PENGARUH PENAMBAHAN ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN ARANG AKTIF BATUBARA TERHADAP LOGAM BESI (Fe)
DAN NIKEL (Ni) PADA AIR SUMUR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
FAKHRENI 070802028
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PENAMBAHAN ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN ARANG AKTIF BATUBARA TERHADAP LOGAM BESI (Fe)
DAN NIKEL (Ni) PADA AIR SUMUR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
FAKHRENI 070802028
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENGARUH PENAMBAHAN ARANG AKTIF
TEMPURUNG KELAPA DAN ARANG AKTIF BATUBARA TERHADAP LOGAM BESI (Fe) DAN NIKEL (Ni) PADA AIR SUMUR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
Kategori : SKRIPSI
Nama : FAKHRENI
Nomor Induk Mahasiswa : 070802028
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juli 2011
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Prof.Dr.Harry Agusnar.M.Sc.,M.Phill Prof.Dr.Zul Alfian.M.Sc NIP. 195308171983031002 NIP.195504051983031002 Diketahui/Disetujui oleh :
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
PERNYATAAN
PENGARUH PENAMBAHAN ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN ARANG AKTIF BATUBARA TERHADAP LOGAM BESI (Fe)
DAN NIKEL (Ni) PADA AIR SUMUR DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Mei 2011
PENGHARGAAN
Bissmillahirrahmanirrahim,
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT semesta alam yang dengan curahan
cinta-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk meraih
gelar Sarjana Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara. Serta shalawat dan salam saya sampaikan pada
Rasulullah, Muhammad SAW, sosok yang sangat saya idolakan semoga kelak
mendapat syafaat Beliau. Amin.
Selanjutnya saya menyampaikan penghargaan dan cinta kasih tulus kepada
Ayahanda tersayang Zulkifli (Almarhum), yang dengan doa dan tetes peluhnya,
mengorbankan banyak hal untuk membesarkan dan mendidik saya dengan penuh
cinta, Engkau selalu dihati Ayah, juga kepada Ibunda tersayang Nuraisah, yang
dengan doa tiada henti dan cintanya telah mengajarkan banyak hal untuk kehidupan
saya sampai detik ini, serta tak lupa adik-adik tercinta Fakhrunnisa, Fakhradina dan
Fakhradila. Semoga cinta itu selalu mengikat kita. Amin. Serta seluruh keluarga yang
telah memberikan banyak dukungannya.
Dengan segala kerendahan hati, saya mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku pembimbing 1 dan Prof. Dr. Harry Agusnar,
M.Sc, M.Phill selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak memberikan
pengarahan dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. DR. Rumondang Bulan Nst. Ms dan Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Ketua
dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU.
3. Drs. Philipus H.Siregar, selaku dosen wali saya yang telah banyak memberi
masukan selama saya mencari ilmu di FMIPA USU.
4. Prof. Dr. Harlem Marpaung selaku dosen penguji dalam yang telah banyak
memberikan saran dan masukan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmunya selama masa studi saya
6. Kepala, staf dan seluruh teman-teman asisten Laboratorium Kimia Dasar
LIDA USU Medan, abangda Rivan dan Hendi, Eko, Yuki, Deasy, Ani,
Andreas, Novi, Nurul, Desi, Salmi, Ilman, Irwanto, Ayu, Dwi, Indah, Raissa,
Rina dan kak Ayu selaku Analis Laboratorium yang telah memberikan segala
fasilitas terbaik selama saya melakukan penelitian, terutama untuk Bang Boby,
terima kasih atas masukan dan kerjasamanya.
7. Teman-teman seperjuangan saya: Oki, Destia, Decy, Fina, Ricca, Vasca dan
seluruh personil Kimia stambuk 2007 yang tidaklah dapat saya sebutkan satu
per satu namanya, namun sungguh sangat berkesan di hati saya. Terima kasih
karena kalian telah menambah warna dalam hidup saya. Persahabatan itu
sungguh indah dan tak tergantikan.
8. Teristimewa, Abangda Adiansyah, S.Si yang dengan sabarnya memberikan
dorongan kepada saya. Terima kasih atas inspirasi, motivasi dan kerjasamanya
selama ini.
9. Serta segala pihak yang telah membantu saya menyelesaikan skripsi ini. Untuk
itu semua, semoga Allah membalasnya dengan segala yang terbaik. Amin.
Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
saya baik dalam literatur maupun pengetahuan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi kesempurnaan skripsi
ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Juli 2011
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara terhadap logam besi (Fe) dan nikel (Ni) pada air sumur menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Sampel diambil dari air sumur penduduk Kelurahan Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak. Ke dalam sampel air sumur ditambahkan 5 mL HNO3 pekat dan didestruksi. Kemudian
THE ADDITION EFFECT’S OF BRICKET COCONUT AND COAL OF HEAVY METALS IRON (Fe) AND NICKEL (Ni) IN WELL WATER USING
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRIC METHOD ABSTRACT
The addition effect’s of bricket coconut and coal of heavy metals iron (Fe) and nickel (Ni) in well water using atomic absorption spectrophotometric method has been studied. The samples were taken from people’s well in Hamparan Perak village, Hamparan Perak district. Water samples were added 5 mL of HNO3 and destructed.
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak vi
Abstract vii
Daftar Isi viii
Daftar Tabel xi
Daftar Gambar xiii
Daftar Lampiran xiv
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Permasalahan 3
1.3.Pembatasan Masalah 3
1.4.Tujuan Penelitian 3
1.5.Manfaat Penelitian 4
1.6.Lokasi Penelitian 4
1.7.Metodologi Penelitian 4
Bab 2. Tinjauan Pustaka 5
2.1.Air 5
2.2. Pencemaran Air 5
2.3. Kontaminasi Logam dalam Air 6
2.4 Logam 7
2.5.Besi (Fe) 8
2.5.1.Manfaat sebagai Mikroelemen 8
2.5.2.Efek Toksik 9
2.6.Nikel (Ni) 9
2.6.2.Efek Toksik 10
2.7.Spektrofotometri Serapan Atom 10
2.7.1.Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom 10
2.7.2.Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom 12
2.8.Karbon Aktif 13
2.8.1.Sifat-Sifat Karbon Aktif 14
2.8.2.Arang Tempurung Kelapa 15
2.8.3.Arang Batubara 15
Bab 3. Bahan dan Metode Penelitian 16
3.1.Bahan-bahan penelitian 16
3.2.Alat-alat Penelitian 16
3.3.Prosedur Penelitian 17
3.3.1.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L 17
3.3.2.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L 17
3.3.3.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 1 mg/L 17
3.3.4.Pembuatan Larutan Standar Besi (Fe) 0,00; 0,1; 0,2; 0,3;
0,4 dan 0,5 mg/L 17
3.3.5.Pembuatan Kurva Standar Logam Besi (Fe) 17
3.3.6.Pembuatan Larutan Standar Nikel (Ni) 100 mg/L 17
3.3.7.Pembuatan Larutan Standar Nikel (Ni) 10 mg/L 17
3.3.8.Pembuatan Larutan Standar Nikel (Ni) 1 mg/L 18
3.3.9.Pembuatan Larutan Standar Nikel (Ni) 0,00; 0,1; 0,2; 0,3;
0,4 dan 0,5 mg/L 18
3.3.10.Pembuatan Kurva Standar Logam Nikel (Ni) 18
3.3.11.Preparasi Sampel 18
3.3.12.Penambahan Arang ke dalam Sampel Air Sumur 18
3.3.12.Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) pada Sampel 18
3.3.13.Penentuan Kadar Logam Nikel (Ni) pada Sampel 19
3.4.Bagan Penelitian 20
3.4.1. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi
3.4.2. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Kurva Kalibrasi
Logam Nikel (Ni) 21
3.4.3. Preparasi Sampel Air Sumur 22
3.4.4. Penambahan Arang ke dalam Sampel Air Sumur 22
3.4.5. Penentuan Besi (Fe) dalam Sampel Air Sumur 23
3.4.6. Penentuan Nikel (Ni) dalam Sampel Air Sumur 24
Bab 4. Hasil dan Pembahasan 25
4.1.Hasil Penelitian 25
4.1.1. Logam Besi (Fe) 25
4.1.2. Pengolahan Data Logam Besi (Fe) 26
4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan
Metode Least Square 26
4.1.2.2. Koefisien Korelasi 27
4.1.2.3. Penentuan Konsentrasi 28
4.1.2.4. Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Logam
Besi (Fe) 31
4.1.3. Logam Nikel (Ni) 33
4.1.4 Pengolahan Data Logam Nikel (Ni) 34
4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan
Metode Least Square 34
