• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Gaya Belajar Siswa terhadap K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Gaya Belajar Siswa terhadap K"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Kontribusi Gaya Belajar Siswa terhadap Kompetensi

Biologi Siswa Kelas XI IPA

SMA Negeri 8 Padang

Suci Aulia Putri

1

,

Ernie Novriyanti

2

, Ramadhan Sumarmin

3

1Mahasiswa Jurusan Biologi, Universitas Negeri Padang

2,3 Staf Pengajar Jurusan Biologi, Universitas Negeri Padang

Jl. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang, Indonesia

1ernienovriantii@yahoo.com

Abstract — The background of this research is the students have different learning styles as the visual, auditory and kinesthetic. The teachers are generally teach only two learning styles. The students have different learning styles with teaching styles of teachers; students consequently have difficulty in absorbing information. This is leads to low learning outcomes of biology. This study aims to determine whether there is a significant contribution between students' learning styles of students concering competencies of biology in class XI Science SMAN 8 Padang. This research is a descriptive study. The data analysis used Pearson Product Moment Correlation formula and Determinant Coefficient formula. To see the percentage contribution to the students' learning styles influence the biology student competency analysis using the coefficient determinant. Data collection techniques use achievement test, questionnaire, observation and documentation. The results showed that the magnitude of the correlation coefficient (t count) learning styles of students with competencies biology in the amount of 4.50 is greater than t table at the level of 95% and db = 40 degrees of freedom in the amount of 1.68. And the result showed that the magnitude of the determinant coefficient learning styles of students concering competencies biology in the amount of 34 percent. This means that there is a significant contribution between students 'learning styles concering students' biology competency. Thus, it can be concluded that the hypothesis is accepted. It is known that there is a positive and significant relationship between students' learning styles with competencies of biology in class XI Science SMAN 8 Padang.

Keywords — lerning style,visual learning style, auditory and kinesthetic, contribution, students' biology competency, Pearson Product Moment Correlation formula

PENDAHULUAN

Pengertian pendidikan yang tertera dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN)[2] No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menggariskan pengertian pendidikan sebagai berikut :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses interaksi manusiawi antar pendidik (guru) dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Komponen pendidikan, diantaranya tujuan pendidikan, pendidik (guru), peserta didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan. Kelima unsur ini saling berkaitan serta saling menunjang satu sama lainnya.

Salah satu komponen dalam dunia pendidikan ialah peserta didik. Menurut Ghufron[5], “Peserta didik adalah suatu kesatuan yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang sering disebut sebagai keunikan individu,

dan karena itu tidak ada dua individu yang sama. Satu sama lainnya berbeda”. Bila keunikan ini dihargai, dalam arti setiap individu itu diterima kekurangannya namun juga dikembangkan kelebihannya, maka individu itu pun akan dapat mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, termasuk kesesuaian dengan gaya belajarnya.

De Porter dan Hernacki[3],, mendefinisikan gaya belajar sebagai kombinasi dari menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Mereka juga mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi yakni gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik.

De Porter dan Hernacki[3], menyatakan bahwa orang visual belajar melalui apa yang mereka dilihat, pelajar auditorial melakukannya melalui apa yang mereka dengar dan pelajar kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan. Berdasarkan pengalaman penulis disekolah saat menjalani Program Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLK), ditemui adanya gaya belajar siswa yang bervariasi.

(2)

diberikan tanpa perlu mencatatnya. Ini yang disebut gaya belajar auditorial. Selain itu, ada siswa yang mampu mengingat materi pelajaran, tidak hanya cukup melihat guru menyampaikan materi di depan kelas saja tetapi juga perlu mencatat informasi-informasi penting yang disampaikan oleh guru, yang dikenal dengan gaya belajar visual. Dan ada siswa yang lebih menyukai kegiatan diskusi pada saat proses pembelajaran, ataupun lebih menyukai penggunaan alat peraga untuk menunjang penyerapan informasi. Ini yang disebut gaya belajar kinestetik.

Komponen pendidikan lainnya yang memegang peranan penting adalah pendidik (guru). Sama halnya siswa, guru juga mempunyai gaya mengajar yang bervariasi. Ini sejalan dengan pernyataan Nasution[7] bahwa “Guru mempunyai gaya mengajar masing-masing”. Ini berarti guru memiliki cara tersendiri untuk menyampaikan informasi kepada muridnya. Seperti adanya guru yang menyampaikan materi dengan cara berceramah panjang lebar, memberikan catatan materi, memberikan tugas diskusi dan lain-lain.

