• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PENGORGANISASIAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN MELALUI SUPERVISI SEBAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PENGORGANISASIAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN MELALUI SUPERVISI SEBAYA."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, bersyukur kehadirat Allah SWT penulis

panjatkan atas nikmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tesis dengan judul

“Pengembangan Model Pengorganisasian Musyawarah Guru Mata Pelajaran

Melalui Supervisi Sebaya” akhirnya dapat terselesaikan. Sholawat berangkaikan

salam semoga selalu tercurah bagi Rasulullah Muhammad SAW, bagi keluarga

beliau, sahabat, dan ummatnya yang sampai detik ini masih berpegang teguh

terhadap risalah yang beliau bawakan.

Tesis ini teramat sulit terwujud, tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dengan tulus dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

kepada Bapak Dr. Darwin, M.Pd. selaku pembimbing I dan juga kepada Bapak.

Dr. Zulkifli Matondang, M.Si selaku pembimbing II. Ucapan terima kasih juga

penulis sampaikan kepada:

1. Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan Menengah, Direktorat

Jenderal Pendidikan Menengah , Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

yang telah memberikan bantuan berupa Beasiswa S2 Kepengawasan bagi

penulis, sehingga dapat menimba ilmu di Universitas Negeri Medan.

2. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

3. Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

4. Dr. Darwin, M.Pd. selaku Ketua Prodi Administrasi Pendidikan dan Dr.

Sukarman Purba, M.Pd. selaku sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan.

5. Prof. Dr. Yusnadi, M.S., Dr. Arif Rahman, M.Pd., dan Dr. Saut Purba, M.Pd.

(5)

iv

6. Prof. Dr. Siman Nurhadi, M.Pd., Dr. Sukarman Purba, M.Pd., dan Dr. Eka

Daryanto, M.T., selaku Expert Judgement pada Focus Group Discussion yang

penulis selenggarakan. Terima kasih atas segala saran dan masukan yang

konstruktif.

7. Bapak/Ibu dosen di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang

telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama menempuh pendidikan di

Prodi Administrasi Pendidikan.

8. Bapak Zulkipli, S.Pd., M.Si selaku Kepala Dinas Pendidikan beserta Bapak

Triyatna, M.Pd selaku Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Tebo, yang

telah membantu penulis dalam perkuliahan ini mulai dari awal hingga akhir

pendidikan.

9. Pengawas Sekolah dan Kepala Sekolah SMA Kabupaten Tebo, dan seluruh

guru Bahasa Inggris SMA Kabupaten Tebo yang telah membantu dalam

proses penelitian.

10. Ayahanda penulis Ahmad Daroni (Alm) dan Ibunda penulis Siti Rusmi, serta

Bapak Ibu mertua Samsu Anuar (Alm) dan Ulfa Mariani (Almh). Terimaksih

atas segala do’a, cinta, dan pengorbanan serta kasih sayang yang telah

diberikan.

11. Istri tercinta Juni Fitriasam, SE. Terima kasih atas ketulusan cinta dan do’a

serta keikhlasan dan kesabaran mendampingi penulis dalam setiap langkah

perjuangan. Anak-anak kami tersayang Amira Nadia Zahra, Alfath Azzam

AlBanna dan Azka Hafizh Hamizan. Mohon maaf atas ketidak sabaran abi

menghadapi kalian selama ini. Semoga capaian ini dapat memberi kebaikan

(6)

v

12. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi

Kepengawasan Angkatan ketiga tahun 2014

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua

pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan tesis ini. Penulis

sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekhilafan dalam

penulisan tesis ini. Namun penulis berharap gagasan dalam tesis ini dapat berguna

bagi kemajuan dunia pendidikan khususnya di Kabupaten Tebo.

