Tugas PBL
MODUL III
(CACAT)
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh pembina Ilmu Muskuloskeletal kepada mahasiswa-mahasiswi keperawatan)
OLEH
KELOMPOK I
1) DEWI RIANI MASHANAFI
2) ISMED HABI
3) KHALIMA TU’SYADIYAH
4) DEWI RIANTI ALI 5) HASRIANI FAJRIA
6) MELINDAWATI MOHAMAD
7) MIRANTI RAJANING
8) ASTRIANINGSIH ARSAD
9) YUSNAN LAMBOW
10) FANTRI EKA PUTRI MARDJUN 11) APRILIA P. BONENEHU
KELAS B
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2015
Tn. AM, mengalami kecelakaan lalu lintas 3 hari yang lalu dan mengalami multiple fraktur pada tungkai kaki kanan yang cukup parah. Tungkai kaki kanan tersebut dioperasi oleh dokter karena pertimbangan medis
Setelah dilakukan dioperasi, klien mengeluh nyeri hebat di daerah lokasi bekas operasi, nyerinya terasa menusuk-nusuk. Dari hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD = 110/70 mmHg, RR = 24x/menit, N = 100x/menit, S = 36 C. klien tampak belum menerima keadaan tubuhnya setelah dioperasi, klien merasa tidak percaya diri dengan kondisi kaki yang buntung. Setelah operasi klien kesulitan untuk beraktivitas, klien hanya mampu beraktivitas di tempat tidur
1. Klarifikasi istilah-istilah penting
Multiple fraktur : Keadaan dimana terjadi hilangnya kontinuitas jaringan tulang lebih dari 1 garis fraktur. (Kamus keperawatan, 2013)
Operasi : semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. (Kamus keperawatan, 2013)
Nyeri : Pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang dapat berkisar dari ketidakyamanan ringan sampai penderitaan. (Kamus keperawatan, 2013)
2. Kata kunci Tn. AM
Mengalami kecelakaan lalu lintas
Mengalami multiple fraktur pada tungkai kaki kanan
Mengeluh nyeri hebat di daerah lokasi bekas operasi, nyerinya terasa menusuk-nusuk
Sulit untuk beraktivitas
3. Mind Map
CACAT
AMPUTASI Definisi :
Amputasi adalah pengangkatan organ yang berada di luar tubuh
- Gangguan vaskule/ sirkulasi pada ekstremitas yang berat - Infeksi disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. (Price dan Wilson, 2006).
Etiologi :
- Abnormalnya bagian-bagian pergerakan
- Pembekakan dan perubahan warna pada kulit
DISLOKASI
Definisi:
Disloasi adalah keadaan dimana tulangtulang ang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis(tulang lepas dari sendi). Brunner & Suddar.
Etiologi :
- Cedera Olahraga
- Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga
- Terjatuh
Manifestasi Klinik - Nyeri
- Perubahan kontur sendi
- Perubahan panjang ekstremitas
- Kehilangan mobilitas normal
- Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
- Deformitas
Lembar Check List
PENYAKIT TANDA
DAN GEJALA
AMPUTASI FRAKTUR DISLOKASI
Nyeri
Adanya perasaan tidak nyaman
Buntung
-Keterbatasan fisik
4. Pertanyaan-pertanyaan penting
a. Mengapa klien mengalami multiple fraktur?
b. Mengapa klien merasakan nyeri yang hebat pada lokasi bekas operasi? 5. Jawaban pertanyaan penting
a. Multiple fraktur terjadi karena fragmen tulang keluar menembus kulit dan menjadi luka terbuka serta peradangan yang dapat memungkinkan infeksi, keluarnya darah dapat mempercepat perkembangan bakteri. Tertaruknya segmen karena kejang otot pada area fraktursehingga disposisi tulang. Multiple fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrim. Meskipun tulang patah jaringan disekitarny akan terpengaruh mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. (Kamus keperawatan, 2013)
6. Tujuan Pembelajaran Selanjutnya
a. Jelaskan komplikasi yang dapat timbul setelah melakukan tindakan amputasi ?
b. Jelaskan terapi-terapi yang dapat mengatasi nyeri setelah post operasi ? 7. Informasi Tambahan
a. Pengaruh Pemberian GUIDED IMAGERY Terhadap Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur
8. Klarifikasi Informasi
a. GUIDED IMAGERY merupakan kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan, dan mengosentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsung-angsur membesarkan diri dari perhatian terhadap nyeri (Tamsuri, 2006)
Terapi ini dapat menurunkan nyeri karena didalamnya terdapat unsur terapi yang berfungsi untuk relaksasi atau untuk tujuan proses penyembuhan. Melalui guided imagery klien akan terbantu untuk mengalihkan perhatian dari nyeri yang dirasakan dengan membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Hal ini sehingga secara bertahap dapat menurunkan presepsi klien terhadap nyeri yang dirasakan.
