ABSTRAK
PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN POT BUNGA DITINJAU DARI ASPEK
KEKUATAN BAHAN
Oleh
YUNI HANDAYANI
Limbah plastik merupakan material buangan yang terbuat dari plastik yang sudah tidak terpakai dan tidak bermanfaat lagi bagi manusia. Limbah plastik dapat menjadi bermanfaat kembali dengan cara daur ulang (recycle). Produk daur ulang plastik perlu untuk diteliti kualitasnya agar menjadi produk yang dapat diandalkan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persentase sampah plastik jenis HD, HDPE dan PP terhadap kualitas bahan plastik hasil daur ulang.
Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Mekanisasi Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada bulan Januari 2010 sampai Maret 2010. Penelitian ini dilakukan dengan 5 perlakuan perbandingan komposisi campuran yang bervariasi antara plastik jenis HD dengan HDPE dan PP mulai dari (100 g : 0 g: 0 g), (80 g : 10 g : 10 g), (60 g : 20 g : 20 g), (40 g : 30 g : 30 g) dan (20 g : 40 g : 40 g) untuk dicetak menjadi balok plastik dan diuji kekuatan tariknya dengan 3 kali ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik balok plastik semakin
menurun seiring dengan bertambahnya jumlah komposisi plastik jenis HDPE dan PP terhadap komposisi plastik jenis HD. Penurunan kekuatan tarik rata-rata balok plastik mulai dari perlakuan 1 sampai perlakuan 5 berturut-turut yaitu 1.112,67 kN/m2, 1.006,54 kN/m2, 828,64 kN/m2, 826,93 kN/m2 dan 805,24 kN/m2.
PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN
BAKU PEMBUATAN POT BUNGA DITINJAU DARI ASPEK
KEKUATAN BAHAN
(Skripsi)
Oleh
YUNI HANDAYANI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PEMANFAATAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN POT BUNGA DITINJAU DARI ASPEK KEKUATAN BAHAN
Nama Mahasiswa : Yuni Handayani
Nomor Pokok Mahasiswa : 0614071060
Jurusan : Teknik Pertanian
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Rofandi Hartanto, M.P. Ir. Budianto Lanya, M.T. NIP. 19650116 199303 1 002 NIP. 19580523 196803 1 002
2. A.n. Ketua Jurusan Teknik Pertanian Sekertaris Jurusan,
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Rofandi Hartanto, M.P ____________
Sekretaris : Ir. Budianto Lanya, M.T. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Tamrin, M.S. ____________
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 02 Juni 1988 merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Nuraidi dan Ibu Fathiya.
Penulis menuntut ilmu pendidikan di SD Negeri 2 Gedong Air pada tahun 1994 –
2000, SLTP Negeri 7 Bandar Lampung pada tahun 2000 – 2003, SMA Negeri 1
Bandar Lampung pada tahun 2003 – 2006 dan diterima di Jurusan Teknik
Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SPMB pada tahun 2006.
Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti Organisasi Himpunan Mahasiswa
Teknik Pertanian yaitu sebagai Anggota Bidang Minat dan Bakat periode 2007 –
2008 dan sebagai Sekretaris Bidang Kaderisasi periode 2008 - 2009.
Pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2009, Penulis melaksanakan Praktik Umum
dengan judul “Mempelajari Alat dan Mesin Pengayak Sampah di PT Mitratani
“ Wahai orang
-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan
Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi
kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya
kepada-Nyalah kamu a
kan dikumpulkan”
( Q.S. Al- Anfal : 24).
“ Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan
senda gurau. Jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan
memberikan pahala kepadamu, dan Dia tidak akan meminta
hartamu” (Q.S. Muhammad : 36).
Tiga hal penting untuk kebahagiaan dalam hidup adalah sesuatu
untuk dikerjakan, sesuatu untuk dicintai dan sesuatu untuk
diharapkan (Anonim).
Jika anda berpikir tentang hari kemarin tanpa penyesalan dan
hari esok tanpa rasa takut, berarti anda sudah berada di jalan
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala berkah dan rahmat
yang senantiasa diberikan kepada ku selama ini,
Terima kasih ya Allah
hanya rasa syukurku yang teramat besar yang mampu ku panjatkan
kepada-Mu.
