• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS INTERDEPENDENSI NILAI TUKAR, IFLASI, PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA DAN NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS INTERDEPENDENSI NILAI TUKAR, IFLASI, PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA DAN NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS INTERDEPENDENSI NILAI TUKAR, INFLASI,

PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA DAN

NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains Pada Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh:

ULINE AFRIANY PRASETIA SIMARMATA

NIM : 809625020

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)

ANALISIS INTERDEPENDENSI NILAI TUKAR, INFLASI,

PRODUK DOMESTIK BRUTO, SUKU BUNGA DAN

NERACA TRANSAKSI BERJALAN DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains Pada Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh:

ULINE AFRIANY PRASETIA SIMARMATA

NIM : 809625020

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

ULINE AFRIANY PRASETIA SIMARMATA. Analisis Interdependensi Nilai

Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan di Indonesia. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2012.

Depresiasi nilai tukar rupiah mendorong Bank Indonesia menaikkan SBI untuk memperkuat rupiah, inflasi mempunyai trend menurun ketika terjadi apresiasi nilai tukar rupiah, sedangkan pergerakan nilai tukar rupiah merubah posisi neraca transaksi berjalan Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan dan efek perubahan nilai tukar, inflasi, produk domestik bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan terhadap masing-masing variabel. Data diperoleh dari data skunder yaitu data nilai tukar, inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan dari tahun 2000:1 sampai dengan tahun 2010:4. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Vector Autoregressive (VAR) yang dalam analisisnya mempunyai instrumen Impulse Response Function (IRF) dan Variance Decomposition (VD). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) seluruh variabel saling memberikan kejutan acak terhadap variabel lainnya dan direspon oleh masing-masing variabel sehingga mencapai keseimbangan jangka panjang. Hal tersebut ditunjukkan hasil estimasi uji IRF pada setiap variabel; (2) Semua variabel saling berkontribusi terhadap variabel lainnya. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil estimasi uji VD, dimana setiap variabel memberikan sumbangan terhadap variabel lainnya.

(6)

ABSTRAC

ULINE AFRIANY PRASETIA SIMARMATA. Interdependence Analysis of Exchange Rate, Inflation, Gross Domestic Product, Interest Rates and the Current Account in Indonesia. Medan : Postgraduate School of State University of Medan 2012.

Depreciation of the rupiah prompted Bank Indonesia raised SBI to strengthen the rupiah, inflation has a downward trend when the appreciation of the rupiah, and the movement of the exchange rate also change the position of the current account of Indonesia. This study aimed to determine the role and effects of changes in exchange rates, inflation, gross domestic product, interest rates and the current account balance for each variable. Data obtained from secondary data is exchange rate, inflation, GDP, interest rates and the current account data from 2000:1 up to 2010:4. The model used in this study is the econometric model by the method of Vector Autoregressive (VAR) that in their analysis the instrument has Impulse Response Function (IRF) and Variance Decomposition (VD). The results of this study concluded that (1) All variable giving each other random shock to other variables and response by each variable so as to achieve long-term equilibrium. This is shown on the estimation IRF test on each variable; (2) All variables are mutually contribute to other variables. It is shown by the results of estimation VD test, in which each variable contributed to other variables.

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa di surga, atas anugrah dan berkat kesehatan dan ketekunan yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, yang berjudul Analisis Interdependensi Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan di Indonesia.

Tesis ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi. Dalam tahap penyusunannya, penulis banyak menghadapi kesulitan dan hambatan. Namun berkat usaha, kerja keras, bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, tesis ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis mulai dari masa perkuliahan hingga tesis ini dapat diselesaikan, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan;

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan;

3. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Medan dan Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dan dengan sabar memberi arahan serta saran-saran kepada penulis baik pada saat penyusunan tesis maupun selama mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan; 4. Bapak Dr. Jonni Manurung selaku Pembimbing II yang telah meluangkan

(8)

5. Bapak Dr. Eko W. Nugrahadi, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Medan dan penguji pada sidang untuk mempertahankan tesis;

6. Bapak Dr. Arwansyah, M.Si, dan Bapak Dr. Parulian Simanjuntak, M.A selaku penguji pada sidang untuk mempertahankan tesis;

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah dengan tulus memberikan ilmu pengetahuan, arahan, bimbingan, memberi cara berpikir baru kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Medan;

8. Kedua orangtua penulis : Drs. U. Simarmata, M.S dan N. Sihaloho yang selalu mendoakan kesuksesan bagi penulis. Terima kasih atas kesabaran, pengertian dan motivasi yang diberikan selama ini. Semoga ini dapat menjadi kebanggaan dan penghiburan atas jerih payah bapak dan mama selama ini;

