• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Dan Relevansi Kinerja Pembangunan Kota Medan Terhadap Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektifitas Dan Relevansi Kinerja Pembangunan Kota Medan Terhadap Sumatera Utara"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

EFEKTIFITAS DAN RELEVANSI KINERJA PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TERHADAP SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan oleh : Muhamad Fahrul

070501003

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Penanggung Jawab Skripsi Nama : Muhamad Fahrul

Nim : 070501003

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Regional

Judul Skripsi : Efektifitas Dan Relevansi Kinerja Pembangunan Kota Medan Terhadap Sumatera Utara

Tanggal,

Pembimbing,

(3)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Berita Acara Ujian

Hari : Senin

Tanggal : 19 September 2011 Nama : Muhamad Fahrul

Nim : 070501003

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Regional

Judul Skripsi : Efektifitas Dan Relevansi Kinerja Pembangunan Kota Medan Terhadap Sumatera Utara

Ketua program Studi Pembimbing, S1 Ekonomi Pembangunan

(Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD) (Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Nip : 19710503 200312 1003 Nip : 19630818 198803 1005

Penguji I, Penguji II,

(4)

Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi

Medan

Persetujuan Administrasi Akademik Nama : Muhamad Fahrul

Nim : 070501003

Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perencanaan Regional

Judul Skripsi : Efektifitas Dan Relevansi Kinerja Pembangunan Kota Medan Terhadap Sumatera Utara

Tanggal, Ketua program Studi

S1 Ekonomi Pembangunan

(Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD) Nip : 19710503 200312 1003

Tanggal, Dekan,

(5)

ABSTRACK

The objective of this research was to determine the effectiveness and relevance of the performance development of the city of Medan, North Sumatra. In this study the authors use three indicators of development, namely economic development, social culture, and infrastructure.

Processing data in this study uses descriptive methods to analyze the relevance and effectiveness three indicators of development, namely economic development, social culture, and infrastructure.

From the analysis conducted, found that economic development is highly relevant to the city of Medan North Sumatra Province economic development, social culture is very relevant to Medan North Sumatra Province, infrastructure development is relevant to the city of Medan, North Sumatra province.

(6)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas dan relevansi kinerja pembangunan Kota Medan terhadap Provinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga indikator kinerja pembangunan yaitu pembangunan ekonomi, sosial budaya dan infrastruktur.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menganalisis relevansi dan efektifitas tiga indikator kinerja pembangunan yaitu pembangunan ekonomi, sosial budaya dan infrastruktur.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmad dan hidayah yang melimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat beriringkan salam tidak lupa penulis haturkan kepada Baginda Rasul Nabi Besar Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya yang penulis harapkan syafaatnya di hari kelak.

Skripsi ini merupakan suatu tugas akhir yang harus di selesaikan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul dari skripsi ini adalah Efektifitas dan Relevansi Kinerja Pembangunan Kota Medan Terhadap Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dalam berbagai bentuk yang tidak mungkin di tuliskan satu persatu dikarenakan begitu banyak hal yang telah di perbuat terutama kepada:

1. Bapak Drs.Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

(8)

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, memberikan saran, masukan dan petunjuk yang sangat berarti bagi penulis.

7. Bapak Drs. H.B Tarmizi, SU selaku dosen pembanding penulis yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Bapak Drs. Rujiman, MA selaku dosen pembanding penulis yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh staf pengajar (dosen) Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan ilmu yang sangat berguna bagi penulis yang dapat digunakan pada masa yang akan datang.

10.Pegawai administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan, Bang Sugi dan Kak Leny yang tanpa lelah membantu penulis menyelesaikan segala kelengkapan administrasi.

11.Seluruh Staff dan Pegawai BAPEDDA Kota Medan dan BAPEDDA Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam hal memperoleh data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

(9)

13.Seluruh keluarga tercinta, Tante uwi, Tante Dewi, Tante Bani, Tante Ina, Bang Zul, Om Dedek, Om Caca, Om Bambang, Serta keponakan icha, nana, Ami, Ryan, Dian, Heru, Eka dan Saudara-saudara yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan moril dan doa kepada penulis.

14.Seluruh teman penulis khususnya teman tersayang Masniari Nasution terima kasih buat dukungan psikologisnya, serta teman-teman di kampus Ekonomi khususnya untuk anak EP’07 Taufik, Wasino, Makruf, Bona, Hamzah, Liza, Anwar, Arief, Ryan dan masih banyak lagi yang tidak mungkin di sebutkan satu persatu. Makasih buat dukungannya dan bantuannya selama ini yang sangat berarti buat penulis. Kalian takkan terlupakan selamanya dalam hidup penulis. 15.Untuk teman-teman sepermainan Hadi, Azhox, Frendi, Bang Edi, Ical yang

selalu saja memberikan warna berbeda dalam hidup penulis selama ini.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, 2011

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 13

1.3 Tujuan Penelitian... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

BAB II: URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi ... 15

2.2 Pengertian dan Teori Pembangunan Ekonomi... 20

2.3 Pengertian dan Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 23

2.3.1 Teori Klasik ... 24

2.3.2 Teori Schumpeter... 24

2.3.3 Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Rostow ... 24

2.4 Indikator Sosial Budaya ... 26

2.4.1 Indeks Pembangunan Manusia ... 26

2.4.2 Kemiskinan ... 27

2.4.3 Pengangguran ... 27

2.4.4 Pendidikan ... 28

2.4.5 Kesehatan ... 30

2.5 Indikator Infrastruktur ... 34

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 38

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.3 Teknik pengumpulan data ... 38

3.4 Pengolahan data………. 39

3.4.1 Analisis Relevansi ... 39

3.4.2 Analisis Efektivitas ... 39

3.5 Defenisi Operasional ... 40

BAB IV: PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1Gambaran Umum Kota Medan ... 41

4.1.1 Sejarah Berdirinya Kota Medan ... 41

4.1.2 Profil Kota Medan ... 43

4.1.3 Gambaran Kota Medan ... 43

4.1.3.1 Kota Medan Secara Geografis ... 44

4.1.3.2 Kota Medan Secara Demografis ... 45

4.1.3.3 Sosial Ekonomi Kota Medan ... 49

(11)