Amin
Sebagai wujud ungkapan rasa cinta, kasih dan sayang
serta bakti yang tulus,
Kupersembahkan karya kecil ini
teruntuk :
PAPA dan MAMA tercinta
Serta
Adik-adikku tersayang
(yang selalu
berdo’a
menantikan keberhasilanku)
Terima kasih atas segala cinta, kasih sayang, semangat
dan dukungan lahir batin serta pengertian yang telah
kalian berikan kepadaku selama ini. Tiada yang terindah
selain memiliki kalian sebagai keluargaku. Maha Suci
Allah yang telah memberikan kalian sebagai bagian
Almamaterku Tercinta
Terima kasih karena sebagian perjalanan
hidupku telah aku selesaikan disini
Serta
SANWACANA
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya skripsi yang berjudul Pemanfaatan Limbah Plastik Sebagai Bahan
Baku Pembuatan Pot Bunga Ditinjau Dari Aspek Kekuatan Bahan, ini dapat
diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi
Pertanian di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Rofandi Hartanto, M.P., selaku Dosen Pembimbing Utama dan
Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu atas
kesediaannya memberikan waktu, bimbingan, arahan, saran dan kritik dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas
kesediaannya memberikan waktu, bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku Dosen Penguji Utama atau Pembahas
pada skripsi ini. Terima kasih atas masukan dan saran yang membangun
4. Bapak Ir. Sugeng Triyono, M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
6. Papa dan Mama tercinta yang telah memberikan kasih sayang, do’a, dukungan dan semangat untuk terus berkembang meraih cita-cita.
7. Adik-adikku Delvi Adrian dan Krisna Sella yang telah memberikan semangat
dan dukungan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman angkatan 2006 yang telah memberikan semangat, bantuan,
motivasi semasa kuliah hingga proses penyelesaian skripsi ini.
9. Kakak-kakak serta adik-adik tingkatku Jurusan Teknik Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Lampung yang telah memberikan semangat dan
dorongan moril.
Demikianlah, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Mei 2010
Penulis
DAFTAR ISI
4. Tahap Pencetakan Balok Plastik ... 21
6. Tahap Pengujian ... 22
E. Pengamatan ... 23
F. Analisis Data ... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Daur Ulang Sampah Plastik ... 25
B. Kekuatan Balok Plastik ... 31
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 37
B. Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
1. Tingkat degradibilitas komponen bahan sampah ... 9
2. Jenis sampah dan waktu yang diperlukan untuk hancur... 10
3. Klasifikasi jenis plastik berdasarkan simbol ... 13
4. Penentuan perlakuan pembuatan plastik... 20
5. Perbedaan sifat fisik bijih plastik ... 28
6. Hasil pengujian kekuatan tarik balok plastik ... 32
7. Hasil pengujian pot beraneka warna ... 35
Lampiran 8. Hasil pengujian massa beban dengan cara menggantungkan beban pada plastik hingga patah dengan perbandingan antara campuran jenis plastik HD, HDPE dan PP 100 gram : 0 gram : 0 gram ... 41
9. Hasil pengujian massa beban dengan cara menggantungkan beban pada plastik hingga patah dengan perbandingan antara campuran jenis plastik HD, HDPE dan PP 80 gram : 10 gram : 10 gram ... 41
10. Hasil pengujian massa beban dengan cara menggantungkan beban pada plastik hingga patah dengan perbandingan antara campuran jenis plastik HD, HDPE dan PP 60 gram : 20 gram : 20 gram ... 41
12. Hasil pengujian massa beban dengan cara menggantungkan beban pada plastik hingga patah dengan perbandingan antara campuran jenis plastik HD, HDPE dan PP 20 gram : 40 gram : 40 gram ... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar Teks Halaman
1. Penimbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Bantar Gebang, Bekasi ... 2
2. Berbagai macam barang hasil daur ulang plastik ... 4
3. Simbol plastik ... 12
4. Pot bunga yang terbuat dari plastik ... 18
5. Bagan alir prosedur penelitian ... 23
6. Bijih plastik jenis HD ... 26
7. Bijih plastik jenis HDPE ... 27
8. Bijih plastik jenis PP ... 27
9. Campuran ketiga jenis plastik untuk dilelehkan ... 29
10. Pelelehan bijih plastik dengan menggunakan kompor ... 29
11. Penuangan lelehan campuran plastik ke dalam cetakan balok plastik ... 30
12. Hasil balok plastik dalam cetakan yang telah dibuat ... 30
13. Diagram hubungan antara kekuatan tarik balok plastik dengan berbagai komposisi campuran tiga jenis plastik ... 33
Lampiran
15. Sedotan yang merupakan bahan baku untuk plastik jenis PP ... 49
16. Botol shampoo yang merupakan bahan baku plastik jenis HDPE ... 49
17. Kantong asoy yang merupakan bahan baku plastik jenis HD ... 50
18. Mesin pembuat bijih plastik ... 50
19. Bahan plastik mentah yang telah dilelehkan ... 51
20. Bijih plastik yang masih dalam keadaan leleh didinginkan dengan cara direndam dalam air ... 51
21. Bijih plastik yang telah menjadi dingin dan mengeras dalam bentuk tali ... 52
22. Mesin pemotong bijih plastik ... 52
23. Hasil pencetakan balok plastik ... 53
24. Pengujian kekuatan tarik balok plastik ... 53
25. Contoh pot bunga yang terbuat dari plastik jenis HD ... 54
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu
proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam
tidak ada sampah yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak. Sampah
dapat berada pada setiap fase materi yaitu padat, cair atau gas. Dalam kehidupan
manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga
dengan sebutan limbah) misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi.
Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan
jumlah sampah yang kira-kira sama dengan jumlah konsumsi.
Sampai saat ini sampah masih dianggap sebagai barang yang tidak dapat lagi
dimanfaatkan, sehingga harus dibuang atau disingkirkan jauh-jauh dari
lingkungan manusia. Pada saat jumlah manusia masih relatif sedikit dan
kebutuhan hidupnya belum meningkat, maka sampah yang dibuang juga masih
terbatas, baik jumlah maupun jenisnya. Akan tetapi setelah populasi manusia
semakin meningkat dan kebutuhan hidup juga semakin bertambah, kuantitas dan
jenis sampah yang dibuang juga semakin meningkat. Selain itu, masalah yang
lain yang timbul adalah kapasitas penampungan sampah yang tidak berubah
2
meningkat. Kondisi menumpuknya sampah di Tempat Pembuangan Sementara
(TPS) jika dibiarkan berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan menurunnya
sanitasi lingkungan dan estetika kota, pencemaran lahan sehingga menimbulkan
gangguan bagi warga kota. Selain itu, luas daratan yang terbatas, akan semakin
sempit dengan meluasnya timbunan sampah padat yang dihasilkan oleh warga.
Bertambah luasnya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan mengurangi luas
daratan yang dapat dimanfaatkan untuk daerah pemukiman, daerah industri,
daerah pertanian dan lain-lainnya. Contoh menumpuknya sampah dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Penimbunan Sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Bekasi
Jika dilihat secara seksama, campuran beragam jenis sampah organik dan
anorganik yang terdapat dalam tumpukan sampah akan menyulitkan proses
3
pengolahan yang diterapkan menjadi kurang efektif. Padahal, penanganan setiap
jenis sampah berbeda-beda (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008).
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat.
Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastik pun tidak terelakkan.
Komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga
adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Jumlah tersebut akan terus
bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat
membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak
dapat berkarat, dan pada akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan (Marpaung
dkk, 2009).
Plastik merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia
yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah plastik sangat sulit untuk diurai
secara alami. Untuk mengurai sampah plastik, membutuhkan kurang lebih 80
tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan
bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi
lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di
dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia,
penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup
kita.
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik
seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan
mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik
4
keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan
untuk pot atau ember. Contoh pemanfaatan limbah plastik menjadi berbagai
macam barang daur ulang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Berbagai macam barang hasil daur ulang plastik
Saat ini, pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang
plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik dapat
diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran
dengan bahan baku baru dan aditif untuk meningkatkan kualitas. Dilihat dari segi
ekonomi, pemanfaatan limbah plastik di Indonesia lebih menguntungkan bila
dibandingkan negara maju. Hal ini karena pemisahan secara manual yang
dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia
yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu
dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini
5
Melihat potensi tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan
limbah plastik untuk dapat menyelesaikan permasalahan limbah plastik pada
khususnya dan membantu pengembangan industri daur ulang plastik pada
umumnya, dengan cara mendaur-ulang limbah plastik menjadi sesuatu yang lebih
berguna seperti misalnya pot bunga dengan mengamati campuran berbagai jenis
limbah plastik ditinjau dari aspek kekuatan terhadap hasil kualitas produk daur
ulang.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh persentase sampah plastik jenis
HD, HDPE dan PP terhadap kekuatan tarik sebagai bahan baku pembuatan pot
bunga.
