PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI ASAP ROKOK PADA AREA BEBAS ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30
BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S52
SKRIPSI Diajukan oleh :
NIM : 040801031 ELYAS MORYSTONE S
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI ASAP ROKOK PADA AREA BEBAS ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30
BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S52
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
ELYAS MORYSTONE SPERSETUJUAN
Judul : PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI ASAP
ROKOK PADA AREA BEBAS ROKOK DENGAN
MENGGUNAKAN SENSOR ASAP AF30
BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S52
Kategori : SKRIPSI
Nama : ELYAS MORYSTONE S
Nomor Induk Mahasiswa : 040801031
Program Studi : SARJANA (SI) FISIKA
Departemen : FISIKA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Diketahui/Disetujui oleh
Ketua Departemen Fisika FMIPA USU Pembimbing
PERNYATAAN
PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI ASAP ROKOK PADA
AREA BEBAS ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR
ASAP AF30 BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S52
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri,
kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing
disebutkan sumbernya
Medan,14 Maret 2010
ELYAS MORYSTONE S
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dengan limpahan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dalam
waktu yang ditetapkan
Ucapan banyak terimakasih saya sampaikan kepada Bpk Drs.Luhut
Sihombing MS, selaku pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberi
masukan serta koreksi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga diajukan kepada Bapak Dr. Eddy Marlianto, M.Sc, selaku dekan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas
Sumatera Utara. Ketua dan sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU Bapak
DR.Marhaposan Situmorang dan seluruh pegawai di FMIPA USU serta
rekan-rekan kuliah khususnya stambuk 2004 yang banyak membantu menyelesaikan
skripsi ini.
Akhirnya tidak terlupakan dan yang teristimewa kepada Ayahanda
M.Simarmata, dan Ibunda tersayang F.Simanjuntak yang telah membesarkan dan
mendidik saya sehingga saya mendapat gelar sarjana ini. Anhenry Simarmata,
Ledyana Simarmata dan semua teman-teman sekampusku beserta keluarga yang
selalu setia memberikan bantuan, dukungan, dan doa.
Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam penulisan dan
penyusunan tugas akhir ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini.
ABSTRAK
Dirancang sebuah alat yang dapat mendeteksi asap rokok pada suatu ruangan. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan asap pada penelitian ini adalah sensor asap AF30 produksi Figaro Inc. kemudian yang menjadi pusat dari seluruh pengendalian system digunakan microkontroler AT89S52. Secara umum alat pendeteksi asap rokok ini merupakan gabungan dari 4 blok dasar yaitu : sensor, ADC, Microkontroler dan Relay.
ABSTRACT
We designed a device which can detecting presence of smoke in a room. The sensors was used to detecting the presence of smoke in this research is AF30 smoke sensors from Figaro Inc production. And the main of control from all system is microcontroller type AT89S52. All the part from this research instrument are stand of from four basic blocks that is sensors, ADC, Microkontroler and Relay.
DAFTAR ISI
Daftar grafik vii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
1.3 Manfaat Penelitian 2
1.4 Batasan Masalah 3
1.5 Sistematika Penulisan 4
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Dasar 5
2.1.1 Defenisi Asap Rokok 5
2.2 Hubungan Asap Rokok Dengan Kesehatan 6
2.2.1 Dampak paru-paru 6
2.2.2 Dampak terhadap jantung 7
2.2.3 Penyakit jantung koroner 8
2.2.4 Penyakit stroke 8
2.3 Sensor Gas 9
2.3.1 Pengertian Umum Sensor Gas 9
2.4 Sensor Af30 10
2.4.1 Cara Kerja Sensor Asap Af30 11
2.4.2 Karakteristik output sensor Af30 terhadap asap rokok 12
2.6 Mikrokontroller 16
2.6.1 Mikrokontroller AT89S52 16
2.6.2 Konfigurasi Pin 17
2.6.3 CPU (Central Processing Unit) 19
2.6.4 Bagian Masukan/Keluaran (I/O) 19
2.7 Instruksi Transfer Data 20
2.7.1 Instruksi Aritmatika 21
2.7.2 Instruksi Logika dan Manipulasi Bit 21
2.7.3 Instruksi Transfer Kendali 22
BAB 3 Perancangan Dan Cara Kerja Alat 24
3.1 Diagram Blok 24
3.2 Sensor Asap AF30 25
3.3 Rangkaian mikrokontroller AT89S52 26
3.4 Rangkaian ADC 27
3.5 Display LCD Character 2x16 28
3.6 Rangkaian Relay 31
BAB 4 Hasil Dan Pembahasan 33
4.1 pengujian rangkaian mikrokontroller AT89S52 33
4.2 Interfacing LCD 2x16 35
4.3 Pengujian rangkaian ADC 37
4.4 pengujian Rangkaian Relay 39
4.5 Pengujian Sensor AF30 39
4.6 Analisa Data 47
4.7 Standar Deviasi 51
BAB 5 Kesimpulan Dan Saran 52
5.1 Kesimpulan 52
5.2 Saran 52
DAFTAR TABEL
Tabel 3.5.1 Fungsi Pin LCD character 2x16 29
Tabel 4.1.1 Peta memory LCD saat mendapat logika 1 34
Tabel 4.1.2 Peta pergeseran memory LCD 34
Tabel 4.3.1 Data hasil pengujian ADC 39
Tabel 4.5.1 Data resistansi output sensor pada saat udara bersih dan pada saat
terdapat asap rokok. 40
Tabel 4.5.2 Data Output ADC pada setiap kenaikan output sensor 42
Tabel 4.5.3 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 1 m 42
Tabel 4.5.4 Data output sensor dengan sampel 2 batang rokok pada jarak 1 m 42
Tabel 4.5.5 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 1 m 43
Tabel 4.5.6 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 2 m 43
Tabel 4.5.7 Data output sensor dengan sampel 2 batang rokok pada jarak 2 m 43
Tabel 4.5.8 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 2 m 44
Tabel 4.5.9 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 3 m 44
Tabel 4.5.10 Data output sensor dengan sampel 2 batang rokok pada jarak 3 m 44
Tabel 4.5.11 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 3 m 45
Tabel 4.5.12 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 4 m 45
Tabel 4.5.13 Data output sensor dengan sampel 2 batang rokok pada jarak 4 m 45
Tabel 4.5.14 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 4 m 46
Tabel 4.5.15 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 5 m 46
Tabel 4.5.16 Data output sensor dengan sampel 2 batang rokok pada jarak 5 m 46
Tabel 4.5.17 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 5 m 47
Tabel 4.6.1 Nilai Rs secara teori untuk setiap kenaikan output sensor 48
Tabel 4.6.2 Konsentrasi asap yang terdeteksi di udara 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4.1 Ilustrasi penyerapan O2 oleh sensor oleh sensor gas 10 Gambar 2.4.2 Ilustrasi ketika terdeteksi adanya gas 11
Gambar 2.4.3 Bentuk umum sensor AF30 12
Gambar 2.5.1 Konfigurasi pin IC ADC 0804 14
Gambar 2.5.2 Diagram ADC secara umum 15
Gambar 2.6.1 Konfigurasi pin Mikrokontroler AT89S52 17
Gambar 3.1.1 Diagram blok rangkaian 24
Gambar 3.2.1 Letak dan fungsi pin sensor AF30 25
Gambar 3.3.1 Rangkaian minimum mikrokontroler AT89S52 27
Gambar 3.4.1 Rangkaian ADC 28
Gambar 3.5.1 LCD character 2 x 16 29
Gambar 3.5.5 Peta memory LCD character 2 x 16 30
Gambar 3.6.1 Rangkaian Relay 31
