gempa 72 dan 225 tahun. Sedangkan pada level gempa 500 dan 2500 tahun menunjukan kinerja yang tidak baik.

3) Bangunan 7 lantai SRPMM02 dan SRPMB02 menunjukan kinerja yang tidak baik pada level gempa 225, 500 dan 2500 tahun.

4) Bangunan 3 lantai SRPMK12, SRPMK02, SRPMM02 dan SRPMB02 menunjukan kinerja yang baik pada level gempa 72 tahun sedangkan pada level gempa 225, 500 dan 2500 tahun menunjukan kinerja yang tidak baik.

4. Agus Setiawan (2015), Persyaratan Desain Komponen Struktur Lentur Beton Bertulangan Tunggal Antara SNI 03-2847-2002 dan SNI 2847:2013.

a. Tujuan Penelitian

Kajian yang dilakukan berikut ini hendak membandingkan konsep desain komponen struktur lentur balok beton bertulang berdasarkan SNI 03-2847-2002 dengan SNI 2847:2013, ditinjau dari perbandingan rasio tulangan beton (), terhadap kapasitas momen ultimit dari penampang, serta untuk mengetahui rasio tulangan maksimum (maks) yang diizinkan untuk berbagai mutu beton berdasarkan SNI 2847:2013. Selain itu juga hendak dikaji hubungan antara rasio tulangan terhadap regangan tarik netto, t, yang terjadi pada tulangan baja tarik

terluar.

b. Metode Penelitian :

(40)

1) Regangan pada tulangan dan beton dianggap berbanding lurus terhadap sumbu netral.

2) Regangan pada serat tekan beton terluar diambil sama dengan 0,003.

3) Tegangan tarik pada tulangan yang kurang dari fy harus diambil sebesar Es dikali regangan tulangan, sedangkan jika regangan tulangan melebihi y, maka tegangan tulangan harus diambil sama dengan fy.

4) Kuat tarik beton harus diabaikan dalam perhitungan aksial dan lentur.

5) Hubungan antara distribusi tegangan tekan beton dan regangan beton diasumsikan berbentuk segi empat, parabola, trapesium, atau bentuk lain yang sesuai dengan hasil pengujian.

6) Tegangan tekan beton sebesar 0,85f’c diasumsikan terdistribusi merata pada area tekan ekivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan garis sejarak a = 1.c dari sisi terluar serat tekan beton.

7) Jarak c dari serat dengan regangan maksimum ke sumbu netral, diukur tegak lurus sumbu tersebut.

8) Faktor 1 harus diambil sebesar 0,85 untuk kuat tekan beton antara 17 dan 28 MPa, dan direduksi sebesar 0,05 untuk tiap kelebihan 7 MPa di atas 28 MPa, namun tidak kurang dari 0,65

Dalam SNI 2847:2013 nilai t menentukan kriteria penampang dari komponen struktur lentur yang ditinjau. Apabila nilai t

kurang dari 0,002 maka penampang dikategorikan sebagai penampang terkendali tekan, sedangkan jika nilai t lebih dari

(41)

26

Apabilai nilai berada di antara 0,002 dan 0,005, maka penampang dikategorikan berada dalam daerah transisi.

Untuk perencanaan komponen struktur lentur yang tidak memikul beban aksial tekan lebih dari 0,1f/cAg, nilai t dalam

SNI 2847:2013 dibatasi untuk tidak kurang dari 0,004.

[image:41.595.219.431.304.517.2]
(42)
(43)

28

(44)

c. Kesimpulan :

SNI 2847:2013 telah resmi diberlakukan sebagai pengganti dari SNI 03-2847- 2002, beberapa perubahan dalam perencanaan komponen struktur lentur perlu mendapat perhatian dari para pelaku teknis di bidang konstruksi, terutama sebagai perencana struktur.

Beberapa hal yang dapat diringkas sebagai kesimpulan dari kajian yang telah dilakukan, antara lain :

1) Permasalahan desain dan analisis penampang komponen struktur lentur pada SNI 2013 dilakukan berdasarkan konsep regangan yang terjadi pada tulangan tarik, regangan minimum yang boleh terjadi adalah sebesar 0,004.