9. Kakanda Ulina Juni Argha Tri Darmawati Simarmata dan Ulini Tetty Sri Hartati Simarmata yang selalu memotivasi selama menjalani perkuliahan hingga akhirnya tesis ini dapat diselesaikan; adik-adik penulis yang juga sedang menempuh pendidikan : Yettrie Bess Congencya Simarmata, S.Far (semoga dapat menyelesaikan pendidikan S2 dan apotekernya tepat waktu); Delima Canny Valentine Simarmata (semoga dapat menyusul melanjutkan ke jenjang S2); Samuel Lamhot Ladd Palmer Simarmata (semangat menuju

kampus hijau!);

10. Abangda Thesa Binsavat Harefa yang selalu mendoakan kesuksesan, kesehatan dan memberi semangat kepada penulis. Terima kasih dari lubuk hatiku yang paling dalam. Tuhan memberkati selalu;

11. Para sahabat yang selalu memberi energi positif dalam menghadapi kehidupan yang tidak pasti : Adenovalti Sihombing, Desi Ari Natalia Simangunsong; serta teman-teman terkasih yang selalu ada di saat suka dan duka;

(9)

vii

Terima kasih atas pertemanan, semangat, kerjasama dan dukungannya selama mengikuti perkuliahan di Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Medan;

13. Rekan-rekan mahasiswa/i Program Studi Ilmu Ekonomi Pascasarjana Universitas Negeri Medan baik senior maupun junior yang telah bersama-sama penulis berusaha untuk menyelesaikan tanggungjawab di perkuliahan, terutama Lince Anastasia Saragih, Ruth Princes Pardede, Suster Tiurma Manalu, Bang Adri Sihotang (sang motivator ), Bapak Efori Telaumbanua;

14. Rekan-rekan kerja di PT. Archiplan Consultant : Bapak Ir. Zul Akhyar (Direktur Utama) dan Riki Irmanda, ST (Direktur Teknis) atas kesempatan dan kemudahan yang diberikan dalam menggunakan fasilitas kantor sehingga memperlancar dalam proses pencetakan tugas-tugas dan tesis; Putri Lambok, ST; Eka Pratama, ST; Ginanjar Raharjo, ST; Andi Irmanda, SE; Alfi, Dian, Iwan;

15. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhirnya, penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan demi meningkatkan mutu pendidikan.

Medan, Desember 2012 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Pembayaran (Mundell-Fleming) ... 10

2.1.2 Kondisi Marshall-Lerner ... 13

2.1.3 Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity

2.1.9 Neraca Transaksi Berjalan ... 40

2.2 Penelitian Sebelumnya ... 43

2.3 Kerangka Pemikiran ... 47

(11)

vii

BAB III MOTODE PENELITIAN ... 51

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 51

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 51

3.3 Metode Analisis ... 51

3.4 Innovation Accounting... 53

3.5 Data Generating Process (DGP)... 54

3.5.1 Uji Stasioneritas Data (ADF : Augmented Dickey-Fuller Test) ... 54

3.5.2 Penentuan Lag Optimal ... 56

3.5.3 Pengujian Stabilitas VAR ... 57

3.5.4 Uji Kointegrasi ... 58

3.6 Defenisi Operasional ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 61

4.1 Gambaran Umum Kondisi Perekonomian di Indonesia ... 61

4.1.1 Perkembangan Nilai Tukar di Indonesia ... 61

4.1.2 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia... 63

4.1.3 Perkembangan Pendapatan Domestik Bruto di Indonesia ... 67

4.1.4 Perkembangan Suku Bunga di Indonesia... 71

4.1.5 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan di Indonesia ... 74

4.2 Data Generating Process ... 76

4.2.1 Uji Stasioneritas Data... 76

4.2.2 Penentuan Selang (Lag) Optimal ... 77

4.2.3 Pengujian Kointegrasi ... 77

4.2.4 Pengujian Stabilitas VAR ... 79

4.3 Hasil Empiris ... 79

4.3.1 Analisis Impuls Respon ... 80

4.3.2 Analisis Variance Decomposition (VD) ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1 Kesimpulan ... 101

(12)

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(13)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga, Produk Domestik Bruto dan

Neraca Transaksi Berjalan ... 3

Tabel 4.1 Perkembangan Nilai Tukar di Indonesia Tahun 2000-2010 (Rp/US$) ... 62

Tabel 4.2 Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia Tahun 2000-2010 (%) .. 64

Tabel 4.3 Perkembangan Produk Domestik Bruto di Indonesia Tahun 2000-2010 (milyar rupiah) ... 68

Tabel 4.4 Perkembangan Suku Bunga di Indonesia Tahun 2000-2010 (%) ... 71

Tabel 4.5 Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan di Indonesia Tahun 2000-2010 (milyar rupiah) ... 74

