PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DAN PEMADAM KEBAKARAN
DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30 DAN SENSOR
SUHU LM35
TUGAS AKHIR
MUHAMMAD HUNAIFI 072408012
PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DAN PEMADAM KEBAKARAN
DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30 DAN SENSOR
SUHU LM35
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya
MUHAMMAD HUNAIFI 072408012
PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DAN PEMADAM
KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30 DAN SENSOR SUHU LM35
Kategori : LAPORAN PRAKTEK PROYEK
Nama : MUHAMMAD HUNAIFI
Nomor Induk Mahasiswa : 072408012
Program Studi : DIPLOMA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Desember 2010
Diketahui
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua Program Studi, Pembimbing
PERNYATAAN
PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DAN PEMADAM KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30 DAN SENSOR SUHU LM35
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Desember 2010
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha penyayang, dengan limpahan karunia –Nya penyelesaian Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.
Tugas Akhir ini disusun berdasarkan perancangan alat yang penulis lakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Program Diploma (D3) pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Departemen Fisika Jurusan Fisika Instrumentasi, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Muhammad Zarlis,Msc selaku dosen pembimbing pada penyelesaian tugas akhir ini yang telah memberikan bimbingan dan kepercayaan penuh kepada saya untuk menyempurnakan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dr.Eddy Marlianto,M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Sumatera Utara. Ketua Program Studi Fisika Instrumentasi, Bapak Drs.Syahrul Humaidi dan sekretaris Departemen Fisika Ibu Dra.Justinon,M.Si dan seluruh dosen pengajar serta pegawai di Departemen Fisika FMIPA USU.
Ucapan terima kasih saya yang spesial buat Ayahanda tercinta Drs. Usmar Chan dan Ibunda Azizah Nst. yang selalu sedia memberikan bantuan dan dukungan materi, dorongan dan doa. Tidak terlupakan juga saya ucapkan buat adik-adikku tersayang Muhammad Husaini, dan Muhammad Fudhaili, terima kasih buat doa dan dukungannya.
Terima kasih saya ucapkan buat teman-teman saya di Fisika Instrumentasi yang mau membantu saya dalam penyelesaian tugas akhir ini, khususnya Hendi, Ary Aryzky, Suci, Juhendra, Echi, Tuya, Aseng, Gatot, Widya, Ocha, Ferri dan Bang Ifantri sebagai partner saya. Buat teman-teman saya Kelompok BFF dan SJ Community, dan Bang Brian serta semua pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
ABSTRAK
DAFTAR ISI
2.1 Sistem Pendeteksi dan Pemadam Otomatis 6
2.2 Komponen – Komponen Dasar 8
2.2.1 Relay 8
2.3 Perangkat Keras 9
2.3.1 ADC (Analog to Digital Converter) 9
2.3.2 Mikrokontroler 11
2.3.3 Mikrokontroler AT89S51 12
2.3.4 Penjelasan Fungsi PIN Mikrokontroler AT89S51 13
2.3.5 Display Seven Segment 16
2.4 Perangkat Lunak 17
2.4.1 Instruksi Transfer Data 18
2.4.2 Instruksi Aritmatik 19
2.4.4 Instruksi Transfer Kendali 20
BAB 3 PERANCANGAN ALAT 22
3.1 Diagram Blok Rangkaian 22
3.2 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 23
3.3 Display Seven Segment 24
3.4 Rangkaian Relay 25
3.5 Rangkaian ADC 26
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 28
4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 28
4.2 Pengujian Rangkaian Display Seven Segment 30
4.3 Pengujian Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) 33
4.4 Pengujian Rangkaian Relay 35
4.5 Pengujian Sensor AF30 36
4.6 Pengujian Sensor LM35 38
BAB 5 PENUTUP 39
5.1 Kesimpulan 39
5.2 Saran 40
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 2.1 Tabel Fungsi Khusus Port 3 14
Table 4.1 Tabel Data Pada Rangkaian Display Seven Segmen 31
Table 4.2 Tabel Data Hasil Pengujian ADC 35
Table 4.3 Tabel Data Tegangan Output Sensor Pada Saat Udara Bersih
Dan Pada Saat Terdapat Asap 36
Table 4.4 Tabel Data Out ADC Pada Setiap Kenaikan Output Sensor 37
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Blok Diagram Pendeteksi dan Pemadam Otomatis 7
Gambar 2.2 Gambar ADC Secara Umum 10
Gambar 2.3 Pin-Out Mikrokontroler AT89S51 13
Gambar 2.4 Seven Segmen 17
Gambar 3.1 Diagram Blok 22
Gambar 3.2 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 23
Gambar 3.3 Rangkaian Display Seven Segmen 24
Gambar 3.4 Rangkaian Relay 25
Gambar 3.5 Rangkaian ADC 27
Gambar 4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 28
Gambar 4.2 Rangkaian Display Seven Segmen 31
Gambar 4.3 Rangkaian Pengujian ADC 34
Gambar 4.4 Rangkaian Pengujian Sensor AF-30 36
LAMPIRAN 1. Gambar Rangkaian 2. Program Rangkaian
3. Data Sheet Mikrokontroler AT89S51 2. Data Sheet LM35
ABSTRAK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dalam kurun waktu singkat perkembangan teknologi melaju dengan sangat pesat.