2) Batasan rasio tulangan maksimum menurut SNI 2013 berada pada kisaran 0,71b, yang artinya mengalami

penurunan dibandingkan SNI 2002 (maks = 0,75b).

SNI 2013 memberikan keleluasaan pada perencana untuk menggunakan jumlah tulangan yang lebih kecil (dibandingkan peraturan 2002).

3) SNI 2013 dapat mereduksi kebutuhan terhadap luas tulangan tarik hingga 15% dibandingkan syarat dalam SNI 2002.

4) Pada batas rasio tulangan maksimum, maka kapasitas lentur penampang yang dihasilkan dari SNI 2013 akan lebih kecil sekitar 1,7% dibandingkan hasil desain menggunakan SNI 2002.

5) Agar dapat menggunakan faktor reduksi kekuatan, , sebesar 0,90, maka rasio tulangan dibatasi sebesar 0,625b.

(45)

30

tulangan tarik ini, hendaknya dilakukan pula terhadap balok beton bertulangan rangkap.

5. Agustinus Agus Setiawan (2014) ,Studi Perbandingan Gaya Geser Dasar Seismik Berdasarkan SNI-03-1726-2002 Dan SNI 1726:2012 Studi Kasus Struktur Gedung Grand Edge Semarang. Struktur bangunan gedung Grand Edge Hotel dan Mallyang berlokasi di kota Semarang, direncanakan sebagai suatu struktur gedung beton bertulang yang terdiri dari 13 lapis lantai. Struktur pemikul beban terdiri dari Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus. Pada tahap awal desain, struktur direncanakan terhadap beban gempa sesuai dengan SNI 03-1726-2002 (Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung), yang didasarkan pada gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun. Seiring dengan ditetapkannya SNI 1726:2012 (Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung) yang didasarkan pada gempa rencana periode ulang 2500 tahun, maka perhitungan gaya gempa harus didesain ulang.

a. Tujuan Penelitian

(46)

b. Metode Penelitian

[image:46.595.182.474.348.576.2]

Struktur gedung Grand Edge Hotel dan Mall yang terdiri dari 13 lapis lantai, berlokasi di kota Semarang dan berdiri pada lapisan tanah keras, akan dianalisis secara dinamik (menggunakan metode ragam spektrum respon) dan secara statis ekivalen menggunakan dua macam beban gempa yang merujuk pada SNI 03-1726-2002 dan SNI 1726:2012. Tipe struktur yang dipilih adalah Struktur Ganda, yang merupakan kombinasi Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus dan Dinding Struktural Khusus.

Gambar 2.19 Spektrum respon gempa rencana

(47)

32

[image:47.595.128.496.417.619.2]

Gambar 2.20 Tabel Pemeriksaan Terhadap Syarat Simpangan Antar Lantai Dalam Arah X

(48)
[image:48.595.215.479.117.347.2]

Gambar 2.22 simpangan lantai arah Gambar 2.23 simpangan lantai

arah - x arah –y

Hasil pemeriksaan terhadap syarat simpangan antar lantai menunjukkan bahwa untuk kedua peraturan tersebut, semua syarat simpangan antar lantai dapat terpenuhi dengan baik.

c. Hasil dan Kesimpulan

Dari hasil analisis ulang terhadap struktur bangunan Grand Edge Hotel dan Mall, ditinjau dari pengaruh perubahan beban gempa desain (perubahan dari SNI 03-1726-2002 ke SNI 1726:2012), maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

(49)

34

2) Dari hasil analisis dinamis dengan metode analisis ragam spektrum respon, gaya geser dasar seismik yang dihasilkan juga mengalami perubahan yang cukup besar. Untuk kedua arah (X dan Y) gaya geser dasar seismik analisis dinamis meningkat sebesar 107%.