Medan, Juli 2016 Penulis,

(7)

i

BAB II. KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR ... 16

2.1. Konsep Pengorganisasian ... 16

2.1.1. Pengertian Pengorganisasian ... 17

2.1.2. Pengorganisasian Sebagai Fungsi Manajemen ... 20

2.1.3. Prinsip-Prinsip Pengorganisasian ... 22

2.1.4. Langkah-Langkah Pengorganisasian ... 23

2.2 Organisasi ... 27

2.2.1. Pengertian Organisasi ... 28

2.2.2. Unsur-Unsur Organisasi ... 30

2.2.3. Prinsip-Prinsip Organisasi ... 34

2.2.4. Struktur Organisasi ... 51

(8)

ii

2.3. Konsep Supervisi Pendidikan ... 61

2.3.1. Pengertian Supervisi Pendidikan ... 61

2.3.2. Supervisi Akademik ... 63

2.4. Supervisi Sebaya ... 65

2.4.1. Konsep Supervisi Sebaya ... 65

2.4.2. Ciri-Ciri Supervisi Sebaya ... 69

2.4.3. Syntax Pelaksanaan Supervisi sebaya ... 71

2.5. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ... 72

2.5.1. Konsep Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) ... 72

2.5.2. Standar Organisasi MGMP ... 75

2.6. Kajian Penelitian Yang Relevan ... 76

2.7. Kerangka Berpikir ... 79

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98

4.1. Studi Pendahuluan ... 98

4.2. Penyajian Data Uji Coba ... 107

(9)

iii

4.1.2. Uji Coba Validasi Internal Oleh Ahli (Expert Judgement) ... 118

4.3. Analisis Data Uji Coba ... 124

4.3.1. Analisis Data Uji Coba Validasi Internal Oleh Praktisi ... 124

4.3.2. Analisis Data Uji Coba Validasi Internal Oleh Ahli/Pakar ... 129

4.4. Tahap Pengebangan Model ... 132

4.4.1. Pengembangan Model Konseptual ... 132

4.4.2. Revisi atas dasar Saran Praktisi pada FGD I ... 135

4.4.3. Revisi atas dasar Saran Pakar pada FGD II ... 146

4.5. Model Final Pengembangan Pengorganisasian MGMP ... 151

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 168

5.1. Kesimpulan ... 168

5.2. Implikasi ... 169

5.3. Rekomendasi ... 170

DAFTAR PUSTAKA ... 175

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Praktisi untuk Validasi Model Konseptual ... 90

3.2. Pakar untuk Validasi Model Konseptual dalam FGD ... 91

3.3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 97

4.1. Analisis Dokumentasi Pengorganisasian MGMP ... 104

4.2. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Praktisi 1 ... ... 109

4.3. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Praktisi 2 ... 110

4.4. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Praktisi 3 ... 111

4.5. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Praktisi 4 ... 112

4.6. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Praktisi 5 ... 113

4.7. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Praktisi 6 ... 114

4.8. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Praktisi 7 ... 115

4.9. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Praktisi 8 ... 116

4.10. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Pakar 1 ... 119

4.11. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Pakar 2 ... 120

4.12. Aspek Pengembangan Model Pengorganisasian MGMP Pakar 3 ... 121

4.13. Hasil Saran dan Perbaikan Pakar Pada FGD II ... 123

4.14. Data Validasi Internal FGD I Bersama Praktisi ... 125

4.15. Data Validasi Internal FGD II Bersama Pakar ... 130

4.16. Hasil Saran dan Perbaikan Praktisi ... 135

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Alur Fungsi Manajemen Richard & Daft ... ...21

