PEMANFAATAN KULIT UBI KAYU DAN DAUN TOMAT SEBAGAI
INSEKTISIDA NABATI DALAM MENGENDALIKAN ULAT
GRAYAK
Spodoptera litura
L. (Lepidoptera: Noctuidae)
PADA TANAMAN SAWI
SKRIPSI
OLEH
DANI SUPRIADI 070302024
HPT
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PEMANFAATAN KULIT UBI KAYU DAN DAUN TOMAT SEBAGAI
INSEKTISIDA NABATI DALAM MENGENDALIKAN ULAT
GRAYAK
Spodoptera litura
L. (Lepidoptera: Noctuidae)
PADA TANAMAN SAWI
SKRIPSI
OLEH DANI SUPRIADI
070302024 HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Hama Dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ir. Mena Uly Tarigan, MS Ir. Yuswani P. Ningsih, MS
Ketua Anggota
DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRACT
Dani Supriadi, "Utilization of Cassava Waste Leather Leaf Tomato And Vegetable For Insecticides In controlling the caterpillar Spodopteralitura L. (Lepidoptera: Noctuidae) At planting mustard "It was under supervised by Mena Uly Tarigan and YuswaniPangestiningsih.The research aims to determine the effectiveness of skin waste cassava and tomato leaves as a vegetable insecticide to control caterpillars grayakS.lituraL. Research conducted at the Faculty of Agriculture land of North Sumatra University, Medan. Research using randomized block design with 10 treatment that is P0 (control), P1 (cassava 25 g / L water), P2 (cassava skin 50 g / L water), P3 (cassava skin 75 g / L water), P4 (skin of tomato leaves 25 g / L water), P5 (tomato leaves 50 g / L water), p6 (tomato leaves 75 g / L water), P7 (a mixture of cassava and tomato leaves 25 g / L water), P8 ( mixture of cassava and leaves skin tomatoes 50 g / L water) and P9 (mixture of cassava and leaves skin tomatoes 75 g / L of water) with three replications,
The results showed that the addition of doses of each solution lowers the intensity of worm attacks grayakS.litura L. and crop production sawimeningaktkan number. Highest percentage of the intensity of attacks on the P0 treatment for 29.37% and lowest in the treatment of P9 by 5% and the highest in the P9 percentage of production of 2.05 tons / ha and the lowest at P0 of 0.63 tonnes / ha
ABSTRAK
Dani Supriadi, ”Pemanfaatan Kulit Ubi kayu Dan Daun Tomat Sebagai Insektisida Nabati Dalam mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura L. (Lepidoptera: Noctuidae)
Pada Pertanaman Sawi”. Dibimbingolehmena Uly tarigan dan
YuswaniPangestiningsih.Penelitianbertujuanuntukmengetahuiefektifitaslimbah kulit ubi kayu dan daun tomat sebagai insektisidanabatiuntuk mengendalikan ulat grayak S. litura L.. Penelitian dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 10 perlakuan yaitu P0 (kontrol), P1 ( ubi kayu 25 g/L air), P2 ( kulit ubi kayu 50 g/L air), P3 ( kulit ubi kayu 75 g/L air), P4 ( kulit daun tomat 25 g/L air), P5 ( daun tomat 50 g/L air), p6 (daun tomat 75 g/L air), P7 (campuran ubi kayu dan daun tomat 25 g/L air), P8 ( campuran kulit ubi kayu dan daun tomat 50 g/L air) danP9 (campuran kulit ubi kayu dan daun tomat 75 g/L air) dengantigaulangan,
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapenambahandosisdarimasing-masinglarutanmenurunkanintensitas serangan ulat grayak S. litura L. dan meningaktkan jumlahproduksi tanaman sawi. Persentaseintensitas serangantertinggiyaitupadaperlakuanP0sebesar29.37 % dan terendah pada perlakuan P9 sebesar 5 % dan presentase produksi tertinggipadaP9sebesar2,05 ton/Ha dan terendah pada P0 sebesar 0,63 ton/Ha
RIWAYAT HIDUP
Dani Supriadi lahir pada tanggal 04Maret 1989 di Gelugur 1, sebagai anak ke tiga dari lima bersaudara, putera dari Ayahanda Katiman dan Ibunda Basiyem.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis yaitu :
- Tahun 2001 lulus dari Madrasah Ibtidahiyah Negeri (MIN) Ulumahuam.
- Tahun 2004 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Silang
Kitang.
- Tahun 2007 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bilah HuluAek
Nabara.
- Tahun 2007 lulus dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
Pengalaman Kegiatan Akademis
1. Tahun 2007 - 2011 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman
(IMAPTAN).
2. Tahun 2007 – 2011 menjadi anggota Komunikasi Muslim (Komus) HPT.
3. Tahun2011 menjadi asisten Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi.
4. Tahun 2011 menjadi asisten Nematologi Tumbuhan.
5. Tahun 2008 mengikuti seminar Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional FP USU
“Motivasi Training” di Fakultas Pertanian USU.
6. Tahun 2010 mengikuti seminar “How Do We Feed A Growing Population” di Fakultas
Pertanian USU.
7. Tahun 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni sampai Juli
8. Tahun 2010 - 2011 melaksanakan penelitian skripsi di Lahan Fakultas Pertanian
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa karena atas
berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah ”PEMANFAATAN KULIT UBI KAYU DAN DAUN TOMAT SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI DALAM MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK Spodoptera litura L. (Lepidopterra: Noctuidae) PADA TANAMAN SAWI”.sebagai salah satu syaratuntukdapat memperoleh gelas sarjana di Departemen Hama Dan Penyakit TumbuhanFakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Penulismengucapkanterimakasih kepada Ir. Mena Uly Tarigan, MS Selaku Ketua
dan Ir. Yuswani P. Ningsih, MS Selaku Anggota Komisi Pembimbing sayayang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsiini.