4.2Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 58

4.2.1 Sejarah Provinsi Sumatera Utara ... 58

4.2.2 Profil Sumatera Utara ... 59

4.2.3 Gambaran Sumatera Utara ... 61

4.2.3.1 Sumatera Utara Secara Geografis ... 61

4.2.3.2 Sumatera Utara Secara Demografis ... 62

4.2.3.3 Kondisi Perekonomian Sumatera Utara ... 67

4.2.4 Penyelenggaraan Pemerintahan ... 67

4.2.5 Potensi Daerah ... 71

4.3Hasil Penelitian ... 72

4.3.1 Indikator Pembangunan Ekonomi ... 72

4.3.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 72

4.3.1.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ... 74

4.3.1.3 PDRB Per Kapita ... 75

4.3.1.4 Inflasi ... 77

4.3.1.5 Analisis Relevansi dan Efektifitas ... 79

4.3.1.6 Rekomendasi Kebijakan ... 80

4.3.2 Indikator Sosial Budaya ... 81

4.3.2.1 Laju Pertumbuhan Penduduk ... 81

4.3.2.2 Persentase Penduduk Miskin ... 84

4.3.2.3 Tingkat Pengangguran Terbuka ... 86

4.3.2.4 Indeks Pembangunan Manusia ... 88

4.3.2.5 Angka Partisipasi Murni SD ... 90

4.3.2.6 Angka Partisipasi Kasar SD ... 92

4.3.2.7 Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate) ... 94

4.3.2.8 Umur Harapan Hidup ... 96

4.3.2.9 Angka Kematian Bayi ... 98

4.3.2.10 Angka Kematian Ibu ... 100

4.3.2.11 Analisis Relevansi dan Efektifitas ... 102

4.3.2.12 Rekomendasi Kebijakan ... 106

4.3.3 Indikator Infrastruktur ... 107

4.3.3.1 Jalan Nasional ... 107

4.3.3.2 Jalan Provinsi ... 109

4.3.3.3 Analisis Relevansi dan Efektifitas ... 110

4.3.3.4 Rekomendasi Kebijakan ... 111

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 113

5.2 Saran ... 114 DAFTAR PUSAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Indikator Ekonomi Makro Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan 4 1.2 Indikator Tingkat Kesejahteraan sosial Sumatera Utara dan kota Medan 6 1.3 Persentase Jalan Nasional dan Jalan Provinsi di Provinsi Sumatera Utara

dan Kota Medan 11

4.1 Jumlah Laju Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kota

Medan 47

4.2 Statistik Sosial Pembangunan Kota Medan 49

4.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan 51

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

4.1 Tren Laju Pertumbuhan Penduduk 72

4.2 Tren PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 74

4.3 Tren PDRB Per Kapita 76

4.4 Laju Inflasi 78

4.5 Laju Pertumbuhan Penduduk 82

4.6 Tren Penduduk Miskin 84

4.7 Tingkat Pengangguran Terbuka 86

4.8 Indeks Pembangunan Manusia 89

4.9 Angka Partisipasi Murni SD 91

4.10 Angka Partisipasi Kasar SD 93

4.11 Angka Kelahiran Total 95

4.12 Umur Harapan Hidup 97

4.13 Angka Kematian Bayi 99

4.14 Angka Kematian Ibu 101

4.15 Jalan Nasional 108

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

I DATA INDIKATOR EKONOMI MAKRO PROVINSI SUMATERA UTARA DAN KOTA MEDAN TAHUN 2004 - 2008

II DATA INDIKATOR TINGKAT KESEJAHTERAAN SOSIAL

PROVINSI SUMATERA UTARA DAN KOTA MEDAN TAHUN 2004 – 2008

III DATA PERSENTASE JALAN NASIONAL DAN JALAN

(15)

ABSTRACK

The objective of this research was to determine the effectiveness and relevance of the performance development of the city of Medan, North Sumatra. In this study the authors use three indicators of development, namely economic development, social culture, and infrastructure.

Processing data in this study uses descriptive methods to analyze the relevance and effectiveness three indicators of development, namely economic development, social culture, and infrastructure.

From the analysis conducted, found that economic development is highly relevant to the city of Medan North Sumatra Province economic development, social culture is very relevant to Medan North Sumatra Province, infrastructure development is relevant to the city of Medan, North Sumatra province.

(16)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas dan relevansi kinerja pembangunan Kota Medan terhadap Provinsi Sumatera Utara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga indikator kinerja pembangunan yaitu pembangunan ekonomi, sosial budaya dan infrastruktur.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menganalisis relevansi dan efektifitas tiga indikator kinerja pembangunan yaitu pembangunan ekonomi, sosial budaya dan infrastruktur.

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah orang yang hidup dibawah garis kemiskinan mutlak tidak naik dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang. Pembangunan nasional mempunyai beberapa tujuan, salah satu diantaranya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat agar menjadi manusia seutuhnya berdasarkan pancasila dan Undang-Undang 1945.

Pembangunan haruslah diartikan sebagai proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar, baik terhadap struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi (Todaro : 2000)

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah bertujuan meningkatkan jenis dan jumlah peluang kerja. Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi, yang akhirnya menuntut tiap-tiap daerah untuk mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi kepada propinsi, kabupaten/kota untuk melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi daerah

melalui pengembangan ekonomi daerah berdasarkan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh masing-masing daerah.

(18)

Terbitnya Undang-Undang yang baru tersebut, pada Provinsi Sumatera Utara beban kerja Bappeda Provinsi Sumatera Utara semakin bertambah.

Berbagai permasalahan di Provinsi Sumatera Utara memerlukan solusi yang tepat yang diperoleh melalui perencanaan pembangunan daerah antar sektor dan regional, baik Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

Beban tugas dan fungsi Badan Perencanaan Pembangunan daerah (Bappeda) harus mampu merumuskan kebijakan-kebijakan perencanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara secara lebih komprehensif, terpadu, cepat dan tepat yang salah satunya dengan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi, maupun Kabupaten/Kota. Rencana Pembangunan Jangka Menengah ini disusun dengan maksud menyediakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan.

Pemerintah (Daerah) sebagai penyelenggara pembangunan dan sekaligus abdi masyarakat, harus dapat merencanakan pembangunan, kini dan di masa yang akan datang secara menyeluruh dari Provinsi hingga ke Kabupaten/Kota.

Pembangunan kota memiliki dimensi yang luas, hal itu disebabkan kompleksnya permintaan dan penawaran, kebutuhan, dan kepentingan masyarakat. Di sisi lain sumber daya pembangunan yang dikelola masih sangat terbatas. Hal ini mendorong perlunya Pemerintah Kota merumuskan kebijakan dan melaksanakannya secara konsisten dalam rangka mewujudkan tujuan – tujuan pembangunan.

(19)

Pembangunan ekonomi Kota Medan merupakan bagian integral dari upaya pembangunan nasional yang harus dilaksanakan dan diselaraskan secara terpadu antara sektor yang satu dengan sektor lain. Pembangunan ekonomi Kota Medan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006.

Dalam menyusun RPJM ini, acuan utama yang digunakan adalah rumusan visi, misi, arah kebijakan, dan program yang telah disampaikan melalui sidang Paripurna DPRD. Didalam menyusun RPJM daerah Kota Medan juga mengacu kepada dokumen perencanaan Provinsi Sumatera Utara dan berbagai kebijakan dan prioritas program Pemerintah Provinsi. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin terciptanya efektifitas dan relevansi kebijakan.

