UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM S-I EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI MEDAN
PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP EFISIENSI KERJA
KARYAWAN PADA PT. PLN ( PERSERO )
WILAYAH II CABANG MEDAN
SKRIPSI
OLEH
DESSY PANGGABEAN 050521195
DEPARTEMEN MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
ABSTRAK
Dessy Panggabean, (2008) “Pengaruh Komunikasi terhadap Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan”. Pembimbing, Dra. Lucy Anna, MS. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen.
Penguji 1, Dra. Friska Sipayung, M.Si dan Penguji 2, Drs. Liasta Ginting, M.Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komunikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan.
Metode analisis data yang digunakan adalah uji validitas dan reliabilitas, metode deskriptif, serta metode regresi sederhana.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah komunikasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan. Koefisien determinan (R2) yaitu dengan nilai 0,375 artinya variabel komunikasi berpengaruh terhadap efisiensi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan sebesar 37,5% dan sisanya sebesar 62,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat pada persamaan model.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat dan karuniaNYA yang luar biasa dan begitu melimpah
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan pada waktunya.
Selama menjalani masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara sampai kepada penulisan skripsi ini, Penulis banyak mendapatkan
saran dan kritik dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini izinkan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Taflu Ritonga, Mec. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi sebagai Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA. sebagai Sekretaris Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dra. Lucy Anna, MS sebagai Dosen pembimbing Penulis yang telah
meluangkan waktu dan memberikan banyak sumbangan pikiran dalam proses
membimbing dan memberikan arahan selama proses penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Friska Sipayung, Msi sebagai Dosen Penguji I Penulis yang telah
meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Liasta Ginting, Msi sebagai Dosen Penguji II Penulis yang telah
memberikan arahan dan masukan bagi penulis.
7. Seluruh Dosen dan staff Pengajar serta pegawai di Fakultas Ekonomi
8. Seluruh Pegawai Kantor Pusat PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan,
khususnya di bagian Sumber Daya Manusia dan Administrasi yang telah
banyak membantu Penulis.
9. Orang tua tersayang Drs. M. Panggabean dan J. Pasaribu yang telah
memberikan cinta dan kasih sayang serta membesarkan dan membimbing
sehingga Penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.
10.Abang dan Adik-adik Penulis tersayang Martua Panggabean, SP, Henny Panggabean, S.si dan Putry Panggabean yang telah banyak
memberikan nasehat, dorongan, serta bantuan sehingga Penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan.
11.My Special Friend Deddy, drg yang telah memberikan dukungan dalam
penulisan skripsi ini dan sahabat-sahabat Penulis Ekiz, Vina, Sabrina, Kak
Ayu, Kak Dinawati, Kak Ervina Dinauli, Lucy, Dewi (Nduth), Ratih serta
Teman-Teman Penulis lainnya di Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen
program S1 Extension, khususnya stambuk 2005 yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, masih
banyak kekurangan baik isi maupun penyajiannya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, September 2008
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……… i
KATA PENGANTAR ………... ii
DAFTAR ISI ……… iv
DAFTAR TABEL ……… vii
DAFTAR GAMBAR ………... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….………... 1
B. Perumusan Masalah ………... 4
C. Kerangka Konseptual ………... 4
D. Hipotesis ………... 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………... 4
F. Metode Penelitian ……….. 5
1. Batasan Operasional ……….… 6
2. Defenisi Operasional Variabel ………... 6
3. Skala Pengukuran Variabel ……….. 8
4. Lokasi dan Waktu Penelitian ………... 9
5. Populasi dan Sampel ………... 9
6. Jenis dan Sumber Data ………... 10
7. Teknik Pengumpulan Data ……….. 11
8. Metode Analisis Data ………... 12
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu………... 15
C. Proses Komunikasi………. 17
D. Jenis Komunikasi……… 20
E. Mengelola Komunikasi ………. 24
F. Media Komunikasi ……… 27
G. Tujuan Komunikasi ………... 28
H. Efisiensi Kerja……….... 28
I. Pengukuran Efisiensi Kerja………. 29
J. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Kerja .. 30
K. Hubungan Komunikasi dengan Efisiensi Kerja ……. 32
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan ……….. 33
B. Struktur organisasi ………. 35
C. Kegiatan Usaha ……….. 43
D. Mekanisme Komunikasi ……… 44
E. Hambatan Dalam Pelaksanaan Komunikasi ………. 47
F. Efisiensi Kerja Karyawan Pada PT. PLN …………. 49
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Deskriptif ……… 51
B. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ………... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1. Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PT. PLN (Persero)
Wilayah II SUMUT Tahun 2005 – 2007 ( Dalam Kwh)…… 3
Tabel 1.2. Operasionalisasi Variabel ………... 8
Tabel 1.3. Instrumen Skala Likert ………... 9
Tabel 1.4. Populasi dan Sampel Penelitian ……….. 10
Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ………. 51
Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir .... 52
Tabel 4.3. Karakteristik Responden berdasarkan Jabatan ………. 53
Tabel 4.4. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel-variabel .... 54
Tabel 4.5. Item – Total Statistics ... 55
Tabel 4.6. Uji Validitas Pernyataan ... 56
Tabel 4.7. Reliability Statistics ... 57
Tabel 4.8. Coefficients ... 58
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual ………. 5
Gambar 2.1. Proses Komunikasi ………. 19
Gambar 3.1. Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero )
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan faktor penting dalam menciptakan kerjasama
dalam suatu organisasi. Komunikasi yang baik adalah komunikasi dua arah yang
berlangsung apabila pengirim mendapatkan umpan balik tentang cara penerima
menangkap pesan yang telah dikirimkannya. Komunikasi yang efektif dapat
memudahkan penerimaan informasi yang tepat antara atasan dan bawahan dan
sebaliknya, sehingga memudahkan pencapaian tujuan organisasi.
Pimpinan atau manajer sangat besar peranannya dalam menciptakan
suasana yang komunikatif diantara sesama anggota organisasi maupun unit kerja
lainnya agar tujuan yang diinginkan dapat terlaksana dengan baik. Pencapaian
tujuan dan sasaran harus didukung oleh komunikasi yang efektif dan efisien agar
dapat membantu kerjasama dalam organisasi. Oleh karena itu diperlukan jalinan
partisipasi dan saling pengertian antara sesama anggota melalui komunikasi yang
terarah dengan baik.
Menurut Widjaja ( 2000:14 ) Komunikasi adalah saluran untuk memberi
dan menerima pengaruh mekanisme perubahan, alat untuk mendorong dan
mempertinggi motivasi, perantara antara sarana yang memungkinkan organisasi
untuk mencapai tujuannya. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan, tertulis
maupun dengan isyarat saja. Hal ini juga berhubungan dengan efisiensi kerja yang
baik, dimana adanya kesempatan bagi setiap karyawan berazaskan semangat kerja
dan tingginya dorongan sumber daya manusia untuk melakukan suatu pekerjaan
PT. PLN adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di sektor energi
listrik yang mempunyai misi untuk melayani kebutuhan energi listrik seluruh
masyarakat Indonesia dengan menyediakan sumber-sumber energi listrik seperti
PLTA, PLTD, PLTU dan PLTN. Energi listrik yang disediakan PLN diproduksi
dan didistribusikan sesuai permintaan Masyarakat. Oleh sebab itu, perkembangan
PLN sebagai Badan Usaha lebih difokuskan pada antisipasi perkembangan dan
peningkatan kebutuhan pasokan listrik masyarakat pada masa yang akan datang.
PT. PLN adalah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan kepada
seluruh masyarakat Indonesia. Adapun pelayanan yang diberikan PLN terhadap
pelanggannya adalah melayani pelanggan dalam pemasangan listrik baru,
perubahan daya, perubahan tarif, melayani pembayaran listrik dengan
menyediakan loket-loket pembayaran yang dikelola oleh PLN Wilayah II
Sumatera Utara Medan.
