• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Komunikasi Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN ( Persero ) Wilayah II Cabang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Komunikasi Terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN ( Persero ) Wilayah II Cabang Medan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-I EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI MEDAN

PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP EFISIENSI KERJA

KARYAWAN PADA PT. PLN ( PERSERO )

WILAYAH II CABANG MEDAN

SKRIPSI

OLEH

DESSY PANGGABEAN 050521195

DEPARTEMEN MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

ABSTRAK

Dessy Panggabean, (2008) “Pengaruh Komunikasi terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan”. Pembimbing, Dra. Lucy Anna, MS. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen.

Penguji 1, Dra. Friska Sipayung, M.Si dan Penguji 2, Drs. Liasta Ginting, M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan.

Metode analisis data yang digunakan adalah uji validitas dan reliabilitas, metode deskriptif, serta metode regresi sederhana.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah komunikasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan. Koefisien determinan (R2) yaitu dengan nilai 0,375 artinya variabel komunikasi berpengaruh terhadap efisiensi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan sebesar 37,5% dan sisanya sebesar 62,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat pada persamaan model.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat dan karuniaNYA yang luar biasa dan begitu melimpah

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya.

Selama menjalani masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara sampai kepada penulisan skripsi ini, Penulis banyak mendapatkan

saran dan kritik dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Taflu Ritonga, Mec. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi sebagai Ketua Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA. sebagai Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Lucy Anna, MS sebagai Dosen pembimbing Penulis yang telah

meluangkan waktu dan memberikan banyak sumbangan pikiran dalam proses

membimbing dan memberikan arahan selama proses penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, Msi sebagai Dosen Penguji I Penulis yang telah

meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Liasta Ginting, Msi sebagai Dosen Penguji II Penulis yang telah

memberikan arahan dan masukan bagi penulis.

7. Seluruh Dosen dan staff Pengajar serta pegawai di Fakultas Ekonomi

(4)

8. Seluruh Pegawai Kantor Pusat PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan,

khususnya di bagian Sumber Daya Manusia dan Administrasi yang telah

banyak membantu Penulis.

9. Orang tua tersayang Drs. M. Panggabean dan J. Pasaribu yang telah

memberikan cinta dan kasih sayang serta membesarkan dan membimbing

sehingga Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

10.Abang dan Adik-adik Penulis tersayang Martua Panggabean, SP, Henny Panggabean, S.si dan Putry Panggabean yang telah banyak

memberikan nasehat, dorongan, serta bantuan sehingga Penulis dapat

menyelesaikan perkuliahan.

11.My Special Friend Deddy, drg yang telah memberikan dukungan dalam

penulisan skripsi ini dan sahabat-sahabat Penulis Ekiz, Vina, Sabrina, Kak

Ayu, Kak Dinawati, Kak Ervina Dinauli, Lucy, Dewi (Nduth), Ratih serta

Teman-Teman Penulis lainnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen

program S1 Extension, khususnya stambuk 2005 yang tidak mungkin penulis

sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih

banyak kekurangan baik isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, September 2008

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR TABEL ……… vii

DAFTAR GAMBAR ………... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….………... 1

B. Perumusan Masalah ………... 4

C. Kerangka Konseptual ………... 4

D. Hipotesis ………... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 4

F. Metode Penelitian ……….. 5

1. Batasan Operasional ……….… 6

2. Defenisi Operasional Variabel ………... 6

3. Skala Pengukuran Variabel ……….. 8

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 9

5. Populasi dan Sampel ………... 9

6. Jenis dan Sumber Data ………... 10

7. Teknik Pengumpulan Data ……….. 11

8. Metode Analisis Data ………... 12

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu………... 15

(6)

C. Proses Komunikasi………. 17

D. Jenis Komunikasi……… 20

E. Mengelola Komunikasi ………. 24

F. Media Komunikasi ……… 27

G. Tujuan Komunikasi ………... 28

H. Efisiensi Kerja……….... 28

I. Pengukuran Efisiensi Kerja………. 29

J. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Kerja .. 30

K. Hubungan Komunikasi dengan Efisiensi Kerja ……. 32

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan ……….. 33

B. Struktur organisasi ………. 35

C. Kegiatan Usaha ……….. 43

D. Mekanisme Komunikasi ……… 44

E. Hambatan Dalam Pelaksanaan Komunikasi ………. 47

F. Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN …………. 49

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Deskriptif ……… 51

B. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ………... 54

(7)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

Daftar Pustaka

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1. Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero)

Wilayah II SUMUT Tahun 2005 – 2007 ( Dalam Kwh)…… 3

Tabel 1.2. Operasionalisasi Variabel ………... 8

Tabel 1.3. Instrumen Skala Likert ………... 9

Tabel 1.4. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 10

Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ………. 51

Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir .... 52

Tabel 4.3. Karakteristik Responden berdasarkan Jabatan ………. 53

Tabel 4.4. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel-variabel .... 54

Tabel 4.5. Item – Total Statistics ... 55

Tabel 4.6. Uji Validitas Pernyataan ... 56

Tabel 4.7. Reliability Statistics ... 57

Tabel 4.8. Coefficients ... 58

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual ………. 5

Gambar 2.1. Proses Komunikasi ………. 19

Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero )

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan faktor penting dalam menciptakan kerjasama

dalam suatu organisasi. Komunikasi yang baik adalah komunikasi dua arah yang

berlangsung apabila pengirim mendapatkan umpan balik tentang cara penerima

menangkap pesan yang telah dikirimkannya. Komunikasi yang efektif dapat

memudahkan penerimaan informasi yang tepat antara atasan dan bawahan dan

sebaliknya, sehingga memudahkan pencapaian tujuan organisasi.

Pimpinan atau manajer sangat besar peranannya dalam menciptakan

suasana yang komunikatif diantara sesama anggota organisasi maupun unit kerja

lainnya agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksana dengan baik. Pencapaian

tujuan dan sasaran harus didukung oleh komunikasi yang efektif dan efisien agar

dapat membantu kerjasama dalam organisasi. Oleh karena itu diperlukan jalinan

partisipasi dan saling pengertian antara sesama anggota melalui komunikasi yang

terarah dengan baik.

Menurut Widjaja ( 2000:14 ) Komunikasi adalah saluran untuk memberi

dan menerima pengaruh mekanisme perubahan, alat untuk mendorong dan

mempertinggi motivasi, perantara antara sarana yang memungkinkan organisasi

untuk mencapai tujuannya. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan, tertulis

maupun dengan isyarat saja. Hal ini juga berhubungan dengan efisiensi kerja yang

baik, dimana adanya kesempatan bagi setiap karyawan berazaskan semangat kerja

dan tingginya dorongan sumber daya manusia untuk melakukan suatu pekerjaan

(11)

PT. PLN adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di sektor energi

listrik yang mempunyai misi untuk melayani kebutuhan energi listrik seluruh

masyarakat Indonesia dengan menyediakan sumber-sumber energi listrik seperti

PLTA, PLTD, PLTU dan PLTN. Energi listrik yang disediakan PLN diproduksi

dan didistribusikan sesuai permintaan Masyarakat. Oleh sebab itu, perkembangan

PLN sebagai Badan Usaha lebih difokuskan pada antisipasi perkembangan dan

peningkatan kebutuhan pasokan listrik masyarakat pada masa yang akan datang.