Tabel 4.6 Hasil Uji Stasioner ... 77

Tabel 4.7 Hasil Uji Lag Optimal ... 77

Tabel 4.8 Hasil Uji Kointegrasi ... 78

Tabel 4.9 Uji Stabilitas VAR ... 79

Tabel 4.10 Impulse Response Function Nilai Tukar Rupiah ... 80

Tabel 4.11 Impulse Response Function Inflasi ... 83

Tabel 4.12 Impulse Response Function Produk Domestik Bruto ... 85

Tabel 4.13 Impulse Response Function Suku Bunga ... 87

Tabel 4.14 Impulse Response Function Neraca Transaksi Berjalan ... 89

Tabel 4.15 Variance Decomposition Nilai Tukar ... 92

Tabel 4.16 Variance Decomposition Inflasi ... 93

Tabel 4.17 Variance Decomposition Produk Domestik Bruto ... 95

Tabel 4.18 Variance Decomposition Suku Bunga ... 97

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Grafik Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Neraca Transaksi

Berjalan dan Suku Bunga, Inflasi Tahun 2000-2010 ... 4

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Interdependensi Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan ... 48

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Penelitian Analisis Interdependensi Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan ... 50

Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Nilai Tukar di Indonesia ... 63

Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Tingkat Inflasi di Indonesia ... 67

Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto di Indonesia ... 69

Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Suku Bunga di Indonesia ... 73

Gambar 4.5 Grafik Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan di Indonesia.... 75

Gambar 4.6 Grafik Impulse Response Function dari Nilai Tukar Rupiah ... 82

Gambar 4.7 Grafik Impulse Response Function dari Inflasi ... 84

Gambar 4.8 Grafik Impulse Response Function dari Produk Domestik Bruto 86 Gambar 4.9 Grafik Impulse Response Function dari Suku Bunga ... 88

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Uji stasioner KURS ADF-test Level ... 109

2. Uji stasioner INFA ADF-test Level ... 110

3. Uji stasioner PDB ADF-test Level ... 111

4. Uji stasioner PDB ADF-1st difference ... 112

5. Uji stasioner RATE ADF-test Level ... 113

6. Uji stasioner RATE ADF-1st difference ... 114

7. Uji stasioner NTB ADF-test Level ... 115

8. Uji Lag Optimal ... 116

9. Hasil Uji Kointegrasi ... 117

10. Persamaan VAR ... 118

11. Hasil Uji IRF ... 119

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan.

Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan

kontraksi atau sering juga disebut sebagai fluktuasi ekonomi. Umumnya

kajian-kajian ekonomi makro bertujuan menguji kepentingan relatif

guncangan-guncangan dan dinamika variabel ekonomi makro akibat guncangan-guncangan ini.

Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

sumber dan dampak suatu shock ekonomi (instabilitas) dalam konteks Indonesia

khususnya selama era reformasi ini, dimana ada sejumlah fenomena-fenomena

penting yang menunjukkan adanya instabilitas ekonomi yang layak untuk

dieksplorasi lebih dalam implikasinya dan dampaknya bagi perekonomian secara

keseluruhan. Sektor/blok ekonomi yang menarik untuk dikaji baik sebagai sumber

instabilitas (penghasil shock/guncangan) ataupun sebagai penerima instabilitas

berdasarkan fenomena ekonomi selama beberapa era krisis di Indonesia adalah

fundamental kekuatan makro (Irawan, 2005:1).

Khusus terhadap perkembangan data fundamental ekonomi makro, pelaku

pasar akan memberikan reaksi terhadap berbagai berita ekonomi makro yang

dikeluarkan oleh instansi berwenang dalam arah yang berlainan, tergantung pada

dari mana berita itu dikeluarkan apakah dari Amerika Serikat atau dari Indonesia.

(17)

2

data aktual ekonomi makro yang diumumkan oleh instansi yang berwenang

dengan angka perkiraan pasar. Ekonomi makro dalam penelitian ini tercermin

dalam variabel nilai tukar, inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan

neraca transaksi berjalan. Pemahaman mengenai hubungan antara nilai tukar,

inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan

merupakan hal yang penting bagi pengambil kebijakan ekonomi serta masyarakat

dalam perekonomian terbuka. Pemahaman ini akan memberikan kemudahan bagi

para pengambil kebijakan ekonomi maupun masyarakat dalam menanggapi

adanya perubahan dari variabel ekonomi yang akan mempengaruhi nilai tukar,

inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan.

Dengan semakin terbukanya ekonomi Indonesia dengan ekonomi

internasional akan berimplikasi terhadap eksisnya pengaruh variabel-variabel

makro ekonomi dan ekonomi internasional terhadap kinerja makro ekonomi di

atas, begitu juga akan ada saling interaksi antar variabel-variabel ekonomi. Hal ini

juga berimplikasi bahwa rancangan kebijakan ekonomi yang bertujuan

menstabilisasi sektor pertanian dan non pertanian serta sektor ekonomi lainnya

tidak bisa lepas dari bagaimana kebijakan tersebut dilakukan secara integratif baik

yang menyangkut dari sisi ekonomi pertanian, kebijakan ekonomi makro dan

kebijakan perdagangan internasional.