C. Manfaat Penelitian
1. Mengurangi beban TPA/TPS untuk menampung plastik.
2. Memaksimalkan pemanfaatan barang yang sudah tidak terpakai lagi menjadi
barang yang dapat dipakai kembali.
3. Menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bersih dari sampah plastik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sampah
Banyak pengertian sampah yang beredar di masyarakat. Menurut Kamus Istilah
Lingkungan, sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian
barang rusak atau cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berlebihan atau
dibuang. Sedangkan menurut Ecolink dalam bukunya yang berjudul Istilah
Lingkungan untuk Manajemen, sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau
dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum
memiliki nilai ekonomis. Menurut Tandjung, sampah adalah sesuatu yang tidak
berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula. Sehingga dapat
diambil benang merah bahwa sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan
setelah berakhirnya suatu proses dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam
yang belum memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampah bisa berada dalam setiap
fase materi yaitu padat, cair, dan gas (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008).
Jenis-jenis sampah dapat dibedakan berdasarkan sumbernya dan berdasarkan
1. Sampah alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar diintegrasikan melalui proses daur
ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi
tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah,
misalnya daun-daun kering di lingkungan pemukiman.
2. Sampah manusia
Sampah manusia (Inggris: human waste) adalah istilah yang biasa digunakan
terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah
manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan
sebagai vektor (sarana perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan
bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah
pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup
yang higienis dan sanitasi. Termasuk di dalamnya adalah perkembangan teori
penyaluran pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai
ulang misalnya melalui sistem urinoir tanpa air.
3. Sampah konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh (manusia)
pengguna barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke
tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum dipikirkan manusia.
Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih jauh lebih kecil
dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses pertambangan dan
4. Sampah nuklir
Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang
menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan
hidup dan juga manusia. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan di
tempat-tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat-tempat-tempat
yang dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang
namun terkadang masih dilakukan).
5. Sampah industri
Sampah industri ini umumnya dihasilkan dalam skala besar dan merupakan
bahan-bahan buangan dari sisa-sisa proses industri.
6. Sampah pertambangan
Sampah pertambangan ini merupakan bahan-bahan buangan yang berasal dari
proses pertambangan.
Sedangkan menurut sifatnya, sampah dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Sampah organik - dapat diurai (degradable)
Sampah organik atau sampah basah ialah sampah yang berasal dari makhluk
hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah jenis ini sangat mudah
terurai secara alami (degradable).
2. Sampah anorganik - tidak terurai (undegradable)
Sampah anorganik atau sampah kering adalah sampah yang tidak dapat terurai
(undegradable) seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik
mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini
dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk
adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman,
kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton (Wikipedia
Indonesia, 2009).
Sampah organik mampu terurai secara alami di alam dengan bantuan mikroba.
Selain itu, sampah jenis ini telah lama diolah secara sederhana oleh masyarakat
sebagai pakan ternak atau bahan pupuk. Selain sampah organik, beberapa sampah
anorganik dapat pula terurai secara alami walaupun dalan kurun waktu yang
sangat lama. Hal ini disebabkan oleh tingkat penguraian (degradibilitas) tiap
bahan berbeda. Adapun uraian tingkat kemudahan sampah dalam penguraiannya
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tingkat degradibilitas komponen bahan sampah
No. Komponen Sampah Degradibilitas (%)
1. Selulosa dari kertas koran 90
2. Hemiselulosa 70
3. Karbohidrat 70
4. Selulosa dari kertas bungkus 50
5. Bambu 50
(Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008).
Jika ditilik secara seksama, campuran beragam jenis sampah organik dan
anorganik yang terdapat dalam tumpukan sampah akan menyulitkan proses
pengolahan yang diterapkan menjadi efektif. Padahal, penanganan setiap jenis
berbeda-beda. Sebelum diolah, sampah menyusuri tiga alur pendistribusian yang
saling berkaitan yaitu penampungan, pengumpulan dan pembuangan sampah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2004, di daerah perkotaan,
baru sekitar 41,28% sampah terangkut petugas; 35,59% dibakar; 7,97% ditimbun;
1,15% diolah menjadi kompos; dan sisanya dibuang sembarangan. Padahal akan
jauh lebih baik jika sejak awal pengelolaan, sampah telah dipilah berdasarkan
jenisnya. Sehingga memudahkan apabila sampah tersebut, terutama plastik yang
dapat didaur ulang (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008).