PT. PLN adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan kepada

seluruh masyarakat Indonesia. Adapun pelayanan yang diberikan PLN terhadap

pelanggannya adalah melayani pelanggan dalam pemasangan listrik baru,

perubahan daya, perubahan tarif, melayani pembayaran listrik dengan

menyediakan loket-loket pembayaran yang dikelola oleh PLN Wilayah II

Sumatera Utara Medan.

Media komunikasi merupakan salah satu alat pendukung yang digunakan

oleh PT. PLN Wilayah II Sumut dalam melaksanakan tugasnya melayani

masyarakat. Adapun media yang digunakan dapat berupa komputer, faximile dan

telepon, yang merupakan media yang paling banyak digunakan oleh PT. PLN

Wilayah II Sumut adalah telepon.

Efisiensi kerja karyawan suatu organisasi memegang peranan utama

dimana, pada akhirnya karyawanlah menentukan tercapainya efisiensi dalam

pekerjaan. Untuk dapat melakukan peranan itu, setiap karyawan harus memenuhi

persyaratan yang diperlukan. Efisiensi kerja yang maksimal dari karyawan amat

diperlukan di perusahaan ini mengingat pelayanan yang dihasilkan adalah berupa

(12)

diinginkan, komunikasi yang efektif antara atasan dengan bawahan sangat

diperlukan. Komunikasi juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup

perusahaan secara berkesinambungan karena menyangkut bagaimana atasan

memotivasi, memberi perintah dan memimpin karyawannya. Tabel 1.1

menunjukkan perkembangan jumlah penjualan tenaga listrik PT. PLN Wilayah II

Sumut tahun 2005-2007 yang makin meningkat setiap tahunnya.

Tabel 1.1

Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Wilayah II Sumut

Tahun 2005 – 2007

Tahun Jumlah Pelanggan (org) Penjualan (Kwh)

2005 1.874.971 295.175.107

2006 1.901.675 349.306.143

2007 1.985.225 331.796.051

Sumber : PT. PLN Wilayah II Sumut medan ( data diolah )

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai tahun 2007 jumlah

pelanggan meningkat setiap tahunnya. Tahun 2005 jumlah pelanggan sebesar

1.874.971 orang dengan total penjualan 295.175.107, tahun 2006 jumlah

pelanggan naik sebesar 1.901.675 orang dengan total penjualan 349.306.145 dan

tahun 2007 jumlah pelanggan sebesar 1.985.225 orang dengan total penjualan

331.796.051. Hal ini disebabkan karena adanya komunikasi yang efektif baik

kedalam maupun keluar perusahaan sehingga terjadi peningkatan efisiensi kerja

dari karyawan PT. PLN Wilayah II Sumut tersebut.

Mengingat pentingnya faktor komunikasi dalam membentuk dan

meningkatkan efisiensi kerja karyawan dan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh komunikasi yang sebenarnya terhadap efisiensi kerja karyawan di

(13)

judul : “PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP EFISIENSI KERJA

KARYAWAN PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH II SUMATERA

UTARA MEDAN”

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang

menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Apakah Komunikasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan?”

C. Kerangka Konseptual

Komunikasi bertujuan memberikan instruksi, informasi, saran serta

penilaian kepada karyawan tentang tujuan dan kebijakan organisasi. Dari proses

ini diharapkan suatu pekerjaan yang telah direncanakan dengan baik dapat

tercapai dengan berazaskan Efisiensi Kerja.

Menurut Miraza (2004 : 113), efisiensi adalah pemakaian biaya ataupun

bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen pada setiap usaha yang

berjalan secara wajar. Komponen tersebut meliputi biaya, waktu dan tenaga kerja.

Berdasarkan uraian ini dibuat kerangka konseptual pada Gambar 1.1

sebagai berikut :

KOMUNIKASI ( X ) EFISIENSI KERJA ( Y )

- Tujuan komunikasi - Waktu

- Media Komunikasi - Biaya

- Pengelolaan Komunikasi - Metode Kerja - Delegasi Wewenang

Sumber : (Widjaya, 2000:14 ) dan (Miraza, 2004:113) (data diolah)

(14)

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perilaku atau keadaan

tertentu yang terjadi (Sugiono, 2003 : 68). Berdasarkan rumusan masalah ini,

dapat nyata bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Komunikasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan pada

PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan”. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh komunikasi terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada PT. PLN

Wilayah II Sumatera Utara Medan.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan

memperdalam pengetahuan penulis tentang komunikasi dan efisiensi

kerja karyawan suatu perusahaan atau organisasi.

b. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan untuk melakukan penyesuaian tentang

penerapan komunikasi guna terciptanya efisiensi kerja yang baik agar

tujuan perusahaan dapat tercapai.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Menjadi dasar penelitian selanjutnya yang dapat digunakan

sebagai bahan perbandingan khususnya penelitian tentang komunikasi

(15)

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional a. Variabel ( X ) : Komunikasi

Penelitian ini dibatasi pada komunikasi 2 (dua) arah dari atasan

kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan pada masing-masing

bagian pada PT. PLN Wilayah II Sumut Medan yang terdiri dari

Tujuan komunikasi, Media komunikasi, Pengelolaan komunikasi dan

Delegasi wewenang

b. Variabel ( Y ) : Efesiensi kerja

Penelitian ini hanya dibatasi pada efisiensi kerja karyawan pada

PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan.

2. Defenisi Operasional Variabel

a. Variabel Independent ( X ) : Komunikasi

Menurut ( Widjaya 2000:14 ) Komunikasi adalah proses

pemindahan atau penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang

disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan

oleh penyampaian pesan, dan ditujukan kepada penerima pesan.

Berdasarkan cara-cara pengukuran komunikasi yang sudah

diuraikan, maka beberapa indikator dari komunikasi yaitu :

1. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah untuk melakukan dan menerima

pengaruh mekanisme perubahan yang memungkinkan suatu

(16)

2. Media Komunikasi

Media merupakan saluran komunikasi tempat berlalunya pesan

dari komunikator kepada komunikan.

3. Pengelolaan Komunikasi

Didalam pengelolaan komunikasi ada 2 (dua) hal yang

sangat penting yaitu bagaimana menangani pesan-pesan yang

bersifat rutin serta bagaimana menangani krisis komunikasi.

4. Delegasi wewenang

Delegasi wewenang adalah pelimpahan wewenang formal

dan tanggung jawab kepada seorang bawahan untuk

menyelesaikan aktivitas tertentu. Pendelegasian wewenang oleh

atasan kepada bawahan adalah perlu demi tercapainya efisiensi

kerja dari fungsi-fungsi dalam organisasi.

b. Variabel Dependen ( Y ) : Efisiensi Kerja

Menurut Miraza (2004 : 113), efisiensi adalah pemakaian biaya

ataupun bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen yang

meliputi biaya, waktu dan tenaga kerja pada setiap usaha yang berjalan

(17)

Defenisi variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 1.2

1. Tujuan Komunikasi ( sebagai alat, sebagai sarana dan sebagai fakor dalam meningkatkan Efisiensi Kerja perusahaan )

2. Media Komunikasi ( berupa telepon, komputer,seminar dan faksimile )

3. Pengelolaan Komunikasi ( menangani pesan-pesan bersifat rutin dan krisis komunikasi )

4. Delegasi Wewenang ( dari atasan kepada bawahan )

1. Waktu ( tepat waktu dan menghargai waktu )

2. Biaya ( sesuai standar operasional perusahaan )

3. Metode Kerja (sesuai dengan standar operasional, dengan team)

Skala likert

Sumber : Widjaya ( 2000 :14 ) dan Miraza ( 2004:113 ) (data diolah)

3. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan oleh penulis untuk mengetahui

masing-masing variabel X (komunikasi) dan variabel Y (Efisiensi Kerja) adalah dengan

menggunakan Skala Likert (Sugiono, 2003 : 86) sebagai alat untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji,

(18)

Bobot nilai yang diberikan oleh penulis terhadap setiap jawaban adalah

sebagai berikut:

Tabel 1.3

Instrumen Skala Likert

No Pertanyaan Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju

(STS)

1

Sumber : Sugiono (2006 : 105)

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Penelitian ini dilaksanakan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah II

Sumatra Utara Medan Jl. Kol. Yos Sudarso No. 284 Medan

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2008 sampai dengan

Agustus 2008

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya

berupa orang, objek, transaksi dan kejadian dimana kita

tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian

(Kuncoro, 2003 : 113). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah

seluruh karyawan tetap pada PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan

yang berjumlah 425 orang karyawan.