Kekuatan makro seperti nilai tukar, inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, suku

bunga dan neraca transaksi berjalan memiliki keterkaitan (interdependensi) antara

variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Kenaikan atau penurunan salah

satu variabel akan berdampak terhadap kondisi variabel yang lainnya yang

(18)

3

Indonesia. Sulitnya bagi pemerintah untuk menetapkan kebijakan perekonomian

dikarenakan akan berdampak terhadap seluruh aspek kekuatan makro lainnya.

Keterkaitan (interdependensi) antara nilai tukar, inflasi, Pendapatan Domestik

Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan dapat kita lihat dengan

memperhatikan bagaimana perkembangan kekuatan makro ini di Indonesia dalam

tabel dan grafik di bawah ini.

Tabel 1.1 Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga, Pendapatan Domestik Bruto dan Neraca Transaksi Berjalan Tahun 2000-2010

Keterkaitan antara nilai tukar dan inflasi akan semakin jelas ketika terjadi

perubahan sistem nilai tukar dari sistem nilai tukar mengambang terkendali

(managed floating exchange rate) ke sistem nilai tukar mengambang bebas (free

floating exchange rate). Fluktuasi inflasi lebih tampak ketika periode free floating

exchange rate dibandingkan periode sebelumnya. Inflasi tampak mempunyai

trend menurun ketika terjadi penguatan nilai tukar rupiah jelas sekali terlihat antar

(19)

4

Sumber : Bank Indonesia (diolah)

Gambar 1.1 Grafik Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga, Pendapatan Domestik Bruto dan Neraca Transaksi Berjalan Tahun 2000– 2010.

Depresiasi rupiah kembali menarik perhatian sejak tahun 2005 ketika rupiah

menembus level 9.830 per dolar. Kondisi ini mendorong Bank Indonesia juga

menaikan SBI dari 7,4% menjadi 9,16% pada tahun 2005 untuk memperkuat

(20)

5

rupiah. Apresiasi nilai tukar pada tahun 2009 sampai 2010 telah membuat BI

menurunkan juga suku bunga SBI dari 7,49% menjadi 6,54%. Kenyataan lain

akibat depresiasi rupiah mengakibatkan barang-barang modal yang dibutuhkan

industri dalam negeri mengalami lonjakan harga. Keadaan ini membuat

perusahaan mengurangi kapasitas produksi barang yang mempunyai kandungan

impor tinggi. Penurunan kapasitas produksi inilah yang menandai telah terjadi

fluktuasi Pendapatan Domestik Bruto. Dengan demikian depresiasi rupiah telah

menyebabkan terjadinya penurunan Pendapatan Domestik Bruto. Namun hal ini

tidak begitu berlaku dimana tahun 2008 rupiah mengalami depresiasi yang tidak

mengakibatkan Pendapatan Domestik Bruto turun dari 495.089,8 miliyar rupiah di

tahun 2007 menjadi sebesar 518.935 miliyar rupiah di tahun 2008. Pergerakan

nilai tukar rupiah ini juga ternyata merubah posisi neraca transaksi berjalan

Indonesia. Neraca transaksi berjalan Indonesia yang defisit pada tahun 2008

sebesar 637 miliyar rupiah berubah menjadi surplus pada tahun 2009 menjadi

sebesar 3.442 miliyar rupiah. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah depresiasi

rupiah telah meningkatkan daya saing produk Indonesia sehingga meningkatkan

ekspor yang pada akhirnya memperbaiki neraca transaksi berjalan Indonesia.

Adanya perubahan pengaruh nilai tukar terhadap perilaku inflasi, Pendapatan

Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan setelah adanya

perubahan manajemen nilai tukar menunjukkan keterkaitan yang kuat antar

variabel-variabel.

Perubahan inflasi disebabkan harga minyak terus meningkat didorong oleh

permintaan minyak dunia terutama dari Amerika Serikat, China, dan India serta

(21)

6

yang menyertainya. Meningkatnya tekanan eksternal ini memberi pengaruh pada

meningkatnya kebutuhan subsidi BBM di dalam negeri dan mendorong inflasi.

Dengan langkah-langkah tersebut nilai tukar rupiah dalam keseluruhan tahun 2005

dapat dipertahankan rata-rata Rp 9.423,- per USD dan laju inflasi dikendalikan

menjadi 17,1% pada akhir tahun 2005. Meningkatnya harga minyak dunia dan

kenaikan suku bunga internasional pada tahun 2005 memberi tekanan pada

stabilitas moneter di dalam negeri. Nilai sebuah mata uang, yakni nilai tukarnya

terhadap mata uang lain, tergantung pada daya tarik mata uang tersebut di pasar.