Media komunikasi merupakan salah satu alat pendukung yang digunakan
oleh PT. PLN Wilayah II Sumut dalam melaksanakan tugasnya melayani
masyarakat. Adapun media yang digunakan dapat berupa komputer, faximile dan
telepon, yang merupakan media yang paling banyak digunakan oleh PT. PLN
Wilayah II Sumut adalah telepon.
Efisiensi kerja karyawan suatu organisasi memegang peranan utama
dimana, pada akhirnya karyawanlah menentukan tercapainya efisiensi dalam
pekerjaan. Untuk dapat melakukan peranan itu, setiap karyawan harus memenuhi
persyaratan yang diperlukan. Efisiensi kerja yang maksimal dari karyawan amat
diperlukan di perusahaan ini mengingat pelayanan yang dihasilkan adalah berupa
diinginkan, komunikasi yang efektif antara atasan dengan bawahan sangat
diperlukan. Komunikasi juga dapat mempengaruhi kelangsungan hidup
perusahaan secara berkesinambungan karena menyangkut bagaimana atasan
memotivasi, memberi perintah dan memimpin karyawannya. Tabel 1.1
menunjukkan perkembangan jumlah penjualan tenaga listrik PT. PLN Wilayah II
Sumut tahun 2005-2007 yang makin meningkat setiap tahunnya.
Tabel 1.1
Jumlah Penjualan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) Wilayah II Sumut
Tahun 2005 – 2007
Tahun Jumlah Pelanggan (org) Penjualan (Kwh)
2005 1.874.971 295.175.107
2006 1.901.675 349.306.143
2007 1.985.225 331.796.051
Sumber : PT. PLN Wilayah II Sumut medan ( data diolah )
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari tahun 2005 sampai tahun 2007 jumlah
pelanggan meningkat setiap tahunnya. Tahun 2005 jumlah pelanggan sebesar
1.874.971 orang dengan total penjualan 295.175.107, tahun 2006 jumlah
pelanggan naik sebesar 1.901.675 orang dengan total penjualan 349.306.145 dan
tahun 2007 jumlah pelanggan sebesar 1.985.225 orang dengan total penjualan
331.796.051. Hal ini disebabkan karena adanya komunikasi yang efektif baik
kedalam maupun keluar perusahaan sehingga terjadi peningkatan efisiensi kerja
dari karyawan PT. PLN Wilayah II Sumut tersebut.
Mengingat pentingnya faktor komunikasi dalam membentuk dan
meningkatkan efisiensi kerja karyawan dan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh komunikasi yang sebenarnya terhadap efisiensi kerja karyawan di
judul : “PENGARUH KOMUNIKASI TERHADAP EFISIENSI KERJA
KARYAWAN PADA PT. PLN (PERSERO) WILAYAH II SUMATERA
UTARA MEDAN”
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Apakah Komunikasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumatera Utara Medan?”
C. Kerangka Konseptual
Komunikasi bertujuan memberikan instruksi, informasi, saran serta
penilaian kepada karyawan tentang tujuan dan kebijakan organisasi. Dari proses
ini diharapkan suatu pekerjaan yang telah direncanakan dengan baik dapat
tercapai dengan berazaskan Efisiensi Kerja.
Menurut Miraza (2004 : 113), efisiensi adalah pemakaian biaya ataupun
bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen pada setiap usaha yang
berjalan secara wajar. Komponen tersebut meliputi biaya, waktu dan tenaga kerja.
Berdasarkan uraian ini dibuat kerangka konseptual pada Gambar 1.1
sebagai berikut :
KOMUNIKASI ( X ) EFISIENSI KERJA ( Y )
- Tujuan komunikasi - Waktu
- Media Komunikasi - Biaya
- Pengelolaan Komunikasi - Metode Kerja - Delegasi Wewenang
Sumber : (Widjaya, 2000:14 ) dan (Miraza, 2004:113) (data diolah)
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perilaku atau keadaan
tertentu yang terjadi (Sugiono, 2003 : 68). Berdasarkan rumusan masalah ini,
dapat nyata bahwa hipotesis dalam penelitian ini adalah : “Komunikasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan pada
PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan”. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh komunikasi terhadap Efisiensi Kerja Karyawan pada PT. PLN
Wilayah II Sumatera Utara Medan.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
memperdalam pengetahuan penulis tentang komunikasi dan efisiensi
kerja karyawan suatu perusahaan atau organisasi.
b. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan untuk melakukan penyesuaian tentang
penerapan komunikasi guna terciptanya efisiensi kerja yang baik agar
tujuan perusahaan dapat tercapai.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Menjadi dasar penelitian selanjutnya yang dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan khususnya penelitian tentang komunikasi
F. Metode Penelitian
1. Batasan Operasional a. Variabel ( X ) : Komunikasi
Penelitian ini dibatasi pada komunikasi 2 (dua) arah dari atasan
kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan pada masing-masing
bagian pada PT. PLN Wilayah II Sumut Medan yang terdiri dari
Tujuan komunikasi, Media komunikasi, Pengelolaan komunikasi dan
Delegasi wewenang
b. Variabel ( Y ) : Efesiensi kerja
Penelitian ini hanya dibatasi pada efisiensi kerja karyawan pada
PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan.
2. Defenisi Operasional Variabel
a. Variabel Independent ( X ) : Komunikasi
Menurut ( Widjaya 2000:14 ) Komunikasi adalah proses
pemindahan atau penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan
oleh penyampaian pesan, dan ditujukan kepada penerima pesan.
Berdasarkan cara-cara pengukuran komunikasi yang sudah
diuraikan, maka beberapa indikator dari komunikasi yaitu :
1. Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah untuk melakukan dan menerima
pengaruh mekanisme perubahan yang memungkinkan suatu
2. Media Komunikasi
Media merupakan saluran komunikasi tempat berlalunya pesan
dari komunikator kepada komunikan.
3. Pengelolaan Komunikasi
Didalam pengelolaan komunikasi ada 2 (dua) hal yang
sangat penting yaitu bagaimana menangani pesan-pesan yang
bersifat rutin serta bagaimana menangani krisis komunikasi.
4. Delegasi wewenang
Delegasi wewenang adalah pelimpahan wewenang formal
dan tanggung jawab kepada seorang bawahan untuk
menyelesaikan aktivitas tertentu. Pendelegasian wewenang oleh
atasan kepada bawahan adalah perlu demi tercapainya efisiensi
kerja dari fungsi-fungsi dalam organisasi.
b. Variabel Dependen ( Y ) : Efisiensi Kerja
Menurut Miraza (2004 : 113), efisiensi adalah pemakaian biaya
ataupun bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen yang
meliputi biaya, waktu dan tenaga kerja pada setiap usaha yang berjalan
Defenisi variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 1.2
1. Tujuan Komunikasi ( sebagai alat, sebagai sarana dan sebagai fakor dalam meningkatkan Efisiensi Kerja perusahaan )
2. Media Komunikasi ( berupa telepon, komputer,seminar dan faksimile )
3. Pengelolaan Komunikasi ( menangani pesan-pesan bersifat rutin dan krisis komunikasi )
4. Delegasi Wewenang ( dari atasan kepada bawahan )
1. Waktu ( tepat waktu dan menghargai waktu )
2. Biaya ( sesuai standar operasional perusahaan )
3. Metode Kerja (sesuai dengan standar operasional, dengan team)
Skala likert
Sumber : Widjaya ( 2000 :14 ) dan Miraza ( 2004:113 ) (data diolah)
3. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran yang digunakan oleh penulis untuk mengetahui
masing-masing variabel X (komunikasi) dan variabel Y (Efisiensi Kerja) adalah dengan
menggunakan Skala Likert (Sugiono, 2003 : 86) sebagai alat untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji,
Bobot nilai yang diberikan oleh penulis terhadap setiap jawaban adalah
sebagai berikut:
Tabel 1.3
Instrumen Skala Likert
No Pertanyaan Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Kurang Setuju (KS) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju
(STS)
1
Sumber : Sugiono (2006 : 105)
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Penelitian ini dilaksanakan Pada PT. PLN (Persero) Wilayah II
Sumatra Utara Medan Jl. Kol. Yos Sudarso No. 284 Medan
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei 2008 sampai dengan
Agustus 2008
5. Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya
berupa orang, objek, transaksi dan kejadian dimana kita
tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian
(Kuncoro, 2003 : 113). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh karyawan tetap pada PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan
yang berjumlah 425 orang karyawan.