Berdasarkan beberapa penelitian, sampah-sampah tertentu memerlukan waktu
lama untuk bisa hancur seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis sampah dan waktu yang diperlukan untuk hancur
Pada umumnya, prinsip proses daur ulang sangat sederhana. Setelah dicacah dan
dilelehkan, material bahan dicetak menjadi bibit-bibit siap pakai. Banyak faktor
menjadi bahan pertimbangan berhasilnya produk daur ulang, di antaranya
tingginya permintaan pasar akan produk, kemudahan memperoleh sampah daur
ulang dengan jumlah dan kualitas yang memadai, adanya teknologi yang
terjangkau, seperti teknologi pemilahan ataupun pembuatan produk, serta adanya
kesadaran dan keinginan untuk menjaga kelestarian lingkungan (Tim Penulis
Penebar Swadaya, 2008).
B. Plastik
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia.
Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni
plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermosetting.
Thermoplastic mempunyai arti : thermo artinya panas dan plastic yang artinya lentur. Jadi bisa diartikan lentur bila dipanaskan atau dapat dibentuk dengan
panas. Bahan thermoplastic dapat didaur ulang. Hal ini karena molekul
thermoplastic merupakan polymer linier yang tidak dapat diubah secara kimiawi dan pada saat dipanaskan tidak menjadi rantai bersilang. Apabila bahan
thermoplastic menjadi dingin, maka masing-masing ikatan molekulnya tetap tidak bersentuhan. Sehingga dalam praktiknya thermoplastic ini dapat diproses kembali
dengan pemanasan dan penekanan menjadi bentuk baru. Biasanya thermoplastic
yang didaur ulang digunakan 40% saja dan 60% thermoplastic baru. Hal ini
bertujuan untuk menjaga kualitas. Sedangkan jenis thermosetting bila telah
pembuatannya polimer dipanaskan dan mengalami perubahan molekul. Ketika
panas, rangkaian molekul-molekulnya membuat persilangan kimia sehingga
susunan polimernya berbentuk tiga dimensi. Plastik yang paling umum
digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic
(Politeknik Manufaktur Bandung).
Ada berbagai macam jenis plastik. Plastik yang digunakan untuk membuat botol
air mineral tentu berbeda dengan plastik untuk membuat mangkuk, sedotan, kursi
dan pipa. Untuk mengetahui jenis plastik yang digunakan sebagai material dasar
sebuah produk dapat dilihat pada simbol yang dicetak pada plastik. Simbol ini
berupa sebuah angka (dari 1 - 7) dalam rangkaian tanda panah yang membentuk
segitiga, biasanya dicetak di bagian bawah benda plastik seperti pada Gambar 3.
Gambar 3. Simbol plastik
Setiap simbol mewakili jenis plastik yang berbeda dan membantu pengelompokan
dalam melakukan proses daur ulang. Tujuan dari pengelompokan dan
pengkodean ini adalah menyediakan sistem nasional yang konsisten untuk
memudahkan pengelompokan plastik bekas bagi pendaur ulang plastik. Sampai
saat ini dapat ditemukan tujuh jenis plastik dengan simbol berbeda. Tujuh jenis
Tabel 3. Klasifikasi jenis plastik berdasarkan simbol
SIMBOL KETERANGAN KEGUNAAN SIFAT
1
Polyvinyl Chloride Mainan, botol
shampoo, pipa plastik,
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat.
Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor
Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton
sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu
tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan
terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya,
peningkatan limbah plastik pun tidak terelakkan. Komposisi sampah atau limbah
plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah
rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah
plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan
sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai
secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada
akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan (Hartono, 1998).
Plastik merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia
yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangat sulit
untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri
membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna.
Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat
ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan
batasan tertentu.
Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di
Indonesia, penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas
yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di
rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah
plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Bahkan lebih
bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih
berguna (recycle).