Jika permintaan akan sebuah mata uang tinggi, maka harganya akan naik relatif

terhadap mata uang lainnya. Akan tetapi, perubahan dalam kondisi politik suatu

negara atau menurunnya perekonomian akibat laju inflasi yang tinggi dan defisit

perdagangan, dapat juga mengakibatkan nilai sebuah mata uang yang stabil jatuh,

karena para investor lebih memilih menukarkan uangnya ke mata uang lain yang

dianggap lebih stabil. Seperti tahun 2005 dimana inflasi mencapai 17,1% nilai

tukar juga mengalami depresiasi, sejalan juga dengan suku bunga BI juga

mengalami kenaikan dari 9,16% menjadi 11,96%.

Pada tahun 2005, kondisi neraca transaksi berjalan dihadapkan pada

kebutuhan impor yang meningkat lebih tinggi dibandingkan penerimaan ekspor

serta masih tingginya defisit pada jasa-jasa. Sementara itu neraca transaksi modal

dan finansial dihadapkan pada terbatasnya investasi langsung asing serta tingginya

pembayaran utang luar negeri swasta. Dengan perkembangan ini surplus neraca

transaksi berjalan dalam keseluruhan tahun 2005 mencapai sekitar 1.253 miliar

rupiah, lebih rendah dibandingkan tahun 2004 (317 miliar rupiah). Hal ini akibat

(22)

7

meningkat. Meningkatnya penerimaan ekspor migas didorong oleh harga minyak

mentah yang tinggi di pasar dunia.

Masih pada tahun 2005, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan.

Hal ini dapat dilihat dari jumlah Pendapatan Domestik Bruto pada saat itu sebesar

438.500,2 miliyar rupiah. Meskipun lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya,

Pendapatan Domestik Bruto tahun 2005 menunjukkan kecenderungan yang

melambat. Pada tahun 2004, Pendapatan Domestik Bruto mencapai 418.770,8

miliyar rupiah. Dari sisi permintaan, Pendapatan Domestik Bruto terutama

didorong oleh investasi (berupa pembentukan modal tetap bruto) serta ekspor

barang dan jasa. Dari sisi produksi, Pendapatan Domestik Bruto terutama

didorong oleh sektor industri pengolahan terutama non-migas (Handayani,

2003:7). Tahun 2008 defisit neraca transaksi berjalan adalah sebesar 637 miliyar

rupiah. Kalau impor terus tinggi dibandingkan dengan ekspor maka pada tahun

2009 defisit akan terus berlanjut dari Pendapatan Domestik Bruto. Namun defisit

tidak berlanjut pada tahun 2009 dikarenakan kebijakan yang diambil Bank

Indonesia untuk mengantisipasi hal tersebut. Potensi kenaikan itu telah memaksa

Bank Indonesia untuk menaikkan suku bunga guna menurunkan defisit yaitu

sebesar 9,39% pada tahun 2008 yang sebelumnya adalah sebesar 8,05%. Hal itu

dilakukan demi menjaga prinsip kehati-hatian dalam mengendalikan neraca

pembayaran Indonesia.

Demikianlah kekuatan makro di Indonesia yang memiliki keterkaitan

(interdependensi) satu dengan yang lainnya sehingga menuntut pemerintah untuk

membuat kebijakan yang lebih optimal dan hati-hati karena akan berdampak

(23)

8

yang lainnya. Untuk melihat bagaimana keterkaitan atau ketergantungan

(interdependensi) antara variabel nilai tukar, inflasi, suku bunga, Pendapatan

Domestik Regional Bruto dan neraca transaksi berjalan maka akan dilakukan uji

model Vector Autoregressive (VAR). Uji ini akan memperlihatkan bagaimana

setiap kejutan yang diberikan oleh setiap variabel terhadap variabel lainnya dan

sebesar apa kontribusi yang disumbangkan oleh masing-masing variabel untuk

masing-masing variabel lainnya. Untuk itu peneliti akan meneliti tentang

“Interdependensi Nilai Tukar, Inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, Suku

Bunga Dan Neraca Transaksi Berjalan di Indonesia Periode Tahun

2000:1-2010:4”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca

Transaksi Berjalan dapat menjelaskan fluktuasi terhadap masing-masing

variabel?