4.1.4.2. Koefisien Korelasi 36
4.1.4.3. Penentuan Konsentrasi 36
4.1.4.4. Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Logam
Nikel (Ni) 40
4.2. Pembahasan 41
Bab 5. Kesimpulan dan Saran 43
5.1.Kesimpulan 43
5.2.Saran 43
Daftar Pustaka 44
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Kondisi alat SSA merek Shimadzu tipe AA-6300 pada
pengukuran konsentrasi logam Besi (Fe) 25
Tabel 4.2. Data absorbansi larutan standar Besi (Fe) 25
Tabel 4.3. Penentuan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi
logam Besi (Fe) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan
standar Besi (Fe) 26
Tabel 4.4. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum
penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif
batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3
bulan 28
Tabel 4.5. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah
penambahan arang aktif tempurung kelapa yang diukur
sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan 29
Tabel 4.6. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah
penambahan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali
setiap bulan selama 3 bulan 29
Tabel 4.7. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam
air sumur sebelum penambahan arang aktif 31
Tabel 4.8. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam
air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa 31
Tabel 4.9. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam
air sumur setelah penambahan arang aktif batubara 31
Tabel 4.10. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe)
dalam air sumur untuk arang aktif tempurung kelapa 32
Tabel 4.11. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe)
dalam air sumur untuk arang aktif batubara 32
Tabel 4.12. Kondisi alat SSA merek Shimadzu tipe AA-6300 pada
pengukuran konsentrasi logam Nikel (Ni) 33
Tabel 4.14. Penentuan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi
logam Nikel (Ni) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan
standar Nikel (Ni) 34
Tabel 4.15. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sumur sebelum
penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif
batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3
bulan 37
Tabel 4.16. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah
penambahan arang aktif tempurung kelapa yang diukur
sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan 37
Tabel 4.17. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah
penambahan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali
setiap bulan selama 3 bulan 38
Tabel 4.18. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni)
dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif 39
Tabel 4.19. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni)
dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung
kelapa 39
Tabel 4.20. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni)
dalam air sumur setelah penambahan arang aktif batubara 40
Tabel 4.21. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni)
dalam air sumur untuk arang aktif tempurung kelapa 41
Tabel 4.22. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.: Komponen-komponen Spektrofotometer Serapan Atom 12
Gambar 4.1.: Kurva kalibrasi larutan standar Besi (Fe) 26
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Peraturan Menteri Kesehatan RI Tahun 2010 Tentang
Persyaratan Kualitas Air Minum 4 6
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara terhadap logam besi (Fe) dan nikel (Ni) pada air sumur menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Sampel diambil dari air sumur penduduk Kelurahan Hamparan Perak, Kecamatan Hamparan Perak. Ke dalam sampel air sumur ditambahkan 5 mL HNO3 pekat dan didestruksi. Kemudian
THE ADDITION EFFECT’S OF BRICKET COCONUT AND COAL OF HEAVY METALS IRON (Fe) AND NICKEL (Ni) IN WELL WATER USING
ATOMIC ABSORPTION SPECTROPHOTOMETRIC METHOD ABSTRACT
The addition effect’s of bricket coconut and coal of heavy metals iron (Fe) and nickel (Ni) in well water using atomic absorption spectrophotometric method has been studied. The samples were taken from people’s well in Hamparan Perak village, Hamparan Perak district. Water samples were added 5 mL of HNO3 and destructed.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi hidup manusia adalah sumber
daya air. Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari, sehingga dapat
dikatakan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Oleh karena itu perlu dipelihara
kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Diperkirakan dari tahun ke tahun kebutuhan akan air semakin
meningkat, bukan hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk akan tetapi
disebabkan oleh kebutuhan per kapita yang meningkat sesuai dengan perkembangan
pola hidup manusia (Mahida, U.N. 1986).
Pencemaran air yang disebabkan oleh komponen – komponen anorganik dan
organik yang berasal dari kegiatan manusia seperti industri maupun buangan domestik
diantaranya berbagai logam berat berbahaya. Beberapa logam tersebut banyak
digunakan dalam berbagai keperluan, karena diproduksi secara rutin dalam skala
industri. Penggunaan logam – logam berat tersebut ternyata langsung maupun tidak
langsung telah mencemari lingkungan melebihi batas yang berbahaya jika ditemukan
dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat
merusak tubuh makhluk hidup. Logam – logam tersebut diketahui dapat mengumpul
di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh untuk jangka waktu
yang lama sebagai racun yang terakumulasi.
Telah diketahui bahwa persediaan air dari berbagai sumber air sangat terbatas
mengatasi kelangkaan air bagi generasi yang akan datang. Kelangkaan air akan
merangsang pemanfaatan air dari berbagai sumber air (Hefni, E, 2003).
Sumur telah lama digunakan sebagai sumber air untuk berbagai kebutuhan
rumah tangga dan industri kecil, menengah dan besar. Penggunaan sumur merupakan
suatu alternatif bagi daerah yang tidak mendapat pelayanan atau tidak terjangkau
pelayanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada air yang kelihatan jernih,
misalnya yang berasal dari sumur biasa, sumur pompa, sumber mata air dan
sebagainya di dalamnya kemungkinan besar mengandung mikroorganisme seperti
kelompok bakteri besi yang mampu mengoksidasi senyawa fero menjadi feri,
akibatnya air sering berubah warnanya kalau disimpan lama yaitu warna kehitaman,
kecoklat-coklatan dan sebagainya.
Kehadiran unsur besi (Fe) dalam air bersih menyebabkan timbulnya rasa dan
bau logam, menimbulkan warna koloid merah (karat) dalam air akibat oksidasi oleh
oksigen terlarut dan dapat merupakan racum bagi manusia. Demikian juga kehadiran
unsur nikel (Ni) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun pada manusia
sehingga perlu pembatasan yang ketat. Pemilihan lokasi pengambilan sampel di
kawasan desa Hamparan Perak berdasarkan pengamatan visual yang dianggap rawan
pencemaran yaitu daerah yang dekat dengan kawasan industri.
Banyak cara dan metode yang digunakan pada pengolahan air sumur agar
dapat digunakan sebagai air minum dalam kehidupan sehari – hari, dimana dengan
cara menambahkan adsorben yang berfungsi untuk menurunkan beberapa kadar
parameter air. Adsorben yang digunakan adalah arang aktif yang memiliki kandungan
karbon yang cukup tinggi sehingga dapat menyerap atau mengikat zat – zat pencemar
yang terdapat dalam air sumur. Tempurung kelapa memiliki potensi sebagai bahan
baku dari arang aktif, dimana mempunyai daya adsorpsi yang tinggi terhadap bahan
yang berbentuk larutan atau uap (Ari Budiono, 2008). Batubara muda (lignit) memiliki
kandungan karbon, kadar air dan mineral anorganik yang tinggi namun memiliki
energi yang rendah, sehingga pemanfaatannya sebagai sumber energi menjadi tidak
menguntungkan. Salah satu pemanfaatan batubara muda (lignit) adalah sebagai
mampu menyerap logam besi (Fe) dan logam arsen (As) sekitar 92,08% (Damris, M.