Perkembangan teknologi ini merupakan hasil kerja keras dari rasa ingin tahu manusia
terhadap suatu hal yang pada akhirnya diharapkan akan mempermudah manusia. Dengan
pesatnya laju perkembangan teknologi tersebut banyak bermunculan alat-alat yang canggih
yang dapat bekerja secara otomatis.
Dalam bidang elektronika, perlahan - lahan peralatan - peralatan manual mulai
digantikan dengan peralatan elektronik yang dapat bekerja secara otomatis, contohnya dalam
bidang keamanan. Sistem keamanan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan kita
sehari-hari. Dan seiring dengan perkembangan teknologi, telah banyak kita lihat peralatan -
peralatan elektronika yang berfungsi untuk menciptakan keamanan di lingkungan kita
sehari-hari. Baik itu keamanan dari pencurian bahkan sampai hal hal yang tidak diinginkan lainnya
seperti kebakaran misalnya.
Pada kasus kebakaran, Tingkat kerugian yang dihasilkan oleh bencana kebakaran
tentunya sangat besar. Kebakaran yang terjadi dapat di atasi, dan dapat meminimalkan
kerugian yang terjadi apabila kita mengetahui gejala - gejala akan terjadi kebakaran sejak
memberitahukan kepada kita bahwa telah terjadi kebakaran di suatu ruangan atau di tempat
umum secara dini sehingga dengan adanya alat ini kita dapat melakukan antisipasi yang lebih
lanjut guna menghindari kerugian yang disebabkan oleh kebakaran.
Alat pendeteksi kebakaran sebenarnya tidak terlalu sukar untuk dibuat hanya saja kita
memerlukan suatu sensor yang sensisitif agar hasil yang di dapat lebih teliti dan akurat dan
diharapkan dengan adanya alat pendeteksi kebakaran ini kerugian yang dihasilkan oleh
kebakaran dapat dicegah dan diminimalkan.
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Melakukan rancang bangun suatu alat yang dapat mendeteksi dan memadamkan api
secara otomatis apabila terjadi kebakaran di dalam suatu ruangan.
2. Memanfaatkan sensor asap AF30 dan sensor suhu LM35 sebagai sensor pendeteksi
kebakaran.
3. Memperluas aplikasi sensor AF30, LM35, serta aplikasi dari uC AT89S51.
1.3.Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya difokuskan pada perancangan dan pembuatan alat yang mampu
mendeteksi dan memadamkan api secara otomatis apabila terjadi kebakaran di dalam
2. Menjelaskan bagaimana prinsip kerja alat / instrument sehingga dapat mendeteksi dan
memadamkan api secara otomatis apabila terjadi kebakaran di dalam suatu ruangan.
3. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala terjadinya kebakaran adalah sensor
asap AF30 dan sensor suhu LM35.
4. Pendeteksian kebakaran dilakukan hanya dengan cara membandingkan tingkat
kenaikan suhu dan ada atau tidaknya asap di ruangan tersebut.
5. Alat tidak dapat mendeteksi sumber api.
1.4.Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika
pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat pendeteksi dan pemadam
kebakaran secara otomatis dengan menggunakan sensor asap AF30 dan Sensor suhu LM35,
maka penulis menulis laporan ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk
pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung itu antara lain
tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware dan software), bahasa program
BAB III. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM
Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari
rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari
program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S51.
BAB IV. ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT
Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat,
penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktifkan
rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler
AT89S51.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari
pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian
ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu
metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.
1.5. Metodologi Penulisan
Adapun metode laporan praktek proyek ini adalah :
1. Identifikasi masalah dengan penelurusan referensi baik dari buku maupun dari
hasil browsing di situs-situs internet.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Sistem Pendeteksi dan Pemadam Kebakaran Otomatis
Dalam bidang elektronika, perlahan-lahan peralatan-peralatan manual mulai digantikan
dengan peralatan elektronik yang dapat bekerja secara otomatis.contohnya dalam bidang
keamanan. Sistem keamanan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan kita sehari
hari. Dan seiring dengan perkembangan teknologi, telah banyak kita lihat peralatan -
peralatan elektronika yang berfungsi untuk menciptakan keamanan di lingkungan kita sehari
hari. Baik itu keamanan dari pencurian bahkan sampai hal hal yang tidak diinginkan lainnya
seperti kebakaran misalnya.
Pada kasus kebakaran, Tingkat kerugian yang dihasilkan oleh bencana kebakaran
tentunya sangat besar. Kebakaran yang terjadi dapat di atasi, dan dapat meminimalkan
kerugian yang terjadi apabila kita mengetahui gejala - gejala akan terjadi kebakaran sejak
dini. Untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan suatu peralatan yang cerdas yang dapat
memberitahukan kepada kita bahwa telah terjadi kebakaran di suatu ruangan atau di tempat
umum secara dini sehingga dengan adanya alat ini kita dapat melakukan antisipasi yang lebih
Adapun skema dan penjelasan dari sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran otomatis
dengan menggunakan sensor asap AF30 dan sensor suhu LM35 yang dirancang dapat dilihat
dari diagram blok berikut :
Sensor Suhu
Display Dot Matrix 7 x 16
uC
Gambar 2.1. Blok Diagram Pendeteksi dan Pemadam Kebakaran Otomatis
Secara umum, pada sistem pendeteksi dan pemadan kebakaran otomatis dengan
menggunakan sensor Asap AF30 dan Sensor suhu LM35 ini terdiri dari tiga belas blok
diagram utama. Sensor suhu lm35 berfungsi untuk mendeteksi kenaikan suhu pada ruangan.