2. Apakah ada efek perubahan Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku

Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan terhadap masing-masing variabel?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah:

1. Mengetahui peranan Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga

dan Neraca Transaksi Berjalan dalam menjelaskan fluktuasi masing-masing

(24)

9

2. Mengetahui efek perubahan Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku

Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan terhadap masing-masing variabel.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Menambah pengetahuan penulis dan memberikan kontribusi berupa penjelasan

yang lebih komprehensif, terutama menyajikan bukti empirik tentang

perkembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu ekonomi moneter khususnya

interdependensi variabel Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku

Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan di Indonesia;

2. Pentingnya hasil penelitian ini, diharapkan bagi pengambil kebijakan dapat

mengimplementasikan dalam kebijakan moneter. Dengan mengetahui peranan

variabel Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik Bruto, Suku Bunga dan Neraca

Transaksi Berjalan terhadap masing-masing variabel tersebut di Indonesia yang

menjadi cermin perekonomian makro, maka kebijakan moneter yang

diterapkan dalam rangka pencapaian tujuan perekonomian yang optimal dapat

dilaksanakan;

3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya terutama yang berminat

melakukan restruktur interdependensi Nilai Tukar, Inflasi, Produk Domestik

Bruto, Suku Bunga dan Neraca Transaksi Berjalan sebagai gambaran

(25)

101

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan estimasi yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil uji Impulse Response Function menunjukkan variabel nilai tukar, inflasi,

Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga dan neraca transaksi berjalan

terkointegrasi (mencapai keseimbangan) dalam jangka panjang;

2. Pada jangka pendek yang paling berkontribusi terhadap nilai tukar adalah nilai

tukar itu sendiri, diikuti oleh Pendapatan Domestik Bruto, inflasi, Neraca

Transaksi Berjalan dan suku bunga. Untuk jangka menengah yang paling

banyak berkontribusi adalah nilai tukar itu sendiri, diikuti oleh Pendapatan

Domestik Bruto, inflasi, Neraca Transaksi Berjalan dan suku bunga. Pada

jangka panjang yang paling banyak berkontribusi adalah nilai tukar itu sendiri,

diikuti oleh Pendapatan Domestik Bruto, inflasi, suku bunga dan Neraca

Transaksi Berjalan;

3. Pada jangka pendek yang paling berkontribusi terhadap inflasi adalah inflasi itu

sendiri, diikuti oleh Pendapatan Domestik Bruto, suku bunga, Neraca Transaksi

Berjalan dan nilai tukar. Untuk jangka menengah yang paling banyak

berkontribusi adalah inflasi itu sendiri, diikuti oleh Pendapatan Domestik

Bruto, nilai tukar, Neraca Transaksi Berjalan dan suku bunga. Pada jangka

(26)

102

Pendapatan Domestik Bruto, nilai tukar, Neraca Transaksi Berjalan dan suku

bunga;

4. Pada jangka pendek yang paling berkontribusi terhadap Pendapatan Domestik

Bruto adalah Pendapatan Domestik Bruto itu sendiri, diikuti oleh nilai tukar,

inflasi, suku bunga dan Neraca Transaksi Berjalan. Untuk jangka menengah

yang paling banyak berkontribusi adalah Pendapatan Domestik Bruto itu

sendiri, diikuti oleh nilai tukar, inflasi, suku bunga dan Neraca Transaksi

Berjalan. Pada jangka panjang yang paling banyak berkontribusi adalah

Pendapatan Domestik Bruto itu sendiri, diikuti oleh nilai tukar, inflasi, suku

bunga dan Neraca Transaksi Berjalan;

5. Pada jangka pendek yang paling berkontribusi terhadap suku bunga adalah

suku bunga itu sendiri, diikuti oleh nilai tukar, Pendapatan Domestik Bruto,

inflasi dan Neraca Transaksi Berjalan. Untuk jangka menengah yang paling

banyak berkontribusi adalah Pendapatan Domestik Bruto, diikuti oleh nilai

tukar, suku bunga, inflasi dan Neraca Transaksi Berjalan. Pada jangka panjang

yang paling banyak berkontribusi adalah nilai tukar, diikuti oleh Pendapatan

Domestik Bruto, suku bunga, inflasi dan Neraca Transaksi Berjalan;

6. Pada jangka pendek yang paling berkontribusi terhadap Neraca Transaksi

Berjalan adalah Neraca Transaksi Berjalan itu sendiri, diikuti oleh suku bunga,

Pendapatan Domestik Bruto, inflasi dan nilai tukar. Untuk jangka menengah

yang paling banyak berkontribusi adalah Neraca Transaksi Berjalan itu sendiri,

diikuti oleh suku bunga, Pendapatan Domestik Bruto, nilai tukar dan inflasi.

(27)

103

Transaksi Berjalan itu sendiri, diikuti oleh suku bunga, Pendapatan Domestik

Bruto, nilai tukar dan inflasi.