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik
seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan
mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat
dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di
Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya
adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya
tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek
pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan
untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar
(Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh
industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat
diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai
kebutuhan (bijih, pelet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebelum digunakan, limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana,
yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi
Tahapan proses pembuatan bijih plastik dimulai dengan pemisahan bahan baku
yang datang untuk membuang material/benda asing yang tidak diinginkan dalam
proses. Kemudian untuk mengurangi ukuran material dan mempermudah proses
selanjutnya, plastik dipotong-potong atau dicacah dalam bentuk asalnya. Tahap
selanjutnya yaitu pencucian yang bertujuan agar tidak mengganggu proses
penggilingan. Tahap pencucian menggunakan mesin friction water dengan
menggunakan media air sebagai sarana pencucian agar benda asing yang
menempel pada material terpisah. Material dicuci oleh ulir yang menanjak yang
berputar dengan putaran tinggi sehingga hasil dari friksi dapat melepaskan benda
asing yang masih terdapat pada bahan. Tahap selanjutnya yaitu pengeringan yang
secara mekanik bekerja untuk memeras material dengan gerakan memutar
sehingga air dapat keluar dan dilanjutkan dengan menguapkan air pada suhu
tertentu agar material benar-benar kering. Setelah itu, dilakukan tahap pelelehan
dengan proses pemanasan material pada suhu > 200oC yang dihasilkan oleh
heater. Selanjutnya lelehan dialirkan menuju proses penyaringan. Pada tahap penyaringan ini, lelehan plastik akan melewati saringan yang terbuat dari
lembaran besi yang dilubangi dengan diameter 2 mm sehingga dihasilkan lelehan
plastik berbentuk silinder panjang seperti tali yang akan dipotong-potong setelah
melewati tahap pendinginan yang menggunakan air dalam bak sebagai media
pendingin. Pencetakan bijih plastik dengan ukuran seragam pun dilakukan setelah
tahap pendinginan (Anonim, 2010).
Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di
Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan
dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga
pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan
biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang
plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik
telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat
diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran
dengan bahan baku baru dan aditif untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001).
Terdapat empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu
Polyethylene (PE), High Density Polyethylene (HDPE), Polypropylene (PP), dan asoy (Hartono, 1998).
C. Pot Bunga
Pot menjadi elemen penting dalam arsitektur pertamanan. Sejak zaman Romawi
kuno, tempat tanam pohon bunga itu sudah dikenal. Keindahan istana Romawi
ditopang pot-pot besar berukir dengan aneka ragam tanaman bunga. Keberadaan
pot bunga menjadi unsur penting dalam mengubah tanaman hias mendekati
kesempurnaan. Penggunaan pot sendiri dianggap lebih fleksibel lantaran tanaman
jadi mudah untuk dipindah-pindah tempat. Beberapa penjual tanaman hias
mengungkapkan bahwa bentuk dan ukuran pot bunga mampu menambah harga
jual tanaman. Dengan menggunakan pot bunga sebagai media tanam, akan
membuat rumah kelihatan lebih asri dan dapat membuat bunga atau tanaman hias
dikehendaki untuk tumbuh besar dan menjulang, sehingga harus ditanam dalam
pot (Kartana, 2007).
Penggunaan pot-pot bunga adalah pemecahan yang tepat untuk menanam tanaman
di halaman rumah yang kecil dan sempit. Menggunakan pot-pot bunga, tanaman
akan lebih mudah untuk ditempatkan di tempat-tempat yang dikehendaki. Bisa di
sudut, bersusun, ataupun digantung sesuai keadaan tempat dan keinginan kita
(Schmieg, 2008).
Macam-macam pot bunga dapat dibedakan berdasarkan bahan bakunya yaitu pot
bunga semen, pot bunga beton, pot bunga keramik, pot bunga tanah liat, pot
bunga kayu dan pot bunga plastik. Pot bunga tersebut dapat dibuat dengan
berbagai bentuk, ukuran dan warna sehingga peminatnya bisa dengan mudah
mendapatkan pot sesuai selera (Schmieg, 2008). Adapun contoh pot bunga yang
sudah siap pakai dapat dilihat pada Gambar 4.
19
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan
Maret 2010 bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian,
Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kompor, panci, cetakan balok
plastik, timbangan, dan sendok pengaduk. Sedangkan bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sampah plastik jenis HD (asoy), jenis HDPE (botol
shampoo) dan jenis PP (sedotan).
