• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prototipe Alat Pendeteksi Dan Pemadam Kebakaran Dengan Menggunakan Sensor Asap AF30 Dan Sensor Suhu LM35

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Prototipe Alat Pendeteksi Dan Pemadam Kebakaran Dengan Menggunakan Sensor Asap AF30 Dan Sensor Suhu LM35"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DAN PEMADAM KEBAKARAN

DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30 DAN SENSOR

SUHU LM35

TUGAS AKHIR

MUHAMMAD HUNAIFI 072408012

PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DAN PEMADAM KEBAKARAN

DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30 DAN SENSOR

SUHU LM35

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

MUHAMMAD HUNAIFI 072408012

PROGRAM STUDI FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DAN PEMADAM

KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30 DAN SENSOR SUHU LM35

Kategori : LAPORAN PRAKTEK PROYEK

Nama : MUHAMMAD HUNAIFI

Nomor Induk Mahasiswa : 072408012

Program Studi : DIPLOMA (D3) FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Desember 2010

Diketahui

Departemen Fisika FMIPA USU

Ketua Program Studi, Pembimbing

(4)

PERNYATAAN

PROTOTIPE ALAT PENDETEKSI DAN PEMADAM KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30 DAN SENSOR SUHU LM35

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Desember 2010

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha penyayang, dengan limpahan karunia –Nya penyelesaian Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dalam waktu yang ditetapkan.

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan perancangan alat yang penulis lakukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Program Diploma (D3) pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Departemen Fisika Jurusan Fisika Instrumentasi, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.Dr.Muhammad Zarlis,Msc selaku dosen pembimbing pada penyelesaian tugas akhir ini yang telah memberikan bimbingan dan kepercayaan penuh kepada saya untuk menyempurnakan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dr.Eddy Marlianto,M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Sumatera Utara. Ketua Program Studi Fisika Instrumentasi, Bapak Drs.Syahrul Humaidi dan sekretaris Departemen Fisika Ibu Dra.Justinon,M.Si dan seluruh dosen pengajar serta pegawai di Departemen Fisika FMIPA USU.

Ucapan terima kasih saya yang spesial buat Ayahanda tercinta Drs. Usmar Chan dan Ibunda Azizah Nst. yang selalu sedia memberikan bantuan dan dukungan materi, dorongan dan doa. Tidak terlupakan juga saya ucapkan buat adik-adikku tersayang Muhammad Husaini, dan Muhammad Fudhaili, terima kasih buat doa dan dukungannya.

Terima kasih saya ucapkan buat teman-teman saya di Fisika Instrumentasi yang mau membantu saya dalam penyelesaian tugas akhir ini, khususnya Hendi, Ary Aryzky, Suci, Juhendra, Echi, Tuya, Aseng, Gatot, Widya, Ocha, Ferri dan Bang Ifantri sebagai partner saya. Buat teman-teman saya Kelompok BFF dan SJ Community, dan Bang Brian serta semua pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(6)

ABSTRAK

(7)

DAFTAR ISI

2.1 Sistem Pendeteksi dan Pemadam Otomatis 6

2.2 Komponen – Komponen Dasar 8

2.2.1 Relay 8

2.3 Perangkat Keras 9

2.3.1 ADC (Analog to Digital Converter) 9

2.3.2 Mikrokontroler 11

2.3.3 Mikrokontroler AT89S51 12

2.3.4 Penjelasan Fungsi PIN Mikrokontroler AT89S51 13

2.3.5 Display Seven Segment 16

2.4 Perangkat Lunak 17

2.4.1 Instruksi Transfer Data 18

2.4.2 Instruksi Aritmatik 19

(8)

2.4.4 Instruksi Transfer Kendali 20

BAB 3 PERANCANGAN ALAT 22

3.1 Diagram Blok Rangkaian 22

3.2 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 23

3.3 Display Seven Segment 24

3.4 Rangkaian Relay 25

3.5 Rangkaian ADC 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 28

4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 28

4.2 Pengujian Rangkaian Display Seven Segment 30

4.3 Pengujian Rangkaian ADC (Analog to Digital Converter) 33

4.4 Pengujian Rangkaian Relay 35

4.5 Pengujian Sensor AF30 36

4.6 Pengujian Sensor LM35 38

BAB 5 PENUTUP 39

5.1 Kesimpulan 39

5.2 Saran 40

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 2.1 Tabel Fungsi Khusus Port 3 14

Table 4.1 Tabel Data Pada Rangkaian Display Seven Segmen 31

Table 4.2 Tabel Data Hasil Pengujian ADC 35

Table 4.3 Tabel Data Tegangan Output Sensor Pada Saat Udara Bersih

Dan Pada Saat Terdapat Asap 36

Table 4.4 Tabel Data Out ADC Pada Setiap Kenaikan Output Sensor 37

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Blok Diagram Pendeteksi dan Pemadam Otomatis 7

Gambar 2.2 Gambar ADC Secara Umum 10

Gambar 2.3 Pin-Out Mikrokontroler AT89S51 13

Gambar 2.4 Seven Segmen 17

Gambar 3.1 Diagram Blok 22

Gambar 3.2 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 23

Gambar 3.3 Rangkaian Display Seven Segmen 24

Gambar 3.4 Rangkaian Relay 25

Gambar 3.5 Rangkaian ADC 27

Gambar 4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 28

Gambar 4.2 Rangkaian Display Seven Segmen 31

Gambar 4.3 Rangkaian Pengujian ADC 34

Gambar 4.4 Rangkaian Pengujian Sensor AF-30 36

(11)

LAMPIRAN 1. Gambar Rangkaian 2. Program Rangkaian

3. Data Sheet Mikrokontroler AT89S51 2. Data Sheet LM35

(12)

ABSTRAK

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam kurun waktu singkat perkembangan teknologi melaju dengan sangat pesat.