9. Analisa dan Sintesis
Dari hasil penelitian membuktikan ada pengaruh yang signifikan dengan pemberian guided imagery terhadap nyeri pada pasien post operasi fraktur. Keberhasilan terapi yang dilakukan karena adanya penerapan guided imagery bejjalan dengan baik dan dilakukan sesuai dengan petunjuk pelaksana. Keberhasilan juga didukung oleh sikap kooperatif pasien ang mengikuti bimbingan perawat dengan baik.
Hubungan jurnal dengan kasus yaitu dimana jurnal ini membahas tentang terapi yang bisa menurunkan nyeri pada pasien post operasi sedangkan pada kasus ini Tn. Am mengeluh nyeri hebat pada daerah lokasi bekas operasi, dengan melihat adanya terapi guided imagery bisa kita berikan pada Tn. Am dengan menurunkan rasa nyerinya.
10.Laporan Diskusi Terlampir
KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. (Daryadi, 2012)
Amputasi adalah pengangkatan organ yang berada di luar tubuh (misal paha) dan embel – embel tubuh (misal ekor), baik sebagian maupun keseluruhan.
2. KLASIFIKASI
Berdasarkan Pelaksanaan Amputasi, Dibedakan Menjadi : a) Amputasi Selektif/Terencana
Amputasi Jenis Ini Dilakukan Pada Penyakit Yang Terdiagnosis Dan Mendapat Penanganan Yang Baik Serta Terpantau Secara Terus-Menerus. Amputasi Dilakukan Sebagai Salah Satu Tindakan Alternatif Terakhi
b) Amputasi Akibat Trauma
Merupakan Amputasi Yang Terjadi Sebagai Akibat Trauma Dan Tidak Direncanakan. Kegiatan Tim Kesehatan Adalah Memperbaiki Kondisi Lokasi Amputasi Serta Memperbaiki Kondisi Umum Klien. c) Amputasi Darurat
Kegiatan Amputasi Dilakukan Secara Darurat Oleh Tim Kesehatan. Biasanya Merupakan Tindakan Yang Memerlukan Kerja Yang Cepat Seperti Pada Trauma Dengan Patah Tulang Multiple Dan Kerusakan/Kehilangan Kulit Yang Luas.
Tingkatan Amputasi 1) Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi, berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.
2) Ekstremitas bawah
kemampuannya. Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu :
- Amputasi dibawah lutut (below knee amputation). Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic limb dan inschemic limb.
- Amputasi diatas lutut. Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer.
3) Nekrosis.
Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.
4) Kontraktur.
Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan.
5) Neuroma.
Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.
6) Phantom sensation.
Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.
3. ETIOLOGI
Tindakan amputasi dapat dilakukan pada kondisi :
- Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki - Gangguan vaskule/ sirkulasi pada ekstremitas yang berat
- Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya
- Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif
- Deformitas organ
4. PATOFISIOLOGI
Terjadinya amputasi (kehilangan bagian tubuh) pada seseorang dapat disebabkan karena berbagai faktor antara lain penyakit vaskuler perifer yaitu penyakit pada pembuluh darah, trauma disebabkan kerena kecelakaan, tumor ganas seperti osteosarkoma (tumor tulang) serta congenital (bawaan sejak lahir). Amputasi sendiri bisa diartikan sebagai diskontinuitas jaringan tulang dan otot yang dapat mengakibatkan terputusnya pembuluh darah dan syaraf serta kehilangan bagian tubuh, dimana pada terputusnya pembuluh darah dan syaraf ini akan menimbulkan rasa nyeri yang sering kali berdampak pada resiko terjadinya infeksi pada luka yang ada dan gangguan mobilitas fisik yang dapat menimbulkan resiko kontraktur fleksi pinggul. Selain disebabkan oleh nyeri, gangguan mobilitas fisik juga bisa disebabkan oleh kehilangannya bagian tubuh terutama pada ekstremitas bawah. Kehilangan bagian tubuh juga dapat menimbulkan stress emosional dikarenakan gangguan psikologis yang disebabkan oleh adanya perubahan dari struktur tubuh yang berdampak pada timbulnya gangguan citra diri dan penurunan intake oral. Pada penurunan intaka oral ini biasanya akan menimbulkan resiko kurangnya pemenuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh dan akan terjadi kelemahan fisik serta resiko penyembuhan luka yang lambat.
- Fraktur tulang yang tidak dapat tertolong lagi
- Pertumbuhan sel yang abnormal (hyperplasia jaringan)
6. KOMPLIKASI
Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit karena ada pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan massif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi traumatik, resiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan iritasi akibat prosthesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.