2003).
Arang aktif dengan perlakuan terbaik dapat digunakan sebagai bahan penjernih
air sumur yang tercemar. Arang aktif dapat menjernihkan air sumur yang keruh,
menyerap warna, menurunkan kadar logam seng, mangan, besi dan nikel (Rini
Pujiarti, 2005).
Metode pengujian yang akan digunakan penulis adalah dengan
membandingkan hasil penurunan persentasi (%) kadar unsur besi (Fe) dan nikel (Ni)
sebelum dan sesudah ditambahkan dengan arang aktif tempurung kelapa dan arang
aktif batubara.
1.2. Permasalahan
Bagaimana pengaruh penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif
batubara terhadap logam besi (Fe) dan Nikel (Ni) pada air sumur yang memenuhi
persyaratan untuk kualitas air minum ?
1.3.Pembatasan Masalah.
Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar logam besi (Fe) dan nikel (Ni) dengan
instrumen SSA tipe nyala merek Shimadzu seri AA-6300 terhadap sampel air
sumur sebelum dan sesudah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang
aktif batubara.
1.4. Tujuan penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentasi (%) penurunan kadar unsur
besi (Fe) dan nikel (Ni) pada air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung
1.5. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi yang berguna
tentang pengolahan air sumur sebagai air minum yang memenuhi persyaratan
kualitas air minum.
1.6. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar LIDA Universitas Sumatera
Utara dan Analisis Spektrofotometri Serapan Atom dilakukan di Laboratorium
Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Sumatera Utara.
1.7. Metodologi Penelitian.
1. Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium.
2. Penentuan pH dengan menggunakan pH meter.
3. Sampel adalah air sumur yang diambil dari sumur penduduk Desa Hamparan
Perak Kecamatan Hamparan Perak yang diambil sebanyak 3 kali setiap bulan
selama 3 bulan berturut – turut.
4. Pereaksi yang digunakan adalah asam nitrat pekat.
5. Adsorben yang digunakan adalah arang aktif tempurung kelapa dan arang
aktif batubara.
6. Penentuan kadar unsur besi (Fe) dan nikel (Ni) dilakukan dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada λspesifik 248,3 nm untuk logam
besi (Fe) dan 232,0 nm untuk logam nikel (Ni).
7. Waktu perendaman arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara di
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air adalah zat yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup termasuk manusia, hewan
serta tumbuh – tumbuhan. Manfaat air bermacam – macam misalnya untuk diminum,
pembawa zat makanan, zat pelarut, pembersih dan lain sebagainya. Oleh karena itu
penyediaan air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk
kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Air bersih mutlak diperlukan, karena merupakan salah satu media dari
berbagai macam penularan penyakit, terutama penyakit – penyakit perut. Dari
penelitian – penelitian yang dilakukan, bahwasanya penduduk yang menggunakan air
bersih mempunyai kecenderungan lebih kecil untuk menderita sakit dibandingkan
dengan penduduk yang tidak menggunakan air bersih. Melalui penyediaan air bersih,
baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, diharapkan dapat
menghambat penyebaran penyakit menular. Agar air yang masuk ke dalam tubuh
manusia baik berupa minuman maupun makanan tidak mengandung bibit penyakit,
maka pengolahan air baik yang berasal dari sumber air dan jaringan transmisi ataupun
distribusi adalah sangat diperlukan.
Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia. Besar kecilnya
pencemaran akan tergantung dari kuantitas dan kualitas limbah yang dibuang ke
sungai, baik limbah padat maupun limbah cair. Berdasarkan jenis kegiatannya maka
sumber pencemaran air dibedakan menjadi :
a. Effluen Industri Pengolahan
Effluen adalah pencemaran limbah cair yang masuk ke dalam air bersumber dari
pembuangan sisa produksi, lahan pertanian, peternakan dan kegiatan domestik. Dari
hasil statistik industri, sumber industri pengolahan yang menjadi sumber pencemaran
air yaitu agro industri (peternakan sapi, babi, kambing), industri pengolahan makanan,
industri minuman, industri tekstil, industri kulit, industri kimia, industri mineral
non-logam, industri logam dasar, industri hasil olahan logam dan industri listrik dan gas.
b. Sumber Domestik/Buangan Rumah Tangga
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksud buangan rumah tangga adalah
buangan yang berasal bukan dari industri melainkan berasal dari rumah tangga,
kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar, pertokoan, dan rumah
sakit (Sastrawijaya,A.T. 2000).
2.3. Kontaminasi Logam dalam Air
Banyak logam berat baik yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dan
mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak berasal dari
pertambangan, peleburan logam dan industri lainnya, dan dapat juga berasal dari lahan
pertanian yang menggunakan pupuk atau anti hama yang mengandung logam.
Di dalam air biasanya logam berikatan dengan senyawa kimia atau dalam
bentuk logam ion, bergantung pada kompartemen tempat logam tersebut berada.
Tingkat kandungan logam pada setiap kompartemen sangat bervariasi bergantung
pada lokasi, jenis kompartemen, dan tingkat pencemarannya. Telah banyak dilaporkan
bahwa konsentrasi logam dalam air dan biota yang hidup di dalamnya. Biasanya
tingkat konsentrasi logam berat dalam air dibedakan menurut pencemarannya. Yaitu
dalam air, dan organisme yang hidup di dalamnya cukup tinggi. Pada tingkat polusi
sedang, kandungan berat dalam air dan biota di dalamnya berada dalam batas
marjinal. Sedangkan pada tingkat nonpolusi, kandungan logam berat dalam air dan
organisme yang hidup di dalamnya sangat rendah, bahkan tidak terdeteksi.
Tujuan utama untuk mengetahui konsentrasi logam dalam lingkungan perairan
adalah :
a. mengetahui konsentrasi logam yang tinggi dalam hewan air, baik ikan air laut
maupun ikan air tawar, yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk mencegah
terjadinya toksisitas kronis maupun aktif pada orang yang memakannya.
b. mengetahui konsentrasi logam yang tinggi dalam air dan sedimen, yang dapat
digunakan sebagai pedoman untuk memonitor kualitas air yang mungkin
digunakan sebagai irigasi maupun air minum, yang akhirnya berakibat buruk bagi
orang yang mengkonsumsinya.
Karena itu suatu pencemaran logam berat dalam lingkungan perairan perlu
diperhatikan secara serius, mengingat akan timbulnya akibat buruk bagi keseimbangan
lingkungan hidup.
2.4. Logam
Dalam kehidupan sehari - hari, kita tidak terpisah dari benda - benda yang bersifat
logam. Benda ini kita gunakan sebagai alat perlengkapan rumah tangga seperti
sendok, garpu, pisau sampai pada tingkat perhiasan mewah yang tidak dapat dimiliki
oleh semua orang seperti emas, perak dan lain - lain. Secara gamblang, dalam konotasi
keseharian kita beranggapan bahwa logam diidentikkan dengan besi, padat, keras,
berat dan sulit dibentuk (Palar, 2008).
Logam berat adalah unsur logam dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar
rendah logam berat pada umumnya sudah beracun pada tumbuhan dan hewan,
Logam juga dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk hidup.
Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam – logam tertentu
sangat berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena
logam tersebut mempunyai sifat merusak tubuh makhluk hidup. Disamping hal
tersebut, beberapa logam sangat diperlukan dalam proses kehidupan makhluk hidup.
Dalam hal ini logam dapat dibagi manjadi dua bagian, yaitu logam esensial dan
nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat menbantu di dalam proses
fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan
organ dari makhluk yang bersangkutan. Sedangkan logam nonesensial adalah logam
yang peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam
jaringan hewan sangat kecil dan apabila kandungannya tinggi akan merusak organ –
organ tubuh makhluk yang bersangkutan (Vogel,A.I. 1994).
Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit sekali dalam air secara
alamiah, yaitu kurang dari 1 µg/L. Bila terjadi erosi alamiah, konsentrasi logam
tersebut dapat meningkat. Dalam mempelajari konsentrasi dalam lingkungan perairan,
terlebih dahulu perlu diketahui tujuan dan pengetahuan mengenai alur pergerakan
logam yang teliti, hubungan masing – masing interaksi logam terhadap logam lain,
model distribusi logam dalam jaringan biota air, dan akumulasinya dalam setiap
jaringan (Darmono, 2001).
2.5. Besi (Fe)
Besi (Fe) menempati berbagai lapisan bumi. Konsentrasi tertinggi terdapat pada
lapisan dalam dari inti bumi dan sejumlah kecil terdapat dalam kerak bumi. Fe hampir
tidak dapat ditemukan dalam unsur bebas.
2.5.1 Manfaat Sebagai Mikroelemen Tubuh
Fe memiliki fungsi esensial di dalam tubuh yaitu :
a. sebagai alat angkut oksigen dari paru – paru ke seluruh tubuh.
c. Sebagai bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim.
Kadar Fe dalam tubuh manusia kira - kira 3- 5 g. Sebanyak 2/3 bagian terikat oleh Hb,
10% diikat oleh mioglobin dan enzim yang mengandung Fe dan sisanya terikat dalam
protein feritrin dan hemosiderin.
2.5.2. Efek Toksik
Kelebihan Fe jarang terjadi akibat konsumsi yang berasal dari makanan, tetapi oleh
konsumsi suplemen Fe. Kerusakan - kerusakan jaringan karena akumulasi Fe disebut
hemokromatosis. Hal itu disebabkan karena hemosiderin sulit melepaskan Fe.
Hemokromatosis adalah penyakit karena meningkatnya absorpsi Fe sehingga tidak
mampu mengatur absorpsi Fe dari usus. Penderita hemokromatosis menunjukkan
akumulasi Fe di hati, limpa, tulang sumsum, jantung dan jaringan – jaringan lainnya.
Penderita hemokromatosis beresiko terserang kanker hati, penyakit jantung, dan
berbagai penyakit lainnya (Widowati,W. 2008).
Kadar Fe yang berlebihan selain dapat mengakibatkan timbulnya warna merah
juga mengakibatkan karat pada peralatan yang terbuat dari logam serta dapat
memudarkan bahan celupan dan tekstil (Effendi,H. 2003 ).
2.6. Nikel (Ni)
Nikel adalah logam putih keperakan yang keras. Nikel bersifat liat, dapat ditempah
dan sangat kukuh. Logam ini melebur pada 1445oC dan bersifat sedikit magnetis
(Vogel,A.I. 1994).
2.6.1. Manfaat Sebagai Mikroelemen Tubuh
Nikel merupakan zat gizi esensial yang berfungsi menstabilisasi struktur asam nukleat
kadar lipid dalam jaringan dan dalam sintesis fosfolipid. Nikel juga merupakan
nonspesifik aktifator enzim.
2.6.2. Efek Toksik
Tingginya kadar nikel dalam jaringan tubuh manusia bisa mengakibatkan munculnya
berbagai efek samping yaitu akumulasi N pada kelenjar pituitari yang bisa
mengakibatkan depresi sehingga mengurangi sekresi hormon prolaktin dibawah
normal. Akumulasi Ni pada pankreas bisa menghambat sekresi hormon insulin
(Widowati, 2008).
2.7. Spektrofotometri Serapan Atom
2.7.1. Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom
Sejak diperkenalkan oleh A. Walsh (1955) metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA)
telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sampai saat ini telah digunakan
untuk mendeteksi (menganalisa) hampir keseluruhan unsur – unsur logam yang
terdapat dalam sistem periodik unsur. SSA digunakan untuk menganalisis logam yang
terdapat di dalam sampel dalam bentuk bahan – bahan pencemar lingkungan (A.
Walsh, 1955). Spektroskopi serapan atom adalah spektroskopi atomik yang disertai
penyerapan sebagai suatu emisi atau pancaran. Di dalam beberapa dekade
spektroskopi serapan atom menjadi salah satu dari cara yang paling luas digunakan
untuk teknik analisa (Kennedy, J.H. 1984).
Spektroskopi serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur
logam dalam jumlah kecil. Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam
dalam suatu sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam
sampel tersebut.
Spektroskopi serapan atom didasarkan pada penyerapan energi sinar oleh
Metode spektroskopi serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbsi cahaya oleh
atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai
cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi
elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu energi, maka atom
akan memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditimgkatkan
energinya ke tingkat eksitasi (Rohman,A. 2007).
Jika suatu larutan yang mengandung suatu garam logam dihembuskan ke
dalam suatu nyala (misalnya asetilena yang terbakar di udara), dapatlah terbentuk uap
yang mengandung atom-atom logam itu. Beberapa atom logam dalam gas ini dapat
dieksitasi ke tingkatan energi yang cukup tinggi untuk memungkinkan pemancaran
radiasi yang karakteristik dari logam tersebut, misalnya warna kunig karakteristik
mewarnai nyala oleh sebab senyawa natrium. Tetapi, jumlah jauh lebih besar dari
atom logam bentuk gas itu normalnya tetap berada dalam keadaan tak tereksitasi, atau
dengan perkataan lain dalam keadaan dasar. Atom-atom keadaan dasar ini mampu
menyerap energi cahaya yang panjang gelombang resonansinya khas untuknya, yang
pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom-atom
itu bila tereksitasi dalam keadaan dasar. Jadi jika cahaya dengan panjang gelombang
resonansi itu dilewatkan nyala mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka
sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus
dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Inilah asas yang
mendasari spektroskopi serapan atom (Vogel, A.I, 1994).
Spektrofotometri serapan atom kegunaannya lebih ditentukan untuk analisis
kuantitatif logam-logam alkali dan alkali tanah. Untuk maksud ini ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan antara lain :
- Larutan sampel diusahakan seencer mungkin kadar unsur yang dianalisis tidak
lebih dari 5% dalam pelarut yang sesuai. Larutan yang dianalisis lebih disukai
diasamkan atau kalau dilebur dengan alkali tanah terakhir harus diasamkan
lagi.
- Hindari pemakaian pelarut aromatik atau halogenida. Hendaklah dipakai
2.7.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom
Komponen penting yang membentuk spektrofotometer serapan atom diperlihatkan
pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.1. Komponen-komponen spektrofotometer serapan atom (Underwood, A.L.
1988).
1. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda berongga. Lampu ini terdiri
atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri
berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau dilapisi dengan logam
tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan
rendah. Neon biasanya lebih disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu
yang lebih rendah.
2. Tempat Sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan dianalisis
harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada
berbagai macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi
uap atom-atom yaitu dengan nyala dan tanpa nyala Tabung
katoda cekung
Pemotong
berputar Nyala
M onokrom ator D etektor
Penguat arus
searah Pencatat
Sum ber tenaga
B ahan
a. Nyala (flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan
menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi.
b. Tanpa nyala (flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal
mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk kedalam nyala terlalu besar,
dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu muncullah suatu
teknik atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat
dilakukan dalam tungku dari grafit. Sampel diletakkan dalam tabung grafit,
kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem elektris dengan cara
melewatkan arus listrik grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan
dianalisis berubah menjadi atom-atom netral (Rohman, A. 2007).
