• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD KOTA TANJUNGPINANG (Studi pada PT. Tanjungpinang Makmur Bersama Tahun ) NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD KOTA TANJUNGPINANG (Studi pada PT. Tanjungpinang Makmur Bersama Tahun ) NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN PENYERTAAN MODAL DAERAH TERHADAP BUMD KOTA TANJUNGPINANG

(Studi pada PT. Tanjungpinang Makmur Bersama Tahun 2010-2015)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh: MENA ELVINA NIM : 130565201026

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG

(2)

1 Abstrak

Salah satu BUMD yang dimiliki Kota Tanjungpinang adalah PT. Tanjungpinang Makmur Bersama (PT. TMB). Dalam perjalanannya Pemko adalah pemilik saham dari PT. TMB tersebut. Dalam hal ini Pemko Tanjungpinang telah memberikan penyertaan modalnya sebanyak tiga kali yakni di tahun 2010, 2012, dan 2015. Sejak berdirinya PT. TMB yakni pada tahun 2010, PT. TMB belum pernah memberikan kontribusi PAD nya terhadap daerah. Padahal Pemko telah memberikan modal sebesar Rp. 6.600.000.000. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perumusan kebijakan penyertaan modal daerah terhadap PT. TMB pada tahun 2010, 2012, dan 2015 dengan menggunakan teori Nigro and Nigro. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan informan sebanyak 10 orang serta menggunakan teknik dan alat pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ditemukan bahwa dalam penelitian ini yakni kebijakan penyertaan modal daerah terhadap PT. TMB Kota Tanjungpinang pada tahun 2010 terlaksana secara baik, hal ini karena tidak ada faktor-faktor negatif yang mempengaruhi perumusannya. Penyertaan modal pada tahun 2010 ialah pemberian modal dasar yang berguna untuk pembentukan awal dan pembenahan PT. TMB yang baru diserahkan oleh Pemkab Bintan. Sedangkan pada tahun 2012, pelaksanaan perumusannya dikatakan kurang baik karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi yakni berupa tekanan dari luar, pengaruh sifat pribadi dan pengaruh kelompok luar. Pengaruh tersebut berasal dari partai politik, kelompok masyarakat pengguna jasa lapak BUMD serta pengutamaan kepentingan pribadi perumus kebijakan. Pada tahun 2015, pelaksanaannya sudah berjalan baik, karena tidak ada faktor negatif yang mempengaruhinya. Penyertaan modal pada tahun 2015 ini merupakan penyertaan modal yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan eks karyawan Bintan yang menuntut pesangon.

(3)

2

Abstract

One of BUMD owned by Tanjungpinang is PT. Tanjungpinang Makmur Bersama (PT. TMB). Pemko is the stock owner of the PT. TMB. In this case, Pemko Tanjungpinang has provided capital investment three times in 2010, 2012, and 2015. Since the establishment of PT. TMB in 2010, PT. TMB have never contributed their PAD toward the region. Whereas, Pemko has provided capital amounting to Rp. 6,600,000,000. The purpose of this research is to know the factors that influence the formulation of the policy of capital area inclusion against PT. TMB in 2010, 2012, 2015, and by using the theory of Nigro and Nigro. The methods used in this research is qualitative descriptive methods with informants as many as 10 people. It used the techniques and instruments of data collection in the form of observation, interview, and documentation.

The result of this research showed that a policy of capital area inclusion against PT. TMB at Tanjung Pinang in 2010 was done well. This is happened because there are no negative factors affecting their definitions. The inclusion of capital in 2010 is the granting of authorized capital for initial formation and revamping the new PT. TMB submitted by Bintan District. Whereas, in 2012, the implementation of their definitions are said to be less good because there are several factors that affect i.e. the pressure from outside, the influence of personal traits and outside groups. The influences come from political parties, community of BUMD service users and personal interests of the policy makers. In 2015, its implementation is already running good, as there are no negative factors which affected it. The inclusion of capital in 2015 is the inclusion of capital committed to solve the ex employee of Bintan who demanded severance.

(4)

1 A. PENDAHULUAN

Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 1999, daerah dengan segala kemampuan dan sumber daya yang ada mulai mengembangkan daerah otonomnya secara mandiri. Pelaksanaan otonomi daerah merupakan fokus penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan potensi dan kekhasan daerahnya masing-masing. Adapun konsekuensi DARI diberlakukannya otonomi daerah adalah daerah harus mampu meningkatkan pendapatannya, karena tingginya pendapatan daerah akan berpengaruh besar pada kesejahteraan masyarakatnya. Maka dari itu pemerintah daerah melakukan berbagai usaha untuk memperbesar penerimaan, salah satunya yaitu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Salah satu yang menjadi unsur penting dalam PAD adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, yang dalam hal ini berupa Bagian Laba atas Penyertaan Modal Pada Perusahaan Milik Daerah atau sering disebut dengan Badan Usaha Milik Bersama (BUMD). Badan Usaha Milik Daerah yang selanjutnya disingkat BUMD adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. BUMD didirikan berdasarkan peraturan daerah, dengan tujuan untuk menggerakkan perekonomian

daerah serta menjadi pemasok dana di dalam pendapatan daerah. Dengan demikian, BUMD tidak dapat diremehkan keberadaannya karena kontribusi laba dari BUMD akan meningkatkan pendapatan dan secara otomastis akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kontribusi BUMD terhadap PAD sangat diperlukan dalam hal ini, karena Pemerintah Daerah telah menanamkan modal besar kepada BUMD dan Pemerintah Daerah selaku investor terbesar berhak memperoleh laba dari BUMD setiap tahunnya. Begitu pula dengan BUMD Kota Tanjungpinang. BUMD yang ada di Kota Tanjungpinang masih belum memiliki kontribusi besar terhadap PAD Kota Tanjungpinang. Padahal, tujuan dari pembentukan BUMD ini adalah untuk meningkatkan untuk menggerakkan perekonomian daerah serta menjadi pemasok dana di dalam pendapatan daerah.

Tanjungpinang, memiliki dua BUMD yakni Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat Bestari (PD BPR Bestari) dan PT. Tanjungpinang Makmur Bersama (PT. TMB). Namun, berdasarkan data yang ada, PT. TMB yang berdiri sejak tahun 2010 belum memberikan kontribusi laba terhadap PAD Kota Tanjungpinang. Hal ini terlihat jelas pada tabel Kontribusi Laba BUMD PT. TMB Terhadap PAD Kota Tanjungpinang berikut:

(5)

2 Tabel 1.1

Kontribusi Laba BUMD PT. TMB Terhadap PAD Kota

Tanjungpinang Tahun 2010-2015

Sumber : DPPKAD Kota Tanjungpinang 2016, data diolah

Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa sejak tahun berdirinya BUMD PT. TMB yakni tahun 2010 hingga tahun 2015 PT. TMB belum memberikan kontribusi labanya terhadap PAD Kota Tanjungpinang. Bukan hanya itu, PT. TMB juga selalu mengalami kerugian selama menjalankan bidang usahanya. Annisa (2017: 18) mengatakan bahwa biaya operasional perusahaan yang tinggi mencapai 100 juta rupiah per bulan dengan pembiayaan yang mencapai 135 juta per bulan membuat BUMD harus mengalami kondisi rugi. Kerugian yang terjadi pada BUMD PT. Tanjungpinang Makmur Bersama juga disebabkan oleh strategi yang masih belum terlaksana secara keseluruhan. Seperti yang dikatakan Nando (2014:20) bahwa strategi BUMD hanya matang sampai pada tahap corporate strategy dan sumberdaya, namun lemah pada strategi program dan kelembagaan sehingga perlu

ditingkatkan penataannya. Hal ini menunjukkan belum tercapainya tujuan dari Perda No 4 Tahun 2007 tentang BUMD tersebut.