7. PENATALAKSANAAN Pre-amputasi :
- Foto rontgen
- Pemeriksaan Labolatorium
- Pasien diberikan nutrisi yang cukup/adekuat
- Menentukan macam anastesi : narkose umum, spinal atau block anastesi
Post Amputasi
- Pemberian obat-obatan analgetik dan antibiotic - Perawatan luka dengan aseptic
- Pemberian atau asupan nutrisi yang adekuat - Latihan room pasif
a. Kondisi pra bedah
Keadaan umum dengan dan progesifitasnya dengan memperhatikan pronose serta tindakan rehabilitasi
b. Kondisi pasca bedah
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Foto rontgen : mengidentifikasi abnormalitas tulang
- CT Scan : mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomelitis, pembentukan hematoma
- Kultur luka : mengidentifikasi adanya luka/ infeksi dan organism penyebab
- Aniografi dan pemeriksaan aliran : untuk mengevaluasi perubahan sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensi penyembuhan jaringan setelah amputasi.
- Ultrasound Doppler, flowmetri Doppler : dilakukan untuk mengkaji dan mengukur aliran darah
- Termografi : untuk mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik di dua sisi dari jaringan kutaneus ketengah tulang. Perbedaan yang rendah antara dua pembacaan, makin besar untuk sembuh.
- Plestimografi : untuk mengukur TD segmental bawah terhadap ekstremitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial.
- Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab.
- Biopsi, menginformasi diagnosis massa/benigna.
PATHWAY
Faktor Luar Patologis Faktor Lain
-Fraktur Multiple
-Combosio/Luka, dsb --Infeksi Ganggren (DM)Osteomelitis, tumor Deformitas Organ
Kerusakan kontinuitas jaringan tubuh
Nefrosis Iskemik Suplai o2 dan nutrisi ke jaringan
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Identitas klien
a) Nama : Tn. AM
b) Usia :
-c) Jenis kelamin : Laki-laki
d) Pendidikan : - e) Alamat : - f) Pekerjaan : - g) Agama : -
Terbentukna Gangren
Pembedahan luka insisi AMPUTASI
Post operasi
Tidak menerima kenyataan kehilangan anggota tubuh
Pergerakan tubuh terganggu
Kehilangan anggota tubuh Terputusnya vaskularisasi
Dan syaraf
Mengaktifkan mediator kimia (bradikinin, histamin Merangsang nosiceptor
NYERI AKUT
RESIKO INFEKSI
GANGGUAN CITRA TUBUH
h) Suku bangsa : - i) Tanggal dan jam masuk rumah sakit : -
j) Diagnosa medis : Amputasi 2. Keluhan utama : Nyeri hebat di daerah lokasi bekas operasi 3. Riwayat penyakit sekarang : Mengalami multiple fraktur pada tungkai
kaki yang kanan yang cukup parah 4. Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada 5. Riwayat psikososial : Tidak ada 6. Pemeriksaan Fisik :
TD : 110/70 mmHg RR : 24x/menit N : 100x/menit S : 360C
7. Pemeriksaan penunjang : Tidak ada 8. Aktifitas / Istirahat
Gejala : Kesulitan beraktivitas dan hanya mampu beraktivitas di tempat tidur
9. Integritas Ego
Gejala : Merasa tidak percaya diri dengan kondisi kaki yang buntung Tanda : Ansietas, ketakutan,
10. Seksualitas
Gejala : Tidak ada 11. Interaksi Sosial
Gejala : masalah sehubungan dengan kondisi tentang peran fungsi, reaksi orang lain
B. Analisa data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DO :
- Klien mengalami multiple fraktur pada tungkai kaki kanan
Amputasi
Pembedahan luka insisi
yang cukup parah DS :
- Klien mengeluh nyeri hebat di daerah lokasi bekas operasi
- Klien mengatakan nyerinya terasa
- Klien tampak belum menerima keadaan tubuhnya setelah di operasi
DS :
- Klien merasa tidak percaya diri dengan kondisi kaki yang bunting
- Setelah operasi klien kesulitan untuk beraktivitas
Terputusnya vaskularisasi Dan syaraf
RESIKO INFEKSI
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut (00132)(Domain 12 Kenyamanan Kelas 1 Kenyamanan Fisik) 2. Gangguan Citra Tubuh tubuh (00118) Domain 6 : persepsi/kognisi Kelas
3 : citra tubuh
3. Hambatan Mobilitas Fisik (00085) (Domain 4 Aktivitas/Istirahat Kelas 2 Aktivitas/Latihan)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi 1. Nyeri Akut (00132)
(Domain 12 Kenyamanan Kelas 1 adanya kerusakan (Assosiation for Study of Pain) : serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.
Batasan Karakteristik : keperawatan diharapkan terjadi penurunan tingkat nyeri.