Bobbi DePorter[4] menyatakan bahwa, “Guru memiliki kecenderungan modalitas mengajar yang biasanya sama dengan gaya belajar”. Ini berarti guru yang memiliki gaya belajar visual, maka ia cenderung menjadi guru yang visual pula.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di SMA Negeri 8 Padang, diketahui bahwaGuru biologi SMA Negeri 8 Padang, umumnya menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan powerpoint yang berisi rangkaian materi pelajaran, gambar- gambar pendukung, dll. Sehingga hanya siswa dengan gaya belajar visual dan auditorial yang mampu menyerap materi pelajaran. Ini berarti guru menggunakan metode mengajar yang disertai media pembelajaran tanpa mengetahui dan memahami bagaimana gaya masing-masing individu dalam kelas tersebut yang dinamakan juga gaya belajar siswa atau learning style.

Bobbi DePorter[4] menyatakan bahwa, “Bagi mereka yang modalitasnya tidak sama dengan anda, kemungkinan tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan atau mendapat tantangan lebih besar dalam mempelajari bahan”. Ini berarti siswa memiliki gaya belajar yang berbeda dengan gaya mengajar guru, maka siswa akan kesulitan dalam menyerap informasi yang disampaikan guru dan mereka cenderung menunjukkan sikap ataupun keterampilan belajar yang bersifat pasif dan terkadang melakukan aktivitas lain saat pembelajaran biologi.

Ini berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa yang tampak dari nilai biologi siswa dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 76. Rata-rata nilai ulangan harian I biologi siswa kelas XI IPA dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata nilai ulangan harian I biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Padang.

No. Kelas Nilai

Sumber : Guru mata pelajaran biologi.

Guru biologi biasanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang bertitik tolak dari nilai ulangan harian ataupun tes lainnya. Namun guru jarang menilai bagaimana aktivitas siswa saat proses pembelajaran sedang berlangsung, seperti apakah siswa mendengarkan dan memperhatikan guru menerangkan pelajaran di depan kelas. Guru juga jarang menilai keterampilan siswa, misalnya saat guru memberikan latihan di kelas, maka guru cenderung mengabaikan keterampilan siswa saat mengerjakan tugas tersebut.

Oleh sebab itu, sudah seharusnya guru menilai kompetensi biologi siswa yang mencakup aspek kognitif yang dilihat dari nilai tes hasil belajar biologi, aspek afektif yang dilihat dari kebiasaan dan sikap siswa saat belajar biologi di kelas dan aspek psikomotor yang dilihat dari keterampilan siswa selama proses pembelajaran biologi di dalam kelas.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka peneliti mengkaji gaya belajar siswa yang dapat diharapkan menjadi solusi. Oleh karena itu, dilakukan penelitian “Kontribusi Gaya Belajar Siswa terhadap Kompetensi Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 8 Padang”.

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka terlihat gambaran atau informasi tentang kontribusi gaya belajar siswa terhadap kompetensinya. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 8 Padang.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Padang yang terdaftar pada tahun ajaran 2013/2014, yang terkelompok dalam 5 kelas dengan jumlah populasi 161 siswa.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik Proportional Random Sampling atau sampel imbangan. Arikunto[1] menyebutkan bahwa apabila subjek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Dalam penelitian jumlah populasi secara keseluruhan adalah 161 siswa. Penulis mengambil proporsi sampel sebesar 25% dari masing-masing jumlah siswa dalam satu kelas, sehingga jumlah sampel adalah 42 siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah sampel dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Sampel Penelitian.

(3)

ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Padang.

D. Data 1. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini ada 2 yaitu :

a. Data primer terdiri dari data gaya belajar langsung dari siswa.

b. Data sekunder terdiri dari data jumlah siswa kelas XI dan rata-rata nilai biologi siswa kelas XI IPA saat ujian Ulangan Harian Materi Sistem Peredaran Darah pada bulan desember 2013.

