PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI DI SMP SWASTA SULTAN ISKANDAR MUDA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi PendidikanMatematika
OLEH: DEVI ANDRIANI
NIM: 8146171014
PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry di SMP Swasta Sultan Iskandar Muda ”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah umat.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dengan keikhlasan dan ketulusan, baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut. Terima kasih dan penghargaan khususnya
peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Dr. KMS. M. Amin Fauzi, M.Pd selaku dosen pemimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan saran-saran yang sangat berarti bagi penulis.
2. Bapak Bapak Dr. Edy Surya, M.Si,, Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd dan Ibu Dr. Ani Minarni, M.Si., selaku nara sumber yang telah banyak memberikan saran
iv
3. Kepala Sekolah dan Guru SMP Sultan Iskandar Muda yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian lapangan.
4. Teristimewa kepada kedua orang tua saya Ayahanda Maliadi,S.IP dan Ibunda Hayati, serta kakakku Lola Mandasari, M.Pd dan adikku Tri Suprima Dani
yang senantiasa memberikan perhatian, kasih sayang, motivasi, do’a dan
dukungan baik moril maupun materi yang tak terhingga.
5. Sahabat semua yang telah memberikan semangat dan inspirasi, serta rekan-rekan mahasiswa pendidikan matematika angkatan XXIII khususnya untuk teman seperjuangan kelas Dikmat A-1 Tahun 2014.
6. Semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang
telah memberikan dukungan do’a dan motivasi yang diberikan selama ini.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan masukan dan manfaat bagi para pembaca, sehingga dapat memperkaya khasanan dalam membuat tesis dan dapat memberi inspirasi
untuk penelitian lebih lanjut.
DAFTAR ISI
1.2 Identifikasi Masalah 12
1.3 Batasan Masalah 13
1.4 Rumusan Masalah 13
1.5 Tujuan Penelitian 14
1.6 Manfaat Penelitian 15
BAB II KAJIAN TEORITIS
2.1 Perangkat Pembelajaran 16
2.1.1 RPP 17
2.1.2 Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 17
2.1.3 Instrumen Penilaian 18
2.2 Kualitas Perangkat Pembelajaran 19
2.2.1 Validasi 20
2.2.2 Kepraktisan 21
2.2.3 Keefektifan 22
2.3 Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran 25
2.3.1 Model Pengembangan 4-D 25
2.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 31
2.4.1 Pengertian Masalah 31
2.4.2 Pemecahan Masalah Matematis 31
2.4.3 Proses Pemecahan Masalah 34
2.4.4 Strategi Pemecahan Masalah 35 2.4.5 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 36 2.5 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 38
2.5.1 Kreatifitas 39
2.5.2 Berpikir Kreatif 45
2.5.3 Berpikir Kreatif Matematis 53
2.6 Model Pembelajaran Inkuiri 55
2.6.1 Pengertian Inkuiri 55
2.6.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri 56 2.6.3 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inkuiri 59
2.7 Kerangka Konseptual 60
vi
2.8.1 Teori Belajar Paget dan Pandangan 63 Kontruktivisme
2.8.2 Teori Belajar Vygotsky 63
2.8.3 Teori Belajar Bruner 64
2.8.4 Teori Ausubel 65
2.9 Penelitian Yang Relevan 65
2.10 Pertanyaan Penelitian 69
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 70
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 70
3.3 Subjek Penelitian dan Objek Penelitian 70
3.4 Definisi Operasional 71
3.5 Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran 72 3.5.1 Tahap Pendefinisian (define) 74 3.5.2 Tahap Perancangan (design) 77 3.5.3 Tahap Pengambangan (develop) 79 3.5.4 Tahap Penyebaran (diseminate) 82
3.6 Instrumen Penelitian 84
3.7 Teknik Pengumpulan Data 89
3.8 Teknik Analisis Data 91
3.9 Analisis Instrumen tes 94
3.10 Analisis Data Keefektifitasan 98 Perangkat Pembelajaran Matematika
BAB.IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 102
4.2 Deskripsi Tahap Pengambangan Perangkat 103 Pembelajaran
4.3 Kepraktisan Uji Coba I 135
4.4 Hasil Kepraktisan Uji Coba II 137