3. Monokromator
Monokromator memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas dari radiasi
energi yang mencapai detektor. Pada hakekatnya mungkin saja dapat dianggap
sebagai suatu saringan yang dapat disesuaikan dengan suatu daerah yang spesifik,
yang mana spectrum transmisi yang tidak sesuai akan ditolak. Idealnya monokromator
harus mampu memisahkan garis resonansi. Karena ada beberapa unsur yang mudah
dan ada beberapa unsur yang sulit (Haswell,S.J. 1991).
4. Detektor
Detektor dapat diatur sedemikian rupa pada nilai frekuensi tertentu, sehingga tidak
memberikan respon terhadap nilai emisi yang berasal dari eksitasi termal
(Khopkar,S.M. 2003).
5. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai sistem
pencatat hasil.
Karbon berpori atau lebih dikenal dengan nama karbon aktif, digunakan sebagai
adsorben untuk menghilangkan warna, pengolahan limbah, pemurnian air. Karbon
aktif akan membentuk amorf yang sebagian besar terdiri dari bahan – bahan yang
mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas. Luas permukaan karbon aktif berkisar
antara 300 – 3500 m2/gram dan ini berhubungan dengan struktur pori internal yang
menyebabkan karbon aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Karbin aktif dapat
mengasorpsi gas dan senyawa – senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif,
tergantung pada besar atau volume pori – pori dan luas permukaan.
Karbon aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori, yang
sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing – masing berikatan secara
kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat non polar. Selain
komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan faktor yang penting
diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil pori –
pori arang aktif, mengakibatkan luas permukaan semakin besar. Dengan demikian
kecepatan adsorpsi bertambah. Untuk meningkatkan kecepatan adsorpsi, dianjurkan
menggunakan karbon aktif yang telah dihaluskan (Diana Puspita, 2008).
2.8.1. Sifat-Sifat Karbon Aktif
Karena susunan atom-atom yang tidak teratur, sifat-sifat fisik karbon aktif berbeda
dari bentuk grafit dan intan. Partikel karbon aktif sangat kecil, dengan diameter antara
10-300 nm, dan kerapan kira-kira 1,8 mg/m3 (Tony Blythe, 2005).
Komponen-komponen lain diluar dari karbon aktif adalah oksigen, hidrogen dan sulfur. Dasar
pembuatan arang aktif adalah pengubahan senyawa hidrokarbon menjadi karbon dan
hidrogen, melalui proses pembakaran dalam udara sedikit yang digunakan untuk
proses dekomposisi hidrokarbon itu sendiri menjadi karbon dan hidrogen. Setelah
proses dekomposisi akan terbentuk partikel dengan bobot molekul rendah yang
berfungsi sebagai inti. Inti dapat membesar sambil melepaskan hidrogen dan akhirnya
2.8.2. Arang Tempurung Kelapa
Pada umumnya tempurung kelapa dimanfaatkan sebagai bahan bakar, dalam bentuk
tempurung kering atau arang tempurung. Tempurung kelapa di samping digunakan
sebagai untuk pembuatan arang juga untuk dipergunakan sebagai arang aktif, yang
mempunyai kemampuan mengasorpsi gas dan uap. Cara kerja arang tempurung aktif
ini terutama daya afinitas (daya tarik menarik) yang selektif terhadap substansi
tertentu. Daya afinitas yang selektif dari tempurung kelapa ini dapat ditunjukkan
kemampuannya dalam melakukan dekolorisasi terhadap larutan yang keruh (Ari
Budiono, 2008).
2.8.3. Arang Batubara
Batubara dibentuk dari peluruhan tumbuhan oleh bakteri di bawah aneka ragam
tekanan. Batubara ini dikelompokkan menurut kadar karbonnya : antrasit atau
batubara keras mengandung kadar karbon tertinggi, batubara bitumen (lunak),
batubara muda (lignit) dan akhirnya gambut (Fessenden,R.J. 1989).
Batubara adalah bahan bakar fosil yang terbanyak diperkirakan adalah
tumbuh-tumbuhan yang menfosil. Ditaksir bahwa paling tidak diperkirakan 20 kaki
tumbuh-tumbuhan yang dipadatkan untuk memperoleh lapisan batubara setebal 1
kaki. Tumbuhan yang dipadatkan ini, tanpa adanya udara dan dipengaruhi oleh
temperatur dan tekanan yang tinggi, selanjutnya akan berubah menjadi tumbuhan
lapuk (turf), suatu bahan bakar yang mempunyai tingkatan energi yang sangat rendah,
kemudian menjadi batubara coklat, lalu menjadi lignit kemudian menjadi batubara
subbitumin dan bitumin dan akhirnya menjadi batubara antrasitik. Batubara terdiri
atas berbagai campuran karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan beberapa pengotoran
BAB 3
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1.Bahan – bahan Penelitian
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Arang Aktif Tempurung Kelapa
- Arang Aktif Batubara
- Sampel Air Sumur
- Larutan Induk Fe 1000 mg/L E.Merck
- Larutan Induk Ni 1000 mg/L E.Merck
- HNO3(p) 65% E.Merck
- Akuades -
3.2.Alat – alat Penelitian
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Spektrofotometer Serapan Atom Shimadzu AA-6300
- Labu Takar Pyrex
- Gelas Ukur Pyrex
- Pipet Volumetri Pyrex
- Gelas Beaker Pyrex
- pH meter WalkLAB
- Kertas Saring Whatman
3.3.Prosedur Penelitian
3.3.1. Pembuatan Larutan Standar Besi 100 mg/L
Sebanyak 5 mL larutan induk besi 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.2. Pembuatan Larutan Standar Besi 10 mg/L
Sebanyak 5 mL larutan standar besi 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.3. Pembuatan Larutan Standar Besi 1 mg/L
Sebanyak 5 mL larutan standar besi 1 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.4. Pembuatan Larutan Seri Standar Besi 0,00; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; dan 0,5 mg/L
Sebanyak 0,00; 5; 10; 15; 20; dan 25 mL larutan standar besi 1 mg/L dimasukkan
kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan
dihomogenkan.
3.3.5 Pembuatan Kurva Standar logam Besi (Fe)
Larutan seri standar logam Besi 0,00 mg/L diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 248,3 nm. Perlakuan
dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Besi
0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mg/L.
3.3.6. Pembuatan Larutan Standar Nikel 100 mg/L
Sebanyak 5 mL larutan induk nikel 1000 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50
mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
Sebanyak 5 mL larutan standar nikel 100 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50
mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.8. Pembuatan Larutan Standar Nikel 1 mg/L
Sebanyak 5 mL larutan standar nikel 1 mg/L dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.3.9. Pembuatan Larutan Seri Standar Nikel 0,00; 0,05; 0,10; 0,15; 0,20; dan 0,25 mg/L
Sebanyak 0,00; 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5 mL larutan standar nikel 1 mg/L dimasukkan
kedalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan
dihomogenkan.
3.3.10. Pembuatan Kurva Standar logam Nikel (Ni)
Larutan seri standar logam Nikel 0,00 mg/L diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 232,0 nm. Perlakuan
dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar Nikel
0,05; 0,10; 0,15; 0,20 dan 0,25 mg/L.
3.3.11. Preparasi Sampel
Sebanyak 100 mL sampel dimasukkan ke dalam gelas beaker. Ditambahkan HNO3
pekat hingga pH 3 lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan diaduk
hingga homogen.