C. Perlakuan
Penelitian ini menggunakan lima perlakuan dengan tiga kali ulangan yang
dilakukan berdasarkan penggunaan lelehan sampah plastik jenis HD (asoy),
HDPE (botol shampoo), dan PP (sedotan ) sebagai campuran lelehan plastik
dan pembuatan balok plastik dengan komposisi yang bervariasi. Untuk lebih
20
Tabel 4. Penentuan perlakuan pembuatan plastik
Perlakuan campuran
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap untuk
mempermudah dan memperjelas arah penelitian yaitu tahap penyiapan alat
dan bahan baku, tahap pencampuran, tahap pelelehan, tahap pencetakan balok
plastik, tahap pendinginan dan tahap pengujian. Untuk mengetahui apakah
balok plastik yang telah dicetak siap untuk diuji, maka perlu diperhatikan
bahwa kondisi balok plastik dalam keadaan baik atau tidak ada yang retak.
1. Tahap Penyiapan Alat dan Bahan Baku
Dalam tahap ini dilakukan pembuatan cetakan balok plastik yang terbuat
dari aluminium yang didesain dengan ukuran 10,5 cm x 5 cm x 1 cm.
Sedangkan bahan baku yang akan disiapkan adalah sampah plastik jenis
HD (asoy), sampah plastik jenis HDPE (botol shampoo) dan sampah
plastik jenis PP (sedotan) yang selanjutnya dicuci, dikeringkan, dicacah
dan dibentuk menjadi bijih plastik agar lebih mudah pada saat dilelehkan.
Sampah plastik dengan berbagai jenis ini didapatkan di Tempat
21
2. Tahap Pencampuran Bahan
Dalam tahap ini bahan-bahan campuran dari sampah plastik jenis HD
(asoy), sampah plastik jenis HDPE (botol shampoo), dan sampah plastik
PP (sedotan) yang sebelumnya telah ditimbang kemudian dicampur dan
diaduk hingga merata dengan menggunakan sendok pengaduk untuk
selanjutnya dilelehkan.
3. Tahap Pencampuran Bahan
Dalam tahap ini bahan-bahan campuran dari sampah plastik jenis HD
(asoy), sampah plastik jenis HDPE (botol shampoo), dan sampah plastik
PP (sedotan) yang sebelumnya telah ditimbang kemudian dicampur dan
diaduk hingga merata dengan menggunakan sendok pengaduk untuk
selanjutnya dilelehkan.
4. Tahap Pelelehan Bahan
Dalam tahap ini dilakukan pelelehan pada masing-masing bahan yaitu
sampah plastik jenis HD (asoy), sampah plastik jenis HDPE (botol
shampoo), dan sampah plastik PP (sedotan) yang telah menjadi bijih
plastik untuk kemudian dicampur dan dicetak dengan perbandingan
komposisi yang telah ditentukan dalam perlakuan campuran.
5. Tahap Pencetakan Balok Plastik
Setelah pembuatan pasta plastik selesai, plastik dimasukkan ke dalam
22
cetakan diratakan sehingga permukaan balok plastik yang akan
dihasilkan benar-benar rata. Plastik yang telah dicetak kemudian
didinginkan.
6. Tahap Pendinginan
Setelah balok plastik telah selesai dicetak, selanjutnya balok plastik
tersebut lalu didinginkan di tempat yang aman dan terlindungi dari sinar
matahari dan hujan sampai pengujian dilakukan. Untuk membuka
cetakan balok plastik dilakukan setelah balok plastik menjadi dingin dan
keras untuk selanjutnya dilakukan pengujian.