Berdasarkan data kepemilikan saham PT. TMB, rincian setoran modal saham Pemerintah Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut:

Tabel 1.2

Setoran Modal Saham Pemerintah Kota Tanjungpinang Terhadap

PT. Tanjungpinang Makmur Bersama

Tahun 2010-2015

Sumber: Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Tanjungpinang 2017, data diolah

Terlihat jelas berdasarkan tabel di atas, bahwa Pemerintah Kota Tanjungpinang telah memberikan modal sebesar Rp. 6.600.000.000 yang diberikan dalam tiga tahap, yakni tahun 2010 sebesar Rp. 1.600.000.000, tahun 2012 sebesar 2.500.000.000 dan tahun 2015 sebesar 2.500.000.000. Bukan hanya modal saham, Pemerintah Kota Tanjungpinang juga memberikan aset kepada PT. TMB yakni berupa pengelolaan terhadap Taman dan No. Tahun PAD

(Rupiah) Laba PT. TMB (Rupiah) Kontribusi (%) 1 2010 53.686.990.525,37 0,00 0 2 2011 68.012.880.681,74 0,00 0 3 2012 82.306.463.814,52 0,00 0 4 2013 110.931.826.514,71 0,00 0 5 2014 125.170.740.485,86 0,00 0 6 2015 122.893.490.240,50 0,00 0

No. Tahun Modal Saham (Rupiah) 1 2010 1.600.000.000 2 2012 2.500.000.000 3 2015 2.500.000.000

(6)

3 Kios Anjung Cahaya di Jl. Agus Salim, Melayu Square dan Ocean Corner Tepi Laut tanjungpinang, Pasar Baru I, Pasar Baru II, Pasar Bestari Bintan Center, serta Akau Potong Lembu.

Dalam hal ini, Pemerintah Kota Tanjungpinang memberikan kepercayaan kepada PT. TMB untuk mengelola aset tersebut agar menjadi lebih teratur dan dapat menghasilkan laba bagi PT. TMB. Namun, pada kenyataannya PT. TMB belum juga memberikan labanya terhadap PAD Kota Tanjungpinang. Padahal, jika dilihat, aset pasar dan akau yang diberikan pemerintah kota sangat potensial untuk menghasilkan pendapatan bagi PT. TMB.

Meskipun PT. TMB bukanlah satu-satunya sumber pendapatan daerah Kota Tanjungpinang, namun keberadaannya sangat potensial untuk membantu percepatan pembangunan daerah dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah pusat. Investasi dari Pemerintah Tanjungpinang inilah yang nantinya akan diolah oleh BUMD sehingga menghasilkan laba setiap tahunnya dan pembagian laba tersebut akan kembali kepada PAD Kota Tanjungpinang.

Berdasarkan pemaparan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam terhadap BUMD PT. Tanjungpinang Makmur Bersama berkaitan dengan faktor-faktor apa yang mempengaruhi perumusan

kebijakan penyertaan modal Pemerintah Kota Tanjungpinang terhadap BUMD PT. Tanjungpinang Makmur Bersama tahun 2010, 2012 dan 2015.

B. LANDASAN TEORI

a. Kebijakan Publik

Secara umum, kebijakan sering dikaitkan dengan undang-undang, peraturan, program dan keputusan publik. Namun untuk memahami lebih lanjut, pengertian kebijakan publik diperjelas oleh beberapa ahli, diantaranya yakni pendapat Anderson dalam Wahab (2015:8) bahwa kebijakan itu adalah suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi. Sedangkan menurut Anggara (2014:14), kebijakan publik (public policy) merupakan rangkaian pilihan yang lebih kurang saling berhubungan (termasuk keputusan-keputusan yang tidak bertindak) yang dibuat oleh badan dan pejabat pemerintah.

Dye dalam Suharto (2005:44) mengatakan bahwa kebijakan Negara adalah Whatever government choose, to do or not to do yang artinya kebijakan Negara adalah apapun yang diambil pemerintah baik melakukan sesuatu itu atau tidak melakukan sama sekali. Yang diartikan bahwa melakukan sesuatu

(7)

4 menjadi keputusan, maka tidak melakukan apa-apa sama sekali adalah juga keputusan, karena pemerintah sebagai pihak yang memiliki kekuasaan (karena membawahi polisi, militer, jaksa, dan berbagai pemegang pengamanan dan ketertiban) dapat saja mencegah segala sesuatu seperti kebakaran, pencurian, perjudian, dan berbagai kriminalistas, dan apabila hanya diam akan dianggap sengaja melindunginya untuk maksud materialistik (Syafiie, 2014:355).

Namun, menurut Wahab (2015:14), meskipun pengertian kebijakan yang dikatakan Dye cukup akurat, tapi tidak cukup memadai untuk mendeskripsikan substansi atau esensi kebijakan publik yang sesungguhnya. Dengan pemaknaan yang seperti yang digagas oleh Dye itu, kemungkinan akan menimbulkan kerancuan tertentu.

Nugroho (2012:30) mengatakan kebijakan publik menentukan bentuk suatu kehidupan setiap bangsa dan Negara. Semua Negara menghadapi masalah yang relatif sama, yang berbeda adalah bagaimana respon terhadap masalah tersebut. Respon ini yang disebut sebagai kebijakan publik.

Kebijakan publik bersifat sangat penting, eksistensinya tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan bernegara. Pemerintah yang memiliki otoritas mengatur sebuah Negara akan mengutamakan kebijakan publik untuk memecahkan

setiap masalah yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat. Kebijakan yang diambil tentu masih dalam koridor mereka tanpa mengganggu atau pun bertolak belakang dengan kebijakan yang lainnya.

b. Perumusan Kebijakan Publik

Kebijakan publik tidak muncul begitu saja, ada proses yang dilalui sehingga menghasilkan sebuah kebijakan yang memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat. Perumusan kebijakan merupakan tahap terpenting untuk menghasilkan suatu kebijakan yang tepat. Hal ini dikemukan oleh Nugroho (2012:539), bahwa perumusan kebijakan publik adalah inti dari kebijakan publik karena di sini dirumuskan batas-batas kebijakan itu sendiri.

Dalam perumusan kebijakan publik banyak faktor yang harus diperhatikan karena hal ini menyangkut kehidupan masyarakat luas. Sehingga dalam perumusannya, kebijakan tersebut dibuat bukanlah untuk kepentingan golongan politisi saja, melainkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat luas demi terciptanya keamanan dalam kehidupan bernegara.

c. Perumus Kebijakan

Menurut Ali dkk (2012:53) perumus kebijakan adalah mereka para pemegang otoritas atau lembaga yang karena otoritas dimilikinya

(8)

5 dapat menjadi perumus kebijakan yaitu tidak saja mereka yang dikategorikan sebagai pembuat kebijakan akan tetapi mereka yang mengamankan kebijakan serta sekaligus mereka para kelompok sasaran dalam berbagai karateristiknya. Lembaga pembuatan kebijakan meliputi lembaga legislatif, lembaga eksekutif, para administrator dan kehakiman walaupun masing-masing mewujudkan tugas pembuatan kebijakan yang saling berbeda sebagai mana dijelaskan ringkas di bawah ini:

1. Lembaga legislatif, sebagaimana ajaran Montesquie dan para pemikir filsafat sezaman menegaskan sebagai lembaga pembuat aturan perundang-undangan. Namun jika memperhatikan proses kegiatan yang berlangsung, proses yang berkenaan dengan perbuatan berpikir yang dilakukan oleh anggotanya dalam suatu sistem yang diperlukan, sesungguhnya mereka bekerja dalam konsentrasi dengan tugas pusat politik dari pembentukan hukum dan menetapkan kebijakan dalam sistem politik.