Sampel adalah sebagian populasi yang ditunjuk/dipilih untuk
metode stratified random sampling (sampel secara acak). Populasi dan
sampel dapat dilihat pada data Tabel 1.4 di bawah ini:
Tabel 1.4
Populasi dan Sampel Penelitian
Bagian Popolasi Sampel
Bagian Perencanaan 85 85 x 20% = 17
Bagian Teknik 70 70 x 20% = 14
Bagian Niaga ( Pengusahaan ) 80 80 x 20% = 16
Bagian Keuangan 85 85 x 20% = 17
Bagian SDM dan Administrasi 105 105 x 20% = 21
Jumlah 425 85
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut Medan (data diolah)
Menurut Arikunto (2004:94), yang berbunyi :
“Apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika sejumlah
subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau
lebih”. Dengan mempertimbangkan pendapat ini, maka peneliti
mengambil sampel sebanyak 20% dari 425 populasi sehingga sampel yang
diambil sebanyak 85 orang
6. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lokasi
melalui kuesioner dan wawancara kepada responden yang dilakukan
pada penelitian awal sampai selesai
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diusahakan sendiri
dari buku ilmiah mengenai komunikasi dan efisiensi kerja. Dari
metode ini diperoleh data-data dan bahan-bahan yang sifatnya teoritis.
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mempermudah perolehan
data dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu :
1. Wawancara
Merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data pada objek penelitian
dengan cara tanya jawab secara langsung. Tujuannya adalah untuk
mendukung data yang kurang jelas.
2. Kuesioner
Penyebaran daftar pertanyaan yang ditujukan kepada karyawan
yang telah ditetapkan menjadi responden, dalam hal ini para responden
diharapkan akan memberikan jawaban dari sejumlah pertanyaan yang
diajukan.
3. Studi Dokumentasi
Merupakan pengumpulan data dari buku-buku, jurnal, internet
dan sumber data lain yang berhubungan dengan penelitian.
8. Metode Analisis Data
a. Metode Analisis Deskriftif
Metode analisis deskriptif digunakan dalam penelitian ini
dengan mengumpulkan, mengolah, mengklasifikasikan dan
menginterprestasikan data penelitian sehingga diperoleh gambaran
b. Metode Analisis kuantitatif
1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Uji Validitas ini dilakukan untuk mengukur apakah data
yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang valid
dengan alat ukur yang digunakan ( kuesioner ). Kuesioner
dikatakan valid apabila instrument tersebut benar-benar mampu
mengukur besarnya nilai variabel yang diteliti (Sugiyono,
2006:146).
Uji validitas dilakukan dengan memberikan kuesioner yang
terdiri dari pertanyaan tentang penilaian komunikasi dan efisiensi
kerja.
Pengujian validitas dengan kriteria pengambilan keputusan :
Jika rhitung > rtabel
Jika r
maka pertanyaan tersebut valid
hitung < rtabel
Uji Reliabilitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur yang
digunakan ( kuesioner ) menunjukkan konsistensi didalam
mengukur gejala yang sama (Sugiyono, 2006:149). maka pertanyaan tersebut tidak valid
Kriteria pengambilan keputusan :
Jika ralpha positif dan > dari rtabel
Jika r
maka reliabel
alpha negatif dan < dari rtabel
2. Uji Regresi Linier Sederhana
maka tidak reliabel
Analisis regresi Linier sederhana digunakan untuk
komunikasi (X) terhadap Efisiensi Kerja Pegawai (Y) sebagai
variabel terikat.
Persamaan regresinya adalah sebagai berikut :
Y = a + bx + e Dimana : Y = Efisiensi Kerja
X = Komunikasi
a = konstanta
b = koefisien regresi
e = standar error
data diperoleh secara statistik dengan menggunakan alat
bantu Program SPSS versi 12,00 untuk kepentingan analisis dan
pengujian Instrument. Dalam penelitian ini data diuji dalam
beberapa tahap antara lain :
a. Uji t
Uji t, yaitu untuk membuktikan apakah hipotesis awal
tentang pengaruh komunikasi sebagai variabel bebas terhadap
Efisiensi kerja pegawai sebagai variabel terikatnya. Dengan
rumus hipotesis sebagai berikut :
H0 : b1
H
= 0 artinya tidak dapat pengaruh yang positif
dan signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat
(Y).
a : b1 ≠ 0 artinya terdapat pengaruh yang positif dan
Kriteria Pengambilan Keputusannya yaitu :
H0 diterima jika thitung > ttabel
H
pada α = 5%
a diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%
b. Identifikasi Determinan ( R² )
Determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar
kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika
determinan (R2) semakin besar atau mendekati satu, maka
dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (x) adalah
besar terhadap variabel terikat (y). Hal ini berarti model yang
digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel
bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika
determinan (R2) semakin kecil. Hal ini berarti model yang
digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian terdahulu
1. Penelitian oleh Pagit Rima. T (2007), dengan judul : “Pengaruh
komunikasi terhadap kinerja karyawan pada PT. TWINS SUKSES
ABADI”. Menurut penelitiannya bahwa sistem komunikasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan sebesar 31,8 %. Artinya
bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh komunikasi sebesar 31,8%,
sedangkan sisanya sebesar 68,2% dipengaruhi oleh faktor lain.
2. Penelitian oleh Helga (2005), dengan judul : “Pengaruh sistem komunikasi
terhadap terhadap efisiensi kerja karyawan PT. Swarma Sarana
Informatika Medan”. Menurut penelitiannya bahwa komunikasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi kerja karyawan
sebesar 22,2%. Artinya bahwa efisiensi kerja karyawan dipengaruhi oleh
komunikasi sebesar 22,2%, sedangkan sisanya sebesar 77,8% dipengaruhi
oleh faktor lain.
B. Pengertian dan Pentingnya Komunikasi
Pentingnya atau defenisi komunikasi adalah bermacam-macam,
sebagaimana yang dikemukakan masing-masing orang. Namun apa yang
dikemukakan tersebut hanyalah untuk memberikan batasan terhadap apa yang
Menurut Wiryanto (2004:9) Komunikasi adalah proses pemindahan
pengertian dalam bentuk gagasan atau informal dari seseorang ke orang lain.
Perpindahan pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang
digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus
vokal dan sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan tidak hanya
transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan menerimanya
sangat tergantung pada ketrampilan-ketrampilan tertentu ( membaca, menulis,
mendengar, berbicara dan lain-lain ) untuk membuat sukses pertukaran informasi.
Sedangkan menurut Widjaya (2000:1), komunikasi pada umumnya diartikan
sebagai hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah
hubungan atau dapat diartikan sebagai sarana tukar menukar pendapat atau
sebagai kontak antara manusia secara individu ataupun sekelompok.
Berdasarkan defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
sebagai suatu proses dimana orang-orang bermaksud memberikan
pengertian-pengertian melalui pengiriman berita secara simbolis, dapat menghubungkan para
anggota berbagai satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda-beda
pula, sehingga sering disebut Rantai Pertukaran Informasi.
Konsep ini mempunyai unsur-unsur :
1. Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti
2. Suatu sarana pengaliran informasi, dan
3. Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu
Adapun arti penting komunikasi bagi perusahaan adalah sebagai saluran
untuk mendorong atau mempertinggi motivasi perantara dan sebagai sarana yang
perusahaan harus dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua anggota
organisasi agar kegiatan perusahaan tetap berjalan dengan lancar sehingga
tujuannya dapat tercapai.