7. Tahap Pengujian
Merupakan tahapan untuk mencoba apakah komposisi perbandingan
antara sampah plastik jenis HD (asoy), sampah plastik jenis HDPE (botol
shampoo) dan sampah plastik jenis PP (sedotan) dapat menghasilkan
balok plastik yang memiliki tingkat kekuatan sesuai dengan harapan yang
diinginkan yaitu mampu menahan tegangan dengan beban maksimal
sampai balok plastik tersebut patah. Namun sebelumnya harus
dipastikan bahwa kondisi balok plastik yang akan diuji dalam keadaan
baik atau tidak ada yang retak. Sehingga data yang diperoleh dapat
maksimal. Secara garis besar, prosedur penelitian ini dapat dilihat pada
23
Gambar 5. Bagan alir prosedur penelitian
E. Pengamatan
Kekuatan
Untuk mengetahui kekuatan plastik dilakukan pengujian dengan cara
menggantungkan beban pada balok plastik secara vertikal hingga balok Mulai
Analisis Data
Selesai Pengujian
Tahap Pencampuran Bahan Tahap Penyiapan Alat dan Bahan Baku
Tahap Pelelehan Bahan
Tahap Pencetakan Balok Plastik
24
plastik tersebut patah. Kemudian beban ditimbang massanya dan diukur
tegangannya dengan menggunakan rumus (Singer dkk., 1995) yaitu:
Keterangan :
� = Tegangan tarik (N/m2)
M = Moment (Nm)
c = 0,5 × tinggi plastik (m)
I = Inersia (m4)
F. Analisa Data
Data hasil percobaan dan pengamatan disajikan dalam bentuk tabel, gambar
dan grafik serta dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik
sederhana.
37
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
1. Semakin banyak komposisi campuran plastik jenis HDPE dan PP pada plastik
jenis HD, maka semakin rendah tegangan tarik balok plastik.
2. Hasil pengujian balok plastik dikatahui bahwa tegangan tarik balok plastik
yang tertinggi adalah pada perlakuan 1 dengan perbandingan komposisi
antara HD, HDPE dan PP 100 gram : 0 gram : 0 gram yaitu sebesar 1.112,67
kN/m2. Sedangkan tegangan tarik balok plastik terendah adalah pada
perlakuan 5 dengan perbandingan komposisi 20 gram : 40 gram : 40 gram
yaitu sebesar 805,24 kN/m2.
3. Tegangan tarik balok plastik yang tertinggi dari kelima perlakuan adalah
pada perlakuan 1 yaitu campuran HD, HDPE dan PP dengan komposisi 100
gram : 0 gram : 0 gram.
4. Tegangan tarik pot bunga yang tertinggi adalah pot bunga berwarna hitam
yang terbuat dari plastik jenis HD murni atau tanpa campuran zat lain.
B. Saran
Saran yang disampaikan penulis yaitu diperlukan adanya penelitian lanjutan
38
bijih plastik sederhana dan mesin pencetak produk daur ulang plastik (mal) serta
mengenai macam-macam jenis plastik yang lain untuk diteliti kemungkinan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Potensi Sampah Kota Sebagai Sumber Bahan Organik. Dikutip dari http://mbojo.wordpress.com. Tgl 20 Januari 2010.
Anonim. 2010. Pabrik 20 % Plastik. Dikutp dari http://www.chemeng.ui.ac.id. Tgl 07 Mei 2010.
Brydson, J.A. 1975. Plastic Materials. 3th. Newnes-Butterworths. London.
Christopher, H. 1981. Polymer Materials. Mac Millan Publishers LTD. London.
Davidson, A. 1970. Handbook of Precision Engineering. Mc. Graw Hill Book Co. Great Britain.
Hartono. 1998. Plastik. Dikutip dari http://id.wikipedia.org. Tgl 22 April 2010.
Kartana, S. 2007. Pot Unik Mewabah Membuat Tanaman Bernilai Tambah. Dikutip dari http://www.tabloidrumah.go.id. Tgl 08 Desember 2009.
Marpaung, G.S. dan Widiaji. 2009. Raup Rupiah Dari Sampah Plastik. Pustaka Bina Swadaya. Jakarta.
Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik Dan Kertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Politeknik Manufaktur Bandung. Tidak Ada Tahun. Pengetahuan Bahan. Bandung.
Sasse, G. Januar, R. Mardi dan L. Kastri. 1995. Plastik. Dikutip dari http://id.wikipedia.org. Tgl 22 April 2010.
Singer, F. L., A. Pytel dan D. Sebayang. 1995. Seri Mekanika Teknik Ilmu Kekuatan Bahan (Teori Kokoh-Strength of Materials). Erlangga.
Sirait, M. 2009. Sulap Sampah Plastik Keras Jadi Jutaan Rupiah. PT. Bentang Pustaka. Yogyakarta.
Syafitrie. 2001. Plastik. Dikutip dari http://id.wikipedia.org. Tgl 22 April 2010.