3) Karena gaya geser dasar seismik hasil analisis dinamis masih kurang dari 0,8V1 (untuk SNI 2002), dan juga masih kurang dari 0,85V1 (untuk SNI 2012), maka analisis dinamis diulang kembali dengan memperbesarnya menggunakan faktor skala.

4) Hasil pemeriksaan terhadap simpangan antar lantai, baik sesuai peraturan SNI 2002 maupun SNI 2012, struktur gedung Grand Edge Hotel dan Mall masih menunjukkan tingkat kinerja yang aman.

C. Keaslian Penelitian

Paramita Andini (2016), Studi Komparasi Perancangan Struktur Gedung Berdasarkan SNI 03- 2847 – 2002 dan SNI 2847:2013 dengan SNI 1726:2012 dengan studi kasus bangunan gedung Apartemen Malioboro City Yogyakarta.

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan adalah untuk membandingkan hasil perencanaan penulangan gedung dilapangan yang masih menggunakan peraturan lama SNI 2002 dengan hasil perencanaan ulang penulangan gedung dengan peraturan baru berdasarkan SNI 2013.

2. Metode Penelitian

(50)

3. Hasil yang diharapkaan, yakni :

a) Untuk mengetahui berapa perbandingan hasil perencanaan tulangan lentur balok yang masih menggunakan peraturan lama SNI 03 – 2847

– 2002 dengan hasil perencanaan ulang berdasarkan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012.

b) Untuk mengetahui berapa perbandingan hasil perencanaan tulangan geser balok yang masih menggunakan peraturan lama SNI 03- 2847 – 2002 dengan hasil perencanaan ulang berdasarkan SNI 2847:2013 dan SNI 1726:2012.

(51)

35 BAB III

LANDASAN TEORI

A. Pembebanan

Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturan-peraturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur bangunan yang dirancang harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban tersebut meliputi beban mati, beban hidup, beban gempa, beban angin, dan atau kombinasi dari beban-beban tersebut. Berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983 dapat dijelaskan pada uraian berikut :

1. Beban mati

Beban mati adalah berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.

2. Beban hidup

Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut.

3. Beban gempa

Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa itu.

4. Beban angin

(52)

B. Kombinasi Pembebanan

1. Kombinasi Beban

Pada kombinasi pembebanan ada perbedaan pada peraturan pembebanan SNI gempa tahun 2002 dan 2012, Pada peraturan pembebanan gempa tahun 2012 mengalami penambahan kombinasi beban pada kombinasi beban gempa dengan mengaitkan percepatan respon spektrum periode 0,2 dan 1 detik, untuk pengaruh beban gempa horizontal dibebankan dengan mengalikan oleh faktor pengali seperti persamaan 3.20 berikut.

Eh= ρ QE (3.20)

dengan QE adalah beban gempa nominal dan ρ adalah faktor redundansi. Kombinasi pembebanan yang dapat digunakan mengikuti Persamaan 3.21 dan Persamaan 3.22 berikut.

(1,2 + 0,2SDS)D + ρQE+ L (3.21)

(0,9 - 0,2SDS)D + ρQE+ 1,6H (3.22)

dengan ketentuan:

a. Faktor beban pada L dalam Persamaan 3.21 diijinkan sama dengan 0,5 untuk semua hunian di mana besarnya beban hidup merata kurang dari atau sama dengan 5 kN/m2, dengan pengecualian garasi atau ruang pertemuan;

b. Faktor beban pada H harus ditetapkan sama dengan nol dalam Persamaan 3.22 jika aksi struktur akibat H berlawanan dengan aksi struktur akibat E. Jika tekanan tanah lateral memberikan tahanan terhadap aksi struktur dari gaya lainnya, faktor beban tidak boleh dimasukkan dalam H tetapi harus dimasukkan dalam tahanan desain.