2. Lembaga eksekutif, teori Montesquie yang dikenal dengan Trias Politika, teori yang membagi kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan atas tiga bidang kekuasaan, satu di antaranya adalah bidang

eksekutif. Teori ini memberikan arahan berpikir bahwa kekuasaan eksekutif adalah bidang yang bersangkut paut dengan pelaksanaan aturan yang dibuat oleh bidang legislative, tegasnya sebagai bidang yang melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh lembaga legislatif, kebijakan yang bersifat stratejik yang secara actual dirumuskan dalam bentuk Undang-Undang. Namun, keberadaan lembaga eksekutif tidak saja sebagai lembaga pelaksana kebijakan stratejik, tetapi dalam lokus kebijakan karena otoritas yang diemban dan dimilikinya memungkin pula lembaga ini dapat berkedudukan sebagai pembuat kebijakan publik.

3. Agen-agen (pelaku-pelaku) administrasi. Pada dewasa ini, keberadaan badan administrasi menjadi mutlak karena politik dan administrasi berkedudukan dalam teori sistem adalah saling berhubungan dan malah berinteraksi dalam sistem yang lebih luas. Oleh karena itu badan administrasi berkedudukan sebagai agen administrasi yang menjadi bagian dari pengembangan kebijakan publik. Menurut Agustino (2012: 34), instansi administrasi pun merupakan sumber utama susulan perundang-undangan dibuat dalam suatu sistem politik.

(9)

6 Lebih jauh lagi, instansi administrasi tidak hanya mampu mengusulkan perundangan yang dibutuhkan/diinginkan tetapi, lebih dari itu, secara aktif mereka mendekati dan berusaha untuk mendesakkan penggunaannya. Oleh karena itu, benar sekali bila sebuah dictum mengatakan, bahwa “kebijakan tergantung pada kemurahan hati administraturnya.”

4. Partisipator tidak resmi, di dalam proses pembuatan kebijakan publik sangat diperlukan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber seperti para kelompok pemerhati yang biasanya terhimpun dalam lembaga swadaya masyarakat, organisasi partai politik, organisasi masa, organisasi profesi, media komunikasi dan bias mungkin para penduduk. Keikutsertaan mereka dalam proses, menempatkan mereka sebagai pembuat kebijakan public namun harus dipandang sebagai para partisipator yang tidak resmi. Oleh karena itu, apa yang disebut pelaku kebijakan (stakehorder) adalah semua yang terlibat dalam kebijakan baik pada perumusan, maupun pada implementasi.

d. Penyertaan Modal

Penyelenggaraan pemerintah daerah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dana dari Pemerintah Daerah. Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), maka pemerintah harus kreatif menggunakan keuangan daerah yang ada. Salah satu cara yang dilakukan daerah untuk meningkatkan PAD adalah dengan melakukan penyertaan modal terhadap perusahan-perusahaan daerah seperti Badan Usaha Milik Bersama (BUMD).

Berdasarkan Perda Kota Tanjungpinang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Pihak Ketiga, bahwa Penyertaan modal daerah adalah setiap usaha dalam menyertakan modal Daerah pada suatu usaha bersama dengan pihak ketiga dan atau pemanfaatan modal daerah oleh pihak ketiga dengan suatu imbalan tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, menambah pendapatan Daerah dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Maka dari itu, peran dari pihak ketiga yang mendapat penyertaan modal daerah haruslah berperan guna mendapatkan laba sehingga dapat meningkatkan PAD Kota Tanjungpinang.

Penyertaan modal daerah yang berupa uang dianggarkan dalam APBD dan dilaksanakan dengan peraturan atau keputusan walikota. Penyertaan modal daerah yang telah masuk dalam APBD harus

(10)

7 dirapatkan kembali untuk mendapatkan persetujuan. Hasil usaha berupa laba yang diperoleh oleh pihak ketiga menjadi hak daerah kemudian disetor ke kas daerah dan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah.

e. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Berkaitan dengan kewenangan Pemerintah Daerah dalam mewujudkan otonomi daerah yang baik, daerah akan dituntut untuk mampu menghasilkan sumber pendapatan di berbagai bidang. Salah satu yang dilakukan daerah adalah dengan membentuk perusahaan daerah. Adapun berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, tujuan dari Perusahaan Daerah adalah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah khususnya, dan pembangunan ekonomi nasional umunya, dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketentraman serta kesengan kerja dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Perusahaan daerah yang kita kenal adalah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Berdasarkan Perda Kota Tanjungpinang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Badan Usaha Milik Daerah, bahwa BUMD sebagai unit ekonomi yang tidak dapat dipisahkan

dari sistem ekonomi daerah, bertujuan membantu dan menunjang kebijakan umum Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengusahakan bidang ekonomi.

Selain itu, BUMD didirikan dengan maksud untuk menggali potensi ekonomi daerah sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah, menciptakan iklim kondusif sehingga memberikan rasa aman dalam berinvestasi, serta menjadi penggerak ekonomi daerah. Tidak hanya sebatas itu, tujuan dari BUMD ini juga untuk menciptakan kesempatan kerja dan peluang usaha guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam menjalankan usahanya, BUMD menggunakan sebagian besar modal dari Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah memiliki seluruh atau sekurang-kurangnya 51% (lima puluh satu persen) yang berasal dari APBD berupa kekayaan daerah yang dipisahkan atau sumber dana yang sah lainnya. Dengan demikian, Pemerintah Daerah adalah pemegang saham terbesar dalam sebuah BUMD dan berhak mendapatkan 40% dari laba bersih yang akan dimasukkan ke kas daerah sebagai Pendapatan Asli Daerah.

Dengan demikian, fungsi BUMD sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dalam

(11)

8 bidang pembangunan dan perekonomian. Dengan adanya BUMD dirasa mampu menaikkan gairah perekonomian di masyarakat sehingga akan mempengaruhi kas masuk dalam PAD.

C. METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. dalam penelitian deskriptif ini peneliti hanya melihat gambaran mengenai fenomena-fenomena yang terjadi di tengah masyarakat, khususnya mengenai penyertaan modal daerah terhadap BUMD Kota Tanjungpinang terkhusus PT. Tanjungpinang Makmur Bersama. b. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini secara khusus dilakukan di PT. Tanjungpinang Makmur Bersama. Alasan memilih lokasi tersebut adalah karena PT. Tanjungpinang Makmur Bersama adalah salah satu bidang usaha yang mendapat penyertaan modal dari daerah. Selain itu adalah di DPRD Kota Tanjungpinang Tanjungpinang selaku pejabat publik yang membahas mengenai penyertaan modal daerah.

c. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari informan melalui wawancara. Dengan wawancara mendalam, bisa digali apa yang tersembunyi disanubari seseorang, apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan (Bungin, 2012:67). Data Sekunder yaitu data yang diperoleh tidak melalui wawancara, melainkan dari sumber lain berupa dokumen-dokumen dan literatur, seperti gambaran umum lokasi penelitian, data uraian tugas serta struktur organisasi berkaitan dengan lembaga terkait yakni PT. Tanjungpinang Makmur Bersama dan DPRD Kota Tanjungpinang.

d. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Observasi, Observasi atau pengamatan menurut Narbuko dan Achmadi (2013:70) adalah “alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistemik gejala-gejala yang diselidiki.” Untuk teknik observasi atau pengamatan, dilakukan secara langsung dilapangan berkenaan dengan evaluasi penyertaan modal daerah terhadap BUMD Kota Tanjungpinang yakni PT.