2.2. Saluran Perintah Melalui Hirarki ... 38

2.3. Struktur Organisasi Linear ... 52

2.4. Struktur Organisasi Line dan Staff ... 55

2.5. Struktur Organisasi Fungsional ... 56

2.6. Karakteristik Pengembangan Organisasi Newstrom & Davis ... 58

2.7. Proses Pengembangan Organisasi Newstrom & Davis ... 58

2.8. Kerangka Berpikir ... 81

3.1. Langkah-Langkah Penelitian R&D level 1... 84

3.2. Tahapan Penelitian dan Pengembangan Pengorganisasian MGMP ... 85

4.1. Model Faktual Pengorganisasian MGMP B. Inggris ... 106

4.2. Diagram Hasil Validasi Internal Oleh Praktisi ... 117

4.3. Diagram Hasil Validasi Internal Oleh Pakar ... 122

4.4. Model Awal Pengorganisasian MGMP Melalui Supervisi Sebaya ... 134

4.5. Model Hipotetik Pengorganisasian MGMP Melalui Supervisi Sebaya...145

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara I ... 179

Lampiran 2 Pedoman Wawancara II ... 181

Lampiran 3 Pedoman Pengisian Kuesioner ... 183

Lampiran 4 Instrumen Analisis Dokumentasi MGMP ... 194

Lampiran 5 Instrumen Uji Internal Praktisi ... 196

Lampiran 6 Instrumen Uji Internal Pakar ... 198

Lampiran 7 Transkrip Wawancara 1 Dengan Pengawas ... 200

Lampiran 8 Transkrip Wawancara 2 Dengan Pengurus MGMP ... 203

(13)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Guru adalah sumber daya manusia yang menjadi ujung tombak penentu keberhasilan sebuah proses pendidikan. Hal tersebut didasari atas suatu pemikiran bahwa guru merupakan figur sentral yang bersentuhan secara langsung dengan peserta didik yang memegang peranan kunci dalam penyelenggaraan proses pembelajaran guna pencapaian tujuan pendidikan. Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang tanggung jawab, kewajiban, dan wewenang guru pada pasal 6 ayat 1 yaitu kewajiban guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran adalah perencana, pelaksana sekaligus mengevaluasi hasil pembelajaran serta mengadakan perbaikan dan pengayaan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, kinerja guru secara intens ditentukan oleh motivasi dan komitmen yang tinggi serta kompetensi yang dimilikinya (Sudjana, 2012:30). Salah satu tolok ukur kompetensi guru adalah hasil Uji Kompetensi Guru (UKG). Hasil UKG secara tidak langsung merefleksikan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional guru yang bersangkutan.

(14)

2

2

SMA 51,35. Dari hasil UKA tersebut menempatkan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berada diperingkat teratas dengan nilai rata-rata (50,1) disusul oleh DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), dan Jawa Tengah (45,2). Sebaliknya, lima provinsi yang memperoleh nilai rata-rata terendah adalah Maluku (34.5), Maluku Utara (34.8), Kalimantan Barat (35.40), Kalimantan Tengah (35.5), dan Jambi (35.7). Selanjutnya, hasil UKG pada tahun 2015 peringkat teratas masih dipegang oleh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (62.36) dan provinsi Jambi berada di urutan 22 dengan nilai rata-rata 48,69. Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Tebo, secara lebih spesifik memaparkan bahwa nilai rata-rata UKG bahasa Inggris SMA Kabuapten Tebo adalah 62.12, namun demikian dari 36 guru Bahasa Inggris SMA peserta UKG Tahun 2015 masih terdapat 20 orang guru yang memperoleh nilai dibawah 60.

(15)

3

3

dinyatakan oleh Sudjana (2012a: 54) bahwa esensi supervisi akademik adalah bantuan profesional kepada para guru agar mereka dapat mempertinggi kualitas pembelajarannya.

Menurut Alfonso, Firth dan Neville (Sudjana, 2012a: 55) supervisi akademik harus langsung menyentuh, mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Supervisi akademik yang sukses yaitu supervisi akademik yang dapat : (1) membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnnya, (2) meningkatkan kualitas pembelajaran, dan (3) mendorong tumbuhnya tanggung jawab, kemauan belajar dan komitmen terhadap tugas dan tanggung jawab profesi. Melalui supervisi akademik diharapkan guru semakin mampu memfasilitasi proses belajar paserta didik sehingga mereka memperoleh hasil belajar yang lebih optimal.

(16)

4

4

Provinsi Jambi masih tergolong rendah. Rendahnya kompetensi tersebut tentu akan berimplikasi terhadap kualitas supervisinya.