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada pemerintah khususnya Bank Indonesia dapat

mempertimbangkan variabel nilai tukar, inflasi, Pendapatan Domestik Bruto,

suku bunga dan Neraca Transaksi Berjalan untuk menentukan target-target

kebijakan moneter;

2. Diharapkan pemerintah menjaga kestabilan nilai tukar untuk jangka panjang

dan harus memperhatikan respon yang terjadi pada nilai tukar akibat kejutan

variabel lain. Langkah menstabilkan nilai tukar salah satunya adalah menekan

jumlah impor yang terlalu tinggi (mencegah defisit neraca pembayaran) seperti

meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dalam negeri serta

membudidayakan cinta akan produksi dalam negeri. Selain itu langkah yang

perlu dilakukan adalah dengan menarik minat para investor luar negeri untuk

menanamkan modalnya di dalam negeri;

3. Diharapkan pemerintah menjaga kestabilan inflasi dan juga Pendapatan

Domestik Bruto untuk jangka panjang dan harus memperhatikan respon yang

terjadi pada inflasi akibat kejutan variabel lain. Usaha yang dapat dilakukan

untuk menekan inflasi secara stabil dilihat dari faktor-faktor yang

menyebabkan inflasi itu terjadi, misalnya apabila inflasi disebabkan karena

banyaknya uang beredar, maka tingkat suku bunga dapat ditingkatkan dengan

ketentuan peningkatan suku bunga tidak terlalu signifikan atau mengganggu

keadaan perekonomian negara. Namun jika inflasi disebabkan oleh karena

(28)

104

4. Diharapkan pemerintah menjaga kestabilan Pendapatan Domestik Bruto dan

juga nilai tukar untuk jangka panjang dan harus memperhatikan respon yang

terjadi pada Pendapatan Domestik Bruto akibat kejutan variabel lain. Untuk

meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto maka langkah yang dapat dilakukan

antara lain dengan meningkatkan konsumsi rumah tangga (C), Investasi (I),

Pengeluaran pemerintah (G) dan juga net ekspor. Untuk menaikkan konsumsi

rumah tangga (C) maka yang harus dilakukan adalah menaikkan pendapatan

rumah tangga seperti memperluas lapangan pekerjaan. Cara lain menaikkan

konsumsi adalah menaikkan upah lewat peningkatan kemampuan individu

melalui pendidikan. Pendidikan yang tinggi memengaruhi upah yang diterima,

dan upah yang tinggi memengaruhi konsumsi yang tinggi juga (walaupun tidak

pasti). Untuk menaikkan pengeluaran pemerintah (G), maka yang perlu

dilakukan adalah menaikkan fiskal negara. Untuk menaikkan fiskal

negara/daerah maka langkah yang dilakukan adalah mencetak uang (kebijakan

moneter), melakukan pinjaman (luar negeri dan/atau dalam negeri), pendapatan

lewat pajak, keuntungan BUMN/BUMD. Untuk menaikkan angka PDB lewat

kenaikan investasi dilakukan dengan cara membuka peluang investasi di

negara/daerah untuk asing dan domestik. Untuk menaikkan keinginan investor

untuk berinvestasi maka yang perlu dilakukan adalah memberi

kemudahan-kemudahan dalam prosedur investasi, menghilangkan hambatan pada proses

investasi, serta menjamin keuntungan dan keamanan investasi sehingga

investor tertarik untuk berinvestasi. Cara yang dilakukan untuk menaikan net

ekspor (NX) adalah mendorong sektor basis yang dimiliki negara/daerah agar

(29)

105

sehingga dengan memperbesar nilai ekspor maka selisih ekspor-impor juga

semakin besar. Kebijakan lainnya yang diambil adalah menekan pengeluaran

(menekan impor) sebagai upaya memperbesar selisih ekspor-impor;

5. Diharapkan pemerintah menjaga kestabilan nilai tukar, Pendapatan Domestik

Bruto dan juga suku bunga untuk jangka panjang dan harus memperhatikan

respon yang terjadi pada suku bunga akibat kejutan variabel lain;

6. Diharapkan pemerintah menjaga kestabilan Neraca Transaksi Berjalan,

Pendapatan Domestik Bruto dan juga suku bunga untuk jangka panjang dan

harus memperhatikan respon yang terjadi pada neraca transaksi berjalan akibat

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Amisano, Gianni dan Carlo Giannini. (1997). Topics in Structural VAR

Econometrics. Springer-Verlag Berlin. Heidelberg. Germany.

Bachtiar, Adella. (2010), Analisis Pergerakan Nilai Tukar Terhadap Neraca

Transaksi Berjalan dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Fakultas

Ekonomi, Universitas Indonesia.

Bank Indonesia. Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia, 2000-2011.

Bank Indonesia. Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2000-2011.

Boediono. 2000, Ekonomi Moneter, edisi 3, BPFE: Yogyakarta.

Darwanto. (2007), Kejutan Pertumbuhan Nilai Tukar Riil Terhadap Inflasi, Pertumbuhan Output, dan Pertumbuhan Neraca Transaksi Berjalan di

Indonesia. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta.