Penulis menyadari usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Oktober 2011
DAFTAR ISI
PestisidaNabatiKulitUbiKayudanDaun ... ... 12
Pemeliharaan……….... 21
PembuatanPestisida………. 21
AplikasiPenyemprotan……… 21
Parameter Pengamatan………. 22
PresentaseSerangan………. 22
Produksi... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Serangan ulat grayak... 22
Produksi...24
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... . 26
Saran .. ... 26
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman 1. Rataan pengaruh insektisida nabati kulit ubi kayu dan daun tomat dalam
mengendalikan Spodoptera litura pada pengamatan 3 – 15 hsa...19
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. TanamanSawi (Brassica rapa var. paracchinensis L.)... 5
2. Siklus Hidup Spodoptera litura L. ... ... 6
10. Histogram pengaruhinsektisida nabati kulit ubi kayu dan daun tomat dalam mengendalikan Spodoptera liturapada pengamatan 3 – 15
hsa... 22
DAFTAR LAMPIRAN
No JudulHalaman
1. Bagan Penelitian... 29
2. Foto Penelitian... 31
3. Foto gejala Serangan dari S.litura L. Dilapangan... 33
4. Foto S.litura di lapangan...33
5. Persentase Intensitas Serangan S.litura pada Pengamatan 3 Hari Setelah Aplikasi (hsa)...34
6. Persentase Intensitas Serangan S.litura pada Pengamatan 6 Hari Setelah Aplikasi (hsa)...35
7. Persentase Intensitas Serangan S.litura pada Pengamatan 9 Hari Setelah Aplikasi (hsa)...36
8. Persentase Intensitas Serangan S.litura pada Pengamatan 12 Hari Setelah Aplikasi (hsa)... 37
9. Persentase Intensitas Serangan S.litura pada Pengamatan 15 Hari Setelah Aplikasi (hsa)...38
10. Data Pengaruh Insektisida Nabati terhadap Produksi Tanaman Sawi pada Pengamatan 30 hari setelah tanam (hsa)... 39
PENDAHULUAN
ABSTRACT
Dani Supriadi, "Utilization of Cassava Waste Leather Leaf Tomato And Vegetable For Insecticides In controlling the caterpillar Spodopteralitura L. (Lepidoptera: Noctuidae) At planting mustard "It was under supervised by Mena Uly Tarigan and YuswaniPangestiningsih.The research aims to determine the effectiveness of skin waste cassava and tomato leaves as a vegetable insecticide to control caterpillars grayakS.lituraL. Research conducted at the Faculty of Agriculture land of North Sumatra University, Medan. Research using randomized block design with 10 treatment that is P0 (control), P1 (cassava 25 g / L water), P2 (cassava skin 50 g / L water), P3 (cassava skin 75 g / L water), P4 (skin of tomato leaves 25 g / L water), P5 (tomato leaves 50 g / L water), p6 (tomato leaves 75 g / L water), P7 (a mixture of cassava and tomato leaves 25 g / L water), P8 ( mixture of cassava and leaves skin tomatoes 50 g / L water) and P9 (mixture of cassava and leaves skin tomatoes 75 g / L of water) with three replications,
The results showed that the addition of doses of each solution lowers the intensity of worm attacks grayakS.litura L. and crop production sawimeningaktkan number. Highest percentage of the intensity of attacks on the P0 treatment for 29.37% and lowest in the treatment of P9 by 5% and the highest in the P9 percentage of production of 2.05 tons / ha and the lowest at P0 of 0.63 tonnes / ha
ABSTRAK
Dani Supriadi, ”Pemanfaatan Kulit Ubi kayu Dan Daun Tomat Sebagai Insektisida Nabati Dalam mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura L. (Lepidoptera: Noctuidae)
Pada Pertanaman Sawi”. Dibimbingolehmena Uly tarigan dan
YuswaniPangestiningsih.Penelitianbertujuanuntukmengetahuiefektifitaslimbah kulit ubi kayu dan daun tomat sebagai insektisidanabatiuntuk mengendalikan ulat grayak S. litura L.. Penelitian dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 10 perlakuan yaitu P0 (kontrol), P1 ( ubi kayu 25 g/L air), P2 ( kulit ubi kayu 50 g/L air), P3 ( kulit ubi kayu 75 g/L air), P4 ( kulit daun tomat 25 g/L air), P5 ( daun tomat 50 g/L air), p6 (daun tomat 75 g/L air), P7 (campuran ubi kayu dan daun tomat 25 g/L air), P8 ( campuran kulit ubi kayu dan daun tomat 50 g/L air) danP9 (campuran kulit ubi kayu dan daun tomat 75 g/L air) dengantigaulangan,
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwapenambahandosisdarimasing-masinglarutanmenurunkanintensitas serangan ulat grayak S. litura L. dan meningaktkan jumlahproduksi tanaman sawi. Persentaseintensitas serangantertinggiyaitupadaperlakuanP0sebesar29.37 % dan terendah pada perlakuan P9 sebesar 5 % dan presentase produksi tertinggipadaP9sebesar2,05 ton/Ha dan terendah pada P0 sebesar 0,63 ton/Ha
Sawi atau Caisin (Brassica sinensis L.) termasuk famili Brassicaceae, daunnya
panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tumbuh baik di tempat yang berhawa
panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, tapi lebih baik di dataran tinggi. Biasanya dibudidayakan di daerah
ketinggian 100 - 500 m dpl dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus,
subur dan drainase baik. Tanaman sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih dan sawi
hijau . Sawi hijau merupakan salah satu sayuran yang kaya vitamin, mulai dari vitamin K, vitamin A, vitamin C dan vitamin E ada dalam sawi hijau (Edi dan Yusri,2010).
Salah satu masalah dalam membudidayakan tanaman khususnya sayuran dan
hortikultura baik di lahan tadah hujan/irigasi, lahan kering, lahan rawa pasang surut
maupun rawa lebak adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) yaitu
serangan hama dan penyakit. Menurut Thamrin et.al (2002), melaporkan bahwa ditemukan
beberapa jenis hama sayuran seperti pada tanaman sawi adalah ulat grayak (Spodoptera
litura), ulat plutela (Plutela xylostella), penggerek pucuk (Crocidolomia binotlid) pada
tanaman timun adalah kutu daun (Aphid gossypii), lalat buah (Dacus cucurbitae), ulat buah
(Diaphania indica). Tingkat kerusakan dari hama utama tersebut cukup bervariasi antara
10- 25%. Pada tahun 2002/2003 telah terjadi ledakan hama (Diaphania indica), pada
tanaman paria ulat pemakan daging buah dilahan rawa pasang surut dengan tingkat
kerusakan dapat mencapai 80-100% (Thamrin dan Asikin, 2002).
Di lahan lebak Kabupaten Hulu Sungai Selatan (Kalsel) banyak dibudidayakan
tanaman sayuran seperti kacang panjang, bayam, terong, paria, gambas, lombok, sawi,
petsai dan timun, namun banyak diserang oleh hama serangga antara lain lalat buah, ulat
Pengendalian hama yang paling utama dilakukan petani adalah penggunaan
pestisida. Akan tetapi apabila penggunaan bahan insektisida tersebut kurang bijaksana
akan menimbulkan dampak negatif bagi flora maupun fauna serta lingkungan, dan
disamping itu pula bahan kimia atau pestisida tersebut harganya cukup mahal. Untuk
menunjang konsep PHT tersebut dalam rangka pengurangan penggunaan bahan insektisida
perlu dicari alternatif pengendalian yang bersifat ramah lingkungan antara lain penggunaan
bahan bioaktif (insektisida nabati, attraktan, repelen), musuh alami (parasitoid dan predator
serta patogen), serta penggunaan perangkap berperekat. (Thamrin dan Asikin, 2002).