Gambar 4.1.1 Pengujian rangkaian mikrokontroler AT89S51 33
Gambar 4.2.1 Interfacing LCD 2 x 16 36
Gambar 4.3.1 Rangkaian pengujian ADC 38
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.5.1 Hubungan output sensor (V) terhadap Rs (terukur) 41
Grafik 4.6.1 Hubungan output sensor (V) terhadap Rs (teori) 48
Grafik 4.6.2 Karakteristik output sensor AF30 49
DAFTAR TABEL
Tabel 3.5.1 Fungsi Pin LCD character 2x16 29
Tabel 4.1.1 Peta memory LCD saat mendapat logika 1 34
Tabel 4.1.2 Peta pergeseran memory LCD 34
Tabel 4.3.1 Data hasil pengujian ADC 39
Tabel 4.5.1 Data resistansi output sensor pada saat udara bersih dan pada saat
terdapat asap rokok. 40
Tabel 4.5.2 Data Output ADC pada setiap kenaikan output sensor 42
Tabel 4.5.3 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 1 m 42
Tabel 4.5.4 Data output sensor dengan sampel 2 batang rokok pada jarak 1 m 42
Tabel 4.5.5 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 1 m 43
Tabel 4.5.6 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 2 m 43
Tabel 4.5.7 Data output sensor dengan sampel 2 batang rokok pada jarak 2 m 43
Tabel 4.5.8 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 2 m 44
Tabel 4.5.9 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 3 m 44
Tabel 4.5.10 Data output sensor dengan sampel 2 batang rokok pada jarak 3 m 44
Tabel 4.5.11 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 3 m 45
Tabel 4.5.12 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 4 m 45
Tabel 4.5.13 Data output sensor dengan sampel 2 batang rokok pada jarak 4 m 45
Tabel 4.5.14 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 4 m 46
Tabel 4.5.15 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 5 m 46
Tabel 4.5.16 Data output sensor dengan sampel 2 batang rokok pada jarak 5 m 46
Tabel 4.5.17 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 5 m 47
Tabel 4.6.1 Nilai Rs secara teori untuk setiap kenaikan output sensor 48
Tabel 4.6.2 Konsentrasi asap yang terdeteksi di udara 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.4.1 Ilustrasi penyerapan O2 oleh sensor oleh sensor gas 10 Gambar 2.4.2 Ilustrasi ketika terdeteksi adanya gas 11
Gambar 2.4.3 Bentuk umum sensor AF30 12
Gambar 2.5.1 Konfigurasi pin IC ADC 0804 14
Gambar 2.5.2 Diagram ADC secara umum 15
Gambar 2.6.1 Konfigurasi pin Mikrokontroler AT89S52 17
Gambar 3.1.1 Diagram blok rangkaian 24
Gambar 3.2.1 Letak dan fungsi pin sensor AF30 25
Gambar 3.3.1 Rangkaian minimum mikrokontroler AT89S52 27
Gambar 3.4.1 Rangkaian ADC 28
Gambar 3.5.1 LCD character 2 x 16 29
Gambar 3.5.5 Peta memory LCD character 2 x 16 30
Gambar 3.6.1 Rangkaian Relay 31
Gambar 4.1.1 Pengujian rangkaian mikrokontroler AT89S51 33
Gambar 4.2.1 Interfacing LCD 2 x 16 36
Gambar 4.3.1 Rangkaian pengujian ADC 38
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.5.1 Hubungan output sensor (V) terhadap Rs (terukur) 41
Grafik 4.6.1 Hubungan output sensor (V) terhadap Rs (teori) 48
Grafik 4.6.2 Karakteristik output sensor AF30 49
ABSTRAK
Dirancang sebuah alat yang dapat mendeteksi asap rokok pada suatu ruangan. Sensor yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan asap pada penelitian ini adalah sensor asap AF30 produksi Figaro Inc. kemudian yang menjadi pusat dari seluruh pengendalian system digunakan microkontroler AT89S52. Secara umum alat pendeteksi asap rokok ini merupakan gabungan dari 4 blok dasar yaitu : sensor, ADC, Microkontroler dan Relay.
ABSTRACT
We designed a device which can detecting presence of smoke in a room. The sensors was used to detecting the presence of smoke in this research is AF30 smoke sensors from Figaro Inc production. And the main of control from all system is microcontroller type AT89S52. All the part from this research instrument are stand of from four basic blocks that is sensors, ADC, Microkontroler and Relay.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Pada kehidupan sehari hari, perokok banyak dijumpai di sekitar kita. Seperti yang
kita ketahui, sangat banyak kerugian yang ditimbulkan oleh asap rokok dan asap
rokok itu sendiri juga dapat menggangu orang yang berada di sekitar kita. Selain
mengganggu, asap rokok juga dapat merugikan kesehatan kita. Banyak penyakit
yang dapat ditimbulkan oleh asap rokok misalnya dapat menyebabkan kanker,
serangan jantung, gangguan kehamilan dan lain lain.
Oleh karena faktor buruk yang dibawa oleh asap rokok, pada daerah
tertentu terdapat larangan larangan yang tidak memperbolehkan seseorang untuk
merokok. Misalnya pada Rumah sakit, gedung bioskop, ruangan ber-AC di
perkantoran dan lain lain. Hal tersebut dilakukan agar asap yang ditimbulkan oleh
rokok tidak menggangu orang lain yang berada disekitarnya.
Dalam kurun waktu singkat perkembangan teknologi melaju dengan
sangat pesat. Perkembangan teknologi ini merupakan hasil kerja keras dari rasa
ingin tahu manusia terhadap suatu hal yang pada akhirnya diharapkan akan
mempermudah manusia. Dengan pesatnya laju perkembangan teknologi tersebut
banyak bermunculan alat-alat yang canggih yang dapat bekerja secara otomatis.
Kebutuhan manusia terhadap peralatan yang cerdas dan dapat bekerja secara
otomatis semakin meningkat, disamping cara kerjanya yang teliti juga peralatan
ini tidak perlu dipantau setiap saat, tetapi mengaktifkan peralatan tersebut dan
kemudian mengaturnya sesuai keinginan, maka peralatan tersebut akan
mengerjakan tugasnya sesuai dengan program yang telah diberikan. Salah satu
rokok dan memberi peringatan kepada perokok untuk tidak merokok di area atau
di dalam ruangan tersebut. Dengan demikian dengan adanya alat ini diharapkan
pengawasan terhadap perokok tidak lagi diperlukan karena sudah dilakukan secara
otomatis dan diharapkan dengan adanya alat ini juga dapat meningkatkan tingkat
kedisiplinan perokok untuk tidak merokok pada area tertentu.
1.2 TUJUAN PENELITIAN
Adapun maksud dan tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah:
1. Memanfaatkan sensor gas AF30 sebagai pendeteksi keberadaan asap
rokok di dalam suatu ruangan
2. Memanfaatkan mikrokontroller sebagai alat pengolah data yang diberikan
oleh sensor.
3. Studi lebih lanjut tentang aplikasi mikrokontroller AT89S52
4. Sebagai informasi bagaimana dasar membangun sebuah instrumen yang
mampu mendeteksi keberadan asap rokok.
1.3 MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis mencoba untuk merancang suatu alat
yang dapat mendeteksi asap rokok pada suatu ruangan dan memberi peringatan
kepada perokok bahwa daerah tersebut tidak diperbolehkan untuk merokok.
Pada alat ini digunakan cigarette smoke sensor type AF30 sebagai
pendeteksi ada atau tidaknya asap rokok yang terdapat dalam ruangan.
Mikrokontroller AT89S52 digunakan sebagai otak dari seluruh system dan
mengolah data yang dihasilkan oleh sensor kemudian membunyikan alarm dan
menghidupkan kipas. Display LED digunakan untuk menampilkan tulisan
1.4 BATASAN MASALAH
Mengacu pada hal diatas, penulis akan merancang alat pendeteksi asap rokok
dengan menggunakan sensor asap AF30 berbasis mikrokontroler AT89S52,
dengan batasan-batasan sebagai berikut :
1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S52.