Selain kompetensi yang dimiliki pengawas sekolah, kualifikasi pendidikan juga berpengaruh terhadap kualitas supervisi yang dilakukannya. Seorang supervisor baik itu pengawas sekolah maupun kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik tentunya harus menguasai karakteristik setiap mata pelajaran dari guru yang akan disupervisi. Seorang pengawas yang memiliki kualifikasi pendidikan S1 dan berlatar belakang pendidikan rumpun MIPA tentunya akan menemui berbagai kendala jika harus mensupervisi guru pada rumpun bahasa. Bahkan, seorang supervisor dengan latar belakang pendidikan bahasa Indonesia tentu saja belum seoptimal supervisor dengan latar belakang pendidikan bahasa Inggris jika ia harus mensupervisi guru bahasa Inggris walaupun mereka sama-sama berada dalam rumpun bahasa. Menurut Prihatin, Samsudi, dan Jurotun (2015: 28) terjadinya mismatch atau ketidaksesuaian antara supervisor dengan guru yang disupervisi jelas akan menghambat bentuk perlakuan yang diberikan.

(17)

5

5

karena surat keputusan untuk keperluan itu belum dikeluarkan. Padahal keberadaan supervisor bidang studi sangat diperlukan untuk membimbing dan membantu guru-guru terkait masih banyaknya guru bidang studi yang masih sulit menguasai materi maupun teknik-teknik pengajaran.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, menarik untuk dikemukakan beberapa data pengawas sekolah (PS) SMA di lingkungan Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora), Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi yang merupakan wilayah administratif yang akan dijadikan lokasi penelitian ini. Adapun, data yang dapat diungkap terkait dengan jumlah, latar belakang pendidikan, dan sebaran PS di kabupaten ini adalah sebagai berikut: 1) Jumlah pengawas sekolah SMA (PS SMA) sebanyak tiga orang.

2) Latar belakang pendidikan meliputi Kimia satu orang, Biologi satu orang, dan Fisika satu orang.

3) Jumlah sekolah binaan adalah tujuh belas SMA negeri dan satu SMA swasta.

(18)

6

6

di lingkungan Kantor Kementerian Agama), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, Penjasorkes, dan Seni Budaya.

Lantas, langkah apa yang harus dilakukan oleh seorang supervisor (pengawas dan kepala sekolah) jika di daerahnya tidak atau belum memiliki pengawas bidang studi pelajaran tertentu? Maka solusi yang bisa dilakukan terhadap persoalan ini menurut Pidarta (2009: 175) adalah mengoptimalkan peran guru-guru senior guna membantu pelaksanaan supervisi sebaya atau sebaya. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa supervisi sebaya merupakan pertemuan guru-guru bidang studi yang berspesialisasi sama, karena hanya guru senior yang spesialisasinya sama yang mudah memberi bantuan dan mudah memahami persoalan yang dihadapi guru tersebut.

(19)

7

7

rendah. Senada dengan yang dikemukakan oleh Sudjana, hasil penelitian yang dilakukan oleh Dalawi, Zakso, dan Radiana (2013:15) menyimpulkan frekuensi kunjungan supervisi akademik oleh pengawas sekolah di SMP Negeri 1 Bengkayang baik dilihat secara kualitas maupun kuantitas dianggap masih belum optimal. Salah satu kendala pengawas dalam mensupervisi yaitu kurangnya penguasaan mereka akan materi yang akan disupervisi, terlebih jika mereka harus mensupervisi guru – guru bidang studi yang berbeda dengannya. Supervisi baru diprioritaskan kepada guru yang sudah disertifikasi, guru baru, dan guru-guru yang mau naik pangkat. Namun demikian rendahnya kuantitas ini terkendala oleh terbatasnya waktu yang tersedia.