Limbah pertanian secara ekonomi tidak menguntungkan, tetapi beberapa jenis limbah
yang mengandung senyawa tertentu dapat dimanfaatkan baik sebagai starter penguraian bahan
organik menjadi pupuk organik maupun untuk pengendalian hama, disamping murah juga
resikonya rendah dibanding dengan pestisida kimiawi (Kuruseng, 2008).
Daun tomat berupa daun dan batang mengandung senyawa yang rasanya tidak
disenangi oleh hama sehingga efektif untuk mengendalikan hama pada tanaman dan juga
sebagai fungisida ringan (Anonim, 2009). Limbah kulit ubi kayu mengandung senyawa HCN
(Asam sianida) yang merupakan racun yang dapat dinetralisir melalu perlakuan pemanasan
atau pengeringan. Kandungan HCN pada kulit ubi kayu dapat mencapai 68 mg 100 g
-1
bahan
(Irmansyah, 2005).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas kulit ubi kayu dan daun tomat sebagai insektisida
nabati untuk mengendalikan ulat grayak (Spodoptera litura L.)
1. Pemanfaatan kulit ubi kayu dan daun tomat mampu untuk mengendalikan hama yang
ada pada tanaman sawi terutama ulat grayak (Spodoptera litura L.).
2. Pemberian larutan ubi kayu dan daun tomat pada konsentrasi 75 g/L mampu
mempengaruhi mortalitas hama ulat grayak (Spodoptera litura L.).
3. Pencampuran larutan antara kulit ubi kayu dan daun tomat lebih efektif mengendalikan
hama ulat grayak (Spodoptera litura L.) dibanding larutan kulit ubi kayu atau daun
tomat.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai salah satu biopestida yang ramah lingkungan dalam mengendalikan hama pada
pertanaman sayuran dan hortikultura.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun sistematika tanaman sawi (Brassica sinensis L.) adalah:
Kingdom: Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsid
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica sinensis L.
(Anonimusa, 2010).
Gambar 1: Tanaman Sawi (Brassica sinensis L.) Sumber: Foto Langsung
Sawi hijau (Brassica sinensis; suku sawi-sawian atau Brassicaceae) merupakan
sayuran ini mudah dibudidayakan dan dapat dimakan segar (biasanya dilayukan dengan air
panas) atau diolah menjadi asinan. Sawi hijau (Brassica juncea) umumnya dikonsumsi
dalam bentuk olahan karena sawi mentah rasanya pahit karena ada kandungan alkaloid
carpaine. Salah satu bentuk olahan sawi hijau adalah sayur asin. Sayur asin adalah produk
yang punya cita rasa khas yang dihasilkan melalui proses fermentasi spontan bakteri asam
laktat (Pradani dan Hariastuti, 2010).
Batang tanaman sawi yakni tegak, masif, silindris, licin, hijau dan pada umumnya
batangnya pendek dan tegap. Daun tanaman sawi lebar berwarna hijau keputih-putihan dan
bertangkai pipih. Daun sawi tanah berbentuk bulat telur atau ulat, memanjang, tunggal dan
tersebar. Ujung daun lancip dan tepinya bergerigi. Tunggal silang berhadapan, lonjong,
tepi rata ataun bergerigi, ujung tumpul, pangkal meruncing, panjang 7-15 crn, lebar 3-6
cm, dan berwarna hijau. (Mangoting,dkk, 2005).
Bunga berukuran kecil dan berwarna kuning. Bunga tersusun dalam tandan
diujung-ujung batang. Umumnya bunga majemuk, berkelamin dua, di ujung batang,
tangkai silindris, panjang -t 1 cm, hijau, kelopak pipih memanjang, halus, hijau
kekuningan, kepala sari empat persegi panjang, coklat muda, tangkai putik silindris,
panjang + 1 cm, hijau, kepala putik bulat, coklat muda, mahkota silindris, lain dan kuning
(Anonimusb, 2010).
Buah berupa buah lobak. Jika buah masak akan membuka dua katub. Berupa
polong, bulat memanjang, panjang + 3 cm, berwarna hijau (Mangoting, dkk,
2005). Akar tanaman sawi mempunyai perakaran yakni berakar tunggang, putin dan
semak. Serta bijinya bulat pipih agak kuning kecoklatan (Anonimusb, 2010).
Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Benih yang
setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat dan kecil-kecil.
Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih
yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita
perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain
itu juga harus memperhatikan kemasan. Kemasan yang baik adalah dengan alumunium
foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan
kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih
dari 70 hari. Penanaman sawi yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman sawi yang
lain. Di harapkan lama penggunaan benih tidak lebih dari 3 tahun (Pradani dan Hariastuti,
2010).
Sawi hijau mengandung folat, mineral (mangan dan kalsium), sawi hijau juga
mengandung asam amino triptofan dan juga serat pangan. Sawi hijau juga merupakan
sayuran yang bermanfaat untuk membantu mencegah dari terserangnya penyakit kanker,
hal ini di sebabkan karena dalam sawi hijau mengandung senyawa fitokimia khususnya
glukosinolat yang cukup tinggi. Dengan rutin mengkonsumsi sawi hijau mampu
menurunkan resiko terserangnya kanker prostat (Yul, 2010).
Syarat Tumbuh Iklim
Sawi bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Asia. Dikembangkan di
Indonesia karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya.
Tanaman sawi dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin.
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200
meter diatas permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang
mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air
hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu
diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Pertumbuhan tanaman ini membutuhkan
hawa yang sejuk, lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi
tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini
cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan (Pradani dan Hariastuti, 2010).
Tanah
Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak 7 mengandung
humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang
optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7
(Pradani dan Hariastuti, 2010).
Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 100 m diatas permukaan laut,
tanaman ini dapat bertelur tetapi daerah rendah tidak dapat bertelur. Tanaman ini dapat
tumbuh baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air (AAK, 1992).
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 m sampai dengan
1.200 m dpl. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100
m sampai 500 m dpl. Tanah yan cocok untuk ditanamin sawi adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang
Biologi Hama
Salah satu hama utama yang sering muncul pada pertanaman sayuran dan
hortikultura adalah ualat grayak. Ulat grayak sebenarnya merupakan serangga hama yang
bersifat polifag. Serangan ulat grayak biasanya relatif cepat, serentak dan dalam areal yang
cukup luas. Oleh karena itu apabila pelaksanaan program pemantauan kebun tidak rutin,
maka tidak mustahil kerusakan dan kerugian akibat ulat grayak ini akan sangat besar.
Gejala tanaman terserang hama ulat grayak mirip akibat serangan hama belalang.