Sedangkan sensor asap AF30 berfungsi untuk mendeteksi keberadaan asap yang terdapat di
dalam ruangan. Output sensor yang berupa data analog tidak dapat di olah langsung oleh
mikrokontroller karena mikrokontroller hanya dapat mengolah input data berupa data digial
yang diberikan kepadanya, agar mikrokontroller dapat membaca dan mengolah data dari
sensor maka terlebih dahulu data analog sensor dikonversi menjadai data data digital dengan
menggunakan ADC. Mikrokontroller disini berfingsi sebagai otak dari keseluruhan sistem
(Main System). Untuk dapat menghidupkan kipas,pompa,dan alarm secara otomatis
diperlukan suatu rangkaian driver (pengendali). driver ini terdiri dari rangkaian relay dimana
relay ini berfungsi sebagai saklar elktronik. Yang mana Relay akan aktif dengan sendirinya
yang terdeteksi oleh sensor suhu. Dan display dot matrix 7 x 16 berfungsi untuk
menampilkan pesan bila telah terjadi kebakaran.
2.2. Komponen-komponen Dasar
Rancangan yang penulis buat menggunakan beberapa komponen-komponen elektronika,
untuk memudahkan memahami fungsi dan karakteristik dari masing – masing komponen
maka penulis mencoba untuk membahasnya disini.
2.2.1 Relay
Relay adalah suatu peranti yang menggunaka
seperangkat kontak
penghantar yang dililit pada inti besi. Bila kumparan ini dienergikan, medan magnet yang
terbentuk menarik armatur berporos yang digunakan sebagai pengungkit mekanisme sakelar.
Berdasarkan cara kerjanya, Relay dapat dibedakan beberapa jenis, yaitu :
1. Normal terbuka. Kontak sakelar tertutup hanya jika relay dihidupkan.
2. Normal tertutup. Kontak sakelar terbuka hanya jika relay dihidupkan.
3. Tukar-sambung. Kontak sakelar berpindah dari satu kutub ke kutub lain saat relay
dihidupkan.
4. Bila arus masuk pada gulungan maka seketika gulungan, maka seketika gulungan
akan berubah menjadi medan magnet. Gaya magnet inilah yang akan menarik luas
2.3. Perangkat Keras
Perangkat keras merupakan bentuk fisik dari alat pendeteksi dan pemadam kebakaran yang
terdiri dari power supply, ADC, Mikrokontroller AT89S51, Display 7 Segment, Display Dot
Matrix 7 x 16.
2.3.1. ADC (Analog to Digital Converter)
ADC (Analog to Digital Converter) adalah suatu rangkaian pengubah informasi dari
tegangan analog ke digital. A/D Converter ini dapat dipasang sebagai pengonversi tegangan
analog dari suatu peralatan sensor ke konfigurasi digital yang akan diumpankan ke suatu
sistem minimum.
Secara umum Rangkaian di dalam IC ADC memiliki 2 bagian utama, yaitu:
1. Bagian Sampling dan Hold, yang berfungsi menangkap atau menahan tagangan analog
input sesaat untuk seterusnya diumpankan ke rangkaian pengonversi.
2. Rangkaian Konversi A/D (plus rangkaian kontrolnya).
Gambar berikut menggambarkan bagaimana aliran sinyal analog diubah ke sinyal digital.
Konversi
Rangkaian di atas dioperasikan sebagai berikut. Pertama, kontroler, dalam hal ini
mikroprosesor / mikrokontroller menghubungi ADC dengan mengirim sinyal CE. Artinya,
ADC diaktifkan. Kemudian SOC (start of conversion) dikirimkan sehingga ADC mulai
melakukan sampling sinyal dan diikuti dengan konversi ke digital.
Bila konversi selesai maka ADC akan mengirimkan tanda selesai EOC (end of
conversion) yang artinya hasil konversi telah siap dibaca di (PB7-PB0). Program yang sesuai
harus dibuat mengikuti prosedur seperti di atas. Artinya, program utama mikroprosesor harus
dimuati dengan suatu program loop tertutup dan menunggu tanda untuk membaca data dari
ADC. Meski tanda ini tidak harus diperhatikan, tetapi berakibat data yang dipaksa dibaca
akan sering invalid karena CPU tidak dapat membedakan keadaan ambang (ketika ADC
tengah melakukan konversi) dengan keadaan data siap (valid). Agar lebih efektif, fungsi
interrupt harus diaktifkan untuk menghindari terjebaknya CPU dalam loop saat menunggu
ADC siap. Dengan demikian CPU hanya akan membaca data bila mendapatkan interrupt.