2. Kuat Perlu

(53)

37

berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi yang ditetapkan dalam Standar pada peraturan pembebanan gempa tahun 2012 dan standar pada peraturan pembebanan beton tahun 2013 kombinasi untuk kuat perlu struktur memiliki kesamaan

dijelaskan bahwa kekuatan perlu U harus paling tidak sama dengan pengaruh beban terfaktor seperti pada Persamaan 3.23 hingga Persamaan 3.29 berikut:

U = 1,4D (3.23)

U = 1,2D+ 1,6L+ 0,5(Lr atau R) (3.24)

U = 1,2D+ 1,6(Lr atau R) + (1,0L atau 0,5W) (3.25) U = 1,2D+ 1,0W + 1,0L+ 0,5(Lr atau R) (3.26)

U = 1,2D+ 1,0E + 1,0L (3.27)

U = 0,9D+ 1,0W (3.28)

U = 0,9D+ 1,0E (3.29)

kecuali sebagai berikut:

a. Faktor beban pada beban hidup L dalam Persamaan 3.25 sampai 3.27 diizinkan direduksi sampai 0,5 kecuali untuk garasi, luasan yang ditempati sebagai tempat perkumpulan publik, dan semua luasan dengan L lebih besar dari 4,8 kN/m2,

b. Bila W didasarkan pada beban angin tingkat layan, 1,6W harus digunakan sebagai pengganti dari 1,0W dalam Persamaan 3.26 dan 3.28, dan 0,8W harus digunakan sebagai pengganti dari 0,5W dalam Persamaan 3.25.

Selain kombinasi pembebanan diatas, terdapat hal-hal yang perlu disesuaikan dengan kombinasi pembebanan yang diatur dalam SNI Beban Gempa 2002 dan 2012

(54)

Gempa 2012 yang melibatkan pembebanan gempa digunakan Persamaan 3.21 dan Persamaan 3.22 sebagai kombinasi yang terpengaruh beban gempa.

3. Kuat Nominal

Kuat nominal adalah kemampuan komponen struktur dalam menerima beban yang dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai. Beberapa kuat nominal yang akan dipakai adalah sebagai berikut:

a. Untuk momen, kuat nominal berupa kuat lentur nominal (Mn), b. Untuk gaya tekan, kuat nominal berupa kuat tekan nominal (Pn), c. Untuk gaya geser, kuat nominal berupa kuat geser nominal (Vn), d. Untuk gaya torsi, kuat nominal berupa kuat torsi nominal (Tn).

4. Kuat Rencana

Kuat rencana suatu komponen struktur sehubungan dengan perilaku lentur, beban normal, geser dan torsi harus diambil sebagai hasil kali kuat nominal, yang dihitung dengan suatu faktor reduksi kekuatan Ø yang ditentukan sebagai berikut :

a. lentur, tanpa beban aksial = 0,80

b. aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur = 0,80 c. aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur = 0,65

d. geser dan torsi = 0,75

e. geser pada komponen struktur penahan gempa = 0,55

C. Struktur Tahan Gempa

1. Berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2002

(55)

39

untuk lentur, tekan, geser, dan tumpu pada beton polos struktural harus diambil sebesar 0,55.

b. Pada pasal 23.2 ayat 4 untuk beton pada komponen struktur yang merupakan bagian dari sistem pemikul beban gempa, harus memenuhi persyaratan di bawah ini :

1) Kuat tekan fc’ beton tidak boleh kurang dari 20 MPa.

2) Kuat tekan beton agregat ringan yang digunakan dalam perencanaan tidak boleh melampaui 30 MPa. Beton agregat ringan dengan kuat tekan rencana yang lebih tinggi boleh digunakan bila dapat dibuktikan dengan pengujian bahwa komponen struktur yang dibuat dari beton agregat ringan tersebut mempunyai kekuatan dan keterangan yang sama atau lebih dari komponen struktur setara yang dibuat dari beton agregat normal dengan kekuatan yang sama. 2. Berdasarkan SNI 2847:2013

a. Pada pasal 21.1 ayat 3 untuk faktor reduksi kekuatan harus seperti yang diberikan dalam pasal 9.3 ayat 4,  haru sebesar 0,60 untuk lentur, tekan, geser, dan tumpuan beton polos struktural.

b. Pada pasal 21.1 ayat 4 untuk beton pada rangka momen khusus dan dinding struktur khusus, harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Kekuatan tekan beton yang ditetapkan, fc’, tidak boleh kurang dari 20 MPa.