2. Sensor yang digunakan adalah. cigarette smoke sensor type AF30
3. Alat ini hanya mendeteksi keberadaan asap rokok dan memberi peringatan
berupa alarm
4. Untuk menampilkan tulisan peringatan digunakan display LED
5. Untuk menetralkan udara dalam ruangan digunakan kipas
6. Alat hanya mendeteksi keberadaan asap dan tidak mendeteksi sumber
asap.
7. Alat dirancang tidak untuk mengukur konsentrasi dari asap rokok.
1.5Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman maka penulis membuat
sistematika pembahasan bagaimana sebenarnya prinsip kerja dari alat pendeteksi
asap rokok dengan menggunakan sensor asap AF30 berbasis mikrokontroler
AT89S52, maka penulis menulis laporan ini sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, batasan masalah, serta sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORI
Landasan teori, dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang
digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian Teori
software), sensor gas TGS2610,ADC bahasa program yang digunakan.
serta karekteristik dari komponen-komponen pendukung.
BAB III. PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM
Pada bagian ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu diagram blok
dari rangkaian, skematik dari masing-masing rangkaian dan diagram alir
dari program yang akan diisikan ke mikrokontroler AT89S52.
BAB IV. ANALISA RANGKAIAN DAN SISTEM KERJA ALAT
Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja
alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk
mengaktipkan rangkaian,dan penjelasan mengenai program yang diisikan
ke mikrokontroler AT89S52.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari
pembahasan yang dilakukan dari tugas akhir ini serta saran apakah
rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar
2.1.1 Defenisi Asap Rokok
Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Bukan
hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem di bidang ekonomi.
Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan berhenti merokok,
sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia, malah cenderung timbul
peningkatan kebiasaan merokok. Asap rokok yang dihirup seorang perokok
mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon
monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan
senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin,
benzopiren, fenol, dan kadmium.
Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main
stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan
asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping
merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup
oleh orang lain atau perokok pasif. Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia
dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat
menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada
asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak
ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan
amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya
2.2 Hubungan Asap Rokok Dengan Kesehatan
Rokok menjadi konsumsi utama bagi kalangan masyarakat kita. Konsumsi rokok
sepanjang tahun ini mencapai 225 miliar batang. Rokok memiliki 4000 zat kimia
beracun. Dan rokok adalah penyebab utama yang menimbulkan penyakit kanker,
jantung dan berbagai penyakit lainnya yang menimbulkan kematian dalam jangka
panjang. Tiap tahun orang mati yang diindikasikan penyebabnya oleh rokok
sebanyak 400 ribu di Indonesia.
2.2.1 Dampak paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan
jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi)
dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil,
terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan
penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel
radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada
perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam
gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru
menahun (PPOM). Dikatakan merokok merupakan penyebab utama timbulnya
PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma. Hubungan
antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini.
Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan
timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa
rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Partikel asap rokok,
seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen.
Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan
bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai
2.2.2 Dampak terhadap jantung
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan
penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara
industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan
gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan
1,5 juta adalah stroke. Survei Depkes RI tahun 1986 dan 1992, mendapatkan
peningkatan kematian akibat penyakit jantung dari 9,7 persen (peringkat ketiga)
menjadi 16 persen (peringkat pertama). Merokok menjadi faktor utama penyebab
penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit
jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan
perifer. Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO.
Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu
suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya
kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin
juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung,
tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama
jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh
lainnya. Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi
trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah. Karbon monoksida
menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen
untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat
oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat
aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan
demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas
darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah. Nikotin, CO, dan
bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh
darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah. Di samping itu, asap
rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar
kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi,
2.2.3 Penyakit jantung koroner
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak.
Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan
bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan
bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti
hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK.
Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang
dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat
penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh
darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. PPDP yang
melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering
ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan berakhir dengan
amputasi.
2.2.4 Penyakit stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak
dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada
perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Dalam penelitian yang dilakukan
di Amerika Serikat dan Inggris, didapatkan kebiasaan merokok memperbesar
kemungkinan timbulnya AIDS pada pengidap HIV. Pada kelompok perokok,
AIDS timbul rata-rata dalam 8,17 bulan, sedangkan pada kelompok bukan
perokok timbul setelah 14,5 bulan. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok
menjadi pencetus lebih mudahnya terkena AIDS sehingga berhenti merokok
penting sekali dalam langkah pertahanan melawan AIDS.
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada
ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap
virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain. Dari sudut ekonomi kesehatan,
dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja,
terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau
kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan.
Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan
perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga.
Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan,
maupun pemerintah.
Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas
dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan
penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan
usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan
penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya. Tokoh-tokoh panutan
masyarakat, termasuk para pejabat, pemimpin agama, guru, petugas kesehatan,
artis, dan olahragawan, sudah sepatutnya menjadi teladan dengan tidak merokok.
Profesi kesehatan, terutama para dokter, berperan sangat penting dalam
penyuluhan dan menjadi contoh bagi masyarakat. Kebiasaan merokok pada dokter
harus segera dihentikan. Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di
tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, dan tempat-tempat kerja; pengaturan dan
penertiban iklan promosi rokok; memasang peringatan kesehatan pada bungkus
rokok dan iklan rokok. Iklim tidak merokok harus diciptakan. Ini harus
dilaksanakan serempak oleh kita semua, yang menginginkan tercapainya negara
dan bangsa Indonesia yang sehat dan makmur
2.3 SENSOR GAS
2.3.1 Pengertian Umum Sensor Gas
Sebenarnya sensor secara umum didefinisikan sebagai alat yang mampu
menangkap fenomena fisika atau kimia kemudian mengubahnya menjadi sinyal
menstimulus sensor untuk menghasilkan sinyal elektrik meliputi temperatur,
tekanan, gaya, medan magnet cahaya, pergerakan dan sebagainya. Sementara
fenomena kimia dapat berupa konsentrasi dari bahan kimia baik cairan maupun
gas.
Dengan definisi seperti ini maka sensor merupakan alat elektronik yang
begitu banyak dipakai dalam kehidupan manusia saat ini. Bagaimana tekanan jari
kita pada key board computer, remote televisi, lantai lift yang kita tuju,
menghasilkan perubahan pada layar computer atau televisi, serta gerakan pada lift
adalah contoh mudah sensor secara luas. Atau sensor temperatur yang banyak
digunakan dalam mengontrol temperatur ruangan pada AC. Demikian pula sensor
pengukur cairan oksigen ataupun gas lainnya yang sering digunakan di rumah
sakit. Hampir seluruh kehidupan sehari – hari saat ini tidak ada yang tidak
melibatkan sensor. Tidak mengherankan jika sensor (atau juga ada yang
menyebutnya dengan transducer) banyak disebut juga sebagai panca indera-nya
alat elektronik modern.
2.4 Sensor Asap AF30
Sensor ini memiliki sebuah elemen tipis yang berfungsi sebagai penghasil variasi
tegangan bila elemen tersebut di kenai oleh asap. Lapisan elemen ini terbentuk
pada permukaan luar kristal. Tegangan permukaan yang terbentuk akan
menghambat laju aliran electron seperti tampak pada ilustrasi Gambar.
Di dalam sensor, arus elektrik mengalir melewati daerah sambungan(grain
boundary) dari kristal SnO2. Pada daerah sambungan, penyerapan oksigen
mencegah muatan untuk bergerak bebas. Apabila terdeteksi gas CO maka akan
mengakibatkan perubahan pada tegangan (tegangan output pada sensor akan
semakin naik), sehingga konsentrasi gas akan menurun dan proses deoksidasi
akan terjadi, rapat permukaan dari muatan negative oksigen akan berkurang, dan
mengakibatkan menurunnya ketinggian penghalang dari daerah sambungan.
Dengan menurunnya penghalang maka resistansi sensor akan juga ikut menurun.