Secara singkat, ADC memerlukan bantuan sekuensi kontrol untuk menangkap dan
mengkonversi sinyal. Seberapa lama ADC dapat sukses mengkonversi suatu nilai sangat
tergantung dari kemampuan sampling dan konversi dalam domain waktu. Makin cepat
prosesnya, makin berkualitas pula ADC tersebut. Karena inilah maka karakteristik ADC yang
paling penting adalah waktu konversi (conversion time). Namun demikian, kemampuan riil
ADC dalam kontrol loop tertutup dalam sebuah sistem lengkap justru sangat dipengaruhi oleh
kemampuan kontroler atau prosesor dalam mengolah data input-output secara cepat, dan
2.3.2. Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah single chip computer yang memiliki kemampuan untuk diprogram dan
digunakan untuk tugas-tugas yang berorientasi kontrol. Mikrokontroler berkembang dengan
dua alasan utama, yaitu kebutuhan pasar (market needed) dan perkembangan teknologi baru.
Yang dimaksud dengan kebutuhan pasar yaitu kebutuhan manusia yang semakin besar
terhadap alat-alat elektronik dengan perangkat pintar sebagai pengontrol dan pemroses data.
Sedangkan yang dimaksud dengan perkembangan teknologi baru adalah perkembangan
teknologi semikonduktor yang memungkinkan pembuatan chip dengan kemampuan
komputasi yang sangat cepat, bentuk yang semakin mungil, dan harga yang semakin murah.
2.3.3. Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler seri 8051 merupakan salah satu seri mikrokontroler yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia karena memiliki fasilitas onchip memory. Perusahaan ATMEL
membuat seri ini dengan nama AT89S51. Mikrokontroler AT89S51 memiliki fitur sebagai
berikut :
• 4K byte ROM
ROM atau Read Only Memory adalah tempat penyimpanan program yang diisikan
pada mikrokontroler. ROM hanya bisa dibaca. ROM biasanya berisi kode/ program
untuk mengontrol kerja mikrokontroler. Kapasitas memori yang disediakan oleh
AT89S51 ini adalah 4 kilobyte
• 128 bytes RAM
RAM atau Random Access Memory adalah memori yang berisi data yang akan
(isinya hilang jika power/ sumber tegangan dihilangkan). Kapasitas memori yang
disediakan oleh AT89S51 adalah 128 bytes.
• 4 buah 8-bit I/O (Input/Output) port
Port ini berfungsi sebagai terminal input dan output. Selain itu, dapat digunakan
sebagai terminal komunikasi paralel, serta komunikasi serial (pin10 dan 11).
• 2 buah 16 bit timer
• Interface komunikasi serial
• 64K pengalamatan code (program) memori
• 64K pengalamatan data memori
• Prosesor Boolean (satu bit-satu bit)
Dengan fitur ini, mikrokontroler dapat melakukan operasi logika seperti AND, OR,
EXOR, dan lain-lain.
• 210 lokasi bit-addressable, dan
• 4 µs operasi pengkalian atau pembagian
2.3.4. Penjelasan Fungsi PIN Mikrokontroler AT89S51
Arsitektur hardware mikrokontroler AT89S51 dari perspektif luar atau biasa disebut pin out
digambarkan pada gambar 2.3 di bawah ini:
Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi dari tiap-tiap pin (kaki) yang ada pada
mikrokontroler AT89S51.
• Port 0
Merupakan dual-purpose port (port yang memiliki dua kegunaan). Pada disain yang
minimum (sederhana), port 0 digunakan sebagai port Input/Output (I/O). Sedangkan
pada disain lebih lanjut pada perancangan dengan memori eksternal digunakan
sebagai data dan address (alamat) yang di-multiplex. Port 0 terdapat pada pin 32-39.
• Port 1
Merupakan port yang hanya berfungsi sebagai port I/O (Input/Output). Port 1 terdapat
pada pin 1-8.
• Port 2
Merupakan dual-purpose port. Pada disain minimum digunakan sebagai port I/O
(Input/Output). Sedangkan pada disain lebih lanjut digunakan sebagai high byte dari
address (alamat). Port 2 terdapat pada pin 21-28.
• Port 3
Merupakan dual-purpose port. Selain sebagai port I/O (Input/Output), port 3 juga
mempunyai fungsi khusus. Fungsi khusus tersebut diperlihatkan pada tabel 2.1. Port 3
terdapat pada pin 10-17.
No. Pin Port Pin Nama Port Fungsi Alternatif
13 P3.3 INT 1 Interrupt 1 eksternal
14 P3.4 T0 Timer 0 input eksternal
15 P3.5 T1 Timer 1 input eksternal
16 P3.6 WR Memori data eksternal write strobe 17 P3.7 RD Memori data eksternal read strobe
Tabel 2.1. Fungsi khusus Port 3
• PSEN (Program Store Enable)
PSEN adalah sinyal kontrol yang mengizinkan untuk mengakses program (code)
memori eksternal. Pin ini dihubungkan ke pin OE (Output Enable) dari EPROM.
Sinyal PSEN akan “0” (LOW) pada tahap fetch (penjemputan) instruksi. PSEN akan
selalu bernilai “1” (HIGH) pada pembacaan program memori internal. PSEN terdapat
pada pin 29.
