HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN
DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Oleh :
HENDRIK
080100097
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TEKANAN
DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh :
HENDRIK
NIM : 080100097
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
HALAMAN PERSETUJUAN
Hasil Penelitian dengan Judul:
Hubungan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Yang dipersiapkan oleh:
Hendrik
080100097
Laporan Hasil Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui
Medan,
Disetujui,
Dosen Pembimbing
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Nama : Hendrik NIM : 080100097
Pembimbing Penguji I
(dr. Nuraiza Meutia, M.Biomed) (dr. Selvi Nafianti, Sp.A) NIP: 19730911 200102 2 001 NIP: 400048403
Penguji II
(dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes) NIP: 19731015 200112 2 002
Medan, Desember 2011 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, yang merupakan salah satu tugas akhir
dalam menyelesaikan program pendidikan S1 fakultas kedokteran USU.
Dengan Selesainya laporan hasil penelitian ini, penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pembimbing
penulisan karya tulisilmiah, dr Nuraiza Meutia, M.Biomed, yang dengan sepenuh
hati telah mendukung, membimbing, dan mengarahkan penulis mulai dari
perencanaan penulisan sampai selesainya laporan hasil penelitian ini. Ucapan
terimakasih juga tidak lupa penulis ucapkan kepada keluarga dan teman-teman
yang selalu mendukung dan memberikan semangat demi kelancaran pembuatan
hasil penelitian ini. Hanya Tuhan Yang Maha Esa yang mampu memberikan
balasan terbaik kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan laporan hasil penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
laporan hasil penelitian ini.
Medan, 11 Desember 2011
Hendrik
Abstrak
Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa di
dunia baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal
tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu
kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan
muskuloskeletal, dan beberapa kanker. Salah satu kelainan kardiovaskuler yang
terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan
dengan kelebihan berat badan. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat
sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan body mass index (BMI) atau
indeks massa tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas
pada orang dewasa.
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara
indeks massa tubuh dengan tekanan darah. Desain penelitian ini adalah cross
sectional study dengan teknik consecutive sampling. Populasi pada penelitian ini
adalah mahasiswa/i stambuk 2011,2010,2009, dan 2008 Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, yang berumur 17-23 tahun yang tidak merokok,
meminum alhohol, ataupun sedang memakai obat-obatan kardiovaskular, dan
tidak mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular. Sampel untuk penelitian ini
sebanyak 70 orang. Pertama-tama, responden akan diwawancara. Hanya
responden yang memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi yang akan diambil.
Kemudian sampel yang memenuhi kriteria tersebut dinilai IMT dan tekanan
darahnya.
Berdasarkan penelitian dan hasil olah dari SPSS didapatkan adanya
hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah (p<0.05) dan kekuatan
hubungan tersebut adalah rendah (0.200<r<0.399). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang maka akan disertai juga
dengan peningkatan darah sistolik dan tekanan diastolik.
Pada orang obesitas terjadi kompleksitas yang memicu meningkatnya
tekanan darah. Kecenderungan peningkatan tekanan darah pada kelompok IMT
berlebih akan menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan
penyakit renal di usia lanjutnya nanti. Mungkin penelitian ini dapat diteruskan
oleh peneliti selanjutnya dengan mengkaji hubungan antara indeks massa tubuh
dengan tekanan darah, dengan mempertimbangkan indikator gizi yang lain untuk
diikutsertakan sebagai variabel.
Abstract
Nowadays, being overweight has been a common problem in the world,
both in developed and developing countries. It deserves attention because excess
weight can spur cardiovascular disorders, especially stroke and heart disease,
diabetes, musculoskeletal disorders, and some cancers. One of the most
important cardiovascular disorder is hypertension. Approximately 75% of
hypertension is directly associated with overweight. Directly measuring the body
fat is very difficult and instead, we used body mass index (BMI) to identify
overweight and obesity in adults.
The purpose of this study was conducted to determine the relationship
between body mass index and blood pressure. This study design wass a cross
sectional study with consecutive sampling technique. The population in this study
were students of Faculty of Medicine Universitas Sumatra Utara, aged 17-23
years who do not smoke, drink alcohol, putting on cardiovascular drugs, and have
no history of cardiovascular disease. The samples for this study were as many as
70 people.
First, respondents will be interviewed. Only respondents who meet
the inclusion and exclusion criteria to be taken. Then the samples that meet these
criteria assessed BMI and blood pressure.
Based on the studies, we established an association between body mass
index and blood pressure (p <0.05) and the strength of this relationship is low
(0.200 <r <0.399). The results of this study indicate that the higher a person's
BMI, the higher the systolic and diastolic pressures.
Complexity which triggers increased blood pressure occurs on overweght
people. The tendency on increased blood pressure on excess IMT group will be a
factor causing hypertension, cardiovascular disease, and renal disease in the
future. Perhaps this research can be continued by subsequent researchers by
examining the relationship between body mass index with blood pressure by
considering other nutritional indicators as another variable
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Abstrak ... iv
Abstract ... v
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel, Gambar dan Singkatan ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar belakang ... 1
1.2. Rumusan masalah ... 2
1.3. Tujuan umum dan khusus ... 2
1.4. Manfaat ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Indeks Massa Tubuh ... 4
2.2 Obesitas ... 5
2.2.1. Definisi obesitas ... 5
2.2.2. Etiologi obesitas ... 5
2.2.3.
Prevalensi dan Epidemiologi Obesitas... 7
2.2.4.
Klasifikasi... 8
2.2.5. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas ... 8
2.2.6. Dampak obesitas ... 10
2.3.
Tekanan Darah... 11
2.3.1. Definisi
Tekanan Darah... 11
2.3.2.
Fisiologi Tekanan darah ...12
2.3.3.
Pengukuran Tekanan Darah... 13
2.3.4. Klasifikasi Tekanan Darah ... 14
2.3.5. Mekanisme Hipertensi ... 15
2.4.
Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah. ... 16BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN ... 18
3.1. Kerangka Konsep ... 18
3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 18
3.3. Hipotesa ... 19
4.1. Jenis Penelitian ... 20
4.2. Waktu dan tempat penelitian ... 20
4.3. Populasi dan Sampel ... 20
4.4. Teknik pengambilan data ... 21
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 22
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 24
5.1. Hasil Penelitian ... 24
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 24
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 24
5.1.3. Tabulasi Silang Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah .... . 26
5.2. Hasil Analisa Statistik ... 28
5.3. Pembahasan ... 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 32
6.2. Saran ... 32
DAFTAR PUSTAKA ... 34
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul
Halaman
Tabel 2.1.
Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan LingkarPerut Menurut Kriteria Asia Pasifik
... 4
Tabel 2.2.
Rekomendasi Lingkar Pinggang untuk Obesitas Sentral... 9
Tabel 2.3.
Nilai Normal untuk Waist-to-hip ratio ...10
Tabel 2.4.
Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7... 14
Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 25
Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 25
Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan IMT ... 26
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Sistole ... 26
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Diastole ... 26
Tabel 5.6. Tabulasi Silang Tekanan Darah Sistolik dengan IMT ... 27
Tabel 5.7. Tabulasi Silang Tekanan Darah Diastolik dengan IMT ... 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Berbagai Faktor yang Menjadi Penyebab Obesitas... 11
Gambar 2.2.
Skema Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Arteri... 13
Gambar 2.3.
Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Tekanan darah ...17
Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian... 18
DAFTAR ISTILAH
5-HT
: 5-Hydroxy Tryptamine
ACE
: Angiotensin Converting Enzym Kinase
BMI
: Body Mass Indeks
CART
: Cocaine- and amphetamine related transcript
CT
: Computed Tomography
FFA
: Free Fatty Acid
GLP1
: Glukagon related protein 1
IMT
: Indeks Massa Tubuh
MCH
: Melanin concentrating hormone
MCR-4
: Melanocortin receptor 4
MRI
: Magnetic resonance imaging
NPY
: Neuropeptida Y
RAS
: Renin-Angiotensin-System
Abstrak
Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa di
dunia baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal
tersebut patut mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu
kelainan kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan
muskuloskeletal, dan beberapa kanker. Salah satu kelainan kardiovaskuler yang
terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan
dengan kelebihan berat badan. Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat
sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan body mass index (BMI) atau
indeks massa tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas
pada orang dewasa.
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui hubungan antara
indeks massa tubuh dengan tekanan darah. Desain penelitian ini adalah cross
sectional study dengan teknik consecutive sampling. Populasi pada penelitian ini
adalah mahasiswa/i stambuk 2011,2010,2009, dan 2008 Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, yang berumur 17-23 tahun yang tidak merokok,
meminum alhohol, ataupun sedang memakai obat-obatan kardiovaskular, dan
tidak mempunyai riwayat penyakit kardiovaskular. Sampel untuk penelitian ini
sebanyak 70 orang. Pertama-tama, responden akan diwawancara. Hanya
responden yang memenuhi kriteria inklusi serta eksklusi yang akan diambil.
Kemudian sampel yang memenuhi kriteria tersebut dinilai IMT dan tekanan
darahnya.
Berdasarkan penelitian dan hasil olah dari SPSS didapatkan adanya
hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah (p<0.05) dan kekuatan
hubungan tersebut adalah rendah (0.200<r<0.399). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang maka akan disertai juga
dengan peningkatan darah sistolik dan tekanan diastolik.
Pada orang obesitas terjadi kompleksitas yang memicu meningkatnya
tekanan darah. Kecenderungan peningkatan tekanan darah pada kelompok IMT
berlebih akan menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan
penyakit renal di usia lanjutnya nanti. Mungkin penelitian ini dapat diteruskan
oleh peneliti selanjutnya dengan mengkaji hubungan antara indeks massa tubuh
dengan tekanan darah, dengan mempertimbangkan indikator gizi yang lain untuk
diikutsertakan sebagai variabel.
Abstract
Nowadays, being overweight has been a common problem in the world,
both in developed and developing countries. It deserves attention because excess
weight can spur cardiovascular disorders, especially stroke and heart disease,
diabetes, musculoskeletal disorders, and some cancers. One of the most
important cardiovascular disorder is hypertension. Approximately 75% of
hypertension is directly associated with overweight. Directly measuring the body
fat is very difficult and instead, we used body mass index (BMI) to identify
overweight and obesity in adults.
The purpose of this study was conducted to determine the relationship
between body mass index and blood pressure. This study design wass a cross
sectional study with consecutive sampling technique. The population in this study
were students of Faculty of Medicine Universitas Sumatra Utara, aged 17-23
years who do not smoke, drink alcohol, putting on cardiovascular drugs, and have
no history of cardiovascular disease. The samples for this study were as many as
70 people.
First, respondents will be interviewed. Only respondents who meet
the inclusion and exclusion criteria to be taken. Then the samples that meet these
criteria assessed BMI and blood pressure.
Based on the studies, we established an association between body mass
index and blood pressure (p <0.05) and the strength of this relationship is low
(0.200 <r <0.399). The results of this study indicate that the higher a person's
BMI, the higher the systolic and diastolic pressures.
Complexity which triggers increased blood pressure occurs on overweght
people. The tendency on increased blood pressure on excess IMT group will be a
factor causing hypertension, cardiovascular disease, and renal disease in the
future. Perhaps this research can be continued by subsequent researchers by
examining the relationship between body mass index with blood pressure by
considering other nutritional indicators as another variable
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pada zaman sekarang ini kelebihan berat badan sudah menjadi hal biasa di dunia
baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Hal tersebut patut
mendapat perhatian karena kelebihan berat badan dapat memacu kelainan kardiovaskuler
terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan muskuloskeletal, dan beberapa
kanker (WHO, 2011). Salah satu kelainan kardiovaskuler yang terpenting adalah
hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan dengan kelebihan berat
badan (Ting Fei Ho, 2009).
Dalam pengukuran antropometeri terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk
memperkirakan kelebihan berat badan seseorang. Mengukur lemak tubuh secara langsung
sangat sulit dan sebagai pengukur pengganti digunakan body mass index (BMI) atau
indeks massa tubuh (IMT) untuk mengidentifikasi berat badan lebih dan obesitas pada
orang dewasa. Metode lain adalah pengukuran lingkar pinggang, lingkar lengan, serta
perbandingan lingkar pinggang dan lingkar panggul.
Indeks Massa Tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis
untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih pada populasi orang dewasa, dimana
IMT dikategorikan menjadi underweight, normal, overweight, beresiko, obesitas I, dan
obesitas II (Sugondo, 2006).
Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+) adalah
overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita adalah obese.
WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar dewasa akan
mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.
Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada penduduk dewasa
di atas 15 tahun di Indonesa cukup tinggi seperti di Sumatera utara 20.9% dengan 17.7%
pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9% dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita. Dan
Obesitas berhubungan dengan berberapa penyakit seperti hipertensi, diabetes,
hiperkolesteronemia, dan penyakit liver (Wilbron et al, 2005), Dan obesitas telah di
indentifikasi sebagai faktor penting dalam memprediksi terjadinya hipertensi pada orang
dewasa (Lynds et al, 1980 ). Sindrom metabolik, yang merupakan konsekuensi utama
dari obesitas, akan menyebabkan inflamasi kronik, yang bersama dengan resistensi
insulin, akan menghasilkan kekacauan kompleks pada metabolisme, yang mana akan
berkontribusi untuk terjadinya hipertensi, abnormalitas lipoprotein, atherosklerosis,
penyakit koroner, dan disfungsi organ lain (Wahba, 2007). Anak-anak dan orang dewasa
yang obese, cenderung mempunyai tekanan darah yang lebih tinggi secara signifikan
(Qing He et al , 2000) . Dari prevalensi dan efek jangka panjang yang telah diuraikan di
atas, bisa diprediksi bahwa pada nantinya efek jangka panjang dari obesitas adalah
masalah kesehatan dan ekonomi yang tidak bisa dipandang ringan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis melalui makalah ini ingin meneliti apakah
terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah dan seberapa besar
hubungan tersebut.
1.2.Rumusan masalah
Dari hasil penguraian di atas, maka didapatkan rumusan masalah apakah terdapat
hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah seseorang?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum :
Untuk melihat hubungan antara tekanan darah dengan indeks massa tubuh.
13.2. Tujuan Khusus :
1. Menimbang berat badan mahasiswa/wi
2. Mengukur tinggi badan mahasiswa/wi
3. Menghitung indeks massa tubuh mahasiswa/wi
1.4. Manfaat Penelitian :
1. Penelitian ini memberikan informasi di bidang kesehatan tentang hubungan
indeks massa tubuh dengan tekanan darah.
2. Sebagai data untuk penelitian selanjutnya.
3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan pembaca KTI ini dan peneliti
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi angka dari berat dan tinggi badan
seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat dalam kilogram dibagi dengan kuardrat dari
tinggi dalam meter (kg/m2). Nilai dari IMT pada orang dewasa tidak bergantung pada
umur maupun jenis kelamin. Tetapi, IMT mungkin tidak berkorenspondensi untuk
derajat kegemukan pada populasi yang berbeda, pada sebagian, dikarenakan perbedaan
proporsi tubuh pada mereka (WHO, 2000).