(12)

9 Tanjungpinang Makmur Bersama.

2. Wawancara, Wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh dua orang guna menggali informasi tertentu. Menurut Saebani (2008: 190) “Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam”.

Dalam penelitian ini wawancara akan ditujukan pada Walikota Tanjungpinang, Komisaris PT. TMB, direktur PT. TMB, TAPD serta anggota DPRD komisi II, dikarenakan pihak-pihak tersebut adalah pihak yang mengetahui jelas tentang masalah yang akan akan diteliti.

D. PEMBAHASAN

PT. Tanjungpinang Makmur Bersama (PT. TMB) adalah salah satu BUMD yang dimiliki oleh Tanjungpinang. Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa PT. TMB telah memperoleh suntikan modal sebesar 6.600.000.000 sejak tahun berdiri yakni 2010-2015. Penyertaan modal terhadap sebuah BUMD yang dalam hal ini adalah PT. TMB merupakan

hal yang sangat penting. Modal sebagai faktor pendukung yang paling penting tidak dapat dipinggirkan dalam fungsinya karena dalam menjalankan sebuah kegiatan usaha tidak mungkin tanpa adanya modal.

Dengan adanya modal, pimpinan perusahaan beserta direksi dapat menyusun berbagai program maupun kegiatan usaha yang strategis dan berpeluang sehingga mengarahkan pada tujuan yang lebih jelas dan dapat dicapai. Tidak hanya itu, penyertaan modal yang dilakukan juga dapat menjadi tabungan bagi Pemko untuk menambah Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) melalui pembagian dividen.

Maka dari itu, dalam proses perumusan anggaran penyertaan modal tentu ada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Meskipun hal itu akan mempengaruhi hasil keputusan yang diambil, namun tetap saja berbagai faktor baik dari luar maupun dalam akan tetap mempengaruhi. berikut dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perumusan kebijakan penyertaan modal pada PT. TMB tahun 2010, 2012, dan 2015.

(13)

10 a. Adanya Pengaruh Tekanan

Dari Luar

Pada hakikatnya, perumusan sebuah kebijakan haruslah memperhatikan segala alternatif yang rasional tanpa adanya tekanan-tekanan dari luar yang mempengaruhi, karena ia merupakan proses untuk menciptakan sebuah kebijakan yang rasional dan mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Namun pada kenyataannya, perumusan sebuah kebijakan tidak dapat dipisahkan dari dunia nyata, sehingga tekanan-tekanan dari luar masih ikut berpengaruh.

Pada Tahun 2010, Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Badan Usaha Milik Daerah, Pemerintah Kota Tanjungpinang mendirikan sebuah BUMD yang diberi nama PT. Tanjungpinang Makmur Bersama sekaligus melakukan penyertaan modal pada tahun yang sama sebesar Rp.1.600.000.000. Dalam proses perumusan kebijakan penyertaan modal tersebut tidak terdapat pengaruh tekanan dari luar, hal ini dikarenakan penyertaan modal pada tahun 2010 merupakan penyertaan modal dasar yang ditujukan untuk pembentukan awal PT. TMB. Dan penyertaan modal yang dilakukan pun dalam hal usaha perusahaan sehingga tidak terdapat tekanan dari pihak manapun. Tahun 2010 adalah

tahun pembentukan PT. TMB yang merupakan awal dari terwujudnya keinginan Pemerintah Kota Tanjungpinang memiliki Sebuah BUMD yang nantinya akan membantu perekonomian Tanjungpinang. Pemerintah pada tahun tersebut memberikan penyertaan modal terhadap PT. TMB dengan tujuan untuk pembentukan perusahaan tersebut, meskipun PT. TMB pada saat itu tidaklah kosong melainkan limpahan dari Pemkab Bintan, namun tetap saja harus ada perbaikan yang harus dilakukan terhadap perusahaan tesebut.

Penyerahan aset yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bintan pada saat itu mengharuskan Pemko Tanjungpinang mengeluarkan anggaran lebih untuk PT. TMB. Keadaan kantor serta aset yang tidak lagi mampu menopang kegiatan perusahaan harus segera direvitalisasi guna mendukung perkembangan perusahaan plat merah tersebut. Pembenahan tidak hanya dilakukan pada kantor saja, tetapi juga pada aset yang akan dikelola yaitu pasar. Pembenahan yang dilakukan bukanlah tanpa tujuan, dengan melakukan pembenahan maka akan menambah pendapatan perusahaan.

Pada tahun 2012, Pemerintah Kota Tanjungpinang kembali memberikan penyertaan modal terhadap PT. TMB sebesar 2,5 milyar. Hal ini menimbang

(14)

11 bahwasannya pada tahun tahun 2012 merupakan tahun dimana PT. TMB masih dalam merugi dan belum bisa memberikan dividennya pada Pemerintah Kota Tanjungpinang. Kerugian PT. TMB pada saat itu disebabkan oleh biaya operasional yang besar dan tidak mampu ditutupi oleh pendapatan perusahaan. Berdasarkan analisa peneliti, perumusan kebijakan penyertaan modal pada PT. TMB tahun 2012 terdapat tekanan dari luar. Tekanan dari luar yang dimaksud adalah tekanan yang diberikan oleh kelompok masyarakat pengguna lapak BUMD dalam hal tarif sewa lapak usaha dan tekanan politis yang diberikan oleh partai politik.

Kecilnya penghasilan yang diperoleh oleh PT. TMB dalam mengelola pasar menjadikan PT. TMB harus mampu mencari jalan lain untuk meningkatkan pendapatannya. Kegiatan usaha yang dilakukan pada saat itu adalah dengan usaha tower, semen dan lain sebagainya. Maka dari itu Pemko Tanjungpinang menyertakan modal sebesar 2,5 M untuk pengembangan bisnis tersebut. Rendahnya pendapatan PT. TMB dari aset pasar disebabkan oleh tarif sewa lapak yang rendah. Keengganan PT. TMB untuk menaikkan tarif tersebut disebabkan oleh fungsi sosial yang melekat pada PT. TMB. Jika dilihat secara professional, maka PT. TMB yang merupakan sebuah perusahaan haruslah mengedepankan fungsi

profitnya, karena mereka memiliki kewajiban memberikan dividen terhadap Pemko Tanjungpinang. Namun dilain sisi, PT. TMB juga harus melaksanakan fungsi sosial, hal ini karena pengelolaan pasar berada di PT. TMB dan sudah diketahui bahwa PT. TMB adalah milik Pemko Tanjungpinang.

Sulitnya menaikkan tarif sewa pasar pada saat itu dikarenakan mengingat bahwa pengguna jasa lapak di pasar adalah masyarakat kelas menengah ke bawah. Dengan tetap menjaga fungsi sosial agar tidak terjadi pergejolakan, maka pada saat itu PT. TMB lebih memilih usaha lain yang tidak bersinggungan dengan pasar. Dengan demikian PT. TMB dapat dengan professional mengelola bisnis baru tanpa ada tekanan dari pengguna lapak di pasar.