Daun-daun digerek ulat dari arah tepi Daun-daun menuju tulang Daun-daun. Pada serangan berat, Daun-daun tebu
tinggal tulang-tulang daunnya saja (Pramono, 2009).
Adapun sistematika ulat grayak (Spodoptera litura L.) menurut (Deptan,
2010) ialah:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
Genus : Spodoptera
Spesies : Spodoptera litura L.
Gambar 2 : Siklus Hidup Spodoptera litura L.
Hama ini bersifat polifag, selain cabai tanaman inang lainnya yaitu kubis, padi,
jagung, tomat, tebu, buncis, jeruk, tembakau, bawang merah, terung, kentang,
kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah), kangkung, bayam, pisang, tanaman hias juga gulma
Limnocharis sp., Passiflora foetida, Ageratum sp., Cleome sp., Clibadium sp. dan Trema
sp (Deptan, 2010).
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun
(kadang-kadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok
(masing-masing berisi 25 - 500 butir) yang bentuknya bermacam-macam pada daun atau
bagian tanaman lainnya. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari
bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina (Deptan, 2010).
Larva mempunyai warna yang bervariasi, mempunyai kalung/bulan sabit berwarna
hitam pada segmen abdomen yang keempat dan kesepuluh. Pada sisi lateral dorsal terdapat
garis kuning. Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau
hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Beberapa hari kemudian tergantung
ketersediaan makanan, larva menyebar dengan menggunakan benang sutera dari mulutnya.
Siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada
malam hari. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah
besar. Warna dan perilaku ulat instar terakhir mirip ulat tanah perbedaan hanya pada tanda
bulan sabit, berwarna hijau gelap dengan garis punggung warna gelap memanjang. Umur 2
minggu panjang ulat sekitar 5 cm (Deptan, 2010).
Ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon)
berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. Siklus hidup berkisar antara 30
- 60 hari (lama stadium telur 2 - 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 - 46 hari, pupa 8
Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2000 - 3000 telur. Sayap ngengat bagian
depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputih-putihan
dengan bercak hitam. Malam hari ngengat dapat terbang sejauh 5 kilometer (Deptan,
2010).
Salah satu hama utama yang sering muncul pada pertanaman sayuran dan
hortikultura adalah ualat grayak. Ulat grayak sebenarnya merupakan serangga hama yang
bersifat polifag. Serangan ulat grayak biasanya relatif cepat, serentak dan dalam areal yang
cukup luas. Oleh karena itu apabila pelaksanaan program pemantauan kebun tidak rutin,
maka tidak mustahil kerusakan dan kerugian akibat ulat grayak ini akan sangat besar.
Gejala tanaman terserang hama ulat grayak mirip akibat serangan hama belalang.
Daun-daun digerek ulat dari arah tepi Daun-daun menuju tulang Daun-daun. Pada serangan berat, Daun-daun tebu
tinggal tulang-tulang daunnya saja (Pramono, 2009).
Gejala serangan
Larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis
bagian atas/transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Larva instar lanjut merusak
tulang daun dan kadang-kadang menyerang buah. Biasanya larva berada di permukaan
bawah daun menyerang secara serentak berkelompok, serangan berat dapat menyebabkan
tanaman gundul karena daun dan buah habis dimakan ulat. Serangan berat umumnya
terjadi pada musim kemarau (Deptan, 2010).
Pengendalian
1. Pengendalian secara bercocok tanam, meliputi pengaturan waktu tanam, pergiliran
tanaman, tanam serentak, tumpang sari atau monokultur, penggunaan benih unggul
pengolahan tanah yang sempurna, pengelolaan air yang baik, pengaturan jarak
tanam, penanaman tanaman perangkap.
2. Pemanfaatan musuh alami dengan memanfaatkan parasit Diadegma semiclausum
dan Cotesia plutellae serta cendawan Zoophthora radicans.
3. Pengendalian fisik, dilakukan antara lain dengan memasang perangkap feromoid
seks sebanyak 1 buah per 50 m2 digunakan memantau populasi ngengat jantan.
Bila dalam 7 malam tertangkap 20 ngengat per perangkap maka perlu dilakukan
aplikasi insektisida..
4. Pengendalian dengan insektisida bahan alami, dengan menggunakan minyak dari
ekstrak biji buah srikaya, dan sirsak dengan konsentrasi 10 %. Bahan
alami lain yang bias digunakan sebagai insektisida bahan alami adalah ekstrak biji
nimba dan tembakau.
5. Pengendalian kimia, dapat diaplikasi dengan insektisida yang diizinkan oleh
Menteri Pertanian.
Pestisida Nabati Kulit Ubi Kayu Dan Daun Tomat
A. Kulit Ubi Kayu
Tanaman pangan yaitu sayuran dan buah-buahan memiliki kandungan nutrien, vitamin,
dan mineral yang berguna bagi kesehatan manusia serta merupakan komponen penting untuk
diet sehat. Meskipun demikian, beberapa jenis sayuran dan buah-buahan dapat mengandung
racun alami yang berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Racun alami adalah zat yang
secara alami terdapat pada tumbuhan, dan sebenarnya merupakan salah satu mekanisme dari
tumbuhan tersebut untuk melawan serangan jamur, serangga, serta predator. Yang dimaksud
manusia. Racun alami yang terkandung pada tanaman pangan dan cara mengolahnya agar
bahaya keracunan dapat dihindarkan. Dengan demikian tanaman pangan yang sangat
dibutuhkan kandungan nutrien, vitamin, dan mineralnya dapat tetap dikonsumsi dengan
terhindar dari kandungan racunnya (Anonimusc, 2010).
Salah satu sumber daya lokal potensial yang belum dimanfaatkan sebagai bahan
pakan ayam yaitu limbah kulit ubi kayu yang merupakan limbah dari mata rantai proses
produksi pembuatan tapioka. Limbah tersebut sebaiknya dalam keadaan kering (dijemur)
atau ditumbuk dijadikan tepung tetapi salah satu faktor penghambat dalam penggunaan
limbah kulit ubi kayu yaitu adanya kadar asam sianida (HCN) yang merupakan faktor anti
nutrisi yakni sebesar 143,3 mg/kg. Limbah ubi kayu termasuk salah satu bahan pakan
ternak yang mempunyai energi (Total Digestible Nutrient =TDN) tinggi dan kandungan
nutrisi tersedia dalam jumlah memadai (Rukmana, 1997).