Sampel adalah sebagian populasi yang ditunjuk/dipilih untuk

(19)

metode stratified random sampling (sampel secara acak). Populasi dan

sampel dapat dilihat pada data Tabel 1.4 di bawah ini:

Tabel 1.4

Populasi dan Sampel Penelitian

Bagian Popolasi Sampel

Bagian Perencanaan 85 85 x 20% = 17

Bagian Teknik 70 70 x 20% = 14

Bagian Niaga ( Pengusahaan ) 80 80 x 20% = 16

Bagian Keuangan 85 85 x 20% = 17

Bagian SDM dan Administrasi 105 105 x 20% = 21

Jumlah 425 85

Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan (data diolah)

Menurut Arikunto (2004:94), yang berbunyi :

“Apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga

penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika sejumlah

subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau

lebih”. Dengan mempertimbangkan pendapat ini, maka peneliti

mengambil sampel sebanyak 20% dari 425 populasi sehingga sampel yang

diambil sebanyak 85 orang

6. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi

melalui kuesioner dan wawancara kepada responden yang dilakukan

pada penelitian awal sampai selesai

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diusahakan sendiri

(20)

dari buku ilmiah mengenai komunikasi dan efisiensi kerja. Dari

metode ini diperoleh data-data dan bahan-bahan yang sifatnya teoritis.

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mempermudah perolehan

data dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu :

1. Wawancara

Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data pada objek penelitian

dengan cara tanya jawab secara langsung. Tujuannya adalah untuk

mendukung data yang kurang jelas.

2. Kuesioner

Penyebaran daftar pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan

yang telah ditetapkan menjadi responden, dalam hal ini para responden

diharapkan akan memberikan jawaban dari sejumlah pertanyaan yang

diajukan.

3. Studi Dokumentasi

Merupakan pengumpulan data dari buku-buku, jurnal, internet

dan sumber data lain yang berhubungan dengan penelitian.

8. Metode Analisis Data

a. Metode Analisis Deskriftif

Metode analisis deskriptif digunakan dalam penelitian ini

dengan mengumpulkan, mengolah, mengklasifikasikan dan

menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran

(21)

b. Metode Analisis kuantitatif

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji Validitas ini dilakukan untuk mengukur apakah data

yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid

dengan alat ukur yang digunakan ( kuesioner ). Kuesioner

dikatakan valid apabila instrument tersebut benar-benar mampu

mengukur besarnya nilai variabel yang diteliti (Sugiyono,

2006:146).

Uji validitas dilakukan dengan memberikan kuesioner yang

terdiri dari pertanyaan tentang penilaian komunikasi dan efisiensi

kerja.

Pengujian validitas dengan kriteria pengambilan keputusan :

Jika rhitung > rtabel

Jika r

maka pertanyaan tersebut valid

hitung < rtabel

Uji Reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang

digunakan ( kuesioner ) menunjukkan konsistensi didalam

mengukur gejala yang sama (Sugiyono, 2006:149). maka pertanyaan tersebut tidak valid

Kriteria pengambilan keputusan :

Jika ralpha positif dan > dari rtabel

Jika r

maka reliabel

alpha negatif dan < dari rtabel

2. Uji Regresi Linier Sederhana

maka tidak reliabel

Analisis regresi Linier sederhana digunakan untuk

(22)

komunikasi (X) terhadap Efisiensi Kerja Pegawai (Y) sebagai

variabel terikat.

Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :

Y = a + bx + e Dimana : Y = Efisiensi Kerja

X = Komunikasi

a = konstanta

b = koefisien regresi

e = standar error

data diperoleh secara statistik dengan menggunakan alat

bantu Program SPSS versi 12,00 untuk kepentingan analisis dan

pengujian Instrument. Dalam penelitian ini data diuji dalam

beberapa tahap antara lain :

a. Uji t

Uji t, yaitu untuk membuktikan apakah hipotesis awal

tentang pengaruh komunikasi sebagai variabel bebas terhadap

Efisiensi kerja pegawai sebagai variabel terikatnya. Dengan

rumus hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1

H

= 0 artinya tidak dapat pengaruh yang positif

dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat

(Y).

a : b1 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang positif dan

(23)

Kriteria Pengambilan Keputusannya yaitu :

H0 diterima jika thitung > ttabel

H

pada α = 5%

a diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%

b. Identifikasi Determinan ( R² )

Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar

kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika

determinan (R2) semakin besar atau mendekati satu, maka

dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (x) adalah

besar terhadap variabel terikat (y). Hal ini berarti model yang

digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel

bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika

determinan (R2) semakin kecil. Hal ini berarti model yang

digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel

(24)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian terdahulu

1. Penelitian oleh Pagit Rima. T (2007), dengan judul : “Pengaruh

komunikasi terhadap kinerja karyawan pada PT. TWINS SUKSES

ABADI”. Menurut penelitiannya bahwa sistem komunikasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 31,8 %. Artinya

bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh komunikasi sebesar 31,8%,

sedangkan sisanya sebesar 68,2% dipengaruhi oleh faktor lain.

2. Penelitian oleh Helga (2005), dengan judul : “Pengaruh sistem komunikasi

terhadap terhadap efisiensi kerja karyawan PT. Swarma Sarana

Informatika Medan”. Menurut penelitiannya bahwa komunikasi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan

sebesar 22,2%. Artinya bahwa efisiensi kerja karyawan dipengaruhi oleh

komunikasi sebesar 22,2%, sedangkan sisanya sebesar 77,8% dipengaruhi

oleh faktor lain.

B. Pengertian dan Pentingnya Komunikasi

Pentingnya atau defenisi komunikasi adalah bermacam-macam,

sebagaimana yang dikemukakan masing-masing orang. Namun apa yang

dikemukakan tersebut hanyalah untuk memberikan batasan terhadap apa yang

(25)

Menurut Wiryanto (2004:9) Komunikasi adalah proses pemindahan

pengertian dalam bentuk gagasan atau informal dari seseorang ke orang lain.

Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang

digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus

vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya

transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya

sangat tergantung pada ketrampilan-ketrampilan tertentu ( membaca, menulis,

mendengar, berbicara dan lain-lain ) untuk membuat sukses pertukaran informasi.

Sedangkan menurut Widjaya (2000:1), komunikasi pada umumnya diartikan

sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah

hubungan atau dapat diartikan sebagai sarana tukar menukar pendapat atau

sebagai kontak antara manusia secara individu ataupun sekelompok.