Selain itu, tekanan dari luar yang terlihat pada tahun 2012 adalah berupa tekanan politis yang dalam hal ini dilakukan oleh partai politik. Partai politik merupakan salah satu aktor tidak resmi dalam perumusan kebijakan. Dalam prosesnya, partai politik mampu mempengaruhi keputusan yang diambil oleh para pembuat kebijakan. Yang dalam hal ini akan memberikan keuntungan baik secara politis maupun pribadi. Kuatnya pengaruh partai politik dalam perumusan kebijakan, menjadikan suatu kebijakan yang dihasilkan akan memberikan

(15)

12 keuntungan tersendiri bagi kelompok tersebut. Dengan demikian kepentingan secara umum yang menyangkut masyarakat luas terabaikan karena terkalahkan oleh tekanan yang kuat dari partai politik tersebut. Partai politik baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan berbagai tekanan terhadap wakilnya yang mendapat kursi. Dengan demikian, tujuan partai politik dalam mempengaruhi kebijakan dapat dilakukan.

Dalam hal ini, sangat jarang diakui secara langsung oleh para pembuat keputusan bahwasannya terdapat pengaruh dari partai politik, sebagian dari mereka menyangkal dan mengatakan bahwa tidak terdapat tekanan dari partai politik. Namun proses demokrasi tidak bisa menutupi hal tersebut. Dengan demikian, pada tahun 2012, penyertaan modal terhadap PT. TMB dipengaruhi oleh tekanan dari partai politik. Tekanan yang akan mempengaruhi perumusan kebijakan publik, baik itu menjadi pilihan yang rasional maupun tidak rasional sama sekali.

Pada penyertaan modal tahun 2015 diberikan atas dasar tekanan secara hukum yang mengharuskan PT. TMB untuk menyelesaikan kasus pesangon eks karyawan Bintan tersebut. Masalah ini bermula ketika Pemerintah Kabupaten Bintan menyerahkan aset BUMD PT. BIS (PT. Bintan Inti Sukses) kepada

Pemko Tanjungpinang. Aset yang diterima tersebut termasuk pelimpahan 39 orang karyawan yang kemudian dikelola oleh BUMD Kota Tanjungpinang yakni PT. TMB. Kemudian PT. TMB melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 39 karyawan tersebut, sehingga para karyawan menuntut pesangon.

Proses yang panjang untuk menentukan siapa yang harus membayar pesangon 39 karyawan tersebut pada akhirnya memastikan bahwa PT. TMB lah yang harus menyelesaikan masalah tersebut. Atas dasar hal itulah, Pemerintah Kota Tanjungpinang bersama DPRD menyetujui penyertaan modal 2,5 M di tahun 2015 untuk penyelesaian pembayaran pesangon eks karyawan Bintan tersebut.

Dengan demikian, tekanan yang mempengaruhi penyertaan modal terhadap PT. TMB pada tahun 2015 adalah tekanan secara hukum yakni gugatan dari kelompok eks karyawan Bintan yang menuntut pembayaran pesangon mereka. Tekanan tersebut memaksa pemerintah Kota Tanjungpinang untuk menganggarkan penyertaan modal terhadap PT. TMB guna menyelesaikan masalah hukum tersebut.

(16)

13 b. Adanya Pengaruh Kebiasaan Lama

Pada tahun 2010, modal yang diberikan Pemko Tanjungpinang adalah modal dasar yang diperuntukkan dan digunakan untuk pembentukan awal PT. TMB itu sendiri. Tahun 2010 yang mana merupakan tahun terbentuknya PT. TMB, menjadi tahun dimana segala persiapan untuk membentuk perusahaan plat merah tersebut. Modal yang diberikan 1,6 milyar merupakan modal dasar yang digunakan untuk pembentukan direksi, membeli perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan kantor, serta sebagainya yang dianggap perlu pada saat itu.

Pembentukan sebuah perusahaan tidaklah mungkin tanpa adanya penyertaan modal. Fungsi penyertaan modal yang sangat penting tersebut akan menjadi awal terbentuknya PT. TMB. Pemberian modal dasar dalam membangun sebuah badan usaha adalah hal yang wajar dilakukan, apalagi dengan kondisi badan usaha yang tidak optimal. Tidak kondusifnya aset yang diserahkan oleh Bintan terhadap Pemko Tanjungpinang yang dalam hal ini adalah PT. TMB, menjadikan PT. TMB harus melakukan pembenahan guna mengoptimalkan kembali aset-aset yang diterima. Maka dari itu, Pemko Tanjungpinang menyediakan anggaran 1,6 M untuk proses

pembentukan, pembenahan dan melengkapi peralatan kantor.

Dengan demikian, bahwa penyertaan modal tahun 2010 yakni sebesar 1,6 milyar digunakan untuk modal awal pembentukan PT. TMB tersebut. Berbeda pada tahun 2012, penyertaan modal kembali diberikan kepada PT. TMB yakni sebesar 2,5 milyar. Penyertaan modal tersebut berbeda tujuannya dengan penyertaan modal yang sebelumnya yakni pada tahun 2010. Penyertaan modal pada tahun 2012 ditujukan untuk pembentukan usaha-usaha baru yang akan dikelola oleh PT. TMB. Ini dilakukan karena melihat usaha yang ada pada PT. TMB masih terbilang minim yakni berupa pengelolaan pasar di Tanjungpinang. Maka dari itu, Pemko bersama DPRD menyetujui penambahan modal guna membangun usaha lain yang dianggap mampu menopang PT.TMB.

Melihat PT. TMB yang masih merugi saat itu, maka direksi PT. TMB berinisiatif ingin membangun beberapa bisnis yang dianggap mampu memberikan kontribusi pada daerah. Perencanaan bisnis yang harus matang dan dianggap layak harus diajukan oleh direksi kepada pemegang saham untuk kembali diberi masukan. Hal ini dikenal dengan istilah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

(17)

14 Pada tahun 2015, penyertaan modal yang digelontorkan oleh Pemko adalah sebesar 2,5 M. penyertaan modal tersebut disetujui karena pada saat itu ada tuntutan hukum yang mengharuskan PT. TMB untuk membayar pesangon eks karyawan Bintan. Masalah hukum yang dialami oleh PT. TMB terhadap eks karyawan Bintan menjadikan beban tersendiri untuk Pemko Tanjungpinang. Kekalahan PT. TMB diranah hukum terhadap kasus eks karyawan tersebut, mengharuskan PT. TMB untuk membayar pesangon tersebut. Maka dari itu, pemerintah Kota Tanjungpinang menganggarkan 2,5 milyar agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, jelas bahwa penyertaan modal pada tahun 2015 adalah untuk penyelesaian kewajiban PT. TMB untuk membayar pesangon eks karyawan Bintan yang di PHK oleh PT. TMB. Permasalahan panjang untuk menentukan siapa yang harus membayar pesangon eks karyawan Bintan karena pada dulunya karyawan tersebut bekerja untuk PT. BIS, namun setelah penyerahan aset, maka segala aset termasuk 39 karyawan tersebut juga sudah menjadi tanggungjawab dari PT. TMB.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam penyertaan modal Pemko Tanjungpinang terhadap PT. TMB

tidak ada pengaruh kebiasaan lama, hal ini dikarenakan penyertaan modal yang dilakukan memiliki tujuan yang berbeda di setiap tahunnya. Pada tahun 2010, penyertaan modal dilakukan untuk pembentukan awal PT. TMB yang baru menerima limpahan aset dari Bintan, pada tahun 2012 penyertaan modal dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan usaha baru agar dapat mengurangi kerugian saat itu, karena pada dasarnya penghasilan yang didapat dari pasar tidak mampu menutup biaya operasional perusahaan. Lalu pada tahun 2015, penyertaan modal diperuntukkan untuk membayar pesangon eks karyawan Bintan yang menuntut melalui jalur hukum. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan pada kegiatan usaha yang dikembangkan oleh PT. TMB dari tahun ke tahun.

c. Adanya Pengaruh Sifat Pribadi Dalam merumuskan sebuah kebijakan penyertaan modal, terdapat sifat pribadi yang mempengaruhinya. Sifat pribadi tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat kepentingan individu di setiap proses perumusannya, baik itu berkaitan dengan stratanya, jabatan ataupun yang lainnya serta sifat lain yang secara tidak langsung ikut mempengaruhi sebuah keputusan.