Singkong mengandung senyawa yang berpotensi racun yaitu linamarin dan
lotaustralin. Keduanya termasuk golongan glikosida sianogenik. Linamarin terdapat pada
semua bagian tanaman, terutama terakumulasi pada akar dan daun. Singkong dibedakan
atas dua tipe, yaitupahit dan manis. Singkong tipe pahit mengandung kadar racun yang
lebih tinggi daripada tipe manis. Jika singkong mentah atau yang dimasak kurang
sempurna dikonsumsi, maka 3 racun tersebut akan berubah menjadi senyawa kimia yang
dinamakan hidrogen sianida, yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Singkong
manis mengandung sianida kurang dari 50 mg per kilogram, sedangkan yang pahit
mengandung sianida lebih dari 50 mg per kilogram. Meskipun sejumlah kecil sianida
masih dapat ditoleransi oleh tubuh, jumlah sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh
melebihi 1 mg per kilogram berat badan per hari. Gejala keracunan sianida antara lain
pemasakan untuk mengurangi kadar sianida ke tingkat non toksik. Singkong yang umum
dijual di pasaran adalah singkong tipe manis (Anonimus c, 2010).
Kadar HCN pada kulit ubi kayu sangat bervariasi sesuai dengan jenis atau
varietasnya. Begitu pun dengan setiap proses perlakuan memberikan tingkat penekanan
kadar HCN yang berbeda. Proses dengan pencucian ternyata masih memberikan nilai HCN
yang tinggi (89,32 mg/100 g) dan masuk pada kategori jenis ubi kayu yang beracun.
Kandungan zat racun ubi kayu dikategorikan beracun, bila kadar HCN antara 80-100
mg/kg ubi yang diparut (Purwati, 2010).
B. Daun Tomat
Daun tomat berupa daun dan batang mengandung senyawa yang rasanya tidak
disenangi oleh hama sehingga efektif untuk mengendalikan hama pada tanaman dan juga
sebagai fungisida ringan (Kuruseng, 2008).
Tomat mengandung racun alami yang termasuk golongan glikoalkaloid. Racun ini
menyebabkan tomat hijau berasa pahit saat dikonsumsi. Untuk mencegah terjadinya
keracunan, sebaiknya hindari mengkonsumsi tomat hijau dan jangan pernah
mengkonsumsi daun dan batang tanaman tomat (Anonimus c, 2010).
Daun tomat bagus sebagai insektisida dan fungisida alami. Dapat digunakan untuk
membasmi kutu daun, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur, dan
bakteri pembusuk. Cara membuatnya sebagai berikut: Pertama, ambil daun tomat kira-kira seberat 1 (satu) kilogram. Pakai sarung tangan ketika memetik daun tomat. Kedua, daun tomat dimasak dalam 2 (dua) liter air selama 30 menit. Ketiga, tambahkan lagi potongan-potongan daun tomat, batang tomat, dan buah tomat sebanyak 2 (dua) genggam, dan
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan, ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2011 sampai
Selesai
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, tali,
sprayer, ember, petakan, mortal dan alu (penghalus kulit ubi kayu dan daun tomat),
saringan dan alat tulis.
Adapun bahan yang digunakan penelitian ini adalah benih sawi, limbah hasil
pertanian berupa kulit ubi kayu beracun, daun tomat, air, pupuk kandang dan pupuk kimia.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok
(RAK) Non faktorial dengan 3 ulangan.
P0 = Kontrol (tanpa perlakuan)
P1 = Kulit ubi kayu dengan dosis 25 g/ L Air
P2 = Kulit ubi kayu dengan dosis 50 g/ L Air
P3 = Kulit ubi kayu dengan dosis 75 g/ L Air
P4 = Daun tomat dengan dosis 25 g/ L Air
P6 = Daun tomat dengan dosis 75 g/ L Air
P7 = Campuran ubi kayu dan daun tomat dengan dosis 25 g/ L Air
P8 = Campuran ubi kayu dan daun tomatt dengan dosis 50 g/ L Air
P9 = Campuran ubi kayu dan daun tomat dengan dosis 75 g/ L Air
Jumlah ulangan 3, yang diperoleh dari rumus sebagai berikut:
(t-1) (r-1) ≥ 15
(10-1) (r-1) ≥ 15
9 (r-1) ≥ 15
9r – 9 ≥ 15 + 9
r ≥ 24/9
r ≥ 2,67 dibulatkan 3
Kombinasi Perlakuan : 10 perlakuan
Ulangan : 3 ulangan
Jumlah plot penelitian : 30 plot
Ukuran plot : 200 cm x 100 cm
Jumlah tanaman/ plot : 20 tanaman
Jumlah sampel/plot : 4 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 600 tanaman
Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 120 tanaman
Jarak tanam : 25 cm x 40 cm
Jarak antara plot : 50 cm
Yij = μ + τi + βj + Σij
Dimana :
Yij = respon tanaman yang diamati
μ = nilai tengah umum (rataan)
τi = efek blok ke-i
βj = efek dari perlakuan ke-j
Σij = efek error
Jika sidik ragam menunjukkan efek yang nyata maka dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan (DMRT).
(Sastrosupadi, 2000).
Pelaksanaan Penelitian Persemaian
Tempat persemaian benih dibuat dengan ukuran 2 m x 1 m. Media tanamnya
berupa tanah topsoil dan kompos. Benih yang telah disebar ditutup dengan media semai,
selanjutnya ditutup dengan daun pisang atau karung goni selama 2 - 3 hari.
Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan membersihkan areal dari gulma dan sampah.
Kemudian tanah diolah dengan cara mencangkul kemudian dibuat plot-plotnya dengan
Pemupukan
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk urea yang diberikan setelah tanaman
berumur 10 hari setelah dipindahkan kebedengan, dengan ditaburkan disekeliling tanaman
sejauh 5 cm dari batangnya sebanyak 3g tiap tanaman. Dengan demikian, untuk 250 kg/ha.
Penanaman
Penanaman dilakukan setelah bibit tumbuh kira-kira berdaun empat helai , tanah
dari masing-masing plot ditugal dengan kedalaman ± 4 cm dan jarak tanam 25 cm x 40 cm.
Setelah itu bibit dicabut dari persemaian dan ditanam pada lubang tanam yang telah
tersedia. Pindah tanah dilakukan pada 21 hst (hari setelah tabur).
penyulaman ialah tindakan penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat
mudah yaitu tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman
yang baru.
Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan pada pagi hari yakni pada pukul 08.00- 09.00 WIB dan pada
sore hari pada pukul 16.00- 17.00 Wib secara merata pada semua tanaman dengan
menggunkan gembor dan air bersih. Penyiangan dilakukan secara manual dengan
membersihkan gulma yang tumbuh.
Pembuatan Limbah
Bahan yang digunakan dalam pembuatan pestisida nabati dari ubi kayu dan daun
tomat. Pembuatan dilakukan dengan menghaluskan kulit ubi kayu kemudian ditambahkan
air sebanyak 1 liter setiap perlakuan. kemudian pada daun tomat dilakukan hal yang sama
masing-masing dilakukan dengan cara menghaluskan 25 gram, 50 gram dan 75 gram kulit ubi
kayu dan daun tomat. Kemudian dilarutkan dengan air sebanyak 1 liter dan diaduk hingga
merata, kemudian diendapkan pada wadah tertutup. Untuk campuran larutan air larutan
kulit ubi kayu dan daun tomat dicampurkan kedalam sprayer dan semprotkan. Larutan
tersebut dibuat pada saat akan diaplikasikan pada tanaman.