2. Sumber data

a. Data gaya belajar siswa diperoleh dengan jalan menyebarkan angket kepada siswa kelas XI IPA yang diambil sebagai sampel.

b. Data kompetensi biologi siswa pada ranah kognitif adalah data hasil Ulangan Harian III Materi Sistem Peredaran Darah pada siswa kelas XI IPA dan pada ranah afektif dan psikomotor didapatkan langsung dari Quesioner di Lembar Observasi Penialian Ranah Afektif dan Psikomotor dengan melibatkan dua orang observer untuk setiap kali pertemuan di kelas.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini langsung dari sampel dengan memberikan angket tentang gaya belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Padang dan langsung dari observer dengan menilai sikap dan keterampilan siswa saat belajar biologi.

F. Instrumentasi

Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi dan angket gaya belajar. Untuk mendapatkan validitas instrumen yaitu validitas logis (validitas isi dan konstruk) adalah dengan menyusun instrumen berdasarkan kisi-kisi. Apabila pada waktu menyusun instrumen, penulis sudah melewati prosedur membuat kisi-kisi dan instrumen dibuat berdasarkan kisi-kisi tersebut, maka instrumen yang dibuat sudah dapat dianggap mempunyai validitas (Lufri[6]).

1. Penyusunan angket dan lembar observasi

Lembar observasi penilaian ranah afektif siswa terdiri dari 10 pernyataan yang menggambarkan ketercapaian ranah afektif siswa. Penjabaran indikator-indikator ke dalam butir-butir pernyataan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kisi-kisi Aspek Afektif Siswa

No

. Tingkatan Indikator Nomorbutir

1 Menerima/memperh

atikan Mendengarkan

1

2 Memperhatikan guru menerangkan pelajaran 2

3 Menanggapi Mengerjakan tugas biologi 3

4 Aktif bertanya 4

5 Aktif menjawab 5

6 Menilai Menghargai orang lain 6 dan 7

7 Mengatur/

Skor total yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan rumus yang terdapat dalam Purwanto[9] yaitu:

NP

=

R

SM

×

100

Keterangan :

NP = Nilai afektif siswa R = Skor total siswa SM = Skor maksimum

Lembar observasi penilaian ranah psikomotor terdiri dari 8 pernyataan yang menggambarkan ketercapaian ranah psikomotor siswa. Penjabaran indikator-indikator ke dalam butir-butir pernyataan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kisi-kisi Aspek Psikomotor Siswa

No .

Tingkatan Indikator Nomorbutir

1 Gerakan reflex Mengacungkan tangan 1 dan 2

2 Gerakan dasar Maju ke depan kelas 3

3 Gerakan persepsi Menulis catatan 4

4 Gerakan terampil Rapi membuat catatan 5

5 Terampil mengerjakan latihan yang diberikan 6

6 Gerakan indah dan kreatif Membuat gambar dengan benar dan indah 7 dan 8

(Sumber: Dimyati[8])

Skor total yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan rumus yang terdapat dalam Purwanto[9] yaitu:

S

=

R

N

×

100

Keterangan :

S = nilai yang diharapkan R = jumlah skor dari item N = skor maksimum

Kisi-kisi angket gaya belajar, masing-masing indikator terdiri dari 11 pernyataan. Jadi, angket terdiri dari 33 pernyataan yang menggambarkan gaya belajar siswa yang lebih dominan. nklkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk

ooooo

G. Teknik Analisis Data

(4)

r

terikat Y, maka digunakan koefisien determinasi (KP) dapat dinyatakan dengan rumus KP = r2x100% (Sudjana[10]).

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Padang, diperoleh data primer berupa gaya belajar dan data sekunder berupa kompetensi siswa, baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotor. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 siswa.

Untuk mengetahui persentase kontribusi yang diberikan gaya belajar terhadap kompetensi siswa, menggunakan rumus koefisien penentu/determinan dapat dilihat pada Tabel 11 dan 12.

Tabel 11. Analisis persentase kontribusi yang diberikan gaya belajar siswa terhadap kompetensi siswa

Tabel 12. Analisis parsial persentase kontribusi yang diberikan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik terhadap kompetensi siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor menggunakan rumus koefisien penentu

Melalui penelitian ini ditemukan gambaran tentang gaya belajar siswa serta kontribusinya terhadap kompetensi biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Padang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya belajar yang paling dominan dimiliki siswa adalah gaya belajar visual.