Pertimbangan Pemko menyertakan modal pada PT. TMB

(18)

15 yakni awal 2010 adalah hanya untuk awal pendirian PT. TMB itu sendiri. Dana yang diberikan Pemko Tanjungpinang pun bertujuan untuk membenahi BUMD yang merupakan limpahan dari Bintan tersebut. Sehingga dalam hal ini tidak adanya pengaruh sifat pribadi dari perumus kebijakan dalam penyertaan modal PT. TMB. Belum adanya direksi yang terpilih pada saat itu, menjadikan Pak Marzul selaku plt untuk memegang sementara jabatan sebagai direktur PT. TMB. Dalam jangka 6 bulan setelah terbentuknya PT. TMB maka dibentuklah direksi baru untuk menakhodai perusahaan plat merah tersebut.

Pada tahun 2012, pembahasan penyertaan modal terhadap PT. TMB kembali terjadi. Usaha PT. TMB saat itu untuk meyakinkan DPRD berbuah manis. Dibuktikan dengan penambahan modal sebesar 2,5 milyar teruntuk pengembangan usaha lainnya. Dalam pembahasan tersebut dihadiri oleh pimpinan PT. TMB yang diwakili oleh Ibu Eva Amalia selaku direktur dan Pak Yuswandi selaku komisaris. Pada tahun ini, berdasarkan analisa peneliti, ada pengaruh sifat pribadi dalam perumusan kebijakan penyertaan modal pada PT. TMB yakni berupa keuntungan pribadi dan faktor kedekatan antara anggota DPRD dengan direktur PT. TMB saat itu.

Secara pribadi, keuntungan akan diperoleh oleh perumus kebijakan tersebut, yakni jika keputusan yang ia tawarkan diterima, maka akan berpengaruh pada konstituennya. Dengan demikian, tujuan politis tampak dalam hal ini. Pilihan kebijakan yang ia ambil akan dipengaruhi atas dasar untuk mempertahankan massanya yang dalam arti adalah masyarakat yang mendukungnya. Dengan mempertahankan massanya maka ia akan tetap memiliki suara yang cukup untuk kembali mendapatkan kursi di DPRD. Maka itu, kepentingan secara pribadi dirasakan pada saat perumusan kebijakan tersebut.

Adanya faktor kedekatan pada saat itu, menjadikan anggota DPRD tersebut memihak terhadap direktur PT. TMB. Kedekatan seseorang akan sulit untuk dilepaskan dalam perumusan kebijakan. Hal ini juga menjadi permasalahan umum yang biasa terjadi. Faktor kedekatan, hubungan kekerabatan dan lain sebagainya sepertinya akan tetap menjadi pertimbangan dalam segala hal termasuk perumusan kebijakan penyertaan modal. Padahal disisi lain harus ada pertimbangan secara rasional terhadap pilihan yang ada, sehingga segala faktor yang menjadikan pilihan tersebut tidak rasional harus dipinggirkan.

(19)

16 Dengan demikian, pada tahun 2012 terdapat pengaruh sifat pribadi dalam perumusan penyertaan modal PT. TMB. Meskipun tidak diakui secara langsung oleh para pembuat keputusan lainnya, namun memang dalam perjalanannya sistem demokrasi akan sulit menghapuskan hal tersebut. Sifat pribadi sebenarnya sangat mengganggu dalam perumusan kebijakan publik. Hal ini karena akan mempengaruhi hasil keputusan menjadi tidak rasional dan hanya menguntungkan beberapa pihak saja. Padahal sudah diketahui secara umum bahwa kebijakan publik haruslah menjadi sebuah aturan yang berpihak pada masyarakat luas.

Tahun 2015, Pemko Tanjungpinang kembali memberikan penyertaan modalnya terhadap PT. TMB yakni sebesar 2,5 milyar. Tidak adanya kepentingan secara pribadi dalam perumusan kebijakan saat itu, karena anggaran yang diberikan Pemko Tanjungpinang hanya untuk masalah hukum. Hal ini wajar dilakukan oleh perumus kebijakan karena tuntutan yang dilakukan oleh 39 eks karyawan Bintan itu sudah masuk ke ranah Mahkamah Agung. Sehingga penetepan MA terhadap PT. TMB untuk segera membayar pesangon karyawan tersebut harus segera dilakukan oleh Pemko bersama PT. TMB.

d. Adanya Pengaruh Dari Kelompok Luar

Pengaruh kelompok luar merupakan faktor selanjutnya yang mempengaruhi dalam perumusan kebijakan penyertaan modal terhadap PT. TMB. Kelompok luar yang mempengaruhi dalam hal ini adalah kelompok yang secara tidak langsung memiliki kepentingan atas kebijakan yang dibuat. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, bahwa terdapat pengaruh kelompok luar dalam perumusan kebijakan penyertaan modal PT. TMB.

Menurut peneliti, pada tahun 2010, tidak ada pengaruh dari kelompok luar dalam penyertaan modalnya, karena pada tahun ini adalah tahun pembentukan BUMD Kota Tanjungpinang yakni PT. TMB. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penyertaan modal yang diberikan pada tahun 2010 merupakan modal dasar yang akan dipergunakan untuk pembentukan PT. TMB itu sendiri. Hal ini bermula ketika Pemko Tanjungpinang ingin memiliki sebuah perusahaan yang dikelola oleh daerah, maka sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 4 Tahun 2007 tentang BUMD dibentuklah sebuah perusahaan yang kemudian diberi nama PT. TMB.

Berdasarkan hasil wawancara terlihat jelas bahwa memang pengaruh kelompok luar dalam

(20)

17 perumusan kebijakan penyertaan modal terlihat pada tahun 2012, yakni berupa kelompok masyarakat yang menggunakan jasa BUMD. Pengaruh yang terjadi adalah, saat PT. TMB mengalami kerugian yang disebabkan penghasilan dari tarif sewa yang terlalu rendah, PT. TMB pada saat itu tidak mampu menaikkan tarif sewa pasar dikarenakan takut merusak fungsi sosial pada saat itu. Namun di lain sisi, PT. TMB juga harus mampu mencari profit. Sehingga dalam pengajuan RKAP (Rencana Kerja Anggaran Perusahaan), memfokuskan pada usaha lain yang tidak berpengaruh langsung pada pengelolaan. Hal ini bertujuan agar PT. TMB saat itu mampu menghasilkan keuntungan lain di bidang usaha yang lain pula.

Dari penjelasan di atas, tergambar bahwa PT. TMB selaku BUMD Kota Tanjungpinang berada di posisi yang dilema, di satu sisi PT. TMB harus mencari profit, dan di sisi lain PT. TMB harus melaksanakan fungsi sosial. Namun, pada dasarnya PT. TMB yang menjalankan sebuah perusahaan dengan berdasarkan undang-undang PT harus memfokuskan pada profit. Namun karena BUMD adalah perusahaan plat merah, dia juga harus melaksanakan fungsi sosialnya.