Berdasarkan defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi

sebagai suatu proses dimana orang-orang bermaksud memberikan

pengertian-pengertian melalui pengiriman berita secara simbolis, dapat menghubungkan para

anggota berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda-beda

pula, sehingga sering disebut Rantai Pertukaran Informasi.

Konsep ini mempunyai unsur-unsur :

1. Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti

2. Suatu sarana pengaliran informasi, dan

3. Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu

Adapun arti penting komunikasi bagi perusahaan adalah sebagai saluran

untuk mendorong atau mempertinggi motivasi perantara dan sebagai sarana yang

(26)

perusahaan harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua anggota

organisasi agar kegiatan perusahaan tetap berjalan dengan lancar sehingga

tujuannya dapat tercapai.

Komunikasi berperan penting dalam memperlancar kegiatan perusahaan,

hal ini dapat terlihat dari beberapa hal berikut :

1. Dengan komunikasi fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat tercapai.

2. Meningkatkan kegairahan dan motivasi kerja.

3. Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan pengendalian

para pimpinan dapat mengetahui keadaan dari bidang yang menjadi tugasnya.

4. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan

atasan, bawahan dengan bawahan, dan atasan antar atasan karena pengawasan

yang jelas dan mantap.

5. Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui kebijakan,

peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan.

C. Proses Komunikasi

Komunikasi memiliki 6 (enam) tahapan yaitu :

1. Pengiriman mempunyai suatu idea atau gagasan

Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim

pesan harus menyiapkan idea tau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada

pihak lain. Ide diperoleh dari berbagai sumber, ide-ide yang ada didalam benak

pengirim disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada didalam pikiran

(27)

penyerapan berbagai informasi dan pengalaman yang berbeda-beda dari setiap

individu.

2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan

Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau

dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara

sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal yaitu subjek (apa

yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan

latar belakang budaya.

3. Pengirim menyampaikan Pesan

Setelah mengubah ide – ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah

memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada

kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan untuk

menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada juga yang cukup

panjang, hal ini akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Oleh

karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan disampaikan.

4. Penerima menerima pesan

Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim

mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. Jika seseorang

mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin bila penerima surat telah

membaca dan memahami isinya.

(28)

Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat

menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah

dimengerti dan tersimpan didalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya

suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila penerima pesan telah

memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan.

6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim

setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara

tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang

diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung dari

pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam

proses komunikasi, karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk

menilai efektivitas suatu pesan. Disamping itu, adanya umpan balik dapat

menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya

perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan

reaksi secara emosional.

Proses Komunikasi dapat digambarkan sebagai Gambar 2.1 berikut :

Tahap 1 Tahap 6

Pengirim Penerima mengirim

Mempunyai gagasan Ide Pesan

SALURAN

Tahap 2 dan Tahap 5

Pengirim mengubah MEDIA Penerima

Ide menjadi Pesan Menafsirkan pesan

Tahap 3 Tahap 4

Pengirim Penerima

(29)

Sumber : Purwanto ( 2006 : 12 ) (data diolah) Gambar 2.1 Proses Komunikasi

D. Jenis Komunikasi

Sistem komunikasi yang dianut oleh perusahaan dalam menjalankan arus

komunikasi tergantung dari kompleksitas lingkup kerja dari organisasi tersebut,

pengertian sistem adalah sebagai suatu keseluruhan komponen/bagian yang saling

berinteraksi sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk

mencapai komunitas yang efektif dan efisien. Sistem komunikasi yang dianut oleh

organisasi akan langsung mempengaruhi tipe atau jenis komunikasi. Berdasarkan

hal ini sistem komunikasi bergantung pada struktur organisasi dan mekanisme

koordinasi.

Menurut Purwanto (2006) ada beberapa bentuk komunikasi yang lazim

digunakan yaitu :

1. Komunikasi Verbal

Saluran Komunikasi Verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi

yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak

lain melalui tulisan maupun lisan. Bentuk komunikasi ini memiliki struktur

yang teratur dan terorganisir dengan baik. Melalui komunikasi lisan dan

tulisan diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh

pengirim pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan melalui tulisan dan

lisan memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca dapat

mendengar apa yang dikatakan pihak lain dengan baik dan benar.

Secara umum, untuk mengirimkan pesan-pesan, orang lebih senang

berbicara daripada menulis suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif

(30)

demikian, bukan berarti bahwa komunikasi tulisan tidak penting. Karena tidak

semua hal bisa disampaikan secara lisan. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan mendengar dan memahami yang relatif lemah atau kurang baik

dari masing-masing orang.

Kaitannya dengan ketrampilan membaca, seseorang sering mengalami

kesulitan dalam mengambil pesan-pesan penting dari suatu bacaan. Meskipun

mendengar dan membaca adalah hal yang berbeda, keduanya memerlukan

pendekatan yang serupa. Secara sederhana, transformasi informasi dari

manajer dalam semua level bawahan merupakan komunikasi dari atas ke

bawah.

2. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi Nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur yang

membuat komunikasi nonverbal sulit untuk dipelajari. Jenis komunikasi

informal adalah gerak isyarat-isyarat tertentu, komunikasi ini lebih bersifat

spontan misalnya seseorang akan menggelengkan kepala apabila ia merasa

tidak setuju.

Komunikasi nonverbal memiliki kebaikan yaitu kesahihannya dalam hal

ini dikaitkan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran

pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Secara

umum, orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata

daripada menggunakan gerakan tubuh (bahasa isyarat). Hal ini disebabkan

oleh sifat komunikasi yang lebih spontan. Komunikasi nonverbal dapat

disampaikan tanpa harus berfikir panjang dan pihak pendengar juga dapat

(31)

3. Komunikasi dari Atas ke Bawah

Komunikasi dari atas ke bawah (down communication) dimulai dari

Manajemen Puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan –

tingkatan manajemen sampai ke karyawan lain bagian bawah. Maksud utama

komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi,

nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi

kepada para anggotan organisasi tentang tujuan dan kebijakan organisasi.

Pesan atau berita ke bawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan

biasanya disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lainnya, bulletin,

pertemuan atau rapat, dan percakapan serta melalui interaksi orang per orang

atau kelompok kecil. Salah satu kelemahan saluran komunikasi ini adalah

kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting yang

ditujukan ke para bawahannya. Dengan kata lain, informasi yang diterima para

bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya.

4. Komunikasi dari Bawah ke Atas

Komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up atau upward

communications) berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah

(karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan yang ingin disampaikan

mula-mula berasal dari para karyawan yang selanjutnya disampaikan ke jalur yang

lebih tinggi, yaitu ke bagian pabrik, ke manajer produksi, dan akhirnya ke

manajer umum.

Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para

(32)

informasi apa pun dari bawahan tidak akan bermanfaat karena yang muncul

hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.

5. Komunikasi Lateral atau Horizontal

Komunikasi horizontal atau sering disebut komunikasi lateral adalah

komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi

sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal adalah

untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan kedudukan

sejajar.

Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan

merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Komunikasi ini dirancang

guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi

horizontal selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan horizontal, juga

menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang lambat.

6. Komunikasi Diagonal

Komunikasi diagonal (diagonal communications) melibatkan

komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda.

Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya

adalah :

a. Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk

komunikasi tradisional.

b. Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut

membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.

Komunikasi diagonal ini juga memiliki kelemahan. Salah satu

(33)

komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Di samping itu, komunikasi

diagonal dalam organisasi besar juga sulit untuk dikendalikan secara efektif.