(20)

8

8

Musyawarah guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan suatu wadah bermusyawarahnya para guru mata pelajaran sejenis dalam suatu jenjang baik SMP atau SMA. MGMP juga merupakan suatu forum atau wadah kegiatan profesionalisme guru yang kegiatan di dalamnya dari oleh dan untuk guru. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Satori (1998 : 28) bahwa : "Jalur lain yang sifatnya non struktural adalah pemanfaatan forum gugus mata pelajaran sejenis di sekolah yaitu MGMP. Wadah dari-oleh-untuk guru tersebut sangat strategis dimanfaatkan sebagai mekanisme andal dalam supervisi akademik". Musyawarah guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat SMA merupakan wadah kegiatan guru pada jenjang SMA untuk memecahkan segala permasalahan dan hambatan yang terjadi di lapangan serta menyempurnakan proses pembelajaran, diantaranya adalah : a) Perbedaan penguasaan materi pelajaran, dan b) Hal-hal yang menunjang dan berhubungan dengan proses belajar mengajar. Jadi, organisasi MGMP secara keseluruhan merupakan wadah yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian para anggotanya. Melalui organisasi MGMP para guru bermusyawarah untuk melakukan perbaikan dalam menyempurnakan proses pembelajaran dan pendalaman materi pelajaran. Melalui wadah ini pula guru saling berinteraksi satu sama lain sehingga terjalin hubungan silaturahim yang erat yang akan melahirkan rasa simpati dan empati diantara para pendidik sebagai wujud dari kompetensi sosial dan kepribadian.

(21)

9

9

wadah ini. Hal ini memungkinkan untuk menghindari kejenuhan para guru dalam kegiatan MGMP yang sejauh ini terkesan monoton dan tidak inovatif.

Hasil penelitian Rus’an (2014) dengan judul “Analisis Dampak Peningkatan Kompetensi dan Kinerja Guru Melalui Program Bermutu Terhadap

Kegiatan MGMP di Kabupten Parigi Mautong” menemukan bahwa terdapat beberapa penyebab rendahnya antusiasme dan partisipasi peserta dalam mengikuti kegiatan MGMP, yaitu:

1. Kegiatan MGMP cenderung monoton dan kurang variatif

2. Kegiatan MGMP cenderung hanya mengejar target akhir yang berupa penyelesaian tagihan-tagihan dengan mengabaikan substansi terhadap tagihan tersebut.

3. Kurangnya nara sumber berkualitas yang dapat memotivasi mengikuti kegiatan MGMP ini.

Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Ilham Mahmud (2012) dengan judul “Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru SMA di Kota Batu” menemukan beberapa kendala terhadap pelaksanaan MGMP sebagai berikut:

1. Rendahnya kehadiran guru disebabkan oleh tuntutan jam mengajar 24 jam/minggu sehingga jadwal kegiatan MGMP sering berbenturan dengan jadwal mengajar.

(22)

10

10

3. Kegiatan MGMP hanya berkutat dalam pembuatan perangkat mengajar.

4. Tidak memiliki dana yang cukup sehingga tidak bisa menghadirkan pemateri yang berkompeten.

Hasil wawancara awal dengan beberapa orang guru yang terlibat sebagai anggota dan pengurus MGMP bahasa Inggris Kabupaten Tebo, bahwa pelaksanaan MGMP bahasa Inggris Kabupaten Tebo hanya berpangku pada dana blockgrant, ketika sumber dana tersebut dihentikan maka organisasi ini terkesan mati suri. Partisipasi atau kehadiran anggotanya sebagai indikator organisasi yang dinamis sangat rendah. Selain itu, MGMP bahasa Inggris kabupaten Tebo juga belum memiliki struktur kepengurusan yang solid. Struktur kepengurusan hanya terdiri atas dua orang guru inti yang merangkap sebagai ketua dan bendahara. Pengangkatan guru inti juga belum didasarkan pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi, karena sejauh ini MGMP bahasa Inggris juga belum memiliki AD/ART. Akibatnya pembagian tugas dan pendelegasian wewenang dalam kepengurusan MGMP masih sangat lemah. Hal tersebut semakin mempertegas betapa pengorganisasian dalam tubuh MGMP bahasa Inggris masih lemah dan sangat memprihatinkan.