3.3.12. Penambahan Arang ke dalam Sampel Air Sumur
Sebanyak 20 g arang aktif tempurung kelapa dimasukkan ke dalam gelas beaker.
Ditambahkan 100 mL sampel air sumur, lalu didiamkan selama 3 jam kemudian
disaring menggunakan kertas saring No. 42. Perlakuan yang sama dilakukan untuk
arang aktif batubara.
Absorbansi larutan diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 248,3
nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali untuk setiap sampel.
3.3.14. Penentuan kadar logam Nikel (Ni) pada sampel
Absorbansi larutan diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 232,0
3.4. Bagan Penelitian
3.4.1. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)
Larutan Standar Besi (Fe) 1000 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar besi dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Standar Besi (Fe) 100 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar besi dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Standar Besi (Fe) 10 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar besi dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Standar Besi (Fe) 1 mg/L
Dipipet sebanyak 0,0;5;10;15.20;25 mL larutan standar besi dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Seri Standar Besi (Fe) 0,0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 mg/L
3.4.2. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Nikel (Ni)
Larutan Standar Nikel (Ni) 1000 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Standar Nikel (Ni) 100 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Standar Nikel (Ni) 10 mg/L
Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen
Larutan Seri Standar Nikel (Ni) 0,0; 0,05; 0,10; 0,15; 0,20 dan 0,25 mg/L
Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik 232,0 nm
Larutan Standar Nikel (Ni) 1 mg/L
Dipipet sebanyak 0,0;2,5;5;7,5.10;12,5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
3.4.3. Preparasi Sampel Air Sumur
3.4.4. Penambahan Arang ke dalam Sampel Air Sumur
Catatan : Perlakuan yang sama dilakukan untuk arang aktif batubara Air Sumur Penduduk
Dimasukkan ke dalam botol plastik
Ditutup hingga tidak terdapat gelembung udara
Sampel Air Sumur
20 g Arang Aktif Tempurung Kelapa
Dimasukkan ke dalam gelas beaker
Ditambahkan 100 mL Sampel Air Sumur
Ditutup dengan plastik dan karet
Didiamkan selama 3 jam
Disaring dengan kertas saring No. 42
3.4.5. Penentuan Besi (Fe) dalam Sampel Air Sumur
Catatan : Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali, sebelum dan sesudah penambahan arang aktif.
Filtrat Residu
Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Ditambahkan akuades hingga garis tanda
Larutan Sampel Hasil Destruksi
Diukur absorbansi dengan SSA pada λspesifik = 248,3 nm
Hasil
100 mL Sampel Air Sumur
Dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer
Ditambahkan 5 mL HNO3(p) hingga pH 3
Dipanaskan hingga hampir kering
Didinginkan
3.4.6. Penentuan Nikel (Ni) dalam Sampel Air Sumur
Catatan : Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali, sebelum dan sesudah penambahan arang aktif.
Filtrat Residu
Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL
Ditambahkan akuades hingga garis tanda
Larutan Sampel Hasil Destruksi
Diukur absorbansi dengan SSA pada λspesifik = 232,0 nm
Hasil
100 mL Sampel Air Sumur
Dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer
Ditambahkan 5 mL HNO3(p) hingga pH 3
Dipanaskan hingga hampir kering
Didinginkan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Logam Besi (Fe)
Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi
logam Besi (Fe) dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kondisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-6300 pada pengukuran konsentrasi logam Besi (Fe)
No Parameter Logam Besi (Fe)
1
2
3
4
5
6
Panjang gelombang (nm)
Tipe nyala
Kecepatan aliran gas pembakar (L/min)
Kecepatan aliran Udara (L/min)
Lebar Celah (nm)
Ketinggian tungku (mm)
248,3
Udara-C2H2
1,6
15,0
0,2
7
Tabel 4.2. Data absorbansi larutan standar Besi (Fe)
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata
0,0000 0,0003
0,1000 0,0064
0,3000 0,0176
0,4000 0,0244
[image:43.595.105.530.75.379.2]0,5000 0,0302
Gambar 4.1. Kurva kalibrasi larutan standar Besi (Fe)
4.1.2. Pengolahan Data Logam Besi (Fe)
4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square
Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Besi (Fe) pada tabel 4.2.
diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier.
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode
least square dengan data pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi logam Besi (Fe) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Besi (Fe)
No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y)
1 0,0000 0,0003 -0,2500 -0,0149 0,0625 2,2201.10-4 0,3725.10-2
2 0,1000 0,0064 -0,1500 -0,0088 0,0225 0,7744.10-4 0,0132.10-1
3 0,2000 0,0124 -0,0500 -0,0028 0,0025 0,0784.10-4 0,0014.10-1
4 0,3000 0,0176 0,0500 0,0024 0,0025 0,0576.10-4 0,0012.10-1 y = 0.0596x+0.0003
R² = 0.999
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
A b so rb a n si L o g a m B e si
5 0,4000 0,0244 0,1500 0,0092 0,0225 0,8464.10-4 0,0138.10-1
6 0,5000 0,0302 0,2500 0,0150 0,0625 0,0225.10-2 0,0375.10-1 Σ 1,5000 0,0913 0,0000 0,0001 0,1750 6,2269.10-4 1,0435.10—2
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis :
dimana :
Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan mengunakan metode least square
sebagai berikut :
Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.5. pada persamaan
ini maka diperoleh :
= 0,0152 – 0,0149
= 0,0003
Maka pesamaan garis yang diperoleh adalah :
4.1.2.2. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi untuk logam Besi (Fe) adalah:
4.1.2.3. Penentuan konsentrasi
Untuk menghitung konsentrasi dari logam Besi (Fe), maka diambil salah satu data
hasil pengukuran absorbansi rata-rata logam Besi (Fe) dalam air sebelum dan setelah
penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara pada bulan
[image:45.595.109.460.514.751.2]tertentu. Data selengkapnya pada Tabel 4.4., Tabel 4.5. dan Tabel 4.6.
Tabel 4.4. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
I M1 M2 M3 0,0083 0,0076 0,0063 0,0080 0,0077 0,0065 0,0081 0,0076 0,0064 0,0081 0,0076 0,0064 II M1
\M2
Tabel 4.5. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
I M1 M2 M3 0,0025 0,0030 0,0032 0,0026 0,0033 0,0031 0,0025 0,0031 0,0032 0,0025 0,0034 0,0031 II M1 M2 M3 0,0023 0,0032 0,0040 0,0022 0,0031 0,0041 0,00223 0,0031 0,0041 0,0023 0,0031 0,0041 III M1 M2 M3 0,0024 0,0038 0,0030 0,0024 0,0037 0,0031 0,0023 0,0038 0,0030 0,0024 0,0038 0,0030
Tabel 4.6. Data absorbansi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
Konsentrasi logam Besi (Fe) sebelum penambahan arang aktif tempurung kelapa dan
arang aktif batubara bulan I dapat diukur dengan mensubstitusikan nilai Y
(absorbansi) rata-rata logam Besi (Fe) ke persamaan :
maka diperoleh: X1 = 0,1308
X2 = 0,1224
X3 = 0,1023
X1 = 0,1308 (X1 – X)2 = 1,5129 . 10-4
X2 = 0,1224 (X2 – X)2 = 0,1521 . 10-4
X3 = 0,1023 (X3 – X)2 = 2,6244 . 10-4
X = 0,1185 ∑(Xi – X)2 = 4,2894 . 10-4
Konsentrasi dinyatakan dalam bentuk:
X ± d (mg/L) dimana: d = t (P,dk) Sx
dari daftar t student untuk , derajat kebebasan
Untuk derajat kepercayaan 95% nilai maka :
d = t (P.dk) Sx
d = 4,30 (0,005 . 2) 0,0084
d = 0,0036
Dengan demikian konsentrasi Besi (Fe) dapat ditulis:
0,1185 ± 0,0036 (mg/L)
Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur
[image:47.595.99.504.58.678.2]sebelum dan setelah penambahan arang aktif. Data selengkapnya pada Tabel 4.7.,
Tabel 4.7. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif.