RPJM ini juga disusun dengan memperhatikan statistik regional dan lokal seperti (1) statistik berbagai fungsi pemerintahan di bidang ekonomi, seperti lapangan pekerjaan utama dan tingkat pendapatan rata-rata masyarakat, keberadaan potensi sektor unggulan daerah yang dapat dikembangkan dalam rangka memacu laju produksi lokal dan penciptaan lapangan kerja baru, keberadaan sektor informal dan kandungan potensi sumber daya daerah; (2) statistik fungsi-fungsi pemerintahan di bidang sosial budaya, seperti kondisi tingkat kesehatan rata-rata masyarakat, angka kemiskinan, tingkat pengangguran, angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni pendidikan dasar dan menengah; (3) statistik bidang fisik infrastruktur, seperti pola-pola penataan ruang, pengadaan sarana dan prasarana publik.

(20)

Tabel 1.1

Indikator Ekonomi Makro Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan Tahun 2004 - 2008

Indikator

Prov. Sumatera Utara Tahun 2004-2008 Kota Medan Tahun 2004-2008 2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006 2007 2008 PDRB(milyar Rp)

Pertumb.ekonomi % PDRB/kapita (Jt RP) Inflasi(%) 118,1 5,74 9,74 6,80 136,9 5,48 11,21 22,41 160,4 6,20 12,68 6,11 181,8 6,30 14,17 6,60 213,9 6,38 17,15 10,72 24,5 5,49 12,5 6,64 42,7 6,98 13,6 22,91 48,8 7,76 23,6 5,97 55,4 7,78 26,6 6,42 65,2 6,71 31,0 10,63

Sumber : BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara

Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara terus meningkat walaupun relatif kecil. Selain karena faktor konsumsi, pertumbuhan ekonomi juga dicapai karena investasi khususnya disektor perkebunan swasta dan rakyat. Hal ini juga menyebabkan tingkat pengangguran menurun.

Capaian indikator ekonomi makro Kota Medan akan terlihat melalui indikator PDRB Kota Medan, persentase pertumbuhan ekonomi Kota Medan, PDRB per kapita dan laju inflasi.

Di bidang sosial budaya Provinsi Sumatera Utara, dapat kita lihat dari tiga indikator yaitu, kependudukan, kemiskinan, dan sumber daya manusia.

Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data BPS pada tahun 2003 adalah 11.890.399 jiwa dan 2004 sebanyak 12.123.000 jiwa. Dengan jumlah Keluarga yang didata pada tahun 2004 sebanyak 2.553.618 KK sedangkan pada tahun 2003 sebanyak 2.454.216.

(21)

Untuk itu diperlukan kebijakan yang terintegrasi sekaligus antisipatif untuk mengendalikan perkembangan penduduk sehingga harus ditangani secara terpadu dan komprehensif.

Kebijakan pembangunan kota tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi, tetapi juga ditujukan kepada upaya mengurangi jumlah penduduk miskin, mengurangi laju pertumbuhan Penduduk yang tinggi serta mengurangi tingkat pengangguran terbuka.

Indikator yang paling sering dan paling utama digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan ialah adalah persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka.

Persentase tingkat kesejahteraan sosial di Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan tahun 2004 – 2008 dapa dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 1.2

Indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan Tahun 2004-2008

Indikator

Prov. Sumatera Utara Tahun 2004-2008 Kota Medan Tahun 2004-2008

2004 2005 2006 2007 2008 2004 2005 2006 2007 2008

Laju Pertumbuhan Penduduk % 1,57 1,57 1,37 1,37 1,58 0,63 1,50 1,53 0,77 0,91

Penduduk miskin % 14,93 14,68 15,01 13,9 12,55 7,13 8,62 7,77 7,09 6,63

Tingkat Pengangguran Terbuka % 11,08 14,55 11,51 10,10 9,55 13,75 12,46 15,01 14,49 13,08

Indeks Pembangunan Manusia 71,40 72,00 72,50 72,60 72,70 74,70 75,40 75,8 75,60 76,00

Angka Partisipasi Murni SD % 93,53 94,05 94,45 94,35 94,81 91,50 91,36 91,04 91,79 92,54

Angka Partisipasi Kasar SD % 101,5 106,5 109,9 110,0 109,3 103,7 104,2 111,5 112,1 112,8

Total Fertility Rate % 2,96 2,63 2,58 2,52 2,49 2,37 2,27 2,25 2.13 2.11

Umur Harapan Hidup (%) 68,20 70,50 70,86 71,17 71,84 69,90 70,70 70,70 71,10 71,20

Angka Kematian Bayi % 36,70 29,60 28,20 26,90 23,52 21,00 15,84 15,09 13,80 10,50

Angka Kematian Ibu 322 320 315 305 - 162 120 110 330 -

(22)

Kemiskinan sering dianggap sebagai musuh utama pembangunan dan kemiskinan ini terjadi salah satunya disebabkan tingkat pengangguran terbuka yang tinggi di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, kedua masalah sosial ini sering dianggap memiliki keterkaitan yang erat dan kuat. Penanganan masalah ini diupayakan oleh pemerintah dengan menyalurkan berbagai bantuan dan subsidi serta membuka lapangan kerja dengan meningkatkan inisiatif dan kreatifitas masyarakat di samping memperluas kesempatan investasi langsung bagi semua pihak.

Tingkat sumber daya manusia juga menjadi indikator penting dalam menilai kinerja pembangunan. Capaian indikator kualitas sumber daya manusia dapat dilihat melalui indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Pendidikan, dan kesehatan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan gambaran komprehensif mengenai tingkat pencapaian pembangunan manusia di suatu daerah sebagai dampak dari kegiatan pembangunan yang dilakukan di daerah tersebut. Perkembangan angka IPM memberikan indikasi peningkatan atau penurunan kinerja pembangunan manusia pada suatu daerah.

Tingkat kualitas sumber daya manusia juga dilihat melalui capaian dibidang pendidikan. Pendidikan sangat penting karena merupakan dasar untuk pengembangan pola berpikir konstruktif dan kreatif. Dengan pendidikan yang cukup memadai, maka seseorang akan bisa berkembang secara optimal baik secara ekonomi maupun sosial. Beberapa aspek yang berkaitan dengan indikator tingkat keberhasilan pada bidang pendidikan di Sumatera Utara, yaitu Angka Partisipasi Murni (APM) untuk tingkat SD dan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk tingkat SD.

(23)

perbandingan antara jumlah penduduk usia sekolah yang bersekolah dengan jumlah penduduk usia sekolah pada semua jenjang pendidikan pada waktu tertentu. Secara umum kondisi tingkat pendidikan di Sumatera Utara berdasarkan APM menunjukkan peningkatan yang lebih baik. Angka partisipasi kasar (APK) menunjukkan proporsi anak sekolah baik laki-laki maupun perempuan pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka ini memberikan gambaran secara umum mengenai jumlah anak yang menerima pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu dan biasanya tidak memperhatikan umur siswa.

Melalui capaian indikator kesehatan dapat terlihat tingkat kualitas sumber daya manusia. Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk sekaligus indikator keberhasilan program pembangunan. Kesehatan berimplikasi pada produktifitas perorangan dan kelompok, sehingga pembangunan dan berbagai upaya di bidang kesehatan diharapkan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat serta tidak diskriminatif dalam pelaksanaannya, baik program kesehatan untuk laki-laki maupun perempuan haruslah sama.