Dua penelitian tersebut dan juga kondisi rill MGMP bahasa Inggris kabupaten Tebo mengilustrasikan betapa organisasi MGMP belum dinamis dan kurang bisa terlaksana secara optimal.

(23)

11

11

meliputi: menyusun program supervisi, melaksanakan supervisi, mengevaluasi pelaksanaan hasil supervisi, melaksanakan pembinaan dan menyusun laporan hasil supervisi (Sudjana, 2012: 28). Pelaksanaan supervisi akan berjalan lancar apabila semua pihak yang terlibat dalam supervisi akademik mengetahui tugas masing-masing dan juga memberikan tugas pada orang yang tepat sehingga tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan. Hal ini berarti fungsi pengorganisasian perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan supervisi akademik.

(24)

12

12

konteks tersebut, pengorganisasian juga dimaknai penyususnan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.

Sutarto (2002: 158) mengemukakan masalah yang umum terjadi dalam sebuah organisasi, seperti: para pejabat tidak mengetahui dan meyakini tujuan organisasi, adanya pembentukan satuan organisasi yang tidak berlandaskan pada pengembangan volume kerja, terjadinya perangkapan tugas pada satu bagian sedangkan di bagian lain terjadi kekosongan pekerjaan, sempitnya pendelegasian wewenang, dan masih banyak lagi. Salah satu sarana agar organisasi dapat berjalan dengan baik dan struktur organisasi yang bersangkutan sehat dan efisien maka mereka harus melaksanakan asas-asas organisasi. Banyak ahli berpendapat mengenai asas atau prinsip organisasi yang penting. Seperti yang diungkapkan oleh Gibson, Donnely, dan Ivancevich, “Dua keputusan pengorganisasian yang paling mempengaruhi kerja individual adalah pembagian kerja dan pendelegasian wewenang“ (1996: 244).

(25)

13

13

Dari paparan persoalan diatas dipandang perlu untuk mempelajari dan merumuskan model pengorganisasian Musyawarah Guru Mata Pelajaran melalui supervisi sebaya yang sekaligus bisa menjadi solusi guna mengakomodir keterbatasan pengawas mata pelajaran bahasa Inggris.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, secara umum dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kinerja pengawas di kabupaten Tebo masih rendah hal ini terlihat dari hasil UKPS yang masih dibawah standar.

2. Kinerja guru bahasa Inggris SMA di Kabupaten Tebo masih rendah, hal ini tercermin dari hasil UKG yang masih dibawah rata-rata.

3. Tidak terdapat supervisor bidang studi bahasa Inggris sehingga supervisor eksternal sering menemui kendala dalam memberikan supervisi terkait pendalaman materi bidang studi bahasa Inggris.

4. Pengorganisasian MGMP bahasa Inggris tidak efektif terlihat dari struktur organisasinya yang masih lemah.

(26)

14

14 1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah umum yang tergambar pada identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan dua pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi faktual pengorganisasian guru dalam penyelenggaraan MGMP di Kabupaten Tebo?

2. Bagaimana pengembangan model pengorganisasian Musyawarah Guru Mata Pelajaran melalui supervisi sebaya?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menemukan model faktual pengorganisasian Musyawarah Guru Mata Pelajaran di Kabupaten Tebo.

2. Mendesain model teoritik pengorganisasian Musyawarah Guru Mata Pelajaran melalui supervisi sebaya.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat teoretis

(27)

15

15

2. Manfaat praktis :

a. Bagi pengurus MGMP bahasa Inggris Kabupaten Tebo, dapat digunakan sebagai acuan model pengorganisasian dengan terbentuknya struktur organisasi MGMP yang solid yang bisa mewadahi kegiatan supervisi sebaya bagi guru bidang studi bahasa Inggris.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tebo dalam upaya meningkatkan kinerja pengawas sekolah terkait pelaksanaan tugas supervisi akademik.

c. Sebagai sumber informasi bagi pengawas sekolah dalam upaya meningkatkan pemahaman para guru di sekolah-sekolah binaannya tentang supervisi sebaya.

d. Sebagai sumber informasi bagi kepala sekolah dalam upaya meningkatkan pemahaman para guru di sekolah yang dipimpinya tentang supervisi sebaya.