Komunikasi berperan penting dalam memperlancar kegiatan perusahaan,
hal ini dapat terlihat dari beberapa hal berikut :
1. Dengan komunikasi fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat tercapai.
2. Meningkatkan kegairahan dan motivasi kerja.
3. Dengan menggunakan komunikasi sebagai alat koordinasi dan pengendalian
para pimpinan dapat mengetahui keadaan dari bidang yang menjadi tugasnya.
4. Menimbulkan rasa kesetiakawanan dan loyalitas antara bawahan dengan
atasan, bawahan dengan bawahan, dan atasan antar atasan karena pengawasan
yang jelas dan mantap.
5. Dengan komunikasi semua bagian organisasi dapat mengetahui kebijakan,
peraturan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pimpinan.
C. Proses Komunikasi
Komunikasi memiliki 6 (enam) tahapan yaitu :
1. Pengiriman mempunyai suatu idea atau gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim
pesan harus menyiapkan idea tau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada
pihak lain. Ide diperoleh dari berbagai sumber, ide-ide yang ada didalam benak
pengirim disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada didalam pikiran
penyerapan berbagai informasi dan pengalaman yang berbeda-beda dari setiap
individu.
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau
dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara
sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal yaitu subjek (apa
yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), penerima pesan, gaya personal dan
latar belakang budaya.
3. Pengirim menyampaikan Pesan
Setelah mengubah ide – ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah
memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada
kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada juga yang cukup
panjang, hal ini akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Oleh
karena itu, perlu diperhatikan jenis atau sifat pesan yang akan disampaikan.
4. Penerima menerima pesan
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi bila pengirim
mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan tersebut. Jika seseorang
mengirim sepucuk surat, komunikasi baru bisa terjalin bila penerima surat telah
membaca dan memahami isinya.
Setelah penerima menerima pesan, tahap berikutnya adalah bagaimana ia dapat
menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah
dimengerti dan tersimpan didalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya
suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila penerima pesan telah
memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan.
6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik ke pengirim
setelah menerima pesan, penerima akan memberi tanggapan dengan cara
tertentu dan memberi sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang
diberikan oleh penerima pesan beraneka ragam, hal ini tergantung dari
pesan yang diterimanya. Umpan balik memegang peranan penting dalam
proses komunikasi, karena ia memberi kemungkinan bagi pengirim untuk
menilai efektivitas suatu pesan. Disamping itu, adanya umpan balik dapat
menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat komunikasi, misalnya
perbedaan latar belakang, perbedaan penafsiran kata-kata dan perbedaan
reaksi secara emosional.
Proses Komunikasi dapat digambarkan sebagai Gambar 2.1 berikut :
Tahap 1 Tahap 6
Pengirim Penerima mengirim
Mempunyai gagasan Ide Pesan
SALURAN
Tahap 2 dan Tahap 5
Pengirim mengubah MEDIA Penerima
Ide menjadi Pesan Menafsirkan pesan
Tahap 3 Tahap 4
Pengirim Penerima
Sumber : Purwanto ( 2006 : 12 ) (data diolah) Gambar 2.1 Proses Komunikasi
D. Jenis Komunikasi
Sistem komunikasi yang dianut oleh perusahaan dalam menjalankan arus
komunikasi tergantung dari kompleksitas lingkup kerja dari organisasi tersebut,
pengertian sistem adalah sebagai suatu keseluruhan komponen/bagian yang saling
berinteraksi sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk
mencapai komunitas yang efektif dan efisien. Sistem komunikasi yang dianut oleh
organisasi akan langsung mempengaruhi tipe atau jenis komunikasi. Berdasarkan
hal ini sistem komunikasi bergantung pada struktur organisasi dan mekanisme
koordinasi.
Menurut Purwanto (2006) ada beberapa bentuk komunikasi yang lazim
digunakan yaitu :
1. Komunikasi Verbal
Saluran Komunikasi Verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak
lain melalui tulisan maupun lisan. Bentuk komunikasi ini memiliki struktur
yang teratur dan terorganisir dengan baik. Melalui komunikasi lisan dan
tulisan diharapkan orang dapat memahami apa yang disampaikan oleh
pengirim pesan dengan baik. Penyampaian suatu pesan melalui tulisan dan
lisan memiliki suatu harapan bahwa seseorang akan dapat membaca dapat
mendengar apa yang dikatakan pihak lain dengan baik dan benar.
Secara umum, untuk mengirimkan pesan-pesan, orang lebih senang
berbicara daripada menulis suatu pesan. Alasannya, komunikasi lisan relatif
demikian, bukan berarti bahwa komunikasi tulisan tidak penting. Karena tidak
semua hal bisa disampaikan secara lisan. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan mendengar dan memahami yang relatif lemah atau kurang baik
dari masing-masing orang.
Kaitannya dengan ketrampilan membaca, seseorang sering mengalami
kesulitan dalam mengambil pesan-pesan penting dari suatu bacaan. Meskipun
mendengar dan membaca adalah hal yang berbeda, keduanya memerlukan
pendekatan yang serupa. Secara sederhana, transformasi informasi dari
manajer dalam semua level bawahan merupakan komunikasi dari atas ke
bawah.
2. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi Nonverbal memiliki sifat yang kurang terstruktur yang
membuat komunikasi nonverbal sulit untuk dipelajari. Jenis komunikasi
informal adalah gerak isyarat-isyarat tertentu, komunikasi ini lebih bersifat
spontan misalnya seseorang akan menggelengkan kepala apabila ia merasa
tidak setuju.
Komunikasi nonverbal memiliki kebaikan yaitu kesahihannya dalam hal
ini dikaitkan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kebenaran
pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa isyarat. Secara
umum, orang akan mudah menipu orang lain dengan menggunakan kata-kata
daripada menggunakan gerakan tubuh (bahasa isyarat). Hal ini disebabkan
oleh sifat komunikasi yang lebih spontan. Komunikasi nonverbal dapat
disampaikan tanpa harus berfikir panjang dan pihak pendengar juga dapat
3. Komunikasi dari Atas ke Bawah
Komunikasi dari atas ke bawah (down communication) dimulai dari
Manajemen Puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan –
tingkatan manajemen sampai ke karyawan lain bagian bawah. Maksud utama
komunikasi ke bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi,
nasehat/saran dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi
kepada para anggotan organisasi tentang tujuan dan kebijakan organisasi.
Pesan atau berita ke bawah dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan
biasanya disampaikan melalui memo, laporan atau dokumen lainnya, bulletin,
pertemuan atau rapat, dan percakapan serta melalui interaksi orang per orang
atau kelompok kecil. Salah satu kelemahan saluran komunikasi ini adalah
kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting yang
ditujukan ke para bawahannya. Dengan kata lain, informasi yang diterima para
bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya.
4. Komunikasi dari Bawah ke Atas
Komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up atau upward
communications) berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah
(karyawan) menuju ke atas (manajer). Pesan yang ingin disampaikan
mula-mula berasal dari para karyawan yang selanjutnya disampaikan ke jalur yang
lebih tinggi, yaitu ke bagian pabrik, ke manajer produksi, dan akhirnya ke
manajer umum.
Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari bawah ke atas, para
informasi apa pun dari bawahan tidak akan bermanfaat karena yang muncul
hanyalah rasa curiga dan ketidakpercayaan terhadap informasi tersebut.
5. Komunikasi Lateral atau Horizontal
Komunikasi horizontal atau sering disebut komunikasi lateral adalah
komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi
sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal adalah
untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan kedudukan
sejajar.
Bentuk komunikasi ini pada dasarnya bersifat koordinatif, dan
merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Komunikasi ini dirancang
guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi
horizontal selain membantu koordinasi kegiatan-kegiatan horizontal, juga
menghindarkan prosedur pemecahan masalah yang lambat.
6. Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal (diagonal communications) melibatkan
komunikasi antara dua tingkat (level) organisasi yang berbeda.
Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya
adalah :
a. Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat ketimbang bentuk
komunikasi tradisional.
b. Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut
membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.
Komunikasi diagonal ini juga memiliki kelemahan. Salah satu
komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Di samping itu, komunikasi
diagonal dalam organisasi besar juga sulit untuk dikendalikan secara efektif.
E. Mengelola Komunikasi
Menurut Purwanto (2006 : 46) ada 2 (dua) hal dalam mengelola
komunikasi, pertama : bagaimana menangani pesan-pesan yang bersifat rutin,
kedua : bagaimana menangani krisis komunikasi, penjelasan dan hal tersebut
disajikan berikut ini :
1. Penanganan Pesan-pesan Rutin
Volume pesan-pesan (tertulis) pada umumnya dalam organisasi besar lebih
banyak dari pada dalam organisasi berskala kecil, tetapi semua organisasi
memusatkan perhatiannya pada bagaimana memaksimumkan manfaat (benefit)
dan kegiatan komunikasi dengan biaya (cost) tertentu. Untuk dapat
memaksimumkan manfaat dan meminimumkan biaya tersebut, seseorang manajer
perlu memperhatikan berbagai hal berikut :
a) Mengurangi Jumlah Pesan
Arus pesan dalam suatu organisasi yang disampaikan secara lisan
maupun tertulis perlu dikelola dengan baik. Dalam hal ini, seorang manajer
perlu menentukan skala prioritas pesan. Untuk membuat suatu halaman surat
diperlukan waktu dan sumber-sumber (uang/bahan, waktu, tenaga). Organisasi
juga perlu menghitung berapa rata-rata biaya yang diperlukan untuk mencatat,
mengetik, mengedit, dan mengirimkan surat serta berapa lama sebuah surat
tertulis, sepucuk surat hanya akan menambah beban informasi yang akan
disampaiakan, maka lebih baik pesan disampaikan dengan cara lain, seperti
lewat telepon atau tatap muka.
b) Instruksi yang Jelas
Kesalahan yang menyebabkan macetnya komunikasi, dapat dibebankan
kepada setiap orang dalam organisasi. Namun dalam hal ini seorang manajer
mempunyai tanggung jawab khusus untuk membuat setiap orang dalam
organisasi tahu apa yang harus dilakukan. Orang-orang yang bertujuan
melakukan komunikasi (komunikator) sudah seharusnya memahami
kebutuhan dan tujuan organisasi secara keseluruhan, sehingga ia dapat
menghindarkan dirinya dari kesalahan memberi instruksi.
Manajer yang sekaligus sebagai komunikator juga perlu selalu mencari
kejelasan suatu pesan, karena kebutuhan perusahaan yang terus berkembang
secara dinamis mempengaruhi arti setiap pesan. Di samping itu, manajer juga
seharusnya tetap berkomunikasi dengan stafnya secara keseluruhan, untuk
menjaga hubungan dengan anggota staf, dan untuk memberikan umpan balik
(feedback) terhadap perkembangan suatu pesan.
c) Mendelegasikan Tanggung Jawab
Tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai bila manajer
mempunyai kepercayaan bahwa orang lain dapat menyelesaikan pekerjaan
yang dibebankan kepada mereka. Hal ini penting karena seorang manajer
harus mendelegasikan beberapa pekerjaan komunikasi kepada orang lain.
dengan gayanya sendiri tentu akan merepotkan semua pihak dalam suatu
organisasi.
d) Melatih Petugas
Suatu organisasi dianjurkan untuk menyelenggarakan pelatihan
keterampilan berkomunikasi bagi orang-orang yang pekerjaan/tugasnya
berhubungan erat dengan masalah komunikasi. Pelatihan ini mencakup paling
tidak preferensi gaya organisasi dan falsafah-falsafah komunikasi.
Komunikator juga perlu meningkatkan dan memperlancar kemampuan
berbahasa dan keterampilan presentasinya, sehingga komunikasi bisa menjadi
lebih baik dan lancar.
2. Penanganan Krisis Komunikasi
Mengelola arus pesan-pesan bisnis dari hari ke hari adalah suatu hal
yang biasa. Tetapi tes keterampilan komunikasi yang sebenarnya adalah pada
saat munculnya krisis komunikasi dalam suatu organisasi. Semakin besar
tantangan atau resiko yang harus dihadapi, semakin tinggi tingkat kemampuan
dan keterampilan yang dibutuhkan.
Krisis komunikasi ini merupakan suatu ajang uji coba keterampilan
yang cukup menantang. Dalam kaitannya dengan krisis komunikasi, ada 2
(dua) falsafah dalam komunikasi yaitu :
a) Bersikap diam, tidak mengatakan sesuatu.
Kedua pendekatan tersebut ternyata dapat diaplikasikan dalam situasi
nyata dan berhasil, seperti yang dialami perusahaan Amerika Johnson dan
Gerber. Namun, beberapa ahli hubungan masyarakat (public relation)
menyarankan agar perusahaan menangkis rumor yang beredar dalam
masyarakat dengan cara menjelaskan apa yang menjadi masalahnya secara
tanpa ditutup-tutupi kepada public ( masyarakat umum ) dan para
karyawannya. Pada saat yang sama harus mencari sumber masalahnya dan
berusaha mengendalikannya.
Situasi krisis komunikasi yang dilakukan ada beberapa hal antara lain :
1. Siapkan tim yang terampil/cekatan dalam penanganan krisis
2. Usahakan agar manajemen puncak segera bertindak pada saat krisis
terjadi.
3. Ciptakan sebuah pusat informasi sebagai representasi perusahaan yang
dilengkapi dengan berbagai peralatan elektronik komunikasi.
4. Ceritakan suatu kejadian secara menyeluruh, terbuka, dan jujur. Jika
memang ada yang salah, segera mohon maaf.
5. Tunjukkan keseriusan perusahaan, bukan saja dalam pernyataan tetapi
juga dalam tindakan nyata.
F. Media Komunikasi
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi
memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, media yang paling dominan
media yang dimaksud dalam hal ini adalah media antara pribadi dan media antar
kelompok.
1. Media Antar Pribadi
Media yang dapat digunakan untuk hubungan perorangan ( antar pribadi )
ialah kurir (utusan), surat dan telepon. Surat adalah media komunikasi antar
pribadi yang makin banyak digunakan, terutama dengan makin meningkatnya
sarana pers serta makin banyaknya penduduk yang dapat menulis dan
membaca. Media komunikasi antar pribadi lainnya ialah telepon, bukan saja
untuk kepentingan komunikasi yang bersifat pribadi, tetapi juga untuk
kepentingan bisnis dan pemerintah.
2. Media Kelompok
Media kelompok pada aktivitas komunikasi yang melibatkan khalayak
lebih dari 15 orang, maka media komunikasi yang banyak digunakan adalah
media kelompok, misalnya rapat, seminar dan konferensi
G. Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi bagi organisasi adalah sebagai alat untuk mendorong
atau mempertinggi motivasi perantara dan sebagai sarana yang memungkinkan
suatu organisasi mencapai tujuannya. Oleh sebab itu, pimpinan organisasi harus
dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua anggota organisasi agar
kegiatan organisasi tetap berjalan dengan lancar sehingga tujuannya dapat
tercapai.
Pengertian Efisiensi Kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu usaha
dengan hasil yang dicapai.
Efisiensi Kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu pekerjaan yang
dilakukan dengan hasil yang dicapai oleh pekerjaan tersebut sesuai dengan yang
ditargetkan baik dalam hal mutu maupun hasilnya.