Beberapa aspek yang berkaitan dengan indikator tingkat keberhasilan pada bidang kesehatan di Sumatera Utara, yaitu angka kelahiran total (Total Fertility Rate), umur harapan hidup, angka kematian bayi, angka kematian ibu.

Tingkat rata-rata kelahiran dikalangan pasangan usia subur juga mendapat perhatian dan penanganan yang berterusan dari Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Kebijakan ini bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara ke arah tingkat pertumbuhan yang dianggap ideal.

(24)

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan program pembangunan kesehatan di Sumatera Utara yang telah dilaksanakan adalah mengukur perkembangan angka kematian bayi dari tahun ke tahun.

Capaian tingkat kualitas sumberdaya manusia dikota medan dilihat dari indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pendidikan dan kesehatan.

Aspek yang berkaitan dengan indikator tingkat keberhasilan pada bidang pendidikan di Kota medan, yaitu Angka Partisipasi Murni (APM) untuk tingkat SD dan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk tingkat SD.

Untuk tahun 2006, nilai APK SD/MI di Kota Medan sebesar 111,51%, sedangkan pada tahun 2007 menunjukkan angka yang lebih tinggi lagi yakni sebesar 112,18% dan terus meningkat menjadi 112,85% di tahun 2008.

Berdasarkan nilai APM Kota Medan selama kurun waktu 2004–2008 menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat.

(25)

Beberapa aspek yang berkaitan dengan indikator tingkat keberhasilan pada bidang kesehatan di Kota Medan, yaitu angka kelahiran total (Total Fertility Rate), umur harapan hidup, angka kematian bayi, angka kematian ibu.

Angka kematian bayi dan angka kematian ibu ini harus dapat diturunkan dengan melakukan berbagai program dan kebijakan kesehatan yang berkesinambungan dengan memaksimalkan fungsi dan peranan semua pihak.

Salah satu indikator yang dapat dijadikan alat untuk mengukur kualitas kesehatan kaum wanita adalah dengan melihat dan membandingkan angka kematian ibu setiap tahun. Masalah kesehatan ini terutama berkaitan dengan program-program kesehatan reproduksi kaum ibu.

Dari segi infrastruktur sarana dan prasarana daerah, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara juga menyediakan sarana dan prasarana umum seperti transportasi darat, laut dan udara, penerangan listrik PLN dan pelayanan air bersih. Peningkatan sarana dan prasarana ini diharapkan sebagai salah satu indikator yang dapat memacu pertumbuhan perekonomian di Sumatera Utara. Panjang jalan di Sumatera Utara tahun 2005 mencapai 32.027,735 Km yang terdiri dari jalan negara 2.098,05 Km, jalan Provinsi 2.752,41 Km dan jalan Kabupaten/Kota 27.177,275 Km.

(26)

terpenuhinya unsur-unsur lingkungan yang bersih, sehat, tertib, aman, rapi dan indah (bestari).

Sarana dan prasarana perhubungan di Kota Medan terdiri dari prasarana perhubungan darat, laut, udara. Transportasi lainnya adalah kereta api. Disamping itu juga telah tersedia prasarana listrik, gas, telekomunikasi, air bersih dan Kawasan Industri Medan (KIM) I.

Peningkatan sarana dan prasarana ini diharapkan sebagai salah satu indikator yang dapat memacu pertumbuhan perekonomian di Sumatera Utara.

Persentase kondisi jalan nasional dan jalan provinsi yang baik di Sumatera Utara dan Kota Medan tahun 2005-2008 dapat terlihat melalui tabel berikut:

Tabel 1.3

Persentase Jalan Nasional dan Jalan Provinsi di Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan Tahun 2005-2008

Indikator

Prov. Sumatera Utara Tahun 2005-2008 Kota Medan Tahun 2005-2008

2005 2006 2007 2008 2005 2006 2007 2008 Jalan Nasional Jalan Provinsi 85,90 65,20 87,2 52,55 88,83 59,92 80,00 59,92 56,86 70,70 56,86 70,70 56,86 70,70 66,33 60,64

Sumber : Biro Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Gambaran umum mengenai Kota Medan akan dilihat melalui tiga statistik regional, yaitu statistik dibidang ekonomi, sosial budaya, dan infrastruktur.

Dibidang sosial budaya Kota Medan, gambaran umum dilihat dari indikator kependudukan, kemiskinan, dan sumber daya manusia.

(27)

permukiman yang bertujuan untuk mengimbangi pertumbuhan Kota Medan yang sangat pesat.

(28)

Berdasarkan kajian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian melalui penulisan skripsi yang berjudul “ EFEKTIFITAS DAN RELEVANSI KINERJA PEMBANGUNAN KOTA MEDAN TERHADAP SUMATERA UTARA“

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah yang menjadi dasar kajian sebagai berikut :

1. Bagaimana efektifitas dan relevansi perekonomian Kota Medan terhadap Sumatera Utara ?

2. Bagaimana efektifitas dan relevansi kondisi sosial budaya Kota Medan terhadap Sumatera Utara ?

3. Bagaimana efektifitas dan relevansi infrastruktur Kota Medan terhadap Sumatera Utara ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui efektifitas dan relevansi perekonomian Kota Medan terhadap Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui efektifitas dan relevansi kondisi sosial budaya Kota Medan terhadap Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui efektifitas dan relevansi infrastruktur Kota Medan terhadap Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

(29)

1) Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi BAPPEDA Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan.

2) Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin malakukan penelitian selanjutnya.

3) Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian menyangkut topik yang sama.

(30)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi

Istilah Perencanaan memiliki pengertian yang berbeda-beda dari para ahli. Banyak dokumen perencanaan nasional atau pernyataan dari para pemimpin politik yang memperkenalkan pengertian mereka sendiri. Para pakar ekonomi pun belum ada kesepakatan tentang pengertian istilah perencanaan pembangunan ekonomi tersebut. Menurut Conyers dan Hills (1994), Perencanaan sebagai suatu proses yang bersinambung yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.

Sedangkan Arsyad (2002), menyatakan ada 4 elemen dasar perencanaan yakni: 1. Merencanakan berarti memilih

2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya 3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan 4. Perencanaan untuk masa depan.

(31)

Adapun ciri dari suatu perencanaan pembangunan ekonomi yaitu:

• Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini dicerminkan dalam usaha pertumbuhan ekonomi yang positif.

• Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan per kapita.

• Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. • Usaha perluasan kesempatan kerja.

Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice • Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang

kegiatan-kegiatan pembangunan.

Unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan ekonomi yaitu : • Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. • Adanya kerangka rencana makro

• Perkiraan sumberdaya-sumberdaya bagi pembangunan khusunya sumber-sumber pembiayaan pembangunan.

• Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten seperti misalnya kebijaksanaan fiskal, penganggaran, moneter, harga serta kebijaksanaan sektoral lainnya.