Dalam penelitian ini, diketahui bahwa terdapat kontribusi yang kuat antara gaya belajar visual terhadap kompetensi biologi, dengan kontribusi yang diberikan sebesar 52%. Ini berarti gaya belajar visual sebagai gaya belajar dominan

memiliki kontribusi yang kuat dan kontribusi yang terbesar dibandingkan gaya belajar auditorial dan kinestetik.

Hasil analisis kontribusi dengan rumus koefisien determinasi menunjukkan kontribusi yang kuat antara gaya belajar terhadap kompetensi biologi pada ranah kognitif. Ini disebabkan pada setiap materi biologi selalu didukung oleh gambar-gambar, baik gambar morfologi, anatomi maupun gambar yang berkaitan dengan proses. Sehingga siswa yang memiliki gaya belajar visual dalam proses pembelajaran cenderung memperhatikan penjelasan guru di depan kelas yang juga didukung oleh gambar, charta, slide power point, sehingga mampu menyerap informasi dengan baik.

Hasil temuan ini sejalan dengan pendapat Ghufron[5] yang diadaptasi dari Brain Compatible Learning for the Block, yang menyatakan bahwa “Belajar dapat dicapai secara lebih efisien bila informasi dibagi-bagi menjadi unit-unit dan memerlukan pehubung diantaranya”. Maka inilah yang menjadi kunci bagi siswa dengan gaya belajar visual untuk mampu mengolah informasi secara runut dan detail.

Pada gaya belajar auditorial terdapat kontribusi yang kuat antara gaya belajar terhadap kompetensi biologi. Hasil analisis kontribusi dengan rumus koefisien determinasi menunjukkan kontribusi yang kuat antara gaya belajar terhadap kompetensi biologi pada ranah kognitif. Ini disebabkan karena siswa yang memiliki gaya belajar auditorial, saat proses pembelajaran cenderung mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran, bahkan mereka jarang mencatat materi pelajaran secara runut. Saat proses pembelajaran, guru yang menggunakan multimedia seperti powerpoint mampu mengoptimalkan kompetensi biologi pada ranah kognitif, karena siswa akan mendengarkan penyampaian materi oleh guru.

Hasil analisis dengan koefisien determinan menunjukkan terdapat kontribusi yang signifikan antara gaya belajar auditorial terhadap kompetensi biologi. Namun jika dianalisis secara parsial, terdapat kontribusi yang cukup berarti antara gaya belajar auditorial terhadap kompetensi biologi pada ranah psikomotor. Sama halnya dengan siswa visual, siswa auditorial cenderung tenang dan fokus saat belajar. Kecuali jika mereka mengalami kesulitan dalam menguasai suatu konsep, maka siswa auditorial terkadang berbicara dengan diri sendiri untuk menguatkan konsep yang disampaikan oleh guru. Penyebab lainnya ialah guru jarang melaksanakan kegiatan praktikum, sehingga keterampilan siswa tidak mampu teroptimalkan saat pembelajaran biologi.

(5)

memiliki gaya belajar kinestetik ini mengalami kesulitan dalam menyerap informasi yang disampaikan oleh guru. Ini sejalan dengan Bobbi DePorter[4] yang menyatakan bahwa, “Bagi mereka yang modalitasnya tidak sama dengan anda, kemungkinan tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan atau mendapat tantangan lebih besar dalam mempelajari bahan”. Ini berarti, siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dan berbeda dengan gaya mengajar guru.

Saat proses pembelajaran biologi, guru umumnya menggunakan media pembelajaran seperti powerpoint. Ini hanya mampu mengoptimalkan kompetensi siswa yang memiliki gaya belajar visual dan auditorial. Akibatnya siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik mengalami kesulitan dalam menyerap informasi dan menunjukkan sikap bahkan keterampialn belajar yang cenderung pasif dan tidak antusias saat belajar. Ini menyebabkan siswa dengan gaya belajar kinestetik kesulitan dalam menyerap informasi yang disampaikan guru.

Jadi, baik secara keseluruhan maupun parsial terlihat bahwa gaya belajar memberikan kontribusi yang berarti terhadap kompetensi siswa, baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Namun tidak halnya untuk gaya belajar kinestetik yang memberikan kontribusi yang tidak berarti terhadap kompetensi biologi siswa, terutama kompetensi siswa pada ranah psikomotor.