Gambar 2
Gambar 2.4.2 Ilustrasi ketika terdeteksi adanya gas
2.4.1 Cara Kerja Sensor asap AF30
Sensor asap AF30 merupakan salah satu sensor utama dalam penelitian ini.
Sensor ini merupakan sebuah sensor kimia atau sensor gas. Sensor ini mempunyai
nilai resistansi Rs yang akan berubah bila terkena gas yang mewakili asap di udara
yaitu gas hydrogen dan ethanol. Sensor asap AF30 mempunyai tingkat sensitifitas
yang tinggi terhadap dua jenis gas tersebut. Jika sensor tersebut mendeteksi
keberadaan gas gas tersebut di udara dengan tingkat konsentrasi tertentu, maka
sensor akan menganggap terdapat asap di udara. Dan ketika sensor mendeteksi
keberadaan gas gas tersebut maka resistensi elektrik sensor tesebut akan menurun
besar. Selain itu, sensor juga mempunyai sebuah pemanas (heater) yang
digunakan untuk membersihkan ruangan sensor dari kontaminasi udara luar agar
sensor dapat bekerja kembali secara efektif .secara umum bentuk dari sensor asap
AF30 dapat dilihat dari gambar berikut:
Gambar 2.4.3 Bentuk Umum Sensor AF30
2.4.2 Karakteristik Output Sensor AF30 Terhadap Asap Rokok
Untuk dapat mengetahui bagaimana karakteristik output sensor AF30 bila dikenai
asap rokok, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui karakteristik dasar output
sensor yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini :
Dari grafik pada gambar 1 dapat dilihat bahwa dengan mengukur
perbandingan antara resistansi sensor pada saat terdapat gas dan resistansi sensor
pada udara saat udara bersih atau tidak mengandung gas, sebagai contoh jika
resistansi sensor (RS) pada saat terdapat gas Hydrogen adalah 1 KΩ dan resistansi
sensor (RS) pada saat udara bersih adalah 10 KΩ , maka kadar gas dapat diketahui
dengan menggunakan pers berikut :
1
Untuk mengetahui besarnya resistansi sensor (RS) saat udara bersih dapat
dihitung menggunakan rumus:
Dari hasil persamaan di atas maka dapat ditentukan besar Resistansi Sensor (RS),
bila semakin banyak asap yang terdeteksi maka Resistansi sensor akan semakin
besar dan menyebabkan Vout sensor semakin kecil.
2.5 ADC (Analog to Digital Converter)
Analog to Digital Converter (ADC) adalah sebuah piranti yang dirancang untuk
mengubah sinyal-sinyal analog menjadi sinyal - sinyal digital.. A/D Converter ini
dapat dipasang sebagai pengonversi tegangan analog dari suatu peralatan sensor
ke konfigurasi digital yang akan diumpankan ke suatu sistem minimum. Jenis
ADC yang biasa digunakan dalam perancangan adalah jenis successive
approximation convertion (SAR) atau pendekatan bertingkat yang memiliki waktu
konversi jauh lebih singkat . IC ADC 0804 merupakan salah satu dari sekian
Jenis 0804 ini merupakan ADC yang simpel dan mudah digunakan .IC
ADC 0804 ini mempunyai 20 pin dengan konfigurasi seperti gambar berikut :
Gambar 2.5.1 konfigurasi pin IC ADC 0804
Pada ADC 0804 ini, terdapat dua jenis prinsip didalam melakukan
konversi, yaitu free running dan mode control. Pada mode free running, ADC
akan mengeluarkan data hasil pembacaan input secara otomatis dan berkelanjutan
(continue). Prinsip yang kedua yaitu mode control, pada mode ini ADC baru akan
memulai konversi setelah diberi instruksi dari mikrokontroler. Instruksi ini
dilakukan dengan memberikan pulsa rendah kepada masukan WR sesaat,
kemudian membaca keluaran data ADC setelah keluaran INTR berlogika rendah.
Pada penelitian ini ,prinsip konversi yang digunakan adalah mode control. Prinsip
kerja mode control akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:
Secara umum Rangkaian di dalam IC ADC memiliki 2 bagian utama,
yaitu:
1. Bagian Sampling dan Hold, yang berfungsi menangkap atau menahan
tagangan analog input sesaat untuk seterusnya diumpankan ke rangkaian
pengonversi.
Gambar dibawah ini menggambarkan bagaimana aliran sinyal analog diubah ke
Gambar 2.5.2 Diagram ADC secara umum
Rangkaian di atas dioperasikan sebagai berikut. Pertama, kontroler, dalam
hal ini mikroprosesor / mikrokontroller menghubungi ADC dengan mengirim
sinyal CE. Artinya, ADC diaktifkan. Kemudian SOC (start of conversion)
dikirimkan sehingga ADC mulai melakukan sampling sinyal dan diikuti dengan
konversi ke digital.
Bila konversi selesai maka ADC akan mengirimkan tanda selesai EOC
(end of conversion) yang artinya hasil konversi telah siap dibaca di (PB7-PB0). ).
Program yang sesuai harus dibuat mengikuti prosedur seperti di atas. Artinya,
program utama mikroprosesor harus dimuati dengan suatu program loop tertutup
dan menunggu tanda untuk membaca data dari ADC. Meski tanda ini tidak harus
diperhatikan, tetapi berakibat data yang dipaksa dibaca akan sering invalid karena
CPU tidak dapat membedakan keadaan ambang (ketika ADC tengah melakukan
konversi) dengan keadaan data siap (valid). Agar lebih efektif, fungsi interrupt
harus diaktifkan untuk menghindari terjebaknya CPU dalam loop saat menunggu
ADC siap. Dengan demikian CPU hanya akan membaca data bila mendapatkan
interrupt.
Secara singkat, ADC memerlukan bantuan sekuensi kontrol untuk
menangkap dan mengkonversi sinyal. Seberapa lama ADC dapat sukses
konversi dalam domain waktu. Makin cepat prosesnya, makin berkualitas pula
ADC tersebut. Karena inilah maka karakteristik ADC yang paling penting adalah
waktu konversi (conversion time). Namun demikian, kemampuan riil ADC dalam
kontrol loop tertutup dalam sebuah sistem lengkap justru sangat dipengaruhi oleh
kemampuan kontroler atau prosesor dalam mengolah data input-output secara
cepat, dan bukan hanya karena kualitas ADC-nya.
2.6 Mikrokontroller
Mikrokontroler adalah single chip computer yang memiliki kemampuan untuk
diprogram dan digunakan untuk tugas-tugas yang berorientasi kontrol.
Mikrokontroler berkembang dengan dua alasan utama, yaitu kebutuhan pasar
(market needed) dan perkembangan teknologi baru. Yang dimaksud dengan
kebutuhan pasar yaitu kebutuhan manusia yang semakin besar terhadap alat-alat
elektronik dengan perangkat pintar sebagai pengontrol dan pemroses data.
Sedangkan yang dimaksud dengan perkembangan teknologi baru adalah
perkembangan teknologi semikonduktor yang memungkinkan pembuatan chip
dengan kemampuan komputasi yang sangat cepat, bentuk yang semakin mungil,
dan harga yang semakin murah.
2.6.1 Mikrokontroller AT89S52
Mikrokontroler ini adalah mikroprosessor yang dirancang khusus untuk aplikasi
kontrol, dan dilengkapi dengan ROM, RAM dan fasilitas I/O pada satu chip.
AT89S52 adalah salah satu anggota dari keluarga MCS-51/52 yang dilengkapi
dengan internal 8 Kbyte Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only
Memory), yang memungkinkan memori program untuk dapat deprogram kembali.
AT89S52 dirancang oleh Atmel sesuai dengan instruksi standar dan
susunan pin 80C5. Mikrokontroler AT89S52 memiliki fitur sebagai berikut :
• Sebuah CPU ( Central Processing Unit ) 8 Bit.
• 256 byte RAM ( Random Acces Memory ) internal.