Menurut WHO (2000) dalam Sugondo (2006) berat badan dan Obesitas dapat
diklasifikasikan berdasarkan IMT, yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik
Klasifikasi obesitas
Klasifikasi
IMT
Berat badan kurang
Kisaran normal
Berat badan lebih
Beresiko
Obese I
Obese II
<18,5
18,5-22,9
>23,0
23,0-24,9
25,0-29,9
>30,0
Kriteria di atas merupakan kriteria untuk kawasan Asia Pasifik. Kriteria ini
berbeda dengan kawasan lain, hal ini berdasarkan meta-analisis beberapa kelompok etnik
yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama,
menunjukkan etnik Amerika berkulit hitam memiliki IMT lebih tinggi 4,5 kg/m2
dibandingkan dengan etnik kaukasia. Sebaliknya, nilai IMT bangsa Cina, Ethiopia,
Indonesia, dan Thailand masing-masing adalah 1.9, 4.6, 3.2, dan 2.9 kg/m2 lebih rendah
daripada etnik Kaukasia. Hal ini memperlihatkan adanya nilai cut off IMT untuk obesitas
Indeks massa tubuh tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset
telah menunjukan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh secara
langsung, seperti pengukuran dalam air dan dual energy x-ray absorptiometry (DXA).
IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan untuk memberikan
indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang dapat
mengakibatkan problema kesehatan (CDC, 2011).
2.2. Obesitas. 2.2.1 Definisi
Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Penentu yang
digunakan adalah indeks massa tubuh (IMT). Sedangkan Overweight adalah tahap
sebelum dikatakan obesitas secara klinis (Guyton, 2007). Obesitas dikatakan terjadi
kalau terdapat kelebihan berat badan 20% karena lemak para pria dan 25% pada wanita
(Ganong,2002).
2.2.2. Etiologi
Faktor penyebab obesitas sangat kompleks. Kita tidak bisa hanya memandang
dari satu sisi. Gaya hidup tidak aktif dapat dikatakan sebagai penyebab utama obesitas.
Hal ini didasari oleh aktivitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan
massa otot dan mengurangi massa lemak tubuh, sedangkan aktivitas fisik yang tidak
adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan adipositas. Oleh
karena itu pada orang obese, peningkatan aktivitas fisik dipercaya dapat meningkatkan
pengeluaran energi melebihi asupan makanan, yang berimbas penurunan berat badan
(Guyton, 2007).
Faktor lain penyebab obesitas adalah perilaku makan yang tidak baik. Perilaku
makan yang tidak baik disebabkan oleh beberapa sebab, diantaranya adalah karena
lingkungan dan sosial. Hal ini terbukti dengan meningkatnya prevalensi obesitas di
negara maju. Sebab lain yang menyebabkan perilaku makan tidak baik adalah psikologis,
dimana perilaku makan agaknya dijadikan sebagai sarana penyaluran stress. Perilaku
makan yang tidak baik pada masa kanak-kanak sehingga terjadi kelebihan nutrisi juga
sel-sel lemak yang baru terutama meningkat pada tahun-tahun pertama kehidupan, dan
makin besar kecepatan penyimpanan lemak, makin besar pula jumlah sel lemak. Oleh
karena itu, obesitas pada kanak-kanak cenderung mengakibatkan obesitas pada
dewasanya nanti (Guyton, 2007).
Dari segi neurogenik, dibuktikan bahwa lesi pada hipotalamus bagian
ventromedial dapat menyebabkan seekor binatang makan secara berlebihan dan obese,
serta terjadi perubahan yang nyata pada neurotransmiter di hipotalamus berupa
peningkatan oreksigenik seperti NPY dan penurunan pembentukan zat anoreksigenik
seperti leptin dan α-MSH pada hewan obese yang dibatasi makannya (Guyton, 2007) . Input dari vagal juga terhitung penting, membawa informasi dari viseral, seperti
peregangan dari usus (Flier et al, 2005).
Faktor genetik obesitas dipercaya berperan menyebabkan kelainan satu atau lebih
jaras yang mengatur pusat makan dan pengeluaran energi dan penyimpanan lemak serta
defek monogenik seperti mutasi MCR-4, defisiensi leptin kogenital, dan mutasi reseptor
leptin (Guyton, 2007).
Dari segi hormonal terdapat leptin, insulin, kortisol, dan peptida usus. Leptin
adalah sitokin yang menyerupai polipeptida yang dihasilkan oleh adiposit yang bekerja
melalui aktifasi reseptor hipotalamus. Injeksi leptin akan mengakibatkan penurunan
jumlah makanan yang dikonsumsi. Insulin adalah anabolik hormon, insulin diketahui
berhubungan langsung dalam penyimpanan dan penggunaan energi pada sel adiposa.
Kortisol adalah glukokortikoid bekerja dalam mobilisasi asam lemak yang tersimpan
pada trigiserida, hepatic glukoneogenesis, dan proteolisis (Wilborn et al, 2005). Peptida
usus seperti ghrelin, peptida YY, dan kolesistokinin yang dibuat di usus halus dan
memberi sinyal ke otak secara langsung ke pusat pengatura hipotalamus dan/atau melalui
nervus vagus (Flier et al, 2005).
Faktor metabolit juga berperan dalam obesitas. Metabolit, termasuk glukosa,
dapat mempengaruhi nafsu makan, yang mengakibatkan hipoglikemi yang akan
menyebabkan rasa lapar. Akan tetapi, glukosa bukanlah pengatur utama nafsu makan
(Flier et al, 2005).
Semua faktor hormonal, metabolit, dan neurogenik yang tadi disebutkan diatas
alpha-MSH, an MCH yang terintegrasi dengan serotonergik, kotekolaminergik,
endokannabinoid, dan jalur singnal opioid (Flier et al, 2005).
Faktor terakhir penyebab obesitas adalah karena dampak/sindroma dari penyakit
lain. Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan obesitas adalah hypogonadism,
Cushing syndrome, hypothyroidism, insulinoma, craniophryngioma, gangguan lain pada
hipotalamus (Flier et al, 2005).
Beberapa anggapan menyatakan bahwa berat badan seseorang diregulasi baik
oleh endokrin dan komponenen neural. Berdasarkan anggapan itu maka disedikit saja
kekacauan pada regulasi ini akan mempunyai efek pada berat badan (Flier et al, 2005).
2.2.3. Prevalensi dan Epidemiologi Obesitas
Menurut WHO (2011) pada tahun 2008, sekitar 1,5 milliar dewasa (20+) adalah
overweight dan lebih dari 200 juta laki-laki dan sekitar 300 juta wanita adalah obese.
WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2015, sekitar 2.3 milliar dewasa akan
mengalami overweight dan lebih dari 700 milliar akan obese.
Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) prevalensi obesitas pada penduduk
dewasa di atas 15 tahun di beberapa kota besar di Indonesa cukup tinggi seperti di
Sumatera utara 20.9% dengan 17.7% pria dan 23.8% wanita, di DKI Jakarta 26.9%
dengan 22.7% pria dan 30.7% wanita, Jawa Barat 17.0% dengan 14.4% pria dan 29.2%
wanita, Jawa tengah 17.0% dengan 11.6% pria dan 22.0% wanita, DI Yogyakarta 18.7%
dengan 14.6% pria dan 22.5% wanita, Jawa timur 20.4% dengan 15.2% pria dan 25.5%
wanita. Dan di Indonesia adalah 19.1% dengan wanita 23.8% dan pria 13.9%.
Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya mendapatkan
makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia. Urbanisasi dan perubahan
status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang berdampak pada
peningkatan prevalensi obesitas pada populasi di negara-negara ini, termasuk Indonesia
(Sugondo, 2006). tingginya prevalensi ini, telah membuat obesitas mendapat perhatian
yang cukup singnifikan dalam medis. Obesitas lebih sering terjadi antara wanita dan yang
menyedihkan; prevalensi pada anak-anak juga mengingkat pada taraf yang
2.2.4. Klasifikasi
Obesitas dapat dibagi menjadi beberapa derajat berdasarkan persen kelebihan
lemak (Misnadiarly, 2007). Antara lain :
a. Mild obesity
dikatakan mild obesity bila berat badan individu antara 20-30% di atas berat badan ideal.
b. Moderate obesity
Apabila berat badan individu antara 30-60% di atas berat badan ideal.
c. Morbid
Penderita-penderita obesitas yang berat badannya 60% atau lebih di atas berat badan
ideal. Pada derajat ini risiko mengalami gangguan respirasi, gagal jantung, dan kematian
mendadak meningkat dengan tajam.
2.2.5. Pengukuran Antropometri sebagai Skreening Obesitas
Menentukan lemak tubuh dapat digunakan berbagai cara seperti CT, MRI,
Electrical inpedance densitometry, skin-flod thickenes, waist-to-hip ratio, IMT, dan
Waist Circumference (Flier et al, 2005). Akan tetapi tak semua pengukuran tersebut
mudah dan murah dilakukan. Oleh karena itu pengukuran IMT, waist-to-hip ratio, dan
Waist Circumference yang lebih lazim dilakukan.
1.IMT
IMT tidak mengukur lemak tubuh secara langsung, tapi hasil riset telah
menunjukan bahwa IMT berkorelasi dengan pengukuran lemak tubuh secara langsung.
IMT adalah metode yang tidak mahal dan gampang untuk dilakukan untuk memberikan
indikator atas lemak tubuh dan digunakan untuk screening berat badan yang bisa
mengakibatkan problema kesehatan.
2. Waist Circumference
IMT memiliki korelasi positif dengan total lemak tubuh, tetapi IMT bukan
merupakan indikator terbaik untuk obesitas Selain IMT, metode lain untuk pengukuran
pinggang ini boleh dikatakan berguna dalam penentuan obesitas sentral. Lingkar
pinggang menggambarkan lemak tubuh di antaranya tidak termasuk berat tulang (kecuali
tulang belakang) atau massa otot yang besar yang mungkin akan bervariasi dan
memperngaruhi hasil pengukuran (Sugondo,2006). Berikut kriteria ukuran lingkar
pinggang berdasarkan etnis (Alberti et al, 2009)
Tabel 2.2 Rekomendasi Lingkar Pinggang untuk Obesitas Sentral
3. Waist-to-hip ratio (Flier et al, 2005)
Selain IMT dan lingkar perut, rasio antara lingkar perut dan lingkar pinggul merupakan
alternative klinis yang praktis. Lingkar perut dan rasio lingkar perut dengan lingkar
pinggul berhubungan dengan besarnya resiko untuk terjadinya gangguan kesehatan.
Tabel 2.3 Nilai Normal untuk Waist-to-hip ratio
Jenis Kelamin
Ukuran Waist-to-hip
wanita
<0.9
2.2.6. Dampak obesitas
Obesitas memiliki efek samping yang besar pada kesehatan. Obesitas berhubungan
dengan meningkatnya mortalitas, hal ini karena meningkatnya 50 sampai 100% resiko
kematian dari semua penyebab dibandingkan dengan orang yang normal berat badannya,
dan terutama oleh sebab kardiovaskular (Harrison, 2007). Berikut beberapa efek
patologis dari diabetes:
1. Insulin resisten dan diabetaes tipe 2
2. Gangguan pada sistem reproduksi
3. Penyakit kardiovaskular
4. Penyakit pulmoner
5. Gallstones (batu empedu)
6. Kanker
Gambar 2.2. Berbagai Faktor yang Menjadi Penyebab Obesitas (Harrison’s Principles of
Internal Medicine, 2005)
2.3. Tekanan Darah 2.3.1. Definisi
Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung dan tahanan vaskuler perifer.
Peningkatan curah jantung dan atau resistensi vaskuler perifer menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Jika jantung meningkat sementara resistensi vaskuler perifer menurun dan
sebaliknya, maka tekanan darah tidak akan meninggi (Ganong, 2002). Intake energy > pengeluaran energi
2.3.2. Fisiologi Tekanan darah
Curah jantung dapat berubah-ubah oleh perubahan pada kecepatan denyut jantung
atau isi sekuncup. Kecepatan jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung,
stimulasi simpatis meningkatkan kecepatan dan stimulasi parasimpatis menurunkannya.
Isi sekuncup sebagian juga ditentukan oleh input saraf, rangsang simpatis menyebabkan
serat otot miokardium berkontraksi lebih kuat untuk setiap panjang sedangkan rangsang
parasimpatis menimbulkan efek sebaliknya. Kekuatan kontraksi otot jantung bergantung
pada preload dan afterload-nya. Preload adalah derajat peregangan miokardium
sebelum miokardium berkontraksi dan afterload adalah resistensi yang dihadapi darah
sewaktu dikeluarkan (Ganong, 2002).
Tekanan di dalam aorta dan dalam arteri brankialis dan arteri besar lain pada orang
dewasa muda meningkatkan mencapai nilai puncak (tekanan sistolik) kira-kira
120mmHg selama tiap siklus jantung dan turun ke nilai minimal (tekanan diastolik)
sekitar 70 mmHg. Tekanan ini didapat pada posisi duduk istirahat atau berbaring. Cukup
kelihatan lebih rendah pada malam hari dan pada perempuan lebih rendah dibanding
dengan laki-laki. Secara umum, peningkatan curah jantung meningkatkan tekanan
sistolik, sedangkan peningkatan tahanan perifer meningkatkan tekanan diastolik
Gambar 2.3. Skema Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Arteri
2.3.4. Pengukuran Tekanan Darah
Menurut Ganong (2002), metode pengukuran tekanan darah ada 3 :
5. Mengukur secara langsung
Bila kanula dimasukkan ke arteri, tekanan arteri dapat diukur secara langsung dengan
manometer air raksa atau ukuran dasar ketegangan yang sesuai dan suatu osiloskop
diatur untuk menulis secara lansung pada potongan kertas yang bergerak. --
kontraktilitas
preload
afterload
Pemendekan serat
miokardium Ukuran ventrikel
kiri
Isi sekuncup Kec. Denyut jantung
Curah jantung Resistensi
perifer
6. Metode auskultasi
Manset yang dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa (sfigmomanometer)
kemudian dililitkan di sekitar lengan dan stetoskop diletakkan di atas arteri brankialis
pada siku. Manset secara cepat dipompa sampai tekanan di dalamnya di atas tekanan
sistolik yang diharapkan dalam arteri brankialis. Arteri dioklusi oleh manset, dan tidak
ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan dalam manset diturunkan secara
perlahan-lahan. Pada titik tekanan sistolik dalam arteri tepat melampaui tekanan manset,
semburan darah melewatinya pada tiap denyut jantung, dan secara sinkron dengan tiap
denyut, bunyi detakan didengar di bawah manset. Tekanan manset pada waktu bunyi
pertama terdengar adalah tekanan sistolik. Dengan menurunnya tekanan, suara menjadi
lebih keras, kemudian tidak jeas dan menutupi; akhirnya pad kebanyakan individu,
menghilang. Ini adalah bunyi korotkoff. Tekanan diastolik dalam keadaan istirahat orang
dewasa berkorelasi paling baik dengan tekanan pada saat bunyi menghilang. Akan tetapi,
pada orang dewasa setelah berolahraga dan pada anak, tekanan diastolik berkorelasi
paling baik dengan bunyi menjadi hilang.