1). Validitas Angket Gaya Belajar Siswa dan Lembar Observasi Pada Ranah Afektif dan Psikomotor.

I. Validasi Angket Gaya Belajar

Komponen Penilaian ItemNo.

Penilaian

Validator Jum-lah Total ValiditasNilai Kriteria I II

II. Validasi Lembar Observasi Aspek Afektif

Nomor

III. Validasi Lembar Observasi Aspek Psikomotor

Nomor

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan: 1. Persentase kontribusi gaya belajar siswa kelas XI IPA

SMA Negeri 8 Padang tahun ajaran 2013/2014 terhadap kompetensi biologi adalah gaya belajar visual dengan persentase 52%. Diikuti oleh gaya belajar auditorial dengan persentase 41% dan gaya belajar kinestetik dengan persentase 22,33%.

2. Terdapat kontribusi yang signifikan antara gaya belajar terhadap kompetensi biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 8 Padang.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan beberapa hal:

1. Guru mata pelajaran biologi khususnya untuk mengoptimalkan gaya belajar siswa agar kompetensi biologi siswa terus meningkat dengan melaksanakan proses pembelajaran yang bervariasi. memahami gaya belajar siswa yang bervariasi. 3. Untuk penelitian lebih lanjut, disarankan untuk dapat

meneliti bagaimana cara mengoptimalkan kompetensi siswa melalui gaya belajarnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penelitian ini, peneliti banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Abdul Razak, S.Si, M.Si., Ibu

Dr. Linda Advinda, M.Kes. dan Ibu Fitri Arsih,S.Si, M.Pd. yang telah memberikan saran dan kritikan demi kesempurnaan penelitian ini. Selanjutnya kepada Ibu Rahmawati D, M.Pd., selaku validator angket gaya belajar siswa dan lembar observasi kompetensi siswa pada ranah afektif dan psikomotor.

(6)

[1] Arikunto. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

[2] BNSP. 2006. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidkan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. [3] DePorter, B. dan M. Hernacki. 2013. Quantum

Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. (Terjemahan: Alwiyah Abdurrahman). Bandung : Kaifa.

[4] dan M. Reardon. 2009. Quantum Tearning : Mempraktikkan Quantum Learning di ruang-ruang kelas. (Terjemahan: Ary Nilandari). Bandung : Kaifa. [5] Ghufron, M. Nur. 2012. Gaya Belajar Kajian Teoritik.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

[6] Lufri. 2007. Kiat Memahami Metodologi dan Melakukan Penelitian. Padang : UNP Press.

[7] Nasution, M.A. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. [8] Mudjiono, Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta : Rineka Cipta.

Gambar

Tabel 3. Jumlah Sampel Penelitian.
Tabel 5. Kisi-kisi Aspek Psikomotor Siswa
Tabel 11. Analisis persentase kontribusi yang diberikan gaya

Referensi

Dokumen terkait

Polymorphic Information Content (PIC) sebagai salah satu indikator tingkat polimorfisme marka molekuler menunjukkan rerata rendah pada total marka (0,26) dengan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perlakuan pada dosis perendaman GA3 100 ppm dengan varietas lokananta dapat meningkatkan

ini menyebabkan keterbatasan-keterbatasan pihak Satlantas, sementara disatu sisi tugas- tugas aparat Satlantas ini tidak hanya menjaga pada satu tempat saja tetapi

Jadi dengan kata lain, hasil analisis yang berkenaan dengan hubungan minat baca dan pemahaman bacaan berbahasa Inggris, terhadap hubungan positif antara kedua

Dari hasil penelitian menggunakan metode penelitian hukum normatif dan sosiologis diperoleh kesimpulan, bahwa Dalam penulisan tesis ini telah ditunjukkan pelaksanaan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kepala Desa telah menjalankan perannya sebagai motivator di mana Kepala Desa selalu memberikan motivasi serta masukan-masukan

Dalam perancangan ini dengan menggunakan pop-up, Unique Seling Preposition yang dimiliki buku pop-up alfabet untuk anak berkebutuhan khusus tuna grahita ringan ini merupakan

Abstrak : Bencana adalah suatu peristiwa yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia, baik bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Permendikbud nomor