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakolgi untuk
mengurangi nyeri, mencari bantuan) Klien dapat melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Klien mampu mengenali nyeri (skala,
NIC : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Mandiri
1) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 2) Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
3) Tingkatkan istirahat Health Education
da,iritabilitas,mendesah
Indikasi nyeri yang dapat diamati Melaporkan nyeri sebagai verbal Faktor yang Berhubungan :
Agen cederah (Mis.,Biologis,zat kimia,fisik, psikologis
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) Klien dapat menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Klien menunjukan tanda vital dalam rentang normal
1) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri 2) Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Analgesic Administration
Observasi
1) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
Mandiri
1)Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat 2)Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi Health Education
1) Anjarkan teknik relaksasi setiap kali timbul nyeri.
Kolaborasi
1) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
2) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
pemberian, dan dosis optimal 2. Gangguan citra tubuh (00118)
Domain 6 : persepsi/kognisi Kelas 3 : citra tubuh
Definisi :
konfusi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu
Batasan karakteristik :
Perilaku mengenali tubuh individu Respon noverbal terhadap persepsi
perubahan pada tubuh (mis, penampilan,strukutur,fungsi)
Faktor yang berhubungan : Biofisik
Penyakit Cedera Trauma
NOC
Adaptasi dengan Ketunadayaan Fisik
Citra Tubuh
Penyesuaian Psikososial: Perubahan Hidup
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, masalah gangguan citra tubuh teratasi sebagai berikut.
Kriteria Hasil :
Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu menunjukan adaptasi dengan ketunadayaan fisik, penyesuaian psikososial : perubahan kembangan anak, dan harga dir positif
NIC
Observasi :
− Peningkatan Citra Tubuh − Peningkatan Koping − Identifikasi Risiko Mandiri :
− Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan nonverbal pasien terhadap tubuh pasien − Identifikasi mekanisme koping yang biasa
digunakan pasien Health education :
− Ajarkan tentang cara merawat dan perawatan diri, termasuk komplikasi kondisi medis Kolaborasi :
ambulasi, atau pengguaan prostesi
3. Hambatan Mobilitas Fisik (00085) (Domain 4 Aktivitas/Istirahat Kelas 2 Aktivitas/Latihan)
Definisi : Keterbatasan pada pergerakan
NOC :
Joint movement : active Mobility level
Self care : ADLs Transfer performance
NIC :
Exercise therapy : ambulation Observasi
1) Monitor vital sign sebelum/sesudah latihan dan liaht respon klien saat latihan
tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan tearah.
Batasan Karakteristik : Perubahan cara berjalan
Keterbatasan rentan pergerakan sendi Ketidakstabilan postur
Faktor yang Berhubungan : Gangguan kongnitif Kontraktur
Penurunan ketahanan tubuh Penurunan kendali otot Penurunann masa otot Penurunann kekuatan otot
Kerusakan integritas struktur tulang Gangguan muskuskeletal
Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu menyelesaiakan aktivitas.
Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi (walker)
Mandiri
1) Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan mencegah terhadap cedera 2) Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADLs 3) Berikan alat bantu jika klien memerlukan
Health Education
1) Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
2) Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
Kolaborasi
1) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan Risiko Infeksi (00004)
Domain 11 : Keamanan/perlindungan Kelas 1 : Infeksi
NOC
Immuno status
Knowledge : infection control
Tujuan :
NIC
Definisi : Mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogenik
Faktor Resiko
Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemajanan patogen
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
- Trauma jaringan ( mis trauma, destruksi jaringan )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi peningkatan resiko infeksi
Kriteria Hasil
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukan kemampuan untuk menceegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal Menunjukan perilaku hidup sehat
2) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya, suhu tubuh, denyut jantung, drainase, penampilan luka, sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, dan malaise)
Mandiri
1) Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka dan lain-lain
Health Education
2) Instruksikan untuk menjaga higeiene personal untuk melindungi tubuh terhadap infeksi . (misalnya mencuci tangan)
Kolaborasi
1) Kolaborasikan dengan dokter untuk
DAFTAR PUSTAKA
Hinchliff, Sue. 2013. Kamus Keperawatan.Edisi 17. EGC. Jakarta. Brunner & Suddarth.2013. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC Herdman, T.Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith & Ahern, Nancy. 2011. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC Amin & Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta :Media Action Publishing
Pearce, C Evelyn.2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.Gramedia
Anonim, 2011. PDF multiple fraktur
(online)http:// digilib.unimus.ac.id/files/.../jtptunimus-gdl-sitifatima-5395-2-07.bab-r.pdf
Universitas Respati Yogyakarta. Post Op Fraktur
(online)http://journal.respati.ac.id/index.php/medika/article/view/21. 17 Okt 2015 10:58:32 GMT
Stikes Kususma Husada Surakarta. Teknik Relaksasi Nafas Dalam.