(32)

• Perencanaan pembangunan adalah administrasi pembangunan yang mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tersebut.

Secara umum fungsi perencanaan pembangunan ekonomi yaitu :

• Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.

• Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang.

• Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik. • Dengan Perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya

tujuan.

• Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan evaluasi (Lincolin Arsyad, 2002).

Menurut Jhingan (1983) syarat-syarat keberhasilan suatu perencanaan memerlukan adanya hal-hal berikut ini :

1. Komisi Perencanaan

(33)

2. Data Statistik

Adanya analisis yang menyeluruh tentang potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara beserta segala kekurangannya. Analisis seperti ini penting untuk mengumpulkan informasi dan data statistik serta sumberdaya-sumberdaya potensial lain seperti sumber daya alam, sumber daya manusia dan modal yang tersedia di negara tersebut.

3. Tujuan

Suatu perencanaan dapat menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai. Berbagai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai tersebut hendaknya realistis dan disesuaikan dengan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan.

4. Penetapan Sasaran dan Prioritas

Penetapan sasaran dan prioritas perencanaan dibuat secara makro dan sektoral. Sasaran secara makro dirumuskan secara tegas serta mencakup setiap aspek perekonomian dan dapat dikuantifikasikan. Untuk sasaran sektoral harus disesuaikan dengan sasaran makronya, sehingga ada keserasian dalam pencapaian tujuan.

5. Mobilisasi Sumberdaya

Dalam perencanaan ditetapkan adanya pembiayaan oleh pemerintah sebagai dasar mobilisasi sumberdaya yang tersedia. Sumber pembiayaan ini bisa berasal dari sumber luar negeri dan dalam negeri (domestik).

6. Keseimbangan dalam Perencanaan

(34)

7. Sistem Administrasi yang Efisien

Administrasi yang baik, efisien dan tidak ada unsur KKN (korupsi kolusi dan nepotisme) adalah syarat mutlak keberhasilan suatu perencanaan.

8. Kebijaksanaan Pembangunan yang Tepat

Pemerintah harus menetapkan kebijaksanaan pembangunan yang tepat demi berhasilnya rencana pembangunan dan untuk menghindari masalah-masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaannya.Unsur-unsur utama kebijakan pembangunan meliputi: (i) analisis potensi pembangunan: survei sumberdaya nasional,penelitian ilmiah; penelitian pasar; (ii) penyediaan prasarana yang memadai (air, listrik, infrastruktur dan telekomunikasi) (iii) penyediaan fasilitas latihan khusu dan juga pendidikan umum yang memadai untuk menyediakan keterampilan yang diperlukan; (iv) perbaikan landasan hukum bagi kegiatan perekonomian.

9. Administrasi yang Ekonomis

Setiap usaha harus dibuat berdampak ekonomis dalam administrasi, khususnya dalam pengembangan bagian-bagian departemen dan pemerintahan.

10.Dasar Pendidikan

Administrasi yang bersih dan efisien memerlukan dasar pendidikan yang kuat. Perencanaan yang berhasil harus memperhatikan standar moral dan etika masyarakat.

11.Teori konsumsi

Menurut Galbraith (1962), satu syarat penting dalam perencanaan pembangunan modern adalah bahwa perencanaan tersebut harus dilandasi oleh teori konsumsi. Negara sedang berkembang tidak harus demokratis dan perhatian pertama harus diberikan kepada barang dan jasa yang berada dalam jangkauan pendapatan masyarakat tertentu.

(35)

Dukungan masyarakat merupakan faktor penting bagi keberhasilan suatu perencanaan didalam suatu negara yang demokratis. Perencanaan memerlukan dukungan luas dari masyarakat. Perencanaan ekonomi harus diatas kepentingan golongan. Tetapi pada saat yang sama, perencanaan tersebut harus memperoleh persetujuan semua golongan. Dengan kata lain, suatu perencanaan harus dianggap sebagai rencana nasional bila rencana tersebut disetujui oleh wakil-wakil rakyat.

2.2 Pengertian dan Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan biasanya diartikan sebagai kapasitas dari suatu perekonomian nasional. Ilmu ekonomi pembangunan mementingkan alokasi sumber-sumber secara efisien pertumbuhan output yang mantap. Ekonomi pembangunan juga memusatkan perhatian terutama pada mekanisme perekonomian, sosial, dan kelembagaan yang diperlukan untuk menghasilkan perbaikan taraf hidup yang cepat dan dalam skala besar bagi sejumlah besar orang didunia ketiga. Oleh karena itu, ilmu ini harus memperhatikan perumusan kebijakan pemerintah setepat-tepatnya dan dirancang untuk mempengaruhi transformasi perekonomian, kelembagaan, dan sosial dari keseluruhan masyarakat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai suatu proses yang menyebabkan naiknya pendapatan perkapita masyarakat dalam suatau masyarakat untuk jangka panjang, maka pembangunan ekonomi mempunyai 3 sifat penting yaitu :

1. Suatu proses, yang berarti terjadinya perubahan secara teru menerus. 2. Adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat.

(36)

Dalam ruang lingkup pemerintahan, fungsi pemerintah dalam pembangunan ekonomi yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat yaitu berkenaan dengan pemerintah sebagai fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi perekonomian. Fungsi alokasi meliputi aspek pengelolaan alokasi sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan publik. Fungsi distribusi meliputi aspek pemerataan dalam pendapatan dan kekayaan masyarakat. Fungsi stabilisasi meliputi aspek-aspek pertahanan keamanan, ekonomi, dan moneter.

Definisi pembangunan tidak dapat dipisahkan dengan pengertian pembangunan ekonomi, karena pada dasarnya baik tujuan pembangunan maupuna pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Bedanya, pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha suatu masyarakat untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan masyarakat, sedangkan pembangunan itu dalam pengertian yang paling mendasar.

Pembangunan pada masyarakat paling tidak harus mempunyai 3 sasaran yaitu : 1. Meningkatnya ketersediaan dan memperluas distribusi barang-barang kebutuhan

pokok seperti pangan, papan, kesehatan, dan perlindungan.

2. Meningkatkan taraf hidup yaitu, selain meningkatkan pendapatan, memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan juga perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya dan kemanusiaan, yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya kesejahteraan material tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri sebagai individu maupun sebagia suatu bangsa.

(37)

ketergantungan bukan hanya dalam hubungan dengan orang dan negara lain tetapi juga terhadap kebodohan dan kesengsaraan manusia. ( Todaro, 2000:92). Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perspektif pendelegasian wewenang terhadap pemerintah di daerah mencakup efisiensi, eksternalitas, dan akuntabilitas. Ketiga prinsip ini menjadi landasan dan kriteria bagi daerah umunya dalam pelaksanaan pembagian fungsi utama pemerintahan. Pusat dan daerah memperoleh wewenang dalam mewujudkan pembangunan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk setiap siklus pemerintahan. Pada Pelaksanaannya desentralisasi dan pemerintahan di daerah dibuthkan untuk menumbuhkan prakarsa dan sekaligus memfasilitasi aspirasi daerah berdasarkan kapasitas lokal masing-masing daerah. Dalam Praktiknya implementasi desentralisasi dan otonomi daerah membutuhkan perangkat pengaturan dan pedoman dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kinerja daerah dalam penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan publiknya.