E. Mengelola Komunikasi

Menurut Purwanto (2006 : 46) ada 2 (dua) hal dalam mengelola

komunikasi, pertama : bagaimana menangani pesan-pesan yang bersifat rutin,

kedua : bagaimana menangani krisis komunikasi, penjelasan dan hal tersebut

disajikan berikut ini :

1. Penanganan Pesan-pesan Rutin

Volume pesan-pesan (tertulis) pada umumnya dalam organisasi besar lebih

banyak dari pada dalam organisasi berskala kecil, tetapi semua organisasi

memusatkan perhatiannya pada bagaimana memaksimumkan manfaat (benefit)

dan kegiatan komunikasi dengan biaya (cost) tertentu. Untuk dapat

memaksimumkan manfaat dan meminimumkan biaya tersebut, seseorang manajer

perlu memperhatikan berbagai hal berikut :

a) Mengurangi Jumlah Pesan

Arus pesan dalam suatu organisasi yang disampaikan secara lisan

maupun tertulis perlu dikelola dengan baik. Dalam hal ini, seorang manajer

perlu menentukan skala prioritas pesan. Untuk membuat suatu halaman surat

diperlukan waktu dan sumber-sumber (uang/bahan, waktu, tenaga). Organisasi

juga perlu menghitung berapa rata-rata biaya yang diperlukan untuk mencatat,

mengetik, mengedit, dan mengirimkan surat serta berapa lama sebuah surat

(34)

tertulis, sepucuk surat hanya akan menambah beban informasi yang akan

disampaiakan, maka lebih baik pesan disampaikan dengan cara lain, seperti

lewat telepon atau tatap muka.

b) Instruksi yang Jelas

Kesalahan yang menyebabkan macetnya komunikasi, dapat dibebankan

kepada setiap orang dalam organisasi. Namun dalam hal ini seorang manajer

mempunyai tanggung jawab khusus untuk membuat setiap orang dalam

organisasi tahu apa yang harus dilakukan. Orang-orang yang bertujuan

melakukan komunikasi (komunikator) sudah seharusnya memahami

kebutuhan dan tujuan organisasi secara keseluruhan, sehingga ia dapat

menghindarkan dirinya dari kesalahan memberi instruksi.

Manajer yang sekaligus sebagai komunikator juga perlu selalu mencari

kejelasan suatu pesan, karena kebutuhan perusahaan yang terus berkembang

secara dinamis mempengaruhi arti setiap pesan. Di samping itu, manajer juga

seharusnya tetap berkomunikasi dengan stafnya secara keseluruhan, untuk

menjaga hubungan dengan anggota staf, dan untuk memberikan umpan balik

(feedback) terhadap perkembangan suatu pesan.

c) Mendelegasikan Tanggung Jawab

Tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai bila manajer

mempunyai kepercayaan bahwa orang lain dapat menyelesaikan pekerjaan

yang dibebankan kepada mereka. Hal ini penting karena seorang manajer

harus mendelegasikan beberapa pekerjaan komunikasi kepada orang lain.

(35)

dengan gayanya sendiri tentu akan merepotkan semua pihak dalam suatu

organisasi.

d) Melatih Petugas

Suatu organisasi dianjurkan untuk menyelenggarakan pelatihan

keterampilan berkomunikasi bagi orang-orang yang pekerjaan/tugasnya

berhubungan erat dengan masalah komunikasi. Pelatihan ini mencakup paling

tidak preferensi gaya organisasi dan falsafah-falsafah komunikasi.

Komunikator juga perlu meningkatkan dan memperlancar kemampuan

berbahasa dan keterampilan presentasinya, sehingga komunikasi bisa menjadi

lebih baik dan lancar.

2. Penanganan Krisis Komunikasi

Mengelola arus pesan-pesan bisnis dari hari ke hari adalah suatu hal

yang biasa. Tetapi tes keterampilan komunikasi yang sebenarnya adalah pada

saat munculnya krisis komunikasi dalam suatu organisasi. Semakin besar

tantangan atau resiko yang harus dihadapi, semakin tinggi tingkat kemampuan

dan keterampilan yang dibutuhkan.

Krisis komunikasi ini merupakan suatu ajang uji coba keterampilan

yang cukup menantang. Dalam kaitannya dengan krisis komunikasi, ada 2

(dua) falsafah dalam komunikasi yaitu :

a) Bersikap diam, tidak mengatakan sesuatu.

(36)

Kedua pendekatan tersebut ternyata dapat diaplikasikan dalam situasi

nyata dan berhasil, seperti yang dialami perusahaan Amerika Johnson dan

Gerber. Namun, beberapa ahli hubungan masyarakat (public relation)

menyarankan agar perusahaan menangkis rumor yang beredar dalam

masyarakat dengan cara menjelaskan apa yang menjadi masalahnya secara

tanpa ditutup-tutupi kepada public ( masyarakat umum ) dan para

karyawannya. Pada saat yang sama harus mencari sumber masalahnya dan

berusaha mengendalikannya.

Situasi krisis komunikasi yang dilakukan ada beberapa hal antara lain :

1. Siapkan tim yang terampil/cekatan dalam penanganan krisis

2. Usahakan agar manajemen puncak segera bertindak pada saat krisis

terjadi.

3. Ciptakan sebuah pusat informasi sebagai representasi perusahaan yang

dilengkapi dengan berbagai peralatan elektronik komunikasi.

4. Ceritakan suatu kejadian secara menyeluruh, terbuka, dan jujur. Jika

memang ada yang salah, segera mohon maaf.

5. Tunjukkan keseriusan perusahaan, bukan saja dalam pernyataan tetapi

juga dalam tindakan nyata.

F. Media Komunikasi

Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi

memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan

(37)

media yang dimaksud dalam hal ini adalah media antara pribadi dan media antar

kelompok.

1. Media Antar Pribadi

Media yang dapat digunakan untuk hubungan perorangan ( antar pribadi )

ialah kurir (utusan), surat dan telepon. Surat adalah media komunikasi antar

pribadi yang makin banyak digunakan, terutama dengan makin meningkatnya

sarana pers serta makin banyaknya penduduk yang dapat menulis dan

membaca. Media komunikasi antar pribadi lainnya ialah telepon, bukan saja

untuk kepentingan komunikasi yang bersifat pribadi, tetapi juga untuk

kepentingan bisnis dan pemerintah.

2. Media Kelompok

Media kelompok pada aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak

lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah

media kelompok, misalnya rapat, seminar dan konferensi

G. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi bagi organisasi adalah sebagai alat untuk mendorong

atau mempertinggi motivasi perantara dan sebagai sarana yang memungkinkan

suatu organisasi mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, pimpinan organisasi harus

dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua anggota organisasi agar

kegiatan organisasi tetap berjalan dengan lancar sehingga tujuannya dapat

tercapai.

(38)

Pengertian Efisiensi Kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu usaha

dengan hasil yang dicapai.

Efisiensi Kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang

dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang

ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya.

Menurut Miraza (2004 : 87) Efisiensi adalah Pemakaian biaya

ataupun bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen pada setiap aktivitas

usaha yang berjalan secara wajar. Komponen tersebut meliputi biaya, waktu dan

tenaga kerja. Sedangkan menurut Siagian (2003 : 113) Efisiensi Kerja adalah

Perbandingan yang negatif antara input dengan output, negatif karena sumber alat

dan Tenaga Kerja yang dipergunakan lebih kecil dari hasil yang diperoleh.