7. Metode palpasi
tekanan sistolik dapat ditentukan dengan memompa manset lengan dan kemudian
membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut radialis pertama kali
teraba. Oleh karena kesukaran menentukan secara pasti kapan denyut pertama kali
teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi biasanya 2-5 mmHg lebih rendah
dibandingkan dengan yang diukur dengan metode auskultasi.
2.3.4. Klasifikasi tekanan darah
Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention,
Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7) , tekanan darah
Tabel 2.4. Klasifikasi Tekanan darah menurut JNC 7
SBP/DBP
Kategori
<120/80
Normal
120-139/80-89
Prehipertensi
>=140/90
Hipertensi
140-159/90-99
>=160/100
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2
Hasil ini merupakan hasil perbaharuan dari The Sixth Report Of The Joint
National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High
Blood Pressure (JNC), Tahun 1997. Pada JNC 6, prehipertensi dibagi menjadi 2 kelas
lagi dan hipertensi dibagi menjadi 3 stage.
2.3.5. Mekanisme Hipertensi
Curah jantung dan tahanan perifer adalah dua faktor penentu tekanan arterial.
Dimana curah jantung ditentukan oleh isi sekuncup dan denyut nadi; isi sekuncup
berhubungan dengan kontraktilitas miokardium dan ukuran dari kompartemen vaskular.
Tahahan perifer ditentukan oleh fungsional dan anatomi perubahan pada arteri kecil dan
arteriol. Berikut beberapa hal yang dapat mengakibatkan perubahan faktor di atas, yang
nantinya akan mengakibatkan kenaikan tekanan darah (Fisher, 2005; Williams, 2005) :
1. Volume intravaskular
Volume vaskular adalah penentu primer tekanan arteri untuk waktu yang lama. Sodium
secara predominan adalah ion ekstrasellular dan merupakan penentu primer volume
cairan ekstrasellular. Ketika masukan dari NaCl melebihi kapasitas dari ginjal untuk
membuang sodium, volume vaskular menjadi bertambah dan curah jantung meningkat.
Dengan meningkatnya curah jantung akan mengakibatkan peningkatan tekanan darah;
tetapi, seiring dengan waktu, tahanan perifer akan meningkat dan curah jantung akan
kembali menjadi normal. Pengurangan kapasitas ekskresi sodium dari ginjal akan
menimbulkan hipertensi.
2. Sistem nervus autonom
Sistem nervus autonom menjaga hemostasis kardiovaskular melalui tekanan, volume,
dan fungsi adrenergik, berhubungan dengan hormonal dan faktor volume yang berkaitan,
berkontribusi dalam regulasi jangka panjang tekanan arteri. Aktivasi reseptor β1 akan menstimulasi kecepatan dan kekuatan kontraktilitas jantung, yang akhirnya akan
meningkatkan curah jantung. Aktivasi reseptor ini juga akan menstimulasi pelepasan
renin dari ginjal, sehingga air akan diretensi dan tekanan darah akan meningkat. Selain
reseptor β1, reseptor α1 juga berperan meningkatkan tekanan darah dengan
menyebabkan vasokonstriksi.
3. Renin-Angiotensin-Aldosteron
Tubuh juga memiliki sistem renin angiotensin dalam memodulasi tekanan darah. Peran
renin, dihasilkan oleh sel jukstaglomerular di ginjal, dalam modulasi tekanan darah
dengan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin 1. Angiotensin 1 ini akan diubah
menjadi angiotensin 2, merupakan vasokonstriktor kuat, oleh angiotensin converting
enzym kinase II (ACE kinase II). Angiotensin 2 ini nantinya akan merangsang pelepasan
dari aldosteron, mineralkortikoid yang kuat, dari zona glomerulosa korteks adrenal.
Renin-Angiotensin-Aldosteron sistem berkontribusi dalam regulasi tekanan arteri
melalui properti angiotensin II dan retensi sodium melalui properti aldosteron.
4. Mekanisme vaskular
Diameter vaskular dan resistensi komplians arteri juga penting dalam menentukan
tekanan arteri. Pasien yang hipertensi mempunyai arteri yang kaku dan pasien
arterisklerosis secara khusus mempunyai sistol yang tinggi dan tekanan nadi yang lebar
sebagai akibat penurunan komplians vaskular yang disebabkan perubahan struktur
dinding vaskular.
2.4. Hubungan Obesitas dengan Tekanan Darah.
Penyebab hipertensi pada obesitas adalah kompleks. Peningkatan tonus vascular
dan garam serta air ginjal adalah penyebab utama hipertensi pada obesitas. Mekanisme
yang mendasarinya termasuk hiperleptinemia, meningkatnya asam lemak bebas (FFA),
hiperinsulinemia, dan insulin resisten, kesemuanya ini akan menyebabkan stimulasi dari
saraf simpatis, meningkatnya tonus vascular, disfungsi endothelial, dan retensi sodium
ginjal. Sebagai tambahan, meningkatnya aktivitas rennin-angiotensin-system (RAS),
sebagai efek dari aktivasi simpatis dan bertambahnya sintesis jaringan adiposa,
Endothelial disfungsi
Tonus vaskular
Obesitas
leptin FFA
Insulin
Adipose
Sintesis RAS
Stimulasi simpatik
RAS
Hipertensi
[image:30.595.121.471.154.653.2]Retensi garam dan air
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penilitian
[image:31.595.140.463.294.336.2]Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penilitian ini adalah:
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Penelitian
Variabel independen : obesitas
Variabel dependen : tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik (mmHg)
Variabel luar : Variabel luar dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Variabel luar yang dapat dikendalikan dalam penelitian ini adalah umur
pasien, status kesehatan, obatan yang dikonsumsi
b.
Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan dalam penelitian ini adalah
kondisi psikologis individu
3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Indeks massa tubuh
•
Definisi: Indeks massa tubuh merupakan
alat atau cara yang sederhana
untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan
. Obesitas merupakan
Obesitas Tekanan darah
peningkatan berat badan dengan IMT
≥25 kg/m
2akibat akumulasi lemak
yang berlebihan. Indeks massa tubuh diukur dengan menghitung berat
badan dan tinggi badan, dikatakan obesitas bila hasil pengukuran
≥25
kg/m
2•
Alat ukur Indeks massa tubuh adalah timbangan berat badan orang dewasa
dan meteran dinding.
•
Cara kerja dalam pengukuran indeks massa tubuh adalah, terlebih dahulu
sampel diukur berat badannya dalam kilogram (kg) kemudian diukur
tinggi badannya dalam meter (m). Setelah itu, kedua nilai itu dimasukkan
ke rumus di bawah ini :
Berat Badan (kg)
IMT =
Tinggi Badan
2(m)
•
Skala dalam pengukuran indeks massa tubuh adalah skala rasio
2. Tekanan Darah
•
Definisi: Tekanan darah merupakan hasil perkalian curah jantung dan
tahanan vaskuler perifer. Tekanan darah mengarah kepada tekanan pada
pembuluh darah pada saat darah dipompakan ke seluruh anggota tubuh
manusia. Tekanan puncak sewaktu darah dipompakan dinamakan tekanan
sistolik, sedangkan tekanan diastolik menunjuk kepada tekanan minimal
pada saat jantung beristirahat di antara pemompaan.
•
Alat Ukur
Alat ukur untuk tekanan darah adalah tensi meter raksa merek Nova
•
Cara Kerja
Sampel diambel tekanan darahnya dengan menggunakan tensi meter raksa merek
Nova, kemudian hasilnya dicatat.