Menurut Miraza (2004 : 87) Efisiensi adalah Pemakaian biaya
ataupun bentuk pengorbanan lainnya dari setiap komponen pada setiap aktivitas
usaha yang berjalan secara wajar. Komponen tersebut meliputi biaya, waktu dan
tenaga kerja. Sedangkan menurut Siagian (2003 : 113) Efisiensi Kerja adalah
Perbandingan yang negatif antara input dengan output, negatif karena sumber alat
dan Tenaga Kerja yang dipergunakan lebih kecil dari hasil yang diperoleh.
Artinya suatu pekerjaan/tugas dikatakan efisien dalam penyelenggaraannya
apabila input (pengorbanan yang dikeluarkan) lebih kecil dari hasil yang
diperoleh.
I. Pengukuran Efisiensi Kerja.
Terdapat 2 (dua) pedoman dalam pengukuran Efisiensi Kerja :
1. Jika 2 (dua) macam tindakan akan memberikan hasil yang sama dalam
rangka tujuan organisasi, maka salah satu harus dipilih yaitu yang
mengakibatkan pengeluaran biaya-biaya yang paling sedikit.
2. Jika 2 (dua) macam tindakan mengakibatkan pengeluaran biaya-biaya
yang sama, maka salah satu harus dipilih yaitu yang memberikan hasil
yang lebih banyak.
Menurut Gie (1997) terdapat 4 (empat) cara Pengukuran Efisiensi yang
1) Berpegang pada faktor “Waktu” yang konstan, kemudian mengukur
persentase hasil pekerjaan yang diselesaikan.
2) Berpegang pada faktor “Biaya” yang konstan kemudian mengukur
persentase hasil pekerjaan yang diselesaikan.
3) Berpegang pada faktor “Tenaga” yang konstan kemudian mengukur hasil
pekerjaan yang diselesaikan.
4) Menetapkan hasil pekerjaan yang diselesaikan, kemudian mengukur biaya
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
J. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efisiensi Kerja
Hasil yang dapat tercapai oleh suatu usaha tidaklah semata-mata
tergantung pada usaha itu. Untuk mencapai efisiensi dalam pekerjaan, masih
banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi disamping cara bekerja yang harus
diperhatikan.
Menurut Gie (1997 : 43), faktor-faktor yang mempengaruhi suatu
pekerjaan adalah :
1. Suasana kerja
2. Lingkungan tempat kerja
3. Desain Produk
4. Proses atau Produk
5. Perlengkapan
6. Alat-alat
7. Tata ruang tempat kerja
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pekerjaan adalah :
1. Kecakapan para pekerja
2. Keinginan untuk bekerja
3. Organisasi intern dari perusahaan
4. Jenis bekerja
5. Susunan pekerjaan
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, jelaslah bahwa cara bekerja seorang
karyawan memberikan perbandingan yang terbaik antara usaha dan hasilnya,
karyawan dalam hal ini memegang peranan utama. Dengan demikian pada
akhirnya karyawanlah menentukan tercapainya efisien dalam pekerjaan. Untuk
melakukan peranan itu, setiap karyawan harus memenuhi persyaratan yang
diperlukan. Seorang karyawan tidak mungkin melaksanakan cara-cara bekerja
yang efisien kalau ia tidak memenuhi syarat-syarat tertentu yang diperlukan untuk
memilih cara-cara terbaik dalam berkomunikasi itu.
Menurut Gie (1997), ada 3 (tiga) syarat yang harus dimiliki seorang
karyawan untuk bekerja secara efisien yaitu :
1. Keinginan bekerja
2. Kemampuan bekerja
3. Kemahiran bekerja
Faktor lain untuk mencapai efisiensi kerja selain faktor ini, masih ada.
Faktor tersebut adalah faktor yang berhubungan dengan organisasi tempat kerja.
Suatu organisasi yang belum baik mengandung berbagai hal yang menimbulkan
yang tidak baik, pengelolaan yang kacau atau segi lainnya yang menunjukkan
struktur organisasi yang buruk.
Hasil kerja tidak semata-mata ditentukan oleh kerja. Hasil kerja dapat
menurun apabila dalam organisasi terdapat banyak faktor-faktor gangguan yang
menunjukkan struktur organisasi yang buruk.
K. Hubungan Komunikasi dengan Efisiensi Kerja
Setiap organisasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari merupakan
kesatuan yang kompleks yang berusaha mengalokasikan sumber daya yang secara
rasional dari tercapainya tujuan walaupun rasionalisasi yang sempurna jarang
tercapai, usaha mencapainya tetap merupakan ciri masyarakat modern. Pada
umumnya orang percaya bahwa makin rasional suatu organisasi, makin besar
upaya kegiatan yang mengarah kepada tujuan.
Suatu pekerjaan dapat dikatakan efisien apabila dengan pengorbanan
tertentu dapat memberikan hasil yang maksimal dibidang mutu maupun jumlah
satuan hasil. Jadi hasil maksimal didalam setiap pekerjaan, tergantung pada cara
kerja pegawai dengan gajinya/imbalan sebagai kewajibannya. Sistem imbalan
yang baik memerlukan usaha komunikasi yang efektif yang dilakukan pimpinan
terhadap para karyawannya untuk mencapai hasil yang optimal.
Uraian mengenai komunikasi yang efektif dalam kaitannya dengan
Efisiensi Kerja, maka kerja sama diantara semua anggota organisasi dari setiap
unit/ranting, hubungan yang baik antara para karyawan, dan pelaksanaan
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Berdirinya Perusahaan
Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah baru. Listrik mulai ada di
Wilayah Indonesia tahun 1893 di daerah Batavia (Jakarta sekarang), maka 30
tahun kemudian (1923) listrik mulai ada di Medan. Sentralnya dibangun ditanah
pertapakan kantor PLN Cabang Medan, yang sekarang di jalan Listrik No. 12
Medan, dibangun oleh NV NIGEM/OGEM perusahaan swasta Belanda.
Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan
Brandan (1924), Tebing Tinggi (1927), Sibolga (NV ANIWN), Berastagi dan
Tarutung (1929), Tanjung Balai tahun 1931 (milik Gemeenta – kota Praja),
Labuhan Bilik (1936) dan Tanjung Tiram (1937).
Masa penjajahan Jepang hanya mengambil alih pengelolaan, perusahaan
listrik milik swasta Belanda tanpa mengadakan penambahan Mesin dan perluasan
jaringan. Daerah kerjanya dibagi menjadi Perusahaan Listrik Sumatera Utara,
Perusahaan Listrik Jawa dan seterusnya sesuai struktur organisasi pemerintahan
dikumandangkanlah Kesatuan Aksi Karyawan Perusahaan listrik diseluruh
penjuru tanah air untuk pengambil-alihan perusahaan listrik dan diserahkan
kepada pemerintah RI dalam hal ini departemen Pekerjaan Umum.
PLN dalam mengenang peristiwa ambil alih itu, dengan penetapan
Pemerintah No.1 SD/45 ditetapkan tanggal 17 Oktober sebagai hari listrik.
Sejarah memang membuktikan kemudian bahwa dalam suasana semakin
memburuk dalam hubungan Indonesia-Belanda, tanggal 3 Oktober 1953 keluar
surat keputusan Presiden No. 163 yang memuat ketentuan Nasionalisasi
Perusahaan Listrik milik swasta Belanda sebagai bagian dari perwujudan pasal 33
ayat (2) 1945. Setelah aksi ambil alih itu, sejak tahun 1955 di Medan berdiri
Perusahaan Listrik Negara Distribusi Cabang Sumatera Utara (Wilayah Sumatera
Timur dan Tapanuli) yang mula-mula dikepalai oleh R. Sukarno (merangkap
Kepala di Aceh), tahun 1959 dikepalai oleh Ahmad Syaifullah. Setelah BPU PLN
berdiri dengan SK Menteri PUT No. 16/1/20 tanggal Mei 1961 maka organisasi
kelistrikan diubah. Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau menjadi PLN
eksploitasi I.
BPU PLN tahun 1965 dibubarkan dengan peraturan Menteri PUT no.