Pengaruh dari kelompok luar yang terjadi pada tahun 2012 juga

terdapat dari kelompok politik. Jika dilihat dari hasil wawancara, dikatakan bahwa dalam perumusan kebijakan penyertaan modal pada tahun 2012 terdapat kepentingan kelompok yang mempengaruhinya. Secara demokrasi, partai politik memang sangat mempengaruhi dalam perumusan sebuah kebijakan, ditambah lagi dengan kekuatan pengusul yang duduk pada saat itu. Mereka dapat dengan mudah mempengaruhi hasil keputusan karena mereka memiliki orang-orang yang berpihak pada mereka. Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa secara politis, partai politik memiliki kepentingan atas segala kebijakan yang diambil. Meskipun secara langsung berpengaruh terhadap massa individual, namun tidak dipungkiri bahwa partai politik mendapatkan keuntungan dari hal tersebut, sekalipun sebagian masyarakat menerima kebijakan tersebut. Maka itulah partai politik merupakan perumus kebijakan tidak resmi sekaligus kelompok luar yang mampu mempengaruhi segala kebijakan yang dibuat oleh administrator.

Pada tahun 2015, Pemko Tanjungpinang harus mempersiapkan anggaran 2,5 milyar untuk membayar seluruh pesangon yang menggugat pada waktu itu. Hal ini merupakan desakan yang kuat karena permasalahan ini sudah masuk ke dalam ranah hukum.

(21)

18 Dengan demikian, bahwa pada tahun 2015, anggaran yang diberikan oleh Pemko Tanjungpinang terhadap PT. TMB adalah anggaran yang digunakan hanya untuk penyelesaian tuntutan eks karyawan tersebut. Maka itu, kelompok luar yang dimaksud adalah kelompok eks karyawan PT. BIS yang menuntut pembayaran pesangon mereka. Desakan yang mereka lakukan ditambah lagi melalui jalur hukum membuat PT. TMB, Pemko Tanjungpinang serta DPRD harus memfokuskan anggaran untuk masalah tersebut. Maka dari itulah pada tahun 2015, PT. TMB mendapatkan penyertaan modal. e. Adanya Pengaruh Keadaan Masa Lalu

Pihak yang terlibat berasal dari DPRD merupakan pihak yang memang pada dasarnya memiliki pemahaman terhadap bidang penganggaran dan ekonomi. Seperti Ibu Reni, Pak Asep Nana Suryana, beliau sudah berada di bidang ekonomi sejak dulu.

Ibu Reni yang dulunya bekerja di sebuah perusahaan asuransi, setidaknya memiliki basic ekonomi. Sedangkan Pak Asep Nana Suryana, sudah menjadi anggota DPRD di komisi II sejak periode sebelumnya. Salah satu TAPD yakni Bapak Nopirman Syahputra memiliki keahlian dibidang akuntansi. Sehingga beliau sudah memiliki

basic penganggaran sejak dulu. Sehingga peneliti dalam hal ini menggambarkan jelas bahwa DPRD dan TAPD sudah fasih dalam hal penganggaran tersebut. Apalagi, penganggaran awal PT. TMB bukanlah untuk pembentukan rencana usaha baru yang harus memiliki uji kelayakan. Namun ditujukan untuk pembentukan kantor serta proses pembenahan PT. TMB tersebut.

Pada tahun 2012, bahwa perumusan kebijakan dilakukan oleh anggota DPRD komisi II yang memang membidangi bagian ekonomi, serta direksi yang juga berlatar belakang ekonomi, serta TAPD yang juga membidangi anggaran daerah. Hal ini sebenarnya cukup membantu, namun tetap saja akan mendapat hambatan tertentu dikarenakan pengalaman yang berbeda-beda akan menghasilkan pendapat yang berbeda-beda pula.

Ibu Reni adalah salah satu anggota DPRD yang terlibat pada saat itu, dengan basicnya ekonomi yang mana beliau merupakan lulusan SMK Pembangunan Kota Tanjungpinang, dan kemudian beliau juga lulusan dari STIE Pembangunan Tanjungpinang. Tidak hanya itu, beliau juga pernah bekerja sebagai agent dan personal assistant manager PT. Prudential Life Assurance. Persentuhannya dengan dunia bisnis ini membuat ia memahami lebih jauh terkait persoalan ekonomi sebagai

(22)

19 daya dorong kemajuan masyarakat Tanjungpinang.

Pihak lain terlibat pada tahun ini adalah Pak Asep Nana Suryana selaku anggota DPRD Kota Tanjungpinang komisi II. Memiliki basic ekonomi yang dibuktikan dengan selama tiga periode menjabat sebagai anggota DPRD komisi II, serta pernah menjabat sebagai manajer di sebuah hotel, menjadikan beliau memiliki dasar untuk merumuskan sebuah kebijakan anggaran. Di lain pihak yakni selaku pemegang saham saat itu yakni Ibu Suryatati A. Manan, juga memiliki basic dasar ekonomi. Beliau yang pernah menjabat sebagai kasubag perundang-perundangan, kasubag ekonomi, dispendag, camat dan pada akhirnya walikota Tanjungpinang. Berbeda dengan Pak Yuswandi yang juga terlibat dalam perumusan kebijakan penyertaan modal pada tahun 2012. Beliau memiliki basic hukum, serta pernah menjadi dosen.

Berdasarkan hasil wawancara, maka peneliti menyimpulkan bahwa latar belakang dari perumus kebijakan penyertaan modal PT. TMB pada tahun 2012 sudah dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki pemahaman tentang penganggaran. Meskipun tidak semua pihak tapi masing-masing dari mereka sebagian besar memiliki basic ekonomi sejak dulunya. Sehingga penganggaran bukanlah hal yang sulit bagi mereka.

Pengalaman terdahulu dalam merumuskan sebuah kebijakan sangatlah dibutuhkan. Teori dan pemahaman tanpa adanya pengalaman akan dirasa kurang mampu untuk merumuskan sebuah kebijakan yang berpengaruh pada masyarakat luas. Maka dengan itu, perumus kebijakan haruslah memiliki pengalaman yang lebih terhadap bidangnya agar mampu menghasilkan keputusan yang baik.

Pada tahun 2015, salah satu perumus kebijakan saat itu adalah Bapak Syahrial dan Ibu reni, dan dari pihak PT. TMB sendiri adalah Pak Yuswandi dan TAPD yaitu Bapak Nopirman Syahputra. Berdasarkan pemaparan pada tahun 2012, bahwa Pak Yuswandi dan Bu reni memang masing-masing memiliki latar belakang di bidang ekonomi. Tidak terkecuali pak Syahrial yang pada saat itu ikut membahas penyertaan modal terhadap PT. TMB.

Berdasarkan buku profil DPRD Kota Tanjungpinang, beliau adalah lulusan dari Fakultas Ekonomi Universitas Jayabaya, selain itu juga beliau pernah menjabat sebagai manajer PT. Purnabakti Karya Bintan pada tahun 1998-2010 dan juga pernah menjabat sebagai direktur PT. Pembangunan Kepri – BUMD Provinsi Kepri (2010-2013). Dari pengalaman tersebut, terutama sebagai direktur PT. Pembangunan Kepri-BUMD Provinsi Kepri, menjadikan dasar

(23)

20 pemahaman yang lebih terhadap suatu pengelolaan usaha atau bisnis. Hal ini juga menjadi pengaruh dalam perumusan kebijakan penyertaan modal pada saat itu. Sedikit banyak beliau yang pernah menjabat sebagai sebagai direktur BUMD tentu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaannya. Maka dari itu beliau dapat menggunakan pengalamannya tersebut dalam merumuskan kebijakan penyertaan modal pada PT. TMB.