Aplikasi Penyemprotan
Penyemprotan dilakukan dengan sprayer keseluruh tanaman sampai bagian tersebut
basah. Penyemprotan dilakukan sebanyak 5 kali dengan interval 2 hari menjelang matahari
terbenam (sore hari) yaitu 14, 16, 18, 20, 22 hst (hari setelah tanam).
Parameter Pengamatan
1. Persentase Serangan ulat grayak
Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali setelah 7 hst (hari setelah tanam)
sebanyak lima kali pengamatan. Dengan menggunakan rumus :
Dimana:
IS : Intensitas serangan yang menyebabkan kerusakan (%)
n : Banyaknya rumpun tanaman untuk setiap kategori serangan
v : Nilai skala dari setiap kategori serangan rumpun tanaman yang diamati
Z : Nilai skala tertinggi dari kategori serangan yang ditentukan.
N : Jumlah rumpun yang diamati.
1 : Kerusakan lebih kecil atau sama dengan 25 %
2 : Kerusakan lebih besar 25 % dan lebih kecil atau sama dengan 50 %
3 : Kerusakan lebih besar 50 % dan lebih kecil atau sama dengan 75%
4 : Kerusakan lebih besar dari 75%
2. Produksi
Produksi dihitung dengan cara menghitung berat helai daun sawi perplot.
Kemudian dikonversikan dalam ton/ha dengan rumus :
Y =
L X
x
kg m 1000 10000 2
Dimana :
Y = Produksi dalam ton/ha
X = Produksi dalam kg/plot
L = Luas plot (m2)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Intensitas Serangan ulat grayak
Dari hasil analisa sidik ragam dapat diperoleh bahwa perlakuan insektisida nabati
pada pengamatan I-V memberi pengaruh nyata terhadap intensitas serangan ulat grayak (S.
litura) (Tabel 1) (Lampiran 5-9).
Tabel 1. Rataan pengaruh insektisida nabati limbah kulit ubi kayu dan daun tomat dalam mengendalikan Spodoptera litura pada pengamatan 3 – 15 hsa.
Perlakuan Waktu Pengamatan
3 hsa 6 hsa 9 hsa 12 hsa 15 hsa
P0 2.34a 7.21a 14.71a 22.71a 29.37a
P1 2.01a 6.24a 13.87a 20.70a 26.66a
P2 1.58a 4.76b 12.32b 17.25b 18.41c
P3 0.73b 3.48b 7.21e 7.78e 8.54e
P4 2.1a 6.55a 14.22a 21.61a 27.46a
P5 1.86a 5.01b 12.81b 18.26b 22.86b
P6 0.92b 3.92b 8.93d 10.55d 11.29d
P7 1.93a 5.33a 13.04b 19.82b 24.37b
P8 1.38b 4.38b 11.11c 15.67c 16.41c
P9 0.72b 2.25c 3.50f 4.33f 5.00f
Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5 %
Pada pengamatan I-V, limbah campuran kulit ubi kayu dan daun tomat lebih efektif
dibandingkan perlakuan yang lain. Intensitas serangan terendah pada perlakuan P9
(Limbah campuran ubi kayu dan daun tomat dengan dosis 75 g/ L Air) sebesar 5 %. Ini
dikarenakan daun tomat mengandung racun alami dalam golongan glikoalkaloid yang bersifat
repelent, sedangkan limbah kulit ubi kayu mengandung senyawa HCN (Asam sianida) yang
berpotensi racun. Hal ini sesuai dengan literatur Kuruseng (2008) yang menyatakan bahwa
daun tomat mengandung senyawa yang rasanya tidak disenangi oleh hama sehingga efektif
yang menyatakan kulit ubi kayu sangat beracun. Kandungan HCN pada kulit ubi kayu dapat
mencapai 68 mg 100 g
-1
.
Intensitas tertinggi dari hasil pengamatan diperoleh pada perlakuan P0 (kontrol)
sebesar 29.37 %. Tingginya intensitas serangan dikarenakan banyak terdapat ulat S. litura di
perlakuan tersebut. Sawi merupakan salah satu tanaman inang dari S. litura. Hal ini sesuai
dengan literatur Pramono (2009) yang menyatakan bahwa ulat grayak sebenarnya merupakan
serangga hama yang bersifat polifag. Serangan ulat grayak biasanya relatif cepat, serentak
dan dalam areal yang cukup luas. Oleh karena itu apabila pelaksanaan program
pemantauan kebun tidak rutin, maka tidak mustahil kerusakan dan kerugian akibat ulat
grayak ini akan sangat besar.
Pada perlakuan beberapa dosis, intensitas serangan terendah pada perlakuan campuran
limbah kulit ubi kayu dan daun tomat dengan dosis 75 gr/L air berbeda nyata dengan dosis
yang lain. Hal tersebut dikarenakan akumulasi dari senyawa – senyawa yang terdapat di kedua
insektisida. Semakin tinggi dosis semakin banyak pula kandungan senyawa racun yang
terdapat pada perlakuan tersebut.
Beda rataan pengaplikasian insektisida nabati limbah kulit ubi kayu dan daun tomat
Gambar 3. Histogram pengaruh insektisida nabati limbah kulit ubi kayu dan daun tomat dalam mengendalikan Spodoptera litura pada pengamatan 3 – 15 hsa.
2. Produksi
Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa insektisida nabati limbah kulit ubi kayu
dan daun tomat memberi pengaruh nyata terhadap produksi tanaman sawi (Tabel 2)
(Lampiran 10).
Tabel 2. Rataan pengaruh insektisida nabati limbah kulit ubi kayu dan daun tomat terhadap produksi sawi (ton/Ha).
Keterangan : Angka yang diikuti notasi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5 %
Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil pengamatan persentase tertinggi produksi sawi
terdapat pada perlakuan P9 (limbah campuran ubi kayu dan daun tomat dengan konsentrasi
75g/L air) yaitu 2.05 ton/Ha. Sedangkan produksi terendah pada perlakuan P0 ( kontrol)
yaitu 0.63 ton/Ha.
Rendahnya produksi pada perlakuan kontrol dikarenakan tingginya intensitas
serangan dari S. litura. Larva S. litura yang terdapat dilapangan menyebabkan banyak
daun sawi yang berlubang dan daun habis dimakan sehingga produksi yang dihasilkan
rendah. Ini sesuai dengan literatur Deptan (2010) yang menyatakan
kehilangan hasil yang cukup tinggi. Serangan berat dari S. litura dapat menyebabkan
tanaman gundul karena daun habis dimakan ulat.