9/PRT/64 dan dengan Peraturan Menteri no. 1/PRT/65 ditetapkan pembagian
daerah kerja PLN menjadi 15 kesatuan Daerah Eksploitasi I. Sumatera Utara tetap
menjadi Eksploitasi I. Sebagai tindak lanjut dari pembentukan PLN Eksploitasi I
Sumatera Utara tersebut maka dengan Keputusan Direksi PLN No. Keputusan
009/DIRPLN/66 tanggal 14 April 1966,PLN eksploitasi I dibagi menjadi 4 cabang
dan satu sektor, yaitu cabang Medan, Binjai, Sibolga, Cabang Siantar
mempertegas kedudukan PLN sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dengan
hak, wewenang dan tanggung jawab membangkitkan, menyalurkan dan
mendistribusikan tenaga listrik keseluruh wilayah Negara RI. Dalam surat
keputusan Menteri tersebut PLN Eksploitasi I Sumatera Utara dirubah menjadi
PLN Eksploitasi II Sumatera Utara. Kemudian menyusul peraturan pemerintah
PUTL No.013/PRT/75 yang merubah PLN Eksploitasi menjadi PLN wilayah.
PLN Eksploitasi II menjadi PLN Wilayah II Sumatera Utara.
Sesuai keputusan Menteri Pertambangan dan Energi nomor
4564.K/702/M.PE/1993 tanggal 17 Desember 1994 telah dibentuk Tim
Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Listrik Negara menjadi PT (Persero)
Listrik Negara.
B. Stuktur dan Tugas Organisasi
Struktur organisasi merupakan alat bagi manajer untuk merealisasikan
tujuan perusahaan yang dipimpinnya. Oleh sebab itu struktur organisasi yang
digunakan akan sangat mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Struktur organisasi yang dilaksanakan dapat menggambarkan secara
jelas unsur-unsur yang membantu pimpinan dalam menjalankan kegiatan
perusahaan, serta sejauh mana wewenang, tanggung jawab setiap departemen,
baik kepada pimpinan maupun tanggung jawab kepada departemen lainnya.
PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara menggunakan struktur organisasi
garis dan staff ( Line and Staff Organization System ) dapat dilihat pada gambar
3.1. Bentuk organisasi garis dan staff ini pada umumnya dianut oleh organisasi
besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beragam
Tujuan pembentukan struktur organisasi adalah untuk pencapaian pola
hubungan kerja dan tanggung jawab organisasi dan tata kerja PT. PLN Wilayah
Sumatera Utara.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur PLN No. 018. K/023/DIR/1997
Gambar struktur organisasi PT. PLN Wilayah II Sumut adalah sebagai berikut :
DAN MULTIMEDIA SUB-SUB
Sumber : PT.PLN (Persero) Wilayah II Sumut
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Wilayah II Sumut
Uraian tugas pokok dan tanggung jawab dari bagian-bagian pada struktur
organisasi tersebut adalah :
1. Pimpinan Wilayah
Pimpinan mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab sebagai
berikut:
a. Menjaga nama baik PT. PLN Wilayah II Sumatera Utara Medan
b. Memimpin, mengurus dan mengelola wilayah sesuai dengan tugas
pokoknya dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna hasil guna
dari wilayah.
c. Mewakili dan melaksanakan tindakan hukum dalam lingkungan PT. PLN
d. Mengusulkan dan melaksanakan rencana kerja dan anggaran yang
ditetapkan direksi PLN.
e. Melaksanakan kebijakan dalam mengurus wilayah yang telah digariskan
oleh direksi.
f. Menetapkan kebijakan wilayah sesuai dengan kebijakan umum yang telah
g. Menetapkan kebijakan Wilayah dibidang perencanaan pembangunan dan
pengusahaan sarana penyediaan tenaga listrik dan SDM
h. Menjaga agar laporan keuangan wilayah kerjanya tidak menimbulkan
kualifikasi bagi auditor.
i. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya dengan persetujuan Direksi
dalam rangka mengembangkan sarana penyediaan tenaga listrik.
2. Bidang Perencanaan
Bertanggung jawab atas tersusunnya Perencanaan Corporat, sistem
manajemen kinerja, Perencanaan investasi, dan pengembangan aplikasi sistem
informasi, serta upaya pencapaian sarana dan ketersediaan kerangka acuan
pelaksanaan kerja, untuk mendukung upaya pengusahaan tenaga listrik yang
efektif, efisien dengan tingkat mutu dan keandalan yang baik.
Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Perencanaan
mempunyai tugas :
a. Menyusun perencanaan umum wilayah :
1. PRTL ( Rencana Penyediaan Tenaga Listrik )
2. RJP ( Rencana Jangka Panjang )
3. RAKP ( Rencana Kinerja Anggaran Perusahaan ) bersama dengan
bidang-bidang terkait.
b. Rencana Pengembangan Sistem Ketenagalistrikan
2. Menyusun metode evaluasi kelayakan investasi dan melakukan
penelitian finansialnya.
c. Rencana Pengembangan Aplikasi
d. Standar Operasi Pemeliharaan (SOP) Pengelolahan Aplikasi :
1. Menyusun dan mengelola manajemen mutu
2. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik
3. Menyusun laporan manajemen dibidangnya.
3. Bidang Teknik
Bertanggung jawab atas tersusunnya stategi, standarisasi dan penerapan
sistem pengelolaan jaringan distribusi dan pembangkit serta manajemen
lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan serta upaya pencapaian sasaran
dan ketersediaan kerangka acuan pelaksanaan kerja, untuk mendukung upaya
pengusahaan tenaga listrik yang efektif, efisien dengan tingkat mutu dan
keandalan yang baik.
Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Teknik mempunyai
tugas
a. Strategi pengoperasian dan Pemeliharaan.
b. Standar Operasi dan pemeliharaan serta standar penerapan dan pengujian
peralatan.
c. Standar desain dan kriteria konstruksi.
d. Manajemen pengadaan dan perbekalan.
f. Ketentuan data induk jaringan distribusi.
g. Menyusun rencana kegiatan konstruksi dan administrasi pekerjaan serta
membina penerapannya.
h. Menyusun kebijakan dan membina manajemen lingkungan dan
keselamatan ketenagalistrikan.
i. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.
j. Menyusun dan mengelola manajemen mutu.
k. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
l. Menyusun laporan manajemen dibidangnya.
4. Bidang Niaga
Bertanggung jawab atas upaya pencapaian target pendapatan dari
penjualan tenaga listrik, pengembangan pemasaran yang berorientasi kepada
kebutuhan pelanggan dan transaksi pembelian tenaga listrik yang memberi
nilai tambah bagi perusahaan, serta ketersediaan standar pelaksanaan kerja dan
tercapainya interaksi kerja yang baik antar unit-unit pelaksana.
Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Niaga mempunyai
tugas :
a. Menyusun :
1. Ketentuan dan strategi pemasaran
2. Rencana penjualan energi dan rencana pendapatan
b. Mengevaluasi harga jual energi listrik.
c. Menghitung penyediaan tenaga listrik.
d. Menegosiasikan harga jual beli tenaga listrik.
1. Strategi dan pengembangan pelayanan pelanggan
2. Standar dan proyek pelayanan
3. Ketentuan data induk pelanggan (DIL) dan data induk saldo (DIS)
4. Konsep kebijakan sistem informasi pelayanan pelanggan
f. Melakukan pengendalian DIS dan opname saldo piutang.
g. Mengkoordinasikan pelaksanaan penagihan kepada pelanggan tertentu
antara lain TNI/POLRI dan instansi vertikal.
h. Mengkaji pengolahan pencatatan meter dan menyusun rencana
penyempurnaannya.
i. Menyusun mekanisme interaksi antar unit pelaksana.
j. Menyusun rencana pengembangan usaha baru serta pengaturannya.
k. Menyusun usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.
l. Menyusun dan mengelola manajemen mutu.
m. Menerapkan tata kelola yang baik.
n. Menyusun laporan manajemen di bidangnya.