2) Kekuatan tekan beton berat ringan (lightweight) yang ditetapkan,

(56)

untuk beton ringan semuanya. Kecuali bila selain disebutkan secara spesifik.

D. Perancangan Tulangan Balok

1. Persyaratan Dimensi Balok

Menurut SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.3 ayat 1 dan SNI 2847:2013 pasal 21.5 ayat 1 untuk komponen–komponen struktur pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus yang memikul gaya akibat beban gempa dan dirancang untuk memikul lentur, batasan penampang komponen struktur tersebut harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini :

a. gaya aksial tekan terfaktor pada komponen struktur tidak boleh melebihi

0,1.Ag.fc’.

b. bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi efektifnya.

c. perbandingan lebar terhadap tinggi tidak boleh kurang dari 0,3.

d. lebarnya tidak boleh kurang dari 250 mm dan tidak boleh lebih dari lebar komponen struktur pendukung (diukur pada bidang tegak lurus terhadap sumbu longitudinal komponen struktur lentur) ditambah jarak pada tiap sisi komponen struktur pendukung yang tidak melebihi tiga perempat tinggi komponen struktur lentur.

2. Perancangan Tulangan Lentur Balok

Penulangan hendaknya dipakai dengan pebulangan rangkap, karena selain diperlukan untuk mengaitkan sengkang, juga memiliki fungsi yang lain, yaitu:

a. Meningkatkan besar momen yang dapat dipikul.

b. Meningkatkan kapasitas rotasi penampang yang berkaitan dengan peningkatan daktilitas penampang.

c. Meningkatkan kekakuan penampang.

(57)

41

h d dp

G

Aps p

As' x

Mn(+)

cu' = 0,003

y

pi

garis netral garis berat

a=.x

0,85fc'

d-d' fs'

fps

fy

Cs' Cc'

Tp

Ts

Zp=dp -a/2

b

ZS=d-a/2

S'

d'

As

Hitung Tulangan Yang Dibutuhkan Input

Hitung Momen-momen Yang Menentukan

[image:57.595.187.534.414.723.2]

Pilih Tulangan Hitung Tulangan Tekan Dari anggapan-anggapan dasar yang digunakan didapat diagram tegangan dan regangan balok seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Penampang diagram tegangan – regangan (Sumber : SNI 03-2847-2002)

Adapun flowchart untuk prthitungan tulangan lentur balok dijelaskan pada gambar 3.2 :

ρmin< ρ < ρmaks

ρ <ρmaks Mulai

Tidak

(58)

Dimensi Balok dan Tulangannya Memadai Periksa Lebar Retak Smaks

Gambar 3.2 Diagram alir tulangan lentur pada balok a. Menentukan dimensi balok, mutu beton dan mutu baja b. Mengasumsikan tinggi efektif :

d = h – selimut beton – diameter sengkang – 12 diameter tulangan c. Menghitung beban rencana terfaktor (Mu,b)

d. Menghitung ρ diperoleh melalui tabel Design Aids berdasarkan pada tegangan leleh tulangan baja dan nilai Rn

2 .d b

Mn Rn

e. Menghitung momen nominal (Mn) Mn = Cc.z = 0,85 . f’c . b . a . (d - a2)

T.z = As . fy . (d - a2)

f. Menghitung momen ultimit (Mu) = Ø.Mn

g. Menghitung luas tulangan As = ρ . b . d

h. Menghitung diameter dan jumlah tulangan Gaya desak beton: Cc = 0,85 . f’c. a . b Gaya tarik baja: Ts = As . fy

Kesetimbangan gaya : Cc = Ts →

b c f

fy As a

. ' . 85 , 0

.