(28)

175

175

DAFTAR PUSTAKA

A Engel, Stanley.1990. Peer Supervision: An Analysis. University Of Calgary

Amtu, Onismus. 2013. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah. Bandung.

Alfabeta.

Choliq, Abdul. 2014. Pengantar Manajemen. Yogyakarta. Penerbit Ombak.

Cross, Alexander. 2011. Self- and Peer-Assessment: the case of Peer Supervision

in Counselling Psychology. Investigations in university teaching and learning Journal..ISSN 1740-5106. Vol 7

Dalawi, dkk. 2013. Pelaksanaan Supervisi Akademik Pengawas Sekolah

Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru SMP Negeri 1 Bengkayang. Jurnal Pendidikan Pembelajaran. Volume 2. No. 3.

Gibson, J. L., Donnelly, Jr. J. H., Ivancevich, J. M. 1996. Manajemen. Terj.

Zuhad Ichyanudin. Jakarta: Erlangga.

Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and

Instructional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason.

Hasibuan, H. Malayu S. P. 2014. Organisasi dan Motivasi. Bumi Aksara.

Herlambang, Susatyo. 2014. Perilaku Organisasi Cara Mudah Mempelajari

Perilaku Manusia Dalam Sebuah Organisasik. Yogyakarta. Gosyen

Publishing.

Hermino, Agustinus. 2013. Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan.

Jakarta. Pt. Gramedia.

Hoy, Wayne K, Miskel, Cecil G. 2001. Education Adminitration; Theory,

Research, and Practice. New York: McGraw Hill.

Jurotun, Samsudi, Prihatin T. 2015. Model Spervisi Adkademik Terpadu Berbasis

Pemberdayaan MGMP Untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru Matematika .Jurnal PTS dan Kepengawasan. Vol 2 No. 1 Juni 2015.

Mahmud, Ilham. 2012. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah

Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru SMA di Kota Batu. Skripsi.

Universitas Negeri Malang.

Mangkoesaputra, Arief. 2004. Memberdayakan MGMP, Sebuah Keniscayaan.

(29)

176

176

Moleong, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kemandirian guru dan kepala sekolah. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Munadi, Imam dan Darmawangsa, Darmadi. 2009. Fight Like A Tiger Win Like A

Champion Edisi 16. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo

Nurdianti, R Roro Suci. 2013. Pengaruh Manajemen Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP) Terhadap Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru serta Implikasinya pada Kinerja Guru Mata Pelajaran

Ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung. TESIS. Universitas Pendidikan

Indonesia.Tidak diterbitkan

Oliva, Peter F. 1984. Supervision For Today’s School. New York: Longman

Pangastuti, Santosa, Hamidi. 2013. Pengaruh Pendelegasian Wewenang dan

Pembagian Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan BTN Surakarta. Jurnal

Penelitia UNS. Volume 2 No. 2

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang tanggung jawab, kewajiban, dan wewenang guru.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Pengawas.

Pidarta, M. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta. Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2013. Memahami Organisasi Pendidikan. Bandung. Alfabeta.

, 2007. Desain Organisasi Pendidikan Dalam Implementasi Kebijakan

Otonomi Daerah. Bandung. UHAMKA PRESS.

Satori, Djam’an. 1998. Supervisi Pendidikan. Makalah tidak

dipublikasikan. Bandung

Sawiji, Sawiji. 2002. Fungsi Manajemen. Surakarta: UNS Press.

Sudjana, N. 2012a. Supervisi Pendidikan Konsep dan Aplikasinya bagi Pengawas

Sekolah. Bekasi: Binamitra Publishing.