Artinya suatu pekerjaan/tugas dikatakan efisien dalam penyelenggaraannya

apabila input (pengorbanan yang dikeluarkan) lebih kecil dari hasil yang

diperoleh.

I. Pengukuran Efisiensi Kerja.

Terdapat 2 (dua) pedoman dalam pengukuran Efisiensi Kerja :

1. Jika 2 (dua) macam tindakan akan memberikan hasil yang sama dalam

rangka tujuan organisasi, maka salah satu harus dipilih yaitu yang

mengakibatkan pengeluaran biaya-biaya yang paling sedikit.

2. Jika 2 (dua) macam tindakan mengakibatkan pengeluaran biaya-biaya

yang sama, maka salah satu harus dipilih yaitu yang memberikan hasil

yang lebih banyak.

Menurut Gie (1997) terdapat 4 (empat) cara Pengukuran Efisiensi yang

(39)

1) Berpegang pada faktor “Waktu” yang konstan, kemudian mengukur

persentase hasil pekerjaan yang diselesaikan.

2) Berpegang pada faktor “Biaya” yang konstan kemudian mengukur

persentase hasil pekerjaan yang diselesaikan.

3) Berpegang pada faktor “Tenaga” yang konstan kemudian mengukur hasil

pekerjaan yang diselesaikan.

4) Menetapkan hasil pekerjaan yang diselesaikan, kemudian mengukur biaya

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

J. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efisiensi Kerja

Hasil yang dapat tercapai oleh suatu usaha tidaklah semata-mata

tergantung pada usaha itu. Untuk mencapai efisiensi dalam pekerjaan, masih

banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi disamping cara bekerja yang harus

diperhatikan.

Menurut Gie (1997 : 43), faktor-faktor yang mempengaruhi suatu

pekerjaan adalah :

1. Suasana kerja

2. Lingkungan tempat kerja

3. Desain Produk

4. Proses atau Produk

5. Perlengkapan

6. Alat-alat

7. Tata ruang tempat kerja

(40)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pekerjaan adalah :

1. Kecakapan para pekerja

2. Keinginan untuk bekerja

3. Organisasi intern dari perusahaan

4. Jenis bekerja

5. Susunan pekerjaan

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, jelaslah bahwa cara bekerja seorang

karyawan memberikan perbandingan yang terbaik antara usaha dan hasilnya,

karyawan dalam hal ini memegang peranan utama. Dengan demikian pada

akhirnya karyawanlah menentukan tercapainya efisien dalam pekerjaan. Untuk

melakukan peranan itu, setiap karyawan harus memenuhi persyaratan yang

diperlukan. Seorang karyawan tidak mungkin melaksanakan cara-cara bekerja

yang efisien kalau ia tidak memenuhi syarat-syarat tertentu yang diperlukan untuk

memilih cara-cara terbaik dalam berkomunikasi itu.

Menurut Gie (1997), ada 3 (tiga) syarat yang harus dimiliki seorang

karyawan untuk bekerja secara efisien yaitu :

1. Keinginan bekerja

2. Kemampuan bekerja

3. Kemahiran bekerja

Faktor lain untuk mencapai efisiensi kerja selain faktor ini, masih ada.

Faktor tersebut adalah faktor yang berhubungan dengan organisasi tempat kerja.

Suatu organisasi yang belum baik mengandung berbagai hal yang menimbulkan

(41)

yang tidak baik, pengelolaan yang kacau atau segi lainnya yang menunjukkan

struktur organisasi yang buruk.

Hasil kerja tidak semata-mata ditentukan oleh kerja. Hasil kerja dapat

menurun apabila dalam organisasi terdapat banyak faktor-faktor gangguan yang

menunjukkan struktur organisasi yang buruk.

K. Hubungan Komunikasi dengan Efisiensi Kerja

Setiap organisasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari merupakan

kesatuan yang kompleks yang berusaha mengalokasikan sumber daya yang secara

rasional dari tercapainya tujuan walaupun rasionalisasi yang sempurna jarang

tercapai, usaha mencapainya tetap merupakan ciri masyarakat modern. Pada

umumnya orang percaya bahwa makin rasional suatu organisasi, makin besar

upaya kegiatan yang mengarah kepada tujuan.

Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien apabila dengan pengorbanan

tertentu dapat memberikan hasil yang maksimal dibidang mutu maupun jumlah

satuan hasil. Jadi hasil maksimal didalam setiap pekerjaan, tergantung pada cara

kerja pegawai dengan gajinya/imbalan sebagai kewajibannya. Sistem imbalan

yang baik memerlukan usaha komunikasi yang efektif yang dilakukan pimpinan

terhadap para karyawannya untuk mencapai hasil yang optimal.

Uraian mengenai komunikasi yang efektif dalam kaitannya dengan

Efisiensi Kerja, maka kerja sama diantara semua anggota organisasi dari setiap

unit/ranting, hubungan yang baik antara para karyawan, dan pelaksanaan

(42)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya Perusahaan

Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah baru. Listrik mulai ada di

Wilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia (Jakarta sekarang), maka 30

tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun ditanah

pertapakan kantor PLN Cabang Medan, yang sekarang di jalan Listrik No. 12

Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM perusahaan swasta Belanda.

Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan

Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga (NV ANIWN), Berastagi dan

Tarutung (1929), Tanjung Balai tahun 1931 (milik Gemeenta – kota Praja),

Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).

Masa penjajahan Jepang hanya mengambil alih pengelolaan, perusahaan

listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan Mesin dan perluasan

jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera Utara,

Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerintahan

(43)

dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan listrik diseluruh

penjuru tanah air untuk pengambil-alihan perusahaan listrik dan diserahkan

kepada pemerintah RI dalam hal ini departemen Pekerjaan Umum.

PLN dalam mengenang peristiwa ambil alih itu, dengan penetapan

Pemerintah No.1 SD/45 ditetapkan tanggal 17 Oktober sebagai hari listrik.

Sejarah memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana semakin

memburuk dalam hubungan Indonesia-Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar

surat keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi

Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33

ayat (2) 1945. Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri

Perusahaan Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara (Wilayah Sumatera

Timur dan Tapanuli) yang mula-mula dikepalai oleh R. Sukarno (merangkap

Kepala di Aceh), tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN

berdiri dengan SK Menteri PUT No. 16/1/20 tanggal Mei 1961 maka organisasi

kelistrikan diubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau menjadi PLN

eksploitasi I.

BPU PLN tahun 1965 dibubarkan dengan peraturan Menteri PUT no.

9/PRT/64 dan dengan Peraturan Menteri no. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian

daerah kerja PLN menjadi 15 kesatuan Daerah Eksploitasi I. Sumatera Utara tetap

menjadi Eksploitasi I. Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I

Sumatera Utara tersebut maka dengan Keputusan Direksi PLN No. Keputusan

009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966,PLN eksploitasi I dibagi menjadi 4 cabang

dan satu sektor, yaitu cabang Medan, Binjai, Sibolga, Cabang Siantar

(44)

mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan

hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan dan

mendistribusikan tenaga listrik keseluruh wilayah Negara RI. Dalam surat

keputusan Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara dirubah menjadi

PLN Eksploitasi II Sumatera Utara. Kemudian menyusul peraturan pemerintah

PUTL No.013/PRT/75 yang merubah PLN Eksploitasi menjadi PLN wilayah.

PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.

Sesuai keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor

4564.K/702/M.PE/1993 tanggal 17 Desember 1994 telah dibentuk Tim

Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara menjadi PT (Persero)

Listrik Negara.