Produksi sawi setelah pengaplikasian insektisida nabati limbah kulit ubi kayu dan
daun tomat dapat dilihat pada Gambar 4.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Intensitas serangan tertinggi pada perlakuan P0 (kontrol) sebesar 29.37 %, P4 (daun
tomat 25 g/L air) sebesar 27,46%, P1 (ubi kayu 25g/L air) sebesar 26,66%, P7
(campuran ubi kayu dan daun tomat 25 g/L air) sebesar 24,37%, P5 (daun tomat 50
g/L air) sebesar 22.86%, P2 (Ubi kayu 50g/L air) sebesar 18.41%, P8 (Campuran kulit
ubi kayu dan daun tomat 50 gr/L air) sebesar 16.41%, P6 (daun tomat 75g/L air)
sebesar 11.29%, P3 (Ubi kayu 75g/L air) sebesar 8.54% dan terendah pada perlakuan
P9 (Campuran kulit ubi kayu dan daun tomat 75 gr/L air) sebesar 5 %.
2. Produksi sawi pada perlakuan P9 (Campuran kulit ubi kayu dan daun tomat 75 gr/L
air) sebesar 2.05 ton/Ha, P3 (Ubi kayu 75g/L air) sebesar 1.78 ton/Ha, P6 (daun tomat
75g/L air) sebesar 1.63 ton/Ha, P8 (Campuran kulit ubi kayu dan daun tomat 50 gr/L
air) sebesar 1.50 ton/Ha, P2 (Ubi kayu 50g/L air) sebesar1.28 ton/Ha, P5 (daun tomat
50 g/L air) sebesar 0.95ton/Ha, P7 (campuran ubi kayu dan daun tomat 25 g/L air)
sebesar 0.87ton/Ha, P1 (ubi kayu 25g/L air) sebesar 0.85 ton/Ha, P4 (daun tomat 25
g/L air) sebesar 0.75 ton/Ha dan terendah perlakuan P0 (kontrol) sebesar 0.63 ton/Ha.
3. Campuran kulit ubi kayu dan daun tomat lebih efektif mengendalikan
S. litura dibandingkan kulit ubi kayu dan daun tomat.
Saran
Disarankan agar dilakukan penelitian lanjutan pada komoditi yang sama ataupun
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius. Yogyakarta.
Ajichrw. 2010. Budidaya Tanaman Sawi. http://ajichrw.wordpress. com/2009/. 07/15/tanaman-sawi/. Diakses pada tanggal 09 September 2010.
Anonimousa. 2009. uldesains.wordpress.com/2008/01/11/budidaya_tanaman-sawi. Diakses pada tangal 05 April 2009.
Anonimousb .2009. uldesains.
obat/sepkes. Diakses pada tangal 05 April 2009.
Anonimousc . 2010. Natural Toxins in Food. New Zealand Food Safety Authority (NZFSA). New Zealand.
Eko, M. 2010. 2008http://clearwaste.blogspot.com/2008/02/Budidaya Tanaman Sawi//. Diakses Pada tanggal 10 November 2010
Deptan. 2010. Ulat Grayak. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 9 september 2010.
Edi dan Yusri. 2010. Budidaya Sawi Hijau. Jurnal Agrisistem. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jambi.
Kariada, K.I dan Sukadana. 2000. Laporan Akhir Penggajian Pupuk Organik Sayuran Pinggiran Kota. Denpasar. Bali.
Kuruseng, H. 2008. Pemanfaatan Limbah Kulit Ubi kayu dan Daun Tomat Untuk Mengendalikan Hama Pada Tanaman Jagung Manis. Penyuluhan Pertanian STPP Gowa.Gowa
Mangoting, D., Imang Irawan., S. Abdullah. 2005. Tanaman Lalap Berkhasiat Obat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rukmana, H.R. 1997. Ubi Kayu Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta
Pradani dan Hariastuti, E.M. 2009. Laporan Penelitian Pemanfaatan Fraksi Cair Isolat Pati Ketela Pohon Sebagai Media Fermentasi Pengganti Air Tajin Pada Pembuatan Sayur Asin. Universitas diponegoro. Semarang.
PS, Tim Penulis. 1993. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purwati, S. 2010. Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN). Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sobirin. 2009. Daun Tomat.
Thamrin, M dan Asikin, S. 2002. Alternatif Pengendalian Hama Serangga Sayuran Ramah Lingkungan Di Lahan Lebak. Balai Penelitian Lahan Rawa. Balittra.
Winarni, 2005. Analisa Ekologi Dalam Hidupanliar. Pelatihan Survey Biodiversitas. Diakes pada tanggal 11 September 2010.
Yul, R. 2010. Sawi Hijau. 2010.