•
Skala pengukuran : rasio
3.3. Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional. Dalam survey
analitik,dari analisis bivariat dapat diketahui seberapa jauh perbedaan kontribusi faktor
resiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek). Desain yang digunakan
adalah cross-sectional yang mana variable-variabel yang termasuk efek diobservasi
sekaligus pada waktu yang sama.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara . Waktu
penelitian adalah bulan Juli hingga Oktober 2011. Pemilihan lokasi untuk penelitian ini
karena faktor jumlah mahasiswa yang banyak dan terakumulasi dalam satu tempat
sehingga membuat proses penelitian lebih mudah dengan faktor biaya yang rendah, serta
diharapkan progesi yang cepat dalam pelaksanaan penelitian.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara dan sampel penelitian Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak mempunyai kriteria eksklusi
seperti berikut :
Kriteria inklusi : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Kriteria eksklusi
1.
Sedang baru melakukan pekerjaan fisik yang berat.
2.
Mempunyai penyakit kronik seperti penyakit metabolik (diabetes,
kolestrol, dislipidemia,dll) dan penyakit jantung serta pembuluh darah.
3.
Mengkonsumsi obat-obatan 3 hari sebelumnya seperti kardiovaskular dan
Penghitungan besar sampel minimum yang dibutuhkan bagi ketepatan dan validitas
hasil penelitian ini dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi, dengan derajat
akurasi pada tingkatan statistik bermakna, dengan menggunakan rumus dibawah ini:
n= (zα+zβ) 2 +3 0,5ln[(1+r)/(1-r)]
Keterangan :
n = besar sampel minimum
zα= nilai distribusi normal baku (tableZ) pada α tertentu Zβ= nilai distribusi normal baku (tableZ) pada β tertentu R = perkiraan koefisien korelasi, (dari pustaka)
Dalam penelitian ini, perkiraan koefisien korelasi adalah 0,362. Bila a (1 arah) = 0,05 (zα = 1.96) dan power = 0,80 (Zβ = 0.82), maka besar sampel minimum yang diperlukan adalah:
n= (1.96+0,82) 2 +3 0,5ln[(1+0,362)/(1-0,362)]
n=56.75
n≈57
Dengan demikian besar sampel minimum yang diperlukan pada penelitian ini adalah
sebanyak 57 subyek.
4.4. Teknik Pengumpulan data
Responden pada penelitian analitik ini adalah mahasiswa/mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2009, 2010. Subyek penelitian
akan dipilih dengan cara Non-probability sampling jenis Consecutive sampling, dimana
semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam
Pertama-tama, responden akan diwawancara. Hanya responden yang memenuhi
kriteria inklusi serta eksklusi yang akan diambil. Kemudian sampel yang memenuhi
kriteria tersebut dinilai IMT dan tekanan darahnya.
Untuk mendapatkan nilai IMT maka sampel diukur terlebih dahulu berat badannya
dengan timbangan kemudian diukur tinggi badannya.
Berikut langkah-langkah untuk mendapatkan nilai IMT:
1. Memosisikan sampel dalam keadaan diam, tegak lurus, pandangan menghadap ke
depan, membelakangi alat.
2. Melihat berapa berat badan sampel yang ditunjukan jarum timbangan (dipakai hitungan
dalam kilogram).
3. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkannya ujungnya tepat di puncak kepala
sampel (vertex).
4. Melihat tinggi badan sampel.
5. Kemudian hasil yang didapat dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:
Berat Badan (kilogram)
IMT=
Tinggi Badan2 (meter2)
Untuk mendapatkan nilai tekanan darah, berikut langkah kerjanya:
1.
dililitkan bagian bladder cuff di medial lengan atas, tepat di atas arteri
brakialis, bagian bawah cuff berada 2,5 cm proksimal fossaantekubiti,
sejajar dengan letak jantung.
2.
Posisikan lengan penderita sehingga sedikit flexi pada sendi siku.
3.
Buka kunci sphygmanometer dan pompa cuff sehingga pulsasi arteri
radialis menghilang serta dibaca tekanan yang tertera pada manometer.
4.
Dipompakan cuff untuk menaikkan tekanan 30mmHg lebih tinggi.
Dikempiskan cuff dengan cepat dan sempurna, dan tunggu selama 15-30
5.
Setelah itu kempiskan secara perlahan dengan kecepatan 2- mmHg per
detik dan didengarkan dengan stetoskop suara pertama kali terdengar /
sistole. Diturunkan tekanan secara perlahan sampai suara menghilang
sempurna dan ini merupakan tekanan diastol serta diturunkan tekanan
sampai angka 0. Dicatat tekanan sistol dan diastol yang didapat.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini analisis statistik.
Pengolahan dan analisis data kuntitatif ini dapat dilakukan manual ataupun dengan
bantuan alat komputer. Untuk pengolahan data dengan alat komputer, data perlu
diterjemahkan kedalam bahasa komputer yaitu dengan memberikan kode-kode tertentu
sesuai dengan bahasa program yang digunakan untuk penelitian ini. Kemudian
dilanjutkan analisis bivariat yaitu dengan uji korelasi dan regresi linier. Untuk penelitian
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1.Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(USU). Universitas Sumatera Utara adalah sebuah universitas negeri yang terletak di
Kota Medan, Indonesia dan merupakan universitas tertua serta terbaik yang terletak di
luar Pulau Jawa, yaitu di Pulau Sumatera. USU juga adalah universitas yang pertama di
Pulau Sumatera yang mempunyai Fakultas Kedokteran. Gedung Fakultas Kedokteran
USU terdapat di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Jl. Dr. Mansur No.5
Medan
Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik sekitar 100Ha
berada di tengahnya. Fakultas ini memiliki berbagai ruang kelas, ruang administrasi,
ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa,
ruang PEMA, ruang POM, kantin, kamar mandi, dan mushola. Fakultas ini mempunyai
1832 mahasiswa S1 dengan perincian 415 orang pada angkatan 2008, 466 orang pada
angkatan 2009, 426 orang pada angkatan 2010, dan 525 orang pada angkatan 2011 yang
masuk melalui jalur UMB, PMP, SNMPTN, Kemitraan, Mandiri, dan Internasional.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang diperoleh selama periode September – Oktober 2011 sebanyak 70
orang. Data yang diperoleh telah diseleksi menurut kriteria inklusi dan eksklusi
sebelumnya. Semua data yang diperoleh adalah data primer.
Responden penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa tahun masuk 2008-2011 di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang terdiri dari 33 orang (47.1%)
Tabel 5.1 karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Jumlah (Orang) Persentasi (%)
Laki-laki 33 47.1
Perempuan 37 52.9
Responden pada penelitaan berusia antara 17-23 tahun, dimana kelompok umur
terbanyak adalah umur 19 dan 21 tahun yang berjumlah 17 orang (24.3%) dan kelompok
umur yang paling sedikit adalah umur 23 tahun yang berjumlah 3 orang (4.3%). Berikut
[image:38.595.155.461.331.449.2]merupakan sebaran responden berdasarkan umur:
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentasi (%)
17 5 7.1
18 12 17.1
19 17 24.3
20 14 20.0
21 17 24.3
22 2 2.9
23 3 4.3
Penelitian ini akan menilai hubungan antara IMT dengan tekanan darah. hasil
penelitan menunjukkan bahwa 43 orang (61%) memiliki IMT yang normal (18,5-22,9).