2.3 Pengertian dan Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori-teori yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan oleh para ahli ekonomi dimana pandangan mereka banyak mengarah kepada pembangunan di negara-negar berkembang.

Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

(38)

pertumbuhan ekonomi agregat atau pertumbuhan merupakian bahagian dari pembangunan ekonomi. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi dari pada masa sebelumnya.

Menurut Samuelson (2001), pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan GNP yang bersumber dari hal-hal berikut :

1. Pertumbuhan dalam tenaga kerja 2. Pertumbuhan dalam modal

3. Pertumbuhan inovasi dan teknologi

Pertumbuhan ekonomi adalah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Perkembangan tersebut selalu dinyatakan dalam bentuk persentase perubahan pendapatan nasional pada suatu tahun tertentu dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Beberapa teori mengenai pertumbuhan ekonomi, yaitu:

2.3.1 Teori Klasik

(39)

2.3.2 Teori Schumpeter

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship). Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik dalam tahap produksi serta masalah organisasi manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat diterima pasar.

2.3.3 Teori Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi Rostow

W.W. Rostow mengemukakan teori tahapan tipikal pertumbuhan ekonomi yang dilalui oleh suatu perekonomian. Tahap-tahap yang dimaksud adalah :

1. Tahap masyarakat tradisional

Pada tahap masyarakat tradisional ini, masyarakat masih menggunakan cara-cara produksi primitif dan dipengaruhi oleh nilai-nilai tak rasional serta adat istiadat. Tingkat produksi dan produktivitas sangat rendah

2. Tahap Prasyarat Lepas Landas

Tahap ini merupakan Transisi persiapan mencapai pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut.

3. Tahap Lepas Landas

Tahap lepas landas ditandai oleh perubahan drastis dan pesat. Ciri tahap ini adalah terjadinya kenaikan investasi produktif, Pertumbuhan sektor industri yang pesat, dan terbentuknya kerangka dasar politik, sosial dan kelembagaan yang menjamin pertumbuhan cepat.

(40)

Tahap ini merupakan tahap dimana teknologi canggih sudah digunakan secara efektif dalam proses produksi dan pengolahan sumber-sumber daya alam. Ciri-cirinya adalah Tingginya keterampilan tenaga kerja serta semakin dominannya sektor industri manufakturing yang menggantikan dan mendesak sektor pertanian dan sektor-sektor tradisional berupa perubahan sistem manajemen dan pengelolaan bisnis. Masyarakat semakin menyadari akibat-akibat atau dampak industrialisasi tehadap kehidupan lingkungan.

5. Tahap Konsumsi Massal Tinggi

Tahap konsumsi tinggi merupakan dimana masyarakat lebih menekankan pada konsumsi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerataan kemakmuran merupakan fokusnya (Wijaya, 2000:289).

2.4 Indikator sosial budaya

Proses pembangunan ekonomi biasanya tidak hanya ditandai dengan terjadinya perubahan atau pergeseran pada struktur dan penawaran barang dan jasa yang diproduksi, namun juga ditandai dengan terjadinya perubahan struktur demografi. Proses demografi ini terutama terjadi sebagai akibat dari perubahan pada struktur permintaan, struktur produksi dan perbaikan fasilitas kesehatan, gizi serta pendidikan yang timbul seiring pertumbuhan pendapatan perkapita. Kemajuan pembangunan suatu daerah harus meliputi kemajuan pembangunan kesejahteraan sosial, seperti aspek kesehatan dan pendidikan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia. 2.4.1 Indeks Pembangunan Manusia

(41)

kemampuan ekonomiya (daya beli) seluruh komponen masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

Didalam pembangunan manusia, kesimpulan pentingnya adalah pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja. Pembangunan manusia bukan hanya memperhatikan pada upaya meningkatkan kemampuan manusia tetapi juga pada upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.

Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

2.4.2 Kemiskinan

Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai standar yang berlaku.

Sudah cukup banyak ukuran dan standar yang dikeluarkan oleh para pakar dan lembaga mengenai batas garis kemiskinan. Menurut Biro Pusat Statistik (1993:23) batas kemiskinan ditunjukkan oleh pendapatan per kapita Rp 27.905,- untuk perkotaan dan Rp 18.244,- untuk pedesaan.

(42)

Bank Dunia (1990:36) untuk standar internasional memberikan batas garis kemiskinan yang lebih tinggi dari standar-standar lainnya yaitu dengan pendapatan perkapita sebesar US $275 pertahun.

2.4.3 Pengangguran

Menganggur tidak sama dengan tidak bekerja atau tidak mau bekerja. Orang yang tidak mau bekerja, tidak dapat dikatakan sebagai pengangguran. Sebab jika seseorang ingin bekerja (mencari pekerjaan), mungkin dengan segera mendapatkannya. Definisi ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja. Seseorang baru dikatakan menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak mendapatkannya.

Dalam ilmu kependudukan (demografi), orang yang mencari kerja masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk berusia 15-64 tahun dan sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja, entah karena harus mengurus keluarga dan sekolah, tidak masuk angkatan kerja. Tingkat pengangguran adalah persentase angkatan kerja yang tidak/belum mendapatkan pekerjaan.

Persentase tingkat pengangguran dapat dihitung melalui rumus berikut :

2.4.4 Pendidikan

Pendidikan merupakan elemen penting pembangunan dan perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Selain itu, pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup individu, masyarakat dan bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Pendidikan yang berkualitas akan

Tingkat Penganguran = ∑ orang yang mencari pekerjaan

x 100%

(43)

menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan kebutuhan jaman. Penduduk dengan kemampuannya sendiri diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya dalam berbagai kegiatan, sehingga di masa mendatang mereka dapat hidup lebih layak.

Pembangunan dibidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Telah diakui bahwa pembangunan sumberdaya manusia disuatu kota akan menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia adalah pelaku aktif yang dapat mengakumulasi modal, mengeksploitasi berbagai sumberdaya, serta menjalankan berbagai kegiatan ekonomi, sosial, politik yang sangat penting bagi pembangunan sosial. Dengan demikian, peningkatan pendidikan suatu wilayah menjadi sangat penting artinya bagi pembangunan wilayah tersebut.

Berdasarkan amanat undang-undang, pembangunan pendidikan lebih diarahkan pada peningkatan akses dan kesempatan masyarakat untuk memperoleh pelayanan pendidikan. Bahkan peningkatan akses pendidikan masyarakat tersebut juga diikuti dengan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan terutama untuk kelompok masyarakat yang kurang mampu. Tingkat Partisipasi pendidikan menunjukkan kesadaran masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Tingkat partisipasi ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti sarana dan fasilitas pendidikan, biaya pendidikan dan sebagainya. Beberapa indikator yang biasa dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan dalam pembangunan bidang pendidikan, antara lain adalah :

1. Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk Tingkat SD/MI

(44)

maupun perempuan pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka ini memberikan gambaran secara umum mengenai jumlah anak yang menerima pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu dan biasanya tidak memperhatikan umur siswa.