S > Smaks

S < Smaks

Selesai

Tidak

Ya

(59)

43

i. Menghitung tulangan dengan syarat ρmin < ρ ≤ ρmax

   

 

  

' . 85 , 0

2 1 1 . ' . 85 , 0

fc Rn fy

c f

fy fy

fc

b

600 600 . . ' . 85 ,

0 1

fy 4 , 1 min

ρmax = 0,75 ρb

d b As . .

3. Perancangan Tuangan Geser Balok

Menurut SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.3 ayat 4 dan SNI 2847:2013 pasal 21.5 ayat 4 gaya geser rencana Ve harus ditentukan dari peninjauan gaya statik pada bagian komponen struktur antara dua muka tumpuan. Momen-momen dengan tanda berlawanan sehubungan dengan kuat lentur maksimum Mpr, harus dianggap bekerja pada muka-muka tumpuan, dan komponen struktur tersebut dibebani dengan beban gravitasi terfaktor disepanjang bentangnya. Momen-momen ujung Mpr didasarkan pada tegangan tarik 1,25fy.

(60)

Hitung Momen-momen Yang Menentukan

Tentukan Besarnya Gaya Lintang

Dimensi Balok dan Tulangannya Memadai

Hitung vu (Vu)

Hitung vs (Vs)

[image:60.595.98.547.89.514.2]

Tentukan Tulangan Penahan Gaya Lintang Pilih Tulangan

Gambar 3.3 Diagram alir tulangan geser pada balok

a. Menghitung lebar efektif (be), lebar efektif pelat diambil sebesar :

be ≤ 0,25 . bentang bersih be ≤ bw + 16 . hf

be ≤ bw + jarak bersih balok bersebelahan

b. Menghitung momen kapasitas positif dan negatif ujung-ujung balok

c. Menghitung gaya geser :

2 . 2

1 wuL

L M M

Veprpr

Wu = 1,2.D + 1,0.L

d. Menghitung diameter dan spasi tulangan geser yang digunakan pada daerah sendi plastis dan di luar sendi plastis.

Input

vu (Vu) ≤ ø vc (Vc)

vu (Vu) ≥ ø vc (Vc)

ø vs≥ ø vs maks ø vs (Vs) ≤

ø vs maks (Vs maks)

Mulai

Selesai

Tidak

Tidak

Ya

(61)

45

Perancangan penampang terhadap geser didasarkan pada :

Ø.Vn Vu

Vn = Vc + Vs

1). daerah sendi plastis

Ve

Vs

Vc = 0

Av = n . ¼ . π . dtulangan2

Vs d fys Av

S  . .

Menurut SNI T – 03 – 2847 – 2002 pasal 23.3 ayat 3.2 mengenai spasi maksimum tulangan transversal, maka jarak maksimum sengkang pada daerah sendi plastis yaitu di daerah sepanjang dua kali tinggi balok, diambil berdasarkan nilai terkecil dari :

a).

4 d

b). 8 kali diameter terkecil tulangan memanjang c). 24 kali diameter tulangan sengkang

d). 300 mm

2). di luar daerah sendi plastis d

bw c f

Vc61 ' . .

Vc Ve

Vs 

Av = n . ¼ .π . dtulangan2

Vs d fys Av

S  . .

Untuk jarak maksimum sengkang pada daerah di luar sendi plastis adalah d2.

(62)

komponen struktur penumpu. Spasi sengkang tertutup tidak boleh melebihi yang terkecil dari :

a) d4

b) 6 kali diameter terkecil batang tulangan lentur utama tidak termasuk tulangan kulit longitudinal.

c) 150 mm.

E. Perancangan Penulangan Kolom

1. Persyaratan Dimensi Kolom

Sesuai SNI T – 03 – 2847 – 2002 pasal 23.4 ayat 1 dan SNI 2847 : 2013 pasal 21.6 ayat 1 untuk komponen-komponen struktur pada Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus yang memikul gaya akibat beban gempa dan menerima beban aksial terfaktor yang lebih dari 0,1.Ag.fc’, batasan panampang komponen struktur tersebut harus memenuhi syarat-syarat berikut :

a. ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui titik pusat geometris penampang, tidak kurang dari 300 mm

b. perbandingan antara ukuran terkecil penampang dengan ukuran dalam arah tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4.