Walaupun jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak dari total responden, responden
yang memiliki berat badan lebih (>23,0) jumlahnya juga tidak sedikit, yakni berjumlah 22
orang (31.4%). Gambaran IMT pada responden penelitian ditampilkan pada tabel 5.3:
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai IMT
IMT Jumlah (Orang) Persentasi (%)
<18,5
5 7.118,5-22,9
43 61.423,0-24,9
8 11.425,0-29,9
11 15.7 [image:38.595.174.450.610.704.2]Tekanan darah dibagi menjadi dua komponen, yaitu tekanan sistole dan tekanan
diastole. Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah sistole pada responden dapat dibagi
dua kelompok, yaitu <120 mmHg sebanyak 38 orang (54.3%) dan 120-139 mmHg
sebanyak 32 orang (45.7%). Gambaran tekanan darah sistole pada responden penelitian
[image:39.595.164.459.237.296.2]ditampilkan pada tabel 5.4 :
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Sistole
Sistole(mmHg) Jumlah (Orang) Persentasi (%)
<120 38 54.3
120-139 32 45.7
Sedangkan untuk tekanan darah diastole, peneliti membagi responden pada tiga
kelompok yaitu <80 mmHg sebanyak 35 (50%) orang, 80-89 mmHg sebanyak 27 orang
[image:39.595.156.461.415.492.2](38.6%), dan 90-99 mmHg sebanyak 8 orang (11.4%).
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai Diastole
Diastole(mmHg) Jumlah (Orang) Persentasi (%)
<80 35 50
80-89 27 38.6
90-99 8 11.4
5.1.3 Tabulasi Silang Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan darah.
Tabel 5.6 dan 5.7 menunjukkan tabulasi silang antara tekanan darah sistole dan
tekanan darah diastole terhadap indek massa tubuh. Tabulasi silang ini menunjukkan
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang IMT <18,5 dan 18,5-22,9
cenderung memiliki tekanan darah sistolik <120 mmHg. Sedangkan responden yang
[image:40.595.137.500.162.396.2]status gizinya >23,0 cenderung memiliki tekanan darah sistolik 120-139 mmHg.
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Tekanan Darah Diastolik dengan IMT
Diastolik(mmHg)
Total
<80 80-89 90-99
IMT
<18,5 3 2 0 5
(60.0%) (40.0%) (.0%)
18,5-22,9 25 17 1 43
(58.1%) (39.5%) (2.3%)
23,0-24,9 4 3 1 8
(50.0%) (37.5%) (12.5%)
25,0-29,9 2 5 4 11
(18.2%) (45.5%) (36.4%)
>30,0 1 0 2 3
(33.3%) (0%) (66.7%)
[image:40.595.147.479.499.754.2]Total 35 27 8 70
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Tekanan Darah Sistolik dengan IMT
Sistolik(mmHg)
Total
<120 120-139
IMT
<18,5 3 2 5
(60.0%) (40.0%)
18,5-22,9 29 14 43
(67.4%) (32.6%)
23,0-24,9 2 6 8
(25.0%) (75.0%)
25,0-29,9 3 8 11
(27.3%) (72.7%)
>30,0 1 2 3
(33.3%) (66.7%)
Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase terbanyak responden yang IMT <18,5
- 24,9 memiliki diastolik <80 mmHg. Sedangkan pada responden yang IMT 25,0-29,9
persentase terbanyak mempunyai diastolik 80-89 mmHg, dan responden yang IMT >30,0
pada diastolik 90-99 mmHg.
5.2 Hasil Analisis Statistik
Penelitian ini ingin melihat hubungan antara IMT dengan tekanan darah yang
dievaluasi berdasarkan tekanan sistolik maupun tekanan diastolik. Untuk melihat
kekuatan hubungan dari kedua hal ini, peneliti menggunakan uji korelasi Pearson.
Koefisien korelasi ( r ) yang diperoleh dari uji ini adalah 0.333 untuk hubungan
tekanan darah sistolik dengan IMT dan 0.299 untuk hubungan tekanan darah diastolik
dengan IMT. Nilai positif pada hasil ini menunjukkan arah hubungan, yakni semakin
tinggi IMT maka semakin tinggi tekanan darahnya. Sedangkan nilai sebesar 0.333 dan
0.299 menunjukkan besarnya kekuatan hubungan kedua variabel, dimana pada penelitian
ini menunjukkan bahwa hubungan itu sangat lemah (Sastroasmoro, 2007), sementara
menurut Wahyuni (2007) menyatakan hubungan yang rendah.
Nilai signifikansi dalam penelitian ini adalah p=0.005 untuk hubungan tekanan
darah sistolik dengan IMT dan p=0.012 untuk hubungan tekanan darah diastolik dengan
IMT. Karena kedua nilai ini kurang dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
korelasi yang bermakna secara statistik antara IMT dengan tekanan darah dengan tingkat
hubungan yang rendah.
Hubungan antara dua hal juga dapat dilihat dalam diagram tebar (scatter plot)
gambar 5.1 dan gambar 5.2. Dalam diagram tersebut, dilukiskan titik-titik yang mewakili
Gambar 5.1 Scatter Plot Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Sistolik
[image:42.595.95.402.472.675.2]5.3 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang maka akan
disertai juga dengan peningkatan darah sistole (r = 0.333, p =0.005) dan tekanan diastole
(r = 0.299, p = 0.012). Hasil penelitian ini sesuai dengan efek obesitas yang dipaparkan
oleh M. Wahba (2007).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghosh
(2007) yang dilakukan di Singapura pada 80 orang Bengalee umur 20-61 tahun dengan r
= 0.361, p =0.001 pada hubungan IMT dengan tekanan sistolik dan r = 0.296, p =0.001
pada hubungan IMT dengan tekanan diastolic
Studi epidemiologi terdahulu telah menemukan peningkatan yang progresif dalam
peningkatan tekanan darah dengan meningkatnya jaringan adipose. Bermacam-macam
cara pengukuran obesitas, seperti indeks massa tubuh; Waist circumference; Waist hip
ratio; dan Waist stature ratio telah digunakan dan dianalisis untuk mengetahui hubungan
antara kedua variable ini. Dan dari bermacam-macam cara itu, indeks massa tubuh
merupakan salah satu yang memiliki korelasi yang cukup kuat, walaupun itu masih sulit
untuk digunakan secara universal, oleh karena terdapatnya variasi biologi dan budaya dari
masing masing etnik.
Pada orang obesitas, terdapat banyak kompleksitas yang memicu meningkatnya
tekanan darah. Peningkatan tonus vascular, garam ginjal, dan retensi air adalah inisiator
utama hipertensi pada obesitas. Menkanisme yang mendasari antara lain hiperleptinemia,
meningkatnya FFA, hiperinsulinemia, dan insulin resisten, semuanya menyebabkan
stimulasi simpatik, peningkatan tonus vaskular, disfungsi endotel, dan retensi sodium
pada renal. Kompresi parenkim pada renal pada orang obesitas oleh lemak-lemaknya
akan memperlambat aliran tubulus ginjal yang mana juga akan menyertai terjadinya
hipertensi. Sebagai tambahan, peningkatan aktifitas RAS, sebagai hasil aktifasi simpatis
dan peningkatan sintesis jaringan adipose, adalah umum pada orang obesitas,
mengakibatkan retensi pada sodium dan air pada ginjal (Wahba, 2007).
Kecenderungan peningkatan tekanan darah pada kelompok IMT berlebih akan
menjadi faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan penyakit renal di usia
Walaupun hipotesis yang didapatkan pada penelitian ini cukup bermakna, tetapi
penelitian ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Kekurangan dari penelitian ini
adalah hanya digunakan satu indikator untuk menentukan status gizi seseorang, yaitu
indeks massa tubuh dan juga metode yang digunakan peneliti adalah cross-sectional yang
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini
dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Nilai p ≤ 0.05, r = 0.333.. Maka, terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik dan hubungannya adalah rendah.
2. Nilai p ≤ 0.05, r = 0.299. Maka, terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah diastolik dan hubungannya adalah rendah.