• Osilator internal dan rangkaian pewaktu.
• Dua buah timer/counter 16 bit
• Lima buah jalur interupsi ( 2 buah interupsi eksternal dan 3 interupsi internal).
• Sebuah port serial dengan full duplex UART (Universal Asynchronous Receiver
Transmitter).
• Mampu melaksanakan proses perkalian, pembagian, dan Boolean.
• EPROM yang besarnya 8 KByte untuk memori program.
• Kecepatan maksimum pelaksanaan instruksi per siklus adalah 0,5 μs pada
frekuensi clock 24 MHz. Apabila frekuensi clock mikrokontroler yang digunakan
adalah 12 MHz, maka kecepatan pelaksanaan instruksi adalah 1 μs
2.6.2 Konfigurasi Pin
Mikrokontroler AT89S52 mempunyai 40 pin dengan catu daya tunggal 5 Volt.
Ke-40 pin tersebut digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.6.1 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S52
Fungsi dari masing-masing pin AT89S52 adalah :
1. Pin 1 sampai 8 (Port 1) merupakan port pararel 8 bit dua arah (bidirectional)
2. Pin 9 merupakan pin reset, reset aktif jika mendapat catuan tinggi.
3. Pin 10 sampai 17 (Port 3) adalah port pararel 8 bit dua arah yang memiliki
fungsi pengganti sebagai berikut :
No. Pin Port Pin Nama Port Fungsi Alternatif
10 P3.0 RXD Menerima data untuk port serial
11 P3.1 TXD Mengirim data untuk port serial
12 P3.2 INT 0 Interrupt 0 eksternal
13 P3.3 INT 1 Interrupt 1 eksternal
14 P3.4 T0 Timer 0 input eksternal
15 P3.5 T1 Timer 1 input eksternal
16 P3.6 WR Memori data eksternal write strobe
17 P3.7 RD Memori data eksternal read strobe
4. Pin 18 sebagai XTAL 2, keluaran osilator yang terhubung pada kristal.
5. Pin 19 sebagai XTAL 1, masukan ke osilator berpenguatan tinggi, terhubung
pada kristal.
6. Pin 20 sebagai Vss, terhubung ke 0 atau ground pada rangkaian.
7. Pin 21 sampai 28 (Port 2) adalah port pararel 8 bit dua arah. Port ini mengirim
byte alamat bila pengaksesan dilakukan pada memori eksternal.
8. Pin 29 sebagai PSEN (Program Store Enable) adalah sinyal yang digunakan
untuk membaca, memindahkan program memori eksternal (ROM / EPROM) ke
mikrokontroler (aktif low).
9. Pin 30 sebagai ALE (Address Latch Enable) untuk menahan alamat bawah
low) yang diaktifkan saat memprogram internal flash memori pada mikrokontroler
(on chip).
10. Pin 31 sebagai EA (External Accesss) untuk memilih memori yang akan
digunakan, memori program internal (EA = Vcc) atau memori program eksternal
(EA = Vss), juga berfungsi sebagai Vpp (programming supply voltage) pada saat
memprogram internal flash memori pada mikrokontroler.
11. Pin 32 sampai 39 (Port 0) merupakan port pararel 8 bit dua arah. Berfungsi
sebagai alamat bawah yang dimultipleks dengan data untuk mengakses program
dan data memori eksternal.
12. Pin 40 sebagai Vcc, terhubung ke +5 V sebagai catuan untuk mikrokontroler.
2.6.3 CPU ( Central Processing Unit )
Bagian ini berfungsi mengendalikan seluruh operasi pada mikrokontroler. Unit ini
terbagi atas dua bagian, yaitu unit pengendali atau CU ( Control Unit ) dan unit
aritmatika dan logika atau ALU ( Aritmetic logic Unit ) Fungsi utama unit
pengendali adalah mengambil instruksi dari memori (fetch) kemudian
menterjemahkan susunan instruksi tersebut menjadi kumpulan proses kerja
sederhana (decode), dan melaksanakan urutan instruksi sesuai dengan
langkah-langkah yang telah ditentukan program (execute). Unit aritmatika dan logika
merupakan bagian yang berurusan dengan operasi aritmatika seperti penjumlahan,
pengurangan, serta manipulasi data secara logika seperti operasi AND, OR, dan
perbandingan.
2.6.4 Bagian Masukan/Keluaran (I/O)
Bagian ini berfungsi sebagai alat komunikasi serpih tunggal dengan piranti di luar
sistem. Sesuai dengan namanya, perangkat I/O dapat menerima maupun memberi
Ada dua macam piranti I/O yang digunakan, yaitu piranti untuk hubungan
serial UART (Universal Asynchronous Receiver Transmitter) dan piranti untuk
hubungan pararel yang disebut dengan PIO (Pararel Input Output). Kedua jenis
I/O tersebut telah tersedia di dalam serpih tunggal AT89S52.
2.7 Instruksi Transfer Data
Instruksi ini berfungsi memindahkan data, yaitu antar register, dari memori ke
memori, dari register ke memori dan lain lain.
Instruksi transfer data terbagi menjadi dua kelas operasi sebagai berikut :
• Transfer data umum ( General Purpose Transfer ), yaitu : MOV, PUSH dan POP.
• Transfer spedifik akumulator ( Accumulator Specific Transfer ), yaitu : XCH, XCHD, dan MOVC.
Instruksi transfer data adalah intruksi pemindahan /pertukaran data antara
operand sumber dengan operand tujuan. Operand-nya dapat berupa register,
memori atau lokasi suatu memori. Penjelasan instruksi transfer data tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
MOV : Transfer data dari Register satu ke Register yang lainnya, antara
Register dengan Memory.
PUSH : Transfer byte atau dari operand sumber ke suatu lokasi dalam stack
yang alamatnya ditunjuk oleh register penunjuk.
POP : Transfer byte atau dari dalam stack ke operand tujuan.
XCH : Pertukaran data antara operand akumulator dengan operand
XCHD : Pertukaran nibble orde rendah antara RAM internal ( lokasinya
ditunjukkan oleh R0 dan R1 )
2.7.1 Instruksi Aritmatika
Operasi dasar aritmatik seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian dimiliki oleh AT89S52 dengan mnemonic : INC, ADD, SUBB, DEC,
MUL dan DIV. Penjelasan dari operasi mnemonic tersebut dijelaskan sebagai
berikut :
INC : Menambah satu isi sumber operand dan menyimpan hasilnya ke
operand tersebut
ADD : Penjumlahan antara akumulator dengan sumber operand dan
hasilnya disimpan di akumulator
SUBB : Pengurangan akumulator dengan sumber operand, hasilnya
disimpan dalam operand tersebut.
DEC : Mengurangi sumber operand dengan 1. dan hasilnya disimpan pada
operand tersebut.
MUL : Perkalian antara akumulator dengan Register B.
DIV : Pembagian antara akumulator dengan Register B dan hasilnya
disimpan dalam akumulator, sisanya di Register B.
2.7.2 Instruksi Logika dan Manipulasi Bit
Mikrokontroller AT89S52 dapat melakukan operasi logika bit maupun operasi
• Operasi logika operand tunggal, yang terdiri dari CLR, SETB, CPL, RL, RR, dan SWAP.
• Operasi logika dua operand seperti : ANL, ORL, dan XRL.
Operasi yang dilkukan oleh AT89S52 dengan pembacaan instruksi logika tersebut
dijelaskan dibawah ini :
CLR : Menghapus byte atau bit menjadi nol.
SETB : Menggeser bit atau byte menjadi satu.
CPL : Mengkomplemenkan akumulator.
RL : Rotasi akumulator 1 bit ke kiri.
RR : Rotasi akumulator ke kanan.
SWAP : Pertukaran nibble orde tinggi.
2.7.3 Instruksi Transfer Kendali
Instruksi transfer kendali (control transfer) terdiri dari (3) tiga kelas operasi yaitu
:
• Lompatan tidak bersyarat ( Unconditional Jump ) seperti : ACALL, AJMP, LJMP,SJMP
• Insterupsi seperti : RET dan RET1.