• ALE (Address Latch Enable)
ALE digunakan untuk men-demultiplex address (alamat) dan data bus. Ketika
menggunakan program memori eksternal, port 0 akan berfungsi sebagai address
(alamat) dan data bus. Pada setengah paruh pertama memori cycle ALE akan bernilai
“1” (HIGH) sehingga mengizinkan penulisan address (alamat) pada register
eksternal. Dan pada setengah paruh berikutnya akan bernilai “1” (HIGH) sehingga
port 0 dapat digunakan sebagai data bus. ALE terdapat pada pin 30.
• EA (External Access)
Jika EA diberi input “1” (HIGH), maka mikrokontroler menjalankan program memori
internal saja. Jika EA diberi input “0” (LOW), maka AT89S51 menjalankan program
• RST (Reset)
RST terdapat pada pin 9. Jika pada pin ini diberi input “1” (HIGH) selama minimal 2
machine cycle, maka sistem akan di-reset ( kembali ke awal ).
• On-Chip oscillator
AT89S51 telah memiliki on-chip oscillator yang dapat bekerja jika didrive
menggunakan kristal. Tambahan kapasitor diperlukan untuk menstabilkan sistem.
Nilai kristal yang biasa digunakan pada AT89S51 ini adalah 12 MHz. On-chip
oscillator tidak hanya dapat di-drive dengan menggunakan kristal, tetapi juga dapat
dengan menggunakan TTL Oscillator.
• Koneksi power
AT89S51 beroperasi pada tegangan 5 volt. Pin Vcc terdapat pada pin 40, sedangkan
pin Vss (ground) terdapat pada pin 20.
2.3.5. Display Seven Segment
Seven Segment adalah suatu segmen- segmen yang digunakan menampilkan angka. Seven
segmen ini tersusun atas 7 batang LED yang disusun membentuk angka 8 dengan
menggunakan huruf a - f yang disebut DOT MATRIKS. Setiap segmen ini terdiri dari 1 atau
Gambar 2.4. Seven segmen
Seven segmen dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu Common Anoda dan Common
Katoda.
• Common Anoda
Pada Common Anoda, semua anoda dari dioda disatukan secara parallel dan
semua itu dihubungkan ke Vcc dan kemudian LED dihubungkan melalui tahanan
pembatas arus keluar dari penggerak. Karena dihubungkan ke Vcc, maka
Common Anoda ini berada pada kondisi Aktif High.
• Common Katoda
Pad Common Katoda, semua katoda disatukan secara paralel dan dihubungkan ke
ground. Karena seluruh katoda dihubungkan ke ground, maka Common Katoda
ini berada pada kondisi Aktif Low.
2.4. Perangkat Lunak
Perangkat lunak (software) adalah seperangkat intruksi yang disusun menjadi sebuah
program untuk memerintahkan microcomputer melakukan suatu pekerjaan. Sebuah instruksi
selalu berisi kode operasi (op-code), kode pengoperasian inilah yang disebut dengan bahasa
mesin yang dapat dimengerti oleh mikrokontroller. Instruksi-instruksi yang digunakan dalam
pemograman assembler atau sama dengan intruksi pemograman pada IC mikrokontrller 8031
dan MCS51.
2.4.1. Instruksi Transfer Data
Instruksi transfer data terbagi menjadi dua kelas operasi sebagai berikut :
• Transfer data umum ( General Purpose Transfer ), yaitu : MOV, PUSH dan POP.
• Transfer spedifik akumulator ( Accumulator Specific Transfer ), yaitu : XCH,
XCHD, dan MOVC.
Instruksi transfer data adalah intruksi pemindahan /pertukaran data antara operand
sumber dengan operand tujuan. Operand-nya dapat berupa register, memori atau lokasi suatu
memori. Penjelasan instruksi transfer data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
MOV : Transfer data dari Register satu ke Register yang lainnya, antara Register
dengan Memory.
PUSH : Transfer byte atau dari operand sumber ke suatu lokasi dalam stack yang
alamatnya ditunjuk oleh register penunjuk.
POP : Transfer byte atau dari dalam stack ke operand tujuan.
XCH : Pertukaran data antara operand akumulator dengan operand sumber.
XCHD : Pertukaran nibble orde rendah antara RAM internal ( lokasinya ditunjukkan oleh
2.4.2. Instruksi Aritmatik
Operasi dasar aritmatik seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
dimiliki oleh AT89S51 dengan mnemonic : INC, ADD, SUBB, DEC, MUL dan DIV.
Penjelasan dari operasi mnemonic tersebut dijelaskan sebagai berikut :
INC : Menambah satu isi sumber operand dan menyimpan hasilnya ke operand
tersebut
ADD : Penjumlahan antara akumulator dengan sumber operand dan hasilnya disimpan
di akumulator
SUBB : Pengurangan akumulator dengan sumber operand, hasilnya disimpan dalam
operand tersebut.
DEC : Mengurangi sumber operand dengan 1. dan hasilnya disimpan pada operand
tersebut.
MUL : Perkalian antara akumulator dengan Register B.
DIV : Pembagian antara akumulator dengan Register B dan hasilnya disimpan dalam
akumulator, sisanya di Register B.
2.4.3. Instruksi Logika
Mikrokontroller AT89S51 dapat melakukan operasi logika bit maupun operasi
logika byte. Operasi logika tersebut dibagi atas dua bagian yaitu :
• Operasi logika operand tunggal, yang terdiri dari CLR, SETB, CPL, RL, RR, dan
SWAP.
Operasi yang dilkukan oleh AT89S51 dengan pembacaan instruksi logika tersebut dijelaskan
dibawah ini :
CLR : Menghapus byte atau bit menjadi nol.
SETB : Menggeser bit atau byte menjadi satu.
CPL : Mengkomplemenkan akumulator.
RL : Rotasi akumulator 1 bit ke kiri.
RR : Rotasi akumulator ke kanan.
SWAP : Pertukaran nibble orde tinggi.
2.4.4. Instruksi Transfer Kendali
Instruksi transfer kendali (control transfer) terdiri dari (3) tiga kelas operasi yaitu :
• Lompatan tidak bersyarat ( Unconditional Jump ) seperti : ACALL, AJMP,
LJMP,SJMP
• Lompatan bersyarat ( Conditional Jump ) seperti : JZ, JNZ, JB, CJNE, dan DJNZ.
• Insterupsi seperti : RET dan RET1.
Penjelasan dari instruksi diatas sebagai berikut :
ACALL : Instruksi pemanggilan subroutine bila alamat subroutine tidak lebih dari
2 Kbyte.
LCALL : Pemanggilan subroutine yang mempunyai alamat antara 2 Kbyte – 64
Kbyte.
AJMP : Lompatan untuk percabangan maksimum 2 Kbyte.
JNB : Percabangan bila bit tidak diset.
JZ : Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah nol.
JNZ : Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah tidak nol.
JC : Percabangan terjadi jika CY diset “1”.
CJNE : Operasi perbandingan operand pertama dengan operand kedua, jika
tidak sama akan dilakukan percabangan.
DJNZ : Mengurangi nilai operand sumber dan percabangan akan dilakukan
apabila isi operand tersebut tidak nol.
RET : Kembali ke subroutine.
BAB 3
PERANCANGAN ALAT
3.1. Diagram Blok Rangkaian
Analog to Digital
Gambar 3.1. diagram blok
Pada sistem perancangan alat pemadam kebakaran otomatis terdapat sebelas blok
diagram utama. Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mendeteksi kenaikan suhu ruangan.
Sensor asap AF30 berfungsi untuk mendeteksi keberadaan asap yang terdapat di dalam
ruangan. Output sensor yang berupa data analog kemudian masuk ke ADC untuk di ubah
datanya menjadi data digital. Untuk dapat menghidupkan kipas secara otomatis diperlukan
suatu rangkaian driver. Driver kipas ini terdiri dari rangkaian relay dimana relay ini berfungsi
sebagai saklar elektronik. Driver relay yang sama juga digunakan untuk mengaktifkan alarm
dan pompa. Display berfungsi untuk menampilkan nilai suhu yang terdeteksi oleh sensor
3.2. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada.
Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini :
Gambar.3.2. Rangkaian Mikrokontroller AT89S51
Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena
mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19
dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan kapasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi
kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program.
Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan
me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8
bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data
selama adanya akses ke memori program eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin
dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm. Resistor 4k7 ohm yang dihubungkan ke port 0
befungsi sebagai pull up ( penaik tegangan ). Pin 1 sampai 8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28
dengan ground pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan
dengan + 5 volt dari power supplay.
3.3. Display seven segment
Untuk menampilkan jumlah orang yang masuk ke dalam ruangan diperlukan suatu
rangkaian display yang dapat menampilkan jumlah orang yang masuk ke dalam ruangan
tersebut.
Rangkaian display yang digunakan untuk menampilkan jumlah orang yang masuk ke dalam
ruangan terlihat pada gambar berikut :
Gambar.3.3. Rangkaian Display Seven Segment
Display ini menggunakan 3 buah seven segment yang dihubungkan ke IC HEF
4094BP yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8 bit data serial yang
masuk menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1
AT89S51. P3.0 merupakan fasilitas khusus pengiriman data serial yang disediakan oleh
serial. Pada rangkaian display ini digunakan dua buah dioda yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan supply untuk seven segment. Satu buah dioda dapat menurunkan
tegangan sekitar 0,6 volt. Jadi, apabila dioda yang digunakan dua buah maka tegangan yang
dapat diturunkannya adalah 1,8 volt. Tegangan ini diturunkan agar umur seven segment lebih
tahan lama dan karena tegangan maksimum seven segment adalah 3,7 volt.
3.4. Rangkaian Relay
Rangkaian relay pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan
sumber tegangan 12 volt dengan alarm. Gambar rangkaian pengendali alarm ini ditunjukkan
pada gambar 3.4 berikut ini :
Gambar 3.4 Rangkaian Relay
Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang
lainnya dihubungkan ke pompa/alarm ataupun kipas. Hubungan yang digunakan adalah
normally close. Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor
sebagai saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari
mikrokontroler Port 1.0 (P1.0). Pada saat logika pada port 1.0 adalah tinggi (high), maka
transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka
Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay menjadi terbuka, sehingga hubungan sumber
tegangan 12 volt ke buzzer / alarm akan terhubung dan alarm akan menyala. Begitu juga
sebaliknya pada saat logika pada P1.0 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal
ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga sumber tegangan 12 volt dengan
pompa/alarm ataupun kipas tidak menyala.