3. Berat badan responden yang mengikuti penelitian ini adalah rata-rata 60.68 kg
dengan berat badan yang terendah adalah 43.0 kg dan yang terberat adalah 104
kg
4. Tinggi badan responden yang mengikuti penelitian ini adalah rata-rata 163.07 cm
dengan tinggi badan tertinggi adalah 183 cm dan terendah adalah 139 cm.
5. Indeks massa tubuh (IMT) responden yang mengikuti penelitian ini adalah
rata-rata 22.7 kg/m2 dengan IMT yang terbesar adalah 37.87 22.7 kg/m2 dan yang
terkecil adalah 16.6 22.7 kg/m2
6. Tekanan darah responden yang mengikuti penelitian, baik sistolik maupun
diastolik secara berurut, ini adalah rata-rata 115.26 mmHg dan 74.6 mmHg
dengan nilai tertinggi adalah 130 mmgHg dan 90 mmHg serta nilai terendah
adalah 100 mmHg dan 60 mmHg
6.2.Saran
Penelitian ini masih banyak kekurangan. Peneliti berharap terdapat penelitian lain
yang dapat meneruskan penelitian ini agar lebih sempurna. Mungkin penelitian ini dapat
diteruskan Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat
mempertimbangkan indikator gizi yang lain untuk diikutsertakan sebagai variabel.
Karena selain sebagai skala pembanding, juga bisa digunakan sebagai skala prioritas
manakah indikator yang mempunyai hubungan paling kuat dalam memprediksi
Selain itu, karena dari hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks massa tubuh
mempunyai hubungan tekanan darah, maka peneliti menyarankan kepada mahasiswa FK
USU selaku responden maupun pembaca KTI ini yang memiliki berat badan lebih untuk
dapat mengontrol berat badan mereka karena berat badan yang berlebih akan menjadi
faktor penyebab hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan penyakit renal di usia lanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Alberti, KGMM., et al. 2009.
Harmonizing the Metabolic Syndrome A Joint
Interim Statement of the International Diabetes Federation Task Force on
Epidemiology and Prevention; National Heart, Lung, and Blood Institute;
American Heart Association; World Heart Federation; International
Atherosclerosis Society; and International Association for the Study of
Obesity. Circulation AHA: 1640-1645
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2007.
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional.
Departemen Kesehatan RI.
Fisher, Naomi DL., Williams, Godon H., 2005. Hypertensive Vascular Disease.
In: Kasper, DL., Braunwald, E., Fauci, AS., Hauser, SL., Longo, DL.,
Jameson, JL., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicine 6
thed.
McGraw-Hill
Flier, JS., Flier EM., 2005. Obesity. In: Kasper, DL., Braunwald, E., Fauci, AS.,
Hauser, SL., Longo, DL., Jameson, JL., ed. Harrison’s Principles of
Internal Medicine 6
thed. McGraw-Hill
Ganong, WF. 2002. Keseimbangan Energi, Metabolisme, & Nutrisi. In:
Widjajakusumah, HMD., ed. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC.
Jakarta :269-304
Ghosh, JR., Bandyopadhyay, AR., 2007. Comparative Evaluation of Obesity
Measures: Relationship with Blood Pressures and Hypertension. Singapore
Guyton, AC., Hall, JE., 2007. Keseimbangan Diet; Aturan Pemberian Makanan ;
Obesitas dan kelaparan; Vitamin dan Mineral. In: Irawati, et al. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran.EGC. jakarta : 917-918
Lynds, BG., Seyler, SK., and Morgan, BM., 1980. The Relationship between
Elevated Blood Pressure And Obesity in Black Children. Am J Public
Health 70:171-173
M. Wahba. 2007. Obesity and obesity inisiated metabolic syndrome: mechanistic link
to chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol. 2:550-562.
Misnadiarly, 2007. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta:
Pustaka Obor Populer.
Qing He, Ding, Zong Yi Ding, Yee-Tak Fong, and Karlberg, J., 2000. Blood
Pressure Is Associated With Body Mass Index in Both Normal and Obese
Children. Hypertension ;36;165-170
Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi 10. Jakarta : CV SAGUNG SETO.
Sugondo, S., 2006. Obesitas. In: Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, MK., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Pusat
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta: 1919-1925
Ting Fei Ho, 2009. Cardiovascular Risks Associated With Obesity in Children
and Adolescents. Ann Acad Med Singapore ;38:48-56
U.S. Department of Health and Human Services, 1997.
The Sixth Report Of TheJoint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment
Of High Blood Pressure
. National Institutes of Health, National High Blood
U.S. Department of Health and Human Services, 2004.
The Seventh Report of the
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. National Institutes of Health, National
High Blood Pressure Education Program.
Wilborn, C., et al. 2005. Obesity: Prevalence, Theories, Medical Consequences,
Management, and Research Directions.
Journal of the International Society
of Sports Nutrition. 2(2): 4-31.
World Health Organization.
Obesity and Overweight. WHO Media centre.
Available from:
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
:
Hendrik
Tempat/tanggal lahir :
Medan, 21 November 1990
Pekerjaan
:
Mahasiswa
Agama
:
Buddha
Alamat
:
Jalan P.BTG V G.Bersama Blok F-64
Nomor telepon
:
087869938071
Orangtua
:
Tjioe Tjin Joeng (bapak)
Tjia Wie Lin (ibu)
Riwayat Pendidikan :
1. SD Methodist-2 Medan (1996-2002)
2. SMP Methodist-2 Medan (2002-2005)
3. SMA Methodist-2 Medan (2005-2008)
Kegiatan organisasi :
-
Staff divisi Humas Tim Bantuan Medis FK USU PEMA FK USU Periode
LAMPIRAN
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya Hendrik, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang mengadakan
penelitian dengan judul “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah
pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Univesitas Sumatera Utara”.
Pada zaman sekarang ini orang obesitas dan overweight sudah menjadi hal
biasa di dunia ini, terlebih di negara maju dan negara yang sedang berkembang.
Hal tersebut patut mendapat perhatian karena obesitas dapat memacu kelainan
kardiovaskuler terutama stroke dan penyakit jantung, Diabetes, kelainan
muskuloskeletal, dan beberapa kanker . Salah satu kelainan kardiovaskuler yang
terpenting adalah hipertensi. Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan
dengan obesitas.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk melihat hubungan antara tekanan darah
dengan indeks massa tubuh.. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
memberikan informasi tambahan di bidang kesehatan tentang hubungan indeks
massa tubuh dengan tekanan darah, serta dapat memberikan data untuk penelitian
selanjutnya yang lebih mendalam.
Saya akan melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, dan tekanan
darah Saudara. Lama pengukuran ini berkisar 5 menit.
Partisipasi Saudara/i bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Indentitas
pribadi Saudara/i sebagai partisipan akan dirahasiakan dan informasi yang
diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini,
Saudara/i tidak akan dikenakan baiaya apapun. Jika saudara/i bersedia untuk
yang kurang dimengerti, Saudara/i dapat langsung menanyakan kepada Saya
sebagai peneliti.
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan dan kesedian
Saudara/i menjadi partisipan dalam penelitian ini, saya sampaikan terima kasih.
Medan, 2011
Peneliti,
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapatkan keterangan dan penjelasan dari peneliti tentang “Hubungan
Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Univesitas Sumatera Utara”, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan, saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Demikianlah surat pertanyaan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.
Medan, 2011
Peserta Penelitian,
DATA INDUK RESPONDEN
Tanggal wawancara :
Nomor Responden
:
Nama Responden
:
Umur
:
Jenis Kelamin
:
Semester/Angkatan :
1.
Apakah Anda saat ini sedang mengkonsumsi obat-obatan?
Tidak
Ya (………..)
2
Riwayat penyakit yang pernah dialami:
(………..)
TD:
INDEKS MASSA TUBUH
Berat Badan (kg) :