Penjelasan dari instruksi diatas sebagai berikut :
ACALL : Instruksi pemanggilan subroutine bila alamat subroutine
tidak lebih dari 2 Kbyte.
LCALL : Pemanggilan subroutine yang mempunyai alamat antara 2
Kbyte – 64 Kbyte.
AJMP : Lompatan untuk percabangan maksimum 2 Kbyte.
LJMP : Lompatan untuk percabangan maksimum 64 Kbyte.
JNB : Percabangan bila bit tidak diset.
JZ : Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah nol.
JNZ : Percabangan akan dilakukan jika akumulator adalah tidak
nol.
JC : Percabangan terjadi jika CY diset “1”.
CJNE : Operasi perbandingan operand pertama dengan operand
kedua, jika tidak sama akan dilakukan percabangan.
DJNZ : Mengurangi nilai operand sumber dan percabangan akan
dilakukan apabila isi operand tersebut tidak nol.
RET : Kembali ke subroutine.
BAB III
PERANCANGAN DAN CARA KERJA ALAT
3.1 Diagram Blok
Secara garis besar, perancangan alat pendeteksi asap rokok dengan menggunakan
sensor asap AF30 berbasis mikrokontroller AT89S52 dalam penelitian ini terdiri
dari beberapa bagian/ blok. Berikut ini disajikan diagram blok rancangan
penelitian dan penjelasan masing-masing blok. Diagram blok dari keseluruhan
system dapat dilihat pada gambar 3.1.1 berikut ini :
Sensor AF30
Analog to Digital Converter (ADC)
uC AT89S52
Relay Kipas & Alarm
Display LCD 2 x 16
Gambar 3.1.1 Diagram blok rangkaian
Agar dapat mendeteksi keberadaan asap rokok di udara, dalam penelitian
ini digunakan sensor asap AF30. sensor asap AF30 akan menghasilkan tegangan
yang berbeda apabila sensor mendeteksi keberadaan asap di udara. Perbedaan
tegangan yang dihasilkan sensor inilah yang kita manfaatkan untuk mendeteksi
Keluaran data dari sensor merupakan data analog, maka untuk
mempermudah kita dalam pembacaan data tersebut, output dari sensor AF30
dihubungkan dengan ADC0804. ADC0804 disini berfungsi untuk merubah data
analog keluaran dari sensor menjadi data digital 8bit. Dengan demikian kita sudah
bisa membaca data dan mengkonversikannya ke dalam bentuk bilangan heksa
ataupun desimal guna mempermudah kita dalam hal pemrograman.
Keluaran Data analog dari sensor yang telah dikonversikan menjadi data
digital oleh ADC kemudian akan dikirimkan ke mikrokontroller untuk diproses.
Nilai nilai yang dikirimkan oleh ADC akan dibandingkan, dan hasilnya akan di
tampilkan ke display sebagai data bahwa sensor mendeteksi keberadaan asap
rokok atau tidak.
Agar dapat menetralkan udara pada ruangan dibutuhkan sebuah kipas yang
dapat mengalirkan udara dari luar dan membuang asap yang berada di dalam
ruangan. Dan untuk dapat mengendalikan kipas secara otomatis maka digunakan
sebuah driver yang terdiri dari rangkaian relay. Alarm digunakan sebagai nada
peringatan yang mana cara kerja alarm juga dikendalikan oleh relay yang
berfungsi sebagai saklar otomatis
3.2 Sensor Asap AF30
Sensor yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensor asap rokok type AF30
produksi Figaro inc.sensor asap AF30 dapat mendeteksi keberadaan gas - gas
yang mewakili asap rokok di udara seperti gas hidrogen, carbon monoksida (CO),
dan ethanol. Sensor ini memiliki 4 pin yang berfungsi sebagai:
Pin 1 : ground
Pin 2 : Vc ( tegangan rangkaian )
Pin 3 : Vh ( tegangan heater )
Letak dan fungsi masing - masing pin dapat dilihat pada gambar 3.2.1 berikut :
Gambar 3.2.1 Letak dan fungsi pin sensor AF30
Apabila tidak ada asap yang terdeteksi, maka tegangan output sensor sama
dengan setengah tegangan supplay. Dan output sensor akan semakin besar bila
sensor dikenai oleh asap rokok. Dari spesifikasi pabrikan sensor , sensitivitas
maksimum sensor (Rgas/Rair) berkisar antara 0,02 hingga 0,04 yang artinya
output maksimum sensor (Rgas) adalah sekitar 200 Ω - 400 Ω pada saat
mendeteksi 1000 ppm gas hidrogen
3.3 Rangkaian mikrokontroller AT89S52
Rangkaian mikrokontroller AT89S52 ini merupakan sistem kontrol yang
mengatur fungsi kerja dari keseluruhan sistem. Dalam penelitian ini,
mikrokontroler digunakan sebagai sistem kontrol input dan output saja. Input
(masukan) pada rangkaian sistem kontrol ini dihubungkan dengan sensor AF30.
Sedangkan output (keluaran) dihubungkan dengan piranti tampilan, dalam hal ini
dot matrix LCD. Rangkaian mikrokontroler AT89S52 ditunjukkan pada gambar
Gambar 3.3.1 rangkaian minimum mikrokontroller AT89S52
Pada rangkaian, Pin 31 External Access Enable (EA) diset high (H). Ini
dilakukan karena mikrokontroller AT89S52 tidak menggunakan memori
eskternal. Pin 18 dan 19 dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan capasitor 33 pF.
XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroller AT89S52 dalam
mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset
(aktif tinggi). Pulsa transisi dari rendah ke tinggi akan me-reset mikrokontroller
ini. Pin 32 sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran/bus I/O 8 bit open
collector. Pin 1 sampai 8 adalah Port 1. Pin 21 sampai 28 adalah Port 2. Dan Pin
10 sampai 17 adalah Port 3. Pin 20 merupakan ground dihubungkan dengan
ground pada power supplay. Pin 40 merupakan sumber tegangan positif
dihubungkan dengan + 5 volt dari power supplay.
3.4 Rangkaian ADC
Rangkaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh
sensor AF30 menjadi bilangan digital. output dari ADC dihubungkan ke
mikrokontroler. Sehingga mikrokontroler dapat mengetahui bahwa sensor
pendeteksian keberadaan asap rokok dapat dilakukan. Gambar rangkaian ADC
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.4.1 rangkaian ADC
Input ADC dihubungkan ke sensor AF30, sehingga setiap perubahan
tegangan pada sensor AF30 akan dideteksi oleh ADC. Agar output yang
dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC harus benar-benar
stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada ADC akan merubah output ADC
tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas tegangan masukan 12 volt
dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar keluarannya
menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam regulator
tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5 volt
inilah yang menjadi tegangan refrensi ADC. Dengan demikian walaupun tegangan
masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan refrensi
ADC tetap 5 volt.
3.5 Display LCD Character 2x16
Display LCD 2x16 berfungsi sebagai penampil Pesan bila sensor mendeteksi
lebar display 2 baris 16 kolom atau biasa disebut sebagai LCD Character 2x16,
dengan 16 pin konektor, yang didifinisikan sebagai berikut:
PIN Nama fungsi
0 = Instruction Register 1 = Data Register
5 R/W
Read/ Write, to choose write or read mode
Tabel 3.5.1 Fungsi pin LCD character 2x16
Modul LCD terdiri dari sejumlah memory yang digunakan untuk display.
Semua teks yang kita tuliskan ke modul LCD akan disimpan didalam memory ini,
dan modul LCD secara berturutan membaca memory ini untuk menampilkan teks
ke modul LCD itu sendiri.