Perkembangan teknologi ini merupakan hasil kerja keras dari rasa ingin tahu manusia

terhadap suatu hal yang pada akhirnya diharapkan akan mempermudah manusia. Dengan

pesatnya laju perkembangan teknologi tersebut banyak bermunculan alat-alat yang canggih

yang dapat bekerja secara otomatis.

Dalam bidang elektronika, perlahan - lahan peralatan - peralatan manual mulai

digantikan dengan peralatan elektronik yang dapat bekerja secara otomatis, contohnya dalam

bidang keamanan. Sistem keamanan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan kita

sehari-hari. Dan seiring dengan perkembangan teknologi, telah banyak kita lihat peralatan -

peralatan elektronika yang berfungsi untuk menciptakan keamanan di lingkungan kita

sehari-hari. Baik itu keamanan dari pencurian bahkan sampai hal hal yang tidak diinginkan lainnya

seperti kebakaran misalnya.

Pada kasus kebakaran, Tingkat kerugian yang dihasilkan oleh bencana kebakaran

tentunya sangat besar. Kebakaran yang terjadi dapat di atasi, dan dapat meminimalkan

kerugian yang terjadi apabila kita mengetahui gejala - gejala akan terjadi kebakaran sejak

(14)

memberitahukan kepada kita bahwa telah terjadi kebakaran di suatu ruangan atau di tempat

umum secara dini sehingga dengan adanya alat ini kita dapat melakukan antisipasi yang lebih

lanjut guna menghindari kerugian yang disebabkan oleh kebakaran.

Alat pendeteksi kebakaran sebenarnya tidak terlalu sukar untuk dibuat hanya saja kita

memerlukan suatu sensor yang sensisitif agar hasil yang di dapat lebih teliti dan akurat dan

diharapkan dengan adanya alat pendeteksi kebakaran ini kerugian yang dihasilkan oleh

kebakaran dapat dicegah dan diminimalkan.

1.2.Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah:

1. Melakukan rancang bangun suatu alat yang dapat mendeteksi dan memadamkan api

secara otomatis apabila terjadi kebakaran di dalam suatu ruangan.

2. Memanfaatkan sensor asap AF30 dan sensor suhu LM35 sebagai sensor pendeteksi

kebakaran.

3. Memperluas aplikasi sensor AF30, LM35, serta aplikasi dari uC AT89S51.

1.3.Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya difokuskan pada perancangan dan pembuatan alat yang mampu

mendeteksi dan memadamkan api secara otomatis apabila terjadi kebakaran di dalam

(15)

2. Menjelaskan bagaimana prinsip kerja alat / instrument sehingga dapat mendeteksi dan

memadamkan api secara otomatis apabila terjadi kebakaran di dalam suatu ruangan.

3. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi gejala terjadinya kebakaran adalah sensor

asap AF30 dan sensor suhu LM35.

4. Pendeteksian kebakaran dilakukan hanya dengan cara membandingkan tingkat

kenaikan suhu dan ada atau tidaknya asap di ruangan tersebut.

5. Alat tidak dapat mendeteksi sumber api.

1.4.Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat sistematika

pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat pendeteksi dan pemadam

kebakaran secara otomatis dengan menggunakan sensor asap AF30 dan Sensor suhu LM35,

maka penulis menulis laporan ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk

pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung itu antara lain

tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware dan software), bahasa program

(16)

BAB III. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari

rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari

program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S51.

BAB IV. ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat,

penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktifkan

rangkaian, penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler

AT89S51.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari

pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian

ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu

metode lain yang mempunyai sistem kerja yang sama.

1.5. Metodologi Penulisan

Adapun metode laporan praktek proyek ini adalah :

1. Identifikasi masalah dengan penelurusan referensi baik dari buku maupun dari

hasil browsing di situs-situs internet.

(17)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Pendeteksi dan Pemadam Kebakaran Otomatis

Dalam bidang elektronika, perlahan-lahan peralatan-peralatan manual mulai digantikan

dengan peralatan elektronik yang dapat bekerja secara otomatis.contohnya dalam bidang

keamanan. Sistem keamanan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan kita sehari

hari. Dan seiring dengan perkembangan teknologi, telah banyak kita lihat peralatan -

peralatan elektronika yang berfungsi untuk menciptakan keamanan di lingkungan kita sehari

hari. Baik itu keamanan dari pencurian bahkan sampai hal hal yang tidak diinginkan lainnya

seperti kebakaran misalnya.

Pada kasus kebakaran, Tingkat kerugian yang dihasilkan oleh bencana kebakaran

tentunya sangat besar. Kebakaran yang terjadi dapat di atasi, dan dapat meminimalkan

kerugian yang terjadi apabila kita mengetahui gejala - gejala akan terjadi kebakaran sejak

dini. Untuk merealisasikan hal tersebut, diperlukan suatu peralatan yang cerdas yang dapat

memberitahukan kepada kita bahwa telah terjadi kebakaran di suatu ruangan atau di tempat

umum secara dini sehingga dengan adanya alat ini kita dapat melakukan antisipasi yang lebih

(18)

Adapun skema dan penjelasan dari sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran otomatis

dengan menggunakan sensor asap AF30 dan sensor suhu LM35 yang dirancang dapat dilihat

dari diagram blok berikut :

Sensor Suhu

Display Dot Matrix 7 x 16

uC

Gambar 2.1. Blok Diagram Pendeteksi dan Pemadam Kebakaran Otomatis

Secara umum, pada sistem pendeteksi dan pemadan kebakaran otomatis dengan

menggunakan sensor Asap AF30 dan Sensor suhu LM35 ini terdiri dari tiga belas blok

diagram utama. Sensor suhu lm35 berfungsi untuk mendeteksi kenaikan suhu pada ruangan.

Sedangkan sensor asap AF30 berfungsi untuk mendeteksi keberadaan asap yang terdapat di

dalam ruangan. Output sensor yang berupa data analog tidak dapat di olah langsung oleh

mikrokontroller karena mikrokontroller hanya dapat mengolah input data berupa data digial

yang diberikan kepadanya, agar mikrokontroller dapat membaca dan mengolah data dari

sensor maka terlebih dahulu data analog sensor dikonversi menjadai data data digital dengan

menggunakan ADC. Mikrokontroller disini berfingsi sebagai otak dari keseluruhan sistem

(Main System). Untuk dapat menghidupkan kipas,pompa,dan alarm secara otomatis

diperlukan suatu rangkaian driver (pengendali). driver ini terdiri dari rangkaian relay dimana

relay ini berfungsi sebagai saklar elktronik. Yang mana Relay akan aktif dengan sendirinya

(19)

yang terdeteksi oleh sensor suhu. Dan display dot matrix 7 x 16 berfungsi untuk

menampilkan pesan bila telah terjadi kebakaran.

2.2. Komponen-komponen Dasar

Rancangan yang penulis buat menggunakan beberapa komponen-komponen elektronika,

untuk memudahkan memahami fungsi dan karakteristik dari masing – masing komponen

maka penulis mencoba untuk membahasnya disini.

2.2.1 Relay

Relay adalah suatu peranti yang menggunaka

seperangkat kontak

penghantar yang dililit pada inti besi. Bila kumparan ini dienergikan, medan magnet yang

terbentuk menarik armatur berporos yang digunakan sebagai pengungkit mekanisme sakelar.

Berdasarkan cara kerjanya, Relay dapat dibedakan beberapa jenis, yaitu :

1. Normal terbuka. Kontak sakelar tertutup hanya jika relay dihidupkan.

2. Normal tertutup. Kontak sakelar terbuka hanya jika relay dihidupkan.

3. Tukar-sambung. Kontak sakelar berpindah dari satu kutub ke kutub lain saat relay

dihidupkan.

4. Bila arus masuk pada gulungan maka seketika gulungan, maka seketika gulungan

akan berubah menjadi medan magnet. Gaya magnet inilah yang akan menarik luas

(20)

2.3. Perangkat Keras

Perangkat keras merupakan bentuk fisik dari alat pendeteksi dan pemadam kebakaran yang

terdiri dari power supply, ADC, Mikrokontroller AT89S51, Display 7 Segment, Display Dot

Matrix 7 x 16.

2.3.1. ADC (Analog to Digital Converter)

ADC (Analog to Digital Converter) adalah suatu rangkaian pengubah informasi dari

tegangan analog ke digital. A/D Converter ini dapat dipasang sebagai pengonversi tegangan

analog dari suatu peralatan sensor ke konfigurasi digital yang akan diumpankan ke suatu

sistem minimum.

Secara umum Rangkaian di dalam IC ADC memiliki 2 bagian utama, yaitu:

1. Bagian Sampling dan Hold, yang berfungsi menangkap atau menahan tagangan analog

input sesaat untuk seterusnya diumpankan ke rangkaian pengonversi.

2. Rangkaian Konversi A/D (plus rangkaian kontrolnya).

Gambar berikut menggambarkan bagaimana aliran sinyal analog diubah ke sinyal digital.

Konversi

(21)

Rangkaian di atas dioperasikan sebagai berikut. Pertama, kontroler, dalam hal ini

mikroprosesor / mikrokontroller menghubungi ADC dengan mengirim sinyal CE. Artinya,

ADC diaktifkan. Kemudian SOC (start of conversion) dikirimkan sehingga ADC mulai

melakukan sampling sinyal dan diikuti dengan konversi ke digital.

Bila konversi selesai maka ADC akan mengirimkan tanda selesai EOC (end of

conversion) yang artinya hasil konversi telah siap dibaca di (PB7-PB0). Program yang sesuai

harus dibuat mengikuti prosedur seperti di atas. Artinya, program utama mikroprosesor harus

dimuati dengan suatu program loop tertutup dan menunggu tanda untuk membaca data dari

ADC. Meski tanda ini tidak harus diperhatikan, tetapi berakibat data yang dipaksa dibaca

akan sering invalid karena CPU tidak dapat membedakan keadaan ambang (ketika ADC

tengah melakukan konversi) dengan keadaan data siap (valid). Agar lebih efektif, fungsi

interrupt harus diaktifkan untuk menghindari terjebaknya CPU dalam loop saat menunggu

ADC siap. Dengan demikian CPU hanya akan membaca data bila mendapatkan interrupt.

Secara singkat, ADC memerlukan bantuan sekuensi kontrol untuk menangkap dan

mengkonversi sinyal. Seberapa lama ADC dapat sukses mengkonversi suatu nilai sangat

tergantung dari kemampuan sampling dan konversi dalam domain waktu. Makin cepat

prosesnya, makin berkualitas pula ADC tersebut. Karena inilah maka karakteristik ADC yang

paling penting adalah waktu konversi (conversion time). Namun demikian, kemampuan riil

ADC dalam kontrol loop tertutup dalam sebuah sistem lengkap justru sangat dipengaruhi oleh

kemampuan kontroler atau prosesor dalam mengolah data input-output secara cepat, dan

(22)

2.3.2. Mikrokontroler

Mikrokontroler adalah single chip computer yang memiliki kemampuan untuk diprogram dan

digunakan untuk tugas-tugas yang berorientasi kontrol. Mikrokontroler berkembang dengan

dua alasan utama, yaitu kebutuhan pasar (market needed) dan perkembangan teknologi baru.

Yang dimaksud dengan kebutuhan pasar yaitu kebutuhan manusia yang semakin besar

terhadap alat-alat elektronik dengan perangkat pintar sebagai pengontrol dan pemroses data.

Sedangkan yang dimaksud dengan perkembangan teknologi baru adalah perkembangan

teknologi semikonduktor yang memungkinkan pembuatan chip dengan kemampuan

komputasi yang sangat cepat, bentuk yang semakin mungil, dan harga yang semakin murah.

2.3.3. Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler seri 8051 merupakan salah satu seri mikrokontroler yang paling banyak

digunakan di seluruh dunia karena memiliki fasilitas onchip memory. Perusahaan ATMEL

membuat seri ini dengan nama AT89S51. Mikrokontroler AT89S51 memiliki fitur sebagai

berikut :

• 4K byte ROM

ROM atau Read Only Memory adalah tempat penyimpanan program yang diisikan

pada mikrokontroler. ROM hanya bisa dibaca. ROM biasanya berisi kode/ program

untuk mengontrol kerja mikrokontroler. Kapasitas memori yang disediakan oleh

AT89S51 ini adalah 4 kilobyte

• 128 bytes RAM

RAM atau Random Access Memory adalah memori yang berisi data yang akan

(23)

(isinya hilang jika power/ sumber tegangan dihilangkan). Kapasitas memori yang

disediakan oleh AT89S51 adalah 128 bytes.

• 4 buah 8-bit I/O (Input/Output) port

Port ini berfungsi sebagai terminal input dan output. Selain itu, dapat digunakan

sebagai terminal komunikasi paralel, serta komunikasi serial (pin10 dan 11).

• 2 buah 16 bit timer

Interface komunikasi serial

64K pengalamatan code (program) memori

• 64K pengalamatan data memori

• Prosesor Boolean (satu bit-satu bit)

Dengan fitur ini, mikrokontroler dapat melakukan operasi logika seperti AND, OR,

EXOR, dan lain-lain.

• 210 lokasi bit-addressable, dan

• 4 µs operasi pengkalian atau pembagian

2.3.4. Penjelasan Fungsi PIN Mikrokontroler AT89S51

Arsitektur hardware mikrokontroler AT89S51 dari perspektif luar atau biasa disebut pin out

digambarkan pada gambar 2.3 di bawah ini:

(24)

Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi dari tiap-tiap pin (kaki) yang ada pada

mikrokontroler AT89S51.

Port 0

Merupakan dual-purpose port (port yang memiliki dua kegunaan). Pada disain yang

minimum (sederhana), port 0 digunakan sebagai port Input/Output (I/O). Sedangkan

pada disain lebih lanjut pada perancangan dengan memori eksternal digunakan

sebagai data dan address (alamat) yang di-multiplex. Port 0 terdapat pada pin 32-39.

Port 1

Merupakan port yang hanya berfungsi sebagai port I/O (Input/Output). Port 1 terdapat

pada pin 1-8.

Port 2

Merupakan dual-purpose port. Pada disain minimum digunakan sebagai port I/O

(Input/Output). Sedangkan pada disain lebih lanjut digunakan sebagai high byte dari

address (alamat). Port 2 terdapat pada pin 21-28.

Port 3

Merupakan dual-purpose port. Selain sebagai port I/O (Input/Output), port 3 juga

mempunyai fungsi khusus. Fungsi khusus tersebut diperlihatkan pada tabel 2.1. Port 3

terdapat pada pin 10-17.

No. Pin Port Pin Nama Port Fungsi Alternatif

(25)

13 P3.3 INT 1 Interrupt 1 eksternal

14 P3.4 T0 Timer 0 input eksternal

15 P3.5 T1 Timer 1 input eksternal

16 P3.6 WR Memori data eksternal write strobe 17 P3.7 RD Memori data eksternal read strobe

Tabel 2.1. Fungsi khusus Port 3

PSEN (Program Store Enable)

PSEN adalah sinyal kontrol yang mengizinkan untuk mengakses program (code)

memori eksternal. Pin ini dihubungkan ke pin OE (Output Enable) dari EPROM.

Sinyal PSEN akan “0” (LOW) pada tahap fetch (penjemputan) instruksi. PSEN akan

selalu bernilai “1” (HIGH) pada pembacaan program memori internal. PSEN terdapat

pada pin 29.

ALE (Address Latch Enable)

ALE digunakan untuk men-demultiplex address (alamat) dan data bus. Ketika

menggunakan program memori eksternal, port 0 akan berfungsi sebagai address

(alamat) dan data bus. Pada setengah paruh pertama memori cycle ALE akan bernilai

“1” (HIGH) sehingga mengizinkan penulisan address (alamat) pada register

eksternal. Dan pada setengah paruh berikutnya akan bernilai “1” (HIGH) sehingga

port 0 dapat digunakan sebagai data bus. ALE terdapat pada pin 30.

EA (External Access)

Jika EA diberi input “1” (HIGH), maka mikrokontroler menjalankan program memori

internal saja. Jika EA diberi input “0” (LOW), maka AT89S51 menjalankan program

(26)

RST (Reset)

RST terdapat pada pin 9. Jika pada pin ini diberi input “1” (HIGH) selama minimal 2

machine cycle, maka sistem akan di-reset ( kembali ke awal ).

On-Chip oscillator

AT89S51 telah memiliki on-chip oscillator yang dapat bekerja jika didrive

menggunakan kristal. Tambahan kapasitor diperlukan untuk menstabilkan sistem.

Nilai kristal yang biasa digunakan pada AT89S51 ini adalah 12 MHz. On-chip

oscillator tidak hanya dapat di-drive dengan menggunakan kristal, tetapi juga dapat

dengan menggunakan TTL Oscillator.

Koneksi power

AT89S51 beroperasi pada tegangan 5 volt. Pin Vcc terdapat pada pin 40, sedangkan

pin Vss (ground) terdapat pada pin 20.

2.3.5. Display Seven Segment

Seven Segment adalah suatu segmen- segmen yang digunakan menampilkan angka. Seven

segmen ini tersusun atas 7 batang LED yang disusun membentuk angka 8 dengan

menggunakan huruf a - f yang disebut DOT MATRIKS. Setiap segmen ini terdiri dari 1 atau

(27)

Gambar 2.4. Seven segmen

Seven segmen dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu Common Anoda dan Common

Katoda.

• Common Anoda

Pada Common Anoda, semua anoda dari dioda disatukan secara parallel dan

semua itu dihubungkan ke Vcc dan kemudian LED dihubungkan melalui tahanan

pembatas arus keluar dari penggerak. Karena dihubungkan ke Vcc, maka

Common Anoda ini berada pada kondisi Aktif High.

• Common Katoda

Pad Common Katoda, semua katoda disatukan secara paralel dan dihubungkan ke

ground. Karena seluruh katoda dihubungkan ke ground, maka Common Katoda

ini berada pada kondisi Aktif Low.

2.4. Perangkat Lunak

Perangkat lunak (software) adalah seperangkat intruksi yang disusun menjadi sebuah

program untuk memerintahkan microcomputer melakukan suatu pekerjaan. Sebuah instruksi

selalu berisi kode operasi (op-code), kode pengoperasian inilah yang disebut dengan bahasa

mesin yang dapat dimengerti oleh mikrokontroller. Instruksi-instruksi yang digunakan dalam

(28)

pemograman assembler atau sama dengan intruksi pemograman pada IC mikrokontrller 8031

dan MCS51.

2.4.1. Instruksi Transfer Data

Instruksi transfer data terbagi menjadi dua kelas operasi sebagai berikut :

Transfer data umum ( General Purpose Transfer ), yaitu : MOV, PUSH dan POP.

Transfer spedifik akumulator ( Accumulator Specific Transfer ), yaitu : XCH,

XCHD, dan MOVC.

Instruksi transfer data adalah intruksi pemindahan /pertukaran data antara operand

sumber dengan operand tujuan. Operand-nya dapat berupa register, memori atau lokasi suatu

memori. Penjelasan instruksi transfer data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

MOV : Transfer data dari Register satu ke Register yang lainnya, antara Register

dengan Memory.

PUSH : Transfer byte atau dari operand sumber ke suatu lokasi dalam stack yang

alamatnya ditunjuk oleh register penunjuk.

POP : Transfer byte atau dari dalam stack ke operand tujuan.

XCH : Pertukaran data antara operand akumulator dengan operand sumber.

XCHD : Pertukaran nibble orde rendah antara RAM internal ( lokasinya ditunjukkan oleh

(29)

2.4.2. Instruksi Aritmatik

Operasi dasar aritmatik seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian

dimiliki oleh AT89S51 dengan mnemonic : INC, ADD, SUBB, DEC, MUL dan DIV.

Penjelasan dari operasi mnemonic tersebut dijelaskan sebagai berikut :

INC : Menambah satu isi sumber operand dan menyimpan hasilnya ke operand

tersebut

ADD : Penjumlahan antara akumulator dengan sumber operand dan hasilnya disimpan

di akumulator

SUBB : Pengurangan akumulator dengan sumber operand, hasilnya disimpan dalam

operand tersebut.

DEC : Mengurangi sumber operand dengan 1. dan hasilnya disimpan pada operand

tersebut.

MUL : Perkalian antara akumulator dengan Register B.

DIV : Pembagian antara akumulator dengan Register B dan hasilnya disimpan dalam

akumulator, sisanya di Register B.

2.4.3. Instruksi Logika

Mikrokontroller AT89S51 dapat melakukan operasi logika bit maupun operasi

logika byte. Operasi logika tersebut dibagi atas dua bagian yaitu :

Operasi logika operand tunggal, yang terdiri dari CLR, SETB, CPL, RL, RR, dan

SWAP.

(30)

Operasi yang dilkukan oleh AT89S51 dengan pembacaan instruksi logika tersebut dijelaskan

dibawah ini :

CLR : Menghapus byte atau bit menjadi nol.

SETB : Menggeser bit atau byte menjadi satu.

CPL : Mengkomplemenkan akumulator.

RL : Rotasi akumulator 1 bit ke kiri.

RR : Rotasi akumulator ke kanan.

SWAP : Pertukaran nibble orde tinggi.

2.4.4. Instruksi Transfer Kendali

Instruksi transfer kendali (control transfer) terdiri dari (3) tiga kelas operasi yaitu :

Lompatan tidak bersyarat ( Unconditional Jump ) seperti : ACALL, AJMP,

LJMP,SJMP

Lompatan bersyarat ( Conditional Jump ) seperti : JZ, JNZ, JB, CJNE, dan DJNZ.

• Insterupsi seperti : RET dan RET1.

Penjelasan dari instruksi diatas sebagai berikut :

ACALL : Instruksi pemanggilan subroutine bila alamat subroutine tidak lebih dari

2 Kbyte.

LCALL : Pemanggilan subroutine yang mempunyai alamat antara 2 Kbyte – 64

Kbyte.

AJMP : Lompatan untuk percabangan maksimum 2 Kbyte.

(31)

JNB : Percabangan bila bit tidak diset.

JZ : Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah nol.

JNZ : Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah tidak nol.

JC : Percabangan terjadi jika CY diset “1”.

CJNE : Operasi perbandingan operand pertama dengan operand kedua, jika

tidak sama akan dilakukan percabangan.

DJNZ : Mengurangi nilai operand sumber dan percabangan akan dilakukan

apabila isi operand tersebut tidak nol.

RET : Kembali ke subroutine.

(32)

BAB 3

PERANCANGAN ALAT

3.1. Diagram Blok Rangkaian

Analog to Digital

Gambar 3.1. diagram blok

Pada sistem perancangan alat pemadam kebakaran otomatis terdapat sebelas blok

diagram utama. Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mendeteksi kenaikan suhu ruangan.

Sensor asap AF30 berfungsi untuk mendeteksi keberadaan asap yang terdapat di dalam

ruangan. Output sensor yang berupa data analog kemudian masuk ke ADC untuk di ubah

datanya menjadi data digital. Untuk dapat menghidupkan kipas secara otomatis diperlukan

suatu rangkaian driver. Driver kipas ini terdiri dari rangkaian relay dimana relay ini berfungsi

sebagai saklar elektronik. Driver relay yang sama juga digunakan untuk mengaktifkan alarm

dan pompa. Display berfungsi untuk menampilkan nilai suhu yang terdeteksi oleh sensor

(33)

3.2. Rangkaian Mikrokontroler AT89S51

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada.

Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar.3.2. Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena

mikrokontroller AT89S51 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19

dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan kapasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi

kecepatan mikrokontroller AT89S51 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program.

Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan

me-reset mikrokontroller ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8

bit open collector dapat juga digunakan sebagai multipleks bus alamat rendah dan bus data

selama adanya akses ke memori program eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin

dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm. Resistor 4k7 ohm yang dihubungkan ke port 0

befungsi sebagai pull up ( penaik tegangan ). Pin 1 sampai 8 adalah port 1. Pin 21 sampai 28

(34)

dengan ground pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan

dengan + 5 volt dari power supplay.

3.3. Display seven segment

Untuk menampilkan jumlah orang yang masuk ke dalam ruangan diperlukan suatu

rangkaian display yang dapat menampilkan jumlah orang yang masuk ke dalam ruangan

tersebut.

Rangkaian display yang digunakan untuk menampilkan jumlah orang yang masuk ke dalam

ruangan terlihat pada gambar berikut :

Gambar.3.3. Rangkaian Display Seven Segment

Display ini menggunakan 3 buah seven segment yang dihubungkan ke IC HEF

4094BP yang merupakan IC serial to paralel. IC ini akan merubah 8 bit data serial yang

masuk menjadi keluaran 8 bit data paralel. Rangkaian ini dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1

AT89S51. P3.0 merupakan fasilitas khusus pengiriman data serial yang disediakan oleh

(35)

serial. Pada rangkaian display ini digunakan dua buah dioda yang berfungsi untuk

menurunkan tegangan supply untuk seven segment. Satu buah dioda dapat menurunkan

tegangan sekitar 0,6 volt. Jadi, apabila dioda yang digunakan dua buah maka tegangan yang

dapat diturunkannya adalah 1,8 volt. Tegangan ini diturunkan agar umur seven segment lebih

tahan lama dan karena tegangan maksimum seven segment adalah 3,7 volt.

3.4. Rangkaian Relay

Rangkaian relay pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau menghubungkan

sumber tegangan 12 volt dengan alarm. Gambar rangkaian pengendali alarm ini ditunjukkan

pada gambar 3.4 berikut ini :

Gambar 3.4 Rangkaian Relay

Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang

lainnya dihubungkan ke pompa/alarm ataupun kipas. Hubungan yang digunakan adalah

normally close. Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor

sebagai saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari

mikrokontroler Port 1.0 (P1.0). Pada saat logika pada port 1.0 adalah tinggi (high), maka

transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka

(36)

Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay menjadi terbuka, sehingga hubungan sumber

tegangan 12 volt ke buzzer / alarm akan terhubung dan alarm akan menyala. Begitu juga

sebaliknya pada saat logika pada P1.0 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri arus. Hal

ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga sumber tegangan 12 volt dengan

pompa/alarm ataupun kipas tidak menyala.

3.5. Rangkaian ADC

Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh sensor

LDR menjadi bilangan digital. Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler. Sehingga

mikrokontroler dapat mengetahui perbedaan intensitas warna yang dibaca oleh sensor.

Dengan demikian proses pembacaan warna dapat dilakukan. Gambar rangkaian ADC

ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.5 Rangkaian ADC

Input ADC dihubungkan ke sensor LDR, sehingga setiap perubahan tegangan pada

(37)

tegangan refrensi ADC harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada

ADC akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas

tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar

keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam regulator

tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang

menjadi tegangan refrensi ADC.

Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt

(38)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Pengujian pada rangkaian mikrokontroler AT89S51 ini dapat dilakukan dengan

menghubungkan rangkaian minimum mikrokontroler AT89S51 dengan power supply sebagai

sumber tegangan. Kaki 40 dihubungkan dengan sumber tegangan 5 Volt, sedangkan kaki 20

dihubungkan dengan ground. Rangkaian pengujian mikrokontroller AT89S51 dapat dilihat

pada gambar 4.1 berikut ini :

(39)

Dari rangkaian, tegangan pada kaki 40 diukur dengan menggunakan Voltmeter. Dari

hasil pengujian didapatkan tegangan pada kaki 40 sebesar 4,9 Volt. Langkah selanjutnya

adalah dengan cara menghubungkan pin 39 (P0.0) dan pin 37 (P0.2) dengan sebuah LED

indikator. LED indikator pada rangkaian berfungsi sebagai output dari program yang diisikan

ke dalam mikrokontroller AT89S51. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa

mikrokontroller AT89S51 dapat mengesekusi program dengan baik.

Selanjutnya program sederhana diisikan pada mikrokontroler AT89S51. Program

yang diisikan adalah sebagai berikut :

Loop:

Program di atas bertujuan untuk menyalakan / mematikan LED yang terhubung ke

(40)

berlogika high yang menyebabkan LED tidak mendapat hubungan dengan ground sehingga

LED akan mati. Perintah Clr P0.2 akan menjadikan P0.2 berlogika low yang menyebabkan

LED terhubung dengan ground sehingga LED akan menyala.

Call delay akan menyebabkan LED ini menyala dan mati selama beberapa saat.

Perintah jmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED

tersebut menyala secara bergantian ( flip – flop ).

Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S51, kemudian

mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian

minimum mikrokontroller AT89S52 telah bekerja dengan baik.

4.2. Pengujian Rangkaian Display Seven Segmen

Pengujian pada rangkaian ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ini

dengan rangkaian mikrokontroler, kemudian memberikan data tertentu pada port serial dari

mikrokontroler. Seven segmen yang digunakan adalah common anoda, dimana segmen akan

menyala jika diberi logika 0 dan sebaliknya segmen akan mati jika diberi logika 1.

(41)

Dari hasil pengujian diperoleh data yang harus dikirimkan ke port serial untuk menampilkan

angka desimal adalah sebagai berikut :

Angka Data yang dikirim

1 0ECH

Tabel 4.1 Data Pada Rangkaian Display Seven Segmen

Program yang diisikan pada mikrokontroler untuk menampilkan nilai-nilai tersebut

(42)

Loop:

mov sbuf,#bil0

Jnb ti,$

Clr ti

sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 0 pada semua seven segmen. Sedangkan

untuk menampilkan 3 digit angka yang berbeda pada seven segmen adalah dengan

mengirimkan ke 3 data angka yang akan ditampilkan pada seven segmen. Programnya adalah

sebagai berikut :

Loop:

mov sbuf,#bil1

Jnb ti,$

Clr ti

mov sbuf,#bil2

Jnb ti,$

Clr ti

mov sbuf,#bil3

Jnb ti,$

Clr ti

sjmp loop

Program di atas akan menampilkan angka 1 pada seven segmen ketiga, angka 2 pada seven

(43)

4.3. Pengujian rangkaian ADC ( Analog to Digital Converter )

Untuk mengetahui tingkat ketelitian ADC dalam mengkonversi input analog yang

diberikan maka terlebih dahulu ADC tersebut harus di uji ketelitiannya. Langkah yang

digunakan untuk menguji tingkat ketelitian ADC adalah dengan cara memberikan tegangan

yang bervariasi pada input ADC. Setiap perubahan tegangan yang diberikan merupakan input

bagi ADC dan akan diubah menjadi data digital. Proses perubahan tegangan input menjadi

data digital dilakukan dengan cara :

dengan data output dapat dihitung, misalnya jika Vin ADC = 2,5 Volt, maka :

55

Data yang diubah ke bilangan biner hanya bilangan bulatnya saja. Berarti bilang biner yang

dihasilkan oleh tegangan input ADC sebesar 2,5 Volt adalah (0111 1111).pada rangkaian

pengujian, Output ADC melalui kaki DB0-DB7 dihubungkan dengan delapan buah led untuk

mempermudah dalam pembacaan data. Rangkaian pengujian ADC dapat dilihat pada gambar

(44)

Gambar 4.3. Rangkaian pengujian ADC

Pada tabel 4.2 berikut akan ditampilkan data biner yang di output-kan oleh ADC

untuk setiap variasi tegangan yang di inputkan ke ADC, yang dihitung dengan cara yang

sama seperti di atas.

No. Vin (V) Data Out ADC Biner dec

1 0 0 0000 0000 0

2 0.5 25.5 0001 1001 25

3 1 51 0011 0011 51

4 1.5 76.5 0100 1000 76

5 2 102 0110 0110 102

6 2.5 127.5 0111 1111 127

7 3 153 1001 1001 153

8 3.5 178.5 1011 0010 178

9 4 204 1100 1100 204

10 4.5 229.5 1110 0101 229

11 5 255 1111 1111 255

(45)

4.4. Pengujian Rangkaian Relay

Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt dan 0

volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis NPN, transistor

jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan tidak aktif jika pada basis

diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan mengaktipkan relay. Pada alat ini relay

digunakan untuk menghidupkan / mematikan alarm, pompa, dan kipas, dimana hubungan

yang digunakan adalah normally open (NO), dengan demikian jika relay tidak aktif maka

alarm dan kipas mati, sebaliknya jika relay aktif, maka alarm dan kipas akan menyala.

Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay

aktif dan alarm / kipas / pompa menyala maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.

4.5. Pengujian Sensor AF30

Untuk dapat mengetahui tingkat ketelitian alat dalam penelitian ini maka harus

dilakukan pengujian terhadap sensor. Adapun cara menguji sensor AF30 yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan cara menghubungkan sensor dengan sumber tegangan dan

mengukur output yang dihasilkan oleh sensor pada saat udara bersih dan pada saat sensor

mendeteksi keberadaan asap. Rangkaian pengujian sensor AF30 dapat dilihat pada gambar

4.4 berikut ini :

(46)

Agar dapat mengukur besar Output dari sensor AF30 pada saat udara bersih dan pada

saat terdapat asap, maka output sensor dihubungkan dengan Voltmeter dan Ohmmeter. Dari

hasil pengujian didapatkan hasil seperti yang ditampilkan pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 berikut

ini :

Output sensor pada saat

udara bersih (V)

Output sensor pada saat

terdapat asap (V)

Tabel 4.3. Data Voutput sensor pada saat udara bersih dan pada saat terdapat asap

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada saat udara bersih maka output ( V ) dari

sensor AF30 sama dengan ½ Vcc dan akan semakin besar outputnya bila sensor mendeteksi

keberadaan asap di dalam ruangan. Begitu juga halnya dengan output (Rs) dari sensor AF30,

pada saat udara bersih Rsensor sama dengan RL dan Rsensor akan semakin kecil bila sensor

mendeteksi keberadaan asap didalam ruangan. Output dari sensor kemudian diumpankan ke

input ADC untuk dikonversi datanya menjadi bilangan digital.

Setiap perubahan tegangan yang dihasilkan oleh sensor merupakan input bagi ADC

yang akan diubah menjadi data digital. Proses pengubahan tegangan input dari sensor

menjadi data digital, dilakukan dengan cara yang sama seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya.

Pada tabel 4.3. berikut akan ditampilkan data biner yang di-output-kan oleh ADC

(47)

terdapat asap, yang dihitung dengan cara yang sama seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya.

No. Vout Sensor (V) Data Out ADC Biner dec

1 2,5 Volt 127,55 0111 1111 127

2 4,5 Volt 229,59 1110 0101 229

3 4,6 Volt 234,69 1110 1010 234

4 4,7 Volt 239,79 1110 1111 239

5 4,8 Volt 244,89 1111 0100 244

6 4,9 Volt 250 1111 1010 250

Tabel 4.4. Data Out ADC pada setiap kenaikan output sensor

4.6. Pengujian Sensor LM35

Untuk dapat mengetahui tingkat ketelitian alat dalam penelitian ini maka harus

dilakukan pengujian terhadap sensor. Adapun cara menguji sensor LM35 yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan cara menghubungkan sensor dengan sumber tegangan dan

mengukur output yang dihasilkan oleh sensor pada saat sensor mendeteksi kenaikan suhu.

Rangkaian pengujian sensor LM35 dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut ini :

(48)

Agar dapat mengukur besar Output dari sensor LM35 pada saat mendeteksi kenaikan

suhu, maka output sensor dihubungkan dengan multimeter. Dari hasil pengujian didapatkan

hasil seperti yang ditampilkan pada tabel 4.4 berikut ini :

Suhu terukur Output LM35 Output ADC Tampilan Display

27 derajat

(49)

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari evaluasi hasil kerja alat dapat diambil beberapa kesimpulan dalam penelitian ini.

Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah :

1. Dari data hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa pada saat udara bersih maka

output ( V ) dari sensor AF30 sama dengan ½ Vcc dan akan semakin besar outputnya

bila sensor mendeteksi keberadaan asap di dalam ruangan.

2. Sensor AF30 mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap dua jenis gas, yaitu

gas Hydrogen dan Ethanol.

3. Sensor LM35 dikonfigurasikan untuk dapat mendeteksi suhu antara 0O sampai 150O

C. Sensor LM35 menunjukkan bahwa setiap 10 mV mewakili kenaikan suhu 1O C.

4. Sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran otomatis yang telah dibuat dapat bekerja

(50)

5.2. Saran

1. Dengan beberapa pengembangan dan penyempurnaan sistem dari alat ini akan dapat

lebih baik lagi hasilnya.

2. Dengan menambah sensor kita dapat mencakup daerah yang lebih luas lagi.

3. Diharapkan pembaca dapat memberi saran dan kritik terhadap penulis dalam

perancangan alat ini, dan penulis berharap alat ini dapat dikembangkan baik aplikasi

(51)

DAFTAR PUSTAKA

AT89S51 Microcontroller Data Sheet,

AF30 Smoke Sensor Data Sheet,

LM35 Application Note Data Sheet,

Malvino, A. P., (1992), Prinsip-prinsip Elektronika, alih bahasa, M.O.Tjia dan Barmawi,

Erlangga, Jakarta

Owen Bishop, 2004, Dasar-dasar Elektronika, Jakarta: Gramedia.

Putra, A. E. 2002. Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori dan Aplikasi).

Yogyakarta : Gava Media.

Gambar

Gambar 2.1. Blok Diagram Pendeteksi dan Pemadam Kebakaran Otomatis
Gambar berikut menggambarkan bagaimana aliran sinyal analog diubah ke sinyal digital.
Gambar 2.3. Pin-Out mikrokontroler AT89S51
Tabel 2.1. Fungsi khusus Port 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis Structural Equation Modeling (SEM) terhadap data empirik, hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi harga diri, perilaku kewargaan yang

Dari semua data yang telah dipotong (yang bebas awan) hanya sebagian saja yang akan diinterpretasikan dan akan mendapatkan indikasi front yang digunakan sebagai dasar

Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Intraktif IPA Untuk Meningkatkan Hasil Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP di Kota Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Backbone merupakan jaringan yang membentuk interkoneksi pusat untuk dapat melakukan internet dan sistem utama jaringan yang terdiri dari kumpulan peralatan

Berdasarkan data yang diperoleh pada kegiatan analisis konteks yang terkait dengan kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian pengembangan materi ajar mata kuliah

Dalam penelitian ini, Laskar Pelangi akan diteliti menggunakan pendekatan strukturalisme genetik Lucien Goldmann untuk melihat hubungan struktur novel tersebut dengan