TAPD yakni Pak Nopirman Syahputra juga salah satu perumus kebijakan yang memahami soal penganggaran. Beliau yang sejak dulu bekerja sebagai verifikasi akuntansi pelaporan sudah memiliki pemahaman yang lebih terhadap bidang ekonomi. Pernah menempuh pendidikan jurusan ekonomi serta kini menjadi Kabid Anggaran di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Tanjungpinang menjadikan beliau sangat fasih dalam soal penganggaran dan keuangan. Maka dari itu beliau telah menjadi TAPD sejak dulu hingga sekarang.

Dengan demikian, berdasarkan pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa perumusan kebijakan penyertaan modal PT. TMB pada tahun 2015 telah dilakukan oleh pihak-pihak yang memahami tentang penganggaran dan sudah memiliki

dasar ekonomi yang baik. Maka dari itu, pengalaman terdahulu tidak dapat dilepaskan manfaatnya dari segala aktivitas dikemudian hari. E. PENUTUP

Penyertaan modal merupakan suatu kebijakan yang dilakukan oleh

Pemerintah dalam

menyelenggarakan pemerintahan daerah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi dan penambahan PAD. Tidak hanya bisa mengharapkan dana dari pusat, daerah juga harus mampu meningkatkan pendapatan daerahnya. Salah satu yang dilakukan adalah dengan melakukan penyertaan modal terhadap badan-badan usaha yang dianggap mampu memberikan profit.

Perseroan Terbatas Tanjungpinang Makmur Bersama (PT. TMB) yang merupakan salah satu BUMD Kota Tanjungpinang telah mendapatkan penyertaan modal sebanyak tiga kali dalam tahun yang berbeda. Pada tahun 2010, perumusan kebijakan penyertaan modal terhadap PT. TMB dapat dikatakan baik karena tidak ada faktor-faktor negatif yang mempengaruhinya. Penyertaan modal pada tahun 2010 ini merupakan modal dasar yang ditujukan untuk pembentukan dan pembenahan PT. TMB yang pada

(24)

21 saat itu merupakan limpahan dari Pemkab Bintan. Dan dalam prosesnya juga dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki basic dan pemahaman ekonomi.

Pada tahun 2012, perumusan kebijakan penyertaan modal PT. TMB dikatakan kurang baik, hal ini karena masih ada faktor-faktor negatif yang mempengaruhinya seperti adanya pengaruh tekanan dari luar, pengaruh sifat pribadi dan pengaruh dari kelompok luar. Dalam hal ini pengaruh yang didapat berasal dari partai politik, kelompok masyarakat pengguna jasa lapak PT. TMB serta pengutamaan kepentingan pribadi perumus kebijakan.

Tahun 2015, perumusan kebijakan penyertaan modal dapat dikatakan baik, hal ini karena tidak adanya faktor-faktor negatif yang mempengaruhi. Penyertaan modal pada tahun 2015 adalah penyertaan modal yang dilakukan hanya untuk penyelesaian masalah eks karyawan Bintan yang menuntut pembayaran pesangon mereka, permasalahan yang sudah memasuki ranah hukum ini menjadi sebuah kewajiban yang harus diselesaikan oleh PT. TMB. Maka dari itu Pemko Tanjungpinang menganggarkan 2,5 milyar untuk pembayaran pesangon eks karyawan Bintan.

DAFTAR PUSTAKA BUKU

Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV. Alfabeta

Ali, Faried dkk. 2012. Studi Analisa Kebijakan: Konsep, Teori dan Aplikasi Sampel Teknik

Analisa Kebijakan

Pemerintah. Bandung: PT. Refika Aditama

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan

Publik. Bandung: CV.

Pustaka Setia

Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data

Penelitian Kualitatif:

Pemahaman Filosofis

Metodologis ke Arah

Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset

Dunn. 2003. Pengantar Analisis

Kebijakan Publik.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Fermana, Surya. 2009. Kebijakan

Publik: Sebuah Tinjauan

Filosofis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Islamy, M. Irfan. 2014.

Prinsip-Prinsip Perumusan

Kebijaksanaan Negara.

Jakarta: Bumi Aksara

Madani, Muhlis. 2011. Dimensi Interaksi Aktor Dalam Proses Perumusan Kebijakan Publik. Yogyakarta: graha Ilmu

(25)

22 Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi

Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Narbuko, Achmadi. 2013.

Metodologi Penelitian.

Jakarta: Bumi Aksara

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana Nugroho, Riant. 2012. Public Policy.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Saebani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2012. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta Suharto, Edi. 2005. Analisis

Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Syafiie, Inu Kencana. 2014. Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Bumi Aksara

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Wahab, Solichin Abdul. 2015. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan

Model-Model Implementasi

Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara

Winarno, Budi. 2013. Kebijakan publik: Teori, Proses, dan Studi Kasus. Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service)

JURNAL

Annisa, Jihan. 2017. Peranan Badan Usaha Milik Daerah Pt.Tanjungpinang Makmur Bersama Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Tanjungpinang.Hal18.http://j urnal.umrah.ac.id/wpcontent/ uploads/gravity_forms/1ec61 c9cb232a03a96d0947c6478e 525e/2017/02/jurnal.skripsi.ji han_.1.pdf diakses pada 20 Februari 2017.

Nando, Rudi Arvan. 2014. Strategi Badan Usaha Milik Daerah (Bumd) Pt. Tanjungpinang Makmur Bersama Dalam Mengelola Pasar Tanjungpinang Sebagai Upaya Peningkatan Pendapat

Asli Daerah. Hal20.http://jurnal.umrah.ac.i d/wpcontent/uploads/gravity_ forms/1ec61c9cb232a03a96d 0947c6478e525e/2014/08/E- journal-Rudi-Arvan-Nando-100565201355.pdf diakses pada 20 Februari 2017. DOKUMEN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Anggaran Dasar & Anggaran Rumah

Tangga PT. Tanjungpinang Makmur Bersama

Company Profil PT. Tanjungpinang Makmur Bersama

(26)

23 Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Pihak Ketiga

Peraturan Daerah Kota

Tanjungpinang Nomor 4 Tahun 2007 tentang Badan Usaha Milik Daerah Profil 30 Anggota DPRD Kota

Tanjungpinang

Rencana Kerja Strategis Badan Usaha Milik Daerah Kota Tanjungpinang Periode 2015-2019 PT. Tanjungpinang Makmur Bersama

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tahun 2020 Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung menjadi Pusat Pengembangan Pendidikan Pekerjaan Sosial

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa (1) kelima model perangkat pembela- jaran menulis berdasarkan pendekatan proses genre yang

9 Hallen A, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) h.77.. disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu. Pertemuan antara keunikan individu

Kabinet Djuanda dibentuk karena kegagalan Konstituante dalam menyusun UUD pengganti UUDS 1950 serta terjadinya perebutan kekuasaan antarpartai politik. Kabinet ini dipimpin

Dan apabila istri mengajukan gugatan perceraian kepada pengadilan dengan alasan tidak diberikan nafkah dan istri menuntut nafkah seperti aturan dalam Pasal 41

Nilai Cs-137 inventory total pada lokasi pembanding la adalah 169 bq/m2• Pada lokasi pembanding IIa dapat dijelaskan bahwa pada kedalaman (16-18) em konsentrasi lebih tinggi, hal

Pada gambar terlihat bahwa sub-DAS TB1 untuk periode ulang tiga tahun memiliki debit rencana yang lebih besar dibandingkan dengan sub-DAS yang lainnya, karena sub-DAS TB1

Selama 10 hari penyimpanan terjadi penurunan nilai pH dan viabilitas bakteri asam laktat (BAL), peningkatan total asam tertitrasi (TAT) dan viskositas, serta tidak