Gambar 3.5.2 Peta memory LCD character 2x16
Pada peta memori diatas, daerah 00 s/d 0F dan 40 s/d 4F adalah display
yang tampak. jumlahnya sebanyak 16 karakter per baris dengan dua baris. Angka
pada setiap kotak adalah alamat memori yang bersesuaian dengan posisi dari
layar. Dengan demikian dapat dilihat karakter pertama yang berada pada posisi
baris pertama menempati alamat 00h. dan karakter kedua yang berada pada posisi
baris kedua menempati alamat 40h
Agar dapat menampilkan karakter pada display maka posisi kursor harus
terlebih dahulu diset. Instruksi Set Posisi Kursor adalah 80h. dengan demikian
untuk menampilkan karakter, nilai yang terdapat pada memory harus ditambahkan
dengan 80h.
Sebagai contoh, jika kita ingin menampilkan huruf “A” pada baris kedua
pada posisi kolom kesepuluh.maka sesuai dengan peta memory, posisi karakter
pada kolom 5 dari baris pertama mempunyai alamat 05h, sehingga sebelum kita
menampilkan huruf “A” pada LCD, kita harus mengirim instruksi set posisi
kursor, dan perintah untuk instruksi ini adalah 80h ditambah dengan alamat 80h +
05h =85h. Sehingga dengan mengirim nilai 85h ke LCD, akan menempatkan
3.6 Rangkaian Relay
Rangkaian relay pada penelitian ini berfungsi untuk menghidupkan / mematikan
alarm dan kipas secara otomatis. Rangkaian relay dapat dilihat pada gambar 3.8
berikut ini: :
Gambar 3.6.1 Rangkaian Relay
Komponen utama dari rangkaian ini adalah relay. Relay ini memisahkan
tegangan 5V dari rangkaian dengan tegangan 12V dari alarm dan kipas yang
dihubungkan dengan Power supplay
Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari
lempengan logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk
menghasilkan medan magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini
berarti jika positip relay (kaki 1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan
negatip relay (kaki 2) dihubungkan ke ground, maka kumparan akan
menghasilkan medan magnet, dimana medan magnet ini akan menarik logam
yang mengakibatkan saklar terhubung.
Pada rangkaian ini untuk mengaktipkan atau menon-aktipkan relay
digunakan transistor tipe NPN. Dari gambar dapat dilihat bahwa negatip relay
dihubungkan ke kolektor dari transistor NPN (C945), ini berarti jika transistor
dalam keadaan aktif maka kolektor akan terhubung ke emitor dimana emitor
volt, keadaan ini akan mengakibatkan relay aktif. Sebaliknya jika transistor tidak
aktip, maka kolektor tidak terhubung ke emitor, sehingga tegangan pada kolektor
menjadi 12 volt, keadaan ini menyebabkan tidak aktip.
Input dari rangkaian ini dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga alarm
dan kipas dapat dihidupkan / dimatikan dengan menggunakan program yang
diisikan ke IC mikrokontroler .Output dari relay dihubungkan ke alarm dan yang
satunya lagi dihubungkan ke kipas, dengan demikian kita sudah dapat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S52
Pengujian pada rangkaian mikrokontroler AT89S52 ini dapat dilakukan dengan
menghubungkan rangkaian minimum mikrokontroler AT89S52 dengan power
suplay sebagai sumber tegangan. Kaki 40 dihubungkan dengan sumber tegangan 5
Volt, sedangkan kaki 20 dihubungkan dengan ground. Rangkaian pengujian
mikrokontroller AT89S52 dapat dilihat pada gambar 4.1.1 berikut ini :
Gambar 4.1.1 pengujian rangkaian mikrokontroller AT89S51
Dari rangkaian, tegangan pada kaki 40 diukur dengan menggunakan
Voltmeter. Dari hasil pengujian didapatkan tegangan pada kaki 40 sebesar 4,9
Volt. Langkah selanjutnya adalah dengan cara menghubungkan PORT 0 dengan 8
buah LED indikator. LED indikator pada rangkaian berfungsi sebagai output dari
dilakukan untuk memastikan bahwa mikrokontroller AT89S52 dapat mengesekusi
program dengan baik.
Selanjutnya program sederhana diisikan pada mikrokontroler AT89S52.
Program yang diisikan adalah sebagai berikut :
Mov a,#01h
Program diawali dengan memberikan nilai 01h pada pada accumulator (a),
kemudian program akan memasuki routine rotate. Nilai a diisikan ke port 0,
sehingga sekarang nilai port 0 adalah 01h. ini berarti P0.0 mendapatkan logika
high sedangkan yang lainnya mendapatkan logika low, seperti Tabel di bawah ini,
P0.7 P0.6 P0.5 P0.4 P0.3 P0.2 P0.1 P0.0
P0 0 0 0 0 0 0 0 1
Tabel 4.1.1 Peta memory LCD saat mendapat logika 1
Program dilanjutkan dengan memanggil rutin delay. Lamanya delay akan
mempengaruhi kecepatan pergeseran data. Semakin lama waktu delay, maka
perpindahan data akan semakin lambat. Perintah berikutnya adalah Rl
a,perintah ini akan memutar nilai yang ada pada accumulator (a), seperti tampak
a 0 0 0 0 0 0 0 1 Rl
a 0 0 0 0 0 0 1 0
Tabel 4.1.2 Tabel pergeseran memory LCD
Nilai pada accumulator (a) yang awalnya 01h, setelah mendapat perintah Rl a,
maka nilai pada accumulator (a) akan merubah menjadi 02h. begitu seterusnya
sehingga menyebabkan led yang terhubung ke port 0 terlihat seolah olah berjalan.
(running led)
Jika program tersebut diisikan ke mikrokontroller AT89S52, kemudian
mikrokontroller dapat berjalan sesuai dengan program yang diisikan, maka
rangkaian minimum mikrokontroller AT89S52 telah bekerja dengan baik.
4.2 interfacing LCD 2x16
Bagian ini hanya terdiri dari sebuah LCD dot matriks 2 x 16 karakter yang
berfungsi sebagai tampilan. LCD dihubungkan langsung ke Port 0 dari
mikrokontroler yang berfungsi mengirimkan data hasil pengolahan untuk
ditampilkan dalam bentuk alfabet dan numerik pada LCD. Display karakter pada
LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW.
Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD
bahwa anda sedang mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD,
maka melalui program EN harus dibuat logika low “0” dan set ( high ) pada dua
jalur kontrol yang lain RS dan RW. Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write.
Ketika RW berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada
layar LCD. Ketika RW berlogika high ”1”, maka program akan melakukan
pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu
diberi logika low ( 0 ) Rangkaian Interfacing LCD 2x16 dapat dilihat pada
Gambar 4.2.1 Interfacing LCD 2x16
Berdasarkan keterangan di atas maka kita sudah dapat membuat progam
untuk menampilkan karaker pada display LCD. Adapun program yang diisikan ke
mikrokontroller untuk menampilkan karakter pada display LCD adalah sebagai
berikut:
rs bit p2.0
rw bit p2.1
en bit p2.2
kirim_karakter:
call data
mov a,#'K'
call kirim_data
mov a,#'A'
call kirim_data
mov a,#'M'
call kirim_data
mov a,#'I'
call kirim_data
jmp kirim_karakter
data :
mov a,#80h ;posisi awal karakter
ret
Program di atas akan menampilkan kata “KAMI” di baris pertama pada display
LCD 2x16.
Pada alat dalam penelitian ini, Saat keseluruhan rangkaian diaktifkan,
maka pada LCD akan tampil “LOADING” pada line 1, Tampilan tersebut hanya
muncul beberapa detik ( sampai system siap untuk digunakan ), kemudian akan
digantikan dengan tampilan “KADAR ASAP 0” pada line 1 dan “YANG
TERDETEKSI” pada line 2. Pesan tersebut akan terus ditampilkan jika sensor
tidak mendeteksi adanya asap rokok , dan akan berubah menjadi pesan “KADAR
ASAP” jika sensor mendeteksi keberadaan asap rokok di dalam ruangan.