Langkah-langkah perancangan kolom adalah sebagai berikut : 1). Menentukan dimensi kolom, mutu beton dan mutu baja

2). Perhitungan kelangsingan kolom pada rangka portal yang tidak ditahan terhadap goyangan kesamping, dan dapat diabaikan apabila :

r u k.

< 22

dimana :

k = faktor panjang efektif struktur tekan

φ = rasio

    

c I Ec

.

dari komponen struktur tekan terhadap

    

b I Ec

.

(63)

47

komponen struktur tekan yang dihitung dalam bidang rangka yang ditinjau

Ec = modulus elastis beton, yang besarnya 4700 . f' c

I = momen inersia, besarnya sesuai SNI T – 03 – 2847 – 2002 yaitu : balok = 0,35 . Ig

kolom = 0,70 . Ig

Ig = momen inersia penampang bruto beton terhadap sumbu pusat penampang, dengan mengabaikan tulangan

λc = panjang komponen struktur tekan pada sistem rangka yang diukur dari joint ke joint

λb = panjang komponen struktur lentur pada sistem rangka yang diukur dari joint ke joint

λu = panjang bersih komponen struktur tekan r = radius girasi

(64)
[image:64.595.115.544.115.332.2]

Gambar 3.4 Dimensi kolom dan diagram regangan-tegangan pada keadaan seimbang

(Sumber : SNI 03-2847-2002)

2. Perancangan Tulangan Longitudinal

Sesuai SNI T – 03 – 2847 – 2002 pasal 23.4 ayat 2.2 kuat lentur kolom harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Me56. Mg dimana :

∑Me = jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan

dengan kuat lentur nominal kolom yang merangka pada hubungan balok-kolom tersebut. Kuat lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial terfaktor, yang sesuai dengan arah gaya-gaya lateral yang ditinjau, yang menghasilkan kuat lentur yang terkecil.

∑Mg = jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan

(65)

49

Adapun batasan rasio penulangan ρg sesuai SNI T – 03 – 2847 – 2002

pasal 23.4 ayat 3.1 dan SNI 2847 : 2013 pasal 21.6 ayat 3.1 digunakan

sebesar 0,01 ≤ ρg ≤ 0,06.

3. Perancangan Tulangan Transversal

Menurut SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 23.4 ayat 4.1 dan SNI 2847:2013 pasal 21.6 ayat 4.4 tulangan transversal berbentuk persegi sebagai tulangan pengikat dan geser tidak boleh kurang dari :

Ash1 = 

            1 ' . . . 3 , 0 Ach A

Gambar

Gambar 2.5 Tabel persentase beban gempa nominal SRPMB terhadap
Gambar 2.6  Tabel pemeriksaan kolom dan balok.
Gambar 2.8 Denah bangunan 7 lantai.
Gambar 2.10 Tabel matriks performance berdasarkan drift ratio
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh hasil akurasi data training adalah 81.00% yang artinya bahwa klasifikasi data training pasien kanker payudara menggunakan

[r]

&#34;Bagaimana engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami mendapati ayah- ayah kami menyembahnya?&#34; Nabi Hud menjawab: &#34;Sungguh orang tua kalian telah

[r]

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

Based on the results of the research, it is concluded that: (1) PQRST strategy- based intensive reading instructional materials developed are very valid in term of content and

Berdasarkan data epidemiologi diketahui kurang lebih 20% dari perokok memiliki risiko delapan kali menjadi penyalahguna NAPZA, dan berisiko sebelas kali untuk menjadi peminum berat

Untuk merasakan esensi dari sifat filtrasi efektif lendir bekicot menit mengandung emulsi (lotion) dalam animasi kaya youngyanggam mempersiapkan kulit Anda.. Untuk membantu