5. Bidang Keuangan
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolahan anggaran dan
keuangan unit sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen keuangan yang baik,
pengelolaan pajak dan asuransi serta penyajian laporan keuangan dan
akuntansi yang akurat dan tepat waktu.
Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Keuangan mempunyai
tugas :
a. Menyusun kebijakan anggaran dan proyeksi keuangan perusahaan.
c. Mengendalikan anggaran pajak dan anggaran investasi
d. Mengendalikan aliran kas pendapatan.
e. Mengendalikan aliran kas pembiayaan.
f. Melakukan pengelolaan keuangan.
g. Melakukan analisis dan evaluasi laporan keuangan unit-unit.
h. Menyusun laporan keuangan konsolidasi.
i. Menyusun laporan rekonsiliasi keuangan
j. Mentusun dan mengendalikan kebijakan resiko dan penghapusan asset.
k. Melakukan pengelolaan pajak asuransi.
l. Membuat RKAP bersama bidang perencanaan dan bidang lainnya.
m. Menyusun dan mengelola manajemen mutu – menerapkan data kelola
perusahaan yang baik.
n. Menyusun laporan keuangan dibidangnya
6. Bidang Sumber Daya Manusia dan Administrasi
Bertanggung jawab atas penyelenggaraan pengelolaan manajer SDM dan
organisisasi, administrasi kepegawaian dan hubungan industrial, pengelolaan
kesekretariatan, komunikasi masyarakat dan hukum, dan pengelolaan
keamanan, sarana dan prasarana kantor serta pembinaan lingkungan untuk
mendukung kelancaran kerja organisasi.
Untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut, Bidang Sumber Daya Manusia
dan Administrasi mempunyai tugas :
a. Mengelola :
1. Pengembangan organisasi dan manajemen
3. Manajemen SDM
4. Administrasi dan data kepegawaian
b. Membina hubungan industrial
c. Mengelola :
1. Sertifikat asset
2. Dokumentasi dan Perpustakaan
3. Administrasi kesekretariatan, protocol dan Rumah Tangga kantor
induk.
d. Mengelola :
1. Komunikasi kemasyarakatan dan pelanggan
2. Fasilitas dan prasarana kerja
3. Sistem keamanan dan pengamanan kantor
e. Mengelola program bina/peduli lingkungan.
f. Melakukan advokasi hukum dan peraturan-peraturan perusahaan.
g. Membuat usulan RKAP yang terkait dengan bidangnya.
h. Menyusun dan mengelola manajemen mutu.
i. Menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.
j. Menyusun laporan manajemen dibidangnya.
C. Kegiatan Usaha
Perusahaan Umum Listrik Negara Wilayah Sumatera Utara Medan
merupakan satu-satunya instansi yang dipercayakan oleh pemerintah untuk
membangkitkan, menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik di Sumatera
Pelayanan/Pendistribusian tenaga listrik kepada masyarakat/konsumen/pelanggan
atau dengan kata lain sebagai pelayanan /pemasaran.
Perusahaan Listrik Negara, berdasarkan keputusan pemerintah No. 18
tahun 1972 dan diperbaiki pada peraturan pemerintah No. 54 tahun 1981 serta
dilanjutkan dengan peraturan pemerintah No. 17 tahun 1990 bertugas mengelola
kelistrikan dan mewujudkan Ketahanan Nasional bangsa Indonesia.
Berpedoman pada peraturan pemerintah tersebut, maka PT. PLN (Persero)
Wilayah II Sumatera Utara mempunyai tujuan adalah :
1. Meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan
merata serta mendorong peningkatan kegiatan ekonomi.
2. Mengusahakan keuntungan agar dapat membiayai pengembangan
penyediaan tenaga listrik untuk menjalani kebutuhan masyarakat.
3. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik yang
belum dilaksanakan sektor swasta dan koperasi.
D. Mekanisme Komunikasi
Komunikasi yang digunakan PT. PLN Wilayah Sumut Medan adalah
berdasarkan semua aktivitas kerja dari setiap karyawan dengan atasan yang
mempunyai fungsi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Dengan demikian
kegiatan berjalan dengan lancar, berikatan atasan dengan bawahan, maupun antara
atasan satu unit kerja dengan unit kerja yang lainnya. Sehingga untuk
melaksanakan komunikasi yang efektif ( 2 arah ) diupayakan adanya saling tukar
Komunikasi pada PT. PLN Wilayah Sumut Medan, umumnya berjalan
lancar walaupun masih terasa kurang maksimal pada pelaksanaan kerja
sehari-hari. Secara vertikal komunikasi yang dilaksanakan dalam lingkup formal
menunjukkan bahwa komunikasi dari atasan kepada bawahan yang berupa
instruksi/perintah, pengarahan, informasi, nasehat/saran, koordinasi kerja dan
briefing pada waktu tertentu. Sedangkan dari bawahan kepada atasan berupa
laporan kerja secara periodik, gagasan, dan permintaan untuk pengambilan
keputusan yang tepat.
PT. PLN Wilayah Sumatera Utara Medan mengadakan pertemuan untuk
menerima laporan kerja dari setiap unit secara menyeluruh dan memberikan
informasi yang dibutuhkan apabila terdapat masalah. Pertemuan ini dilakukan
oleh unit kerja yang mempunyai masalah dalam pekerjaan yang dilaksanakan satu
kali dalam sebulan. Persentase ini dihadiri oleh seluruh unit kerja dan pimpinan
sebagai moderatornya. Pertemuan ini bertujuan untuk saling tukar informasi dari
satu cabang/unit kerja ke cabang/unit kerja lainnya sehingga diharapkan seluruh
karyawan dapat mengerti dan mengetahui apa yang menjadi tugas dan tanggung
jawab dari unit/cabang kerja lain serta hubungannya secara langsung maupun
tidak langsung dengan unit/cabang kerja yang menjadi bidangnya.
Kegiatan yang dilakukan di luar perusahaan dari aktivitas yang rutin
adalah pertemuan nonformal di luar perusahaan, yaitu berupa pembahasan
informasi-informasi teraktual yang dilakukan satu kali dalam dua bulan. Tujuan
utamanya adalah agar semua karyawan lebih mengerti akan beberapa aturan baru,
perkembangan perekonomian, dll yang berhubungan dengan perkembangan
pertemuan ini dibuat lebih santai dan bersifat kekeluargaan sehingga diharapkan
dapat menghilangkan rasa sungkan dalam berkomunikasi.
Mekanisme komunikasi yang terjalin pada PT. PLN Wilayah Sumut akan
menciptakan iklim kerja yang sehat dan dinamis, sehingga semua karyawan dapat
lebih mengerti apa dan bagaimana sebenarnya tugas dan tanggung jawab
perusahaan ini secara luas. Dengan demikian pada PT. PLN Wilayah Sumut
tercipta suatu mekanisme komunikasi yang nyata dan terlaksananya komunikasi
yang efektif untuk dapat meningkatkan Efisiensi Kerja setiap karyawan tentunya.
Komunikasi yang dilakukan oleh PT. PLN Wilayah Sumut antara lain
adalah:
1. Komunikasi Internal
Komunikasi Internal yang dilakukan melalui komunikasi personal/pribadi
yang dilakukan oleh dua orang dengan tatap muka langsung ataupun lewat
media, misalnya telepon, internet, faximile, dll. Selain itu komunikasi internal
juga dilakukan melalui komunikasi kelompok/group. Komunikasi ini terjadi
hanya pada lingkungan dalam perusahaan.
Komunikasi Internal tersebut dapat berupa :
a. Instruksi
Instruksi merupakan perintah yang dikeluarkan pimpinan untuk
dilaksanakan para karyawan dan harus mempunyai sasaran yang jelas.
b. Laporan Rutin
Laporan Rutin yaitu laporan pertanggung jawaban dari masing-masing
cabang/unit kerja kepada pimpinan, sampai sejauh mana tugas telah