4.3 Pengujian rangkaian ADC ( Analog to Digital Converter )
Untuk mengetahui tingkat ketelitian ADC dalam mengkonversi input analog yang
diberikan maka terlebih dahulu ADC tersebut harus di uji ketelitiannya. Langkah
yang digunakan untuk menguji tingkat ketelitian ADC adalah dengan cara
memberikan tegangan yang bervariasi pada input ADC. Setiap perubahan
tegangan yang diberikan merupakan input bagi ADC dan akan diubah menjadi
data digital. Proses perubahan tegangan input menjadi data digital dilakukan
dengan cara:
55 , 127 0196
, 0
5 , 2
= =
Volt Volt Output
Data yang diubah ke bilangan biner hanya bilangan bulatnya saja. Berarti
bilang biner yang dihasilkan oleh tegangan input ADC sebesar 2,5 Volt adalah
(0111 1111).pada rangkaian pengujian, Output ADC melalui kaki DB0-DB7
dihubungkan dengan delapan buah led untuk mempermudah dalam pembacaan
data. Rangkaian pengujian ADC dapat dilihat pada gambar 4.3.1 berikut:
Gambar 4.3.1 Rangkaian pengujian ADC
Pada tabel 4.3.1 berikut akan ditampilkan data biner yang di output-kan oleh ADC
untuk setiap variasi tegangan yang di inputkan ke ADC, yang dihitung dengan
.
Tabel 4.3.1 Data hasil pengujian ADC
4.4 Pengujian Rangkaian Relay
Pengujian rangkaian relay dapat dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt
dan 0 volt pada basis transistor C945. Transistor C945 merupakan transistor jenis
NPN, transistor jenis ini akan aktif jika pada basis diberi tegangan > 0,7 volt dan
tidak aktif jika pada basis diberi tegangan < 0,7 volt. Aktifnya transistor akan
mengaktipkan relay. Pada alat ini relay digunakan untuk menghidupkan /
mematikan alarm dan kipas, dimana hubungan yang digunakan adalah normally
open (NO), dengan demikian jika relay tidak aktif maka alarm dan kipas mati,
sebaliknya jika relay aktif, maka alarm dan kipas akan menyala. Pengujian
dilakukan dengan memberikan tegangan 5 volt pada basis transistor, jika relay
aktif dan alarm / kipas menyala maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.
4.5 Pengujian Sensor AF30
Untuk dapat mengetahui tingkat ketelitian alat dalam penelitian ini maka harus
dilakukan pengujian terhadap sensor. Adapun cara menguji sensor AF30 yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menghubungkan sensor
saat udara bersih dan pada saat sensor mendeteksi keberadaan asap. Rangkaian
pengujian sensor AF30 dapat dilihat pada gambar 4.5.1 berikut ini :
Gambar 4.5.1 Rangkaian pengujian sensor AF30
Agar dapat mengukur besar Output dari sensor AF30 pada saat udara
bersih dan pada saat terdapat asap, maka output sensor dihubungkan dengan
Voltmeter dan Ohmmeter.
Dari hasil pengujian didapatkan hasil seperti yang ditampilkan pada tabel 4.5.1
data tegangan output sensor pada saat udara bersih dan pada saat terdapat asap
Output Sensor (Volt) Resistansi Sensor Konsentrasi Asap (ppm)
2,5 Volt 10000 Ω 0
4,5 Volt 1000 Ω 88
4,6 Volt 850 Ω 240
4,7 Volt 630 Ω 330
4,8 Volt 400 Ω 880
4,9 Volt 200 Ω 1000
Grafik Hubungan RS (Terukur) VS Tegangan (Output Sensor)
Grafik 5.1.1 hubungan Out sensor (V) terhadap Rs (terukur)
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada saat udara bersih maka output
(V) dari sensor AF30 sama dengan ½ Vcc dan akan semakin besar outputnya bila
sensor mendeteksi keberadaan asap di dalam ruangan. begitu juga halnya dengan
output ( Rs ) dari sensor AF30, Pada saat udara bersih Rsensor sama dengan RL
dan Rsensor akan semakin kecil bila sensor mendeteksi keberadaan asap didalam
ruangan. Output dari sensor kemudian diumpankan ke input ADC untuk
dikonversi datanya menjadi bilangan digital
Setiap perubahan tegangan yang dihasilkan oleh sensor merupakan input
bagi ADC yang akan diubah menjadi data digital. Proses pengubahan tegangan
input dari sensor menjadi data digital, dilakukan dengan cara yang sama seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pada tabel 4.5.2 berikut akan ditampilkan data biner yang di-output-kan
oleh ADC untuk variasi tegangan yang dihasilkan sensor pada saat udara bersih
maupun pada saat terdapat asap, yang dihitung dengan cara yang sama seperti
No. Vout Sensor (V) Data Out ADC Biner dec
Tabel 4.5.2 Data Output ADC pada setiap kenaikan output sensor
Sensitifitas sensor juga dapat di uji dengan memvariasikan jumlah batang rokok
dengan jarak yang berbeda. Berikut ini disajikan data hasil pengukuran sensor
AF30 dengan jumlah batang rokok yang berbeda.
Jarak antara sensor dan sumber asap rokok = 1 m
Output Sensor (Volt) Resistansi Sensor t (s)
4,5 Volt 1000 Ω 4.5
4,6 Volt 850 Ω 5
4,7 Volt 630 Ω 6
4,8 Volt 400 Ω 7.5
4,9 Volt 200 Ω 8
Tabel 4.5.3 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 1 m
Output Sensor (Volt) Resistansi Sensor t (s)
4,5 Volt 1000 Ω 3
4,6 Volt 850 Ω 4.5
4,7 Volt 630 Ω 5
4,8 Volt 400 Ω 6.5
4,9 Volt 200 Ω 7
Output Sensor (Volt) Resistansi Sensor t (s)
4,5 Volt 1000 Ω 2.5
4,6 Volt 850 Ω 3.5
4,7 Volt 630 Ω 4
4,8 Volt 400 Ω 5.5
4,9 Volt 200 Ω 6.5
Tabel 4.5.5 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 1 m
Jarak antara sensor dan sumber asap rokok = 2 m
Output Sensor (Volt) Resistansi Sensor t (s)
4,5 Volt 1000 Ω 9
4,6 Volt 850 Ω 10.5
4,7 Volt 630 Ω 11.5
4,8 Volt 400 Ω 12.5
4,9 Volt 200 Ω 14
Tabel 4.5.6 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 2 m
Output Sensor (Volt) Resistansi Sensor t (s)
4,5 Volt 1000 Ω 7.5
4,6 Volt 850 Ω 9
4,7 Volt 630 Ω 9.5
4,8 Volt 400 Ω 10.5
4,9 Volt 200 Ω 11.5
Output Sensor (Volt) Resistansi Sensor t (s)
4,5 Volt 1000 Ω 6
4,6 Volt 850 Ω 8
4,7 Volt 630 Ω 8.5
4,8 Volt 400 Ω 9.5
4,9 Volt 200 Ω 11
Tabel 4.5.8 Data output sensor dengan sampel 3 batang rokok pada jarak 2 m
Jarak antara sensor dan sumber asap rokok = 3 m
Output Sensor (Volt) Resistansi Sensor t (s)
4,5 Volt 1000 Ω 14
4,6 Volt 850 Ω 16
4,7 Volt 630 Ω 17.5
4,8 Volt 400 Ω 19
4,9 Volt 200 Ω 20
Tabel 4.5.9 Data output sensor dengan sampel 1 batang rokok pada jarak 3 m
Output Sensor (Volt) Resistansi Sensor t (s)
4,5 Volt 1000 Ω 11
4,6 Volt 850 Ω 12
4,7 Volt 630 Ω 14
4,8 Volt 400 Ω 16
4,9 Volt 200 Ω 17