3.5. Rangkaian ADC
Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh sensor
LDR menjadi bilangan digital. Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler. Sehingga
mikrokontroler dapat mengetahui perbedaan intensitas warna yang dibaca oleh sensor.
Dengan demikian proses pembacaan warna dapat dilakukan. Gambar rangkaian ADC
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.5 Rangkaian ADC
Input ADC dihubungkan ke sensor LDR, sehingga setiap perubahan tegangan pada
tegangan refrensi ADC harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada
ADC akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas
tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar
keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam regulator
tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang
menjadi tegangan refrensi ADC.
Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51
Pengujian pada rangkaian mikrokontroler AT89S51 ini dapat dilakukan dengan
menghubungkan rangkaian minimum mikrokontroler AT89S51 dengan power supply sebagai
sumber tegangan. Kaki 40 dihubungkan dengan sumber tegangan 5 Volt, sedangkan kaki 20
dihubungkan dengan ground. Rangkaian pengujian mikrokontroller AT89S51 dapat dilihat
pada gambar 4.1 berikut ini :
Dari rangkaian, tegangan pada kaki 40 diukur dengan menggunakan Voltmeter. Dari
hasil pengujian didapatkan tegangan pada kaki 40 sebesar 4,9 Volt. Langkah selanjutnya
adalah dengan cara menghubungkan pin 39 (P0.0) dan pin 37 (P0.2) dengan sebuah LED
indikator. LED indikator pada rangkaian berfungsi sebagai output dari program yang diisikan
ke dalam mikrokontroller AT89S51. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa
mikrokontroller AT89S51 dapat mengesekusi program dengan baik.
Selanjutnya program sederhana diisikan pada mikrokontroler AT89S51. Program
yang diisikan adalah sebagai berikut :
Loop:
Program di atas bertujuan untuk menyalakan / mematikan LED yang terhubung ke
berlogika high yang menyebabkan LED tidak mendapat hubungan dengan ground sehingga
LED akan mati. Perintah Clr P0.2 akan menjadikan P0.2 berlogika low yang menyebabkan
LED terhubung dengan ground sehingga LED akan menyala.
Call delay akan menyebabkan LED ini menyala dan mati selama beberapa saat.
Perintah jmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED
tersebut menyala secara bergantian ( flip – flop ).
Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian
mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian
minimum mikrokontroller AT89S52 telah bekerja dengan baik.
4.2. Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen
Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini
dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial dari
mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common anoda, dimana segmen akan
menyala jika diberi logika 0 dan sebaliknya segmen akan mati jika diberi logika 1.
Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk menampilkan
angka desimal adalah sebagai berikut :
Angka Data yang dikirim
1 0ECH
Tabel 4.1 Data Pada Rangkaian Display Seven Segmen
Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai tersebut
Loop:
mov sbuf,#bil0
Jnb ti,$
Clr ti
sjmp loop
Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen. Sedangkan
untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah dengan
mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen. Programnya adalah
sebagai berikut :
Loop:
mov sbuf,#bil1
Jnb ti,$
Clr ti
mov sbuf,#bil2
Jnb ti,$
Clr ti
mov sbuf,#bil3
Jnb ti,$
Clr ti
sjmp loop
Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen ketiga, angka 2 pada seven
4.3. Pengujian rangkaian ADC ( Analog to Digital Converter )
Untuk mengetahui tingkat ketelitian ADC dalam mengkonversi input analog yang
diberikan maka terlebih dahulu ADC tersebut harus di uji ketelitiannya. Langkah yang
digunakan untuk menguji tingkat ketelitian ADC adalah dengan cara memberikan tegangan
yang bervariasi pada input ADC. Setiap perubahan tegangan yang diberikan merupakan input
bagi ADC dan akan diubah menjadi data digital. Proses perubahan tegangan input menjadi
data digital dilakukan dengan cara :
dengan data output dapat dihitung, misalnya jika Vin ADC = 2,5 Volt, maka :
55
Data yang diubah ke bilangan biner hanya bilangan bulatnya saja. Berarti bilang biner yang
dihasilkan oleh tegangan input ADC sebesar 2,5 Volt adalah (0111 1111).pada rangkaian
pengujian, Output ADC melalui kaki DB0-DB7 dihubungkan dengan delapan buah led untuk
mempermudah dalam pembacaan data. Rangkaian pengujian ADC dapat dilihat pada gambar
Gambar 4.3. Rangkaian pengujian ADC
Pada tabel 4.2 berikut akan ditampilkan data biner yang di output-kan oleh ADC
untuk setiap variasi tegangan yang di inputkan ke ADC, yang dihitung dengan cara yang
sama seperti di atas.
No. Vin (V) Data Out ADC Biner dec
1 0 0 0000 0000 0
2 0.5 25.5 0001 1001 25
3 1 51 0011 0011 51
4 1.5 76.5 0100 1000 76
5 2 102 0110 0110 102
6 2.5 127.5 0111 1111 127
7 3 153 1001 1001 153
8 3.5 178.5 1011 0010 178
9 4 204 1100 1100 204
10 4.5 229.5 1110 0101 229
11 5 255 1111 1111 255
4.4. Pengujian Rangkaian Relay
Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0
volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor
jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif jika pada basis
diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktipkan relay. Pada alat ini relay
digunakan untuk menghidupkan / mematikan alarm, pompa, dan kipas, dimana hubungan
yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika relay tidak aktif maka
alarm dan kipas mati, sebaliknya jika relay aktif, maka alarm dan kipas akan menyala.
Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay
aktif dan alarm / kipas / pompa menyala maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.
4.5. Pengujian Sensor AF30
Untuk dapat mengetahui tingkat ketelitian alat dalam penelitian ini maka harus
dilakukan pengujian terhadap sensor. Adapun cara menguji sensor AF30 yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan cara menghubungkan sensor dengan sumber tegangan dan
mengukur output yang dihasilkan oleh sensor pada saat udara bersih dan pada saat sensor
mendeteksi keberadaan asap. Rangkaian pengujian sensor AF30 dapat dilihat pada gambar
4.4 berikut ini :
Agar dapat mengukur besar Output dari sensor AF30 pada saat udara bersih dan pada
saat terdapat asap, maka output sensor dihubungkan dengan Voltmeter dan Ohmmeter. Dari
hasil pengujian didapatkan hasil seperti yang ditampilkan pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 berikut
ini :
Output sensor pada saat
udara bersih (V)
Output sensor pada saat
terdapat asap (V)
Tabel 4.3. Data Voutput sensor pada saat udara bersih dan pada saat terdapat asap
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada saat udara bersih maka output ( V ) dari
sensor AF30 sama dengan ½ Vcc dan akan semakin besar outputnya bila sensor mendeteksi
keberadaan asap di dalam ruangan. Begitu juga halnya dengan output (Rs) dari sensor AF30,
pada saat udara bersih Rsensor sama dengan RL dan Rsensor akan semakin kecil bila sensor
mendeteksi keberadaan asap didalam ruangan. Output dari sensor kemudian diumpankan ke
input ADC untuk dikonversi datanya menjadi bilangan digital.
Setiap perubahan tegangan yang dihasilkan oleh sensor merupakan input bagi ADC
yang akan diubah menjadi data digital. Proses pengubahan tegangan input dari sensor
menjadi data digital, dilakukan dengan cara yang sama seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Pada tabel 4.3. berikut akan ditampilkan data biner yang di-output-kan oleh ADC
terdapat asap, yang dihitung dengan cara yang sama seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
No. Vout Sensor (V) Data Out ADC Biner dec
1 2,5 Volt 127,55 0111 1111 127
2 4,5 Volt 229,59 1110 0101 229
3 4,6 Volt 234,69 1110 1010 234
4 4,7 Volt 239,79 1110 1111 239
5 4,8 Volt 244,89 1111 0100 244
6 4,9 Volt 250 1111 1010 250
Tabel 4.4. Data Out ADC pada setiap kenaikan output sensor
4.6. Pengujian Sensor LM35
Untuk dapat mengetahui tingkat ketelitian alat dalam penelitian ini maka harus
dilakukan pengujian terhadap sensor. Adapun cara menguji sensor LM35 yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan cara menghubungkan sensor dengan sumber tegangan dan
mengukur output yang dihasilkan oleh sensor pada saat sensor mendeteksi kenaikan suhu.
Rangkaian pengujian sensor LM35 dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut ini :
Agar dapat mengukur besar Output dari sensor LM35 pada saat mendeteksi kenaikan
suhu, maka output sensor dihubungkan dengan multimeter. Dari hasil pengujian didapatkan
hasil seperti yang ditampilkan pada tabel 4.4 berikut ini :
Suhu terukur Output LM35 Output ADC Tampilan Display
27 derajat
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari evaluasi hasil kerja alat dapat diambil beberapa kesimpulan dalam penelitian ini.
Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah :
1. Dari data hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa pada saat udara bersih maka
output ( V ) dari sensor AF30 sama dengan ½ Vcc dan akan semakin besar outputnya
bila sensor mendeteksi keberadaan asap di dalam ruangan.
2. Sensor AF30 mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap dua jenis gas, yaitu
gas Hydrogen dan Ethanol.
3. Sensor LM35 dikonfigurasikan untuk dapat mendeteksi suhu antara 0O sampai 150O
C. Sensor LM35 menunjukkan bahwa setiap 10 mV mewakili kenaikan suhu 1O C.
4. Sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran otomatis yang telah dibuat dapat bekerja
5.2. Saran
1. Dengan beberapa pengembangan dan penyempurnaan sistem dari alat ini akan dapat
lebih baik lagi hasilnya.
2. Dengan menambah sensor kita dapat mencakup daerah yang lebih luas lagi.
3. Diharapkan pembaca dapat memberi saran dan kritik terhadap penulis dalam
perancangan alat ini, dan penulis berharap alat ini dapat dikembangkan baik aplikasi
DAFTAR PUSTAKA
AT89S51 Microcontroller Data Sheet,
AF30 Smoke Sensor Data Sheet,
LM35 Application Note Data Sheet,
Malvino, A. P., (1992), Prinsip-prinsip Elektronika, alih bahasa, M.O.Tjia dan Barmawi,
Erlangga, Jakarta
Owen Bishop, 2004, Dasar-dasar Elektronika, Jakarta: Gramedia.
Putra, A. E. 2002. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori dan Aplikasi).
Yogyakarta : Gava Media.