B. Stuktur dan Tugas Organisasi

Struktur organisasi merupakan alat bagi manajer untuk merealisasikan

tujuan perusahaan yang dipimpinnya. Oleh sebab itu struktur organisasi yang

digunakan akan sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai

tujuannya. Struktur organisasi yang dilaksanakan dapat menggambarkan secara

jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan kegiatan

perusahaan, serta sejauh mana wewenang, tanggung jawab setiap departemen,

baik kepada pimpinan maupun tanggung jawab kepada departemen lainnya.

PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara menggunakan struktur organisasi

garis dan staff ( Line and Staff Organization System ) dapat dilihat pada gambar

3.1. Bentuk organisasi garis dan staff ini pada umumnya dianut oleh organisasi

besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beragam

(45)

Tujuan pembentukan struktur organisasi adalah untuk pencapaian pola

hubungan kerja dan tanggung jawab organisasi dan tata kerja PT. PLN Wilayah

Sumatera Utara.

Berdasarkan Surat Keputusan Direktur PLN No. 018. K/023/DIR/1997

Gambar struktur organisasi PT. PLN Wilayah II Sumut adalah sebagai berikut :

DAN MULTIMEDIA SUB-SUB

(46)

Sumber : PT.PLN (Persero) Wilayah II Sumut

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut

Uraian tugas pokok dan tanggung jawab dari bagian-bagian pada struktur

organisasi tersebut adalah :

1. Pimpinan Wilayah

Pimpinan mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai

berikut:

a. Menjaga nama baik PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan

b. Memimpin, mengurus dan mengelola wilayah sesuai dengan tugas

pokoknya dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna hasil guna

dari wilayah.

c. Mewakili dan melaksanakan tindakan hukum dalam lingkungan PT. PLN

d. Mengusulkan dan melaksanakan rencana kerja dan anggaran yang

ditetapkan direksi PLN.

e. Melaksanakan kebijakan dalam mengurus wilayah yang telah digariskan

oleh direksi.

f. Menetapkan kebijakan wilayah sesuai dengan kebijakan umum yang telah

(47)

g. Menetapkan kebijakan Wilayah dibidang perencanaan pembangunan dan

pengusahaan sarana penyediaan tenaga listrik dan SDM

h. Menjaga agar laporan keuangan wilayah kerjanya tidak menimbulkan

kualifikasi bagi auditor.

i. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya dengan persetujuan Direksi

dalam rangka mengembangkan sarana penyediaan tenaga listrik.

2. Bidang Perencanaan

Bertanggung jawab atas tersusunnya Perencanaan Corporat, sistem

manajemen kinerja, Perencanaan investasi, dan pengembangan aplikasi sistem

informasi, serta upaya pencapaian sarana dan ketersediaan kerangka acuan

pelaksanaan kerja, untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang

efektif, efisien dengan tingkat mutu dan keandalan yang baik.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Perencanaan

mempunyai tugas :

a. Menyusun perencanaan umum wilayah :

1. PRTL ( Rencana Penyediaan Tenaga Listrik )

2. RJP ( Rencana Jangka Panjang )

3. RAKP ( Rencana Kinerja Anggaran Perusahaan ) bersama dengan

bidang-bidang terkait.

b. Rencana Pengembangan Sistem Ketenagalistrikan

(48)

2. Menyusun metode evaluasi kelayakan investasi dan melakukan

penelitian finansialnya.

c. Rencana Pengembangan Aplikasi

d. Standar Operasi Pemeliharaan (SOP) Pengelolahan Aplikasi :

1. Menyusun dan mengelola manajemen mutu

2. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik

3. Menyusun laporan manajemen dibidangnya.

3. Bidang Teknik

Bertanggung jawab atas tersusunnya stategi, standarisasi dan penerapan

sistem pengelolaan jaringan distribusi dan pembangkit serta manajemen

lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan serta upaya pencapaian sasaran

dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja, untuk mendukung upaya

pengusahaan tenaga listrik yang efektif, efisien dengan tingkat mutu dan

keandalan yang baik.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Teknik mempunyai

tugas

a. Strategi pengoperasian dan Pemeliharaan.

b. Standar Operasi dan pemeliharaan serta standar penerapan dan pengujian

peralatan.

c. Standar desain dan kriteria konstruksi.

d. Manajemen pengadaan dan perbekalan.

(49)

f. Ketentuan data induk jaringan distribusi.

g. Menyusun rencana kegiatan konstruksi dan administrasi pekerjaan serta

membina penerapannya.

h. Menyusun kebijakan dan membina manajemen lingkungan dan

keselamatan ketenagalistrikan.

i. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.

j. Menyusun dan mengelola manajemen mutu.

k. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

l. Menyusun laporan manajemen dibidangnya.

4. Bidang Niaga

Bertanggung jawab atas upaya pencapaian target pendapatan dari

penjualan tenaga listrik, pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada

kebutuhan pelanggan dan transaksi pembelian tenaga listrik yang memberi

nilai tambah bagi perusahaan, serta ketersediaan standar pelaksanaan kerja dan

tercapainya interaksi kerja yang baik antar unit-unit pelaksana.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Niaga mempunyai

tugas :

a. Menyusun :

1. Ketentuan dan strategi pemasaran

2. Rencana penjualan energi dan rencana pendapatan

b. Mengevaluasi harga jual energi listrik.

c. Menghitung penyediaan tenaga listrik.

d. Menegosiasikan harga jual beli tenaga listrik.

(50)

1. Strategi dan pengembangan pelayanan pelanggan

2. Standar dan proyek pelayanan

3. Ketentuan data induk pelanggan (DIL) dan data induk saldo (DIS)

4. Konsep kebijakan sistem informasi pelayanan pelanggan

f. Melakukan pengendalian DIS dan opname saldo piutang.

g. Mengkoordinasikan pelaksanaan penagihan kepada pelanggan tertentu

antara lain TNI/POLRI dan instansi vertikal.

h. Mengkaji pengolahan pencatatan meter dan menyusun rencana

penyempurnaannya.

i. Menyusun mekanisme interaksi antar unit pelaksana.

j. Menyusun rencana pengembangan usaha baru serta pengaturannya.

k. Menyusun usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.

l. Menyusun dan mengelola manajemen mutu.

m. Menerapkan tata kelola yang baik.

n. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.

5. Bidang Keuangan

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolahan anggaran dan

keuangan unit sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik,

pengelolaan pajak dan asuransi serta penyajian laporan keuangan dan

akuntansi yang akurat dan tepat waktu.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Keuangan mempunyai

tugas :

a. Menyusun kebijakan anggaran dan proyeksi keuangan perusahaan.

(51)

c. Mengendalikan anggaran pajak dan anggaran investasi

d. Mengendalikan aliran kas pendapatan.

e. Mengendalikan aliran kas pembiayaan.

f. Melakukan pengelolaan keuangan.

g. Melakukan analisis dan evaluasi laporan keuangan unit-unit.

h. Menyusun laporan keuangan konsolidasi.

i. Menyusun laporan rekonsiliasi keuangan

j. Mentusun dan mengendalikan kebijakan resiko dan penghapusan asset.

k. Melakukan pengelolaan pajak asuransi.

l. Membuat RKAP bersama bidang perencanaan dan bidang lainnya.

m. Menyusun dan mengelola manajemen mutu – menerapkan data kelola

perusahaan yang baik.

n. Menyusun laporan keuangan dibidangnya

6. Bidang Sumber Daya Manusia dan Administrasi

Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan manajer SDM dan

organisisasi, administrasi kepegawaian dan hubungan industrial, pengelolaan

kesekretariatan, komunikasi masyarakat dan hukum, dan pengelolaan

keamanan, sarana dan prasarana kantor serta pembinaan lingkungan untuk

mendukung kelancaran kerja organisasi.

Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Sumber Daya Manusia

dan Administrasi mempunyai tugas :

a. Mengelola :

1. Pengembangan organisasi dan manajemen

(52)

3. Manajemen SDM

4. Administrasi dan data kepegawaian

b. Membina hubungan industrial

c. Mengelola :

1. Sertifikat asset

2. Dokumentasi dan Perpustakaan

3. Administrasi kesekretariatan, protocol dan Rumah Tangga kantor

induk.

d. Mengelola :

1. Komunikasi kemasyarakatan dan pelanggan

2. Fasilitas dan prasarana kerja

3. Sistem keamanan dan pengamanan kantor

e. Mengelola program bina/peduli lingkungan.

f. Melakukan advokasi hukum dan peraturan-peraturan perusahaan.

g. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.

h. Menyusun dan mengelola manajemen mutu.

i. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

j. Menyusun laporan manajemen dibidangnya.

C. Kegiatan Usaha

Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah Sumatera Utara Medan

merupakan satu-satunya instansi yang dipercayakan oleh pemerintah untuk

membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik di Sumatera

(53)

Pelayanan/Pendistribusian tenaga listrik kepada masyarakat/konsumen/pelanggan

atau dengan kata lain sebagai pelayanan /pemasaran.

Perusahaan Listrik Negara, berdasarkan keputusan pemerintah No. 18

tahun 1972 dan diperbaiki pada peraturan pemerintah No. 54 tahun 1981 serta

dilanjutkan dengan peraturan pemerintah No. 17 tahun 1990 bertugas mengelola

kelistrikan dan mewujudkan Ketahanan Nasional bangsa Indonesia.

Berpedoman pada peraturan pemerintah tersebut, maka PT. PLN (Persero)

Wilayah II Sumatera Utara mempunyai tujuan adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan

merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.

2. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan

penyediaan tenaga listrik untuk menjalani kebutuhan masyarakat.

3. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik yang

belum dilaksanakan sektor swasta dan koperasi.

D. Mekanisme Komunikasi

Komunikasi yang digunakan PT. PLN Wilayah Sumut Medan adalah

berdasarkan semua aktivitas kerja dari setiap karyawan dengan atasan yang

mempunyai fungsi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Dengan demikian

kegiatan berjalan dengan lancar, berikatan atasan dengan bawahan, maupun antara

atasan satu unit kerja dengan unit kerja yang lainnya. Sehingga untuk

melaksanakan komunikasi yang efektif ( 2 arah ) diupayakan adanya saling tukar

(54)

Komunikasi pada PT. PLN Wilayah Sumut Medan, umumnya berjalan

lancar walaupun masih terasa kurang maksimal pada pelaksanaan kerja

sehari-hari. Secara vertikal komunikasi yang dilaksanakan dalam lingkup formal

menunjukkan bahwa komunikasi dari atasan kepada bawahan yang berupa

instruksi/perintah, pengarahan, informasi, nasehat/saran, koordinasi kerja dan

briefing pada waktu tertentu. Sedangkan dari bawahan kepada atasan berupa

laporan kerja secara periodik, gagasan, dan permintaan untuk pengambilan

keputusan yang tepat.

PT. PLN Wilayah Sumatera Utara Medan mengadakan pertemuan untuk

menerima laporan kerja dari setiap unit secara menyeluruh dan memberikan

informasi yang dibutuhkan apabila terdapat masalah. Pertemuan ini dilakukan

oleh unit kerja yang mempunyai masalah dalam pekerjaan yang dilaksanakan satu

kali dalam sebulan. Persentase ini dihadiri oleh seluruh unit kerja dan pimpinan

sebagai moderatornya. Pertemuan ini bertujuan untuk saling tukar informasi dari

satu cabang/unit kerja ke cabang/unit kerja lainnya sehingga diharapkan seluruh

karyawan dapat mengerti dan mengetahui apa yang menjadi tugas dan tanggung

jawab dari unit/cabang kerja lain serta hubungannya secara langsung maupun

tidak langsung dengan unit/cabang kerja yang menjadi bidangnya.

Kegiatan yang dilakukan di luar perusahaan dari aktivitas yang rutin

adalah pertemuan nonformal di luar perusahaan, yaitu berupa pembahasan

informasi-informasi teraktual yang dilakukan satu kali dalam dua bulan. Tujuan

utamanya adalah agar semua karyawan lebih mengerti akan beberapa aturan baru,

perkembangan perekonomian, dll yang berhubungan dengan perkembangan

(55)

pertemuan ini dibuat lebih santai dan bersifat kekeluargaan sehingga diharapkan

dapat menghilangkan rasa sungkan dalam berkomunikasi.

Mekanisme komunikasi yang terjalin pada PT. PLN Wilayah Sumut akan

menciptakan iklim kerja yang sehat dan dinamis, sehingga semua karyawan dapat

lebih mengerti apa dan bagaimana sebenarnya tugas dan tanggung jawab

perusahaan ini secara luas. Dengan demikian pada PT. PLN Wilayah Sumut

tercipta suatu mekanisme komunikasi yang nyata dan terlaksananya komunikasi

yang efektif untuk dapat meningkatkan Efisiensi Kerja setiap karyawan tentunya.

Komunikasi yang dilakukan oleh PT. PLN Wilayah Sumut antara lain

adalah:

1. Komunikasi Internal

Komunikasi Internal yang dilakukan melalui komunikasi personal/pribadi

yang dilakukan oleh dua orang dengan tatap muka langsung ataupun lewat

media, misalnya telepon, internet, faximile, dll. Selain itu komunikasi internal

juga dilakukan melalui komunikasi kelompok/group. Komunikasi ini terjadi

hanya pada lingkungan dalam perusahaan.

Komunikasi Internal tersebut dapat berupa :

a. Instruksi

Instruksi merupakan perintah yang dikeluarkan pimpinan untuk

dilaksanakan para karyawan dan harus mempunyai sasaran yang jelas.

b. Laporan Rutin

Laporan Rutin yaitu laporan pertanggung jawaban dari masing-masing

cabang/unit kerja kepada pimpinan, sampai sejauh mana tugas telah

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penjualan Tenaga Listrik
Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel
Tabel 1.3 Instrumen Skala Likert
Tabel 1.4 Populasi dan Sampel Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan dosis 25 gram mikoriza Glomus fasciculatum berpengaruh nyata dalam meningkatkan efisiensi serapan Pb pada tanaman dahlia serta

Analisis Regresi sederhana adalah bentuk regresi dengan model yang bertujuan untuk mempelajari hubungan antara dua variabel, yakni variabel dependen (terikat) dan

Adaptable building which is able to respond and adjust towards the changing needs throughout its life span maximizes the investment value of resources and energy used in

Di dalam peraturan pemerintah disebutkan bahwa Madrasah Aliyah adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan

[r]

[r]

penginapan hotel, karena dengan merasakan manfaat langsung yang didapat konsumen maka para konsumen akan lebih mengenal hotel Surabaya Plaza Hotel.. (SPH) lebih jauh dan

The analysis reveals that our sample of Indonesian coffee farmers prefer a certification scheme that offers a price premium, focuses on environmental conservation, offers price