2. Angka Partisipasi Murni (APM) untuk Tingkat SD/MI

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah indikator yang menunjukkan proporsi penduduk yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan dan usianya sesuai dengan usia sekolah pada jenjang pendidikan tersebut. APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu, yang dibagi dalam tiga kelompok jenjang pendidikan yaitu SD untuk penduduk usia 7-12 tahun, SMP untuk penduduk usia 13-15 tahun, dan SMA untuk penduduk usia 16-18 tahun. Oleh karena itu nilai APM membatasi usia siswa sesuai dengan usia sekolah dan jenjang pendidikan sehingga angkanya selalu lebih kecil dibandingkan nilai APK.

2.4.5 Kesehatan

Kesehatan juga merupakan faktor penting bai pembangunan suatu wilayah, karena erat kaitannya dengan mutu sumberdaya manusia sebagai salah satu modal pembangunan. Jaminan kesehatan yang yang semakin baik akan menghasilkan kualitas manusia yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas. Dengan demikian, selain urusan pendidikan , pemerintah juga sangat berkepentingan atas peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara umum. Masyarakat dengan pendidikan yang memadai, ditunjang dengan kesehatan yang baik, dapat menjadi aset pembangunan kota yang berkualitas.

(45)

terwujud derajat kesehatan yang tinggi. Salah satu program pemerintah dalam mewujudkan derajat kesehatan bagi seluruh penduduk adalah peningkatan pelayanan kesehatan yang didukung oleh sarana dan prasarana kesehatan yang memadai di tiap daerah. Selain itu, hal pokok yang juga harus diperhatikan adalah perluasan akses kesehatan, khususnya kepada rakyat miskin dan perempuan di seluruh pelosok daerah. Untuk itu pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan manusia. indikator yang biasa dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan dalam pembangunan bidang kesehatan, antara lain adalah :

1. Total Fertility Rate (TFR)

(46)

2. Umur Harapan Hidup

Angka harapan hidup adalah rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh penduduk. Dengan diketahuinya angka kematian pada setiap kelompok umur penduduk, maka dapat diketahui rata-rata umur harapan hidup. Makin tinggi kualitas kesehatan menyebabkan makin rendahnya angka kematian dan berakibat kepada meningkatnya harapan untuk hidup.

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

3. Angka kematian Bayi (AKB)

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.

(47)

Tingkat kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu merupakan gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan baik di tingkat propinsi maupun tingkat nasional. Tingkat kematian secara umum berhubungan erat dengan tingkat kesakitan yang dialami penduduk. Biasanya, kematian merupakan akumulasi akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian baik langsung maupun tidak langsung. Proses pembangunan dianggap berhasil jika tingkat kematian ini dapat diminimalkan di samping keberhasilan berbagai indikator-indikator lainnya.

4. Angka Kematian Ibu (AKI)

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll (Budi, Utomo. 1985)

(48)

nasional, permasalahan kesehatan kaum wanita masih sangat kompleks dan memerlukan penanganan yang menyeluruh. Salah satu indikator yang dapat dijadikan alat untuk mengukur kualitas kesehatan kaum wanita adalah dengan melihat dan membandingkan angka kematian ibu setiap tahun. Masalah kesehatan ini terutama berkaitan dengan program-program kesehatan reproduksi kaum ibu. Faktor ini dianggap sangat penting sehingga tidak mengherankan jika para ahli berpendapat bahwa kematian ibu merupakan salah satu indikator yang membedakan suatu negara apakah sudah tergolong sebagai negara maju atau masih tergolong sebagai negara berkembang atau bahkan negara terbelakang. Biasanya aspek-aspek yang dapat dijadikan sebagai gambaran indikator tinggi atau rendahnya angka kematian kaum ibu antara lain berkaitan dengan kehamilan, melahirkan dan masa nifas. Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran.

2.5 Indikator infrastruktur

(49)

jalan dapat melancarkan kemudian untuk distribusi ke pasar hingga sampai kepada masyarakat. dalam beberapa pengertian, istilah infrastruktur termasuk pula infrastruktur sosial kebutuhan dasar seperti antara lain termasuk pula merujuk kepada bangunan permanen dan instalasi yang diperlukan untuk mendukung operasi dan pemindahan.

Infrastruktur merupakan prasarana publik paling primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Pembangunan infrastruktur adalah merupakan Public Service Obligation, yaitu sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban Pemerintah. Keberadaan infrastruktur sangat penting bagi pembangunan, sehingga pada tahap awal pembangunan disuatu negara hal tersebut akan dipikul sepenuhnya oleh Pemerintah, yaitu dari APBN murni.

Infrastruktur jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bagi permukaan dan jalan kabel.

Jalan Umum

(50)

Jalan Nasional

Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol

Jalan Provinsi

Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

Jalan Kabupaten

Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk dalam jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.

Jalan Kota

Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan sekunder yang menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antara persil, serta menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

Jalan Desa

(51)

Jalan dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di suatu tempat karena menolong orang untuk pergi atau mengirim barang lebih cepat ke suatu tujuan. Dengan adanya jalan, komoditi dapat mengalir ke pasar setempat dan hasil ekonomi dari suatu tempat dapat dijual kepada pasaran di luar wilayah itu. Selain itu, jalan juga mengembangkan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang pesat akan berakibat pada semakin meningkatnya kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi, kekurang mampuan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan yang dapat mengakibatkan banyaknya kerugian antara lain :

1. kemacetan lalu lintas 2. polusi lingkungan 3. ketidaknyamanan hidup 4. persaingan usaha, dll

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan, dengan menganalisis efektifitas dan relevansi kinerja pembangunan Kota Medan terhadap Sumatera Utara melalui RPJM Provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2009 dan RPJM Kota Medan tahun 2006-2010 dengan melihat tiga indikator yaitu indikator pembangunan ekonomi, indikator di bidang sosial budaya, dan di bidang infrastruktur.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini diperoleh dengan melihat bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, literatur, jurnal, majalah-majalah ekonomi, laporan-laporan penelitian ilmiah dan internet.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian penulis menggunakan teknik penelitian kepustakaan (library research) melalui jurnal-jurnal dan buku-buku pendukung. Teknik pengumpulan data dengan pengambilan data langsung berupa RPJM Provinsi Sumatera Utara tahun 2006-2009 dan RPJM Kota Medan 2006-2010 dari BAPPEDA Sumatera Utara dan BAPPEDA Kota Medan.