Dornbusch, Rudiger E. (1991). Makroekonomi. Edisi Empat. Ahli Bahasa Julius

A, Mulyadi. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Eachern, William. A. Mc. (2000). Ekonomi Makro: Pendekatan Temporer. Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat.

Enders, W. (2004), Applied Econometric Time Series, Second Edition. John Wiley & Sony Inc.

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics, Fourth Edition. McGraw Hill. Singapore

Haris, Richard (1995), Cointegration Analysis in Econometric Modelling. Prentice Hall.

Irawan, Andi. 2005. Analisis Perilaku Instabilitas Perekonomian Indonesia:

Aplikasi Vector Error Correction Model. Buletin Ekonomi Moneter dan

Perbankan.

Krugman, P.R., Obstfeld, M. 2001. International Economic : Theory and policy. Addison-Wesley, New York.

Laksono, Arief Tegar. (2011), Manajemen Uang Internasional. eKuliahpedia.

(31)

107

Mankiw, Gregory N. (2003), Macroeconomics, Fourth Edition, Terjemaahan, New York : Worth Publishers. Inc.

Manurung, Jonni & Manurung, Adler H. (2009). Ekonomi Keuangan & Kebijakan

Moneter. Salemba Empat : Jakarta.

Manurung, Jonni. (2009). Ekonometrika. Bahan Materi Kuliah Pascasarjana

Unimed. Medan.

Nanga, Muana. (2005). Makroekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan. Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja Grafika Persada.

Nopeline, Nanci. (2009), Pengaruh Nilai Tukar Rill Terhadap Neraca

Perdagangan Bilateral Indonesia (Marshall-Lerner Condition dan

Fenomena J-Curve). Pascasarjana, USU.

Nopirin. (2000), Ekonomi Moneter. BPFE: Jakarta.

Nugraha, Fickry Widya. (2006). Efek Perubahan (Pass-Through Effect) Kurs

Terhadap Indeks Harga Konsumen di Asean-5, Jepang dan Korea Selatan.

Institut Pertanian Bogor.

Nugroho, Yohanes Yuni Eko. (2010), Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka Pada Bank Umum di Indonesia.

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Pugel, Thomas A. (2004), International Economics, 12th Edition. Irwin McGraw- Hill.

Puspasari, Intan R. (2009), Faktor Fundamental Ekonomi Yang Akan

Mempengaruhi Volatilitas Nilai Tukar Rupiah.

Rahardja, Prathama. (1997). Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta.

Salvatore, Dominick (1999), International Economics, Sixth Edition. NewYork : John Wiley & Sons, Inc.

Sam, Arianto. (2012), Neraca Pembayaran. Bisnis, Sahabat Bersama.

Samuelson, Nordhaus. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi Edisi Tujuh Belas. Penerbit Mesia Global Edukasi.

Santoso, Wijoyo dkk. (2009), Pengendalian Moneter Dalam Sistem Nilai Tukar

Yang Fleksibel. Kepala Bagian Studi Ekonomi Makro, DKM – BI. Buletin

Ekonomi Moneter dan Perbankan.

(32)

108

Wang, Peiji (2003), Financial Econometrics, Method and Models. Routledge Taylor & Francis Group.

Wibowo, Tri & Amir, Hidayat. (2005), Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai

Tukar Rupiah. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan. Departemen

Keuangan.

Wisnu, Mawardi. (2005). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum

Dengan Total Asset Kurang Dari 1 Triliun), Jurnal Bisnis Dan Strategi.

Vol.14. No.1. Juli 2005.

Gambar

tabel dan grafik di bawah ini.
Gambar 1.1 Grafik Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga, Pendapatan Domestik

Referensi

Dokumen terkait

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Hal ini diduga karena rumput laut sudah mengandung air sekitar 93,94% sehingga kadar air engkak ketan dengan penambahan rumput laut lebih tinggi dibandingkan

Sebagaimana yang kita sedia maklum bahawa para pelajar Sarjana Pendidikan yang diambil untuk mengajar di Politeknik oleh Kementerian Pendidikan Teknik dan Vokasional yang dilatih

[r]

Beberapa hasil penelitian tersebut memberikan, gambaran bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu proses pembelajaran yang dapat melibatkan siswa lebih aktif

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan analisis data yang bersifat deskriptif (descriptive analisys). Hasil penelitian ini menunjukan: 1)

Pokja Bidang Konstruksi 3 ULP Kabupaten Klaten akan melaksanakan [Pelelangan Umum/Pemilihan Langsung] dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara

Berikut beberapa kebijakan yang dapat dijadikan peluang untuk sektor pertanian mengembangkan usahanya dari segi permodalan, pertama, Perbankan syariah mempermudah