4.5 Analisis Efektivitas Perangkat Pembelajaran 140 Dengan Model Pembelajaran Inquiri
4.6 Analisis Efektivitas Perangkat Pembelajaran 140 Dengan Model Pembelajaran Inquiri Pada
Uji Coba I
4.7 Ketercapaian Tjuan Pembelajaran 146
4.8 Waktu Pembelajaran 150
4.9 Analisis Efektivita Perangkat Pembelajaran 151 Berbasis Model Pembelajaran Inquiri Pada
Tahap II
4.10 Deskripisi Peningkatan Kemampuan Pemecahan 161 Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Melalui Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Inquiri
vii
Matematis Siswa dengan Menggunakan Perangkat Pembelajaran Berbasis Model Pembelajaran Inquiri
4.12 Deskripsi Respon Siswa Terhadap Perangkat 167 Pembelajaran Berbasis Model Pembelajaran Inquiri
4.13 Pembahasan Hasil Penelitian 172
4.13.1 Pengembangan Perangkat Pembelajaran 172 Berbasis Model Pembelajaran Berbasis Model Inquiri yang Valid, Praktis dan Efetif
4.13.2 Validitas Perangkat Pembelajaran Berbasis 174 Model Inquiri
4.13.3 Kepraktisan Perangkat Pembelajaran Berbasis 175 Model Inquiri
4.13.4 Efektifitas Perangkat Pembelajaran Berbasis 176 Model Pembelajaran Inquiri
4.13.5 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah 179 Matematis Siswa
4.13.6 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif 181 Matematis Siswa
4.13.7 Respon Siswa Terhadap Perangkat 182 Pembelajaran Berbasis Model Pembelajaran
Inquiri
4.14 Keterbatasan Penelitian 184
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 186
5.2 Saran 188
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tes Berpikir Kreatif Matematis Siswa 86
Tabel 3.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 86
Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Kevalidan 93
Tabel 3.4 Format Perhitungan Validasi 94
Tabel 3.5 Interpretasi Validasi Tes 95
Tabel 3.6 Interpretasi Koefisien Validitas Butir Soal Dan Realibitas 96 Tabel 3.7 kisi-kisi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika 96 Tabel 3.8 kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah 97 Tabel 4.1 Analisis Tugas Materi Segiempat pada LAS 107 Tabel 4.2 Sub Topik dan Tujuan Pembelajaran Setiap Pertemuan 108 Tabel 4.3 Topik Dan Tujuan Pembelajaran Stiap Pertemuan 111 Tabel 4.4 Kisi-Kisi Tes Kemampuan pemecahan masalah Matematis 112 Tabel 4.5. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 115 Tabel 4.6. Media dan Alat Bantu Pembelajaran Materi Segiempat 114 Tabel 4.7. Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 122 Tabel 4.8. Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa 124
Tabel 4.9. Hasil Validasi Buku Siswa 126
Tabel 4.10 Hasil Validasi tes Kemampuan Kreatif dan 128 Pemecahan Masalah Matematis
Tabel 4.11. Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 129 Tabel 4.12. Validitas Butir Soal Tes Kemampuan Berpikir 130
Kreatif Matematis
Tabel 4.13. Rangkuman Hasil Wawancara Uji Coba I 136 Tabel 4.14. Rangkuman Hasil Wawancara Uji Coba II 138 Tabel 4.15. Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir 141
Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Uji coba I
Tabel 4.16 Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah 141 Matematis Hasil Tes Uji Coba I
Tabel 4.17. Tingkat Penguasaan Kemampuan Berpikir 143 Kreatif Matematis Siswa Hasil Tes Uji Coba I
Tabel 4.18. Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan 144 Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis
pada Uji Coba I
Tabel 4.19. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap 146 Kemampuan pemecahan masalah Matematis pada Uji Coba I Tabel 4.20. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap 148
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Uji Coba I
Tabel 4.21. Deskripsi Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah 151 Dan Berpikir Kreatif Matematis Uji coba II
Tabel 4.22. Tingkat Penguasaan Kemampuan Pemecahan Masalah 152 Matematis Siswa Hasil Posttest Uji Coba II
ix
Tabel 4.24. Tingkat Ketuntasan Klasikal Kemampuan 155 Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis
pada Uji Coba II
Tabel 4.25. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap Kemampuan 156 Pemecahan Masalah Matematis pada Uji Coba II
Tabel 4.26.Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap Kemampuan 159 Berpikir Kreatif Matematis pada Uji Coba II
Tabel 4.27.Deskripsi Hasil Peningkatan Kemampuan 162 Pemecahan Masalah Matematis
Tabel 4.28. Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 163 Untuk Setiap Indikator
Tabel 4.29. Deskripsi Hasil Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 164 Tabel 4.30. Rata-rata Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa 165
untuk Setiap Indikator
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model 4-D 83
Gambar 3.2 Peta Konsep Segi Empat 76
Gambar 3.3 Prosedur Penelitian Pengembangan 82 PerangkatPembelajaran
Gambar 4.1 Peta Konsep Materi Segi Empat 106
Gambar 4.2. Cover Buku Siswa 117
Gambar 4.3. Peta Konsep Segiempat 118
Gambar 4.4. Materi Segiempat 119
Gambar 4.5. Lembar Aktivitas Siswa 120
Gambar 4.6 Sebelum dan Sesudah Revisi RPP Validator III 124 Gambar 4.7.Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 142
Matematis Hasil Tes Uji Coba I
Gambar 4.8. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif 144 Matematis Hasil Tes Uji coba I
Gambar 4.9. Pesentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan 145 Pemecahan Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis
pada Uji Coba I
Gambar 4.10.Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap 147 Kemampuan Pemecahan Masalah pada Uji Coba I
Gambar 4.11. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap 149 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Uji Coba I Gambar 4.12. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Hasil 152
Tes Uji Coba II
Gambar 4.13. Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 154 Hasil Tes Uji coba II
Gambar 4.14. Pesentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Pemecahan 155 Masalah dan Berpikir Kreatif Matematis pada Uji Coba II Gambar 4.15. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap 158
Kemampuan Pemecahan Masalah pada Uji Coba II
Gambar 4.16. Ketercapaian Tujuan Pembelajaran terhadap 160 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis pada Uji Coba II Gambar 4.17. Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah 163 untuk Setiap Indikator
DAFTAR LAMPIRAN Riwayat Hidup
SK Pembimbing
Surat Undangan Seminar Proposal Tesis Surat Ijin Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pemanfaatan teknologi sangat berpengaruh pada saat ini, globalisasi dan
perkembangan informasi mengalami perubahan pesat kearah yang lebih maju
yang sedang terjadi pada segala bidang, termasuk ilmu pengetahuan, teknologi,
budaya dan profesi masyarakat. Hal ini menuntut individu untuk memiliki
berbagai kemampuan dan keterampilan. Kemampuan dan keterampilan yang
harus dimiliki tersebut termasuk diantaranya kemampuan pemecahan masalah dan
kemampuan berpikir kreatif. Kemampuan ini sangat penting, karena dalam
kehidupan sehari-hari setiap orang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang
harus dipecahkan dan menuntut berpikir kreatif untuk menemukan solusi dari
permasalahan yang dihadapinya. Perubahan ini berimplikasi pula terhadap
pendidikan. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan
kemajuan bangsa dan negara. Dengan pendidikan yang bermutu, akan tercipta
sumber daya manusia yang berkualitas.
Ruseffendi (2006) mengemukakan bahwa matematika merupakan aspek
yang penting untuk membentuk sikap, sehingga tugas pengajar selain
menyampainkan materi juga membantu pembentukan karakter siswa. Mengingat
pentingnya matematika, maka sangat diharapkan siswa dapat menguasai pelajaran
matematika. Namun kenyataannya, mutu pendidikan matematika di Indonesia
2
menyebutkan bahwa mutu pendidikan matematika di Indonesia berada pada
peringkat 34 dari 38 negara yang diamati.Ini menjadi sorotan karena merupakan
masalah pendidikan yang harus diselesaikan.