Lampiran 1:
P0 = Kontrol (tanpa perlakuan)
P4 = Limbah daun tomat dengan dosis 25 g/ L Air
P5 = Limbah daun tomat dengan dosis 50 g/ L Air
P6 = Limbah daun tomat dengan dosis 75 g/ L Air
P7 = Limbah campuran ubi kayu dan daun tomat dengan dosis 25 g/ L Air
P8 = Limbah campuran ubi kayu dan daun tomatt dengan dosis 50 g/ L Air
P9 = Limbah campuran ubi kayu dan daun tomat dengan dosis 75 g/ L Air
BAGAN TANAMAN SAMPEL
200 cm
40 cm 25 cm
100 cm
Keterangan :
= Plot
= Tanaman Sawi
Lampiran 3: Foto Gejala serangan dari S. litura di lapangan
Lampiran 4 : Foto S. litura di lapangan
Lampiran 5 : Persentase Intensitas Serangan S. litura pada Pengamatan 3 Hari Setelah
Total 15.52 16.09 15.11 46.72 15.57
Rataan 1.55 1.61 1.51 1.56
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F Hit F 0,05 F0,01
Perlakuan 9 9.48 1.05 5.39 ** 3.02 4.94
Galat 10 1.95 0.20
Total 19 11.43
KK = 28.37% FK = 72.76
Keterangan : ** = Sangat Nyata * = Nyata tn = Tidak Nyata Uji Jarak Duncan
Sy= 0,26
-0,09 -0,11 0,06 0,50 0,70 0,97 1,05 1,12 1,21 1,45
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 3,15 3,3 3,37 3,46 3,46 3,47 3,47 3,47 3,47 3,47 LSR 0.05 0,80 0,84 0,86 0,88 0,88 0,89 0,89 0,89 0,89 0,89
Perlakuan P9 P3 P6 P8 P2 P5 P7 P1 P4 P0
Rataan 0,72 0,73 0,92 1,38 1,58 1,86 1,93 2,01 2,10 2,34
a b
Lampiran 6 : Persentase Intensitas Serangan S. litura pada Pengamatan 6 Hari Setelah Aplikasi (hsa)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0 6.50 6.37 8.75 21.62 7.21
P1 6.00 5.35 7.37 18.72 6.24
P2 4.90 4.75 4.62 14.27 4.76
P3 3.00 3.65 3.80 10.45 3.48
P4 5.05 6.35 8.25 19.65 6.55
P5 5.12 5.00 4.90 15.02 5.01
P6 3.90 3.75 4.12 11.77 3.92
P7 5.00 5.25 5.75 16.00 5.33
P8 4.25 4.65 4.25 13.15 4.38
P9 2.12 2.12 2.50 6.74 2.25
Total 45.84 47.24 54.31 147.39 49.13
Rataan 4.58 4.72 5.43 4.91
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F Hit F 0,05 F0,01
Perlakuan 9 60.97 6.77 5.70 ** 3.02 4.94
Galat 10 11.88 1.19
0.26 1.41 1.80 2.21 2.58 2.82 3.15 4.06 4.37 5.02
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 3.15 3.3 3.37 3.46 3.46 3.47 3.47 3.47 3.47 3.47 LSR 0.05 1.98 2.08 2.12 2.18 2.18 2.18 2.18 2.18 2.18 2.18
Perlakuan P9 P3 P6 P8 P2 P5 P7 P1 P4 P0
Rataan 2.25 3.48 3.92 4.38 4.76 5.01 5.33 6.24 6.55 7.21 a b
Lampiran 7 : Persentase Intensitas Serangan S. litura pada Pengamatan 9 Hari Setelah Aplikasi (hsa)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0 14.12 14.25 15.75 44.12 14.71 P1 13.75 13.80 14.05 41.60 13.87 P2 12.05 12.25 12.65 36.95 12.32
P3 6.90 7.05 7.67 21.62 7.21
P4 14.00 13.90 14.75 42.65 14.22 P5 12.65 12.87 12.90 38.42 12.81
P6 8.25 9.65 8.90 26.80 8.93
P7 13.00 12.87 13.25 39.12 13.04 P8 10.87 11.65 10.80 33.32 11.11
P9 3.12 3.12 4.25 10.49 3.50
Total 108.71 111.41 114.97 335.09 111.70
Rataan 10.87 11.14 11.50 11.17
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F Hit F 0,05 F0,01
Perlakuan 9 348.44 38.72 76.90 ** 3.02 4.94
Galat 10 5.03 0.50
2.21 5.85 7.55 9.69 10.90 11.39 11.62 12.45 12.80 13.29
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 3.15 3.3 3.37 3.46 3.46 3.47 3.47 3.47 3.47 3.47 LSR 0.05 1.29 1.35 1.38 1.42 1.42 1.42 1.42 1.42 1.42 1.42
Perlakuan P9 P3 P6 P8 P2 P5 P7 P1 P4 P0
Lampiran 8 : Persentase Intensitas Serangan S. litura pada Pengamatan 12 Hari Setelah Aplikasi (hsa)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0 22.87 20.50 24.75 68.12 22.71 P1 20.80 21.25 20.05 62.10 20.70 P2 17.12 17.00 17.62 51.74 17.25
P3 6.90 7.65 8.80 23.35 7.78
P4 20.87 22.05 21.90 64.82 21.61 P5 18.25 18.87 17.65 54.77 18.26 P6 11.65 9.75 10.25 31.65 10.55 P7 20.00 19.65 19.80 59.45 19.82 P8 14.90 15.87 16.25 47.02 15.67
P9 3.75 4.12 5.12 12.99 4.33
Total 157.11 156.71 162.19 476.01 158.67
Rataan 15.71 15.67 16.22 15.87
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F Hit F 0,05 F0,01
Perlakuan 9 1059.16 117.68 67.64 ** 3.02 4.94
Galat 10 17.40 1.74
1.93 5.27 7.98 13.04 14.61 15.61 17.17 18.06 18.96 20.06
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 3.15 3.3 3.37 3.46 3.46 3.47 3.47 3.47 3.47 3.47 LSR 0.05 2.40 2.51 2.57 2.64 2.64 2.64 2.64 2.64 2.64 2.64
Perlakuan P9 P3 P6 P8 P2 P5 P7 P1 P4 P0
Lampiran 9 : Persentase Intensitas Serangan S. litura pada Pengamatan 15 Hari Setelah Aplikasi (hsa)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
P0 27.75 29.12 31.25 88.12 29.37 P1 26.75 27.12 26.12 79.99 26.66 P2 18.62 17.87 18.75 55.24 18.41
P3 7.25 9.62 8.75 25.62 8.54
P4 27.75 26.50 28.12 82.37 27.46 P5 21.80 23.87 22.90 68.57 22.86 P6 10.62 12.00 11.25 33.87 11.29 P7 23.25 25.12 24.75 73.12 24.37 P8 17.12 15.75 16.37 49.24 16.41
P9 4.37 4.62 6.00 14.99 5.00
Total 185.28 191.59 194.26 571.13 190.38
Rataan 18.53 19.16 19.43 19.04
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F Hit F 0,05 F0,01
Perlakuan 9 1960.69 217.85 114.40 ** 3.02 4.94
Galat 10 19.04 1.90
2.49 5.91 8.61 13.66 15.66 20.09 21.61 23.90 24.69 26.61
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 3.15 3.3 3.37 3.46 3.46 3.47 3.47 3.47 3.47 3.47 LSR 0.05 2.51 2.63 2.68 2.76 2.76 2.76 2.76 2.76 2.76 2.76
Perlakuan P9 P3 P6 P8 P2 P5 P7 P1 P4 P0
Lampiran 10 : Data Pengaruh Insektisida Nabati Terhadap Produksi Tanaman Sawi pada pengamatan 30 hari setelah tanam (hst)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
Total 13.35 12.15 11.40 36.90 12.30
Rataan 1.34 1.22 1.14 1.23
Daftar Sidik Ragam
SK dB JK KT F Hit F 0,05 F0,01
Perlakuan 9 6.47 0.72 5.79 ** 3.02 4.94
Galat 10 1.24 0.12
-0.01 0.08 0.16 0.16 0.25 0.58 0.79 0.93 1.08 1.34
P 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
SSR 0.05 3.15 3.3 3.37 3.46 3.46 3.47 3.47 3.47 3.47 3.47 LSR 0.05 0.64 0.67 0.69 0.70 0.70 0.71 0.71 0.71 0.71 0.71
Perlakuan P0 P4 P1 P7 P5 P2 P8 P6 P3 P9
Rataan 0.63 0.75 0.85 0.87 0.95 1.28 1.50 1.63 1.78 2.05