Bulan Absorbansi (A) Konsentrasi (C) (mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,0083 0,0076 0,0063 0,0080 0,0077 0,0065 0,0081 0,0076 0,0064 0,0081 0,0076 0,0064
0,1185 ± 0,0036
0,1280 ± 0,0021
0,1246 ± 0,0018
Tabel 4.8. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa.
Bulan Absorbansi (A) Konsentrasi (C) (mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,0025 0,0023 0,0024 0,0030 0,0031 0,0038 0,0032 0,0041 0,0030 0,0029 0,0032 0,0031
0,0451 ± 0,0017
0,0486 ± 0,0060
0,0474 ± 0,0028
Tabel 4.9. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif batubara.
Bulan Absorbansi (A) Konsentrasi (C) (mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,0009 0,0009 0,0008 0,0008 0,0010 0,0009 0,0008 0,0007 0,0008 0,0008 0,0008 0,0008
0,0088 ± 0,00002
0,0103 ± 0,00047
0,0088 ± 0,00008
4.1.2.4. Persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe)
Dari data di atas dapat ditentukan persentase (%) penurunan konsentrasi logam Besi
x 100%
Maka persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur setelah
penambahan arang aktif tempurung kelapa pada bulan I adalah :
x 100% = 61,94%
Dengan cara yang sama dapat dihitung persentasi (%) penurunan konsentrasi logam
Besi (Fe) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan
batubara untuk bulan II dan III. Data selengkapnya pada tabel 4.10. dan Tabel 4.11.
Tabel 4.10. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur untuk arang aktif tempurung kelapa.
Bulan
Konsentrasi (mg/L)
Persentasi (%)
Penurunan
Konsentrasi Sebelum
Penambahan
Setelah
Penambahan
I 0,1185 0,0451 61,94%
II 0,1280 0,0487 61,95%
III 0,1246 0,0463 61,10%
Tabel 4.11. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur untuk arang aktif batubara.
Bulan
Konsentrasi (mg/L)
Persentasi (%)
Penurunan
Konsentrasi Sebelum
Penambahan
Setelah
Penambahan
I 0,1185 0,0095 91,98%
II 0,1280 0,0103 91,95%
4.1.3. Logam Nikel (Ni)
Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran konsentrasi
logam Nikel (Ni) dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12. Kondisi alat SSA Merek Shimadzu tipe AA-6300 pada pengukuran konsentrasi logam Nikel (Ni)
No Parameter Logam Nikel (Ni)
1
2
3
4
5
6
Panjang gelombang (nm)
Tipe nyala
Kecepatan aliran gas pembakar (L/min)
Kecepatan aliran Udara (L/min)
Lebar Celah (nm)
Ketinggian tunggku (mm)
232,0
Udara-C2H2
2,8
15,0
0,7
9
Tabel 4.13. Data absorbansi larutan standar Nikel (Ni)
Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-rata
0,0000 0,0002
0,0500 0,0060
0,1000 0,0154
0,1500 0,0238
0,2000 0,0329
Gambar 4.2. Kurva kalibrasi larutan standar Nikel (Ni)
4.1.4. Pengolahan Data Logam Nikel (Ni)
4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square
Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Nikel (Ni) pada Tabel 4.13.
diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier.
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode
[image:51.595.109.527.85.315.2]least square dengan data pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi logam Nikel (Ni) berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Nikel (Ni).
No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y)
1 0,0000 0,0002 -0,2500 -0,0197 0,0625 3,8809.10-4 0,4925. 10-2
2 0,0500 0,0060 -0,1500 -0,0139 0,0225 1,9321. 10-4 0,2085. 10-2
3 0,1000 0,0154 -0.0500 -0,0045 0,0025 0,2025. 10-4 0,0225. 10-2
4 0,1500 0,0238 0,0500 0,0039 0,0025 0,1521. 10-4 0,0195. 10-2
5 0,2000 0,0329 0,1500 0,0130 0,0225 1,6900. 10-4 0,1950. 10-2
6 0,2500 0,0412 0,2500 0,0213 0,0625 4,5369. 10-4 0,5325. 10-2 ∑ 0,7500 0,1195 0,0000 0,0001 0,1750 12,3945. 10-4 1,4705. 10-2
y = 0.0840x- 0.0011 R² = 0.9985
0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04 0,045
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3
A b so rb a n si L o g a m N ike l
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis :
dimana :
Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan mengunakan metode least square
sebagai berikut :
Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.11. pada
persamaan ini maka diperoleh :
= 0,0199 – 0,0210
= -0,0011
4.1.4.2. Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Koefisien korelasi untuk logam Nikel (Ni) adalah:
4.1.4.3. Penentuan konsentrasi
Untuk menghitung konsentrasi dari logam Nikel (Ni), maka diambil salah satu data
hasil pengukuran absorbansi rata-rata logam Nikel (Ni) dalam air sebelum dan setelah
penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara pada bulan
Tabel 4.15. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sebelum penambahan arang aktif tempurung kelapa dan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
I M1 M2 M3 0,0038 0,0035 0,0036 0,0035 0,0036 0,0037 0,0037 0,0036 0,0037 0,0036 0,0035 0,0036 II M1 M2 M3 0,0041 0,0042 0,0043 0,0042 0,0041 0,0042 0,0042 0,0043 0,0042 0,0041 0,0042 0,0042 III M1 M2 M3 0,0037 0,0035 0,0035 0,0036 0,0038 0,0036 0,0038 0,0036 0,0037 0,0037 0,0036 0,0036
Tabel 4.16. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
Tabel 4.17. Data absorbansi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif batubara yang diukur sebanyak 3 kali setiap bulan selama 3 bulan.
Bulan Minggu Absorbansi (A) Rata-rata Absorbansi ( A )
A1 A2 A3
I M1 M2 M3 0,00003 0,00004 0,00004 0,00004 0,00003 0,00004 0,00004 0,00003 0,00004 0,00004 0,00003 0,00004 II M1 M2 M3 0,00007 0,00007 0,00007 0,00006 0,00008 0,00008 0,00007 0,00008 0,00008 0,00007 0,00008 0,00008 III M1 M2 M3 0,00006 0,00003 0,00005 0,00005 0,00004 0,00005 0,00006 0,00004 0,00005 0,00006 0,00004 0,00005
Konsentrasi logam Nikel (Ni) sebelum penambahan arang aktif tempurung kelapa dan
arang aktif batubara bulan I dapat diukur dengan mensubstitusikan nilai Y
(absorbansi) rata-rata logam Nikel (Ni) ke persamaan :
maka diperoleh: X1 = 0,0559
X2 = 0,0547
X3 = 0,0559
X1 = 0,0559 (X1 – X)2 = 0,0016 . 10-4
X2 = 0,0547 (X2 – X)2 = 0,0064 . 10-4
X3 = 0,0599 (X3 – X)2 = 0,0016 . 10-4
X = 0,0555 ∑(Xi – X)2 = 0,0096 . 10-4
Konsentrasi dinyatakan dalam bentuk:
X ± d (mg/L) dimana: d = t (P,dk) Sx
dari daftar t student untuk , derajat kebebasan
Untuk derajat kepercayaan 95% nilai maka :
d = t (P.dk) Sx
d = 4,30 (0,005 . 2) 0,0004
d = 0,00017
Dengan demikian konsentrasi Nikel (Ni) dapat ditulis:
0,0559 ± 0,00017 (mg/L)
Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air
sebelum dan setelah penambahan arang aktif. Data selengkapnya pada Tabel 4.18.,
4.19. dan Tabel 4.20.