Pada bidang pendidikan, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan
pemecahan masalah mendapatkan perhatian yang cukup besar. Hal itu terlihat
pada upaya-upaya pengambil kebijakan dibidang pendidikan untuk memasukkan
kedua komponen ini dalam berbagai kegiatan pendidikan, baik dimuat dalam
kurikulum, strategi pembelajaran maupun perangkat pembelajaran lainnya. Upaya
tersebut dimaksudkan agar setiap kegiatan pendidikan atau pembelajaran kepada
siswa dapat dilatihkan keterampilan yang dapat mengembangkan kemampuan
kreatif dan pemecahan masalah. Dengan demikian dunia pendidikan akan
memberikan kontribusi yang besar terhadap pengembangan SDM yang kreatif dan
memiliki kamampuan pemecahan masalah yang handal untuk menjalani masa
depan yang penuh tantangan. Seperti tercantum dalam UU no 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadikan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan kreatif dan
pemecahan masalah bagi siswa pada pendidikan adalah melalui pembelajaran
matematika. Dalam hal ini dapat dikemukakan bahwa dalam proses pembelajaran
3
“selain matematika sebagai pintu masuk menguasai sains dan teknologi yang berkembang pesat dewasa ini, dengan belajar matematika seseorang dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis dan kreatif, yang sungguh dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari”.
Pada dasarnya hal yang paling mendasar terhadap masalah yang sering
dihadapi bukan hanya masalah metode, strategi ataupun model pembelajaran apa
yang digunakan, kita sering melupakan bahwa hal yang paling mendasar dalam
proses pembelajaran adalah perangkat pembelajaran, dimana setiap guru sebelum
memulai pelajaran harus terlebih dahulu mempersiapkan semua perangkat
pembelajaran sebelum ia mengajar, baik itu RPP, bahan ajar, dan LAS,
dimungkinkan juga menggunakan media agar pembelajaran lebih menarik dan
mudah dipahami siswa, dan tak lupa strategi, metode, atau model pembelajaran
apa yang akan diterapkan nantinya. Seperti halnya yang dituliskan oleh Suparno
(dalam Fitriani, 2014:1) mengungkapkan bahwa:
“sebelum guru mengajar (tahap persiapan) seorang guru diharapkan mempersiapkan bahan yang mau diajarkan, mempersiapkan alat peraga/praktikum yang akan digunakan, mempersiapkan pertanyaan dan arahan untuk memancing siswa lebih aktif belajar, mempelajari keadaan siswa, mengerti kelemahan dan kelebihan siswa, serta mempelajari pengetahuan awal siswa, kesemuaan ini akan terurai pelaksanaannya di dalam perangkat pembelajaran”
Pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran bagi seorang guru,
dimana perangkat pembelajaran merupakan panduan, artinya perangkat
pembelajaran tersebut memberikkan arahan kepada guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran yang telah disusun secara sistematis, yang sebelumnya telah
disusun oleh guru tersebut. Perangkat pembelajaran merupakan tolak ukur, artinya
4
LAS, ataupun LKS. Perangkat pembelajaran merupakan peningkatan kualitas diri,
artinya dengan adanya pengembangan perangkat pembelajaran yang telah
dilakukan oleh guru, ini memperlihatkan bahwa guru tersebut telah menunjukkan
keprofesionalannya sebagai guru. Perangkat pembelajaran itu mempermudah,
artinya dengan dikembangkannya suatu perangkat pembelajaran sedemikian rupa
akan mempermudah guru dalam proses pembelajarannya tanpa harus berpikir lagi
hal apa atau bagaimana menyampaikan materi yang akan diajarkan .
Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif untuk mengembangkan
bahan ajar yang akan digunakannya, sebisa mungkin mengembangkan perangkat
pembelajaran yang menarik dan dapat menumbuhkan keingin tahuan siswa
terhadap materi tersebut. Pengembangan perangkat pembelajaran merupakan
tanggung jawab setiap guru, sebisa mungkin perangkat pembelajaran tersebut
seefektif mungkin mengaktifkan proses pembelajaran siswa.
Untuk menciptakan pembelajaran yang menarik, guru diberi tuntutan
dalam mempersiapkan desain pembelajaran yang meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), bahan ajar (Lembar Aktifitas Siswa, buku ajar, dan lainnya).
Bahan ajar merupakan komponen terpenting yang harus dipersiapkan oleh guru
sebelum melaksanakan proses pembelajaran. National Center Vocational
Education Research ltd/National Center for Competency Based Training
(Spronken-Smith, 2005) mengemukakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan
5
proses pembelajaran kearah yang lebih baik, disusun secara sistematis agar dapat
digunakan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran.
Pada dasarnya perangkat pembelajaran yang sering digunakan guru
tergolong monoton, guru cenderung berpusat pada buku pegangan yang diberikan
sekolah dan menyampaikan materi dengan cara yang biasanya, tanpa melakukan
modifikasi terhadap bahan ajar dan model atau strategi pembelajaran. Disini akan
diperlihatkan hasil wawancara dengan beberapa guru disalah satu sekolah, dan
didapat hasil bahwa guru hanya menggunakan perangkat pembelajaran yang
diberikan dari sekolah dimana guru tersebut mengajar. Dan hanya satu guru yang
menggunakan media pembelajaran berupa software. Berikut hasil wawancara
yang dilakukan.
Saat wawancara dilakukan dari beberapa guru matematika di sekolah
tersebut, didapat bahwa hampir semua guru matematika memperbaharui RPP
setiap tahun ajaran dengan sumber dari internet. Sedangkan materi yang diberikan
pada siswa hanya bersumber dari buku yang diberikan dari sekolah atau penerbit
saja, begitu juga dengan LAS yang digunakan. Model pembelajaran yang
digunakan guru pada saat proses pembelajaran kebanyakan sudah mencoba model
pembelajaran yang bervariasi contohnya menggunakan model pembelajaran
kooperatif untuk meningkatkan kualitas belajar, tetapi guru kembali lagi ke model
pembelajaran konvensional, karena menganggap tidak adanya peningkatan belajar
dengan menggunakan model tersebut.
Agar tercapainya tujuan dari proses pembelajaran, perlu adanya
6
yang diterapkan. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran, penyusunan
bahan ajar hendaknya berdasarkan pembelajaran yang dapat memudahkan siswa
dalam memahami materi matematika. Para peneliti lainnya telah menganjurkan
kepada guru untuk membimbing siswa dalam memecahkan masalah secara
kooperatif dalam konteks skenario nyata, bukan melakukan percobaan validasi
hanya berdasarkan buku teks. Pengembangan perangkat pembelajaran ini haruslah
sesuai dengan lima standart proses yang ditetapkan oleh National Council of
Teachers of Mathematics (NCTM). Standar kemampuan matematis yang
dikemukakan oleh NCTM yaitu kemampuan matematis, meliputi pemecahan
masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, dan representasi, yang harus dimiliki
oleh setiap siswa. Dalam pengembangan perangkat pembelajaran yang berkualitas
perlu diperhatikan beberapa hal, yang mana dikemukakan oleh Rochmad (2012):
“Untuk memperoleh hasil pengembangan yang berkualitas diperlukan penilaian. Untuk menentukan kualitas hasil pengembangan model dan perangkat pembelajaran umumnya diperlukan tiga kriteria: kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan”.
Selain mengembangkan perangkat pembelajaran di sekolah, dalam sistem
pendidikan sering ditemukan hal yang selalu ingin ditingkatkan yaitu pemecahan
masalah siswa dan kemampuan berpikir kreatif, hal ini mendapat perhatian
khusus, karena siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik,
nantinya akan lebih mudah dalam menerima pelajaran. Hal itu terlihat pada
upaya-upaya pengambil kebijakan dibidang pendidikan untuk memasukkan
komponen ini dalam berbagai kegiatan pendidikan, baik dimuat dalam kurikulum,
7
dimaksudkan agar supaya setiap kegiatan pendidikan atau pembelajaran, kepada
siswa dapat dilatihkan keterampilan yang dapat mengembangkan kemampuan
kreatif dan pemecahan masalah. Dengan demikian dunia pendidikan akan
memberikan kontribusi yang besar terhadap pengembangan SDM yang kreatif dan
memiliki kamampuan pemecahan masalah yang handal untuk menjalani mesa
depan yang penuh tantangan
Supporting Kindergarten (2011) menyatakan bahwa pertanyaan efektif
dalam matematika adalah kunci untuk memulai dan membimbing proses inkuiri
siswa dalam berpikir kritis, melakukan pemecahan masalah, dan merefleksikan
pembelajaran mereka sendiri. Pemecahan masalah merupakan hal yang sangat
penting dalam pembelajaran matematika karena dapat membangkitkan siswa
untuk merespon pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, siswa menjadi lebih
terampil dalam memilih dan mengidentifikasi kondisi dan konsep yang relevan,
dan merumuskan penyelesaian permasalahan.Pembelajaran pemecahan masalah
mengacu pada upaya yang diperlukan dalam mencapai suatu tujuan atau mencari
solusi dari suatu masalah. Sebagian besar peneliti memeriksa pada umumnya
strategi pemecahan masalah yang spesifik.
National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) menyatakan seni
pemecahan masalah merupakan jantung dari matematika. Jadi pembelajaran
matematika dapat didesain sedemikian sehingga pengalaman matematika sebagai
pemecahan masalah. Dari rekomendasi NCTM tersebut dapat diartikan bahwa
kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam pelajaran matematika,
8
dan mengaplikasikan ide-ide dalam pemecahan masalah matematis, sehingga
perlu lebih dikembangkan dalam proses pembelajaran. Xuehui Xie pada jurnalnya
menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah dalam matematika harus
mencakup kedua aspek intelektual dan non intelektual. Aspek intelektual antara
lain meliputi : a) kemampuan untuk merumuskan, (b) kemampuan menyelediki
masalah matematika, (c) kemampuan untuk mencari strategi yang tepat, (d)
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari, (e)
kemampuan untuk mencerminkan dan memantau proses berpikir matematis. Dan
aspek non intelektual antara lain : (a) budidaya disposisi positif, seperti
ketekunan, rasa ingin tahu dan percaya diri, (b) pemahaman tentang peran
matematika dalam kenyataan, (c) kecenderungan untuk mengeksplorasi
pengetahuan baru dari perspektif matematika. Dan keduanya juga melihat
penalaran sebagai proses dugaan, penjelasan dan pembenaran. Dan pendidikan
matematika harus mendorong penalaran induktif dan deduktif siswa.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat melatih
kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif siswa,
mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, pemecahan
masalah sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di kelas,
karena hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika.
Untuk meningkatakan pemecahan masalah pada siswa diperlukan
perangkat pembelajaran yang mendukung serta media pembelajaran yang
mendukung pula, dengan mengembangkan perangkat pembelajaran diharapkan
9
masalah. Perangkat yang akan dibuat harus sesuai dan konsep yang berikan akan
cepat dimengerti dan dipahami oleh siswa. Hal ini menuntut guru untuk lebih
kreatif dan inovatif dalam melakukan proses pembelajaran, guru berupaya
membentuk perangkat pembelajaran dan model pembelajaran yang sesuai dan
menerapkannya kepada siswa, karena menyiapkan perangkat pembelajaran
merupakan tanggung jawab setiap guru sebelum berlangsungnya proses
pembelajaran.
Menyikapi permasalahan tersebut maka diperlukan pembelajaran yang
kontruktivis. Salah satu model pembelajaran yang menganut paham
konstruktivisme dimana siswa membangun sendiri kemampuannya adalah model
inkuiri, yaitu suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah yang dihadapi. Hinrichsen & Jarrett(dalam Erh-Tsung
Chin, 2007) mengemukakan empat karakteristik inkuiri, yaitu menghubungkan
pengetahuan individu dan konsep-konsep ilmiah, merancang percobaan,
mengeksplorasi, dan membangun makna dari data dan observasi yang ada.
Pembelajaran berbasis inkuiri melibatkan para siswa dalam mengajukan
pertanyaan, merancang dan melaksanakan percobaan, menganalisis, dan
mengkomunikasikan temuan mereka dalam rangka memperluas pengetahuan
mereka. Alberta (2004) mengemukakan,
10
Model ini sesuai dengan kemampuan yang ingin ditingkatkan yaitu
kemampuan pemecahan masalah, sesuai dengan di ungkapkan oleh Dennis Jarret
mengemukakan alasan menerapkan inkuiri dalam proses pembelajaran, yaitu
meningkatkan sikap dan prestasi siswa, memfasilitasi siswa dalam pemahaman
dan memfasilitasi penemuan matematika. Sedangkan menurut Alan, definisi
inkuiri adalah pencapaian sebuah kelas dimana siswa terlibat dalam persoalan
dasar yang berpusat pada siswa. Beberapa definisi yang berbeda dalam
pendekatan inquiri, yaitu:
a. Structured inquiry – Guru meminta siswa untuk menyelidiki suatu
masalah, dengan pemberian prosedur, tetapi tidak memberitahu mereka
tentang hasil yang diharapkan. Siswa akan menemukan hubungan antar
variabel dari data yang dikumpulkan.
b. Guided inquiry-Guru hanya menyediakan materi dan masalah untuk
diselidiki. Siswa menyusun prosedur mereka sendiri untuk memecahkan
masalah.
c. Open inquiry-Pendekatan ini mirip dengan inkuiri terbimbing (Guided
Inquiry), dengan tambahan bahwa siswa juga merumuskan masalah
mereka sendiri untuk diselidiki.
d. Learning cycle-Siswa terlibat dalam kegiatan yang memperkenalkan
konsep baru. Guru kemudian memberikan nama resmi untuk konsep
11
Dengan pembelajaran inquiri dapat meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa serta mendukung perangkat pembelajaran yang akan diterpakan.
Pembelajaran yang menyenangkan memang menjadi langkah awal untuk
mencapai hasil belajar yang berkualitas. Nurhadi, dkk (dalam Sari:2013)
menyatakan bahwa “belajar akan lebih bermakna apabila siswa atau anak didik
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya”. Pembelajaran inkuiri merupakan
model pembelajaran yang mampu mendorong siswa mengkonstruksikan
pengetahuan yang telah diperolehnya melalui pola pikir mereka sendiri. Nurhadi,
dkk (dalam Sari:2013) menyatakan bahwa pembelajaran tersebut adalah sebagai
berikut:
“Konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat”.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengembangkan
perangkat pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kretif dan pemecahan masalah matematis
siswa. Dalam memenuhi maksud tersebut, maka penulis tertarik mengadakan
suatu penelitian tentang “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika
untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inquiri di SMP
12
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas,
diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.
1. Dalam belajar matematika, pembelajaran masih berfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan (teacher centered).
2. Dalam belajar matematika, siswa pasif untuk memberikan pendapat/ide,
pendekatan pembelajaran yang diterapkan guru di kelas dalam menyampaikan
materi pelajaran tidak melibatkan siswa secara aktif.
3. Perangkat pembelajaran yang digunakan di sekolah belum memadai untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kreatif siswa.
4. Siswa kesulitan menyelesaikan soal kemampuan berpikir kreatif dan
pemecahan masalah matematis.
5. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
6. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
7. Rendahnya (negatif) respon siswa terhadap pembelajaran dikelas.
1.3Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi
batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Validitas, kepraktisan dan efektivitas perangkat pembelajaran matematika
yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan
pemecahan masalah matematis siswa pada indikator;
13
b. Pencapaian ketuntasan tujuan pembelajaran
c. respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran
yang dilakukan.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dengan
model pembelajaran inquiri.
3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dengan
model pembelajaran inquiri.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah
diuraikan diatas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimana validitas, kepraktisan, efektivitas perangkat pembelajaran
matematika yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dan pemecahan masalah matematis siswa dengan model pembelajaran
inquiri, dengan indikator efektivitas adalah sebagai berikut:
a. ketuntasan belajar siswa secara klasikal?
b. Pencapain ketuntasan tujuan pembelajaran?
c. respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran
14
2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dengan
menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dengan
model pembelajaran inquiri?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan
dengan model pembelajaran inquiri?
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan validitas, kepraktisan, efektivitas perangkat pembelajaran
matematika yang dikembangkan dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif dan pemecahan masalah matematis siswa dengan model pembelajaran
inquiri, pada indikator;
a. ketuntasan belajar siswa secara klasikal.
b. Pencapain ketuntasan tujuan pembelajaran?
c. respon siswa terhadap perangkat pembelajaran dan proses pembelajaran
yang dilakukan
2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan
15
3. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah
dikembangkan dengan model pembelajaran inquiri?
1.6Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan banyak manfaat kepada banyak pihak dan
menjadi masukan berarti bagi pembaharuan pembelajaran. Manfaat yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
1. Bagi siswa melalui diterapkannnya perangkat pembelajaran matematika
menggunakan model pembelajaran inkuiri diharapkan tercipta sikap
belajar yang positif dan kreatif.
2. Bagi guru, sebagai masukan untuk pengembangan perangkat pembelajaran
matematika menggunakan model pembelajaran inkuiri.
3. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman
dalam pengembangan perangkat pembelajaran matematika menggunakan
model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa.
4. Sebagai bahan perbandingan dan informatif bagi pembaca ataupun peneliti
186
186 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini,
dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Keefektivan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran inquiri
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan pemecahan masalah matematis sudah efektif untuk digunakan dalam pembelajaran, berdasarkan dari hasil validasi, kepraktisan perangkat dan efektivitas perangkat
pembelajaran yang meliputi ketuntasan belajar secara klasikal, ketercapaian tujuan pembelajaran, dan respon siswa.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model pembelajaran inquiri pada materi segiempat adalah rata-rata pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa pada uji coba I sebesar 73, 88 meningkat menjadi 77,58 pada uji coba II.. Hal ini menunjukkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan berbasis model inquiri mengalami peningkatan dari uji coba I ke uji coba II. Peningkatan terbesar yaitu 0,26 pada indikator flexibility, sementara peningkatan terkecil
pada indikator elaboration hanya sebesar 0,08.
3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa menggunakan perangkat
187
coba I sebesar 77,92 meningkat menjadi 81,81 pada uji coba II. Hal ini menunjukkan pemecahan masalah matematika siswa menggunakan perangkat
pembelajaran yang dikembangkan berbasis model inquiri mengalami peningkatan dari uji coba I ke uji coba II. Peningkatan terbesar yaitu 0,21
188
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Para guru dapat menggunakan perangkat pembelajaran berbasis model
pembelajaran inquiri sebagai alternatif pembelajaran, dengan bimbingan atau pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dapat terjangkau oleh siswa, sehingga
siswa lebih mudah memahami masalah-masalah yang diberikan.
2. Untuk peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian yang sama mengenai peningkatan kemampuan kreatifitas dan pemecahan masalah matematis, perlu
memperhatikan indikator elaboration pada kemampuan kreatifitas matematis dan indikator memahami masalah pada kemampuan pemecahan masalaah
matematis, karena siswa sering mengalami kendala pada indikator tersebut, sehingga diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk lebih memperhatikan indikator tersebut.
3. Peneliti menyarankan kepada pembaca dan para praktisi pendidikan untuk dapat melakukan penelitian sejenis. Sehingga kesalahan-kesalahan atau