3.4Pengolahan Data

(53)

Utara 2006-2009. Analisis pengolahan data dijelaskan melalui Diagram dan grafik, menganalisis penyebab naik dan turunnya tren yang ditunjukkan tiap- tiap indikator dari tahun ke tahun, serta memberikan rekomendasi kebijakan dari hasil analisis tersebut. 3.4.1 Analisis Relevansi

Relevansi digunakan dalam melihat capaian atau sejauh mana pembangunan yang dijalankan relevan terhadap sasaran atau tujuan dalam menjawab permasalahan atau tantangan. Dalam hal ini, analisis relevansi menjelaskan tren capaian kinerja pembangunan daerah Kota Medan sejalan atau lebih baik dari tren capaian pembangunan Provinsi Sumatera Utara.

Relevansi antara program RPJM Kota Medan tahun 2006-2010 dan RPJM Provinsi Sumatra Utara 2006-2009 akan dilihat dari tiga indikator yaitu :

1. Indikator ekonomi 2. Indikator sosial budaya 3. Indikator infrastruktur. 3.4.2 Analisis Efektivitas

Efektivitas merupakan pendekatan dalam melakukan evaluasi untuk mengukur kinerja pembangunan yang dilakukan berkontribusi terhadap pencapaian baik tujuan atau sasaran yang spesifik maupun tujuan umum pembangunan daerah. Efektivitas pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya

(54)

3.5 Defenisi Operasional

1. Indikator ekonomi adalah variabel dalam mengukur dan menggambarkan bagaimana pembangunan ekonomi berjalan.

2. Indikator sosial budaya adalah variabel dalam mengukur dan menggambarkan bagaimana pembangunan sosial budaya berjalan.

(55)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan

4.1.1 Sejarah Berdirinya Kota Medan.

Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.

Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular.

Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.

(56)

spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei.

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam.

Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

4.1.2 Profil Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

(57)

/ negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain. Demikian juga secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar barang/jasa yang relatif besar. Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana tahun 2007 diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional/nasional.

4.1.3 Gambaran Kota Medan

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota,

(1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut

biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil

guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

4.1.3.1 Kota Medan Secara Geografis

Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi dan

peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun nasional. Bahkan

sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dan

tolok ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara geografis,

Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di

bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau

Penang, Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura. Sesuai dengan dinamika pembangunan kota,

luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun

1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951 yang

menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan dengan 59

kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur

(58)

diperluas menjadi 3 (tiga) kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 1973, Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang

terdiri dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka

melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD tanggal 5 Mei 1986,

Kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan

Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal

30 September 1996 tentang pendefinitipan 7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang

Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, Kota Medan

dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2.001 lingkungan.

Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintan Utara dan

98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2. Sebagian besar wilayah Kota

Medan merupakan dataran rendah dengantopografi yang cenderung miring ke Utara dan

menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Di samping

itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara

administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka 2. Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

3. Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang 4. Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang 4.1.3.2 Kota Medan Secara Demografis

(59)

menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkatkematian.

(60)
[image:60.595.86.511.362.561.2]

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun cultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Tabel 4.1 Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2007

Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk Luas Wilayah (KM²) Kepadatan Penduduk (Jiwa/KM²)

[1] [2] [3] [4] [5]

2005 2.036.185 1,50 265,10 7.681

2006 2.067.288 1,53 265,10 7.798

2007* 2.083.156 0,77 265,10 7.858

Sumber BPS Kota Medan

Keterangan : * Angka Sementara Pertengahan Tahun 2007

(61)

(modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan. Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.

(62)
[image:62.595.70.538.102.538.2]

Tabel 4.2 Statistik Sosial Pembangunan Kota Medan Tahun 2005 - 2007

No Indikator Satuan Tahun

2005 2006*) 2007**) 1. Jumlah Penduduk Jiwa 2.036.185 2.067.288 2.083.156

2. Pertumbuhan Penduduk Persen (%) 1,50 1,53 0,77

3. APK

- SD/MI Persen (%) 104,28 111,51 112,18

- SMP/MTs Persen (%) 99,79 94,53 98,36

- SMA/MA Persen (%) 89,04 81,09 89,34

4. APM

- SD/MI Persen (%) 91,36 91,04 91,79

- SMP/MTs Persen (%) 78,49 73,83 76,18

- SMA/MA Persen (%) 71,90 62,91 64,71

5. APS

- 07-12 Persen (%) 99,06 99,15 99,31

- 13-15 Persen (%) 95,04 92,19 94,04

- 16-18 Persen (%) 78,11 72,17 79,21

- 19-24 Persen (%) 24,09 22,90 24,19

6. Pendidikan

- Penduduk Minimal Tamat SLTA Persen (%) 47,57 48,69 49,78

- Buta Huruf Persen (%) 0,62 0,91 0,82

7. Angka Kelahiran Total (TFR) Persen (%) 2,19 2,16 2,13

8. Umur Harapan Hidup Tahun 70,7 71,10 71,10

9. Angka Kematian Bayi (IMR) 15,84 15,10 13,80

10. Rata-rata Anak Lahir Hidup Orang 1,50 1,39 1,34 11. Rata-rata Anak Masih Hidup Orang 1,44 1,33 1,29 12. Anak Kesakitan Umum Persen (%) 15,81 20,43 20,13

13. TPAK Persen (%) 66,91 62,21 58,62

14. TPT Persen (%) 12,46 15,01 14,49

15. IPM - 75,4 74,60 75,80

16. Penduduk Miskin Persen (%) 8,62 7,77 7,09

Sumber BPS Kota Medan dan Instansi terkait Keterangan :

- *) Angka Perbaikan - **) Angka Sementara

4.1.3.3Sosial Ekonomi Kota Medan

(63)

antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.

Ada kecenderungan, bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi membuat semakin cepat proses peningkatan pendapatan masyarakat per kapita, dan semakin cepat pula perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi bahwa faktor-faktor penentu lain mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku, dan teknologi, relatif tetap. Perubahan struktur ekonomi umumnya disebut transformasi struktural dan didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya

Gambar

Tabel 1.1  Indikator Ekonomi Makro Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan
Tabel 1.2 Indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan
Tabel 4.1 Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2007
Tabel 4.2 Statistik Sosial Pembangunan Kota Medan Tahun 2005 - 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

CABANG OLAHRAGA BULU TANGKIS MA/SMA/SMK PUTRA 1.. Kota

[r]

Isilah titik-titik pada pernyataan di bawah ini dengan jawaban yang tepat.. bermain sepak bola biasanya di lakukan oleh

Selamat siang in English is .....

INDONESIA 3.5 Mengenal teks permintaan maaf tentang sikap hidup rukun dalam kemajemukan keluarga dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan

Jepang adalah negara maju yang terkenal dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, namun tidak begitu saja meninggalkan budaya lama yang sudah lama melekat di kalangan

Mobil-mobil tersebut kemudian menarik hati para otaku sehingga mereka mulai mengikuti menghias mobil-mobil mereka menjadi itasha meski kebanyakan mereka tidak menggunakan

Perbedaan tersebut dipengaruhi dari pekerja- an memetik teh dengan alokasi waktu antara 6 sampai 8 jam per hari memiliki tingkat ak- tivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan de-