Tabel 4.18. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif.
Bulan Absorbansi (A) Kosentrasi (C)
(mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,0036 0,0041 0,0037 0,0035 0,0042 0,0036 0,0036 0,0042 0,0036 0,0036 0,0042 0,0036
0,0555 ± 0,00017
0,0622 ± 0,00012
0,0563 ± 0,00017
Tabel 4.19. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa.
Bulan Absorbansi (A) Konsentrasi (C)
(mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,00068 0,00081 0,00080 0,00079 0,00094 0,00071 0,00070 0,00105 0,00068 0,00072 0,00093 0,00073
0,0218 ± 0,00017
0,0243 ± 0,00021
Tabel 4.20. Data absorbansi dan konsentrasi rata-rata logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif batubara.
Bulan Absorbansi (A) Konsentrasi (C)
(mg/L) A M1 A M2 A M3 A
I II III 0,00004 0,00007 0,00006 0,00003 0,00008 0,00004 0,00004 0,00008 0,00005 0,00003 0,00008 0,00005
0,0041 ± 0,00007
0,0045 ± 0,00004
0,0046 ± 0,00004
4.1.4.4. Persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni)
Dari data di atas dapat ditentukan persentase (%) penurunan konsentrasi logam Nikel
(Ni) dengan menggunakan rumus :
x 100%
Maka persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sumur setelah
penambahan arang aktif tempurung kelapa pada bulan I adalah :
x 100% = 60,72%
Dengan cara yang sama dapat dihitung persentasi (%) penurunan konsentrasi logam
Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan
batubara untuk bulan II dan III. Data selengkapnya pada tabel 4.21. dan Tabel 4.22.
Tabel 4.21. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sumur untuk arang aktif tempurung kelapa.
Bulan Konsentrasi (mg/L) Persentasi (%) Penurunan Konsentrasi Sebelum Penambahan Setelah Penambahan
I 0,0555 0,0218 60,72%
II 0,0622 0,0243 60,87%
Tabel 4.22. Data persentase (%) penurunan konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sumur untuk arang aktif batubara.
Bulan
Konsentrasi (mg/L)
Persentasi (%)
Penurunan
Konsentrasi Sebelum
Penambahan
Setelah
Penambahan
I 0,0555 0,0041 92,61%
II 0,0622 0,0045 92,76%
III 0,0563 0,0046 91,83%
4.2. Pembahasan
Penentuan kadar logam berat Besi (Fe) dan Nikel (Ni) dalam air sumur sebelum dan
setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan batubara dilakukan dengan
mendestruksi sampel air terlebih dahulu. Kemudian diukur nilai absorbansi dan
konsentrasi dari ekstrak sampel menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom
pada panjang gelombang tertentu. Konsentrasi sampel air sebelum penambahan arang
aktif yang didapat dibandingkan dengan konsentrasi sampel air setelah penambahan
arang aktif. Kemudian ditentukan persentasi (%) penurunan konsentrasi pada tiap
bulannya selama 3 bulan berturut-turut.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa persentasi (%) penurunan konsentrasi
logam Besi (Fe) dan Nikel (Ni) dengan menggunakan arang aktif batubara lebih besar
daripada arang aktif tempurung kelapa. Untuk logam Besi (Fe) dalam air sumur, pada
bulan I sebelum penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar 0,1185 mg/L
dan setelah penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0451 mg/L untuk tempurung
kelapa dan 0,0088 mg/L untuk batubara. Dengan kata lain, pada bulan I konsentrasi
Besi (Fe) berkurang setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan batubara
masing – masing sebesar 61,94% dan 91,98%. Untuk bulan ke II, konsentrasi logam
Besi (Fe) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif memiliki konsentrasi
sebesar 0,1280 mg/L dan setelah penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0486
konsentrasi logam Besi (Fe) mengalami penurunan masing - masing sebesar 61,95%
dan 91,95% Untuk bulan ke III, konsentrasi logam Besi (Fe) dalam air sumur sebelum
penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar 0,1246 mg/L dan setelah
penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0451 mg/L untuk tempurung kelapa dan
0,0088 mg/L. Pada bulan ke III ini konsentrasi logam Besi (Fe) mengalami penurunan
masing – masing sebesar 61,10% dan 91,93%. (Tabel 4.10 dan Tabel 4.11)
Hal yang serupa juga terjadi pada logam Nikel (Ni). Pada bulan I sebelum
penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar 0,0555 mg/L dan setelah
penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0218 mg/L untuk tempurung kelapa dan
0,0041 mg/L untuk batubara. Dengan kata lain, pada bulan I konsentrasi Nikel (Ni)
berkurang setelah penambahan arang aktif tempurung kelapa dan batubara masing –
masing sebesar 60,72%% dan 92,61%. Untuk bulan ke II, konsentrasi logam Nikel
(Ni) dalam air sumur sebelum penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar
0,0622 mg/L dan setelah penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0243 mg/L
untuk tempurung kelapa dan 0,0045 mg/L untuk batubara. Pada bulan ke II
konsentrasi logam Nikel (Ni) mengalami penurunan masing - masing sebesar 60,87%
dan 92,78% Untuk bulan ke III, konsentrasi logam Nikel (Ni) dalam air sumur
sebelum penambahan arang aktif memiliki konsentrasi sebesar 0,0563 mg/L dan
setelah penambahan arang aktif berkurang menjadi 0,0221 mg/L untuk tempurung
kelapa dan 0,0046 mg/L untuk batubara. Pada bulan ke III ini konsentrasi logam Nikel
(Ni) mengalami penurunan masing – masing sebesar 60,92% dan 91,83%. (Tabel
4.2.1. dan Tabel 4.22)
Proses penyerapan dapat berlangsung ketika permukaan padatan pada molekul
adsorbat (zat yang akan diserap) membentur permukaan padatan, sehingga sebagian
akan menempel di permukaan padatan dan terserap. Pada awalnya, laju adsorpsi
cukup besar karena seluruh permukaan masih kosong. Namun setelah waktu kontak
semakin lama, permukaan yang terisi oleh molekul semakin banyak dan luas daerah
kosong semakin menurun, sehingga laju adsorpsinya ikut menurun. Gaya yang terlibat
dalam proses penyerapan logam besi (Fe) dan nikel (Ni) hanya melibatkan gaya Van
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari data yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi logam Besi (Fe) dan Nikel (Ni) dalam air sumur setelah penambahan
arang aktif lebih kecil daripada konsentrasi sebelum penambahan arang aktif. Arang
aktif tempurung kelapa dapat menyerap logam Besi (Fe) sebesar 61,10% - 61,95% dan
menyerap logam Nikel (Ni) sebesar 60,72% - 60,92%. Sedangkan arang aktif batubara
dapat menyerap logam Besi (Fe) sebesar 91,93% - 91,98% dan menyerap logam Nikel
(Ni) sebesar 91,83% - 92,76%. Persentasi (%) penurunan konsentrasi logam Besi (Fe)
dan Nikel (Ni) dengan menggunakan arang aktif batubara lebih besar daripada arang
aktif tempurung kelapa.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian ini hanya memberikan informasi persentase (%) penurunan kadar
logam Besi (Fe) dan Nikel (Ni) dengan menggunakan arang aktif tempurung kelapa
dan batubara. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan
DAFTAR PUSTAKA
Achmad,R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi.