PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI ASAP ROKOK DENGAN
MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF 30 BERBASIS
MIKROKONTROLER AT89S51
TUGAS AKHIR
NURHABIBA HASNA
052408087
PROGRAM STUDI D-3 FISIKA INSTRUMENTASI DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI ASAP
ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF 30 BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : NURHABIBA HASNA
Nomor Induk Mahasiswa : 052408087
Program Studi : DIPLOMA TIGA(D-3) FISIKA INSTRUMENTASI
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, Juli 2008
Diketahui,
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua Program Studi D3 FIN Pembimbing
Drs.Syahrul Humaidi,M.Sc Drs.Syahrul Humaidi,M.Sc
NIP 132050870 NIP 132050870
iv
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis Panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir selesai pada waktunya.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada orang tua penulis ayahanda Zulikifli Hasibuan dan Ibunda almh.Nurhayati Siregar,dan Ibuku Masyitoh Siregar,.Bapak Dr.Eddy Marlianto.M.Sc,selaku Dekan FMIPA USU,Bapak Drs.Syahrul Humaidi,MSc,selaku Ketua Jurusan Program Studi Fisika Instrumentasi dan juga sebagai Dosen Pembimbing,Ibu Justinon,MSi,selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Fisika Instrumentasi,Seluruh Dosen yang mengajar pada Jurusan Fisika Instrmentasi,Bang Brian Fisika S1,rekan jurusan Fisika Instrumentasi stambuk 2005,Buat anak-anak kost sei padang pribadi 7 nisma ,uci,anggi,Buat kakakku Aini Desriani,Lisdawani dan Abangku Zuhti Andri serta Adekku Tersayang Ambosa Hidayat dan Zulfahmi HSB yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan pryek ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan masukan berupa saran maupun kritik yang membangun dari pembaca.
Medan, Juli 2008
PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI ASAP ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF 30 BERBASIS
MIKROKONTROLER AT89S51
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2008
v
ABSTRAK
DAFTAR ISI
1.3.Tujuan Penulisan 3
1.4.Batasan masalah 3
1.5.Sistematika Penulisan Laporan 4
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Perangkat Keras
2.1.1.Mikrokontroler AT89S51 6
2.1.2.Konstruksi Mikrokontroler AT89S51 8
2.1.3.Pin-pin Mikrokontroler AT89S51 10
2.1.4.Analog to Digital Converter 13
2.1.5.Relay 17
2.1.6.Sensor AF 30 19
2.2.Perangkat Lunak
2.2.1.Bahasa Assembly MCS-51 20
2.2.2.Software 8052 Editor,Assembler,Simulator 25
2.2.3.Software Downloader 26
Bab 3 Perancangan Alat dan Cara Kerja Rangkaian
3.1.Diagram blok 27
3.2.Flowchart 29
3.3.Rangkaian Power Supply (PSA) 30
3.4.Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 31
3.5.Rangkaian ADC 33
3.6.Rangkaian Pengendali Kipas 35
vii
4.2.Rangkaian Pengendali Kipas 39
4.3.Rangkaian Alarm 41
4.4.Rangkaian ADC 42
4.5.Pengujian Sensor Asap AF 30 43
4.6.Program 46
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1.Kesimpulan 50
5.2.Saran 50
Daftar Pustaka 51
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1.3 IC mikrokontroler AT89S51 10
Gambar 2.1.4.1 IC ADC 00804 13
Gambar 2.1.4.2 Diagram ADC 15
Gambar 2.1.5 Simbol Relay dan Rangkaian Driver 18
Gambar 2.1.6 Sensor Asap AF 30 19
Gambar 2.2.2 Software 8051,Editor,Assembler,Simulator 25
Gambar 2.2.3 ISP-Flash Programmer 3 26
Gambar 3.3 Rangkian Power Supply(PSA) 30
Gambar 3.4 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 31
Gambar 3.5 Rangkaian ADC 33
Gambar 3.6 Rangkaian Pengendali Kipas 35
Gambar 3.7 Rangkaian Buzzer 36
Gambar 4.2 Rangkaian Pengendali Kipas 38
Gambar 4.3 Rangkaian Alarm 40
v
ABSTRAK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada kehidupan sehari hari,perokok banyak dijumpai di sekitar kita. Seperti yang kita
ketahui, sangat banyak kerugian yang ditimbulkan oleh asap rokok dan asap rokok itu
sendiri juga dapat menggangu orang yang berada di sekitar kita. Selain mengganggu,
asap rokok juga dapat merugikan kesehatan kita. Banyak penyakit yang dapat
ditimbulkan oleh asap rokok misalnya dapat menyebabkan kanker,serangan
jauntung,gangguan kehamilan dan lain lain.
Oleh karena faktor buruk yang dibawa oleh asap rokok, pada daerah tertentu
terdapat larangan larangan yang tidak memperbolehkan seseorang untuk merokok.
Misalnya pada Rumah sakit, gedung bioskop,ruangan ber-AC di perkantoran dan lain
lain. Hal tersebut dilakukan agar asap yang ditimbulkan oleh rokok tidak menggangu
orang lain yang berada disekitarnya.
Dalam kurun waktu singkat perkembangan teknologi melaju dengan sangat pesat.
Perkembangan teknologi ini merupakan hasil kerja keras dari rasa ingin tahu manusia
terhadap suatu hal yang pada akhirnya diharapkan akan mempermudah manusia.
2
yang canggih yang dapat bekerja secara otomatis.Kebutuhan manusia terhadap
peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara otomatis semakin meningkat,
disamping cara kerjanya yang teliti juga peralatan ini tidak perlu dipantau setiap saat,
tetapi mengaktifkan peralatan tersebut dan kemudian mengaturnya sesuai keinginan,
maka peralatan tersebut akan mengerjakan tugasnya sesuai dengan program yang telah
diberikan. Salah satu alat yang cerdas yang dibutuhkan manusia adalah alat yang
dapat mendeteksi asap rokok dan memberi peringatan kepada perokok untuk tidak
merokok di area atau di dalam ruangan tersebut. Dengan demikian dengan adanya alat
ini diharapkan pengawasan terhadap perokok tidak lagi diperlukan karena sudah
dilakukan secara otomatis dan diharapkan dengan adanya alat ini juga dapat
meningkatkan tingkat kedisiplinan perokok untuk tidak merokok pada area tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mencoba untuk merancang suatu alat yang
dapat mendeteksi asap rokok pada suatu ruangan dan memberi peringatan kepada
perokok bahwa daerah tersebut tidak diperbolehkan untuk merokok.
Pada alat ini digunakan cigarette smoke sensor type AF30 sebagai pendeteksi
ada atau tidaknya asap rokok yang terdapat dalam ruangan. Mikrokontroler AT89S51
digunakan sebagai otak dari seluruh system dan mengolah data yang dihasilkan oleh
sensor kemudian membunyikan alarm dan menghidupkan kipas. Display matriks
digunakan untuk menampilkan tulisan peringatan untuk tidak merokok di dalam
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dilakukan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Merancang suatu alat yang dapat mendeteksi keberadaan asap rokok dalam
suatu ruangan
2. Memanfaatkan mikrokontroler sebagai alat pengolah data yang diberikan oleh
sensor.
3. Merancang setup alat yang mudah untuk digunakan (user friendly)
4. Studi lebih lanjut tentang aplikasi mikrokontroler AT89S51
5. Sebagai informasi bagaimana dasar membangun sebuah instrumen yang
mampu mendeteksi keberadan asap rokok.
1.4 Batasan Masalah
Mengacu pada hal diatas, penulis akan merancang smoke detector dengan
menggunakan sensor asap AF 30 , dengan batasan-batasan sebagai berikut : 1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S51.
2. Sensor yang digunakan adalah. cigarette smoke sensor type AF30
3. Alat ini hanya mendeteksi keberadaan asap rokok dan memberi peringatan
berupa alarm
4
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat
sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari Perancangan alat
pendeteksi asap rokok dengan menggunakan sensor af 30 berbasis mikrokontroler
AT89S51, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut:
BAB 1.PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB 2.LANDASAN TEORI
Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang
digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori pendukung
itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 (hardware dan software),
sensor AF 30,ADC,bahasa program yang digunakan. serta karekteristik dari
BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM
Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok dari
rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir dari
program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S51
BAB 4 ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT
Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja alat,
penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk mengaktipkan
rangkaian,dan penjelasan mengenai program yang diisikan ke mikrokontroler
AT89S51
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari
pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah rangkaian
ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Perangkat Keras
2.1.1. Mikrokontroler AT89S51
Mikrokontroler sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan mikrokomputer
hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi
baru yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak
namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi secara massal (dalam
jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah (dibandingkan microprocessor).
Sebagai kebutuhan pasar mikrokontroller hadir untuk memenuhi selera industri dan
para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat bantu dan mainan yang lebih
canggih serta dalam bidang pendidikan.
Tidak seperti sistem komputer yang mampu menangani berbagai macam
program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka, dan lain sebagainya).
Mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan
lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer
perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna
perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan Pada
mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program
kontrol disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM
digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara, termasuk
register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.
Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51
keluaran Atmel. Jenis mikrokontroller ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk
mengolah data per bit ataupun data 8 bit secara bersamaan. Pada prinsipnya program
pada mikrokontroler dijalankan bertahap, jadi pada program itu sendiri terdapat
beberapa set instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan secara bertahap atau berurutan.
Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai berikut :
1. Sebuah Central Processing Unit 8 bit
2. Osilatc : internal dan rangkaian pewaktu
3. RAM internal 128 byteash memori 4 Kbyte
4. Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi
internal)
5. Empat buah programable port I/O yang masing-masing terdiri dari delapan
buah jalur I/O
6. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART
7. Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika
8. Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada
8
2.1.2. Konstruksi AT89S51
Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1
kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 μF dan resistor 10 KΩ dipakai untuk
membentuk rangkaian riset. Dengan adanya rangkaian riset ini AT89S51 otomatis
diriset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan frekuensi maksimum
24MHz dan kapasitor 30 μF dipakai untuk melengkapi rangkaian osilator pembentuk
clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler .
Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroller.
Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda. Read Only
Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai
dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori penyimpanan program ini
dinamakan sebagai memori program. Random Access Memory (RAM) isinya akan
sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat
program bekerja. RAM yang dipakai untuk menyimpan data ini disebut sebagai
memori data.
Ada berbagai jenis ROM untuk mikrokontroler dengan program yang sudah
baku dan diproduksi secara massal, program diisikan kedalam ROM pada saat IC
mikrokontroler dicetak dipabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler
menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang
disingkat menjadi PROM (PEROM). Dulu banyak UV-EPROM (Ultra Violet
Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah
Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S51 adalah flash
PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat
bantuan alat yang dinamakan sebagai AT89S51 flash PEROM Programmer. Memori
data yang disediakan dalam chip AT*(S51 sebesar 128 kilo byte meskipun hanya kecil
saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.
AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmitter)
yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data seri
(RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1. pada kaki nomor 2
dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja menurut fungsi waktu. Clock
penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari ossillator kristal atau clock yang
diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5,
sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/output paralel kalau T0
dan T1 dipakai.
AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya
adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini
berhimpitan dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur
input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.
Port1 dan 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan yang secara fisik
10
2.1.3. Pin - Pin Pada Mikrokontroler AT89S51 Deskripsi pin-pin pada mikrokontroler AT89S51 :
Gambar 2.1.3 IC Mikrokontroler AT89S51
VCC (Pin 40) Suplai tegangan
GND (Pin 20) Ground
Port 0 (Pin 39-Pin 32)
Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun
ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah
sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.Pada fungsi sebagai low
order multiplex address/data, port ini akan mempunyai internal pull up. Pada saat
flash progamming diperlukan external pull up, terutama pada saatverifikasi program.
Port 1 (Pin 1 - Pin 8)
Port 1 adalah port dua arah masukan/keluaran 8-bit dengan pull-up internal. Sebagai
tambahan, P1.0 dan P1.1 dapat diatur sebagai pewaktu/ pencacah-2 eksternal masukan
pencacah (P1.0/T2) dan pewaktu/pencacah-2 masukan pemicu (P1.1/T2EX). Port 1
juga menerima byte-byte alamat saat pemrograman dan verifikasi flash.
Port 2 (Pin 21 – pin 28)
Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address pada saat mengakses
memori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan mengeluarkan
isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi
sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan
output sink keempat buah input TTL.
Port 3 (Pin 10 – pin 17)
Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pull up. Port 3 juga
mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :
Nama pin Fungsi
P3.0 (pin 10) RXD (Port input serial)
12
P3.2 (pin 12) INTO (interrupt 0 external)
P3.3 (pin 13) INT1 (interrupt 1 external)
P3.4 (pin 14) T0 (input external timer 0)
P3.5 (pin 15) T1 (input external timer 1)
P3.6 (pin 16) WR (menulis untuk eksternal data memori)
P3.7 (pin 17) RD (untuk membaca eksternal data memori)
RST (pin 9)
Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.
ALE/PROG (pin 30)
Address latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat
selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input progam (PROG)
selama memprogram Flash.
PSEN (pin 29)
Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.
EA (pin 31)
Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan
menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika
kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada
memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12
XTAL1 (pin 19)
Input untuk clock internal.
XTAL2 (pin 18) Output dari osilator.
2.1.4. ADC (Analog to Digital Converter)
ADC yang digunakan adalah ADC 0804. ADC ini akan merubah tegangan
yang merupakan keluaran dari LM35 menjadi 8-bit data biner. Gambar IC ADC 0804
tampak seperti di bawah:
Gambar 2.1.4 .1. IC ADC 0804
8-bit data yang keluar dari ADC inilah yang akan dioleh oleh mikrokontroler
kemudian ditampilkan pada display seven segmen.
14
pengonversi tegangan analog dari suatu peralatan sensor ke konfigurasi digital yang
akan diumpankan ke suatu sistem minimum. Teknologi ADC ini telah banyak
mengubah teknik-teknik konvensional analog dalam sistem-sistem kontrol, teknologi
perekaman dan pembangkitan kembali sinyal-sinyal audio/ video (recording and
playing) dan berbagai aplikasi dalam multimedia dan instrumantasi lainnya.
Permasalahan noise dalam sinyal (sebelumnya sulit dikikis habis jika hanya
mengandalkan filter analog) dapat diatasi dengan sangat baik dengan filter digital
berbasis ADC. Apalagi faktor penentu keandalan filter digital ini adalah keandalan
program kemudinya. Makin andal programnya, makin andal pula kerja filter tersebut.
Rangkaian di dalam IC ADC memiliki 2 bagian utama, yaitu:
1. Bagian Sampling dan Hold, yang berfungsi menangkap atau menahan tagangan
analog input sesaat untuk seterusnya diumpankan ke rangkaian pengonversi.
2. Rangkaian Konversi A/D (plus rangkaian kontrolnya).
Gambar berikut menggambarkan bagaimana aliran sinyal analog diubah ke sinyal
Rangkaian di atas dioperasikan sebagai berikut. Pertama, kontroler, dalam hal
ini mikroprosesor menghubungi ADC dengan mengirim sinyal CE. Artinya, ADC
diaktifkan. Kemudian SOC (start of conversion) dikirimkan sehingga ADC mulai
melakukan sampling sinyal dan diikuti dengan konversi ke digital. Bila konversi
selesai maka ADC akan mengirimkan tanda selesai EOC (end of conversion) yang
artinya hasil konversi telah siap dibaca di (PB7-PB0). Program yang sesuai harus
dibuat mengikuti prosedur seperti di atas. Artinya, program utama mikroprosesor
harus dimuati dengan suatu program loop tertutp dan menunggu tanda untuk membaca
data dari ADC. Meski tanda ini tidak harus diperhatikan, tetapi berakibat data yang
dipaksa dibaca akan sering invalid karena CPU tidak dapat membedakan keadaan
ambang (ketika ADC tengah melakukan konversi) dan keadaan data siap (valid). Agar
lebih efektif, fungsi interrupt harus diaktifkan untuk menghindari terjebaknya CPU
dalam loop saat menunggu ADC siap. Ia hanya akan membaca data bila mendapatkan
interrupt.
Secara singkat, ADC memerlukan bantuan sekuensi kontrol untuk menangkap
dan mengonversi sinyal. Seberapa lama ADC dapat sukses mengonversi suatu nilai
sangat tergantung dari kemampuan sampling dan konversi dalam domain waktu.
Makin cepat prosesnya, makin berkualitas pula ADC tersebut. Karena inilah maka
karakteristik ADC yang paling penting adalah waktu konversi (conversion time). Jika
suatu ADC disebut memiliki waktu konvesi 1,4µdt (mikrodetik) maka secara teoritis dalam waktu 1 detik ia dapat mengonversi sinyal kontiniu sebanyak 714.285,7 kali.
Dengan demikian, frekuensi input tertinggi yang masih dapat ditolerir untuk
16
Namun demikian, kemampuan riil ADC dalam kontrol loop tertutup dalam sebuah
sistem lengkap justru sangat dipengaruhi oleh kemampuan kontroler atau prosesor
dalam mengolah data input-output secara cepat, dan bukan hanya karena kualitas
ADC-nya, misalnya permasalahan pada filter digital dalam dunia speech processing
dan recognition. ADC yang dipakai mungkin sudah sangat cepat, bahkan melebihi
spesifikasi untuk keperluan memproses sinyal input yang didefenisikan (misalnya
speech diproses dengan ADC 1,4µdt/conversion), tetapi terkadang algoritma filtering yang dikembangkan justru membuat unjuk kerja sistem keseluruhan menjadi
kedodoran. Meskipun unggul dalam kecepatan konversi data (pasif: A/D), pelambatan
justru terjadi dalam penerapan algoritma pemproses tertentu, misalnya identifikasi
menggunakan neural network, optimasi.
2.1.5. Relay
Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan
suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus
dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada
rangkaian adalah arus DC.
Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan
pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak
menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami
gaya listrik magnet sehingga berpidah posisi ke kutub lain atau terlepas dari kutub
relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak
ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay tergantung pada jenis relay
yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan yang diinginkan
dalam suatu rangkaian.
Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :
a. Normaly Open (NO), saklar akan terbuka bila dialiri arus
b. Normaly Close (OFF), saklar akan tertutup bila dialiri arus
c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang nomalnya tertutup
yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A,
sebaliknya bula kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal
B.
Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis
transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat
menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung.
Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan
induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor.
Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus tidak
mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang
18
Bentuk relay yang digunakan da bentuk relay dengan rangkaian driver dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:
.
Gambar 2.1.5 Simbol Relay dan Rangkaian Driver Vcc
Tr VB
Dioda
2.1.6. Sensor Asap AF30
Pada dasarnya prinsip kerja dari sensor tersebut adalah mendeteksi keberadaan
gas-gas yang dianggap mewakili asap rokok, yaitu gas-gas Hydrogen,Ethanol dan
Karbonmonoksida. Sensor AF-30 mempunyai tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap
dua jenis gas tersebut. Jika sensor tersebut mendeteksi keberadaan gas-gas tersebut
diudara dengan tingkat konsentrasi tertentu, maka sensor akan menganggap terdapat
asap rokok di udara. Ketika sensor mendeteksi keberadaan gas-gas tersebut maka
resistansi elektrik sensor akan turun. Dengan memanfaatkan prinsip kerja dari sensor
AF-30 ini, kandungan gas-gas tersebut dapat diukur.
20
2.2. Perangkat Lunak
2.2.1. Bahasa Assembly MCS-51
Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89C4051 adalah
bahasa assembly untuk MCS-51. Angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa
ini hanya ada 51 instruksi, antara lain yaitu :
1. Instruksi MOV
Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register
tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.
Contoh pengisian nilai secara langsung
MOV R0,#20h
Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).
Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.
Contoh pengisian nilai secara tidak langsung
MOV 20h,#80h
...
...
MOV R0,20h
Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20
Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah
alamat.
2. Instruksi DJNZ
Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk
mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil
pengurangannya belum nol. Contoh ,
MOV R0,#80h meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.
3. Instruksi ACALL
Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :
...
ACALL TUNDA
...
TUNDA:
22
4. Instruksi RET
Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin
pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,
ACALL TUNDA
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,
Loop:
...
...
JMP Loop
6. Instruksi JB (Jump if bit)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang dimaksud berlogika high (1). Contoh,
Loop:
JB P1.0,Loop
...
7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)
Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang
dimaksud berlogika Low (0). Contoh,
Loop:
JNB P1.0,Loop
...
8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)
Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register
dengan suatu nilai tertentu. Contoh,
Loop:
...
CJNE R0,#20h,Loop
...
Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin
Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h, maka program akan melanjutkan
instruksi selanjutnya..
9. Instruksi DEC (Decreament)
Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang
dimaksud dengan 1. Contoh,
24
...
DEC R0 R0 = R0 – 1
...
10.Instruksi INC (Increament)
Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang
dimaksud dengan 1. Contoh,
MOV R0,#20h R0 = 20h
...
INC R0 R0 = R0 + 1
...
2.2.2. Software 8051 Editor, Assembler, Simulator
Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah
editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator. Tampilannya seperti di bawah ini.
Gambar 2.2.2. 8051 Editor, Assembler, Simulator
Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble
(di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika
masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan
perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu
sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.
Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke
dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.
26
2.2.3. Software Downloader
Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroler digunakan
software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet.
Tampilannya seperti gambar di bawah ini
Gambar 2.2. 3.ISP- Flash Programmer 3
Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil file
heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk mengisikan
BAB 3
PERANCANGAN ALAT DAN CARA KERJA RANGKAIAN
3.1. Diagram blok
Secara umum alat pendeteksi asap rokok ini terdiri dari tujuh blok rangkaian utama.
Blok diagram dari rangkaian dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Untuk mendeteksi asap digunakan sensor asap AF30. output sensor berupa tegangan.
Apabila terkena asap maka tegangan pada output sensor akan semakin besar. Data
output sensor merupakan data analog. Agar dapat dibaca oleh mikrokontroller maka
terlebih dahulu output dari sensor dimasukkan ke ADC untuk diolah datanya menjadi
28
data data digital. Hasil dari perubahan yang di olah oleh ADC inilah yang dikirimkan
ke mikrokontroler untuk di proses lebih lanjut. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi
sebagai otak dari keseluruhan system. Dimana didalam mikrokontroler inilah
nantinya semua data akan diolah dan dibandingkan .Untuk menjalankan kipas
dibutuhkan suatu rangkaian driver kipas. Driver kipas ini terdiri dari rangkaian relay
dimana relay ini berfungsi sebagai saklar otomatis sehingga dapat menyalakan dan
mematikan kipas sesuai dengan yang kita perintahkan dengan sendirinya.Alarm
berfungsi untuk memberikan nada peringatan bahwa sensor mendeteksi asap rokok.
Untuk dapat membunyikan alarm juga dibutuhkan suatu rangkaian driver. Driver
alarm ini secara umum prinsip kerjanya serupa dengan prinsip kerja rangkaian
3.2. FLOWCHART
Program diawali dengan start. Kemudian program akan membaca data sensor
apakah sensor mendeteksi asap atau tidak.jika tidak maka program akan kembali ke
awal dan kembali melakukan pengecekan.jika sensor mendeteksi asap maka program
akan memerintahkan alarm untuk berbunyi dan menghidupkan kipas. Kemudian
program akan mengecek apakah asap yang terdapat pada ruangan telah habis atau
belum. Jika belum habis maka program akan kembali memerintahkan alarm untuk
terus berbunyi dan menghidupkan kipas. Jika asap telah habis maka program akan
30
3.3.Rangkaian power supplay ( PSA )
Rangkaian ini berfungsi untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian yang ada.
Rangkaian PSA yang dibuat terdiri dari dua keluaran, yaitu 5 volt dan 12 volt,
keluaran 5 volt digunakan untuk mensupplay tegangan ke seluruh rangkaian,
sedangkan keluaran 12 volt digunakan untuk mensuplay tegangan ke relay. Rangkaian
power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :
Gambar 3.3. Rangkaian Power Supplay (PSA)
Trafo CT merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari
220 volt AC menjadi 12 volt AC. Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan
menggunakan dua buah dioda, selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor
2200 μF. Regulator tegangan 5 volt (LM7805CT) digunakan agar keluaran yang
dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada tegangan masukannya. LED
hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan. Transistor PNP TIP 32 disini
berfungsi untuk mensupplay arus apabila terjadi kekurangan arus pada rangkaian,
sehingga regulator tegangan (LM7805CT) tidak akan panas ketika rangkaian butuh
arus yang cukup besar. Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah
3.4.Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh system yang ada.
Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gbr.3.4.Rangkaian mikrokontroler AT89S51
Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini dilakukan karena
mikrokontroler AT89S8253 tidak menggunakan memori eskternal. Pin 18 dan 19
dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF. XTAL ini akan mempengaruhi
kecepatan mikrokontroler AT89S8253 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam
program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke
tinggi akan me-reset mikrokontroler ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang
merupakan saluran/bus I/O 8 bit open collector dapat juga digunakan sebagai
multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori program
eksternal. Pada port 0 ini masing masing pin dihubungkan dengan resistor 4k7 ohm.
Resistor 4k7 ohm yan dihubungkan ke port 0 befungsi sebagai pull up( penaik
32
Pin 39 yang merupakan P0.0 dihubungkan dengan sebuah resistor 330 ohm dan
sebuah LED. Ini dilakukan hanya untuk menguji apakah rangkaian minimum
mikrokontroler AT89S51 sudah bekerja atau belum. Dengan memberikan program
sederhana pada mikrokontroler tersebut, dapat diketahui apakah rangkaian minimum
tersebut sudah bekerja dengan baik atau tidak. Jika LED yang terhubug ke Pin 39
sudah bekerja sesuai dengan perintah yang diberikan, maka rangkaian minimum
tersebut telah siap digunakan. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan ground
pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif dihubungkan dengan
3.5.Rangkaian ADC
Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh
sensor asap AF30 menjadi bilangan digital. output dari ADC dihubungkan ke
mikrokontroler. Sehingga mikrokontroler dapat mengetahui dan mendeteksi
keberadaan asap rokok yang terdapat di dalam ruangan Dengan demikian proses
pendeteksian asap rokok dapat dilakukan. Gambar rangkaian ADC ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:
Gambar 3.5.Rangkaian ADC
Input ADC dihubungkan ke sensor asap AF30, sehingga setiap perubahan tegangan
34
tegangan refrensi pada ADC akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada
rangkaian ADC di atas tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator
tegangan 9 volt ( 7809) agar keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini
dimasukkan kedalam regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi
5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC.
Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari
12 volt menjadi 6 volt, tegangan refrensi ADC tetap 5 volt.
Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan output
3.6. Rangkaian Pengendali Kipas
Rangkaian pengendali kipas pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau
menghubungkan sumber tegangan 12 volt dengan kipas. Gambar rangkaian
pengendali kipas ini ditunjukkan pada gambar berikut ini:
Gambar 3.6.Rangkaian Pengendali Kipas
Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang
lainnya dihubungkan ke kipas. Hubungan yang digunakan adalah normally close.
Prinsip kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai
saklar elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari
mikrokontroler Port 3.5 (P3.5). Pada saat logika pada port 3.5 adalah tinggi (high),
maka transistor mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias
ini maka transistor akan aktip (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke
kumparan relay. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay menjadi tertutup,
sehingga hubungan sumber tegangan 12 volt ke kipas akan terhubung dan kipas akan
36
relay tidak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga
sumber tegangan 12 volt dengan kipas akan terputus dan kipas tidak menyala.
3.7. Perancangan Rangkaian Buzzer
Rangkaian buzzer ini berfungsi untuk memberikan peringatan berupa nada alarm
apabila ada asap yang terdeteksi. Rangkaiannya seperti gambar di bawah ini:
Gambar 3.7.Rangkaian Buzzer
Pada alat ini, alarm yang digunakan adalah buzzer 5 volt. Buzzer ini akan berbunyi
jika positipnya dihubungkan ke sumber tegangan positip dan negatipnya negatipnya
dihubungkan ke ground.
Pada rangkaian di atas transistor berfungsi sebagai saklar elektronik yang
dapat menghidupkan dan mematikan buzzer. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip
buzzer dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (2SC945), ini berarti jika
transistor dalam keadaan aktip maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor
volt, keadaan ini akan mengakibatkan buzzer berbunyi. Sebaliknya jika transistor
tidak aktip, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor
menjadi 5 volt, keadaan ini menyebabkan buzzer mati.
Transistor yang digunakan dalam rangkaian di atas adalah transistor jenis
NPN, transistor jenis ini akan aktip apabila tegangan pada basis lebih besar dari 0,7
volt. Resistor 4,7 Kohm pada basis berguna untuk membatasi arus yang masuk pada
BAB 4
PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM
4.1. Pengujian Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroler AT89S51 telah bekerja dengan
baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan
program sederhana pada mikrokontroler AT89S51. Programnya adalah sebagai
berikut:
Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P0.0
berlogika high yang menyebabkan LED menyala. Acall tunda akan menyebabkan
LED ini hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P0.0 akan menjadikan P0.0
berlogika low yang menyebabkan LED akan mati. Perintah Acall tunda akan
menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop akan
menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan tampak LED tersebut tampak
berkedip.
Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroler AT89S51, kemudian
mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka rangkaian
minimum mikrokontroler AT89S51 telah bekerja dengan baik.
4.2.Rangkaian pengendali kipas
Rangkaian pengendali kipas pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau
menghubungkan sumber tegangan 12 volt dengan kipas.
40
Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang lainnya
dihubungkan ke kipas. Hubungan yang digunakan adalah normally open. Prinsip kerja
rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar elektronik.
Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler Port 0.1
(P0.1). Pada saat logika pada port 0.1 adalah tinggi (high), maka transistor mendapat
tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan
aktip (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan relay. Hal ini
akan menyebabkan sakar pada relay menjadi tertutup, sehingga hubungan sumber
tegangan 12 volt ke kipas akan terhubung dan kipas akan menyala. Begitu juga
sebaliknya pada saat logika pada P0.1 adalah rendah (low) maka relay tidak dialiri
arus. Hal ini akan menyebabkan saklar pada relay terputus, sehingga sumber tegangan
4.3.Rangkaian Alarm
Rangkaian alarm pada alat ini berfungsi untuk memutuskan atau
menghubungkan sumber tegangan 12 volt dengan buzzer.
Gambar 4.3.Rangkian Alarm
Output dari relay yang satu dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan yang lainnya
dihubungkan ke buzzer. Hubungan yang digunakan adalah normally open. Prinsip
kerja rangkaian ini pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar
elektronik. Tegangan atau sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler
Port 0.1 (P0.1). Pada saat logika pada port 0.1 adalah tinggi (high), maka transistor
mendapat tegangan bias dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka
transistor akan aktip (saturation), sehingga adanya arus yang mengalir ke kumparan
relay. Hal ini akan menyebabkan sakar pada relay menjadi tertutup, sehingga
hubungan sumber tegangan 12 volt ke buzzer akan terhubung dan buzzer akan
berbunyi. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada P0.1 adalah rendah (low)
42
sehingga sumber tegangan 12 volt dengan buzzer akan terputus dan buzzer tidak
berbunyi.
4.4. Rangkaian ADC
Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh
sensor asap AF30 menjadi bilangan digital. output dari ADC dihubungkan ke
mikrokontroler. Sehingga mikrokontroler dapat mendeteksi ada atau tidaknya asap di
dalam ruangan Dengan demikian proses pendeteksian asap dapat dilakukan. Gambar
rangkaian ADC ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.4.Rangkaian ADC
Input ADC dihubungkan ke sensor asap AF30, sehingga setiap perubahan tegangan
maka tegangan refrensi ADC harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan
refrensi pada ADC akan merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian
ADC di atas tegangan masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9
volt ( 7809) agar keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini
dimasukkan kedalam regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi
5 volt. Tegangan 5 volt inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC.
Dengan demikian walaupun tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari
12 volt menjadi 6 volt, tegangan refrensi ADC tetap 5 volt
.Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan
output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya akan diketahui oleh
mikrokontoler.
44
Dari grafik pada gambar 1 dapat dilihat bahwa dengan mengukur perbandingan antara
resistansi sensor pada saat terdapat gas dan resistansi sensor pada udara bersih atau
tidak mengandung gas tersebut (Rgas/Rair), dapat diketahui kadar gas tersebut.
Sebagai contoh jika resistansi sensor (RS) pada saat terdapat gas Hydrogen adalah
1KΩ dan resistansi sensor (RS) pada saat udara bersih adalah 10KΩ maka:
Dari perhitungan diatas serta menurut grafik pada gambar 1, jika Rgas/Rair=0.1 maka
konsentrasi gas Hydrogen pada udara adalah sekitar 100ppm. Untuk mengetahui
besarnya resistansi sensor (RS) saat udara bersih dapat dihitung menggunakan rumus:
Sebagai contoh jika Vout pada saat udara bersih adalah 2,8V dan RL yang digunakan
adalah 10KΩ maka dengan rumus diatas diperoleh RS saat udara bersih (Rair) adalah 7857,14Ω atau 7857Ω. Dari hasil perhitungan diatas diperoleh RL=10KΩ, RS saat udara bersih (Rair)=7857Ω, dengan Vout saat udara bersih = 2,8V.
Dengan melihat grafik gambar 1 dan hasil perhitungan diatas, maka nilai Vout
untuk tiap-tiap nilai perbandingan Rgas/Rair dapat diketahui sehingga tingkat
konsentrasi dari gas tersebut juga diketahui pula. Misalnya untuk gas Hydrogen
dengan tingkat konsentrasi 10ppm, dari grafik gambar 1 Rgas/Rair ≅ 0,29 maka
Rgas/Rair ≅ 0,29
Rgas = Rair x (Rgas/Rair)
= 7857Ω x 0,29
= 2279Ω
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh nilai Rgas pada saat konsentrasi gas
Hydrogen 10ppm. Karena Rgas adalah sama dengan resistansi sensor (RS), maka
berdasarkan nilai Rgas yang diperoleh tersebut, maka dari rumus mencari nilai RS,
nilai Vout pada saat konsentrasi Hydrogen 10ppm dapat diperoleh.
Rgas = 2279Ω
Vc = 5V
RL = 10KΩ
2279Ω =
Jika Vout kita umpankan kemodul ADC0804 maka diperoleh nilai digital dari Vout.
Nilai keluaran dari ADC ini kemudian diolah menggunakan mikrokontroler untuk Vout = 4,072V
Jadi nilai Vout pada saat sensor mendeteksi nilai konsentrasi Hydrogen 10ppm adalah
sebesar 4,072V. Dengan cara yang sama dapat diperoleh nilai-nilai Vout untuk
tiap-tiap tingkat konsentrasi gas Hydrogen dan Ethanol sesuai dengan grafik gambar 1.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Jika ada asap rokok yang terdeteksi maka tegangan sensor semakin besar
2. Sensor AF 30 lainnya bereaksi baik pada asap rokok(sesuai dengan data sheet)
tidak begitu sensitif dengan asap lain.
3. Data sensor yang digunakan untuk mendeteksi asap rokok pada proyek ini
digunakan data maksimum yang dihasilkan oleh sensor.
5.2. Saran
1. Agar alat ini dapat lebih dimodifikasi agar menghasilkan lebih banyak fungsi
2. Agar dilakukan peningkatan kemampuan alat sehingga makin cerdas dengan
DAFTAR PUSTAKA
1. Afgianto, 2004. Belajar Mikrocontroller AT89S51/52/55 Teori dan Aplikasi, Edisi kedua,Penerbit:Gava Media,Yogyakarta
2. Andi, 2003. Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemograman AT89S52, Penerbit PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.