(30)

177

177

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R & D. Bandung. Alfabeta.

, 2015. Metode Penelitian dan Pengembangan (Reasearch and

Development). Bandung: Alfabeta.

, 2015.. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D Bandung: Alfabeta.

Suhardan, Dadang. 2014. Supervisi Profesiona-Layanan dalam Meningkatkan

Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah Edisi 5. Bandung. Alfabeta.

Sukmadinata, N. Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Suntonda, Andi. 2010. Peran MGMP Penjas Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Penjas.http://file.upi.edu/direktori/fpok/jur._pend._olahraga/1958062019860 11andi_suntod a_situmorang/presentasi_seminar_nas,.pdf Diakses pada tanggal 2 Maret 2016

Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta:

Mitra Gama Widya.

Sutarto. (2002). Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta. Gadjah Mada University

Press.

Sutisna, Oteng. 1989. Administrasi Pendidikan (Dasar Teoritik untuk Praktik

Profesional). Bandung: Angkasa.

Sutikno.2014. Analisis Persepsi GuruTerhadap Kualitas Supervisi Akademik

Pengawas Kaitanya Dengan Kinerja Guru. Jurnal PTK DIKMEN. Volume

4 No. 1 Tahun 2014.

Torang, Syamsir. 2013. Organisasi dan Manajemen (Perilaku, Struktur, Budaya

dan Perubahan Organisasi). Bandung. Alfabeta.

Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Usman, Husaini. 2014. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 4.

Jakarta. PT. Bumi Aksara.

Wahyudi, M. Dian dkk. 2015. Administrasi Pendidikan-Suatu Pengantar. Medan.

(31)

178

178

Wilkerson, K. 2006. Peer Supervision for the Professional Development of School Counselors: Toward an understanding of terms and findings. Counselor Education&Supervision.i

http://proxy.ulib.csuohio.edu:2262/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=66&hid =24&sid=bc22311a-18d6-45a3-904c-c79bdd65e5b3%40sessionmgr10. Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.

Wursanto, Ig. 2002. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. yogyakarta. Penerbit Andi.

Vita, Angelina dkk. 2013. Manajemen Dalam Konteks Indonesia. Yogyakarta.

Penerbit Kanisius.

Zainal, V.R., Hadad, M.D., Ramly, Mansyur. 2014. Kepemimpinan dan Perilaku

Gambar

Tabel   3.1.    Praktisi untuk Validasi Model Konseptual ..............................................
Gambar                 Halaman  2.1. Alur Fungsi Manajemen Richard & Daft .......................................

Referensi

Dokumen terkait

Videotron sebagai media yang digunakan Humas Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memberikan informasi yang benar dan wajar terkait pecapaian pembangunan Kabupaten

Berdasarkan tabel V dan VI, pengambilan data pada siang hari memiliki hasil yang lebih baik dengan akurasi 90% berbanding 80%. Sehingga total akurasi sistem pada tahap

Pada tikus dengan miokard infark, ditemukan bahwa inhibisi poten dari aktivitas ACE jaringan terkait peningkatan survival dan reduksi massa ventrikel kiri dan ekspresi gen ANP

Penentuan waktu optimum dilakukan dengan cara mengusangkan secara fisik benih jagung dengan memberikan perlakuan suhu 45 °C dan kelembaban udara tinggi (>90%) pada beberapa

Laadullinen tutkimus on yksittäisten tapausten erittelemistä. Tapaus on tässä tutkimuk- sessa haastattelulausunto, ja olennaista on tutkijan vuorovaikutus haastateltavan

Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai Perusahaan maupun usaha Perusahaan yang dilakukan oleh Direksi

Persoalan penegakan hukum di Indonesia merupakan persoalan klasik yang hingga kini semakin pelik tanpa mengalami kemajuan yang berarti. Sementara, permasalahan penegakan

Jika dilihat dari aspek fungsinya merupakan penelitian terapan, dengan membuat kunci pada file dokumen yang selanjutnya akan dilakukan proses enkripsi dan deskripsi